Anda di halaman 1dari 7

Nama: Sri Dewi Miladiyah

NIM: 1708203103

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

KASUS: PELANGGARAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN OLEH


SRIWIJAYA AIR

Dikutip dari CNN Indonesia, pada Kamis, tanggal 10 Januari 2019 sebuah berita
dirilis oleh pihak CNN Indonesia mengenai sebuah kasus yang menjerat Sriwijaya Air.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menuding bahwa Sriwijaya Air telah
melanggar Undang-undang (UU) Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
lewat program Sriwijaya (SJ) Travel Pass. Program Sriwijaya (SJ) Travel Pass ini merupakan
program yang dibuat oleh Sriwijaya Air dengan cara menjual keanggotan program SJ Travel
Pass seharga Rp12 juta. Dalam program ini Sriwijaya Ari menawarkan kepada konsumen
untuk dapat terbang sepuasnya selama satu tahun penuh. Pada awal mula program ini berjalan
lancer, namun lambat laun timbul masalah yang mengecewakan banyak konsumen Sriwijaya
(SJ) Travel Pass ini dikarenakan kursi terbang program ini yang makin dibatasi, sehingga,
banyak dari anggota kesulitan memesan kursi.

Dalam menanggapi kasus ini, kemudian Kepala Bidang Pengaduan dan Hukum YLKI
Sularsi mengatakan bahwa manajemen memberikan aturan baru di tengah perjanjian. Dalam
beleid itu disebutkan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa dilarang
membuat atau mencantumkan aturan atau ketentuan pada setiap perjanjian yang menyatakan
tunduknya konsumen kepada aturan baru yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa
konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya. Dan inilah yang kemudian menjadi masalah
hingga terjadi pelanggaran hak konsumen. Hal ini dikarenakan pada saat pendaftaran,
konsumen yang membayar sebesar Rp.12 juta ini semakin lama semakin kesulitan dalam
memperoleh kursi dikarenakan berkurangnya jatah kursi yang disediakan oleh Sriwijaya Air.

Sriwijaya Air pada awalnya memberi hak kepada setiap anggota SJ Travel Pass untuk
terbang di seluruh rute domestik Sriwijaya Air, namun pada tanggal 22 Oktober 2018
Sriwijaya Air kemudian mulai membatasi jatah anggota SJ Travel Pass dengan menyatakan
alasan bahwa kondisi bisnis penerbangan yang kurang berpihak kepada semua perusahaan
penerbangan. Dari mulai pembatasan jatah inilah pengguna SJ Travel Pass mengeluh sering
kehabisan tiket. Adanya ketidakpuasan pada sistem layanan SJ Travel Pass ini kemudian
ditimbulkan dari pelanggaran hak konsumen yang seharusnya dipenuhi oleh pihak Sriwijaya
Air sebagai pengusaha namun tidak dipenuhi.

Dalam hal ini, konsumen juga dirugikan karena pihak Sriwijaya Air tidak
memberikan informasi utuh terkait program SJ Travel Pass pada saat perjanjian awal. Dalam
Undang-undang (UU) Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4 ayat C
telah disebutkan bahwa konsumen memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan suatu barang atau jasa. Maka dari itu, Sriwijaya telah
melanggar ketentuan dalam UU tentang Perlindungan Konsumen yang telah disebutkan tadi
karena dalam permasalahan program SJ Travel Pass ini pihak Sriwijaya Air tidak
memberikan informasi kepada konsumen di awal perjanjiannya secara utuh. Konsumen tentu
saja merasa dirugikan karena hak nya yang tidak dipenuhi sebagai anggota SJ Travel Pass
padahal konsumen telah mengeluarkan uangnya sebesar Rp.12 juta untuk menjadi bagian dari
anggota SJ Travel Pass ini.

SJ Travel Pass tidak memberikan informasi secara utuh mengenai Term and
Condition, yang dimaksud salah satunya adalah terkait pembagian prosentase kursi pesawat
bagi anggota dan non anggota SJ Travel Pass, sehingga konsumen bisa menimbang peluang
alokasi kursi terutama saat puncak arus penerbangan. Permasalahannya ada pada jatah kursi
bagi anggota SJ Travel Pass yang baru disampaikan oleh pihak Sriwijaya Air di tengah
perjanjian yaitu pada tanggal 22 Oktober 2018. Seharusnya pihak Sriwijaya Air menyatakan
informasi secara utuh mengenai jatah kursi dan rute penerbangan pada saat perjanjian awal
sehingga anggota SJ Travel Pass tidak merasa dirugikan karena sudah mengetahui tipe
pesawat serta alokasi tempat duduk untuk rute penerbangannya. Jika Sriwijaya Air
memberikan informasi yang utuh pada konsumen pada saat perjanjian awal, konsumen bisa
lebih memutuskan untuk ikut bergabung dalam program SJ Travel Pass atau tidak sehingga
dikemudian hari tidak akan terjadi kekecewaan pada konsumen dikarenakan adanya
pelanggaran terhadap hak mereka yang sudah mengeluarkan uang sebesar Rp.12 juta itu.

Dalam kasus pelanggaran hak konsumen yang dilakukan oleh pihak Sriwijaya Air
dalam program SJ Travel Pass ini merupakan contoh negatif dunia penerbangan Indonesia
yang seharusnya tidak terjadi. Perencanaan lebih matang mengenai masalah-masalah yang
mungkin akan datang dikemudian hari seharusnya menjadi landasan bagi pihak Sriwijaya Air
dalam menjalankan program SJ Travel Pass ini. Apalagi dalam berita selanjutnya disebutkan
juga bahwa program SJ Travel Pass ini justru malah mengalami kerugian. Kurangnya
perkiraan yang matang membuat kepuasan konsumen yang kemudian dikorbankan.
Bagaimana pun, hak konsumen adalah sepenuhnya wajib untuk dipenuhi. Kejelasan
informasi yang seharusnya utuh disampaikan di awal perjanjian dengan konsumen justru
menjadi masalah awal yang kemudian menimbulkan kecatatan program SJ Travel Pass
karena ketidakjelasan informasi dan mengakibatkan ketidakpuasan konsumen yang
merupakan anggota dari SJ Travel Pass.

Berikut ini juga saya lampirkan beberapa respon masyarakat yang juga merupakan
konsumen dari program SJ Travel Pass yang merasa kecewa dengan kegagalan Sriwijaya Air
dalam memenuhi hak konsumen.
Dari lampiran berisi tanggapan masyarakat sebagai konsumen dari SJ Travel Pass di
atas membuktikan bahwa program yang dibuat oleh Sriwijaya Air ini memiliki pandangan
negatif dikarenakan ketidakpuasan mereka sebagai konsumen sebagai akibat dari gagalnya
pihak Sriwijaya Air dalam memenuhi hak konsumennya.

Dalam hal ini, sebagai sebuah kritik masyarakat yang patut menjadi pertimbangan
pihak Sriwijaya Air guna memperbaiki sistem programnya, seharusnya dalam menjalankan
sebuah bisnis yang termasuk besar seperti SJ Travel Pass ini, pertimbangan mengenai
kemungkinan-kemungkinan kerugian yang akan timbul dikemudian hari menjadi perhatian
besar dalam meluncurkan sebuah produk. Tidak hanya dapat menarik masyarakat untuk ikut
bergabung dalam program agar sebuah rencana bisnis dapat berjalan lancar, namun kejelasan
informasi dalam sebuah program menjadi pertanggungjawaban yang seharusnya tidak boleh
dianggap remeh dalam bisnis. Karena sebuah bisnis akan besar ketika konsumen akan merasa
puas terhadap pelayanan yang ada, dan itu didapatkan dari hak konsumen yang terpenuhi.
YLKI Tuding Sriwijaya Air Langgar UU Perlindungan Konsumen

CNN Indonesia

Kamis, 10/01/2019 10:23

Jakarta, CNN Indonesia -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai Sriwijaya
Air telah melanggar Undang-undang (UU) Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen lewat program Sriwijaya (SJ) Travel Pass. Setidaknya ada dua poin yang
dilanggar oleh manajemen perusahaan.

Kepala Bidang Pengaduan dan Hukum YLKI Sularsi mengatakan manajemen memberikan
aturan baru di tengah perjanjian. Dalam beleid itu disebutkan bahwa pelaku usaha dalam
menawarkan barang atau jasa dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku (aturan
atau ketentuan) pada setiap perjanjian yang menyatakan tunduknya konsumen kepada aturan
baru yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang
dibelinya.

Terkait pelanggaran tersebut, Sriwijaya Air mulanya memberi hak kepada setiap anggota SJ
Travel Pass untuk terbang di seluruh rute domestik Sriwijaya Air dan NAM Air setiap saat
dan tidak terbatas (rute dan jadwal terbang). Mereka juga disebut memiliki hak setara dengan
nonmember (bukan anggota) SJ Travel Pass atau penumpang umum.

Namun, Sriwijaya Air mulai membatasi jatah anggota SJ Travel Pass pada 22 Oktober 2018.
Alasannya, kondisi bisnis penerbangan yang kurang berpihak kepada semua perusahaan
penerbangan. Usai limitasi kuota itu, pengguna SJ Travel Pass mengeluh sering kehabisan
tiket.

“Tidak boleh membuat aturan baru setelah ada suatu perjanjian yang terjadi di awal,
sehingga Sriwijaya Air telah melanggar UU Perlindungan Konsumen Pasal 18,” tegas
Sularsi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/1).

Selain itu, Sularsi juga menyebut bahwa Sriwijaya Air tidak memberikan informasi utuh
terkait program SJ Travel Pass pada perjanjian awal. Padahal, dalam Undang-undang (UU)
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4 ayat C disebutkan bahwa
konsumen memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan suatu barang atau jasa.
SJ Travel Pass disebut tidak memberikan informasi utuh lantaran tidak menyertakan Term
and Condition kepada konsumen SJ Travel Pass. Term and Condition yang dimaksud salah
satunya terkait pembagian prosentase kursi pesawat bagi anggota dan non anggota SJ Travel
Pass, sehingga konsumen bisa menimbang peluang alokasi kursi terutama saat puncak arus
penerbangan.

Pun jatah kursi bagi anggota SJ Travel Pass baru disampaikan di tengah perjanjian, tepatnya
pada 22 Oktober 2018. Dalam hal ini, Sriwijaya Air merincikan penerbangan dengan pesawat
Boeing 737-800 atau Boeing 737-900 alokasi tempat duduk bagi anggota SJ Travel Pass
sebanyak 75 kursi.

Untuk pesawat jenis Boeing 737-300 atau Boeing 737-500 alokasi tempat duduk bagi
anggota SJ Travel Pass sebanyak 35 kursi. Sedangkan, penerbangan dengan tipe pesawat
ATR 72-600 alokasi tempat duduk bagi anggota SJ Travel Pass sebanyak 15 kursi.

Akan tetapi, Sularsi menyatakan informasi tersebut hendaknya disampaikan secara utuh
beserta rute penerbangan. Dengan demikian, angggota SJ Travel Pass bisa mengetahui tipe
pesawat serta alokasi tempat duduk untuk rute penerbangannya.

Selain itu, Sriwijaya Air juga tidak merincikan batasan waktu reservasi tiket bagi anggota SJ
Travel Pass. Akibatnya, terjadi persaingan antara anggota dan non anggota dalam pembelian
tiket terutama saat masa puncak penerbangan.

Padahal, dengan informasi yang utuh terkait layanan SJ Travel Pass, maka konsumen bisa
memutuskan untuk ikut bergabung dalam program tersebut atau tidak.

“Ada pelanggaran hak konsumen oleh Sriwijaya Air karena tidak memberikan informasi
secara utuh kepada konsumen sejak awal perjanjian, sehingga terjadi suatu dispute
(gangguan),” imbuh dia.

Melihat kondisi tersebut, ia menegaskan bahwa sikap Sriwijaya Air tersebut sangat
merugikan konsumen. Pun demikian, hingga kini YLKI belum menerima aduan dari anggota
SJ Travel Pass.

“Ini sangat merugikan konsumen dengan informasi yang tidak benar tadi, orang sudah
membayar Rp12 juta tapi tidak bisa menggunakan haknya” tandasnya.
Sekadar informasi, Sriwijaya Air menjual keanggotan program SJ Travel Pass seharga Rp12
juta. Program ini menawarkan terbang sepuasnya selama satu tahun penuh. Awal mula
program ini berjalan lancar. Lambat laun, kursi terbang program ini makin dibatasi. Sehingga,
banyak anggota kesulitan memesan kursi.

Ali Akmal (34 tahun), anggota SJ Travel Pass misalnya, mengaku selalu kehabisan tiket sejak
5 Desember 2018. Padahal, saat mendaftar pertama kali pada Mei 2018, ia masih bisa
menikmati layanan terbang sepuasnya dari maskapai asuhan Chandra Lie tersebut.

“Kalau pesan lewat aplikasi Sriwijaya Air sebagai anggota SJ Travel Pass, tiket selalu
sudah habis terjual. Tapi, kalau coba pesan bukan sebagai anggota, banyak seat (kursi)
kosong dengan pilihan rute dan jadwal yang beragam. Hampir semua destinasi sudah sold
out untuk member (anggota),” jelasnya. (ulf/bir)

Sumber: https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20190109174637-92-359667/ylki-tuding-
sriwijaya-air-langgar-uu-perlindungan-konsumen

Anda mungkin juga menyukai