Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL SKRIPSI IDENTIFIKASI KEJADIAN ANEMIA DI PANTI SOSIAL PELAYANAN LANJUT USIA TRESNA WREDHA NATAR TAHUN 2013

KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Penulis : Purwoginangsih

ringannya adalah anemia ringan 37 orang (71,2%) dengan kadar hemoglobin 10,0 g/dl sampai normal, anemia sedang 15 orang (28,8%) dan anemia berat 0%. Kata kunci : Kadar hemoglobin, Anemia, Lanjut usia ABSTRACT The anemia incidence occurs variously, however 30% of people in the world got anemia, where the highest prevalence occurs in the developing countries. The prevalence of anemia on elderly is approximately 8-44%, in which the highest prevalence occurs on over 85 year-male elders. On the other studies, it is stated that the prevalence of anemia on men is 27-40% and on women is 16-21%. The purpose of this research for to knows frequency of anemia based on the seriousness anemia. This is a descriptive study with cross sectional design. The population of the research is all of the elders in UPTD Tresna Wredha, samples that appropriate with inclusion criteria as many as 52 people. The result of the research shows that the frequency distribution of anemia which having normal hemoglobin occurs on 35 people (67,3%) while the normal is on 17 people (32,7%). The frequency distribution based on the seriousness of anemia can be elaborated as follow, the low is on 37 people (71,2%) with hemoglobin content is 10,0 g/dl to normal, medium anemia happens on 15 people (28,8%) and hard anemia is 0%. Keyword : Haemoglobin rate, Anaemia, Old

Pembimbing 1 : dr. Zulfian,Sp.PK Pembimbing 2 : Octa Reni Setiawati, Spsi ABSTRAK Insidensi anemia bervariasi tetapi diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di negaranegara sedang berkembang. Prevalensi anemia pada lansia adalah sekitar 844%, dengan prevalensi tertinggi pada lakilaki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainnya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada lakilaki lansia adalah 2740% dan wanita lansia sekitar 1621%. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian anemia berdasarkan berat-ringannya anemia di UPTD Tresna Wredha Natar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah lansia di UPTD Tresna Wredha, sampel yang memenuhi criteria inklusi sebanyak 52 orang. Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi kejadian anemia, yang memiliki nilai hemoglobin normal yaitu 35 orang (67,3%) dan normal 17 orang (32,7%). Dan distribusi frekuensi berdasarkan berat-

ARTIKEL SKRIPSI - KEDOKTERAN UMUM - UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2013 PURWOGINANGSIH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah Sel Darah Merah (SDM), kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100 ml darah. Anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium. 1 Meningkatnya insidensi anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah menimbulkan spekulasi bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan konsekuensi dari pertambahan usia.2 Akan tetapi, tingginya angka kejadian penyakit kronik dan anemia penyakit kronik, hendaknya menjadikan para klinisi untuk lebih waspada terhadap anemia pada lansia.3 Anemia ringan pada usia lanjut dengan penyakit kronik ditemukan berhubungan dengan penyakit lain atau penyakit penyerta yang meningkatkan morbiditas, bahkan mortalitas.4 Pada lansia penderita anemia, berbagai penyakit penyerta lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama.5 Hal ini dapat membawa dampak yang buruk kepada orangorang lansia. Suatu hasil studi menyatakan bahwa lakilaki lansia yang menderita anemia, resiko kematiannya lebih besar dibandingkan wanita lansia yang menderita anemia.6 Dilaporkan juga bahwa lansia yang menderita anemia oleh karena penyakit infeksi mempunyai resiko kematian lebih tinggi.7 Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit kronik. Manifestasi penyakit kronik pada lansia seringkali berbeda dengan penyakit kronik

pada usia muda.8 Prevalensi dan akumulasi penyakit kronik yang meningkat pada lansia, sering memberikan gejala yang mengaburkan atau menutupi gejala penyakit atau masalah akut yang baru dialami karena adanya tumpang tindih antara tanda dan gejala penyakit kronik dan akut. Dengan besarnya prevalensi anemia penyakit kronik pada lanjut usia (lansia), dapat dikatakan bahwa anemia menjadi gejala yang paling sering timbul pada lansia dengan penyakit kronik.9 Namun, karena frekuensinya yang demikian sering, anemia seringkali tidak mendapat perhatian dan dilewati oleh para dokter di praktek klinik. Oleh sebab itu, dalam diagnosis anemia pada lansia tidaklah cukup hanya sampai kepada label anemia saja, tetapi harus dipikirkan mengenai penyakit yang mendasarinya. Sehingga, perlu dilakukan evaluasi lanjutan walaupun gejala klinis yang lain tidak ada.10 Insidensi anemia bervariasi tetapi diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di negaranegara sedang berkembang. Prevalensi anemia pada lansia adalah sekitar 844%, dengan prevalensi tertinggi pada lakilaki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainnya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada lakilaki lansia adalah 2740% dan wanita lansia sekitar 1621%. Sebagai penyebab tersering anemia pada orangorang lansia adalah anemia penyakit kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik. Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama.11 Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001 menemukan

ARTIKEL SKRIPSI - KEDOKTERAN UMUM - UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2013 PURWOGINANGSIH

prevalensi penyakit tidak menular pada usia lanjut di Indonesia antara lain, anemia (46,3 %), penyakit hipertensi (42,9 %), penyakit sendi (39,6 %), penyakit jantung dan pembuluh darah (10,7 %).12 Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Apa saja yang ditemukan pada identifikasi kejadian anemia di Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia Tresna Wredha, Natar 2013. B. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah : Apa yang ditemukan pada identifikasi kejadian anemia di Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia Tresna Wredha, Natar 2013 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui angka kejadian anemia di Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia Tresna Wredha Natar 2013. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui angka kejadian anemia di Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia Tresna Wredha Natar 2013. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, sebagai pembelajaran nyata untuk memahami dan mengkaji masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan sarana mengaplikasikan ilmu kedokteran. 2. Bagi PSLU Tresna Wredha, bermanfaat bagi para lansia dan pengurus untuk mengetahui seberapa besar anemia pada lansia.

3. Bagi instansi, menambah literatur bagi pengembangan ilmu kedokteran yang terus berkembang dan menjadi baik di kemudian hari. METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey deskriftif dengan desain cross sectional untuk melihat gambaran berat ringannya anemia dari analisa untuk mengidentifikasi kejadian anemia pada lanjut usia di Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia Tresna Wredha Natar 2012. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu : 18 Februari s/d 01 Maret 2013 Tempat : UPTD Tresna Wredha Natar C. Populasi Penelitian 1. Populasi penelitian Subjek pada penelitian ini adalah lansia di UPTD Tresna Wredha Natar sebanyak 104 orang. 2. Sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 52 orang. D. Definisi Operasional 1. Anemia Kadar hemoglobin kurang dari normal. Alat ukur : Spektrofotometer, Cara ukur : Cyanmethemoglobin. 2. Derajat anemia Derajat penurunan hemoglobin. Alat ukur : Cyanmethemoglobin, Cara ukur: nilai standar.

ARTIKEL SKRIPSI - KEDOKTERAN UMUM - UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2013 PURWOGINANGSIH

E. Alat ukur Cara Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dengan Metode Cyanmethemoglobin:13 a. Masukkan 5,0 ml larutan drabkin ke dalam tabung kolorimeter. b. Dengan pipet hemoglobin diambil 20 l darah (kapiler, EDTA atau oksalat), sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah dimasukkan ke dalam kolorimeter dengan membilasnya beberapa kali. c. Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali. Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin. d. Bacalah dengan fotometer pada gelombang 540 nm, sebagai blanko digunakan larutan drabkin. e. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorpsinya dengan standar cyanmethemoglobin atau dibaca dari kurva tera.

(67,3%) dan normal (tidak anemia) 17 orang (32,7%). B. Angka kejadian anemia berdasarkan derajat anemia

40 30 20 10 0
Anemia ringan Anemia sedang Anemia berat

37 15 0

Dari hasil pemeriksaan responden, dapat diketahui anemia ringan 37 orang (71,2%) kadar hemoglobin 10,0 g/dl normal, anemia sedang 15 (28,8%) dan anemia berat 0%. PEMBAHASAN

darah bahwa dengan sampai orang

HASIL PENELITIAN A. Distribusi frekuensi angka kejadian anemia

A. Angka kejadian anemia Dari hasil pemeriksaan darah responden, angka kejadian anemia menunjukkan bahwa kadar Hb responden sebagian besar tidak normal (anemia) yaitu 35 orang (67,3%) dan normal (tidak anemia) 17 orang (32,7%). Dari data tersebut memberikan gambaran bahwa lansia rentan terhadap terjadinya kejadian anemia, dilihat dari frekuensi kejadian anemia di UPTD tresna wredha sebanyak 35 orang dari 52 orang sampel.

40 30 20 10 0

35 17 Normal Tidak normal

Dari hasil pemeriksaan responden, menunjukkan bahwa Hb responden sebagian besar normal (anemia) yaitu 35

darah kadar tidak orang

Hal ini sesuai dengan Boedhi Darmojo dalam bukunya yang menyatakan bahwa berdasarkan pengamatan klinik dan laboratorik, didapatkan bukti pada batas umur

ARTIKEL SKRIPSI - KEDOKTERAN UMUM - UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2013 PURWOGINANGSIH

tertentu, sumsum tulang mengalami involusi sehingga cadangan sumsum tulang pada usia lanjut menurun. Yang dimana sumsum tulang berperan penting dalam produksi sel darah merah.14 Hal ini juga sesuai dengan Siti Setiadi dalam bukunya yang menyatakan bahwa proses menua akan berjalan searah dengan menurunnya kapasitas fungsional, baik pada tingkat seluler maupun tingkat organ. Menurunnya kapasitas untuk berespon terhadap lingkungan internal yang berubah cenderung membuat orang usia lanjut sulit untuk memelihara kestabilan status fisik.8 Lansia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan makin banyaknya distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai Penyakit Degeneratif. Dengan banyaknya distorsi dan penurunan cadangan sistem fisiologis akan terjadi pula gangguan terhadap sistem hematopoiesis.8 Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudha Fitrian Prasetyo FK UNDIP yang menyatakan bahwa usia tidak berpengaruh secara bermakna terhadap kadar hemoglobin dengan penyakit kronik dengan nilai p = 0,725 (p>0,05).23 Sehingga dapat dikatakan bahwa anemia pada lanjut usia bukan disebabkan oleh proses menua yang fisiologis, akan tetapi perlu diwaspadai adanya penyakit yang mendasarinya.10 Perbedaan teori di atas dengan penelitian ini dapat disebabkan karena penelitian ini hanya menggunakan sampel dan variabel yang sedikit serta hanya sebatas melihat gambarannya saja, sehingga peneliti tidak mengetahui apakah ada faktor-faktor resiko lain yang bisa menyebabkan penurunan kadar

hemoglobin (anemia) pada lansia selain faktor dari usianya itu sendiri. B. Angka kejadian anemia berdasarkan derajat anemia Berdasarkan uraian gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita anemia ringan 37 orang (71,2%) dengan kadar hemoglobin 10,0 g/dl sampai normal, anemia sedang 15 orang (28,8%) dan anemia berat 0%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi anemia ringan, sedang dan berat. Dimana didapatkan tidak ada responden yang memiliki kadar hemoglobin 6,5-7,9 g/dl (anemia berat). Hal ini sesuai dengan Bakta IM dalam bukunya yang menyatakan bahwa sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit diluar anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan kadar hemoglobin yang berat (Hb <7 g/dl). Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada: a) derajat penurunan hemoglobin; b) kecepatan penurunan hemoglobin; c) usia; d) adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya. Berarti untuk anemia ringan sampai anemia sedang yang seringkali tidak menimbulkan gejala spesifik. Oleh sebab itu, dalam diagnosis anemia pada lansia tidaklah cukup hanya sampai kepada label anemia saja. Tetapi harus dipikirkan mengenai penyakit yang mendasarinya, sehingga perlu dilakukan evaluasi lanjutan dengan: 1)Menentukan adanya anemia; 2)Menentukan jenis anemia; 3)Menentukan etiologi atau penyakit dasar penyakit; 4)Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil 10 pengobatan.

ARTIKEL SKRIPSI - KEDOKTERAN UMUM - UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2013 PURWOGINANGSIH

Dan dalam penelitiannya Yudha Fitrian Prasetyo menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan klasifikasi derajat anemia pada lanjut usia dengan penyakit kronik dengan nilai p = 0,26. 15 Hal ini sesuai dengan teori awal bahwa anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease).10 Menurut The Baltimore Longitudinal Study of Aging, proses menua dibedakan atas 2 bagian yaitu proses menua normal (primary aging) dan proses menua patologis (secondary aging). Proses menua normal merupakan suatu proses yang ringan (benign), ditandai dengan turunnya fungsi secara bertahap tetapi tidak ada penyakit sama sekali sehingga kesehatan tetap terjaga baik. Sedangkan proses menua patologis ditandai dengan kemunduran fungsi organ sejalan dengan umur tetapi bukan akibat umur bertambah tua, melainkan akibat penyakit yang muncul pada umur tua.9 Menurut pendapat peneliti, pada penelitian ini sulit bila kita langsung mendiagnosis derajat anemia. Seharusnya kita lebih dulu mengetahui apakahada penyakit penyerta, sehingga kita mengetahui terapi dan tindakan selanjutnya. SIMPULAN 1. Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Anemia sebagian besar lansia di Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia Tresna Wredha mempunyai kadar hemoglobin di bawah normal yaitu 35 orang (67,3%) dan normal 17 orang (32,7%). 2. Distribusi Frekuensi Angka kejadian anemia berdasarkan berat-ringannya adalah anemia ringan 37 orang (71,2%) dengan kadar hemoglobin

10,0 g/dl sampai normal, anemia sedang 15 orang (28,8%) dan anemia berat 0%.

UCAPAN TERIMA KASIH 1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. 2. dr. Zulfian,Sp.PK selaku pembimbing I dan ibu Octa reni setiawati selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA 1. Price A.Sylvia & Wilson M.Lorraine. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit PATOFISIOLOGI ed. 6.Jakarta: EGC.2006. 2. Smith DL. Anemia in the elderly. American Family Physician. 2000. Available from : http://www.aafp.org/afp/20001001/156 5.html. Diakses pada 20 oktober 2012. 3. Lorig K, Holman H. Self Management Education. Context, Definition, OutcomesandMechanism.Availablefrom :http://www.staford.edu/group/perclorig @ leland.stanford.edu. Diakses pada 20 oktober 2012. 4. Sudoyo AW. Anemia pada usia lanjut, Naskah Lengkap Penyakit Dalam.Jakarta:FKUI.2006: 236-41 5. Chronic Disease. In : Bureau of Chronic Disease Prevention and Health Promotion. Available from :http://www.doh.state.fl.us/Family/chron icdisease/. Diakses pada 16 oktober 2012.

ARTIKEL SKRIPSI - KEDOKTERAN UMUM - UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2013 PURWOGINANGSIH

6.

Balducci L. Anemia and physical decline in the elderly. 2007. http://www.anemia.org/professionals/res earch/articles/commentary_anemia_inde pendent.jsp. Diakses pada 16 oktober 2012. 7. Chaves PH. Definition of anemia in elderly women may be too rigid. NAAC 2002. Availablefrom:http://www.anemia.org/p atients/research/elder_health4.jsp. Diakses pada 16 oktober 2012. 8. Setiyati S, Harimurti K, Roosheroe AG. Proses menua dan implikasi klinisnya. Dalam: Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus Simadibrata, Setiyati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. 2006: 1345-50. 9. Panjaitan S. Berbagai aspek anemia penyakit kronik pada lanjut usia. Available from: http://library.usu.ac.id/downlo0ad/fk/ 10. Bakta IM. Pendekatan terhadap pasien anemia. Dalam: Sudoyo Aru W,Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus Simadibrata, Setiyati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. 2006: 632-33. 11. http://www.smallcrab.com/Lanjut-usia 841 anemia-pada lansia. Diakses pada 07 oktober 2012 12. Jurnal Kesmasnas.Hasil Survei Kesehatan Nasional.Jakarta. 2007. 13. Gandosoebrata R.Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat.2010. 14. P.C.Suharti. Soenarto, Kelainan Hematologi pada Usia Lanjut. Dalam Martono H.H. Kris Pranarka.editor Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Jakarta:FKUI. 2010. 15. Prasetyo Y.F, Hubungan Usia Terhadap Anemia pada Pasien Geriatri dengan

Penyakit Kronik.KTI.Semarang: UNDIP.2008.

FK

ARTIKEL SKRIPSI - KEDOKTERAN UMUM - UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2013 PURWOGINANGSIH

Anda mungkin juga menyukai