Anda di halaman 1dari 27

MI 6.

Modul Manajemen Mutu


PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

MI 6
MANAJEMEN MUTU

i Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... i


1 : DESKRIPSI SINGKAT ........................................................... 1
2 : TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................. 2
3 : POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN ...................... 2
4 : BAHAN AJAR ........................................................................ 3
5 : LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ............................. 3
6 : URAIAN MATERI .................................................................. 4
Pokok Bahasan 1 : Implementasi Konsep Mutu di 4
Puskesmas

Pokok Bahasan 2 : Perbaikan Mutu berkesinambungan di 8


Puskesmas

Pokok Bahasan 3 : Keselamatan Pasien di Puskeasa 10


7 : RANGKUMAN ........................................................................ 24
8 : DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 25

ii Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

1 DESKRIPSI
SINGKAT
Untuk meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat oleh Puskesmas,
telah dilakukan berbagai upaya peningkatan mutu dan kinerja antara lain dengan
pembakuan dan pengembangan sistem manajemen mutu dan upaya perbaikan
kinerja yang berkesinambungan baik dalam pelayanan klinis, manajemen, dan
penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan di Puskesmas, yang sudah mulai
dikembangkan sejak 25 tahun yang lalu.

Dengan adanya UU Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dan UU 29


tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, maka semakin mendorong Puskesmas
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara merata dan bermutu.
Untuk menjamin agar terselenggaranya pelayanan publik di bidang kesehatan yang
merata maka pemerintah telah menerapkan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang
SJSN, yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
bidang kesehatan berdasarkan UU no 24 tahun 2011.

Untuk menjamin mutu penyelenggaraan pelayanan tersebut, maka pemerintah


telah mengeluarkan Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi FKTP.
Melalui akreditasi FKTP ini diharapkan adanya proses perbaikan dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan berkesinambungan di FKTP. Penyelenggaraan
akreditasi ini dilaksanakan oleh badan independen yang saat ini dilaksanakan oleh
Komisi Akreditasi FKTP.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 pasal 39 ayat (1) mewajibkan
Puskesmas untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali
Akreditasi juga merupakan salah satu persyaratan kredensial fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS, sebagaimana diatur
dalam pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya telah
direvisi dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 tahun 2015 pasal 41

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien


mengamanatkan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

1 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

semua fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan tindakan yang responsif


dan komprehensif terkait kejadian yang tidak diinginkan di fasilitas pelayanan
kesehatan.

TUJUAN
2
TUJUAN Pembelajaran
PEMBELAJARAN UMUM

Tujuan pembelajaran umum materi ini adalah:

Setelah mempelajari materi ini peserta mampu menerapkan tentang Konsep


manajemen mutu dan implementasi perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di puskesmas secara berkesinambungan, menerapkan langkah-langkah
akreditasi Puskesmas dan keselamatan pasien di Puskesmas.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari materi ini peserta mampu menerapkan:


1. Implementasi Konsep Mutu di Puskesmas
2. Perbaikan Mutu Berkesinambungan di Puskesmas
3. Konsep Keselamatan Pasien di Puskesmas
4. Mutu dan Keselamatan Pasien dalam standar Akreditasi Puskesmas

POKOK BAHASAN
3 & Sub Pokok Bahasan
Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
1. Implementasi Konsep Mutu di Puskesmas
2. Perbaikan Mutu Berkesinambungan di Puskesmas
3. Konsep dan Implementasi Keselamatan Pasien di Puskesmas
3.1 Definisi
3.2 Penyelenggaraan Keselamatan Pasien
a) Standar keselamatan pasien

2 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

b) Tujuh langkah keselamatan pasien


c) Sasaran keselamatan pasien
3.3 Insiden Keselamatan Pasien
3.4 Pelaporan Insiden
4. Mutu dan Keselamatan Pasien dalam standar Akreditasi Puskesmas

4 BAHAN AJAR

A. Mutu Pelayanan Kesehatan;


B. Standar Akreditasi Puskesmas;
C. Pedoman Keselamatan Pasien di FKTP

LANGKAH
5 PEMBELAJARAN
KEGIATAN
Langkah 1: Pengkondisian (5 menit)

 Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat serta memperkenalkan


diri (apabila belum diperkenalkan). Kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran, sebaiknya menggunakan bahan tayangan.

 Melakukan curah pendapat tentang materi yang akan dibahas.

Langkah 2: Menjelaskan materi tentang Implementasi Konsep Mutu di


Puskesmas (20 menit)

Fasilitator menyampaikan paparan tentang implementasi konsep mutu pelayanan


di Puskesmas

Langkah 3: Menjelaskan materi tentang Perbaikan Mutu


Berkesinambungan di Puskesmas (15 menit)
Fasilitator menyampaikan paparan tentang perbaikan mutu berkesinambungan di
Puskesmas

3 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

Langkah 4: Menjelaskan materi tentang Konsep dan Implementasi


Keselamatan Pasien di Puskesmas (25 menit)
Fasilitator menyampaikan paparan tentang konsep dan implementasi keselamatan
pasien di Puskesmas

Langkah 5 : Menjelaskan materi Mutu dan Keselamatan Pasien dalam Standar


Akreditasi Puskesmas (20 menit)
Fasilitator menyampaikan paparan tentang mutu dan keselamatan pasien dalam
standar akreditasi Puskesmas

Langkah 6 : Penutup (5 menit)


Refleksi dan rangkuman Fasilitator merangkum atau pembulatan tentang
pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi,
dilanjutkan memberikan apresiasi atas partisipasi aktif peserta.

URAIAN
6 MATERI
POKOK BAHASAN 1
A. Implementasi Konsep Mutu di Puskesmas

Peningkatan mutu penyelenggaraan pelayanan secara berkesinambungan di


Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan hasil/keluaran/output dengan
memperbaiki kapasitas organisasi secara menyeluruh, dan menurunkan atau
mengendalikan variabilitas yang terdapat dalam proses untuk mencapai
hasil/keluaran/output yang diinginkan secara konsisten. Peningkatan mutu
pelayaan secara berkesinambungan (CQI) lebih berfokus pada perbaikan proses
dimana orang bekerja dan tidak hanya perbaikan kekurangan pada individu yang
bekerja, mengakui peran pelanggan internal dan eksternal serta berbasis pada
data dalam menganalisis dan memperbaiki proses. Upaya peningkatan mutu
berkesinambungan merupakan jawaban atas segala perubahan dan tantangan
yang dihadapi organisasi pelayanan kesehatan.

4 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

Dalam penerapan mutu penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas, yang


berperan secara aktif bukan hanya manajemen dan stafnya semata, melainkan
juga seluruh pelaksana upaya-upaya kesehatan dalam satu kesatuan organisasi
pelayanan. Dalam konteks Puskesmas sebagai satu kesatuan organisasi
pelayanan kesehatan maka penerapan sistem manajemen mutu
penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan di Puskesmas terimplementasi dalam
tahapan Perencanaan (P1), Penggerakan dan Pelaksanaan (P2), Pengawasan,
Pengendalian dan Penilaian Kinerja (P3) dengan pendekatan Total Quality
Management (TQM) dalam rangka mewujudkan efektifitas dan efisiensi proses
penyelenggaraannya. Tahapan P1, P2 dan P3 dalam rangka implementasi
sistem manajemen mutu di Puskesmas dapat dijelaskan sebagai berikut :

TAHAPAN OUTPUT KEGIATAN


P1 (perencanaan)  Adanya penggalangan komitmen manajemen dan semua staf
 Adanya kebijakan mutu Puskesmas
 Adanya tim mutu dan uraian tugas tim mutu di Puskesmas
 Adanya Penyusunan pedoman/manual mutu
 Adanya rencana/program kerja peningkatan mutu yang disertai
dengan indikator mutu berdasarkan data yang diperoleh dari
assessment
 Adanya sumber daya (SPA) yang dialokasikan berkaitan dengan
peningkatan mutu
P2 (pelaksanaan  Adanya pertemuan tim mutu yang rutin dilaksanakan dalam rangka
dan penggerakan) proses pemantauan dan evaluasi keberhasilan pencapaian indikator
mutu
 Adanya kegiatan identifikasi dan prioritas masalah terkait dengan
peningkatan mutu layanan kesehatan di FKTP, Adanya rencana
upaya pengendalian dan peningkatan mutu di FKTP setiap bulan
 Terlaksananya upaya pengendalian dan peningkatan mutu di FKTP
setiap bulan
 Adanya rumusan alternatif penyelesaian masalah terkait peningkatan
mutu

P3 (pengawasan,  Adanya pelaksanaan rapat tinjauan manajemen dan audit internal


pengendalian dan  Adanya hasil evaluasi pencapaian tingkat akses (seberapa jauh
penilaian kinerja) jumlah target sasaran dapat dijangkau atau menjangkau) dan tindak
lanjutnya

5 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

 Adanya hasil evaluasi pencapaian tingkat upaya (tercapainya target


UKM dan UKP) dan tindak lanjutnya
 Adanya hasil analisis dan tindak lanjut terhadap capaian indikator
mutu
 Terlaksananya prinsip efektif dan efisien dalam penyelenggaraan
upaya dengan tidak terjadinya kehilangan peluang (missed
opportunity) dalam penyelenggaraan pelayanan Puskesmas
 Peningkatan kepuasan pelanggan internal
 Peningkatan kepuasan pelanggan eksternal

Kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk dapat mencapai output pada tahapan di
atas yaitu:

1. Membangun Komitmen

Seluruh jajaran manajemen dan staf pelaksana upaya-upaya kesehatan,


membangun satu kesepakatan bersama atas keputusan tentang
kebijakan mutu, dan melaksanakan peraturan-peraturan yang ditetapkan
Kepala Puskesmas secara tertulis dan selanjutnya didokumentasikan
dengan baik.
2. Penyusunan Kebijakan Mutu:

a. Kepala Puskesmas menyusun kebijakan-kebijakan tentang mutu


penyelenggaran upaya-upaya puskesmas (UKM dan UKP) serta
administrasi dan manajemen, termasuk manajemen sumber daya
b. Kepala Puskesmas menyusun peraturan-peraturan dalam
implementasi kebijakan yang harus dilaksanakan oleh seluruh
penyelenggara upaya-upaya kesehatan dan manajemen secara
terkoordinasi.

3. Pembentukan Tim Mutu dan Uraian Tugas Tim Mutu

Dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan dan manajemen yang


bermutu diperlukan adanya Tim Mutu yang bertanggung-jawab atas
Implementasi kebijakan-kebijakan mutu di Puskesmas. Untuk hal
tersebut, maka Kepala Puskesmas akan membentuk Tim Mutu yang
terdiri atas ketua, sekretaris, dan koordinator mutu administrasi
manajemen, UKM dan UKP.

6 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

Sesuai dengan uraian tugas dan tanggung-jawabnya, Tim Mutu akan


memberikan arahan dan pemahaman tentang mutu, menjelaskan
rencana program mutu yang akan dilaksanakan, memberikan petunjuk
bagaimana rencana program mutu diimplementasikan pada bidang
tugasnya masing-masing dengan memperhatikan keterpaduannya satu
dengan yang lain. Dalam melaksanakan tugas tersebut, masing-masing
pelaksana bertanggungjawab terhadap pencapaian target indikator
kinerja mutu berdasarkan tahapan waktu yang telah ditetapkan dan
disepakati tanpa melupakan keterpaduan dengan lainnya.

4. Menyusun pedoman dan penetapan indikator mutu penyelenggaraan


upaya-upaya kesehatan dan manajemen di puskesmas

Tim Manajemen Mutu akan menyusun pedoman tentang mutu


penyelenggaraan upaya-upaya dan manajemen secara terintegrasi
dengan kejelasan indikator dan target, untuk menilai keberhasilannya.

5. Melakukan self assessment

Masing-masing penanggung-jawab dan pelaksana upaya-upaya


kesehatan dan manajemen di Puskesmas sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing, melakukan self assessment tentang tingkat
mutu penyelengaraan upaya-upaya kesehatan dan manajemen
berdasarkan standar, indikator dan target yang ditetapkan kepala
puskesmas.

6. Menyusun program mutu dan rencana pelaksanaan kegiatan perbaikan


dan peningkatan mutu berkesinambungan secara terintegrasi

Rencana/program mutu merupakan perencanaan mutu yang terintegrasi


dengan perencanaan Puskesmas secara umum dan mengikuti siklus
perencanaan yang ada. Rencana tersebut harus didukung dengan
alokasi sumber daya, baik dari segi SDM, alat maupun pembiayaan. Tim
mutu bertanggungjawab atas penyusunan rencana/program mutu
tersebut. Untuk mencapai tujuan perbaikan dan peningkatan mutu atas
upaya-upaya kesehatan dan manajemen yang telah dituangkan dalam
perencanaan mutu kemudian disusun strategi dan langkah-langkah
kegiatan agar dapat terselenggara secara efektif dan efisien, melalui
pendekatan Total Quality Management (TQM).

7 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

7. Melaksanakan program/rencana mutu yang telah disusun

Setelah terdapat program/rencana mutu yang disusun kemudian rencana


tersebut disepakati oleh semua petugas Puskesmas dan disusun jadwal
pelaksanaan dalam satu tahun dan setiap bulan.

8. Melakukan monitoring pelaksanaan program/rencana mutu

Pemantauan dan pengendalian mutu dinilai berdasarkan indikator dan


target yang telah ditetapkan, selanjutnya melalui pendekatan siklus
PDCA dilakukan tindakan koreksi dan preventif dalam upaya mencegah
risiko, potensial risiko, baik pada sasaran individu maupun pada sasaran
masyarakat.

9. Melakukan Evaluasi dan tindak lanjut

Untuk mengetahui permasalahan yang menjadi penghambat tingkat


ketercapaian target indikator perbaikan dan peningkatan mutu
penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan dan manajemen, perlu
dilakukan evaluasi pada setiap tahapan waktu dan tingkat pencapaian
target yang ditetapkan, sehingga tercapai tingkat mutu yang diharapkan.
Hal ini dimaksudkan agar terjadi peningkatan mutu berkesinambungan
(Continuous Quality Improvement).

POKOK BAHASAN 2

B. Perbaikan Mutu Berkesinambungan di Puskesmas

Peningkatan mutu pelayanan di Puskesmas merupakan sebuah upaya yang


dinamis dan selalu berorientasi kepada perbaikan proses pelayanan. Untuk
mencapai berjalannya peningkatan mutu berkesinambungan (continuous
quality improvement) di Puskesmas, perlu dilaksanakan metode kualitas empat
langkah yang disebut dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action).

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan artinya merencanakan tujuan dan proses yang dibutuhkan


untuk menentukan hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Pada tahapan ini difokuskan pada upaya peningkatan secara spesifik


melalui langkah-langkah berikut.

8 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

 Identifikasi hasil atas penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan dan


manajemen Puskesmas, sesuai dengan standar, indikator dan target
yang telah ditetapkan berdasarkan dimensi mutu
 Mendeskripsikan proses penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan
dan manajemen di Puskesmas yang berjalan saat ini
 Pengumpulan data dan analisis, untuk menetapkan
kesenjangan/masalah
 Identifikasi akar penyebab masalah dan latar belakangnya
 Identifikasi adanya peluang untuk peningkatan mutu
 Mencari dan memilih penyelesaian masalah

2. Pelaksanaan (Do)

Pelaksanaan artinya melakukan perencanaan proses yang telah


ditetapkan sebelumnya. Melakukan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya sesegera mungkin, semakin menunda pekerjaan, semakin
banyak waktu terbuang. Dalam langkah ini, tim melaksanakan rencana
yang telah disusun sebelumnya dan memantau proses pelaksanaannya

3. Periksa (Check)

Periksa artinya melakukan evaluasi terhadap sasaran dan proses serta


melaporkan apa saja hasil yang sudah dicapai. Kita mengecek kembali
apa yang sudah kita kerjakan, sudahkah sesuai dengan standar yang ada
atau masih ada kekurangan. Memantau dan mengevaluasi proses dan
hasil terhadap sasaran dan spesifikasi dan melaporkan hasilnya. Pelajari
efek perubahan yg terjadi terhadap kondisi yang ada, selanjutnya
kumpulkan data baru dan bandingkan dengan data sebelumnya,
kemudian lihat efek perubahan, dan atas perbaikan yang diperoleh
direplikasikan. Dalam tahapan ini selalu upayakan sesuatu yang berbeda
menuju perbaikan dan peningkatan mutu

4. Aksi (Action)

Apabila upaya yang dilaksanakan dinyatakan berhasil/sukses, maka


standarisasikan perubahan tersebut, selanjutnya upayakan langkah-
langkah perbaikan/peningkatan mutu serata terus menerus
berkesinambungan. Bila dinyatakan kurang berhasil, harus dicari jalan lain

9 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

dengan melakukan identifikasi ulang atas masalah ataupun upaya yang


dilaksanakan.

Apabila Puskesmas telah melaksanakan tahapan manajemen mutu


secara berkesinambungan (P1-P2-P3) maka dapat dikatakan bahwa
Puskesmas tersebut melaksanakan siklus PDCA untuk perbaikan mutu
karena pelaksanaan P1-P2-P3 yang berkesinambungan pada dasarnya
seiring dengan konsep siklus PDCA.

Di Puskesmas, penerapan manajemen mutu dalam peningkatan mutu


manajerial, mutu pelayanan UKM dan mutu pelayanan UKP di Puskesmas
tercermin dalam kesinambungan pelaksanaan P1, P2 dan P3 dimana :

1. P1 (Perencanaan) : adanya Pedoman, Perencanaan (Renstra, RUK,


RPK),Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) dan Standar Operasional dan
Prosedur (SOP)

2. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) : kontinuitas pelaksanaan Lokmin


baik bulanan maupun triwulan, umpan balik kinerja/capaian target,
ketepatan akses (sasaran, waktu, tempat) pelaksanaan, monitoring
pencapaian target kinerja dan indikator

3. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja) : adanya Audit


Internal, Audit Eksternal, Rapat Tinjauan Manajemen dan Penilaian
Kinerja Puskesmas.

C. Keselamatan Pasien di Puskesmas

Pelayanan kesehatan sarat dengan risiko yang dapat menimbulkan cedera


baik bagi pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan, sasaran kegiatan upaya
kesehatan, bahkan masyarakat dan lingkungan sebagai akibat
penyelenggaraan pelayanan atau kegiatan upaya kesehatan. Cedera
tersebut terjadi karena tindakan yang tidak aman, yaitu kesalahan yang
dilakukan oleh seseorang dalam penyelenggaraan pelayanan, dan/atau akibat
kegagalan sistem. Hampir setiap tindakan dalam pelayanan kesehatan
menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan
prosedur, serta jumlah pasien dan staf Puskesmas yang bervariasi, merupakan
hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya keselamatan pasien.

C.1 Definisi

10 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

 Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien


lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

 Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden, adalah


setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien

C.2 Penyelenggaraan Keselamatan Pasien

Penyelenggaraan keselamatan pasien dilakukan melalui pembentukan sistem


pelayanan yang menerapkan :

1. Standar keselamatan pasien yang terdiri dari :


a. Hak pasien.
Merupakan hak pasien dan keluarganya untuk mendapatkan informasi
tentang diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, dan perkiraan biaya
pengobatan
b. Pendidikan bagi pasien dan keluarga.
Merupakan kegiatan mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan.
Merupakan upaya fasilitas pelayanan kesehatan di bidang Keselamatan
Pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan peningkatan keselamatan pasien.
Merupakan kegiatan mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang telah ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis insiden, dan melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta Keselamatan Pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

11 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

Merupakan kegiatan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dalam:


1) mendorong dan menjamin implementasi Keselamatan Pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan tujuh langkah
menuju Keselamatan Pasien;
2) menjamin berlangsungnya kegiatan identifikasi risiko Keselamatan
Pasien dan menekan atau mengurangi insiden secara proaktif;
3) menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang Keselamatan
Pasien;
4) mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan
serta meningkatkan Keselamatan Pasien;
5) mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi setiap unsur dalam
meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
Keselamatan Pasien
f. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien.
Merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.

Merupakan kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan dalam


merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
Keselamatan Pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal yang tepat waktu dan akurat

2. 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien yang terdiri dari :


a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Memimpin dan mendukung staf
c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
d. Mengembangkan sistem pelaporan
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien

3. Sasaran keselamatan pasien :

12 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

Di Indonesia secara nasional untuk seluruh Fasilitas pelayanan Kesehatan,


diberlakukan Sasaran Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari:
- SKP.1 MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
Fasilitas pelayanan Kesehatan menyusun pendekatan untuk
memperbaiki ketepatan identifikasi pasien

MAKSUD DAN TUJUAN


Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek
diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya
error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang
dalam keadaan terbius / tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak
sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam
fasilitas pelayanan kesehatan; mungkin mengalami disabilitas sensori;
atau akibat situasi lain.
Tujuan ganda dari sasaran ini adalah : pertama, untuk dengan cara yang
dapat dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien sebagai individu yang
dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan
kedua, untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses
yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat,
darah atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, dengan dua nama
pasien, nomor identifikasi menggunakan nomor rekam medis, tanggal
lahir, gelang (-identitas pasien) dengan bar-code, atau cara lain. Nomor
kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua
pengidentifikasi/penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di
fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di pelayanan ambulatori atau
pelayanan rawat jalan yang lain, unit gawat darurat, atau kamar operasi.
Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk.
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur untuk memastikan telah mengatur semua situasi yang
memungkinkan untuk diidentifikasi.

13 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN:


1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah.
3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan / prosedur.
4) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.

- SKP.2 MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar komunikasi di
antara para petugas pemberi perawatan semakin efektif.
MAKSUD DAN TUJUAN
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah
mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan peraturan perundangan.
Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali
hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit
pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon
termasuk: menuliskan (atau memasukkan ke komputer) perintah secara
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi; penerima
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang
dengan akurat.untuk obat-obat yang termasuk obat NORUM/LASA
dilakukan eja ulang. Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi
alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back)
tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi gawat
darurat/emergensi di IGD atau ICU

14 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN:


1) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
2) Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
4) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui
telepon.

- SKP.3 MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG HARUS


DIWASPADAI
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.
MAKSUD DAN TUJUAN
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka
penerapan manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan
keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert
medications) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan
terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan
mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike
Sound-Alike/ LASA). Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai
tersedia di WHO. Yang sering disebut-sebut dalam isu keamanan obat
adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,
kalium/potasium klorida [sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)],
kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)],
natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan magnesium sulfat
[sama dengan 50% atau lebih pekat]. Kesalahan ini bisa terjadi bila staf
tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien, bila
perawat kontrak tidak diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap
unit asuhan pasien, atau pada keadaan gawat darurat/emergensi. Cara

15 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian


tersebut adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat
yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari
unit pelayanan pasien ke farmasi. Fasilitas pelayanan kesehatan secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya
sendiri. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana
yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana
ditetapkan oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau
kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label yang jelas serta
bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga
membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak
disengaja/kurang hati-hati.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN:

1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses


identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat
yang perlu diwaspadai

2) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan

3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali


jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan
kebijakan.

4) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus


diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).

- SKP.4 MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR,


PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG
BENAR
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi.

16 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

MAKSUD DAN TUJUAN


Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak
adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di
dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga asesmen pasien yang
tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya
yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca
(illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan
faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Fasilitas pelayanan kesehatan
perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Kebijakan termasuk definisi dari operasi yang
memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang menginvestigasi
dan/atau mengobati penyakit dan kelainan/disorder pada tubuh manusia
dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan
kesempatan diagnostik/terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di
fasilitas pelayanan kesehatan dimana prosedur ini dijalankan. Praktek
berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s
Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong
Person Surgery. Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan
dilakukan dengan tanda yang segera dapat dikenali. Tanda itu harus
digunakan secara konsisten di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan;
dan harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan; harus dibuat
saat pasien terjaga dan sadar; jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai pasien disiapkan dan diselimuti. Lokasi operasi ditandai pada
semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur multipel (jari tangan, jari
kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang).
Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
- Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
- Memastikan bahwa semua dokumen, foto (images), dan hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang;

17 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

- Memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau implant-


implant yang dibutuhkan.
Tahap “Sebelum insisi”/Time out memungkinkan setiap pertanyaan
yang belum terjawab atau kesimpang-siuran dibereskan. Time out
dilakukan di tempat tindakan akan dilakukan, tepat sebelum
dilakukan tindakan
- SKP.5 MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN
KESEHATAN
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
MAKSUD DAN TUJUAN
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi
dalam kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya
untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter,
infeksi aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pokok dari eliminasi infeksi ini
maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional bisa diperoleh
dari WHO, fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai proses kolaboratif
untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan
atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara umum
untuk implementasi pedoman itu di Fasilitas pelayanan Kesehatan.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN:

1) Fasilitas pelayanan Kesehatan mengadopsi atau mengadaptasi


pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima
secara umum (al. dari WHO Patient Safety).

2) Fasilitas pelayanan Kesehatan menerapkan program hand hygiene


yang efektif.

3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan


pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

18 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

- SKP.6 MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH

Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk


mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh.

MAKSUD DAN TUJUAN

Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera


pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani,
pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan
perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi
riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol,
penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
berjalan yang digunakan oleh pasien. Program ini memonitor baik
konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap
langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya
penggunaan yang tidak benar dari alat penghalang atau pembatasan
asupan cairan bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang terganggu, atau
integrasi kulit yang menurun. Program tersebut harus diterapkan di
fasilitas pelayanan kesehatan.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN :

1) Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesmen awal


risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien
bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko

C.3 Insiden Keselamatan Pasien

Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:

a) Kondisi Potensial Cedera (KPC), merupakan kondisi yang sangat


berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
b) Kejadian Nyaris Cedera (KNC), merupakan terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien
c) Kejadian Tidak Cedera (KTC), merupakan insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera

19 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

d) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), merupakan Insiden yang


mengakibatkan cedera pada pasien

Puskesmas harus melakukan penanganan insiden yang terjadi,


termasuk juga apabila terjadi kejadian sentinel (merupakan suatu
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang mengakibatkan kematian, cedera
permanen, atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan
intervensi untuk mempetahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis,
yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien).
Penanganan tersebut ditujukan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dan Keselamatan Pasien. Penanganan insiden dilakukan
melalui pembentukan tim Keselamatan Pasien yang ditetapkan oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan (Kepala Puskesmas) sebagai
pelaksana kegiatan penanganan insiden. Tim Keselamatan Pasien
melakukan kegiatan berupa pelaporan, verifikasi, investigasi dan analisis
penyebab insiden tanpa menyalahkan, menghukum dan mempermalukan
seseorang (no blaming). Tim Keselamatan Pasien paling sedikit terdiri
atas unsur manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan unsur klinisi di
fasilitas pelayanan kesehatan.

Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada Tim


Keselamatan Pasien dalam waktu paling lambat 2x24 jam dengan
menggunakan format pelaporan sesuai lampiran Permenkes nomor 11
tahun 2017. Setelah dilaporkan kemudian Tim Keselamatan Pasien
melakukan verifikasi untuk memastikan kebenaran adanya insiden,
dilanjutkan dengan melakukan investigasi dalam bentuk wawancara dan
pemeriksaan dokumen di unit-unit yang terkait. Berdasarkan hasil
investigasi Tim Keselamatan Pasien menentukan derajat insiden
(grading) dan melakukan Root Cause Analysis (RCA) dengan metode
baku untuk menemukan akar masalah, setelah itu Tim Keselamatan
Pasien harus memberikan rekomendasi keselamatan pasien kepada
Kepala Puskesmas berdasarkan hasil RCA tersebut.

Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pelaporan Insiden,


secara online atau tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien
sesuai dengan format laporan tercantum pada Formulir 2 dan Formulir 3
Permenkes 11 tahun 2017. Pelaporan Insiden tersebut disampaikan

20 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

setelah dilakukan analisis, serta mendapatkan rekomendasi dan solusi


dari tim Keselamatan Pasien yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan.
D. Mutu dan Keselamatan Pasien dalam standar Akreditasi Puskesmas
Upaya pengendalian dan peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Pasien di Puskesmas dalam penilaian akreditasi FKTP
diatur dalam standar Bab 3, 6 dan 9 untuk Puskesmas, Standar Bab 4
untuk Klinik Pratama dan Standar Bab 2 untuk Tempat Praktik Mandiri
Dokter/Dokter Gigi. Upaya peningkatan mutu tersebut dituangkan dalam
rencana/program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

Tabel. Kaitan Standar Akreditasi Puskesmas dengan Peningkatan Mutu


Bab di dalam Standar Penjelasan
Akreditasi terkait
peningkatan mutu
BAB 3 Peningkatan Mutu Puskesmas
MUTU Standar 3.1 : Perbaikan mutu dan kinerja Puskesmas konsisten
ADMINISTRASI DAN dengan tata nilai, visi, misi dan tujuan Puskesmas, dipahami dan
MANAJEMEN dilaksanakan oleh Pimpinan Puskemas, Penanggung jawab Upaya
Puskesmas dan Pelaksana.
BAB 6 Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat
MUTU UPAYA Standar 6.1 : Perbaikan kinerja masing-masing UKM Puskesmas
KESEHATAN konsisten dengan tata nilai, visi, misi dan tujuan Puskesmas, dipahami
MASYARAKAT dan dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM
Puskesmas dan Pelaksana yang ditunjukkan dalam sikap
kepemimpinan.
BAB 9 Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
MUTU UPAYA
KESEHATAN Standar 9.1 : . Perencanaan, monitoring, dan evaluasi mutu layanan
PERSEORANGAN klinis dan keselamatan menjadi tanggung jawab tenaga yang bekerja di
pelayanan klinis

Standar 9.2 : Mutu layanan klinis dan keselamatan dipahami dan


didefinisikan dengan baik oleh semua pihak yang berkepentingan.

Standar 9.3 : Mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien


diukur, dikumpulkan dan dievaluasi dengan tepat.

Standar 9.4. : Perbaikan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien


diupayakan, dievaluasi dan dikomunikasikan dengan baik.

Standar akreditasi Puskesmas pada Bab 9 mensyaratkan dilaksanakannya


upaya keselamatan pasien dalam pelayanan klinis.

21 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

Standar akreditasi Puskesmas yang mensyaratkan diterapkannya upaya


keselamatan pasien dan manajemen risiko antara lain adalah:

 Kriteria 1.2.5: Penyelenggaraan pelayanan dan Upaya Puskesmas


didukung oleh suatu mekanisme kerja agar tercapai kebutuhan dan
harapan pengguna pelayanan, dilaksanakan secara efisien, minimal dari
kesalahan dan mencegah terjadinya keterlambatan dalam pelaksanaan,

 Kriteria 2.3.13: Lingkungan kerja dikelola untuk meminimalkan risiko bagi


pengguna Puskesmas dan karyawan,

 Kriteria 5.1.5: Penanggung jawab UKM Puskesmas mengupayakan


minimalisasi risiko pelaksanaan kegiatan terhadap lingkungan,

 Kriteria 8.1.8 Program keselamatan (safety) direncanakan, dilaksanakan,


dan didokumentasikan,

 Kriteria 8.2.3. Ada jaminan kebersihan dan keamanan dalam


penyimpanan, penyiapan, dan penyampaian obat kepada pasien serta
penatalaksanaan obat kadaluwarsa/rusak,

 Kriteria 8.2.4. Efek samping yang terjadi akibat pemberian obat-obat yang
diresepkan atau riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu harus
didokumentasikan dalam rekam medis pasien,

 Kriteria 8.2.5. Kesalahan obat (medication errors) dilaporkan melalui


proses dan dalam kerangka waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas,

 Kriteria 8.3.2. Ada program pengamanan radiasi, dilaksanakan dan


didokumentasi, dan

 Seluruh standar pada Bab IX. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.

Agar dapat memenuhi standar tersebut, perlu diterapkan prinsip-prinsip


keselamatan pasien, yaitu:

1) Keterbukaan, didorong untuk melaporkan jika terjadi kesalahan tanpa rasa


takut untuk disalahkan. Pasien dan keluarga diinformasikan tentang
kejadian yang terjadi dan mengapa kejadian tersebut terjadi.

2) Pembelajaran, sistem pelayanan didorong untuk belajar untuk


meningkatan metoda dan upaya mencegah terjadinya kesalahan dan
belajar dari kesalahan

22 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

3) Kejelasan Kewenangan (pemberdayaan praktisi klinis) untuk mengambil


tindakan untuk mengatasi masalah

4) Kejelasan siapa saja yang bertanggung jawab (akuntabilitas) terhadap


suatu kejadian atau tindakan yang dilakukan

5) Budaya adil (just culture), perlakuan yang adil dan tidak dipersalahkan jika
terjadi kegagalan sistem

6) Kearifan dalam memprioritaskan masalah dan tindakan

7) Pelayanan klinis dilakukan oleh praktisi klinis sesuai dengan kompetensi


dan kewenangan, sesuai dengan panduan praktik klinik

8) Peran serta aktif semua praktisi klinis, dan kerja tim

9) Kerja tim merupakan upaya yang efektif dalam mencegah terjadinya


kesalahan, dan membangun sikap saling percaya dan saling menghargai

Untuk Puskesmas tahapan untuk memenuhi standar tersebut dilaksanakan


dengan mengikuti sembilan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membentuk tim mutu (termasuk di dalamnya bidang klinis) dan tim


keselamatan pasien dengan program kerja yang jelas

2) Menetapkan area prioritas dalam pelayanan klinis yang menjadi fokus


untuk upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien

3) Mengembangkan tata nilai dan budaya keselamatan pasien

4) Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap mutu pelayanan klinis


dan perilaku dalam pemberian pelayanan klinis

5) Melaksanakan pelayanan klinis sesuai dengan prosedur dan panduan


praktik klinis

6) Menerapkan manajemen risiko dalam pelayanan klinis

7) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan mutu klinis dan keselamatan


pasien. Pembelajaran melalui penerapan manajemen risiko klinis pada
area prioritas.

8) Mengupayakan tercapainya enam sasaran keselamatan pasien

9) Pelaporan insiden keselamatan pasien

23 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

7 RANGKUMAN
Telah diuraikan dalam modul konsep manajemen mutu, implementasi perbaikan
dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas secara
berkesinambungan, dengan uraian tentang kebijakan mutu, membangun
komitmen bersama tentang peningkatan mutu penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di puskesmas secara berkesinambungan, pembentukan Tim Mutu,
menyusun pedoman dan penetapan indikator mutu untuk penyelenggaraan
upaya-upaya dan manajemen di Puskesmas, melakukan self assessment
tentang tingkat mutu penyelengaraan pelayanan kesehatan di bidang masing-
masing berdasarkan indikator yang ditetapkan, menyusun rencana kegiatan
perbaikan dan peningkatan mutu berkesinambungan secara terintegrasi,
melaksanakan rencana yang telah disusun dan selanjutnya melakukan
pemantauan dan pengendalian mutu, dan evaluasi serta tindak lanjut atashasil
peantauan dan evaluasi. Dengan mekanisme sebagaimana disebutkan,
diharapkan bahwa upaya perbaikan dan peningkatan mutu yang
bekesinambungan akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan
menerapkan TQM/TQS dengan pendekatan perbaikan melalui silus PDCA.
Diuraikan juga konsep keselamatan pasien dan implementasinya di Puskesmas
serta hubungan manajemen mutu dan keselamatan pasien dalam standar
akreditasi Puskesmas.

24 Pelatihan Manajemen Puskesmas


MI 6. Modul Manajemen Mutu
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON I KEMENKES RI

8 DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas


2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi
3. Peraturan Menteri Kesehatan no 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 99 Tahun 2015 tentang JKN
5. Standar Akreditasi Puskesmas, tahun 2015
6. Pedoman Pendampingan Akreditasi FKTP , tahun 2015
7. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Djoko Wijono

25 Pelatihan Manajemen Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai