Anda di halaman 1dari 5

BANGKRUTNYA MASKAPAI PENERBANGAN BATAVIA AIR

Penutupan Batavia Air pada tanggal 30 Januari 2013 merupakan salah satu
kejadian yang paling menyedihkan bagi industri penerbangan Indonesia. Di
tengah pertumbuhan transportasi udara yang cukup tinggi di Indonesia, Batavia
Air malah menjadi terpuruk.Padahalmaskapaiinimemilikikeunggulan antara
lainmemilikijadwal yang konsisten, menjualtiketdenganharga yang murah,
danpenumpang sering mendapatkan diskon tiket pesawat setiap minggunya.
Permohonan pailitataukeadaanperusahaanmengalamikebangkrutan. Batavia Air
diajukan oleh International Lease Finance Corporation (ILFC) kepada Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat akhirnya memutuskan
mengabulkan permohonan dari perusahaan sewa guna pesawat International Lease
Finance Corporation (ILFC) yang menggugat pailit PT Metro Batavia selaku
operator maskapai penerbangan Batavia Air. "Mengabulkan permohonan
pemohon (ILFC) untuk seluruhnya,"ungkap ketua majelis hakim Agus Iskandar di
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Rabu (30/1). Dalamputusannya, Agus Iskandar
menyatakan Batavia Air memenuhi syarat untuk dinyatakan pailit, sesuai dengan
UU nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan. "Menyatakan termohon yakni
Batavia Metro pailit. "Telah memenuhi syarat untuk kepailitan, sehingga
permohonan tersebut dapat dikabulkan”
Urutan peristiwa Bangkrutnya Batavia Airantara lain : PadaTahun 2009,
Batavia mengikuti tender dalam proyek haji pemerintah, pihak batvavia telah
menyewa dua unit airbus dari ILFC seri A330 dengan nominal USD 440 ribu,
namun batavia kalah tender dan pemerintah tidak menggunakan layanan batavia
dalam proyek haji. Selama kalah tender Airbus seri A330 di anggurkan dan tidak
digunakan untuk melayani rute perjalanan yang lain.Kemudianpada tahun
2010Batavia mengikuti tender proyek haji lagi dan kalah lagi, akhirnya
menimbulkan penumpukan tagihan dari tahun 2009 sampai 2010. Tagihan
meningkat menjadi USD 470 ribu. Dari sini dapat di simpulkan bahwa batavia
belum membenahi manajemen dan pelayanan nya sehingga pemrintah tidak
mengambil maskapai ini.Selanjutnyapada tahun 2011 Batavia mengikuti lagi
tender dan lagi – lagi kalah lagi pada tahun ini. Tagihan ke kantor batavia
meningkat menjadi USD 500 ribu. Lagi – lagi batavia tidak pernah belajar dari
tahun – tahun sebelumnya. Dan pada tahun 2012 Air asia mencoba mengakuisisi
batavia air tapi penawaran tersebut menjadi polemik yang cukup populer di
Indonesia karena kekuatiran akan masuk nya pihak luar ke dalam industri
penerbagan Nusantara. Maka Air asia membatalkan tawarannya karena alasan
“risiko bisnis dan penurunan pendapatan”. Akibat gagalnya akuisisi tersebut
batavia air mengalami penurunan rute penerbangan drastis dari 64 rute menjadi 44
rute saja. Dan terakhirpada tahun 2013 Pada tanggal 30 januari 2013 batavia
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan negeri jakarta selatan.
Sesuai dengan yang sudah diberitakan sebelumnya, tuntutan hutang
Batavia Air bermula dari keikut sertaan nya dalam tender haji di tahun 2009.
Menurut Dudi Sudibyo, permasalahan ini diperparah dengan ketidak pedulian
Batavia Air dalam mendayagunakan kedua pesawat A330 ini untuk melayani rute-
rute lain selama menganggur. Barangkali yang juga kurang dipublikasikan di
media cetak adalah adanya kenaikan persyaratan deposit Travel Agent di Batavia
Air per bulan April 2012. Persyaratan minimum deposit yang sebelumnya sebesar
7.500.000, diubah menjadi minimum 15.000.000 rupiah. Kenaikan deposit ini
hanya ditunjang dengan alasan untuk mengurangi “ribet” nya administrasi
penambahan deposit. Di bulan Oktober 2012, Air Asia telah mengajukan rencana
untuk mengakuisisi Batavia Air senilai USD 80juta. Rencana akuisisi ini menjadi
polemik yang cukup populer di Indonesia karena kekuatiran akan masuk nya
pihak luar ke dalam industri penerbagan Nusantara. Namun tidak lama berselang,
rencana tersebut kandas dengan keputusan Air Asia untuk membatalkan transaksi
tersebut dikarenakan “risiko bisnis dan penurunan pendapatan”. Menurut Dirjen
Perhubungan Udara, Herry Bakti, seusai gagal nya akuisisi Batavia Air oleh Air
Asia, rute Batavia Air telah berkurang secara drastis, yang awal nya 64 rute,
menjadi 44 rute saja. Namun di tengah pengurangan rute ini, maskapai
penerbangandomestik lain malah memperlihatkan penambahan rute yang cukup
signifikan, terutama Air Asia, yang mulai merambah ke rute-rute strategis Batavia
Air, seperti Semarang-Singapura yang sebelumnya hanya dilayani oleh Batavia
Air. Di penghujung akhir Januari 2013, Batavia Air mulai mengalami penurunan
secara drastis, terutama diakibatkan oleh tuntutan pailit oleh ILFC. Kepercayaan
calon penumpang pun mulai berkurang, banyak penumpang kuatir akan terulang
nya peristiwa tutup nya Adam Air dan Mandala Air. Dalam penutupan dua airlines
tersebut, tiket yang sudah dibeli oleh penumpang banyak yg hilang tanpa
pengembalian uang. Beberapa pesan bohong pun juga banyak beredar di BBM,
terutama yang menyangkut akan segera ditutup nya Batavia Air oleh Dirjen
Perhubungan. Tepat sehari menjelang keluarnya putusan pailit oleh pengadilan
negeri Jaksel (30 Jan 2013), sempat terjadi pengajuan pencabutan gugatan pailit
oleh ILFC. Namun pengajuan pembatalan ini telah ditolak lansung oleh Batavia
Air dikarenakan Batavia Air sudah merasakan dampak penurunan kepercayaan
publik secara drastis. Dengan penolakan ini maka putusan pengadilan negeri
Jaksel berlanjut menjadi pailit bagi Batavia Air.Di tengah booming bisnis
penerbangan dengan pertumbuhan jumlah penumpang yang impresif, PT Metro
Batavia selaku operator maskapai Batavia Air, justru bangkrut karena tak mampu
membayar hutang senilai USD4.688juta kepada kreditor. Akibatnya, Batavia
dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga (PN) Jakarta Pusat, Rabu 30 Januari
2013.Pernyataan pailit terhadap Batavia diputuskan berdasarkan surat Nomor
77/Pailit/2012/PN Niaga Jakarta Pusat. Menurut pejabat Humas PN Jakarta Pusat
Bagus Irawan, gugatan pailit diajukan perusahaan sewa guna pesawat internaional
Lease Finance Corporation (ILFC) dari Amerika Serikat.Batavia mengaku tidak
bisa membayar utang karena force majeur. Batavia yang terlanjur mendatangkan
Airbus A330 dari ILFC ternyata gagal dalam tender angkutan haji karena tidak
memenuhi persyaratan. Akibatnya, banyak pesawat yang menganggur. Sebuah
perusahaan dinyatakan bangkrut bila kondisi keuangannya tidak sehat, baik
karena kerugian atau sebab lain, sehingga tidak mampu membayar utang-
utangnya (insolvent). Akibat kebangkrutan itu, perusahaan dapat dinyatakan pailit
oleh pengadilan, baik atas permohonan perusahaan sendiri maupun kreditornya.
Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, perusahaan dapat
dipailitkan apabila tidak mampu melunasi hutang dua atau lebih kreditor yang
telah jatuh tempo.Manajemen Batavia Air menerima putusan pailit tersebut, dan
kemudian Batavia Air menghentikan seluruh kegiatan operasional terhitung sejak
31 Januari 2013 pukul 00.00 WIB. Meski demikian, Batavia diberi kesempatan
untuk mengajukan kasasi selama periode delapan hari sejak keputusan pailit. Jika
kasasi tidak diajukan, Batavia resmi pailit dan penanganannya diambil alih oleh
kurator.
Kebangkrutan Batavia berawal dari langkah perusahaan untuk leasing
pesawat berbadan lebar Airbus 330 dari ILFC guna angkutan jemaah haji.
Ternyata tiga tahun berturut-turut Batavia Air tidak mendapatkan proyek haji,
sehingga terjadi tunggakan-tunggakan pembayaran. Seluruh hutang Batavia ke
ILFC sebesar USD4,688juta telah jatuh tempo pada 13 Desember 2012. “Adanya
informasi negatif dan simpang siur mengenai Batavia Air yang beredar selama
beberapa waktu terakhir ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan para agen,
pelanggan dan partner bisnis Batavia Air”. Untuk proses selanjutnya, PN Jakpus
telah menunjuk empat kurator, yakni Turman Panggabean, Andra Reinhard Sirait,
Permata N Daulay, dan Alba Sukma Hadi. Para kurator tersebut akan menangani
segala urusan dan dampak dari penutupan Batavia Air, termasuk urusan refund
atau endorse tiket para penumpang, kargo, pajak, penyelesaian karyawan Batavia,
serta mitra terkait seperti biro perjalanan, kreditor, dan lain-lain.Para penumpang
yang sudah memiliki tiket Batavia Air dan belum terbang bisa melapor ke kantor
perwakilan Batavia Air setempat untuk proses pengembalian uang. Seluruh
karyawan Batavia Air mulai 31 January 2013 diberhentikan secara hormat, kecuali
mereka yang ditunjuk sebagai tim pemberesan. Kewajiban perusahaan kepada
karyawan akan mengacu UU Ketenagakerjaan”. Nasib 3.400 karyawan Batavia
Air kini menunggu arahan dari para kurator yang membantu menangani segala
urusan dan dampak dari penutupan perusahaan Batavia Air. Tim kurator yang
dipilih oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat akan menangani berbagai dampak,
termasuk urusan refund atau endorse tiket para penumpang, kargo, pajak/tax,
penyelesaian karyawan Batavia Air, mitra terkait seperti para travel agent,
kreditor, dan lain-lain.Dari kasus pailitnya Batavia Air dapat dipahami bahwa ada
celah pemasukan dan pengeluaran serta bias akan potensi bisnis bahwa semua itu
tidak pasti. Oleh karena itu, pemanfaatan celah pasar yang diharapkan oleh pihak
manajemen Batavia Air tidak berjalan sesuai rencana.
Dengan demikian berpijak pada ulasan sebelumnya terdapat beberapa hal
yang dapat diambil hikmahnya dari kasus pailitnya Batavia Air,
yakni:PertamaSense of crisis, Alasan pertama dari sense of crisis yakni pihak
manajerial tidak mampu memahami bahwa kondisi bisnis saat ini tidak pasti, oleh
karena itu kepekaan dan ketanggapan bisnis perlu diperhatikan. Dalam aplikasi
penggunaan utang sebagai sumber pendanaan maka langkah pertama yang harus
ditelaah secara mendalam adalah kemampuan dan kondisi pemasukan bisnis.
Sampai di sini dapat ditarik benarng merah bahwa sense of crisis perlu
mendapatkan perhatian serius dari perusahaan-perusahaan yang berkeinginan
bertahan pada kondisi persaingan yang tajam serta penuh ketidakpastian. Lanjut
bahwa apabila perusahaan memiliki sense of crisis maka pihak manajerial
perusahaan dapat bersikap dengan tepat sebelum bahaya itu terjadi. Dalam kasus
Batavia Air, sudah terjadi goncangan barulah mulai memikirkan solusi untuk
menyelesaikannya. Tentu saja hal tersebut terlambat dan ebrakhir dengan
pailit.Kedua, GCG(Good Corporate Governance), seperti yang diketahui bahwa
penerapan tata kelola perusahaan yang baik saat ini tidak dapat diabaikan seperti
waktu-waktu sebelumnya dan memang hal itu benar adanya karena melalui tata
kelola yang baiklah akan memudahkan proses operasionalisasi dan perbaikan
secara kontinyu. Dalam konteks pailitnya Batavia Air perlu mendapatkan
perhatian untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik.Ketiga,
Lemahnya analis C/B, analisis cost benefit sangat penting ketika suatu perusahaan
hendak membuat keputusan menggunakan utang sebagai sumber pendanaan.
Karena dari analisis C/B inilah akan membantu memahami kondisi perusahaan
dengan lebih baik. Dalam arti akan membuka cakrawala kekuatan melunasi utang
serta bagaimana keuntungan lainnya apabila mau menggunakan utang. Dalam
konteks Batavia Air ada indikasi bahwa analisis C/B belumlah dilakukan
sepenuhnya sehingga analisis utang diabaikan dan mengalami utang yang
berlebihan, atau dengan kata lain mengalami kekurangan kemampuan melunasi
utang.Keempat, Harga. Harga memang sangat diperhatikanoleh konsumen karena
konsumen cenderung lebih memilih harga yang murah. Dan hal itu memang
normal karena lebih kecil jumlah uang untuk mendapatkan suatu barang maka
akan semakin baik adanya. Hanya saja dalam konteks Batavia Air, untuk
menunjang keberlangsungan arus kas masuk membutuhkan lebih dari hanya
sekedar bersaing menggunakan harga sebagai ujung tombak. Dalam arti
membutuhkan aspek lainnya selain harga guna memperkuat arus kas masuk
sehingga laba ditahan pun dapat meningkat, dan apabila kondisi itu terus
berlangsung akan meningkatkan kemampuan melunasi utang.Kelima,
Menggunakan sumber pendanaan berimbang, maksudnya adalah bagaimana
menggunakan sumber pembiayaan atau kombinasi yang sehat dari dana internal
dan dana ekternal. Kasus pailitnya Batavia Air mengindikasikan penggunaan
utang yang berelebihan tanpa analisis yang mendalam. Oleh karena
itukitaharusmenggunakan persentase dana internal dan eksternal yang bijak dan
tidak menggunakan hutang sebagai modal utama operasionali perusahaan.
Memang benar bahwa ada juga perusahaan yang menggunakan utang sebagai
sumber utama pendanaan yakni perusahaan-perusahaan yang berbisnis dalam
bisnis perbankan. Oleh karena itu, dalam hal ini dapat dilihat bahwa karakteristik
jenis industri dimana Batavia Air beroperasionaliasi memiliki perbedaan karakter
dengan industri perbankan sehingga sekali lagi persentase penggunaan utang
sebagai sumber pendanaan haruslah benar-benar dianalisis secara mendalam.
Sebaiknya jangan melebihi dari 40% dari total aset yang dimiliki sehingga ketika
terjadi goncangan keuangan masih berpeluang untuk menghasilkan
aset.Batavia Air seperti yang diketahui merupakan suatu organisasi dan yang
namanya organisasi mendeskrisikan kumpulan orang-orang yang secara sadar
bergabung untuk mencapai visi organisasi. Berpijak pada definisi tersebut
diketahui bahwa dalam tubuh Batavia Air terdapat cukup besar tenaga kerja. Nah
apa yang akan terjadi pada mereka ketika Batavia Air dinyatakan pailit?
Jawabannya adalah tenaga kerjanya sudah dipastikan tidak akan bekerja lagi, atau
dengan kata lain akan menganggur. Hal inilah yang perlu dipikirkan oleh pihak
manajerial Batavia Air karena jumlah kapasitas tenaga kerja yang cukup banyak
akan berdampak pada aspek makro dan mikro. Dengan demikian berpijak pada
kasus pailitnya Batavia Air, perusahaan-perusahaan lainnya dapat mempersiapkan
program-program khusus guna menyelamatkan nasib tenaga kerjanya apabila
perusahaan tempat mereka bekerja mengalami kasus yang sama dengan Batavia
Air. Dalam jargon manajemen biasanya disebut sebagai corporate social
responsibility (CSR) yakni bagaimana sebuah perusahaan memahami dan
mengerti serta memberikan tangung jawab berupa solusi kepada stakeholder yang
meliputi juga tenaga kerjanya apabila perusahaan mengalami pailit. Dengan
demikian, jalankan program CSR sekarang juga untuk mempersiapkan sesuatu
yang mungkin saja terjadi dari sekarang hingga di masa depan.Dengan terjadinya
kasus pailit Batavia Air, hendaknya Departemen Perhubungan untuk membuat
peraturan baru dimana deposit travel agent dan deposit tiket yang belum terpakai
untuk ditempatkan dalam escrow account atau akun penjaminan yang terpisah dari
operasional perusahaan penerbangan. Sehingga dalam kasus-kasus pailit seperti
Batavia Air, deposit tersebut dapat diamankan secara terpisah. Proposal yang
kedua adalah kerja sama dari Asosiasi Travel yang telah ada, antara lain Astindo,
Asita, maupun assosiasi-assosiasi lain nya, untuk membuat sebuah “early
detection system”. Early detection ini dapat menggunakan beberapa indikasi,
antara lain: pengurangan rute penerbangan secara signifikan, hutang yang mulai
gagal bayar, analisa perbandingan hutang dengan aset perusahaan, dll. Dengan
fasilitas seperti ini, iuran tahunan assosiasi-assosiasi yang terkadang berjumlah
cukup besar menjadi lebih berguna.

Anda mungkin juga menyukai