Anda di halaman 1dari 56

Dra. Noortiningsih, M.Biomed.

Pemeriksaan darah
lengkap
• Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood
Count /CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan
penyaring untuk menunjang diagnosis suatu
penyakit dan atau untuk melihat respon tubuh
terhadap suatu penyakit.
• Pemeriksaan ini juga sering dilakukan untuk
melihat kemajuan atau respon terapi pada
pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
• Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan
kepada setiap pasien yg datang ke RS yang
disertai suatu gejala klinis, dan jika didapatkan
hasil di luar nilai normal akan dilakukan
pemeriksaan lanjutan yg lebih spesifik thd
gangguan tersebut, shg diagnosis dan terapi yg
tepat dpt segera dilakukan.
• Lama waktu yg dibutuhkan suatu laboratorium
untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap
berkisar maksimal 2 jam.
• Pemeriksaan laboratorium hematologi
merupakan pemeriksaan cairan darah yang
berhubungan dg sel darah.
• Cara yg tepat dlm pemeriksaan dpt bermanfaat
untuk kepentingan klinis
• Maka harus diperhatikan :
Persiapan, jenis, spesimen (bahan pemeriksaan),
cara pengambilan dan pengumpulan spesimen,
antikoagulan (zat anti pembekuan darah) dan
pengawasan mutu
Meliputi :
• Hemoglobin (Hb)
• Hematokrit (Ht)
• Leukosit (White Blood Cell / WBC)
• Trombosit (platelet)
• Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
• Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
• LED atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
• Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
• Platelet Disribution Width (PDW)
• Red Cell Distribution Width (RDW)
Hemoglobin (Hb).
• Hb adalah molekul protein pd sel darah merah yg berfungsi sbg media
transport oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru. Kandungan zat besi yang
terdapat dlm Hb membuat darah berwarna merah.

• Nilai normal kadar Hb seseorang harus memperhatikan faktor umur,


walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :
• Bayi baru lahir : 17-22 g/dL
• Umur 1 minggu : 15-20 g/dL
• Umur 1 bulan : 11-15 g/dL
• Anak anak : 11-13 g/dL
• Lelaki dewasa : 14-18 g/dL
• Perempuan dewasa : 12-16 g/dL
• Laki-laki tua : 12.4-14.9 g/dL
• Perempuan tua : 11.7-13.8 g/dL
• Kadar Hb dalam darah yg rendah dikenal dg
istilah anemia.
• Tdp banyak penyebab anemia a.l. yg paling sering
adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan
sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan
penyakit sistemik (kanker, lupus,dll).
• Kadar Hb yg tinggi dpt dijumpai pd orang yg
tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok, dan
beberapa penyakit seperti radang paru, tumor,
preeklampsia, hemokonsentrasi, dll.
Hematokrit (Ht)
• Ht merupakan ukuran yg menentukan banyaknya
jumlah sel darah merah dalam 100 mL darah yang
dinyatakan dlm persen (%).
• Nilai normal Ht untuk laki-laki berkisar 40 - 48 % ,
untuk perempuan berkisar 37 – 43 %.
• Kadar Hb berbanding lurus dg kadar Ht, shg
peningkatan dan penurunan Ht terjadi pd penyakit-
penyakit yg sama akibat peningkatan dan penurunan
Hb.
• Ht adalah nilai yg menunjukkan % zat padat dlm darah thd
cairan darah.
• Dg dmk, bila terjadi perembesan cairan darah keluar dari
pembuluh darah, sementara bagian padatnya tetap dlm
pembuluh darah, akan membuat % zat padat darah thd
cairannya naik shg nilai Ht-nya juga meningkat
• Untuk pemeriksaan Ht darah tdk boleh menggumpal shg
harus diberi antikoagulan.
• Tabung khusus yg di gunakan untuk pemeriksaan Ht
disebut tabung Wintrobe
• Setelah tabung diisi darah, diputar dg kecepatan dan waktu
tertentu, maka eritrosit akan mengendap
• Tabung Wintrobe memiliki skala khusus disebut skala
hematokrit.
• Karena menggunakan tabung wintrobe, maka
pemeriksaan Ht dg cara ini sering di sebut pemeriksaan
Ht metode wintrobe atau metode mikro.
• Nilai Ht yg rendah sering ditemukan pd kasus anemia,
leukemia, sedangkan peningkatan nilai hematokrit
ditemukan pada dehidrasi (suatu peningkatan relatif).
• Ht dapat menjadi indikator keadaan dehidrasi.
• Ht dapat mengindikasikan hemokonsentrasi, akibat
penurunan volume cairan dan peningkatan eritrosit.
Leukosit (White Blood Cell / WBC)
• Leukosit merupakan komponen darah yang berperan
dlm memerangi infeksi yg disebabkan oleh virus,
bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.
• Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/uL
darah.
• Penurunan kadar leukosit dpt ditemukan pd penyakit
akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll,
sedangkan peningkatannya dpt ditemukan pd penyakit
infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan
akut, leukemia, gagal ginjal, dll.
Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
• Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah
berbagai jenis leukosit.
• Lima jenis leukosit, masing-masing memiliki fungsi khusus
• Leukosit : neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit.
• Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yg lebih
spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.
• Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari
masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut
dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan
jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dlm sel/μl.
• Leukosit mrpk salah satu komponen darah yg berfungsi sbg
sistem pertahanan tubuh dalam melawan benda asing dari
luar tubuh.
• Perhitungan leukosit total dan hitung jenis leukosit menjadi
bagian pemeriksaan darah lengkap dlm pemeriksaan
kesehatan.
• Pemeriksaan ini dilakukan jika pasien mengalami beberapa
tanda dan gejala dari infeksi atau inflamasi spt :
• Demam
• Nyeri pada bagian tubuh
• Nyeri kepala
• Tanda dan gejala spesifik lainnya, tergantung lokasi dari
infeksi atau inflamasi
• Hitung jenis leukosit dpt membantu diagnosis suatu penyakit dan
memonitor suatu penyakit atau kondisi yg dpt mempengaruhi nilai
satu atau lebih dari jenis leukosit dg melihat jumlah leukosit,
apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai normal/referensi .
• Sebagai contoh hitung jenis leukosit dpt membantu mendiagnosis
kondisi berikut:
 Infeksi yg disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit
 Inflamasi
 Alergi atau asma
 Gangguan imunitas (penyakit autoimun, imunodefisiensi)
 Leukemia (misalnya Leukemia Granulositik Kronis, atau
Leukemia Limfositik Kronis)
• Sindrom Mielodisplasia
• Keganasan mieloproliferatif
• Eosinofil : 2-4%
• Basofil : 0-2%
• Limfosit : 21-35 %
• Monosit : 4-8%
• Neutrofil
• Metamielosit : 0%
• Batang : 0-10%
• Segmen : 51-67%
• Beberapa penyakit yg memicu respon imun akan
menyebabkan satu atau bbrp jenis leukosit meningkat atau
menurun.
• Kondisi lain yg mempengaruhi produksi leukosit di sumsum
tulang atau usianya dlm sirkulasi juga akan menimbulkan
kenaikan atau penurunan jumlah leukosit.
• Perbedaan nilai hitung jenis ini biasanya diikuti dg kelainan
pd hasil pemeriksaan lainnya yaitu pada pemeriksaan
apusan darah tepi, biopsi sumsum tulang, analisis
kromosom, atau immunophenotyping.
• Nilai abnormal juga dpt terjadi pd penggunaan steroid
jangka panjang atau paparan bahan kimia toksik seperti
insektisida.
• Pada beberapa kasus, bentuk imatur atau
abnormal leukosit dpt muncul dlm peredaran
darah dan ikut terhitung dlm nilai hitung jenis.
• Bentuk imatur yg dpt ditemukan ada yaitu :
metamielosit, mielosit, promielosit, atau blast.
Sbg konfirmasi diperlukan pemeriksaan
lanjutan berupa apusan darah tepi atau biopsi
sumsum tulang.
• Neutrofil, sbg leukosit yg paling banyak beredar di dlm
darah, perubahan jumlah (pergeseran nilai) Neutrofil
menggambarkan adanya proses infeksi atau inflamasi yg
sedang terjadi.
• Neutrofil atau yg biasa disebut leukosit polimorfonuklear
(PMN) memiliki beberapa fase dlm proses pematangannya.
• Penggambaran proses pematangan ini diatur dg sel muda di
sisi kiri, dan mengalami pematangan ke sisi kanan (mulai
dari mieloblast, promielosit, mielosit, metamielosit, sampai
ke neutrofil non segmen/band dan neutrofil
tersegmentasi).
• Oleh karena itu, semakin ke kiri maka sel yg terlihat akan
semakin muda.
• Sebaliknya, semakin ke kanan maka sel matang yg
terlihat.
• Neutrofil akan dilepaskan dari sumsum tulang sbg
neutrofil imatur yg memiliki ciri inti sel tidak
bersegmen atau inti menyerupai bentuk batang.
• Peningkatan jumlah ini dlm sirkulasi menunjukkan
respon tubuh dlm melawan infeksi (“left shift” atau
“shift to the left”).
• Neutrofil muda kmd teraktivasi saat terekspos patogen,
shg inti sel akan mengalami segmentasi krn terjadinya
peningkatan trankripsi gen di dlm sel.
• Pergeseran nilai leukosit, dpt terlihat pd pemeriksaan
hitung jenis dg melihat nilai neutrofil dg membandingkan
antara neutrofil yg imatur/muda dg yg matur/matang.
• “Shift to the left” mrpk istilah yg menunjukkan peningkatan
jumlah leukosit muda (less-mature bands atau batang) atau
imatur (metamielosit) yg dilepaskan ke peredaran darah.
• Hal ini tampak dari meningkatnya jumlah Neutrofil batang,
dari nilai referensi.
• Biasanya kondisi ini dpt muncul pd infeksi atau inflamasi.
• Sebaliknya, peningkatan jumlah leukosit matur (inti sel
sudah tersegmentasi) dikenal dg “Shift to the right”.
• Dalam hal ini, jumlah neutrofil segmen meningkat dr nilai
referensi.
• Proses perjalanan infeksi akut akan meningkatkan pelepasan
leukosit, secara umum diawali dg neutrofil yg imatur (“Shift to the
left”) lalu yg sudah matang.
• Semakin tinggi kejadian “shift to the left” (nilai neutrofil imatur
meningkat) menandakan bahwa infeksi yg sedang terjadi semakin
berat, karena tubuh berusaha melawan shg semakin banyak sel-sel
muda dilepaskan. Penurunan hitung jumlah leukosit total yg diikuti
dg peningkatan jumlah neutrofil yg matur (“shift to the right”)
menunjukkan adanya proses penyembuhan dlm perjalanan suatu
penyakit.
• Sebaliknya, peningkatan kejadian “shift to the left” diikuti dg
penurunan jumlah dari hitung jenis leukosit total menunjukkan
adanya penurunan kemampuan tubuh dlm melawan infeksi.
• Kondisi ini biasanya menunjukkan prognosis yg buruk.
• Kondisi lain yg menyebabkan “shift to the left”
adalah terjadi gangguan pd sumsum tulang yg
memproduksi leukosit secara berlebihan shg
leukosit yg masih muda (metamielosit)
dilepaskan ke peredaran darah sebelum
waktunya, spt pd kasus leukemia atau kanker
darah.
• Penyebab lainnya adalah penggunaan obat
kemoterapi atau terjadinya perdarahan
• Kesimpulannya, apabila seseorang mengalami
tanda atau gejala inflamasi atau infeksi maka
diperlukan pemeriksaan darah rutin sbg salah
satu alat yg membantu dlm penegakan
diagnosisnya.
• Komponen hitung jenis leukosit dlm pemeriksaan
ini, dpt menjadi referensi penyebab penyakit
(leukositosis atau leukopenia) dan monitoring
perjalanan suatu penyakit.
• Pergeseran leukosit akan terlihat dari nilai absolut atau
persentase Neutrofil batang dan segmen, dan
membandingkannya dg nilai referensi yg ada untuk menilai
apakah terjadi peningkatan atau penurunan nilai.
• Pergeseran leukosit akan menggambarkan kondisi akut atau
perburukan kondisi berupa kejadian “shift to the left” atau
proses penyembuhan sedang berlangsung dg kejadian
“shift to the right”.
• Walau demikian, perlu diingat bahwa hasil pemeriksaan
“shift to the left” ini tidak bersifat spesifik dan diperlukan
pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebabnya,
baik karena infeksi maupun penyebab lain.
shift to the left shift to the right
Trombosit
• Trombosit merupakan bagian dari sel darah yg berfungsi
membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga
integritas vaskuler.
• Terdpt beberapa kelainan morfologi trombosit a.l. giant
platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit
bergerombol).
• Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000
sel/uL darah.
• Jumlah trombosit yg tinggi disebut trombositosis dan
sebagian orang biasanya tidak ada keluhan.
• Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, dpt
ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik
Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.
• Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar
PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan
trombositosis, sedangkan kadar PDW yg rendah dapat
menunjukkan trombosit yg mempunyai ukuran yang kecil.
• Red Cell Distribution Width (RDW) : RDW merupakan
koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi
dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yg heterogen, dan
biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi
asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika
didapat hasil RDW yg rendah dapat menunjukkan eritrosit
yg mempunyai ukuran variasi yg kecil.
Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
• Eritrosit merupakan komponen darah yg paling banyak,
berfungsi sbg pengangkut /pembawa oksigen dari paru
untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa
kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru.
• Nilai normal jumlah eritrosit pd laki-laki 4,7- 6,1 juta sel/uL
darah, pada perempuan 4,2 - 5,4 juta sel/uL darah.
• Jumlah eritrosit yg tinggi dpt ditemukan pd kasus
hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik),
gagal jantung kongestif, perokok, preeklampsia, dll,
sedangkan eritrosit yg rendah dpt ditemukan pd anemia,
leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan
lupus, dll.
Laju Endap Darah (LED)
• LED adalah kecepatan yg dibutuhkan oleh sel - sel darah
merah yg belum membeku untuk mengendap/sedimentasi
di dalam tabung uji dg satuan mm/jam, di bawah pengaruh
gravitasi.
• LED tinggi berarti kecepatan mengendapnya sel darah
merah berlangsung lebih cepat dibanding normal.
• Sejarah uji LED pertama kali ditemukan pd th. 1987 oleh
dokter dari Polandia bernama Edmund Faustyn Biernacki.
• LED merupakan uji yg kurang spesifik.
• Uji LED umumnya dilakukan menggunakan metode
Westergreen dan bertujuan untuk memantau adanya
radang atau infeksi di dalam tubuh
• Penelitian menemukan bahwa faktor dasar yg
mempengaruhi nilai LED adalah kadar fibrinogen darah
• Fibrinogen merupakan salah satu protein yang
diproduksi di dalam hati dan berperan penting dalam
proses pembekuan darah.
• Pemeriksaan LED merupakan salah satu pemeriksaan
laboratorium darah yg sering dilakukan karena alasan
praktis dan murah, namun penggunaannya kurang
begitu diperhitungkan karena hasil yang ditunjukkan
kurang spesifik thd suatu penyakit dan sangat
dipengaruhi oleh berbagai kondisi di dalam tubuh
• Sel-sel darah merah terdistribusi secara merata di
seluruh plasma darah
• Jika darah diambil dan ditempatkan dalam tabung
khusus yg diberi zat antikoagulan, maka sel-sel darah
merah akan mengendap di bagian bawah tabung
karena pengaruh gravitasi.
• Pemeriksaan LED bertujuan untuk mengukur
kecepatan pengendapan sel darah merah di dalam
plasma selama satu jam (mm/jam ).

• Kecepatan pengendapan sel darah merah
dipengaruhi oleh kondisi tubuh, misalnya ketika
tubuh mengalami peradangan, maka tubuh akan
menghasilkan zat-zat kimia yg salah satu
pengaruhnya adalah membuat darah cepat
mengendap, tapi bukan berarti darah kental.
• Pemeriksaan LED hanya menunjukkan
kemungkinan adanya peradangan, namun tidak
dpt menunjukkan penyebab peradangan
• LED akan meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi
akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan).
• International Commitee for Standardization in Hematology
(ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode
Westergreen dalam pemeriksaan LED, krn panjang pipet
Westergreen dua kali panjang pipet Wintrobe shg hasil LED
yg sangat tinggi masih terdeteksi.
• Nilai normal LED pada metode Westergreen :
• Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
• Perempuan : 0 – 20 mm/jam
• Kesimpulan yg dpt diambil jika ditemukan LED yg
tinggi dg memperhatikan keluhan pasien adalah
adanya suatu proses peradangan akut atau
kronis, adanya proses degeneratif (penurunan
fungsi organ) ataupun proses kematian sel di dlm
tubuh.
• Namun perlu diingat bahwa LED bukan
merupakan respon spesifik dari suatu penyakit
dan juga kerusakan sel di dalam tubuh, maka
perlu diperhatikan beberapa kondisi yg dpt
mempengaruhi perubahan hasil pemeriksaan LED
Faktor-Faktor Penyebab LED Tinggi
Usia tua
• Pada usia tua LED menjadi lebih tinggi, shg acuan penilaian
LED pada usia tua juga berubah. Laki-laki > 50 th acuan LED
normal 0-20 mm/jam, sedangkan perempuan > 50 th 0-30
mm/jam.
Wanita hamil
• Pada perempuan hamil sering ditemui hasil pemeriksaan
LED yang tinggi, disebabkan oleh sejumlah hal. Hasil
pemeriksaan LED erat hubungannya dg kadar fibrinogen di
dalam darah. Pada perempuan hamil terjadi peningkatan
produksi fibrinogen, selain itu terdapat peningkatan volume
cairan di dalam pembuluh darah shg LED menjadi lebih
tinggi.
Penyakit anemia
• Anemia sering dikaitkan dg LED yg tinggi, disebabkan oleh
perbandingan jumlah sel darah merah yg lebih sedikit dibanding
dg cairan plasma di dalam pembuluh darah, dan kondisi ini
menyebabkan kecepatan aliran sel darah merah meningkat.
Selain itu, sebuah kondisi anemia makrositik dimana ukuran sel
darah merah menjadi lebih besar juga dapat meningkatkan LED
Infeksi
• LED sering digunakan sbg tes laboratorium guna mengecek acute
phase reactant, sebuah substansi di dlm darah yg akan meningkat
sbg respon thd infeksi, trauma, kerusakan sel-sel tubuh, sejumlah
kanker, luka bakar, bahkan respon thd operasi.
• Pemeriksaan LED thd kondisi tsb di atas masih merupakan salah
satu pemeriksaan terbaik yg dilakukan, tetapi sejumlah penelitian
menyatakan bahwa pemeriksaan LED merupakan tes yg dpt
menggambarkan respon fase akut suatu penyakit setelah 24 jam
pertama. Untuk itu selama 24 jam pertama respon fase akut
dianjurkan sebuah pemeriksaan lain yg lebih baik yakni
pemeriksaan CRP, namun pemeriksaan CRP ini lebih mahal dan
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan pemeriksaan LED.
Proses radang
• LED tinggi juga dpt ditemukan pd proses radang (inflamasi) yang
terjadi di dalam tubuh apapun penyebabnya baik infeksi maupun
non infeksi. Hal ini disebabkan oleh respon inflamasi yaitu tubuh
akan meningkatkan pembentukan fibrinogen dan berujung pd
peningkatan LED.
Faktor teknis
• Faktor teknis juga dpt menjadi penyebab LED tinggi.
• Beberapa faktor tsb a.l. berhubungan dg masalah pengenceran,
peningkatan suhu dari bahan pemeriksaan dan juga miringnya
tabung yg digunakan pada pemeriksaan LED .
• Untuk itu hasil pemeriksaan LED perlu dicocokkan kembali dg
kondisi klinis yg dialami oleh orang yg diperiksa.
Indeks eritrosit
• Indeks eritrosit merupakan nilai-nilai yg memberi gambaran
mengenai rata-rata ukuran eritrosit dan banyaknya
hemoglobin per-eritrosit.
• Indeks eritrosit merupakan batasan untuk ukuran dan isi
hemoglobin eritrosit.
• Indeks Eritrosit sering disebut juga indeks korpuskular,
biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis
penyebab anemia, mengklasifikasi anemia atau sbg
penunjang dlm membedakan berbagai macam anemia.
• Untuk mendapatkan indeks eritrosit secara manual
diperlukan data kadar Hb, hematrokit (Ht), dan hitung
jumlah eritrosit.
• Meliputi : MCV, MCH, MCHC
• Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume
Eritrosit Rata-rata (VER)
• Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) =
Berat/jumlah Hemoglobin Eritrosit Rata-rata
(HER)
• Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration (MCHC) = Konsentrasi
Hemoglobin per unit volume Eritrosit Rata-
rata (KHER)
• Mean Corpuscular Volume (MCV) merupakan suatu
ukuran volume eritrosit rata – rata (fL).
• MCV menjadi tinggi jika ukuran eritrosit lebih besar
dari normal (makrositik), contohnya pada anemia
defisiensi vitamin B12. Eritrosit makrositik biasanya
ditemukan pada anemia defisiensi Fe, talasemia,
karacunan Timah.
• MCV rendah apabila ukuran eritrosit lebih kecil dari
normal (mikrositik), contohnya pd anemia defisiensi Fe.
Eritrosit mikrositik biasanya ditemukan pada anemia
Pernisiosa, defisiensi Asam Folat, peminum alkohol,
terapi obat-obat tertentu.
• Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
merupakan jumlah Hb dalam eritrosit rata –
rata (pg). Eritosit yg besar (makrositik)
biasanya memiliki MCH yg lebih tinggi,
sebaliknya pada eritrosit kecil (mikrositik)
akan memiliki nilai MCH yg lebih rendah.
• Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
yaitu perhitungan konsentrasi hemoglobin di dalam
eritrosit rata – rata, yaitu kadar hemoglobin yang didapt per
eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih
tepat adalah “gram hemoglobin per dL eritrosit”).
• MCHC yg rendah (hipokromia) akan dijumpai pada keadaan
Hb abnormal yg terkonsentrasi di dalam eritrosit, misalnya
pada anemia defisiensi Fe pada talasemia.
• Peningkatan MCHC (hiperkromia) terdapat pada keadaan
Hb yang abnormal terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti
pada pasien luka bakar dan sferositosis bawaan (bentuk
RBC bulat, kaku, dihancurkan di limpa  anemia).
Cara penetapan masing-masing nilai
• Nilai MCV, MCH dan MCHC diperhitungkan dari
nilai-nilai ;
• (a) hemoglobin (Hb)
• (b) hematokrit (Ht)
• (c) Hitung jumlah eritrosit/ sel darah merah (E).
• Nilai-nilai tsb dimasukkan dalam rumus sbb :
• MCV (VER) = 10 x Ht : E, satuan femtoliter (fl)
• MCH (HER) = 10 x Hb : E, satuan pikogram (pg)
• MCHC (KHER) = 100 x Hb : Ht, satuan persen (%)
• Eritrosit berfungsi sebagai tranportasi Hb yg juga
mentransportasikan oksigen (O2), maka jumlah oksigen
(O2) yang diterima oleh jaringan bergantung kepada
jumlah dan fungsi eritrosit dan Hemoglobin-nya.
• Nilai MCV mencerminkan ukuran eritrosit, sedangkan
MCH dan MCHC mencerminkan isi hemoglobin
eritrosit.
• Penetapan Indeks/nilai rata-rata eritrosit ini digunakan
untuk mendiagnosis jenis anemia yang dapat
dihubungkan dg penyebab anemia tersebut.
• Anemia didefinisikan berdasarkan ukuran sel (MCV) dan jumlah Hb
per eritrosit (MCH) :

• Anemia mikrositik : nilai MCV lebih kecil dari batas bawah


normal
• Anemia normositik : nilai MCV dalam batas normal
• Anemia makrositik : nilai MCV lebih besar dari batas atas
normal
• Anemia hipokrom : nilai MCH lebih kecil dari batas bawah
normal
• Anemia normokrom : nilai MCH dalam batas normal
• Anemia hiperkrom : nilai MCH lebih besar dari batas atas
normal
• Tujuan akhir penetapan nilai-nilai ini adalah untuk
mendiagnosis penyebab anemia. Berikut ini adalah jenis
anemia dan penyebabnya:
• Normositik normokrom, anemia disebabkan oleh
hilangnya darah tiba-tiba, katup jantung buatan, sepsis,
tumor, penyakit jangka panjang atau anemia aplastik.
• Mikrositik hipokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan
zat besi, keracunan timbal, atau talasemia.
• Mikrositik normokrom, anemia disebabkan oleh
kekurangan hormon eritropoietin karena gagal ginjal.
• Makrositik normokrom, anemia disebabkan oleh
kemoterapi, kekurangan asam folat, atau defisiensi vitamin
B-12
tugas
1. Anemia mikrositik
2. Anemia normositik
3. Anemia makrositik
4. Anemia hipokromatik
5. Anemia normokromatik
6. Anemia hiperkromatik
7. Anemia normositik normokromatik
8. Anemia mikrositik hipokromatik
9. Anemia mikrositik normokromatik
10. Anemia makrositik normokromatik
11. Anemia makrositik hipokromatik
12. Anemia makrositik hiperkromatik
13. Anemia normositik hipokromatik
14. Anemia normositik normokromatik
sekian

Anda mungkin juga menyukai