Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA

Oleh Kelompok 8

Vira Putri Fadhilah (0310192049)


Miftha Sandia Arilla (0310192038)
Putri Puspita Sari (0310192061)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

Bismillahirrahmanirrahim
Setelah diadakan pengarahan, koreksi, dan perbaikan seperlunya terhadap
laporan akhir kelompok Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Jurusan Pendidikan Biologi Tahun
2020/2021 yang disusun oleh:

Kelompok 8

1. Vira Putri Fadhilah (0310192049)


2. Miftha Sandia Arilla (0310192038)
3. Putri Puspita Sari (0310192061)

Maka dipandang telah memenuhi persyaratan untuk diajukan kepada Dosen


Pengampuh Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Demikian Pengesahan ini kami berikan
agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, 05 Juni 2022

Mengetahui,
Dosen Pengampu

INDAYANA FEBRIANI TANJUNG, M.Pd

1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan proses penerapan strategi Problem
Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Biologi, pada materi Sistem Respirasi kelas
XI dan 2) untuk mendeskripsikan hasil penerapan Metode Problem BasedLearning
(PBL) dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada matapelajaran Biologi, pada
materi Sistem Respirasi kelas XI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Penelitian dilaksanakan pada Di SMA Negeri 5 Pematang Siantar kecamatan Siantar
Martoba kota Pematang Siantar tahun 2021/2022 sebanyak 33 siswa. Waktu penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun 2021/2022 pada bulan Mei 2022. Hasil yang
didapatkan pada penelitian ini berhasil dilakukan dengen menerapkan strategi
pembelajaran problem based learning untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dengan
hasil nilai rata- rata 30 (kategoti sangat baik) pada pertemuan I dengan rincian
kategori nilai 1 - 12 ditemukan sebanyak 2 sisw, untuk kategori nilai 12 -24 didapatkan
sebanyak 8 siswa selanjutnya untuk kategoti nilai 24 - 36 ditemukan sebanyak 22 siswa
dan kategori nilai 36 – 48 ditemukan sebanyak 1 siswa serta pada pertemuan ke-II
didapatkan hasil rata- rata nilai 39 (kategori sangat baik) dengan rincian nilai 24 – 27
ditemukan sebanyak 27 siswa dan kategori nilai 36-48 ditemukan sebanyak 6 siswa.

Kata kunci: Strategi Pembelajaran, Problem Based Learning, Tindakan Kelas.

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-NYA sampai saatini masih dirasakan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Program Studi
Pendidikan Biologi yang telah dilaksanakan.

Tersusunnya laporan ini berkat usaha yang maksimal penulis dan bantuan
berbagai pihak yang telah membantu baik berupa dorongan semangat maupun materil.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan
terimakasih kepada dosen pengampu, Ibu Indayana Febriani Tanjung, M.Pd.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya masukan, baik saran maupun kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Medan, 04 Juni 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI
PENGESAHAN LAPORAN........................................................................................1

ABSTRAK.....................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...................................................................................................3

DAFTAR ISI..................................................................................................................4

DAFTAR TABEL.........................................................................................................6

DAFTAR GAMBAR (GRAFIK).................................................................................7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................8
B. Rumusan Masalah.................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................9
E. Hipotesis................................................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Problem Based Learning (PBL)............................................................................11
1. Pengertian Problem Based Learning (PBL).....................................................11
2. Karakteristik Problem Based Learning (PBL).................................................12
3. Tahapan Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran.......................12
4. Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Problem Based Learning (PBL)....12
B. Kesulitan Belajar...................................................................................................13
1. Pengertian Kesulitan Belajar............................................................................13
2. Indikator Kesulitan Belajar...............................................................................14
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar.....................................15
4. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar..................................................................17
C. Penelitian Relevan.................................................................................................18
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................20
B. Subyek Penelitian..................................................................................................21
C. Prosedur Penelitian................................................................................................21

4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Temuan.........................................................................................................24
1. Proses Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa.......................................................................24
2. Hasil Data Pada Siklus I........................................................................................25
3. Hasil Data Pada Siklus II.......................................................................................31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................37
B. Saran......................................................................................................................37
DAFTAR REFERENSI................................................................................................38
LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI.......................................................................40

5
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Penilaian Observasi Aktivitas Mengajar Guru Dan Aktivitas Belajar
Peserta Didik
Tabel 2. Kategori Penafsiran Nilai
Tabel 3. Hasil Nilai Observasi Siswa Siklus I
Tabel 4. Hasil Nilai Observasi Siswa Siklus II
Tabel 5. Nilai Rata-Rata dari Hasil Observasi

6
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Data Nilai Siklus I Pertemuan I
Grafik 2. Data Nilai Siklus I Pertemuan II
Grafik 3. Data Nilai Siklus II Pertemuan II
Grafik 4. Data Nilai Siklus II Pertemuan II

7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah

Setiap siswa pada dasarnya berhak memperoleh peluang dalam mencapai kinerja
akademik (academic performance) yang memuaskan.Namun pada kenyataannya terlihat
jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,
kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan metode belajar yang terkadang
sangat mencolok dengan siswa yang lainnya.Namun pada penyelenggaraannya di
sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-
rata, sehingga pada siswa berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang
terabaikan. Dari sinilah timbul kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya
menimpa siswa yang berkemampuan rendah saja akan tetapi menimpa kepada siswa
yang berkemampuan tinggi (Muhibbin Syah, 2010:169-170)
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar, hal ini disebabkan karena adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar (Syaiful Bahri, 2011:23).
Dalam mendiagnosa siswa yang mengalami kesulitan belajar, Dalyono
(2007:247) mengkalsifikasi ada beberapa gejala yang menunjukkan siswa mengalami
kesulitan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Ditunjukkan dengan prestasi yang rendah, yakni prestasi yang diperoleh dibawah
rata-rata dari apa yang dicapai oleh kelompok kelas.
2. Ketidakseimbangan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang dilakukan. Ia
berusaha dengan keras namun nilai yang diraih selalu rendah.
3. Cenderung lamban dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Dalam mengerjakan
soal ia cenderung lambat dan tertinggal dengan kawankawannya. Begitupun dalam
tugas lain, ia selalu tertinggal dibandingkan kawan-kawannya

8
Berdasarkan observasi yang kami lakukan pada tanggal 27-28 mei 2022 peneliti
melontarkan tentang pernyataan tentang sub materi yang sulit dipelajari dari mata
pelajaran yang sulit dipelajari. Dari jumlah responden 30 siswa, tanggapan tentang sub
materi yang dipelajari ..........................................................................

Atas tanggapan siswa mengenai permasalahan yang telah dipaparkan di atas,


perlu adanya solusi dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dalam
hal ini peneliti tertarik untuk mencoba bereksperimen melakukan pemberian solusi
pemecahan masalah dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, yakni
dengan menerapkan metode lain dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode
pembelajaran lain, diharapkan siswa mampu mengatasi kesulitan dalam belajarnya.
Salah satu Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa adalah dengan penerapan Metode Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning, Wena (2010:91) “Problem Based Learning (PBL)
adalah pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahanpermasalahan
praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan”Problem Based Learning memberikan peran pada guru sebagaipemberi
masalah, memfasilitasi investigasi dan dialog, serta memberikan dukungan dalam
pembelajaran. Sehingga siswa yang lebih banyak aktif dan dengan metode ini siswa
dipicu untuk bisa dengan mandiri mengatasi kesulitan belajarnya.Dan guru berperan
sebagai fasilitator dalam pengambilan keputusan siswa dengan ini siswa memiliki
peranan penting dan menjadi pembuat keputusan (M. Taufiq Amir, 2015:12).
Metode Problem Based Learning (PBL) dinilai memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan metode lain dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami
siswa. Selain itu peneliti melihat metode Problem Based Learning (PBL) menitik
beratkan pada pembelajaran berbasis masalah sehingga siswa dituntut mampu
menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.Metode Problem Based Learning
(PBL) ini dapat dijadikan sebagai salah satu solusi bagi guru dalam mengatasi kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa.

B. Rumusan Masalah Dan Pemecahannya

9
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumusakan berbagai
masalah yang ada, antara lain:
1. Bagaimana proses penerapan strategi Problem Based Learning (PBL) pada mata
pelajaran Biologi, pada materi Sistem Respirasi kelas XI?
2. Bagaimana hasil penerapan strategi Problem Based Learning (PBL) dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Biologi, pada materi Sistem
Respirasi kelas XI ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penulis akanmerumuskan
penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan proses penerapan strategi Problem Based Learning (PBL)
pada mata pelajaran Biologi, pada materi Sistem Respirasi kelas XI
2. Untuk mendeskripsikan hasil penerapan Metode Problem BasedLearning (PBL)
dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada matapelajaranBiologi, pada materi
Sistem Respirasi kelas XI

D. Manfaat Hasil Penelitian


Adapun kegunaan penelitian ini dapat peneliti rangkum ke dalam duabagian yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data awal
untukpenelitian lebih lanjut dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.Selain itu hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumbanganpemikiran dalam
menyempurnakan konsep atau implementasi di duniapendidikan sebagai sebuah upaya
dalam meningkatkan kulitas pembelajaran.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagipengembangan
kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar, sehingga dapat mencetak siswa-
siswi yang memiliki kemapuan intelektual yangbaik dan penelitian ini dapat
dimanfaatkan untukmeningkatkan kualitas lulusan yang baik.

10
E. Hipotesis
Diharapakan dengan menerapkan Metode Problem Based Learning (PBL) dalam
mengatasi kesulitan belajar pada siklus I didapatkan hasil yang signifikan dibandingkan
pada siklus II
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Problem Based Learning (PBL)


1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan adalah model PBL. Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based
Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang memberikan
kondisi belajar aktif kepada peserta didik (Nisa, 2015: 3).Menurut Utrifani A dan
Turnip M. Betty (2014) PBL merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap metode ilmiah sehingga peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut serta
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Menurut Arends (2008) PBL adalah pembelajaran yang memiliki esensi berupa
penyuguhan berbagai bermasalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik,
yang dapat berfungsi sebagai sarana untuk melakukan investigasi dan penyelidikan.Di
awal pembelajaran peserta didik diberi permasalahan terlebih dahulu selanjutnya
masalah tersebut diinvestigasi dan dianalisis untuk dicari solusinya.Jadi, peran guru
dalam pembelajaran adalah memberikan berbagai masalah, pertanyaan, dan
memberikan fasilitas terhadap penyelidikan peserta didik.
Problem Based Learning menjadikan masalah sebagai pemicu terjadinya
pembelajaran.Dengan pemberian masalah, siswa dituntut mampu memahami
permasalahan, mampu menganalisisnya dan mampu mencari solusi
penyelesaiannya.Penggunaan sumber belajar yang tidak terbatas memberikan kebebasan
kepada siswa dalam mencari berbagai informasi. Dengan metode ini akan terlihat peran
guru tidak lagi dominan dalam pembelajaran yang awalnya guru sebagai center of
learning dan sekarang perannya menjadi fasilitator.

11
Problem Based Learning menjadikan guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran.Dominasi guru dalam pembelajaran tidak lagi nampak seperti biasanya,
peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memberikan peluang kebebasan
kepada siswa dalam mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber
belajar yang ada. Guru lebih banyak memfasilitasi siswa dengan memberikan indikasi-
indikasi (clue ) tentang sumber bacaan tambahan dan memberikan arahan serta saran
yang diperlukan siswa dalam proses pembelajaran (M. Taufik, 2015:12).
2. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Metode Problem Based Learning (PBL) memiliki karakteristik
dalampembelajaran, menurut Baron sebagaimana yang dikutip Rusmono (2012:72),
Problem Based Learning ini memiliki empat karakter, yaitu:
a. Menggunakan permasalahan dalam dunia nyata;
b. Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah;
c. Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa; dan
d. Guru berperan sebagai fasilitator.
e. Adanya masalah yang dihadapi memberikan tantangan bagi siswauntuk
mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
f. Sangat mengutamakan pembelajaran mandiri (self directed learning).
g. Pemanfaatan sumber belajar yang bervariasi, tidak dari satu sumbersaja.
Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini yangmenjadi kunci
penting dari metode ini.
h. Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswabekerja dalam
kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan
presentasi.
3. Langkah-langkah Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) dalam
Pembelajaran
Adapun langkah-langkah model PBL (Problem Based Learning), yaitu :
a. Orientasi peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar,
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,

12
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
4. Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Problem Based Learning dalam
Pembelajaran
a. Keunggulan Penggunaan Problem Based Learning dalam Pembelajaran

Berikut ini keunggulan metode Problem Based Learning dalampembelajaran


(M. Taufiq, 2015:28) adalah sebagai berikut :

1) Menjadikan peserta didik lebih ingat dan meningkatkanpemahamannya


terhadap materi ajar.
2) Meningkatkan fokus peserta didik terhadap pengetahuan yangrelevan.
3) Mendorong peserta didik untuk berpikir.
4) Membangun peserta didik untuk mampu kerja tim, kepemimpinan, dan
keterampilan sosial.
5) Membangun kecapakan dalam belajar (life-long learning skills).
6) Memotivasi peserta didik dalam pembelajaran.
b. Kelemahan Penggunaan Problem Based Learning dalam Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaranyang


juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Sanjaya (2007:219), kelemahan
Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:

1) Jika siswa tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan,maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba;
2) Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan
pembelajaran;
3) Pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) membutuhkan waktu yang
lama;

B. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Proses pembelajaran tidak senantiasa berhasil, seringkali ada hal-hal yang
mengakibatkan timbulnya kegagalan atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

13
Terjadinya kesulitan belajar dikarenakan siswa tidak mampu mengaitkan antara
pengetahuan baru dengan pengetahuan lamanya sehingga menimbulkan
ketidakpahaman atau ketidakjelasan terhadap suatu pelajaran. Demikian pula halnya
mata pelajaran biologi gejala kesulitan belajar akan tampak di antaranya ketika siswa
tidak mampu lagi berkonsentrasi, sebagian besar siswa memperoleh nilai yang rendah,
siswa menunjukan kelesuan, dan sebagian besar siswa tidak menguasai bahan yang
telah guru sampaikan (Hamalik, 2004).
Kesulitan belajar merupakan salah satu gejala dalam proses belajar yang ditandai
dengan berbagai tingkah laku yang berlatar belakang dalam diri maupun di luar diri
siswa (Subini, 2011). Beberapa tingkah laku tersebut antara lain: menunjukkan hasil
belajar yang rendah; hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan; lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar; menunjukkan sikap-
sikap yang kurang wajar; menunjukkan tingkah laku yang berkelainan; seperti
membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mengganggu di
dalam atau di luar kelas, dan sebagainya; serta menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar.
Kesulitan belajar mata pelajaran biologi disebabkan oleh faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal).Faktor
internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar di antaranya karena faktor
kesehatan, cacat tubuh, intelegensi, bakat, minat, kesehatan mental, dan tipe khusus
belajar.Sedangkan faktor eksternal di antaranya karena pengaruh lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan karena intelegensi
yang rendah, tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi (Syah,
2000).
2. Indikator Kesulitan Belajar
Diagnostik kesulitan belajar didefinisikan sebagai suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar
dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan
seobjektif mungkin sehingga memungkinkan dapat mengambil kesimpulan dan
keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.Untuk mengetahui
kesulitan belajar pada siswa, berikut ini beberapa gejala sebagai indikator adanya
kesulitan belajar. Adapun Indikator Kesulitan Belajar Menurut Zainal Arifin (2012:306)

14
terdapat beberapa indikator kesulitan belajar pada siswa yaitu :

15
a. Siswa tidak mampu menguasai materi pelajaran dengan waktu yang telah
ditentukan
b. Siswa tidak mencapai prestasi belajar sesuai kemampuanya yang dimilikinya
c. Siswa mendapatkan tingkat prestasi hasil belajar yang rendah dibandingkan
dengan siswa lain
d. Siswa kurang menunjukkan kepribadian baik, misalnya bandel, kurang sopan, dan
tidak menyesuaikan diri dengan lingkungan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar tidak terjadi tanpa sebab, tentu banyak faktor yang
mempengaruhi siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Secara umum faktor - faktor
terjadinya kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Faktor Internal Siswa
Faktor internal ini muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, meliputigangguan
atau kekurangmampuan psikofisik siswa (Muhibbin Syah, 2010:170), yakni:
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya
kapasitasintelektual/intelegensi siswa;
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dansikap siswa;
3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunyaalat-alat indera
penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)sehingga menggangu
komunikasi siswa dalam memperolehinformasi pengetahuan.
M. Dalyono menyebutkan bahwa faktor internal ini muncul daridalam diri siswa
itu sendiri berupa faktor fisiologi dan faktor psikologi siswa. Faktor internal ini ada
sebab yang bersifat fisik seperti karena sakit, kurang sehat, dan cacat tubuh.Selain
itu ada sebab-sebab kesulitan karenaruhani seperti intelegensi, bakat, minat,
motivasi, dan kesehatan mental.
b. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar siswa,seperti faktor
keluarga, faktor sekolah, faktor mass media dan lingkunagn sosial (M. Dalyono,
2007:238).Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
yang kurang bahkan tidak mendukung siswa dalam aktivitas belajar (Muhibbin
Syah, 2010:171).Berikut ini faktor eksternal yang menyebabkan kesulitan belajar
siswa.

16
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam pendidikan siswa, dan keluarga
juga menjadi pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi siswa.Keluarga
memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.Namun
keluarga juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya keslutan belajar pada
siswa.Ketidak harmonisan hubungan antar orang tua dan rendahnya tingkat
ekonomi orang tua menjadi salah satu contoh penyebab kesulitan belajar siswa
(Muhibbin Syah, 2010:171).Orang tua menjadi orang pertama yang memberi
pendidikan pada siswa.Orang tua dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar
siswa. Cara mendidik yang salah dari orang tua seperti terlalu
memanjakan anaknya, kurang perhatian terhadap perkembangan belajar siswa,
orang tua yang terlalu otoriter, orang tua yang terlalu permisif, hubungan orang tua
dan anak yang kurang baik, kurangnya kasih sayang dari orang tua dan juga contoh
yang kurang baik dari
perilaku orang tuanya menjadi contoh penyebab terjadinya kesulitan belajar yang
dialami siswa (M. Dalyono, 2007:238-239).
2) Faktor Sekolah
Sekolah menjadi lingkungan terstruktur dan sistematis dalam mendukung siswa
belajar. Namun sistem pengelolaan sekolah dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya kesulitan belajar pada siswa, diantaranya adalah sebagai berikut :
(a) Guru, contohnya guru yang tidak berkualitas, hubunganyang kurang harmonis
antara guru dan siswa, pendekatanguru dalam pembelajaran, profesionalosme
guru yangrendah, dan metode pembelajaran yang digunakan guru.
(b) Alat dan fasilitas sekolah, ketersediaan alat mendukungtercapainya tujuan
pembelajaran. Keterbatasan alat menjadipenyebab kesulitan belajar siswa
sehingga siswa tidak dapatmelakukan pratikum di laboratorium. Selain itu
kondisigedung sekolah mampengaruhi kenyamanan siswa dalamproses
pembelajaran. Mulai dari ventilasi udara, kebersiahanruangan, penyinaran,
atau keadaan gedung sekolah yangjauh dari keramaian umum seperti pasar,
pabrik, dan lainlain.

17
(c) Kurikulum, banyaknya mata pelajaran dan materi pelajaranyang diberikan
kepada siswa membuat siswa terlalu di porsirdalam belajar. Selain itu jam
pelajaran yang relatif lamamembuat kelelahan pada siswa yang berakibat
penurunankesehatan siswa dan siswa harus ekstra dalam belajar.
(d) Teman, lingkungan pergaulan kelas manjadi salah satufaktor penting terhadap
keberhasilan belajar siswa.Hubungan kurang baik dengan teman kelas atau
temansekolah dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa, sepertipercekcokan
dengan teman sehingga siswa tidak mau datangke sekolah, kenakalan remaja
yang biasanya terbawa olehteman sekelas.
3) Faktor Masyarakat Sekitar dan Mass Media
Masyarakat merupakan lingkungan sosial yang luas, banyakpelajaran hidup
yang bisa diambil dari lingkungan masyarakat.Heterogenitas masyarakat
menawarkan banyak pilihan lingkungan pergaulan bagi siswa untuk belajar.
Pergaulan yang salah menghambat
siswa untuk belajar. Teman sepermainan (peer group) yang nakal juga menjadi
penyebab siswa mengalami kesulitan belajar.
Di era digitalisasi ini, mass media memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan
termasuk dalam dunia pendidikan.Namun penyalahgunaan mass media dapat
menghambat belajar siswa.Sebagai contoh anak yang terlalu intens menggunakan
gadget untuk games.
4. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Setelah kita mengetahui faktor-faktor terjadinya kesulitan belajar,selanjutnya
kita bisa memberikan alternatif pemecahan masalahnya. M. Dalyono (2007:251) secara
garis besar memaparkan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mnegatasi
kesulitan belajar.
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data ini ditujukan dalam rangka memperolehinformasi sebanyak-
banyaknya. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan pengamatan langsung,
diantaranya dengan observasi, kunjungan rumah, Case Study, Case History, daftar
pribadi, meneliti kegiatan anak, tugas kelompok, dan melaksanakan tes (baik tes IQ
maupun tes prestasi/sachievement test).

18
Dalam pelaksanaannya di lapangan, semua metode-metode tersebut tidak harus
digunakan secara bersama-samaakan tetapi disesuaikan dengan masalahnya, kompleks
atau tidak. Semakin kompeks masalahnya, makametode yang digunakan pun akanlebih
kompeks dan lebih banyak. Adapun pada penelitian ini digunakan teknik pengumpulan
data dengan metode observasi, meneliti kegiatan anak, tugas kelompok dan tes.
b) Pengolahan data
Data hasil pengamatan yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah untuk
dijadikan sebagai bahan diagnosis.Dalam pengolahan data, dapatditempuh langkah-
langkah berikut ini idetifikasi kasus, membandingkan antarkasus, membandingkan
dengan hasil tes, dan menarik kesimpulan.
c) Diagnosis
Diagnosis yang dilakukan dalam usaha mengatasi kesulitan belajar siswa dapat
berupa hal-hal berikut ini : (1) Menentukan jenis kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa (termasuk berat atau ringan), (2) Menentukan faktor-faktor penyebab terjadinya
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
d) Prognosis
Prognosis artinya “ramalan”. Prognisis digunakan dalammenetapkan treatment
(perlakuan) yang akan diberikan kepada siswa sebagai follow up dari diagnosis. Selain
itu prognosis juga dapat berupa bahan/materi yang diperlukan, metode yang akan
digunakan, alat-alat bantu belajar menagajar yang diperlukan, atau waktu yang tepat
untuk melaksanakan treatment. Singkatnya, prognosis ini merupakan aktivitas dalam
rangka menyusun rencana/program yang akan akan dilakukan untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa.
e) Treatment (perlakuan)
Bentuk treatment yang diberikan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar
dapat berupa bimbingan belajar kelompok, bimbingan belajar individu, melalui
pengajaran remedial dalam bentuk studi tertentu, pemberian bimbingan pribadi dalam
rangka mengatasi masalah-masalah psikologis, atau melalui bimbingan orang tua.

C. Penelitian yang Relevan

19
Penelitian lain yang juga mengaplikasikan strategi pembelajaran Inquiri dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Baharudin, Parid yang mengambil tema “Penerapan Metode Problem Based Learning
(PBL) dalam mengatasi kesulitan belajar siswa: di Kelas VII (Tujuh) SMP Al-Islam
Bandung” bertujuan untuk mengatasi kesulitan pada siswa kelas VII SMP Al-Islam
Bandung melalui metode Problem Based Learning. Menyimpulkan bahwa: (1) proses
penerapan metode Problem Based Learning terlaksana dengan sangat baik. (2) hasil
penerapan metode Problem Based Learning dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa, yakni pretest 47,47, dan
posttest 84,39 dengan nilai N-Gain 0,69 dengan kategori sedang. (3) Perbedaan tingkat
kesulitan belajar siswa pada kelas ekperimen mencapai 74,07%, dan kelas kontrol
mencapai 69,58%. Hal ini diperoleh dari hasil dignosa kesulitan belajar yang dilakukan
pada siswa berdasarkan indikator-indikator kesulitan belajar.
Jenis penelitian pada penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Teknik
pengumpulan data melalui Quasi Eksperimen merupakan metode yang digunakan pada
penelitian ini, dengan desain Nonquivalent Control Group Design. Dengan sampel
penelitian kelas VII C sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII A sebagai kelas kontrol.
Adapun instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tes, dan angket. Dari data
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan strategi pembelajaran Problem
Based Learning dapat dijadikan metode yang digunakan untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa. Dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, khususnya bagi yang
menerapkan kurikulum nasional.

20
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Di SMA Negeri 5 Pematang Siantar kecamatan Siantar Martoba kota Pematang
Siantar tahun 2021/2022 sebanyak 33 siswa

2. Waktu penelitian

BULAN
NO JENIS KEGIATAN April Mei
1 Persiapan 1 2 3 4 1 2 3 4
2 Penilaian siklus 1 2 3 4 1 2 3 4
3 Pembahasan antar siklus 1 2 3 4 1 2 3 4
4 Analisis data dan 1 2 3 4 1 2 3 4
pembuatan laporan

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun 2021/2022 tanggal 27-28
bulan mei 2022 yaitu :

a. Siklus I : Jum’at, 27 Mei 2022


b. Siklus II : Sabtu, 28 Mei 2022

3. Lama penelitian

Lama penelitian 2 bulan pada tanggal 12 april-28 bulan mei 2022. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri 5 Pematang Siantar, Kec Siantar Martoba, Kota Pematang
Siantar, Sumatera Utara.Kelas yang digunakan untuk melaksanakanpenelitian adalah
kelas XI IPA 5 SMA Negeri 5 Pematang Siantar. Waktupenelitian dilaksanakan pada
tanggal 12 april-28 bulan mei 2022. Kegiatan – kegiatan dalam rentang waktu tersebut
mencakup persiapan,pelaksanaan tindakan, hingga penyelesaian.

21
B. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 5 Pematang
Siantar.Siswa di kelas ini memiliki kesulitan dalam belajar, artinya tidak ada siswa yang
cepat dalam memahami pelajaran. Dipilihnya kelas XI sebagai tempat penelitian, karena
dipandang ada masalah-masalah pada siswa yag perlu diatasi khususnya yang berkaitan
dengan kesulitan belajar. Kedudukan peneliti adalah sebagai perancang dan
pelaksanapembelajaran, pengatur pelaksanaan refleksi dan diskusi balikan.Hasil
diskusidigunakan untuk menetukan langkah–langkah penelitian pada setiap
siklus.Peneliti melibatkan rekan guru Biologi sebagai kolaborator yangbertugas sebagai
pengamat dan pengontrol pelaksanaan pembelajaran.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaursebagaimana


kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Raka Joni, dkk yaknimencakup tahap-tahap:
1) pengembangan fokus masalah penelitian, 2) perencanaan tindakan perbaikan, 3)
pelaksanaan tindakan perbaikan, observasidan interpretasi, 4) analisis dan refleksi, 5)
perencanaan tindakan lanjut.

1. Pengembangan Fokus Penelitian

Untuk mengembangkan fokus masalah, dilakukan pembelajaranyang aktual di kelas


dengan menggunakan strategi Pembelajaran Problem Based Learning.Daripembelajaran
ini, peneliti dapat memperoleh data tentang kondisi siswa.

2. RencanaTindakan Perbaikan

Perencanaan-perencanaan yang perlu dipersiapkan untuk tindakanperbaikan adalah:


1) menyusun skenario pembelajaran. Dalam skenariopembelajaran berisikan langkah-
langkah yang dilakukan guru, bentuk-bentuk kegiatan yang dliakukansiswa dalam
rangka implementasi tindakanperbaikan yang telah direncanakan, 2) mempersiapkan
fasilitas- fasilitasdan sarana pendukung yang diperlukan, 3) mempersiapkan
caramemperoleh dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakanperbaikan.

22
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi

Setelah direncanakan dengan baik, tindakan perbaikandilaksanakan dalam situasi


yang aktual.Pada saat bersamaan, tindakanperbaikan tersebut disertai dengan observasi
dan interpretasikan.Padaobservasi ini, dilakukan perekaman mengenai segala peristiwa
dankegiatan yang terjadi selama tindakan dengan menggunakan laporan hasil
observasi.Hasil-hasil pengamatan kemudiandiinterpretasikan.

4. Analisis dan refleksi

Pada tahap analisis data, yang dilakukan adalah menyeleksi, menyederhanakan,


memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikandata secara sistematik dan
rasional. Hasil analisis kemudian direfleksi,yakni dikaji apa yang telah terjadi dan tidak
terjadi, apa yangtelahdihasilkan atau dituntaskan oleh tindakan perbaikan. Hasil refleksi
inidigunakan untuk menetapkan langkah lanjut dalam rangka mencapaitujuan penelitian
tindakan kelas.

5. Perencanaan tindak lanjut

Masalah yang diteliti diperkirakan belum tuntas hanya dengan satu siklus,maka
penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus ke-2 dirancangberdasarkan pada hasil
analisis dan refleksi.Dari observasi dan interpretasi pada siklus ke-1, Perencanaan
pelaksanaantiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:

Siklus I

1) Perencanaan, meliputi kegiatan (a) menyusun skenario pembelajaran,(b) membuat


Lembar Observasi, (c) menyiapkan alat pembelajaran. 2)Pelaksanaantindakan, yakni
melaksanakan pembelajaran sesuai denganskenario secara aktual. 3) Observasi-
interpretasi: dalam waktu yangbersamaan, pelaksanaan pembelajaran diobservasi
menggunakan lembar observasi, kemudian hasilnya diinterpretasikan. 4) Analisis
danrefleksi, hasil observasi yang telah diinterpretasikan dianalis dandirefleksi untuk
menentukan langkah-langkah tindakan pada siklus ke-2.

23
Siklus II

1) Perencanaan, (a) menyiapkan skenario pembelajaran denganmemperhatikan hasil


refleksi pada siklus ke-1, (b) menyiapkan alatpembelajaran. 2) Pelaksanaan tindakan,
yakni melaksanakan tindakanperbaikan sesuai dengan skenario pembelajran yang telah
disempurnakanberdasarkan hasil refleksi pada siklus ke-1. 3) Observasi-
interpretasidalam waktu yang bersamaan, pelaksanaan pembelajaran diobservasi
menggunakan lembar observasi, kemudian hasilnya diinterpretasikan.4) Analisis dan
refleksi, hasil analisis data pada siklus ke-2 ini digunakansebagai acuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan yangdilakukan guru dalam upaya Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswamelalui Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based
Learning.

24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Proses Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Proses pembelajaran menggunakan metode Promblem Based Learning di
laksanakan 4 JP atau 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 27 dan 28 Mei 2022.
Penerapan metode Problem Based Learning dilaksanakan pada kelas XI IPA 5 dengan
jumlah siswa 33 orang. Pada proses penerapan metode ini meliputi lima tahapan yang
kemudian dibagi pada dua pertemuan pembelajaran. Pertemuan pertama meliputi tahap
orientasi siswa kepada masalah, tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar, dan
tahap penyelidikan kelompok, tahap mengembangkan dan penyelidikan laporan dan
tahap evaluasi proses pemecahan masalah. Dan pada pertemuan kedua meliputitahap
orientasi siswa kepada masalah, tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar, dan
tahap penyelidikan kelompok, tahap mengembangkan dan penyelidikan laporan dan
tahap evaluasi proses pemecahan masalah.
Proses pembelajaran ini secara lebih jelas dijabarkan sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini dimulai dengan guru memberikan salam pembuka, guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari beserta tujuan pembelajaran, guru
memberikan motivasi pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Tahap orientasi siswa pada masalah
Siswa membentuk beberapa kelompok belajar, guru memberikan beberapa
pemarapan mengenai materi letak dan struktur organ pernafasan manusia melalui
carta, siswa diminta mengamati carta bersama teman sekelompoknya, guru
memberikan media handout mengenai materi Sistem Respirasi,
b) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS), siswa menyelesaikan soal yang
ada di LKS, guru meminta siswa melihat hubungan-hubungan berdasarkan handout

25
yang diberikan, guru meminta siswa untuk melakukan penyelidikan atau
menganalisa soal untuk menyelesaikan masalah, siswa mendiskusikan permasalahan
secara berkelompok, guru berkeliling mencermati siswa bekerja, mencermati
kegiatan siswa, guru memberi bantuan, jika ada kesulitan yang dialami siswa secara
individu atau kelompok.
c) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru meminta siswa menyiapkan laporan hasil diskusi kelompok secara rapi,
rinci, dan sistematis, guru berkeliling mencermati siswa bekerja menyusun laporan
hasil, diskusi, dan memberi bantuan bila diperlukan, siswa menyiapkan laporan hasil
diskusi, guru meminta siswa menentukan perwakilan kelompok secara musyawarah
untuk menyajikan (mempresentasikan laporan di depan kelas), siswa
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
d) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru memilih perwakilan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas,
guru memberi kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberikan
tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok penyaji, siswa memberikan tanggapan
terhadap apa yang dipresentasikan, guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan
tentang apa yang telah dipelajari, siswa membuat kesimpulan tentang apa yang telah
dipelajari.
3) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup diisi dengan penarikan kesimpulan pembelajaran oleh guru
dan diakhiri oleh pembacaan doa.
Keterlaksanaan tahapan penerapan metode Problem Based Learning berlangsung
dengan kategori sangat baik. Hal ini berdasarkan lembar observasi proses yang
dilakukan oleh guru dan siswa.
2. Data Hasil Siklus I
Hasil observasi awal terhadap proses pembelajaran biologi di SMAN 5
Pematang Siantar yang dilaksanakan dengan mewawancarai salah seorang guru biologi
diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran selama ini siswa cenderung
pasif. Siswa masih kurang memahami materi yang disampaikan guru sehingga akan
mengakibatkan

26
siswa memiliki kesulitan dalam proses belajar dan sulit untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritisnya.
Selanjutnya, aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dapat disajikan
pada tabel berikut :

Tabel 1. Kategori Penilaian Observasi Aktivitas Mengajar Guru Dan Aktivitas


Belajar Peserta Didik
No Rentang Nilai (Skor) Kategori
1 1 (Satu) Sangat tidak baik
2 2 (Dua) Tidak baik
3 3 (Tiga) Baik
4 4 (Empat) Sangat baik
Jumlah aspek yang diamati 12
Total nilai (skor) 48 skor

Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

A=N–F

R = Nilai Rata-rata
F = Skor yang diperoleh
N = Skor maksimal
Penafsiran terhadap data kesulitan belajar digunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 2. Kategori Penafsiran Nilai
No Taksiran Nilai Kriteria
1 36 - 48 Sangat baik
2 24 - 36 Baik
3 12 - 24 Tidak baik
4 1 - 12 Sangat tidak baik

a. Hasil tes observasi pada mata pelajaran Biologi materi Sistem Respirasi

27
Hasil analisis data dari tes yang telah dilakukan sebelum dan setelah pemberian
treatment, diperoleh nilai sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Nilai Observasi Siswa


No Siswa ke- Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II

1 1 25 38
2 2 11 30
3 3 29 30
4 4 31 34
5 5 33 35
6 6 22 26
7 7 31 37
8 8 34 35
9 9 27 34
10 10 27 35
11 11 24 34
12 12 30 32
13 13 29 34
14 14 33 35
15 15 19 27
16 16 31 35
17 17 30 32
18 18 29 30
19 19 31 32
20 20 20 27
21 21 25 38
22 22 26 30
23 23 27 37

28
24 24 28 30
25 25 20 27
26 26 12 27
27 27 30 34
28 28 41 46
29 29 25 27
30 30 32 35
31 31 22 27
32 32 32 33
33 33 37 38
RERATA RERATA 901/30 1183/30
NILAI NILAI HASIL = 30 (Sangat baik) = 39 (Sangat baik)
HASIL OBSERVASI
OBSERVA
SI
NILAI 48 48
MAKSIMAL

Berdasarkan hasil tabel 3 didapatkan hasil bahwa Berdasarkan hasil observasi


yang telah dilakukan dari siklus 1 pada pertemuan pertama didapatkan hasil yang
signifikan namun terdapat siswa yang masih berada pada ketegori nilai sangat tidak baik
dan tidak baik. Dalam hal ini pada siklus pertama dengan kategori nilai 1 - 12
ditemukan sebanyak 2 sisw, untuk kategori nilai 12 -24 didapatkan sebanyak 8 siswa
selanjutnya
untuk kategoti nilai 24 - 36 ditemukan sebanyak 22 siswa dan kategori nilai 36 – 48
ditemukan sebanyak 1 siswa serta dengan total rata-rata nilai sebanyak 30 (kategori
baik). Untuk dapat memahami hasil temuan pada pertemuan 1 pada siklus I, dapat
dilihat pada diagram sebagai berikut.

29
Grafik 1. Data Nilai Pertemuan I

25

20

15

10

0
Nilai 1-12 Nilai 12-24 Nilai 24-36 Nilai 36-46

Menurut Hanik, 2015 menyebutkan jika proses pembelajaran merupakan suatu


aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diawasi dan diatur
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terarah pada tujuan yang telah
ditetapkan. Namun dalam proses pembelajaran kegiatan belajar tidak senantiasa
berhasil, seringkali ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan atau kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa. Terjadinya kesulitan belajar dikarenakan siswa tidak
mampu mengaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan lamanya sehingga
menimbulkan ketidakpahaman atau ketidakjelasan terhadap suatu pelajaran. Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan faktor intelegensi, tetapi dapat juga karena faktor
non intelegensi. IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan dalam belajar.

Kesulitan belajar dapat ditandai dengan nilai rata-rata siswa rendah. Nilai rata-
rata siswa yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa
antara lain: kemampuan intelektual, motivasi, kesehatan, sikap, minat. Sedangkan faktor
eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berupa guru, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Sehingga kemungkinan

30
terdapatkan hasil dari pertemuan pertama disebabkan oleh dari salahsatu faktor-faktor
tersebut.

Dikarenakan adanya ketidakmampuan siswa dalam memahami materi yang


disampaikan sebelumnya pada pertemuan pertama maka dalam hal ini peneliti
melakukan pertemuan kedua. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa penguatan materi
sebelumnya pada pertemuan pertama dengan diharapkan siswa mampu secara merata
memahami pembelajaran yang disampaikan dengan topik pembahasan sistem respirasi.

Adapun temuan data dari pertemuan kedua didapatkan hasil yang lebih
signifikan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua berupa kegiatan
penguatan terhadap beberapa siswa yang kurang memahami konsep dilakukan
penjelasan kembali dengan hasil didapatkan untuk kategori nilai 24 – 27 ditemukan
sebanyak 27 siswa dan kategori nilai 36-48 ditemukan sebanyak 6 siswa. Sehingga total
rata-rata nilai pada siklus II sebanyak 39 (Kategori sangat baik). Adapun data yang
disajikan sebagai berikut.

Grafik 2. Data Nilai Pertemuan II

30

25

20

15

10

0
Nilai 1-12 Nilai 12-24 Nilai 24-36 Nilai 36-46

Dalam grafik 2 menunjukkan jika tidak ditemukan siswa yang tidak memahami
materi yang disampaikan. Dalam proses pembelajaran, adanya permasalahan yang
sering dialami peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan yang terjadi
31
adalah

32
karena belum dikuasainya materi yang telah diajarkan guru dalam pembelajaran di
kelas, sehingga peserta didik belum mempunyai cukup bekal dalam memahami kegiatan
berikutnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan belum dikuasainya materi,
maka akan memberi dampak kesulitan pada pesertadidik dalam melakukan
pembelajaran. Sehingga penting dilakukan penguatan untuk membuktikan hasil dari
data sebelumnya. Namun dari data dari pertemuan II ini secara merata siswa mampu
memahami konsep materi yang diajarkan.

3. Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan oleh observer pada kegiatan siklus pertama


ditemukan hal-hal sebagai berikut:

a) Beberapa peserta didik masih kurang aktif dalam bertanya maupun


menjawab pertanyaan
b) Masih ada peserta didik yang kurang bekerja sama dalam mengerjakan LKS
c) Peserta didik masih terlihat malu untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti.

Berdasarkan refleksi siklus I tindakan yang akan dilakukan pada siklus II yaitu:

1) Pendidik sebaiknya memberi bimbingan motivasi dengan cara pendekatan


secara individual kepada peserta didik tersebut.
2) Pendidik membimbing dan memberi petunjuk peserta didik pada saat melakukan
pembelajaran
3) Pendidik memotivasi peserta didik untuk memberanikan diri untuk maju
kedepan dan bertanya kepada pendidik.

4. Data Hasil Siklus II

Siklus II pertemuan 3 dan 4 dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2022 Selama 45 menit (1
JPL). Untuk kegiatannya sama seperti siklus I tetapi yang membedakannya yaitu materi
yang diajarkan. Pada siklus II materi yang diajarkan yaitu materi Sistem Ekskresi.

a. Hasil tes observasi pada mata pelajaran Biologi materi Sistem Ekskresi

33
Hasil analisis data dari tes yang telah dilakukan sebelum dan setelah pemberian
treatment, diperoleh nilai sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Nilai Observasi Siswa

No Siklus II
Siswa ke-
Pertemuan I Pertemuan II

1 1 27 41

2 2 21 38

3 3 31 32

4 4 35 38

5 5 34 39

6 6 25 28

7 7 33 40

8 8 35 38

9 9 29 37

10 10 28 42

11 11 26 36

12 12 32 40

13 13 32 36

14 14 39 43

15 15 20 29

16 16 34 37

17 17 33 35

34
18 18 30 32

19 19 35 37

20 20 26 29

21 21 29 45

22 22 27 32

23 23 30 41

24 24 33 35

25 25 25 30

26 26 20 31

27 27 34 39

28 28 44 47

29 29 30 33

30 30 36 38

31 31 25 29

32 32 34 37

33 33 38 42

RERATA RERATA NILAI


NILAI HASIL OBSERVASI 1.010/30 = 33 1.206/30

HASIL (Sangat baik) = 40 (Sangat baik)


OBSERVASI

NILAI MAKSIMAL 48 48

35
Berdasarkan hasil nilai observasi pada tabel 4. yang telah dilakukan dari siklus 2
pada pertemuan pertama didapatkan hasil yang signifikan. Tidak terdapat siswa yang
masih berada pada ketegori nilai sangat tidak baik dan tidak baik. Dalam hal ini pada
siklus kedua siswa dengan kategori nilai 1 - 12 tidak ditemukan, untuk kategori nilai 12
-24 didapatkan sebanyak 3 siswa selanjutnya untuk kategoti nilai 24 - 36 ditemukan
sebanyak 5 siswa dan kategori nilai 36 – 48 ditemukan sebanyak 25 siswa serta dengan
total rata-rata nilai sebanyak 33 dan 40 (kategori sangat baik). Untuk dapat memahami
hasil temuan pada pertemuan 1 pada siklus II, dapat dilihat pada diagram sebagai
berikut.

Grafik 3. Data Nilai Pertemuan I

30

25

20

15

10

0
Nilai 1 - 12 Nilai 12 - 24 Nilai 24 - 36 Nilai 36 - 48
Berdasarkan Grafik diatas hasil Data Nilai Pertemuan I setelah tindakan siklus II

Berdasarkan Grafik 3 diatas hasil Data Nilai Pertemuan I setelah tindakan siklus
II diperoleh adapun temuan data dari pertemuan kedua siklus 2 didapatkan hasil yang
lebih signifikan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua berupa kegiatan
penguatan terhadap beberapa siswa yang kurang memahami konsep dilakukan
penjelasan kembali dengan hasil didapatkan untuk kategori nilai 24 – 27 ditemukan
sebanyak.. dan kategori nilai 36-48 ditemukan sebanyak 6 siswa. Sehingga total rata-
rata nilai pada siklus II sebanyak 40 (Kategori sangat baik). Adapun data yang disajikan
sebagai berikut
36
Grafik 4. Data Nilai Pertemuan II

20
18

16

14

12
10
8

4
2
0

Nilai 1 - 12 Nilai 12 - 24 Niali 24 - 36 Nilai 36 - 48

Dalam tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ditemukan lagi siswa yang tidak
memahami materi yang disampaikan. Artinya kesulitan belajar yang dialami siswa
sudah menurun.

5. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi tentang kesulitan belajar siswa dapat dideskripsikan
bahwa sisiwa mengikuti pembelajaran dengan disertai perasaan senang. Aktivitas siswa
pun meningkat. Mereka antusias melaksanakan kegiatan bertanya sehingga alokasi
waktu yang tersedia dimanfaatkan secara optimal. Siswa mulai aktif bertanya dan
menanggapi pertanyaan dari temannya. Dan siswa juga lebih cepat memahasi materi
yang diajarkan oleh guru.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II dari kesulitan belajar
siswa dapat kami paparkan sebagai berikut :

37
Tabel 5. Nilai Rata-Rata dari Hasil Observasi
Siklus I Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II
Rata-Rata Nilai Hasil
30 39 33 40
Observasi
Jumlah Keseluruan 69 73
Presentase 48% 55%

Berdasarkan tabel 5 dari nilai rata-rata dari hasil observasi dapa dilihat bahwa
pada siklus I presentase keseluruhan siklus I adalah 48% sedangkan pada siklus II
presentase siklus II yaitu 55%. Dapat dilihat dari tabel menunjukkan bahwa ada
peningkatan antara siklus I dengan siklus II. Ini menunjukkan bahwa penerapan
Problem Based Learnng dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata perlajaran
biologi materi sistem di SMA5 Pemantang Siantar, bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan berhasil dengan kategori keterlaksanaan sangat baik. Pada saat penelitian
siswa menunjukkan keaktifan dalam bertanya atau menanggapi dan siswa juga
memahami dengan cepat materi yang disampaikan

38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan metode
Problem Based Learnng dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata perlajaran
biologi materi sistem di SMA5 Pemantang Siantar, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut hasil penerapan metode Problem Based Learning di kelas dilihat dari hasil
persentase observasi yang dilakukan bahwa rata-rata ketercapaian kegiatan tahapan
proses pembelajaran yang dilakukan guru siswa pada siklus I sebesar 48% dan pada
siklus II sebesar 55%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan
berhasil dengan kategori keterlaksanaan sangat baik.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis menyarankan
bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa hendaknya harus memiliki atau
mempunyai metode mengajar yang bervariasi agar siswa lebih termotivasi dan tidak
jenuh ketika belajar di kelas. Sehingga faktor-faktor yang menghampat proses kegiatan
pembelajaran terminimalisir dan didapatkan sesuai hasil yang diharapkan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah
Tantangan Milenium III. Jakarta: Kencana.
Ar, Usman. 2013. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Tentang Zakat dalam
Pendidikan Agama Islam Melalui Metode Problem Based Learning pada
Siswa kelas VI SDN 006. Sagulung Batam. . www.uin-suska.ac.id.
Creswell, Jhon. 1997. Educational Research (Planing , Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative). Diterjemahkan oleh: Helly Prajitno
Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Etikasari, Fitri. 2015. Penerapan Pendekatan Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran
PAI materi Zakat Mal di kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Belik
Pemalang. www.iainpurwokerto.ac.id.
El Ghazali, Ahmad Zulal Fahmi. 2016. Pengembangan Desain Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Penalaran Moral di SMAN 1 Purwosari. www.uin-malang.ac.id.
Hamalik, Oemar. 2014. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Hanisy, Ahmad. . Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Motivasi
Sholat Berjamaah di MA Al-Qodiri Jember. www.portalgaruda.org
Hanik, Asti N. 2015. Faktor-Faktor Penyebab kesulitas belajar Peengolahan Makanan
Kontinental Siswa Kelas XI Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3
Wonosari. [Skipsi]. Universita Negeri Yogyakarta.
Majid, Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Makmun, Abis Syamsuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Muhannimah. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Model
Problem Based Learning. . www.uinjkt.ac.id.

40
Purwanto, M Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rasyjid, H Sulaiman. 2016. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sunarya, Yaya & Priatna, Tedi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: Azkia Putra Utama.
Subana, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sudjana. 2005. Metode Statistika: Edisi ke-6. Bandung: Tarsito.
Suherman, H. Erman,dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sakinah. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Fiqh di kelas VIII MTsS Babun
Najah Kota Banda Aceh. . www.ar-raniry.ac.id.
Taufiq Amir, M. 2015. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning
(Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan).
Jakarta: Kencana.
Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

41
LAMPIRAN FOTO & VIDEO DOKUMENTASI
Link Video :
https://drive.google.com/file/d/1FiySxqsGMyP1xYDHMxzSKxaAmWyEMgup/view?u
sp=drivesdk

4
41

Anda mungkin juga menyukai