Anda di halaman 1dari 4

Artikel 1 : Lung Cancer Incidence in Never Smokers

Pada penelitian diatas metode penelitian yang dipakai adalah cohort prospektif dimana
sampel yang diteliti adalah yang pernah merokok, yang sudah berhenti merokok dan sebagai
variable control adalah yang tidak pernah merokok. Sampel pada penelitian ini adalah dari umur
40 sampai dengan umur 79 tahun.

Penelitian ini memakai 6 studi yaitu Nurse Health Study (NHS), Multiethnic Cohort
(MEC) Study, Health Professional Follow-Up Study (NHFS), First National Health and
Nutrition Examination Survey Epidemiologic Follow-Up Study (NHEFS) dan Swedish
Uppsala/O¨ rebro Lung Cancer Register (U/OLCR) dimana keenam studi ini memakai system
cohort prospektif dan bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan secara geografik dan
demografik.

Dari keenam studi ini didapatkan insidens rate kanker paru pada sampel yang tidak
pernah merokok, yang sudah berhenti merokok dan yang masih merokok dalam rentang umur
40-79 tahun.

Status Merokok (Insiden Rate)


Penelitian Lokasi
Tidak Pernah Sudah Berhenti Masih Merokok
NHS (Wanita) 15.2 76.9 293.3 US
NHFS (Pria) 11.2 67.6 304.3 US
CTS (Wanita) 20.8 65.6 264.4 California
MEC (Pria) 13.7 80 314.6 California/Hawai
MEC (Wanita) 20.7 65.2 233.7 California/Hawai
U/OLCR (Pria) 4.8 59.8 173.7 Sweden
U/OLCR (Wanita) 14.4 51.4 149.4 Sweden
NHEFS (Pria) 12.7 141.4 362.7 US
NHEFS (Wanita) 19.3 69.1 168.8 US
*Insidens Rate per 100.000 populasi per tahun

Dari tabel diatas dapat diasumsikan bahwa insidens rate paling tinggi untuk terkena kanker paru
yaitu pada sampel yang masih merokok namun berdasarkan keenam penelitian ini kanker paru
pada sampel yang tidak pernah merokok adalah adenocarcinoma dan umur untuk terdeteksi nya
kanker paru pada sampel yang tidak pernah merokok lebih tua dibandingkan dengan yang masih
merokok dan yang sudah berhenti merokok.

Kanker paru tipe adenokarsinoma lebih sering pada yang tak pernah merokok, perokok
ringan dan yang sudah berhenti merokok dimana prevalensi adenokarsinoma akan terus
meninggkat tiap tahun setelah seseorang berhenti merokok. Walaupun demikian, terdapat
proporsi yang lebih tinggi pada sampel yang tak pernah merokok yang terkena adenokarsinoma
dibandingkan sampel yang sudah berhenti dan masih merokok.
Artikel 2 : Psoriasis and Hypertension
Penelitian diatas menggunakan studi case control dimana menggunakan 12.502 pasien
psoriasis diatas umur 20 tahun dan 24.285 orang sebagai control. Pada penelitian ini ingin
menyampaikan apakah adanya hubungan antara hipertensi dengan kejadian psoriasis dimana
banyak penelitian terdahulu gagal untuk mengungkapkan adanya hubungan tersebut. Penelitian
ini sangat cocok menggunakan studi case control dikarenakan angka kejadian penyakit psoriasis
yang masih rendah.

Dari tabel diatas didapatkan bahwa nilai OR, dimana studi case control bertujuan untuk menilai
besarnya OR. Di tabel diatas tidak dikemukakan jumlah pasien psoriasis yang menderita
hipertensi namun pada tabel diatas dikemukakan faktor resiko dari hipertensi yang berhubungan
dengan psoriasis dimana OR terbesar yaitu pada faktor resiko merokok yaitu sebesar 1,9 yang
artinya dimana terdapat probabilitas psoriasis yang diakibatkan oleh merokok dibandingkan yang
tidak yaitu sebesar 2:1.

Pada penelitian ini dikemukakan juga adanya hubungan peningkatan renin plasma yang
merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi. Kemudian, dilaporkan juga hipertensi pernah
ditemukan pada pasien psoriasis dan dikemukakan bahwa pengobatan pada penyakit psoriasis
tersebut menggunakan NSAID dimana mengandung COX-2 yang juga berefek dengan
peningkatan tekanan darah.

Namun pada penelitian ini memerlukan penelitian yang lebih mendalam berupa
penelitian cohort pada pasien psoriasis yang berumur diatas 30 tahun.untuk mengetahui apakah
psoriasis dapat menyebabkan seseorang menjadi hipertensi. Penelitian ini tidak cukup untuk
mendukung apakah terdapatnya asosiasi antara psoriasis dan hipertensi, apakah hipertensi yang
dapat menyebabkan psoriasis atau psoriasis lah yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.
Kekurangan pada penelitian ini adalah berupa validasi klinik yang kurang terhadap psoriasis,
terlalu banyaknya sampel yang diambil sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan pada
pengolahan data dan untuk melakukan validasi data juga sangat tidak memungkinkan.
Artikel 3 : Prevalence of Metabolic Syndrome
Among an Urban Population in Kenya
Penelitian diatas bertujuan untuk mengemukakan prevalensi penyakit sindroma metabolik
pada masyarakat Kenya khusunya perkotaan. Dimana tempat yang dipilih yaitu Langata karena
tempat tersebut terdapat 5 kelas socioekonomi, mulai dari taraf socioekonomi sangat tinggi
sampai yang sangat rendah. Hasil penelitian yang mengunakan 539 sampel dimana perbandingan
laki-laki dan perempuan hampir mencapai 1:1 didapatkan bahwa prevalensi penyakit sindroma
metabolic sebesar 34.6% dan prevalensi tertinggi terdapat pada wanita.

Pada penelitian ini, sindroma metabolic yang paling sering ditemukan yaitu tekanan
darah tinggi, rendahnya kadar HDL, lingkar pinggang yang besar dan peningkatan kadar gula
darah puasa.

Terdapat perbedaan prevalensi menurut kelompok umur yaitu


 18-24 : 9.9 %
 25-34 : 23,8 %
 35-44 : 39.6 %
 45-54 : 46,5 %
 >55 : 63,5 %

Dari hasil diatas didapatkan umur >55 tahun memiliki angka perbedaan yang paling tinggi yaitu
63,5 %. Tingginya prevalensi pada umur > 55 tahun kemungkinan diakibatkan oleh gaya hidup
sewaktu muda yang tidak sehat ditambah dengan proses degenerasi. Kemudian dapat
dikesimpulkan bahwa terjadinya peningkatan prevalensi seiring peningkatan umur.

Namun pada penelitian ini dikemukakan tentang bagaimana faktor resiko terjadinya sindroma
metabolic dengan menggunakan nilai OR. Sebaiknya untuk menentukan faktor resiko seharusnya
menggunakan penelitian cohort ataupun experimental karena pada studi case control hanya dapat
menyebutkan probabilitas dan tak bisa melihat hubungan faktor resiko tersebut sehingga
menyebabkan sindroma metabolic

Artikel 4 : Severe Respiratory Disease Associated


with Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS-CoV)
Pada penelitian case report diatas didapatkan bahwa :
1. Terjadinya penurunan case fatality rate dari 60% menjadi 45% terhitung dari outbreak
sampai 24 september 2013
2. proporsi laki-laki yang terkena dari semua kasus sebesar 62 % sehingga dapat dikatakan
hampir seluruh pasien MERS tersebut adalah pria. Namun alasan tingginya proporsi laki-
laki tersebut masih belum diketahui secara pasti tetapi kemungkinan besar karena hormon
estrogen pada wanita yang dikhususkan dapat menjadi salah satu sistem pertahanan tubuh
yang alami.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada umur >41 tahun ditemukan tingginya kasus
berat berbeda dengan umur <41 tahun. Kemudian juga kasus serius pada umur <41 tahun sangat
sedikit, baik dengan comorbid maupun tanpa komorbid.

Pada penelitian diatas data yang dimiliki belum cukup untuk menunjang penegakan
penyebab pernyebaran penyakit MERS ke beberapa wilayah eropa sehingga perlu penelitian
lebih lanjut dan mendalam terhadap penyakit MERS tersebut.

Anda mungkin juga menyukai