Anda di halaman 1dari 12

Gambaran Hematology Pasien COVID-19 di RSUP Sanglah

Nova Andari Kluniari1, Prof. Dr. dr. Ketut Suega, Sp.P.D.,K-HOM,


dr. I Wayan Losen Adnyana, Sp.P.D.,K-HOM, dr. Ni Made Renny A. Rena,
Sp.P.D.,K-HOM, dr. I Gede Ketut Sajinadiyasa,SpPD-KP2
1
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali Indonesia
2
Departemen/KSM Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali Indonesia
Korespondensi : 082144919992/Email: andarikung@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi COVID-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus corona yang baru ditemukan. Manefestas klinis sangat mirip dengan
dengan infeksi virus lainnya, karena itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk
membedakan infeksi COVID-19 dengan infeksi virus lain. Hematologi rutin
merupakan pemeriksaan dasar yang sering dilaksanakan. Pemeriksaan ini dapat
berperan untuk mengidentifikasi kasus COVID-19 dan memberikan data penting bagi
Klinisi.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hematologi rutin pasien
infeksi COVID-19 dewasa. Metode penelitian retrospective cross sectional dengan
subjek penelitian 44 orang terinfeksi COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar pada bulan Maret - Mei 2020. Diagnosis COVID-19
menggunakan metode RT-PCR. Kriterian inklusi berusia 18 tahun atau lebih. Kriteria
eksklusi pasien infeksi COVID-19 dengan Dengue. Pemeriksaan hematologi rutin
menggunakan metode flowcytometry dengan alat Cell-dyn Ruby Abbot.
Hasil: Empat puluh empak subjek dengan mayoritas laki-laki yaitu 29 Orang
(65,9%). Rerata usia subjek adalah 40 ± 11.19 tahun. WBC normal 84%. Rata-rata
WBC pada 7,57± 3,28 x103/µL. Sebanyak 8 subjek (18.1%) limfopenia, 36 subjek
(81.8%) limfosit normal. Rerata nilai limfosit 1.7 ± 0.7x103/µL. Sebanyak 40 orang
(90,9%) sampel menunjukkan kadar Hb dalam darah normal. Terdapat 34 subjek
(77,2%) dengan trombosit normal. Trombositopenia terjadi pada 8 sampel (18,18%)
Rerata nilai Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) adalah 31.5 ± 2.0.
Kesimpulan: Pada penelitian ini memperoleh hasil bahwa pada pasien sirosis hepatis
terdapat hubungan negatif moderat yang bermakna antara CRP dengan kadar serum
albumin
Kata kunci : COVID-19, Hematologi, Limfosit, Trombosit, Neutrophil Lymphocyte
Ratio
PENDAHULUAN

Penyakit Coronavirus (COVID-19) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


virus corona yang baru ditemukan. Orang-orang yang terinfeksi virus COVID-19
akan mengalami gejala respirasi dari ringan hingga berat. Pada orang-orang tua
dengan penyakit penyerta seperti diabetes, penyakit respirasi kronis, dan penyakit
keganasan, infeksi dapat berkembang menjadi gejala yang lebih serius. Penyakit ini
pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019. Kemudian pada 11
February 2020, WHO mengumumkan nama penyakit akibat corona virus ini sebagai
COVID-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, Penyakit COVID-19 dinyatakan sebagai
Pandemi.1

Mayoritas pasien dengan infeksi COVID-19 bergejala ringan. Gejala sedang


seperti dispnea dapat timbul setelah 1 minggu infeksi. Gejala berat berkembang
sangat cepat menjadi gejala gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), metabolic asidosis, koagulopati, dan syok sepsis. Indentifikasi faktor risiko
awal untuk terjadinya gejala penyakit yang berat dan membutuhkan akses terhadap
perawatan intensif sangat diperlukan. 2 Manefestas klinis sangat mirip dengan dengan
gejala-gejala infeksi virus lainnya, oleh karena itu diperlukan suatu metode yang tepat
untuk membedakan infeksi COVID-19 dengan infeksi virus lain. 3

Deteksi Viral Nucelic Acid dengan real-time reverseyransription Polymerase


Chain Reaction (RT-PCR) masih menjadi gold standar untuk diagnosis dan
monitoring COVID-19, pemeriksaan ini membutuhkan waktu dan memiliki
prevalensi negatif palsu yang tinggi yaitu mencapai 6,7. Pemeriksaan laboratorium
seperti whole white blood cells (WBCs) count, neutrophil ratio, lymphocyte count, C-
reactive protein (CRP), erythrocyte sedimentation rate (ESR), hemoglobin, dan
platelet dikatakan berubah pada kasus infeksi COVID-19.4

Pemeriksaan hematologi rutin merupakan pemeriksaan dasar yang sering


dilaksanakan di laboratorium. Jika pemeriksaan ini dapat berperan untuk
mengidentifikasi kasus COVID-19, pemeriksaan ini akan memberikan data penting
bagi Klinisi. Pada penelitian ini penulis akan menyampaikan data deskriptif
pemeriksaan hematologi rutin pada pasien COVID-19 yang di rawat di RSUP
Sanglah pada Maret 2019 hingga Mei 2019.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan hematologi rutin


pasien infeksi COVID-19 dewasa. Penelitian ini adalah penelitian retrospective cross
sectional dengan subjek penelitian 44 orang terinfeksi COVID-19 dimana 44 orang
ini adalah seluruh pasien infeksi COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar pada bulan Maret 2020 hingga Mei 2020. Diagnosis
COVID-19 menggunakan metode RT-PCR. Berusia 18 tahun atau lebih. Sampel yang
kami eksklusi adalah pasien dengan diagnosis infeksi COVID-19 dengan Dengue.
Pemeriksaan hematologi rutin menggunakan metode flowcytometry dengan alat Cell-
dyn Ruby Abbot.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini melibatkan 44 orang yang merupakan pasien yang dirawat di RSUP
sanglah sejak Maret 2020 hingga Mei 2020 dan didiagnosis infeksi COVID-19
dengan metode RT-PCR dan berusia minimal 18 tahun. Karakteristik penelitian
dengan mayoritas laki-laki yaitu 29 orang (65,9%) pasien terinfeksi COVID-19
dibandingkan 15 orang (34,1%) adalah perempuan. Rerata usia pasien terinfeksi
COVID-19 adalah 40 ± 11.19 tahun. Usia termuda sampel adalah 20 tahun dan usia
tertua adalah 67 tahun. Sebanyak 9 orang (20,4%) di rawat di ruang isolasi intensif
dan 35 orang (79.5%) di rawat di ruang isolasi standar.

Tabel 1. Demografi Jenis Kelamin

Jumlah Persen (%)


Laki-laki 29 65.9
Perempuan 15 34.1
Tabel 2. Demografi Ruang Rawat

Jumlah Sampel Persentase (%)


Isolasi Intensif 9 20,45%
Isolasi Standar 35 79,55%

Pada penelitian ini kami mengamati hasil pemeriksaan hematologi rutin yang
dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit. Pemeriksaan hematologi rutin
menggunakan metode flowcytometry dengan alat Cell-dyn Ruby Abbot. Terdapat 37
orang sampel (84%) dengan White Blood Count (WBC) dalam rentang normal. Dua
orang (0.04%) dengan leukopenia, sedangkan 5 orang (11,3%) dengan leukositosis.
Rata-rata nilai WBC pada sample mencapai 7,57± 3,28 x103/µL. Nilai WBC
terendah 2,68 x103/µL sedangkan nilai WBC tertinggi mencapai 18,8 x103/µL.

Mayoritas sampel dengan netrofil normal, yaitu mencapai 70,45 % dari 44


sampel. 18,18% dari 44 sampel dengan Netrofil rendah dan 11,36 % dengan netrofil
tinggi. Rerata nilai netrofil pada sampel adalah 4,81x10 3/µL dengan standar deviasi ±
2,35 x 0.7x103/µL.

Sebanyak 8 orang (18.1%) mengalami limfopenia sedangkan 36 orang sisanya


(81.8%) memiliki nilai limfosit yang normal. Rerata nilai limfosit pada sampel
mencapai 1.7 ± 0.7x103/µL dengan nilai limfosit terendah 0,6 x103/µL dan nilai
tertinggi 4.0 x103/µL. Semua nilai Eosinofil (100%) pada sampel dengan nilai
normal. Pada pemeriksaan monosit, hampir semua sampel dengan nilai normal.
Hanya ada 1 sampel (0.025%) yang memiliki nilai monosit yang rendah. Rata-rata
nilai monosit pada sampel 0.46 x103/µL ± 0,2 x103/µL, dengan nilai monosit
terendah 0,1 x103/µL dan nilai monosit tertinggi 0.4 x103/µL.

Rerata nilai Red Blood Cell (RBC) pada sampel adalah 5,13 x106/µL ± 0,65
x106/µL, dengan nilai terendah 3.33 x106/µL dan nilai tertinggi 6.80 x106/µL.
sebanyak 21 orang (47,72%) sampel dengan RBC tinggi. Satu orang (0,027%)
dengan RBC rendah dan 22 orang (50%) dengan RBC normal.
Sebagian besar sampel dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah normal.
Sebanyak 40 orang (90,9%) sampel menunjukkan kadar Hb dalam darah normal.
Hanya 1 orang sampel (0.027%) dengan anemia, sedangkan hanya 3 orang (0,086%)
dengan kadar Hb yang tinggi dalam darah. Nilai Hb terendah mencapai 8,27 g/dL dan
nilai tertinggi mencapai 17,89 g/dL. Rerata nilai Hb mencapai 13.9 g/dL ± 1,8 g/dL.

Pada parameter hematokrit (HCT), kami temukan rerata HCT mencapai


43,27% ± 5.06%. Nilai HCT terendah mencapai 26,76% dan nilai HCT tertinggi
53.17%. Mayoritas nilai HCT normal pada sampel yaitu mencapai 30 sampel
(68,1%), hanya 2 sampel (0,45%) dengan nilai HCT rendah, sedangkan 10 sampel
lainnya (22,7%) dengan nilai HCT yang tinggi.

Dari 44 sampel yang diamati mayoritas dengan Platelet Count (PLT) yang
normal. Terdapat 34 sampel (77,2%) dengan PLT normal. Trombositopenia hanya
terjadi pada 8 sampel (18,18%) sedangkan trombositosis terjadi pada 2 orang sampel
(0,045%). Rerata nilai PLT pada sampel mencapai 242 x103/µL ± 130,3 x103/µL.
Nilai PLT terendah adalah 73,43 x103/µL sedangkan nilai tertinggi mencapai 830
x103/µL.

Red cell distribution width (RDW) pada sampel rata-rata 11,51% ± 0,84%.
Nilai tertinggi RDW 14,68% dan nilai terendah 10,27%. Sebanyak 27 sampel
(61,36%) dengan RDW yang rendah dan sebanyak 17 sampel (38,63%) dengan RDW
normal. Tidak ada sampel dengan nilai RDW tinggi.

Rerata nilai Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) adalah 31.5 ± 2.0. Nilai
NLR terendah 0,7 sedangkan nilai NLR tertinggi 7,8. Mayoritas sampel dengan nilai
NLR normal yaitu 29 orang (65,90%). Hanya 15 sampel (34,09%) dengan nilai NLR
tinggi. Rerata Platelet Lymphocyte Ratio pada penelitian ini adalah 152,87 ± 91,77
dengan nilai minimal 40,79 dan nilai maksimal 576,45. Untuk nilai MLR sendiri,
rerata mencapai 0,29, dengan nilai maksimal 0,71 dan nilai minimal 0,01.
Tabel. 3 Deskripsi Hematologi

Nilai Min Nilai Max Rerata St.Deviasi


WBC 2.68 18.80 7.57 3.28
Neutrofil 1.27 11.53 4.81 2.35
Limfosit 0.62 4.00 1.77 0.77
Monosit 0.01 0.92 0.46 0.20
RBC 3.32 6.80 5.13 0.65
Hb 8.27 17.98 13.94 1.80
HCT 26.76 53.17 43.27 5.06
PLT 73.43 830.50 242 130
RDW 10.27 14.68 11.51 0.84
NLR 0.70 7.83 3.15 2.00

PEMBAHASAN

Pada data demografi yang kami dapatkan dari penelitian ini, mayoritas penderita
COVID-19 adalah laki-laki yang berjumlah 29 orang (65,9%) dan 15 orang (34,1%)
adalah perempuan. Data yang kami dapatkan berbeda dengan penelitian oleh Qifang
Bi dan kawan-kawan yang mengamati 391 pasien terinfeksi COVID-19 di Shenzen
pada 14 januari 2020 hingga 12 februari 2020. Qifang Bi dan kawan-kawan
mendapatkan 63 (72%) pasien perempuan dan 24 (28%) laki-laki. 5
Hasil penelitian
ini sejalan dengan laporan WHO tanggal 18 April 2020, dilaporkan bahwa dari data
yang masuk berdasarkan 716 570 Case Reporting Form (CRF) yang masuk dari
seluruh dunia, 95,9% melaporkan pasien COVID-19 berdasarkan usia dan jenis
kelamin dengan perbandingan penderita COVID-19 Laki-laki : Perempuan adalah
1.03 : 1.6 Pada laporan WHO 1 April 2020 tentang epidemiologi penderita COVID-
19 di Afrika, dilaporkan 3766 kasus di benua Afrika. Mayoritas penderita adalah laki-
laki, dengan perbandingan jumlah penderita laki-laki : Perempuan mencapai 1,5 : 1.7

Eugene dan kawan-kawan pada penelitiannya tentang Parameter Hematology


pada pasien COVID-19 di singapura menyatakan bahwa hanya 9 dari 67 pasien
(13,4%) memerlukan perawatan intensif. 8
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
kami lakukan dimana pada penelitian kami hanya sebanyak 9 dari 44 sampel
(20,45%) yang memerlukan perawatan ruang intensif, sedangkan 35 sampel lainnya
(79,55%) hanya memerlukan ruangan isolasi standar.

Inflamasi yang diakibatkan oleh penyakit infeksi berperan penting dalam


progresivitas berbagai macam viral pneumonia. Respon inlfamasi yang berat berperan
dalam respon imun adaptive yang lemah, sehingga mengakibatkan respon imun yang
tidak seimbang. Dengan demikian biomarker yang ada di sirkulasi yang dapat
mewakili status inflamasi dan respon imun berpotensi sebagai prediktor dari
prognosis pasien terkonfirmasi dengan COVID-19.9 Penghitungan sel darah tepi
merupakan analisis dari pemeriksaan laboratorium yang simpel, efektif, dan cepat
untuk mengevaluasi respon inflamasi.10

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chaolin Huang dan kawan-kawan


dinyatakan bahwa pada saat admisi di rumah sakit, 25% dari 40 orang pasien
terkonfirmasi COVID-19 menunjukkan leukopenia, 45 % dari 40 pasien dengan
WBC normal dan 35% dari 40 orang dengan leukositosis. 11 Pada penelitian ini kami
dapatkan 37 orang sampel (84%) dengan White Blood Count (WBC) dalam rentang
normal. Terdapat 2 orang (0.04%) dengan leukopenia, sedangkan 5 orang (11,3%)
dengan leukositosis. Pada penelitian yang dilakukan oleh Eugene dan kawan kawan
di singapura, 19 dari 67 pasien terkonfirmasi COVID-19 (29,2%) pasien mengalami
leukopenia.8

Neutrofil merupakan komponen mayor dari populasi leukosit yang teraktifasi


dan mengalami migrasi dari sistem vascular ke sistem organ. Neutrofil melepaskan
sejumlah besar oksigen reaktif yang dapat menginduksi DNA pada sel hancur dan
membebaskan virus dari sel jadi antibody dependent cell mediated dapat membunuh
virus secara langsung, mengeluarkan antigen virus, dan menstimulasi imunitas cell-
specific dan imunitas humoral.9 Pada penelitian ini kami dapatkan mayoritas sampel
dengan netrofil normal, yaitu mencapai 70,45 % dari 44 sampel. 18,18% dari 44
sampel dengan netrofil rendah dan 11,36 % dengan netrofil tinggi. Rerata nilai
netrofil pada sampel adalah 4,81x103/µL ± 2,35 x 0.7x103/µL. Xiao-Wei Xu dan
kawan-kawan meneliti 62 pasien di provinsi Zhejiang Cina mendapatkan rata-rata
neutrophil pasien 2,9 x 109/L dengan netrofil terendah adalah 2,0 x 109/L dan
neutrophil tertinggi 3,7 x 109/L.12 Dari data yang ada, neutrofilia merupakan sebuah
ekspresi dari badai sitokin dan keadaan hiperinflamasi yang memiliki peranan
patogenetik penting pada COVID-19. Kelainan cytoplasmic dan nuclear
morphological anomalies dari hiposegmen sampai apoptosis ditemukan pada
granulosit yang ada di sirkulasi yang diperiksa pada saat pasien masuk rumah sakit,
kemungkinan berhubungan dengan hiperinflamasi dan badai sitokin. Biasanya
diawali dengan peningkatan reaktif limfosit. Neutrofilia juga mengindikasikan
superimposed infeksi bacterial.13 Eugene dan kawan-kawan menekankan bahwa
neutrofilia banyak terjadi pada pasien yang di rawat di ICU.8

Limfopenia merupakan temuan yang umum diantara pasien dengan COVID-


19. Limfopenia merupakan petunjuk adanya respon imun yang terganggu akibat dari
infeksi virus.13 Pada penelitian yang dilakukan Huang dan kawan-kawan terhadap 41
orang terkonfirmasi COVID-19, limfopenia terjadi pada 26 pasien (63%). 11 Berbeda
dengan penelitian yang kami lakukan, kami mendapatkan hanya sebanyak 8 orang
(18.1%) mengalami limfopenia sedangkan 36 orang sisanya (81.8%) memiliki nilai
limfosit yang normal. Rerata nilai Lymphocyte Count pada sampel mencapai 1.7 ±
0.7x103/µL. Terdapat persentase limfopenia pada pasien COVID-19 berdasarkan
geografis. Sebuah penelitian di singapura menyatakan persentase limfopenia lebih
rendah begitu pula Analisa pasien secara restrospektif di provinsi Zhejiang yang
berlokasi sekitar 450 mil dari Wuhan. Sebaliknya, pada beberap pasien di Italia,
banyak pasien yang datang ke unit emergensi menunjukkan limfopenia. Alasan dari
perbedaan ini tidak jelas, kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor. Adanya
mutase genom virus, mungkin menyebabkan perbedaan respon imunologis sejalan
dengan meluasnya pandemi ke negara-negara lain.13 Penelitian metaanalisis yang
dilakukan oleh Qianwen dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa limfopenia
merupakan bagian yang prominen dari infeksi COVID-19 yang berat. Limfosit
dibawah 1,5 x 109/L mungkin dapat dijadikan acuan untuk menilai beratnya infeksi
COVID-19 dan memperkirakan prognosis.1
Tidak banyak pembahasan mengenai penghitungan sel darah merah pada
COVID-19. Rerata nilai Red Blood Cell (RBC) pada sampel adalah 5,13 x106/µL ±
0,65 x106/µL, dengan nilai terendah 3.33 x106/µL dan nilai tertinggi 6.80 x106/µL.
sebanyak 21 orang (47,72%) sampel dengan RBC tinggi. Hanya 1 orang (0,027%)
dengan RBC rendah dan 22 orang (50%) dengan RBC normal. Pada penelitian multi
senter yang dilakukan oleh Jiao dan kawan-kawan yang meneliti 372 pasien COVID-
19 di Guangdong dan Wuhan China, mereka mendapatkan rerata RBC pada pasien
dengan infeksi COVID-19 yang ringan adalah 4.5 g/dL ± 0.6 g/dL dan pada Infeksi
COVID-19 yang berat rerata RBC 4.2 g/dL ± 0.6 g/dL.14

Wenzhong dan kawan-kawan pada penelitiannya yang menganalisa ikatan


antara protein virus dengan heme dan porphyrin melalui metode molecular docking,
menemukan bahwa ORF8 dan permukaan glikoprotein dapan berkombinasi dengan
porphyrin membentuk sebuah komplek. Pada waktu yang sama protein orf1ab,
ORF10 dan ORF3a menghancurkan heme pada rantai β-1 dari hemoglobin untuk
mendisosiasi besi yang membentuk porphyrin. Penghancuran ini mengakibatkan
turunnya jumlah hemoglobin yang mampu membawa oksigen.15 Pada penelitian kami
Sebagian besar sampel dengan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah normal.
Sebanyak 40 orang (90,9%) sampel menunjukkan kadar Hb dalam darah normal.
Hanya 1 orang sample (0.027%) dengan anemia, sedangkan hanya 3 orang (0,086%)
dengan kadar Hb yang tinggi dalam darah. Nilai Hb terendah mencapai 8,27 g/dL dan
nilai tertinggi mencapai 17,89 g/dL. Rerata nilai Hb mencapai 13.9 g/dL ± 1,8 g/dL.
Eugene dan kawan-kawan menyatakan pada saat admisi kadar hemoglobin Sebagian
besar pasien COVID-19 di Singapura dalam batas normal. 8 Xiao-wei dan kawan-
kawan pada penelitiannya di luar Wuhan menyatakan bahwa kadar Hb rata-rata
pasien COVID-19 adalah 13,7 g/dL.12 Pada penelitian di Wuhan oleh chuang dan
kawan-kawan ditemukan rerata hb pasien COVID-19 adalah 12,6 g/dL.11

Dari 44 sampel yang diamati mayoritas dengan Platelet Count ( PLT) yang
normal. Terdapat 34 sampel (77,2%) dengan PLT normal. Trombositopenia hanya
terjadi pada 8 sampel (18,18%) sedangkan trombositosis terjadi pada 2 sampel
(0,045%). Rerata nilai PLT pada sampel mencapai 242 x103/µL ± 130,3 x103/µL.
Nilai PLT terendah adalah 73,43 x103/µL sedangkan nilai tertinggi mencapai 830
x103/µL. Sejalan dengan penelitian di Wuhan cina oleh Chaolin Huang dan kawan-
kawan 95 % pasien dengan PLT diatas 100 x103/µL dan terdapat 5 % pasien dengan
trombositopenia di bawah 100 x103/µL.11 Begitu pula pada penelitian oleh Xiao-Wei
Xu dan kawan-kawan yang menyatakan mayoritas pasien COVID-19 dengan PLT
normal dan hanya 5 % yang mengalami trombositopenia di bawah 100 x103/µL.

SARS-CoV-2 dan Human SARS-CoV memiliki 82% memiliki 82% nucleotide


homology. Karena keduanya memiliki karakteristik antigen yang identik, di
spekulasikan SARS-CoV-2 HCoV-229E memiliki kesamaan. Trombositopenia yang
terjadi pada memiliki kesamaan. Trombositopenia yang terjadi pada COVID-19 di
spekulasikan merupakan hasil dari beberapa faktor. Infeksi virus yang langsung
menginfeksi sumsum tulang hingga mengganggu hematopoesis, peningkatanan
autoantibodi kompleks yang meningkatkan destruksi spesifik terhadap platelet, dan
hancurnya endotel paru yang mengaktivasi platelet sehingga meningkatkan agregasi
platelet, meningkatkan konsumsi platelet sehingga menurunkan jumlah platelet di
sirkulasi. Peningkatan D-dimer dan peningkatan waktu koagulasi membuktikan
hipotesis terdapat koagulasi intravascular yang rendah.16

Penghitungan platelet digunakan pada beberapa sistem skoring yaitu Multiple


Organ Dysfunction Score (MODS), Simplified Acute Physiology Score (SAPS) II,
dan Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE) II, dan
trombositopenia merupakan sebuah indikator beratnya penyakit pada sistem skoring
tersebut.13 Pada penelitian metaanalisis yang dilakukan oleh lippi dan kawan-kawan
dikatakan trombositopenia berkaitan dengan infeksi COVID-19 yang berat.17
Daftar Pustaka

1. Zhao Q, Meng M, Kumar R, dkk. Lymphopenia is associated with severe


coronavirus disease 2019 (COVID-19) infections: A systemic review and
meta-analysis. Int J Infect Dis 2020; 96:131–5
2. Liu J, Liu Y, Xiang p, dkk. Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio Predicts Severe
Illness Patients with 2019 Novel Coronavirus in the Early Stage. 2020.
Diunduh pada 20 Mei 2020. Didapat dari:
URL:https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.02.10.20021584v1.full.p
df
3. Wang C, Deng R, Gou L, dkk. Preliminary study to identify severe from
moderate cases of COVID-19 using NLR&RDW-SD combination parameter.
2020. Diunduh pada 20 Mei 2020. Didapat dari: URL:
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.04.09.20058594v1.full.pdf
4. Vakili S, Savardashtaki A, JamalniaS, dkk. Laboratory Findings of COVID-
19 Infection are Conflicting in Different Age Groups and Pregnant Women: A
Literature Review. Kerman University of Medical Sciences. 2020. Diunduh
pada 20 Mei 2020. Didapat dari: URL:
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.04.24.20078568v1.full.pdf
5. Bi Q, Wu Y, Mei S, dkk. Epidemiology and transmission of COVID-19 in
391 cases and 1286 of their close contacts in Shenzhen, China:a retrospective
cohort study. Lancet Infect Dis 2020.
6. World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (Covid 19) Situation
Report-89. 2020. Diunduh pada 20 Mei 2020. Didapat dari: URL:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/
20200418-sitrep-89-covid-19.pdf?sfvrsn=3643dd38_2
7. World Health Organization. COVID-19 Situation update for the WHO
African region. 2020. Diunduh pada 20 Mei 2020. Didapat dari: URL:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331655/SITREP_COVID-
19_WHOAFRO_20200401-eng.pdf
8. Fan BE, Chong VCL, Chan SSW, dkk. Hematologic parameters in patients
with COVID-19 infection. Am J Hematol. 2020;1–4.
9. Yang AI, Liu J, Tao W dan Li HM. The diagnostic and predictive role of
NLR, d-NLR and PLR in COVID-19 patients. Int Immunopharmacol 2020.
10. Han Q, Wen X, Wang L, dkk. Role of hematological parameters in the
diagnosis of influenza virus infection in patients with respiratory tract
infection symptoms. J Clin Lab Anal 2020;34:e23191.
11. Huang C, Wang Y, Li X, dkk. Clinical features of patients infected with 2019
novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet 2020; 395: 497–506
12. Xu XW, Wu XX, Jiang ZG, dkk. Clinical findings in a group of patients
infected with the 2019novel coronavirus (SARS-Cov-2) outside of Wuhan,
China: retrospective case series. BMJ 2020;368:m606
13. Frater JL, Zini G, d’Onofrio G dan Rogers HJ. COVID-19 and the clinical
hematology laboratory. Int J Lab Hematol 2020.
14. Gong J, Ou J, Qiu X, dkk. A Tool to Early Predict Severe 2019-Novel
Coronavirus Pneumonia (COVID-19): A Multicenter Study using the Risk
Nomogram in Wuhan and Guangdong, China. Zhongnan Hospital of Wuhan
University. 2020. Diunduh pada 20 Mei 2020. Didapat dari: URL:
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.17.20037515v2.full.pdf
15. Liu W dan Li H. COVID-19: Attacks the 1-Beta Chain of Hemoglobin and
Captures the Porphyrin to Inhibit Human Heme Metabolism. Sichuan
University of Science & Engineering. 2020. Diunduh pada 20 Mei 2020.
Didapat dari: URL: https://chemrxiv.org/articles/COVID-
19_Disease_ORF8_and_Surface_Glycoprotein_Inhibit_Heme_Metabolism_b
y_Binding_to_Porphyrin/11938173

Anda mungkin juga menyukai