A N AJ E ENPUSKES AS
Materi Pelatihan Inti 4 - Modul Manajemen Sumber Daya
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
1 : DESKRIPSI SINGKAT ......................................................... 1
2 : TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................. 4
3 : MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK .................... 4
4 : METODE ..…………………………………............................. 5
5 : MEDIA DAN ALAT BANTU ……………………….………….. 5
6 : LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ........................... 5
7 : URAIAN MATERI
A. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA...................... 7
B. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA ALAT......... 31
C. MANAJEMEN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI.......... 59
8 : LAMPIRAN
A. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA...................... 29
B. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA ALAT......... 58
C. MANAJEMEN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI.......... 69
9 : DAFTAR PUSTAKA
A. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA...................... 30
B. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA ALAT......... 57
C. MANAJEMEN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI.......... 68
1 DESKRIPSI SINGKAT
Dalam Kepmenkes No. 004 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan disebutkan salah satu tujuan strategis adalah
upaya penataan manajemen kesehatan di era desentralisasi serta sesuai dengan
konsep business strategic yang meliputi consistent national value, coordinated
regional strategy, customize local tactic. Salah satu tujuannya adalah
mengembangkan serta mendekatkan sub sistem pemeliharaan dan optimalisasi
pemanfaatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan. Hal ini menjadi dasar
program pembentukan pelayanan pemeliharaan sarana kesehatan melalui sistem
rujukan teregionalisasi (regional maintenance center) serta program pembentukan
laboratorium kalibrasi secara bertahap melalui penguatan sumber daya Dinas
Kesehatan Provinsi ataupun Kabupaten/Kota (sisterlab).
Diharapkan dengan hal tersebut dapat meningkatkan dan memenuhi kebutuhan
pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan di puskesmas, sehingga terjaga
mutu pelayanannya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
2
A.Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan manajemen sumber
daya puskesmas.
4 METODE
a. Bahan tayang
b. Komputer/ laptop
c. LCD projector
d. Whiteboard
e. Flipchart
f. Spidol
g. Panduan Latihan
h. Aplikasi perencanaan kebutuhan SDMK
i. Panduan Diskusi Kelompok
LANGKAH LANGKAH
6
PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, mengapa
modul/materi ini diperlukan dalam pelatihan Manajemen Puskesmas, serta keterkaitan
dengan materi sebelumnya.
a. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang sudah mempunyai
pengalaman dalam pengelolaan sumber daya di Puskesmas untuk
menyampaikan pengalamannya.
b. Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan
Manusia
PELAT I HA N
MANAJ E ME N P U S K E S M AS
Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan nasional (SKN)
mengelompokkan pengelolaan kesehatan ke dalam beberapa sub sistem dimana
salah satunya adalah sub sistem SDM Kesehatan. Sub sistem SDM Kesehatan
adalah pengelolaan upaya pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan yang meliputi upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta
pembinaan dan pengawasan SDMK kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Tujuan dari penyelenggaraan sub sistem SDM kesehatan adalah tersedianya SDM
kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan yang terdistribusi secara adil dan merata
serta didayagunakan secara optimal. SKN harus dilaksanakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan atau masyarakat sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4
ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
Penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan berdasar institusi terdiri dari dua
metode yaitu metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK-Kes) dan metode
standar ketenagaan minimal. Metode ABK-Kes digunakan sebagai dasar
pengajuan usulan formasi karena ABK-Kes menghitung kebutuhan riil sesuai
dengan beban kerja yang dilakukan. Sedangkan perhitungan dengan metode
standar ketenagaan minimal digunakan untuk pendirian baru atau peningkatan
klasifikasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan di wilayah pemerintah daerah
kabupaten/kota, serta di Fasilitas Pelayanan Kesehatan daerah terpencil, sangat
terpencil, perbatasan, tertinggal, dan daerah yang tidak diminati.
Keterangan:
Standar ketenagaan sebagaimana tersebut diatas:
1) merupakan kondisi minimal yang diharapkan agar Puskesmas dapat
terselenggara dengan baik.
2) belum termasuk tenaga di Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa.
3) jumlah dan jenis kebutuhan ideal tenaga di Puskesmas ditetapkan
berdasarkan hasil perhitungan analisis beban kerja
jam kerja instansi pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik untuk yang
5 (lima) hari kerja ataupun yang 6 (enam) hari kerja sesuai dengan yang
ditetapkan Kepala Daerah masing-masing.
Berdasarkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri
Sipil, Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar 1200 jam per tahun. Demikian juga
menurt Permen PA-RB No. 26 tahun 2011, Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar
1200 jam per tahun atau 72000 menit per tahun baik 5 hari kerja maupun 6
hari kerja.
Tabel 2 Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT) dalam 1 tahun
Kode Faktor Keterangan Perhitungan Jumlah Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5 hr kerja / mg 52 260 hr/th
A Hari kerja
6 hr kerja / mg 52 312 hr/th
B Cuti pegawai Hak Pegawai 12 hr/th
Libur Nasional + Cuti Dalam 1 th
C 19 hr/th
Bersama (Kalender)
D Mengikuti Pelatihan Dalam 1 th 5 hr/th
E Absen (Sakit, dll) Dalam 1 th 12 hr/th
Waktu Kerja (dalam 1 Kepres No.
F 37.5 Jam/mg
minggu) 68/1995
Permendagri
Jam Kerja Efektif 12/2008:
G 70% x 37.5 26.25 Jam/mg
(JKE) Permen PAN-
RB 26/2011
Waktu Kerja (dalam 1 5 hr kerja / mg (5) / (3) 5.25 Jam/hr
WK
hari) 6 hr kerja / mg (5) /(3) 4.375 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia 5 hr kerja / mg
A-(B+C+D+E) 212 Hari/th
(hari) 6 hr kerja / mg
A-(B+C+D+E) 264 Hari/th
A-
WKT 5 hr kerja / mg 1113 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (B+C+D+E)x7.5
(jam) A-
6 hr kerja / mg 1155 Jam/th
(B+C+D+E)x.6.25
Waktu Kerja Tersedia (WKT)…..dibulatkan 1200 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (WKT)…..dibulatkan 72000 Mnt/th
Keterangan : JKE (Jam Kerja Efektif) akan menjadi alat pengukur dari beban kerja
yang dihasilkan setiap Faskes.
3) LANGKAH 3: Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok dan
Tugas Penunjang) dan Norma Waktu
Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang secara
nyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang telah ditetapkan.
Norma Waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh seorang SDMK
yang terdidik, terampil, terlatih dan berdedikasi untuk melaksanakan suatu
Contoh:
Tabel 3 Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu
(contoh: tugas jabatan Bidan Puskesmas)
Norma Norma
No Jenis Tugas Kegiatan Satuan Satuan
waktu waktu
1. Yan. ANC (K1-4) 30 menit/ps 30 menit/ps
2. Pertolongan Persalinan 600 menit/ps 600 menit/ps
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 60 menit/ps 60 menit/ps
1 Tugas Pokok
4. Yan. BBL (KN1-3) 60 menit/ps 60 menit/ps
5. Yan. Gadar Obs 60 menit/ps 60 menit/ps
6. Yan. Gadar Neot 60 menit/ps 60 menit/ps
Catatan: Uraian tugas pokok dan tugas penunjang didasarkan pada pedoman
atau ketentuan yang berlaku.
Tujuan :
Dihasilkannya SBK SDMK untuk setiap kegiatan pokok.
Data dan informasi dapat diperoleh dari:
a) Data WKT diperoleh dari Langkah 2
b) Data Norma Waktu atau Rata-rata Waktu setiap kegiatan pokok
diperoleh dari Langkah 3
Langkah-langkah perhitungan Standar Beban Kerja (SBK) sebagai
berikut:
a) Pengisian data Jenis tugas, Kegiatan, Norma Waktu, dan Waktu Kerja
Tersedia / WKT, diambil dari tabel 2 dan tabel 3.
b) Selanjutnya menghitung SBK → SBK = WKT : Norma Waktu (7) = (6)/(4)
Contoh:
Tabel 4 Menetapkan Standar Beban Kerja (SBK)
Norma
Satuan WKT SBK
NO Jenis Tugas Kegiatan Waktu
(mnt/Ps) menit (6)/(4)
(menit)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Yan. ANC (K1-4) 30 menit/ps 72000 2400
2. Pertolongan Persalinan 600 menit/ps 72000 120
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 60 menit/ps 72000 1200
I Tugas Pokok 4. Yan. BBL (KN1-3) 60 menit/ps 72000 1200
5. Yan. Gadar Obs 60 menit/ps 72000 1200
6. Yan. Gadar Neot 60 menit/ps 72000 1200
7. Yan. Bayi (1-4) 30 menit/ps 72000 2400
Contoh:
Tabel 5 Menetapkan Standar Tugas Penunjang (STP)
Rata- Waktu
WKT FTP
NO Jenis Tugas Kegiatan rata Satuan Keg
mnt/th %
waktu (mnt/th)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Mengikuti
720 mnt/th 720 72000 1
Tugas Seminar
2
Penunjang 2. Menjadi
60 mnt/bln 720 72000 1
anggota OP
Faktor Tugas Penunjang (FTP) dalam % 2.0
=(1/(1 –
Standar Tugas Penunjang (STP) 1.02
FTP/100))
Contoh:
Keterangan :
a) Jumlah kebutuhan SDMK tugas pokok (Bidan) = Jumlah kebutuhan
SDMK untuk melaksanakan seluruh kegiatan tugas pokok.
b) Jumlah kebutuhan SDMK seluruhnya = (Jumlah Kebutuhan SDMK
Tugas Pokok x STP), kemudian dilakukan pembulatan.
e) Bagi SDMK yang lain melaksanakan pekerjaannya secara normal, hal ini
akan berdampak pada kinerja yang optimal dan bermutu karena beban
kerja sesuai dengan kapasitas SDMK nya.
Dengan langkah-langkah yang sama dari metode ABK Kes juga dapat
digunakan untuk menghitung 1 (satu) jenis SDMK Puskesmas, misalnya
menghitung kebutuhan Bidan seluruh Puskesmas di sebuah kabupaten /
kota “X”. Tabel berikut adalah contoh hasil perhitungan kebutuhan Bidan
seluruh Puskesmas Kabupaten/kota “X”, sebagai berikut.
Contoh:
Tabel 8
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kebutuhan SDMK (Bidan)
di Kabupaten/Kota “X” Tahun 2019
Kebutuhan
Juml. SDMK SDMK Kesenjangan
No Puskesmas Keadaan
(Bidan) saat ini (Bidan) (6)=(4)-(5)
seharusnya
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
1 A 4 5 -1 Kurang
2 B 7 7 0 Sesuai
3 C 9 11 -2 kurang
4 D 8 7 +1 Lebih
5 E 16 16 0 Sesuai
6 F 10 8 +2 Lebih
7 G 7 9 -2 Kurang
8 H 5 6 -1 Kurang
9 I 15 14 +1 Lebih
Kab/Kota “X” 81 83 -2 Kurang
Melihat kondisi diatas, maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
semakin dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik. Hal ini tentu saja
tidak lepas dari peran SDM Puskesmas. SDM Puskesmas harus dikembangkan
agar bisa memenuhi tuntutan pelayanan serta menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi terkini.
b. Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN mengamanahkan bahwa
setiap ASN berhak untuk mendapatkan pengembangan kompetensi, dengan
jumlah minimal 20 jam setiap tahun untuk PNS (PP Nomor 11 tahun 2017
tentang Manajemen PNS) atau maksimal 24 jam per tahun untuk PPPK (PP
Nomor 49 tahun 2019 tentang PPPK), termasuk pegawai di Puskesmas.
c. Evaluasi
Evaluasi pengembangan kompetensi SDMK di Puskesmas dilakukan melalui
penilaian terhadap
1) kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan pengembangan
kompetensi,
2) kesesuaian antara pengembangan kompetensi dengan peningkatan
kinerja.
3) Evaluasi pasca pengembangan kompetensi dapat dilakukan 3-6 bulan
setelah kegiatan. Evaluasi juga dapat dilakukan melalui kegiatan uji
kompetensi secara berkala. Pelaksanaan uji kompetensi yang digunakan
sebagai dasar pengembangan kompetensi dan penyelenggaraan
manajemen karier dilakukan secara berkala setiap 2 (dua) tahun untuk
setiap pegawai. Untuk uji kompetensi Jabatan fungsional dilakukan
menyesuaikan kebutuhan kenaikan jenjang jabatan.
Dari organisasi di atas terlihat bahwa Puskesmas memiliki tugas yang cukup
banyak sehingga dibutuhkan suatu pengaturan/manajemen yang cukup baik.
Pembahasan mengenai pengorganisasian SDM tidak lepas dari manajemen yaitu
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Unsur-unsur manajemen terdiri dari: man, money, method, machines,
materials dan market.
Salah satu tugas pokok kepala puskesmas adalah mengatur pekerjaan staf yang
diperbantukan kepadanya. Kepala puskesmas harus mengerti visi dan
misi Puskesmas yang dipimpinnya dan mampu mengajak staf Puskesmas
menerjemahkan visi dan misi organisasi dalam rencana strategis puskesmas dan
rencana operasional masing–masing program. Seorang pimpinan puskesmas
harus menjabarkan secara operasional visi dan misi puskesmas ke dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan pelayanan
puskesmas.
Langkah-Langkah Pengorganisasian
Enam langkah penting dalam menyusun fungsi pengorganisasian yaitu:
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Mengelompokkan kegiatan pokok dalam suatu kegiatan yang praktis ke dalam
elemen kegiatan.
Terkait dengan kemampuan yang perlu dimiliki oleh kepala puskesmas maka
mereka harus mengetahui fungsi pengorganisasian dalam puskemas, yaitu
bagaimana
1) Mengatur orang–orang yang merupakan staf atau tim kerja di puskemas
2) Mengatur kegiatan yang harus dilaksanakan atau yang menjadi tanggung
jawab puskesmas. Jika diperhatikan tugas puskesmas sesuai dengan amanat
Permenkes 43 tahun 2019 sangatlah banyak, itu tugas utama selain itu
puskesmas acapkali mendapatkan tugas-tugas tambahan yang juga penting.
3) Mengadakan pembagian kerja (uraian tugas masing-masing staf). Pembagian
tugas menjadi penting karena tugas yang harus dikerjakan di puskesmas harus
ditentukan penanggung jawabnya artinya setiap tugas menjadi tanggung jawab
anggota puskesmas. Uraian tugas ini akan menyebabkan tenaga kesehatan
memahami perannya dalam pelaksanaan pelayanan di puskesmas sesuai
dengan visi dan misi puskesmas. Penelitian Handayani, Sopacua, Siswanto,
Ma’ruf & Widjiartini (2006) menyebutkan uraian tugas sebagai salah satu item
dalam kegiatan pembagian tugas di puskesmas selain jadwal kegiatan per
petugas dan penanggung jawab per kegiatan. Sedangkan pembagian tugas
adalah salah satu kegiatan dalam pelaksanaan dan pengendalian (P2)
manajemen puskesmas.
4) Menempatkan orang–orang dalam organisasi. Untuk penempatan tenaga yang
ada di puskesmas sesungguhnya tidaklah rumit apabila jenis dan jumlah
tenaga sesuai dengan kebutuhan namun kondisi nyata bahwa sangat langka
puskesmas yang memiliki tenaga sesuai dengan kebutuhan. Sesulit apapun
pembagian tugas pada staf di puskesmas hal penting yang harus diperhatikan
adalah menempatkan tenaga sesuai dengan kompetensinya
5) Menetapkan batasan–batasan wewenang. Seringkali pimpinan merasa tidak
perlu menetapkan batasan dalam pelaksanaan pekerjaan karena menganggap
mereka sudah paham akan hal tersebut namun kenyataannya hal tersebut
sering tidak sesuai dan pada organisasi seperti puskesmas yang memberikan
pelayanan kesehatan, batasan kewenangan mutlak hal yang harus
diperhatikan agar mutu layanan kesehatan dapat dijamin.
8 RANGKUMAN
Pengelolaan SDM di Puskesmas merupakan bagian yang saling terhubung mulai dari
perencanaan kebutuhan, pengembangan serta pengorganisasiannya. Perencanaan
SDM Kesehatan merupakan salah satu unsur utama yang menekankan pentingnya
upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi SDM Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan pembangunan kesehatan khususnya di wilayah kerja
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode standar ketenagaan minimal maupun melalui perhitungan
analisis beban kerja.
9 LAMPIRAN
PANDUAN DISKUSI KELOMPOK
Waktu : 45 menit
10 DAFTAR PUSTAKA
Sarana Prasarana
Alat
P E LAT I H A N
M A N AJ E M E N P U S K E S M A
S
I
Materi Pelatihan Inti 4b - Modul Sarana Prasarana Alat (SPA)
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
daerah terpencil, dan daerah perbatasan masih kurang dapat dilayani oleh tenaga
elektromedik yang memadai.
5. Kurangnya tenaga Pemeliharaan Alat Kesehatan di kabupaten/kota yang
memenuhi kriteria, yang akses langsung pada mutu pelayanan kesehatan,
khususnya di puskesmas
Masalah yang dapat kita kategorikan sebagai tantangan adalah berkaitan dengan
kebijakan FKTP yang mewajibkan seluruh falsilitas pelayanan khususnya
Puskesmas harus di akreditasi untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan.
Berbagai permasalahan yang dihadapi antara lain :
a. Belum tersedianya Sumberdaya manusia dalam pemeliharaan Alat Kesehatan
di Puskesmas.
b. Berbedanya persepsi para pelaku pembangunan kesehatan terhadap sarana,
prasana dan alat kesehatan.
c. Masih rendahnya ketersedian Alat Kesehatan sebagai penunjang pelayan
kesehatan yang berkualitas.
d. Masih terbatasnya kapasitas pengelolaan Alat kesehatan di daerah. Hal ini
ditunjukkan masih belum terpenuhi ketersediaan tenaga elektromedik di
fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten/kota, baik dari segi jumlah,
maupun segi profesionalisme.
Kerangka Konsep
MANAJEMEN SARANA, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN SESUAI STANDAR DALAM MENDUKUNG AKREDITASI PUSKESMAS
SARANA / BANGUNAN
M
PENILAIAN
MANAJEMEN / PENGELOLAAN
Gedung Keselamatan E
PERSYARATAN STANDAR
TEKNOLOGI
F PRASARANA N
APRIMER PERENCANAA N D
S Ventilasi Pencahayaan Kelistrikan Gas medis Sanitasi Komunikasi, dll U
Keandalan
PENGADAAN K
YRawat Inap U
A Non Rawat Inap PENERIMAA N
NKES N G
PELATIHAN Persyarata Mutu
n
Y
ALKES A
PENGOPERASIAN
N
Set Pem. Umum Set Gadar
K
Set Pem. Kes Ibu Set Pem. Kes Anak Set Obgyn PEMELIHARAA
N ES
Set Insersi & Ekstraksi AKDR Set Resusitasi Bayi Set Kes Gigi Keamanan
Set Promkes, dll Y
PENGUJIAN & A
KALIBRASI Laik Pakai N
G
PENGHAPUSAN
PEDOM AN
YANKES
a. Pengertian
1) Pedoman manajemen SPA Di Puskesmas
Pengelolaan peralatan medis ini adalah memberi acuan langkah dan
tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan peralatan medis dari mulai
perencanaan, pengadaan, instalasi dan penerimaan, penggunaan,
pemeliharaan dan penghapusan.
2) Penilaian Teknologi
Analisa untuk menentukan jenis dan teknologi peralatan medis yang dipilih
di antara beberapa pilihan teknologi peralatan medis untuk memenuhi
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Pemeliharaan
Suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menjaga peralatan medis
bermutu, aman dan laik pakai.
4) Penghapusan
Tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan
menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang dan atau
Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang
berada dalam penguasaannya.
5) Pengujian
Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran satu
atau lebih sifat, karakteristik dari suatu produk, proses, output untuk
membandingkan hasil pengujian dari alat ukur dengan standar untuk
satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurnya atau
menentukan besaran atau kesalahan pengukuran.
6) Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara besaran yang ditunjukkan
oleh suatu alat ukur atau sistim pengukuran atau besaran yang diabadikan
pada suatu bahan ukur dengan besaran yang sebenarnya dari besaran
yang diukur.
9) Uji Coba
Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat dengan
beban sebenarnya (misalnya pasien), setelah uji fungsi dilakukan dengan
hasil baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih, untuk
membiasakan penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu
tertentu atau berdasarkan jumlah pemakaian.
10)Uji Fungsi
Pengujian alat kesehatan secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian
alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban
sebenarnya, sehingga dapat diketahui kinerja dan kemampuan alat dalam
hal fungsi komponen dan keluaran. Uji fungsi dilaksanakan sebelum alat
diterima oleh Panitia Penerima Barang.
11)Uji Keselamatan
Uji keselamatan adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan terhadap
produk untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan
sebagai akibat penggunaan produk tersebut.
12)Recall
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada suatu alat
kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang
ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat
ditentukan apakah produk tersebut akan diperbaiki atau di musnahkan.
13)Izin Produksi
Izin untuk melakukan kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, dan/atau mengubah bentuk alat kesehatan.
14)Izin Edar
Izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan, yang
akan diimport, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik
Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu, keamanan dan
kemanfaatan.
15)Izin Distribusi/Penyalur
Izin untuk melakukan kegiatan distribusi dan pengendalian mutu yang
bertujuan untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang didistribusikan
senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai tujuan
penggunaannya.
16)Alat Kesehatan
Adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan
pada manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
17)Peralatan Medik
Adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan diagnosa, terapi,
rehabilitasi dan penelitian medik baik secara langsung maupun tidak
langsung.
18)Puskesmas
Adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
19)Bangunan Puskesmas
Adalah Gedung yang di gunakan untuk pelayanan kesehatan primer
20)Ruang
Adalah sekumpulan ruangan pelayanan
21)Ruangan
Adalah ruangan terletak di dalam ruang
22)Alat Kesehatan
Adalah Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan untuk inventarisasi
data sarana, prasarana dan alat kesehatan yang ada di Rumah Sakit dan
Puskesmas.
23)Pengoperasian
Adalah langkah-langkah yang dilakukan agar alat dapat difungsikan
dengan benar sesuai dengan prosedur, dengan pengoperasian alat medis
yang benar, maka diharapkan dapat memperpanjang umur peralatan dan
mengurangi tingkat kerusakan
24)Pemantauan
Adalah kegiatan untuk memastikan bahwa peralatan medik yang ada
dalam kondisi laik dan siap pakaiperawatan serta puskesmas di wilayah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan seperti di bawah ini.
1.Data pemanfaatan
2.Kapasitas alat sesuai spesifikasi.
Pada Puskesmas yang telah operasional pemenuhan standar
dibutuhkan data inventarisasi peralatan tiap unit pelayanan
seperti IGD, Pelayanan Ibu dan anak (GKIA), Pelayanan Umum
dan Rawat Inap jika tersedia, dan unit pelayanan lainnya.
h) Penganggaran
Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian atau
pengembangan, pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan Alat
Kesehatan. Untuk puskesmas, anggaran bisa bersumber dari:
Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP)
Pendapatan Puskesmas (BLU)
DAK dan BOK (APBN).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Anggaran lain sumber (bantuan hibah, bantuan sponsor).
Seluruh sumber anggaran di atas, untuk memenuhi kebutuhan
pemenuhan dan penggantian peralatan dalam pelayanan kesehatan
harus masuk di dalam perencanaan atau RAB (rencana anggaran
belanja) Puskesmas setiap tahunnya
i) Prioritas Pemenuhan Kebutuhan
Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan Pelayanan Kesehatan
dapat direalisasikan semuanya, keterbatasan anggaran menjadi
kendala dalam pemenuhan tersebut dikarenakan pendapatan
kemampuan dana yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan
kepada peralatan medis prioritas yang disesuaikan dengan kriteria
pada setiap Puskesmas diantaranya adalah sebagai berikut:
Tingkat utilitas
Merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian Alat Kesehatan
pada pelayanan. Hal ini terkait dengan terhadap banyaknya
kebutuhan peralatan tersebut sehingga akan berpengaruh pada
tingkat pelayanan dan penghasilan Puskesmas
Pemenuhan Pelayanan
Pemenuhan pelayanan kesehatan di puskesmas harus di
pertimbangkan dengan Permenkes 75 tahun 2015
Pengembangan Pelayanan
Pengembangan pelayan di Puskesmas dari non rawat nginap
menjadi rawat nginap
1 2 3 4 5
DST
KONDISI
NO JENIS ALAT JUMLAH KEBUTUHAN KEKURANGAN
R RINGAN R SEDANG R BERAT
1 2 3 4 5 6 7 8
1
DST
KAPASITAS LAYANAN
JENIS KEBUTUHAN
NO JUMLAH KEKURANGAN
ALAT ALAT JUMLAH LAYANAN
1 2 3 4 5 6 7
DST
Selain itu, dalam ASPAK memuat juga keterangan mengenai kondisi dari
ketersediaan SPA apakah dalam kondisi berfungsi baik atau mungkin rusak.
Keterangan mengenai usia dari SPA yang ada dapat juga dijadikan dasar
untuk pengajuan perencanaan seperti kondisi bangunan, kondisi prasarana
ambulan atau puskesmas keliling yang sudah tua (berusia lebih dari 10 tahun).
Demikian juga untuk kondisi alat kesehatan yang sudah memiliki waktu pakai
lama dapat diusulkan dalam perencanaan.
Gambar
1 Menyusun daftar x X x x x x x X x X x X
inventaris
sarana,prasarana dan
alat kesehatan
2 Perencanaan X x X
pemeliharaan sarana,
prasaran dan alat
kesehaan
3 Pelaksanaan kegiatan x X x x x x x X x X x X
pemeliharaan SPA
4 Menyusun laporan x x x X
dan evaluasi
pemeliharaan
5 Monitoring dan x X x x x x x X x X x X
evaluasi kegiatan
pemeliharaan
c. Kegiatan Pemeliharaan
1) Persiapan Operasional
Langkah-langkah yang dilakukan terhadap suatu Alat Kesehatan sebelum
digunakan untuk tidakan pelayanan, dengan mempersiapakan assesori,
maupun bahan operasional agar alat siap dioperasikan. Persiapan ini
dilakukan sebelum alat dihubungkan dengan catu daya.
2) Pemanasan
Langkah-langkah yang dilakukan oleh pengguna terhadap Alat Kesehatan,
sebelum melakukan pelayanan.
a) Menghubungkan Alat dengan catu daya
b) Memberikan waktu yang cukup agar komponen Alat yang perlu aliran
listrik/pemanasan terpenuhi
c) Melakukan pengecekan fungsi tombol, selector, indikator, alarm, system
pergerakan dan pengereman.
d) Pelaksanaan
e) Langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap alat selama melakukan
pelayanan, agar tercapai hasil yang optimal. Tata cara pengoperasian
yang harus tersedia pada setiap Alat Kesehatan dan dipahami dengan
baik oleh pengguna alat.
3) Pengemasan dan penyimpanan
a) Langkah-langkah ini dilakukan terhadap Alat Kesehatan setelah selesai
melakukan pelayanan, agar Alat Kesehatan selalu siap untuk
pelayanan.
b) Pengguna alat harus wajib mencatat beban kerja alat setiap hari
pemakaian.
c) Dokumentasikan oleh penanggung jawab Alat Kesehatan
Penggunaan peralatan kesehatan yang baik dan benar menjadi bagian dan
salah satu dari unsur pemeliharaan kesehatan. Pentingnya suatu petunjuk
operasional/penggunaan sangat membantu pengguna (user) dalam
menggunakan peralatan kesehatan tersebut. Karena tidak selamanya tenaga
kesehatan yang sudah terampil akan tetap atau selalu yang akan
menggunakan alat tersebut, mutasi ataupun rotasi sering terjadi didalam suatu
pelayanan kesehatan. Sehingga sangat dibutuhkan bagi mereka yang belum
berpengalaman dalam menggunakan peralatan tersebut bila sudah tertulis tata
cara ataupun Standar Operasional Prosedur (SOP)nya. Sehingga kerusakan
alat kesehatan karena salahnya penggunaan dapat diminimalisir. Terlampir
beberapa cara penggunaan peralatan kesehatan di Puskesmas yang baik dan
benar.
f. Penyimpanan
Selain hal tersebut penyimpanan peralatan kesehatan yang baik dan benar
menjadi salah satu bagian dalam pelaksanaan suatu pemeliharaan. Hal ini
disebabkan karena salah atau kurang tepatnya cara ataupun tempat
h. Perbaikan
Petugas puskesmas mengindentifikasi peralatan kesehatan yang rusak dicatat
dalam buku bantu.
Tindakan puskesmas terhadap alat yang rusak adalah:
1) Alat yang masih dapat diperbaiki
Apabila alat yang rusak masih dapat diperbaiki,
dipertimbangkan apakah :
Alat dapat diperbaiki oleh puskesmas.
Kerusakan ringan untuk alat – alat tertentu dapat diperbaiki oleh
puskesmas dengan system swakelola sesuai aturan yang berlaku
Alat tidak dapat diperbaiki oleh
puskesmas. Alat tersebut dapat dibedakan:
a) Alat kecil (Portable):
Puskesmas mengirim alat tersebut ke dinas kesehatan
kabupaten/kota, dengan surat pengantar permintaan bantuan
perbaikan. Apabila sudah diperbaiki, alat tersebut dikembalikan
kembali ke puskesmas.
b) Alat besar :
Untuk alat yang besar, seperti kursi gigi (dental unit), meja operasi,
dan lain-lain, yang sulit dibawa ke kabupaten, puskesmas dapat
langsung menghubungi atau mengirim surat ke dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk meminta bantuan teknisi datang ke
puskesmas memperbaiki alat tersebut.
Alat rusak berat yang tidak bisa diperbaiki
Apabila ada alat yang rusak dan tidak dapat diperbaiki(pernyataan dari
teknisi) maka puskesmas melakukan pencatatan kedalam buku bantu
alat yang rusak (contoh form terlampir). Tindakan selanjutnya membuat
laporan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
D. Pengadaan
Pengadaan peralatan kesehatan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pemenuhan dan ketersediaan peralatan kesehatan di Puskesmas harus
a. Penyiapan Spesifikasi
Spesifikasi peralatan kesehatan disusun memperhatikan kebutuhan
pelayanan kesehatan di puskesmas dan kesesuaian/perkembangan
teknologi. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Ijin edar
2) Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan)
3) Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas)
4) Ketersediaan suku cadang
5) Biaya operasional (listrik, bahan habis pakai)
6) Kebutuhan pra-instalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus, perpipaan dan
komponen pengaman/keselamatan)
7) Dan lain-lain.
c. Penyusunan HPS
Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE)
didasarkan pada data harga pasar setempat yang diperoleh berdasarkan hasil
survei menjelang dilaksanakannya pengadaan, dan untuk selanjutnya dapat
mengikuti peraturan yang berlaku tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.
E. Penerimaan
Fungsi penerimaan peralatan kesehatan di puskesmas adalah menerima peralatan
yang menyangkut aspek-aspek pemeriksaan agar berfungsi dengan baik sebelum
digunakan dalam rangka menjamin tersedianya peralatan kesehatan yang
bermutu, aman dan laik pakai serta diadministrasikan dengan baik dan benar.
a. Penerimaan dan pemeriksaan
Suatu rangkaian kegiatan dalam menerima peralatan puskesmas dari
penyedia barang, pengadaan sendiri, Pemerintah Pusat, Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan pihak lainnya. Alat yang
diterima harus diperiksa kelengkapannya baik jenis, jumlah dan kondisinya
serta sesuai dengan dokumen yang menyertainya (spesifikasi).
1) Lingkup Inventori
Untuk pengelolaan alat kesehatan tidaklah harus semua dimasukan ke
dalam inventori, tetapi sebaiknya dilakukan pembatasan/prioritas item-item
Peralatan Medis yang akan dilakukan inventarisasi. Prioritas tersebut dapat
dilakukan dengan cara berdasarkan nilai investasialat kesehatan, usia
teknis, berdasarkan risiko atau kombinasi dari kriteria tersebut.
a) Nilai investasi
Prioritas ini memperhitungkan alat kesehatan yang akan dilakukan
inventarisasi berdasarkan harga pada saat pembeliaan yaitu dengan
harga diatas Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah).
b) Usia teknis
Inventori pada prinsipnya adalah menginventarsasi data peralatan
untuk digunakan dalam janka waktu yang lama. Dengan alat usia
teknis sangat singkat (kurang dari satu tahun) sebaiknya tidak perlu
dilakukan inventarsasi.
c) Berdasarkan risiko
SPA dalam hal penggunaanya dapat dikelompokan berdasarkan
risiko yang dapat ditimbulkan yaitu risiko tinggi/high risk, resiko
sedang/medium risk dan risiko rendah/low risk. Inventori dapat
dilakukan dengan memprioritaskan minimal SPA yang memiliki risiko
sedang dan tinggi.
2) Data Inventori
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan mungkin memiliki kebutuhan inventori
yang berbeda-beda. Tabel 6.1 berikut ini menjelaskan minimum data yang
perlu dimasukan dalam menginventarisasi peralatan medis.
No Item Keterangan
Nomor, dapat menggunakan kode inventaris,
1 Kode tetapi disarankan memiliki kode tersendiri agar
lebih memudahkan dalam inventarisasi
2 Merek/Tipe Merek dan tipe dari SPA
Nama Pabrikan atau distributor yang
3 Pabrikan/Distributor mengageni peralatan tersebut, termasuk
alamat, email dan kontak person
Kode unik setiap item peralatan (dikeluarkan
4 Serial Number oleh pabrikan), pada umunya tertera pada
peralatan
Tempat peralatan tersebut digunakan di
5 Lokasi
pelayanan
Kode Inventori
Jenis Peralatan
Pabrikan
Kebutuhan Daya
Kondisi Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat
Tidak digunakan
Petunjuk Pemeliharaan
Dokumen lain
Lokasi
Peralatan
Keterangan
b. Laporan SPA
Setelah Penyelenggaraan kegiatan Kepala Puskesmas, maka tim dari
Kementerian Keasehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi akan melakukan
Assessment dalam keberadaan pelayanan pemeliharaan SPA, keberadaan
inventaris SPA dengan menggunakan Tools Assessment sebagai berikut:
1. Laporan Pemeliharaan Alat Kesehatan
Kondisi Kelengkapan
No Nama Alat SPO Jumlah
Baik Rusak Pemeliharaan
Pemakaian
1 Timbangan bayi
2 Lampu periksaa
Alat pengukur panjang
3
Bayidan Tinggi Anak
4 Stetoskop neonates
5 Stetoskop pediatric
6 Laringoskop neonates
7 Laringoskop bayi dan balita
8 Tensimeter anak
9 Termometer klinik
10 Breast pump
Flowmeter neonatus (low
11
flow)
12 Flowmeter anak (high flow)
13 Oxigen Concentrator
14 Baby Suction pump Portable
Infant T piece resuscitator
15
dengan PEEP
16 Infant piece system
CPAP (continous Positive
17
Airways Pressure)
18 Oksigen + udara kompres set
19 Blander
Resusitator bayi (balon
20
mengembang sendiri)
21 Infant incubator
22 Incubator transport
23 Infant Warmer sederhana
24 Infant Warmer lengkap
25 Terapi sinar (Fototherapy)
26 Elektrocardiograph
27 Nebuliyzer
Pulse Oxymeter dengan
28
sensor untuk neonatus/bayi
29 Syringe Pump
30 Infuse Pump
31 Bedside Monitor
32 Kompresor udara medis
33 Resisutasi, kit
34 Sterilisator
35 Vaccine Refrigerator
36 Vaccine carrier
37 Glucotest
38 Alat Lab darah rutin
39 Alat Analisa gas darah
40 Rapid test untuk malaria
41 Kulkas obat
Ultrasonography (USG)
42 neonatus dan pediatrik 8 X-
ray
42 Resusitasi kit
43 Maneqin set (boneka Bayi)
44 Injection training kit -
45 Dll
G. Aplikasi ASPAK
ASPAK merupakan aplikasi web based sistem informasi data sarana, prasarana
dan peralatan kesehatan secara on-line. Dengan ASPAK dimungkin sarana
pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit milik pemerintah dapat menyimpan
data SPA secara langsung di server ASPAK sehingga monitoring data peralatan
kesehatan dapat dengan cepat dilakukan. Salah satu prasarana yang dibutuhkan
agar dapat mengakses ASPAK adalah ketersediaan jaringan internet yang baik.
ASPAK dapat diakses secara lagsung di alamat www.aspak.buk.depkes.go.id atau
melalui situs www.buk.depkes.go.id.
ASPAK berisikan beberapa data yang harus diisi oleh puskesmas melalui fiture
data utama yaitu:
1. Data umum, mencakup data umum sarana pelayanan kesehatan yaitu alamat,
telp, propinsi, kabupaten/kota, jenis puskesmas, status akreditasi, dll.
2. Data Gedung, mencakup luas, tahun pendirian, tahun renovasi, perizinan(IMB,
IPB/SLF/SLO), dll.
3. Data Sarana, mencakup data dan kondisi gedung berdasarkan pelayanan
kesehatan yang dilayani.
4. Data Prasarana, mencakup data prasarana pelayanan kesehatan seperti data
pengelolaan limbah, sumber listrik, air, dll.
5. Data peralatan kesehatan, mencakup nama alat, merk, type, no. seri, harga,
kondisi peralatan kesehatan, distributor, dll.
6. Sumber Daya Manusia, mencakup nama, tanggal dan tahun lahir, pendidikan,
job description, dll.
7. Survey Pertanyaan yang berisikan instrument penilaian terhadap organisasi
dan pengelolaan peralatan kesehatan.
8. Laporan Lainnya untuk menuliskan sesuatu kejadian yang tidak diinginkan
seperti kegagalan suatu alat kesehatan ataupun kurang memadainya peralatan
kesehatan sehingga mengganggu pelayanan kesehatan.
Untuk mengakses ASPAK memerlukan username serta password yang
dibedakan berdasarakan fungsi institusi tersebut yang disediakan oleh
Kementerian Kesehatan. ASPAK dapat diakses oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota, Rumah Sakit, BPFK dan Puskesmas yang kesemuanya harus
memiliki account yang saat ini disediakan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan ataupun Direktorat terkait.
Pada pedoman ini hanya akan menjelaskan tugas dan fungsi dari Dinas
Kesehatan serta Puskesmas saja didalam melaksanakan ASPAK dan untuk detil
bagaimana cara penginputan ASPAK dapat mengacu pada buku Petunjuk Teknis
Cara Pengisian ASPAK(Manual Book) yang dapat didownload melalui link di
bawah ini :
http://aspak.buk.depkes.go.id/beranda/wp-
content/uploads/downloads/2014/05/Manual -Aspak-user-New.pdf atau klik
beranda pada ASPAK lalu klik halaman download yang ada pada beranda
tersebut.
ASPAK saat ini telah diintegrasikan dengan usulan perencanaan elektronik(E-
Planning) dan menjadi salah satu syarat agar dapat mengusulkan perencanaan
kebutuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan pada pelayanan kesehatan
yang aplikasikan kedalam Sistem Informasi Perencanaan dan
Monitoring(SIPERMON). Ada hal yang harus dipegang oleh Dinas Kesehatan
maupun Puskesmas bahwa :
Kewajiban satker dilaksanakan dulu (update data dan mengirim
laporan), selanjutnya menggunakan hak-nya (mengirim usulan
kegiatan/anggaran)
Sehingga diharapkan kebutuhan semua pihak dapat terpenuhi dan tidak salah
dalam mengambil suatu kebijakan ataupun keputusan.
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan propinsi ataupun kabupaten/kota memiliki username yang
berbeda dengan puskesmas, yang bertujuan untuk melihat kondisi serta
memetakan fasyankes diwilayahnya dan tidak dapat melakukan penginputan
ataupun perubahan data yang ada di fasyankesnya.
Tugas dan fungsi dinas kesehatan didalam ASPAK adalah:
1. Memonitoring dan mengevaluasi proses penginputan ASPAK oleh fasyankes
di wilayahnya.
2. Mendorong dan menghibau agar fasyankes untuk menginput ASPAK sesuai
dengan kondisi yang ada.
3. Memvalidasi data ASPAK.
4. Memetakan pelayanan kesehatan di fasyankes dengan melihat kondisi
sarana, prasarana dan alat kesehatan serta SDM yang ada.
5. Menganalisa akan kebutuhan pelayanan kesehatan khususnya sarana,
prasana dan alat kesehatan serta SDM di fasyankes agar sesuai dengan
standard an kebutuhan masyarakat khususnya.
Puskesmas
Puskesmas sebagai pengguna barang berperan penting sebagai ujung tombak
didalam memanfaatkan serta mengisi ASPAK. Beberapa Tugas dan fungsi
Puskesmas dalam penggunaan ASPAK adalah :
1. Menginput ataupun mengisi seluruh data yang ada di ASPAK.
8 REFERENSI
5. Dr Soebekti, MPH, Proyek Kesehatan III Provinsi NTB dan Kaltim: Laporan
Sistem Pengelolaan Alat Medis Puskesmas. Departemen Kesehatan, Jakarta
1993-1995.
9 LAMPIRAN
Waktu : 45 menit
PE L AT I H A N
M AN AJ E M E N P U S K E S M AS
Materi Pelatihan Inti 4c - Modul Obat dan BMHP
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
7c MATERI POKOK 3
PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI
DI PUSKESMAS
periode.
7) LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat tingkat
puskesmas dan digunakan sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara
tepat. Perhitungan kebutuhan obat untuk satu periode dapat dilakukan dengan
menggunakan metode konsumsi dan atau metode morbiditas.
Evaluasi Perencanaan
Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan meliputi:
1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan. Dilakukan penilaian
kesesuaian antara RKO dengan realisasi. Sumber data berasal dari
rumah sakit, LKPP dan pemasok.
2) Masalah dalam ketersediaan yang terkait dengan perencanaan. Dilakukan
dengan cek silang data dari fasyankes dengan data di pemasok.
b. Pengadaan Obat
Pengadaan obat di puskesmas, dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pengadaan
mandiri (pembelian).
1) Permintaan
Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan di Puskesmas harus sesuai
dengan Formularium Nasional (FORNAS), Formularium Kabupaten/Kota
dan Formularium Puskesmas. Permintaan obat puskesmas diajukan oleh
kepala puskesmas kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan menggunakan format LPLPO. Permintaan obat dari sub unit ke
kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub
unit.
2) Pengadaan Mandiri
Pengadaan obat secara mandiri oleh Puskesmas dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas dapat melakukan
pembelian obat ke distributor. Dalam hal terjadi kekosongan persediaan
dan kelangkaan di fasilitas distribusi, Puskesmas dapat melakukan
pembelian obat ke apotek. Pembelian dapat dilakukan dengan dua
mekanisme :
a) Puskesmas dapat membeli obat hanya untuk memenuhi kebutuhan
obat yang diresepkan dokter.
b) Jika letak puskesmas jauh dari apotek, puskesmas dapat
menggunakan SP (Surat Pemesanan), dimana obat yang tidak
tersedia di fasilitas distribusi dapat dibeli sebelumnya, sesuai dengan
stok yang dibutuhkan.
tentang “kejadian yang tidak diharapkan” (adverse event) atau “kejadian nyaris
cedera” (near miss). Referensi yang dapat dijadikan acuan antara lain daftar
yang diterbitkan oleh ISMP (Institute for Safe Medication Practice). Puskesmas
harus mengkaji secara seksama obat-obat yang berisiko tinggi tersebut
sebelum ditetapkan sebagai obat high alert di Puskesmas.
Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah dijangkau dan tidak harus terkunci.
Disarankan pemberian label high alert diberikan pada gudang atau lemari obat
untuk menghindari kesalahan (penempelan stiker High Alert pada satuan
terkecil).
Gambar 2. Contoh obat LASA disimpan tidak berdekatan dan Diberi label “LASA”
Gambar 3. Tas emergensi dan kit emergensi dilengkapi kunci pengaman disposable
c. Konseling
Konseling obat merupakan salah satu metode edukasi pengobatan secara
tatap muka atau wawancara dengan pasien dan/atau keluarganya yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien yang
membuat terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat.
2) Obat
Jenis Obat dengan risiko tinggi seperti:
- Obat dengan indeks terapi sempit (contoh: digoksin, fenitoin)
- Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: antiretroviral) dan hepatotoksik
(contoh: Obat Anti Tuberkolosis/OAT)
- Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metoklopramid, AINS)
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1) Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja); dan
2) memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
8 REFERENSI
9 LAMPIRAN
Hasil :
1. Hasil diskusi dipresentasikan.
2. Hasil diskusi kelompok dapat direvisi/dilengkapi sesuai notulen presentasi diskusi
kasus (bila diperlukan).