Anda di halaman 1dari 11

REGULASI DAN ETIKA PROFESI FARMASI ANGKATAN 31

Pak Bambang

- Pengertian Narkotika berd UU no. 35 tahun 2009 dan ada berapa golongan
- Tujuan Pengaturan Narkotika berdasarkan UU
- Pengertian prekusor dan tujuannya sesuai UU
- Pengertian dan golongan psikotropika sesuai UU no. 55 tahun 1997
- Tujuan Pengaturan di bidang Psikotropika
- Pengertian obat esensial
- Tujuan KONAS
- Pengertian obat esensial
- Apa yang dimaksud dengan Pemegang Paten, invensi dan paten?
- Berdasar pp 51 thn 2009 sebutkan kompetensi khusus apoteker di bidang industri
- Sebutkan kompetensi apoteker dalam Distribusi obat menurut uu 51 th 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian!
- Sebutkan kegiatan dalam aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan
penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam pelayanan resep

Pak Partana

1. Kasus Mutasi
- Kasus 1
seorang apoteker setelah lulus langsung bekerja ke jakarta di industri, karena tidak
tanggung jawab tidak mengurus surat ijin dan industri tidak mempermasalahkan. Setahun
kemudian dia kembali ke tempat asalnya di semarang untuk bekerja diapotik, tetapi
ditolak karena bukan anggota iai Semarang dan mengadu ke iai pd jateng. Analisis
masalah diatas disertai peraturan yang mengatur ?
Jawaban : permasalahan diatas adalah kesalahan seorang apoteker yang tidak
bertanggung jawab dalam mengurus surat izin dan dari pihak industri pun tidak
menyarankan atau mengarahkan untuk mengurus surat izin tersebut. Seharusnya jika
apoteker tersebut mau pindah ke wilayah lain harus mengurus surat pengantar mutasi.
Hal tersebut diatur dalam PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Peraturan
Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia, dan PMK no. 9 tahun 2017 tentang Apotek, PMK
73 tahun 2016 tentang standar pelayanan di apotek.

- Kasus 2 seorang apoteker asal jogja merasa sudah mengirimkan syarat permohanan untuk
menjadi penanggungjawab apotek milik orang lain. Namun rekomendasi tersebut ditolak
oleh PC IAI Solo. Kemudian apoteker tersebut mengadu ke PD IAI Jawa tengah.
Analisis kasus diatas mengapa rekomendasi tersebut ditolak dan berikan alurnya
Jawaban : aku bingung gaes soal yg ini??
- Kasus 3 apoteker lulus ums dan langsung kembali ke aceh menikah dan menjadi ibu
rumah tangga, 6 tahun kemudian dia kembali ke solo untuk membuka apotek sendiri,
tetapi ditolak dan mengadu ke iai pd jateng. Masalahnya apa dan disertai dengan
peraturan yang berlaku.
Jawaban : permasalahannya kemungkinan dari Serkom dan STRA yang bersangkutan
sudah kadaluarsa dan harus diperpanjang setiap 5 tahun sekali, peraturan yang berlaku
yaitu Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga Kesehatan, Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Permenkes No.9
tahun 2017 tentang izin Apotek

- Apakah Pasien bisa disebut sebagai konsumen dan tenaga kesehatan sebagai pemberi
jasa? Berikan alasan dan aturannya
Jawaban : menurut UU No. 8 Tahun 1999 Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dari
keterangan diatas maka pasien bisa disebut sebagai konsumen.
Sedangkan Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Dari keterangan diatas
maka tenaga kesehatan dapat dikatakan sebagai pemberi jasa.
2. KASUS APOTEKER DI APOTEK
- Jelaskan urutan STRA, SERKOM, SIPA
1. SERKOM ( Sertifikat Kompetensi) merupakan syarat pertama dalam mendpatkan
STRA. Serkom harus tetap berlaku dengan cara mengumpulkan borang SKP atau
mengikuti ujian OSPE/OSCE (Objective Structural Pharmaceutical Examination/
Objective Structural Clinical Examination) apoteker.
2. STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) merupakan tanda bahwa apoteker terdaftar
dalam database apoteker indonesia yang dikeluarkan oleh KFN (Komite Farmasi
Nasional). Sebelum apoteker mendapat STRA harus memiliki sertifikat kompetensi
daulu. Apoteker yang baru lulus memperoleh sertifikat kompetensi dgn cara lulus
ujian UKAI (Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia) sedangkan yg sudah berpraktek
bisa memperoleh sertifikat kompetensi dgn cara rutin mengisi dan mengajukan
borang setiap 5 tahun sekali.
3. SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) setelah mendapatkan STRA maka apoteker harus
mengurus SIPA dgn salah satu syarat memiliki STRA yang aktif. Bagi yang ingin
berpraktek di apotek, maka harus mengurus SIA (Surat Izin Apoteker)
- Syarat-syaratnya
1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari
pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
2) Apoteker mendirikan Apotek bekerjasama dg pemilik modal maka pekerjaan
kefarmasian harus dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker bersangkutan.
3) pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. lokasi; bangunan;
b. sarana, prasarana, dan
c. peralatan; dan
d. ketenagaan.
4) Lokasi. (Pemda Kab/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dg
memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.)
- Aturan yang mengatur
 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga Kesehatan
 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
 Permenkes No.9 tahun 2017 tentang izin Apotek
 SE No. HK.02.01/MENKES/24/2017 Tentang Petunjuk pelaksanaan Permenkes no.
31 tahun 2016 tentang Perubahan atas Permenkes No. 889/MENKES/PER/V/2011
tentang Registrasi ,izin praktik , dan izin kerja tenaga kefarmasian
- Aturan mana yang mengatur SIPA tidak berlaku jika STRA sudah habis perizinannya?
Jawaban : Permenkes No.9 tahun 2017 tentang izin Apotek

3. PERLINDUNGAN KONSUMEN
- Jelaskan pengertian perlindungan konsumen dan asas tujuannya
Jawaban : Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
 Asas manfaat, Perlindungan konsumen bermanfaaat semaksimal bagi konsumen dan
pelaku usaha secara keseluruhan
 Asas keadilan, Memberikan kesempatan kpd konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
 Asas keamanan dan keselamatan, Memberikan jaminan atas keamanan &
keselamatan kpd konsumen dlm penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yg dikomsumsi atau digunakan.
 Asas keseimbangan, Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spirituil.
 Asas kepastian hukum, agar pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
menjamin kepastian hukum.
- Hak dasar konsumen menurut Jhon F Kennedy
 hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkomsumsi obat, alkes
dan/atau jasa
 hak utuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
 hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa
 hak didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yg digunakan
- Bagaimana cara menyelesaikan sengketa konsumen
a) Pelaku usaha yg menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak
memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen, dpt digugat melalui
BPSK/peradilan ditempat konsumen
b) tidak menutup kemungkinan dilakukan penyelesaian scr damai oleh para pihak.
Cara damai adalah penyelesaian yg dilakukan, tanpa melalui pengadilan/BPSK,
dan tidak bertentangan dg UUPK
c) BPSK membetuk majelis, dg anggota ganjil,sedikitnya 3 orang dari semua unsur
yg dibantu oleh panitera.
d) Penyelesaian sengketa oleh BPSK dalam jangka waktu 21 hari terhitung sejak
gugatan diterima BPSK
e) Penyelesaian di luar pengadilan, yg dilaksanakan melalui BPSK dikhusukan bagi
perorangan. Sifat penyelesaian sengketa yg cepat (dan murah), sangat dibutuhkan
masyarakat konsumen

Pak Da’i

- Sebutkan faktor pendorong perkembangan profesi farmasi dan faktor penghambat


- Seorang pasien datang ke apotek dan memaksa apoteker untuk memberikan obat penurun
tekanan darah yang hanya dapat diberikan dengan resep dokter. Dilema etik apa yang
terjadi? Dan bagaimana sikap anda sebagai apoteker?
- Ciri-ciri profesi, implementasi pada profesi apoteker
- Contoh factual aspek legal tapi tidak etis dan etis tapi tidak bermoral
- Sebutkan karakteristik profesionalitas dan contoh impelementasinya

PAK BAMBANG

 Pengertian, Tujuan, dan Penggolongan Psikotropika (UU NO. 5 TH 1997


TENTANG PSIKOTROPIKA)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
Pasal 3

Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah:

a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu


pengetahuan;
b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
c. memberantas peredaran gelap psikotropika.

Penggolongan :
 Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
 Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu penge-tahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
 Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
 Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

 Pengertian, Tujuan, dan Penggolongan Narkotika (UU NO. 35 TH 2009 TENTANG


NARKOTIKA)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang ini.

Pasal 4

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan:


a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan social bagi Penyalah Guna dan
pecandu Narkotika.

Penggolongan :
a. Golongan I : kokain, opium, heroin, tiofentanil, MDMA, amfetamin,
metamfetamin, dll.
b. Golongan II: fentanil, metadon, morfin, petidin, properidina, dll.
c. Golongan III: kodein, etilmorfina, dihidrokodeina, dll

 Pengertian, dan Tujuan Prekursor


Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika dan Psikotropika.

Pengaturan Prekursor bertujuan untuk:

 melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Prekursor;


 mencegah dan memberantas peredaran gelap Prekursor;
 mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan Prekursor; dan
 menjamin ketersediaan Prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

 Kompetensi Apoteker di Distribusi Obat


Kompetensi apoteker meliputi: pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

 Kompetensi Apoteker di Industri Farmasi


 Menjadi personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan
mutu dan kepala bagian manajemen mutu.
 Menciptakan obat baru yang sesuai dengan perkembangan penyakit dan memiliki efek
terapeutik yang rasional.

 Aktivitas Pengelolaan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alkes dalam


Swamedikasi
Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan dalam swamedikasi (self medication), dengan kegiatan:

1. Pengkajian masalah kesehatan pasien berdasarkan keluhan pasien meliputi: siapa


yang memiliki masalah; gejalanya apa; sudah berapa lama; tindakan apa yang
sudah dilakukan; obat apa yang sudah dan sedang digunakan.
2. Pemilihan obat yang tepat (Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan Obat Wajib
Apotek)
3. Penentuan waktu merujuk pada tenaga kesehatan lain

 Sebutkan kegiatan dalam aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan


penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam pelayanan resep
Pemilihan : adalah kegiatan untuk menetapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan
sesuai jumlah, jenis dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan agar tercapai
penggunaan obat yang rasional.

Pengadaan : Suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan
jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif
merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara, teknik dan kebijakan yang ada
untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang akan diadakan, baik jumlah
maupun sumbernya.

Pendistribusian : adalah kegiatan menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi dan


alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan pasien.

Penghapusan dan Pemusnahan : Sediaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi


syarat sesuai standar yang ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan
Pemusnahan sediaan farmasi yang tidak dapat/boleh digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku. Prosedur pemusnahan obat hendaklah dibuat yang mencakup pencegahan
pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obat tersebut di kalangan orang
yang tidak berwenang. Sediaan farmasi yang akan dimusnahkan supaya disimpan
terpisah dan dibuat daftar yang mencakup jumlah dan identitas produk.

Pengendalian : Pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu pengelolaan


perbekalan (supply) sediaan farmasi dan alat kesehatan agar mempunyai persediaan
dalam jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan
menumpuknya persediaan.

Penarikan kembali sediaan farmasi : Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan


atas permintaan produsen atau instruksi instansi Pemerintah yang berwenang.
Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah diterima permintaanl
instruksi untuk penarikan kembali. Untuk penarikan kembali sediaan farmasi yang
mengandung risiko besar terhadap kesehatan, hendaklah dilakukan penarikan sampai
tingkat konsumen.

Pencatatan dan Pelaporan : Pencatatan dan pelaporan kegiatan perencanaan kebutuhan,


pengadaan, pengendalian persediaan, pengembalian, penghapusan dan pemusnahan
sediaan farmasi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.

Monitoring dan Evaluasi : Monitoring dan evaluasi merupakan tahapan untuk


mengamati dan menilai keberhasilan atau kesesuaian pelaksanaan Cara Pelayanan
Kefarmasian Yang Baik disuatu pelayanan kefarmasian.

 Pengertian, Tujuan, dan Manfaat CPFB (Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik)
Pedoman tersebut dituliskan dalam bentuk Cara Pelayanan Kefarmasian yang
Baik (Good Pharmacy Practice) sebagai perangkat untuk memastikan Apoteker dalam
memberikan setiap pelayanan kepada pasien agar memenuhi standar mutu dan merupakan
cara untuk menerapkan Pharmaceutical Care. Komitmen untuk memberikan pelayanan
sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat, harus terus diupayakan dan
ditingkatkan oleh Apoteker baik di Apotek, Puskesmas, Klinik maupun Rumah sakit.

Tujuan

1. Sebagai Pedoman bagi tenaga kefarmasian khususnya Apoteker dalam


melaksanakan praktik kefarmasian.
2. Melindungi masyarakat/ pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional
Manfaat

Tujuan akhir dari pelayanan kefarmasian yang bermutu adalah meningkatkan


mutu hidup pasien

 Ruang Lingkup GPP (Rincian aktivitas GPP bisa dilihat di PDF “GPP”)
1. Aktivitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
pencapaian tujuan kesehatan.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan di pelayanan resep.
3. Penyiapan Obat dan perbekalan farmasi lainnya.
4. Layanan Informasi obat.

 Pembagian SPO GPP (Contoh-contoh SPO GPP per bagian bisa dilihat di PDF
“GPP”)
- SPO pengelolaan sediaan farmasi dan alkes.
- SPO Pelayanan farmasi klinik
- SPO Higiene dan sanitas
- SPO tata kelola administrasi
- SPO lain-lain
-
 Pengertian Paten, Invensi, Pemegang Paten (UU NO 13 TH 2016 TENTANG
PATEN)
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.

Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten atau pihak yang menerima hak
tersebut dari pemilik Paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang
terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

 Pengertian Obat Generik, Paten, dan OGM/OGB (PERMENKES No HK


0202/MENKES/688/I/2010)
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Obat Paten adalah obat yang masih memiliki hak paten.


2. Obat Generik adalahobat dengan nama resmi International Non Propietary Names
(INN)yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk
zat berkhasiat yang dikandungnya.
3. Obat Generik Bermerek/Bernama Dagang adalah obat generik dengan nama dagang
yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan.

 Tujuan KONAS dan Pengertian Obat Esensial


Obat essensial adalah obat terpilih yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi yang diupayakan tersedia
pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.

KONAS dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan


keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

Tujuan KONAS
2. Ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat essensial
3. Keamanan, khasiat dan mutu semua obat yang beredar serta melindungi masyarakat
dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat
4. Penggunaan obat yang rasional

 Pengertian PBF dan CDOB (PERMENKES No.1148/MENKES/PER/VII 2011


tentang PBF)
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
2. Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CDOB adalah
cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan
tujuan penggunaannya.

 Formularium Rumah Sakit (PERMENKES 72 TAHUN 2016 TENTANG


STANDARI PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT)
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun
oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan
penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus
secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit

 UU Ordonansi Obat Keras (UU NO 419 TAHUN 1949 TENTANG ORDONANSI


OBAT KERAS)
Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan tehnik, yang
mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-
lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh
Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid.

Anda mungkin juga menyukai