Anda di halaman 1dari 114

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah
upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Saat ini
pembangunan kesehatan masih dihadapkan pada isu-isu yang masih belum
terselesaikan seperti masih tingginya kematian ibu dan kematian bayi, permasalahan
kekurangan gizi, terutama pendek (stunting), beban ganda penyakit dimana penyakit
menular masih muncul sedangkan tidak menular semakin meningkat, belum
optimalnya upaya promotif dan preventif, serta rendahnya akses terhadap air bersih
dan sanitasi.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan


pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berazaskan perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,
keadilan, gender dan non diskriminatif, serta norma-norma agama.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara anggota Perserikatan


Bangsa-Bangsa (PBB) yang berperan aktif dalam penentuan sasaran Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana tertuang dalam dokumen Transforming
Our World : The 2030 Agenda for Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan
SDGs yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu Tanpa kemiskinan
(Tujuan 1), Tanpa kelaparan (Tujuan 2), Kehidupan sehat dan sejahtera (Tujuan 3),
dan Air Bersih dan sanita layak (Tujuan 6). Indikator SDGs antara lain imunisasi dasar
lengkap pada bayi, akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dasar, STBM,
Kematian Ibu, Pelayanan persalinan, pelayanan Ibu Hamil, Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) bagi Bumil KEK dan Balita, Akreditasi Puskesmas, stunting, dan
lain-lain.

Tantangan baru pembangunan kesehatan yang dihadapi saat ini adalah


pelaksanaan dan pengembangan Jaminan Kesehatan Nasional menuju universal

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 1


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

health coverage tahun 2019 baik dari aspek kepesertaan, pembiayaan, paket manfaat,
kesiapan fasilitas dan tenaga kesehatan, pengaturan sistem rujukan, Health
Technology Assessment (HTA), mendorong peran serta masyarakat dan sektor
swasta termasuk penguatan produksi farmasi dan alat kesehatan. Tantangan lain
terkait dengan perubahan struktur penduduk diikuti dengan transisi epidemiologi yang
mendorong peningkatan prevalensi dan kematian akibat penyakit menular dan tidak
menular termasuk new emerging desseases dan re emerging desseasses.

Keberhasilan pembangunan daerah, dapat dilihat dari pencapaian Indeks


Pembangunan Manusia (IPM). Untuk mencapai IPM tersebut salah satu komponen
utama yang mempengaruhinya yaitu indeks kesehatan selain indeks pendidikan dan
indeks ekonomi. Dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan upaya utama
untuk peningkatan sumber daya manusia, dalam upaya mendukung percepatan
pembangunan daerah dan pembangunan nasional.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status


kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN
Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6)
meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Arah kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2019-2024 meningkatkan


akses dan kualitas pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan
penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dan
peningkatan upaya promotif dan preventif didukung dengan inovasi dan pemanfaatan
teknologi. Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan melalui 1) peningkatan
kesehatan ibu dan anak, 2) Percepatan perbaikan gizi masyarakat, 3) Peningkatan
pengendalian penyakit, 4) Penguaratan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
dan 5) Peningkatan pelayanan kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Prioritas pembangunan kesehatan sebagaimana dalam RPJMN adalah : a)


Penurunan AKI dan AKB (kesehatan ibu dan anak termasuk imunisasi), b) Perbaikan
Gizi khususnya stunting, c) Pengendalian penyakit menular : HIV/AIDS, Tuberkulosis
dan malaria, serta d) Pengendalian penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes
meliitus, obesitas dan kanker).

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 2


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Berdasarkan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara


Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan daerah tentang RPJPD dan RPJMD, serta Tata Cara
Perubahan RPJPD, RPJMD dan RKPD, Rencana Strategis perangkat daerah
merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra disusun berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Agar pembangunan kesehatan
berjalan efektif dan efisien serta berhasil, maka diperlukan suatu perencanaan yang
baik, terukur dan terarah, berupa Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan
periode 2019 – 2024, yang berisi visi, misi serta tahapan-tahapan kegiatan yang harus
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dinas Kesehatan
sebagai salah satu Perangkat Daerah di Kabupaten Cirebon mempunyai tugas
membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah di bidang
kesehatan untuk mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Cirebon, yaitu:

“ Terwujudnya Kabupaten Cirebon Berbudaya, Sejahtera, Agamis,


Maju dan Aman”,

dan juga Misi Pembangunan Kabupaten Cirebon sebagai berikut:

1. Kabupaten Cirebon BERBUDAYA.


Mewujudkan masyarakat Kabupaten Cirebon yang menjunjung tinggi dan
melestarikan nilai-nilai budaya, tradisi dan adat istiadat.
2. Kabupaten Cirebon SEJAHTERA.
Meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan,
kesehatan dan ekonomi.
3. Kabupaten Cirebon AGAMIS.
Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Cirebon yang
senantiasa menerapkan nilai agama, budi pekerti, santun dan beretika.
4. Kabupaten Cirebon MAJU.
Meningkatnya produktifitas masyarakat untuk lebih maju dan unggul sehingga
menambah daya saing di pasar internasional, nasional dan regional yang
didukung oleh peningkatan oleh kapasitas aparatur pemerintah daerah.
5. Kabupaten Cirebon AMAN.
Memelihara keamanan dan ketertiban umum untuk mewujudkan kondusivitas
daerah guna mendukung terciptanya stabilitas nasional.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 3


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Untuk mendukung Visi Misi Pembangunan Kabupaten Cirebon di bidang


kesehatan, maka ditetapkan Rencana Strategis Dinas Kesehatan dengan program-
program pembangunan kesehatan melalui peningkatan program-program inovatif
untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan untuk periode 5 tahun,


menggunakan dasar hukum yang sama yaitu UU No. 25 Tahun 2004 dimana pada pasal
5 ayat 1 disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
memuat Visi, Misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) menyebutkan bahwa Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan penjabaran dari Visi, Misi,
dan program kepala daerah yang penyusunannya memperhatikan RPJM Nasional,
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum, dan program Organisasi Perangkat Daerah, Lintas Organisasi Perangkat Daerah,
dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Pada RPJP Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2025 disebutkan, bahwa


pembangunan bidang kesehatan diarahkan pada pengurangan angka kematian bayi
dan ibu melahirkan melalui pelayanan kesehatan masyarakat, penambahan jumlah
tenaga medis, cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Sedangkan pada RPJMD Kabupaten Cirebon tahun 2019–2024 disebutkan


bahwa sasaran untuk mewujudkan Kabupaten Cirebon Sejahtera adalah adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikatornya Angka Harapan
Hidup (AHH). Strategi untuk mencapainya melalui peningkatan kualitas pelayanan
dan keterjangkauan cakupan layanan kesehatan. Arah Kebijakan untuk mencapai
sasaran dengan memperluas akses cakupan layanan kesehatan bagi masyarakat,
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas layanan
kesehatan, pengembangan dan penguatan KIE kesehatan keluarga, peningkatan
peran serta masyarakat dalam penyelengaraan kesehatan dan menjaga kebersihan
lingkungan dan peningkatan kapasitas SDM Kesehatan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud pembuatan Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2019 – 2024 yaitu


untuk dijadikan pedoman resmi bagi Dinas Kesehatan dalam menyusun rencana kerja

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 4


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

dan berbagai kebijakan pembangunan kesehatan kurun waktu lima tahun yang
merupakan pedoman sektor kesehatan, jajaran pemerintah, swasta dan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka Rencana Strategis Dinas Kesehatan disusun


dengan tujuan sebagai berikut :

1. Tersedianya acuan resmi bagi Dinas Kesehatan beserta jaringannya, seluruh


jajaran pemerintah dan masyarakat dalam menentukan prioritas program
dan kegiatan pembangunan kesehatan selama lima tahun kedepan yang
didanai dari berbagai sumber pendanaan.

2. Tersedianya standar untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja lima tahunan


pembangunan kesehatan di Kabupaten Cirebon.

3. Adanya gambaran tentang kondisi pembangunan kesehatan secara umum


di Kabupaten Cirebon saat ini sekaligus memahami arah dan tujuan yang
akan dicapai dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Kabupaten Cirebon.

4. Memudahkan Dinas Kesehatan beserta jaringannya, seluruh jajaran Pemerintah


dan masyarakat di Kabupaten Cirebon dalam mencapai tujuan dengan cara
menyusun program kesehatan dan kegiatan secara terpadu, terarah dan
terukur.

5. Memudahkan Dinas Kesehatan beserta jaringannya, seluruh jajaran


Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Cirebon untuk memahami dan
menilai arah kebijakan dan progam kesehatan serta kegiatan operasional
tahunan dalam rentang waktu lima tahunan dan satu tahunan.

1.3 Landasan Hukum

Landasan hukum dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten


Cirebon Tahun 2019-2024 adalah sebagai berikut :

a. Landasan Idiil
Landasan idiil adalah Pancasila

b. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:

1. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak memper-


tahankan hidup dan kehidupannya.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 5


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

2. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,


tumbuh, dan berkembang.

3. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3);
setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

4. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi


seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, dan ayat (3); negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.

c. Landasan Operasional
1. Peraturan Perundang-undangan, meliputi :
a) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Djawa Barat
(Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Djawa Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
b) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembar Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
c) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
d) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 6


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor 4355);
e) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
f) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
g) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
h) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
No 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4456);
i) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
j) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
k) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
l) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
m) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82);

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 7


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

n) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 185,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571);
o) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);
p) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607).

2. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, meliputi :

a) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
b) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4609);
c) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
d) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
e) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
f) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 8


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
g) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4816);
h) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
i) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
j) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
k) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5887);
l) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
m) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6178);
n) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019;

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 9


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

o) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017


tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 136);
p) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2018
tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 165).

3. Peraturan/Keputusan Menteri, meliputi :

a) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
b) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
pembentukan produk hukum daerah (Berita Negara RI Tahun 2014
Nomor 32);
c) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia tahun
2017 Nomor 1312) ;
d) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
e) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV/AIDS (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 654);
f) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 232);

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 10


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

g) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya


Perbaikan Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 967);
h) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 825);
i) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1755);
j) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755);
k) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 135);
l) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 403);
m) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 654);
n) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1663);
o) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1775);
p) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 122);
q) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 11


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 761);
r) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1223);
s) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2017 tentang
Penanggulangan Pemasungan Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 14);
t) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 68).

4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat, meliputi :


a) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Jawa
Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45);

b) Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 54 tahun 2008


tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Berita Daerah Tahun
2008 Nomor 54 Seri E).

5. Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon, meliputi :


a) Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi Dan Anak Balita Di Kabupaten
Cirebon;
b) Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 14 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten
Cirebon Tahun 2005-2025;
c) Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan Kabupaten Cirebon (Lembaran Daerah Kabupaten
Cirebon Tahun 2011 Nomor 3, Seri C.1);

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 12


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

d) Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 14 tahun 2015 tentang


RPJMD;
e) Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah
Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Nomor 7, Seri E.2);
f) Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Penetapan Urusan Pemerintahan Konkuren Yang menjadi
Kewenangan Pemerintah Kabupaten Cirebon;
g) Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 10 Tahun 2016
tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Nomor 10, Seri E.3,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 46);
h) Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 12 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Cirebon (Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Nomor
12, Seri D.7);
i) Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018 -
2038 (Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2018 Nomor 7,
Seri E.5);
j) Peraturan Bupati Nomor 28 tahun 2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon nomor 3 tahun
2009 tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita.
k) Peraturan Bupati Cirebon Nomor 61 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Cirebon (Berita Daerah
Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Nomor 61, Seri D.10);
l) Peraturan Bupati Cirebon Nomor 65 Tahun 2016 tentang Fungsi,
Tugas Pokok dan Tata Kerja Dinas Kesehatan (Berita Daerah
Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Nomor 65, Seri D.14);
m) Peraturan Bupati Cirebon Nomor 18 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Bupati Cirebon Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas dan Badan
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon (Berita Daerah
Kabupaten Cirebon Tahun 2018 Nomor 18, Seri D.2).

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 13


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Rencana Strategis Dinas Kesehatan tahun 2020–2024


adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Memaparkan mengenai latar belakang penyusunan Rencana Strategis atau


Renstra Dinas Kesehatan yang memberikan detail dasar pemikiran dan dasar hukum
penyusunannya. Di Bagian ini juga dijelaskan mengenai maksud dan tujuan dari
penyusunan Rencana Strategis serta sistimatika penulisannya.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN

Memaparkan mengenai gambaran pelayanan Dinas Kesehatan yang berisi


tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi Dinas Kesehatan. Pada bagian sumber daya
kesehatan dipaparkan mengenai keadaan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta
dana yang tersedia untuk penyelenggaraan kesehatan di Kabupaten Cirebon. Dalam
bagian ini digambarkan juga mengenai kinerja pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan,
serta diuraikan juga tentang tantangan dan peluang dan pengembangan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Cirebon.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Memberikan paparan mengenai berbagai macam isu strategis yang


diperkirakan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan Rencana Strategis. Isu dilandasi
oleh kondisi masa lalu, kondisi saat ini dan perkiraan kondisi di masa yang akan
datang. Penentuan isu-isu strategis dilandasi oleh prioritas permasalahan kesehatan
yang ada. Dalam penentuan prioritas masalah kesehatan mencakup penetapan
kriteria penentuan prioritas masalah kesehatan, masalah kesehatan dan isu
pembangunan kesehatan terkini, yang muncul dan urutan peringkat prioritas masalah
kesehatan di Kabupaten Cirebon. Pada bagian ini juga diuraikan tentang telaahan visi,
misi dan program kepala daerah, telaahan renstra kementerian kesehatan dan renstra
dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat, serta penentuan isu-isu strategis.

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN

Bagian ini merupakan pokok dari Rencana Strategis yang menguraikan


mengenai hasil rumusan visi, misi Bupati, tujuan dan sasaran pembangunan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 14


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

kesehatan berikut rencana pencapaian target indikatornya selama kurun waktu lima
tahun.

BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Bagian ini merupakan pokok dari Rencana Strategis yang menguraikan


mengenai hasil rumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan kesehatan di
Kabupaten Cirebon berkaitan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam
kurun waktu lima tahun.

BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN

Berisi penjelasan mengenai program dan kegiatan, indikator kinerja program


dan kegiatan berikut pendanaan untuk kegiatan pembangunan kesehatan di Kabupaten
Cirebon.

BAB VII KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN

Pada bagian ini diuraikan tentang indikator-indikator kinerja dari Dinas


Kesehatan yang mengacu kepada tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah.

BAB VIII PENUTUP

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 15


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN

2.1. Profil Kabupaten Cirebon

2.1.1. Geografi
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
Barat yang terletak di bagian Timur dan merupakan batas sekaligus sebagai pintu
gerbang Provinsi Jawa Barat, dan posisinya sangat strategis sebagai bagian dari jalur
lalu lintas darat Pantai Utara (Pantura) Jawa. Kabupaten Cirebon memiliki luas wilayah
990,36 km2., dengan posisi terletak diantara 06o 30’ sampai dengan 07o 00’ Lintang
Selatan (LS) dan diantara 108o 20’ sampai dengan 108 o 50’ Bujur Timur (BT).
Gambar 2.1
Peta Kabupaten Cirebon

Kabupaten Cirebon dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1950.


Sampai Tahun 2008 Kabupaten Cirebon telah berkembang menjadi 40 kecamatan, 12
kelurahan dan 412 desa, berbatasan dengan :

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 16


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

 Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu dan Laut Jawa.


 Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan
 Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
 Sebelah Timur : Kota Cirebon dan Kabupaten Brebes (Provinsi
Jawa Tengah)

2.1.2. Demografi
Gambaran umum demografi wilayah Kabupaten Cirebon, tercermin dari jumlah
penduduk Kabupaten Cirebon yang hingga akhir tahun 2018 mencapai 2.162.576 jiwa.
Penduduk laki-laki 1.095.984 jiwa dan perempuan 1.066.592 jiwa. Rata-rata kepadatan
penduduk 2.183 jiwa/km2.

2.2. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

2.2.1 Struktur Organisasi


Berdasarkan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 61 Tahun 2016 tentang
Organisasi Dan Tata kerja Dinas Daerah Kabupaten Cirebon, Bab III Bagian Kedua
Tentang Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Pasal 5 disebutkan bahwa Susunan
Organisasi Dinas Kesehatan terdiri atas :

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 17


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 18


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

2.2.2 Tugas dan Fungsi


Dinas Kesehatan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon
Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Cirebon. Dinas Kesehatan Tipe A untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 61
Tahun 2016 tentang Fungsi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Tugas
Pokok Kepala Dinas Kesehatan, yaitu mengatur, membina, mengendalikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan tugas pokok Dinas meliputi urusan
kesekretariatan, merencanakan, merumuskan kebijakan, membina administrasi dan
teknis, mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan
program dan kegiatan di bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Dinas Kesehatan mempunyai
fungsi:
a. Perumusan kebijakan, pengendalian, pengevaluasian rencana strategis dan
rencana kerja bidang kesehatan dan Puskesmas.
b. Perumusan dan penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP), target capaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM), Standar Pelayanan Publik (SPP), Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) bidang kesehatan dan Puskesmas.
c. Perencanaan, pembinaan dan pendayagunaan tenaga pelayanan kesehatan.
d. Perencaaan dan pengendalian anggaran.
e. Pengendalian urusan administrasi Dinas.
f. Pengendalian dan pembinaan teknis pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan dan pelayanan kesehatan penunjang.
g. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama bidang pelayanan kesehatan diantara
Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah dan instansi
terkait.
h. Pemantauan dan evaluasi kinerja bidang urusan pelayanan kesehatan pada Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) sesuai dengan ruang lingkup tugas.
i. Penetapan pedoman teknis pengaturan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NPSK) bidang Kesehatan dan Puskesmas.
j. Penilaian dan pengendalian terhadap pelaksanaan program kegiatan.
k. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 19


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Susunan organisasi Dinas Kesehatan, terdiri atas :


a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, membawahi :
1) Subbagian Umum dan Kepegawaian;
2) Subbagian Keuangan dan Aset;
3) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
c. Bidang Kesehatan Masyarakat, membawahi :
1) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;
2) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
3) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kerja dan Olah Raga.
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, membawahi :
1) Seksi Surveilans dan Imunisasi;
2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;
3) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa.
e. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi :
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer;
2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan;
3) Seksi Mutu Pelayanan Kesehatan.
f. Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahi :
1) Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
2) Seksi Jaminan Kesehatan;
3) Seksi SDM Kesehatan.
g. Unit Pelaksana Teknis.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas Pokok dan Fungsi
1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pengoordinasian sinkronisasi dan integrasi pelaksanaan kegiatan Dinas;
b. pengoordinasian dan penyusunan rencana dan program Dinas;
c. pembinaan dan pemberian layanan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi Dinas;
d. pengelolaan pengaduan dan pelayanan informasi;
e. penyelenggaraan koordinasi dan penyusunan laporan Dinas;

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 20


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

f. pembinaan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerjasama dan


hubungan masyarakat;
g. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/ kekayaan negara;
penyelenggaraan tugas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan dan pemberian layanan administrasi kepada seluruh unit kerja di
lingkungan Dinas.

2. Bidang Kesehatan Masyarakat


Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi :
a. perumusan rencana kerja Bidang;
b. penyusunan pedoman kebijakan teknis Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria
(NSPK) tata laksana kesehatan keluarga, gizi, dan promosi kesehatan;
c. penyusunan petunjuk teknis operasional kegiatan Bidang Kesehatan
Masyarakat;
d. pengendalian pembinaan teknis tenaga kesehatan dalam peningkatan
kesehatan keluarga dan gizi masyarakat, promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
kesehatan Olah Raga;
e. pengendalian sistem rujukan dan informasi dini untuk kasus resiko tinggi baik
pada ibu hamil, bayi dan balita;
f. pengendalian sistem kewaspadaan pangan dan gizi;
g. pengkajian hasil analisis peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak, Kesehatan
Reproduksi, Anak Remaja dan Usia Lanjut;
h. pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan UPTD Puskesmas, pelayanan
kesehatan swasta dan kegiatan Bidang; dan
i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas pokok
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 21


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

3. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai fungsi :
a. perumusan rencana kerja Bidang;
b. penyelenggaraan penyiapan bahan kebijakan teknis dan program pembinaan
pencegahan dan pengendalian penyakit;
c. penyelenggaraan penyusunan bahan penyelidikan kejadian luar biasa penyakit
menular;
d. perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian
penyakit;
e. penyelenggaraan kebijakan teknis pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
penyakit;
f. penyelenggaraan penyusunan bahan penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan wabah;
g. penyelenggaraan upaya pengendalian vektor penyakit menular bersama-sama
dengan program dan sektor terkait;
h. penyelenggaraan penyusunan bahan pengamatan (surveilans) penyakit untuk
menunjang pelembagaan pelaksanaan sistem kewaspadaan dini Kejadian Luar
Biasa (KLB)/wabah penyakit menular dan tidak menular;
i. penyelenggaraan penyusunan bahan pemerataan pelayanan imunisasi yang
aman dan efektif dalam rangka pencegahan Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I);
j. penyelenggaraan penyusunan bahan untuk pembinaan, peningkatan dan
pengembangan kemampuan teknis pelaksana program, sarana dan fasilitas,
serta metode/pendekatan program untuk mendukung efektifitas
penanggulangan penyakit;
k. penyelenggaraan penyiapan bahan pembinaan teknis pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan pengamatan, pencegahan dan
pengendalian penyakit;
l. penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan
tugas Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
m. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 22


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas


pokok menyelenggarakan penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis
pembinaan, pengembangan, pengendalian dan pengelolaan perdagangan meliputi
Surveilans dan Imunisasi, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa.

4. Bidang Pelayanan Kesehatan


Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi :
a. penyusunan rencana program kegiatan Bidang;
b. penyusunan bahan dan menelaah peraturan perundang-undangan daerah di
bidang Pelayanan Kesehatan;
c. pengumpulan, pengolahan dan pelaksanaan analisis data serta penyusunan
dan penyajian laporan bidang Pelayanan Kesehatan;
d. pelaksanaan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam
menyusun perencanaan dan pemenuhan kebutuhan fasilitas pelayanan
kesehatan primer serta pemanfaatannya baik Rawat Jalan maupun Rawat
Inap;
e. penyelenggaraan penyusunan bahan penanggulangan masalah kesehatan
akibat bencana dan kesehatan matra;
f. penyusunan bahan dan perencanaan kesiapan akses layanan gawat darurat
melalui Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT);
g. pengelolaan sistem rujukan berjenjang dan terstruktur;
h. pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait dalam merencanakan kegiatan
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan primer, pelayanan kesehatan
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
i. pelaksanaan bimbingan teknis dan pemantauan kegiatan pelayanan kesehatan
primer, pelayanan kesehatan rujukan, dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan;
j. pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan Bidang; dan
k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan kesehatan
primer, pelayanan kesehatan rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 23


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

5. Bidang Sumber Daya Kesehatan


Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi:
a. perumusan rencana program dan kegiatan bidang Sumber Daya Kesehatan;
b. perumusan kebijakan operasional penyelenggaraan kegiatan lingkup
kefarmasian dan alat kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber daya manusia
kesehatan;
c. perumusan bahan pelaksanaan kegiatan lingkup kefarmasian dan alat
kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber daya manusia kesehatan;
d. penyiapan perumusan bimbingan teknis kegiatan lingkup kefarmasian dan alat
kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber daya manusia kesehatan;
e. penyelenggaraan pemberian rekomendasi perizinan;
f. penyelenggaraan koordinasi dengan unit terkait;
g. penyiapan monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang Sumber Daya
Kesehatan;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan penyiapan bahan perumusan kebijakan operasional dan
mengkoordinasikan segala kegiatan yang meliputi kefarmasian dan alat kesehatan,
jaminan kesehatan serta sumber daya manusia kesehatan.

2.3 Sumber Daya Kesehatan

2.3.1 Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 bertujuan
untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dan dalam jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan. Jumlah anggaran sektor
kesehatan yang bersumber APBD di Kabupaten Cirebon (untuk dinas kesehatan dan
Rumah sakit) tahun 2018 sebesar Rp. 557.125.926.303 atau sekitar 13,92% dari
APBD Kabupaten Cirebon yang seluruhnya berjumlah Rp. 4.003.036.048.497.
Pada tahun 2018 total anggaran Kesehatan untuk Kabupaten Cirebon sebesar
Rp. 657.365. 041.084,- dimana dari total anggaran kesehatan yang ada, maka sumber
anggaran dari APBD Kabupaten Cirebon memiliki proporsi paling besar yaitu
(84,75%), APBN memberikan kontribusi sebesar 9,51% berupa dana DAK untuk Dinas
Kesehatan maupun Rumah Sakit, APBD Propinsi Jawa Barat memberikan kontribusi

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 24


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

dana sebesar 5,22% untuk kegiatan Dinas Kesehatan dan Rumah sakit, disamping
ada dana Hibah luar negeri dari Global Fund sebesar 0,07% dan sumber-sumber
lainnya sebesar 0,46%.
Persentase anggaran kesehatan lima tahun terakhir seperti tampak pada grafik di
bawah ini.

Grafik 2.1
Proporsi Anggaran Sektor Kesehatan di Kabupaten Cirebon
Tahun 2014 – 2018

16.00
15.69
15.00 15.17
14.64
14.00 13.92
13.67
13.00

12.00
2014 2015 2016 2017 2018

Grafik di atas menggambarkan bahwa alokasi anggaran untuk sektor kesehatan sudah
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari persentase alokasi anggaran untuk kesehatan
termasuk gaji sudah diatas 10%, meskipun setiap tahunnya terlihat fluktuatif. Untuk
mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar, maka Dinas Kesehatan beserta
jajarannya masih perlu melakukan negosiasi dan advokasi untuk membiayai program-
program kesehatan yang ada sehingga anggaran kesehatan diluar gaji bisa lebih dari
10% dari APBD Kabupaten Cirebon.

2.3.2. Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)


Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) mempunyai peran penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan tugas dan fungsi dari organisasi
SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. Pembangunan Kesehatan di Kabupaten
Cirebon memerlukan berbagai jenis tenaga kesehatan yang bergerak bersama untuk
mencapai tujuan yang sama. Tenaga kesehatan tersebut harus dapat memahami
prinsip paradigma sehat yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan
dilakukan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan, serta pelatihan
tenaga yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta dan masyarakat.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 25


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Tabel 2.1
Jenis Tenaga Kesehatan Berdasarkan Analisis Beban Kerja di
Kabupaten Cirebon Tahun 2018

KELEBIHAN/ JUMLAH
Pemangku/ Hasil
NO NAMA JABATAN KEKURANGAN Hasil
PNS ABK Pemangku +/-
*) ABK
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PERAWAT 0 498 559 -61
Perawat Ahli Pertama 50 50 0
Perawat Ahli Muda 14 14 0
Perawat Ahli Madya 13 13 0
Perawat Ahli Utama 0 0 0
Perawat Terampil 142 218 -76
Perawat Mahir 188 177 11
Perawat Penyelia 91 87 4
2 APOTEKER 0 4 59 -55
Apoteker Ahli Pertama 2 56 -54
Apoteker Ahli Muda 1 2 -1
Apoteker Ahli Madya 1 1 0
Apoteker Ahli Utama 0 0 0
3 BIDAN 0 462 691 -229
Bidan Pelaksana
23 13
Pemula 10
Bidan Pelaksana 133 378 -245
Bidan Pelaksana
49 51
Lanjutan -2
Bidan Penyelia 119 106 13
Bidan Ahli Pertama 55 59 -4
Bidan Ahli Muda 64 64 0
Bidan Ahli Madya 19 20 -1
Bidan Ahli Utama 0 0 0
4 DOKTER 0 87 174 -87
Dokter Ahli Pertama 32 120 -88
Dokter Ahli Muda 51 51 0
Dokter Ahli Madya 4 3 1
Dokter Ahli Utama 0 0 0
5 DOKTER GIGI 0 25 56 -31
Dokter Gigi Ahli
3 35
Pertama -32
Dokter Gigi Ahli Muda 16 15 1
Dokter Gigi Ahli Madya 6 6 0
Dokter Gigi Ahli Utama 0 0 0
6 NUTRISIONIS 0 31 61 -30
Nutrisionis Pelaksana 10 40 -30
Nutrisionis Pelaksana
11 11
Lanjutan 0

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 26


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Nutrisionis Penyelia 7 7 0
Nutrisionis Ahli Pertama 1 1 0
Nutrisionis Ahli Muda 2 2 0
Nutrisionis Ahli Madya 0 0 0
Nutrisionis Ahli Utama 0 0 0
PENYULUH
7 KESEHATAN
MASYARAKAT 0 11 62 -51
Penyuluh Kesehatan
0 0
Masyarakat Pelaksana 0
Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Pelaksana 0 50
Lanjutan -50
Penyuluh Kesehatan
0 0
Masyarakat Penyelia 0
Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Ahli 4 5
Pertama -1
Penyuluh Kesehatan
5 5
Masyarakat Ahli Muda 0
Penyuluh Kesehatan
2 2
Masyarakat Ahli Madya 0
Penyuluh Kesehatan
0 0
Masyarakat Ahli Utama 0
PRANATA
8 LABORATORIUM
KESEHATAN 22 65 -43
Pranata Laboratorium
3 43
Kesehatan Pelaksana -40
Pranata Laboratorium
Kesehatan Pelaksana 15 14
Lanjutan 1
Pranata Laboratorium
3 3
Kesehatan Penyelia 0
Pranata Laboratorium
Kesehatan Ahli 1 5
Pertama -4
Pranata Laboratorium
0 0
Kesehatan Ahli Muda 0
Pranata Laboratorium
0 0
Kesehatan Ahli Madya 0
Pranata Laboratorium
0 0
Kesehatan Ahli Utama 0
9 SANITARIAN 0 66 75 -9
Sanitarian Pelaksana 11 19 -8
Sanitarian Pelaksana
13 13
Lanjutan 0
Sanitarian Penyelia 38 38 0
Sanitarian Ahli Pertama 3 4 -1
Sanitarian Ahli Muda 1 1 0
Sanitarian Ahli Madya 0 0 0

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 27


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Sanitarian Ahli Utama 0 0 0


10 ASISTEN APOTEKER 0 46 69 -23
Asisten Apoteker
20 42
Pelaksana -22
Asisten Apoteker
14 15
Pelaksana Lanjutan -1
Asisten Apoteker
12 12
Penyelia 0
Asisten Apoteker Ahli
0 0
Pertama 0
Asisten Apoteker Ahli
0 0
Muda 0
Asisten Apoteker Ahli
0 0
Madya 0
Asisten Apoteker Ahli
0 0
Utama 0
11 PERAWAT GIGI 0 43 64 -21
Perawat Gigi Pelaksana 12 32 -20
Perawat Gigi Pelaksana
16 17
Lanjutan -1
Perawat Gigi Penyelia 14 14 0
Perawat Gigi Ahli
1 1
Pertama 0
Perawat Gigi Ahli Muda 0 0 0
Perawat Gigi Ahli
0 0
Madya 0
Perawat Gigi Ahli
0 0
Utama 0
12 RADIOGRAFER 0 2 57 -55
Radiografer Pelaksana 1 55 -54
Radiografer Pelaksana
1 2
Lanjutan -1
Radiografer Penyelia 0 0 0
13 PEREKAM MEDIS 0 1 55 -54
Perekam Medis
1 55
Pelaksana -54
Perekam Medis
0 0
Pelaksana Lanjutan 0
Perekam Medis
0 0
Penyelia 0
ADMINISTRATOR
14
KESEHATAN 0 0 60 -60
Administrator
Kesehatan Ahli 0 59
Pertama -59
Administrator
0 1
Kesehatan Ahli Muda -1
Administrator
0 0
Kesehatan Ahli Madya 0
15 EPIDEMIOLOGI 0 0 62 -62
Epidemiologi
0 1
Kesehatan Pelaksana -1
Epidemiologi
Kesehatan Pelaksana 0 52
Lanjutan -52

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 28


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Epidemiologi
0 2
Kesehatan Penyelia -2
Epidemiologi
Kesehatan Ahli 0 7
Pertama -7
Epidemiologi
0 0
Kesehatan Ahli Muda 0
Epidemiologi
0 0
Kesehatan Ahli Madya 0

Berdasarkan hasil Analisis Beban Kerja data di atas dapat kita simpulkan
bahwa di Kabupaten Cirebon dari 15 jenis tenaga kesehatan, kebutuhan tenaga Bidan
paling tinggi dibandingkan tenaga kesehatan yang lainnya yaitu sebanyak 229 orang,
dokter umum sebanyak 87 orang, Epidemiologi sebanyak 62 orang, Administrasi
Kesehatan sebanyak 60 orang, Radiografer sebanyak 54 orang, Apoteker sebanyak
55 orang, Perekam Medis 54 orang, Pranata Laboratorium Kesehatan sebanyak
43 orang, Dokter Gigi sebanyak 31 orang, Asissten Apoteker 23 orang, Perawat Gigi
21 orang, Nutrisionis 30 orang, tenaga Perawat 61 orang dan tenaga Sanitarian hanya
9 orang. Walaupun kebutuhan tenaga Sanitarian hanya 9 orang akan tetapi
penyebaran tenaga kesehatan tersebut masih belum merata, itu disebabkan karena
ada Puskesmas yang memiliki dua tenaga kesehatan Sanitarian sementara di
Puskesmas lain ada yang belum memiliki tenaga Sanitarian.
Jika kita lihat dari kebutuhan tiap-tiap Puskesmas yang masih belum
memenuhi standar ketenagaan minimal untuk jenis tenaga dokter umum
(2 Puskesmas), tenaga dokter gigi (22 Puskesmas), tenaga kefarmasian
(18 Puskesmas), tenaga kesehatan masyarakat (26 Puskesmas), tenaga Sanitarian
(6 Puskesmas), tenaga gizi (13 Puskesmas), dan ahli teknik laboratorium medik
(6 Puskesmas).
Tabel 2.2
Keadaan dan Kebutuhan Tenaga Kesehatan per Puskesmas Berdasarkan
Permenkes No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas

PEMENUHAN 5 PEMENUHAN 9
JENIS TENAGA JENIS TENAGA
No. NAMA PUSKESMAS
(Farmasi, Kesmas, KESEHATAN
Kesling, Gizi, ATLM) MINIMAL
1 Puskesmas Astanajapura Memenuhi Memenuhi
2 Puskesmas Astanalanggar Belum Memenuhi Belum Memenuhi
3 Puskesmas Tengahtani Belum Memenuhi Belum Memenuhi
4 Puskesmas Babakan Belum Memenuhi Belum Memenuhi
5 Puskesmas Beber Memenuhi Memenuhi

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 29


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

6 Puskesmas Bunder Belum Memenuhi Belum Memenuhi


7 Puskesmas Cibogo Memenuhi Belum Memenuhi
8 Puskesmas Ciledug Memenuhi Belum Memenuhi
9 Puskesmas Ciperna Belum Memenuhi Belum Memenuhi
10 Puskesmas Ciwaringin Memenuhi Memenuhi
11 Puskesmas Dukupuntang Memenuhi Memenuhi
12 Puskesmas Gebang Memenuhi Belum Memenuhi
13 Puskesmas Gegesik Belum Memenuhi Belum Memenuhi
14 Puskesmas Gembongan Belum Memenuhi Belum Memenuhi
15 Puskesmas Gempol Belum Memenuhi Belum Memenuhi
16 Puskesmas Gunung Jati Belum Memenuhi Belum Memenuhi
17 Puskesmas Jagapura Belum Memenuhi Belum Memenuhi
18 Puskesmas Bangodua Memenuhi Belum Memenuhi
19 Puskesmas Kalimukti Memenuhi Belum Memenuhi
20 Puskesmas Kaliwedi Memenuhi Belum Memenuhi
21 Puskesmas Kamarang Memenuhi Belum Memenuhi
Karang
22 Puskesmas Belum Memenuhi Belum Memenuhi
Sembung
23 Puskesmas Karangsari Belum Memenuhi Belum Memenuhi
24 Puskesmas Kedaton Memenuhi Memenuhi
25 Puskesmas Kedawung Memenuhi Memenuhi
26 Puskesmas Kepuh Belum Memenuhi Belum Memenuhi
27 Puskesmas Klangenan Belum Memenuhi Belum Memenuhi
28 Puskesmas Kubangdeleg Belum Memenuhi Belum Memenuhi
29 Puskesmas Nanggela Belum Memenuhi Belum Memenuhi
30 Puskesmas Kalimaro Belum Memenuhi Belum Memenuhi
31 Puskesmas Losari Memenuhi Belum Memenuhi

32 Puskesmas Lurah Memenuhi Belum Memenuhi

33 Puskesmas Mayung Belum Memenuhi Belum Memenuhi

34 Puskesmas Mundu Belum Memenuhi Belum Memenuhi

35 Puskesmas Pabuaran Memenuhi Memenuhi

36 Puskesmas Palimanan Memenuhi Memenuhi

37 Puskesmas Pangenan Belum Memenuhi Belum Memenuhi

38 Puskesmas Pangkalan Belum Memenuhi Belum Memenuhi

39 Puskesmas Panguragan Belum Memenuhi Belum Memenuhi

40 Puskesmas Pasaleman Memenuhi Belum Memenuhi

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 30


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

41 Puskesmas Plered Belum Memenuhi Belum Memenuhi

42 Puskesmas Plumbon Belum Memenuhi Belum Memenuhi

43 Puskesmas Sedong Memenuhi Memenuhi

44 Puskesmas Sendang Memenuhi Belum Memenuhi

45 Puskesmas Sidamulya Belum Memenuhi Belum Memenuhi

46 Puskesmas Sindangjawa Belum Memenuhi Belum Memenuhi

47 Puskesmas Sindanglaut Belum Memenuhi Belum Memenuhi

48 Puskesmas Sumber Memenuhi Memenuhi

49 Puskesmas Suranenggala Belum Memenuhi Belum Memenuhi

50 Puskesmas Susukan Belum Memenuhi Belum Memenuhi

51 Puskesmas Susukan Lebak Belum Memenuhi Belum Memenuhi

52 Puskesmas Talun Belum Memenuhi Belum Memenuhi

53 Puskesmas Tegalgubug Belum Memenuhi Belum Memenuhi

54 Puskesmas Pabedilan Memenuhi Belum Memenuhi

55 Puskesmas Waled Memenuhi Belum Memenuhi

56 Puskesmas Jamblang Belum Memenuhi Belum Memenuhi

57 Puskesmas Waruroyom Memenuhi Memenuhi

58 Puskesmas Watubelah Memenuhi Memenuhi

59 Puskesmas Winong Memenuhi Belum Memenuhi

60 Puskesmas Pamengkang Belum Memenuhi

61 Labkesda Belum Memenuhi Belum Memenuhi

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat pemenuhan 5 jenis tenaga


kesehatan (Farmasi, Kesmas, Kesling, Gizi, ATLM) di Puskesmas masih belum
terpenuhi yaitu ada 43% (26 Puskesmas) yang sudah memenuhi dan 57% (34
Puskesmas) belum memenuhi. Sedangkan jika dilihat dari pemenuhan 9 jenis Tenaga
Kesehatan minimal yang sudah memenuhi baru mencapai 23,3% (14 Puskesmas) dan
yang belum 76,6 % (46 Puskesmas).

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Cirebon dalam hal
pendistribusian SDMK masih belum merata oleh karena itu sangat perlu adanya
perencanaan SDMK, antara lain distribusi, redistribusi, pemenuhan kebutuhan SDMK
secara riil sesuai dengan beban kerja organisasi, dan bahan perencanaan mutasi
pegawai dari unit yang berlebihan ke unit yang kekurangan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 31


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

2.3.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan

A. UPT Puskesmas dan UPT Labkesda


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas juga memiliki fungsi sebagai
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan
tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2015).

Dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan kepada


masyarakat, pada akhir tahun 2017 ada penambahan jumlah Puskesmas yang semula
57 menjadi 60 Puskesmas, yaitu Puskesmas Kalimaro di Kecamatan Gebang,
Puskesmas Nanggela di Kecamatan Greged dan Puskesmas Pamengkang di
Kecamatan Mundu. Berdasarkan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 11 Tahun 2018
tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas dan Badan di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon, terdapat 60 UPTD Puskesmas yang
tersebar di 40 kecamatan dan 1 UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
Berdasarkan jenis pelayanan, dari 60 Puskesmas tersebut terdapat 11 Puskesmas
Rawat Inap dengan tempat tidur sebanyak 125 buah, dan 49 Puskesmas Non Rawat
Inap, dari 60 Puskesmas tersebut ada 35 Puskesmas mampu PONED, 71 Puskesmas
Pembantu serta 61 unit Puskesmas Keliling.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 32


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Selanjutnya Organisasi, Fungsi dan Tugas Pokok UPTD Puskesmas dan


UPTD Labkesda diatur dalam Peraturan Bupati Cirebon Nomor 43 Tahun 2018
sebagai berikut :
1. Fungsi dan Tugas Pokok Puskesmas :
a. Pelaksanaan dan pengendalian urusan ketatausahaan Puskesmas;
b. Pelaksanaan perencanaan kegiatan yang berkaitan dengan kebijakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya;
c. Pelaksanaan komunikasi, informasi dan edukasi pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan di wilayah kerjanya;
d. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat di wilayah kerjanya;
e. Pelaksanaan teknis operasional pelayanan kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan, dan bermutu;
f. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar berupa rawat jalan dan atau
rawat inap di Puskesmas Rawat Inap secara komprehensif, berkesinambungan,
dan bermutu;

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 33


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

g. Pelaksanaan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan system


rujukan;
h. Pelaksanaan pembinaan teknis fungsional jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat di wilayah kerjanya;
i. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan UPTD Puskesmas;
j. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai dengan fungsi yang diberikan
oleh Kepala Dinas.
Tugas pokok kepala Puskesmas adalah memimpin, mengoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas di bidang pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
2. Fungsi dan Tugas Pokok Labkesda
a. pelaksanaan perencanaan dan program UPTD Labkesda;
b. pelaksanaan pelayanan laboratorium klinik berupa pemeriksaan di bidang
hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitology klinik, imunologi
klinik, patologi anatomi, dan atau bidang lain yang berkaitan dengan
kepentingan kesehatan perorangan;
c. pelaksanaan pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat berupa
pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia dan atau bidang lain yang
berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat;
d. pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, pengendalian dan pengembangan
pelayanan laboratorium kesehatan daerah di wilayah kerjanya;
e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga UPTD Labkesda;
f. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan UPTD Labkesda; dan
g. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai dengan fungsi yang diberikan
oleh Kepala Dinas.
Tugas pokok kepala Labkesda adalah memimpin, mengoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas UPTD Labkesda di bidang pelayanan
laboratorium kesehatan.

B. Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar
dan/atau spesialistik. Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi klinik
pratama dan klinik utama. Klinik pratama merupakan Klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus. Sedangkan Klinik utama

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 34


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau


pelayanan medik dasar dan spesialistik (Permenkes No.9 Tahun 2009). Di Kabupaten
Cirebon jumlah dan sebaran Klinik dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 2.3
Klinik berdasarkan Jenis, Tempat dan MOU dengan BPJS
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2018

Jenis MOU dg
Kecamatan Puskesmas Nama Klinik Nama Penggungjawab
Klinik BPJS
Pratama Astanajapura Astanajapura KLINIK PRATAMA dr. EVAN WAHYUDY Ya
MULYA MEDIKA LADALA
Beber Beber KLINIK dr. MOCHAMAD TAUFIK
ARRAHMAN
MEDICAL
CENTRE
Ciwaringin Ciwaringin KLINIK PRATAMA dr. DEDY SETRIYADI Ya
INTAN
Dukupuntang Dukupuntang KLINIK PRATAMA dr. DIAN Ya
RAHMAT NUGRAHANINGSIH
Gempol Gempol KLINIK PRATAMA dr. SAMSUL QOMAR Ya
24 JAM PT.
INDOCEMENT
TUNGGAL
PRAKARSATbk.
Gunungjati Gunungjati KLINIK PRATAMA dr. KATIBI Ya
DUNIA MEDIKA
KLINIK PRATAMA dr. JOICE UNTARI, M.
KLAYAN SEHAT H.Kes
KLINIK PRATAMA dr. RIBUD ANGGORO Ya
SEHATI
Klangenan Klangenan KLINIK PRATAMA dr. TRIMARIA MUTIANA
AFISHA SUKARNA
KLINIK PRATAMA dr. H. BUDI SETIAWAN
ASSALAM SOENJAYA
Jemaras KLINIK PRATAMA dr. MASRINIH
JEMARAS SEHAT
Greged Kamarang KLINIK PRATAMA dr. ELI TOYIBAH
ALWAN
Weru Karangsari KLINIK PRATAMA dr. HUMIRAS ELY Ya
AZ-ZAHRA DARMA. S
KLINIK PRATAMA dr. SUHADI Ya
BUDI ASIH MED.
CEN.
KLINIK PRATAMA dr. RIA PRIHATINI
KECANTIKAN RIA
BEAUTY CENTER
KLINIK PRATAMA dr. FUAD ZAINUDIN
MEGU SEHAT
Karang Karangsembung KLINIK PRATAMA dr. ANA ARMAWATI Ya
Sembung AMANAH MEDIKA
Kedawung Kedawung KLINIK PRATAMA dr. DIAN ANDRIANI Ya
CAHAYA
KELUARGA

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 35


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

KLINIK PRATAMA dr. ATIKA NOPITRI


JASA PRIMA
KLINIK PRATAMA dr. ELISADEWI
K2S TRIANASARI
KLINIK PRATAMA dr. ROBIATUL
SAMUDRA ALAWIYAH
MEDIKA
Mundu Mundu KLINIK PRATAMA dr. SRI INDAHYATI Ya
AKBAR
KLINIK PRATAMA dr. AHMAD SUBHI
ANANDA TAUFIEQURROHMAN
KLINIK PRATAMA dr. Hj. KOMALA
BHAKTI MULYA
Pabuaran Pabuaran KLINIK PRATAMA dr. Hj. JUHAERIAH Ya
JUHAERIAH
MEDICAL
CENTRE
KLINIK PRATAMA dr. JAENUDIN Ya
MEDIKA
KLINIK PRATAMA dr. CHARKORO
DUA PUTRA
MEDIKA
Palimanan Palimanan KLINIK PRATAMA dr. ASEP MUNANDAR
SAKIRA
Plered Plered KLINIK PRATAMA dr. NIKLAH ZAIDAH Ya
AFIAT
Plumbon Plumbon KLINIK NAYAKA dr. SAERIYAH Ya
HUSADA 01
PLUMBON
KLINIK PRATAMA dr. H. EDI SUSANTO Ya
MEDISSA
PLUMBON
KLINIK PRATAMA dr. DIAH PENAKA SARI Ya
NATHANIA
KLINIK PRATAMA dr. H. DJADJAT
NAYAKA HUSADA MOELKAN S.
Sumber Sendang KLINIK PRATAMA dr. FARAH DWI
BMS ANGGRAENI
KLINIK PRATAMA dr. AHMAD QOYYIM,
IBNU QOYYIM MARS
KLINIK PRATAMA dr. IDA FARIDA
NIATHA
Sumber KLINIK PRATAMA dr. IRWAN RINALDI
PPK I POSKES WIHARJA
03.10.19 KAB.
CIREBON
Watubelah KLINIK PRATAMA dr. NURMAN HIDAYAT
KELUARGA dr.
NOERMAN
KLINIK PRATAMA dr. MUHAMAD FIRDAUS
KIMIA FARMA ADITAMA
SUMBER
KLINIK PRATAMA dr. PUSPITA DWI
POLRES WARDHANI
CIREBON
Lemah Sindanglaut KLINIK PRATAMA dr. H. MUHAMAD Ya
Abang DIANA AKHIDIYAT
KLINIK PRATAMA dr. MUHAMAD
MITRA BAKTI SUDIYONO Ya

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 36


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

KLINIK PRATAMA
MUHAMMADIYAH dr. ALAMSYAH
LEMAHABANG Ya
KLINIK PRATAMA
PKU
MUHAMMADIYAH dr. ASEP ARIES
24 JAM SUDRAJAT
Susukan KLINIK PRATAMA
Susukan BAGUS dr. DEWIYANTI
Talun KLINIK PRATAMA
Detasemen C
Pelopor Satbrimob dr. NOVRIDA ANGGUN
Talun Polda Jabar FAUZIAH AAZIS
KLINIK PRATAMA dr. FEBRIANA
DOKTER ANDA KURNIASARI N.
KLINIK PRATAMA dr. FAUZI AGUNG
SEHAT SENTOSA NUGROHO Ya
dr. LUTHFIAH
Arjawinangun KLINIK
ARJAWINANGUN dr. MUCHAMMAD
Tegalgubug SEHAT JALALUDDIN MACHALLI
Tengahtani KLINIK PRATAMA
CENTRAL
Tengahtani MEDIKA dr. SHEILA NADIRA
Pabedilan KLINIK PRATAMA
KELUARGA dr. YADI SUPRIADI, M.
Pabedilan SEHAT Hkes
Jamblang KLINIK PRATAMA
Jamblang HIDAYAH MEDIKA dr. TOPAN WIBISANA
KLINIK PRATAMA
MUTIARA MEDIKA dr. SRI MULYATI
Depok KLINIK PRATAMA
Waruroyom BINTANG dr. SUHERNI Ya
KLINIK PRATAMA dr. LUTFIA PUTRI
BRAJA MEDIKA BASTIAN Ya
KLINIK PRATAMA dr. EKO FERDIANSYAH
QIANA MEDIKA SURYA AJI
Utama Ciledug Ciledung KLINIK UTAMA dr. M. HARIS, SpOG.
ANNISA
Gunungjati Gunungjati KLINIK UTAMA dr. MOHAMMAD
LMC LUTHFI,
KEMOTERAPI Sp.PD., FINASIM
DAN
HEMATOLOGI
CIREBON
Weru Karangsari KLINIK UTAMA dr. SIBLI, Sp.PD
MEGU MEDICAL
CENTRE
Kedawung Kedawung KLINIK UTAMA dr. MOEHAMAD IRFAN,
CIDENG MEDICAL Sp.OG. MARS
CENTER
KLINIK UTAMA dr. H. HERDI WIBOWO,
WIDARASARI Sp.OG., SH., M.Hkes
Pabuaran Pabuaran KLINIK UTAMA dr. KANDASER
SRI RATU SUMBAYAK, Sp., OG
KLINIK UTAMA dr. TAUFIQ
TMW MUHIBBUDDIN WALY.
Sp. PD
Sumber Sumber KLINIK UTAMA dr. ADHI MUHARROM
SUMBER Sp.P

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 37


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

MEDICAL
CENTER
Arjawinangun Tegalgubug KLINIK UTAMA dr. WAWIN WILMAN
SEHAT ABDULHADI, Sp.M
ANUGERAH

Jumlah Klinik di Kabupaten Cirebon tahun 2018 sebanyak 65 klinik yang terdiri
dari 9 (13,84%) klinik utama milik swasta dan 58 (86,6%) klinik pratama yang terdiri
dari 1 klinik milik Polres Ciribon, 1 klinik milik Brimob Den C, 1 klinik milik Kodim 0620
dan 55 klinik milik swasta.
Penyebaran klinik kesehatan di Kabupaten Cirebon masih belum merata yaitu
dari 40 kecamatan di Kabupaten Cirebon baru 28 Kecamatan yang memiliki klinik baik
pratama maupun utama, terlihat dari data diatas masih ada kecamatan yang belum
mempunyai klinik kesehatan sebanyak 28 kecamatan, akan tetapi dari 28 Kecamatan
tersebut ada yang berdekatan jaraknya dengan Rumah Sakit Umum Daerah ataupun
Puskesmas DTP yang buka 24 jam, sehingga pelayanan kesehatan tetap dapat
dilayani oleh tenaga kesehatan.
Menurut Permenkes No 46 tahun 2015 tentang akreditasi Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) termasuk didalamnya adalah klinik. Namun di Kabupaten
Cirebon akreditasi FKTP masih dalam proses pengakreditasian. Jadi dari 65 klinik di
Kabupaten Cirebon baru satu klinik kesehatan yang sedang dalam proses akreditasi
yaitu Klinik Dunia Medika, Kecamatan Gunungjati.
Sedangkan klinik yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dari 65 klinik ada
24 (36,9%) klinik yang sudah bekerjasama dan masih ada 41 klinik (63,1%) yang
belum bekerjasama.

C. Rumah Sakit
Selain upaya promotif dan preventif, upaya kuratif dan rehabilitatif merupakan
upaya yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut yang memberikan pelayanan
rujukan dari fasilitas pelayanan tingkat pertama terutama dalam upaya kuratif dan
rehabilitative. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Tahun 2018
terdapat 11 Rumah Sakit di Kabupaten Cirebon terdiri dari:
1. Rumah Sakit Pemerintah : RSUD Arjawinangun (BLUD kelas B) dan RSUD
Waled (BLUD kelas B)

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 38


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

2. Rumah Sakit Swasta : RS Mitra Plumbon (kelas B), RS Pertamina Cirebon (kelas
C), RS Sumber Waras (kelas B), RS Permata (kelas B), RS Universitas
Muhammadiyah Cirebon (kelas C) dan RS Sumber Hurip (kelas D).
3. Rumah Sakit Khusus : RS Paru Provinsi Jawa Barat (kelas B), RS Khusus Jantung
Hasna Medika (kelas B) , RSIA Khalisah (kelas C).

Rasio jumlah TT (Tempat Tidur) Rumah Sakit dibanding jumlah penduduk


idealnya adalah 1 : 1000. Pada tahun 2018 rasio jumlah TT rumah sakit dibanding
jumlah penduduk 1.895 : 2.162.576 atau sebesar 1 : 1.141 artinya bahwa setiap 1 TT
rumah sakit yang tersedia untuk 1.141 penduduk. Bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada tahun 2018 seharusnya jumlah TT rumah sakit di Kabupaten Cirebon
sebesar 2.163 TT, sedangkan jumlah TT tahun 2018 sebesar 1.895 TT berarti masih
ada kekurangan TT rumah sakit di Kabupaten Cirebon sebesar 268 TT.

Tabel 2.4
Rumah Sakit Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur dan Ruangan Intensif Care
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2018
JUMLAH INTENSIF CARE
JML
JML JML TT JML TOTAL
NO NAMA RS RUANG
TT KELAS III HCU ICU NICU PICU ICCU INT
ISOLASI
CARE
RSUD 225 16
1 414 30 8 6 4 2 4
Arjawinangun (54,3 %) ( 3,8%)
RS Jantung 16 4
2 51 - - - - - 4
Hasna Medika (31,4 %) (7,8 %)
21 0
3 RSIA Khalisah 69 4 2 - - - -
(30,4 %) (0 %)
RS Mitra 105 24
4 331 6 11 6 13 5 -
Plumbon (31,7 %) (7,2%)
RS Paru Prov 56 5
5 113 - - 5 - - -
Jawa Barat (49,5 %) (4,5%)
35 12
6 RS Permata 144 - 2 2 2 2 6
(24,3 %) (8,3 %)
RS Pertamina 18 3
7 100 3 1 2 1 - -
Cirebon (18%) (3%)
RS Sumber 36 0
8 78 1 - - - - -
Hurip (35,8%) ( 0%)
11
RS Sumber 54
9 206 5 4 5 4 - 2 (5,3 %)
Waras (26,2 %)
72 1
10 RS UMC 122 2 2 1 - - -
(59,0 %) (0,82%)
165 19
11 RSUD Waled 267 6 - 6 9 4 -
(73, 2%) (7,1 %)
JUMLAH 1895 803 53 30 33 33 13 16 95

Jumlah intensive care di RS idealnya minimanl 5 % dari keseluruhan TT di RS.


Tahun 2018 jumlah intensive care di RS se Kab.Cirebon sebanyak 79 TT, yang terdiri

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 39


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

dari ICU : 33 TT, NICU : 33 TT, PICU : 13 TT , ICCU : 16 TT. Berarti jumlah intensive
care sudah sesuai yaitu 7,1 %. Tetapi dalam pelayanan rujukan yang memerlukan
intensif care terutama ICU, NICU dan PICU di rumah sakit sering terkendala ruangan
penuh karena jumlah pasien yang memerlukan intensif care tidak sebanding dengan
ketersediaan sarana intensif care di rumah sakit.
Jumlah TT kelas III idealnya di RS Pemerintah : minimial 30 % dan di RS
Swasta : minimal 20 % dari TT keseluruhan RS. Jumlah TT kelas III di RS Kabupaten
Cirebon sudah sesuai, adapun rinciannya sebagai berikut :
1. Jumlah total TT kelas III di RS PemKab : 421 dari 693 TT di RS PemKab (60,7%)
2. Jumlah total TT kelas III di RS PemProv : 56 dari 112 TT di RS PemProv (50%)
3. Jumlah total TT kelas III di RS Swasta : 288 dari 1110 TT di RS Swasta (25,9%)

Tabel 2.5
Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan dan Status Kelas
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2018

M
MOU
WILA PEMI AKREDITASI/ ALAMAT
NO NAMA RS JENIS KELAS DGN
YAH LIK TAHUN (Kecamatan)
BPJ
S
RSUD
1 Pem 
Barat Umum B Paripurna/2017 Arjawinangun
1 Arjawinangun Kab Ya
RS 2Jantung 
Barat Swasta Jantung B Khusus Paripurna/2017 Palimanan
2 Hasna Medika Ya
3 Ibu dan 
RSIA Khalisah Barat Swasta C Khusus Perdana/2017 Palimanan
3 Anak Ya
RS 4Sumber 
Barat Swasta Umum B Paripurna/2017 Ciwaringin
4 Waras Ya
RS 5Mitra 
Tengah Swasta Umum B Paripurna/2018 Plumbon
5 Plumbon Ya
6 
RS Permata Tengah Swasta Umum B Utama/2018 Kedawung
6 Ya
RS 7Paru Prov PemPr 
Tengah Paru B Khusus Paripurna/2017 Sumber
7 Jawa Barat ov Ya
RS 8Sumber 
Tengah Swasta Umum D Perdana/2018 Sumber
8 Hurip Ya
9 
RS UMC Timur Swasta Umum C Perdana / 2018 Astanajapura
9 Ya
1 PemKa 
RSUD Waled Timur Umum B Paripurna/2016 Waled
10 b Ya
RS Pertamina 
11 Utara Swasta Umum C Paripurna/2016 Gunungjati
Cirebon Ya

Sebaran Rumah Sakit di Kabupaten Cirebon dan distribusi berdasarkan kelas


RS belum merata. RS di wilayah barat dan tengah lebih banyak dibandingkan wilayah
timur. RS kelas B lebih banyak dibandingkan RS kelas C dan D. Sedangkan sistem

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 40


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

rujukan di era JKN dilaksanakan berjenjang berdasarkan kelas RS. Berbagai faktor
tersebut dapat menyebabkan timbulnya permasalahan dalam pelayanan rujukan di
Kabupaten Cirebon sehingga diupayakan system regionalisasi rujukan yang seoptimal
mungkin untuk memenuhi pelayanan rujukan bagi masyarakat.

2.3.4. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)

Peran masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan kesehatan guna


mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Masyarakat
dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan melalui UKBM seperti pos
pelayanan terpadu (Posyandu Balita, Posyandu Lansia), Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), pos kesehatan desa (Poskesdes) dan desa
siaga aktif.

A. Pos Pelayanan terpadu (Posyandu)


Posyandu merupakan salah satu UKBM yang paling aktif. Keberadaan posyandu
sampai saat ini masih memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada golongan balita, dan ibu
hamil. Posyandu memiliki lima program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare.
Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk dan bersama masyarakat.

Tabel 2.6
Strata Posyandu Per Puskesmas di Kabupaten Cirebon
Tahun 2018

STRATA POSYANDU POSYANDU


No PUSKESMAS
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI ∑ AKTIF
1 Astanajapura - 33 8 3 44 11
2 Astanalanggar - 13 8 1 22 9
3 Astapada - - 23 29 52 52
4 Babakan - 34 17 5 56 22
5 Beber - 16 32 10 58 42
6 Bunder - 15 10 1 26 11
7 Cibogo - 14 15 1 30 16
8 Ciledug - 36 25 3 64 28
9 Ciperna - 5 27 5 37 32
10 Ciwaringin - 22 22 2 46 24
11 Dukupuntang - 12 22 5 39 27
12 Gebang - 27 15 4 46 19
13 Gegesik - 7 39 4 50 43

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 41


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

14 Gembongan - 16 7 3 26 10
15 Gempol - 19 6 1 26 7
16 Gunungjati - 8 32 16 56 48
17 Jagapura - 27 4 1 32 5
18 Jemaras - 3 17 6 26 23
19 Kalibuntu - 25 8 2 35 10
20 Kalimaro - 14 6 2 22 8
21 Kaliwedi - 22 21 1 44 22
22 Kamarang - 20 13 2 35 15
23 Karangsari - 62 11 5 78 16
24 Karangsembung - - 2 45 47 47
25 Kedaton - 17 45 3 65 48
26 Kedawung - 7 37 16 60 53
27 Klangenan - 27 11 2 40 13
28 Kubangdeleg - - 31 12 43 43
29 Losari - 13 19 2 34 21
30 Lurah - 4 26 14 44 40
31 Mayung - 8 6 10 24 16
32 Mundu - 18 19 7 44 26
33 Nanggela - 21 10 2 33 12
34 Pabuaran - 28 17 1 46 18
35 Pamengkang - 14 15 4 33 19
36 Pangenan - 27 16 4 47 20
37 Pangkalan - 14 2 5 21 7
38 Panguragan - 44 10 2 56 12
39 Pasaleman - - 31 2 33 33
40 Plered - 19 16 8 43 24
41 Plumbon - 4 42 18 64 60
42 Sedong - 24 25 4 53 29
43 Sendang - - 25 6 31 31
44 Sidamulya - 14 6 6 26 12
45 Sindanglaut - 29 34 5 68 39
46 Sumber - - 28 6 34 34
47 Suranenggala - 35 10 2 47 12
48 Susukan - 42 13 1 56 14
49 Susukan Lebak - 16 27 5 48 32
50 Talun - 45 14 4 63 18
51 Tegalgubug - 33 34 14 81 48
52 Tersana - 22 9 2 33 11
53 Waled - 19 11 2 32 13
54 Wangunharja - 27 17 2 46 19
55 Waruroyom - 26 29 19 74 48
56 Watubelah - 19 35 12 66 47
57 Winong - 14 8 1 23 9
JUMLAH - 1.123 1.097 398 2.618 1.495

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 42


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Grafik 2.2
Persentase Strata Posyandu Tahun 2016-2018

48.64
42.85 43.16 42.9 41.9
37.94

13.42 15.2
8.82
5.17
0 0

2016 2017 2018


Pratama Madya Purnama Mandiri

Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa perkembangan posyandu di


Kabupaten Cirebon terutama untuk posyandu mandiri mengalami peningkatan dari
134 posyandu pada tahun 2016 menjadi 398 posyandu di tahun 2018. Sementara
pada tahun 2018 dari 2618 posyandu yang ada di Kabupaten Cirebon ada sekitar 1495
atau 57,10% posyandu merupakan posyandu aktif. Posyandu aktif adalah posyandu
yang dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali dengan rata-rata kehadiran kader
sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima program kegiatan utamanya lebih dari
50% dan posyandu mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang
pesertanya 50% atau lebih berasal dari kepala keluarga yang berdomisili di wilayah
kerja posyandu.

B. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM )


Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara
terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,
obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindaklanjuti secara
dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 43


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung
dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sedangkan sasaran utama adalah
kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.
Wadah pelaksanaan posbindu adalah Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi
dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau
di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam
jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub
olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian
yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan
yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan
sarana dan tenaga yang ada.
Di Kabupaten Cirebon, Posbindu PTM mulai terbentuk pada tahun 2013, diawali
dengan pelatihan kader untuk 5 Puskesmas terpilih. Setiap Puskesmas membentuk 3
Posbindu PTM, sehingga pada tahun 2013 sudah terbentuk 15 Posbindu PTM dengan
75 kader terlatih (masing-masing Posbindu 5 kader). Semula Kegiatan PTM masuk
dalam tupoksi Seksi Surveilans, tetapi pada tahun 2016, ada perubahan SOTK baru
sesuai dengan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 61 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Cirebon, dimana PTM menjadi seksi baru
dengan nama Seksi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa. Sampai tahun 2018 telah terbentuk 225 posbindu PTM yang tersebar
di 40 kecamatan. Kecamatan yang paling banyak memiliki posbindu PTM adalah
Waled (Puskesmas Cibogo) dan Palimanan (Puskesmas Palimanan) yaitu 14
posbindu PTM, sedangkan kecamatan yang paling sedikit memiliki posbindu PTM
adalah Kecamatan Talun (Puskesmas Ciperna) dan Kecamatan Kapetakan
(Puskesmas Kedaton) dengan 1 posbindu PTM. Jumlah kader terlatih di posbindu
PTM sampai dengan 2018 sebanyak 908 orang.
Adapun sarana Posbindu PTM berupa posbindu kit, sampai dengan tahun
2018 telah ada 79 posbindu kit yang tersebar di 225 posbindu PTM. Idealnya setiap
posbindu PTM memiliki posbindu kit. Melihat kondisi tersebut dapat dihitung
perbandingan posbindu kit dengan posbindu PTM di Kabupaten Cirebon yaitu 1 : 3
artinya 1 posbindu kit rata-rata dipakai di 3 posbindu PTM.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 44


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

C. Desa Siaga Aktif


Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk dapat mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Tujuan desa
siaga yaitu terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya. Desa/kelurahan siaga aktif memiliki
poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi
pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan,
surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi),
Penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2015). Suatu Desa atau Kelurahan dikatakan
sebagai Desa atau kelurahan Siaga Aktif jika memiliki komponen sebagai berikut: (1)
Pelayanan kesehatan dasar, (2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
UKBM dan mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan dan
penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan, (3) Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan kriteria
atau indikator yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan
Forum Desa dan Kelurahan.
2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka
atau memberikan pelayanan setiap hari.
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) surveilans berbasis
masyarakat, (b) penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, (c)
penyehatan lingkungan.
5. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta
dari masyarakat dan dunia usaha
6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 45


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

7. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga di desa
atau kelurahan.
Atas dasar kriteria atau indikator Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di atas, maka
perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,
sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau strata sebagai berikut:
1. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama
2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya
3. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama
4. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.

Tabel 2.7
Strata Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

No Kriteria Pratama Madya Purnama Mandiri

Ada, belum Ada, Jalan Ada, Jalan Ada, Jalan


Forum Desa /
1 berjalan belum rutin rutin tiap bulan
kelurahan
tribulan tribulan
KPM/kader Ada, min 2 Ada, 3 -5 Ada, 6 - 8 Ada, > 8
2
Kesehatan orang orang orang orang
Kemudahan Akses
3 Ya Ya Ya Ya
Yankesdas
Posyandu, Posyandu, 2 Posyandu, Posyandu,
Posyandu dan
4 UKBM lain UKBM lain 3 UKBM >= 4 UKBM
UKBM lain
belum lain lain
Dana Dana Dana Dana
Pemdes, Pemdes & Pemdes & Pemdes & >=
5 Dukungan Dana
lainnya satu sumber 2 sumber 3 sumber lain
belum ada lain lain
Peran serta Ada PSM, Ada PSM, 1 Ada PSM, Ada PSM, >
6 masyarakat (PSM) ORMAS ORMAS 2 ORMAS 2 ORMAS
dan ORMAS belum
Belum ada Ada, belum Ada, Sudah Ada, Sudah
7 Peraturan Desa
terealisasi terealisasi terealisasi
Pembinaan PHBS Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
8
rumah tangga < 20% min 20% 40% 70%

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 46


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Grafik 2.3
Strata Desa/Kelurahan Siaga Aktif
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2018

250 51,18%
51,17%

200
35,38% 34,20%
Data dalam %

150

100
9,9%
50 6,37% 3,06% 4,72%

0
Pratama Madya Purnama Mandiri
2017 234 150 27 13
2018 217 145 42 20

Grafik 5 menunjukkan bahwa lebih dari 50% desa di Kabupaten Cirebon pada
tahun 2018 adalah desa siaga aktif dengan strata pratama, sedangkan untuk strata
madya sebesar 34,20%, strata purnama sebesar 9,9% dan strata mandiri sebesar
4,72% dan jika dikumulatifkan sebesar 48.82% artinya target tahun 2018 dengan
jumlah desa siaga aktif strata madya sebesar 50% belum tercapai, masih ada
kesenjangan sekitar 1,18%.

2.3.5 Ketersediaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan


Anggaran pengadaan Obat di Kabupaten Cirebon setiap tahun selalu
fluktuatif, karena masih bergantung pada sumber dana dari APBN, yang tidak selalu
sama besar setiap tahunnya melalui dana alokasi khusus (DAK).
Grafik 2.4
Proporsi Dana Pengadaan Obat antara DAK dan APBD, dan dana JKN
Tahun 2014 - 2018
12,000,000,000
10,000,000,000
8,000,000,000
REALISASI DAK
6,000,000,000
REALISASI APBD II
4,000,000,000
REALISASI JKN
2,000,000,000
0
Th. 2014 Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 47


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Grafik 2.5
Proporsi Ketersediaan Item dan Jumlah Obat
Tahun 2015 - 2018

120
percentage (%)

100
80
60
40
20
0
Ketersediaan jumlah obat diatas 100
Jenis item obat
%
Th. 2015 92.22 41.11
Th. 2016 100 65
Th. 2017 100 60.07
Th. 2018 100 57.55

Dilihat dari ketersediaan item obat yang dibutuhkan, sudah mencapai 100%,
akan tetapi dari sisi jumlahnya masih belum mencapai angka 100 %, artinya bahwa
semua item obat yang dibutuhkan dapat terpenuhi 100% akan tetapi jumlahnya masih
kurang dari 100%.

Grafik 2.6
Proporsi Ketersediaan 20 Jenis Obat Indikator di Puskesmas
Tahun 2016 - 2018

Th. 2018 Th. 2016


94,02 83,82

Th. 2017
86,83

Dilihat dari data ketersediaan obat untuk 20 jenis obat indikator terlihat dari
tahun ke tahun selalu meningkat, tetapi belum mencapai 100%. Hali ini disebabkan
karena ada beberapa jenis obat yang tidak berhasil dalam pengadaan karena
ketidaksanggupan rekanan E-Purchasing dalam memenuhi pesanan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 48


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

2.3.6 Jaminan Pelayanan Kesehatan Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional


dan Pelayanan Jamkesda

Jenis Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Cirebon


meliputi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang terdiri dari PBI Pusat dan PBI
Daerah, Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) atau Peserta Mandiri, Peserta
Penerima Upah (PPU) dan Peserta Bukan Pekerja (BP). Pada tahun 2018 Penduduk
Kabupaten Cirebon yang telah menjadi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional
sebanyak 2.017.854 jiwa yang terdiri dari berbagai segmen kepesertaan. Adapun
rinciannya dari masing-masing jenis kepesertaan adalah sebagai berikut :
a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN sebanyak : 1.182.443 jiwa,
(56,30%)
b. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBD sebanyak : 304.649 jiwa, (14,51%)
c. Peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak : 173.786 jiwa, ( 8,28%)
d. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) sebanyak : 331.388 jiwa (15,78%)
e. Peserta Bukan Pekerja (BP) sebanyak : 25.588 jiwa. ( 1,22%)

Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Cirebon sebanyak


2.100.092 (Dua Juta Seratus Ribu Sembilan Puluh Dua) jiwa, (Sumber data dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tahun 2018) maka persentase jumlah penduduk
yang telah menjadi peserta JKN adalah sebesar 96,08% (sembilan puluh enam koma
nol delapan persen) dengan kata lain Kabupaten telah mencapai Universal Health
Coverage (UHC) Kepesertaan JKN, karena angka minimal pencapaian UHC pada
suatu wilayah kabupaten adalah apabila dari total jumlah penduduknya yang sudah
menjadi peserta JKN adalah minimal 95%.
Khusus untuk jumlah kepesertaan yang dijamin melalui anggaran APBD I
Provinsi Jawa Barat dan APBD II Kabupaten Cirebon secara bertahap setiap tahun
ditingkatkan jumlah kepesertaannya, upaya ini dilakukan dalam rangka untuk
mencapai UHC 100%, Adapun trend peningkatan jumlah peserta BPJS Kesehatan
setiap tahunnya yang dimulai dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 49


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Grafik 2.7
Trend Peningkatan Jumlah Peserta PBI Daerah Tahun 2016-2019

350,000

300,000 304,649

250,000
213,645
200,000
184,934
150,000
JUMLAH PESERTA
112,679
100,000 PBI DAERAH

61,681 63,404
50,000

0
Des-2016 Jan-17 Mei-2017 Sep-17 Des-2017 Des-2018

Berdasarkan angka capaian UHC pada tahun 2018 tersebut di atas, maka
masih terdapat jumlah penduduk yang belum mendapatkan jaminan kesehatan yaitu
sebanyak 3,92% walaupun dari angka ini tidak semua penduduk berkatogori miskin
dan tidak mampu. Selanjutnya dari jumlah penduduk yang berkatagori miskin dan tidak
mampu tersebut yang belum memiliki jaminan pelayanan kesehatan diberikan
kesempatan untuk mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh Kepala
Desa setempat.
Pada tabel dibawah ini dapat kami gambarkan pelayanan pasien Jamkesda
dengan menggunakan SKTM dari Tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 yang dirinci
berdasarkan tempat pelayanan kesehatan, jumlah pasien dan jumlah anggaran yang
dipergunakan untuk membayar biaya pelayanan kesehatan di masing-masing jenis
sarana pelayanan kesehatan.
Adapun rinciannya untuk masing-masing sarana pelayanan adalah sebagai
berikut :

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 50


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Tabel 2.8
Rekapitulasi Klaim
Pelayanan Jamkesda dengan SKTM Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
Periode Tahun 2016-2018

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018


Tempat
N
J P J
No Pelayanan
Pasien Dana Pasien Dana Pasien Dana
Rumah
1 9
1 Sakit 957 3,947,551,724 824 3,833,405,200 9,227 10,644,619,097
Pusk.Pera
2
watan dan
2 214 19,434,000 74 4,860,000 87 23,999,500
PONED

Jumlah 1,171 3,966,985,724 898 3,838,265,200 9,314 10,668,618,597

2.4. Situasi Derajat Kesehatan

2.4.1 Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator derajat


kesehatan yang digunakan sebagai salah satu dasar perhitungan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Angka harapan hidup memberikan gambaran
probabilitas umur maksimal yang dapat dicapai seorang bayi baru lahir.
Indikator ini dipandang dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa, sehingga
dijadikan salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Peningkatan Angka Harapan Hidup menunjukkan adanya
peningkatan kehidupan dan kesejahteraan penduduk serta meningkatnya derajat
kesehatan suatu bangsa.
Untuk dapat meningkatkan Umur Harapan Hidup bukan saja diperlukan
program pembangunan kesehatan namun diperlukan juga program sosial lainnya
seperti program pemberantasan kemiskinan, perbaikan kualitas lingkungan hidup,
kecukupan pangan dan gizi. Indikator Angka Harapan Hidup tidak bisa didapatkan dari
Sistem pencatatan pelaporan rutin, tetapi estimasi berdasarkan data primer hasil
survey atau sensus yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) 2017 capaian AHH Propinsi
Jawa Barat dari tahun 2012 berkisar 71,82 setiap tahunnya meningkat sampai pada
tahun 2017 yaitu pada angka 72,47. AHH menurut Kabupaten/Kota tertinggi berada di
Kota Bekasi dengan 74,63 tahun, dan AHH terendah berada Kabupaten Tasikmalaya
dengan 68,71. AHH Kabupaten Cirebon sebesar 71,49 tahun meningkat 0,06 point

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 51


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

bila dibandingkan pada tahun 2016 sebesar 71,43 tahun, akan tetapi masih lebih
rendah bila dibandingkan dengan AHH Propinsi Jawa Barat.

2.4.2 Angka Kematian (Mortalitas)

Angka kematian merupakan indikator outcome pembangunan kesehatan.


Angka kematian dapat menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah. Pada dasarnya penyebab kematian ada yang langsung
dan tidak langsung, walaupun dalam kenyataannya terdapat interaksi dari berbagai
faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat kematian di masyarakat.
Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian, baik langsung
maupun tidak langsung, antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi, kualitas
lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan dan lain-lain. Di Provinsi Jawa Barat
beberapa faktor penyebab kematian perlu mendapat perhatian khusus, diantaranya
yang berhubungan dengan kematian ibu dan bayi yaitu besarnya tingkat kelahiran,
umur masa paritas, jumlah anak yang dilahirkan serta penolong persalinan.
Indikator kematian yang paling sering digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita (Akaba). Indikator kematian tersebut
tidak dapat dihasilkan dari sistem pencatatan pelaporan rutin, namun berasal dari
perhitungan yang dilakukan oleh BPS.

A. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan representative nasional dan
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Pada rencana Aksi
Daerah (RAD) Sustainable Development Goals (SDG’s) pada tahun 2030 mengurangi
rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan SDKI survey terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000
KH. Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI tahun
2015 sebesar 102 per 100.000 KH. Angka Kematian Ibu di Jawa Barat tahun 2017
yang dilaporkan pada profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017 sebesar 76,03
per 100.000 KH, jika dibandingkan dengan proporsi AKI tahun 2017 yang ditargetkan,
maka AKI di Provinsi Jawa Barat sudah berada di bawah target nasional (MDGs) tahun
2015. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten /Kota di Jawa Barat tahun 2017
jumlah kematian ibu (maternal) yang terlaporkan sebanyak 696 orang
(76,03/100.000KH), jumlah ini mengalami penurunan dibanding tahun 2016, kematian

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 52


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

ibu sebanyak 799 orang. Angka Kematian Ibu tertinggi di Kabupaten Karawang
(131,4/100.000KH) dan terendah di Kota Bekasi (23,4/100.000KH).
Berdasarkan pelaporan puskesmas jumlah kematian ibu maternal (ibu hamil,
melahirkan dan ibu nifas) di Kabupaten Cirebon sangat fluktuatif, berikut dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 2.9
Jumlah Kematian Ibu maternal dan Kelahiran Hidup di Kabupaten Cirebon
Tahun 2014 – 2018

Tahun 2014 2015 2016 2017 2018


Jumlah Kematian Ibu 49 53 47 39 35
Jumlah Kelahiran Hidup 47.732 47.533 47.115 46.423 47.771
Angka Kematian Ibu (AKI) 102,7 111,5 99,8 84,0 73,3

Penyebab kematian ibu pada tahun 2018 yang tertinggi adalah disebabkan
Eklamsia 40%, kemudian diikuti oleh perdarahan sebesar 20%, jantung 14%, Infeksi
3%, DM 3% dan sisanya lain-lain sebesar 20% yang terdiri dari Emboli air ketuban,
Lupus, Oedem Paru, HIV dan Pnemonia. Berdasarkan pendidikan ibu yang terbanyak
adalah SMP 44%, kemudian diikuti oleh pendidikan SMU 32%, SD 20% dan perguruan
tinggi 4%. Bila dilihat umur ibu yang terbanyak adalah 20-34 tahun 71%, kemudian
diikuti umur > 35 tahun 20% dan < 20 tahun 9%. Sedangkan bila ditinjau dari masa/
fasenya kematian ibu, yang terbesar yaitu kematian pada ibu nifas (42,9%) kemudian
ibu hamil (34,3%) dan ibu bersalin (22,9%).
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 mengalami
peningkatan angka kematian ibu, tapi secara umum / keseluruhan dari tahun 2014 s/d
tahun 2018 angka kematian ibu menurun secara signifikan yaitu 102,7 per 100.000 kh
pada tahun 2014 menurun menjadi 73,3 per 100.000 kh pada tahun 2018. Penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut merupakan indikator dari keberhasilan atas upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Adapun upaya yang
telah dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan melalui ANC terpadu, Konsultatif Dokter spesialis kebidanan dan Anak.
Serta pengawasan yang rutin dan berkelanjutan terhadap sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan ibu dan bayi melalui penyeliaan fasilitatif rujukan, klinis dan
pembinaan sedulure PONED. Adapun upaya yang dilakukan masyarakat adalah
melalui keterlibatan masyarakat dalam tim penanggulangan komplikasi kebidanan dan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 53


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

bayi baik ditingkat kecamatan maupun desa, adanya forum motivator KIA yang
merupakan dari unsur masyarakat.
Penyebab kematian ibu sudah mengalami pergeseran, dimana dulu penyebab
tertinggi selalu didominasi oleh perdarahan tetapi sekarang didominasi oleh penyebab
eklamsia/hipertensi dalam kehamilan, dapat dilihat dari data diatas penyebab oleh
eklamsia sebesar 40% dibandingkan perdarahan yang hanya sebesar 20%. Pola
pergeseran penyebab kematian ibu ini menunjukkan adanya perbaikan baik sarana
maupun prasarana, sistem rujukan serta kesiapan/ketanggapan petugas kesehatan
dalam penanganan kasus perdarahan sehingga kasus perdarahan bisa tertolong.
Adapun fenomena meningkatnya kasus eklampsia/hipertensi dalam kehamilan
disebabkan antara lain dipicu oleh stres karena faktor ekonomi yang kurang, tingkat
pengetahuan ibu tentang kesehatan kurang (pendidikan ibu yang meninggal rata-rata
sekolah dasar) dan faktor pencetus terjadinya hipertensi dalam kehamilan cukup tinggi
(multipara).

B. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah Angka
yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000
kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas
bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu
kelahiran hidup). Selain itu Angka Kematian Bayi juga mencerminkan keadaan
derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif
terhadap keadaan lingkungan tempat orangtua si bayi tinggal dan sangat erat
kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam
bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian
akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian
angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya
intervensi yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya di bidang kesehatan
terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir perinatal dan neonatal. Pada
rencana Aksi Daerah (RAD) Sustainable Development Goals (SDG’s) pada tahun
2030 mengakhiri kematian bayi yang dapat dicegah, menurunkan angka kematian
neonatal hingga 12 per 1000 KH.
Berdasarkan SDKI tahun 2012, di Provinsi Jawa Barat mempunyai AKB
30/1.000 KH. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan, di Provinsi Jawa Barat tahun
2017 terdapat 3.077 bayi meninggal, meningkat 5 orang dibandingkan tahun 2016

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 54


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

sebesar 3.072 kematian bayi. Proporsi Kematian Bayi pada tahun 2017 di Jawa
Barat sebesar 3,4/1.000 KH, menurun 0,53 point disbanding tahun 2016 sebesar
3,93/1.000KH. Dari kematian bayi sebesar 3,4/1.000KH, terdapat angka kematian
neonatal (bayi berumur 0-28 hari) sebesar 3,1/1.000KH atau 84,63% kematian bayi
berasal dari bayi usia 0-28 hari, dengan demikian disarankan dalam penanganan
AKB lebih difokuskan pada Bayi Baru Lahir. Angka Kematian Bayi sebesar
3,4/1.000KH sudah melampaui target MDGs yang pada tahun 2015 harus sudah
mencapai 17/1.000KH. Angka Kematian Bayi tertinggi ada di Kota Banjar sebanyak
13,07/1.000KH, sedangka yang terendah di Kota Tasikmalaya sebesar
0,58/1.000KH.
Kematian Bayi di Kabupaten Cirebon pada tahun 2017 sebesar 3,9/1.000KH
masih berada di atas rata-rata Jawa Barat.
Tabel 2.10
Jumlah Kematian Bayi, Lahir Hidup dan Angka Kematian Bayi
Tahun 2014-2018

Jumlah 2014 2015 2016 2017 2018


Kematian Bayi 206 210 209 185 142
Kelahiran Hidup 47.732 47.533 47.115 46.423 47.771
Per1000
4,32 4,40 4,43 3.98 2,97
Kelahiran Hidup

Berdasarkan laporan Puskesmas, sejak 2014 - 2018 jumlah kematian bayi di


Kabupaten Cirebon cenderung menurun setiap tahunnya. Kematian bayi tahun 2018
dilaporkan sebanyak 142 kematian, jika dilihat penurunan dari tahun 2014 sangat
signifikan yaitu turun sebanyak 64 kasus kematian dari jumlah kematian 206 pada
tahun 2014, meskipun pada tahun 2015 sempat mengalami kenaikan jumlah kematian
bayi, namun berhasil turun pada tahun berikutnya. Penyebab kematian bayi masih di
dominasi oleh kasus Asfiksia dan BBLR. Perhitungan ratio kematian bayi dengan cara
membandingkan kematian bayi dengan jumlah bayi lahir hidup, pada tahun 2014
sebesar 4,32 /1000 KH turun menjadi 2,97/1000 KH pada tahun 2018 atau terjadi
penurunan sebesar 1,35 point.
Upaya-upaya yang sudah dilaksanakan adalah peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan melalui tatalaksana BBLR dan asfiksia, konsultatif dokter spesialis anak ke
puskesmas mampu PONED, penguatan pelayanan MTBS dan SDIDTK,
mengoptimalkan tim penanggulangan komplikasi dari mulai tingkat desa, tingkat

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 55


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

puskesmas dan tingkat kecamatan, melaksanakan supervisi fasilitatif setiap 6 bulan,


dan meningkatnya kepesertaan jaminan kesehatan nasional.
Grafik 2.8
Penyebab Kematian Bayi Tahun 2018

Pneumonia Diare
1% Lain lain
1%
14%
Kel. Bawaan BBLR
7% 36%
Sepsis
1%

Asfiksia
40%

C. Angka Kematian Balita (AKABA)


Anak Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang
paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 12 sampai 59 bulan.
Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian
dan pertumbuhan intelektual.
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Angka
Kematian Balita adalah Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu
(termasuk kematian bayi), Indikator ini terkait langsung dengan target
kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya. Angka Kematian Balita kerap dipakai untuk mengidentifikasi
kesulitan ekonomi penduduk. Pada rencana Aksi Daerah (RAD) Sustainable
Development Goals (SDG’s) pada tahun 2030 mengakhiri kematian balita yang
dapat dicegah, menurunkan angka kematian balita 25 per 1000 KH.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 56


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Tabel 2.11
Jumlah Kematian Balita, Lahir Hidup dan Angka Kematian Balita
Tahun 2014-2018

Jumlah 2014 2015 2016 2017 2018


Kematian Balita 216 231 244 211 156
Kelahiran Hidup 47.732 47.533 47.115 46.423 47.771
Per 1000
4,53 4,86 5,18 4,55 3,27
Kelahiran Hidup

D. Status Gizi Balita


Berat badan balita dapat dengan cepat menurun apabila asupan kalori tidak
dapat mencukupi kebutuhannya. Terutama bila anak dalam kondisi sakit, misalnya
akibat diare atau kurangnya nafsu makan, sehingga anak akan terlihat kurus dan
menderita masalah gizi akut. Dalam kondisi ini anak membutuhkan waktu untuk
mengembalikan status gizinya, dan bila upaya pemulihan ini sulit terkejar, maka balita
akan mengalami masalah gizi kronis.

Tabel 2.12
Prevalensi Status Gizi Balita Menurut Tiga Indikator
dari Bulan Penimbangan Balita (BPB)
di Kabupaten Cirebon Tahun 2014-2018

Indeks Status Gizi 2014 2015 2016 2017 2018


BB/U
Sangat kurang 1,52 1,02 1,20 1,01 1,06
Kurang 8,52 8,24 9,54 8,55 7,10
BB/TB
Sangat kurus 0,16 0,14 0,12 0,13 0,17
Kurus 3,94 3,40 4,66 4,60 2,94
TB/U
Sangat pendek 2,41 1,88 2,18 1,85 1,59
Pendek 10,12 10,68 11,23 9,05 7,09
Jumlah Ditimbang 177.884 180.410 183.560 183.694 181.532

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 57


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Grafik 2.9
Jumlah Balita dengan Status Gizi Sangat Kurus Berdasarkan
Standar BB/TB di Kabupaten Cirebon Tahun 2014-2018
0.2
0.17
0.15 0.16
0.14 0.12 0.13
0.1
0.05
0
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Profil Kesehatan Kab. Cirebon 2015

Berdasarkan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Kabupaten


Cirebon, trend balita sangat kurus sempat menurun dari tahun 2014 hingga 2016,
kemudian terjadi peningkatan kembali pada 2017-2018 meskipun angkanya masih di
bawah batas toleransi nasional sebesar <1%. Hal ini merupakan ancaman terhadap
peningkatan angka stunting, karena apabila dibiarkan masalah kekurangan gizi akut
akan menjadi kronis dan menyebabkan stunting. Meskipun dalam 5 tahun terakhir
terjadi penurunan angka stunting menjadi 8,68 % dari 181.532 balita ditimbang pada
tahun 2018, tetapi dengan adanya peningkatan kasus balita sangat kurus dan bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 1.504 (3,15 % dari 47.771 kelahiran
hidup) tidak menutup kemungkinan angka stunting meningkat kembali.
Menyikapi hal tersebut, maka diperlukan intervensi gizi yang tepat terutama
pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sebagai upaya dalam pencegahan kejadian
stunting.
Stunting adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) dengan Z-Score kurang dari -2 SD Standar Deviasi (sangat pendek dan
pendek). Wasting adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-Score kurang dari -2 Standar Deviasi (sangat kurus
dan kurus). Underweight adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) dengan Z-Score kurang dari -2 Standar Deviasi (sangat kurang
dan kurang). Gizi buruk adalah masalah kekurangan gizi yang bersifat akut terutama
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang atau penyakit infeksi dan berdampak pada
gangguan pertumbuhan anak, termasuk dalam kategori status gizi berdasarkan indeks
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-Score kurang dari -3 Standar
Deviasi (sangat kurus). Gizi kurang adalah masalah kekurangan gizi yang disebabkan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 58


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

masalah kronis maupun akut, bila dibiarkan lama dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak. Termasuk dalam kategori status gizi berdasarkan indeks
Berat Badan menurut Umur (BB/U) dengan Z-Score kurang dari -2 Standar Deviasi
(kurang).

2.5. Situasi Penyakit

2.5.1 Situasi KLB

Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular periode tahun


2014-2018 di Kabupaten Cirebon, menjadi periode yang penuh kejutan dan tantangan,
karena kemunculan penyakit yang emerging, re-emerging dan new emerging ini
menjadi peringatan jajaran kesehatan agar tidak boleh lengah terhadap penyakit-
penyakit yang telah dinyatakan eliminasi atau eradikasi. Penyakit-penyakit yang telah
dinyatakan eliminasi atau eradikasi, kemungkinan untuk muncul kembali itu tetap ada.
Kewaspadaan munculnya penyakit yang berpotensi KLB dilakukan surveilans
penyakit, laporan penyakit dari Puskesmas dikirim mingguan melalui sms ke
web;https//skdr.surveilans.go.id. Pencapaian kelengkapan dan ketepatan laporan
mingguan, bulanan dan verifikasi signal KLB penyakit selalu melebihi target (90%).
Signal Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dilakukan verifikasi dan investigasi untuk mencegah penyebaran di
masyarakat. KLB penyakit Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang
muncul adalah Campak (30 KLB), Difteri (24 KLB), TN (1 KLB), Pertusis (2 KLB), dan
Hepatitis A (3 KLB).
Terjadinya KLB Polio di wilayah Indonesia Timur, awal tahun 2019 harus
diwaspadai kemungkinan terjadi penyebaran ke wilayah lain. Peningkatan cakupan
imunisasi rutin dan lanjutan minimal 95% dari target akan memberikan kekebalan
kelompok di masyarakat. Iminusasi dan penanggulangan KLB penyakit tepat waktu
dapat mencegah penyebaran serta mengendalikan kesakitan (morbiditas) dan
kematian (mortalitas) di masyarakat.
Penyakit–penyakit yang sudah dinyatakan bebas seperti difteri dan pertusis,
masih memiliki potensi untuk muncul kembali (re-emerging) mengingat kondisi
perilaku, mobilisasi dan lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat
mendukung terjadinya transmisi kuman penyakit. Penyakit jenis baru (new-emerging)
SARS, AI, MERS CoV harus diwaspadai akan muncul dan terjadi penyebaran di
masyarakat.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 59


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Situasi KLB penyakit menular non PD3I yang terjadi pada tahun 2018
diantaranya Chikungunya (45 KLB), Filariasis (7 KLB), Diare (1 KLB), HFMD (1 KLB),
flu burung (2 KLB) positif di unggas dan keracunan makanan (35 KLB). Kebiasaan
masyarakat memelihara unggas di sekitar rumah yang tidak sehat berpotensi
munculnya kasus flu burung (Avian Influenza). AI terdeteksi positif pada unggas hasil
rapid tes, sampai laporan dibuat tidak ditemukan kasus flu burung pada manusia.
Distribusi dan frekwensi KLB keracunan makanan di Kabupaten Cirebon berpotensi
terus meningkat, hasil investigasi diketahui penyebab keracunan makanan adalah
makanan sea food dan makanan olahan masyarakat.

2.5.2 Penyakit Menular

Permasalahan penyakit menular di Kabupaten Cirebon antara lain masih


tingginya dan cenderung meningkatnya penyakit Demam Berdarah, Chikungunya,
penyakit TB Paru, Pneumonia, HIV/AIDS, Kusta, dan Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I).
Pada periode 2015-2018 terjadi penurunan baik dari jumlah kasus maupun
Incident rate (IR) DBD. Jumlah kasus DBD pada tahun 2015 mencapai 1247 kasus,
tahun 2016 sebanyak 1877 kasus, tahun 2017 menurun menjadi 244 kasus hingga
tahun 2018 mencapai 256 kasus. Incident rate (IR) per 100.000 penduduk pada kasus
DBD pada tahun 2015 mencapai 53,9/100.000 penduduk, tahun 2016 mencapai
81,7/100.000, tahun 2017 mencapai 11,8/100.000, tahun 2018 mencapai
9,08/100.000. Case Fatality Rate (CFR) DBD Kabupaten Cirebon tahun 2015
mencapai 3,4%, tahun 2016 mencapai 1,01%, tahun 2017 mencapai 2,55% dan tahun
2018 mencapai 3,7%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yang
masih berkisar kurang dari 1%.
Kasus Chikungunya mulai muncul di pertengahan tahun 2015 mencapai 59
kasus, tahun 2016 tidak ada kasus, tahun 2017 terdapat 25 kasus sedangkan tahun
2018 tidak terdapat kasus.
Case Notification Rate (CNR) seluruh kasus TB tahun 2015 mencapai 151 per
100.000 penduduk, tahun 2016 mencapai 137 per 100.000, tahun 2017 mencapai 169
per 100.000, tahun 2018 mencapai 203 per 100.000. Angka ini mengalami kenaikan
dari tahun 2014 yang baru mencapai 130 per 100.000 penduduk.
Trend perkembangan kasus HIV/AIDS terus meningkat seiring dengan
peningkatan penemuan kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun baik jumlah kasus

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 60


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

maupun sebaran wilayahnya. Hal ini tidak terlepas dengan adanya kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan semakin banyak yaitu meliputi mobile klinik VCT (Voluntary
Conceling Test) dan klinik statik VCT di sarana kesehatan yang telah di Set Up untuk
pelayanan HIV dan IMS. Jumlah kumulatif kasus HIV sampai dengan tahun 2018
sebanyak 1.812 kasus, penemuan baru kasus HIV tahun 2015 sebanyak 170 kasus
dari sampel yang diperiksa 19.449, tahun 2016 sebanyak 129 kasus dari sampel
diperiksa 6765, tahun 2017 ditemukan kasus baru 206 dari sampel yang diperiksa
sebanyak 13.989, tahun 2018 ditemukan kasus baru 278 kasus dari sampel yang
diperiksa 32.907.
Salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yaitu pneumonia memiliki
kecenderungan penemuan kasus yang fluktuatif selama periode tahun 2015 sampai
dengan tahun 2018. Pada tahun 2015 penemuan kasus pneumonia pada balita
mencapai 13.725 jiwa, menurun menjadi 11.755 jiwa di tahun 2016, kemudian
meningkat lagi di tahun 2017 sebanyak 15.163 jiwa dan tahun 2018 penemuan kasus
pneumonia pada balita kembali turun menjadi 11.281 jiwa. Tahun 2017 menjadi tahun
tertinggi untuk penemuan kasus, sedangkan tahun 2018 menjadi tahun terendah untuk
penemuan kasus pneumonia pada balita. Bila dibandingkan dengan target penemuan
kasus pneumonia pada balita, maka capaian tahun 2015 dan 2016 belum memenuhi
target sebesar 86%. Capaian tahun 2015 baru sebesar 26,6% sedangkan tahun 2016
baru sebesar 50,5%. Ditahun 2017 dan 2018, perkiraan penderita pneumonia balita
mengalami perubahan dari 10% menjadi 4,62%. Perubahan pada perkiraan penderita
pneumonia balita menyebabkan capaian penemuan kasus pada tahun 2017 dan 2018
mencapai target sebesar 85%. Capaian tahun 2017 sebesar 120,28% sedangkan
tahun 2018 sebesar 112,9%.
Penyakit diare selain sebagai penyebab kematian juga merupakan penyakit
yang paling sering diderita oleh bayi dan balita di Kabupaten Cirebon. Cakupan
pelayanan diare semua umur sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 mengalami
trend penurunan. Di tahun 2016 cakupan pelayanan diare mencapai 151,1% menurun
menjadi 138,8% di tahun 2017 dan terus menurun menjadi 75,5% di tahun 2018.
Selama periode tahun 2015 sampai dengan 2018 terjadi penurunan pada jumlah
penderita diare yang memeriksakan diri ke Puskesmas. Adapun jumlah penderita diare
yang memeriksakan diri ke Puskesmas berturut– turut sejak tahun 2015 sampai tahun
2018 adalah 75,989 jiwa, 74.674 jiwa, 67.540 jiwa, dan 45.778 jiwa.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 61


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Pengendalian penyakit kusta, pada tahun 2015 ditemukan kasus baru


sebanyak 246 terdiri dari tipe MB sebanyak 230 dan tipe PB 16 dengan CDR
10,66/100.000, PR 1,06/10.000, Proporsi Anak 10%, Proporsi Cacat tingkat II sebesar
13%, tahun 2016 ditemukan kasus baru sebanyak 245 terdiri dari tipe MB sebanyak
220 dan tipe PB 25 dengan CDR 10,91/100.000, PR 1,04/10.000, Proporsi Anak 10%,
Proporsi Cacat tingkat II sebesar 7%, tahun 2017 ditemukan kasus baru sebanyak 232
terdiri dari tipe MB sebanyak 226 dan tipe PB 6 dengan CDR 10,21/100.000, PR
1,01/10.000, Proporsi Anak 8%, Proporsi Cacat tingkat II sebesar 10%, tahun 2018
ditemukan kasus baru sebanyak 228 terdiri dari tipe MB sebanyak 218 dan tipe PB 10
dengan CDR 10,15/100.000, PR 0,97/10.000, Proporsi Anak 7%, Proporsi Cacat
tingkat II sebesar 11% .

2.5.3. Penyakit Tidak Menular

Berdasarkan Laporan Bulanan Penyakit (SP3-LB1) di Puskesmas periode


tahun 2015 sampai dengan 2017, jumlah kasus baru hipertensi primer (essensial)
terhadap total kunjungan pasien Puskesmas mengalami peningkatan. Pada tahun
2015, kunjungan penderita hipertensi primer (essensial) sebanyak 57.294 jiwa atau
sebanyak 3,6% dari total kunjungan pasien Puskesmas. Pada tahun 2016, kunjungan
penderita hipertensi primer (essensial) sebanyak 55.847 jiwa atau sebanyak 3,7% dari
total kunjungan pasien Puskesmas. Pada tahun 2017, kunjungan penderita hipertensi
primer (essensial) sebanyak 61.802 jiwa atau sebanyak 4,4% dari total kunjungan
pasien Puskesmas. Dari data tersebut terlihat bahwa sepanjang 2015-2017 terjadi
peningkatan kunjungan penderita hipertensi di Puskesmas yaitu berturut-turut 3,6%,
3,7%, dan 4,4%. Berdasarkan laporan bulanan program penyakit tidak menular (PTM)
pada tahun 2017 jumlah penderita hipertensi mencapai 113.408 jiwa atau proporsinya
mencapai 29,8% dari jumlah yang dilakukan pengukuran. Pada tahun 2018 jumlah
penderita hipertensi mencapai 54.725 jiwa. Penurunan jumlah penderita hipertensi di
tahun 2018 jika dibandingkan tahun 2017 tidak menggambarkan menurunnya jumlah
penderita hipertensi yang sesungguhnya di Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan laporan SP3 Puskesmas periode tahun 2015-2017, jumlah kasus
baru Diabetes Melitus yang berkunjung ke rawat jalan Puskesmas mengalami
penurunan yaitu berturut-turut 11.953 jiwa (tahun 2015), 9.555 jiwa (tahun 2016) dan
9.5534 jiwa (tahun 2017). Bila berdasarkan laporan program penyakit tidak menular
tahun 2018, jumlah penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Cirebon mencapai

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 62


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

15.962 jiwa. Peningkatan jumlah penderita Diabetes Melitus di tahun 2019


dikarenakan adanya peningkatan pada sumber pelaporan yaitu tidak hanya berasal
dari kunjungan pasien di Puskesmas juga berasal dari kegiatan skrining faktor risiko
PTM di posbindu. Di instalasi rawat inap rumah sakit tahun 2015 Diabetes Militus
menempati urutan ke 10 (sepuluh) terbanyak dengan proporsi 1,6 % dari total
kunjungan rawat inap. Tahun 2016 Diabetes Militus menempati urutan ke 7 (tujuh)
terbanyak dengan proporsi 2,7 % dari total kunjungan rawat inap dan di tahun 2017
Diabetes Militus menempati urutan ke 14 (empat belas) terbanyak dengan proporsi 1,7
% dari total kunjungan rawat inap.
Pada pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat dasar di Puskesmas, kasus
penyakit jantung dan stroke relatif sedikit. Kasus-kasus tersebut datang ke Puskesmas
biasanya merupakan rujukan balik dari rumah sakit atau datang untuk membuat surat
rujukan ke rumah sakit. Menurut laporan SP3 tahun 2015, kasus penyakit gagal
jantung 905 kasus, tahun 2016 meningkat menjadi 930 kasus, dan di tahun 2017
menurun menjadi 783 kasus. Adapun penyakit stroke di tahun 2015 mencapai 360
kasus, tahun 2016 mencapai 340 kasus dan tahun 2017 mencapai 310 kasus. Hal ini
menggambarkan adanya penurunan kasus stroke pada rawat inap di rumah sakit
selama periode tahun 2015 - 2017.
Sepanjang tahun 2015 - 2017, kasus gangguan jiwa dan perilaku yang
ditemukan pada fasilitas rawat jalan Puskesmas mengalami trend penurunan. Adapun
kasus gangguan jiwa dan perilaku yang ditemukan pada fasilitas rawat jalan
Puskesmas berturut-turut dari tahun 2015 - 2017 adalah 19.061 jiwa (tahun 2015),
18.559 jiwa (tahun 2016) dan 15.823 jiwa (tahun 2017). Pada tahun 2018 kasus
gangguan jiwa dan perilaku yang ditemukan pada fasilitas rawat jalan Puskesmas
mengalami peningkatan menjadi 68.967 jiwa. Kasus yang dominan antara lain adalah
Gangguan emosi (neurotik/psikosomatik), gangguan jiwa akut dan sementara,
skizoprenia dan episode depresif. Berdasarkan pengamatan tatalaksana program
kesehatan jiwa di Puskesmas (gangguan jiwa yang dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan), pada tahun 2015 sebanyak 118.327 kasus, dan di rumah sakit mencapai
14.468 kasus. Pada tahun 2016 di Puskesmas ditemukan sebanyak 127.343 kasus
dan di rumah sakit sebanyak 13.428 kasus. Pada tahun 2017 di Puskesmas ditemukan
sebanyak 22.416 kasus dan di rumah sakit sebanyak 17.474 kasus.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 63


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

2.5.4 Kunjungan rawat jalan Puskesmas

Tabel 2.13
10 Besar Penyakit di Puskesmas di Kabupaten Cirebon Tahun 2018

1 Nasofaringitis Akuta (Common Cold) 71.837 12,14


2 Myalgia 37.026 9,68
3 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak 29.904 9,18
Spesifik
4 Hipertensi Primer (esensial) 58.271 4,12
5 Gastroduodenitesis tidak spesifik 51.147 3,61
6 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 48.489 3,43
7 Faringitis Akuta 49.657 3,51
8 Diare dan Gastroenteritis 42.992 3,04
9 Konjungtivitis 28.293 2,00
10 Neuralgia dan Neuritis, tidak spesifik 18.191 1,29
penyakit lainnya 79.295 48,00
Total kasus 1.415.102

2.6. Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan

2.6.1 Pencegahan Penyakit (Imunisasi)


Telah lama disadari bahwa penyakit dapat penghambat pembangunan. Jika
seseorang sakit, maka waktunya akan tersita untuk pengobatan dan upaya
penyembuhan, sehingga produktivitasnya tentu akan berkurang.
Upaya untuk membuat masyarakat sehat telah dilakukan, upaya kuratif yang
lebih menekankan pengobatan. Seperti diketahui banyaknya kasus penyakit
berdampak pada besarnya biaya, sehingga program lebih diprioritaskan kepada
langkah-langkah preventif (pencegahan) secara bertahap, salah satunya adalah
imunisasi yang tentu harus dibarengi dengan penyuluhan dan sosialisasi yang masif
pada masyarakat.
Ada beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), di
antaranya adalah tuberkolosis, hepatitis B, polio, difteri, tetanus, pertusis, campak,
diare akibat rotavirus, radang selaput otak akibat HiB atau pnemokokus, dan masih
banyak lagi. Untuk melindungi anak dari kesakitan, kecacatan dan kematian PD3I ini
diperlukan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata. Apabila cakupan imunisasi
menurun, akan terjadi kesenjangan dalam kekebalan komunitas dan berpotensi
munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 64


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Cakupan imunisasi di Kabupaten Cirebon (2018) setiap antigen mencapai


target HB0 (93,93%), BCG (98,79%) DPT-Hb-Hib1 (99,62%), DPT-Hb-Hib2 (98,89%)
DPT-Hb-Hib3 (97,62%) Polio1 (98,31%), Polio2 (99,14%), Polio3 (98,11%), Polio4
(96,92%), IPV (29,52%) dan Campak (97,12%). Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
mencapai 94,27%, namun distribusinya tidak merata di wilayah Puskesmas.
Ukuran keberhasilan kegiatan imunisasi adalah Universal Child Imunization
(UCI), yaitu 95% dari seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon mencapai UCI,
atau 90% dari seluruh bayi di desa/kelurahan mendapat imunisasi dasar lengkap yang
terdiri dari HB0, BCG, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali dan Campak sebelum bayi
berumur 1 tahun.

Pencapaian UCI desa/ kelurahan tahun 2014-2018 belum mencapai target.


Hal ini disebabkan antara lain karena kurang perhatian dan dukungan dari pemerintah
daerah terhadap program imunisasi, kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik
rutin maupun tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang
adekuate. Selain itu juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan
kesehatan swasta, kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi.

2.6.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak serta KB

Upaya-upaya percepatan penurunan kematian ibu dan bayi yang telah


dilaksanakan sampai dengan tahun 2018 diharapkan dapat meningkatkan kesehatan
ibu dan anak sehingga berdampak pada menurunnya jumlah kematian ibu bayi di
Kabupaten Cirebon. Pelayanan antenatal bertujuan mengantarkan agar ibu hamil

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 65


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

dapat menjalani persalinan yang aman, dan sehat dan baik untuk ibunya maupun
bayinya, mendeteksi dan mengantipasi secara dini kelainan kehamilan dan kelainan
janin. Pelayanan kesehatan ibu hamil (K1) di Kabupaten Cirebon tahun 2018 telah
mencapai 106,6%. Pencapaian pelayanan kesehatan ibu hamil K4 tahun 2018
sebesar 104%. Capaian ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya
mencapai 94,9%.
Pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2018
sebesar 101,1% sudah mencapai target (91,5%). Bila dilihat trendnya dari tahun 2017
hingga tahun 2018 trendnya mengalami peningkatan sebesar 7,5%. Meskipun
persalinan nakes mencapai target tetapi persalinannya masih ada yang ditolong oleh
dukun paraji sebanyak 9 ibu bersalin. Capaian cakupan kunjungan nifas pada tahun
2018 untuk KF3 sebesar 100% sudah mencapai target (91,5%). Bila dilihat trendnya
dari tahun 2017 ke tahun 2018 trendnya mengalami peningkatan sebesar 6,8%.
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan satu intervensi untuk
mencegah terjadinya anemia pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya ibu hamil
mulai mengkonsumsi TTD sejak konsepsi sampai akhir trimester III. Indikator ini
sebagai evaluasi kinerja apakah TTD sudah diberikan kepada seluruh sasaran. Dan
targetnya untuk 2018 adalah sebesar 97,5%. Dari 50.176 ibu hamil pada 2018
sebanyak 50.147 ibu hamil (99,94%) sudah mendapatkan TTD sebanyak 90 tablet dan
meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari 6.314 bumil KEK yang ditemukan pada tahun 2018, baru 4.437 (70,27%)
bumil KEK yang mendapatkan PMT baik dari APBD, BOK, maupun APBN. Bila
dibandingkan dengan tahun 2016 dan 2017 ada peningkatan jumlah ibu hamil KEK
yang diberi PMT.
Pemberian TTD pada remaja putri usia 12-18 tahun sebagai upaya
pencegahan anemia sejak dini.pemberian TTD rematri yang diikuti KIE gizi dan
kesehatan diharapkan akan memperbaiki masalah-masalah pada periode berikutnya,
termasuk masalah stunting. Dari 98.538 remaja putri pada tahun 2018 seluruhnya
mendapatkan TTD rematri dan 60.374 (61,27%) meminum TTD yang diberikan.
Ibu nifas membutuhkan vitamin A karena pada saat proses melahirkan telah
kehilangan sejumlah darah sehingga berisiko mengalami kekurangan vitamin A.
Pemberian vitamin A dapat membantu menurunkan angka kematian pada ibu dan
bayi, mengurangi penyakit infeksi pasca persalinan, mempercepat proses pemulihan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 66


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

dan mencegah anemia. Sebanyak 48.641 (96,4% dari 50.460) ibu nifas mendapatkan
kapsul vitamin A pada tahun 2018.
Pencapaian cakupan kontrasepsi CU/PUS atau KB Aktif pada tahun 2018
sebesar 78,1% sudah mencapai target (75%). Bila dilihat trendnya dari tahun 2017 ke
tahun 2018 trendnya mengalami penurunan sebesar 0,3%. Sedangkan capaian
cakupan KB Pasca Salin pada tahun 2018 sebesar 78,1% belum mencapai target
(100%) jadi masih ada kesenjangan sebesar 21,9%. Bila dilihat trendnya dari tahun
2017 ke tahun 2018 trendnya mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar
13,1%.
Pelayanan kesehatan bayi merupakan pelayanan kesehatan pada bayi yang
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi minimal 4 (empat)
kali kunjungan selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan, yaitu satu kali umur
29 hari – 3 bulan, satu kali pada umur 3 – 6 bulan, satu kali umur 6 – 9 bulan dan satu
kali umur 9 – 11 bulan. Cakupan kunjungan Neonatal (KN1) tahun 2018 sudah
mencapai target, bila dilihat dari trendnya tahun 2017 ke 2018 mengalami kenaikan
sebesar 3,26. Dari tabel diatas dapat dilihat Cakupan kunjungan Neonatal Lengkap
( KN Lengkap) tahun 2018 sudah mencapai target, bila dilihat dari trendnya tahun 2017
ke 2018 mengalami kenaikan sebesar 4,18. Bila dilihat dari target SPM (KN Lengkap:
100%) belum mencapai target. Cakupan Kunjungan Bayi tahun 2018 sudah melebihi
target, dari jumlah sasaran bayi 48.057 yang mendapatkan pelayanan paripurna
minimal 4 kali dalam setahun sesuai standar adalah sebanyak 49.038 bayi. Cakupan
Kunjungan Balita tahun 2017 sebesar 99,04% sedangkan tahun 2018 sebesar
102,31% cenderung meningkat sebesar 3,27%.

2.6.3 Upaya Kesehatan Pengembangan

Pada tahun 2018 terdapat 7.424 keluarga yang termasuk ke dalam kategori
rawan kesehatan. Target keluarga yang dibina pada tahun 2018 adalah 80%. Keluarga
rawan yang dibina sejumlah 7.573 keluarga, sehingga cakupan keluarga rawan
kesehatan yang dibina pada tahun 2018 adalah 102%, dengan frekuensi kunjungan 5
kali sampai 6 kali kunjungan. Dari 7.573 keluarga yang dibina pencapaian kemandirian
keluarga sudah cukup baik yaitu sebanyak 5.741 keluarga (75.80%) mencapai
Keluarga Mandiri III, dan pencapaian Keluarga Mandiri IV yaitu 1.832 keluarga
(24,1%). Hal ini memperlihatkan bahwa sebenarnya sebagian keluarga yang dibina
telah mampu dan memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk mengatasi masalah

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 67


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

kesehatan di keluarganya. Pembinaan dilakukan dengan sasaran maternal sebanyak


2.314 keluarga (30,5%), sasaran anak risiko tinggi sebanyak 1.078 keluarga (14,23%),
kasus masalah gizi sebanyak 862 keluarga (11,8%), kasus penyakit menular yang
dibina 469 keluarga (6,19%), kasus usia lanjut sebanyak 1421 keluarga (18,76%), dan
kasus penyakit tidak menular sebanyak 1.429 keluarga (18,86%). Ternyata kasus
yang paling banyak dilakukan pembinaan adalah kasus maternal. Hal ini seiring
dengan salah satu fokus pembangunan kesehatan yaitu menurunkan angka kematian
ibu dan bayi.
Hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas berupa pendataan dan
pembinaan Penyehat Tradisional (Hattra) diperoleh data sebanyak 1.890 penyehat
tradisional yang sudah terdata terdiri dari 1.359 hattra keterampilan dan 531 hattra
ramuan. Adapun hattra yang sudah dibina sebanyak 1.027 hattra atau sebesar
54,33%. Hanya saja kegiatan pembinaan hattra yang mempunyai tujuan akhir yaitu
agar hattra yang dibina mau mengajukan pembuatan STPT (Surat Terdaftar Penyehat
Tradisional) ke Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon masih sangat kurang. Saat ini
jumlah hattra yang memiliki STPT tercatat baru 12 hattra. Masih jauh dari target.
Sampai dengan tahun 2018 Puskesmas yang sudah memiliki tenaga terlatih
Pelayanan kesehatan tradisional baru 12 Puskesmas.
Kunjungan rawat jalan ke poliklinik gigi di Puskesmas pada tahun 2018
tertinggi pada Puskesmas Sindanglaut dan Puskesmas Sumber. Dengan rata-rata
kunjungan 2.376 di tiap Puskesmas. Total kunjungan rawat jalan gigi adalah 135.434
atau sekitar 3,88% dari jumlah penduduk. Idealnya kunjungan rawat jalan gigi adalah
minimal 4% dari jumlah penduduk. Rasio penambalan dan pencabutan baru mencapai
1:1 dari target 2:1. Kegiatan UKGS yang berupa pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan gigi dan mulut anak sekolah, hasilnya sudah 88,3% siswa kelas selektif
(kelas 1,3,5) yang diperiksa dan ada sekitar 32,86% siswa yang terdeteksi
memerlukan perawatan. Dari sejumlah siswa yang memerlukan perawatan,
Puskesmas baru mampu melayani penanganannya sebesar 39,9% saja.
Puskesmas saat ini sudah mampu menyediakan pelayanan laboratorium
sederhana. Seluruh Puskesmas sudah melaksanakan pelayanan laboratorium
sebagai penunjang pelayanan kesehatan maupun sebagai penunjang program. Saat
ini laboratorium Puskesmas sudah melayani sekitar 16,7% dari kunjungan rawat jalan
di Puskesmas. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah seluruh pemeriksaan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 68


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

laboratorium di Puskesmas belum mencapai target yaitu 20% dari seluruh kunjungan
rawat jalan di Puskesmas.
Secara Geografis Kabupaten Cirebon merupakan dari daerah pegunungan
dan daerah pantai utara memiliki 18 aliran sungai besar yang bermuara di wilayah
pantai. Dengan kondisi tersebut menjadikan setiap kecamatan di Kabupaten Cirebon
berpotensi mengalami bencana yang memerlukan upaya penanggulangan. Kondisi ini
diperparah dengan kurang baiknya drainase, pendangkalan sungai, kerusakan tebing
sungai dan lain-lain. Potensi bencana di Kabupaten Cirebon berdasarkan penilaian
analisis resiko bencana adalah banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan
kedaruratan konflik sosial.
Selain kondisi alam, Kabupaten Cirebon juga memiliki jalan raya pantura
sepanjang 91 KM dan merupakan jalur yang sering dilalui oleh kendaraan - kendaraan
dari daerah - daerah di pulau Jawa. Kabupaten Cirebon juga memiliki jalur perlintasan
kereta api sehingga banyak jalan yang dilewati kereta api, yang tidak dijaga dan
dilengkapi palang pintu perlintasan kereta api yang beresiko menimbulkan kecelakaan.
Dengan kondisi tersebut membuat mobilitas kendaraan cukup tinggi ditambah lagi
pada situasi lebaran, natal dan tahun baru dimana ada tradisi mudik / balik ke kampung
halaman dan berpotensi terjadinya masalah kesehatan baik kecelakaan, penularan
penyakit, maupun masalah kesehatan lainnya.
Situasi matra lainnya yang sering dihadapi adalah situasi khusus kegiatan-
kegiatan rutin pemerintah daerah, peringatan Hari Besar Nasional, event olah raga,
dan kegiatan lainnya dimana terjadi pengumpulan massa yang beresiko timbulnya
masalah kesehatan baik cedera maupun penyakit yang akan ditimbulkan.
Untuk mengantisipasi dampak yang diakibatkan dari situasi diatas, maka
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon telah melakukan upaya-upaya kegiatan untuk
menangani masalah kesehatan yang ditimbulkan antara lain mendirikan pos – pos
pelayanan kesehatan pada situasi bencana maupun situasi lebaran, natal dan tahun
baru, dan memberikan pelayanan P3K dan Kegawatdaruratan pada situai khusus.
Target penemuan mata yang menderita katarak baru mencapai 9.526 mata
(44,37%) dari target 21.465. Sedangkan untuk penanganan katarak atau dalam hal ini
adalah operasi katarak dari 9.526 mata katarak baru 760 mata yang tercatat sudah
dilakukan operasi (7,97%). Hal ini disebabkan karena tidak semua penderita katarak
yang ditemukan itu dalam keadaan matur dan dapat dilakukan tindakan operasi.
Faktor kesehatan penderita katarak juga mempengaruhi dapat atau tidak dilakukan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 69


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

tindakan operasi. Dan masih banyak faktor yang menyebabkan angka penanganan
katarak masih cukup rendah.
Pada tahun 2016 – 2018 dilaksanakan kegiatan-kegiatan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dengan outputnya adalah angka Indeks
Keluarga Sehat (IKS). Sampai dengan tahun 2018 IKS Kabupaten Cirebon hanya
mencapai 0,168, masih jauh dari harapan yaitu minimal 0,8. Masyarakat Kabupaten
Cirebon baru 16,80% yang masuk kategori keluarga sehat dengan penilaian indikator
sebagai berikut :
1. Keluarga mengikuti program KB : 44,30%
2. Ibu bersalin di fasyankes : 88,10%
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap : 96,10%
4. Bayi mendapat ASI eksklusif : 87,16%
5. Balita mendapatkan pemantauan tumbuh kembang : 94,05%
6. Penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar : 32,75%
7. Penderita hipertensi berobat secara teratur : 27,85%
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan :
14,10%
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok : 39,50%
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN : 50,39%
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih : 96,26%
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat : 93,11%

2.6.4 Akreditasi Puskesmas

Upaya peningkatan kinerja dan mutu pelayanan dilakukan melalui kegiatan


penilaian kinerja Puskesmas berdasarkan hasil kinerja masing – masing program,
akreditasi FKTP dan penilaian Puskesmas berprestasi. Berdasarkan hasil verifikasi
Puskesmas yang melihat kinerja pada tahun sebelumnya didapatkan hasil Puskesmas
berkinerja baik tahun 2015 sebanyak 22 Puskesmas, tahun 2016 sebanyak 30
Puskesmas, tahun 2017 sebanyak 34 Puskesmas dan di tahun 2018 terjadi penurunan
menjadi 17 Puskesmas. Perlu dilakukan pembinaan terhadap pelaksana program
maupun penanggungjawab kegiatan agar dapat berkinerja baik sasuai indikator kinerja
yang telah ditetapkan.
Jumlah FKTP yang terakreditasi sampai dengan 2018 sebanyak 48
Puskesmas dari 60 Puskesmas (80%) dengan rincian yang telah dilakukan survei

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 70


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

akreditasi pada tahun 2016 sebanyak 9 Puskesmas dengan hasil terakreditasi Utama
1 (satu) Puskesmas, terakreditasi Madya 3 (tiga) Puskesmas dan terakreditasi Dasar
5 (lima) Puskesmas. Pada survei tahun 2017 sebanyak 19 Puskesmas dengan hasil
terakreditasi Utama 9 (sembilan) Puskesmas, terakreditasi Madya 7 (tujuh)
Puskesmas dan terakreditasi Dasar 3 (tiga) Puskesmas. Pada tahun 2018 terjadi
peningkatan pencapaian status akreditasi yaitu dari 20 Puskesmas yang dilakukan
survei ada 2(dua) Puskesmas terakreditasi Paripurna, 6 (enam) Puskesmas
terakreditasi Utama, dan 12 (duabelas) Puskesmas terakreditasi Madya. Pada tahun
2018 terdapat 56 klinik yang semuanya belum terakreditasi baik klinik pratama
maupun klinik utama.
Penilaian Puskesmas berprestasi pada tahun 2015 dilakukan penilaian tingkat
Provinsi Jawa Barat dengan hasil Juara 2 kategori Puskesmas Perdesaan yaitu
Puskesmas Beber, sedangkan tahun 2017 penilaian tingkat Provinsi Jawa Barat
mencapai Juara Harapan 1 kategori Puskesmas Perdesaan yang diperoleh
Puskesmas Gebang.

2.6.5 Call Center Si Ceria

Call Center SICERIA (Sistem Informasi Cirebon Eman Rakyat, Ibu lan Anak)
dibentuk sebagai sarana call center rujukan khususnya kegawatdaruratan terutama
kasus maternal neonatal, yang sudah berjalan sejak akhir tahun 2015. Call Center
SICERIA untuk menyelenggarakan pelayanan informasi kesehatan dalam
memfasilitasi rujukan ke Rumah Sakit terutama kegawatdaruratan selama 24 jam dan
pengolahan data rujukan melalui call center. Perkembangan selanjutnya tidak hanya
pada kegawatdaruratan meternal neonatal, tetapi pada kasus kegawatdaruratan
umum lainnya. Capaian kinerja Call Center SICERIA tahun 2018 dalam memfasilitasi
rujukan rata-rata per bulan melayani 600 kasus rujukan.
Tenaga di Call Center SI CERIA terdiri dari 10 tenaga operator dan 1 tenaga
pengelola analisa data dengan kualifikasi tenaga kesehatan (Perawat/Bidan ) serta 1
tenaga IT dengan kualifikasi sarjana komputer.
Pada tahun 2019, Call Center SICERIA akan dikembangkan sebagai layanan
emergensi yaitu layanan PSC (Public Safety Center). PSC adalah pusat pelayanan
yang memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal-hal kegawatdaruratan yang
merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat. PSC 119
merupakan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang terintegrasi

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 71


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

dan melibatkan berbagai pihak, dengan menggunakan kode akses telekomunikasi


119, yang pusat komando nasional tersebut berkedudukan di Kementerian Kesehatan.
Penyelenggaraan SPGDT melalui PSC ini terdiri atas sistem komunikasi gawat
darurat, sistem penanganan korban/pasien gawat darurat dan sistem transportasi
gawat darurat.

2.6.6. Penyehatan Lingkungan dan Pola Hidup Bersih dan Sehat

Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)


kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang harus diatasi
bersama. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-
indikator seperti; rumah sehat, akses air minum berkualitas, akses terhadap
sanitasi dasar, desa STBM, dll.

A. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air
minum,akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes
Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan,
dan Permenkes Nomor 1077/Per/V/Menkes/2011 tentang Pedoman Penyehatan
Udara dalam Ruang Rumah).

Grafik 2.11
Proporsi Rumah Sehat Tahun 2106 s.d 2018
600000
475613 475613 477672
500000
400000 318930 323669 334128
300000
200000
100000
67.06 68.05 69.95
0
2016 2017 2018
rumah sehat 318930 67.06 323669 68.05 334128 69.95
jml rumah 475613 475613 477672

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 72


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Cirebon tahun 2018 baru mencapai


69,95%, meskipun mengalami kenaikan bila dibandingkan pada tahun 2016 (67,06%)
& 2017 (68,05%).

B. Jamban

Dengan masih adanya masyarakat di suatu wilayah yang BAB sembarangan,


maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan
diantaranya : Penyakit Kecacingan, Cholera (muntaber), Diare, Disentri, Paratypus,
Polio, Hepatitis B dan masih banyak lagi penyakit lainnya. Semakin besar prosentasi
yang BAB sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin tinggi intensitasnya.

Grafik 2.12
Proporsi KK Akses Jaga Tahun 2016-2018
700000

600000 630524 630524 630524


500000 544394
520120 524280
400000

300000

200000

100000
82.49 83.15 86.34
0
2016 2017 2018
akses Jamban 520120 82.49 524280 83.15 544394 86.34
Jml KK 630524 630524 630524

Sumber data: STBM Smart


Kabupaten Cirebon masih membutuhkan program-program yang berkaitan
dengan proses percepatan sebagai Kabupaten ODF, dimana pada tahun 2018 KK
yang mendapat akses Jamban sehat sebesar 86,34%, itu artinya masih ada sekitar
13,6 % masyarakat yang masih Buang Air besar sembarangan.

C. Air Bersih

Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu pondasi inti dari
masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen
penting yang menunjang kesehatan manusia. Buruknya kondisi sanitasi akan
berdampak negatif dibanyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas
lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat,

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 73


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit penyakit berbasis


lingkungan lainnya.

Grafik 2.13
Proporsi KK Akses Terhadap Air Bersih
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2016 2017 2018
akses air bersih 520120 82.49 521202 82.66 523271 82.99
Jml KK 630524 630524 630524

akses air bersih Jml KK

Jumlah KK mendapat akses air bersih pada tahun 2018 adalah 82,99%
meningkat 0,33% di bandingkan tahun 2017 sebesar 82,66%. Capaian tahun 2018 di
atas masih jauh dari target universal Acces sebesar 100% penduduk mendapat akses
air minum di tahun 2019.
Tabel 2.14
Rekapitulasi Hasil Uji Kualitas Air Bersih Sumber Dana BOK
Kabupaten Cirebon Tahun 2017 dan 2018

Fisika
Jml
Tahun Bau warna TDS Kekeruhan Rasa Suhu
Sampel
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS

2017 327 327 0 327 0 312 15 327 0 321 6 327 0

2018 185 183 2 185 0 174 11 185 0 183 2 185 0

Kimia
Jml
Tahun Besi Klorida Mangan Nitrat Nitrit Sianida
Sampel
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
2017 327 311 16 318 9 260 67 325 2 327 0 327 0
2018 185 181 4 181 4 143 42 185 0 185 0 185 0

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 74


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAKTERIOLOGI
TAHUN JML SAMPEL MPN COLIFORM
MS TMS
2017 330 163 167
2018 185 181 4

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara kualitas , masih terdapat
air bersih yang tidak memenuhi syarat baik di tinjau dari fisiknya, kandungan kimia
dalam air dan secara bakteriologi. Secara fisik, air yang berasa dan memiliki TDS
yang tinggi tidak terlalu mempengaruhi kesehatan manusia, sedangkan kandungan
besi, dan mangan dalam air apabila melebihi baku mutu dapat menimbulkan bau
dan karat pada peralatan rumah tangga sedangkan terhadap kesehatan dapat
menimbulkan iritasi pada mata dan kulit serta perasaan mual karena bau yang
ditimbulkan oleh kadar besi yang tinggi. Adapun kandungan sianida dalam air tidak
boleh ada sama sekali karena sifat toksik dari zat ini dapat menimbulkan
keracuanan yang sangat parah dan dapat mengakibatkkan kematian pada hewan
dan manusia.

D. STBM (sanitasi total berbasis masyarakat)

WHO mencatat 88% angka kematian akibat diare disebabkan kesulitan


mengakses air bersih dan keterbatasan sistem sanitasi. Hal itu juga diperparah
oleh perilaku BAB sembarangan. Selain penyakit perilaku BAB sembarangan juga
memperbesar risiko yang menghambat pertumbuhan fisik anak-anak. Untuk
menekan angka kematian akibat diare ini, semua pihak harus sadar dan bersegera
membuat sanitasi termasuk toilet yang sehat. Hal ini selaras dengan kegiatan yang
dicanangkan pemerintah dalam bentuk Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM).
Program STBM diyakini akan membuat anak-anak bisa tumbuh sehat dan
memiliki pola hidup bersih. Namun untuk menjalankan komitmen ini butuh peran
serta masyarakat dan banyak pihak terkait, agar semua cita-cita menurunkan angka
kematian cepat terwujud. Semua orang harus memiliki jalan pikiran sama
menghilangkan budaya BAB sembarangan. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
adalah sebuah pendekatan kepada masyarakat. Intinya semua adalah masalah
bersama. Penyelesaiannya butuh peran serta semua masyarakat. Lima pilar
perubahan perilaku antara lain :

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 75


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

1. Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS)


2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
3. Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga (PAMM-RT)
4. Pengelolaan sampah rumah tangga
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga

Grafik 2.14
Jumlah Desa ODF (Verifikasi)
Kabupaten Cirebon Tahun 2015 - 2018
140
120
100
80
60
40
20
0
ABSOLUT % ABSOLUT % ABSOLUT % ABSOLUT %
2015 2016 2017 2018
desa ODF 70 16.51 73 17.22 87 20.52 120 28.30

Dari grafik diatas diketahui pada tahun 2015 ada 70 desa (16,51%) yang sudah
melaksanakan kegiatan STBM meskipun baru melaksanakan tahapan STBM pada
pilar yang pertama saja yaitu Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS),
sehingga masih ada empat pilar lagi yang belum dilaksanakan. Hingga tahun 2018
mencapai 120 desa (28,30%).

E. Penyehatan tempat-tempat Umum (TTU)

Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum adalah kegiatan pengawasan


terhadap tempat-tempat umum agar tercipta kondisi tempat-tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan, bebas dari faktor resiko penyakit dan kecelakaan
terhadap masyarakat di dalam tempat-tempat umum maupun terhadap masyarakat
disekitar/diluar tempat-tempat umum tersebut. Tempat-tempat umum meliputi
sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran, hotel, sarana kesehatan, tempat
rekreasi, pasar, terminal, dan lain-lain.
Dinas Kesehatan melaksanakan pemeriksaan kesehatan hotel pada 12 hotel
berbintang dan 135 hotel non bintang. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
100% hotel berbintang termasuk dalam katagori memenuhi syarat kesehatan,

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 76


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

sementara hotel non bintang 94,4% termasuk dalam kategori memenuhi syarat
kesehatan. Disamping pemeriksaan terhadap Hotel tersebut juga dilaksanakan
pembinaan terhadap institusi meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana
ibadah dan perkantoran.
Pembinaan pada sarana kesehatan yang meliputi sarana Puskesmas,
Puskesmas Pembantu beserta jejaringnya sudah dilaksanakan secara rutin (100%).
Secara keseluruhan di Kabupaten Cirebon terdapat 1310 tempat-tempat umum,
sedangkan yang pernah dilakukan pemeriksaan inspeksi kesehatan lingkungan.
Jika dipersentasikan cakupan pelayanannya adalah 61,6%, sedangkan menurut
target Kabupaten Cirebon tahun 2018 yaitu 80%, menurun dibandingkan dengan
capaian tahun sebelumnya 82,6%, lebih dari target di tahun 2017 yakni 75%.

F. Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

Pengawasan pemeriksaan sanitasi makanan pada rumah makan, depot air


minum, warung dan sejenisnya adalah pemantauan secara terus menerus terhadap
TPM atas perkembangan tindakan atau kegiatan persyaratan sanitasi makanan dan
keadaan yang terdapat setelah usaha tindak lanjut dari pemeriksaan.
Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Tahun 2017 di kabupaten
Cirebon terdapat Tempat 8702 pengolahan makanan yang memenuhi syarat
kesehatan terdiri dari jasa boga sebanyak 53 buah, rumah makanan/restoran
sebanyak 201 buah, depot air minum sebanyak 681 buah, dan makanan jajanan
sebanyak 3.606 buah dengan hasil pemeriksaan 4.574 buah (52,6%) memenuhi
syarat hiegine sanitasi. TPM yang tidak memenuhi syarat sebanyak 4.131 TPM
(47,5%) dari seluruh TPM yang ada dilanjutkan dengan pembinaan.
Persentase Pada tahun 2018 dari jumlah seluruh TPM 8.532 buah TPM yang
memenuhi syarat kesehatan mengalami peningkatan dibandingkan dengan yaitu
56,60%.
Tabel 2.15
Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Jajanan Anak Sekolah
Bersumber dana BOK Tahun 2017-2018

KIMIA
TAHUN FORMALIN BORAK RHODAMIN METHYL YELLOW
MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS
2017 107 0 116 0 79 5 17 0
2018 94 0 276 2 120 4 36 0

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 77


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAKTERIOLOGI
JML
TAHUN MPN COLIFORM MPN E . coli
SAMPEL
MS TMS MS TMS
2017 200 63 111 31
2018 543 468 75

Dari tabel diatas ada beberapa jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi
syarat diantaranya mengandung borak, yang dapat mengindikasikan bahwa jajanan
tersebut mengandung zat pengawet yang tidak di izinkan sebagai bahan tambahan
pangan karena apabila kandungan terlalu tinggi dapat mengakibatkan keracunan
seperti mual sampai muntah darah yang berujung pada resiko kematian.
Diantara zat pewarna yang dilarang digunakan dalam makanan adalah
kandungan Rhodamin dan methyl yellow karena pewarna jenis ini adalah pewarna
yang biasa di gunakan untuk pewarna pakaian dan kertas yang tentu keberadaannya
sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati
dan bahkan kanker pada hati.
Adapun makanan apabila secara bakteriologi positif mengandung E. Coli
maka makanan tersebut terkontaminasi oleh tinja manusia yang tentunya apabila ini
di konsumsi oleh manusia tentu dapat mengakibatkan diare atau gangguan
pencernaan lainnya.

G. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku yang


dipraktikkan atas dasar kesadaran individu untuk mencegah permasalahan
kesehatan. PHBS dipraktikkan atas kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Kebijakan PHBS menjadi komponen penting suatu daerah sebagai indikator suatu
keberhasilan daerah untuk menurunkan kejadian penyakit yang disebabkan oleh
perilaku yang tidak sehat.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 78


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Hasil pembinaan PHBS di Kabupaten Cirebon sebagai berikut :


Grafik 2.15
Capaian Pembinaan PHBS Rumah Tangga
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2016-2018

450000
400000
350000
300000
250000 62,08%
200000 56,03% 58,53%
150000
100000
50000
0
2016 2017 2018
Dipantau 324116 367777 407510
Ber PHBS 181616 215259 252985

Rumah tangga yang dipantau dari tahun 2016 sampai tahun 2018 mengalami
kenaikan, sementara persentase rumah tangga yang ber PHBS juga
mengalami kenaikan dari 56,03% pada tahun 2016 naik menjadi 58,53% pada
tahun 2017 dan tahun 2018 menjadi 62,08%. Namun begitu capaian tersebut
belum memenuhi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Dinkes
Kabupaten Cirebon tahun 2015-2019 yaitu sebesar 63,50% (ada kesenjangan
sekitar 1,42%).
Grafik 2.16
Capaian PHBS Rumah Tangga per Indikator
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2017 dan 2018

120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Jam RT
Timb Air Buah Aktivi Tidak RT
Linak ASI ban tdk
ang Ber CTPS PSN & tas Mero Seha
es Eks Seha Seha
BB sih Sayur Fisik kok t
t t
2017 98.31 44.37 73.83 85.20 73.73 77.37 75.01 75.31 79.67 42.53 58.53 41.47
2018 98.86 44.93 74.59 87.44 79.09 83.71 74.38 74.38 76.32 49.65 62.08 37.92

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 79


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Dari 10 indikator PHBS yang dipantau seluruh indikaotor mengalami


kenaikan, sementara indikator ASI ekslusif dan tidak merokok di dalam
rumah capaiannya paling rendah. Rumah tangga yang memiliki bayi 1
tahun dan memberikan ASI eklusif sampai dengan anaknya berumur 6
bulan adalah 44,93% angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan
capaian tahun lalu yaitu 44,37%. Sementara rumah tangga yang anggota
keluarganya merokok dan aktifitas merokoknya sudah di luar rumah
mengalami kenaikan dari 42,53% pada tahun 2017 menjadi 49,65% pada
tahun 2018.

H. Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olah Raga

Kegiatan Pembinaan Pelayanan di Pos UKK dimulai pada tahun 2016, dimana
pada tahun tersebut terbentuk Pos UKK sebanyak 9 pos UKK, pada 2017
meningkat menjadi 14 pos UKK dan hingga tahun 2018 sudah terbentuk sebanyak
19 pos UKK.

2.7 Peluang dan Tantangan Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan


Kabupaten Cirebon
2.7.1 Peluang pembangunan kesehatan di Kabupaten Cirebon
a. Anggaran kesehatan yang cenderung meningkat dari berbagai sumber
dana menjadi peluang untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang optimal.
b. Peningkatan kapasitas SDM kesehatan melalui pendidikan formal dalam
lembaga pendidikan kesehatan maupun pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan oleh UPT Pelatihan Kesehatan yang bekerjasama dengan
Dinas kesehatan.
c. Pertambahan jumlah sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan
berupa gedung/bangunan, alat-alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.
d. Tersedianya peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
standar pelayanan minimal bidang kesehatan sebagai pedoman dalam
pengukuran keberhasilan pembangunan kesehatan.
e. Kemudahan akses komunikasi, informasi dan teknologi.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 80


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

2.7.2 Tantangan pembangunan kesehatan di Kabupaten Cirebon


a. Anggaran yang cenderung meningkat dari berbagai sumber dana bila
tidak diikuti dengan perencanaan program yang memiliki daya ungkit
yang tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan menjadi tidak efektif
dan efisien.
b. Peningkatan kapasitas SDM kesehatan melalui pendidikan formal dalam
berbagai lembaga pendidikan kesehatan maupun pelatihan-pelatihan
diselenggarakan oleh UPT Pelatihan Kesehatan yang bekerjasama dengan
Dinas kesehatan harus diikuti dengan follow up dan monitoring serta
evaluasi pasca pelatihan.
c. Pertambahan jumlah sarana penunjang pelayanan kesehatan baik
gedung/ bangunan, alat-alat kesehatan dan perbekalan semakin
meningkat harus dikelola dengan baik, terpelihara dan dievaluasi
pemanfaatannya.
d. Sistem informasi kesehatan belum terintegrasi secara baik dan data
yang ada masih perlu ditingkatkan kualitasnya

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 81


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAB III

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS

3.1 Identifikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas


Kesehatan Kabupaten Cirebon

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara target


dan capaian. Gambaran masalah kesehatan dapat dilihat dari cakupan program
dibandingkan dengan target, sehingga dapat ditarik simpulan bahwa himpunan
masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Belum optimalnya akses dan mutu pelayanan kesehatan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pertama (FKTP) dan Fasititas Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut baik
Pemerintah maupun Swasta
Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh faktor yang
mencakup akses dan mutu pelayanan kesehatan yang optimal. Akses pelayanan
kesehatan ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah, jaringan dan mutu
fasilitas pelayanan kesehatan baik tingkat pertama maupun tingkat lanjut.
Permasalahan kesehatan yang masih dihadapi saat ini adalah belum optimalnya
akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan.
Masyarakat menghendaki akses dan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya
peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan
dalam pengelolaan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjut dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif
kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat dan swasta.
Rasio Puskesmas per satuan penduduk belum optimal, idealnya 1 Puskesmas
berbanding 30.000 penduduk, sehingga menyebabkan akses pelayanan kesehatan
di tingkat dasar belum optimal. Kondisi saat ini di Kabupaten Cirebon ada 60
Puskesmas. Idealnya dari jumlah penduduk 2.162.576 seharusnya ada 72
Puskesmas. Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
bahwa Puskesmas harus ada di setiap kecamatan, sekurang-kurangnya 1 unit

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 82


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Puskesmas. Rasio Puskesmas terhadap kecamatan adalah 1,5 artinya setiap


kecamatan sudah tersedia 1 – 2 Puskesmas.
Rasio Tempat Tidur di RS per satuan penduduk belum optimal, idealnya 1
Tempat Tidur RS berbanding 1.000 penduduk, sehingga menyebabkan akses
pelayanan kesehatan rujukan belum optimal. Kondisi saat ini di Kabupaten Cirebon
ada 11 Rumah Sakit, baik pemerintah maupun swasta dengan jumlah Tempat Tidur
sebanyak 1.895 TT. Idealnya dari jumlah penduduk 2.162.576 seharusnya jumlah
Tempat Tidur ada 2.163 TT. Selain itu penyebaran Rumah Sakit di Kabupaten
Cirebon dan distribusi berdasarkan kelas RS belum merata. RS di wilayah barat dan
tengah lebih banyak dibandingkan di wilayah timur. RS kelas B lebih banyak
dibandingkan RS kelas C dan D. Sedangkan sistem rujukan di era JKN
dilaksanakan berjenjang berdasarkan kelas RS sehingga masih terdapat potensi
hambatan dalam system rujukan di Kabupaten Cirebon.
Upaya peningkatan mutu berkesinambungan (Continuous Quality
Improvement (CQI)) dan peningkatan kinerja belum dilakukan secara optimal
disebabkan masih ada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti
Puskesmas, klinik, laboratorium, tempat praktek dokter dan dokter gigi belum
semua terakreditasi. Dampak belum terakreditasinya fasilitas pelayanan kesehatan
berupa belum terpenuhinya kinerja FKTP terhadap standar pelayanan, masih
adanya resiko keselamatan pada pasien, sasaran kegiatan dan pekerja, variasi
proses pelayanan, kepuasan pelanggan dan masyarakat yang belum terkelola
dengan baik.

2. Belum optimalnya kualitas pelayanan dan tindaklanjut penanganan kasus resiko


tinggi pada ibu hamil, bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita.
Kasus resiko tinggi pada ibu hamil masih cukup tinggi antara lain usia ibu pada
saat hamil masih terlalu muda (<20th), terlalu tua (>35th), grande multi, jarak antar
kehamilan <2 tahun, bumil KEK, bumil anemia dan lain-lain serta adanya penyakit
penyerta pada ibu hamil seperti hipertensi, jantung, IMS dan lain-lain.
Penanganan kasus resiko pada ibu hamil kurang maksimal sehingga resiko
yang ada menjadi komplikasi yang pada akhirnya bisa menimbulkan kematian ibu
dan bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat kepatuhan SDM terhadap SOP masih
kurang, kurangnya keterampilan SDM dalam penanganan kegawatdaruratan ibu
hamil dan bayi baru lahir. Tingkat pendidikan ibu sangat berperan dalam

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 83


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

pengambilan keputusan sehingga semua faktor resiko yang ada bisa segera
ditindaklanjuti.

3. Masih tingginya balita gizi buruk, sangat kurus dan masalah gizi mikro lainnya
dimasyarakat.
Masalah gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain infeksi, faktor
lingkungan, daya beli dan pola asuh. Masih ditemukannya ibu hamil dengan kondisi
KEK dan anemia merupakan bagian masalah gizi makro dan mikro di masyarakat
yang berpotensi menambah jumlah kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir.
Sementara kekurangan zat gizi mikro, baik vitamin dan mineral berpotensi
meningkatnya jumlah kesakitan dan kematian pada bayi dan balita.

4. Belum optimalnya upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta


dukungan Lintas Sektor dalam meningkatkan PHBS baik PHBS Rumah Tangga
maupun tatanan lainnya.
Promosi kesehatan merupakan upaya meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh dan untuk masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan serta secara aktif dalam
pembangunan kesehatan. Salah satu bentuk dari pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan yaitu terbentuknya Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang terorganisir dalam wadah desa/kelurahan siaga aktif.
Tujuan dari desa siaga aktif yaitu mempercepat teruwujudnya masyarakat
desa/kelurahan yang peduli, tanggap dan mampu mengenali serta mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat
kesehatannya meningkat. Posyandu merupakan salah satu UKBM yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB.
Selain faktor lingkungan, perilaku juga merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Dengan berperilaku sehat maka akan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyakat. Secara teoritis faktor perilaku
memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan. Sedangkan dampak dari
perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya
untuk merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah satunya melalui

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 84


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Program Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Keberhasilan


program pengembangan PHBS sangat ditentukan peran serta lintas sektor di luar
sektor kesehatan, partisipasi dunia usaha dan peran serta masyarakat itu sendiri.
Kegiatan promosi dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
dan kegiatan PHBS masih belum optimal, antara lain disebabkan oleh:
1. Belum optimalnya dukungan dari lintas sektor maupun unsur terkait.
2. Anggapan bahwa kegiatan pembangunan kesehatan merupakan tanggung
jawab sektor kesehatan.
3. Kesadaran masyarakat terhadap PHBS masih kurang, masyarakat baru
merasa penting terhadap kesehatan kalau sudah sakit.

Kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya merokok adalah hal


yang hingga kini terus ditingkatkan oleh semua pihak terutama Dinas Kesehatan,
bukannya tanpa alasan, aktivitas merokok baik perokok aktif maupun perokok pasif
dapat membahayakan kesehatan untuk semua kalangan yang terkena paparan
asapnya. Oleh karena itu untuk dapat mengurangi dampak dari rokok terhadap
kesehatan dilakukan berbagai upaya antara lain : penyusunan regulasi kawasan
tanpa rokok (KTR), pembatasan iklan rokok, peningkatan regulasi Peraturan Bupati
(Perbup) KTR menjadi Peraturan Daerah KTR, melaksanakan sosialisasi bahaya
merokok terhadap semua kalangan.

4. Belum Optimalnya upaya penyehatan lingkungan


Upaya penyehatan lingkungan belum optimal, hal ini ditandai dengan masih
rendahnya cakupan rumah sehat, cakupan jamban sehat, akses masyarakat
terhadap air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, masih banyaknya Tempat
Pengelolaan Makanan yang belum memenuhi syarat kesehatan, tempat-tempat
umum serta industri yang belum memenuhi syarat kesehatan. Dari hasil
pemeriksaan sampel air bersih, masih ditemukan air bersih tidak memenuhi syarat
kesehatan seperti berbau, terdapat kandungan kimia (besi, mangan, klorida), dan
secara bakteriologis masih ditemukan coliform pada beberapa sampel air bersih
yang digunakan oleh masyarakat. Pada pemeriksaan sampel makanan (jajanan
sekolah) juga masih ditemukan bahan pewarna yang tidak aman (rodhamin),
Boraks dan coliform.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 85


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

5. Masih banyaknya desa yang belum mendeklarasikan sebagai desa ODF ( Open
Devecation Free ) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan.
Di era saat ini masyarakat tidak lagi menjadi obyek pembangunan, namun
sebagai subyek pembangunan. Air minum dan sanitasi adalah kebutuhan dasar
manusia. Pemerintah Indonesia bercita-cita di akhir tahun 2019 dapat
mencapai universal access air minum dan sanitasi. Ini dimaknai bahwa 100%
masyarakat mendapatkan layanan air minum dan sanitasi yang layak. Target
tersebut harus didukung oleh semua desa yang ada di Kabupaten Cirebon. Hingga
tahun 2018 baru ada 120 desa yang terverifikasi ODF dari 135 desa yang sudah
mendeklarasikan sebagai desa ODF . Itu artinya masih ada 289 desa yang belum
ODF. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkannya. Sosialisasi
STBM ke seluruh desa dan kecamatan perlu dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan komitmen dan kepedulian dari pemerintah desa dalam mengatasi
masalah sanitasi di desa-desanya. Salah satunya dengan menganggarkan dana
desanya untuk kegiatan yang mengarah percepatan ODF desanya, seperti
pembuatan jambanisasi, pembangunan MCK atau septick tank komunal.
Upaya lain yang perlu dilaksanakan adalah Pemicuan di desa-desa yang
masih belum ODF untuk meningkatkan kemandirian masyarakat secara total
dalam mengatasi masalah sanitasi bagi dirinya selain memberi alternatif dengan
membentuk Arisan jamban, upaya menggalang CSR dari pihak swasta,
peningkatan kerjasama lintas sektor, menggalang dukungan dari dunia pendidikan,
pelatihan Wusan, pelatihan STBM bagi kader PKK, mengevaluasi dan up date
data STBM dari sanitarian Puskesmas guna mendukung percepatan ODF.

6. Masih adanya kesakitan dan kematian akibat penyakit menular yang dapat
menimbulkan KLB, (emerging, re-emerging dan new emerging disease).
Adanya peningkatan kasus HIV di kelompok Gay dan ibu rumah tangga, yang
berdampak terhadap tatanan sosial, ekonomi dan politik. Kenaikan kasus HIV pada
ibu rumah tangga mengancam terjadinya penularan terhadap anak dan
kemusnahan satu keluarga.
Adanya pergeseran kasus TBC konvensional kepada TBC resisten obat yang
berdampak terhadap tatanan sosial, ekonomi dan politik serta pembiayaan
kesehatan yang sangat tinggi, dan masa pengobatan yang lama (minimal 2 tahun).

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 86


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

7. Terjadinya KLB penyakit menular maupun keracunan makanan.


Masih terjadinya KLB PD3I seperti Campak, Difteri, Tetanus Neonatorum dan
Hepatitis, dan non PD31 seperti Filariasis, Flu Burung, dan Flu Singapura. Serta
KLB keracunan makanan seperti kerang ijo, makanan hajatan, ikan pindang.

8. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit tidak menular seperti


hipertensi, stroke, Diabetes Melitus, Kanker, dll.
Akibat dari perubahan gaya hidup masyarakat yang serba instans maka terjadi
pergeseran penyakit dari penyakit menular kepada penyakit tidak menular
(degeneratif). Hal ini bisa dilihat dengan adanya perubahan komposisi 10 besar
penyakit, dimana hipertensi, stroke dan diabetes menempati urutan teratas.
Penyakit- penyakit ini mulai bergeser kepada usia muda (usia kurang dari 40 tahun),
sehingga berdampak menurunnya produktifitas.

9. Pemerataan, jumlah dan kualitas 9 (sembilan) jenis tenaga kesehatan (dokter,


dokter gigi, perawat, bidan, tenaga gizi, apoteker/ petugas farmasi, analis,
sanitarian, promkes, kesehatan masyarakat) belum optimal.
Pendistribusian tenaga kesehatan belum merata, masih terdapat tenaga
kesehatan yang jumlahnya berlebih di beberapa Puskesmas. Dinas Kesehatan
berupaya untuk melakukan pemerataan SDMK, dengan membuat formasi,
menempatkan tenaga dari Puskesmas yang berlebih, dan penempatan tenaga
pindahan dari luar wilayah sesuai kebutuhan.
Peningkatan kualitas tenaga kesehatan terus dilakukan sesuai dengan standar
kompetensi tenaga kesehatan

10. Belum optimalnya identifikasi dan penetapan penduduk miskin sebagai dasar
penentuan kebijakan dan penganggaran pelayanan kesehatan penduduk miskin
(PBI Daerah).
Penetapan penduduk miskin sebagai peserta JKN-KIS segmen PBI masih
mendasarkan pada data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang
selanjutnya data tersebut diserahkan ke Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sebagai dasar untuk menetapkan
kepesertaan PBI yang didanai melalui anggaran APBN. Selanjutnya data tersebut
dilakukan Up Date secara berkala sejak Tahun 2011, 2013, 2015 dan terakhir
pada Tahun 2017 selanjutnya disebut sebagai Basis Data Terpadu (BDT).
Berdasarkan Permensos Nomor 5 Tahun 2016, tentang Pelaksanaan Peraturan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 87


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Pemerintah Nomor 76 tahun 2015 tentang Perubahan atas peraturan pemerintah


Nomor 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
bahwa pelaksanaan verifikasi dan validasi data dilakukan oleh Dinas Sosial.
Dari kondisi tersebut maka yang bertangung jawab terhadap pelaksanaan
updating data BDT tersebut adalah oleh Dinas Sosial, sehingga hasil updating
data dapat menggambarkan kondisi saat ini. Dalam kenyataannya data BDT ini
sebenarnya belum dilakukan verifikasi dan validasi data secara menyeluruh
sehingga masih dimungkinkan terjadi kelemahan dari sisi kondisi data sasaran
yang akan dintegrasikan kedalam kepesertaan JKN-KIS segmen PBI baik yang
dianggarkan melalui Dana APBN maupun Dana APBD I dan APBD II.

11. Belum optimalnya pemanfaatan dana kapitasi JKN dalam menunjang


penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada peserta BPJS.
Dengan bertambahnya jumlah sasaran kepesertaan JKN-KIS khususnya
pada segmen PBI mulai dari tahun 2014 sampai dengan Tahun 2018 akan
berdampak pada semakin meningkatnya jumlah pendapatan kapitasi Puskesmas
karena penerimaan kapitasi per bulan salah satu perhitungannya adalah perkalian
antara jumlah sasaran masyarakat miskin yang telah diintegrasikan ke dalam
kepesertaan PBI dengan jumlah iuran per bulan yang ditetapkan oleh pemerintah
yaitu sebesar Rp. 23.000,- per jiwa, sehingga apabila diwilayah kerja Puskesmas
terdapat banyak jumlah penduduk yang telah menjadi peserta BPJS Kesehatan
maka otomatis akan mendapatkan jumlah penerimaan kapitasi yang cukup besar
dan diikuti dengan jumlah tenaga medis (dokter dan dokter gigi) yang terdapat di
Puskesmas tersebut sebagai komponen perkalian dalam perhitungan penerimaan
kapitasi.
Namun dari segi pemanfaatan dana Kapitasi Puskesmas belum
dilaksanakan secara optimal hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan masih rendahnya penyerapan penggunaan dana kapitasi tersebut
oleh Puskesmas adalah sebagai berikut :
a. Regulasi pada saat awal diluncurkannya Program JKN dari Kementerian
Kesehatan khususnya yang mengatur penggunaan dana kapitasi masih
bersifat abu-abu sehingga banyak Puskesmas yang merasa ragu dalam
penggunaan dana kapitasi yang pada akhirnya menimbulkan banyak SILPA.
b. Pada saat aturan penggunaan dana kapitasi sudah mulai tertata dengan baik,
dengan diperkuat dengan tersusunnya Peraturan Bupati tentang penggunaan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 88


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

dana kapitasi banyak Puskesmas yang lebih mengutamakan memanfaatkan


dana Jasa Pelayanan sehingga dana dukungan operasional banyak yang
belum termanfaatkan dengan sebaik-baiknya walaupun sudah ditetapkan
melalui DPA masing-masing Puskesmas. Seharusnya melalui dana
operasional inilah yang dipergunakan sebagai upaya untuk melakukan upaya
promotif dan preventif atau pelayanan diluar gedung untuk mencegah
terjadinya kasus penyakit bagi masyarakat secara umum terlebih kepada
peserta JKN untuk dilakukan intervesi misalnya melalui kunjungan rumah atau
kunjungan pada pelayanan di sarana Upaya Kesehatan Bersumber daya
masyarakat (UKBM) seperti di Posyandu, Posbindu, Pos UKK, Poskesdes,
dan pelayanan pada sarana UKBM lainnya. Selain itu, Puskesmas juga belum
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD).
12. Pemenuhan sarana prasarana Puskesmas belum optimal.
Saat ini sebagian besar bangunan Puskesmas berdiri di atas milik
pemerintahan desa sehingga menghambat upaya pemenuhan sarana dan
prasarana Puskesmas seperti IPAL, tempat parkir maupun penambahan ruang
pelayanan. Status tanah milik pemerintahan desa menjadi hambatan untuk
mendapatkan bantuan anggaran kegiatan fisik dari pemerintah. Berdasarkan data
asset termasuk di dalamnya alat kesehatan, jumlah, jenis dan distribusi alkes di
tempat pelayanan masih minim, sehingga pelayanan luar gedung sering
terhambat pada ketersediaan alkes untuk kegiatan luar gedung seperti sanitarian
Kit, Posbindu PTM Kit, dan lain-lain.

3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Visi Kepala Daerah dan dan Wakil Kepala Daerah terpilih periode 2019-2024 :

“Terwujudnya Kabupaten Cirebon Berbudaya, Sejahtera, Agamis, Maju dan


Aman (BERSAMA)”

Untuk mewujudkan visi, Kabupaten Cirebon mempunyai misi sebagai berikut :


1. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Cirebon yg menjunjung tinggi dan
melestarikan nilai-nilai budaya, tradisi dan adat istiadat.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 89


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

2. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan dasar


masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, kesehatan dan
ekonomi.
3. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Cirebon yang senantiasa
menerapkan nilai agama, budi pekerti, santun dan beretika.
4. Meningkatnya produktifitas masyarakat untuk lebih maju dan unggul sehingga
menambah daya saing di pasar internasional, nasional dan regional yang didukung
oleh peningkatan oleh kapasitas aparatur pemerintah daerah.
5. Memelihara keamanan dan ketertiban umum untuk mewujudkan kondusivitas
daerah guna mendukung terciptanya stabilitas nasional.

Kelima misi tersebut dijabarkan oleh setiap organisasi perangkat daerah dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Adapun tugas pokok Dinas Kesehatan
berdasarkan berdasarkan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 61 tahun 2016 adalah
menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan, pengendalian, pengevaluasian rencana strategis dan


rencana kerja bidang kesehatan dan Puskesmas.
2. Perumusan dan penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP), target capaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM), Standar Pelayanan Publik (SPP), Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) bidang kesehatan dan Puskesmas.
3. Perencanaan, pembinaan dan pendayagunaan tenaga pelayanan kesehatan.
4. Perencaaan dan pengendalian anggaran.
5. Pengendalian urusan administrasi Dinas.
6. Pengendalian dan pembinaan teknis pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan dan pelayanan kesehatan penunjang.
7. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama bidang pelayanan kesehatan diantara
Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah dan instansi
terkait.
8. Pemantauan dan evaluasi kinerja bidang urusan pelayanan kesehatan pada Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) sesuai dengan ruang lingkup tugas.
9. Penetapan pedoman teknis pengaturan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NPSK) bidang Kesehatan dan Puskesmas.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 90


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

10. Penilaian dan pengendalian terhadap pelaksanaan program kegiatan.


11. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Ke sebelas fungsi tersebut merupakan penjabaran dari misi ke-2 Bupati
Cirebon, yang selanjutnya diwujudkan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
sekretariat, bidang, seksi, sub bagian dan UPTD di lingkungan Dinas Kesehatan
dalam memberikan pelayanan di bidang kesehatan.

Untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Cirebon, Dinas Kesehatan


mempunyai dua puluh tiga program yang harus dilaksanakan :

1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan


2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
3. Program Pengawasan Obat dan Makanan
4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Program Pengembangan Lingkungan Sehat
7. Program Pembinaan Lingkungan Sosial
8. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
9. Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (TPM)
10. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
11. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
12. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
13. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
14. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
15. Program Jaminan Kesehatan Nasional
16. Program Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/
Puskesmas Pembantu, dan jaringannnya.
17. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS/RS Jiwa/ RS
Paru-paru/dan RS mata.
18. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
19. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
20. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
21. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 91


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

22. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja


dan Keuangan
23. Program Pengembangan Sistem Perencanaan Sektoral

3.3 Telaahan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana strategis


Provinsi Jawa Barat

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2019-2024 tidak ada visi dan misi,
namun mengikuti visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2019-2024, yaitu :

“INDONESIA BERPENGHASILAN MENENGAH-TINGGI YANG SEJAHTERA,


ADIL DAN BERKESINAMBUNGAN “

Untuk itu telah ditetapkan arah kebijakannya adalah meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan
penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dan
peningkatan upaya promotif dan preventif dengan di dukung oleh inovasi dan
pemanfaatan teknologi.
Adapun strategi RPJMN 2019-2024 untuk mencapainya adalah :
1. Peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi
2. Percepatan perbaikan gizi masyarakat
3. Peningkatan pengendalian penyakit
4. Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ((germas)
5. Peningkatan pelayanan kesehatan dan pengawasan obat dan makanan

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Kebijakan penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan dengan
diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(UU 24/1992), yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 UU 26/2007. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang
nasional yang semakin baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan kriteria
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 92


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut, maka


tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi produk
dari rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penegasan sanksi atas pelanggaran tata ruang
sebagaimana diatur dalam UU 26/2007 menuntut proses perencanaan tata ruang
harus diselenggarakan dengan baik agar penyimpangan pemanfaatan ruang bukan
disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang wilayah.

Dasar hukum rencana tata ruang wilayah Kabupaten Cirebon telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018 – 2038. Wilayah adalah ruang
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Sedangkan kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya.

Telaahan rencana tata ruang wilayah ditujukan untuk mengidentifikasi


implikasi rencana struktur dan pola ruang terhadap kebutuhan pelayanan SKPD.
Dibandingkan dengan struktur dan pola ruang eksisting maka SKPD dapat
mengidentifikasi arah (geografis) pengembangan pelayanan, perkiraan kebutuhan
pelayanan, dan prioritas wilayah pelayanan SKPD dalam lima tahun mendatang.
Dikaitkan dengan indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah dalam
RTRW, OPD dapat menyusun rancangan program beserta targetnya yang sesuai
dengan RTRW tersebut. Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya
disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah.

Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2018 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018 – 2038, yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan telah ditetapkan sebagai berikut :

1. Pembangunan Rumah sakit type C pada kawasan PKL Sumber


2. Pengembangan sarana kesehatan skala kawasan pada kawasan PKL
Palimanan, PKL Lemah Abang dan PKL Ciledug
3. Pengembangan Sarana Kesehatan pada Kecamatan Losari, Astanajapura,
Weru, Plumbon, dan Kapetakan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 93


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis

Kekuatan adalah kemampuan, kesanggupan dan daya yang dimiliki oleh


Dinas Kesehatan yang memungkinkan untuk dikembangkan, digali, dan dijadikan
sebagai sarana untuk membangun. Adapun yang termasuk sebagai kekuatan adalah
sebagai berikut :
1. Kebijakan pemerintah menetapkan kesehatan sebagai prioritas pembangunan;
2. Tersedianya SDM tenaga kesehatan dan sarana prasarana kesehatan;
3. Memiliki Struktur Organisasi & Tata Kerja (SOTK), tugas dan fungsi yang
baru;
4. Adanya peraturan daerah yang mengatur retribusi pelayanan kesehatan;
5. Tersedianya dukungan anggaran kesehatan dari berbagai sumber terutama
anggaran PUD (Pendapatan Umum Daerah) yang setiap tahunnya meningkat;
6. Memiliki Rencana Strategis (Renstra) yang lama.

Kelemahan :
1. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia tenaga kesehatan.
2. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang belum memadai.
3. Profesionalisme tenaga kesehatan dan kemampuan petugas dalam menjalankan
standar operasional proseduar pelayanan kesehatan dari aspek mutu masih
perlu ditingkatkan;
4. Persebaran tenaga kesehatan yang belum merata;
5. Kualitas Pelayanan kesehatan yang belum optimal;
6. Sistem informasi kesehatan yang belum optimal;
7. Kesejahteraan sumber daya manusia masih kurang.

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal didapat yang termasuk peluang


adalah sebagai berikut :
1. Anggaran kesehatan yang cenderung meningkat dari berbagai sumber dana
menjadi peluang untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang optimal.
2. Peningkatan kapasitas SDM kesehatan melalui pendidikan formal dalam lembaga
pendidikan kesehatan maupun pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh masing-
masing bidang di lingkungan Dinas kesehatan.
3. Pertambahan jumlah sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan berupa
gedung/bangunan, alat-alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 94


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

4. Tersedianya peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan standar


pelayanan minimal bidang kesehatan sebagai pedoman dalam pengukuran
keberhasilan pembangunan kesehatan
5. Kemudahan akses komunikasi, informasi dan teknologi

Ancaman :

1. Anggaran yang cenderung meningkat dari berbagai sumber dana bila tidak diikuti
dengan perencanaan program yang memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap
peningkatan derajat kesehatan menjadi tidak efektif dan efisien.
2. Peningkatan kapasitas SDM kesehatan melalui pendidikan formal dalam berbagai
lembaga pendidikan kesehatan maupun pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
masing-masing bidang di lingkungan Dinas Kesehatan harus diikuti dengan follow
up dan monitoring serta evaluasi pasca pelatihan.
3. Pertambahan jumlah sarana penunjang pelayanan kesehatan baik gedung/
bangunan, alat-alat kesehatan dan perbekalan semakin meningkat harus dikelola
dengan baik, terpelihara dan dievaluasi pemanfaatannya.
4. Sistem informasi kesehatan belum terintegrasi secara baik dan data yang ada
masih perlu ditingkatkan kualitasnya.

Memperhatikan perkembangan dan tantangan dewasa ini, maka isu strategis


yang masih dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan
masyarakat adalah :
1. Akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar di FKTP dan rujukan pada
FKRTL.

2. Percepatan dan perbaikan Gizi Masyarakat.

3. Peningkatan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan penyakit


tidak menular.

4. Penguatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang


kesehatan melalui Germas.

5. Peningkatan penyehatan lingkungan dan akses masyarakat terhadap sanitasi


dasar.

6. Pelayanan dan pembiayaan kesehatan bagi penduduk miskin.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 95


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

7. Pemenuhan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan serta sumber daya


manusia kesehatan (SDMK).

Untuk mengatasi isu-isu strategis tersebut perlu strategi dan kebijakan yang
dapat mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Seperti yang tercantum
dalam RPJMD Tahun 2019-2024, prioritas pembangunan daerah Kabupaten Cirebon
untuk bidang kesehatan menitikberatkan pada Perluasan Jaminan Kesehatan dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan baik bersifat preventif maupun kuratif
berbasis masyarakat.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 96


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAB IV
TUJUAN DAN SASARAN

Dalam Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2019-2024 tidak ada visi misi Dinas
Kesehatan, tetapi mengikuti Visi Misi Bupati Cirebon yaitu “Terwujudnya Kabupaten
Cirebon Berbudaya, Sejahtera, Agamis, Maju dan Aman (BERSAMA)”. Upaya
untuk mewujudkan Visi tersebut adalah melalui 5 Misi Pembangunan yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat Kab. Cirebon yg menjunjung tinggi dan melestarikan
nilai-nilai budaya, tradisi dan adat istiadat.
2. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan,
kesehatan dan ekonomi.
3. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat Kab. Cirebon yg senantiasa
menerapkan nilai agama, budi pekerti, santun dan beretika.
4. Meningkatnya produktifitas masyarakat untuk lebih maju dan unggul sehingga
menambah daya saing di pasar internasional, nasional dan regional yang
didukung oleh peningkatan oleh kapasitas aparatur pemerintah daerah.
5. Memelihara keamanan dan ketertiban umum untuk mewujudkan kondusivitas
daerah guna mendukung terciptanya stabilitas nasional.

Misi Kabupaten Cirebon Sejahtera bertujuan untuk mewujudkan pembangunan


manusia yang berkualitas dan sejahtera. Sasaran pembangunan kesehatan untuk
mewujudkan misi Kabupaten Cirebon sejahtera adalah meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH).
Selanjutnya prioritas pembangunan daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2019-
2024 adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan akses, kualitas pendidikan dan partisipasi masyarakat untuk
keberlanjutan pendidikan dasar.
2. Perluasan Jaminan Kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan baik bersifat preventif maupun kuratif berbasis masyarakat.
3. Penyediaan infrastruktur wilayah untuk peningkatan layanan dasar, kelancaran
kegiatan ekonomi, daerah perbatasan dan rawan bencana.
4. Pengembangan ekonomi kerakyatan sektor pertanian, industri, perdagangan
dan pariwisata yang berbasis inovasi.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 97


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

5. Penanganan kemiskinan melalui pemberdayaan masysrakat miskin dan


perlindungan jaminan sosial.
6. Perluasan kesempatan kerja melalui peningkatan daya saing tenaga kerja dan
penguatan jiwa kewirausahaan.
7. Peningkatan kualitas lingkungan hidup dan pengendalian pemanfaatan ruang
guna menudukung sinergitas wilayah dan keberlanjutan pembangunan.
8. Reformasi birokrasi melalui optimalisasi pelayanan publik yang prima.
9. Peningkatan kondusifitas kehidupan bermasyarakat dalam interaksi sosial dan
kehidupan beragama.

4.1. Tujuan
Tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon pada tahun 2019-2024 yaitu :
Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, dengan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) sebagai indikatornya, sebagaimana dijelaskan dalam Permenkes Nomor 39
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan 3 (tiga) pilar
utama, yaitu : 1) penerapan paradigma sehat, 2) penguatan pelayanan kesehatan, dan
3) pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Penerapan paradigma sehatdilakukan
dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan
supaya upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan
pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimasi system rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan
pendekatan continuum of care (CoC) dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit),
serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-
keluarga sehat. Target pencapaian indikator IKS di Kabupaten Cirebon pada tahun
2020 adalah : 0,21 atau 21% dan meningkat menjadi 0,40 atau 40% pada tahun 2024.

4.2. Sasaran

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan


oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 98


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar-upaya program dan sektor,


serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode
sebelumnya.
Dinas Kesehatan memiliki 6 (enam) sasaran dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Kabupaten Cirebon tahun 2019-2024 sebagai berikut :

Sasaran 1 Menurunnya Angka kematian ibu dan Angka kematian Bayi (AKB),
dengan indikator sasaran :
o Penurunan Angka Kematian Ibu dari 69 per 100.000 KH pada tahun
2020 menjadi 61 per 100.000 KH pada tahun 2024.
o Penurunan Angka Kematian Bayi dari 3,81 per 1.000 KH pada tahun
2020 menjadi 3,69 per 1000 KH pada tahun 2024.

Sasaran 2 Meningkatnya status gizi Balita, dengan indikator sasaran :


o Menurunnya Prevalensi balita gizi kurang dari 7,30 pada tahun 2020
menjadi 6,20 pada tahun 2024.
o Menurunnya Persentase Balita Gizi Buruk (sangat kurus) dari 0,16 pada
tahun 2020 menjadi 0,12 pada tahun 2024.

Sasaran 3 Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit menular, dengan


indikator sasaran :
o Persentase keberhasilan pengobatan pasien TB semua tipe (succes
rate) mencapai 90%
o Meningkatnya Persentase UCI Desa dari 369 desa (87%) pada tahun
2020 menjadi 424 desa (100%) pada tahun 2024.

Sasaran 4 Meningkatnya pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular


(PTM), dengan indikator sasaran :
o Persentase pelayanan hipertensi (HT) mencapai 100% setiap tahunnya

Sasaran 5 Meningkatnya PHBS Rumah Tangga, dengan indikator :


o Meningkatnya Persentase Rumah Tangga berPHBS dari 67% pada
tahun 2020 menjadi 75% pada tahun 2024.

Sasaran 6 Meningkatnya jumlah Desa ODF (Open Defecation Free), dengan


indikator sasaran :
o Bertambahnya jumlah Desa ODF dari 176 desa pada tahun 2020
menjadi 296 pada tahun 2024.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 99


Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Sasaran 7 Meningkatkan kinerja aparatur dan kualitas manajemen pelayanan


kesehatan, dengan indikator sasaran :
o Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat dari 3,55 pada tahun 2020
menjadi 4,00 pada tahun 2024.

Tabel 4.1
Tujuan dan sasaran Jangka Menengah Dinas kesehatan Kab. Cirebon
Tahun 2019-2024

Tujuan Sasaran Indikator Target Kinerja Tujuan/Sasaran pada tahun ke-


Tujuan/ 2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran
Meningkatk Indeks 0,21 0,25 0,30 0,35 0,40
an Derajat Keluarga (21%) (25%) (30%) (35%) (40%)
Kesehatan Sehat
Masyarakat (Prosentase
Keluarga
Sehat)
1. Menurun Angka 69/100.0 67/100.0 65/100.0 63/100.0 61/100.0
nya Angka Kematian 00 KH 00 KH 00 KH 00 KH 00 KH
kematian ibu Ibu per
dan Angka 100.000 KH
kematian Angka 3,81/ 3,78/ 3,75/ 3,72/ 3,69/
Bayi (AKB) Kematian 1000 KH 1000 KH 1000 KH 1000 KH 1000 KH
Bayi per
1.000 KH
2.Meningkat Prevalensi 7,30 7,00 6,80 6,50 6,20
nya Status balita gizi
Gizi Balita kurang
Persentase 0,16 0,15 0,14 0,13 0,12
Balita Gizi
Buruk
(sangat
kurus)
3.Meningkat Persentase 90% 90% 90% 90% 90%
nya pencega keberhasila
han dan n
pengendalia pengobatan
n penyakit pasien TB
menular semua tipe

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 100
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

(succes
rate)
Persentase 87 % 90,5% 94% 97% 100%
UCI Desa (369 (384 (399 (412 (424
desa) desa) desa) desa) desa)
4.Meningkat Persentase 100% 100% 100% 100% 100%
nya pelayanan
pelayanan hipertensi
kesehatan (HT)
penyakit
tidak
menular
5.Meningkat Persentase 67% 69% 71% 73% 75%
nya PHBS Rumah
Rumah Tangga
Tangga berPHBS
6. Meningkat Jumlah 176 206 236 266 296
nya jumlah Desa ODF
Desa ODF
(Open
Defecation
Free)
7.Meningkat Indeks 3,55 3,65 3,85 3,95 4,00
kan kinerja Kepuasan
aparatur dan Masyarakat
kualitas
manajemen
pelayanan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 101
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAB V
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

5.1 Strategi

Strategi merupakan langkah-langkah yang berisi program-program indikatif


untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi adalah salah satu rujukan penting dalam
perencanaan pembangunan daerah (strategy focussed-management). Rumusan
strategi tersebut berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran
akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan. Strategi
dan arah kebijakan pembangunan kesehatan merupakan rumusan perencanaan
komprehensif mengacu kepada bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan
sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien selama 5 (lima) tahun ke depan.

Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta sasarannya
perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapai tujuan dan sasaran misi
tersebut melalui strategi yang dipilih, serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih.
Strategi dan arah kebijakan Dinas Kesehatan mengacu kepada strategi RPJMD
Pemerintah Kabupaten Cirebon yang tertuang dalam Misi 2. Strategi dan arah
kebijakan Dinas Kesehatan untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran Dinas kesehatan
sebagai berikut :

Strategi 1 Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja,


dan lanjut usia yang berkualitas, dengan arah kebijakan :
1.1 Peningkatan akses pelayanan kesehatan ibu dan anak,usia
produktif dan Usia Lanjut yang berkualitas dengan pendekatan
continuum of care (CoC);
1.2 Peningkatan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan;
1.3 Peningkatan pemenuhan ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan;
1.4 Peningkatan kualitas dan kuantitas SDMK;
1.5 Peningkatan dan pemenuhan sarana prasaranan pelayanan
kesehatan, termasuk sistem informasi dan tata kelola;
1.6 Peningkatan upaya kesehatan pengembangan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 102
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

Strategi 2 Meningkatkan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), dengan arah kebijakan:


2. 1 Peningkatan pelayanan Gizi Masyarakat melalui pendidikan gizi,
suplementasi gizi, tata laksana gizi dan surveilans gizi.

Strategi 3 Meningkatkan upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan


penyakit menular, dengan arah kebijakan :
3.1 Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi;
3.2 Pengendalian faktor risiko, penemuan dan tata laksana kasus
penyakit menular;
3.3 Penguatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB.

Strategi 4 Peningkatan pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular


(PTM) melalui UKM dan UKP, dengan arah kebijakan :
4.1 Pengendalian Faktor Risiko PTM yang dapat diubah dan peningkatan
pelayanan PTM

Strategi 5 Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,


dengan arah kebijakan :
5.1 Peningkatan promosi kesehatan (KIE) dan peningkatan peran serta
masyarakat melalui UKBM
5.2 Peningkatan dan pembinaan PHBS di 5 tatanan

Strategi 6 Meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dasar yang


sehat, dengan arah kebijakan :
6.1 Peningkatan penyelenggaraan dan pembinaan STBM

Strategi 7 Optimalisasi manajemen publik dengan mengedepankan pelayanan


prima, dengan arah kebijakan :
7.1 Peningkatan intensitas, profesionalitas, kapasitas, dan ksejahteraan
sumber daya aparatur pemerintah daerah;
7.2 Penyederhanaan mekanisme dan standar pelayanan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 103
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

5.2 Arah Kebijakan


Tabel 5.1
Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Visi : Terwujudnya Kabupaten Cirebon Berbudaya, Sejahtera, Agamis, Maju dan Aman
MISI : Meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, kesehatan dan ekonomi
TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1. Meningkat 1. 1 Menurunnya 1.1.1 akselerasi 1.1.1.1 Peningkatan akses pelayanan
kan derajat Angka kematian ibu pemenuhan akses kesehatan ibu dan anak,usia
kesehatan dan Angka kematian pelayanan kesehatan produktif dan Usia Lanjut yang
masyarakat Bayi (AKB) ibu, anak, remaja, dan berkualitas dengan pendekatan
lanjut usia yang continuum of care (CoC)
berkualitas
1.1.1.2 Peningkatan
penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan
1.1.1.3 Peningkatan pemenuhan
ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan
1.1.1.4 Peningkatan kualitas dan
kuantitas SDMK
1.1.1.5 Peningkatan dan pemenuhan
sarana prasaranan pelayanan
kesehatan, termasuk sistem informasi
dan tata kelola
1.1.1.6 Peningkatan upaya kesehatan
pengembangan
1.2 Meningkatnya 1.2.1 Meningkatkan 1.2.1.1 Peningkatan pelayanan Gizi
status gizi Balita Keluarga Sadar Gizi Masyarakat melalui pendidikan gizi,
(KADARZI) suplementasi gizi, tata laksana gizi
dan surveilans gizi.
1.3 Meningkatnya 1.3.1 Meningkatkan 1.3.1.1 Peningkatan cakupan dan
pencegahan dan upaya pencegahan, mutu imunisasi
pengendalian pengendalian dan
penyakit menular. pemberantasan
penyakit menular
1.3.1.2 Pengendalian faktor risiko,
penemuan dan tata laksana kasus
penyakit menular

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 104
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

1.3.1.3 Penguatan surveilans


epidemiologi dan penanggulangan
KLB
1.4 Meningkatnya 1.4.1 Peningkatan 1.4.1.1 Pengendalian Faktor Risiko
pencegahan dan pencegahan dan PTM yang dapat diubah dan
pengendalian pengendalian Penyakit peningkatan pelayanan PTM
Penyakit Tidak Tidak Menular (PTM)
Menular (PTM) melalui UKM dan UKP
1.5 Meningkatnya 1.5.1 Meningkatkan 1.5.1.1 Peningkatan promosi
PHBS Rumah promosi kesehatan dan kesehatan (KIE) dan peningkatan
Tangga pemberdayaan peran serta masyarakat melalui
masyarakat UKBM
1.5.1.2 Peningkatan dan pembinaan
PHBS di 5 tatanan
1.6 Meningkatnya 1.6.1 Meningkatkan 1.6.1.1 Peningkatan
jumlah Desa ODF akses masyarakat penyelenggaraan dan pembinaan
(Open Defecation terhadap sarana STBM
Free) sanitasi dasar yang
sehat
1.7 Meningkatkan 1.7.1 Optimalisasi 1.7.1.1 Peningkatan intensitas,
kinerja aparatur dan manajemen publik profesionalitas, kapasitas, dan
kualitas manajemen dengan ksejahteraan sumber daya aparatur
pelayanan mengedepankan pemerintah daerah
kesehatan pelayanan prima
1.7.1.2 Penyederhanaan mekanisme
dan standar pelayanan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 105
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAB VI
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN

Indikasi rencana program prioritas OPD berisi program program, baik untuk
mencapai visi dan misi pembangunan jangka menengah maupun untuk pemenuhan
layanan OPD dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah. Pagu indikatif
sebagai wujud kebutuhan pendanaan adalah jumlah dana yang tersedia untuk
penyusunan program dan kegiatan tahunan.

Program-program prioritas yang telah disertai kebutuhan pendanaan (pagu


indikatif) yang ada di dalam RPJMD selanjutnya dijadikan sebagai acuan bagi OPD
dalam penyusunan Renstra OPD, termasuk dalam menjabarkannya ke dalam kegiatan
prioritas beserta kebutuhan pendanaannya. Pencapaian target kinerja program
(outcome) di masing-masing urusan wajib/pilihan mempertimbangkan kerangka
pendanaan dan pagu indikatif, yang bersumber dari APBD Kabupaten Cirebon, APBD
Propinsi dan APBN maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat. Dalam rangka mewujudkan sasaran organisasi dengan
indikator sasaran sebagai tolak ukur keberhasilannya, maka Dinas Kesehatan
menetapkan Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan
Pendanaan Indikatif untuk pelaksanaan program Kesehatan kurun waktu 2019-2024.

6.1 Program dan Kegiatan Urusan


1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, dengan kegiatan :
a. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan;
b. Peningkatan mutu penggunaan obat.

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat, dengan kegiatan :


a. Pemeliharaan, pemulihan dan penanggulangan masalah kesehatan;
b. Peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan;
c. Penyediaan biaya operasional & pemeliharaan;
d. Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja;
e. Pembinaan dan pengawasan kesehatan kerja dan olah raga;
f. Penyediaan dukungan manajemen BOK;
g. Bantuan operasional kesehatan Puskesmas;
h. Peningkatan pelayanan kesehatan tradisional;

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 106
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

i. Penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan Pendekatan


Keluarga (PIS-PK);
j. Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu.

3. Program Pengawasan Obat dan Makanan, dengan kegiatan :


a. Pengawasan dan pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM);
b. Pengawasan dan pembinaan Tempat-Tempat Umum TTU- industri;
c. Pengawasan obat (distribusi dan penggunaan).

4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, dengan


kegiatan:
a. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat;
b. Pengembangan indikator desa siaga aktif;
c. Pengembangan strata Posyandu;
d. Pengembangan kabupaten sehat.

5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat, dengan kegiatan :


a. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang vitamin A. dan
kekurangan zat mikro lainnya;
b. Penanggulangan gizi buruk;
c. Penguatan peningkatan cakupan ASI eksklusif di kabupaten.

6. Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dengan kegiatan :


a. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat;
b. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, dengan


kegiatan:
a. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah;
b. Peningkatan Imunisasi;
c. Pencegahan dan penanggulangan penularan penyakit endemik/epidemik.;
d. Penanggulangan HIV/AIDS dan IMS;
e. Penanggulangan penyakit tuberculosis.

8. Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), dengan kegiatan:


a. Surveilans faktor risiko PTM (Penyakit Tidak Menular);
b. Pengendalian kesehatan jiwa.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 107
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

9. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan, dengan kegiatan :


a. Penyusunan standar pelayanan kesehatan;
b. Evaluasi & pengembangan standar pelayanan kesehatan;
c. Pembangunan & pemutakhiran data dasar standar pelayanan
kesehatan;
d. Peningkatan kapasitas SDM Kesehatan;
e. Manajemen pengelolaan SDMK;
f. Pelayanan perizinan praktik perseorangan, pembinaan dan rekomendasi
sarana kesehatan;
g. FKTP Berprestasi;
h. Akreditasi FKTP & Faskes lainnya;
i. Akreditasi rumah sakit.

10. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan, dengan kegiatan:


a. Kemitraan asuransi kesehatan masyarakat;
b. Penguatan sistem rujukan pelayanan kesehatan.

11. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita, dengan kegiatan:


a. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi dan balita

12. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut, dengan kegiatan:


a. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

13. Program Peningkatan Keselamatan ibu melahirkan dan anak, dengan kegiatan:
a. Peningkatan kesehatan Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas;
b. Pembangunan sistem implementasi penyelamatan ibu dan bayi baru
lahir;
c. Jaminan persalinan;
d. Penyediaan dukungan manajemen Jampersal.

14. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dengan kegiatan :


a. Pelayanan kesehatan bagi peserta JKN pada failitas kesehatan tingkat
pertama (Puskesmas);
b. Manajemen penyelenggaraan jaminan kesehatan.

15. Program Pembinaan Lingkungan Sosial, dengan kegiatan :


a. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 108
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

16. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana


Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya, dengan kegiatan :
a. Pembangunan Puskesmas, Pustu dan UPT Kesehatan;
b. Pengadaaan sarana dan prasarana Puskesmas, Pustu dan UPT
Kesehatan;
c. Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas, Pustu, UPT Kesehatan;
d. Pengadaaan Puskesmas keliling;
e. Pengembangan sarana dan prasarana fisik puskesmas;
f. Pengembangan bangunan UPT kesehatan;
g. Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas;
h. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap;
i. Pengembangan fungsi Puskesmas menjadi Puskesmas Mampu PONED;
j. Pengadaan sarana rantai vaksin;
k. Kalibrasi alat kesehatan;
l. Pengadaaan Alkes UPT kesehatan.
17. Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS/RS Jiwa/RS Paru-
paru/dan RS Mata
a. Pembangunan rumah sakit.

6.2 Program dan Kegiatan Non Urusan


1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan kegiatan :
a. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik;
b. Penyediaan jasa pemeliharaan & perizinan kendaraan;
c. Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja;
d. Penyediaan alat tulis kantor;
e. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan;
f. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan;
g. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor;
h. Penyediaan bahan bacaan & peraturan perundang-undangan;
i. Penyediaan makanan dan minuman;
j. Rapat-rapat koordinasi & konsultasi ke luar daerah.
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan kegiatan :
a. Pengadaan kendaraan dinas/operasional;
b. Penyediaan lahan/tanah;

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 109
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

c. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor;


d. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional;
e. Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor;
f. Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas;
g. Renovasi kantor dinas kesehatan, gudang farmasi dan Labkesda.
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
a. Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya.
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, dengan kegiatan:
a. Bimbingan teknis pengelolaan aset /barang milik daerah;
b. Monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang kepegawaian.
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan, dengan kegiatan :
a. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ihtisar realisasi kinerja SKPD;
b. Penyusunan laporan keuangan semesteran;
c. Penyusunan laporan keuangan akhir tahun;
d. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
6. Program Pengembangan Sistem Perencanaan Sektoral, dengan kegiatan:
a. Penyusunan dokumen perencanaan sektoral.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 110
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAB VII

INDIKATOR KINERJA DINAS KESEHATAN YANG MENGACU PADA TUJUAN

DAN SASARAN RPJMD

Pada bagian ini diuraikan tentang indikator-indikator kinerja dari Dinas Kesehatan
yang mengacu kepada tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) tahun 2020 – 2024.

Tabel 7.1
Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 111
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

KONDISI AWAL Target Per tahun Kondisi Kinerja


NO. BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN
(2018) 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Akhir
ASPEK KESEJAHTERAN MASYARAKAT
1 Angka usia harapan hidup Tahun Bukan kewenangan dinkes
2 Prosentase Balita Gizi Buruk (sangat kurus) % 0,17 0,17 0,16 0,15 0,14 0,13 0,12 0,12
3 Prevalensi Balita Gizi Kurang % 7,50 7,50 7,30 7,00 6,80 6,50 6,20 6,20
4 Cakupan Desa Siaga Aktif % 100 100 100 100 100 100 100 100
Aspek Pelayanan Umum
Kesehatan
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran
1 2,97/1000 KH 2,97/1000 KH 3,81/ 1000 KH 3,78/ 1000 KH 3,75/ 1000 KH 3,72/ 1000 KH 3,69/ 1000 KH 3,69/ 1000 KH
hidup
2 Angka Kelangsungan Hidup Bayi 20,91 2,74 2,68 2,66 2,64 2,61 2,59 2,59
Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran
3 3,18 3,22 3,2 3,18 3,16 3,14 3,12 3,12
hidup
Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran
4 1,24 3,60 3,40 3,10 2,9 2,7 2,4 2,4
hidup
Angka Kematian Ibu per 100,000 kelahiran
5 73,26 71/100.000 KH 69/100.000 KH 67/100.000 KH 65/100.000 KH 63/100.000 KH 61/100.000 KH 61/100.000 KH
hidup
6 Rasio posyandu per satuan balita 13,50 Bukan kewenangan dinkes
7 Rasio puskesmas,poliklinik,pustu persatuan 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09
8 Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
9 Rasio dokter per satuan penduduk 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261
10 rasio tenaga medis per satuan penduduk 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261
11 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani % 139,8 100 100 100 100 100 100 100
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
12 % 101 100 100 100 100 100 100 100
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child 85,14 (361 90,5% (384
13 % 83,49 (354 desa) 87 % (369 desa) 94% (399 desa) 97% (412 desa) 100% (424 desa) 100% (424 desa)
Immunization (UCI) desa) desa)
14 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan % 100 100 100 100 100 100 100 100
Proporsi penduduk dengan asupan kalori di
15
bawah tingkat konsumsi minimum (standar
Presentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi
16 % 97,12 95 95 95 95 95 95 95
campak
17 Non Polio AFP rate per 100.000 penduduk 3,6 2/100.000 penduduk usia < 15 th
18 Cakupan balita pneumonia yang ditangani % 108,7 100 100 100 100 100 100 100
cakupan penemuan dan penanganan penderita
19 % 100 100 100 100 100 100 100 100
penyakit TBC BTA
Tingkat prevalensi Tuberkulosis ( per 100.000
20 202/100,000 203/100,000 204/100,000 200/100,000 180/100,000 160/100,000 140/100,000 140/100,000
penduduk)
Tingkat kematian karena Tuberkulosis ( per
21 1,6 1,52 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,0
100.000 penduduk)
Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang % 100 100 100 100 100 100 100 100
22
terdeteksi dalam program DOTS
Proporsi kasus Tuberkulosis yang diobati dan
23 % 82 83 84 85 85 85 85 85
sembuh dalam program DOTS (cure rate)

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 112
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

KONDISI AWAL Target Per tahun Kondisi Kinerja


NO. BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN
(2018) 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Akhir
Cakupan penemuan dan penanganan penderita % 91,6 100 100 100 100 100 100 100
24
penyakit DBD
25 Penderita diare yang ditangani % 75,46 100 100 100 100 100 100 100
26 Angka kejadian Malaria Hanya ada kasus malaria impor
27 Tingkat kematian akibat Malaria Tidak ada data
Proporsi anak balita yang tidur dengan
28 Tidak ada data
kelambu berinsektisida
Proporsi anak balita dengan demam yang
29 tidak ada data
diobati dengan obat anti malaria yang tepat
Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari total < 1% < 1% < 1% < 1% < 1% < 1% < 1% < 1%
30
populasi
Penggunaan kondom pada hubungan seks
31 Tidak ada data
beresiko tinggi terakhir
Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun
32 yang memiliki pengetahuan komprehensif % 0 2,2 7 12 17 21 26 26
tentang HIV/AIDS
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
33 masyarakat miskin (tida ada data) adanya Tidak ada data
maskin peserta PBI Pusat dan Daerah
34 Cakupan kunjungan bayi % 102,04 100 100 100 100 100 100 100
35 Cakupan puskesmas per Kecamatan % 150 150 150 150 150 150 150 150
36 Cakupan pembantu puskesmas per desa % 16,75 16,75 16,75 16,75 16,75 16,75 16,75 16,75
37 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 % 100,41 100 100 100 100 100 100 100
38 Cakupan pelayanan nifas % 101 92 93 94 95 96 97 97
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang
39 % 112,88 82% 84 85 87 90 92 92
ditangani
40 Cakupan pelayanan anak balita % 102,21 100 100 100 100 100 100 100
Cakupan pemberian PMT pada balita gizi
41 % 78,7 80 80 83 85 90 95 95
kurang, sangat kurang, kurus dan sangat kurus
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan
42 % 95,99 100 100 100 100 100 100 100
setingkat
Jumlah pelayanan kesehatan dasar masyarakat
43 jiwa 304.649 330.610 335610 340.610 345.610 350.610 355.610 355.610
miskin (maskin peserta PBI Daerah))
Cakupan pelayanan gawar darurat level 1 yang
44 % 100 100 100 100 100 100 100 100
harus diberikan sarana kesehatan (RS)
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang % 100 100 100 100 100 100 100 100
45
dilakukan penyelidikan epidermiologi < 24 jam

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 113
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2019 - 2024

BAB VIII
PENUTUP

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2019 - 2024 114

Anda mungkin juga menyukai