Anda di halaman 1dari 75

PELATI AN

A N AJ E ENPUSKES AS
Materi Pelatihan Inti 4 - Modul Manajemen Sumber Daya
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
1 : DESKRIPSI SINGKAT ......................................................... 1
2 : TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................. 4
3 : MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK .................... 4
4 : METODE ..…………………………………............................. 5
5 : MEDIA DAN ALAT BANTU ……………………….………….. 5
6 : LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ........................... 5
7 : URAIAN MATERI
A. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA...................... 7
B. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA ALAT......... 31
C. MANAJEMEN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI.......... 59
8 : LAMPIRAN
A. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA...................... 29
B. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA ALAT......... 58
C. MANAJEMEN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI.......... 69
9 : DAFTAR PUSTAKA
A. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA...................... 30
B. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA ALAT......... 57
C. MANAJEMEN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI.......... 68

Pelatihan Manajemen Puskesmas | i


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

1 DESKRIPSI SINGKAT

Dalam modul Manajemen Sumber Daya dibahas 3 materi besar yaitu:

A. Materi Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat bergantung pada faktor
fundamental manajemen SDM. Pencapaian pelayanan kesehatan yang
berkualitas adalah perencanaan yang baik dan tertata rapi, pelaksanaan yang
sesuai dengan perencanaan, penunjang kegiatan yang memadai, pencatatan dan
pelaporan yang tepat. Pencapaian tersebut sangat terkait dengan faktor
manajemen SDM yang baik khususnya pada puskesmas akan sangat
berpengaruh pada pelaksanaan pelayanan.
Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan instansi, aparatur
dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur
manajemen akan dapat ditingkatkan.
Sistem kesehatan secara umum memiliki 4 komponen penting, salah satunya
adalah sumber daya manusia kesehatan (SDMK), yang termasuk dalam sub
sistem sumber daya. Tanpa ketersediaan SDM Kesehatan dan jika efektifitas
SDMK tidak dikelola dengan seksama, maka tujuan dari keberadaan sistem
kesehatan tidak akan tercapai. Tantangan pada aspek SDM Kesehatan masih
sangat besar dan nyata, terutama pada aspek kuantitas, kualitas, dan
pemerataannya.
Paradigma baru Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di era-
desentralisasi, Puskesmas merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan di
wilayah kecamatan yang merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD). Kriteria
umum yang dimiliki di antaranya memiliki rencana, program dan kegiatan
pengembangan yang berkelanjutan dengan didukung oleh tiga faktor yaitu sumber
daya manusia, anggaran dan sarana dan prasarana kerja.
Dari berbagai aspek manajemen SDM, pada kurikulum pelatihan ini
menitikberatkan pada perencanaan SDM Kesehatan sebagai tenaga strategis
yang memberi jaminan kelangsungan pelaksanaan pelayanan di puskesmas.
Perencanaan kebutuhan SDMK penting dilakukan karena akan menjadi acuan
untuk pemenuhan, redistribusi, maupun pengadaan SDMK serta untuk
menetapkan kebijakan dalam pengelolaan SDMK secara menyeluruh.
Modul ini menguraikan tentang perhitungan kebutuhan SDMK berdasarkan
metode Analisa Beban Kerja Kesehatan dan perhitungan kebutuhan SDMK
berdasarkan standar ketenagaan minimal. Metode tersebut yang dapat digunakan
untuk perhitungan rencana kebutuhan di tingkat institusi seperti puskesmas.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 1


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

B. Materi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Alat


Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau. Kondisi ini hanya akan terpenuhi bilamana ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan mudah diakses (keterjangkauan tempat, waktu) dan biaya.
Pelayanan kesehatan diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan patuh
akan standar serta didukung oleh ketersediaan sarana, prasarana, peralatan
kesehatan yang aman dan layak pakai serta ketersediaan farmasi yang
memenuhi kebutuhan medis.
Ketersediaan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang aman dan siap
pakai di puskesmas tidak saja mendukung pelayanan yang berkualitas tapi juga
akan mengurangi rujukan yang tidak perlu dengan alasan masalah sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan. Kondisi ini hanya akan tercapai bilamana di
Puskesmas mampu melaksanakan manajemen peralatan kesehatan secara baik.
Upaya penguatan kesehatan terutama di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
untuk mengoptimalisasi sistem rujukan agar puskesmas dapat melakukan
pelayanan khususnya 155 penyakit seperti yang tertuang dalam Permenkes
Nomor 05 Tahun 2014 Tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer dan menjadi bagian dari Renstra Kemenkes No. 5 Th
2015 - 2019 pilar kedua.
Hingga saat ini semua puskesmas belum memiliki gambaran utuh ketersediaan
dan kesiapan sumber daya yang terdiri atas tenaga, sediaan farmasi, sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan untuk dapat memberi pelayanan kesehatan
yang optimal. Untuk mendapatkan gambaran kesiapan puskesmas, Kementerian
Kesehatan telah memiliki software Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan
(ASPAK) dan Komunikasi Data Puskesmas (KOMDAT) yang dapat memberikan
kondisi ketersediaan sumber daya puskesmas seutuhnya kecuali sediaan farmasi
yang digambarkan melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Hasil dari aplikasi ini dapat diperoleh gambaran dan bila dilakukan
analisa maka dapat dimanfaatkan untuk penyusunan rencana tindak lanjut
pengelolaan peralatan kesehatan.
Manajemen peralatan kesehatan di puskesmas yang baik sangat diperlukan agar
diperoleh efektifitas dan efisiensi penggunaan dan pemeliharaan peralatan
kesehatan. Di beberapa puskesmas sebagian peralatan kesehatan yang ada
kurang termanfaatkan karena ketidakmampuan mengelola peralatan kesehatan
serta tidak tersedianya anggaran pemeliharaan yang seharusnya disediakan
sekurangnya 1 % dari nilai investasi peralatan kesehatan tersebut, idealnya
anggaran pemeliharaan adalah 7 - 8 % (Sumber: WHO 2014). Kurang baiknya
pemeliharaan peralatan kesehatan seringkali berakibat pada pendeknya masa
pakai peralatan kesehatan tersebut dan berdampak pada meningkatnya
tambahan biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan selanjutnya sekitar 20% -
40%. Kurangnya ketersediaan peralatan kesehatan yang dibutuhkan dapat
meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh pasien sebesar 60% - 80% untuk
biaya rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL).

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 2


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Dalam Kepmenkes No. 004 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan disebutkan salah satu tujuan strategis adalah
upaya penataan manajemen kesehatan di era desentralisasi serta sesuai dengan
konsep business strategic yang meliputi consistent national value, coordinated
regional strategy, customize local tactic. Salah satu tujuannya adalah
mengembangkan serta mendekatkan sub sistem pemeliharaan dan optimalisasi
pemanfaatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan. Hal ini menjadi dasar
program pembentukan pelayanan pemeliharaan sarana kesehatan melalui sistem
rujukan teregionalisasi (regional maintenance center) serta program pembentukan
laboratorium kalibrasi secara bertahap melalui penguatan sumber daya Dinas
Kesehatan Provinsi ataupun Kabupaten/Kota (sisterlab).
Diharapkan dengan hal tersebut dapat meningkatkan dan memenuhi kebutuhan
pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan di puskesmas, sehingga terjaga
mutu pelayanannya.

C. Manajemen Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi
pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
termasuk Puskesmas.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Modul ini membahas tentang Perencanaan dan Pengadaan obat dan BMHP,
Penyimpanan dan Distribusi Obat dan BMHP, Pelayanan Farmasi Klinik,
Pemberdayaan Masyarakat dalam penggunaan obat, Pengendalian mutu
pelayanan kefarmasian.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 3


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
2
A.Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan manajemen sumber
daya puskesmas.

B.Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melakukan Pengelolaan SDM di Puskesmas
2. Melakukan Pengelolaan Alat dan Sarana Prasarana di Puskesmas
3. Melakukan Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas

MATERI POKOK DAN SUB


3
MATERI
POKOK
Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai berikut:
1. Pengelolaan SDM Puskesmas
a. Perencanaan SDM Puskesmas
b. Peningkatan Kompetensi SDM Puskesmas
c. Pengorganisasian SDM Puskesmas
2. Pengelolaan Alat dan Sarana dan Prasarana Puskesmas
a. Pengelolaan Sarana Prasarana Alat Kesehatan (SPA) di Puskesmas secara
Umum
b. Perencanaan Sarana Prasarana Alat Kesehatan (SPA)
c. Pemeliharaan Sarana Prasarana Alat Kesehatan (SPA)
d. Pengadaan
e. Penerimaan
f. Inventarisasi dan Laporan
g. Aplikasi ASPAK
3. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
a. Perencanaan dan Pengadaan Obat dan BMHP
b. Penyimpanan dan Distribusi Obat dan BMHP
c. Pelayanan Farmasi Klinis
d. Pemberdayaan Masyarakat dalam penggunaan obat
e. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 4


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

4 METODE

a. Tugas baca modul


b. Ceramah tanya jawab
c. Curah pendapat
d. Latihan
e. Diskusi Kelompok

5 MEDIA DAN ALAT BANTU

a. Bahan tayang
b. Komputer/ laptop
c. LCD projector
d. Whiteboard
e. Flipchart
f. Spidol
g. Panduan Latihan
h. Aplikasi perencanaan kebutuhan SDMK
i. Panduan Diskusi Kelompok

LANGKAH LANGKAH
6
PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, mengapa
modul/materi ini diperlukan dalam pelatihan Manajemen Puskesmas, serta keterkaitan
dengan materi sebelumnya.
a. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang sudah mempunyai
pengalaman dalam pengelolaan sumber daya di Puskesmas untuk
menyampaikan pengalamannya.
b. Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 5


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Langkah 2. Membahas Materi Pokok 2 : Materi Pengelolaan Sumber Daya


Manusia di Puskesmas
a. Secara singkat fasilitator menyampaikan uraian materi Pokok bahasan 1
b. Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta untuk menanggapi uraian tersebut
sekaligus memberikan kesempatan untuk bertanya.
c. Fasilitator melanjutkan menyampaikan uraian materi pokok bahasan 2 sampai
dengan 7 dari modul ini, secara singkat. Selanjutnya memberi kesempatan pada
peserta untuk bertanya dan menanggapi.

Langkah 3. Membahas Materi Pokok 3 : Materi Pengelolaan Obat dan Bahan


Medis Habis Pakai di Puskesmas
a. Secara singkat fasilitator menyampaikan uraian materi Pokok bahasan 1
b. Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta untuk menanggapi uraian tersebut
sekaligus memberikan kesempatan untuk bertanya.
c. Fasilitator melanjutkan menyampaikan uraian materi pokok bahasan 2 sampai
dengan 5 dari modul ini, secara singkat. Selanjutnya memberi kesempatan pada
peserta untuk bertanya dan menanggapi.

Langkah 4. Membahas Materi Pokok 2: Materi Pengelolaan Sarana dan


Prasarana Alat di Puskesmas
a. Secara singkat fasilitator menyampaikan uraian materi pokok bahasan 1
b. Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta untuk menanggapi uraian tersebut
sekaligus memberikan kesempatan untuk bertanya.
c. Fasilitator melanjutkan menyampaikan uraian materi pokok bahasan 2 sampai
dengan 3 dari modul ini, secara singkat. Selanjutnya memberi kesempatan pada
peserta untuk bertanya dan menanggapi.

Langkah 5. Penugasan Kelompok


Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok, lalu memberikan penugasan masing-
masing materi sesuai dengan Panduan penugasan masing- masing materi

Langkah 6. Mempresentasikan hasil Penugasan/praktik kerja kelompok (15


menit)
a. Fasilitator meminta tiap kelompok untuk mempresentasikan seluruh hasil
penugasan
b. Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
c. Fasilitator memberikan komentar dan menyimpulkan hasil diskusi tersebut.

Langkah 7. Rangkuman (5 menit)


Fasilitator mengajak peserta untuk menghayati, agar materi Manajemen Sumber Daya
dirasakan manfaatnya oleh pimpinan puskesmas. Fasilitator melakukan evaluasi
secara singkat mengenai materi Manajemen Sumber Daya dengan cara menanyakan
poin-poin materi yang telah disampaikan sekaligus merangkum hasil
pembelajarannya.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 6


MPI.4

Manusia

PELAT I HA N
MANAJ E ME N P U S K E S M AS

Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

URAIAN MATERI POKOK 1


7a PENGELOLAAN SDM PUSKESMAS

Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan nasional (SKN)
mengelompokkan pengelolaan kesehatan ke dalam beberapa sub sistem dimana
salah satunya adalah sub sistem SDM Kesehatan. Sub sistem SDM Kesehatan
adalah pengelolaan upaya pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan yang meliputi upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta
pembinaan dan pengawasan SDMK kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

Tujuan dari penyelenggaraan sub sistem SDM kesehatan adalah tersedianya SDM
kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan yang terdistribusi secara adil dan merata
serta didayagunakan secara optimal. SKN harus dilaksanakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan atau masyarakat sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4
ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.

Dalam menjamin keberlangsungan jaminan kesehatan, Pemerintah dan Pemerintah


Daerah wajib memenuhi kebutuhan SDM Kesehatan baik dalam jumlah, jenis maupun
kompetensinya secara merata. Dalam rangka pemenuhan SDM Kesehatan diperlukan
perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang dapat mengantisipasi kebutuhan
lokal, nasional dan global yang dilakukan secara berjenjang berdasarkan ketersedian
ketenagaan kesehatan dan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Oleh karena itu masing-masing instansi pemerintah daerah kabupaten/ kota


berkewajiban menyusun perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan.

A. Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan


Penyusunan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dilakukan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 tahun 2015 tentang Pedoman
penyusunan kebutuhan SDM Kesehatan. Perencanaan kebutuhan SDM
Kesehatan merupakan proses sistematis dalam upaya menetapkan jumlah dan
kualifikasi SDM Kesehatan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi suatu wilayah
dalam rangka mencapai pembangunan kesehatan. Perencanaan kebutuhan SDM
kesehatan bertujuan untuk menghasilkan rencana kebutuhan SDM kesehatan
yang tepat meliputi jenis, jumlah, dan kualifikasi sesuai kebutuhan organisasi
berdasarkan metode perencanan yang sesuai dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 7


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Perencanaan SDMK dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi unit


organisasi maupun bagi pegawai. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:
a. Manfaat bagi institusi
1) bahan penataan/penyempurnaan struktur organisasi;
2) bahan penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit;
3) bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja;
4) bahan sarana peningkatan kinerja kelembagaan;
5) bahan penyusunan standar beban kerja; jabatan/kelembagaan;
6) penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai dengan beban
kerja organisasi;
7) bahan perencanaan mutasi pegawai dari unit yang berlebihan ke unit yang
kekurangan;
8) bahan penetapan kebijakan dalam rangka peningkatan pendayagunaan
sumber daya manusia.
b. Manfaat bagi wilayah
1) Bahan perencanaan distribusi;
2) Bahan perencanaan redistribusi (pemerataan);
3) Bahan penyesuaian kapasitas produksi;
4) Bahan pemenuhan kebutuhan SDMK;
5) Bahan pemetaan kekuatan/potensi SDMK antar wilayah;
6) Bahan evaluasi dan penetapan kebijakan pemerataan, pemanfaatan, dan
pengembangan SDMK.

Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan disusun secara periodik, yaitu jangka


waktu 1 (satu) tahun untuk perencanaan kebutuhan jangka pendek (tahunan) dan
jangka waktu 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun untuk perencanaan kebutuhan
jangka menengah dan disusun secara berjenjang mulai dari fasilitas pelayanan
kesehatan seperti Puskesmas. Penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan
dapat dilakukan dengan metode berdasar institusi dan wilayah. Materi ini akan
membatasi pembahasan penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan
berdasar institusi karena Puskesmas merupakan institusi pelayanan kesehatan.

Penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan berdasar institusi terdiri dari dua
metode yaitu metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK-Kes) dan metode
standar ketenagaan minimal. Metode ABK-Kes digunakan sebagai dasar
pengajuan usulan formasi karena ABK-Kes menghitung kebutuhan riil sesuai
dengan beban kerja yang dilakukan. Sedangkan perhitungan dengan metode
standar ketenagaan minimal digunakan untuk pendirian baru atau peningkatan
klasifikasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan di wilayah pemerintah daerah
kabupaten/kota, serta di Fasilitas Pelayanan Kesehatan daerah terpencil, sangat
terpencil, perbatasan, tertinggal, dan daerah yang tidak diminati.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 8


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Hasil perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat dijadikan dasar usulan


formasi melalui jalur formasi calon pegawai negeri sipil, pengelolaan tenaga
Kesehatan maupun mutasi pegawai. Untuk penyusunan formasi jabatan
fungsional kesehatan di Puskesmas dapat mengacu pada Permenkes Nomor 43
tahun 2017 tentang Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Kesehatan. Hingga
saat ini masih ada puskesmas yang belum terpenuhi kebutuhan tenaganya sesuai
dengan standar ketenagaan minimal yang ditetap sesuai dengan Permenkes
Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas.

a. Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan Berdasarkan Standar


Ketenagaan Minimal
Perhitungan perencanaan kebutuhan berdasarkan standar ketenagaan
minimal dapat digunakan untuk menetapkan kebutuhan fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas untuk izin pendirian baru atau peningkatan
klasifikasi Puskesmas di wilayah pemerintah daerah kabupaten/kota. Data
yang diperlukan dalam perhitungan perencanaan kebutuhan di Puskesmas
berdasarkan Standar Ketenagaan Minimal sebagai berikut:
1) Data jenis dan jumlah SDMK yang ada (tahun terakhir).
2) Informasi klasifikasi puskesmas.
3) Informasi standar ketenagaan minimal di Puskesmas (sesuai dengan
Permenkes No. 43 tahun 2019).

Berdasarkan Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Puskesmas, SDM


Kesehatan Puskesmas terdiri dari Tenaga Kesehatan (Nakes) dan tenaga non
kesehatan. Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas:
1) dokter atau dokter layanan primer;
2) dokter gigi;
3) perawat;
4) bidan;
5) tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku;
6) tenaga sanitasi lingkungan;
7) nutrisionis
8) tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan
9) ahli teknologi laboratorium medik

Jenis tenaga non kesehatan paling sedikit terdiri atas:


1) Tenaga system informasi kesehatan
2) Tenaga Administrasi keuangan
3) Tenaga ketatausahaan
4) Pekarya

Standar Ketenagaan Minimal SDMK Puskesmas berdasarkan Permenkes No.


43 tahun 2019 tentang Puskesmas, sebagai berikut:

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 9


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Tabel 1 Standar Ketenagaan Puskesmas


Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Kawasan Kawasan kawasan Terpencil
No. Jenis Tenaga
Perkotaan Pedesaan dan Sangat
Terpencil
Non RI Non RI RI Non RI RI
1 Dokter atau dokter 1 1 2 1 2
layanan primer
2 Dokter gigi 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 5 8 5 8
4 Bidan 4 4 7 4 7
5 Tenaga promosi 2 1 1 1 1
kesehatan dan ilmu
perilaku
Puskesmas Puskesmas Puskesmas kawasan
Kawasan Kawasan Terpencil dan Sangat
No. Jenis Tenaga
Perkotaan Pedesaan Terpencil
Non RI Non RI RI Non RI RI
6 Tenaga sanitasi 1 1 1 1 1
lingkungan
7 Nutrisionis 1 1 2 1 2
8 Tenaga apoteker 1 1 1 1 1
dan/atau tenaga teknis
kefarmasian
9 Ahli teknologi Lab. 1 1 1 1 1
medik
10 Tenaga sistem informasi 1 1 1 1 1
kesehatan
11 Tenaga Adminintrasi 1 1 1 1 1
keuangan
12 Tenaga Ketatausahaan 1
13 Pekarya 2 1 1 1 1
Jumlah 23 20 28 20 28

Keterangan:
Standar ketenagaan sebagaimana tersebut diatas:
1) merupakan kondisi minimal yang diharapkan agar Puskesmas dapat
terselenggara dengan baik.
2) belum termasuk tenaga di Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa.
3) jumlah dan jenis kebutuhan ideal tenaga di Puskesmas ditetapkan
berdasarkan hasil perhitungan analisis beban kerja

Metode Standar Ketenagaan Minimal menghasilkan:


1) ketersediaan, kebutuhan, dan kesenjangan Jenis dan Jumlah SDMK di
puskesmas.
2) rekapitulasi ketersediaan, kebutuhan, dan kesenjangan jenis dan jumlah
SDMK di puskesmas dilakukan oleh kabupaten/kota dan selanjutnya
dilakukan rekapitulasi oleh Provinsi (secara berjenjang).

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 10


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

b. Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan Berdasarkan Analisis Beban


Kerja (ABK)
Metode ABK Kes adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDMK
berdasarkan pada beban kerja yang dilaksanakan oleh setiap jenis SDMK
pada tiap fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan (Fasyankes) sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya. Metode ini digunakan untuk menghitung semua
jenis SDMK. Metode ini menghasilkan ketersediaan, kebutuhan, dan
kesenjangan jenis dan jumlah SDM kesehatan di Puskesmas saat ini.
Langkah-Langkah Metode ABK Kes Sebagai Berikut:
1) Menetapkan Fasyankes dan Jenis SDMK
2) Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)
3) Menetapkan Komponen Beban Kerja (tugas Pokok dan Tugas
Penunjang) dan Norma Waktu
4) Menghitung Standar Beban Kerja
5) Menghitung Standar Kegiatan Penunjang
6) Menghitung Kebutuhan SDMK Per Institusi / Fasyankes

1) LANGKAH 1: Menetapkan Fasyankes dan Jenis SDMK


Contoh:
Tabel 1a. Penetapan Faskes dan Jenis SDMK
(Contoh: Puskesmas)
No. Faskes Jenis SDMK
1 Puskesmas “A” Dokter
Dokter gigi
Perawat
Bidan


dst

Keterangan: Kelompok SDMK (Tabel 1a) mengacu pada UU No.36 dan


Permenkes No.43 tahun 2019 tentang Puskesmas
Data dan informasi faskes, unit/instalasi, dan jenis SDMK dapat diperoleh
dari:
a) Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) institusi
b) Data hasil analisis jabatan (peta jabatan dan informasi jabatan)
c) Pedoman teknis SPO (Standar Prosedur Operasional) setiap tugas
pokok dan fungsi jabatan

2) LANGKAH 2: Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)


Waktu Kerja Tersedia (WKT) adalah waktu yang dipergunakan oleh SDMK
untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun. Dalam Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 telah ditentukan

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 11


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

jam kerja instansi pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik untuk yang
5 (lima) hari kerja ataupun yang 6 (enam) hari kerja sesuai dengan yang
ditetapkan Kepala Daerah masing-masing.
Berdasarkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri
Sipil, Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar 1200 jam per tahun. Demikian juga
menurt Permen PA-RB No. 26 tahun 2011, Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar
1200 jam per tahun atau 72000 menit per tahun baik 5 hari kerja maupun 6
hari kerja.
Tabel 2 Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT) dalam 1 tahun
Kode Faktor Keterangan Perhitungan Jumlah Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5 hr kerja / mg 52 260 hr/th
A Hari kerja
6 hr kerja / mg 52 312 hr/th
B Cuti pegawai Hak Pegawai 12 hr/th
Libur Nasional + Cuti Dalam 1 th
C 19 hr/th
Bersama (Kalender)
D Mengikuti Pelatihan Dalam 1 th 5 hr/th
E Absen (Sakit, dll) Dalam 1 th 12 hr/th
Waktu Kerja (dalam 1 Kepres No.
F 37.5 Jam/mg
minggu) 68/1995
Permendagri
Jam Kerja Efektif 12/2008:
G 70% x 37.5 26.25 Jam/mg
(JKE) Permen PAN-
RB 26/2011
Waktu Kerja (dalam 1 5 hr kerja / mg (5) / (3) 5.25 Jam/hr
WK
hari) 6 hr kerja / mg (5) /(3) 4.375 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia 5 hr kerja / mg
A-(B+C+D+E) 212 Hari/th
(hari) 6 hr kerja / mg
A-(B+C+D+E) 264 Hari/th
A-
WKT 5 hr kerja / mg 1113 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (B+C+D+E)x7.5
(jam) A-
6 hr kerja / mg 1155 Jam/th
(B+C+D+E)x.6.25
Waktu Kerja Tersedia (WKT)…..dibulatkan 1200 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (WKT)…..dibulatkan 72000 Mnt/th

Keterangan : JKE (Jam Kerja Efektif) akan menjadi alat pengukur dari beban kerja
yang dihasilkan setiap Faskes.
3) LANGKAH 3: Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok dan
Tugas Penunjang) dan Norma Waktu
Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang secara
nyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang telah ditetapkan.

Norma Waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh seorang SDMK
yang terdidik, terampil, terlatih dan berdedikasi untuk melaksanakan suatu

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 12


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

kegiatan secara normal sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku di


fasyankes bersangkutan.

Kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan kegiatan sangat bervariasi dan


dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP),
sarana dan prasarana medik yang tersedia serta kompetensi SDMK itu
sendiri.

Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman


selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data rata-rata
waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan
pokok oleh SDMK yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan
standar pelayanan, standar prosedur operasional (SPO) dan memiliki etos
kerja yang baik.

Data dan informasi dapat diperoleh dari:


a) Komponen Beban Kerja dapat diperoleh dari Standar Pelayanan dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah ditetapkan oleh
Institusi yang berwenang.
b) Norma Waktu atau Rata-rata Waktu tiap kegiatan pokok dapat diperoleh
dari data Analisis Jabatan (Anjab) Fasyankes yang bersangkutan atau
waktu penyelesaian butir kegiatan standar norma waktu yang telah
ditetapkan oleh masing-masing unit pembina berdasarkan kesepakatan
dengan organisasi profesinya.
c) Bilamana Norma Waktu atau Rata-rata Waku per kegiatan tidak ada
dalam Anjab institusi, dapat diperoleh dengan pengamatan atau
observasi langsung pada SDMK yang sedang melaksanakan tugas dan
kegiatan.

Penetapan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok) dan Norma Waktu


dapat dilihat dalam penentuan Komponen Beban Kerja pada Bidan
Puskesmas, sebagai berikut:

Contoh:
Tabel 3 Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu
(contoh: tugas jabatan Bidan Puskesmas)
Norma Norma
No Jenis Tugas Kegiatan Satuan Satuan
waktu waktu
1. Yan. ANC (K1-4) 30 menit/ps 30 menit/ps
2. Pertolongan Persalinan 600 menit/ps 600 menit/ps
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 60 menit/ps 60 menit/ps
1 Tugas Pokok
4. Yan. BBL (KN1-3) 60 menit/ps 60 menit/ps
5. Yan. Gadar Obs 60 menit/ps 60 menit/ps
6. Yan. Gadar Neot 60 menit/ps 60 menit/ps

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 13


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

7. Yan. Bayi (1-4) 30 menit/ps 30 menit/ps


Tugas 1. Mengikuti seminar 12 Jam/th 720 Menit/th
2
Penunjang 2. Menjadi anggota OP 1 Jam/bln 60 Menit/bln

Catatan: Uraian tugas pokok dan tugas penunjang didasarkan pada pedoman
atau ketentuan yang berlaku.

4) LANGKAH 4: Menghitung Standar Beban Kerja (SBK)


Standar Beban Kerja (SBK) adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1
tahun untuk tiap jenis SDMK. SBK untuk suatu kegiatan pokok disusun
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan setiap kegiatan
(Rata-rata Waktu atau Norma Waktu) dan Waktu Kerja Tersedia (WKT)
yang sudah ditetapkan.
Rumus SBK:
Waktu Kerja Tersedia (WKT)
Standar Beban Kerja (SBK) =
Norma Waktu per Kegiatan Pokok

Tujuan :
Dihasilkannya SBK SDMK untuk setiap kegiatan pokok.
Data dan informasi dapat diperoleh dari:
a) Data WKT diperoleh dari Langkah 2
b) Data Norma Waktu atau Rata-rata Waktu setiap kegiatan pokok
diperoleh dari Langkah 3
Langkah-langkah perhitungan Standar Beban Kerja (SBK) sebagai
berikut:
a) Pengisian data Jenis tugas, Kegiatan, Norma Waktu, dan Waktu Kerja
Tersedia / WKT, diambil dari tabel 2 dan tabel 3.
b) Selanjutnya menghitung SBK → SBK = WKT : Norma Waktu (7) = (6)/(4)

Contoh:
Tabel 4 Menetapkan Standar Beban Kerja (SBK)
Norma
Satuan WKT SBK
NO Jenis Tugas Kegiatan Waktu
(mnt/Ps) menit (6)/(4)
(menit)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Yan. ANC (K1-4) 30 menit/ps 72000 2400
2. Pertolongan Persalinan 600 menit/ps 72000 120
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 60 menit/ps 72000 1200
I Tugas Pokok 4. Yan. BBL (KN1-3) 60 menit/ps 72000 1200
5. Yan. Gadar Obs 60 menit/ps 72000 1200
6. Yan. Gadar Neot 60 menit/ps 72000 1200
7. Yan. Bayi (1-4) 30 menit/ps 72000 2400

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 14


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

5) LANGKAH 5: Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP) dan Faktor


Tugas Penunjang (FTP)
Tugas Penunjang adalah tugas untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan
baik yang terkait langsung atau tidak langsung dengan tugas pokok dan
fungsinya yang dilakukan oleh seluruh jenis SDMK.
Faktor Tugas Penunjang (FTP) adalah proporsi waktu yang digunakan
untuk menyelesaikan setiap kegiatan per satuan waktu (per hari atau per
minggu atau per bulan atau per semester).

Standar Tugas Penunjang adalah suatu nilai yang merupakan pengali


terhadap kebutuhan SDMK tugas pokok

Langkah-langkah perhitungan, sebagai berikut (lihat Tabel 5):


Rata-rata waktu x 264 hr, bila satuan waktu
a. Waktu Kegiatan =
per hari
Rata-rata waktu x 52 mg, bila satuan waktu
=
per minggu
Rata-rata waktu x 12 bln, bila satuan waktu
=
per bulan
Rata-rata waktu x 2 smt, bila satuan waktu
=
per smt
(6) = (4) x 264, bila satuan waktu per hari
= (4) x 52, bila satuan waktu per minggu
= (4) x 12, bila satuan waktu per bulan
= (4) x 2, bila satuan waktu per semester
Faktor Tugas
b. = (Waktu Kegiatan : WKT) x 100
Penunjang (FTP)
(8) = (6) / (7) x 100
Standar Tugas
c. = (1 / (1- FTP/100)), sebagai faktor pengali.
Penunjang (STP)

Contoh:
Tabel 5 Menetapkan Standar Tugas Penunjang (STP)
Rata- Waktu
WKT FTP
NO Jenis Tugas Kegiatan rata Satuan Keg
mnt/th %
waktu (mnt/th)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Mengikuti
720 mnt/th 720 72000 1
Tugas Seminar
2
Penunjang 2. Menjadi
60 mnt/bln 720 72000 1
anggota OP
Faktor Tugas Penunjang (FTP) dalam % 2.0
=(1/(1 –
Standar Tugas Penunjang (STP) 1.02
FTP/100))

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 15


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

6) LANGKAH 6: Menghitung Kebutuhan SDMK


Data dan informasi yang dibutuhkan per Fasyankes, sebagai berikut:
a) Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:
1. Waktu Kerja Tersedia (WKT) …dari langkah-02
2. Standar Beban Kerja (SBK) …langkah-04, dan
3. Standar Tugas Penunjang (STP)….langkah-05
b) Data Capaian (Cakupan) tugas pokok dan kegiatan tiap Fasyankes
selama kurun waktu satu tahun.
Rumus Kebutuhan SDMK sebagai berikut:
Capaian (1 tahun)
Kebutuhan SDMK = X STP
Standar Beban Kerja

Contoh:

Tabel 6 Perhitungan Kebutuhan SDMK (Bidan) Puskesmas "A" Tahun 2019


Jenis Tugas Capaian SBK Kebutuhan
Kegiatan (1 th) SDMK
(Bidan)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)/(4)
1. Yan. ANC (K1-4) 845 2400 0.35
2. Pertolongan Persalinan 197 120 1.64
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 342 1200 0.29
A. Tugas
4. Yan. BBL (KN1-3) 326 1200 0.27
Pokok
5. Yan. Gadar Obsteri 35 1200 0.03
6. Yan. Gadar Neonatus 31 1200 0.03
7. Yan. Bayi (1-4) 452 2400 0.19
JKT = Jumlah Kebutuhan Tenaga Tugas Pokok (Bidan) 2.79
B. Tugas 1.02
Standar Tugas Penunjang (hasil dari langkah 5)
Penunjang
Total Kebutuhan SDMK (Bidan)= (JKT 2.84
x
STP)
Pembulatan 3

Keterangan :
a) Jumlah kebutuhan SDMK tugas pokok (Bidan) = Jumlah kebutuhan
SDMK untuk melaksanakan seluruh kegiatan tugas pokok.
b) Jumlah kebutuhan SDMK seluruhnya = (Jumlah Kebutuhan SDMK
Tugas Pokok x STP), kemudian dilakukan pembulatan.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 16


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

c) Untuk perhitungan Total Kebutuhan SDMK (Bidan) masing-masing


Puskesmas se Kabupaten/kota “X” dilakukan dengan cara yang sama
(Puskesmas “B”, “C”, “D”, s/d Puskesmas “M”).
Contoh:
Tabel 7
Rekapitulasi Kebutuhan SDMK (contoh: Bidan) berdasarkan
ABK Kes di Puskesmas “A” Tahun 2019

Jumlah Jumlah Kesenjangan


No. Jenis SDMK SDMK saat SDMK yang SDMK Keadaan
ini seharusnya (6) = (5) - ( 4)
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
1 Dokter Umum 1 1 0 Sesuai
2 Dokter Gigi 1 1 0 Sesuai
3 Perawat 6 8 -2 Kurang
4 Bidan 4 5 -1 Kurang
Jumlah Jumlah Kesenjangan
No. Jenis SDMK SDMK saat SDMK yang SDMK Keadaan
ini seharusnya (6) = (5) - ( 4)
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
5 Tenaga Sanitasi Sesuai
lingkungan 1 1 0
6 Nutrisionis 1 1 0 Sesuai
7 Tenaga Teknis Sesuai
kefarmasian 1 1 0
8 Tenaga Promkes dan Sesuai
Ilmu Perilaku 1 1 0
9 Ahli teknologi lab Sesuai
medik 1 1 0
10 Tenaga system Sesuai
informasi kesehatan 1 1 0
11 Tenaga administrasi Sesuai
tata usaha 1 1 0
12 Pengemudi 1 1 0 Sesuai
Puskesmas “A” 20 23 -3 Kurang

Dari tabel di atas (contoh di Puskesmas “A”) menunjukkan, bahwa:


a) Secara keseluruhan kekurangan SDMK sebanyak 3 orang
b) Puskesmas “A” masih kekurangan perawat, dan bidan.
c) Bilamana kekurangan tersebut tidak dipenuhi, maka mutu pelayanan
keperawatan, dan kebidanan menjadi berkurang karena volume beban
kerja melebihi beban kerja yang seharusnya dilaksanakan oleh perawat,
bidan dan nutrisionis.
d) Kondisi pekerjaan yang dihadapi oleh perawat, dan bidan merupakan
tekanan dalam melaksanakan pekerjaanya yang berakibat pada bekerja
tergesa-gesa, tidak sesuai dengan SPO, tidak standar dalam
melaksanakan pekerjaannya.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 17


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

e) Bagi SDMK yang lain melaksanakan pekerjaannya secara normal, hal ini
akan berdampak pada kinerja yang optimal dan bermutu karena beban
kerja sesuai dengan kapasitas SDMK nya.

Dengan langkah-langkah yang sama dari metode ABK Kes juga dapat
digunakan untuk menghitung 1 (satu) jenis SDMK Puskesmas, misalnya
menghitung kebutuhan Bidan seluruh Puskesmas di sebuah kabupaten /
kota “X”. Tabel berikut adalah contoh hasil perhitungan kebutuhan Bidan
seluruh Puskesmas Kabupaten/kota “X”, sebagai berikut.

Contoh:
Tabel 8
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kebutuhan SDMK (Bidan)
di Kabupaten/Kota “X” Tahun 2019
Kebutuhan
Juml. SDMK SDMK Kesenjangan
No Puskesmas Keadaan
(Bidan) saat ini (Bidan) (6)=(4)-(5)
seharusnya
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
1 A 4 5 -1 Kurang
2 B 7 7 0 Sesuai
3 C 9 11 -2 kurang
4 D 8 7 +1 Lebih
5 E 16 16 0 Sesuai
6 F 10 8 +2 Lebih
7 G 7 9 -2 Kurang
8 H 5 6 -1 Kurang
9 I 15 14 +1 Lebih
Kab/Kota “X” 81 83 -2 Kurang

Dari tabel di atas menunjukkan beberapa interpretasi sebagai berikut:


a) Sebagian besar Puskesmas (4 Puskesmas) menunjukkan kekurangan
SDMK (bidan), sebanyak 3 (tiga) Puskesmas kelebihan bidan
b) Hanya 2 (dua) Puskesmas yang jumlah SDMK (bidan) sesuai antara
jumlah SDMK yang ada saat ini dengan jumlah SDMK (bidan) yang
seharusnya dibutuhkan untuk menyelesaikan beban kerja yang ada.
c) Secara keseluruhan se kabupaten/kota “X”, ada kesenjangan jumlah
antara jumlah SDMK (bidan) yang ada saat ini (existing) dengan jumlah
SDMK (bidan) sejumlah 2 (dua) bidan.

Melihat kondisi diatas, maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 18


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

a) Melakukan redistribusi SDMK (bidan) antar Puskesmas di Kab/kota “X”,


dari Puskesmas yang kelebihan ke Puskesmas yang kekurangan SDMK
(bidan)
b) Meningkatkan kinerja bagi Puskesmas-Puskesmas yang kelebihan
SDMK (bidan) sehingga kualitas dan kuantitas capaian meningkat.
c) Dengan adanya penambahan SDMK (bidan) pada Puskesmas yang
kekurangan SDMK, maka akan terjadi peningkatan kualitas dan
kuantitas capaian kinerja.
d) Melakukan usulan alokasi formasi kebutuhan SDMK (bidan) kepada
Pemerintah Daerah untuk diteruskan ke Kementerian PANRB. Untuk
pengusulan formasi disesuaikan dengan alokasi dan peta jabatan yang
tersedia di Puskesmas.
e) Melaporkan peta distribusi SDMK di daerahnya kepada baik Pemda
Kab/kota, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat sebagai
bahan masukan untuk kebijakan SDMK.

c. Mekanisme Penyusunan Dokumen Perencanaan Kebutuhan SDM


Kesehatan
Sesuai dengan Permenkes No. 33 Tahun 2015, bahwa Perhitungan kebutuhan
SDM Kesehatan wajib dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan di bawah
koordinasi:
1) Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota untuk fasilitas kesehatan di tingkat
kabupaten/kota;
2) Dinas Kesehatan Provinsi untuk fasilitas kesehatan di wilayah pemerintah
provinsi; dan
3) Kementerian Kesehatan untuk fasilitas kesehatan yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

Penyusunan perencanaan kebutuhan SDMK, sesuai dengan tanggung jawab


dan kewenangannya, maka dimulai dari bawah yakni di tingkat institusi. Hasil
penyusunan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan di tingkat institusi,
direkap kedalam dokumen perencanaan kebutuhan SDM kesehatan
kabupaten/kota yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Selanjutnya penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tersebut
dilakukan secara berjenjang dari pemerintah daerah kabupaten/kota ke
jenjang pemerintahan tingkat provinsi dan pusat.

B. Peningkatan Kompetensi SDM Puskesmas


Peningkatan kemampuan SDM puskesmas tidak terlepas dari adanya kemajuan
teknologi dalam pelayanan dan manajemen kesehatan sehingga pengembangan
SDM puskesmas untuk meningkatkan kemampuannya adalah hal yang penting
diperhatikan oleh seorang peminpin yaitu kepala puskesmas. Apalagi pada era
JKN dan PISPK serta masifnya penggunaan teknologi informasi, Puskesmas

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 19


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

semakin dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik. Hal ini tentu saja
tidak lepas dari peran SDM Puskesmas. SDM Puskesmas harus dikembangkan
agar bisa memenuhi tuntutan pelayanan serta menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi terkini.

Pengembangan SDM adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kapasitas SDM


agar bisa menjadi sumber daya yang berkualitas baik dari segi pengetahuan,
keterampilan bekerja, tingkat professionalisme yang tinggi dalam bekerja agar bisa
meningkatkan kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dengan
baik.

Pengembangan SDM bertujuan untuk:


1) Memutakhirkan keahlian seorang individu sejalan dengan perubahan teknologi,
memastikan bahwa setiap individu dapat secara efektif menggunakan
teknologi-teknologi baru.
2) Mengurangi waktu belajar seorang individu baru untuk menjadi kompeten
dalam pekerjaan.
3) Membantu memecahkan persoalan operasional.
4) Mengorientasikan setiap individu terhadap organisasi.
5) Memberikan kemampuan yang lebih tinggi dalam melaksanakan tugas dalam
bekerja.
6) Meningkatkan tingkat professionalisme para SDM

Pengembangan SDM dapat dilakukan salah satunya dengan peningkatan


kompetensi. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pasal 16 bahwa setiap Jabatan ditetapkan
sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Selanjutnya pasal 68 menyatakan
bahwa pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan tertentu
ditentukan berdasarkan perbandingan obyektif antara kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan yang dimiliki oleh pegawai, dan
Pasal 69 bahwa pengembangan karir PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, penilaian kinerja dan kebutuhan instansi pemerintah.

Pengaturan kompetensi juga diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun


2014 tentang Pemerintahan Daerah yang bertujuan untuk membangun sistem
pengembangan kompetensi yang terstandar, adil, transparan dan terintegrasi antara
norma, standar, pedoman dan kriteria (NSPK) urusan pemerintahan dengan
kualifikasi pegawai Aparatur Sipil Negara. Dengan demikian diharapkan terjadi sinergi
antara berbagai pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah dengan pemerintah sehingga tercipta dukungan personel yang memadai baik
dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dengan demikian
pemerintah daerah akan mempunyai birokrasi karir yang kuat dan memadai dalam

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 20


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

aspek jumlah dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusianya secara


tepat.

Kompetensi SDM kesehatan di Puskesmas merupakan aspek penting dalam


pelaksanaan pelayanan kesehatan. Kinerja Puskesmas dalam pelayanan publik
yang menyelenggarakan fungsi UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan SDM kesehatan yang kompeten. Oleh
karena itu, Puskesmas harus selalu meningkatan kompetensi SDMnya.

Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku seorang PNS


yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan dalam melaksanakan tugas
jabatannya. Sebagai seorang ASN, SDM Kesehatan harus memiliki kompetensi
teknis, manajerial dan sosialkultural.
1) Kompetensi teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis Jabatan.
2) Kompetensi manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau
mengelola unit organisasi
3) kompetensi sosialkultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama,
suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

Pengembangan kompetensi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi


dengan standar kompetensi jabatan dan rencana pengembangan karier serta
untuk meningkatkan kinerja organisasi. Kegiatan pengembangan kompetensi bagi
SDMK dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Instansi dalam hal ini Puskesmas harus menyusun rencana pengembangan
kompetensi bagi SDM, baik PNS maupun non PNS. Perencanaan
pengembangan kompetensi diawali dengan melakukan pengkajian kebutuhan
pengembangan kompetensi melalui analisis terhadap kebutuhan organisasi,
dan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi SDMK.

Pengkajian kompetensi organisasi dilakukan dengan mengkaji adanya


kebijakan baru organisasi, atau program prioritas organisasi yang memerlukan
kebutuhan kompetensi tertentu untuk dapat melaksanakan kebijakan/program
tersebut. Pengkajian kebutuhan kompetensi bagi SDMK dilakukan dengan
analisis kesenjangan kompetensi yaitu dengan membandingkan profil
kompetensi individu dengan standar kompetensi jabatan dan pelaksanaan

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 21


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

butir-butir kegiatan/uraian tugas dari masing-masing SDMK. Selain itu,


dilakukan pula analisis kesenjangan kinerja yakni membandingkan hasil
penilaian kinerja dengan target kinerja jabatan yang diduduki.

Hasil dari pengkajian kebutuhan pengembangan kompetensi yaitu daftar


kebutuhan pengembangan SDMK di tingkat Puskesmas. Kebutuhan
pengembangan kompetensi harus mendapat verifikasi Kepala Puskesmas
sebelum ditetapkan menjadi rencana kebutuhan pengembangan kompetensi
SDMK di Puskesmas. Rencana ini dijadikan dasar oleh Puskesmas dalam
menyusun kegiatan pengembangan kompetensi serta perencanaan
anggarannya. Rencana pengembangan kompetensi tingkat Puskesmas
selanjutnya disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

b. Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN mengamanahkan bahwa
setiap ASN berhak untuk mendapatkan pengembangan kompetensi, dengan
jumlah minimal 20 jam setiap tahun untuk PNS (PP Nomor 11 tahun 2017
tentang Manajemen PNS) atau maksimal 24 jam per tahun untuk PPPK (PP
Nomor 49 tahun 2019 tentang PPPK), termasuk pegawai di Puskesmas.

Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan


pelatihan. Pelatihan sendiri dapat dilaksanakan melalui pelatihan klasikal dan
nonklasikal. Pengembangan kompetensi melalui pelatihan menurut Peraturan
Lembaga Administrasi Negara RI Nomor 10 tahun 2018 tentang
Pengembangan Kompetensi PNS dibagi menjadi

Pelatihan Klasikal Pelatihan Non Klasikal


Pelatihan
Patok Banding
Struktural Seminar Coaching
(Benchmarking)
Kepemimpinan
Pertukaran PNS
Pelatihan Workshop atau
Mentoring dengan Pegawai
Manajerial Lokakarya
Swasta/BUMN/BUMD
Belajar Mandiri
Pelatihan Teknis Kursus E-learning
(self development)
Komunitas Belajar
Pelatihan Pelatihan Jarak
Penataran (Community of
Fungsional Jauh
Practices)
Pelatihan Sosial Bimbingan
Detasering Magang/Praktik Kerja
Kultural Teknis
Pembelajaran
Sosialisasi Alam Terbuka
(Outbond)

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 22


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Dari tabel di atas didapatkan bahwa pengembangan kompetensi tidak hanya


diperoleh melalui pelatihan yang dilaksanakan secara klasikal di kelas seperti
yang selama ini diperoleh namun bisa menggunakan berbagai metode lainnya.
Walaupun metode pengembangan kompetensi ini berlaku untuk PNS, namun
beberapa metode dapat digunakan juga untuk melakukan pengembangan
kompetensi pegawai non PNS, seperti sosialisasi, benchmarking, belajar
mandiri, coaching, dan lain-lain.

Pengembangan kompetensi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang


telah ditetapkan oleh Puskesmas. Pelaksanaannya dapat dilakukan oleh
Puskesmas secara mandiri, maupun bekerja sama dengan lembaga pelatihan
milik pemerintah daerah, pemerintah pusat, organisasi profesi maupun swasta.
Selain itu, pelatihan juga dapat diperoleh dari program pusat Kementerian
Kesehatan, Provinsi/ Kabupaten. Beradasarkan PP Nomor 11 tahun 2017
tentang Manajemen PNS dan PermenpanRB Nomor 13 Tahun 2019 Tentang
Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional PNS, kenaikan
jenjang bagi pejabat fungsional tidak mempersyaratkan pelatihan
penjanjangan.

Pengembangan kompetensi dapat dibiayai dari dana kapitasi maupun BOK.


Hal ini berdasarkan Permenkes 21/2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi
JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada
FKTP milik Pemda, dana kapitasi dapat digunakan untuk Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesehatan, dalam rangka meningkatkan
kemampuan kapasitas SDM petugas di FKTP milik pemerintah daerah.

c. Evaluasi
Evaluasi pengembangan kompetensi SDMK di Puskesmas dilakukan melalui
penilaian terhadap
1) kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan pengembangan
kompetensi,
2) kesesuaian antara pengembangan kompetensi dengan peningkatan
kinerja.
3) Evaluasi pasca pengembangan kompetensi dapat dilakukan 3-6 bulan
setelah kegiatan. Evaluasi juga dapat dilakukan melalui kegiatan uji
kompetensi secara berkala. Pelaksanaan uji kompetensi yang digunakan
sebagai dasar pengembangan kompetensi dan penyelenggaraan
manajemen karier dilakukan secara berkala setiap 2 (dua) tahun untuk
setiap pegawai. Untuk uji kompetensi Jabatan fungsional dilakukan
menyesuaikan kebutuhan kenaikan jenjang jabatan.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 23


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Kemana arah pengembangan SDM di puskesmas?


Masalah kesehatan muncul ditandai dengan rendahnya kinerja puskesmas.
Kinerja puskesmas tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan tenaga
kesehatan. Pada umumnya tenaga kesehatan sudah puas dengan tugas dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan. Mereka menyarankan peningkatan
pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan kinerja individu, sedang untuk
peningkatan kinerja institusi dilakukan dengan perencanaan yang sesuai dengan
tuntutan pelaksanaan tugas di puskesmas. Perlu perubahan paradigma di
puskesmas dan dinas kesehatan bergeser dari sistem karir konvensional yang
kaku ke arah pengembangan karir yang lentur sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan untuk meningkaykan kinerja puskesmas. Kinerja puskesmas akan
optimal apabila para tenaga yang bekerja di puskesmas mempunyai kemampuan
yang sesuai atau dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
maupun tugas tambahan yang diemban.

Berikut ini adalah Peran Tenaga Kesehatan sebagai Pelaksana Pelayanan


Kesehatan di Puskesmas berdasarkan: Kesesuaian Tugas Pokok dan Fungsi
(tupoksi) dengan pendidikan dan keterampilan, sarana pendukung kerja
kesesuaian tugas tambahan dengan pendidikan dan keterampilan, sarana
pendukung kerja dan memperoleh kepuasan kerja sesuai tupoksi berpendapat

tentang faktor-faktor untuk peningkatan kinerja individu dan Puskesmas seperti


gambar di bawah ini

C. Pengorganisasian SDM Puskesmas


Sebelum kita membahas mengenai pengorganisasian SDM, maka kita lihat
organisasi Puskesmas terlebih dahulu. Organisasi Puskesmas menurut
Permenkes Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas terdiri dari:

1) Kepala Puskesmas; dengan kriteria sebagai berikut


a) berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara;
b) memiliki pendidikan bidang kesehatan paling rendah sarjana S-1 (strata
satu) atau D-4 (diploma empat);

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 24


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

c) pernah paling rendah menduduki jabatan fungsional tenaga kesehatan


jenjang ahli pertama paling sedikit 2 (dua) tahun;
d) memiliki kemampuan manajemen di bidang kesehatan masyarakat;
e) masa kerja di Puskesmas paling sedikit 2 (dua) tahun; dan
f) telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.

2) Kepala sub bagian tata usaha;


a) Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat;
b) Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium;
c) Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
Puskesmas;
d) Penanggung jawab bangunan, prasarana, dan peralatan puskesmas; dan
e) Penanggung jawab mutu;

Dari organisasi di atas terlihat bahwa Puskesmas memiliki tugas yang cukup
banyak sehingga dibutuhkan suatu pengaturan/manajemen yang cukup baik.
Pembahasan mengenai pengorganisasian SDM tidak lepas dari manajemen yaitu
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Unsur-unsur manajemen terdiri dari: man, money, method, machines,
materials dan market.

Mengapa perlu pengorganisasian dalam pengelolaan SDM?


Pengorganisasian adalah salah satu fungsi managemen yang juga mempunyai
peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengorganisasian, seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan
bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan efesien untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Apa pengertian pengorganisasian?


Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugastugas pokok, wewenang
dan pendelegasian wewenang wewenang oleh pimpinan pimpinan kepada staf
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan defenisi tersebut maka
Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan
mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personil, finansial, materil
dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama.

Pada organisasi puskesmas, pengorganisasian sumberdaya manusia sangatlah


penting karena puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan merupakan

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 25


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

organisasi multifungsi dengan sumberdaya manusia yang terbatas baik jumlah


maupun kemampuan.

Selanjutnya Apa manfaat pengorganisasian?


Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang pimpinan dapat
mengetahui: pembagian tugas untuk per orangan dan kelompok, hubungan
organisatoris antar manusia yang menjadi anggota dan staf sebuah organisasi,
pendelegasian wewenang, pemanfaatan dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.

Salah satu tugas pokok kepala puskesmas adalah mengatur pekerjaan staf yang
diperbantukan kepadanya. Kepala puskesmas harus mengerti visi dan
misi Puskesmas yang dipimpinnya dan mampu mengajak staf Puskesmas
menerjemahkan visi dan misi organisasi dalam rencana strategis puskesmas dan
rencana operasional masing–masing program. Seorang pimpinan puskesmas
harus menjabarkan secara operasional visi dan misi puskesmas ke dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan pelayanan
puskesmas.

Di sinilah pentingnya ketrampilan seorang pimpinan merumuskan strategi dan


kebijakan pengembangan program sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat
yang potensial berkembang di wilayah kerjanya. Untuk itu seorang kepala
puskesmas harus mampu memahami karakter atau perilaku para stafnya agar
dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi,
memberikan pengarahan dan pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya. Aspek penting yang dapat
dirumuskan dari konsep tersebut:
1) Adanya kelompok orang yang bekerjasama.
2) Adanya tujuan tertentu yang akan dicapai.
3) Adanya pekerjaan yang akan dikerjakan
4) Adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan.
5) Adanya wewenang dan tanggungjawab.
6) Adanya pendelegasian wewenang.
7) Adanya hubungan kerjasama satu sama lain
8) Adanya penempatan orang–orang yang akan melakukan pekerjaan.
9) Adanya tata tertib yang harus ditaati.

Langkah-Langkah Pengorganisasian
Enam langkah penting dalam menyusun fungsi pengorganisasian yaitu:
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Mengelompokkan kegiatan pokok dalam suatu kegiatan yang praktis ke dalam
elemen kegiatan.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 26


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

4) Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf & menyediakan


fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
5) Penugasan personel yang dipandang mampu melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang.

Terkait dengan kemampuan yang perlu dimiliki oleh kepala puskesmas maka
mereka harus mengetahui fungsi pengorganisasian dalam puskemas, yaitu
bagaimana
1) Mengatur orang–orang yang merupakan staf atau tim kerja di puskemas
2) Mengatur kegiatan yang harus dilaksanakan atau yang menjadi tanggung
jawab puskesmas. Jika diperhatikan tugas puskesmas sesuai dengan amanat
Permenkes 43 tahun 2019 sangatlah banyak, itu tugas utama selain itu
puskesmas acapkali mendapatkan tugas-tugas tambahan yang juga penting.
3) Mengadakan pembagian kerja (uraian tugas masing-masing staf). Pembagian
tugas menjadi penting karena tugas yang harus dikerjakan di puskesmas harus
ditentukan penanggung jawabnya artinya setiap tugas menjadi tanggung jawab
anggota puskesmas. Uraian tugas ini akan menyebabkan tenaga kesehatan
memahami perannya dalam pelaksanaan pelayanan di puskesmas sesuai
dengan visi dan misi puskesmas. Penelitian Handayani, Sopacua, Siswanto,
Ma’ruf & Widjiartini (2006) menyebutkan uraian tugas sebagai salah satu item
dalam kegiatan pembagian tugas di puskesmas selain jadwal kegiatan per
petugas dan penanggung jawab per kegiatan. Sedangkan pembagian tugas
adalah salah satu kegiatan dalam pelaksanaan dan pengendalian (P2)
manajemen puskesmas.
4) Menempatkan orang–orang dalam organisasi. Untuk penempatan tenaga yang
ada di puskesmas sesungguhnya tidaklah rumit apabila jenis dan jumlah
tenaga sesuai dengan kebutuhan namun kondisi nyata bahwa sangat langka
puskesmas yang memiliki tenaga sesuai dengan kebutuhan. Sesulit apapun
pembagian tugas pada staf di puskesmas hal penting yang harus diperhatikan
adalah menempatkan tenaga sesuai dengan kompetensinya
5) Menetapkan batasan–batasan wewenang. Seringkali pimpinan merasa tidak
perlu menetapkan batasan dalam pelaksanaan pekerjaan karena menganggap
mereka sudah paham akan hal tersebut namun kenyataannya hal tersebut
sering tidak sesuai dan pada organisasi seperti puskesmas yang memberikan
pelayanan kesehatan, batasan kewenangan mutlak hal yang harus
diperhatikan agar mutu layanan kesehatan dapat dijamin.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 27


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

8 RANGKUMAN

Pengelolaan SDM di Puskesmas merupakan bagian yang saling terhubung mulai dari
perencanaan kebutuhan, pengembangan serta pengorganisasiannya. Perencanaan
SDM Kesehatan merupakan salah satu unsur utama yang menekankan pentingnya
upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi SDM Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan pembangunan kesehatan khususnya di wilayah kerja
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode standar ketenagaan minimal maupun melalui perhitungan
analisis beban kerja.

SDM Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus memiliki kompetensi


yang memadai untuk dapat melakukan tugas sesuai jabatannya masing-masing.
Kompetensi dapat dikembangkan melalui Pendidikan maupun pelatihan yang dapat
dilaksanakan sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain sesuai dengan
perencanaan yang ditetapkan oleh Puskesmas.

Selain peningkatan kompetensi, pengorganisasian SDM Puskesmas sangatlah


penting karena puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan merupakan organisasi
dengan sumberdaya manusia yang terbatas baik jumlah maupun kemampuan. Sangat
penting bahwa Puskesmas mempunyai uraian tugas (job description) pada setiap
jabatan yang diemban tenaga kesehatan. Uraian tugas ini akan menyebabkan tenaga
kesehatan memahami perannya dalam pelaksanaan pelayanan di puskesmas sesuai
dengan visi dan misi puskesmas. Dengan demikian penting bagi Kepala Puskesmas
untuk dapat mengorganisasikan SDM di Puskesmas untuk membantu pencapaian
tujuan organisasi.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 28


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

9 LAMPIRAN
PANDUAN DISKUSI KELOMPOK

Waktu : 45 menit

a. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok (5 orang/ kelompok).


b. Masing- masing kelompok diminta untuk mendiskusikan hal dibawah ini selama
30 menit:
1. Ambillah salah satu Puskesmas sebagai contoh dan susunlah perencanaan
kebutuhan SDM Kesehatan di Puskesmas.
2. Masalah apa saja yang seringkali terjadi dalam pengorganisasian SDM di
puskesmas. Bagaimana Puskesmas mengatur SDM untuk dapat
melaksanakan.
c. Fasilitator memberi kesempatan kepada 1 perwakilan kelompok (dipilih secara
acak) untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok selama 10 menit
d. Fasilitator memberi masukan/ klarifikasi langsung terhadap hal-hal yang masih
dirasa kurang tepat setelah presentasi dan tanya jawab selesai selama 5
menit sekaligus merangkum secara keseluruhan atas hasil presentasi

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 29


Materi Pelatihan Inti 4a - Modul Sumber Daya Manusia (SDM)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

10 DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2017 tentang Penyusunan
Formasi Jabatan Fungsional Kesehatan
9. PermenPANRB Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan Penetapan Dan
Pembinaan Jabatan Fungsional PNS
10. Kementerian Kesehatan (2015). Buku Manual 1 Perencanaan Kebutuhan SDM
Kesehatan Berdasarkan Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes).
11. Modul Pelatihan Manajemen Puskesmas
12. Notoatmojo S. 2003. Pengembangan sumber daya manusia. Rineka Cipta,
Jakarta. Murti B. 2006. Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif
dan kualitatif di bidang kesehatan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 30


MPI.4

Sarana Prasarana
Alat

P E LAT I H A N
M A N AJ E M E N P U S K E S M A
S

I
Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

7b URAIAN MATERI POKOK 2


PENGELOLAAN ALAT DAN SARANA PRASARANA DI PUSKESMAS

Kesehatan sebagai investasi sangat berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia


(IPM) atau Human Development Index (HDI). Saat ini kualitas pertumbuhan
pembangunan bangsa Indonesia belum menggembirakan. Laporan UNDP 2005
menempatkan Indonesia berada pada urutan ke 110 dari 177 negara, di mana hanya
satu tingkat di atas Uzbekistan dan dua tingkat di bawah Vietnam.

Dengan demikian masalah pembangunan di Indonesia masih sangat kompleks. IPM


Indonesia masih rendah dan IKM Indonesia juga masih tinggi. Derajat kesehatan
masyarakat sangat mempengaruhi IPM maupun IKM. Meskipun pembangunan
kesehatan yang telah kita laksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, telah
berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan cukup bermakna, namun
kita masih menghadapi berbagai masalah dalam pembangunan kesehatan.

Masalah pokok yang dihadapi dewasa ini dan ke depan adalah :

1. Status kesehatan masyarakat masih rendah, terutama pada masyarakat lapisan


bawah atau masyarakat miskin. Dari data yang ada dapat dikemukakan bahwa
kematian bayi pada kelompok masyarakat termiskin adalah sekitar 3,5 kali lipat
lebih tinggi dari kematian bayi pada kelompok masyarakat terkaya. Belum lagi
dialat Kesehatanritas status kesehatan antar wilayah, yaitu antar antar perdesaan
dan perkotaan, antar daerah maju dengan daerah tertinggal/terpencil.
2. Angka kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi atau menular masih tinggi.
Di lain pihak angka kesakitan penyakit degeneratif mulai meningkat. Di samping
itu kita juga menghadapi berbagai masalah kesehatan akibat bencana. Oleh
karena itu kita menghadapi beban ganda atau double burden, bahkan “multiple
burden” dalam pembangunan kesehatan.
3. Masalah pokok lainnya dalam pembangunan kesehatan adalah pemerataan,
keterjangkauan atau akses pelayanan kesehatan yang bermutu/berkualitas masih
rendah. Masalah akses pelayanan kesehatan oleh masyarakat, dapat disebabkan
karena geografi, ekonomi, dan ketidaktahuan masyarakat.
4. Berkaitan dengan masalah akses dan mutu pelayanan kesehatan, alat kesehatan
yang belum terkalibrasi di fasilitas kesehatan yang merupakan persyaratan
akreditasi puskesmas masalah kurangnya tenaga kesehatan yang berkompetensi
dan penyebarannya yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan juga
merupakan masalah yang pelik. Pelayanan kesehatan di daerah tertinggal,

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 31


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

daerah terpencil, dan daerah perbatasan masih kurang dapat dilayani oleh tenaga
elektromedik yang memadai.
5. Kurangnya tenaga Pemeliharaan Alat Kesehatan di kabupaten/kota yang
memenuhi kriteria, yang akses langsung pada mutu pelayanan kesehatan,
khususnya di puskesmas
Masalah yang dapat kita kategorikan sebagai tantangan adalah berkaitan dengan
kebijakan FKTP yang mewajibkan seluruh falsilitas pelayanan khususnya
Puskesmas harus di akreditasi untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan.
Berbagai permasalahan yang dihadapi antara lain :
a. Belum tersedianya Sumberdaya manusia dalam pemeliharaan Alat Kesehatan
di Puskesmas.
b. Berbedanya persepsi para pelaku pembangunan kesehatan terhadap sarana,
prasana dan alat kesehatan.
c. Masih rendahnya ketersedian Alat Kesehatan sebagai penunjang pelayan
kesehatan yang berkualitas.
d. Masih terbatasnya kapasitas pengelolaan Alat kesehatan di daerah. Hal ini
ditunjukkan masih belum terpenuhi ketersediaan tenaga elektromedik di
fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten/kota, baik dari segi jumlah,
maupun segi profesionalisme.

A. Pengelolaan Sarana Prasarana Alat Kesehatan (SPA) di Puskesmas secara


Umum

Kerangka Konsep
MANAJEMEN SARANA, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN SESUAI STANDAR DALAM MENDUKUNG AKREDITASI PUSKESMAS

SARANA / BANGUNAN

M
PENILAIAN
MANAJEMEN / PENGELOLAAN

Gedung Keselamatan E
PERSYARATAN STANDAR

TEKNOLOGI
F PRASARANA N
APRIMER PERENCANAA N D
S Ventilasi Pencahayaan Kelistrikan Gas medis Sanitasi Komunikasi, dll U
Keandalan
PENGADAAN K
YRawat Inap U
A Non Rawat Inap PENERIMAA N
NKES N G
PELATIHAN Persyarata Mutu
n
Y
ALKES A
PENGOPERASIAN
N
Set Pem. Umum Set Gadar
K
Set Pem. Kes Ibu Set Pem. Kes Anak Set Obgyn PEMELIHARAA
N ES
Set Insersi & Ekstraksi AKDR Set Resusitasi Bayi Set Kes Gigi Keamanan
Set Promkes, dll Y
PENGUJIAN & A
KALIBRASI Laik Pakai N
G
PENGHAPUSAN
PEDOM AN
YANKES

PERSYARATAN AKREDITASI FASYANKES

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 32


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

a. Pengertian
1) Pedoman manajemen SPA Di Puskesmas
Pengelolaan peralatan medis ini adalah memberi acuan langkah dan
tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan peralatan medis dari mulai
perencanaan, pengadaan, instalasi dan penerimaan, penggunaan,
pemeliharaan dan penghapusan.

2) Penilaian Teknologi
Analisa untuk menentukan jenis dan teknologi peralatan medis yang dipilih
di antara beberapa pilihan teknologi peralatan medis untuk memenuhi
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Pemeliharaan
Suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menjaga peralatan medis
bermutu, aman dan laik pakai.

4) Penghapusan
Tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan
menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang dan atau
Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang
berada dalam penguasaannya.

5) Pengujian
Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran satu
atau lebih sifat, karakteristik dari suatu produk, proses, output untuk
membandingkan hasil pengujian dari alat ukur dengan standar untuk
satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurnya atau
menentukan besaran atau kesalahan pengukuran.

6) Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara besaran yang ditunjukkan
oleh suatu alat ukur atau sistim pengukuran atau besaran yang diabadikan
pada suatu bahan ukur dengan besaran yang sebenarnya dari besaran
yang diukur.

7) Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Suatu alat dan /atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 33


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

8) Standar Prosedur Operasional (SPO)


Suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk yang
mencakup hal-hal dari operasi yang memiliki prosedur pasti atau
terstandardisasi, tanpa kehilangan keefektifannya.

9) Uji Coba
Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat dengan
beban sebenarnya (misalnya pasien), setelah uji fungsi dilakukan dengan
hasil baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih, untuk
membiasakan penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu
tertentu atau berdasarkan jumlah pemakaian.

10)Uji Fungsi
Pengujian alat kesehatan secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian
alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban
sebenarnya, sehingga dapat diketahui kinerja dan kemampuan alat dalam
hal fungsi komponen dan keluaran. Uji fungsi dilaksanakan sebelum alat
diterima oleh Panitia Penerima Barang.

11)Uji Keselamatan
Uji keselamatan adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan terhadap
produk untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan
sebagai akibat penggunaan produk tersebut.

12)Recall
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada suatu alat
kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang
ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat
ditentukan apakah produk tersebut akan diperbaiki atau di musnahkan.

13)Izin Produksi
Izin untuk melakukan kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, dan/atau mengubah bentuk alat kesehatan.

14)Izin Edar
Izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan, yang
akan diimport, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik
Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu, keamanan dan
kemanfaatan.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 34


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

15)Izin Distribusi/Penyalur
Izin untuk melakukan kegiatan distribusi dan pengendalian mutu yang
bertujuan untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang didistribusikan
senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai tujuan
penggunaannya.

16)Alat Kesehatan
Adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan
pada manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

17)Peralatan Medik
Adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan diagnosa, terapi,
rehabilitasi dan penelitian medik baik secara langsung maupun tidak
langsung.

18)Puskesmas
Adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

19)Bangunan Puskesmas
Adalah Gedung yang di gunakan untuk pelayanan kesehatan primer

20)Ruang
Adalah sekumpulan ruangan pelayanan

21)Ruangan
Adalah ruangan terletak di dalam ruang

22)Alat Kesehatan
Adalah Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan untuk inventarisasi
data sarana, prasarana dan alat kesehatan yang ada di Rumah Sakit dan
Puskesmas.

23)Pengoperasian
Adalah langkah-langkah yang dilakukan agar alat dapat difungsikan
dengan benar sesuai dengan prosedur, dengan pengoperasian alat medis
yang benar, maka diharapkan dapat memperpanjang umur peralatan dan
mengurangi tingkat kerusakan

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 35


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

24)Pemantauan
Adalah kegiatan untuk memastikan bahwa peralatan medik yang ada
dalam kondisi laik dan siap pakaiperawatan serta puskesmas di wilayah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan seperti di bawah ini.

B. Perencanaan Sarana Prasarana Alat Kesehatan (SPA)


a. Perencanaan dan Penilaian Kebutuhan
1) Penilaian Kebutuhan
Penilaian kebutuhan (need assessment) adalah proses untuk menentukan
dan mengatasi kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini dengan
situasi atau kondisi yang diinginkan. Penilaian kebutuhan adalah kegiatan
strategis dan merupakan bagian dari proses perencanaan Alat Kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan atau
memperbaiki kekurangan pelayanan kesehatan. Penilaian kebutuhan Alat
Kesehatan pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan standar
pelayanan di Puskesmas sesuai kemampuan / klasifikasi Puskesmas,
penggantian Alat Kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi. Penggantian
peralatan medis selain dilakukan karena faktor:
a) Perkembangan teknologi
b) Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
c) Biaya pemeliharaan yang tinggi (batas biaya pemeliharaan)
d) Ketersediaan suku cadang
e) Kesesuaian dengan Pelayanan kesehatan
f) Pelaksanaan Penilaian Kebutuhan Alat Kesehatan
Diatur dalam standar prosedur operasional
memuat:
 Peran para pihak terkait pengguna, pemelihara dan kepala
Puskesmas.
g) Tahap Perencanaan
Tim Perencanaan kebutuhan melakukan penilaian kebutuhan, tim
perencanaan membutuhkan data dan informasi sebagai berikut:
 Inventori Alat Kesehatan meliputi:
1. Jenis
2. Spesifikasi
3. Jumlah
4. Harga
5. Tahun pengadaan Kondisi Alat Kesehatan
 Kualitas Alat Kesehatan meliputi:
1.Frekuensi kerusakan
2.Lama perbaikan
3.Suku cadang
4.Biaya pemeliharaan.
 Kinerja Alat Kesehatan

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 36


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

1.Data pemanfaatan
2.Kapasitas alat sesuai spesifikasi.
Pada Puskesmas yang telah operasional pemenuhan standar
dibutuhkan data inventarisasi peralatan tiap unit pelayanan
seperti IGD, Pelayanan Ibu dan anak (GKIA), Pelayanan Umum
dan Rawat Inap jika tersedia, dan unit pelayanan lainnya.
h) Penganggaran
Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian atau
pengembangan, pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan Alat
Kesehatan. Untuk puskesmas, anggaran bisa bersumber dari:
 Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP)
 Pendapatan Puskesmas (BLU)
 DAK dan BOK (APBN).
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
 Anggaran lain sumber (bantuan hibah, bantuan sponsor).
Seluruh sumber anggaran di atas, untuk memenuhi kebutuhan
pemenuhan dan penggantian peralatan dalam pelayanan kesehatan
harus masuk di dalam perencanaan atau RAB (rencana anggaran
belanja) Puskesmas setiap tahunnya
i) Prioritas Pemenuhan Kebutuhan
Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan Pelayanan Kesehatan
dapat direalisasikan semuanya, keterbatasan anggaran menjadi
kendala dalam pemenuhan tersebut dikarenakan pendapatan
kemampuan dana yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan
kepada peralatan medis prioritas yang disesuaikan dengan kriteria
pada setiap Puskesmas diantaranya adalah sebagai berikut:
 Tingkat utilitas
Merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian Alat Kesehatan
pada pelayanan. Hal ini terkait dengan terhadap banyaknya
kebutuhan peralatan tersebut sehingga akan berpengaruh pada
tingkat pelayanan dan penghasilan Puskesmas
 Pemenuhan Pelayanan
Pemenuhan pelayanan kesehatan di puskesmas harus di
pertimbangkan dengan Permenkes 75 tahun 2015
 Pengembangan Pelayanan
Pengembangan pelayan di Puskesmas dari non rawat nginap
menjadi rawat nginap

b. Program Perencanaan Sarana Prasrana dan Alat Kesehatan


Kepala Puskesmas, dibantu dengan staf teknis dan staf penanggung jawab
SPA menyusun program rencana kerja dapat dibagi menjadi 2 program yaitu:
1) Program rencana kebutuhan dan pemenuhan SPA dalam mendukung
kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dalam jangka panjang 5

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 37


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

tahunan disusun berdasarkan rencana strategi (Renstra) yang didalamnya


terdapat:
a) Visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
b) Menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, yang
digambarkan dalam grafik TOWS, untuk mengetahui posisisatuan kerja
pada posisi kuadran berapa, sehingga satuan kerja/ organisasi dapat
menyusun strategi untuk mencapai pada visi yang sudah ditentukan.
c) Menentukan Peta strategi yang disusun dengan menggunakan balance
scorecard yang arahnya pada kepuasan pelanggan, dan pada posisi
penggunaan keuangan yang efisien, untuk mencapai itu internal bisnis
prosesnya harus di dukung dengan sistim pembelajaran yang diperkuat
dengan SDM yang kompeten dan komitmen, sarana prasarana alat
kesehatan dengan regulasi.
d) Sasaran strategi di petakan, maka disusun kunci indikator kinerja yang
diuraikan untuk kunci keberhasilan dari segi kepuasan pelanggan, segi
keuangan, internal bisnis proses dan keberhasilan pemenuhan sistem
pemebelajaran dan pertumbuhan. Kunci indikator kerja ini ditentukan
target yang akan dicapai pada program setiap tahunnya selama lima
tahun.
2) Program rencana kebutuhan dan pemenuhan SPA dalam mendukung
kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas jangka pendek disusun
berdasarkan program jangka panjang yang disusun. Program secara
tahunan berisi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan disusun
secara rinci yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau
satuan kerja. Isi dalam suatu program adalah :
a) Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum
yang masih terkaitdengan program.
b) Latar Belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan mengapa
program tersebut disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data
sehingga alasan diperlukannya program tersebut dapat lebih kuat.
c) Tujuan Umum dan Khusus
Tujuan disni adalah merupakan tujuan program.Tujuan umum adalam
tujuan secara garis besarnya, sedangkan tujuan khusus adalah tujuan
secara rinci.
d) Kegiatan Pokok dan Rinci Kegiatan
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan
yang harus dilakukan sehinga terca[painya program tersebut. Karena itu
antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan.
e) Cara Melaksanakan Kegiatan

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 38


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk melaksanakan


kegiatan pokok dan rincian kegiatan. Metode tersebut bisa antara lain
dengan melakukan rapat, melakukan audit, dan lain-lain.
f) Sasaran
Sasaran program adalah target per tahun yang spesifik dan terkur untuk
mencapai tujuan-tujuan program. Sasaran program menunjukkan hasil
antara yang diperlukan untuk menetralisir tujuan tertentu

c. Usulan Perencanaan Pengadaan SPA


Usulan Perencanaan harus mempunyai dasar pertimbangan dari pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan. Kepala puskesmas mengajukan
perencanaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Usulan Perencanaan Pengadaan SPA


KEBUTUHAN
NO JENIS SPA JUMLAH KEKURANGAN
STANDAR

1 2 3 4 5

DST

Tabel Usulan berdasarkan kebutuhan

KONDISI
NO JENIS ALAT JUMLAH KEBUTUHAN KEKURANGAN
R RINGAN R SEDANG R BERAT

1 2 3 4 5 6 7 8
1

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 39


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

DST

Tabel Usulan berdasarkan Kondisi SPA

KAPASITAS LAYANAN
JENIS KEBUTUHAN
NO JUMLAH KEKURANGAN
ALAT ALAT JUMLAH LAYANAN

1 2 3 4 5 6 7

DST

Tabel Usulan Perencanaan Berdasarkan Beban Kapasitas SPA

Pengusulan perencanaan didasarkan atas kebutuhan di puskesmas. Dalam


pengusulan tersebut dapat menggunakan data ketersediaan SPA yang telah
terdata di puskesmas. Data mengenai ketersediaan SPA di puskesmas saat ini
dapat diperoleh melalui aplikasi ASPAK.

Dalam aplikasi ASPAK memuat mengenai ketersediaan SPA dibandingkan


dengan standarnya. Gap antara ketersediaan SPA dengan standarnya
diajukan sebagai perencanaan.

Selain itu, dalam ASPAK memuat juga keterangan mengenai kondisi dari
ketersediaan SPA apakah dalam kondisi berfungsi baik atau mungkin rusak.
Keterangan mengenai usia dari SPA yang ada dapat juga dijadikan dasar
untuk pengajuan perencanaan seperti kondisi bangunan, kondisi prasarana
ambulan atau puskesmas keliling yang sudah tua (berusia lebih dari 10 tahun).
Demikian juga untuk kondisi alat kesehatan yang sudah memiliki waktu pakai
lama dapat diusulkan dalam perencanaan.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 40


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

d. Usulan Anggaran Biaya Pemeliharaan


Usulan anggaran rencana anggaran biaya Kepala puskesmas menyesuaikan
dengan data SPA yang akan dipelihara dan membuat estimasi tiap-tiap SPA
secara rinci, jika kurang jelas akan dibantu oleh RMC dalam pembuatannya.
Usulan anggaran biaya pemeliharaan di tujukan ke Kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan Dinas kesehatan kabupaten/kota:
1) Memberi Persetujuan
a) Menjelaskan Sumber anggaran
b) Pelaksana Pemeliharaan
c) Waktu pelaksanaa
d) Dll
e) Tidak menyetujui/ Tunda
2) Usulan Perencanaan Perbaikan
Usulan anggaran rencana anggaran biaya Perbaikan SPA Kepala
puskesmas mesesuaikan dengan data SPA yang akan di perbaiki dan
membuat estimasi tiap-tiap SPA secara rinci. Usulan anggaran biaya
perbaikan di tujukan ke Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, dan Dinas
kesehatan kabupaten/kota:
a) Memberi Persetujuan
b) Menjelaskan Sumber anggaran
c) Pelaksana Perbaiakan
d) Waktu pelaksanaan
e) Dll
3) Usulan Perencanaan Kalibrasi
Usulan anggaran rencana anggaran biaya Kalibrasi SPA Kepala
puskesmas mesesuaikan dengan data SPA yang akan di dikalibrasi dan
membuat estimasi tiap-tiap SPA secara rinci, jika kurang jelas akan dibantu
oleh RMC dalam pembuatannya. Usulan anggaran biaya perbaikan di
tujukan ke Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, dan Dinas kesehatan
kabupaten/kota:
a) Memberi Persetujuan
b) Menjelaskan Sumber anggaran
c) Pelaksana Kalibrasi
d) Waktu pelaksanaan
e) Dll

Pemerintah daerah berwenang merencanakan kebutuhan SPA sesuai dengan


kebutuhan daerahnya. Kewenangan merencanakan kebutuhan SPA tetap
memperhatikan pengaturan dan pembinaan standar yang berlaku secara
nasional. Perencanaan kebutuhan sediaan SPA merupakan proses yang terpadu
antara stakeholder terkait diantaranya penanggung jawab SPA, penanggung
jawab program kesehatan, dan pelaksana pelayanan Kesehatan.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 41


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

C. Pemeliharaan Sarana Prasarana Alat Kesehatan (SPA)


a. Pemeliharaan Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan
Pemeliharaa Alat Kesehatan adalah suatu upaya yang dilakukan agar Alat
Kesehatan selalu dalam kondisi laik pakai, dapat difungsikan dengan baik dan
menjamin usia pakai lebih lama. Dalam manajemen pemeliharaan Sarana,
Prasarana dan Alat kesehatan terdapat berbagai kreteria dan alat kesehatan
yang berkaiatan dengan pemeliharaan.
Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan ini perlu dibangun sistem
pemeliharaan yang digambarkan pada grafik gambar tentang siklus
membangun sistim pemeliharaan. Sistem pemeliharaan terdiri dari sisi input,
proses tahapan kegiatan output dan outcome yang diharapkan yakni alat laik
pakai (aman digunakan, akurat dan handal serta efektif, efisien dan utlisasi
meningkat.

Gambar

Konsep Membangun Sistem Pemeliharaan Alat Kesehatan


1) Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan Terencana adalah pemeliharaan yang sudah terjadwal
sesuai dengan jenis kegiatannya seperti;
a) Kegiatan inspeksi
yaitu kegiatan mengecekan Alat kesehatan sebelum di
operasionalkan atau digunakan kepada kepada pasien.
b) Kegiatan pemeliharaan preventif.
Dimana kegiatan ini Alat kesehatan harus di bersihkan, diberikan
pelumasan, penyetelan, penggantian komponen yang minor dan tidak
sampai melakukan perbaikan dan overhoul,
c) Kegiatan pemeliharaan korektif
Kegiatan pemeliharaan dengan melakukan kebersihan dengan
penggantian komponen yang besar sehingga dapat dinyatakan
kegiatan perbaikan sampai overhoul.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 42


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Gambar. Diagram Alir Pemeliharaan

2) Pemeliharaan Tidak Terencana


Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang tidak
terjadwal akibat sarana, prasarana dan alat kesehatan yang sedang
digunakan mengalami kerusakan akibat pemeliharaan
pencegahan/preventif tidak berjalan dengan baik. Jenis kegiatan
pemeliharaan darurat ini harus diminimalisir agar prinsip efisiensi dan
efektifitas dapat diwujudkan.

b. Pembuatan jadwal Pemeliharaan


Pemeliharaan preventif adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara
terjadwal dan terencana dilakukan tergantung hasil assessment kebutuhan
pemeliharaan setiap alat minimal 2 kali dalam setahun setiap alat. Contoh
jadwal Pemeliharaan:

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 43


BULAN
No KEGIATAN POKOK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Menyusun daftar x X x x x x x X x X x X
inventaris
sarana,prasarana dan
alat kesehatan

2 Perencanaan X x X
pemeliharaan sarana,
prasaran dan alat
kesehaan

3 Pelaksanaan kegiatan x X x x x x x X x X x X
pemeliharaan SPA

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 44


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

4 Menyusun laporan x x x X
dan evaluasi
pemeliharaan

5 Monitoring dan x X x x x x x X x X x X
evaluasi kegiatan
pemeliharaan

c. Kegiatan Pemeliharaan
1) Persiapan Operasional
Langkah-langkah yang dilakukan terhadap suatu Alat Kesehatan sebelum
digunakan untuk tidakan pelayanan, dengan mempersiapakan assesori,
maupun bahan operasional agar alat siap dioperasikan. Persiapan ini
dilakukan sebelum alat dihubungkan dengan catu daya.
2) Pemanasan
Langkah-langkah yang dilakukan oleh pengguna terhadap Alat Kesehatan,
sebelum melakukan pelayanan.
a) Menghubungkan Alat dengan catu daya
b) Memberikan waktu yang cukup agar komponen Alat yang perlu aliran
listrik/pemanasan terpenuhi
c) Melakukan pengecekan fungsi tombol, selector, indikator, alarm, system
pergerakan dan pengereman.
d) Pelaksanaan
e) Langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap alat selama melakukan
pelayanan, agar tercapai hasil yang optimal. Tata cara pengoperasian
yang harus tersedia pada setiap Alat Kesehatan dan dipahami dengan
baik oleh pengguna alat.
3) Pengemasan dan penyimpanan
a) Langkah-langkah ini dilakukan terhadap Alat Kesehatan setelah selesai
melakukan pelayanan, agar Alat Kesehatan selalu siap untuk
pelayanan.
b) Pengguna alat harus wajib mencatat beban kerja alat setiap hari
pemakaian.
c) Dokumentasikan oleh penanggung jawab Alat Kesehatan

d. Operasional/Penggunaan yang benar


Peralatan kesehatan di puskesmas pada umumnya adalah peralatan
kesehatan sederhana. Pemakaian peralatan tersebut kebanyakan telah
diajarkan pada waktu petugas puskesmas masih dalam pendidikan. Walaupun
demikian untuk dapat menggunakan peralatan tersebut secara baik, pada
mulanya perlu bimbingan dari petugas yang sudah berpengalaman/senior.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 44


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Bagi peralatan dengan tipe baru atau mempunyai kompleksitas/ kecanggihan


perlu pelaksanaan pelatihan/penjelasan bagi petugas. Misalnya : peralatan
rantai dingin (cold chain), mikroskop, alat kesehatan gigi, meja operasi,
sterilisator uap, vacum ekstraksi, alat resusitasi dan lain-lain. Dan pada
lampiran buku pedoman ini dijelaskan beberapa cara pengoperasian peralatan
kesehatan yang baik dan benar, karena pemakaian yang kurang tepat dapat
merusak alat.

Penggunaan peralatan kesehatan yang baik dan benar menjadi bagian dan
salah satu dari unsur pemeliharaan kesehatan. Pentingnya suatu petunjuk
operasional/penggunaan sangat membantu pengguna (user) dalam
menggunakan peralatan kesehatan tersebut. Karena tidak selamanya tenaga
kesehatan yang sudah terampil akan tetap atau selalu yang akan
menggunakan alat tersebut, mutasi ataupun rotasi sering terjadi didalam suatu
pelayanan kesehatan. Sehingga sangat dibutuhkan bagi mereka yang belum
berpengalaman dalam menggunakan peralatan tersebut bila sudah tertulis tata
cara ataupun Standar Operasional Prosedur (SOP)nya. Sehingga kerusakan
alat kesehatan karena salahnya penggunaan dapat diminimalisir. Terlampir
beberapa cara penggunaan peralatan kesehatan di Puskesmas yang baik dan
benar.

e. Pembersihan dan Sterilisasi


Pelaksanaan pembersihan dan sterilisasi bertujuan agar mencegah terjadinya
infeksi dan penularan suatu alat kesehatan kepada pasien ataupun
pengguna(user) serta memelihara alat agar tetap terjaga kebersihannya dan
siap pakai.

Pembersihan dan sterilisasi adalah mutlak harus dilakukan bila suatu


peralatan kesehatan selesai dipergunakan, apakah itu yang bersifat hanya
pembersihan saja ataupun pensterilan melalui alat tertentu.

Untuk menjadi perhatian bagi tenaga pembersih peralatan kesehatan harus


pakai alat pelindung diri(APD) seperti sarung tangan tebal, penutup mulut,
pelindung mata, dll. Hal ini untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
terhadap pengguna atau tenaga pembersih tersebut. Untuk tata cara sterilisasi
dapat mengacu pada pedoman pencegahan infeksi (PI) yang ada, serta
dituangkan kedalam Standar Operasional Prosedur (SOP).

f. Penyimpanan
Selain hal tersebut penyimpanan peralatan kesehatan yang baik dan benar
menjadi salah satu bagian dalam pelaksanaan suatu pemeliharaan. Hal ini
disebabkan karena salah atau kurang tepatnya cara ataupun tempat

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 45


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

penyimpanan akan berdampak pada kinerja alat kesehatan tersebut.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyimpanan yaitu:
1) Cara menyimpan (menutup, melipat, menggulung, dll)
2) Tempat penyimpanan (untuk alat–alat tertentu memerlukan tempat khusus)
3) Melindungi alat–alat tertentu, seperti gunting ujung tajam, pisau/scalpel sisi
tajamnya, dll.
g. Membuat Jadwal Kalibrasi
Menyusun daftar SPA yang wajib dikalibrasi dan dokumen kalibrasi sudah
habis masa berlaku, segera menuyun jadwal dan mengajukan ke Sisterlab
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

h. Perbaikan
Petugas puskesmas mengindentifikasi peralatan kesehatan yang rusak dicatat
dalam buku bantu.
Tindakan puskesmas terhadap alat yang rusak adalah:
1) Alat yang masih dapat diperbaiki
Apabila alat yang rusak masih dapat diperbaiki,
dipertimbangkan apakah :
 Alat dapat diperbaiki oleh puskesmas.
Kerusakan ringan untuk alat – alat tertentu dapat diperbaiki oleh
puskesmas dengan system swakelola sesuai aturan yang berlaku
 Alat tidak dapat diperbaiki oleh
puskesmas. Alat tersebut dapat dibedakan:
a) Alat kecil (Portable):
Puskesmas mengirim alat tersebut ke dinas kesehatan
kabupaten/kota, dengan surat pengantar permintaan bantuan
perbaikan. Apabila sudah diperbaiki, alat tersebut dikembalikan
kembali ke puskesmas.
b) Alat besar :
Untuk alat yang besar, seperti kursi gigi (dental unit), meja operasi,
dan lain-lain, yang sulit dibawa ke kabupaten, puskesmas dapat
langsung menghubungi atau mengirim surat ke dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk meminta bantuan teknisi datang ke
puskesmas memperbaiki alat tersebut.
 Alat rusak berat yang tidak bisa diperbaiki
Apabila ada alat yang rusak dan tidak dapat diperbaiki(pernyataan dari
teknisi) maka puskesmas melakukan pencatatan kedalam buku bantu
alat yang rusak (contoh form terlampir). Tindakan selanjutnya membuat
laporan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
D. Pengadaan
Pengadaan peralatan kesehatan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pemenuhan dan ketersediaan peralatan kesehatan di Puskesmas harus

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 46


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

memenuhi syarat keamanan, kemudahan dan kenyamanan sesuai standar


pelayanan kesehatan di Puskesmas dan kesesuaian kebutuhan pelayanan.
Persyaratan pemenuhan keamanan, kemudahan dan kenyamanan antara lain:
1. Diletakkan diposisi yang sesuai dengan tujuannya, tanpa menyebabkan
dampak negatif pada pelayanan kesehatan dan suasana sekitar serta
lingkungan pelayanan
2. Instalasi penggunaan dan kinerja peralatan kesehatan di Puskesmas harus
memenuhi kualifikasi teknis dan pelayanan kesehatan
3. Peralatan kesehatan tertentu dikalibrasi sesuai peraturan yang berlaku
4. Peralatan kesehatan aman pada saat digunakan untuk petugas dan pelayanan
kesehatan
5. Setiap perencanaan alat kesehatan di Puskesmas dengan pelayanan dasar
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kebutuhan masyarakat
6. Spesifikasi peralatan kesehatan harus sesuai dengan tingkat pelayanannya

a. Penyiapan Spesifikasi
Spesifikasi peralatan kesehatan disusun memperhatikan kebutuhan
pelayanan kesehatan di puskesmas dan kesesuaian/perkembangan
teknologi. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Ijin edar
2) Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan)
3) Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas)
4) Ketersediaan suku cadang
5) Biaya operasional (listrik, bahan habis pakai)
6) Kebutuhan pra-instalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus, perpipaan dan
komponen pengaman/keselamatan)
7) Dan lain-lain.

Spesifikasi dapat menggunakan e-katalog jika ada yang sesuai dengan


kebutuhan. Apabila spesifikasi yang digunakan tidak terdapat dalam e-katalog,
maka harus membuat justifikasi kebutuhan alat tersebut (berupa telaahan
secara teknis).

b. Langkah – Langkah Penyusunan Spesifikasi


1) Dalam menyusun usulan kebutuhan peralatan kesehatan minimal harus
mencantumkan spesifikasi umum untuk kebutuhan peralatan kesehatan dan
spesifikasi secara khusus/detil untuk peralatan kesehatan tertentu bila
dibutuhkan (contoh: untuk Tensimeter; dengan Spesifikasi Umum : Air
Raksa/Digital/anaeroid, Portable/wallmount/mobile); Tensimeter, dengan
spesifikasi khusus : ukuran manset, dewasa/anak/bayi,ukuran tekanan 0 –
200 mmHg, dilengkapi dengan buku manual, masa waktu purna
jual/garansi)
2) Masukan nilai masing-masing parameter untuk setiap jenis alat kesehatan

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 47


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

yang ditawarkan sesuai kebutuhan pengguna.


3) Nilai parameter dapat dibuat tetap atau dengan nilai tertentu jika memiliki
dasar yang kuat (justifikasi klinis) terhadap pemilihan parameter tersebut.
4) Lakukan pengumpulan data spesifikasi peralatan kesehatan dari beberapa
merk yang beredar di Indonesia.
5) Membandingkan parameter yang dibutuhkan dengan informasi ketersediaan
spesifikasi berdasarkan penawaran dari distributor (pemilik ijin edar alkes)

c. Penyusunan HPS
Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE)
didasarkan pada data harga pasar setempat yang diperoleh berdasarkan hasil
survei menjelang dilaksanakannya pengadaan, dan untuk selanjutnya dapat
mengikuti peraturan yang berlaku tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.

E. Penerimaan
Fungsi penerimaan peralatan kesehatan di puskesmas adalah menerima peralatan
yang menyangkut aspek-aspek pemeriksaan agar berfungsi dengan baik sebelum
digunakan dalam rangka menjamin tersedianya peralatan kesehatan yang
bermutu, aman dan laik pakai serta diadministrasikan dengan baik dan benar.
a. Penerimaan dan pemeriksaan
Suatu rangkaian kegiatan dalam menerima peralatan puskesmas dari
penyedia barang, pengadaan sendiri, Pemerintah Pusat, Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan pihak lainnya. Alat yang
diterima harus diperiksa kelengkapannya baik jenis, jumlah dan kondisinya
serta sesuai dengan dokumen yang menyertainya (spesifikasi).

b. Kegiatan penerimaan dan pemeriksaan alat


1) Kepala puskesmas menunjuk staf untuk penerimaan dan menyiapkan
tempat penyimpanan.
2) Alat yang baru diterima langsung diperiksa oleh Kepala Puskesmas atau
staf yang ditunjuk.
3) Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa dokumen pengiriman barang
(Surat Bukti Barang Keluar yang dilengkapi dengan spesifikasi dan
harga). Terlampir.
4) Kepala Puskesmas atau staf yang ditunjuk memeriksa atau meneliti
surat pengantar, jenis dan jumlah alat, kemasan, jumlah harga dan lain-
lain.
5) Kepala Puskesmas atau staf yang ditunjuk memeriksa keadaan alat,
untuk memastikan bahwa alat dalam keadaan baik, yang dipastikan
dengan melakukan uji fungsi dan uji coba oleh penyedia disaksikan oleh
pengguna. Jika dalam keadaan rusak, penerima barang boleh menolak.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 48


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

F. Inventarisasi dan Laporan


a. Inventarisasi
Inventori merupakan data detil alat kesehatan yang berkaitan dengan aspek
tenis maupun administrasi setiap tipe/model Peralatan Medis. Inventori harus
selalu dikelola/update sehingga data yang terdapat dalam inventori merupakan
kondisi terkni. Inventori dapat memberikan informasi sebagai berikut:
 Technical assessment, merek dan tipe peralatan beserta jumlah dan status
kondisi peralatan.
 Memberikan informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk membantu
penjadwalan pemeliharaan preventif, penelusuran pemeliharaan,
perbaikan, dan penarikan kembali/recall.
 Memberikan informasi keuangan guna mendukungan penilaian budget dan
ekonomi.

1) Lingkup Inventori
Untuk pengelolaan alat kesehatan tidaklah harus semua dimasukan ke
dalam inventori, tetapi sebaiknya dilakukan pembatasan/prioritas item-item
Peralatan Medis yang akan dilakukan inventarisasi. Prioritas tersebut dapat
dilakukan dengan cara berdasarkan nilai investasialat kesehatan, usia
teknis, berdasarkan risiko atau kombinasi dari kriteria tersebut.
a) Nilai investasi
Prioritas ini memperhitungkan alat kesehatan yang akan dilakukan
inventarisasi berdasarkan harga pada saat pembeliaan yaitu dengan
harga diatas Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah).
b) Usia teknis
Inventori pada prinsipnya adalah menginventarsasi data peralatan
untuk digunakan dalam janka waktu yang lama. Dengan alat usia
teknis sangat singkat (kurang dari satu tahun) sebaiknya tidak perlu
dilakukan inventarsasi.
c) Berdasarkan risiko
SPA dalam hal penggunaanya dapat dikelompokan berdasarkan
risiko yang dapat ditimbulkan yaitu risiko tinggi/high risk, resiko
sedang/medium risk dan risiko rendah/low risk. Inventori dapat
dilakukan dengan memprioritaskan minimal SPA yang memiliki risiko
sedang dan tinggi.

2) Data Inventori
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan mungkin memiliki kebutuhan inventori
yang berbeda-beda. Tabel 6.1 berikut ini menjelaskan minimum data yang
perlu dimasukan dalam menginventarisasi peralatan medis.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 49


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

No Item Keterangan
Nomor, dapat menggunakan kode inventaris,
1 Kode tetapi disarankan memiliki kode tersendiri agar
lebih memudahkan dalam inventarisasi
2 Merek/Tipe Merek dan tipe dari SPA
Nama Pabrikan atau distributor yang
3 Pabrikan/Distributor mengageni peralatan tersebut, termasuk
alamat, email dan kontak person
Kode unik setiap item peralatan (dikeluarkan
4 Serial Number oleh pabrikan), pada umunya tertera pada
peralatan
Tempat peralatan tersebut digunakan di
5 Lokasi
pelayanan

Kondisi peralatan( Baik, rusak ringan, rusak


6 Kondisi
berat)

Kebutuhan akan sumber listrik berupa tegangan


7 Power requirement
(220 V, 110V) atau power consumption (watt)
Data inventori
8 Tanggal terakhir updating data
updated
9 Harga pembelian Nila rupiah peralatan pada saat pembelian
10 Tanggal pengadaan Tanggal (bulan/tahun) pengadaan

11 Masa Garansi Tanggal berakhirnya waktu garansi


Tanggal dilakukanya penerimaan alat (instalasi,
12 Tanggal penerimaan
uji fungsi dan uji coba)

Batas usia yang diharapkan dapat digunakan di


13 Usia teknis
pelayanan (tahun/jam/paparn)

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 50


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Lampiran B – Form pengumpulan data inventarisasi peralatan

Kode Inventori

Jenis Peralatan

Pabrikan

Merek/Tipe _ Serial number

Negara Asal Tahun pembuatan

Kebutuhan Daya

Kondisi Baik

Rusak Ringan

Rusak Berat

Tidak digunakan

Membutuhkan disposal khusus Ya Tidak

Manual Petunjuk penggunaan

Petunjuk Pemeliharaan

Dokumen lain
Lokasi
Peralatan

Keterangan

Inventori dapat terdiri dari beberapa form yaitu berupa:


1. Daftar data peralatan
2. Daftar pabrikan atau Supplier
3. Daftar bahan habis pakai dan suku cadang
Inventarisasi dari data tersebut bersifat relasional form sehingga lebih
mudah dalam melakukan penelusuran data

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 51


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Dokumen Peralatan Kesehatan

Dokumen Distributor Alat Kesehatan


No Item Katalog number Jumlah Distributor/ Harga
Suplier

b. Laporan SPA
Setelah Penyelenggaraan kegiatan Kepala Puskesmas, maka tim dari
Kementerian Keasehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi akan melakukan
Assessment dalam keberadaan pelayanan pemeliharaan SPA, keberadaan
inventaris SPA dengan menggunakan Tools Assessment sebagai berikut:
1. Laporan Pemeliharaan Alat Kesehatan
Kondisi Kelengkapan
No Nama Alat SPO Jumlah
Baik Rusak Pemeliharaan
Pemakaian
1 Timbangan bayi
2 Lampu periksaa
Alat pengukur panjang
3
Bayidan Tinggi Anak
4 Stetoskop neonates
5 Stetoskop pediatric
6 Laringoskop neonates
7 Laringoskop bayi dan balita
8 Tensimeter anak

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 52


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

9 Termometer klinik
10 Breast pump
Flowmeter neonatus (low
11
flow)
12 Flowmeter anak (high flow)
13 Oxigen Concentrator
14 Baby Suction pump Portable
Infant T piece resuscitator
15
dengan PEEP
16 Infant piece system
CPAP (continous Positive
17
Airways Pressure)
18 Oksigen + udara kompres set
19 Blander
Resusitator bayi (balon
20
mengembang sendiri)
21 Infant incubator
22 Incubator transport
23 Infant Warmer sederhana
24 Infant Warmer lengkap
25 Terapi sinar (Fototherapy)
26 Elektrocardiograph
27 Nebuliyzer
Pulse Oxymeter dengan
28
sensor untuk neonatus/bayi
29 Syringe Pump
30 Infuse Pump
31 Bedside Monitor
32 Kompresor udara medis
33 Resisutasi, kit
34 Sterilisator
35 Vaccine Refrigerator
36 Vaccine carrier
37 Glucotest
38 Alat Lab darah rutin
39 Alat Analisa gas darah
40 Rapid test untuk malaria
41 Kulkas obat
Ultrasonography (USG)
42 neonatus dan pediatrik 8 X-
ray
42 Resusitasi kit
43 Maneqin set (boneka Bayi)
44 Injection training kit -
45 Dll

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 53


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

G. Aplikasi ASPAK
ASPAK merupakan aplikasi web based sistem informasi data sarana, prasarana
dan peralatan kesehatan secara on-line. Dengan ASPAK dimungkin sarana
pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit milik pemerintah dapat menyimpan
data SPA secara langsung di server ASPAK sehingga monitoring data peralatan
kesehatan dapat dengan cepat dilakukan. Salah satu prasarana yang dibutuhkan
agar dapat mengakses ASPAK adalah ketersediaan jaringan internet yang baik.
ASPAK dapat diakses secara lagsung di alamat www.aspak.buk.depkes.go.id atau
melalui situs www.buk.depkes.go.id.

ASPAK bertujuan untuk:


 Tersedianya data dan informasi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan seluruh Indonesia
 Terciptanya pemetaan SPA di Fasyankes.
 Supporting untuk perencanaan SPA

ASPAK berisikan beberapa data yang harus diisi oleh puskesmas melalui fiture
data utama yaitu:
1. Data umum, mencakup data umum sarana pelayanan kesehatan yaitu alamat,
telp, propinsi, kabupaten/kota, jenis puskesmas, status akreditasi, dll.
2. Data Gedung, mencakup luas, tahun pendirian, tahun renovasi, perizinan(IMB,
IPB/SLF/SLO), dll.
3. Data Sarana, mencakup data dan kondisi gedung berdasarkan pelayanan
kesehatan yang dilayani.
4. Data Prasarana, mencakup data prasarana pelayanan kesehatan seperti data
pengelolaan limbah, sumber listrik, air, dll.
5. Data peralatan kesehatan, mencakup nama alat, merk, type, no. seri, harga,
kondisi peralatan kesehatan, distributor, dll.
6. Sumber Daya Manusia, mencakup nama, tanggal dan tahun lahir, pendidikan,
job description, dll.
7. Survey Pertanyaan yang berisikan instrument penilaian terhadap organisasi
dan pengelolaan peralatan kesehatan.
8. Laporan Lainnya untuk menuliskan sesuatu kejadian yang tidak diinginkan
seperti kegagalan suatu alat kesehatan ataupun kurang memadainya peralatan
kesehatan sehingga mengganggu pelayanan kesehatan.
Untuk mengakses ASPAK memerlukan username serta password yang
dibedakan berdasarakan fungsi institusi tersebut yang disediakan oleh
Kementerian Kesehatan. ASPAK dapat diakses oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota, Rumah Sakit, BPFK dan Puskesmas yang kesemuanya harus
memiliki account yang saat ini disediakan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan ataupun Direktorat terkait.
Pada pedoman ini hanya akan menjelaskan tugas dan fungsi dari Dinas

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 54


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Kesehatan serta Puskesmas saja didalam melaksanakan ASPAK dan untuk detil
bagaimana cara penginputan ASPAK dapat mengacu pada buku Petunjuk Teknis
Cara Pengisian ASPAK(Manual Book) yang dapat didownload melalui link di
bawah ini :
http://aspak.buk.depkes.go.id/beranda/wp-
content/uploads/downloads/2014/05/Manual -Aspak-user-New.pdf atau klik
beranda pada ASPAK lalu klik halaman download yang ada pada beranda
tersebut.
ASPAK saat ini telah diintegrasikan dengan usulan perencanaan elektronik(E-
Planning) dan menjadi salah satu syarat agar dapat mengusulkan perencanaan
kebutuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan pada pelayanan kesehatan
yang aplikasikan kedalam Sistem Informasi Perencanaan dan
Monitoring(SIPERMON). Ada hal yang harus dipegang oleh Dinas Kesehatan
maupun Puskesmas bahwa :
Kewajiban satker dilaksanakan dulu (update data dan mengirim
laporan), selanjutnya menggunakan hak-nya (mengirim usulan
kegiatan/anggaran)
Sehingga diharapkan kebutuhan semua pihak dapat terpenuhi dan tidak salah
dalam mengambil suatu kebijakan ataupun keputusan.
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan propinsi ataupun kabupaten/kota memiliki username yang
berbeda dengan puskesmas, yang bertujuan untuk melihat kondisi serta
memetakan fasyankes diwilayahnya dan tidak dapat melakukan penginputan
ataupun perubahan data yang ada di fasyankesnya.
Tugas dan fungsi dinas kesehatan didalam ASPAK adalah:
1. Memonitoring dan mengevaluasi proses penginputan ASPAK oleh fasyankes
di wilayahnya.
2. Mendorong dan menghibau agar fasyankes untuk menginput ASPAK sesuai
dengan kondisi yang ada.
3. Memvalidasi data ASPAK.
4. Memetakan pelayanan kesehatan di fasyankes dengan melihat kondisi
sarana, prasarana dan alat kesehatan serta SDM yang ada.
5. Menganalisa akan kebutuhan pelayanan kesehatan khususnya sarana,
prasana dan alat kesehatan serta SDM di fasyankes agar sesuai dengan
standard an kebutuhan masyarakat khususnya.

Puskesmas
Puskesmas sebagai pengguna barang berperan penting sebagai ujung tombak
didalam memanfaatkan serta mengisi ASPAK. Beberapa Tugas dan fungsi
Puskesmas dalam penggunaan ASPAK adalah :
1. Menginput ataupun mengisi seluruh data yang ada di ASPAK.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 55


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2. Menganalisa dan merencanakan usulan kebutuhan pelayanan kesehatan


melalui data ASPAK.
3. Menginput atau mengganti data ASPAK setiap ada perubahan data.
4. Menjaga validitas data yang ada.
Dengan pengisian ASPAK diharapkan dapat terpetakan kondisi sarana, prasarana
dan alat kesehatan yang sesungguhnya(up to date), sehingga segala keputusan
ataupun kebijakan yang diambil kedepannya dapat sesuai dengan kebutuhan
pelayana kesehatan demi terciptanya pelayanan kesehatan yang sesuai standard
dan kebutuhan masyarakat khususnya.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 56


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

8 REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas

2. Hacker, Kerry ct al.: Maintenance Management for Medical Equipment, American


Societies for Healthcare Engineering of the American Hospital Association
(AHA), Chicago, 1996.

3. Departemen Kesehatan R.I., Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat:


Daftar Peralatan Kesehatan Dalam Gambar, Jakarta, 1993.

4. Sekretariat Jenderal, Biro Perlengkapan: Buku Petunjuk Taia Cara Penatausahaan.


Barang Milik/Kekayaan Negara di Lingkungan Departemen Kesehatan, Jakarta,
1996.

5. Dr Soebekti, MPH, Proyek Kesehatan III Provinsi NTB dan Kaltim: Laporan
Sistem Pengelolaan Alat Medis Puskesmas. Departemen Kesehatan, Jakarta
1993-1995.

6. Departemen Kesehatan R.I., Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat,


Direktorat BUKP: Buku Formulir Inventaris. Peralatan Puskesmas, Jakarta, 1995.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 57


Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

9 LAMPIRAN

PANDUAN DISKUSI KELOMPOK

Waktu : 45 menit

a. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok (5 orang/ kelompok).


b. Masing- masing kelompok diminta untuk mendiskusikan hal dibawah ini selama
30 menit:
1. Bagaimana saudara melakukan Pemeliharaan bangunan/sarana, prasarana
dan alat kesehatan di pelayanan kesehatan di Puskesmas saudara?
2. Adakah manfaat yang anda peroleh dari sistim pemeliharaan SPA di
puskesmas anda? Bila belum apakah sudah dilaksanakan dengan benar?
3. Peralatan apa saja yang menurut anda apabila dipelihara maka akan menekan
biaya yang keluar untuk perbaikan, sehingga terjadi efisien anggaran dan
efektif dalam pemanfaatan SPA?
c. Fasilitator memberi kesempatan kepada 1 perwakilan kelompok (dipilih secara
acak) untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok selama 10 menit
d. Fasilitator memberi masukan/ klarifikasi langsung terhadap hal-hal yang masih
dirasa kurang tepat setelah presentasi dan tanya jawab selesai selama 5
menit sekaligus merangkum secara keseluruhan atas hasil presentasi

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 58


MPI.4

Obat dan BMHP

PE L AT I H A N
M AN AJ E M E N P U S K E S M AS
Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

7c MATERI POKOK 3
PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI
DI PUSKESMAS

A. Perencanaan dan Pengadaan Obat dan BMHP


a. Perencanaan
Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan atau kelebihan
stok obat dan menjaga ketersediaan obat di puskesmas.
Tahapan perencanaan kebutuhan obat dan BMHP meliputi :
1) Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Proses pemilihan
obat di puskesmas dilakukan dalam rangka perencanaan permintaan obat
ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan pembuatan Formularium
Puskesmas. Pemilihan obat di puskesmas harus mengacu pada Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS).
Untuk menjaga ketersediaan obat, apoteker atau penanggungjawab ruang
farmasi bersama tim tenaga kesehatan di puskesmas menyusun
Formularium Puskesmas. Penggunaan formularium puskesmas selain
bermanfaat dalam kendali mutu, biaya, dan ketersediaan obat di
puskesmas, juga memberikan informasi kepada dokter, dokter gigi,
apoteker dan tenaga kesehatan lain mengenai obat yang digunakan di
puskesmas. Formularium puskesmas ditinjau kembali sekurang-
kurangnya setahun sekali menyesuaikan kebutuhan obat di puskesmas.
2) Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan obat periode
sebelumnya (data konsumsi), data morbiditas, sisa stok dan usulan
kebutuhan obat dari semua jaringan pelayanan puskesmas.
3) Memperkirakan kebutuhan periode yang akan datang ditambah stok
penyangga (buffer stock). Buffer stock ditentukan dengan
mempertimbangkan waktu tunggu (lead time), penerimaan obat serta
kemungkinan perubahan pola pernyakit dan kenaikan jumlah kunjungan.
Buffer stock bervariasi tergantung kepada kebijakan puskesmas.
4) Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan
metode yang sesuai.
5) Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat puskesmas
dituangkan dalam Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) puskesmas.
6) Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu periode dan
lembar permintaan berisi jumlah kebutuhan obat puskesmas dalam satu

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 59


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

periode.
7) LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat tingkat
puskesmas dan digunakan sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara
tepat. Perhitungan kebutuhan obat untuk satu periode dapat dilakukan dengan
menggunakan metode konsumsi dan atau metode morbiditas.
Evaluasi Perencanaan
Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan meliputi:
1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan. Dilakukan penilaian
kesesuaian antara RKO dengan realisasi. Sumber data berasal dari
rumah sakit, LKPP dan pemasok.
2) Masalah dalam ketersediaan yang terkait dengan perencanaan. Dilakukan
dengan cek silang data dari fasyankes dengan data di pemasok.

b. Pengadaan Obat
Pengadaan obat di puskesmas, dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pengadaan
mandiri (pembelian).
1) Permintaan
Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan di Puskesmas harus sesuai
dengan Formularium Nasional (FORNAS), Formularium Kabupaten/Kota
dan Formularium Puskesmas. Permintaan obat puskesmas diajukan oleh
kepala puskesmas kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan menggunakan format LPLPO. Permintaan obat dari sub unit ke
kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub
unit.

2) Pengadaan Mandiri
Pengadaan obat secara mandiri oleh Puskesmas dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas dapat melakukan
pembelian obat ke distributor. Dalam hal terjadi kekosongan persediaan
dan kelangkaan di fasilitas distribusi, Puskesmas dapat melakukan
pembelian obat ke apotek. Pembelian dapat dilakukan dengan dua
mekanisme :
a) Puskesmas dapat membeli obat hanya untuk memenuhi kebutuhan
obat yang diresepkan dokter.
b) Jika letak puskesmas jauh dari apotek, puskesmas dapat
menggunakan SP (Surat Pemesanan), dimana obat yang tidak
tersedia di fasilitas distribusi dapat dibeli sebelumnya, sesuai dengan
stok yang dibutuhkan.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 60


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

B. Penyimpanan dan Distribusi Obat dan BMHP


Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta
memudahkan pencarian dan pengawasan.
Aspek umum yang perlu diperhatikan:
a. Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di gudang obat yang
dilengkapi lemari dan rak –rak penyimpanan obat.
b. Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan obat.
c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur
dengan memperhatikan tanda-tanda khusus.
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First Expired
First Out (FEFO), high alert, dan life saving (obat emergency).
e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan kuncinya
dipegang oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang dikuasakan.
f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di tempat khusus
dan terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain.
g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang disertai
dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan terhadap obat
yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan obat
termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan (genset).
i. Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum tanggal
kadaluarsa tergantung kebijakan puskesmas) diberikan penandaan khusus
dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih
dahulu sebelum tiba masa kadaluarsa.
j. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan obat.

Aspek khusus yang perlu diperhatikan:


a. Obat High Alert
Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome). Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:
1) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti insulin, atau obat
antidiabetik oral.
2) Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan
sama (look alike) dan bunyi ucapan sama (sound alike) biasa disebut
LASA, atau disebut juga Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip (NORUM).
Contohnya tetrasiklin dan tetrakain.
3) Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari
0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% atau lebih.
Daftar obat berisiko tinggi ditetapkan oleh Puskesmas dengan
mempertimbangkan data dari referensi dan data internal di Puskesmas

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 61


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

tentang “kejadian yang tidak diharapkan” (adverse event) atau “kejadian nyaris
cedera” (near miss). Referensi yang dapat dijadikan acuan antara lain daftar
yang diterbitkan oleh ISMP (Institute for Safe Medication Practice). Puskesmas
harus mengkaji secara seksama obat-obat yang berisiko tinggi tersebut
sebelum ditetapkan sebagai obat high alert di Puskesmas.
Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah dijangkau dan tidak harus terkunci.
Disarankan pemberian label high alert diberikan pada gudang atau lemari obat
untuk menghindari kesalahan (penempelan stiker High Alert pada satuan
terkecil).

Gambar 1. Contoh lemari penyimpanan Obat High Alert

Puskesmas menetapkan daftar obat Look Alike Sound Alike (LASA)/nama-


obat-rupa-ucapan-mirip (NORUM). Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak
saling berdekatan dan diberi label khusus sehingga petugas dapat lebih
mewaspadai adanya obat LASA/NORUM. Dibawah ini beberapa contoh obat
LASA berdasarkan bentuk sediaan, kekuatan dan kandungan zat aktif:

Gambar 2. Contoh obat LASA disimpan tidak berdekatan dan Diberi label “LASA”

b. Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor


Peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus disimpan dalam lemari
khusus dan menjadi tanggungjawab apoteker penanggung jawab. Lemari
khusus tempat penyimpanan narkotika, psikotropika dan prekusor farmasi
memiliki 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh apoteker
penanggung jawab, satu kunci lainnya dipegang oleh tenaga teknis

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 62


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

kefarmasian/tenaga kesehatan lain yang dikuasakan. Apabila apoteker


penanggung Jawab berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada
tenaga teknis kefarmasian/tenaga kesehatan lain.
c. Obat kegawatdaruratan medis
Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus diperhatikan dari sisi
kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi kegawatdaruratan.
Penetapan jenis obat kegawatdaruratan medis termasuk antidot harus
disepakati bersama antara apoteker/tenaga farmasi, dokter dan perawat. Obat
kegawatdaruratan medis digunakan hanya pada saat emergensi dan
ditempatkan di ruang pemeriksaan, kamar suntik, poli gigi, ruang imunisasi,
ruang bersalin dan di Instalasi Gawat Darurat/IGD.

Gambar 3. Tas emergensi dan kit emergensi dilengkapi kunci pengaman disposable

C. Pelayanan Farmasi Klinis


Pelayanan farmasi klinis merupakan pelayanan yang langsung dan
bertanggungjawab yang diberikan kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat,
untuk tujuan keselamatan dan menjamin kualitas hidup pasien.
Dalam pelaksanaan pelayanan farmasi klinik, apoteker banyak bekerjasama
dengan profesional bidang kesehatan lain terkait pengobatan pasien. Dalam
rangka tercapainya outcome terapi pasien yang optimal, apoteker dituntut agar
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Kemampuan berkomunikasi
dimaksud termasuk dalam memberikan rekomendasi pengobatan pasien.
Untuk memberikan pelayanan farmasi klinik pada pasien dengan efektif dan
efisien, serta tepat sasaran, perlu dilakukan seleksi terhadap pasien.
Pelayanan farmasi klinis yang dilakukan meliputi:
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan
termasuk peracikan obat, dan penyerahan disertai pemberian informasi.
Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang masuk
tanpa kriteria khusus pasien.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 63


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi dan rekomendasi obat yang dilakukan oleh apoteker
kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain
di luar Puskesmas.

c. Konseling
Konseling obat merupakan salah satu metode edukasi pengobatan secara
tatap muka atau wawancara dengan pasien dan/atau keluarganya yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien yang
membuat terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat.

d. Visite Pasien (khusus puskesmas rawat inap)


Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).

e. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Dalam melakukan PTO apoteker
di Puskesmas dapat melakukan seleksi berdasarkan:
1) Kondisi Pasien:
- Pasien dengan multi diagnosa.
- Pasien dengan resep polifarmasi.
- Pasien yang menerima obat dengan indeks terapi sempit.
- Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal.
- Pasien geriatri dan pediatri.
- Pasien hamil dan menyusui.

2) Obat
Jenis Obat dengan risiko tinggi seperti:
- Obat dengan indeks terapi sempit (contoh: digoksin, fenitoin)
- Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: antiretroviral) dan hepatotoksik
(contoh: Obat Anti Tuberkolosis/OAT)
- Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metoklopramid, AINS)

3) Kompleksitas regimen : Polifarmasi, Variasi rute pemberian, Variasi aturan


pakai atau Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi).

f. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat untuk menjamin
obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 64


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

g. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)


Apoteker dapat melakukan kunjungan pasien dan atau pendampingan pasien
untuk pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau
keluarga terutama bagi pasien khusus yang membutuhkan perhatian lebih.
Pelayanan dilakukan oleh apoteker yg kompeten, memberikan pelayanan untuk
meningkatkan kesembuhan dan kesehatan serta pencegahan komplikasi,
bersifat rahasia dan persetujuan pasien, melakukan telaah atas penata
laksanaan terapi, memelihara hubungan dengan tim kesehatan.

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


MESO dilakukan dengan tujuan :
- menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang
- menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan
- meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki; dan
- mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki

D. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan Obat


a. Pemberdayaan Masyarakat melalui GeMa CerMat
Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu langkah dalam upaya
pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di setiap
fasilitas pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, sehingga tercapai
keselamatan pasien (patient safety). Menurut WHO, penggunaan obat
dikatakan rasional apabila pasien menerima obat yang sesuai dengan
kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dan dalam
periode waktu yang adekuat. Diperkirakan di seluruh dunia lebih dari 50 %
obat diresepkan dan digunakan secara tidak tepat, termasuk di Indonesia.
Sampai dengan tahun 2013, hasil pemantauan dan evaluasi peresepan di
fasilitas kesehatan dasar (Puskesmas) menunjukkan bahwa penggunaan
antibiotik pada penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik masih
cukup tinggi, yaitu mendekati 50%.
Selain peresepan secara irrasional oleh tenaga kesehatan dan kurangnya
informasi penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan,
penggunaan obat secara tidak tepat juga dilakukan oleh masyarakat, baik
kurangnya kepatuhan pasien dalam menggunakan obat yang diresepkan
maupun dalam pengobatan sendiri (swamedikasi). Swamedikasi adalah upaya
pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat sebelum mendatangi
fasilitas pelayanan kesehatan. Data Susenas menunjukkan lebih dari 60%
penduduk Indonesia melakukan swamedikasi, dan hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013 menunjukkan 35,2% menyimpan obat di rumah tangga, dimana
86,1% dari obat yang disimpan tersebut adalah antibiotik yang diperoleh tanpa
resep. Swamedikasi secara tidak tepat dapat dilakukan karena berbagai hal

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 65


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

seperti kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang


pengobatan, tingginya promosi obat oleh produsen melalui berbagai media,
dan kurangnya informasi dari tenaga kesehatan.
Untuk meningkatkan POR oleh masyarakat, pada tahun 2015 telah
dicanangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa
CerMat) melalui SK Menkes No. HK.02.02/Menkes/427/2015 tentang Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat. Gerakan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan masyarakat
dalam memilih, mendapatkan, menyimpan dan menggunakan obat dengan
benar. Pelaksanaan gerakan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan
yang terkait. Keterlibatan lintas sektor ini diharapkan dapat menunjang
keberhasilan dan pencapaian tujuan Gerakan. Kegiatan GeMa CerMat
dilaksanakan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu
pada pedoman pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan obat rasional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kegiatan
dilaksanakan di Kabupaten/ Kota berupa pertemuan sosialisasi meliputi
kegiatan pembekalan Apoteker Agent of Change, pemberian materi edukasi
masyarakat dan diskusi kelompok.

Contoh Materi Edukasi Masyarakat:

E. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian


Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk
mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan
pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang
bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).

Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terintegrasi dengan program


pengendalian mutu pelayanan kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.

Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 66


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai standar.

b. Pelaksanaan, yaitu:
1) Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja); dan
2) memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.

c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:


1) melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan
2) meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang melakukan proses.


Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil
pemantauan.
Contoh: monitoring pelayanan resep, monitoring penggunaan Obat, monitoring
kinerja tenaga kefarmasian.

Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian,


dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang
diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, cara, dan teknik pengambilan
data.

Evaluasi dilaksanakan melalui audit (contoh: audit pelaksanaan sistem


manajemen mutu) dan Review (pengkajian) (contoh: kajian penggunaan
antibiotik).

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 67


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

8 REFERENSI

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Obat


Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Permenkes No 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
Permenkes No. 26 tahun 2020 tentang Perubahan terhadap PMK nomor Nomor
74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Kementerian Kesehatan R.I, Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dit.
Pelayanan Kefarmasian, Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, 2019.
Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian,
2015.

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 68


Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

9 LAMPIRAN

PANDUAN DISKUSI KELOMPOK

Judul Materi : Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


di Puskesmas
Tujuan : Melakukan Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas
Tempat : Ruang Pelatihan
Metode : Diskusi Kelompok
Kegiatan :
1. Persiapan
a. Soal Penugasan
b. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
c. Alat tulis
d. Laptop lengkap dengan aplikasi Ms. Office
2. Pelaksanaan
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok @5 orang
b. Setiap peserta diminta untuk aktif terlibat
c. Setiap kelompok menunjuk ketua, notulis, dan moderator
d. Fasilitator membagikan lembar penugasan dengan soal sebagai berikut:
1) Jelaskan pengertian Pelayanan Kefarmasian dan aspek-aspeknya
2) Jika Saudara melihat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang
melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri) dengan obat antibiotik, apa
yang akan Saudara lakukan? beri penjelasan!
3) Jelaskan menurut pendapat Saudara manfaat dari pelaksanaan pelayanan
farmasi klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4) Apakah yang disebut dengan obat high alert? Jelaskan pendapat saudara
e. Peserta diminta untuk mendiskusikan masalah yang ditemukan, serta mencari
solusi terhadap masalah yang timbul. (20 menit )
f. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi selama 10 menit
g. Fasilitator merangkum dan menyimpulkan hasil diskusi selama 10 menit

Hasil :
1. Hasil diskusi dipresentasikan.
2. Hasil diskusi kelompok dapat direvisi/dilengkapi sesuai notulen presentasi diskusi
kasus (bila diperlukan).

Pelatihan Manajemen Puskesmas | 69

Anda mungkin juga menyukai