Anda di halaman 1dari 14

Limfoma Maligna Hodgkin

Ani Ratna Juwita


102011136
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
Email : aniratnajuwita@yahoo.co.id

Pendahuluan
Limfoma atau disebut juga kanker kelenjar getah bening adalah sejenis kanker yang
tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal. Hal ini
berakibat sel abnormal nenjadi ganas. Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat
tumbuh pada berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sum-sum
tulang, darah maupun organ lainnya contoh saluran cerna, paru, kulit dan tulang.
Skenario yang saya dapatkan adalah seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke
poliklinik RS UKRIDA dengan keluhan utama benjolan pada leher sejak 2 bulan SMRS.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang darah dan penyakitnya,
khususnya pada penyakit yang menyerang sel darah putih atau limfosit. Metode yang
digunakan termasuk metode kepustakaan dimana buku-buku tersebut didapat dari
perpustakaan. Buku-buku tersebut berhubungan dengan hematologi dan penyakitnya.
Pembahasan
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran
kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Pembuluh limfe berisi
cairan limfatik putih mirip susu yang mengandung protein, lemak dan limfosit (sel darah
putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik. Ada dua macam
sel limfosit yaitu: Sel B dan Sel T. Sel B membantu melindungi tubuh melawan bakteri
dengan jalan membuat antibodi yang menyerang dan memusnahkan bakteri. Fisiologi sistem
limfatik. Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut.1

Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan

sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan tubuh.
Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam

c
d
e

cairan jaringan ke dalam aliran darah.


Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.
Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.
Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah dicerna,
terutama lemak.

Mekanisme Sirkulasi Limfatik


Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati jantung dan
disini terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung mengembang dan juga gaya
isap torak pada gerakan inspirasi.Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada
vena, akibat kontraksi otot-otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan
karena adanya katup yang mencegah aliran balik ke belakang. Juga terdapat tekanan ringan
dari cairan jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar dari kapiler-kapiler darah. 1
Apabila terdapat hambatan pada aliran cairan limfe yang melalui sistem limfatik, terjadilah
edema, yaitu pembengkakan jaringan akibat adanya kelebihan caiaran yang terkumpul
didalamnya. Edema juga bisa terjadi akibat obstruksi vena, karena vena juga berfungsi
mengalirkan sebagian cairan jaringan.

Anamnesis

Keluhan utama
: Benjolan di leher sejak 2 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Sudah berapa lama benjolannya ada? Lokasi?

Apakah benjolannya semakin membesar?

Bagaimana konsistensi benjolannya? Dapat di gerakan atau tidak?

Apakah ada rasa nyeri ?

Apakah warna benjolan dan warna sekitar benjolan?

Apakah ada keluhan lain seperti demam, pusing, mual muntah, batuk? keringat
dingin?

Apakah ada penurunan berat badan?

Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah di kelurga ada yang mengalami hal sama?


Apakah di keluarga pernah ada yang terkena kanker? Kanker apa?
2

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan

Apakah dulu pernah mengalami hal seperti ini atau tidak?


Apakah pernah memiliki riwayat DM, hipertensi, TBC?
Apakah dulu pernah di sinar atau di radiasi?
Apakah sebelumnya sudah berobat? Obat apa yang diminum? Sudah ada
perbaikan atau tidak?

Riwayat Sosial dan lingkungan

Apakah tingal di tempat yang padat penduduk atau tidak?


Pola makan? Makanan yang di sukai?
Meroko? Alkohol?
Apakah di lingkungan ada yang mengalami hal seperti ini?

Pemeriksaan Fisik
Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik maka harus dilakukan dulu informed consent
untuk menjelaskan semua prosedur tindakan yang akan dilakukan serta meminta persetujuan
pasien untuk melakukan tindakan. Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien
apakah pasien tampak sakit ringan atau berat , kemudian perhatikan apakah pasien dalam
keadaan sadar penuh , somnolen , sopor , delirium atau koma. Lakukan pula pemeriksaan
tanda tanda vital.1
a. Inspeksi
:Perhatikanlokasipembesarankelenjargetahbeningsertakulitdisekitarnyaapakahadalesik
ulit ( misalnyaselulitis , abses , melanoma ).Perhatikanukuranbenjolan .1
b. Palpasi
:Raba
kelenjargetahbening

yang

membesartanyakankepadapasienapakahadanyeritekan
.Palpasikelenjargetahbeninguntukmengetahuikonsistensinyalembut , kenyal , keras ,
berbenjol

benjolatauterfiksir

mobile

atauimmobile.Bilalunakberartiinfeksiatauradangtetapibilaterfiksirdankerasmenandaka
nkeganasan.Lakukan

pula

palpasi

organ.1Dari

limpadanhatiuntukmengetahuiapakahadapembesaran
pemeriksaanfisikdiperoleh

data

pembesarankelenjargetahbening

tanda
cervical

tanda
anterior

organ

vital

dalambatas

normal

dekstradansubclavicula

yang

multipel , tidakkemerahan , mobile dantidaknyeri .

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaandarahrutin
Padapasienpenyakit

Hodgkin

sertapadapenyakitneoplastikataukroniklainnyamungkinditemukan
normokromiknormositikderajatsedang

anemia
yang

berkaitandenganpenurunankadarbesidankapasitasikatbesi, tetapidengansimpananbesi
yang

normal

ataumeningkat

di

sumsumtulangseringterjadireaksileukomoidsedangsampaiberat,
terutamapadapasiendengangejaladanbiasanyamenghilangdenganpengobatan.2
Eosinofilia absolute periferringantidakjarangditemukan, terutamapadapasien
yang menderita pruritus.Jugadijumpaimonositosis absolute limfositopeniaabsoluit
(<1000 sel per millimeter kubik) biasanyaterjadipadapasiendenganpenyakit stadium
lanjut. Telah dilakukan evaluasi terhadap banyak pemeriksaan sebagai indicator
keparahan penyakit.
Sampai saat ini, laju endap darah masih merupakan pemantau terbaik, tetapi
pemeriksaan ini tidak spesifik dan dapat kembali ke normal walaupun masih terdapat
penyakit residual .Uji lain yang abnormal adalah peningkatan kada rtembaga,
kalsium, asamlaktat, fosfatase alkali, lisozim, globulin, protein C-reaktif dan reaktan
fase akut lain dalam serum.
2. Ujifungsihatidanujifungsiginjalmerupakanbagianpentingdalampemeriksaanmedis,
tetapitidakmemberiketerangantentangluaspenyakit. atauketerlibatan organ spesifik.
3. Biopsi
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening
yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk
mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan,
biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah.2 Biopsi atau penentuan stadium adalah
cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma.
Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna yaitu :
Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang

membesar.
Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan
jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap

pengobatan.
Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul
untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.

Biopsi tumor sangatpenting, selainuntuk diagnosis jugaidentifikasi subtype


histopatologiwalaupunsitologi

biopsy

aspirasijelas

LH

ataupun

LNH.Biopsidilakukanbukansekedarmengambiljaringan,
namunharusdiperhatikanapakahjaringan

biopsy

tersebutdapatmemberiinformasi

yang adekuat.Biopsibiasanyadipilihpadarantai KGB di leher.Kelenjargetahbening di


inguinal, leherbagianbelakangdan submandibular tidakdipilihdisebabkan proses
radang,

dianjurkan

agar

dilakukandibawahanestesiumumuntukmencegahpengaruhcairanobatsuntik

biopsy
local

terhadaparsitekturjaringan yang dapatmengacaukanpemeriksaanjaringan


4. Radiologi
Termasukdidalamnya :

fototoraksuntukmenentukanketerlibatan KGB mediastinal


Limfangiografiuntukmenentukanketerlibatan KGB didaerahiliakadanpasca aortal
USG
banyakdigunakanmelihatpembesaran
KGB
di
paraaortaldansekaligusmenuntunbiopsiaspirasijarumhalusuntukkonfirmasisitologi

.
CT-Scan seringdipergunakanuntukdiagnosadanevaluasipertumbuhan LH

Dari pemeriksaanpenunjangdiperolehdatasebagaiberikut
a. Hematologi :Hb = 11 gr/dl , Ht 42 % , Leukosit = 8000 / ml , trombosit 250.000 / ml ,
Rt = 2,5 %.
b. Biopsi KGB : selradangkronis
c. Rontgen toraks :KGB paraaortadekstramembesar

Diagnosis
sistem limfoid, khususnya untuk limfosit dan sel-sel prekursor, baik sel-B, sel-T atau
sel Null. Biasanya melibatkan kelenjar limfe tapi dapat juga mengenai jaringan limfoid
ekstranodal seperti tonsil, traktus gastrointestinal dan limpa.Limfoma malignant secara
umum dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu: 1). Limfoma Hodgkin dan 2). Limfoma nonHodgkin.
Diagnosis Kerja
Limfoma Hodgkin

Penyakit Hodgkin adalah suatu jenis keganasan sistem kelenjar getah bening dengan
gambaran histologis yang khas. Ciri histologis yang dianggap khas adalah adanya sel ReedSternberg atau variannya yang disebut sel Hodgkin dan gambaran selular getah bening yang
khas. Sel Reed-Sternberg merupakan sel limfoid, yaitu sel yang berperan dalam imunitas
tubuh. Sel limfoid terdiri dari berbagai jenis sel, meliputi limfosit, limfoblast, dan sel plasma.
Secara mikroskopik sel limfoid memiliki sitoplasma yang jernih, tidak bergranular, dan inti
sel yang padat.3 Pada sel Reed-Sternberg, sel limfoid berukuran sangat besar, memiliki
sejumlah besar granular pada sitoplasmanya, dan memiliki lebih dari satu lobus inti sel
dengan anak inti sel yang besar. Sel-sel tersebut dapat dilihat pada biopsi yang diambil dari
jaringan kelenjar getah bening, yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
Penentuan staging sangat penting untuk terapi dan menilai prognosis. Staging dilakukan
menurut Cotswolds (1990) yang merupakan modifikasi dan klasifikasi Ann Arbor (1971).3

Stadium I : Keterlibatan suatu region kelenjar geah bening atau strukturjaringan


limfoid (limpa, timus, cincin waldeyer) atau keterlibatansatu organ ekstralimfatik.

Stadium II : Keterlibatan 2 regio kelenjar getah bening pada sisi diafragmayang


sama.

Stadium III : Keterlibatan regio kelenjar getah bening pada kedua sisidiafragma.

Stadium IV : Keterlibatan difus/diseminata pada satu atau lebih organekstranodal atau


jaringan dengan atau tanpa keterlibatan kelenjargetah bening.

Klasifikasi Histopatologi
Menurut Rye, penyakit Hodgkin diklasifikasikan ke dalam empat kelompok
berdasarkan karakteristik dasar jaringan yang terlihat di bawah mikroskop.3
1

Tipe Limfosit Predominan (Lymphocyte Predominance)


Tipe ini merupakan 3% - 5% dari kasus penyakit Limfoma Hodgkin. Gambaran
mikroskopik dari tipe ini yaitu terdapat limfosit kecil yang banyak dan hanya sedikit sel
Reed-Steinberg yang dijumpai. Dapat bersifat nodular atau difus. Perjalanan penyakit

ini tergolong lambat.


Tipe Sklerosis Noduler (Nodular Sclerosis)
Tipe ini merupakan tipe yang paling sering dijumpai, sekitar 40% - 69% dari seluruh
penyakit Hodgkin, dimana gambaran mikroskopisnya ditandai oleh fibrosis dan

sklerosis yang luas, dimana suatu jaringan ikat mulai dari kapsul kelenjar kemudian
masuk ke dalam, mengelilingi kapsul abnormal. Dijumpai sel lakuna dan sejumlah kecil
3

sel Reed-Steinberg. Perjalanan penyakit ini tergolong sedang.


Tipe Selularitas Campuran (Mixed Cellularity)
Tipe ini merupakan 25%-30% dari penyakit Hodgkin. Pada gambaran mikroskopik
terdapat sel Reed-Steinberg dalam jumlah yang sedang dan seimbang dengan jumlah

limfosit.
Tipe Deplesi Limfosit (Lymphocyte Depleted)
Tipe satu ini merupakan penyakit yang jarang ditemui yaitu sekitar kurang dari 5%
kasus dari Limfoma Hodgkin, namun tipe ini termasuk tipe yang cepat dan agresif.
Pada gambaran mikroskopik ditemukan banyak sel Reed-Steinberg sedangkan sedikit
sel limfosit. Tipe ini dibagi menjadi dua yaitu subtipe retikuler (sel Reed-Steinberg
dominan dan sedikit limfosit) dan subtipe fibrosis difus (kelenjar getah bening diganti
oleh jaringan ikat yang tidak teratur, dijumpai sedikit limfosit, dan sel Reed-Steinberg
juga terkadang dalam jumlah yang sedikit.

Diagnosis Banding
Limfoma malignum non Hodgkin
limfoma non Hodgkin adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat
padat.4 Lebih dari 45.000 pasien didiagnosis sebagai limfoma non Hodgkin (LNH) setiap
tahun di Amerika Serikat. Limfoma non Hodgkin, khususnya limfoma susunan saraf pusat
biasa ditemukan pada pasien dengan keadaan defisiensi imun dan yang mendapat obat-obat
imunosupresif, seperti pada pasien dengan transplantasi ginjal dan jantung.
Gejala pada sebagian besar pasien asimtomatik sebanyak 2% pasien dapat mengalami
demam, keringat malam dan penurunan berat badan. Pada pasien dengan limfoma indolen
dapat terjadi adenopati selama beberapa bulan sebelum terdiagnosis, meskipun biasanya
terdapat pembesaran persisten dari nodul kelenjar bening. Untuk ekstranodalnya, penyakit ini
paling sering terjadi pada lambung, paru-paru dan tulang, yang mengakibatkan karakter
gejala pada penyakit yang biasa menyerang organ-organ tersebut. 4 Dengan menerapkan
kriteria yang digunakan oleh Rosenberg dan Kaplan untuk menentukan rantairantakelenjar
getah bening yang saling berhubungan. Jones menemukan bahwa pada 81% di antara 97
penderita LNH jenis folikular dan 90% di antara 93 penderita LNH jenis difus, penyebaran
penyakit juga terjadi dengan cara merambat dari satu tempat ke tempat yang berdekatan.

Walaupun demikian hubungan antara kelenjar getah bening daerah leher kiri dan daerah para
aorta pada LNH jenis folikular tidak sejelas seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus.
Rosenberg melaporkan bahwa pada semua penderita LNH difus dengan jangkitan
pada sumsum tulang, didapati jangkitan pada kelenjar getah bening para aorta yang terjadi
sebelumnya atau bersamaan dengan terjadinya jangkitan pada sumsum tulang. Di antara
semua subjenis LNH menurut klasifikasi Rappaport subjenis histiotik difus menunjukkan
angka yang terendah dari jangkitan penyakit pada hati.
Limfadenitis Tuberkulosa
Merupakan salah satu sebab pembesaran kelenjar limfe yang paling sering ditemukan.
Biasanya mengenai kelenjar limfe leher, berasal dari mulut dan tenggorok (tonsil).
Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe bronchus disebabkan oleh tuberkulosis paru-paru,
sedangkan pembesaran kelenjar limfe mesenterium disebabkan oleh tuberkulosis usus.
Apabila kelenjar ileocecal terkena pada anak-anak sering timbul gejala-gejala appendicitis
acuta, yaitu nyeri tekan pada perut kanan bawah, ketegangan otot-otot perut, demam,
muntahmuntah dan lekositosis ringan. Mula-mula kelenjar-kelenjar keras dan tidak saling
melekat, tetapi kemudian karena terdapat periadenitis, terjadi perlekatan-perlekatan

Etiologi
Penyebab terjadinya limfoma Hodgkin masih belum diketahui. Para ahli menduga
infeksi virus tertentu, seperti virus Epstein Barr dan virus HIV dapat menyebabkan terjadinya
Limfoma Hodgkin. Selain itu, imunitas tubuh yang rendah serta adanya riwayat limfoma
pada keluarga menjadi faktor risiko untuk terjadinya limfoma. 5 Limfoma Hodgkin bersifat
tidak menular.Namun terdapat beberapa faktor risiko terkait timbulnya penyakit limfoma,
yaitu :
1

Orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau yang mendapat
terapi imunosupresan memiliki risiko tinggi untuk timbulnya limfoma.

Orang yang sering kontak dengan herbisida atau pestisida, misalnya petani.

Ada keluarga yang menderita penyakit ini.

Jenis kelamin laki-laki.

Epidemiologi
Pada KOPAPDI VIII tahun 1990 di Yogyadilaporkanbahwaselama 1 tahun di
bagianpenyakitdalam

RSUP

Dr.

Sardjitodirawat

2246

antaranyaadalahlimfomamalignumdansemuanyaadalahlimfoma
laporantersebut

di

atasterlihatbahwa

di

Indonesia

pasien,

Hodgkin.

32

Dari

limfoma

di

laporan-

non-Hodgkin

lebihbanyakdaripenyakit Hodgkin, danpriaselalulebihbanyakdaripadawanita.


Padalimfoma

non

Hodgkin

terdapatpeningkataninsidensi

yang

linear

seiringdenganusia. Sebaliknya, padapenyakit Hodgkin di AmerikaSerikatdan di negaranegarabarat

yang

telahberkembang,

kurvainsidensispesifikumurberbentuk

bimodal

denganpuncakawalpada orang dewasamuda (15-35 tahun).Dan puncakkeduasetelah 50


tahun.Penyakit

Hodgkin

lebihprevalenpadalaki-

lakidanbilakurvainsidensispesifikumurdibandingkandengandistribusijeniskelaminpasien,
makapeningkatanprevalensilaki-lakilebihnyatapadadewasamuda.5Padapenyakit

Hodgkin

anak, predominasilaki-lakiinilebihmencolokdenganlebihdari 80% pasienadalahlaki-laki. Hal


inimenyebabkanbeberapapenelitiberanggapanbahwaterdapatpeningkatankerentan

yang

berhubungandenganfaktorgenetikterkaitseksdan hormonal.
Manifestasi Klinis
Penyakit Hodgkin dapat dijumpai pada semua umur,tetapi insiden umur bersifat bimodal
dengan puncakpada umur 20-30 tahun dan umur di atas 50 tahun. Gejala klinik yang
dijumpai adalah.5
1.

Gejala utama berupapembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri,asimetrik,padat


kenyal seperti karet. Urutan kelenjar yang terkena : leher (60%-70%),aksila (1015%),inguinal

(6-12%),mediastinal

(6-11%),hilus

paru,kelenjar

paraaorta

dan

retroperitoneal.
2.

Splenomegali dijumpai pada 35-50% kasus, tetapi jarang masif. Hepatomegali lebih
jarang dijumpai.

3.

Mediastinum terkena pada 6-11% kasus,lebih sering pada tipe noduler sklerosis dan
wanita muda. Dapat disertai efusi pleura dan sindrom vena cava superior.

4.

Kadang-kadang lesimuncul pada jaringan ekstranodal secara primer, yaitu pada kulit,
paru, otak dan sumsum tulang belakang.

5.

Gejala konstitusional terdiri atas:


9

a
b
c
d

Simptom B: demam,penurunan BB > 10% dan keringat malam.


Demam tipe Pel-Ebstein (bersifat kontinu atau siklik): khas tapi jarang dijumpai.
Pruritus dijumpai pada 25% kasus
Rasa nyeri setelah minum alkohol.

Patofisiologi
Secara pathologi, penyakit ini dikarakterisasikan oleh kehadiran sel ReedSternberg dalam Kelenjar getah bening yang secara khusus membuat dan menyimpan sel
darah putih untuk memerangi infeksi. Terdapat 2 jenis lymphocytes: B lymphocytes (sel B)
dan T lymphocytes (atau sel T). Sebagian besar kasus penyakit Hodgkin mulai dalam B
lymphocytes. Karena jaringan getah bening dapat ditemukan di banyak bagian tubuh, maka
penyakit Hodgkin dapat ditemukan hampir di mana saja dalam tubuh. Paling sering dimulai
dari kelenjar getah bening di bagian atas tubuh (dada, leher, atau di bawah lengan). Hal ini
akan menyebabkan penyakit Kelenjar getah bening membengkak dan nyeri tekan pada
struktur terdekat, namun kelenjar getah bening juga dapat membengkak karena berbagai
alasan lain, seperti ketika tubuh memerangi infeksi.6 Sel kanker di dalam tubuh penderita
penyakit Hodgkin sangat unik. Sel kanker tersebut adalah sel Reed-Sternberg. Sel tersebut
adalah abnormal jenis B lymphocyte yang jauh lebih besar dari ukuran lymphocytes pada
umumnya.
Penyakit hodgkin biasanya berawal dari pembesaran nodus limfe tanpa nyeri, pada
salah satu sisi leher yang menjadi sangat besar. Setiap nodus teraba kenyal dan tidak nyeri.
Nodus limfe medias tinal dan retroperineal kadang membesar menyebabkan gejala penekanan
berat :
1
2
3

Tekanan terhadap trakhea mengakibatkan sulit bernafas.


Penekanan terhadap esophagus menyebabkan sulit menelan
Penekanan pada saraf menyebabkan paralisis faringeal dan neuralgia brakhial, lumbal

atau sakral.
Penekanan pada kandung empedu menyebabkan ikterik obstruktif.
Akhirnya limfa menjadi teraba dan hati membesar. Pada beberapa pasien, nodus pertama

yang membesar adalah yang berada diketiak atau selangkangan.


Penatalaksanaan
Medikamentosa
10

Terapi untuk penyakit Hodgkin terdiri atas terapi spesifik dan terapi suportif.
Modalitas terapi spesifik untuk penyakit Hodgkin terdiri atas :
Radio Terapi
Radioterapi merupakan modalitas terapi utama untuk penyakit Hodgkin yang
terlokalisasi (derajat I dan derajat II). Dapat juga diberikan untuk penyakit derajat III
dan IV, tetapi dikombinasikan dengan kemoterapi jadi bersifat terapi ajuvan. Dosis
radiasi adalah 4000-5000 rad. Radioterapi diberikan dengan tknik penyinaran
extended field (mantle field untuklesi di atas diafragma atau inverted Y untuk di
bawah diafragma) atau TNI (total nodular irradiation)untuk lesi di atas dan di bawah
diafragma.6
Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi merupakan pilihan utamuntuk penyakit derajat III dan IV, atau
derajat I dan II dengan bulky disease. Kombinasi kemoterapi yang paling umum
dipakai. Regimen MOPP yang terdiri dari:
Mustargen (nitrogen mustard): 6 mg/m2, i.v. hari 1 s/d 8
Oncovin (Vincristine) : 1,4 mg/m2, i.v. hari 1 s/d 8
Procarbazine : 100mg/m2,oral hari 1 s/d 14
Prednison : 60-80 mg/m2/hari,oralhari 1 s/d 5
Siklus diulang setiap 4 minggu.
b.

Regimen ABVD, yang terdiri dari :


Doxorubicin (Adriamycin) 25 mg/m2,IV hari 1 dan 15
Bleomycine 10 mg/m2, IV hari 1 dan 15
Vinblastine 6 mg/m2, IV hari 1 dan 15
Dacarbazine (DTIC) 275 mg/m2, IV hari 1 dan 15

c.

Kombinasi regimen MOPP dan ABVD (siklus berganti-ganti antara MOPP dan ABVD)

d.

Regimen hybrid MOPP/ABV

11

Regimen ABVD merupakan regimen yang paling sering digunakan saat ini. Regimen
MOPP banyak ditinggalkan karena efek samping jangka panjangnya yang kurang baik, yaitu
therapy related malignancies.
1

Kombinasi Radioterapi dan Kemoterapi

Terapi kombinasi terdiri dari kombinasi radioterapi sebelum atau sesudah kemoterapi.
Diberikan untuk penyakit derajat III atau IV, dan pada penyakit yang tergolong bulky disease,
penyakit dengan simptom B yang mencolok atau penyakit yang kambuh setelah pemberian
radioterapi.6
Non-medikamentosa
a. Menganjurkan klien untuk istirahat yang cukup , karena terapi menguras energi , juga
melakukan aktivitas yang tidak terlalu memerlukan banyak energi untuk menghindari
kejenuhan.
b. Anjurkan klien untuk menghindari kontak dengan orang yang terkena infeksi karena
kondisi klien rentan terhadap infeksi / memotivasi klien untuk selalu menaati
kunjungan tindak lanjut.
c. Menganjurkan klien untuk segera menghubungi tenaga kesehatan bila menemukan
tanda tanda infrksi seperti demam , adanya nyeri tekan , lesi , batuk dan sebagainya.

Prognosis
Prognosis penyakit Hodgkin inirelatifbaik.7Penyakitinidapatsembuhatauhidup lama
denganpengobatanmeskipuntidak

100%.Tetapiolehkarenadapathidup

lama,

kemungkinanmendapatkan late complication makinbesar. Late complication ituantaralain :


1

timbulnyakeganasankeduaatausekunder

disfungsiendokrin yang kebanyakanadalahtiroiddan gonadal

penyakit

CVS

terutamamereka

mendapatkombinasiradiasidanpemberianantrasiklinterutama

yang

yang
dosisnyabanyak

(dose related)
4

penyakitpadaparupadamereka yang mendapatradiasidanbleomisin yang juga dose


related

padaanak-anakdapatterjadigangguanpertumbuhan

12

Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah.7
1
2
3
4
5

Ketidakmampuan untuk memiliki keturunan (infertilitas)


Gagal fungsi hati
Gangguan pada paru-paru
Penyakit-penyakit kanker
Efek samping dari radiasi (seperti nausea, disfagia, esofagitis, dan hipotiroid) dan
kemoterapi (seperti penurunan jumlah sel darah, dapat menyebabkan meningkatnya
risiko pendarahan, infeksi, dan anemia).

Sebagian kasus berkembang menjadi leukemia mieloblastik akut.


Kesimpulan

Limfoma

Hodgkin

sepertihalnyadengan

Non-Hodgkin

Lymphoma

(NHL)

adalahsuatugangguan yang terutamamengenaijaringanlimfoid.

Limfoma hodgkin terdapat empat stadium yaitu stadium I, II, III, IV. Masing-masing
stadium di tandai dengan pembesaran kelenjar getah bening pada tubuh.

ModalitasterapiatauragampilihanterapipadapenyakitLimfoma
initerdapatbeberapapilihan,

Hodgkin

diantaranyakemoterapi,

kombinasikeduaterapitersebutataubagikasus

radioterapi,

yang

kambuhandapatmenggunakanmetodetransplantasi

kambuhstem

cell

ataucangkoksumsumtulang.
Penggunaanmodalitasterapitersebutsangatbergantungdenganstadiumnya.
Daftar Pustaka
1. Gleadle J.At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik.Jakarta:Erlangga;2008.h 86.
2. Handayani W , Hariwibowo AS.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem hematologi.Jakarta:Salemba Medika;2008.h 108 -18.
3. Sacher RA , McPherson RA.Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium.Edisi
11.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2005.h 140 - 2.
4. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit
dalam : LNH; Penyakit Hodgkin. Jakarta: Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit
dalam fakultas kedokteran universitas Indonesia;2006. Hal 727-33; 735-44.

13

5. Reksodiputro AH, Irawan C.Limfoma non-Hodgkin ( LNH ).Dalam:Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid 2 Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing;2009.h. 1251 - 60.
6. Rubenstein D, Wayne D , Bradley J.Lecture notes kedokteran klinis.Edisi
6.Jakarta:Erlangga;2007.h 366.
7. Mitchell, Kumar , Abbas , Fausto.Buku saku dasar patologis penyakit.Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2008.h 389-90.

14

Anda mungkin juga menyukai