Anda di halaman 1dari 10

CONTOH PERUSAHAAN SUKSES DAN GAGAL BESERTA

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


(Batavia Air dan GO - JEK)
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas
Materikulasi Ekonomi Managerial

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1 MM UII ANGKATAN 52A

1. Amalia
2. Anike Clara Santi Putri
3. Deasy Rahmawahida Alwani
4. Desi Febrianti
5. Riyana Putri

BIDANG STUDI MAGISTER MANAGEMEN


PROGRAM MAGISTER & DOKTOR
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
PERUSAHAAN GAGAL (BATAVIA AIR)

1. Profil Perusahaan
Batavia Air (nama resmi: PT. Metro Batavia) adalah sebuah maskapai
penerbangan di Indonesia. Batavia Air mulai beroperasi pada tanggal 5 Januari 2002,
memulai dengan satu buah pesawat Fokker F28 dan dua buah Boeing 737-200.
Setelah berbagai insiden dan kecelakaan menimpa maskapai-maskapai
penerbangan di Indonesia, pemerintah Indonesia membuat pemeringkatan atas
maskapai-maskapai tersebut. Dari hasil pemeringkatan yang diumumkan pada 22
Maret 2007, Batavia Air berada di peringkat III yang berarti hanya memenuhi syarat
minimal keselamatan dan masih ada beberapa persyaratan yang belum dilaksanakan
dan berpotensi mengurangi tingkat keselamatan penerbangan.
Akibatnya Batavia Air mendapat sanksi administratif yang akan di-
review kembali setiap 3 bulan. Bila tidak ada perbaikan kinerja, maka Izin Operasi
Penerbangan (Air Operator Certificate) dapat dibekukan sewaktu-waktu. Namun,
Batavia dengan cepat memperbaiki diri dan akhirnya mendapat penilaian kategori 1
dari Kementerian Perhubungan terhitung tahun 2009 lalu. Maskapai ini pun termasuk
di antara 4 maskapai Indonesia yang diperbolehkan terbang ke Uni Eropa sejak Juni
2010.
Tapi siapa yang mengira bahwa Batavia Air yang termasuk pada 4 maskapai
Indonesia yang diperbolehkan terbang ke Uni Eropa ini mengalami kepailitan.Pada
tanggal 31 Januari 2013, Batavia Air berhenti beroperasi karena dinyatakan pailit
oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
penyebab kepailitan dan langkah-langkah dan strategi apa saja yang sudah dilakukan
oleh manajemen Batavia Air untuk mempertahankan perusahaan.

2. Penyebab Utama Putusan Pailit Batavia Air


Keputusan pailit PT. Metro Batavia disebabkan oleh utang sebanyak USD
4,68 juta yang sudah lewat jatuh tempo namun tidak kunjung di bayar. Tuntutan pailit

ii
ini telah diajukan semenjak 20 Desember 2012 dan diputuskan pada tanggal 30
Januari 2013.
Hutang ini bermula dari keinginan Batavia Air untuk mengikuti tender
pelayanan haji dengan menyewa (leasing) dua pesawat Airbus A330 dari ILFC.
Namun, dari total kontrak leasing selama 9 tahun, sudah 3 tahun berturut-turut
Batavia Air kalah tender di Kementerian Agama untuk mengangkut jemaah haji.
Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC mengajukan
somasi atau peringatan. Namun karena maskapai itu tetap tidak bisa membayar
utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak dapat
dioperasikan untuk menutup utang.tuk mengikuti tender yang dilakukan pemerintah.
Dalam gugatan ILFC, Batavia Air memiliki tagihan sebesar USD 440rb di
tahun pertama, USD 470rb di tahun kedua, USD 500rb di tahun ketiga dan ke empat,
dan USD 520rb di tahun kelima dan keenam. Keseluruhan hutang dari ILFC sebesar
USD 4,68 juta ini memiliki tanggal jatuh tempo di 13 Desember 2012.
Maka, jika dirangkum, faktor- faktor penyebab putusan pailit adalah sebagai
berikut:
1. Hutang yang sudah lewat jatuh tempo namun tidak kunjung
dibayarkan.
Tim Kurator Pailit PT Metro Batavia mengungkapkan total utang
maskapai penerbangan Batavia Air ditaksir mencapai Rp 2,5 triliun.
Posisi utang tersebut tercatat hingga 1 Maret 2013.
Ketua Tim Kurator, Turman M Panggabean mengungkapkan, jumlah
utang itu berasal pinjaman komponen sebesar Rp 1,47 triliun, utang
kreditur separtis Rp 466,6 miliar, utang komponen khusus agen Rp
84,5 miliar dan utang kreditur istimewa sebesar Rp 519,6 miliar.
Angka kenaikan utang itu terjadi karena adanya pajak tunggakan dari
pihak Batavia Air yang mencapai sebesar Rp 313 miliar hingga akhir
2010. Semula utang pajak perusahaan hanya sebesar Rp 4 miliar.

iii
Namun seiring waktu berjalan, tunggakan pajak perusahaan
membengkak menjadi Rp 43 miliar dan posisi terakhir mencapai Rp
359 miliar.

2. Kekalahan tender selama 3 tahun berturut-turut


Hutang Batavia Air bermula dari keinginan Batavia Air untuk
mengikuti tender pelayanan haji dengan menyewa (leasing) dua
pesawat Airbus A330 dari ILFC. Namun, dari total kontrak leasing
selama 9 tahun, selama 3 tahun berturut-turut Batavia Air kalah tender
di Kementerian Agama untuk mengangkut jemaah haji yang
berdampak pada penunggakan pembayaran hutang. Menurut Dudi
Sudibyo, permasalahan ini diperparah dengan ketidak pedulian
Batavia Air dalam mendayagunakan kedua pesawat A330 ini untuk
melayani rute-rute lain selama menganggur.
3. Pembatalan pembelian saham oleh Air Asia
Di bulan Oktober 2012, Air Asia telah mengajukan rencana untuk
mengakuisisi Batavia Air senilai USD 80juta. Namun tidak lama
berselang, rencana tersebut kandas dengan keputusan Air Asia untuk
membatalkan transaksi tersebut dikarenakan “risiko bisnis dan
penurunan pendapatan”.
4. Margin pendapatan yang kecil
Riset OSK Research menunjukkan, Batavia Air terlilit tumpukan
utang dan hanya memiliki margin bersih sebesar 0,8% pada 2011.
Riset juga memperlihatkan bahwa perusahaan keluarga ini tidak
dikelola secara benar. Menurut Dirjen Perhubungan Udara, Herry
Bakti, seusai gagal nya akuisisi Batavia Air oleh Air Asia, rute Batavia
Air telah berkurang secara drastis, yang awal nya 64 rute, menjadi 44
rute saja.

iv
5. Ekspansi Bisnis besar-besaran yang dilakukan kompetitor
ditahun yang sama
Di tengah pengurangan rute Batavia Air ini, airlines domestik lain
malah memperlihatkan penambahan rute yang cukup signifikan,
terutama Air Asia, yang mulai merambah ke rute-rute strategis Batavia
Air, seperti Semarang-Singapura yang sebelumnya hanya dilayani
oleh Batavia Air.
Di tahun yang sama, Lion Air juga melakukan pemesanan 230 unit
pesawat tipe B-737 kepada Boeing Company dan menguasi 41,59%
pasar domestik.

3. Kronologi Pailit Batavia Air


1) 20 Desember 2009
Batavia Air melakukan perjanjian sewa-menyewa pesawat yang tertuang dalam
Aircraft Lease Agreement dengan International Lease Finance Corporation
(ILFC).
Perjanjian berisi ILFC menyewakan sebuah Airbus A330-202 dengan harga sewa
senilai US$ 2,202 juta. Jangka waktu sewa adalah enam tahun sejak 28 Desember
2009. Berakhir 27 Desember 2015.
2) 26 Juli 2012
Penerbangan murah asal Malaysia, Air Asia berminat membeli 100% saham
perusahaan. Keduanya menandatangani nota kesepakatan pembelian saham.
3) 12 September dan 25 September 2012
Sebelum jatuh tempo, ILFC telah mengirimkan surat teguran sebanyak dua kali,
yaitu 12 September 2012 dan 25 September 2012.
Batavia diminta kewajibannya membayar bunga keterlambatan sebesar 4%
ditambah suku bunga primer yang ditetapkan JP Morgan Chase Bank di New
York. Surat somasi itu diabaikan oleh Batavia.

v
Saat somasi dilayangkan total utang Batavia telah mencapai US$ 4,688 juta yang
terdiri dari utang pokok, bunga dan biaya cadangan.
4) Oktober 2012
Air Asia Berhad dan mitranya PT Fersindo Nusaperkasa memutuskan
membatalkan rencana pembelian saham Batavia. Air Asia memilih untuk
mengajak kerjasama operasional dengan perusahaan tersebut.
5) 20 Desember 2012
ILFC mengajukan layangan gugatan pailit kepada Batavia Air di Pengadilan
Niaga Pusat.
6) 30 Januari 2013
Pengadilan Niaga memutus pailit Batavia Air dan menghentikan operasional
perusahaan pukul 00.00. Pengadilan Niaga telah menunjuk 4 kurator karena
kewenangan beralih.

vi
PERUSAHAAN SUKSES (GOJEK)

1. Profil Perusahaan
Bermula di tahun 2010 sebagai perusahaan transportasi roda dua melalui
panggilan telepon, GO-JEK kini telah tumbuh menjadi on-demand mobile platform
dan aplikasi terdepan yang menyediakan berbagai layanan lengkap mulai dari
transportasi, logistik, pembayaran, layan-antar makanan, dan berbagai layanan on-
demand lainnnya.
GO-JEK adalah sebuah perusahaan teknologi berjiwa sosial yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di berbagai sektor informal di Indonesia.
Kegiatan GO-JEK bertumpu pada 3 nilai pokok: kecepatan, inovasi, dan dampak
sosial.
Para driver GO-JEK mengatakan bahwa pendapatan mereka meningkat
semenjak bergabung sebagai mitra dengan mendapatkan akses ke lebih banyak
pelanggan melalui aplikasi kami. Mereka juga mendapatkan santunan kesehatan dan
kecelakaan, akses kepada lembaga keuangan dan asuransi, cicilan otomatis yang
terjangkau, serta berbagai fasilitas yang lain.
GO-JEK telah beroperasi di 50 kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung,
Surabaya, Bali, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Yogyakarta, Balikpapan,
Malang, Solo, Manado, Samarinda, Batam, Sidoarjo, Gresik, Pekanbaru, Jambi,
Sukabumi, Bandar Lampung, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Mataram, Kediri,
Probolinggo, Pekalongan, Karawang, Madiun, Purwokerto, Cirebon, Serang, Jember,
Magelang, Tasikmalaya, Belitung, Banyuwangi, Salatiga, Garut, Bukittinggi,
Pasuruan, Tegal,Sumedang, Banda Aceh, Mojokerto, Cilacap, Purwakarta, Pematang
Siantar, dan Madura serta pengembangan di kota-kota lainnya pada tahun mendatang.

2. Faktor Penyebab Kesuksesan Gojek

vii
1) Kendaraan generik Indonesia
Go-Jek mampu menangkap peluang. Belum ada pasar serupa dan tersedianya
sumber daya manusia begitu besar. Ojek adalah kendaraan transportasi yang
sudah ada jauh sebelum Go-Jek beroperasi.
2) Sistem pembagian laba menarik
Go-Jek menerapkan sistem bagi hasil 80-20. Sehingga wajar kalau banyak supir
ojek tergiur. Banyak supir Go-Jek yang mendapatkan penghasilan sampai 1 juta
per harinya. Berbagai profesi pun tertarik, mulai ibu rumah tangga, mahasiswa,
sampai pengangguran.
3) Sejalan dengan realitas transportasi yang ada
Kita sudah sama-sama tahu kalau jalanan Indonesia itu selalu macet. Mau dimana,
kapan dan siapa pun yang melewatinya asal masih kota besar pasti macet.
Pengguna ojek konvensional sebelum ada Go-Jek selalu dipakai para pengguna
jalan raya yang kepepet untuk sampai ke tujuan, entah bekerja, belanja atau jalan-
jalan. Dengan adanya Go-Jek dan alasan yang sudah dikemukakan sebelum ini,
semakin mengukuhkan posisi Go-Jek di pasar dan di mata konsumen sebagai
solusi (sementara) mengatasi kemacetan.
4) Diferensiasi jasa
Sukses dalam jasa transportasi konvensional (orang) tidak membuat Go-Jek lupa
diri. Sebagai sebuah startup, wajar untuk melakukan inovasi terus-menerus agar
tidak tertinggal. Go-Jek meluncurkan jasa pengantaran makanan, Go-Food. Jasa
ini banyak diminati orang yang malas keluar untuk membeli makanan favorit
mereka. Bisa jadi karena macet atau karena terlalu lapar untuk membeli. Apa pun
alasannya, Go-Jek sepertinya memberikan solusi.

5) Waktu yang tepat, startup asli Indonesia tumbuh

viii
Perkembangan teknologi informasi memberikan peluang usaha untuk banyak
kalangan dan jenis usaha yang dulu sama sekali tidak pernah terpikirkan sekarang
jadi kenyataan.
Pada saat ini, Go-Jek bisa dibilang termasuk dalam industri kreatif dan pemerintah
sangat mendukung upaya peningkatan industri ini. Pendapatan industri kreatif di
Indonesia pun sedang dalam posisi baik.
Go-Jek adalah startup asli Indonesia. Perusahaan yang muncul karena iklim
teknologi yang sedang berkembang dan dalam posisi tepat untuk menghasilkan.
Tanpa adanya telepon pintar, sulit berharap Go-Jek terealisasi, bahkan tak
mungkin. Begitu juga dari segi prasarana, tanpa adanya kesediaan jaringan
internet, sulit untuk bersaing dengan transportasi konvensional.
Contoh kesuksesan Go-Jek seharusnya dijadikan motivasi bagi calon/penggiat
usaha startup di Indonesia. Pada akhirnya nanti, seperti yang telah ditunjukan Go-
Jek, masalah sosial masyarakat (jumlah pengangguran) dan ekonomi secara
keseluruhan akan teratasi.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Admin. “Urutan Peristiwa Pailit Batavia Air”. 27 Januari 2019.


http://www.minghadi.com/batavia-air-pailit/
Hadijah, Siti. “5 Hal yang Bisa Kamu Tiru untuk Sukses dari CEO Go-Jek”. 26 Januari 2019.
https://www.cermati.com/artikel/5-hal-yang-bisa-kamu-tiru-untuk-sukses-dari-ceo-
go-jek
Karinov. “Contoh Analisis SWOT dan Bisnis Model dari Perusahaan Go-Jek”. 27 Januari
2019. https://karinov.co.id/analisis-swot-bisnis-model-gojek/
Latif, Syahid. “Batavia Air, Maskapai yang Tak Pernah Kecelakaan Tapi Jatuh Juga”. 26
Januari 2019. https://www.liputan6.com/bisnis/read/708073/batavia-air-maskapai-
yang-tak-pernah-kecelakaan-tapi-jatuh-juga
Liputan6. “Kronologi Pailit Batavia Air”. 26 Januari 2019.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/500406/kronologi-pailit-batavia-air
Nugroho, Ragil. “Lion Air Kuasai Pasar Penumpang Domestik”. 27 Januari 2019.
https://industri.kontan.co.id/news/lion-air-kuasai-pasar-penumpang-domestik-4159
Stephanny, Happy Rayna. “Batavia Air Pailit”. 27 Januari 2019.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5109da6249361/batavia-air-pailit
Syafina, Dea Chadiza. “Mengapa Lion Air Getol Belanja Pesawat Besar-besaran?”. 27
Januari 2019. https://tirto.id/mengapa-lion-air-getol-belanja-pesawat-besar-besaran-
cHBE

Anda mungkin juga menyukai