Benjolan
1
STEP 1
1. Biopsi
2. Kemoterapi
3. Tumor marker
Suatu penanda tumor berupa substansi dalam tubuh yang dihasilkan oleh
sel kanker atau bahkan sel sehat berupa protein
4.Tumor
Neoplasma, suatu pertumbuhan abnormal jaringan dalam tubuh
2
STEP 2
3
STEP 3
1. Biopsi ada insisi dan eksisi. Dilakukan berdasarkan apakah tumor tersebut
jinak atau ganas. Metastatis dapat terjadi karena kesalahan menentukan tumor.
Macam macam biopsy:
eksisi
insisi
aspirasi
jarum
endoskopi
Penanganan kanker:
diagnosis tumor
diagnosis klinik
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin berupa:
hemoglobin
hematocrit
trombosit
leukosit
leukosit
laju endap darah
eritrosit
Pemeriksaan parasitologi
Pemeriksaan virologi
4
Pemeriksaan kimia klinik
Pemeriksaan urinalisis:
urin kateter
urin pagi
urin 24 jam
urin puasa
urin sewaktu
urin postpandrial
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan hemostasis
Tumor Marker:
5
STEP 4
1. Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit
atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ.
Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan
pendarahan.
Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh
manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati, dan paru-paru. Beberapa tipe
dari biopsi adalah:
Biopsi kapsul, untuk mengambil sampel dari lapisan usus.
Biopsi endoskopik, yaitu pengambilan sampel jaringan menggunakan alat yang
disebut endoskop
Biopsi jarum, untuk mengambil jaringan dari organ tubuh atau jaringan di
bawah kulit.
Biopsi eksisional, untuk mengambil bagian lebih besar dari jaringan.
Biopsi dengan alat untuk membuat lubang (punch biopsy), untuk mengetahui
kondisi kulit.
1. Pemeriksaan dan Terapi Kanker
Pemeriksaan Klinis
Melaksanakan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara umum dan
khusus. Pada anamnesis, tanyakan mengenai keluhan atau gejala
apapun yang dirasakan pasien. Biasanya pada pasien tumor jinak
tidak merasakan keluhan tapi pada pasien yang terkena tumor ganas
pada organ vital seperti otak, paru, hepar, pankreas, dan lain-lain
akan menimbulkan suatu gejala atau keluhan. Apabila ditemukan
tumor padat yang multiple dalam tubuh, perlu ditanyakan tumor
mana yang timbul lebih dahaulu untuk memperkirakan origin dari
tumor padat tersebut melalui keluhan yang dirasakan pasien.
6
yang letaknya dekat permukaan tubuh, dengan menggambar
topografinya supaya mudah untuk dideskripsikan. Hal yang perlu
dicatat adalah ukuran tumor padat dalam dua atau tiga dimensi,
konsistensinya, dan ada atau tidaknya pelekatan pada organ di
bawahnya. Pemeriksaan klinis juga mempunyai peranan penting
untuk memperkirakan apakah tumor tersebut jinak atau ganas.
Pemeriksaan Laboratorium
7
Limfosit: 20-40%
Monosit: 2-8%
3. Hemoglobin : pria (13,8-17,2 mg/dL) dan wanita (12,1-15,1
mg/dL)
4. Hematokrit : pria (40,7%-50,3%) dan wanita (36,1%-44,3%)
5. Hitung trombosit : 150.000-400.000 trombosit/mikroliter
8
disebut leukopenia atau sitopenia yang berarti tubuh kurang mampu
melawan infeksi.
Eosinofilia → jumlah eosinofil > normal → disebabkan infeksi
cacing, alergi, scabies, keracunan nikel
Eosinopenia → jumlah eosinofil < normal → steroid dan
ACTH
Basofilia → disebabkan reaksi alergi jangka panjang, misalnya
asma atau alergi kulit
Neutrofil meningkat → disebabkan infeksi bakteri
Limfosit meningkat → disebabkan infeksi virus
Monositosis → TBC
Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai adalah cara Wintrobe
dan cara Weetergren.
Westergen: pria (<10 mm/jam) dan wanita (<15 mm/jam)
Wintrobe: pria (<10 mm/jam) dan wanita (<20 mm/jam)
Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk
menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik,
artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat
menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah
(LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas,
sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan
sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
9
Pemriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan morfolgi tumor secara makroskopis dan mikroskopis.
Bahan pemeriksaan diambil dari biposi tumor padat atau dari
specimen operasi. Beberapa cara biposi yang sering dilakukan
antara lain :
10
Pengiriman Biopsi
11
stadium, memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan
mendiskusikan pola pengobatan.
b. Kelainan jinak disebut negatif → belum dapat menyingkirkan
adanya kanker; perlu dipikirkan kemungkinan negatif palsu.
c. Mencurigakan maligna disebut suspek → mungkin memerlukan
pemeriksaan lain sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan
potongan beku ataupun sitologi imprint atau kerokan durante
operasionam.
d. Tidak dapat diinterpretasi disebut inkonklusif → dapat terjadi
karena kesalahan teknik atau karena situasi tumor, misalnya mudah
berdarah, reaksi jaringan ikat banyak atau tumor terlalu kecil,
sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam praktek, sitologi
inkonklusif meningkatkan false negative.
Terapi Kanker
12
membelah seperti rambut, mukosa, sumsum tulang, kulit, dan
sperma serta dapat bersifat toksik bagi jantung, hati, ginjal, dan
sistem saraf. Teknik pemberian kemoterapi ditentukan oleh jenis
keganasan yang akan diobati, lokasi keganasan, dan jenis obat
sitotoksik yang diperlukan. Cara pemberian obat sitoksik tersebut
dapat diberikan secara oral, intravena, intralekal, intraventrikular,
intraperitoneal, intraarteria, dan intravesica.
2. Tumor Marker
Petanda tumor adalah suatu substansi yang dapat ditemukan dalam tubuh
karena adanya kanker, biasanya ditemukan dalam darah atau urine, yang
diproduksi langsung oleh sel-sel kanker atau tubuh sendiri sebagai respon
terhadap adanya kanker atau kondisi lain. Mayoritas petanda tumor adalah
protein. Petanda tumor ini ada beberapa macam. Beberapa hanya terdapat
dalam satu jenis kanker, lainnya bisa terdapat dalam beberapa jenis kanker.
Marker ini didaatkan dengan memeriksa darah atau urine menggunakan
antibodi manusia yang akan bereaksi dengan protein spesifik dari tumor
tersebut. Petanda tumor ini sangat berguna untuk skrining dan deteksi awal
kanker. Skrining digunakan pada pasien sehat yang tidak memiliki keluhan
maupun gejala klinis. Sedangkan deteksi awal berarti menemukan kanker pada
stadium awal, sebelum penyebaran dan masih berespon baik terhadap
pengobatan.
Manfaat kedua dari petanda tumor adalah membantu menentukan jenis kanker
dan membantu diagnosis penyebaran tumor ketika tumor primer(asal)nya
belum diketahui. Petanda tumor biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis
kanker, pada banyak kasus, kanker hanya didiagnosis dengan biopsi. Petanda
tumor juga dapat digunakan untuk menunjukkan agresivitas kanker seseorang
atau seberapa baik responnya terhadap obat tertentu. Hal ini mengingat
beberapa jenis kanker menyebar lebih cepat dibanding kanker yang lain. Tumor
marker juga digunakan untuk mendeteksi adanya kekambuhan (relaps) kanker
setelah terapi. Beberapa wanita yang sudah mendapatkan terapi untuk tumor
payudara selama bertahun-tahun, tetap harus melakukan pemeriksaan kadar Ca
13
15-3. Hal ini kadang dapat mendeteksi berulangnya kanker bahkan sebelum
munculnya gejala klinis atau terbukti dari pemeriksaan MRI, pada kasus kanker
colorectal, pemeriksaan CEA juga dapat mendeteksi kekambuhan. Dan yang
paling penting dari manfaat petanda tumor adalah untuk monitoring erapi
kanker, utamanya pada kanker stadium lanjut. Jika petanda tumor yang
diperiksa spesifik dengan jenis kanker, akan sangat mudah untuk mengetahui
rspon terapi daripada harus melakukan foto toraks ulang, CT scan, bone scan
atau pemeriksaan lain yang relatif lebih mahal. Jika kadar petanda tumor
menurun, hampir selalu merupakan indikasi keberhasilan terapi, begitu juga
sebaliknya.
Kadar normal AFP biasanya <20ng/ml. Kadar AFP akan meningkat pada dua
dari tiga pasien dengan kanker hati, kadar AFP ini akan meningkat seiring
dengan bertambahnya ukuran tumor. Pada pasien dengan kanker hati, kadar
AFP meningkat hingga >500ng/ml tapi perlu diwaspadai pula bahwa kadar
AFP juga meningkat pada hepatitis akut dankronis tapi kadarnya jarang
melebihi 100ng/ml. Kadar AFP juga meningkat pada kanker testis tertentu dan
kanker ovarium tertentu meskipun jarang.
CA 15-3
CA 125
Merupakan petanda tumor standar untuk monitoring selama atau setelah terapi
kanker epitel ovarium yang merupakan jenis kanker epitel ovarium tersering.
Lebih dari 90% wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut memiliki kadar
14
CA 125 yang tinggi.
CA 19-9
Petanda tumor untuk monitoring pasien dengan kanker kolorektal selama atau
setelah terapi, tetapi tidak bisa dipakai untuk skrining atau diagnosis. Kadarnya
bervariasi antar laboratorium, tapi kadar >5ng/ml dapat dikatakan abnormal.
15
3. Grading and Staging
Grading dan staging pada kanker dilatarbelakangi oleh fakta bahwa apabila
sebuah tumor primer tidak diobati maka akan meningkatkan risiko keganasan
dari tumor itu sendiri. Grading dan staging pada kanker diperlukan sebagai
sarana untuk pertukaran informasi antar pusat pengobatan kanker, sebagai
media untuk merencanakan pengobatan dan juga sebagai petunjuk untuk
prognosis.
Sistem staging kanker mendeskripsikan seberapa jauh kanker telah tumbuh dan
menyebar dalam tubuh. Sistem staging kanker berusaha menempatkan pasien
yang mempunyai prognosis dan terapi yang sama dalam satu kelompok
staging. Sistem staging merupakan penilaian yang bersifat klinik. Prognosis
dan terapi pada pasien sangat tergantung pada tingkatan kanker yang
dideritanya. Konsep umum dari staging dapat diterapkan ke hampir semua
kanker kecuali kebanyakan bentuk dari leukimia. Karena leukimia terdapat
dalam darah, mereka tidak terlokalisasi secara anatomis dalam tubuh seperti
layaknya kanker jenis yang lain. Secara umum, untuk sebagian besar tumor
solid, terdapat dua sistem staging kanker yang saling berhubungan yaitu Overal
Stage Groupings dan TNM system.
16
stadium bergantung pada jenis kankernya, misalnya prognosis pada stadium II
kanker paru akan berbeda dengan prognosis untuk kanker serviks pada stadium
yang sama. Sebelum kanker memasuki stadium tersebut, ada fase awal dari
pertumbuhan kanker dimana tumor primer yang ada pada jaringan hanya
ditemukan pada lapisan atas sel kanker primer dan belum menginvasi jaringan
atau sel lain di sekitarnya. Pada umumnya, kanker dapat kembali lagi
menyerang pasien berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah situs primer dari
tumor diangkat. Hal ini disebabkan oleh kanker tersebut telah menjalar ke
tempat yang jauh dari lokasi tumor primernya atau dapat juga disebabkan oleh
sebagian kecil tumor primer yang tertinggal pada saat pembedahan sehingga
nantinya tumor tersebut tumbuh menjadi tumor yang lebih besar. Kanker yang
kembali tumbuh tersebut dapat menjangkiti daerah yang sama (lokal) dan ada
pula yang telah bermetastasis.
b. TNM Staging
TNM merupakan singkatan dari Tumor, Nodes (kelenjar getah bening) dan
Metastasis. Setiap inisial tersebut terkategorisasi terpisah dan diklasifikasikan
dengan angka untuk memberi identitas tingkatannya. Sebagai contoh, T1N1M0
berarti pasien tersebut mempunyai Tumor tingkat 1, pembesaran nodus limf
tingkat 1, dan tidak bermetastasis.
17
Klasifikasi N adalah sebagai berikut:
a. Nx : penyebaran ke KGB masih belum diketahui
b. N0 : tumor tidak bermetastasis pada KGB
c. N1 : tumor bermetastasis ke KGB ipsilateral axillary lymph node(s)
d. N2 : tumor bermetastasis dari KGB menuju ke kelenjar lain
e. N3 : tumor bermetastasis lewat KGB dan telah menyebar ke bagian
tubuh yang lain
Karena terdapat perbedaan prognosis dan terapi pada pasien dengan jenis dan
tingkatan kanker yang berbeda menyebabkan tidak adanya rumusan staging
yang tepat dan umum untuk semua jenis kanker. Selain dua sistem yang
dipakai untuk sebagian besar jenis dari kanker juga terdapat sistem-sistem
staging lainnya yang dipakai dalam dunia medis untuk beberapa jenis kanker
18
yang spesifik. Sebagai contoh, Dukes staging system untuk kanker kolorektal
dengan klasifikasi A s.d. D dengan karakteristik kanker masing-masing.
Sistem grading kanker mengacu pada derajat diferensiasi tumor dan jumlah
mitosis sel tumor tersebut pada penampakan di bawah mikroskop. Sistem ini
merupakan penilaian histologis sehingga kurang mempunyai arti klinik. Sistem
grading kanker yang diterima secara umum ini diajukan oleh American Joint
Comission on Cancer (AJCC) meliputi empat tingkatan. Tingkatan dari sistem
ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi tingkatan kankernya, jumlah mitosis
sel kanker tersebut banyak dan berlebihan tetapi diferensiasi dari sel kankernya
buruk atau bahkan tidak berdiferensiasi sama sekali. Terdapat beberapa jenis
grading system yang spesifik, seperti Gleason’s system untuk kanker prostat,
Bloom-Richardson system untuk kanker payudara dan Fuhrman system untuk
kanker pada ginjal. Di bawah ini terlampir tabel prognosis beberapa tipe dari
tumor ganas berdasarkan dari terapi-terapi pasien dengan kanker di Inggris
Raya dihubungkan dengan rasio ketahanan hidup pasien kanker (5-years
survival rate).
19
c. G2 : sel tumor dengan sel normal bisa dibedakan dengan cukup jelas
d. G3 : sel tumor dengan sel normal susah dibedakan
e. G4 : sel tumor dengan sel normal tidak bisa dibedakan
Pemeriksaan Biopsi
20
Pemeriksaan mikroskopik terhadap sample tumor yang bisa menggambarkan
histopatologis –struktur dan kateristik sel- dari jaringan yang dicurigai kanker
tersebut. Ini menjadi penentu seseorang dapat divonis terkena kanker atau
tidak. Memang sangat dipengaruhi sekali pada saat pengambilan bahan biopsi,
sudah dapat mewakili seluruh kondisi tumor atau belum. Ada beberapa cara
pengambilan biopsi. Hal ini bisa dipilih dengan pertimbangan letak tumor,
efektivitas pengambilan, fasilitas yang tersedia dan kemungkinan radikalitas
tumor itu sendiri. Dikenal ada: open biopsy (eksisi dan insisional biopsy),
biopsy jarum, trucut biopsy, punch biopsy, dan curettage biopsy (biopsi
kerokan). Dari pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis, sifat sel tumor, dan
tingkat diferensiasi (perubahan) sel dari struktur normal sehingga bisa
diketahui seberapa ganasnya sel-sel tumor itu. Dari informasi ini kemudian
dokter bisa memprediksi hasil therapy yang nantinya akan diberikan.
Pengerjaan untuk melakukan biopsy dapat dilakukan sebelum pembedahan
utamanya dikerjakan (yang ini lebih dianjurkan), atau bisa juga pada saat
pembedahan sebagai upaya therapeutic. Yang paling penting diketahui bahwa
apapun hasilnya, si pasien mempunyai hak untuk mengetahui dan mendapatkan
hasil pemeriksaan patologi tersebut. Dan dokter dengan caranya tersendiri
wajib menginformasikan hal itu secara langsung kepada si pasien.
21
penderita dengan score di bawah 30, dimana seorang penderita sudah tidak
mampu lagi menjalankan aktifitas kesehariannya tanpa dibantu orang lain. Dari
sini juga akan dinilai penyakit atau gangguan apa saja yang menyertai
penderita kanker. Bisa itu implikasi dari keganasannya atau mungkin penyakit
yang berdiri sendiri, seperti; kelainan jantung, diabetes, gagal ginjal, liver, dan
lain-lain.
Ada beberapa bentuk therapy untuk keganasan yang memiliki respon berbeda
antar satu jenis kanker dengan jenis kanker yang lain. Jenis therapy itu
meliputi; pembedahan, khemotherapy, radiotherapy atau therapy penyinaran,
therapy hormonal, dan biotherapy. Dari data dan penelitian yang telah
dipelajari, sudah dapat dipastikan satu keganasan lebih sensitif terhadap
therapy A dibandingkan dengan therapy B. Namun dalam penerapannya akan
memberi hasil lebih optimal kalau dikombinasi antar jenis therapy itu.
Sehingga di bidang onkologi, therapy ini dapat digolongkan menjadi: therapy
utama, therapy tambahan, therapy komplikasi, dan therapy suportif / bantuan.
Misalnya, tumor ganas payudara atau carcinoma mammae, pembedahan
merupakan therapy utamanya, sedangkan khemotherapy dan atau radiotherapy
menjadi therapy tambahan. Jika dilakukan pembedahan, ada dua tujuan
utamanya, kalau bukan untuk kuratif (mengambil bersih tumornya),
pembedahan bisa bertujuan hanya sebagai therapy paliatif, dengan maksud
meringankan atau memperbaiki kondisi penderita tanpa memandang
pengangkatan tumor itu tuntas atau tidak.
Implementasi Therapy
Dari sini ditentukan jenis pembedahan apa yang akan diambil, kalau itu
memerlukan pembedahan. Kalau dibutuhkan kemotherapy, seberapa lama dan
berapa seri akan diberikan, kombinasi dari obat kemotherapy apa saja dan
seberapa banyak dosisnya. Begitu juga untuk radiotherapy dan hormonal
22
therapy, dengan telah melewati tahap-tahap sebelumnya, semestinya sudah
dapat ditentukan berapa banyak dosisnya, lama dan rentang waktu
pemberiannya. Ini merupakan tahap akhir penanganan kanker yang justru
sangat melelahkan dan menyakitkan bagi penderita. Di samping waktu
pelaksanaannya lama, juga mengingat efek samping yang ditimbulkan obat-
obat khemotherapy ini amat sangat tidak mengenakkan. Tidak jarang banyak
penderita yang kelahan, bosan, putus asa dan tersiksa menjalaninya sehingga
terpaksa harus menyerah di tengah jalan, terutama bagi mereka yang terkena
kanker bermetastase (menyebar) yang tidak bisa lepas menjalani therapy ini
seumur hidupnya.
Untuk mengetahui hasil therapy yang telah diberikan, perlu diadakan evaluasi
secara berkala. Bisa setiap 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun bahkan sampai 5 tahun
sekali secara periodik. Evaluasinya oleh dokter melalui pemeriksaan fisik yang
dilakukan dan atau ditambah pemeriksaan penunjang seperti yang sebelumnya
dikerjakan, terutama untuk mendeteksi ada tidaknya sisa atau pertumbuhan
penyebaran tumor itu lebih lanjut. Dari monitoring ini dapat saja seorang
onkolog menurunkan dosis dan memperpanjang waktu serial therapy yang akan
diberikan. Di sini dibutuhkan lagi disiplin serta semangat tinggi para penderita.
2. Yang diperiksa adalah beberapa komponen darah yaitu eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keeping darah). Pada lembar
hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah trombosit,
jumlah leukosit, dan hematokrit (perbandingan antara sel darah merah dan
jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap Darah)
dan hitung jenis leukosit.
Hasil DL yang normal adalah (hasil ini bervariasi, tergantung di laboratorium
mana kita periksa) :
23
Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl
Jumlah leukosit : 5000 – 10.000 /µl
Jumlah trombosit : 150.000 – 400.000 /µl
Hematokrit : 35 – 45 %
LED : 0 – 10 mm/jam (pria), 0 – 20 mm/jam (wanita)
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai
jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes
melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status
kesehatan umum.
SPESIMEN
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup
bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling
bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang
lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar
matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin
yang mengandung antiseptik.
24
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan
pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi
validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah
pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain :
unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2
jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan
pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat
mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa
mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada
pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume
harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang
akurat.
25
mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah
besar protein dalam urin (proteinuria).
26
sistem staging kanker yang saling berhubungan yaitu Overal Stage Groupings
dan TNM system.
a. Overall Stage Groupings (Roman Numeral Staging)
Pada sistem ini, kasus-kasus kanker dikelompokkan ke dalam empat tingkatan
(stadium) dilambangkan dengan angka romawi (I s.d. IV). Pada dasarnya,
stadium I kanker berukuran kecil, lokal dan biasanya masih dapat
disembuhkan, sedangkan stadium IV memperlihatkan kanker yang tidak dapat
dioperasi atau merupakan tipe kanker yang sudah bermetastatis. Stadium II dan
III kanker biasanya merupakan kelanjutan dari kanker lokal dan atau disertai
dengan pembesaran nodus limf regional. Prognosis yang diberikan untuk setiap
stadium bergantung pada jenis kankernya, misalnya prognosis pada stadium II
kanker paru akan berbeda dengan prognosis untuk kanker serviks pada stadium
yang sama.
Sebelum kanker memasuki stadium tersebut, ada fase awal dari pertumbuhan
kanker dimana tumor primer yang ada pada jaringan hanya ditemukan pada
lapisan atas sel kanker primer dan belum menginvasi jaringan atau sel lain di
sekitarnya.
Pada umumnya, kanker dapat kembali lagi menyerang pasien berbulan-bulan
atau bertahun-tahun setelah situs primer dari tumor diangkat. Hal ini
disebabkan oleh kanker tersebut telah menjalar ke tempat yang jauh dari lokasi
tumor primernya atau dapat juga disebabkan oleh sebagian kecil tumor primer
yang tertinggal pada saat pembedahan sehingga nantinya tumor tersebut
tumbuh menjadi tumor yang lebih besar. Kanker yang kembali tumbuh tersebut
dapat menjangkiti daerah yang sama (lokal) dan ada pula yang telah
bermetastasis.
b. TNM Staging
TNM merupakan singkatan dari Tumor, Nodes (kelenjar getah bening) dan
Metastasis. Setiap inisial tersebut terkategorisasi terpisah dan diklasifikasikan
dengan angka untuk memberi identitas tingkatannya. Sebagai contoh, T1N1M0
berarti pasien tersebut mempunyai Tumor tingkat 1, pembesaran nodus limf
tingkat 1, dan tidak bermetastasis.
c. Variasi sistem staging
27
Karena terdapat perbedaan prognosis dan terapi pada pasien dengan jenis dan
tingkatan kanker yang berbeda menyebabkan tidak adanya rumusan staging
yang tepat dan umum untuk semua jenis kanker. Selain dua sistem yang
dipakai untuk sebagian besar jenis dari kanker juga terdapat sistem-sistem
staging lainnya yang dipakai dalam dunia medis untuk beberapa jenis kanker
yang spesifik. Sebagai contoh, Dukes staging system untuk kanker kolorektal
dengan klasifikasi A s.d. D dengan karakteristik kanker masing-masing.
28
STEP 5
1. Keadaan apa saja yang tidak dapat menggunakan laparoskopi?
2. Pemeriksaan patologi anatomi lain selain biopsy?
3. Pemeriksaan infeksi bakteri, virus, fungi?
4. Foto rontgen?
5. Pemeriksaan penunjang laboratorium lain?
29
STEP 6
Belajar mandiri
30
STEP 7
1. Laparoskopi adalah suatu tindakan mini invasive dimana pasien yang bisa
menggantikan tindakan yang dahulu harus melalui proses operasi besar seperti
Laparotomi untuk berbagai macam kondisi medis. Kondisi seperti miomauteri,
endometriosis, infeksi panggul dan nyeri haid melalui laparoskopi akan
mendapatkan keuntungan yang banyak. Masa pemulihan umumnya hanya
berlangsung 2 hari dengan kosmetik luka yang hanya memerlukan sayatan
sekitar 5mm.
Persiapan
Ekspektasi
31
• Mual muntah sering dikaitkan dengan obat bius yang dapat ditangani dengan
mudah. Luka sayatan akan ada didaerah pusar untuk kamera sebesar 1 cm dan
sayatan lain sebesar 5mm disamping panggul dan didaerah bawah perut.
Umumnya Luka ini sembuh sangat cepat dan tidak berbekas. Pada individu
yang mempunyai bakat keloid, perlu didiskusikan mengenai langkah preventif.
Karena akan ada manipulasi rahim, pasien akan mengalami pendarahan seperti
menstruasi sekitar beberapa hari.
• Pasien dapat dipulangkan dalam satu hari tetapi pada kondisi yang umum
pasien hanya membutuhkan perawatan 1 paling lama 2 hari.
32
rongga perut dan melakukan tindakan di dalamnya. Tetapi dengan adanya
laparoskopi maka tidak diperlukan lagi sayatan lebar dan tangan dokter masuk
ke dalam rongga perut, tapi cukup dengan menggunakan alat endoskopi
canggih, berupa kamera dan alat-alat operasi mini sebagai pengganti tangan
dokter.
Dalam bidang kebidanan dan kandungan cukup banyak kasus yang dapat
ditangani, antara lain mioma (tumor jinak rahim), kista indung telur, hamil
di luar kandungan, endometriosis (nyeri haid), infertilitas (sulit hamil), KB
steril, perlengketan dalam perut, dan polikistik ovarium.
33
rongga perut. Setelah itu dibuat sayatan kedua dan ketiga pada dinding
perut bagian bawah, sedikit diatas tulang pinggul, diameter 0,5 cm, untuk
memasukkan alat-alat berupa ‘stik’ sebagai pengganti tangan dokter.
Apa saja risiko prosedur ini dan berapa besar dibandingkan bedah
konvensional?
2. Metode mempelajari PA
Tingkat A
Gambaran anatomi tidak normal menunjukkan perubahan secara
gross/makroskopik.
Tingkat B
Histologi
Tingkat C
Sitologi (FNAB)
34
Tingkat D
Mikroskop elektron
Tingkat E
Molecular biology
1. Jaringan histopatologi
Dari: biopsi, operasi, curatage, keluar spontan
2. Potong beku
Tujuan : pemeriksaan patologi secara cepat pada waktu operasi dan os masih di
meja operasi
3. Sitologi
Tujuan : menegakkan diagnosa dengan cara pemeriksaan sitomorfologi
Bahan:
1. usapan vagina
2. Sputum
3. Cairan tubuh: ascites, pleura
4. Urine
5. Aspirasi jarum halus
4. Pulasan khusus histokimia
Tujuan:
PTAHàotot
35
PASàglikogen
5. Imunopatologi
a. Pemeriksaan imunohistokimia dgn tehnik immunofluoresensi
- Bahan:
b. Pemeriksaan immunohistokimia
Histopatologi
36
Jaringan akan mengalami serangkaian proses kimiawi sebelum akhirnya bisa
dibaca di bawah mikroskop. Mulanya jaringan hasil operasi difiksasi. Cara
fiksasi bisa dengan larutan kimia atau dengan metode potong beku (frozen
section).
Tahap selanjutnya adalah pengecatan. Jaringan pun bisa dicat dengan pewarna
khusus. Tujuan pengecatan adalah untuk membedakan komponen-komponen
sel dan memberikan kontras yang baik. Tersedia berbagai macam pewarnaan
yang disesuaikan dengan sel dan kebutuhan pemeriksaan. Cat yang paling
umum digunakan adalah kombinasi hematoxylin & eosin (H&E). Hematoxylin
memberikan warna biru pada nucleus atau inti sel. Eosin memberikan warna
pink pada sitoplasma atau matriks sel. Disamping pengecatan H&E, masih
banyak jenis pewarnaan yang lain, di antaranya safranin, congo red, dan sudan.
Akhirnya setelah jaringan difiksasi dan diwarnai, jaringan diatas object glass
dapat dibaca di bawah mikroskop. Interpretasi hasil sampai dengan diagnosis
jaringan dilakukan oleh dokter ahli patologi anatomi.
Imunohistiokimia
Imunohistokimia merupakan suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat
imunitas atau kadar antibodi atau antigen dalam sediaan jaringan. Nama
imunohistokimia diambil dari nama immune yang menunjukkan bahwa prinsip
37
dasar dalam proses ini ialah penggunaan antibodi dan histo menunjukkan
jaringan secara mikroskopis. Dengan kata lain, imunohistokimia adalah metode
untuk mendeteksi keberadaan antigen spesifik di dalam sel suatu jaringan
dengan menggunakan prinsip pengikatan antara antibodi (Ab) dan antigen (Ag)
pada jaringan hidup. Pemeriksaan ini membutuhkan jaringan dengan jumlah
dan ketebalan yang bervariasi tergantung dari tujuan pemeriksaan.
Teknik imunohistokimia bermanfaat untuk identifikasi, lokalisasi, dan
karakterisasi suatu antigen tertentu, serta menentukan diagnosis, therapi, dan
prognosis kanker. Teknik ini diawali dengan pembuatan irisan jaringan
(histologi) untuk diamati dibawah mikroskop. Interaksi antara antigen-antibodi
adalah reaksi yang tidak kasap mata. Tempat pengikatan antara antibodi
dengan protein spesifik diidentifikasi dengan marker yang biasanya dilekatkan
pada antibodi dan bisa divisualisasi secara langsung atau dengan reaksi untuk
mengidentifikasi marker. Marker dapat berupa senyawa berwarna :
Luminescence, zat berfluoresensi : fluorescein, umbelliferon, tetrametil
rodhamin, logam berat : colloidal, microsphere, gold, silver, label radioaktif,
dan enzim : Horse Radish Peroxidase (HRP) dan alkaline phosphatase. Enzim
(yang dipakai untuk melabel) selanjutnya direaksikan dengan substrat
kromogen (yaitu substrat yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak
larut) yang dapat diamati dengan mikroskop bright field (mikroskop bidang
terang). Akan tetapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dunia
biologi, teknik imunohistokimia dapat langsung diamati (tanpa direaksikan lagi
dengan kromogen yang menghasilkan warna) dibawah mikroskop fluorescense.
Langkah-langkah dalam melakukan imunohistokimia dibagi menjadi 2, yaitu
preparasi sampel dan labeling. Preparasi sampel adalah persiapan untuk
membentuk preparat jaringan dari jaringan yang masih segar. Preparasi sample
terdiri dari pengambilan jaringan yang masih segar, fiksasi jaringan biasanya
menggunakan formaldehid, embedding jaringan dengan parafin atau dibekukan
pada nitrogen cair, pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom,
deparafinisasi dan antigen retrieval untuk membebaskan epitop jaringan, dan
bloking dari protein tidak spesifik lain. Sampel labeling adalah pemberian
bahan-bahan untuk dapat mewarnai preparat. Sampel labeling terdiri dari
38
imunodeteksi menggunakan antibodi primer dan sekunder, pemberian substrat,
dan counterstaining untuk mewarnai jaringan lain di sekitarnya. Antibodi
adalah suatu imunoglobulin yang dihasilkan oleh sistem imun dalam merespon
kehadiran suatu antigen tertentu. Antibodi dibentuk berdasarkan antigen yang
menginduksinya. Beberapa antibodi yang telah teridentifikasi adalah IgA, IgD,
IgE, IgG, dan IgM. Antigen adalah suatu zat atau substansi yang dapat
merangsang sistem imun dan dapat bereaksi secara spesifik dengan antibodi
membentuk kompleks terkonjugasi. Ikatan antibodi-antigen divisualisasikan
menggunakan senyawa label/marker.
Terdapat dua metode dasar identifikasi antigen dalam jaringan dengan
imunohistokimia, yaitu metode langsung (direct method) dan tidak langsung
(indirect method). Metode langsung (direct method) merupakan metode
pengecatan satu langkah karena hanya melibatkan satu jenis antibodi, yaitu
antibodi yang terlabel, contohnya antiserum terkonjugasi fluorescein
isothiocyanate (FITC) atau rodhamin. Di sisi lain, metode tidak langsung
(indirect method) menggunakan dua macam antibodi, yaitu antibodi primer
(tidak berlabel) dan antibodi sekunder (berlabel). Antibodi primer bertugas
mengenali antigen yang diidentifikasi pada jaringan (first layer), sedangkan
antibodi sekunder akan berikatan dengan antibodi primer (second layer).
Antibodi kedua merupakan anti-antibodi primer. Pelabelan antibodi sekunder
diikuti dengan penambahan substrat berupa kromogen. Kromogen merupakan
suatu gugus fungsi senyawa kimiawi yang dapat membentuk senyawa
berwarna bila bereaksi dengan senyawa tertentu. Disamping kedua metode di
atas, analisis imunohistokimia juga dapat dilakukan melalui metode
Peroxidase-anti-Peroxidase dan metode Avidin-Biotin-Complex (ABC).
Metode Peroxidase-anti-Peroxidase (PAP) adalah analisis imunohistokimia
menggunakan tiga molekul peroksidase dan dua antibodi yang membentuk
seperti roti sandwich. Teknik ini memanfaatkan afinitas antibodi terhadap
antigen (enzim) untuk membentuk kompleks imun stabil sebagai perlawanan
terhadap proses kimia terkonjugasi Fitur unik dari prosedur ini adalah larutan
enzim-antibodi dan kompleks imun PAP. Enzim Horseradish Peroksidase,
protein imunogenik, digunakan untuk menyuntik spesies tertentu dan merespon
39
imun poliklonal yang dihasilkan terhadap enzim. Antiserum ini dipanen dan
ditempatkan dalam larutan pada enzim sehingga membentuk kompleks imun
yang larut. Sedangkan metode Avidin-Biotin-Complex (ABC) adalah metode
analisis imunohistokimia menggunakan afinitas terhadap molekul avidin-
biotin oleh tiga enzim peroksidase. Situs pengikatan beberapa biotin dalam
molekul avidin tetravalen bertujuan untuk amplifikasi dan merespon sinyal
yang disampaikan oleh antigen target.
IHC merupakan teknik deteksi yang sangat baik dan memiliki keuntungan yang
luar biasa untuk dapat menunjukkan secara tepat di dalam jaringan mana
protein tertentu yang diperiksa. IHC juga merupakan cara yang efektif untuk
memeriksa jaringan. Teknik ini telah digunakan dalam ilmu saraf, yang
memungkinkan peneliti untuk memeriksa ekspresi protein dalam struktur otak
tertentu. Kekurangan dari teknik ini adalah kurang spesifik terhadap protein
tertentu tidak seperti teknik imunoblotting yang dapat mendeteksi berat
molekul protein dan sangat spesifik terhadap protein tertentu. Teknik ini
banyak digunakan dalam diagnostik patologi bedah terhadap kanker, tumor,
dan sebagainya. Adapun marker untuk diagnosa IHC adalah sebagai berikut:
40
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Telah ditemukan bahwa
pada pemeriksaan sitologi, sel yang diperiksa dapat berasal dari exfoliasi sel
yang spontan sebagai hasil dari pertumbuhan yang terus-menerus sel
permukaan, dimana sel-sel yang paling atas selalu terlepas untuk diganti
dengan sel yang lebih muda. Exfoliasi sel yang terjadi spontan dapat kita
temukan misalnya pada: urine, dahak, cairan ascites dan cairan vagina. Sel-sel
tersebut akan mengalami degenerasi bila tidak segera difiksasi. Pada saat
terlepas dari jaringan, sel-sel tesebut terlepas pula dari tekanan sekelilingnya,
hingga akan mengambil bentuk tertentu yang khas, yang dapat sangat berbeda
dari bentu semula sewaktu masih berada dalam jaringan.
Kelebihan pemeriksaan sitologi
Mudah
Murah
Cepat
Sederhana
Pendarahan sedikit, bahkan tanpa rasa nyeri.
Dapat dilakukan pada beberapa pasien dalam waktu singkat.
Dapat dilakukan sebagai tindakan massal.
Untuk screening lesi yang derajat keganasannya tinggiàtidak menimbulkan
stimulasi metastase.
Efektif untuk diagnosis tumor saluran pencernaan, paru, saluran air kemih,
dan lambung.
Dapat memberikan hasil positif meskipun pada pemeriksaan langsung dan
palpasi tidak menunjukkan kelainan. Karsinoma dapat terdiagnosis
meskipun masih dalam stadium in situ.
41
Hanya dapat untuk mendeteksi lesi yang letaknya di permukaan mukosa
mulut
Hanya untuk lesi yang yang tidak tertutup keratin tebal
Tidak efektif untuk digunakan pada lesi nonulseratif dan
hiperkeratotik karena sel-sel abnormal masih tertutup oleh lapisan keratin
Hasil pemeriksaan sitologi yang mengindikasikan keganasan masih perlu
dikonfirmasi dengan biopsi
Sering kali bahan yang terambil tidak representatif
42
· Intestinal metaplasi dari mukosa lambung, yang selalu mendahului perubahan
keganasan.
6. Cairan tubuh lain :
· Cairan pleura
· Cairan pericardium
· Cairan ascites
· Cairan cerebro spinal
· Cairan sendi
Untuk menentukan adanya :
· Tumor primer atau metastatik
· Peradangan
7. Apirasi jaringan tumor, untuk menetukan adanya :
· Tumor
· Peradangan
8. Inprint jaringan tumor untuk menentukan adanya :
· Tumor
· Peradangan
9. Skraping untuk menentukan adanya :
· Seks kromatin, diambil dari mukosa rongga mulut
· Status hormonal wanita, diambil dari dinding lateral vagina
· Keganasan.
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi diperoleh dengan cara :
43
4. Biopsi jaringan biasa / Fine Niddle Aspiration Bioption (FNAB) : dengan
menggunakan jarum diameter 0,5 mm kemudian sel-sel diperiksa lebih
lanjut.
1. Tes Sputum
Sampel sputum yang dibatukkan dari paru-paru akan memberikan
informasi fisik yang akan membantu menentukan penyakit. Sebagai
tambahan, hanya sampel sputum yang akan mengungkapkan organism
penginfeksi.
Secara khas, pasien pertama akan diminta untuk batuk sedalam mungkin
untuk menghasilkan sampel sputum yang mencukupi (batuk yang dangkal
biasanya hanya mengandung flora normal mulut). Pasien yang tidak dapat
batuk dengan cukup mungkin akan diminta untuk menghirup (inhalasi)
saline spray yang akan membantu menghasilkan sampel sputum yang
cukup. Pada beberapa kasus, sebuah tabung akan dimasukkan ke dalam
hidung menuju traktur respiratorius bagian bawah untuk menginduksi batuk
yang lebih dalam.
Sampel sputum yang didapat akan diperiksa apakah terdapat darah (yang
mengindikasikan adanya infeksi) dan diperiksa warna dan konsistensinya.
Jika sputum tersebut keruh dan berwarna kuning, hijau atau coklat maka
hal itu mengindikasikan terjadinya infeksi. Sputum yang normal adalah
sputum yang jernih, bersih, dan berkilauan.
2. Tes Darah
Tes darah digunakan untuk menghitung sel darah putih, pembiakan darah,
mendeteksi antibody spesifik terhadap jenis agen infeksi tertentu, dan
penggunaan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction).
3. Tes Urin
Tes urin digunakan untuk memeriksa apakah terdapat agen infeksi tertentu
di dalam urin.
44
PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERHADAP INFEKSI BAKTERI
DAN JAMUR
Spesimen
Spesimen yang diperoleh dengan benar merupakan salah satu langkah yang
penting dalam diagnosis suatu infeksi, karena hasil tes diagnostic untuk
penyakit infeksi tergantung pada pemilihan, waktu, dan metode pengambilan
spesimen. Bakteri yang hidup maupun yang mati, rentan terhadap banyak zat
kimia, dan dapat ditemukan pada tempat anatomi yang berbeda dan dalam
cairan tubuh serta jaringan tubuh yang berbeda selama perjalanan penyakit
infeksius. Karena isolasi agen begitu penting dalam perumusan diagnosis,
spesimen harus diambil dari tempat yang paling mungkin menghasilkan agen
pada stadium penyakit saat itu dan harus ditangani dengan cara mendorong
pertumbuhan dan ketahanan hidup agen.
Penemuan bakteri dan jamur adalah hal yang paling penting jika agen diisolasi
dari tempat yang secara normal tidak ada mikroorganisme (dalam keadaan
normal adalah daerah steril). Semua jenis mikroorganisme yang dibiakkan dari
darah, cairan serebrospinal, cairan sendi atau rongga pleura merupakan temuan
diagnostic yang bermakna. Sebaliknya, banyak bagian dari tubuh yang
memiliki mikroba flora normal yang dapat berubah-ubah oleh pengaruh
eksogen maupun endogen. Penemuan pathogen potensial dari saluran
pernapasan, pencernaan, urogenital; dari luka; atau dari kulit harus
dipertimbangkan dalam konteks flora normal pada masing-masing tempat
tertentu. Data mikrobiologis harus berkolerasi dengan informasi klinis dengan
tujuan untuk sampai pada interpretasi yang berarti dari hasil yang didapat.
45
3) Kontaminasi terhadap spesimen harus dihindari dengan hanya memakai
peralatan steril dan tindakan pencegahan aseptic.
4) Spesimen harus dibawa ke laboratorium dan diperiksa dengan segera.
Media pembawa khusus bisa membantu.
5) Spesimen yang berguna bagi diagnosis infeksi bakteri dan jamur harus
diamankan sebelum pemberian obat-obat antimikroba. Jika obat-obat
antimikroba diberikan sebelum spesimen diambil untuk pemeriksaan
mikroba, terapi obat harus dihentikan dan spesimen ulang diambil
beberapa hari sesudahnya.
46
organism Gram positif; merah Gram negatif) dan morfologi
(bentuk: kokkus, batang, fusiform, atau lainnya) dari bakteri
sebaiknya diperhatikan. Beberapa bakteri Gram positif yang mati
dapat tercat seperti Gram negatif. Secara khas, morfologi bakteri
telah ditentukan menggunakan pertumbuhan organism pada agar.
Tetapi, bakteri dalam cairan tubuh atau jaringan dapat mempunyai
morfologi yang sangat bervariasi.
47
hewan dengan organism utuh atau campuran antigen komplek.
Paduan antibody poliklonal bisa bereaksi dengan antigen multiple
pada organism yang diinjeksi dan bisa juga bereaksi silang dengan
antigen-antigen dari mikroorganisme lain atau mungkin dengan sel-
sel manusia dalam spesimen. Kendali mutu penting untuk
meminimalkan pengecatan IF yang tidak spesifik. Penggunaan
antibody monoclonal bisa mengatasi masalah pengecatan
nonspesifik. Pengecatan IF adalah yang paling berguna dalam
mengkonfirmasi keberadaan organism spesifik seperti Bordetella
pertusis atau Legionella pneumophila dalam koloni-koloni yang
diisolasi pada media biakan. Pemakaian pengecatan IF direk pada
spesimen-spesimen dari pasien lebih sulit dan kurang spesifik.
Pengecatan untuk Jamur
Pengecatan seperti Calcufluor white, methenamine silver, kadang-
kadang Priodic-acid Schiff (PAS) atau yang lainnya dipakai untuk
jaringan dan spesimen lain dimana terdapat jamur atau parasit.
Pengecatan seperti itu tidak spesifik untuk mikroorganisme tertentu,
tetapi mereka bisa menentukan struktur sehingga criteria morfologis
dapat digunakan untuk identifikasi. Calcufluor white berikatan
dengan selulosa dan chitin dalam dinding sel jamur dan berpendar
di bawah sinar ultraviolet dengan panjang gelombang yang panjang.
Ini bisa menunjukkan morfologi yang bersifat diagnostic untuk
spesies (misalnya spherule dengan endospora pada infeksi
Coccidioides immitis). Kista Pneumocystis carinii teridentifikasi
secara morfologis dalam spesimen yang dicat perak. PAS digunakan
untuk mewarnai irisan jaringan bila dicurigai terdapat infeksi jamur.
Setelah isolasi primer jamur, pengecatan seperti lactophenol cotton
blue dipakai untuk membedakan pertumbuhan jamur dan untuk
mengidentifikasi organism dan morfologinya.
48
jaringan di sekitar miselium jamur untuk memungkinkan lapang
pandang yang lebih baik terhadap bentuk hifa. Mikroskop fase
kontras kadang-kadang berguna untuk spesimen yang tidak dicat.
Mikroskop medan gelap dipakai untuk mendeteksi Treponema
paliidum dalam material dan lesi sifilis primer ataupun sekunder.
Sistem Biakan
Untuk bakteriologi diagnostic, adalah penting untuk menggunakan
beberapa jenis media untuk biakan rutin, terutama bila organism yang
dicurigai meliputi bakteri aerob, anaerob fakultatif, dan anaerob obligat.
Medium standar untuk spesimen adalah agar darah, biasanya dibuat dari
darah domba 5%. Kebanyakan organism anaerob fakultatif dan aerb akan
tumbuh pada agar darah. Agar coklat, medium yang mengandung darah
yang dipanaskan dengan ataut tanpa suplemen, adalah medium penting
kedua; beberapa organism yang tidak tumbuh pada agar darah, termasuk
neisseria dan haemofilus pathogen, akan tumbuh pada agar coklat. Medium
selektif untuk gram negative usus (agar Mac Conkey atau agar eosin-
methylene biru (EMB) adalah jenis medium ketiga yang digunakan secara
rutin. Spesimen yang dibiakkan untuk anaerob obligat harus ditempatkan
pada cawan setidaknya dengan 2 jenis media tambahan, meliputi agar yang
bersuplemen tinggi seperti brucella dengan hemin dan vitamin K serta
suatu medium selektif yang mengandung substansi-substansi yang
menghambat pertumbuhan batang gram negative usus dan bakteri anaerob
fakultatif atau kokkus anaerob gram positif. Untuk biakan mycobacterium,
biasanya digunakan media cair dan padat khusus. Media ini bisa
mengandung penghambat bakteri lain. Karena banyak mycobacterium yang
tumbuh lambat, biakan harus diinkubasi dan diperiksa secara periodic
selama berminggu-minggu.
Biakan kaldu dalam media yang diperkaya penting untuk biakan penunjang
bagi jaringan biopsy dan cairan tubuh seperti cairan serebrospinal. Biakan
kaldu biasanya memberi hasil positif bila tidak ada pertumbuhan pada
media padat karena jumlah bakteri yang ada dalam inokulum sedikit.
49
Banyak ragi akan tumbuh pada agar darah. Jamur fase miselial dan jamur
bifasik tumbuh lebih baik pada media yang dirancang khusus untuk jamur.
Agar dari infuse jantung-otak, dengan atau tanpa antibiotika dan agar
penghambat mold telah banyak menggantikan pemakaian agar dekstrosa.
Biakan untuk jamur umumnya dilakukan dalam set berpasangan, satu set
diinkubasi pada suhu 25-30°C dan yang lainnya pada suhu 35-37°C.
~ Jenis virus
Moluskum BADAN
3. Kultur
4. Serologi
50
➢ Jenis Viral identifikasi:
Jamur
Pengumpulan spesimen:
1. Kerokan kulit:
2. Rambut:
3. Jaringan dibiopsi:
5. Dahak:
51
sebelum mengumpulkan dahak, pasien harus menyikat gigi atau menghapus gigi
palsu, lalu bilas mulutnya
meminta pasien untuk mengambil batuk dalam dan meningkatkan dahak dari paru-
paru
mengumpulkan dahak dalam bermulut lebar, kontainer steril yang dapat tertutup
rapat untuk mencegah kebocoran
mengirimkan spesimen langsung ke laboratorium
6.Darah:
harus dikumpulkan aseptik
ditempatkan dalam media kultur di samping tempat tidur pasien
8. Urin:
mengumpulkan dalam wadah asterile
mengambil langsung ke laboratorium
Pengolahan spesimen:
memeriksa spesimen terlalu untuk bahan purulen atau caseous atau partikel
mempersiapkan smear dan gunung basah dan menyuntik bahan ini ke media kultur
yang tepat
52
2. Cairan tulang belakang, urine dan cairan pleura:
menghapus materi caseous atau purulen dan tempat ke media yang tepat &
mempersiapkan persiapan basah & smear
memotong jaringan menjadi potongan-potongan kecil dengan gunting steril dan
menggiling jaringan
Pengolahan spesimen:
spesimen yang paling mikologi diperiksa dalam keadaan cairan (preparat basah),
termasuk KOH (atau NaOH) persiapan, tinta India. lactophenol katun biru dengan
lesung dan alu steril
mentransfer jaringan homogen ke media yang tepat
Media kultur untuk isolasi dan identifikasi:
Pilihan yang tepat media isolasi sangat penting untuk mendapatkan diagnosis
laboratorium penyakit jamur.Jika media yang salah digunakan, jamur yang
menyebabkan penyakit mungkin tidak tumbuh.
53
pemilihan media isolasi tergantung pada:
jenis spesimen (sangat terkontaminasi, atau steril)
agen etiologi yang dicurigai
Sebuah media non selektif seperti Sabouraud dekstrosa agar (SDA) harus secara
rutin digunakan karena akan mendukung pertumbuhan hampir semua jamur medis
penting.Namun, tanpa penambahan agen selektif (seperti kloramfenikol dan
cycloheximide) media ini praktis tidak berguna.
54
konsistensi dan volume suatu benda semakin tinggi pula densitasnya.
Benda-benda dengan konsistensi padat atau cair akan berwarna putih pada
hasil Foto Rontgen (Radioopesitas). Semakin rendah konsistensi, semakin
hitam gambaran benda tersebut pada Foto Rontgen (Radiolusensi).
55
Perkembangan Foto Rontgen
Teknologi Rontgen sudah lama digunakan dalam dunia kedokteran,
terhitung saat fisikawan asal Jerman Wilhelm Conrad Rontgen menemukan
sinar aneh yang kemudian diberi nama Sinar X. Sinar yang ditemukan oleh
Rontgen ini mampu menembus bagian tubuh manusia sehingga sinar ini
digunakan untuk pencitraan bagian – bagian dalam tubuh.
Dengan prinsip Fisika bahwa sinar dapat menembus bagian –
bagian tubuh, dikembangkan teknik pencitraan yang lebih baik. Teknik
pencitraan pada saat ini mengembangkan teknik pencitraan konvensional
(dua dimensi) menjadi pencitraan modern (tiga dimensi dan empat
dimensi).
Penggunaan sinar x sebagai foto rontgen sangat bermanfaat dalam
segi pendiagnosaan penyakit, seperti yang telah di bahas sebelumnya
bahwa sinar x dapat menembus benda-benda lunak karena frekuensinya
yang tinggi. Foto rontgen generasi pertama hanya dapat menghasilkan
pencitraan 2 dimensi atau masih biasa disebut dengan foto rontgen, namun
lama kelamaan penggunaan sinar x tidak hanya digunakan sebagai foto
rontgen saja, tapi diugunakan dalam CT ( Computerized Tomografy ) dan
kemudian berkembang pula fluoroskopi.
CT mulai digunakan oleh rumah sakit-rumah sakit sejak 1970an,
yaitu sebuah alat yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit dengan
menggunakan sinar-x yang menggunakan metode tomografy ( 3 dimensi ).
Alat ini akan menghasilkan keluaran berupa gambar 3 dimensi yang
dihasilkan oleh penyinaran yang dilakukan secara memutar.
56
Gambar 5. Hasil CT scan
Bentukan lain dari foto rontgen adalah fluoroskopi. Fluoroskopi adalah cara
pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus sinar Roentgen dan suatu
tabir yang bersifat fluo resensi bila terkena sinar tersebut. Fluoroskopi
terutama diperlukan untuk menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem
tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran darah, misalnya jantung dan
pembuluh darah besar; serta pernapasan berupa pergerakan diafragma dan
aerasi paru-paru. Karena pada fluoroskopi, baik penderita maupun
pemeriksa mungkin terpapar sinar Roentgen sehingga dapat menyebabkan
bahaya radiasi, maka perlu diperhatikan beberapa petunjuk agar bahaya
sinar dibatasi pada tingkat minimum yang masih praktis. Output alat
Roentgen harus diukur secara berkala dan tidak boleh melebihi 10 Rad per
menit disebelah atas meja pemeriksaan.
57
(biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi
pencitraan. Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli
radiografi atau teknolog radiologis.
Fluoroskopi
58
pasien, untuk menggambarkan anatomi dan fungsi pembuluh darah, sistem
Genitourinary atau saluran pencernaan. Dua radiocontrasts saat ini
digunakan. Barium (sebagai Baso 4) dapat diberikan secara lisan atau dubur
untuk evaluasi dari saluran GI. Yodium, dalam bentuk kepemilikan
beberapa, dapat diberikan melalui oral, rektal, rute intraarterial atau
intravena. Para agen radiocontrast kuat menyerap atau menyebarkan radiasi
sinar-X, dan dalam hubungannya dengan pencitraan real-time
memungkinkan demonstrasi proses dinamis, seperti peristaltik di saluran
pencernaan atau aliran darah dalam arteri dan vena. Yodium kontras
mungkin juga terkonsentrasi di daerah abnormal lebih atau kurang dari
pada jaringan normal dan membuat kelainan (tumor, kista, radang) lebih
mencolok. Selain itu, dalam keadaan tertentu udara dapat digunakan
sebagai agen kontras untuk sistem pencernaan dan karbon dioksida dapat
digunakan sebagai agen kontras dalam sistem vena, dalam kasus ini, agen
kontras melemahkan radiasi sinar-X kurang dari jaringan sekitarnya .
CT scan
59
arteri karotis, otak dan koroner, CTA, CT angiografi. CT scan telah
menjadi uji pilihan dalam mendiagnosis beberapa kondisi mendesak dan
muncul seperti pendarahan otak, emboli paru (penyumbatan dalam arteri
paru-paru), diseksi aorta (robeknya dinding aorta), radang usus buntu,
divertikulitis, dan batu ginjal menghalangi . Melanjutkan perbaikan dalam
teknologi CT termasuk kali pemindaian lebih cepat dan resolusi
ditingkatkan telah secara dramatis meningkatkan keakuratan dan kegunaan
CT scan dan akibatnya meningkatkan pemanfaatan dalam diagnosis medis.
USG
60
pencitraan kandungan. Anatomi perkembangan janin dapat dievaluasi
secara menyeluruh memungkinkan diagnosis dini banyak anomali janin.
Pertumbuhan dapat dinilai dari waktu ke waktu, penting pada pasien
dengan penyakit kronis atau kehamilan akibat penyakit, dan pada
kehamilan multipel (kembar, kembar tiga dll). Warna-Flow Doppler USG
mengukur keparahan penyakit pembuluh darah perifer dan digunakan oleh
Kardiologi untuk evaluasi dinamis jantung, katup jantung dan pembuluh
besar. Stenosis dari arteri karotid bisa pertanda infark otak (stroke). DVT
pada kaki dapat ditemukan melalui USG sebelum terhalau dan perjalanan
ke paru-paru (emboli paru), yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati.
USG berguna untuk gambar-dipandu intervensi seperti biopsi dan drainase
seperti Thoracentesis). Kecil perangkat ultrasound portabel sekarang ganti
peritoneal lavage di triage korban trauma dengan langsung menilai
keberadaan perdarahan di peritoneum dan integritas jeroan utama termasuk
limpa, hati dan ginjal. Hemoperitoneum ekstensif (perdarahan di dalam
rongga tubuh) atau cedera pada organ utama mungkin memerlukan
eksplorasi bedah muncul dan perbaikan.
61
Salah satu kelemahan adalah bahwa pasien harus terus diam selama jangka
waktu yang lama dalam ruang, bising sempit sedangkan imaging dilakukan.
Claustrophobia cukup parah untuk mengakhiri ujian MRI dilaporkan dalam
sampai 5% pasien. Perbaikan terbaru dalam desain magnet, termasuk
bidang magnet yang lebih kuat (3 teslas), ujian kali memperpendek, lebih
luas, membosankan magnet lebih pendek dan desain magnet lebih terbuka,
telah membawa beberapa bantuan untuk pasien sesak napas. Namun, dalam
kekuatan medan magnet yang sama sering ada trade-off antara kualitas
gambar dan desain terbuka. MRI memiliki manfaat besar dalam pencitraan
otak, tulang belakang, dan sistem muskuloskeletal. Modalitas saat ini
kontraindikasi untuk pasien dengan alat pacu jantung, implan koklea,
beberapa pompa obat berdiamnya, jenis tertentu dari klip aneurisma
serebral, fragmen logam di mata dan beberapa perangkat keras metalik
karena medan magnet kuat dan kuat sinyal radio berfluktuasi tubuh
terkena . Wilayah kemajuan potensial termasuk pencitraan fungsional, MRI
jantung, serta MR terapi gambar dipandu.
Kedokteran Nuklir
62
tomography). Dalam perangkat yang paling modern Kedokteran Nuklir
gambar dapat menyatu dengan CT scan diambil kuasi-secara bersamaan
sehingga informasi fisiologis dapat dilakukan overlay atau co-terdaftar
dengan struktur anatomis untuk meningkatkan akurasi diagnostik.
Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin,
bilirubin total & bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase
(SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT/ALT),
gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan
63
cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya
dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik
elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat
diketahui perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan
elektroforesis protein serum ini menunjukkan perubahan fraksi protein
lebih teliti dari hanya memeriksa kadar protein total dan albumin serum.
Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum
adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang
diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi
ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum
akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan
oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar
kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi
ginjal. Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan kadar
kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR (eGFR) yaitu nilai
yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi glomerulus yang
dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.
64
Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan
cystatin-C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam
pengumpulan urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah,
dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi
oleh proses radang atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan
melalui ginjal. Oleh karena itu kadar Cystatin dipakai sebagai indikator
yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.
65
gula pada waktu yang tidak ditentukan. Kadar gula darah puasa bila
pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum
pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula
darah 2 jam post-prandial. Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu
menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula darah puasa dan tetap
menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial.
Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM,
memonitor penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan
glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien
terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan
siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM
dan membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu dikenal pemeriksaan
kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7
pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula
darah selama 1 hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan
kadar gula darah yang meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral
(TTGO). Pada keadaan ini pemeriksaan harus memenuhi persyaratan:
Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel
beta pulau Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan
terjadinya Diabetes Melitus. Pemeriksaan aktifitas insulin bila diduga
terdapat insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada pasien dengan
hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh
66
insulin eksogen. Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami proteolisis
menjadi C-peptide. C-peptide dipakai untuk mengetahui sekresi insulin
basal.
67
Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat
dan vit. B12. Besi merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah
dalam bentuk hemoglobin, serum iron (SI), total iron binding capacity
(TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi
yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi
mengangkut besi ke sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein yang
disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh transferin
disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur
rasio antara kadar SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen.
Ferritin adalah cadangan besi tubuh yang sensitif, kadarnya menurun
sebelum terjadi anemia. Pada anemia tidak selalu terjadi perubahan pada
SI, TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab anemia. Pada anemia
defisiensi besi, kadar SI dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC
akan meningkat/normal dan cadangan besi tubuh menurun. Pengukuran
asam folat dan vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab anemia.
Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima puluh persen ada
dalam bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh
tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di dalam serum yang
mengakibatkan penurunan kadar ion Ca yang berfungsi di dalam tubuh.
Oleh karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar
Ca total, protein total, albumin dan ion Ca.
68
Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. Fosfor berada di dalam
serum dalam bentuk fosfat. Delapan puluh sampai delapan puluh lima
persen kadar fosfat di dalam badan terikat dengan Ca yang terdapat pada
gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan
metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi
ginjal, sedangkan kadar P yang rendah mungkin disebabkan oleh kurang
gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol,
kekurangan vitamin D, menggunakan antasid yang banyak pada nyeri
lambung.
69
kecil dan
plasma darah
- Zat lemak (+)
- LDH 60%
- Fibrinogen 4—6 g/l
70