Anda di halaman 1dari 3

 PEMBANGUNAN KESEHATAN BERBASIS PREVENTIF DAN PROMOTIF

Dipublikasikan Pada : Senin, 15 Maret 2010 06:31:10, Dibaca : 80.299 Kali


Kesehatan merupakan hak dasar/hak fundamental warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mewujudkan hal tersebut, sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025 dinyatakan untuk mewujudkan bangsa yang berdaya
saing, pembangunan nasional diarahkan untuk mengedepankan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas dan berdaya saing.

Hal tersebut disampaikan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH dalam Seminar Nasional
yang diselenggarakan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro dengan topik Strategi
Kesehatan Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan yang Berbasiskan Preventif dan Promotif
pada Sabtu (13/03/2010) di Semarang.

Untuk mewujudkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing, kata Menkes pembangunan kesehatan diarahkan
pada peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama
dengan pendidikan dan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga
diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang tangguh, produktif dan mampu bersaing untuk
menghadapi semua tantangan yang akan dihadapinya, ujar Menkes.

Menkes mengatakan, pembangunan kesehatan tahun 2005-2025 memberikan perhatian khusus pada penduduk
rentan, antara lain : ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga miskin. Adapun sasaran pembangunan kesehatan
pada akhir tahun 2014 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian
MDGs yang antara lain, yaitu 1) Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun ; 2) Menurunnya angka
kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup ; 3) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi
118 per 100.000 kelahiran hidup ; dan 4) Menurunnya prevalensi gizi kurang (gizi kurang dan gizi buruk) pada
anak balita menjadi lebih kecil dari 15%.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, dalam tiga dekade terakhir, berbagai
indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia menunjukkan adanya perbaikan. Umur Harapan Hidup
pada saat lahir meningkat menjadi 70,6 tahun, Angka Kematian Ibu menurun menjadi 228 per 100.000
Kelahiran Hidup, Angka Kematian Neonatal menurun menjadi 20 per 1.000 kelahiran Hidup, Angka Kematian
Bayi menurun menjadi 34 per 1.000 Kelahiran Hidup, serta Angka Kematian Anak Balita menurun menjadi 44
per 1.000 Kelahiran Hidup, ujar Menkes.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menghasilkan berbagai peta masalah kesehatan,
diantaranya: Berdasarkan gabungan hasil pengukuran Gizi Buruk dan Gizi Kurang menunjukkan bahwa
sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional sebesar
18,4%. Ini berarti, target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi
yang diproyeksikan sebesar 20%, dan target Millenium Development Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah
dapat dicapai pada 2007.

Menkes mengatakan, setiap hari dan dari hari ke hari, setiap individu, keluarga dan kelompok masyarakat
semakin tergantung pada pelayanan kesehatan dasar yang semakin kompleks. Pada fase kehidupan setiap
orang, mulai dari janin hingga usia lanjut, baik perempuan maupun laki laki, mempunyai risiko dan kebutuhan
kesehatan yang unik. Mereka semua bergantung pada berbagai upaya kesehatan, bukan saja untuk bertahan
hidup dari serangan penyakit mematikan (survival), untuk tumbuh dan berkembang secara fisik, emosional dan
intelektual (development), namun juga untuk memperoleh perlindungan kesehatan (protection) agar dapat
hidup sehat dan produktif.

Pada aspek penyediaan sarana pelayanan kesehatan, Pemerintah telah berhasil membangun Puskesmas di
setiap kecamatan, sampai saat ini telah terdapat 8.548 Puskesmas, 22.337 Puskesmas. Pembantu yang
didukung dengan 6711 Puskesmas keliling Roda 4 dan 858 Puskesmas Keliling Perahu/kapal. Di tingkat
masyarakat telah tumbuh berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sebagai wujud pemberdayaan
masyarakat yaitu sekitar 269.000 Posyandu, 52.000 Poskesdes dan 1000 Poskestren, ujar Menkes.

Menurut Menkes, pelayanan kesehatan dasar harus terselenggara atau tersedia untuk menjamin hak azasi
semua orang untuk hidup sehat. Penyelenggaraan atau penyediaan pelayanan kesehatan dasar ini harus secara
nyata menunjukkan keberpihakannya kepada kelompok masyarakat risiko tinggi termasuk didalamnya
kelompok masyarakat miskin. Bahkan lebih jauh lagi, ruang lingkup pelayanan kesehatan dasar tersebut harus
mencakup setiap upaya kesehatan yang menjadi komitmen komunitas global, regional, nasional maupun lokal.

Dr. Endang mengatakan, WHO Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care di Jakarta pada
Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan 'Primary Health Care Reforms'. Intinya
adalah reformasi 'universal coverage'; 'service delivery'; 'public policy' dan 'leadership'. Revitalisasi PHC akan
berdampak pada Puskesmas. Untuk itu, Kementerian Kesehatan sedang dalam proses melakukan Revitalisasi
Puskesmas untuk penetapan fungsi Puskesmas yang dapat menjawab arah kebijakan pembangunan kesehatan
yang mengutamakan promotif dan preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Menurut Menkes ada 4 fungsi Puskesmas yang sejalan dengan fokus pembangunan kesehatan yaitu sebagai
pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan masyarakat primer dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.

Sedangkan pendekatan pelaksanaannya melalui 3 level of prevention yaitu health promotion and specific
protection, early detection and prompt treatment,serta rehabilitation and disability limitation. Pada tingkatan
Puskesmas level 1 dan 2 yang lebih dominan, dimana untuk level 3 tetap dilaksanakan sesuai dengan
kompetensi dan fungsi Puskesmas. Sehingga perlu adanya dukungan pada tingkatan rujukan atau pelayanan
sekunder , dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit.

Berdasarkan aspek kelembagaan, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
dengan prinsip kewilayahan. Artinya Puskesmas bertanggung jawab pada satu wilayah atau sebagian wilayah
kecamatan. Hal ini untuk menjamin rantai kesisteman tetap dalam wilayah kabupaten/kota sesuai dengan
prinsip desentralisasi, ujar Menkes.

Dalam aspek pembiayaan, sebagai UPT Dinas Kabupaten/kota, sumber utama adalah dari APBD, akan tetapi
karena masih besarnya permasalahan kesehatan masyarakat maka Pemerintah akan memberikan subsidi
melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dipergunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan dan
manajemen di dalam maupun di luar gedung . Tujuannya untuk memberikan dukungan pelaksanaan kegiatan
dan manajemen Puskesmas dan jaringannya dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sementara dalam aspek sumber daya manusia akan dikeluarkan kebijakan tentang tenaga strategis yang
meliputi dokter, bidan, perawat, tenaga promosi kesehatan (yang mampu melakukan pemberdayaan
masyarakat), surveilans agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, kata Menkes.

Suksesnya pelaksanaan tugas Puskesmas perlu didukung jejaring rujukan dan pembinaan karena Revitalisasi
Puskesmas tidak akan berhasil tanpa penguatan kabupaten/kota baik dinas kesehatan maupun rumah sakit.
Puskesmas sebagai UPT kabupaten/kota mendapat pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan tugas
kabupaten/kota, tapi tidak berarti kabupaten/kota tidak mempunyai tugas sama sekali, ujar Menkes.

Menkes mengatakan pembangunan kesehatan tidak akan berhasil tanpa peran aktif dari semua pelaku
pembangunan kesehatan, termasuk semua jajaran baik insan Perguruan Tinggi maupun organisasi profesi,
termasuk Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Menkes berharap Perguruan Tinggi dan IAKMI dapat
berperan aktif dan berkontribusi positif dalam pembangunan kesehatan baik melalui masukan dan kajian
ilmiah, input tentang teknologi tepat guna, serta penyediaan SDM yang kompeten.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669,Call
Center: 021-30413700, atau alamat e-mail: puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id,
kontak@puskom.depkes.go.id.

Anda mungkin juga menyukai