Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Antara Garuda Group dan Sriwijaya Air

Kerja sama Oprasi dengan mengambil alih pengelolaan keuangan dan oprasional
Sriwijaya Air dan Nam Air oleh anak usaha Garuda Group Tbk yaiktu Citilink Indonesia.
Kerja Sama ini untuk memperkuat keuangan Sriwijaya Air. Komisaris Utama Pt. Garuda
Indonesia Tbk Agus Santoso, KSO juga diharapkan dapat meningkatkan aspek dari sisi
pemeliharaan maskapai (maitenance), lewat KSO itu, keseluruhan Oprasional Sriwijaya Air
Group, termasuk keuangan akan berada di bawah pengelola dari KSO ini.

Langkah strategis ini direalisasikan dalam bentuk kerja sama operasi (KSO) yang
dilakukan oleh PT Citilink Indonesia (Citilink) dengan PT Sriwijaya Air dan PT NAM Air.
KSO tersebut telah ditandatangani pada 9 November 2018. Sehingga keseluruhan operasional
Sriwijaya Group termasuk finansial akan berada di bawah pengelolaan dari KSO tersebut.

Kerja sama operasi ini ditujukan untuk membantu Sriwijaya Air group memperbaiki
kinerja operasi dan kinerja keuangan termasuk membantu Sriwijaya Air dalam memenuhi
komitmen – komitmen atau kewajiban mereka terhadap pihak ketiga yang diantaranya ada
pada lingkungan Garuda Indonesia Group.

Garuda Indonesia, kerja sama joint operation ini, dapat memberikan dampak yang
positif di antaranya Citilink Indonesia dapat mensinergikan dan memperluas segmen pasar,
jaringan, kapasitas dan kapabilitasnya, serta mempercepat restrukturisasi penyelesaian
kewajiban grup Sriwijaya pada salah satu anak Perusahaan Garuda Indonesia. sehingga
secara langsung membantu sinergi grup Garuda Indonesia dan Sriwijaya dalam mengelola
pangsa pasar penumpang angkutan udara hingga 51 persen. KSM yang akan dikelola oleh
Citilink ini dapat membantu pemulihan Sriwijaya Air Group ditengah persaingan industri
penerbangan yang semakin kompetitif. Garuda Indonesia Group mempunyai kapabilitas yang
sangat baik dalam mengelola bisnis Airline.

KSM yang dikelola sepenuhnya oleh Citilink ini akan segera melaksanakan tugasnya
setelah proses internal di masing masing perusahaan diselesaikan. Kerja sama ini juga dapat
ditingkatkan lagi ke level kepemilikan saham grup Sriwijaya yang akan diatur kemudian.

Adapun beberapa dampak setelah adanya KSM yang di jalankan oleh Garuda Group
dengan Sriwijaya Air yaitu :

a. Penurunan harga tiket


Penurunan harga tiket lebih dari 60%, dari semua flight. kapasitas [tiket
murah] berkisar 10-30 persen, namun pada jam-jam prime tidak diturunkan.
Memang penurunan di jam-jam yang kurang peminatnya, tetapi harga tiket
semua  sudah turun. 
b. Penurunan harga tiket di beberapa rute
Rute yang terasa paling banyak peminat dan ini sudah diperhitungkan.
Misalnya Denpasar, Surabaya, kemudian Jogjakarta, dan Bandung. Untuk
Aceh, ada beberapa yang di jam tertentu diturunkan 60% [harga], tetapi ada
juga yang harganya normal. Surabaya mendapat penurunan yang signifikan,
sekitar Rp 300.000.-

c. Alokasi tiket murah 30%


Alokasi tiket murah di dapatkan dari travel agent online, dan dapat
membandingka dengan harga termurah pada jam-jam tertentu. Seperti Jakarta-
Surabaya jika diakses pada jam 3 subuh akan mendapatkan harga tiket yang
rendah.

d. Dampak KSM untuk pemetaan maskapai


Dampak konsolidasi lebih kecil pada Garuda, KSM lebih membantu
struktur cost, yang penting adalah bagaimana menekan struktur cost. Seperti
Sriwijaya, mereka bisa menekan cost, saat ini sudah dilakukan,
di maintenance dan katering dan pengaturan rute tidak menumpuk. [Dalam
paparannya, hingga September 2018, ada 28,7 juta penumpang yang dibawa,
nain 7,9% dengan load factor naik menjadi 75,6%.]

4.2 Alasan Garuda memutuskan hubungan dengan Sriwijaya

Seiring berjalannya waktu, kerja sama itu tidak berjalan dengan baik, kisruh kerja
sama manajemen kedua Group maskapai penerbangan nasional itu mengemuka saat
pemegang saham PT.Sriwijaya Air melakukan beberapa perombakan manajemen yang sudah
di atur oleh KSM yang telah di sepakati oleh PT.Citilink anak perusahaan PT. Garuda
Indonesia.

Semenjak PT. Sriwijaya Air merombak manajemen yang telah di sepakati pada KSM,
PT. Citilink merasa di rugikan dan mempunyai dugaan kepada PT.Sriwijaya Air bahwa PT.
Sriwijaya Air melakukan wanprestasi. Berikut beberapa pelanggaran KSM yang dilakukan
oleh PT. Sriwijaya Air terhadap PT.Citilink

4.2.1 PT. Sriwijaya Air merombak Direksi

PT.Sriwijaya Air merombak direksi sebagai berikut,

A. PT. Sriwijaya Air resmi mencopot Joseph Adrian Saul sebagai


Direktur Utama perusahaan melalui rapat dewan komisaris
pada Senin tanggal 9 September 2019, diganti dengan Anthony
raymond.
B. PT. Sriwijaya Air resmi mencopot Harkandri M. Dahler yang
menjabat sebagai Direktur Sumber Daya manusia dan Layanan,
serta Joesep K Tendean selaku Direktur Komersial.

Direksi-direksi yang diganti sepihak oleh PT.Sriwijaya Air adalah Direksi


yang menjabat dari PT.Garuda Indonesia yang di tugaskan untuk menjabat
di PT.Sriwijaya Air dikarenakan KSM yang terjalin pada PT.Sriwijaya Air.

Sebagai ganti direksi tersebut PT.Sriwijaya Air menunjuk Robert D.


Waloni sebagai Direktur Utama dan Rifai sebagai pelaksana tugas harian
Direktur Komersial, yang dimana direksi yang di gantikan adalah yang
tadinya menjabat di PT.Sriwijaya Air.

4.2.2 PT. Garuda Indonesia cabut Logo

PT. Garuda Indonesia Group memutuskan untuk mencabut logo Garuda


Indonesia pada armada PT.Sriwijaya Air menindaklanjuti perkembangan yang
terjadi atas dispute kerja sama Manajemen (KSM). Pencabutan logo Garuda
Indonesia tersebut merupakan upaya dalam menjaga brand PT.Garuda
Indonesia Group khususnya mempertimbangkan konsistensi layanan Sriwijaya
Air Group yang tidak sejalan dengan standarisasi layanan PT.Garuda Group
sejak adanya dispute KSM tersebut.

Pencabutan logo PT. Garuda Indonesia tersebut semata-mata dilakukan untuk


memastikan logo Garuda Indonesia sesuai dan menjadi representasi tingkat
safety dan layanan yang di hadirkan dalam penerbangan. PT. Garuda
Indonesia Group melakukan pencabutan logo tersebut dilakukan dengan
pertimbangan yang masak agar kiranya komitmen kerja sama manajemen
(KSM) antara PT. Garuda Indonesia Group dan PT.Sriwijaya Air benar-benar
dipahami oleh pihak-pihak terkait.

4.2.3 Setop Oprasi Sriwijaya

Kementrrian Perhubungan akan menghentikan oprasional terbang


PT.Sriwijaya Air apabila perusahaan tidak bisa menyelesaikan masalah
internal sampai waktu yang telah di tentukan yaitu 2 Oktober 2019. Masalah
yang di maksud adlah berupa ketidaklayakan oprasi penerbangan dari pesawat
Pt.Sriwijaya Air, yang diketahui saat ini 12 pesawat dari total pesawat
perusahaan yang layak terbang dari total 30 pesawat di karenakan ada
kekurangan suku cadang (spare part) dan lainnya.
4.2.4 Pecah Kerja Sama Manejemen PT.Garuda Indonesia dan PT.Sriwijaya Air

PT.Garuda Indonesia Group menegaskan masih dalam pembicaraan dengan


anak usahanya, PT Citilink Indonesia, sebagai pihak yang bekerja sama
dengan PT.Sriwijaya dan PT. Nam Air di tengah kabar pecah kongsi antara
kedua grup maskapai penerbangan ini. Perombakan direksi itu dilakukan pada
9 September 2019. Adapun direktur utama dan empat anggota direksi
sriwijaya adalah wakil dari Garuda Indonesia Group mengingat pemegang
saham Sriwijaya menyerahkan operasional maskapai kelas medium tersebut
kepada Garuda Indonesia Group melalui Citilink pada 9 November 2018.

Dalam surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) atas pertanyaan
pecah kongsi tersebut, pada Rabu kemarin (25/9/2019), manajemen Garuda
Group menegaskan bahwa kerja sama yang ter jalin antara Garuda dengan
Sriwijaya Group adalah kerja sama melalui Citilink dengan Sriwijaya Air dan
Nam Air. Sebab itu, lanjut manajemen informasi terkait dengan perubahan
manajemen PT.Sriwijaya Air yang berkaitan dengan kerja sama tersebut, maka
perlu dilakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada PT.Citilink Indonesia.

Lebih lanjut, laporan yang kami terima dari Citilink Indonesia, sampai dengan
saat ini sedang dilakukan pembahasan dan diskusi dengan pihak Sriwijaya Air
mengenai perihal tersebut . Atas dasar tersebut PT.Garuda Indonesia Group
belum dapat memberikan keterbukaan informasi kepada OJK [Otoritas Jasa
Keuangan] dan publik untuk menghindari kekeliruan serta prematurnya
informasi yang disampaikan manajemen Garuda.

4.3 Hasil Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh Garuda Group setelah Sriwijaya Air
menjadi anak perusahaan.

Sebagai informasi, sebelum kerja sama PT.Garuda Indonesia dan PT.Sriwijaya


Air terjalin, PT.Sriwijaya punya beban tanggungan ke beberapa BUMN
diantaranya, PT. Pertamina sebesar Rp.942 milyar, PT GMF Aero Asia Tbk
(GMFI) atau anak usaha Garuda untuk repair and maintenance senilai Rp.810
milyar, PT. Bank Negara Indonesia Tbk sebesar Rp.585 milyar, utang spare
parrts senilai U$15 juta, dan PT. Angkasa Pura I sebesar Rp.80 milyar dan
terakhir PT. Anggkasa Pura II sebesar Rp.50 milyar

Besarnya beban itu mendorong terjadinya kerja sama pada 9 November 2018
dan pemegang saham PT.Sriwijaya Air menyerahkan oprasional maskapai itu
kepada Garuda Indonesia. Dengan kerja sama ini bertujuan untuk membantu
PT.Sriwijaya Air Group memperbaiki kinerja oprasi dan keuangan, termasuk
dalam memenuhi kewajiban mereka terhadap pihak ketiga yang diantaranya
ada pada lingkungan PT.Garuda Indonesia Group.
Sebelumnya, Sriwijaya Air juga diketahui memiliki utang ke Garuda Indonesia
Group. Dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia September 2018,
Sriwijaya Air memiliki utang jangka panjang sebesar 9,33 juta dollar AS atau
sekitar Rp 135 miliar (kurs Rp 14.600). Maskapai penerbangan swasta itu
meminjam uang untuk pengerjaan overhaul 10 engine CFM56-3, dengan
perjanjian pembayaran melalui angsuran selama 36 bulan yang akan menemui
jatuh tempo setahun lagi.

kabar baik langsung datang di dunia saham terjadi penguatan harga saham PT
Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Pada awal perdagangan sesi II, harga saham
GIAA bahkan sudah menyentuh level batas auto rejection atas atau naik 25%
ke level Rp 250/saham, dengan volume perdagangan mencapai 83,86 juta
saham senilai Rp 19,56 miliar. 

Harga saham GIAA sejak Kamis, 15 November 2018 pun tampaknya terus
mendapatkan apresiasi dari pelaku pasar setelah mengumumkan
pengambilalihan Sriwijaya Air. Penguatan harga saham ini juga membuktikan
bahwa pilihan menjalin kerja sama Garyda dengan Sriwijaya mampu
memperluas segmen market, network, juga kapasitas dan kapabilitas Citilink
sebagai anak perusahaan. Di sisi lain, sinergi ini pula dapat mempercepat
penyelesaian kewajiban alias utang yang melilit Sriwijaya Group.

Anda mungkin juga menyukai