BAB I
PENDAHULUAN
health coverage tahun 2019 baik dari aspek kepesertaan, pembiayaan, paket manfaat,
kesiapan fasilitas dan tenaga kesehatan, pengaturan sistem rujukan, Health
Technology Assessment (HTA), mendorong peran serta masyarakat dan sektor
swasta termasuk penguatan produksi farmasi dan alat kesehatan. Tantangan lain
terkait dengan perubahan struktur penduduk diikuti dengan transisi epidemiologi yang
mendorong peningkatan prevalensi dan kematian akibat penyakit menular dan tidak
menular termasuk new emerging desseases dan re emerging desseasses.
dan berbagai kebijakan pembangunan kesehatan kurun waktu lima tahun yang
merupakan pedoman sektor kesehatan, jajaran pemerintah, swasta dan masyarakat.
a. Landasan Idiil
Landasan idiil adalah Pancasila
b. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
3. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3);
setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
c. Landasan Operasional
1. Peraturan Perundang-undangan, meliputi :
a) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Djawa Barat
(Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Djawa Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
b) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembar Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
c) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
d) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN
kesehatan berikut rencana pencapaian target indikatornya selama kurun waktu lima
tahun.
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN
2.1.1. Geografi
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
Barat yang terletak di bagian Timur dan merupakan batas sekaligus sebagai pintu
gerbang Provinsi Jawa Barat, dan posisinya sangat strategis sebagai bagian dari jalur
lalu lintas darat Pantai Utara (Pantura) Jawa. Kabupaten Cirebon memiliki luas wilayah
990,36 km2., dengan posisi terletak diantara 06o 30’ sampai dengan 07o 00’ Lintang
Selatan (LS) dan diantara 108o 20’ sampai dengan 108 o 50’ Bujur Timur (BT).
Gambar 2.1
Peta Kabupaten Cirebon
2.1.2. Demografi
Gambaran umum demografi wilayah Kabupaten Cirebon, tercermin dari jumlah
penduduk Kabupaten Cirebon yang hingga akhir tahun 2018 mencapai 2.162.576 jiwa.
Penduduk laki-laki 1.095.984 jiwa dan perempuan 1.066.592 jiwa. Rata-rata kepadatan
penduduk 2.183 jiwa/km2.
dana sebesar 5,22% untuk kegiatan Dinas Kesehatan dan Rumah sakit, disamping
ada dana Hibah luar negeri dari Global Fund sebesar 0,07% dan sumber-sumber
lainnya sebesar 0,46%.
Persentase anggaran kesehatan lima tahun terakhir seperti tampak pada grafik di
bawah ini.
Grafik 2.1
Proporsi Anggaran Sektor Kesehatan di Kabupaten Cirebon
Tahun 2014 – 2018
16.00
15.69
15.00 15.17
14.64
14.00 13.92
13.67
13.00
12.00
2014 2015 2016 2017 2018
Grafik di atas menggambarkan bahwa alokasi anggaran untuk sektor kesehatan sudah
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari persentase alokasi anggaran untuk kesehatan
termasuk gaji sudah diatas 10%, meskipun setiap tahunnya terlihat fluktuatif. Untuk
mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar, maka Dinas Kesehatan beserta
jajarannya masih perlu melakukan negosiasi dan advokasi untuk membiayai program-
program kesehatan yang ada sehingga anggaran kesehatan diluar gaji bisa lebih dari
10% dari APBD Kabupaten Cirebon.
Tabel 2.1
Jenis Tenaga Kesehatan Berdasarkan Analisis Beban Kerja di
Kabupaten Cirebon Tahun 2018
KELEBIHAN/ JUMLAH
Pemangku/ Hasil
NO NAMA JABATAN KEKURANGAN Hasil
PNS ABK Pemangku +/-
*) ABK
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PERAWAT 0 498 559 -61
Perawat Ahli Pertama 50 50 0
Perawat Ahli Muda 14 14 0
Perawat Ahli Madya 13 13 0
Perawat Ahli Utama 0 0 0
Perawat Terampil 142 218 -76
Perawat Mahir 188 177 11
Perawat Penyelia 91 87 4
2 APOTEKER 0 4 59 -55
Apoteker Ahli Pertama 2 56 -54
Apoteker Ahli Muda 1 2 -1
Apoteker Ahli Madya 1 1 0
Apoteker Ahli Utama 0 0 0
3 BIDAN 0 462 691 -229
Bidan Pelaksana
23 13
Pemula 10
Bidan Pelaksana 133 378 -245
Bidan Pelaksana
49 51
Lanjutan -2
Bidan Penyelia 119 106 13
Bidan Ahli Pertama 55 59 -4
Bidan Ahli Muda 64 64 0
Bidan Ahli Madya 19 20 -1
Bidan Ahli Utama 0 0 0
4 DOKTER 0 87 174 -87
Dokter Ahli Pertama 32 120 -88
Dokter Ahli Muda 51 51 0
Dokter Ahli Madya 4 3 1
Dokter Ahli Utama 0 0 0
5 DOKTER GIGI 0 25 56 -31
Dokter Gigi Ahli
3 35
Pertama -32
Dokter Gigi Ahli Muda 16 15 1
Dokter Gigi Ahli Madya 6 6 0
Dokter Gigi Ahli Utama 0 0 0
6 NUTRISIONIS 0 31 61 -30
Nutrisionis Pelaksana 10 40 -30
Nutrisionis Pelaksana
11 11
Lanjutan 0
Nutrisionis Penyelia 7 7 0
Nutrisionis Ahli Pertama 1 1 0
Nutrisionis Ahli Muda 2 2 0
Nutrisionis Ahli Madya 0 0 0
Nutrisionis Ahli Utama 0 0 0
PENYULUH
7 KESEHATAN
MASYARAKAT 0 11 62 -51
Penyuluh Kesehatan
0 0
Masyarakat Pelaksana 0
Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Pelaksana 0 50
Lanjutan -50
Penyuluh Kesehatan
0 0
Masyarakat Penyelia 0
Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Ahli 4 5
Pertama -1
Penyuluh Kesehatan
5 5
Masyarakat Ahli Muda 0
Penyuluh Kesehatan
2 2
Masyarakat Ahli Madya 0
Penyuluh Kesehatan
0 0
Masyarakat Ahli Utama 0
PRANATA
8 LABORATORIUM
KESEHATAN 22 65 -43
Pranata Laboratorium
3 43
Kesehatan Pelaksana -40
Pranata Laboratorium
Kesehatan Pelaksana 15 14
Lanjutan 1
Pranata Laboratorium
3 3
Kesehatan Penyelia 0
Pranata Laboratorium
Kesehatan Ahli 1 5
Pertama -4
Pranata Laboratorium
0 0
Kesehatan Ahli Muda 0
Pranata Laboratorium
0 0
Kesehatan Ahli Madya 0
Pranata Laboratorium
0 0
Kesehatan Ahli Utama 0
9 SANITARIAN 0 66 75 -9
Sanitarian Pelaksana 11 19 -8
Sanitarian Pelaksana
13 13
Lanjutan 0
Sanitarian Penyelia 38 38 0
Sanitarian Ahli Pertama 3 4 -1
Sanitarian Ahli Muda 1 1 0
Sanitarian Ahli Madya 0 0 0
Epidemiologi
0 2
Kesehatan Penyelia -2
Epidemiologi
Kesehatan Ahli 0 7
Pertama -7
Epidemiologi
0 0
Kesehatan Ahli Muda 0
Epidemiologi
0 0
Kesehatan Ahli Madya 0
Berdasarkan hasil Analisis Beban Kerja data di atas dapat kita simpulkan
bahwa di Kabupaten Cirebon dari 15 jenis tenaga kesehatan, kebutuhan tenaga Bidan
paling tinggi dibandingkan tenaga kesehatan yang lainnya yaitu sebanyak 229 orang,
dokter umum sebanyak 87 orang, Epidemiologi sebanyak 62 orang, Administrasi
Kesehatan sebanyak 60 orang, Radiografer sebanyak 54 orang, Apoteker sebanyak
55 orang, Perekam Medis 54 orang, Pranata Laboratorium Kesehatan sebanyak
43 orang, Dokter Gigi sebanyak 31 orang, Asissten Apoteker 23 orang, Perawat Gigi
21 orang, Nutrisionis 30 orang, tenaga Perawat 61 orang dan tenaga Sanitarian hanya
9 orang. Walaupun kebutuhan tenaga Sanitarian hanya 9 orang akan tetapi
penyebaran tenaga kesehatan tersebut masih belum merata, itu disebabkan karena
ada Puskesmas yang memiliki dua tenaga kesehatan Sanitarian sementara di
Puskesmas lain ada yang belum memiliki tenaga Sanitarian.
Jika kita lihat dari kebutuhan tiap-tiap Puskesmas yang masih belum
memenuhi standar ketenagaan minimal untuk jenis tenaga dokter umum
(2 Puskesmas), tenaga dokter gigi (22 Puskesmas), tenaga kefarmasian
(18 Puskesmas), tenaga kesehatan masyarakat (26 Puskesmas), tenaga Sanitarian
(6 Puskesmas), tenaga gizi (13 Puskesmas), dan ahli teknik laboratorium medik
(6 Puskesmas).
Tabel 2.2
Keadaan dan Kebutuhan Tenaga Kesehatan per Puskesmas Berdasarkan
Permenkes No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
PEMENUHAN 5 PEMENUHAN 9
JENIS TENAGA JENIS TENAGA
No. NAMA PUSKESMAS
(Farmasi, Kesmas, KESEHATAN
Kesling, Gizi, ATLM) MINIMAL
1 Puskesmas Astanajapura Memenuhi Memenuhi
2 Puskesmas Astanalanggar Belum Memenuhi Belum Memenuhi
3 Puskesmas Tengahtani Belum Memenuhi Belum Memenuhi
4 Puskesmas Babakan Belum Memenuhi Belum Memenuhi
5 Puskesmas Beber Memenuhi Memenuhi
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Cirebon dalam hal
pendistribusian SDMK masih belum merata oleh karena itu sangat perlu adanya
perencanaan SDMK, antara lain distribusi, redistribusi, pemenuhan kebutuhan SDMK
secara riil sesuai dengan beban kerja organisasi, dan bahan perencanaan mutasi
pegawai dari unit yang berlebihan ke unit yang kekurangan.
B. Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar
dan/atau spesialistik. Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi klinik
pratama dan klinik utama. Klinik pratama merupakan Klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus. Sedangkan Klinik utama
Tabel 2.3
Klinik berdasarkan Jenis, Tempat dan MOU dengan BPJS
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2018
Jenis MOU dg
Kecamatan Puskesmas Nama Klinik Nama Penggungjawab
Klinik BPJS
Pratama Astanajapura Astanajapura KLINIK PRATAMA dr. EVAN WAHYUDY Ya
MULYA MEDIKA LADALA
Beber Beber KLINIK dr. MOCHAMAD TAUFIK
ARRAHMAN
MEDICAL
CENTRE
Ciwaringin Ciwaringin KLINIK PRATAMA dr. DEDY SETRIYADI Ya
INTAN
Dukupuntang Dukupuntang KLINIK PRATAMA dr. DIAN Ya
RAHMAT NUGRAHANINGSIH
Gempol Gempol KLINIK PRATAMA dr. SAMSUL QOMAR Ya
24 JAM PT.
INDOCEMENT
TUNGGAL
PRAKARSATbk.
Gunungjati Gunungjati KLINIK PRATAMA dr. KATIBI Ya
DUNIA MEDIKA
KLINIK PRATAMA dr. JOICE UNTARI, M.
KLAYAN SEHAT H.Kes
KLINIK PRATAMA dr. RIBUD ANGGORO Ya
SEHATI
Klangenan Klangenan KLINIK PRATAMA dr. TRIMARIA MUTIANA
AFISHA SUKARNA
KLINIK PRATAMA dr. H. BUDI SETIAWAN
ASSALAM SOENJAYA
Jemaras KLINIK PRATAMA dr. MASRINIH
JEMARAS SEHAT
Greged Kamarang KLINIK PRATAMA dr. ELI TOYIBAH
ALWAN
Weru Karangsari KLINIK PRATAMA dr. HUMIRAS ELY Ya
AZ-ZAHRA DARMA. S
KLINIK PRATAMA dr. SUHADI Ya
BUDI ASIH MED.
CEN.
KLINIK PRATAMA dr. RIA PRIHATINI
KECANTIKAN RIA
BEAUTY CENTER
KLINIK PRATAMA dr. FUAD ZAINUDIN
MEGU SEHAT
Karang Karangsembung KLINIK PRATAMA dr. ANA ARMAWATI Ya
Sembung AMANAH MEDIKA
Kedawung Kedawung KLINIK PRATAMA dr. DIAN ANDRIANI Ya
CAHAYA
KELUARGA
KLINIK PRATAMA
MUHAMMADIYAH dr. ALAMSYAH
LEMAHABANG Ya
KLINIK PRATAMA
PKU
MUHAMMADIYAH dr. ASEP ARIES
24 JAM SUDRAJAT
Susukan KLINIK PRATAMA
Susukan BAGUS dr. DEWIYANTI
Talun KLINIK PRATAMA
Detasemen C
Pelopor Satbrimob dr. NOVRIDA ANGGUN
Talun Polda Jabar FAUZIAH AAZIS
KLINIK PRATAMA dr. FEBRIANA
DOKTER ANDA KURNIASARI N.
KLINIK PRATAMA dr. FAUZI AGUNG
SEHAT SENTOSA NUGROHO Ya
dr. LUTHFIAH
Arjawinangun KLINIK
ARJAWINANGUN dr. MUCHAMMAD
Tegalgubug SEHAT JALALUDDIN MACHALLI
Tengahtani KLINIK PRATAMA
CENTRAL
Tengahtani MEDIKA dr. SHEILA NADIRA
Pabedilan KLINIK PRATAMA
KELUARGA dr. YADI SUPRIADI, M.
Pabedilan SEHAT Hkes
Jamblang KLINIK PRATAMA
Jamblang HIDAYAH MEDIKA dr. TOPAN WIBISANA
KLINIK PRATAMA
MUTIARA MEDIKA dr. SRI MULYATI
Depok KLINIK PRATAMA
Waruroyom BINTANG dr. SUHERNI Ya
KLINIK PRATAMA dr. LUTFIA PUTRI
BRAJA MEDIKA BASTIAN Ya
KLINIK PRATAMA dr. EKO FERDIANSYAH
QIANA MEDIKA SURYA AJI
Utama Ciledug Ciledung KLINIK UTAMA dr. M. HARIS, SpOG.
ANNISA
Gunungjati Gunungjati KLINIK UTAMA dr. MOHAMMAD
LMC LUTHFI,
KEMOTERAPI Sp.PD., FINASIM
DAN
HEMATOLOGI
CIREBON
Weru Karangsari KLINIK UTAMA dr. SIBLI, Sp.PD
MEGU MEDICAL
CENTRE
Kedawung Kedawung KLINIK UTAMA dr. MOEHAMAD IRFAN,
CIDENG MEDICAL Sp.OG. MARS
CENTER
KLINIK UTAMA dr. H. HERDI WIBOWO,
WIDARASARI Sp.OG., SH., M.Hkes
Pabuaran Pabuaran KLINIK UTAMA dr. KANDASER
SRI RATU SUMBAYAK, Sp., OG
KLINIK UTAMA dr. TAUFIQ
TMW MUHIBBUDDIN WALY.
Sp. PD
Sumber Sumber KLINIK UTAMA dr. ADHI MUHARROM
SUMBER Sp.P
MEDICAL
CENTER
Arjawinangun Tegalgubug KLINIK UTAMA dr. WAWIN WILMAN
SEHAT ABDULHADI, Sp.M
ANUGERAH
Jumlah Klinik di Kabupaten Cirebon tahun 2018 sebanyak 65 klinik yang terdiri
dari 9 (13,84%) klinik utama milik swasta dan 58 (86,6%) klinik pratama yang terdiri
dari 1 klinik milik Polres Ciribon, 1 klinik milik Brimob Den C, 1 klinik milik Kodim 0620
dan 55 klinik milik swasta.
Penyebaran klinik kesehatan di Kabupaten Cirebon masih belum merata yaitu
dari 40 kecamatan di Kabupaten Cirebon baru 28 Kecamatan yang memiliki klinik baik
pratama maupun utama, terlihat dari data diatas masih ada kecamatan yang belum
mempunyai klinik kesehatan sebanyak 28 kecamatan, akan tetapi dari 28 Kecamatan
tersebut ada yang berdekatan jaraknya dengan Rumah Sakit Umum Daerah ataupun
Puskesmas DTP yang buka 24 jam, sehingga pelayanan kesehatan tetap dapat
dilayani oleh tenaga kesehatan.
Menurut Permenkes No 46 tahun 2015 tentang akreditasi Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) termasuk didalamnya adalah klinik. Namun di Kabupaten
Cirebon akreditasi FKTP masih dalam proses pengakreditasian. Jadi dari 65 klinik di
Kabupaten Cirebon baru satu klinik kesehatan yang sedang dalam proses akreditasi
yaitu Klinik Dunia Medika, Kecamatan Gunungjati.
Sedangkan klinik yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dari 65 klinik ada
24 (36,9%) klinik yang sudah bekerjasama dan masih ada 41 klinik (63,1%) yang
belum bekerjasama.
C. Rumah Sakit
Selain upaya promotif dan preventif, upaya kuratif dan rehabilitatif merupakan
upaya yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut yang memberikan pelayanan
rujukan dari fasilitas pelayanan tingkat pertama terutama dalam upaya kuratif dan
rehabilitative. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Tahun 2018
terdapat 11 Rumah Sakit di Kabupaten Cirebon terdiri dari:
1. Rumah Sakit Pemerintah : RSUD Arjawinangun (BLUD kelas B) dan RSUD
Waled (BLUD kelas B)
2. Rumah Sakit Swasta : RS Mitra Plumbon (kelas B), RS Pertamina Cirebon (kelas
C), RS Sumber Waras (kelas B), RS Permata (kelas B), RS Universitas
Muhammadiyah Cirebon (kelas C) dan RS Sumber Hurip (kelas D).
3. Rumah Sakit Khusus : RS Paru Provinsi Jawa Barat (kelas B), RS Khusus Jantung
Hasna Medika (kelas B) , RSIA Khalisah (kelas C).
Tabel 2.4
Rumah Sakit Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur dan Ruangan Intensif Care
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2018
JUMLAH INTENSIF CARE
JML
JML JML TT JML TOTAL
NO NAMA RS RUANG
TT KELAS III HCU ICU NICU PICU ICCU INT
ISOLASI
CARE
RSUD 225 16
1 414 30 8 6 4 2 4
Arjawinangun (54,3 %) ( 3,8%)
RS Jantung 16 4
2 51 - - - - - 4
Hasna Medika (31,4 %) (7,8 %)
21 0
3 RSIA Khalisah 69 4 2 - - - -
(30,4 %) (0 %)
RS Mitra 105 24
4 331 6 11 6 13 5 -
Plumbon (31,7 %) (7,2%)
RS Paru Prov 56 5
5 113 - - 5 - - -
Jawa Barat (49,5 %) (4,5%)
35 12
6 RS Permata 144 - 2 2 2 2 6
(24,3 %) (8,3 %)
RS Pertamina 18 3
7 100 3 1 2 1 - -
Cirebon (18%) (3%)
RS Sumber 36 0
8 78 1 - - - - -
Hurip (35,8%) ( 0%)
11
RS Sumber 54
9 206 5 4 5 4 - 2 (5,3 %)
Waras (26,2 %)
72 1
10 RS UMC 122 2 2 1 - - -
(59,0 %) (0,82%)
165 19
11 RSUD Waled 267 6 - 6 9 4 -
(73, 2%) (7,1 %)
JUMLAH 1895 803 53 30 33 33 13 16 95
dari ICU : 33 TT, NICU : 33 TT, PICU : 13 TT , ICCU : 16 TT. Berarti jumlah intensive
care sudah sesuai yaitu 7,1 %. Tetapi dalam pelayanan rujukan yang memerlukan
intensif care terutama ICU, NICU dan PICU di rumah sakit sering terkendala ruangan
penuh karena jumlah pasien yang memerlukan intensif care tidak sebanding dengan
ketersediaan sarana intensif care di rumah sakit.
Jumlah TT kelas III idealnya di RS Pemerintah : minimial 30 % dan di RS
Swasta : minimal 20 % dari TT keseluruhan RS. Jumlah TT kelas III di RS Kabupaten
Cirebon sudah sesuai, adapun rinciannya sebagai berikut :
1. Jumlah total TT kelas III di RS PemKab : 421 dari 693 TT di RS PemKab (60,7%)
2. Jumlah total TT kelas III di RS PemProv : 56 dari 112 TT di RS PemProv (50%)
3. Jumlah total TT kelas III di RS Swasta : 288 dari 1110 TT di RS Swasta (25,9%)
Tabel 2.5
Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan dan Status Kelas
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2018
M
MOU
WILA PEMI AKREDITASI/ ALAMAT
NO NAMA RS JENIS KELAS DGN
YAH LIK TAHUN (Kecamatan)
BPJ
S
RSUD
1 Pem
Barat Umum B Paripurna/2017 Arjawinangun
1 Arjawinangun Kab Ya
RS 2Jantung
Barat Swasta Jantung B Khusus Paripurna/2017 Palimanan
2 Hasna Medika Ya
3 Ibu dan
RSIA Khalisah Barat Swasta C Khusus Perdana/2017 Palimanan
3 Anak Ya
RS 4Sumber
Barat Swasta Umum B Paripurna/2017 Ciwaringin
4 Waras Ya
RS 5Mitra
Tengah Swasta Umum B Paripurna/2018 Plumbon
5 Plumbon Ya
6
RS Permata Tengah Swasta Umum B Utama/2018 Kedawung
6 Ya
RS 7Paru Prov PemPr
Tengah Paru B Khusus Paripurna/2017 Sumber
7 Jawa Barat ov Ya
RS 8Sumber
Tengah Swasta Umum D Perdana/2018 Sumber
8 Hurip Ya
9
RS UMC Timur Swasta Umum C Perdana / 2018 Astanajapura
9 Ya
1 PemKa
RSUD Waled Timur Umum B Paripurna/2016 Waled
10 b Ya
RS Pertamina
11 Utara Swasta Umum C Paripurna/2016 Gunungjati
Cirebon Ya
rujukan di era JKN dilaksanakan berjenjang berdasarkan kelas RS. Berbagai faktor
tersebut dapat menyebabkan timbulnya permasalahan dalam pelayanan rujukan di
Kabupaten Cirebon sehingga diupayakan system regionalisasi rujukan yang seoptimal
mungkin untuk memenuhi pelayanan rujukan bagi masyarakat.
Tabel 2.6
Strata Posyandu Per Puskesmas di Kabupaten Cirebon
Tahun 2018
14 Gembongan - 16 7 3 26 10
15 Gempol - 19 6 1 26 7
16 Gunungjati - 8 32 16 56 48
17 Jagapura - 27 4 1 32 5
18 Jemaras - 3 17 6 26 23
19 Kalibuntu - 25 8 2 35 10
20 Kalimaro - 14 6 2 22 8
21 Kaliwedi - 22 21 1 44 22
22 Kamarang - 20 13 2 35 15
23 Karangsari - 62 11 5 78 16
24 Karangsembung - - 2 45 47 47
25 Kedaton - 17 45 3 65 48
26 Kedawung - 7 37 16 60 53
27 Klangenan - 27 11 2 40 13
28 Kubangdeleg - - 31 12 43 43
29 Losari - 13 19 2 34 21
30 Lurah - 4 26 14 44 40
31 Mayung - 8 6 10 24 16
32 Mundu - 18 19 7 44 26
33 Nanggela - 21 10 2 33 12
34 Pabuaran - 28 17 1 46 18
35 Pamengkang - 14 15 4 33 19
36 Pangenan - 27 16 4 47 20
37 Pangkalan - 14 2 5 21 7
38 Panguragan - 44 10 2 56 12
39 Pasaleman - - 31 2 33 33
40 Plered - 19 16 8 43 24
41 Plumbon - 4 42 18 64 60
42 Sedong - 24 25 4 53 29
43 Sendang - - 25 6 31 31
44 Sidamulya - 14 6 6 26 12
45 Sindanglaut - 29 34 5 68 39
46 Sumber - - 28 6 34 34
47 Suranenggala - 35 10 2 47 12
48 Susukan - 42 13 1 56 14
49 Susukan Lebak - 16 27 5 48 32
50 Talun - 45 14 4 63 18
51 Tegalgubug - 33 34 14 81 48
52 Tersana - 22 9 2 33 11
53 Waled - 19 11 2 32 13
54 Wangunharja - 27 17 2 46 19
55 Waruroyom - 26 29 19 74 48
56 Watubelah - 19 35 12 66 47
57 Winong - 14 8 1 23 9
JUMLAH - 1.123 1.097 398 2.618 1.495
Grafik 2.2
Persentase Strata Posyandu Tahun 2016-2018
48.64
42.85 43.16 42.9 41.9
37.94
13.42 15.2
8.82
5.17
0 0
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung
dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sedangkan sasaran utama adalah
kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.
Wadah pelaksanaan posbindu adalah Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi
dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau
di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam
jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub
olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian
yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan
yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan
sarana dan tenaga yang ada.
Di Kabupaten Cirebon, Posbindu PTM mulai terbentuk pada tahun 2013, diawali
dengan pelatihan kader untuk 5 Puskesmas terpilih. Setiap Puskesmas membentuk 3
Posbindu PTM, sehingga pada tahun 2013 sudah terbentuk 15 Posbindu PTM dengan
75 kader terlatih (masing-masing Posbindu 5 kader). Semula Kegiatan PTM masuk
dalam tupoksi Seksi Surveilans, tetapi pada tahun 2016, ada perubahan SOTK baru
sesuai dengan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 61 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Cirebon, dimana PTM menjadi seksi baru
dengan nama Seksi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa. Sampai tahun 2018 telah terbentuk 225 posbindu PTM yang tersebar
di 40 kecamatan. Kecamatan yang paling banyak memiliki posbindu PTM adalah
Waled (Puskesmas Cibogo) dan Palimanan (Puskesmas Palimanan) yaitu 14
posbindu PTM, sedangkan kecamatan yang paling sedikit memiliki posbindu PTM
adalah Kecamatan Talun (Puskesmas Ciperna) dan Kecamatan Kapetakan
(Puskesmas Kedaton) dengan 1 posbindu PTM. Jumlah kader terlatih di posbindu
PTM sampai dengan 2018 sebanyak 908 orang.
Adapun sarana Posbindu PTM berupa posbindu kit, sampai dengan tahun
2018 telah ada 79 posbindu kit yang tersebar di 225 posbindu PTM. Idealnya setiap
posbindu PTM memiliki posbindu kit. Melihat kondisi tersebut dapat dihitung
perbandingan posbindu kit dengan posbindu PTM di Kabupaten Cirebon yaitu 1 : 3
artinya 1 posbindu kit rata-rata dipakai di 3 posbindu PTM.
7. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga di desa
atau kelurahan.
Atas dasar kriteria atau indikator Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di atas, maka
perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,
sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau strata sebagai berikut:
1. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama
2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya
3. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama
4. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.
Tabel 2.7
Strata Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Grafik 2.3
Strata Desa/Kelurahan Siaga Aktif
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2018
250 51,18%
51,17%
200
35,38% 34,20%
Data dalam %
150
100
9,9%
50 6,37% 3,06% 4,72%
0
Pratama Madya Purnama Mandiri
2017 234 150 27 13
2018 217 145 42 20
Grafik 5 menunjukkan bahwa lebih dari 50% desa di Kabupaten Cirebon pada
tahun 2018 adalah desa siaga aktif dengan strata pratama, sedangkan untuk strata
madya sebesar 34,20%, strata purnama sebesar 9,9% dan strata mandiri sebesar
4,72% dan jika dikumulatifkan sebesar 48.82% artinya target tahun 2018 dengan
jumlah desa siaga aktif strata madya sebesar 50% belum tercapai, masih ada
kesenjangan sekitar 1,18%.
Grafik 2.5
Proporsi Ketersediaan Item dan Jumlah Obat
Tahun 2015 - 2018
120
percentage (%)
100
80
60
40
20
0
Ketersediaan jumlah obat diatas 100
Jenis item obat
%
Th. 2015 92.22 41.11
Th. 2016 100 65
Th. 2017 100 60.07
Th. 2018 100 57.55
Dilihat dari ketersediaan item obat yang dibutuhkan, sudah mencapai 100%,
akan tetapi dari sisi jumlahnya masih belum mencapai angka 100 %, artinya bahwa
semua item obat yang dibutuhkan dapat terpenuhi 100% akan tetapi jumlahnya masih
kurang dari 100%.
Grafik 2.6
Proporsi Ketersediaan 20 Jenis Obat Indikator di Puskesmas
Tahun 2016 - 2018
Th. 2017
86,83
Dilihat dari data ketersediaan obat untuk 20 jenis obat indikator terlihat dari
tahun ke tahun selalu meningkat, tetapi belum mencapai 100%. Hali ini disebabkan
karena ada beberapa jenis obat yang tidak berhasil dalam pengadaan karena
ketidaksanggupan rekanan E-Purchasing dalam memenuhi pesanan.
Grafik 2.7
Trend Peningkatan Jumlah Peserta PBI Daerah Tahun 2016-2019
350,000
300,000 304,649
250,000
213,645
200,000
184,934
150,000
JUMLAH PESERTA
112,679
100,000 PBI DAERAH
61,681 63,404
50,000
0
Des-2016 Jan-17 Mei-2017 Sep-17 Des-2017 Des-2018
Berdasarkan angka capaian UHC pada tahun 2018 tersebut di atas, maka
masih terdapat jumlah penduduk yang belum mendapatkan jaminan kesehatan yaitu
sebanyak 3,92% walaupun dari angka ini tidak semua penduduk berkatogori miskin
dan tidak mampu. Selanjutnya dari jumlah penduduk yang berkatagori miskin dan tidak
mampu tersebut yang belum memiliki jaminan pelayanan kesehatan diberikan
kesempatan untuk mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh Kepala
Desa setempat.
Pada tabel dibawah ini dapat kami gambarkan pelayanan pasien Jamkesda
dengan menggunakan SKTM dari Tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 yang dirinci
berdasarkan tempat pelayanan kesehatan, jumlah pasien dan jumlah anggaran yang
dipergunakan untuk membayar biaya pelayanan kesehatan di masing-masing jenis
sarana pelayanan kesehatan.
Adapun rinciannya untuk masing-masing sarana pelayanan adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.8
Rekapitulasi Klaim
Pelayanan Jamkesda dengan SKTM Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
Periode Tahun 2016-2018
bila dibandingkan pada tahun 2016 sebesar 71,43 tahun, akan tetapi masih lebih
rendah bila dibandingkan dengan AHH Propinsi Jawa Barat.
ibu sebanyak 799 orang. Angka Kematian Ibu tertinggi di Kabupaten Karawang
(131,4/100.000KH) dan terendah di Kota Bekasi (23,4/100.000KH).
Berdasarkan pelaporan puskesmas jumlah kematian ibu maternal (ibu hamil,
melahirkan dan ibu nifas) di Kabupaten Cirebon sangat fluktuatif, berikut dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.9
Jumlah Kematian Ibu maternal dan Kelahiran Hidup di Kabupaten Cirebon
Tahun 2014 – 2018
Penyebab kematian ibu pada tahun 2018 yang tertinggi adalah disebabkan
Eklamsia 40%, kemudian diikuti oleh perdarahan sebesar 20%, jantung 14%, Infeksi
3%, DM 3% dan sisanya lain-lain sebesar 20% yang terdiri dari Emboli air ketuban,
Lupus, Oedem Paru, HIV dan Pnemonia. Berdasarkan pendidikan ibu yang terbanyak
adalah SMP 44%, kemudian diikuti oleh pendidikan SMU 32%, SD 20% dan perguruan
tinggi 4%. Bila dilihat umur ibu yang terbanyak adalah 20-34 tahun 71%, kemudian
diikuti umur > 35 tahun 20% dan < 20 tahun 9%. Sedangkan bila ditinjau dari masa/
fasenya kematian ibu, yang terbesar yaitu kematian pada ibu nifas (42,9%) kemudian
ibu hamil (34,3%) dan ibu bersalin (22,9%).
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 mengalami
peningkatan angka kematian ibu, tapi secara umum / keseluruhan dari tahun 2014 s/d
tahun 2018 angka kematian ibu menurun secara signifikan yaitu 102,7 per 100.000 kh
pada tahun 2014 menurun menjadi 73,3 per 100.000 kh pada tahun 2018. Penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut merupakan indikator dari keberhasilan atas upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Adapun upaya yang
telah dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan melalui ANC terpadu, Konsultatif Dokter spesialis kebidanan dan Anak.
Serta pengawasan yang rutin dan berkelanjutan terhadap sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan ibu dan bayi melalui penyeliaan fasilitatif rujukan, klinis dan
pembinaan sedulure PONED. Adapun upaya yang dilakukan masyarakat adalah
melalui keterlibatan masyarakat dalam tim penanggulangan komplikasi kebidanan dan
bayi baik ditingkat kecamatan maupun desa, adanya forum motivator KIA yang
merupakan dari unsur masyarakat.
Penyebab kematian ibu sudah mengalami pergeseran, dimana dulu penyebab
tertinggi selalu didominasi oleh perdarahan tetapi sekarang didominasi oleh penyebab
eklamsia/hipertensi dalam kehamilan, dapat dilihat dari data diatas penyebab oleh
eklamsia sebesar 40% dibandingkan perdarahan yang hanya sebesar 20%. Pola
pergeseran penyebab kematian ibu ini menunjukkan adanya perbaikan baik sarana
maupun prasarana, sistem rujukan serta kesiapan/ketanggapan petugas kesehatan
dalam penanganan kasus perdarahan sehingga kasus perdarahan bisa tertolong.
Adapun fenomena meningkatnya kasus eklampsia/hipertensi dalam kehamilan
disebabkan antara lain dipicu oleh stres karena faktor ekonomi yang kurang, tingkat
pengetahuan ibu tentang kesehatan kurang (pendidikan ibu yang meninggal rata-rata
sekolah dasar) dan faktor pencetus terjadinya hipertensi dalam kehamilan cukup tinggi
(multipara).
sebesar 3.072 kematian bayi. Proporsi Kematian Bayi pada tahun 2017 di Jawa
Barat sebesar 3,4/1.000 KH, menurun 0,53 point disbanding tahun 2016 sebesar
3,93/1.000KH. Dari kematian bayi sebesar 3,4/1.000KH, terdapat angka kematian
neonatal (bayi berumur 0-28 hari) sebesar 3,1/1.000KH atau 84,63% kematian bayi
berasal dari bayi usia 0-28 hari, dengan demikian disarankan dalam penanganan
AKB lebih difokuskan pada Bayi Baru Lahir. Angka Kematian Bayi sebesar
3,4/1.000KH sudah melampaui target MDGs yang pada tahun 2015 harus sudah
mencapai 17/1.000KH. Angka Kematian Bayi tertinggi ada di Kota Banjar sebanyak
13,07/1.000KH, sedangka yang terendah di Kota Tasikmalaya sebesar
0,58/1.000KH.
Kematian Bayi di Kabupaten Cirebon pada tahun 2017 sebesar 3,9/1.000KH
masih berada di atas rata-rata Jawa Barat.
Tabel 2.10
Jumlah Kematian Bayi, Lahir Hidup dan Angka Kematian Bayi
Tahun 2014-2018
Pneumonia Diare
1% Lain lain
1%
14%
Kel. Bawaan BBLR
7% 36%
Sepsis
1%
Asfiksia
40%
Tabel 2.11
Jumlah Kematian Balita, Lahir Hidup dan Angka Kematian Balita
Tahun 2014-2018
Tabel 2.12
Prevalensi Status Gizi Balita Menurut Tiga Indikator
dari Bulan Penimbangan Balita (BPB)
di Kabupaten Cirebon Tahun 2014-2018
Grafik 2.9
Jumlah Balita dengan Status Gizi Sangat Kurus Berdasarkan
Standar BB/TB di Kabupaten Cirebon Tahun 2014-2018
0.2
0.17
0.15 0.16
0.14 0.12 0.13
0.1
0.05
0
2014 2015 2016 2017 2018
masalah kronis maupun akut, bila dibiarkan lama dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak. Termasuk dalam kategori status gizi berdasarkan indeks
Berat Badan menurut Umur (BB/U) dengan Z-Score kurang dari -2 Standar Deviasi
(kurang).
Situasi KLB penyakit menular non PD3I yang terjadi pada tahun 2018
diantaranya Chikungunya (45 KLB), Filariasis (7 KLB), Diare (1 KLB), HFMD (1 KLB),
flu burung (2 KLB) positif di unggas dan keracunan makanan (35 KLB). Kebiasaan
masyarakat memelihara unggas di sekitar rumah yang tidak sehat berpotensi
munculnya kasus flu burung (Avian Influenza). AI terdeteksi positif pada unggas hasil
rapid tes, sampai laporan dibuat tidak ditemukan kasus flu burung pada manusia.
Distribusi dan frekwensi KLB keracunan makanan di Kabupaten Cirebon berpotensi
terus meningkat, hasil investigasi diketahui penyebab keracunan makanan adalah
makanan sea food dan makanan olahan masyarakat.
maupun sebaran wilayahnya. Hal ini tidak terlepas dengan adanya kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan semakin banyak yaitu meliputi mobile klinik VCT (Voluntary
Conceling Test) dan klinik statik VCT di sarana kesehatan yang telah di Set Up untuk
pelayanan HIV dan IMS. Jumlah kumulatif kasus HIV sampai dengan tahun 2018
sebanyak 1.812 kasus, penemuan baru kasus HIV tahun 2015 sebanyak 170 kasus
dari sampel yang diperiksa 19.449, tahun 2016 sebanyak 129 kasus dari sampel
diperiksa 6765, tahun 2017 ditemukan kasus baru 206 dari sampel yang diperiksa
sebanyak 13.989, tahun 2018 ditemukan kasus baru 278 kasus dari sampel yang
diperiksa 32.907.
Salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yaitu pneumonia memiliki
kecenderungan penemuan kasus yang fluktuatif selama periode tahun 2015 sampai
dengan tahun 2018. Pada tahun 2015 penemuan kasus pneumonia pada balita
mencapai 13.725 jiwa, menurun menjadi 11.755 jiwa di tahun 2016, kemudian
meningkat lagi di tahun 2017 sebanyak 15.163 jiwa dan tahun 2018 penemuan kasus
pneumonia pada balita kembali turun menjadi 11.281 jiwa. Tahun 2017 menjadi tahun
tertinggi untuk penemuan kasus, sedangkan tahun 2018 menjadi tahun terendah untuk
penemuan kasus pneumonia pada balita. Bila dibandingkan dengan target penemuan
kasus pneumonia pada balita, maka capaian tahun 2015 dan 2016 belum memenuhi
target sebesar 86%. Capaian tahun 2015 baru sebesar 26,6% sedangkan tahun 2016
baru sebesar 50,5%. Ditahun 2017 dan 2018, perkiraan penderita pneumonia balita
mengalami perubahan dari 10% menjadi 4,62%. Perubahan pada perkiraan penderita
pneumonia balita menyebabkan capaian penemuan kasus pada tahun 2017 dan 2018
mencapai target sebesar 85%. Capaian tahun 2017 sebesar 120,28% sedangkan
tahun 2018 sebesar 112,9%.
Penyakit diare selain sebagai penyebab kematian juga merupakan penyakit
yang paling sering diderita oleh bayi dan balita di Kabupaten Cirebon. Cakupan
pelayanan diare semua umur sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 mengalami
trend penurunan. Di tahun 2016 cakupan pelayanan diare mencapai 151,1% menurun
menjadi 138,8% di tahun 2017 dan terus menurun menjadi 75,5% di tahun 2018.
Selama periode tahun 2015 sampai dengan 2018 terjadi penurunan pada jumlah
penderita diare yang memeriksakan diri ke Puskesmas. Adapun jumlah penderita diare
yang memeriksakan diri ke Puskesmas berturut– turut sejak tahun 2015 sampai tahun
2018 adalah 75,989 jiwa, 74.674 jiwa, 67.540 jiwa, dan 45.778 jiwa.
Tabel 2.13
10 Besar Penyakit di Puskesmas di Kabupaten Cirebon Tahun 2018
dapat menjalani persalinan yang aman, dan sehat dan baik untuk ibunya maupun
bayinya, mendeteksi dan mengantipasi secara dini kelainan kehamilan dan kelainan
janin. Pelayanan kesehatan ibu hamil (K1) di Kabupaten Cirebon tahun 2018 telah
mencapai 106,6%. Pencapaian pelayanan kesehatan ibu hamil K4 tahun 2018
sebesar 104%. Capaian ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya
mencapai 94,9%.
Pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2018
sebesar 101,1% sudah mencapai target (91,5%). Bila dilihat trendnya dari tahun 2017
hingga tahun 2018 trendnya mengalami peningkatan sebesar 7,5%. Meskipun
persalinan nakes mencapai target tetapi persalinannya masih ada yang ditolong oleh
dukun paraji sebanyak 9 ibu bersalin. Capaian cakupan kunjungan nifas pada tahun
2018 untuk KF3 sebesar 100% sudah mencapai target (91,5%). Bila dilihat trendnya
dari tahun 2017 ke tahun 2018 trendnya mengalami peningkatan sebesar 6,8%.
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan satu intervensi untuk
mencegah terjadinya anemia pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya ibu hamil
mulai mengkonsumsi TTD sejak konsepsi sampai akhir trimester III. Indikator ini
sebagai evaluasi kinerja apakah TTD sudah diberikan kepada seluruh sasaran. Dan
targetnya untuk 2018 adalah sebesar 97,5%. Dari 50.176 ibu hamil pada 2018
sebanyak 50.147 ibu hamil (99,94%) sudah mendapatkan TTD sebanyak 90 tablet dan
meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari 6.314 bumil KEK yang ditemukan pada tahun 2018, baru 4.437 (70,27%)
bumil KEK yang mendapatkan PMT baik dari APBD, BOK, maupun APBN. Bila
dibandingkan dengan tahun 2016 dan 2017 ada peningkatan jumlah ibu hamil KEK
yang diberi PMT.
Pemberian TTD pada remaja putri usia 12-18 tahun sebagai upaya
pencegahan anemia sejak dini.pemberian TTD rematri yang diikuti KIE gizi dan
kesehatan diharapkan akan memperbaiki masalah-masalah pada periode berikutnya,
termasuk masalah stunting. Dari 98.538 remaja putri pada tahun 2018 seluruhnya
mendapatkan TTD rematri dan 60.374 (61,27%) meminum TTD yang diberikan.
Ibu nifas membutuhkan vitamin A karena pada saat proses melahirkan telah
kehilangan sejumlah darah sehingga berisiko mengalami kekurangan vitamin A.
Pemberian vitamin A dapat membantu menurunkan angka kematian pada ibu dan
bayi, mengurangi penyakit infeksi pasca persalinan, mempercepat proses pemulihan
dan mencegah anemia. Sebanyak 48.641 (96,4% dari 50.460) ibu nifas mendapatkan
kapsul vitamin A pada tahun 2018.
Pencapaian cakupan kontrasepsi CU/PUS atau KB Aktif pada tahun 2018
sebesar 78,1% sudah mencapai target (75%). Bila dilihat trendnya dari tahun 2017 ke
tahun 2018 trendnya mengalami penurunan sebesar 0,3%. Sedangkan capaian
cakupan KB Pasca Salin pada tahun 2018 sebesar 78,1% belum mencapai target
(100%) jadi masih ada kesenjangan sebesar 21,9%. Bila dilihat trendnya dari tahun
2017 ke tahun 2018 trendnya mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar
13,1%.
Pelayanan kesehatan bayi merupakan pelayanan kesehatan pada bayi yang
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi minimal 4 (empat)
kali kunjungan selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan, yaitu satu kali umur
29 hari – 3 bulan, satu kali pada umur 3 – 6 bulan, satu kali umur 6 – 9 bulan dan satu
kali umur 9 – 11 bulan. Cakupan kunjungan Neonatal (KN1) tahun 2018 sudah
mencapai target, bila dilihat dari trendnya tahun 2017 ke 2018 mengalami kenaikan
sebesar 3,26. Dari tabel diatas dapat dilihat Cakupan kunjungan Neonatal Lengkap
( KN Lengkap) tahun 2018 sudah mencapai target, bila dilihat dari trendnya tahun 2017
ke 2018 mengalami kenaikan sebesar 4,18. Bila dilihat dari target SPM (KN Lengkap:
100%) belum mencapai target. Cakupan Kunjungan Bayi tahun 2018 sudah melebihi
target, dari jumlah sasaran bayi 48.057 yang mendapatkan pelayanan paripurna
minimal 4 kali dalam setahun sesuai standar adalah sebanyak 49.038 bayi. Cakupan
Kunjungan Balita tahun 2017 sebesar 99,04% sedangkan tahun 2018 sebesar
102,31% cenderung meningkat sebesar 3,27%.
Pada tahun 2018 terdapat 7.424 keluarga yang termasuk ke dalam kategori
rawan kesehatan. Target keluarga yang dibina pada tahun 2018 adalah 80%. Keluarga
rawan yang dibina sejumlah 7.573 keluarga, sehingga cakupan keluarga rawan
kesehatan yang dibina pada tahun 2018 adalah 102%, dengan frekuensi kunjungan 5
kali sampai 6 kali kunjungan. Dari 7.573 keluarga yang dibina pencapaian kemandirian
keluarga sudah cukup baik yaitu sebanyak 5.741 keluarga (75.80%) mencapai
Keluarga Mandiri III, dan pencapaian Keluarga Mandiri IV yaitu 1.832 keluarga
(24,1%). Hal ini memperlihatkan bahwa sebenarnya sebagian keluarga yang dibina
telah mampu dan memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk mengatasi masalah
laboratorium di Puskesmas belum mencapai target yaitu 20% dari seluruh kunjungan
rawat jalan di Puskesmas.
Secara Geografis Kabupaten Cirebon merupakan dari daerah pegunungan
dan daerah pantai utara memiliki 18 aliran sungai besar yang bermuara di wilayah
pantai. Dengan kondisi tersebut menjadikan setiap kecamatan di Kabupaten Cirebon
berpotensi mengalami bencana yang memerlukan upaya penanggulangan. Kondisi ini
diperparah dengan kurang baiknya drainase, pendangkalan sungai, kerusakan tebing
sungai dan lain-lain. Potensi bencana di Kabupaten Cirebon berdasarkan penilaian
analisis resiko bencana adalah banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan
kedaruratan konflik sosial.
Selain kondisi alam, Kabupaten Cirebon juga memiliki jalan raya pantura
sepanjang 91 KM dan merupakan jalur yang sering dilalui oleh kendaraan - kendaraan
dari daerah - daerah di pulau Jawa. Kabupaten Cirebon juga memiliki jalur perlintasan
kereta api sehingga banyak jalan yang dilewati kereta api, yang tidak dijaga dan
dilengkapi palang pintu perlintasan kereta api yang beresiko menimbulkan kecelakaan.
Dengan kondisi tersebut membuat mobilitas kendaraan cukup tinggi ditambah lagi
pada situasi lebaran, natal dan tahun baru dimana ada tradisi mudik / balik ke kampung
halaman dan berpotensi terjadinya masalah kesehatan baik kecelakaan, penularan
penyakit, maupun masalah kesehatan lainnya.
Situasi matra lainnya yang sering dihadapi adalah situasi khusus kegiatan-
kegiatan rutin pemerintah daerah, peringatan Hari Besar Nasional, event olah raga,
dan kegiatan lainnya dimana terjadi pengumpulan massa yang beresiko timbulnya
masalah kesehatan baik cedera maupun penyakit yang akan ditimbulkan.
Untuk mengantisipasi dampak yang diakibatkan dari situasi diatas, maka
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon telah melakukan upaya-upaya kegiatan untuk
menangani masalah kesehatan yang ditimbulkan antara lain mendirikan pos – pos
pelayanan kesehatan pada situasi bencana maupun situasi lebaran, natal dan tahun
baru, dan memberikan pelayanan P3K dan Kegawatdaruratan pada situai khusus.
Target penemuan mata yang menderita katarak baru mencapai 9.526 mata
(44,37%) dari target 21.465. Sedangkan untuk penanganan katarak atau dalam hal ini
adalah operasi katarak dari 9.526 mata katarak baru 760 mata yang tercatat sudah
dilakukan operasi (7,97%). Hal ini disebabkan karena tidak semua penderita katarak
yang ditemukan itu dalam keadaan matur dan dapat dilakukan tindakan operasi.
Faktor kesehatan penderita katarak juga mempengaruhi dapat atau tidak dilakukan
tindakan operasi. Dan masih banyak faktor yang menyebabkan angka penanganan
katarak masih cukup rendah.
Pada tahun 2016 – 2018 dilaksanakan kegiatan-kegiatan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dengan outputnya adalah angka Indeks
Keluarga Sehat (IKS). Sampai dengan tahun 2018 IKS Kabupaten Cirebon hanya
mencapai 0,168, masih jauh dari harapan yaitu minimal 0,8. Masyarakat Kabupaten
Cirebon baru 16,80% yang masuk kategori keluarga sehat dengan penilaian indikator
sebagai berikut :
1. Keluarga mengikuti program KB : 44,30%
2. Ibu bersalin di fasyankes : 88,10%
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap : 96,10%
4. Bayi mendapat ASI eksklusif : 87,16%
5. Balita mendapatkan pemantauan tumbuh kembang : 94,05%
6. Penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar : 32,75%
7. Penderita hipertensi berobat secara teratur : 27,85%
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan :
14,10%
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok : 39,50%
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN : 50,39%
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih : 96,26%
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat : 93,11%
akreditasi pada tahun 2016 sebanyak 9 Puskesmas dengan hasil terakreditasi Utama
1 (satu) Puskesmas, terakreditasi Madya 3 (tiga) Puskesmas dan terakreditasi Dasar
5 (lima) Puskesmas. Pada survei tahun 2017 sebanyak 19 Puskesmas dengan hasil
terakreditasi Utama 9 (sembilan) Puskesmas, terakreditasi Madya 7 (tujuh)
Puskesmas dan terakreditasi Dasar 3 (tiga) Puskesmas. Pada tahun 2018 terjadi
peningkatan pencapaian status akreditasi yaitu dari 20 Puskesmas yang dilakukan
survei ada 2(dua) Puskesmas terakreditasi Paripurna, 6 (enam) Puskesmas
terakreditasi Utama, dan 12 (duabelas) Puskesmas terakreditasi Madya. Pada tahun
2018 terdapat 56 klinik yang semuanya belum terakreditasi baik klinik pratama
maupun klinik utama.
Penilaian Puskesmas berprestasi pada tahun 2015 dilakukan penilaian tingkat
Provinsi Jawa Barat dengan hasil Juara 2 kategori Puskesmas Perdesaan yaitu
Puskesmas Beber, sedangkan tahun 2017 penilaian tingkat Provinsi Jawa Barat
mencapai Juara Harapan 1 kategori Puskesmas Perdesaan yang diperoleh
Puskesmas Gebang.
Call Center SICERIA (Sistem Informasi Cirebon Eman Rakyat, Ibu lan Anak)
dibentuk sebagai sarana call center rujukan khususnya kegawatdaruratan terutama
kasus maternal neonatal, yang sudah berjalan sejak akhir tahun 2015. Call Center
SICERIA untuk menyelenggarakan pelayanan informasi kesehatan dalam
memfasilitasi rujukan ke Rumah Sakit terutama kegawatdaruratan selama 24 jam dan
pengolahan data rujukan melalui call center. Perkembangan selanjutnya tidak hanya
pada kegawatdaruratan meternal neonatal, tetapi pada kasus kegawatdaruratan
umum lainnya. Capaian kinerja Call Center SICERIA tahun 2018 dalam memfasilitasi
rujukan rata-rata per bulan melayani 600 kasus rujukan.
Tenaga di Call Center SI CERIA terdiri dari 10 tenaga operator dan 1 tenaga
pengelola analisa data dengan kualifikasi tenaga kesehatan (Perawat/Bidan ) serta 1
tenaga IT dengan kualifikasi sarjana komputer.
Pada tahun 2019, Call Center SICERIA akan dikembangkan sebagai layanan
emergensi yaitu layanan PSC (Public Safety Center). PSC adalah pusat pelayanan
yang memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal-hal kegawatdaruratan yang
merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat. PSC 119
merupakan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang terintegrasi
A. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air
minum,akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes
Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan,
dan Permenkes Nomor 1077/Per/V/Menkes/2011 tentang Pedoman Penyehatan
Udara dalam Ruang Rumah).
Grafik 2.11
Proporsi Rumah Sehat Tahun 2106 s.d 2018
600000
475613 475613 477672
500000
400000 318930 323669 334128
300000
200000
100000
67.06 68.05 69.95
0
2016 2017 2018
rumah sehat 318930 67.06 323669 68.05 334128 69.95
jml rumah 475613 475613 477672
B. Jamban
Grafik 2.12
Proporsi KK Akses Jaga Tahun 2016-2018
700000
300000
200000
100000
82.49 83.15 86.34
0
2016 2017 2018
akses Jamban 520120 82.49 524280 83.15 544394 86.34
Jml KK 630524 630524 630524
C. Air Bersih
Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu pondasi inti dari
masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen
penting yang menunjang kesehatan manusia. Buruknya kondisi sanitasi akan
berdampak negatif dibanyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas
lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat,
Grafik 2.13
Proporsi KK Akses Terhadap Air Bersih
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2016 2017 2018
akses air bersih 520120 82.49 521202 82.66 523271 82.99
Jml KK 630524 630524 630524
Jumlah KK mendapat akses air bersih pada tahun 2018 adalah 82,99%
meningkat 0,33% di bandingkan tahun 2017 sebesar 82,66%. Capaian tahun 2018 di
atas masih jauh dari target universal Acces sebesar 100% penduduk mendapat akses
air minum di tahun 2019.
Tabel 2.14
Rekapitulasi Hasil Uji Kualitas Air Bersih Sumber Dana BOK
Kabupaten Cirebon Tahun 2017 dan 2018
Fisika
Jml
Tahun Bau warna TDS Kekeruhan Rasa Suhu
Sampel
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
Kimia
Jml
Tahun Besi Klorida Mangan Nitrat Nitrit Sianida
Sampel
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
2017 327 311 16 318 9 260 67 325 2 327 0 327 0
2018 185 181 4 181 4 143 42 185 0 185 0 185 0
BAKTERIOLOGI
TAHUN JML SAMPEL MPN COLIFORM
MS TMS
2017 330 163 167
2018 185 181 4
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara kualitas , masih terdapat
air bersih yang tidak memenuhi syarat baik di tinjau dari fisiknya, kandungan kimia
dalam air dan secara bakteriologi. Secara fisik, air yang berasa dan memiliki TDS
yang tinggi tidak terlalu mempengaruhi kesehatan manusia, sedangkan kandungan
besi, dan mangan dalam air apabila melebihi baku mutu dapat menimbulkan bau
dan karat pada peralatan rumah tangga sedangkan terhadap kesehatan dapat
menimbulkan iritasi pada mata dan kulit serta perasaan mual karena bau yang
ditimbulkan oleh kadar besi yang tinggi. Adapun kandungan sianida dalam air tidak
boleh ada sama sekali karena sifat toksik dari zat ini dapat menimbulkan
keracuanan yang sangat parah dan dapat mengakibatkkan kematian pada hewan
dan manusia.
Grafik 2.14
Jumlah Desa ODF (Verifikasi)
Kabupaten Cirebon Tahun 2015 - 2018
140
120
100
80
60
40
20
0
ABSOLUT % ABSOLUT % ABSOLUT % ABSOLUT %
2015 2016 2017 2018
desa ODF 70 16.51 73 17.22 87 20.52 120 28.30
Dari grafik diatas diketahui pada tahun 2015 ada 70 desa (16,51%) yang sudah
melaksanakan kegiatan STBM meskipun baru melaksanakan tahapan STBM pada
pilar yang pertama saja yaitu Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS),
sehingga masih ada empat pilar lagi yang belum dilaksanakan. Hingga tahun 2018
mencapai 120 desa (28,30%).
sementara hotel non bintang 94,4% termasuk dalam kategori memenuhi syarat
kesehatan. Disamping pemeriksaan terhadap Hotel tersebut juga dilaksanakan
pembinaan terhadap institusi meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana
ibadah dan perkantoran.
Pembinaan pada sarana kesehatan yang meliputi sarana Puskesmas,
Puskesmas Pembantu beserta jejaringnya sudah dilaksanakan secara rutin (100%).
Secara keseluruhan di Kabupaten Cirebon terdapat 1310 tempat-tempat umum,
sedangkan yang pernah dilakukan pemeriksaan inspeksi kesehatan lingkungan.
Jika dipersentasikan cakupan pelayanannya adalah 61,6%, sedangkan menurut
target Kabupaten Cirebon tahun 2018 yaitu 80%, menurun dibandingkan dengan
capaian tahun sebelumnya 82,6%, lebih dari target di tahun 2017 yakni 75%.
KIMIA
TAHUN FORMALIN BORAK RHODAMIN METHYL YELLOW
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
2017 107 0 116 0 79 5 17 0
2018 94 0 276 2 120 4 36 0
BAKTERIOLOGI
JML
TAHUN MPN COLIFORM MPN E . coli
SAMPEL
MS TMS MS TMS
2017 200 63 111 31
2018 543 468 75
Dari tabel diatas ada beberapa jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi
syarat diantaranya mengandung borak, yang dapat mengindikasikan bahwa jajanan
tersebut mengandung zat pengawet yang tidak di izinkan sebagai bahan tambahan
pangan karena apabila kandungan terlalu tinggi dapat mengakibatkan keracunan
seperti mual sampai muntah darah yang berujung pada resiko kematian.
Diantara zat pewarna yang dilarang digunakan dalam makanan adalah
kandungan Rhodamin dan methyl yellow karena pewarna jenis ini adalah pewarna
yang biasa di gunakan untuk pewarna pakaian dan kertas yang tentu keberadaannya
sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati
dan bahkan kanker pada hati.
Adapun makanan apabila secara bakteriologi positif mengandung E. Coli
maka makanan tersebut terkontaminasi oleh tinja manusia yang tentunya apabila ini
di konsumsi oleh manusia tentu dapat mengakibatkan diare atau gangguan
pencernaan lainnya.
450000
400000
350000
300000
250000 62,08%
200000 56,03% 58,53%
150000
100000
50000
0
2016 2017 2018
Dipantau 324116 367777 407510
Ber PHBS 181616 215259 252985
Rumah tangga yang dipantau dari tahun 2016 sampai tahun 2018 mengalami
kenaikan, sementara persentase rumah tangga yang ber PHBS juga
mengalami kenaikan dari 56,03% pada tahun 2016 naik menjadi 58,53% pada
tahun 2017 dan tahun 2018 menjadi 62,08%. Namun begitu capaian tersebut
belum memenuhi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Dinkes
Kabupaten Cirebon tahun 2015-2019 yaitu sebesar 63,50% (ada kesenjangan
sekitar 1,42%).
Grafik 2.16
Capaian PHBS Rumah Tangga per Indikator
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2017 dan 2018
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Jam RT
Timb Air Buah Aktivi Tidak RT
Linak ASI ban tdk
ang Ber CTPS PSN & tas Mero Seha
es Eks Seha Seha
BB sih Sayur Fisik kok t
t t
2017 98.31 44.37 73.83 85.20 73.73 77.37 75.01 75.31 79.67 42.53 58.53 41.47
2018 98.86 44.93 74.59 87.44 79.09 83.71 74.38 74.38 76.32 49.65 62.08 37.92
Kegiatan Pembinaan Pelayanan di Pos UKK dimulai pada tahun 2016, dimana
pada tahun tersebut terbentuk Pos UKK sebanyak 9 pos UKK, pada 2017
meningkat menjadi 14 pos UKK dan hingga tahun 2018 sudah terbentuk sebanyak
19 pos UKK.
BAB III
1. Belum optimalnya akses dan mutu pelayanan kesehatan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pertama (FKTP) dan Fasititas Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut baik
Pemerintah maupun Swasta
Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh faktor yang
mencakup akses dan mutu pelayanan kesehatan yang optimal. Akses pelayanan
kesehatan ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah, jaringan dan mutu
fasilitas pelayanan kesehatan baik tingkat pertama maupun tingkat lanjut.
Permasalahan kesehatan yang masih dihadapi saat ini adalah belum optimalnya
akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan.
Masyarakat menghendaki akses dan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya
peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan
dalam pengelolaan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjut dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif
kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat dan swasta.
Rasio Puskesmas per satuan penduduk belum optimal, idealnya 1 Puskesmas
berbanding 30.000 penduduk, sehingga menyebabkan akses pelayanan kesehatan
di tingkat dasar belum optimal. Kondisi saat ini di Kabupaten Cirebon ada 60
Puskesmas. Idealnya dari jumlah penduduk 2.162.576 seharusnya ada 72
Puskesmas. Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
bahwa Puskesmas harus ada di setiap kecamatan, sekurang-kurangnya 1 unit
pengambilan keputusan sehingga semua faktor resiko yang ada bisa segera
ditindaklanjuti.
3. Masih tingginya balita gizi buruk, sangat kurus dan masalah gizi mikro lainnya
dimasyarakat.
Masalah gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain infeksi, faktor
lingkungan, daya beli dan pola asuh. Masih ditemukannya ibu hamil dengan kondisi
KEK dan anemia merupakan bagian masalah gizi makro dan mikro di masyarakat
yang berpotensi menambah jumlah kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir.
Sementara kekurangan zat gizi mikro, baik vitamin dan mineral berpotensi
meningkatnya jumlah kesakitan dan kematian pada bayi dan balita.
5. Masih banyaknya desa yang belum mendeklarasikan sebagai desa ODF ( Open
Devecation Free ) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan.
Di era saat ini masyarakat tidak lagi menjadi obyek pembangunan, namun
sebagai subyek pembangunan. Air minum dan sanitasi adalah kebutuhan dasar
manusia. Pemerintah Indonesia bercita-cita di akhir tahun 2019 dapat
mencapai universal access air minum dan sanitasi. Ini dimaknai bahwa 100%
masyarakat mendapatkan layanan air minum dan sanitasi yang layak. Target
tersebut harus didukung oleh semua desa yang ada di Kabupaten Cirebon. Hingga
tahun 2018 baru ada 120 desa yang terverifikasi ODF dari 135 desa yang sudah
mendeklarasikan sebagai desa ODF . Itu artinya masih ada 289 desa yang belum
ODF. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkannya. Sosialisasi
STBM ke seluruh desa dan kecamatan perlu dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan komitmen dan kepedulian dari pemerintah desa dalam mengatasi
masalah sanitasi di desa-desanya. Salah satunya dengan menganggarkan dana
desanya untuk kegiatan yang mengarah percepatan ODF desanya, seperti
pembuatan jambanisasi, pembangunan MCK atau septick tank komunal.
Upaya lain yang perlu dilaksanakan adalah Pemicuan di desa-desa yang
masih belum ODF untuk meningkatkan kemandirian masyarakat secara total
dalam mengatasi masalah sanitasi bagi dirinya selain memberi alternatif dengan
membentuk Arisan jamban, upaya menggalang CSR dari pihak swasta,
peningkatan kerjasama lintas sektor, menggalang dukungan dari dunia pendidikan,
pelatihan Wusan, pelatihan STBM bagi kader PKK, mengevaluasi dan up date
data STBM dari sanitarian Puskesmas guna mendukung percepatan ODF.
6. Masih adanya kesakitan dan kematian akibat penyakit menular yang dapat
menimbulkan KLB, (emerging, re-emerging dan new emerging disease).
Adanya peningkatan kasus HIV di kelompok Gay dan ibu rumah tangga, yang
berdampak terhadap tatanan sosial, ekonomi dan politik. Kenaikan kasus HIV pada
ibu rumah tangga mengancam terjadinya penularan terhadap anak dan
kemusnahan satu keluarga.
Adanya pergeseran kasus TBC konvensional kepada TBC resisten obat yang
berdampak terhadap tatanan sosial, ekonomi dan politik serta pembiayaan
kesehatan yang sangat tinggi, dan masa pengobatan yang lama (minimal 2 tahun).
10. Belum optimalnya identifikasi dan penetapan penduduk miskin sebagai dasar
penentuan kebijakan dan penganggaran pelayanan kesehatan penduduk miskin
(PBI Daerah).
Penetapan penduduk miskin sebagai peserta JKN-KIS segmen PBI masih
mendasarkan pada data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang
selanjutnya data tersebut diserahkan ke Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sebagai dasar untuk menetapkan
kepesertaan PBI yang didanai melalui anggaran APBN. Selanjutnya data tersebut
dilakukan Up Date secara berkala sejak Tahun 2011, 2013, 2015 dan terakhir
pada Tahun 2017 selanjutnya disebut sebagai Basis Data Terpadu (BDT).
Berdasarkan Permensos Nomor 5 Tahun 2016, tentang Pelaksanaan Peraturan
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Visi Kepala Daerah dan dan Wakil Kepala Daerah terpilih periode 2019-2024 :
Kelima misi tersebut dijabarkan oleh setiap organisasi perangkat daerah dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Adapun tugas pokok Dinas Kesehatan
berdasarkan berdasarkan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 61 tahun 2016 adalah
menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi:
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2019-2024 tidak ada visi dan misi,
namun mengikuti visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2019-2024, yaitu :
Untuk itu telah ditetapkan arah kebijakannya adalah meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan
penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dan
peningkatan upaya promotif dan preventif dengan di dukung oleh inovasi dan
pemanfaatan teknologi.
Adapun strategi RPJMN 2019-2024 untuk mencapainya adalah :
1. Peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi
2. Percepatan perbaikan gizi masyarakat
3. Peningkatan pengendalian penyakit
4. Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ((germas)
5. Peningkatan pelayanan kesehatan dan pengawasan obat dan makanan
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Kebijakan penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan dengan
diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(UU 24/1992), yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 UU 26/2007. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang
nasional yang semakin baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan kriteria
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Dasar hukum rencana tata ruang wilayah Kabupaten Cirebon telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018 – 2038. Wilayah adalah ruang
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Sedangkan kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya.
Kelemahan :
1. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia tenaga kesehatan.
2. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang belum memadai.
3. Profesionalisme tenaga kesehatan dan kemampuan petugas dalam menjalankan
standar operasional proseduar pelayanan kesehatan dari aspek mutu masih
perlu ditingkatkan;
4. Persebaran tenaga kesehatan yang belum merata;
5. Kualitas Pelayanan kesehatan yang belum optimal;
6. Sistem informasi kesehatan yang belum optimal;
7. Kesejahteraan sumber daya manusia masih kurang.
Ancaman :
1. Anggaran yang cenderung meningkat dari berbagai sumber dana bila tidak diikuti
dengan perencanaan program yang memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap
peningkatan derajat kesehatan menjadi tidak efektif dan efisien.
2. Peningkatan kapasitas SDM kesehatan melalui pendidikan formal dalam berbagai
lembaga pendidikan kesehatan maupun pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
masing-masing bidang di lingkungan Dinas Kesehatan harus diikuti dengan follow
up dan monitoring serta evaluasi pasca pelatihan.
3. Pertambahan jumlah sarana penunjang pelayanan kesehatan baik gedung/
bangunan, alat-alat kesehatan dan perbekalan semakin meningkat harus dikelola
dengan baik, terpelihara dan dievaluasi pemanfaatannya.
4. Sistem informasi kesehatan belum terintegrasi secara baik dan data yang ada
masih perlu ditingkatkan kualitasnya.
Untuk mengatasi isu-isu strategis tersebut perlu strategi dan kebijakan yang
dapat mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Seperti yang tercantum
dalam RPJMD Tahun 2019-2024, prioritas pembangunan daerah Kabupaten Cirebon
untuk bidang kesehatan menitikberatkan pada Perluasan Jaminan Kesehatan dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan baik bersifat preventif maupun kuratif
berbasis masyarakat.
BAB IV
TUJUAN DAN SASARAN
Dalam Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2019-2024 tidak ada visi misi Dinas
Kesehatan, tetapi mengikuti Visi Misi Bupati Cirebon yaitu “Terwujudnya Kabupaten
Cirebon Berbudaya, Sejahtera, Agamis, Maju dan Aman (BERSAMA)”. Upaya
untuk mewujudkan Visi tersebut adalah melalui 5 Misi Pembangunan yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat Kab. Cirebon yg menjunjung tinggi dan melestarikan
nilai-nilai budaya, tradisi dan adat istiadat.
2. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan,
kesehatan dan ekonomi.
3. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat Kab. Cirebon yg senantiasa
menerapkan nilai agama, budi pekerti, santun dan beretika.
4. Meningkatnya produktifitas masyarakat untuk lebih maju dan unggul sehingga
menambah daya saing di pasar internasional, nasional dan regional yang
didukung oleh peningkatan oleh kapasitas aparatur pemerintah daerah.
5. Memelihara keamanan dan ketertiban umum untuk mewujudkan kondusivitas
daerah guna mendukung terciptanya stabilitas nasional.
4.1. Tujuan
Tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon pada tahun 2019-2024 yaitu :
Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, dengan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) sebagai indikatornya, sebagaimana dijelaskan dalam Permenkes Nomor 39
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan 3 (tiga) pilar
utama, yaitu : 1) penerapan paradigma sehat, 2) penguatan pelayanan kesehatan, dan
3) pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Penerapan paradigma sehatdilakukan
dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan
supaya upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan
pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimasi system rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan
pendekatan continuum of care (CoC) dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit),
serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-
keluarga sehat. Target pencapaian indikator IKS di Kabupaten Cirebon pada tahun
2020 adalah : 0,21 atau 21% dan meningkat menjadi 0,40 atau 40% pada tahun 2024.
4.2. Sasaran
Sasaran 1 Menurunnya Angka kematian ibu dan Angka kematian Bayi (AKB),
dengan indikator sasaran :
o Penurunan Angka Kematian Ibu dari 69 per 100.000 KH pada tahun
2020 menjadi 61 per 100.000 KH pada tahun 2024.
o Penurunan Angka Kematian Bayi dari 3,81 per 1.000 KH pada tahun
2020 menjadi 3,69 per 1000 KH pada tahun 2024.
Tabel 4.1
Tujuan dan sasaran Jangka Menengah Dinas kesehatan Kab. Cirebon
Tahun 2019-2024
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 100
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
(succes
rate)
Persentase 87 % 90,5% 94% 97% 100%
UCI Desa (369 (384 (399 (412 (424
desa) desa) desa) desa) desa)
4.Meningkat Persentase 100% 100% 100% 100% 100%
nya pelayanan
pelayanan hipertensi
kesehatan (HT)
penyakit
tidak
menular
5.Meningkat Persentase 67% 69% 71% 73% 75%
nya PHBS Rumah
Rumah Tangga
Tangga berPHBS
6. Meningkat Jumlah 176 206 236 266 296
nya jumlah Desa ODF
Desa ODF
(Open
Defecation
Free)
7.Meningkat Indeks 3,55 3,65 3,85 3,95 4,00
kan kinerja Kepuasan
aparatur dan Masyarakat
kualitas
manajemen
pelayanan
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 101
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
BAB V
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
5.1 Strategi
Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta sasarannya
perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapai tujuan dan sasaran misi
tersebut melalui strategi yang dipilih, serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih.
Strategi dan arah kebijakan Dinas Kesehatan mengacu kepada strategi RPJMD
Pemerintah Kabupaten Cirebon yang tertuang dalam Misi 2. Strategi dan arah
kebijakan Dinas Kesehatan untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran Dinas kesehatan
sebagai berikut :
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 102
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 103
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
Visi : Terwujudnya Kabupaten Cirebon Berbudaya, Sejahtera, Agamis, Maju dan Aman
MISI : Meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, kesehatan dan ekonomi
TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1. Meningkat 1. 1 Menurunnya 1.1.1 akselerasi 1.1.1.1 Peningkatan akses pelayanan
kan derajat Angka kematian ibu pemenuhan akses kesehatan ibu dan anak,usia
kesehatan dan Angka kematian pelayanan kesehatan produktif dan Usia Lanjut yang
masyarakat Bayi (AKB) ibu, anak, remaja, dan berkualitas dengan pendekatan
lanjut usia yang continuum of care (CoC)
berkualitas
1.1.1.2 Peningkatan
penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan
1.1.1.3 Peningkatan pemenuhan
ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan
1.1.1.4 Peningkatan kualitas dan
kuantitas SDMK
1.1.1.5 Peningkatan dan pemenuhan
sarana prasaranan pelayanan
kesehatan, termasuk sistem informasi
dan tata kelola
1.1.1.6 Peningkatan upaya kesehatan
pengembangan
1.2 Meningkatnya 1.2.1 Meningkatkan 1.2.1.1 Peningkatan pelayanan Gizi
status gizi Balita Keluarga Sadar Gizi Masyarakat melalui pendidikan gizi,
(KADARZI) suplementasi gizi, tata laksana gizi
dan surveilans gizi.
1.3 Meningkatnya 1.3.1 Meningkatkan 1.3.1.1 Peningkatan cakupan dan
pencegahan dan upaya pencegahan, mutu imunisasi
pengendalian pengendalian dan
penyakit menular. pemberantasan
penyakit menular
1.3.1.2 Pengendalian faktor risiko,
penemuan dan tata laksana kasus
penyakit menular
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 104
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 105
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
BAB VI
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
Indikasi rencana program prioritas OPD berisi program program, baik untuk
mencapai visi dan misi pembangunan jangka menengah maupun untuk pemenuhan
layanan OPD dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah. Pagu indikatif
sebagai wujud kebutuhan pendanaan adalah jumlah dana yang tersedia untuk
penyusunan program dan kegiatan tahunan.
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 106
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 107
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
13. Program Peningkatan Keselamatan ibu melahirkan dan anak, dengan kegiatan:
a. Peningkatan kesehatan Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas;
b. Pembangunan sistem implementasi penyelamatan ibu dan bayi baru
lahir;
c. Jaminan persalinan;
d. Penyediaan dukungan manajemen Jampersal.
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 108
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 109
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 110
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
BAB VII
Pada bagian ini diuraikan tentang indikator-indikator kinerja dari Dinas Kesehatan
yang mengacu kepada tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) tahun 2020 – 2024.
Tabel 7.1
Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 111
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 112
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 113
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024
BAB VIII
PENUTUP
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 114