Anda di halaman 1dari 6

KASUS PELANGGARAN ETIKA

CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA DI PERUSAHAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa tahun belakangan ini cukup banyak kasus-kasus pelanggaran etika yang berakibat pada
hancurnya sebuah perusahaan. Salah satu contohnya adalah PT Adam Air, di minggu kedua Maret
2008, Adam Air salah satu masakapai penerbangan melakukan delay terhadap pesawatnya. Tanpa
adanya pemberitahuan terlebih dahulu, hal ini membuat penumpang marah. Lebih parahnya lagi
lima jam kemudian pesawat yang dinyatakan ada gangguan teknis tersebut dipakai untuk
menerbangkan para penumpang, maka semakin menjadi-jadi kemarahan para penumpang.

Hal tersebut menjadi sorotan media karena Airlines tersebut mengenyampingkan faktor
keselamatan. Beberapa hari kemudian terjadi kecelakaan pesawat Adam Air ketika take off di
Batam. Roda depan pesawat patah dan keluar jalur landasan. Walaupun tidak ada korban jiwa hal
tersebut meresahkan para penumpang.

Top Brand 2008 Low cost carrier and connection yang pernah didapatkan oleh maskapai tersebut
kini tinggal kenangan. Harga murah dengan mengorbankan perwatan pesawat, kelayakan pilot dan
tidak terbukanya keuangan menjadi salah satu faktor bangkrutnya PT Adam Air. Bahkan isu
korupsi kian gencar terdengar dikalangan atas dan direksinya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil Perusahaan

PT Adam Air didirikan pada 19 Desember 2003. Dengan jenis usaha adalah jasa penerbangan.
Pemegang saham Adam Air ada tiga perusahaan, tetapi pada realitasnya hanya dua perusahaan.
Keluarga Suherman menguasai sebesar 50%, sedangkan Bhakti Investama memiliki 50%, melalui
anak perusahaannya yaitu, GTS (Global Air Transport) memiliki 19% dan BSP (Bright Star
Perkasa) 31%.

Presiden Direktur PT Adam Air adalah Adam Aditya Suherman, sedangkan wakil Presiden
Direktur PT Adam Air adalah Gustiono Kustanto (sekaligus menjabat sebagai Direktur
Keuangan). Anggota Direksi lainnya adalah dari keluarga Adam Aditya Suherman.
Pada 9 November 2006, Adam Air menerima penghargaan Award of Merit dalam the Category
Low Cost Airline of the Year 2006 dalam acara 3rd Annual Asia Pacific and Middle East Aviation
Outlook Summit di Singapura.

B. Kronologis Masalah PT Adam Air

Adam Skyconnection Airlines atau yang lebih dikenal dengan Adam Air mengalami pailit.
Bermula kejadian jatuhnya pesawat Adam Air tahun 2008 dan merembet berbagai masalah
selanjutnya. Klimaksnya pada 20 Maret 2008 maskapai tersebut di putus pailit. Berikut ini adalah
kecelakaan-kecelakaan yang menimpa Adam Air :

1. 11 Februari 2006, Adam Air Penerbangan 782, Boeing 737-300, PK-KKEØ BH-782,
Jakarta-Makassar, kehilangan arah dan mendarat di Bandara Tambolaka, NTT.
2. 1 Januari 2007, Adam Air Penerbangan 574, PK-KKW DHI-574, BoeingØ 737-400
Jakarta-Manado via Surabaya yang membawa 96 penumpang dan 6 awak pesawat, hilang
di perairan Majene, Sulawesi Barat. Pesawat hancur berkeping-keping setelah hilang
kendali dan menghunjam laut. Sementara itu, hanya sebagian kecil bagian pesawat yang
dapat ditemukan. Sebanyak 102 penumpang dan awak pesawat tidak ditemukan. Penyebab
kecelakaan seperti yang diumumkan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi
(KNKT) adalah cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System
(IRS), dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.

Pada 7 Januari 2007, 16 pilot Adam Air mengundurkan diri karena mereka menilai buruknya
standar keamanan dan sistem navigasi di pesawat-pesawat yang dinilai berkualitas jelek. Adam
Air kemudian menuntut balik semua pilot ini karena kontrak kerja mereka belum habis. Dan tidak
lama terjadi kecelakaan lagi pada tanggal 21 Februari 2007, Adam Air Penerbangan KI 172, PK-
KKV, Boeing 737-33A Jakarta-Surabaya tergelincir di Bandara Juanda, Surabaya. Badan pesawat
melengkung namun semua penumpang selamat. Atas peristiwa ini, Departemen Perhubungan
Republik Indonesia memerintahkan untuk menghentikan sementara pengoperasian tujuh pesawat
Boeing 737-300 milik Adam Air.

Pada 10 Maret 2008, pesawat Adam Air KI-292 Boeing 737-400 jurusan Jakarta-Batam tergelincir
di landasan Bandar Udara Hang Nadim, Batam. Kondisi ini menimbulkan perselisihan antar
pemegang saham dan manajemen perusahaan sehingga menyulitkan kondisi perusahan dan
akhirnya PT. Bhakti Investama pada 14 Maret 2008 menarik seluruh sahamnya karena merasa
Adam Air tidak melakukan perbaikan tingkat keselamatan serta tiadanya transparansi.

Kegiatan operasional Adam Air kemudian dihentikan sejak 17 Maret 2008 dan baru akan
dilanjutkan jika ada investor baru yang bersedia menalangi 50 persen saham yang ditarik Bhakti
Investama tersebut. Pada 18 Maret 2008, izin terbang atau Operation Specification Adam Air
dicabut Departemen Perhubungan melalui surat bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008. Isinya
menyatakan bahwa Adam Air tidak diizinkan lagi menerbangkan pesawatnya berlaku efektif mulai
pukul 00.00 tanggal 19 Maret 2008. Sedangkan AOC (Aircraft Operator Certificate) nya juga
terancam dicabut apabila dalam 3 bulan mendatang tidak ada perbaikan. Sementara disisi lain
nasib sekitar 3000 karyawan maskapai penerbangan Adam Air terancam di PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja).

Kasus dugaan penggelapan investasi di Adam Air senilai Rp 157 miliar dengan tersangka Wakil
Komisaris Utama PT Adam Air, Sandra Ang disebut-sebut juga menjadi faktor runtuhnya Adam
Air. Kasus ini bermula dari laporan Direktur Keuangan Adam Air yang juga perwakilan PT Global
Transportation Services, Gustianto Kustianto. PT Global Transportation Services sendiri
merupakan anak usaha Bhakti Investama yang memiliki 19 persen saham di Adam Air. Pada 26
Maret 2008, Gustianto melaporkan empat pendiri dan tiga direksi Adam Air dengan tudingan
penggelapan dana perusahaan senilai Rp 157 miliar. Menurut Juru Bicara Kepolisian, Inspektur
Jenderal Abubakar Nataprawira kasus ini sudah dilimpahkan tahap pertama ke Kejaksaan Agung.

C. Faktor –Faktor Yang Menyebabkan Bangkrutnya Adam Air

Nama besar Adam Air tinggal menjadi sejarah. Setiap penghargaan dan kejayaan yang pernah
diperoleh saat ini hanyalah kenangan semata. Adam Air gulung tikar pada tanggal 20 Maret 2008.
Pertanyaan-pertanyaan pun muncul dan berkemang. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab
Adam Air bangkrut?

Berikut ini beberapa penyebab bangkrutnya Adam Air, diantaranya faktor manusia, mesin,
metode, dan lingkungan. Isu-isu mengenai ketidak terampilan pilot Adam Air dalam
mengemudikan pesawat mengindikasikan adanya proses rekrutmen yang buruk dan kurangnya
pelatihan yang diberikan dari pihak Adam Air. Selain itu, terdapat kontrak kerja yang tidak jelas
antara para pegawai dan pihak manajemen.

Korupsi pun menjadi salah satu isu penting dalam runtuhnya Adam Air ini. Kasus-kasus korupsi
yang terdapat pada Adam Air diantaranya korupsi BBM, audit tidak transparan, bukti-bukti
pembelian suku cadang yang mahal namun tidak berkualitas baik dan adanya penipuan pada
laporan kewajiban pajak.

Faktor usia pesawat menyumbang resiko yang cukup besar pada terjadinya kecelakaan pesawat.
Mayoritas aircraft di Indonesia memang cukup tua. Hal ini berarti lower ownership cost. Namun
dibutuhkan higher maintenance cost agar pesawat tetap dapat berfungsi dengan semestinya.
Pesawat Adam Air sendiri sudah berumur 18 tahun saat kecelakaan terjadi dan telah melalui
inspeksi seminggu sebelum kecelakaan. Diduga Adam Air tidak memiliki
sistem maintenance yang baik dan memadai.

Etika bisnis yang buruk juga salah satu hal yang patut disoroti dalam kasus Adam Air ini. Tekanan
psikologis yang diberikan pihak manajemen kepada seluruh karyawan termasuk pilot dan
pramugari menjadi hal yang cukup menyalahi aturan. Selain itu sistem pembayaran hutang yang
tidak teratur menjadikan Adam Air perusahaan penerbangan dengan tingkat hutang yang tinggi.

Ditinjau dari faktor lingkungan, Adam Air merupakan organisasi dengan tekstur lingkungan yang
kacau dan memiliki ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Adam Air juga
melakukan Interlocking Directorates, yaitu pengangkatan Direktorat Keuangan yang berasal dari
investor yaitu PT Bhakti Investama.
D. Analisis

Struktur manajemen PT Adam Air dimana pendirinya Adam Suherman yang menguasai 50%
saham dan Wakil Presdir sekaligus Direktur Keuangan Gustiono Kustanto (juga mewakili PT
Bhakti Investama yang menguasai 50% saham) dan Direksi lainnya yang berasal dari keluarga
Adam Suherman, mencerminkan bahwa kondisi manajemen yang demikian adalah tidak sesuai
dengan prinsip GCG (Good Corporate Governance) yaitu Transparansi. Manajemen Adam Air
tidak saling terbuka, dalam pengambilan keputusan dan penyampaian informasi sehingga terjadi
ketidakharmonisan antara Dewan Komisaris. Akuntabilitas, manajemen Adam Air saling curiga
mengenai laporan kuangan dan pengelolaan keuangan sehingga hal ini sangat berpengaruh
terahadap operasional perusahaan. Kemandirian, karena dalam struktur manajemen Adam Air
tidak ada pemegang saham mayoritas dan saham minoritas, sehingga hal ini sulit untuk
pengambilan kebijakan dan juga tidak ada pihak yang independent (Komisaris dan Direktur
Independen). Kewajaran, karena manajemen Adam Air hanya mementingkan pemegang saham
tidak mempertimbangkan stakeholder yang lain.

1) Stakeholder

Stakeholder dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok primer atau market stakeholder dan
kelompok sekunder atau nonmarket stakeholder. Kelompok primer adalah mereka yang
berinterkasi langsung dengan perusahaan, termasuk didalamnya adalah: pelanggan, pemasok,
pemegang saham, kreditor, serta karyawan perusahaan. Kelompok sekunder adalah mereka yang
secara tidak langsung berinteraksi dan bertransaksi dengan perusahaan, tetapi mereka mempunyai
kepentingan dan kekuatan yang dapat mempengaruhi kepentingan perusahaan, termasuk
didalamnya adalah: pemerintah, media massa, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya.

Berdasarkan teori diatas, maka kepentingan dari pihak primer adalah:

1. Pelanggan/konsumen sangat berkepentingan dengan keselamatan penerbangan dan


pelayanan yang baik dari maskapai Adam Air, apalagi berbagai kecelakaan telah
menimpa Adam Air
2. Pemegang saham, sangat berkepentingan terhadap kinerja perusahaan sehingga
perusahaan selalu dalam keadaan sehat dilihat dari likuiditasnya, solvabilitasnya,
profitabilitasnya dan akhirnya akan dapat berjalan untuk waktu yang lama.
3. Karyawan perusahaan, sangat berkepentingan dengan kelangsungan hidup perusahaan,
karena mereka membutuhkan income yang dapat dipakai sebagai biaya hidup dirinya
sendiri dan keluarag, juga membutuhkan kenyamanan dan kepastian bekerja.
4. Pemasok, dalam hal ini adalah:

 perusahaan leasing pesawat yang menyewakan pesawatnya kepada Adam Air, mereka
tentunnya berkepentingan terhadap ketepatan pembayaran sewa pesawat,
 PT Angkasa Pura juga mengharapkan ketepata waktu atas biaya yang berkaitan dengan
penggunaan bandara, apalgi Adam Air sering mennunggak,
 PT Pertamina sebagai pemasok bahan bakar,
 Produsen sparepart pesawat
Sedangkan untuk kepentingan pihak sekunder adalah :

1. Pemerintah, dalam hal ini sebagai pembuat Undang-undang dan Departemen Perhubungan
sebagai atoritas pemerintah dalam menetapkan peraturan atau keputusan yang
berhubungan dengan penerbangan.
2. Media massa, sebagai sumber informasi kepada masyarakat akan semua hal yang harus
diterima oleh masyarakat, baik mengenai kinerja perusahaaan, kejadian-kejadian yang
menimpa perusahaan maupaun hal baik yang diterima perusahaan.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat, misal serikat pekerja karyawan PT Adam Air (bagian dari
Asosiasi Karyawan Penerbangan Indoneisia) berkepentingan terhadap hak dan kewajiban
karyawan dan masa depannya. (LSM yang berhubungan dengan penerbangan missal:
Asosiasi Pilot Internasional, Federasi Pilot Indonesia, Indonesia Air Traffic Controllers
Association)

2) Etika

Menurut pendapat para ahli Velasquez (2005:10), etika merupakan ilmu yang mendalami standar
moral perorangan dan standar moral masyarakat, yang didukung dengan penalaran yang bagus
atau yang jelek.

 Teori Etika

Egoisme : tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan sendiri.

Utilitarianisme Utilis berarti ”bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu-dua orang melainkan
masyarakat secara keseluruhan.

Deontologi : tindakan manusia didasari oleh suatu kewajiban yang harus dikerjakan.

Teori Hak : tindakan manusia dianggap baik apabila memenuhi hak asasi manusia

Teori Teonomi : tindakan manusia harus berdasar norma agama.

Dalam kasus ini PT Adam Air telah melanggar teori etika yaitu egoisme karena tidak
memperhatikan nasib para karyawan, hal itu dibuktikan antara pihak pemegang saham keluarga
Adam Suherman dengan pihak PT Bhakti Investama yang saling berseteru terhadap penyelesaian
karyawan dan saling mementingkan kepentingan mereka masing-masing. Pihak manajemen tidak
mengambil suatu keputusan yang menyeluruh, yaitu bagaimana kepentingan para stakeholder
yang yang lain harus diperhatikan. Pihak manajemen berkewajiban untuk memenuhi hak para
karyawan, konsumen, kreditur, pemegang saham dan pihak lain.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyaknya kecelakaan yang terjadi pada penerbangan Adam Air menimbulkan pemberitaan
negatif mengenai maskapai ini. Hal itu mengakibatkan para penumpang enggan untuk memakai
jasa penerbangan tersebut. Selain itu, manajemen PT Adam Air yang kurang terbuka sistem
keuangannya juga menjadi penyebab bangkrutnya Adam Air. Sikap tertutup manajemen inilah
yang menjadikan dua investor hengkang dengan menarik 50% saham dari Adam Air. PT Bhakti
Investama menarik modalnya melalui dua afiliasinya karena tidak ada jaminan keuntungan jangka
panjang. Dengan model perseroan yang kurang terbuka sangat sulit PT Bhakti Investama
mengakses keuangan. Kasus adanya penggelapan dana dan korupsi juga belum diusut secara
tuntas. Dan akhirnya pada tanggal 20 Maret 2008 PT Adam Air secara resmi dinyatakan bangkrut.

DAFTAR PUSTAKA

 http://smlipoitb.wordpress.com/2008/05/28/dibalik-runtuhnya-adam-air/
 http://nasional.news.viva.co.id/news/read/34571berkas_kasus_adam_air_dikembalikan_k
ejaksaan
 http://blogs.itb.ac.id/djadja/2012/05/22/tugas-kewirausahaan-analisis-kegagalan-
manajemen-adam-air/#sthash.ZHW1G9IE.dpuf

Anda mungkin juga menyukai