Pada puncak akhir 1980-an hingga pertengahan tahun 1990-an, Garuda mengoperasikan ke
sejumlah jaringan penerbangan yang luas di seluruh dunia, dengan layanan terjadwal secara
teratur ke Adelaide, Cairo, Fukuoka, Johannesburg, Los Angeles, Paris, Roma dan kota
lainnya di Eropa, Asia dan Australia.[4] Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, terjadi krisis
keuangan dan sistem operasional yang menghantam maskapai dengan keras, menyebabkan
Garuda Indonesia memangkas layanan secara drastis. Pada tahun 2009, maskapai melakukan
rencana modernisasi lima tahun yang dikenal sebagai Quantum Leap, yakni dimana
program Emirsyah Satar yang merombak segalanya mulai dari bentuk, corak, logo dan
seragam maskapai, serta armada dan fasilitas yang lebih baru dan lebih modern serta fokus
baru pada pasar internasional, dan berhasil mendapatkan penghargaan maskapai seperti Most
Improved Airline, 5-Star Airline, dan World's Best Cabin Crew juga didapatkan pada ajang
penghargaan Internasional, Skytrax.
Maskapai ini juga mengoperasikan anak perusahaan berbiaya rendah, Citilink, yang
menyediakan penerbangan murah ke beberapa tujuan Indonesia dan berdiri sendiri pada tahun
2012.[5] Pada November 2018, maskapai mengambil alih operasi serta pengelolaan
keuangan Sriwijaya Air melalui perjanjian Kerjasama operasional (KSO)[6] Kerjasama ini
berakhir pada Desember tahun 2019.
Perihal Keuangan
Akibat situasi pandemi yang berkepanjangan, Garuda Indonesia mengalami kendala dalam
operasional, manajemen, dan pendanaan. Utangnya muncul dan tidak terbayar, dan korporasi
saat ini berada di ambang kebangkrutan di pengadilan, dan penutupan di masa depan oleh
pemerintah.[28] Dalam upaya menyelamatkan maskapai, Garuda Indonesia memangkas sekitar
30 persen tenaga kerjanya, mengurangi jumlah staf dari 7.861 staf menjadi 5.400 staf. Garuda
mengklaim direksi dan komisarisnya juga mengalami pemotongan gaji.[29]
Pada akhir 2021, Garuda melaporkan utang sebesar AS $9,8 miliar kepada lebih dari 800
kreditur, mempersulit upaya penyelesaian di luar pengadilan selama pandemi COVID-19, di
mana pendapatan Garuda turun hingga 70 persen.[30] Sebagai pengganti Garuda Indonesia di
masa depan jika korporasi dianggap tidak dapat diselamatkan, pemerintah menyiapkan Pelita
Air Service, sebuah maskapai kargo yang saat ini dimiliki oleh Pertamina, untuk menjadi
penerus Garuda Indonesia sebagai pembawa bendera Indonesia yang baru.[31][32]
Pada Mei 2022, Garuda dijadwalkan hadir di pengadilan atas upaya penjadwalan ulang
utangnya. Garuda mengajukan penundaan 30 hari dalam persidangan, yang dikabulkan oleh
pengadilan. Ini adalah perpanjangan kedua yang diberikan oleh pengadilan, karena tanggal
pengadilan asli adalah pada Maret 2022.[33]
Pada April 2022, Komisi VI DPR RI dan Erick Thohir, Menteri BUMN, memutuskan untuk
menjalankan skema penyelamatan maskapai yang sedang sakit itu.[34]
Pada Juni 2022, dalam upaya Garuda untuk menunda pembayaran utangnya, Garuda
mengumumkan utangnya sebesar $8,3 miliar, di mana debitur terbesarnya adalah Airbus SE
dan Pertamina.[35] Jika penundaan pembayaran utang diterima oleh krediturnya, Garuda
berjanji akan untung dalam 3 tahun.[36] Garuda juga akan mencari pendanaan sebesar $1,3
miliar melalui obligasi global dan penerbitan saham baru.[37] Pada 17 Juni 2022, kreditor
Garuda memilih untuk menerima restrukturisasi utang Garuda, menyelamatkan perusahaan
dari kebangkrutan.[38] Boeing tidak ikut dalam proses restrukturisasi utang karena Garuda
menyatakan bahwa jumlah utangnya kepada Boeing belum diverifikasi, dan Garuda
menyatakan bahwa jika Boeing tidak mengkonfirmasi utangnya kepada Boeing dalam 30 hari
setelah restrukturisasi utang, maka utang Garuda kepada Boeing dapat benar-benar
dihapus.[39] Pada 20 Juni 2022, restrukturisasi utang Garuda ditunda karena dua penyewa tidak
setuju dengan restrukturisasi utang, dan sidang baru ditetapkan pada 27 Juni 2022.[40]
Perseroan dengan ini menyampaikan laporan keuangan untuk Tahun Bulan yang berakhir pada 31/12/2021 dengan ikhtisar sebagai berikut :
No Nama Kegiatan Lokasi Tahun Status Jumlah Aset Satuan Mata Persentase
Usaha Komersil Operasi Uang (%)
1 PT Aero Hotel, jasa Jakarta 1973 sudah 191.720.220 PENUH USD 99.99
Wisata dan boga dan beroperasi
Anak penjualan tiket
Perusahaan
2 Garuda Biro Paris 2014 sudah 5.171.872.886 PENUH USD 100.0
Indonesia perjalanan beroperasi
Holiday wisata,
France S.A.S Penjualan
Tiket dan Jasa
Penyewaan
Pesawat
3 PT Sabre Penyedia jasa Jakarta 1996 sudah 8.949.823 PENUH USD 95.0
Travel sistem beroperasi
Network komputerisasi
Indonesia reservasi
4 PT Garuda Perbaikan dan Jakarta 2002 sudah 397.415.973 PENUH USD 89.99
Maintenance pemeliharaan beroperasi
Facility Aero pesawat
Asia Tbk terbang
5 PT Aero Penyedia Jakarta 2005 sudah 6.323.312 PENUH USD 99.99
Systems teknologi beroperasi
Indonesia informasi
6 PT Citilink Jasa angkutan Jakarta 2012 sudah 2.116.038.842 PENUH USD 99.99
Indonesia udara beroperasi
Dokumen ini merupakan dokumen resmi Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang tidak memerlukan tanda tangan karena dihasilkan secara
elektronik. Garuda Indonesia (Persero) Tbk bertanggung jawab penuh atas informasi tertera di dalam dokumen ini.
[1000000] General information
31 December 2021
31 December 2020