Oleh:
Eneng Siti Fatimah, S.Tr.Keb
NPM 19200100005
NPM : 19200100005
Alamat : Jl.Slamet Riyadi Rt.24 No.44 Karang Anyar Tarakan Kalimantan Utara
No. Hp : 081253047114
Email : sitifatimahnenk@gmail.com
Tarakan, 06-04-2021
Mahasiswa,
tanggal
Menyetujui,
Menegetahui,
tanggal
Mengetahui,
No. Dokumen:I/SOP/2021
No. Revisi :
SOP Tanggal terbit: 6-04-2021
Halaman :
I. PENGERTIAN Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis
yang ditandai dengan nilai pengukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm.
II. TUJUAN Agar kegiatan penanganan ibu hamil dengan KEK dapat terlaksana dengan baik
dan tepat sasaran sebagai upaya perbaikan gizi ibu hamil
III. KEBIJAKAN 1. Surat Penetapan Kepala UPTD Puskesmas Sebengkok
2. tentang penyusunan rencana layanan medis terpadu dan penjamin
kesinambungan layanan.
3. Permenkes no.97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan Kehamilan
4. Pelayanan dasar pada standar pelayanan minimal bidang kesehatan
IV. REFERENSI 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020. Revisi 1
Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas Dan Bayi Baru Lahir Di Era
Pandemi Covid-19. Jakarta : 2020
2. Manual Mutu UPTD Puskesmas Sebengkok
3. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
Rujukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016
4. Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu
Hamil Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian
Kesehatan Tahun 2015
5. Jurnal Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
(PMT-P) Makanan Matang Berbahan Lokal Pada Bumil KEK Fitriana
Dkk Tahun 2020
6. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Ibu hamil pada Masa Pandemi
Covid19 Bagi Tenaga Kesehatan tahun 2020
V. ALAT & BAHAN 1. APD level 1 (Penutup kepala, masker medis, faceshield, handscoen,
baju kerja, sepatu)
2. Timbangan
3. Pengukur Tinggi Badan
4. Pengukur suhu
5. Pita ukur LILA
6. Tensimeter
7. Stetoskop
8. Doppler
9. Jelly Doppler
10. Rekan medik dan buku KIA
Prosedur Kegiatan Pemeriksaan ANC di Era New Normal
V. PROSEDUR 1. Bidan Memberitahukan tata cara untuk melakukan Pemeriksaan ANC
melalui Chat Broadcast di aplikasi WhatsApp.
2. Pasien di sarankan terlebih dahulu untuk melakukan Appointment
(Janji) melalui Chat WhatsApp kepada Admin BPM, dengan
menyertakan Nama, Alamat, Kunjungan Keberapa, serta Keluhan
Pasien
3. Hanya menerima pasien dalam keadaan Sehat/Tidak sakit
4. Setelah sudah melakukan Appointmen (janji) pasien di jadwalkan untuk
melakukan Kunjungan Ulang atau pun Pemeriksaan ANC.
5. Pasien wajib Mencuci Tangan terlebih Dahulu dan pengecekan suhu
tubuh (batas Maksimun suhu badan 37,5 C)
6. Pasien wajib menggunakan memakai masker saat datang dan dalam
ruangan klinik dan selalu Physical distancing/jaga Jarak
A. Pemeriksaan ANC dengan KEK :
1. Petugas kesehatan menggunakann APD level 1 yang terdiri dari
penutup kepala, masker, face shield, handscoon, baju kerja, dan
sepatu.
2. Pasien di panggil sesuai nomor urutan
3. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan berkas Rekam Medik
4. Sapa pasien, dan lakukan informed consent untuk pemeriksaan
5. Tanyakan kondisi pasien secara umum (identifikasi ) dan anamnesa
6. Lakukan pemeriksaan TTV (tekanan darah, nadi, respirasi, dan
suhu)
7. Pasien dilakukan pemeriksaan head toe toe di Ruang Pemeriksaan
8. Petugas melakukan pengukuran antropometri dan LILA
9. Petugas mencatat hasil pengukuran antropometri dan LILA pada
status pasien
10. Menentukan diagnosa KEK
a. KEK Ringan ( IMT 17,0-18,4)
Penanganan : Jika pasien mengalami KEK ringan maka pasien di
berikan konseling Gizi makanan sehat untuk ibu hamil serta
pemberian PMT sesuai alokasi dan persediaan, jika pasien
mengalami KEK ringan di sarankan untuk konseling secara online
b. KEK Sedang (IMT 16,0-16,9 )
Penanganan : tetap di berikan konseling GIZI serta makanan sehat
dan diberikan PMT tambahan dan evaluasi/observasi setiap
bulannya
c. KEK Berat (IMT <16,0 )
Petugas mencatat hasil penanganan pada kartu status pasien /buku
rujukan posyandu,buku register,konseling gizi,buku register ibu
hamil KEK dan berkolaborasi dengan Ahli Gizi, Dokter Obgyn,
dan laboratorium
11. Dokumentasi
Mulai
VI. Diagram Alur
Petugas memakai
APD level I &
memanggil pasien
dengan ramah
Petugas mengecek
identitas pasien
Dicatat di YA
Telah
kartu
status sesuai/tidak TIDAK
Menukar
kartu status
Melakukan
anamnesa dan
pemeriksaan fisik
pada pasien
(Pengukuran
antropometri &
LILA)
Menentukan
Status Gizi
Kriteria Ibu Hamil KEK
KEK Ringan IMT 17,0- 18,4 KEK Sedang IMT 16,0 – 16,9
KEK Berat IMT <16,0
Dicatat di:
- Kartu status
- Buku rujukan
Pencatatan Hasil Penanganan posyandu
- Buku register
konseling gizi
- Buku register ibu
Selesai hamil KEK
9. Unit Poli KIA , Labolatorium, Poli Gizi,dan dokter Obgyn puskesmas Sebengkok
Terkait
10. Dokumen Rekam Medik, Buku Register Ibu Hamil KEK, Buku Register Konseling Gizi, Buku
Terkait Register PMT
8. Rekaman Historis Perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl mulai
diberlakukan
SOP PENANGANAN IBU HAMIL DENGAN KEK
ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI
INTERPROFESIONAL DI UPTD PUSKESMAS SEBENGKOK
6 APRIL – 19 APRIL 2021
Oleh:
Eneng Siti Fatimah, S.Tr.Keb
NPM 19200100005
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas lampiran teori yang berjudul “SOP
Keberhasilan dalam pembuatan tugas ini juga tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan juga
teman teman semua yang telah ikut berperan serta dalam pembuatan laporan ini.
Penyusun berharap semoga dengan adanya laporan ini dapat berguna bagi orang-orang
yang membacanya. Penyusun juga menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini belumlah
sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
PENDAHULUAN
hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait
tinggi berdasarkan SDKI tahun 2012 (359 per 100.000 kelahiran hidup),
kemudian melalui Survei Angka Sensus (SUPAS) terakhir pada tahun 2015
didapatkan bahwa AKI mengalami penurunan menjadi 305 kematian per 100.000
kelahiran hidup, hasil ini memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat
dibandingkan target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000
asupan gizi, misalnya perdarahan merupakan salah satu akibat dari kekurangan
gizi zat besi, hipertensi yang ada hubungannya juga dengan asupan gizi
53,9% ibu hamil mengalami defisit energi (<70% AKE atau Angka Kecukupan
(<80% AKP atau Angka Kecukupan Protein) dan 18,8% mengalami defisit ringan
(80-99% AKP). (Profil Kesehatan Indonesia, 2018). Asupan gizi yang tidak
mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK).
malnutrisi yang disebabkan kekurangan satu atau lebih zat gizi makanan yang
kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut (Sipahutar, Aritonang dan Siregar,
berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi
(Irianto, 2014).
masih menjadi tantangan besar, apalagi pada saat situasi bencana. Saat ini,
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal menjadi salah satu layanan yang
terkena dampak baik secara akses maupun kualitas. Dikhawatirkan, hal ini
menyebabkan adanya peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru
layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Seperti ibu
karena takut tertular, adanya anjuran menunda pemeriksaan kehamilan dan kelas
ibu hamil, serta adanya ketidaksiapan layanan dari segi tenaga dan sarana
1.3 Tujuan
Agar pembaca dapat memahami lebih mendalam tentang:
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
malnutrisi yang disebabkan kekurangan satu atau lebih zat gizi makanan yang
kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut (Sipahutar, Aritonang dan Siregar,
2013). Kekurangan Energi Kronik sering terjadi pada pada wanita usia subur
(WUS) dan pada ibu hamil (Arisman, 2010). Faktor–faktor yang memengaruhi
KEK pada ibu hamil terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Penilaian Status Gizi pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Pertama, metode secara langsung yang terdiri dari penilaian tanda klinis, tes
melihat variabel ekologi. Dari sekian banyak metode PSG, metode langsung yang
antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Lingkar Lengan Atas (LILA), Lingkar
Kepala, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur
(IMT/U). Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah.
TB/U, BB/U, dan BB/TB direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk
menentukan status gizi balita (Gibney, Barrie, John et al., 2008 dalam Adriani,
2012). Sedangkan untuk indeks antropometri yang umum digunakan pada orang
dewasa (usia 18 tahun ke atas) adalah indeks massa tubuh (IMT). IMT tidak dapat
digunakan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, olahragawan, dan orang dengan
keadaan khusus seperti edema, asites, dan hepatomegali (Supariasa, Bakri dan
Fajar, 2013). Menurut Kristiyanasari (2010) yang dikutip dalam buku Gizi Ibu
Hamil, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu
hamil, antara lain (1) memantau penambahan berat badan selama hamil, (2)
mengukur LILA untuk mengetahui apakah seseorang menderita KEK dan (3)
mengukur kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia yang
Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan berat badan sebanyak
10-12 kg. Selama trimester I kenaikan berat badan seorang ibu bisa mencapai 1-2
kg, lalu setelah mencapai trimester II pertambahan berat badan semakin banyak
yaitu sekitar 3 kg dan pada trimester III sekitar 6 kg (Istiany dan Rusilanti, 2014).
Kenaikan tersebut disebabkan karena adanya pertumbuhan janin dan plasenta dan
air ketuban. Kenaikan berat badan yang ideal untuk seorang ibu yang gemuk yaitu
7 kg dan 12,5 kg untuk ibu yang tidak gemuk. Jika berat badan ibu tidak normal
maka akan memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature, BBLR,
Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa
Tubuh = IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Wanita dengan status gizi rendah atau biasa dikatakan IMT
rendah, memilik efek negatif pada hasil kehamilan, biasanya berat bayi baru lahir
rendah dan kelahiran preterm. Sedangkan wanita dengan status gizi berlebihan
atau IMT obesitas dikatakan memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan seperti
sebagai berikut :
Selain itu menurut penelitian Kalsum (2014) menyatakan bahwa IMT tidak dapat
digunakan untuk pengukuran ibu hamil pandek (stunted) karena pada keadaan ibu
pendek, proporsi tubuh ibu tidak sesuai dengan berat badan ibu, maka pada
keadaan ibu pendek sering kali ibu tidak dapat terdeteksi KEK dengan
sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun
sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Beberapa akibat anemia gizi pada
wanita hamil akan menyebabkan gangguan nutrisi dan oksigenasi utero plasenta.
Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi
(Kristiyanasari, 2010).
subur usia 15–45 tahun dan ibu hamil yang menderita kurang energi kronis
LILA dijadikan indikator gizi kurang pada ibu hamil (Ariyani, Diny, Endang, et
al., 2012). Menurut WHO Collaborative Study menunjukkan bahwa nilai cut off
Mid Upper Arm Circumference (MUAC) atau Lingkar Lengan Atas (LILA) < 21
cm - < 23 cm memiliki risiko signifikan untuk Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) sebesar 95%. LILA digunakan untuk mengidentifikasi ibu hamil
diguanakan sebagai alat pengukuran status gizi dalam keadaan darurat. Sphere
sebagai kriteria untuk menentukan ibu hamil dengan KEK sehingga dapat
untuk mengetahui KEK pada ibu hamil menggunakan metode LILA (Kalsum,
Bambang, Ratna et al., 2014). Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 45
tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui. Ambang batas LILA
WUS dan Ibu Hamil dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Dimana seseorang
dikatakan KEK ketika LILA < 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko
LILA digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas pada wanita hamil.
Ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan atas tengah adalah pengukuran secara
tidak langsung untuk menilai dua komponen penting dalam tubuh yaitu, masa
lemak bebas dan lemak bebas (fat and fat free mass). Alasan mengapa mengukur
penyimpanan energi utama serta masa lemak bebas (fat free mass). Sedangkan
otot merupakan indikator yang baik untuk mengukur cadangan protein didalam
tubuh. LILA maternal ditemukan relatif stabil selama kehamilan. Sehingga LILA
tidak berhubungan dengan usia kehamilan (Ververs, 2011). Ukuran LILA selama
kehamilan hanya berubah sebanyak 0,4 cm. Perubahan ini selama kehamilan
tidak terlalu besar sehingga pengukuran LILA pada masa kehamilan masih dapat
dilakukan untuk melihat status gizi ibu hamil (Ariyani, Diny, Endang, et al.,
2012).
untuk menilai malnutrisi energi protein karena massa otot merupakan indeks
cadangan protein, serta sensitif terhadap perubahan kecil pada otot yang terjadi,
misalnya bila jatuh sakit. Pengukuran LILA juga memberi gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak di bawah kulit (Hastuti, 2012). Adapun
ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Resiko KEK menurut LILA Wanita Usia Subur (WUS) dan
Ibu Hamil.
Untuk melakukan pengukuran LILA pada Ibu Hamil, ada 7 (tujuh) urutan
mengatakan bahwa IMT tidak dapat digunakan untuk mengukur KEK pada ibu
hamil yang pendek, karena proporsi antara tinggi badan dan berat badan mereka
lengan cukup stabil (Kalsum, Bambang, Ratna et al., 2014). LILA yang rendah
dapat menggambarkan IMT yang rendah pula. Ibu yang menderita KEK sebelum
hamil biasanya berada pada status gizi yang kurang, sehingga pertambahan berat
badan selama hamil harus lebih besar. Makin rendah IMT pra hamil maka makin
rendah berat lahir bayi yang dikandung dan makin tinggi risiko BBLR.
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013).
b. Dampak KEK
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang
e) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
2) Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain
(Sipahutar, 2013) :
a) Keguguran
b) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
anak kurang
e) Kematian bayi
Menurut Kristiyanasari (2010) yang dikutip dalam Buku Gizi Ibu Hamil,
bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah,
baik pada ibu maupun janin. Gizi kurang pada trimester I akan berpengaruh
terhadap janin, antara lain dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), bayi lahir
Menurut Sari (2011) Ibu hamil yang menderita KEK dan anemia
mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III
yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, dan pengaruh gizi kurang
terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:
(1) jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, (2) mutu zat yang di konsumsi
rendah atau (3) zat yang dikonsumsi gagal untuk diserap dan digunakan didalam
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
wanita yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena adanya penyesuaian dari
asupan makanan yang biasanya di konsumsi ibu selama hamil tidak sesuai dengan
yang adekuat yang menyebabkan faktor resiko terjadinya KEK pada ibu hamil
Mutu zat yang dikonsumsi rendah berhubungan dengan daya beli keluarga
kemiskinan dan rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil
sehingga tingkat konsumsi pangan dan gizi menjadi rendah. Selain itu buruknya
sanitasi dan hignine pada makanan dapat mampengaruhi mutu zat yang
3) Zat yang Dikonsumsi Gagal untuk Diserap dan Digunakan Didalam Tubuh
(Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013). Faktor lain yang mempengaruhi status gizi
pada ibu hamil yaitu keadaan sosial dan ekonomi, jarak kelahiran terlalu dekat
dimana jarak antara dua kelahiran yang terlalu dekat, paritas, usia kehamilan
pertama, dan tingkat pekerjaan fisik (Istiany, Ari dan Rusilanti, 2013). Selain itu
faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil adalah umur, berat badan, suhu
oleh beberapa faktor yakni faktor umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit,
riwayat anemia, dan paritas (Arisman, 2010). Beberapa faktor karakteristik yang
mempengaruhi Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil yang akan
a) Umur
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu, karena
pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi
makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan
dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sehingga usia
yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga
diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik (Ika, Sukamto, dan Kamalia,
2019). Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi
organ yang makin melemah dan harus untuk bekerja secara maksimal maka
Hasil penelitian Agustin (2014) menunjukkan bahwa mayoritas umur ibu yang
mengalami kehamilan dengan KEK adalah <20 tahun. Hal ini berubungan dengan
untuk hamil karena organ reproduksi yang kurang sempurna juga karena
b) Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau kurang dari setahun dapat
menyebabkan buruknya status gizi ibu hamil (Istiany dan Rusilanti, 2013).
diperoleh nilai p = 0,047, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara jarak
kualitas janin atau anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu.
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan ibu tidak memperoleh
2004; dalam Sri dan Suci, 2011). Ibu juga masih dalam masa menyusui dan harus
memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui, dimana saat menyusui ibu
membutuhkan tambahan kalori setiap hari untuk memenuhi gizinya dan produksi
ASI (Atika dan Siti, 2009; dalam Sri dan Suci, 2011), dengan hamil kembali maka
akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin atau bayi berikut yang dikandung
(Baliwati, 2004; dalam Sri dan Suci, 2011). Hasil penelitian ini selaras dengan
hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan KEK. Jarak antara
kehamilan yang baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya tidak
c) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami ibu, baik persalinan yang
hidup maupun yang tidak, tetapi tidak termasuk aborsi (Myles, 2011). Semakin
banyak jumlah kehamilan, baik bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup
maupun mati dapat memengaruhi status gizi ibu hamil (Istiany dan Rusilant,
2013). Ibu yang pernah melahirkan anak 4 kali atau lebih maka kemungkinan
akan banyak ditemui keadaan seperti kesehatan terganggu, anemia, kurang gizi,
kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim, tampak ibu dengan perut
berulang-ulang sehingga mempunyai resiko. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara
fisik jumlah paritas yang tinggi mengurangi kemampuan uterus sebagai media
masalah gizi ibu dan janin atau bayi yang dikandung. Paritas mempengaruhi status
gizi pada ibu hamil karena dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin
Pada penelitian Agustin (2014) dari hasil analisis didapatkan bahwa pada
ibu hamil KEK mayoritas paritas multipara atau ibu hamil yang pernah
melahirkan 2-4 kali. Hal ini terjadi karena ibu kurang peduli akan nutrisi yang
dikonsumsi karena sudah beberapa kali hamil dan melahirkan maka kemungkinan
akan banyak ditemui keadaan kesehatan yang terganggu (anemia, kurang gizi).
(1) Nulipara : Perempuan yang belum pernah melahirkan sama sekali (Manuaba,
2010).
(2) Primipara : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi untuk pertama kali.
(3) Multipara : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi lebih dari dua kali.
Grandemultipara : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi lebih dari empat
kali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
oleh tenaga kesehatan atau di pantau oleh tenaga kesehatan melalui media online.
dilakukan wajib ke Poli Gizi untuk mendapatkan konseling gizi secara maksimal
dan di berikan PMT disesuaikan dengan dana APD yang tersedia dan apabila
laboratorium lanjutan.
3.2 Saran
secara berkala kepada setiap pasien dalam menjaga asupan gizi seimbang
Kemenkes RI. 2020. Revisi 1 Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas Dan Bayi
Baru Lahir Di Era Pandemi Covid-19. Jakarta : 2020
No. Registrasi :
Tanggal Pengkajian : 24-09 2020
Waktu Pengkajian. : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Sebengkok
Pengkaji : Eneng Siti Fatimah
A. Data Subjektif
Nama Ibu : Ny. Neni Nama Suami : Tn. Agus.S
Umur : 30 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku. : Jawa
Pendidikan : D3 Pendidikan. : SMA
Pekerjaan. : PNS Pekerjaan. : Swasta
Alamat : Jl.Slamet riyadi Rt.10 No.35 Tarakan
1. Alasan datang
2. Keluhan utama
3. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Umur menarche: 12 Tahun, lamanya haid: 7 hari, jumlah darah haid: 2x ganti
pembalut, siklus haid: 28 hari, Teratur: konsistensi : Encer, HPHT: 8-2-2021,
Tafsiran Persalinan: 15-11-2021
4. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak ada penyakit seperti miom, kista ataupun infeksi menular
seksual lainnya
6. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya dan sudah menikah selama 1
tahun
7. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan KB
b) Pola aktivitas
Ibu mengatakan bahwa bekerja dari rumah(wfh)
c) Pola eliminasi
BAB : 1 x sehari
BAK : 4-5 kali sehari
d) Pola nutrisi
Makan : 3 x sehari (nasi, lauk pauk, sayur mayur dan buah-buahan)
Minum : 7-8 gelas / hari
2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Suhu tubuh : 36,7 0C
3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan sekarang : 42 kg
Berat badan sebelum hamil : 41 kg
Pertambahan berat badan :1 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 17,5 kg/m2
LILA : 20 cm
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
C. Analisis Data
Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent kepada ibu dan suami. Ibu setuju dan sudah
menandatangi informed consent
2. Menjelaskan kepada ibu dan suami tentang nutrisi pada ibu hamil yang harus
di penuhi agar tumbuh kembang janinnya sesuai dengan kehamilannya. Ibu
mengerti tentang kewajiban ibu hamil dalam memenuhi nutrisi untuk bayi
dalam kandungannya.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe dan kalsium 1x1 .
Diminum menjelang tidur, menggunakan air putih atau sari buah ,tidak
minum obat dengan susu atau teh,dan memberi tahu efek samping obat
diantaranya mual,warna bab agak hitam.Ibu mengerti .
4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi
seimbang seperti nasi , sayur mayur, lauk pauk , buah-buahan dan susu. Ibu
mengerti dan bersedia
5. Mengajurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.ibu
mengerti dan akan memeriksakan kehamilannya setiap bulan
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan sebelum tanggal
kembali. Ibu mengerti dan bersedia.
7. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Semua
hasil pemeriksaan telah di dokumentasikan.