1.
Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui nilai dari komponen-komponen darah seperti: WBC,
RBC, HGB, HCT, PLT, MCHC, MCH, MCV, Diff count, dan lain-lain pada
pasien.
2.
Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan darah lengkap ini adalah
3.
Prinsip
148
Dasar Teori
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah (Goes, -).
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula darah yaitu :
1.
Sel darah merah atau eritrosit (RBC) (sekitar 99%).
2.
Keping-keping darah atau trombosit (PLT) (0,6 - 1,0%).
3.
Sel darah putih atau leukosit (WBC) (0,2%).
Pemeriksaan Darah Lengkap Complete Blood Count / CBC) (merupakan
pemeriksaaan penyaring yang bertujuan untuk menunjang diagnosa suatu penyakit
dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.
Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau
respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi. Pada
pemeriksaan hematologi rutin (darah lengkap) selalu menggunakan sampel darah
segar. Darah segar ( fresh whole blood ) merupakan kontrol yang ideal untuk
pemeriksaan darah lengkap karena secara fisik dan biologi identik dengan
material yang akan diperiksa (Van Dun, 2007).
149
150
Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu
151
dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia,
hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll.
6.
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia
(Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang
biasanya dipakai antara lain :
a. MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata
(VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan
femtoliter (fl). Nilai normal = 82-92 fl
b. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit RataRata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan
pikogram (pg). Nilai normal = 27-31 pg
c. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang
didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih
7.
PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang
kecil.
9.
Red Cell Distribution Width (RDW)
RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi
dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan
pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12,
sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang
mempunyai ukuran variasi yang kecil.
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang
datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika
didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan
lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan
terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu
laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
5.
a. Alat:
1). Alat Mindray
2). Rotator
3). Alat tulis
b. Bahan:
1.
6.
1).
2).
Darah EDTA
Cara Kerja
Alat analyzer dinyalakan dengan menekan tombol ON/OFF
Sampel yang akan diperiksa disiapkan dan dipastikan sampel ditampung
pada tabung yang sesuai yaitu tabung vacutainer dengan tutup berwarna
3).
ungu.
Sampel dihomogenkan dengan menggunakan alat rotator
153
4).
Alat yang digunakan dipastikan dalam keadaan siap pakai atau ready dan
5).
6).
dimasukkan pada kolom yang tersedia pada monitor alat lalu tekan confirm
Tutup tabung sampel dibuka dan sampel diarahkan ke probe sambil ditekan
tombol di belakang probe maka secara otomatis sampel pada tabung akan
7).
dihisap.
Tabung sampel ditutup kembali dan diletakkan pada tempat sampel
8).
Ditunggu hingga muncul hasil pada layar monitor alat dan hasil tersebut
secara otomatis akan dikeluarkan melalui printer yang dihubungkan pada
alat pemeriksaan.
7.
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan pemeriksaan darah lengkap (DL) dilaksanakan dari tanggal 7
Jumlah pemeriksaan
256
276
245
298
276
299
319
239
336
316
338
210
273
284
293
311
288
301
299
308
154
27 Maret 2016
28 Maret 2016
29 Maret 2016
30 Maret 2016
31 Maret 2016
1 April 2016
2 April 2016
3 April 2015
4 April 2016
5 April 2016
6 April 2016
7 April 2016
8 April 2016
9 April 2016
10 April 2016
11 April 2016
12 April 2016
13 April 2016
14 April 2016
15 April 2016
16 April 2016
17 April 2016
18 April 2016
19 April 2016
20 April 2016
21 April 2016
22 April 2016
23 April 2016
24 April 2016
25 April 2016
26 April 2016
27 April 2016
28 April 2016
29 April 2016
30 April 2016
1 Mei 2016
2 Mei 2016
3 Mei 2016
4 Mei 2016
5 Mei 2016
6 Mei 2016
7 Mei 2016
8 Mei 2016
9 Mei 2016
10 Mei 2016
11 Mei 2016
289
255
324
336
314
311
335
241
309
245
293
277
319
337
330
290
228
287
256
331
354
234
295
278
267
233
288
250
230
290
298
300
323
298
287
270
312
334
313
155
12 Mei 2016
13 Mei 2016
8.
mahasiswa selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) dari tanggal 7 Maret- 13 Mei
2016 ditemui beberapa masalah antara lain :
a.
b.
Sampel darah dengan volume yang sedikit sehingga pada saat dilakukan
pemeriksaan alat tidak dapat membaca hasil pemeriksaan tersebut.
c.
Adanya bekuan pada sampel darah karena proses pemindahan sampel darah
dari spuit ke tabung EDTA yang terlalu lama sehingga terbentuk bekuan
yang menyebabkan hasil tidak valid.
9.
jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau
untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu
juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi
pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan pemeriksaan Darah Lengkap
pada setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala
klinis. Prinsip pemeriksaan darah lengkap ini adalah darah yang ditampung dalam
tabung EDTA dimasukkan kedalam alat kemudian alat secara automatik akan
mengerjakan pemeriksaan. Sel-sel dideteksi dan dihitung, ketika sel mengalir
156
melalui suatu aliran dimana sinar leser diarahkan kearah sel-sel tersebut. Sudut
sinar laser yang dipendarkan oleh sel menggambarkan karakteristik sel termasuk
ukuran sel, struktur sel bagian dalam, bentuk organel, dan morfologi permukaan.
Pemeriksaan Darah Lengkap ini diawali dengan memberikan identitas
pasien pada tabung dengan antikoagulan EDTA yang tutup tabungnya berwarna
ungu, selanjutnya sampel darah pasien ditampung pada tabung dengan
antikoagulan EDTA tersebut. Tujuan ditampungnya sampel darah pada tabung
EDTA adalah agar sampel darah tidak membeku karena bekuan darah dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Selanjutnya sampel dihomogenkan dengan
menggunakan alat rotator agar sampel darah bercampur sempurna dengan
antikoagulan EDTA sehingga didapatkan hasil yang valid. Alat Hematology
Analyzer
identitas pasien mulai dari nama pasien, jenis kelamin, dan asal pasien yang
tertera pada monitor untuk mencegah hasil pasien yang tertukar. Sampel darah
yang telah homogen dimasukkan ke dalam alat hisap secara tegak lurus dan harus
menyentuh dasar tabung yang tujuannya agar volume sampel darah yang dihisap
sesuai dengan volume yang dibutuhkan oleh alat sehingga hasil yang didapat
valid. Hasil pemeriksaan Darah Lengkap ini akan muncul secara otomatis dalam
layar monitor yang selanjutnya dicatat dalam buku register kemudian hasil
tersebut secara otomatis akan dikeluarkan melalui printer yang dihubungkan pada
alat pemeriksaan. Hasil yang diberikan kepada pasien dalah berupa hasil print out.
Dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan selama satu bulan terdapat
3601 permintaan Pemeriksaan Darah Lengkap.
Permasalahan yang dialami selama pemeriksaan Darah Lengkap antara lain:
Pada hasil pemeriksaan darah muncul tanda bintang hal ini disebakan karena
157
kurangnya volume sampel dan kurang homogen. Sampel darah yang akan
diperiksa
harus
dihomogenkan
terlebih
dahulu
menggunakan
rotator.
Terbentuknya bekuan pada sampel darah akibat proses pemindahan sampel darah
dari spuit ke tabung EDTA yang terlalu lama sehingga menyebabkan hasil tidak
valid.
B.
1.
Tujuan Kegiatan
Untuk dapat mengetahui nilai PPT (Plasma Protrombine Time) dan APTT
Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan PPT dan APTT adalah dengan
Prinsip
PPT
Dengan menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma yang telah
APTT
Menginkubasikan plasma sitrat yang mengandung semua faktor koagulasi
158
4.
Dasar Teori
Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada
lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah
menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam
sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic
thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular
injury) (Ambarsari, 2011).
Pemeriksaan faal hemosatasis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengetahui faal hemostatis serta kelainan yang terjadi. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mencari riwayat perdarahan abnormal, mencari kelainan yang
mengganggu faal hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat perdarahan dalam
keluarga. Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam mendiagnosis diatesis
hemoragik. Pemeriksaan ini terdiri atas (Anonime, 2012):
a. Tes penyaring meliputi :
1. Percobaan pembendungan
2. Masa perdarahan
3. Hitung trombosit
4. Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)
5. Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time,
6.
b.
1.
2.
3.
4.
A.
(APTT)
Masa trombin (Thrombin time, TT)
Tes khusus meliputi :
Tes faal trombosit
Tes Ristocetin
Pengukuran faktor spesifik (faktor pembekuan)
Pengukuran alpha-2 antiplasmin
Plasma Protombin Time (PPT/PT)
Prothrombin Time (PPT) merupakan waktu yang diperlukan plasma untuk
159
disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses pembekuan.
Protrombin dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin yang diperlukan
untuk membentuk bekuan darah. Uji masa protrombin (prothrombin time, PT)
untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama,
yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin),
faktor VII (prokonvertin), dan faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V dan
VII akan memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal. Pada
penyakit hati PT memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin
(Anonim,2010).
International Committee for Standardization in Hematology (ICSH)
menganjurkan tromboplastin jaringan yang digunakan harus distandardisasi
dengan tromboplastin rujukan dari WHO untuk mendapatkan International
Sensitivity Index (ISI). International Normalized Ratio (INR) adalah satuan yang
lazim digunakan untuk pemantauan pemakaian antikoagulan oral. INR
didadapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT normal
kemudian dipangkatkan dengan ISI. INR merupakan rancangan untuk
memperbaiki proses pemantauan terhadap terapi warfarin sehingga INR
digunakan sebagai uji terstandardisasi internasional untuk PT. INR dirancang
untuk pemberian terapi warfarin jangka panjang dan hanya boleh digunakan
setelah respons klien stabil terhadap warfarin. Stabilisasi memerlukan waktu
sedikitnya seminggu. Standar INR tidak boleh digunakan jika klien baru memulai
terapi warfarin guna menghindari hasil yang salah pada uji (Riswanto,2010).
Bahan pemeriksaan untuk uji PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari
sampel darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109M) dengan
perbandingan 9:1. Darah sitrat harus diperiksa dalam waktu selambat-lambatnya 2
160
diperlukan untuk membentuk bekuan yang stabil dalam plasma darah setelah
terpapar dengan komponen dari platelet. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai
fungsi koagulasi jalur intrinsic dan umum. Nilai normal uji APTT adalah 20 35
detik, namun hasil ini bisa bervariasi untuk tiap laboratorium tergantung pada
peralatan dan reagen yang digunakan (Anonim,2010)
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin
time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur
intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein,
kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor
Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart),
faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Tes ini
untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating anticoagulant. APTT
memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan bersama jika
161
kadarnya lebih dari 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu dianggap
abnormal (Ambasari,2011)
Pemeriksaan APTT dapat dilakukan dengan cara manual (visual) atau
dengan alat otomatis (koagulometer), yang menggunakan metode foto-optik dan
elektro-mekanik. Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar
sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen
sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih
dapat digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar
dengan cepat dan teliti (Riswanto,2010).
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan
trisodium sitrat 3.2% (0.109M) dengan perbandingan 9:1.Gunakan tabung plastik
atau gelas yang dilapisi silikon. Sampel dipusingkan selama 15 menit dengan
kecepatan 2.500 g. Plasma dipisahkan dalam tabung plastik tahan 4 jam pada suhu
205oC. Jika dalam terapi heparin, plasma masih stabil dalam 2 jam pada suhu
205oC kalau sampling dengan antikoagulan citrate dan 4 jam pada suhu 205 oC
kalau sampling dengan tabung CTAD (Riswanto, 2010).
5.
a.
1).
2).
3).
4).
5).
Alat:
Alat pengukuran PPT dan APTT (Sysmex C-104)
Tabung vacum bertutup biru (dengan antikoagulan Na Sitrat)
Kuvet CA-104
Mikropipet 100 l dan 50 l
Yellow tip
6).
Sentrifuge
b.
Bahan:
Darah vena dengan antikoagulan Na-sitrate
Reagen Dade Innovin
Reagen Dade Actin FS
1).
2).
3).
162
4).
CaCl2
6.
a.
1).
Cara Kerja
Preparasi sampel
Sampel disentrifuge dengan menggunakan sentrifuge dengan kecepatan
3000 rpm selama 5 menit sehingga diperoleh plasma .
2).
Kondisi sampel di cek meliputi lisis atau tidak lisis, adanya klot, sampel
lipemik atau ikterik
b.
1.
2.
3.
c.
1.
ruang.
Menyalakan alat
Kabel analyzer disambungkan ke power supply maka alat akan menyala dan
2.
3.
4.
konfirmasi.
Akan muncul pesan Auto blanking , measuring channel akan di-adjust
5.
d.
Pemeriksaan PPT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
e.
1.
2.
3.
tombol Esc
Pemeriksaan APTT
Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu
Kuvet diinkubasi di heating block selama 3 menit
Pada tampilan layar utama dipilih parameter APTT kemudian tekan enter
4.
5.
164
6.
7.
8.
9.
10.
7.
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan pemeriksaan PPT (Plasma Protombin Time) dan APTT
Tabel 12
Hasil Pemeriksaan PT dan APTT
Tanggal
7 Maret 2016
Jumlah Pemeriksaan
PTT
-
Jumlah Pemeriksaan
APTT
-
8 Maret 2016
9 Maret 2016
10 Maret 2016
11 Maret 2016
12 Maret 2016
13 Maret 2016
14 Maret 2016
15 Maret 2016
16 Maret 2016
17 Maret 2016
18 Maret 2016
19 Maret 2016
20 Maret 2016
4
1
8
1
1
1
1
1
2
3
4
3
-
165
21 Maret 2016
22 Maret 2016
23 Maret 2016
24 Maret 2016
25 Maret 2016
26 Maret 2016
27 Maret 2016
28 Maret 2016
29 Maret 2016
30 Maret 2016
31 Maret 2016
1 April 2016
2 April 2016
3 April 2015
4 April 2016
5 April 2016
6 April 2016
7 April 2016
8 April 2016
9 April 2016
10 April 2016
11 April 2016
12 April 2016
13 April 2016
14 April 2016
15 April 2016
16 April 2016
17 April 2016
18 April 2016
19 April 2016
20 April 2016
21 April 2016
22 April 2016
23 April 2016
24 April 2016
25 April 2016
26 April 2016
27 April 2016
28 April 2016
29 April 2016
30 April 2016
1 Mei 2016
2 Mei 2016
3 Mei 2016
4 Mei 2016
5 Mei 2016
7
1
3
1
3
3
1
3
3
4
2
7
7
4
1
1
1
4
4
2
5
4
2
1
2
3
2
2
1
3
4
1
2
3
1
6
1
1
2
1
4
1
2
3
4
2
1
3
2
1
2
2
3
1
166
6 Mei 2016
7 Mei 2016
8 Mei 2016
9 Mei 2016
10 Mei 2016
11 Mei 2016
12 Mei 2016
13 Mei 2016
8.
mahasiswa selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) dari tanggal 7 Maret - 13 Mei
2016, permasalahan yang ditemukan adalah nilai dari PPT/APTT tidak terbaca
oleh alat.
9.
lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.
Pemeriksaan faal hemosatasis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengetahui faal hemostatis serta kelainan yang terjadi. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mencari riwayat perdarahan abnormal, mencari kelainan yang
mengganggu faal hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat perdarahan dalam
keluarga.
Pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan pemeriksaan faal hemostasis
yaitu pemeriksaan Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT) dan Activated
Partial Tromboplastin Time (APTT). Pemeriksaan faal hemostasis ini dilakukan
dengan dengan menggunakan metode turbodensitometry (Sysmex CA-104).
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan adalah sampel plasma Citrat.
167
pencampuran yang terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari 5 kali) dapat
mengaktifkan penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu pembekuan.
Untuk mendapatkan plasma sitrat, maka darah dalam tabung biru harus segera
dicentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm dan dianalisa maksimal 2
jam setelah sampling. Karena apabila analisa dilakukan lebih dari 2 jam, dapat
mempengaruhi hasil yang disebabkan oleh telah terbentuknya fibrinogen dalam
darah.
Pemeriksaan PPT (Plasma Protombin Time) adalah uji yang dilakukan
untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama,
yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin),
faktor VII (prokonvertin), dan faktor X (faktor Stuart). Prinsip dari pemeriksaan
PPT (Plasma Protombin Time) ini adalah dengan menilai terbentuknya bekuan
bila ke dalam plasma yang telah diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin
jaringan dan ion kalsium (CaCl2). Pemeriksaan Plasma Protrombin Time
dilakukan dengan cara menambahkan campuran kalsium dan tromboplastin pada
plasma.
Reagen
yang
digunakan
adalah
kalsium
tromboplastin,
yaitu
tromboplastin jaringan dalam larutan CaCl2. Fungsi CaCl2 mengaktifkan ion Ca2+
yang mengendap akibat pemusingan.
168
APTT
(Activated
Partial
Thromboplastin
Time)
adalah
C.
169
1.
Tujuan Kegiatan
Untuk dapat mengetahui nilai laju endap darah pasien.
2.
Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan LED adalah metode
Prinsip
Sampel darah dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung khusus
berskala dan diletakkan pada rak khusus, maka eritrosit akan mengendap.
Pengendapan ini diukur setelah satu jam.
4.
Dasar Teori
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma
sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung
khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan
mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah
(LED) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam
plasma ( nm/jam) ( Anonim, 2012).
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte
Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah
untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan
sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke
dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel darah
merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan
mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang
disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang
170
mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya (Hartono Prasetyo,
2011).
Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat
dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata
orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju
Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah
tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada
masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih termasuk pemeriksaan
penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter
(Maria,2012)
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan
lain, bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehinggai mereka tahu apa yang
mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin,
Laju Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari
suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti
perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan
bekerja dengan baik (Maria,2012).
Dalam klinik LED bermanfaat antar lain :
1. Untuk menunjang diagnosis.
Infeksi akut
Inflamasi menahun pada fase aktif.
Kerusakan jaringan.
2.
Memantau perjalanan penyakit.
3.
Respon terhadap pengobatan.
Ada dua metode manual yang bisa digunakan untuk pemeriksaan LED,
yaitu : metode Wintrobe dan Westergreen. Metode yang direkomendasikan oleh
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) adalah
metode Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode
tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas
171
normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode
Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai
yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali
panjang pipet Wintrobe. Untuk itulah kenapa para klinisi lebih menyukai metode
Westergreen daripada metode Wintrobe. Dalam LED ada 3 tahap yang
berlangsung selama 1 jam ( Maria, 2012).
Tiga fase LED meliputi :
1. Fase pertama (fase pembentukan rouleaux)
Pada fase ini terjadi rouleaux formasi yaitu eritrosit mulai saling
menyatukan diri. Waktu yang dibutuhkan adalah dari beberapa menit hingga 30
menit. Adanya makromolekul dengan konsentrasi tinggi di dalam plasma, dapat
mengurangi sifat saling menolak di antara sel eritrosit, dan mengakibatkan
eritrosit lebih mudah melekat satu dengan yang lain, sehingga memudahkan
terbentuknya rouleaux. Rouleaux adalah gumpalan eritrosit yang terjadi bukan
karena antibodi atau ikatan konvalen, tetapi karena saling tarik-menarik di antara
permukaan sel. Bila perbandingan globulin terhadap albumin meningkat atau
kadar fibrinogen sangat tinggi, pembentukan rouleaux dipermudah hingga LED
meningkat.
2. Fase kedua (fase pengendapan cepat)
Fase ini disebut juga fase pengendapan maksimal, karena telah terjadi
agregasi atau pembentukan rouleaux atau dengan kata lain partikel partikel
eritrosit menjadi lebih besar dengan permukaan yang lebih kecil sehingga menjadi
lebih cepat pula pengendapannya. Kecepatan pengendapan pada fase ini adalah
konstan. Waktunya 30 menit sampai 120 menit.
3. Fase ketiga (fase pengendapan lambat/ pemadatan)
Fase ini terjadi pengendapan eritrosit yang sangat lambat. Dalam keadaan
normal dibutuhkan waktu setengah jam hingga satu jam untuk mencapai fase
172
ketiga tersebut. Pengendapan eritrosit ini disebut sebagai laju endap darah dan
dinyatakan dalam mm/1jam.
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED
ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di
atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED
meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paruparu ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan
kerusakan jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet
for Standardization in Hematology ) adalah cara westergren (Anonim,2012).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah
faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. LED dapat meningkat karena :
1.
Faktor Eritrosit
a. Jumlah eritrosit kurang dari normal
b. Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih
2.
akan
mempercepat
2).
3).
4).
5).
Ball pipet
b.
1).
Bahan:
Darah vena dengan antikoagulan EDTA
2).
NaCl 0,9 N
6.
a.
Cara Kerja
Sampel yang akan diperiksa disiapkan dan dipastikan sampel ditampung
pada tabung yang sesuai yaitu tabung vacutainer dengan tutup berwarna
b.
ungu.
Alat yang digunakan disiapkan dan dipastikan dalam keadaan bersih dan
c.
kering.
Dipipet NaCl 0,9 % dengan pipet westergreen sampai skala 150, lalu NaCl
d.
e.
174
f.
g.
7.
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan pemeriksaan LED (Laju Endap Darah) yang dilaksanakan
dari tanggal 12 Maret 2015-12 April 2015. Didapatkan hasil pemeriksaan LED
pada:
- Tanggal 10 Maret 2015
- Tanggal 13 Maret 2015
- Tanggal 19 Maret 2015
- Tanggal 20 Maret
- Tanggal 8 April 2015
: 1 sampel
: 1 sampel
: 2 sampel
: 2 sampel
: 1 sampel
: 1 sampel
8.
Darah) selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah pada saat pipet westergreen
diletakkan pada rak westergreen darah yang terdapat pada pipet tidak sesuai pada
skala nol.
9.
menggunakan
metode
Westergreen
dengan
tabung
berskala
175
dimasukkan ke dalam tabung khusus berskala dan diletakkan dalam posisi tegak
lurus maka eritrosit akan mengendap. Pengendapan ini diukur setelah satu jam.
Pertama dipipet NaCl 0,9 % dengan pipet westergreen sampai skala 150,
lalu NaCl 0,9% tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi. Sampel darah yang
digunakan adalah sampel darah dengan antikoagulan EDTA tujuannya agar darah
yang diperiksa tidak membeku selain itu antikoagulan EDTA tidak berpengaruh
terhadap besar dan bentuk eritrosit dan leukosit. Serta mencegah menggumpalnya
trombosit. Campuran larutan kemudian dihisap dengan pipet Westergreen sampai
skala 0, kemudian diletakkan pipet Westergreen pada rak Westergreen dalam
posisi tegak lurus. Tingginya pengendapan dibaca setelah 1 jam. Sel darah merah
akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan mengambang di
permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut LED
(Laju Endap Darah). Semakin banyak sel darah merah yang mengendap maka
semakin tinggi LED nya.
Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah pada saat pipet westergreen
diletakkan pada rak westergreen, yang terdapat pada pipet tidak sesuai pada skala
nol. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka dapat dilakukan pemipetan
volume sampel yang sesuai dan saat diletakkan pada rak westergreen harus
ditekan agar sampel darah tidak keluar dan mengurangi volume. Selain itu pada
saat pemipetan jangan sampai terdapat gelembung udara karena akan
mempengaruhi hasil pada saat pembacaan. Dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang dilakukan selama satu bulan terdapat sekitar 5 permintaan pemeriksaan LED
(Laju Endap Darah).
176
1.
Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui nilai BT dan CT dari pasien yang diperiksa.
2.
Metode
Pemeriksaan Bleeding Time (BT) menggunakan metode duke dan
Prinsip
Bleeding Time (BT)
Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak
terjadi luka kecil pada permukaan kulit sampai berhenti secara spontan.
Perdarahan buatan dibuat pada pembuluh darah lalu tetesan darah diserap dengan
kertas saring setiap 30 detik dan dihitung waktu sampai perdarahan berhenti.
b.
membeku. Setiap 30 detik diangkat dengan jarum sampai terlihat adanya benang
fibrin selanjutnya dicatat waktu sebagai masa pembekuan.
4.
Dasar Teori
Hemostatis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada
lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif
factor koagulasi, adanya kordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah
177
menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam
sirkulasi dengan baik serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic
thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular
injury) (Ambarsari, 2011)..
Hemostatis normal dapat dibagi menjadi dua tahap : yaitu hemostatis primer
dan hemostatis sekunder. Pada hemostatis primer, yang berperan komponen
vascular dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit
plug) yang berfungsi segera menutup kerusakan pembuluh darah. Sedangkan pada
hemostatis sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga dibantu
oleh trombosit. disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga
sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. proses
koagulasi merupakan suatu rangkaian reaksi pada hemostatis sekunder.
Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur yaitu jalur intrinsic dan
jalur ekstrinsik. Jalur ekstrinsik dimulai jika terjadi kerusakan vaskuler sehingga
factor jaringan mengalami pemaparan terhadap komponen darah dalam sirkulasi.
Pemeriksaan skrining koagulasi antara lain :
1. Pemeriksaan Rumple Leed
2. Jumlah trombosit
3. Waktu perdarahan
4. Waktu pembekuan
5. Retraksi bekuan dan konsistensi bekuan
6. Lysis bekuan
7. PPT
8. APTT
A.
179
invitro yaitu waktu yang diperlukan saat pengambilan darah sampai saat
terjadinya pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi
dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan darah. Hasil dari
pemeriksaan clotting dapat dijadikan ukuran untuk aktivitas faktor-faktor yang
membentuk tromboplastin dan factor yang berasal dari trombosit (Yazhid,2013).
5.
a.
1).
2).
3).
4).
5).
6).
Jarum/tusuk gigi
b.
1).
2).
Bahan:
Darah kapiler dari daun telinga
Kapas/tissue
3).
Alkohol swab
6.
a.
1).
2).
Cara Kerja
Bleeding Time (BT):
Alat dan bahan disiapkan.
Cuping daun telinga disesinfeksi dengan kapas alcohol 70% dan ditunggu
hingga kering.
180
3).
Cuping daun telinga sedikit ditekan dan bagian pinggir bawahnya ditusuk
4).
5).
6).
7).
setiap 30 detik.
Stopwatch dihentikan saat darah berhenti mengalir.
Waktu perdarahan (bleeding time) dicatat.
b.
1).
2).
3).
4).
7.
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan pemeriksaan BT (Bleeding Time) dan CT (Clotting Time)
Jumlah pemeriksaan
10
3
2
7
12
8
11
11
181
16 Maret 2016
17 Maret 2016
18 Maret 2016
19 Maret 2016
20 Maret 2016
21 Maret 2016
22 Maret 2016
23 Maret 2016
24 Maret 2016
25 Maret 2016
26 Maret 2016
27 Maret 2016
28 Maret 2016
29 Maret 2016
30 Maret 2016
31 Maret 2016
1 April 2016
2 April 2016
3 April 2015
4 April 2016
5 April 2016
6 April 2016
7 April 2016
8 April 2016
9 April 2016
10 April 2016
11 April 2016
12 April 2016
13 April 2016
14 April 2016
15 April 2016
16 April 2016
17 April 2016
18 April 2016
19 April 2016
20 April 2016
21 April 2016
22 April 2016
23 April 2016
24 April 2016
25 April 2016
26 April 2016
27 April 2016
28 April 2016
29 April 2016
30 April 2016
8
6
7
7
1
19
7
5
1
2
3
17
8
6
10
8
6
1
6
5
8
6
8
5
5
12
5
9
8
5
4
3
8
14
9
3
15
5
2
6
8
3
12
3
7
182
1 Mei 2016
2 Mei 2016
3 Mei 2016
4 Mei 2016
5 Mei 2016
6 Mei 2016
7 Mei 2016
8 Mei 2016
9 Mei 2016
10 Mei 2016
11 Mei 2016
12 Mei 2016
13 Mei 2016
8.
selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah tusukan yang tidak konstan pada
cuping telinga sehingga hasil kurang dapat diandalkan. Sedangkan untuk
pemeriksaan CT (Clotting Time) sudah dapat dilakukan dengan baik dan lancar.
9.
lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah
menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam
sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic
thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular
injury).
Pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan pemeriksaan skrining
koagulasi yaitu BT (Bleeding Time) dan CT (Clotting Time). BT (Bleeding Time)
adalah tes kasar hemostasis (penghentian perdarahan). Hal ini menunjukkan
183
184
Setelah trombosit menumpuk pada luka, perdarahan berkurang dan tetesan darah
makin lama makin kecil. Nilai normal untuk bleeding time atau waktu perdarahan
adalah sekitar 1 menit sampai 3 menit
CT (clotting Time) adalah atau masa pembekuan memiliki tujuan untuk
menentukan waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Hasil clotting time
menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi, terutama faktor-faktor yang
membentuk tromboplastin dan faktor-faktor yang berasal dari trombosit, juga
kadar fibrinogen. Prinsip pemeriksaan CT (Clotting Time) adalah darah vena
diambil menggunakan spuit dan diteteskan pada objek glass kemudian dibiarkan
membeku. Setiap 30 detik diangkat dengan jarum sampai terlihat adanya benang
fibrin selanjutnya dicatat waktu sebagai masa pembekuan.Sampel darah yang
digunakan adalah sampel darah segar. Nilai normal untuk Clotting time atau
waktu pembekuan darah adalah sekitar 5 menit sampai 15 menit.
Dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan selama satu bulan
terdapat 196 permintaan pemeriksaan BT (Bleeding Time) dan CT (Clotting Time).
Permasalahan yang dihadapi pada pemeriksaan BT (Bleeding Time) adalah
tusukan yang tidak konstan oleh sebab itu dipastikan bagian cuping telinga
ditusuk dengan konstan agar hasil yang didapat akurat, untuk pemeriksaan CT
(Clotting Time) dapat dilakukan dengan baik dan lancar.
E.
1.
Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui nilai berbagai unsur sel darah seperti eritrosit, leukosit,
2.
a.
Metode
Pembuatan SAD (Sediaan Apus Darah)
Metode yang banyak digunakan dalam pembuatan sediaan apus darah ini
186
Sediaan apus darah adalah suatu sarana yang digunakan untuk menilai
berbagai unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Selain itu
dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria,
mikrofilaria, dan lain-lain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang terbaik
merupaka syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik.
Guna pemeriksaan apusan darah:
1. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi (eritrosit,trombosit,dan leukosit)
2. Memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit
3. Identifikasi parasit(misal : malaria. Microfilaria, dan Trypanosoma)
Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari
kapiler atau vena dengan atau tanpa EDTA. Sediaan yang disimpan tanpa difiksasi
terlebih dulu tidak dapat dipulas sebaik sediaan segar. Kebanyakan cara memulas
sediaan darah menggunakan prinsip Romanowski, seperti Wright, Giemsa, MayGrunwald-Biemsa atau Wright-Giemsa (Murtiati dkk, 2010).
5.
6.
Bahan:
Sampel darah EDTA
Giemsa 3 %
Metanol
Tissue
Cara Kerja
a.
Pembuatan SAD (Sediaan Apus Darah)
1.
Diletakkan satu tetes darah di objek glass
2.
Dibuat hapusan dengan objek glass yang lain menggunakan sudut 45o
3.
Didorong dengan kecepatan yang konstan hingga membentuk lidah api
4.
Ditunggu hingga kering lalu dilakukan pewarnaan pada sediaan apus
darah
187
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan pembuatan Sediaan Apus Darah (SAD) yang dilaksanakan
dari tanggal 12 Maret 2015-12 April 2015. Didapatkan hasil pemeriksaan Sediaan
Hapus Darah pada:
- Tanggal 18 Maret 2015 : 1 sampel
- Tanggal 26 Maret 2015 : 1 sampel
- Tanggal 2 April 2015
: 1 sampel
8.
: 3 sampel
: 1 sampel
: 2 sampel
Darah) selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah pada saat pembuatan
sediaan apus darah terdapat bercak lemak atau kotor pada sediaan apus darah yang
dapat mempengaruhi pembacaan hasil sediaan apus darah, bentuk sediaan apus
darah yang tidak seperti lidah kucing, dan hasi pengecatan yang tidak baik.
9.
berbagai unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Selain itu
dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria,
mikrofilaria, dan lain-lain. Pada pemebuatan SAD (Sediaan Apus Darah)
menggunakan metode two slides/wedge, dengan menggunakan 2 buah kaca objek.
188
F.
1. Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui golongan darah ABO dan Rhesus dari sampel pasien.
190
2. Metode
Pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus menggunakan metode slide
test
3.
4.
Dasar Teori
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran
sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Sistem
penggolongan darah besar yang dikenal adalah sistem ABO (golongan darah A, B,
AB, dan O) serta sistem penggolongan darah Rhesus (Rh+ dan Rh-).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jeni antigen dan antibody
yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A
di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau
O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif
191
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen
A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan
darah kecuali pada sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama Onegatif. Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai
di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia,
golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding
antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A
dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya
antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau
faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki
faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah
merahnya memiliki golongan darah Rh- (Rhesus Negatif). Mereka yang memiliki
faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah
Rh+ (Rhesus Positif). Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan
penggolongan ABO dengan menambahkan + bagi pemilik faktor rhesus atau -
192
bagi yang tidak memiliki faktor rhesus dalam darahnya, sehingga kita mengenal
golongan darah A+ atau A-, B+ atau B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O.
5. Alat dan Bahan
a. Alat :
1) Disposible dropper
2) Slide Test
3) Tusuk Gigi
b. Bahan :
1) Sampel darah EDTA
2) Reagen Anti-A
3) Reagen Anti-B
4) Reagen Anti-AB
5) Reagen Anti-D
6. Cara Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan.
2) Diteteskan 1 tetes darah sebanyak 4 bagian pada slide test
3) Diteteskan 1 satu tetes Anti-A pada tetesan darah pertama pada slide test,
pada tetesan darah kedua diteteskan 1 tetes Anti-B, pada tetesan darah ketiga
diteteskan 1 tetes Anti-AB, dan pada tetesan darah keempat diteteskan 1 tetes
Anti-D.
4) Dihomogenkan dengan lidi/tusuk gigi secara perlahan, kemudian slide test
digoyangkan selama 2 menit.
5) Diamati secara makroskopis ada atau tidaknya aglutinasi
193
: 1 sampel
: 1 sampel
194