Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KINERJA 2022

DIREKTORAT PENGELOLAAN IMUNISASI

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, Laporan Kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi dapat disusun dengan
baik. Penyusunan LAKIP ini berpedoman kepada Peraturan Menteri PAN/RB no 12 Tahun
2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah
dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan kinerja ini disusun agar setiap pemangku kepentingan mendapatkan


gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pengelolaan Imunisasi dalam
mencapai target sasaran kinerja yang telah ditetapkan merupakan hasil kerja keras dan peran
serta semua pegawai, kerjasama lintas program dan lintas sektor di lingkungan Kementerian
Kesehatan, para stakeholder serta dukungan dari Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh
Indonesia. Penyusunan LAKIP Direktorat Pengelolaan Imunisasi ini diharapkan dapat
meningkatkan akuntabilitas publik dan meningkatkan kinerja. Laporan ini berisi pencapaian
sasaran sebagaimana yang ditetapkan di dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen
perencanaan serta menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi,
realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi, penjelasan yang memadai mengenai
pencapaian kinerja dan perbandingan capaian indikator kinerja dengan target kinerja lima
tahunan yang direncanakan.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan menyampaikan


penghargaan kepada semua pihak atas dukungan, peran serta dan kerja sama yang telah
terjalin dengan baik.

Jakarta, 3 Januari 2023

Direktur Pengelolaan Imunisasi,

dr. Prima Yosephine, MKM


NIP 196810052002122001

1
IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi Tahun 2022 merupakan sarana untuk
menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Direktur Pengelolaan Imunisasi beserta
jajarannya kepada Direktur Jenderal P2P dan seluruh pemangku kepentingan, baik yang
terkait langsung maupun tidak langsung. Laporan Kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi
menjabarkan capaian kinerja yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat
Pengelolaan Imunisasi, mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2020-2024 dan Rencana Aksi Program Ditjen P2P Tahun 2020-2024 dan Rencana Aksi
Kegiatan Direktorat Pengelolaan Imunisasi Revisi.

Dari 5 Indikator Kinerja yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2022 yang dijanjikan
oleh Direktur Pengelolaan Imunisasi kepada Direktur Jenderal P2P, seluruhnya memiliki
kinerja mencapai atau melebihi target Capaian IKK Direktur Pengelolaan Imunisasi Tahun
2022 adalah sebagai berikut:

1. Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap tercapai
92,7% dari target 90% dengan kinerja 102,9%
2. Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat antigen baru tercapai 90,6% dari
target 90% dengan kinerja 100,7%
3. Persentase anak usia 12 sampai 24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan BADUTA
tercapai 93,2% dari target 90% dengan kinerja 103,6%
4. Persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia sekolah dasar
tercapai 91,0% dari target 70% dengan kinerja 130,0%
5. Persentase Wanita Usia Subur yang memiliki status Imunisasi T2+ tercapai 71,6% dari
target 60% dengan kinerja 119,3%

Untuk kinerja keuangan pada tahun 2022, data berdasarkan Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara (SPAN), realisasi anggaran mencapai 73,39%, dengan realisasi Rp.
72.839.516.861 dari pagu total sebesar Rp. 99.243.613.000.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan
tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025 sehingga hasil RPJMN 2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian target
pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai
tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas
(upper-middle income country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber
daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sesuai dengan
RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai
bidang yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Terdapat 7 agenda pembangunan dalam RPJMN Tahun 2020-2024 dan pembangunan
kesehatan masuk dalam agenda ke-3 yakni meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas dan berdaya saing. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif,
terampil dan berkarakter, salah satunya melalui peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan
pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan
upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi. Cakupan
Kesehatan Semesta menjamin seluruh masyarakat mempunyai akses untuk kebutuhan
pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas dan
efektif.

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode
sebelumnya. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya dan akan
terus berkesinambungan dalam periode tahun 2020-2024 diantaranya:

a. Penguatan pelayanan kesehatan primer, pelayanan kesehatan menggunakan


pendekatan siklus hidup, dan intervensi secara kontinyum (promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif) dengan penekanan pada promotif dan pereventif.

3
b. Penguatan pencegahan faktor risiko, deteksi dini, dan aksi multisektoral
pembudayaan GERMAS, guna pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular.
c. Penguatan sistem kesehatan di semua level pemerintahan menjadi responsif dan
tangguh, guna mencapai cakupan kesehatan
d. Peningkatan sinergisme lintas sektor, pusat dan daerah untuk menuju konvergensi
dalam intervensi sasaran prioritas dan program prioritas, termasuk integrasi lintas
program dengan pendekatan keluarga (PIS PK).

Penyelenggaraan program pencegahan dan pengendalian penyakit pada tahun 2020


mengalami tantangan terbesar adanya pandemi COVID-19 sejak bulan Maret 2020.
Situasi pandemi COVID berdampak pada pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Imunisasi.
Sebagian besar kegiatan dan pelayanan terhambat dan tidak berjalan karena adanya
pembatasan sosial dan ketakutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
di masyarakat. Meningkatnya kasus COVID-19 mengakibatkan terjadinya refocusing
anggaran maupun sumber daya manusia untuk pengendalian COVID-19 yang
menyebabkan kegiatan lain tidak berjalan optimal. Terhambatnya pelaksanaan program
pencegahan dan pengendalian penyakit berdampak pada tidak tercapainya kinerja
program pada sebagian besar indikator kinerja P2P.

Laporan kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi ini akan menjelaskan secara memadai
hasil analisis terhadap capaian program, permasalahan dan tantangan serta strategi
pemecahan masalah. Penyusunan Laporan Kinerja merupakan wujud melaksanakan
Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
Permenpan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi adalah untuk:

1. Memberikan informasi kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi selama tahun 2022


yang telah ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja.
2. Sebagai bentuk pertanggung jawaban Direktorat Pengelolaan Imunisasi dalam
mencapai sasaran/tujuan strategis instansi.
3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Direktorat Pengelolaan Imunisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
4. Sebagai salah satu upaya mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif,
transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil yang merupakan salah satu
agenda penting dalam reformasi pemerintah.

Selain itu, Laporan Kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi sekaligus menjadi alat dan
bahan evaluasi guna peningkatan kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi kedepannya.

4
B. ISU STRATEGIS

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita akibat penyakit infeksi di dunia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pneumonia merupakan penyebab
kematian balita nomor 1 di dunia dan berkontribusi terhadap 14% kematian pada balita
(WHO, 2021). Berdasarkan data United Nations Inter-Agency Group for Child Mortality
Estimation Estimates for the Year 2018, diperkirakan lebih dari 800 ribu kematian setiap
tahun disebabkan oleh pneumonia dan 1 orang balita meninggal setiap 39 detik
disebabkan oleh pneumonia.
Di Indonesia, pneumonia juga merupakan masalah besar. Survei Sample Registration
System yang dilaksanakan oleh Balitbangkes tahun 2014 menunjukkan bahwa
pneumonia menempati urutan ke-3 sebagai penyebab kematian balita (9,4%). Sejak
tahun 2015, Kementerian Kesehatan juga telah membuat estimasi angka kesakitan
pneumonia sebesar 3,55% dari jumlah balita. Selain itu, menurut hasil Riskesdas 2018,
prevalensi pneumonia balita di Indonesia adalah 4,8% dengan prevalensi tertinggi pada
balita adalah pada kelompok usia 12 – 23 bulan, yaitu 6%.
Di negara berkembang, 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri sementara di
negara maju umumnya disebabkan oleh virus. Studi Streptococcus Pneumoniae
Nasopharyngeal Carriage Prevalence, Serotype Distribution, and Resistance Patterns
among Children on Lombok Island, Indonesia yang dilakukan di Lombok pada tahun 2012
oleh Sri Rezeki Hadinegoro, dkk menunjukkan bahwa prevalensi karier bakteri
Streptococcus pneumoniae mencapai 46%.
Streptococcus pneumoniae atau Pneumokokus dapat menyebabkan penyakit yang
ringan dan bersifat non-invasif, maupun yang berat dan bersifat invasif. Manifestasi klinis
yang berat dan bersifat invasif antara lain berupa bakteriemia, pneumonia, dan
meningitis. WHO Position Paper tahun 2012 yang selanjutnya diperbaharui pada tahun
2019 merekomendasikan imunisasi Pneumokokus Konyugasi (Pneumococcal Conjugate
Vaccine/PCV) untuk dimasukkan ke dalam Program Imunisasi Nasional terutama pada
negara dengan angka mortalitas balita yang tinggi.
Dengan mempertimbangkan tingginya beban penyakit pneumonia dan telah adanya
beberapa studi tentang pneumonia di Lombok sebagai baseline data, serta rekomendasi
dari WHO dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory
Group on Immunization/ITAGI) dan tersedianya vaksin yang aman dan efektif, maka
perluasan introduksi imunisasi PCV tahun 2022 akan dimulai pada Bulan September
2022 sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
HK.01.07/MENKES/ 779/ 2022 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: HK.01.07/MENKES/ 6780/ 2021 tentang Pemberian Imunisasi Pneumokokus
Konyugasi.
Bonus demografi yang akan terjadi di Indonesia dalam beberapa waktu kedepan, harus
dapat dimanfaatkan dan memberi perubahan dalam mempercepat tercapainya

5
kemakmuran masyarakat yang merata. Sumber daya manusia yang unggul dan berdaya
saing akan meningkatkan daya tarik Indonesia di masa mendatang. Pendidikan
merupakan dasar menaikkan kualitas sumber daya manusia sehingga dalam periode
menempuh pendidikan diberbagai level para peserta didik harus hadir di ruang-ruang
kelas dalam kondisi sehat dan prima sehingga mampu menyerap ilmu dan pengetahuan
yang diberikan. Imunisasi yang diberikan dalam meningkatkan perlindungan terhadap
PD3I menjadikan peserta didik dan pendidik dapat fokus dalam kegiatan belajar mengajar
untuk meningkatkan kemampuan intelektual tanpa terganggu ketidakhadiran didalam
kelas.

C. VISI dan MISI


Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 mengikuti Visi dan Misi Presiden
Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini
dilaksanakan melalui 9 misi pembangunan yaitu:

1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;


2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya.
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga.
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya.
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.

Untuk mewujudkan visi dan misi Presiden, Kementerian Kesehatan menetapkan 5 tujuan
strategis yakni:

1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup.


2. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
3. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan
kesehatan masyarakat.
4. Peningkatan sumber daya kesehatan.
5. Peningkatan tata kelola yang baik, bersih, dan inovatif.

D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI


Direktorat Pengelolaan Imunisasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan imunisasi.

Dalam melaksanakan tugas Direktorat Pengelolaan Imunisasi menyelenggarakan fungsi:

6
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pelaksanaan surveilans dan respon
kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, surveilans
kejadian ikutan pasca imunisasi, dan fasilitasi pengelolaan imunisasi;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan surveilans dan respon kejadian luar


biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, surveilans kejadian ikutan
pasca imunisasi, dan fasilitasi pengelolaan imunisasi;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelaksanaan


surveilans dan respon kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, surveilans kejadian ikutan pasca imunisasi, dan fasilitasi pengelolaan
imunisasi;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelaksanaan surveilans dan


respon kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, surveilans
kejadian ikutan pasca imunisasi, dan fasilitasi pengelolaan imunisasi;

e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;

f. Pelaksanaan urusan administrasi direktorat.

7
E. STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 2
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

F. SUMBER DAYA MANUSIA

a. Jumlah pegawai ASN

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya tahun 2022, Direktorat Pengelolaan
Imunisasi didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 70 orang pegawai ASN

8
yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan maupun bidang lainnya yang
mendukung proses administrasi direktorat. Dari jumlah 70 pegawai ASN, 5
diantaranya merupakan CPNS 2022.

b. Latar belakang Pendidikan

Tingkat pendidikan pegawai Direktorat Pengelolaan Imunisasi dapat digambarkan


melalui grafik diagram berikut:

Grafik 1
Tingkat Pendidikan Pegawai ASN Direktorat Pengelolaan Imunisasi Tahun 2022

Tingkat Pendidikan
6% 3%
S2

S1/DIV
43%
D3
48%
SMA

Berdasarkan grafik di atas, pegawai ASN Direktorat Pengelolaan Imunisasi memiliki


tingkat pendidikan S2 sebanyak 30 orang (43%), S1/DIV sebanyak 34 orang (48%),
D3 sebanyak 4 orang (6%) dan SMA sebanyak 2 orang (3%). Peningkatan
kompetensi pegawai ASN Direktorat Pengelolaan Imunisasi melalui tingkat
pendidikan dilakukan dengan program tugas belajar dan izin belajar.

c. Pegawai ASN berdasarkan golongan

Jumlah pegawai ASN di lingkungan Direktorat Pengelolaan Imunisasi berdasarkan


pangkat dan golongan seperti yang tercantum dalam Grafik 2.

9
Grafik 2
Tingkat Pangkat dan Golongan Pegawai ASN Direktorat Pengelolaan Imunisasi 2022

Pangkat - Golongan
2% 1%
2%
Pembina Utama Muda - IV/c
4%
10% Pembina Tk. I-IV/b
Pembina-IV/a
13% Penata Tk. I-III/d
31%
Penata-III/c
Penata Muda Tk. I-III/b
14%
Penata Muda-III/a
Pengatur Tk. I-II/d
23%
Pengatur Muda Tk. I-II/b

Pegawai ASN Direktorat Pengelolaan Imunisasi yang menduduki pangkat golongan


Pembina Utama Muda– IV/c sebanyak 1 orang (1%), Pembina Tingkat I – IV/b
sebanyak 3 orang (4%), Pembina – IV/a sebanyak 22 orang (31%), Penata Tingkat I
- III/d sebanyak 16 orang (23%), Penata - III/c sebanyak 10 orang (14%), Penata
Muda Tk. I - III/b sebanyak 9 orang (13%), Penata Muda - III/a sebanyak 7 orang
(10%), Pengatur Tk. I - II/d sebanyak 1 orang (2%) dan Pengatur Muda Tk. I - II/b
sebanyak 1 orang (2%).

d. Pegawai ASN berdasarkan jenis kelamin

Jumlah pegawai ASN di lingkungan Direktorat Pengelolaan Imunisasi yang berjenis


kelamin laki-laki sebanyak 24 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 46 orang
seperti pada grafik diagram 3 sebagai berikut:

Berdasarkan Jenis Kelamin

34% Laki-laki Perempuan

66%

G. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada dasarnya laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi tahun 2022
ini menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi selama Tahun

10
2022. Capaian kinerja tersebut dibandingkan dengan rencana kinerja (perjanjian kinerja)
sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja
terhadap rencana kinerja memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja bagi
perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Dengan kerangka fikir seperti itu, sistimatika
penyajian laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi sebagai berikut:

Kata Pengantar

Ikhtisar Eksekutif

Daftar Isi

Bab I (Pendahuluan), menjelaskan secara ringkas visi dan misi, latar belakang, tugas
pokok dan fungsi, Struktur Organisasi, Sumber Daya Manusia Direktorat
Pengelolaan Imunisasi, serta sistematika penyajian laporan.

Bab II (Perencanaan Kinerja dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang


Perencanaan Kinerja dan Perjanjian Kinerja tahun 2022 sesuai dengan Rencana
Aksi Program Pengelolaan Imunisasi.

Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pengukuran kinerja, capaian


kinerja tahun 2022, analisis akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran serta
sumber daya manusia yang digunakan dalam rangka pencapaian kinerja Direktorat
Pengelolaan Imunisasi selama Tahun 2022.

Bab IV (Penutup), berisi kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
tindak lanjut di masa mendatang yang akan dilakukan oleh Program untuk
meningkatkan kinerjanya.

Lampiran-Lampiran

 Perjanjian Kinerja

11
BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan Kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin
dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan
berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada
atau yang mungkin timbul. Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(SAKIP) perencanaan kinerja instansi pemerintah terdiri atas tiga instrumen yaitu:
Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perencanaan 5 tahunan, Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) dan Perjanjian Kinerja (PK). Perencanaan 5 tahunan Direktorat
Pengelolaan Imunisasi mengacu kepada dokumen Rencana Aksi Program Ditjen P2P
Tahun 2022-2024. Terkait dengan perubahan SOTK baru sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 5 tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan maka sedang dilakukan revisi terhadap Rencana Aksi
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Rencana Aksi Kegiatan Program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Tahun 2022 – 2024.

Arahan Presiden RI kepada Kementerian Kesehatan yang salah satunya merupakan


arahan terhadap transformasi sektor kesehatan, yang kemudian diterjemahkan sebagai
reformasi sistem kesehatan nasional. Perubahan strategi dalam Renstra Kementerian
Kesehatan tahun 2020 – 2024 mencakup 6 (enam) hal prinsip atau disebut sebagai pilar
transformasi kesehatan, yakni:
1. Transformasi Layanan Primer;
2. Transformasi Layanan Rujukan;
3. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan;
4. Transformasi Pembiayaan Kesehatan;
5. Transformasi SDM Kesehatan; dan
6. Transformasi Teknologi Kesehatan.

Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit berkontribusi pada pelayanan


kesehatan primer dan sistem ketahanan Kesehatan, dengan menetapkan target kinerja.
Selanjutnya berdasarkan target kinerja program tersebut menjadi dasar bagi unit kerja di
bawah unit utama untuk menetapkan target kinerja kegiatan.

Tahun 2022, Direktorat Pengelolaan Imunisasi terbentuk karena adanya restrukturisasi


organisasi Kementerian Kesehatan sesuai tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
Adanya perubahan struktur organisasi dan upaya menyelaraskan target kinerja sesuai
dengan arah transformasi kesehatan, maka Direktorat Pengelolaan Imunisasi telah
menetapkan target kinerja kegiatan sebagai berikut:

12
Tabel 1
Target Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Pengelolaan Imunisasi
Tahun 2022 – 2024

SASARAN KEGIATAN/ TARGET


NO
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN 2022 2023 2024
Kegiatan: Meningkatnya imunisasi dasar lengkap dan
antigen baru
1. Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang 90 100 100
mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang 90 100 100
2
mendapat antigen baru
Persentase anak usia 12 sampai 24 bulan yang 90 100 100
3
mendapat imunisasi lanjutan BADUTA
Persentase anak yang mendapatkan imunisasi 70 80 90
4
lanjutan lengkap di usia sekolah dasar
Persentase Wanita Usia Subur yang memiliki status 60 80 100
5
imunisasi T2+

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian Kinerja atau penetapan kinerja Direktorat Pengelolaan Imunisasi merupakan


dokumen pernyataan kinerja/ kesepakatan kinerja/ perjanjian kinerja Direktorat
Pengelolaan Imunisasi kepada Ditjen P2P untuk mewujudkan target-target kinerja
sasaran Direktorat Pengelolaan Imunisasi tahun 2022. Target-target kinerja sasaran yang
ingin dicapai Direktorat Pengelolaan Imunisasi dalam dokumen perjanjian kinerja tahun
2022 adalah sebagai berikut:

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2022


DIREKTORAT PENGELOLAAN IMUNISASI

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)


1. Meningkatnya imunisasi 1. Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang 90%
dasar lengkap dan antigen mendapat imunisasi dasar lengkap
baru 2. Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang 90%
mendapat antigen baru
3. Persentase anak usia 12 sampai 24 bulan yang 90%
mendapat imunisasi lanjutan BADUTA
4. Presentase anak yang mendapatkan imunisasi 70%
lanjutan lengkap di usia sekolah dasar
5. Presentase Wanita Usia Subur yang memiliki 60%
status imunisasi T2+

Jumlah anggaran Direktorat Pengelolaan Imunisasi Tahun Anggaran 2022 sebagai


berikut:

13
1. Anggaran yang ada pada Direktorat Pengelolaan Imunisasi sesuai dengan Revisi
SOTK baru diterbitkan pada DIPA Revisi ke 5 (lima) pada Tanggal 18 Juli 2023 dengan
nilai anggaran sebesar Rp. 124.201.169.000 (terdapat Automatic Adjustment sebesar
Rp.32.186.000.000)
2. Revisi ke 6, 7, 8 Direktorat Pengelolaan Imunisasi dengan nilai anggaran sebesar Rp.
124.201.169.000 (terdapat Automatic Adjustment sebesar Rp.32.186.000.000)
3. Pada revisi ke 9 (Sembilan) anggaran yang ada pada Direktorat Pengelolaan
Imunisasi direalokasi sebesar Rp. 22.064.008.000 sehingga anggaran Direktorat
Pengelolaan Imunisasi menjadi Rp. 102.137.161.000 (sampai dengan Revisi 11)
4. Revisi ke 12 (dua belas) terdapat pengurangan pagu anggaran dari pergeseran
Automatic Adjustment sebesar Rp. 32.186.000.000 sehingga anggaran yang ada pada
Direktorat Pengelolaan Imunisasi menjadi sebesar Rp. 69.951.161.000 (sampai
dengan revisi 13)
5. Revisi ke 14 (empat belas) terdapat penambahan anggaran dari Hibah Luar Negeri
menjadi sebesar Rp. 99.243.613.000 (sampai dengan Revisi akhir 15)

14
BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI


Dalam mengukur kinerja program Pengelolaan Imunisasi di tahun 2022 terdapat
beberapa sasaran strategis yang tertuang dalam dokumen Rencana Aksi Kegiatan
Pengelolaan Imunisasi tahun 2022.

Berikut adalah target dan capaian indikator program Pengelolaan Imunisasi tahun 2022.

SASARAN INDIKATOR
NO TARGET REALISASI PERSENTASE
PROGRAM
1 Meningkatnya Persentase bayi usia 0
Imunisasi Dasar sampai 11 bulan yang
1 90 92,7 102,9
Lengkap dan mendapat imunisasi dasar
Antigen Baru lengkap

Persentase bayi usia 0


2 sampai 11 bulan yang 90 90,6 100,7
mendapat antigen baru

Persentase anak usia 12


sampai 24 bulan yang 103,6
3 90 93,2
mendapat imunisasi
lanjutan BADUTA
Persentase anak yang
4 mendapatkan imunisasi
70 91,0 130,0
lanjutan lengkap di usia
sekolah dasar
Persentase Wanita Usia
5 Subur yang memiliki status 60 71,6 119,3
Imunisasi T2+
Rata-rata capaian Indikator 108,9

Dilihat dari capaian masing-masing indikator, untuk tahun 2022 Direktorat Pengelolaan
Imunisasi dapat melaksanakan tugas utama/TUPOKSI yang menjadi tanggung jawab unit
organisasi. Uraian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

15
1. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
a. Penjelasan Indikator
Imunisasi merupakan upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan. Bayi merupakan salah satu kelompok rentan yang berisiko tinggi untuk
tertular penyakit. Sebelum berusia satu tahun seorang anak harus mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap sebagai bentuk perlindungan dirinya terhadap
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Untuk mengukur nilai perlindungan terhadap PD3I yang ada di Indonesia pada
kelompok bayi usia 0-11 bulan, maka digunakan indikator Persentase bayi usia 0-
11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dengan target 90%
sasaran bayi yang ada di daerah tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap.

b. Definisi Operasional
Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap meliputi
1 dosis Hepatitis B pada usia 0-7 hari, 1 dosis BCG, 4 dosis Polio tetes (bOPV), 1
dosis Polio suntik (IPV), 3 dosis DPT-HB-Hib, serta 1 dosis Campak Rubela (MR)
di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.

c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap (satu dosis
imunisasi Hepatitis B; satu dosis imunisasi BCG; tiga dosis imunisasi DPT-HB-
Hib; empat dosis imunisasi polio oral; satu dosis imunisasi IPV; dan satu dosis
imunisasi campak rubella) dalam kurun waktu satu tahun, dibagi 95% jumlah bayi
usia 0-11 bulan selama kurun waktu yang sama, dikali 100%.

Rumus:

% Bayi Usia anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap (satu dosis
0 - 11 bulan imunisasi Hepatitis B; satu dosis imunisasi BCG; tiga dosis imunisasi DPT-HB-
Ʃ
yang = Hib; empat dosis imunisasi polio oral; satu dosis imunisasi IPV; dan satu dosis X 100%
Mendapat imunisasi campak rubella) dalam kurun waktu satu tahun
IDL Ʃ 95% jumlah bayi usia 0 - 11 bulan selama kurun waktu yang sama

16
d. Capaian Indikator

90,0% 92,7%

Target Cakupan IDL


Sumber: Laporan Rutin s.d 16 Januari 2022

Grafik 4
Capaian Indikator Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) Tahun 2022

Berdasarkan data sampai dengan 16 Januari 2023, persentase bayi usia 0-11
bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) yaitu 92,7% (3.833.059
bayi) dari target 90% (3.723.337 bayi), sehingga capaian kinerja tahun 2022
sebesar 102,9%. Dengan data tersebut, maka indikator persentase bayi usia 0-11
bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) telah berhasil mencapai
target yang telah ditetapkan.

Untuk dapat membandingkan pencapaian kinerja indikator tersebut, maka


dilakukan pembandingan persentase dari indikator yang sama pada tahun 2018-
2022 sebagai berikut:

Cakupan IDL Target Capaian Kinerja


99,5 100,8 102,9
90,6 90,3

92,0 92,5 93,7 93 92,9 93,6 92,65 90,0


84,2 84,5

2018 2019 2020 2021 2022


Sumber: Laporan Rutin s.d 16 Januari 2022

Grafik 5
Capaian Indikator Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) Tahun 2018 – 2022

Pada Grafik 2 dapat dilihat bahwa jika dibandingkan antara cakupan imunisasi
dasar lengkap untuk tahun 2018 - 2021 cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan target yang telah ditetapkan, meskipun pada tahun 2019 berhasil

17
mencapai target yang ditetapkan. Meskipun belum berhasil mencapai target yang
telah ditetapkan, tetapi sudah berhasil mencapai cakupan minimal program yaitu
80%. Pada grafik juga terlihat, setelah mengalami penurunan cakupan IDL yang
cukup signifikan pada tahun 2020-2021 karena pandemic COVID-19, cakupan IDL
mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan tahun 2021, dan
berhasil melampaui target dan capaian pada tahun 2018.

Sementara itu, jika dinilai berdasarkan pencapaian Rencana Strategis


Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Dari grafik tersebut diketahui bahwa
capaian indikator imunisasi dasar lengkap tahun 2020-2021 belum mencapai
target yang ditentukan, akan tetapi pada tahun 2022 berhasil meningkatkan
cakupannya dan mencapai target yang telah ditetapkan. Namun, meskipun pada
tahun 2022 ini telah mencapai target, upaya terus dilakukan untuk
memaksimalkan cakupan imunisasi dasar lengkap sehingga pada tahun-tahun
selanjutnya tetap dapat mencapai target yang terdapat dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tersebut.

2. Persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta
a. Penjelasan Indikator
Imunisasi merupakan upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan. Anak usia bawah dua tahun (baduta) merupakan bagian dari kelompok
anak balita yang merupakan salah satu kelompok rentan dan berisiko tinggi untuk
tertular penyakit, antara lain Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I).

Pergeseran paradigma imunisasi lengkap pada seorang anak, yang semula cukup
hanya dengan imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap, dimana
seorang anak harus mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap, diteruskan
dengan imunisasi lanjutan pada usia bawah dua tahun (baduta), dan rangkaian
imunisasi pada saat usia sekolah dasar/sederajat. Pemberian imunisasi lanjutan
pada anak baduta sangat penting, karena berdasarkan hasil kajian Indonesia
Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), titer antibodi beberapa
antigen (difteri, pertusis, dan campak rubela) sudah mengalami penurunan pada
usia 18 bulan, sehingga seorang anak akan menjadi rentan dari penyakit-penyakit
tersebut meskipun sudah melengkapi imunisasi dasarnya. Oleh karena itu sangat
penting untuk melanjutkan imunisasi seorang anak pada usia 18 bulan hingga
sebelum berusia 24 bulan untuk kembali meningkatkan perlindungan nya dari
PD3I khususnya difteri, pertusis, dan campak rubela.

18
b. Definisi Operasional
Persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta
(bawah 2 tahun) meliputi 1 dosis imunisasi DPT-HB-Hib serta 1 dosis imunisasi
Campak Rubela di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.

c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta (bayi
usia di bawah 2 tahun) meliputi 1 dosis imunisasi DPT-HB-HiB serta 1 dosis
imunisasi Campak Rubela di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun, dibagi 90%
jumlah anak usia 12-24 bulan dalam kurun waktu yang sama, dikali 100%.

Rumus:

% Aanak usia 12-24 Anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta (bayi usia di
bulan mendapat bawah 2 tahun) meliputi 1 dosis imunisasi DPT-HB-HiB serta 1 dosis imunisasi
Ʃ
imunisasi lanjutan = Campak Rubela di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun dalam kurun waktu X 100%
baduta (bawah 2 satu tahun
tahun) Ʃ 90% jumlah anak usia 12-24 bulan dalam kurun waktu yang sama

d. Capaian Indikator

90,0% 93,2%

Target Cakupan Lanjutan Baduta


Sumber: Laporan Rutin s.d 16 Januari 2022

Grafik 6
Capaian Indikator Persentase Anak Usia 12-24 Bulan
yang Mendapat Imunisasi Lanjutan Baduta Tahun 2022

Berdasarkan data sampai dengan 16 Januari 2023, persentase anak usia 12-24
bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta yaitu 93,2% (3.667.524 anak) dari
target 90% (3.540.662 anak), sehingga capaian kinerja tahun 2022 sebesar
103,6%. Dengan data tersebut, maka indikator persentase anak usia 12-24 bulan
yang mendapat imunisasi lanjutan baduta telah berhasil mencapai target yang
telah ditetapkan.

Untuk dapat membandingkan pencapaian kinerja indikator tersebut, maka


dilakukan pembandingan persentase dari indikator yang sama pada tahun 2018-
2022 sebagai berikut:

19
Cakupan Imunisasi Lanjutan Baduta Target Capaian Kinerja
122,9
103,9 103,6
85,7
72,7
93,2 90,0
76,4 81,0
67,6 72,7 70,0
65,5
55,0 58,9

2018 2019 2020 2021 2022


Sumber: Laporan Rutin s.d 16 Januari 2022

Grafik 7
Capaian Indikator Persentase Anak Usia 12-24 Bulan
yang Mendapat Imunisasi Lanjutan Baduta Tahun 2018 - 2022

Pada Grafik 4 dapat dilihat bahwa jika dibandingkan antara cakupan imunisasi
lanjutan baduta untuk tahun 2018 - 2019 cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan target yang telah ditetapkan. Akan tetapi pada tahun 2020-2021 saat
terjadinya pandemi COVID-19, cakupan imunisasi lanjutan baduta selain tidak
mencapai target indikator juga jauh di bawah target minimum program sebesar
80%. Pada tahun 2022 cakupan imunisasi lanjutan baduta kembali mengalami
peningkatan yang sangat signifikan bahkan melebihi target pada tahun 2021.

Sementara itu, jika dinilai berdasarkan pencapaian Rencana Strategis


Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Dari grafik tersebut diketahui bahwa
capaian indikator persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi
lanjutan baduta tahun 2020-2021 belum mencapai target yang ditentukan. Hal
yang berbeda terjadi pada tahun 2022, dimana selain mengalami peningkatan
cakupan yang cukup signifikan dibanding dua tahun sebelumnya, juga berhasil
mencapai target indikator yang ditetapkan. Meskipun telah mencapai target
indikator yang telah ditetapkan, berbagai upaya tetap terus dilakukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan tingginya cakupan imunisasi lanjutan baduta
sehingga pada tahun-tahun selanjutnya tetap dapat mencapai target indikator
yang terdapat dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tersebut.

Indikator Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang mendapatkan imunisasi


dasar lengkap dan Persentase anak usia 12 sampai 24 bulan yang mendapat
imunisasi lanjutan BADUTA ada di dalam satu tim kerja di Direktorat Pengelolaan
Imunisasi, maka dari itu untuk point upaya yang dilakukan untuk mencapai
indikator, Analisa penyebab keberhasilan pencapaian target, masalah yang
dihadapi, pemecahan masalah, dan efisiensi penggunaan sumber daya digabung
menjadi satu penjelasan di bawah ini.

20
e. Upaya yang Dilakukan untuk Mencapai Indikator
Indikator persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) dan indikator persentase anak usia 12-24 bulan merupakan
indikator yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Setiap upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan cakupan dan pencapaian target bagi indikator
imunisasi dasar lengkap juga merupakan upaya meningkatkan cakupan dan
pencapaian target bagi indikator imunisasi lanjutan baduta.

Beberapa upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai indikator persentase bayi
usia 0 - 11 bulan mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dan indikator
persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan badut pada
tahun 2022 yaitu:

a) Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi, melalui:

1) Melakukan sosialisasi buku pedoman imunisasi dan orientasi petugas


mengenai pengelolaan imunisasi kepada seluruh petugas pengelola
imunisasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas termasuk
petugas imunisasi di fasilitas pelayanan kesehatan swasta;

Gambar 3
Sosialisasi Pedoman Praktis Manajemen Program Imunisasi
di Puskesmas

Gambar 4
Sosialisasi Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Rutin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Swasta

2) Melakukan koordinasi penguatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)


imunisasi rutin melalui analisa data cakupan imunisasi;

21
Gambar 5
Koordinasi Penguatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Imunisasi Rutin

3) Melakukan orientasi pengelolaan imunisasi di fasilitas pelayanan


kesehatan swasta bagi petugas dan pihak manajemen di faskes swasta
penyelenggara layanan imunisasi secara daring;

Gambar 6
Orientasi Petugas Imunisasi di Fasyankes Swasta

4) Melakukan supervisi dan monitoring serta on the job training melalui


kunjungan lapangan sebagai bentuk pengawasan dan pembinaan kepada
daerah;

Gambar 7
Supervisi dan OJT Program Imunisasi di Puskesmas

5) Melakukan desk review Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) data


cakupan IDL dan cakupan imunisasi lanjutan baduta;

22
Gambar 8
Desk Review PWS Cakupan IDL dan Imunisasi Lanjutan Baduta

b) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi lengkap,


melalui:

1) Kegiatan Webinar untuk masyarakat dan media masa dengan narasumber


ahli

Gambar 9
Talk Show dan Temu Media secara online dalam rangka
Pekan Imunisasi Dunia Tahun 2022

2) Pembuatan dan penayangan iklan layanan masyarakat tentang imunisasi


rutin. Penayangan dilakukan di berbagai media luar ruang seperti stasiun
kereta api, bandara, commuterline dan media sosial seperti Facebook,
Instagram, Youtube dan TikTok;

Gambar 10
Iklan Layanan Masyarakat mengenai Imunisasi Rutin di Media Luar Ruang

3) Melakukan advokasi dan koordinasi lintas kementerian untuk mendukung


layanan imunisasi di daerah

23
Gambar 11
Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor dan Lintas Program dalam rangka Penguatan Layanan
Imunisasi

f. Analisa Penyebab Keberhasilan Pencapaian Target


Indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang Mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) dan Indikator Persentase Anak Usia 12-24 Bulan yang Mendapat
Imunisasi Lanjutan Baduta telah berhasil mencapai target cakupan yang telah
ditetapkan. Akan tetapi, meskipun telah mencapai target, data capaian yang
digunakan untuk indikator tersebut masih belum final, karena merupakan data per
tanggal 16 Januari 2022. Data capaian indikator yang disampaikan saat ini dapat
mengalami pembaruan dan masih dalam proses penyempurnaan.

Indikator tersebut berhasil mencapai target yang ditetapkan karena upaya keras
yang untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi
rutin melalui edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai imunisasi
rutin yang berbeda dengan vaksinasi COVID-19. Meskipun begitu, masih banyak
penolakan orang tua untuk melanjutkan imunisasi anaknya setelah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap dan kekhawatiran akan adanya efek simpang pasca
imunisasi. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman orang tua tentang tujuan
pemberian imunisasi lanjutan, dan kurangnya informasi dan edukasi kepada
orang tua mengenai imunisasi lanjutan baduta.

g. Masalah yang Dihadapi


Dalam upaya mencapai target indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang
Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dan Indikator Persentase Anak Usia 12-
24 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lanjutan Baduta, terdapat beberapa
permasalahan/tantangan yang dihadapi, antara lain:

a) Kurangnya komitmen pemerintah daerah khususnya dalam penyediaan SDM


pelaksana dan dana operasional;

b) Adanya kesenjangan kapasitas dan keterampilan petugas imunisasi dalam


pengelolaan program imunisasi;

24
c) Adanya penolakan imunisasi oleh masyarakat karena: isu kehalalan vaksin,
kekhawatiran akan efek simpang vaksin, kekhawatiran akan pemberian
vaksinasi COVID-19 pada anak dengan selubung imunisasi rutin;

d) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai: pentingnya


imunisasi, khususnya imunisasi lanjutan pada anak usia bawah dua tahun
(baduta);

e) Kendala geografis (daerah sulit dijangkau);

f) Belum optimalnya koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta


terutama dalam mendapatkan laporan hasil pelayanan imunisasi.

h. Pemecahan Masalah
1) Melakukan koordinasi dengan lintas kementerian khususnya Kementerian
Koordinator Bidang PMK dan Kementerian Dalam Negeri. Koordinasi ini
menghasilkan surat dari Menko Bidang PMK kepada Mendagri untuk
menerbitkan instruksi kepada kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota agar
melakukan beberapa upaya yang mendukung peningkatan cakupan imunisasi;

Gambar 12
Surat Menko Bidang PMK kepada Mendagri dalam rangka peningkatan Cakupan Imunisasi

2) Melakukan orientasi pengelolaan program imunisasi baik secara daring


maupun luring kepada seluruh petugas pengelola imunisasi di tingkat provinsi,
kabupaten/kota dan puskesmas sebagai upaya peningkatan kapasitas petugas
dan penguatan pemahaman mengenai pengelolaan imunisasi;

25
Gambar 13
Orientasi Pedoman Praktis Manajemen Imunisasi
di Puskesmas pada Provinsi Terpilih

3) Melakukan advokasi dan koordinasi dengan organisasi keagamaan untuk


penguatan imunisasi;

Gambar 14
Pertemuan Koordinasi dengan Organisasi Keagamaan dalam rangka Penguatan Imunisasi Rutin

4) Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Sustainable Outreach Services (SOS) ke


kabupaten/kota dengan geografi sulit;

Gambar 15
Monitoring Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi pada Kegiatan SOS pada Daerah dengan Geografi Sulit

5) Melakukan penguatan jejaring layanan imunisasi dengan fasilitas pelayanan


kesehatan swasta penyelenggara layanan imunisasi;

Gambar 16
Supervisi dan Monitoring Pengelolaan dan Layanan imunisasi di Fasyankes Swasta Penyelenggara
Layanan Imunisasi

26
i. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Dalam upaya pencapaian target indikator baik Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan
yang Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dan Indikator Persentase Anak
Usia 12-24 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lanjutan Baduta, maka dialokasikan
anggaran di tingkat pusat yang dapat mendukung keberhasilan target.

Pada tahun 2022, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran untuk mencapai


target kedua indikator tersebut sebesar Rp 18.456.809.000 dengan target untuk
kedua indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang Mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) dan Indikator Persentase Anak Usia 12-24 Bulan yang Mendapat
Imunisasi Lanjutan Baduta, masing-masing sebesar 90%. Anggaran ini kemudian
mengalami revisi sehingga berubah menjadi Rp. 19.229.504.000 dengan realisasi
senilai Rp 16.297.228.389 (84,75%) yang terdiri dari total anggaran APBN dan
Hibah.

Dengan capaian indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang Mendapat
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) yaitu 92,7% (capaian kinerja indikator sebesar
102,9%), dan capaian indikator Persentase Anak Usia 12-24 Bulan yang
Mendapat Imunisasi Lanjutan Baduta yaitu 93,2% (capaian kinerja indikator
sebesar 103,6%). Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran sebesar 84,8%,
maka dapat dikatakan penggunaan sumber daya sudah efisien karena
pencapaian rata kinerja dari kedua indikator lebih tinggi (18,5%) dibandingkan
dengan realisasi anggaran.

3. Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat antigen baru


a. Penjelasan Indikator
Berdasarkan hasil kajian dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional
(Indonesian Technical Advisory Group on Immunization/ ITAGI) beban penyakit
akibat PD3I semakin bertambah, diantaranya untuk penyakit kanker serviks,
pneumonia, penyakit campak dan rubela, dan penyakit diare. Insiden untuk
penyakit-penyakit tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu,
ITAGI merekomendasikan untuk melakukan pengenalan antigen imunisasi baru
antara lain Imunisasi PCV, Imunisasi HPV, Imunisasi Rotavirus, dan Imunisasi IPV
2. Imunisasi PCV diberikan dalam upaya pencegahan penyakit pneumonia dan
telah dilaksanakan di kab/kota terpilih sebagai program demonstrasi sejak tahun
2017 dan selanjutnya dimasukkan ke dalam imunisasi program nasional pada
tahun 2022. Imunisasi HPV diperlukan dalam upaya pencegahan penyakit kanker
serviks. Imunisasi Rotavirus diperlukan dalam upaya pencegahan penyakit diare,
sedangkan imunisasi IPV 2 diperlukan dalam upaya pencegahan penyakit polio.
Imunisasi HPV, Rotavirus dan IPV2 diintroduksi ke dalam program imunisasi
nasional secara bertahap.

27
Untuk mengukur nilai perlindungan terhadap penyakit-penyakit tersebut pada
kelompok bayi usia 0-11 bulan, maka digunakan indikator Persentase bayi usia 0-
11 bulan yang mendapat antigen baru dengan target 90%. Untuk indikator
tersebut, jenis imunisasi antigen baru yang diperhitungkan hanya imunisasi PCV
dan Rotavirus. Namun, karena imunisasi Rotavirus baru dintroduksi pada Bulan
November 2022, maka perhitungan indikator capaian antigen baru untuk tahun
2022 hanya menggunakan cakupan imunisasi PCV di kabupaten/kota yang sudah
introduksi sebelum tahun 2022, yaitu sebanyak 31 Kab/Kota di Provinsi Bangka
Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Teggara Barat.

b. Definisi Operasional
Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar PCV dosis kedua
dalam kurun waktu satu tahun.

c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar PCV dosis kedua
dalam kurun waktu satu tahun, dibagi 80% dari jumlah seluruh bayi usia 0-11
bulan yang menjadi sasaran introduksi imunisasi PCV dalam kurun waktu yang
sama dikali 100.
Rumus:

Jumlah bayi usia 0-11


% bayi
bulan yang mendapat
usia 0-11 imunisasi dasar PCV
bulan
dosis kedua
yang = X 100
mendapat 80% bayi usia 0-11 bulan
selama kurun waktu yang
antigen
baru sama

28
d. Capaian Indikator

140,0

120,0

100,0
90
Cakupan (%)

80,0

120,6
120,5
60,0

110,8

109,1
104,8

99,9

96,1

90,6
82,2

40,0 73,4

56,5
55,0

52,9

39,3
20,0
26,0

0,0
BANGKA BELITUNG JAWA BARAT JAWA TIMUR NUSA TENGGARA INDONESIA
BARAT

PCV 1 PCV 2 PCV 3 Target PCV 2 Tahun 2022

Sumber : Laporan Rutin s.d 1 Februari 2022


Grafik 8
Capaian Indikator Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat antigen baru Tahun 2022

Berdasarkan data sampai dengan 1 Februari 2023, persentase bayi usia 0-11
bulan yang mendapat antigen baru yaitu 90,6% (489.368 bayi) dari target 90%
(540.047 bayi), sehingga capaian kinerja tahun 2022 sebesar 100,7%. Dengan
data tersebut, maka indikator persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat
antigen baru telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan.
Indikator persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat antigen baru
merupakan indikator baru yang dimasukan dalam PMK No. 13 tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Oleh karena itu,
perbandingan pencapaian kinerja indikator pada tahun-tahun sebelumnya tidak
tersedia.

e. Upaya yang Dilakukan untuk Mencapai Indikator


Beberapa upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai indikator persentase bayi
usia 0 - 11 bulan yang mendapat antigen baru yaitu :

a) Melakukan Advokasi dan Sosialisasi Imunisasi Antigen Baru dengan LP/LS


terkait;

29
Gambar 18
Advokasi dan Sosialisasi Imunisasi Antigen Baru

b) Melakukan Desk Review Cakupan Imunisasi Antigen Baru;

Gambar 19
Desk Review Cakupan Imunisasi Antigen Baru

c) Melakukan Orientasi dalam Rangka Introduksi Imunisasi Antigen Baru;

Gambar 20
Orientasi dalam Rangka Introduksi Imunisasi Antigen Baru

d) Melakukan supervisi dan monitoring melalui kunjungan lapangan sebagai


bentuk pengawasan dan pembinaan kepada daerah;

Gambar 21
Supervisi dan Monitoring Pelaksanaan Imunisasi Antigen Baru di Puskesmas

e) Melakukan Pencanangan Imunisasi Antigen Baru;

30
Gambar 22
Pencanangan Imunisasi PCV di Sumatera Selatan

f) Pembuatan dan penayangan iklan layanan masyarakat tentang imunisasi PCV.


Penayangan dilakukan di berbagai media televisi seperti televisi berlangganan,
televisi bandara, televisi commuter line, dan televisi kereta jarak jauh.

Gambar 23
Iklan Layanan Masyarakat mengenai Imunisasi PCV di commuter line

f. Analisa Penyebab Kegagalan Pencapaian Target


Indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang Mendapat Antigen Baru telah
berhasil mencapai target cakupan yang telah ditetapkan. Akan tetapi, meskipun
telah mencapai target, data capaian yang digunakan untuk indikator tersebut
masih belum final, karena merupakan data per tanggal 1 Februari 2023. Data
capaian indikator yang disampaikan saat ini dapat mengalami pembaruan dan
masih dalam proses penyempurnaan.
Indikator tersebut berhasil mencapai target yang ditetapkan karena upaya keras
yang untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pentingnya
imunisasi antigen baru melalui edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat,
salah satunya dengan pembuatan Iklan Layana Masyarakat. Selain itu, selama
tahun 2022 telah dilakukan desk review cakupan imunisasi PCV secara rutin dan
pembuatan umpan balik ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan. Tercapainya
indikator ini juga tidak terlepas dari adanya dukungan dari organisasi profesi dan
dilakukanya monitoring dan evaluasi secara rutin. Meskipun begitu, masih banyak
dtemukan penolakan orang tua untuk memberikan imunisasi ganda kepada
anaknya dan kekhawatiran akan adanya efek simpang pasca imunisasi. Hal ini

31
terjadi karena kurangnya pemahaman orang tua tentang tujuan pemberian
imunisasi antigen baru dan kurangnya informasi dan edukasi kepada orang tua
mengenai imunisasi antigen baru. Selain itu ditemukan juga kurangnya
kepercayaan diri tenaga kesehatan dalam memberikan suntikan ganda, sehingga
tidak dapat meyakinkan orang tua bahwa suntikan ganda aman dilakukan.

g. Masalah yang Dihadapi


Dalam upaya mencapai target indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang
Mendapat Antigen Baru, terdapat beberapa permasalahan/tantangan yang
dihadapi, antara lain:

a) Kurangnya komitmen pemerintah daerah khususnya dalam penyediaan SDM


pelaksana dan dana operasional;
b) Adanya kesenjangan kapasitas dan keterampilan petugas imunisasi terutama
dalam memberikan suntikan ganda
c) Adanya penolakan imunisasi oleh masyarakat karena kekhwatiran suntikan
ganda, isu kehalalan vaksin, kekhawatiran akan efek simpang vaksin
d) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
imunisasi, terutama imunisasi antigen baru;
e) Kendala geografis (daerah sulit dijangkau);
f) Belum optimalnya koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta
terutama dalam mendapatkan laporan hasil pelayanan imunisasi.
g) Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan melalui Aplikasi Sehat
IndonesiaKu (ASIK)

h. Pemecahan Masalah
a) Melakukan koordinasi dengan seluruh organisasi profesi seperti IDI, IDAI, IBI,
POGI, dan PPNI dan penandatanganan komitmen bersama pemberian
dukungan organisasi profesi terhadap program imunisasi nasional;

Gambar 24
Komitmen Organisasi Profesi

32
b) Melakukan orientasi dalam rangka introduksi imunisasi antigen baru baik
secara daring maupun luring kepada seluruh petugas pengelola imunisasi di
tingkat provinsi dkabupaten/kota dan puskesmas sebagai upaya peningkatan
kapasitas petugas dan penguatan pemahaman mengenai pengelolaan
imunisasi;

Gambar 25
Orientasi dalam rangka Introduksi Imunisasi Antigen Baru

c) Melakukan advokasi dan koordinasi dengan lintas program dan linta sektor
terkait, termasuk organisasi keagamaan mengenai adanya introduksi antigen
baru. Kegiatan dilaksanakan baik secara luring maupun daring.

Gambar 26
Pertemuan Advokasi dan Sosialisasi dalam rangak Introduksi Imunisasi Antigen Baru

d) Monitoring dan Supervisi Pelaksanaan Imunisasi Antigen Baru;

Gambar 27
Monitoring dan Supervisi Pelaksanaan Imunisasi Antigen Baru

33
i. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Dalam upaya pencapaian target indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang
Mendapat Antigen Baru, maka dialokasikan anggaran di tingkat pusat yang dapat
mendukung keberhasilan target.
Pada tahun 2022, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran untuk mencapai
target indikator tersebut sebesar Rp 17.949.458.000 dengan target untuk indikator
sebesar 90%. Anggaran ini kemudian mengalami revisi sehingga berubah menjadi
Rp. 36.634.030.000 dengan realisasi senilai Rp 31.209.886.700 (85,2%) yang
terdiri dari total anggaran APBN dan Hibah Luar Negeri.

Dengan capaian indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang Mendapat
Imunisasi Antigen Baru yaitu 79,7% dengan capaian kinerja indikator sebesar
88,5%. Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran sebesar 85,2%, maka dapat
dikatakan penggunaan sumber daya sudah efisien karena pencapaian kinerja
indikator lebih tinggi (3,3%) dibandingkan dengan realisasi anggaran. Selain itu,
pencapaian kinerja juga belum menjadi capaian final karena masih akan dilakukan
update cakupan sampai Bulan Desember, sehingga kemungkinan efisiensi
anggaran lebih besar daripada yang diperhitungkan saat ini.

4. Persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia sekolah


dasar
a. Pengertian
Pemberian imunisasi pada anak usia sekolah dasar yang merupakan imunisasi
rutin lanjutan bertujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap penyakit
campak, difteri dan tetanus. Selain itu, di beberapa daerah percontohan juga telah
dilaksanakan imunisasi Human Papilloma Virus (HPV) pada peserta didik
perempuan usia sekolah dasar kelas 5 (dosis pertama) dan kelas 6 (dosis kedua)
untuk mencegah penyakit kanker serviks.

Pemberian imunisasi ini dilaksanakan pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Usia
Sekolah (BIAS) bulan Agustus dan November setiap tahun, sebagai salah satu
bentuk kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang meliputi pemberian
imunisasi pada anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/bentuk lain yang
sederajat. Kegiatan BIAS secara operasional dinilai sangat efektif dan efisien
karena sebagian besar sasaran sudah berkumpul di sekolah.

Pelaksanaan BIAS menjadi sangat penting karena indikator kelengkapan


imunisasi individu ditentukan dengan capaian Imunisasi Rutin Lengkap (IRL).
Pencapaian IRL ini dapat dilakukan sebagai akselerasi di sekolah bagi peserta
didik yang belum melengkapi imunisasi sebelum masuk sekolah.

34
Begitu besar manfaat yang kita peroleh apabila penyelenggaraan BIAS berjalan
sesuai target yang ditetapkan. Peserta didik dan pendidik dapat fokus
melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan
intelektual tanpa terganggu dengan ketidakhadirannya didalam kelas.

b. Definisi Operasional
Persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia sekolah
dasar adalah Persentase anak usia kelas 6 Sekolah Dasar (SD) yang sudah
mendapat imunisasi lanjutan lengkap meliputi 1 dosis imunisasi DT, 1 dosis
imunisasi Campak Rubela, 2 dosis imunisasi Td di satu wilayah dalam kurun
waktu satu tahun. Target tahun 2022 adalah sebesar 70%.

c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah anak usia kelas 6 Sekolah Dasar (SD) yang sudah mendapat imunisasi
lanjutan lengkap meliputi 1 dosis imunisasi DT, 1 dosis imunisasi Campak Rubela,
2 dosis imunisasi Td di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun dibagi jumlah
seluruh anak usia kelas 6 Sekolah Dasar (SD) di wilayah tersebut dalam kurun
waktu satu tahun, dikali 100%

Rumus:

Jumlah anak usia kelas 6 Sekolah


Dasar (SD) yang sudah mendapat
imunisasi lanjutan lengkap meliputi 1
dosis imunisasi DT, 1 dosis imunisasi
Persentase anak
Campak Rubela, 2 dosis imunisasi Td
yang mendapatkan
di satu wilayah dalam kurun waktu x 100%
imunisasi lanjutan
= satu tahun
lengkap di usia
Jumlah seluruh anak usia kelas 6
sekolah dasar
Sekolah Dasar di wilayah tersebut
dalam kurun waktu satu tahun

d. Capaian Indikator
Data per 20 Februari 2023, dari target 4.416.884 anak sebanyak 4.018.521 anak
telah mendapat imunisasi lanjutan lengkap di usia Sekolah Dasar. Angka ini setara
dengan 91.0% atau telah melampaui target tahun 2022 sebesar 70%.

35
Grafik 9
Cakupan Imunisasi Campak Rubela BIAS Tahun 2018-2022
120

100 95,3
89,6

80 75,5
65,2
60,9
60

40

20

0
2018 2019 2020 2021 2022

Capaian cakupan imunisasi Campak Rubela pada peserta didik kelas 1 pada tahun
2018 sebesar 75,5% dan terjadi kenaikan sebesar 14,4% pada tahun 2019 menjadi
89,6%. Pada tahun 2020 cakupan turun menjadi 60,9%, namun pada tahun 2021
cakupan mengalami peningkatan menjadi 65,2%. Pada tahun 2022 target BIAS
adalah 90% sedangkan capaian imunisasi Campak Rubela tahun 2022 sebesar
95,3%.

Grafik 10
Cakupan Imunisasi DT BIAS Tahun 2018-2022
100 92,4 90,4 91,5
90
80
70 60,6
59,4
60
50
40
30
20
10
0
2018 2019 2020 2021 2022

Dari Grafik 7 dapat dilihat capaian cakupan imunisasi DT pada peserta didik kelas 1
hanya pada tahun 2018-2020 mengalami penurunan berturut-turut yaitu dari 92,4%
menjadi 90,4% dan 59,4%. Selanjutnya cakupan mengalami sedikit peningkatan di
tahun 2021 menjadi 60,6% dan cakupan pada tahun 2022 sebesar 91,5%.

36
Grafik 11
Cakupan Imunisasi Td BIAS Kelas 2 Tahun 2018-2022
100 94,1 91,0
90 86,4

80
70 62,0
58,8
60
50
40
30
20
10
0
2018 2019 2020 2021 2022

Pada Grafik 8 Terlihat capaian cakupan imunisasi Td pada peserta didik kelas 2 juga
mengalami penurunan pada periode tahun 2018-2020. Pada tahun 2018 capaian
cakupan imunisasi sebesar 94,1%, kemudian turun mnejadi 91% dan kembali turun
pada tahun 2020 menjadi 58,8%. Pada tahun 2022 cakupan mengalami peningkatan
menjadi 86,4%.

Grafik 12
Cakupan Imunisasi Td BIAS Kelas 5 Tahun 2018-2022
100 92,5 91,1
90
80
70 63,7
60,5
60
50
40
30
20
10 0,9
0
2018 2019 2020 2021 2022

Tahun 2018 dilakukan introduksi imunisasi Td kepada sasaran anak usia kelas 5
(tahun sebelumnya dilkukan pada sasaran anak usia kelas 3) dengan capaiannya
(0,9%). Pada tahun 2019 capaian hampir mencapai target yaitu (92,5%), namun
terjadi penurunan di tahun 2020 (60,5%) serta sedikit kenaikan di tahun 2021
(63,7%). Capaian cakupan imunisasi Td pada peserta didik tahun 2022 kembali
mengalami kenaikan cakupan menjadi 91,1%.

37
e. Upaya yang Dilakukan untuk Mencapai Indikator
Beberapa upaya telah dilakukan untuk dapat mencapai indikator Anak Yang
Mendapatkan Imunisasi Lanjutan Lengkap di Usia Sekolah Dasar, antara lain:

a) Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi, melalui:

1) Membuat surat keputusan bersama 4 Menteri yaitu Mendteri Dalam


Negeri, Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi dan Menteri Agama dengan tema Sehat Bergizi untuk
meningkatkan kualitas dan capaian BIAS;

Gambar 28
Penyusunan SKB 4 Menteri dengan tema Sehat Bergizi
2) Membuat Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Usia
Sekolah yang akan digunakan oleh para pengelola program imunisasi dan
lintas sektor serta lintas program terkait;

Gambar 29
Penyusunan Petunjuk Teknis BIAS
3) Melakukan sosialisasi dan orientasi kepada petugas kesehatan mengenai
petunjuk teknis yang dilakukan secara daring maupun luring;

38
Gambar 30
Sosialisasi terkait cold chain dan peralatannya
4) Melakukan supervisi dan monitoring serta on the job training melalui
kunjungan lapangan sebagai bentuk pengawasan dan pembinaan kepada
daerah;

Gambar 31
Supervisi dan monitoring bagi pemegang program di Puskesmas
5) Melakukan desk review data cakupan BIAS;

Gambar 232
Desk review cakupan ASIK tahun 2022
b) Peningkatan kesadaran masyarakat dan permintaan akan layanan imunisasi,
melalui:

1) Kegiatan webinar bagi masyarakat umum mengenai pentingnya BIAS.


Webinar mengundang para narasumber dan ahli;
2) Penyebarluasan informasi, sosialisasi dan pemberian edukasi mengenai
imunisasi kepada masyarakat melalui Germas.

Gambar 33
Penyebarluasan informasi kepada masyarakat dan peserta didik

39
c) Melakukan advokasi dan peningkatan koordinasi dengan lintas program dan
lintas sektor terkait dalam hal pelayanan dan penggerakkan masyarakat seperti
advokasi dan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Kementerian
Agama.

Gambar 34
Pelaksanaan semarak sehat Imunisasi di sekolah

f. Analisa Penyebab Tercapainya Target


Indikator persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia
sekolah dasar kabupaten/kota yang mencapai target mencapai target yang telah
ditetapkan walaupun data capaian yang digunakan untuk indikator tersebut belum
final, yaitu data sampai dengan 20 Januari 2023. Data capaian indikator yang
disampaikan saat ini dapat mengalami pembaruan dan masih dalam proses
penyempurnaan. Mulai meredanya pandemik Covid-19 dan kembali normalnya
aktifitas masyarakat termasuk proses pembelajaran sacara tatap muka dengan
memperhatikan protokol kesehatan menyebabkan cakupan pelaksanaan BIAS
tahun 2022 meningkat.

g. Masalah yang Dihadapi


Dalam upaya mencapai target indikator penyelenggaraan program imunisasi,
terdapat beberapa permasalahan/tantangan yang dihadapi, antara lain:

a) Adanya penolakan imunisasi oleh masyarakat karena: isu kehalalan vaksin,


kekhawatiran akan efek simpang vaksin;
b) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
imunisasi, khususnya imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah;
c) Kendala geografis (daerah sulit dijangkau);
d) Kurangnya dukungan lintas sektor khususnya lintas Kementerian (dalam hal ini
Dinas Pendidikan dan Kanwil Kementerian Agama) dalam pelaksanaan
pemberian imunisasi pada anak sekolah;

40
e) Masih adanya sekolah-sekolah yang memberikan informed consent kepada
orang tua/wali murid untuk pemberian imunisasi dalam pelaksanaan kegiatan
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS);
f) Belum optimalnya pemanfaatan aplikasi ASIK untuk laporan hasil pelayanan
BIAS.

h. Pemecahan Masalah
a) Melakukan webinar series dengan menghadirkan narasumber dari ITAGI,
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehaan, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan Kementerian Agama yang ditujukan
bagi tenaga kesehatan, seluruh stakeholder dan masyarakat umum untuk
meningkatkan pemahaman di setiap lapisan.
b) Melakukan koordinasi intensif dengan lintas Kementerian (Kementerian
Koordinator Bidang PMK, Kementerian dalam Negeri, Kementerian Agama,
dan Kementerian PPA Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi) untuk mendapatkan dukungan mengenai imunisasi. Kegiatan ini
menghasilkan SKB 4 Menteri tentang Peningkatan Status Kesehatan Peserta
Didik untuk mendukung layanan imunisasi khususnya imunisasi pada peserta
didik Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/bentuk lain sederajat, dan Surat
Menko Bidang PMK kepada Mendagri untuk menerbitkan instruksi kepada
kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota agar melakukan beberapa upaya
yang mendukung peningkatan cakupan imunisasi;
c) Melakukan sosialisasi Petunjuk Teknis Pelaksanaan BIAS bagi seluruh
pengelola imunisasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas;
d) Melakukan sosialisasi pemanfaatan aplikasi ASIK dalam mendukung
pencatatan dan pelaporan BIAS secara luring dan daring;
e) Melakukan monitoring Sustainable Outreach Services (SOS) untuk
memastikan pelayanan imunisasi dapat menjangkau daerah-daerah dengan
geografis sulit;
f) Melakukan supervisi suportif dan monitoring evaluasi pelaksanaan imunisasi
secara berkala dan berjenjanq disertai dengan pelaksanaan on the job training
serta pemberian umpan balik/ tindakan perbaikan secara langsung;
g) Pelaksanaan desk cakupan BIAS untuk memonitoring cakupan. Kegiatan ini
dilakukan secara daring dengan mengundang petugas imunisasi di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota;
h) Penggunaan ASIK untuk pencatatan BIAS. diharapkan dapat membantu
program imunisasi dalam meningkatkan kualitas data cakupan imunisasi dan
membantu program imunisasi dalam pencatatan dan pelaporan hasil layanan
imunisasi secara real time.

41
i. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Dalam upaya pencapaian target indikator, maka dialokasikan anggaran di tingkat
pusat yang dapat mendukung keberhasilan target. Pada tahun 2022, pemerintah
pusat mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 71.479.556.000 (anggaran di
tingkat pusat (Direktorat Pengelolaan Imunisasi), anggaran dekonsentrasi dan
anggaran DAK Non Fisik) dan target indikator sebesar 75%.

Karena Direktorat Pengelolaan Imunisasi baru terbentuk pada akhir Februari


2022, penggunaan anggaran pada masa awal peralihan masih pada Direktorat
Surveilans dan Karantina Kesehatan, dan pada akhirnya dapat sepenuhnya
menggunakan anggaran Direktorat Pengelolaan Imunisasi pada akhir Agustus
2022. Pembentukan direktorat baru ini mempengaruhi penggunaan dana
dekonsentrasi di tingkat provinsi yang juga mempengaruhi pelaksanaan berbagai
kegiatan.
Terjadi beberapa kali efisiensi anggaran hingga bulan Desember total efisiensi
sebesar Rp. 66.371.461.000 sehingga sisa anggaran pasca efisiensi adalah
sebesar Rp. 5.108.095.000 dengan realisasi sebesar Rp. 4.512.353.848 dan
capaian indikator yaitu 88%. Dengan realisasi anggaran dan capaian kinerja
tersebut, maka dapat dikatakan sudah efisien karena capaian kinerja lebih besar
dari realisasi anggaran.

5. Persentase wanita usia subur yang memiliki status imunisasi T2+


a. Penjelasan Indikator
Pada tahun 2016 Indonesia berhasil mencapai status Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal dan menjadi negara terakhir di Wilayah Regional Asia Tenggara
yang divalidasi untuk eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal. Saat ini Indonesia
terus berupaya untuk mempertahankan status eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan status
tersebut adalah penguatan imunisasi rutin termasuk pada kelompok wanita usia
subur (WUS). Pada WUS perlu diberikan imunisasi yang mengandung tetanus
toxoid sebagai upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan tubuh
secara aktif terhadap infeksi tetanus serta mengendalikan risiko kematian ibu dan
bayi.

Status imunisasi tetanus (status imunisasi T) merupakan jumlah dosis imunisasi


yang mengandung tetanus toxoid yang diterima oleh seseorang sesuai dengan
interval waktu tertentu. Kekebalan terhadap penyakit tetanus hanya diperoleh
melalui imunisasi yang mengandung tetanus toxoid minimal 2 dosis (status
imunisasi T2). Perlindungan jangka panjang diperoleh jika mendapatkan imunisasi
yang mengandung tetanus toxoid sebanyak 5 dosis (status imunisasi T5) dengan
interval pemberian yang memenuhi syarat.

42
Untuk mengukur nilai perlindungan terhadap penyakit tetanus pada kelompok
WUS, maka digunakan indikator persentase WUS yang memiliki status imunisasi
T2+.

WUS yang memiliki status imunisasi T2+ adalah WUS yang mendapat minimal 2
dosis imunisasi yang mengandung tetanus toxoid (status imunisasi T2 – T5).

Kasus tetanus banyak terjadi pada kelompok bayi dan ibu setelah melahirkan.
Untuk memastikan seluruh bayi dan ibu hamil telah mendapat perlindungan dari
penyakit tetanus maka kelompok WUS yang digunakan dalam perhitungan
indikator adalah ibu hamil.

b. Definisi Operasional
Persentase ibu hamil yang sudah memiliki status imunisasi T2+ di satu wilayah
dalam kurun waktu satu tahun.

c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah ibu hamil yang sudah memiliki status imunisasi T2+ (berdasarkan hasil
penapisan maupun pemberian imunisasi yang mengandung tetanus toxoid
selama masa kehamilan) dalam kurun waktu satu tahun, dibagi jumlah ibu hamil
selama kurun waktu yang sama, dikali 100.

Rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑖𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑇2 + 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

d. Capaian Indikator

71,3%

60%

Target Cakupan
Sumber: Laporan Rutin s.d 25 Januari 2023

Grafik 13
Capaian Indikator Persentase WUS yang Memiliki Status Imunisasi T2+ Tahun 2022
Berdasarkan data sampai dengan 25 Januari 2023, persentase WUS yang
memiliki status imunisasi T2+ sebesar 71,3%. Dengan data tersebut, maka

43
indikator persentase WUS yang memiliki status imunisasi T2+ telah berhasil
mencapai target yang telah ditetapkan.

Indikator persentase WUS yang memiliki status imunisasi T2+ merupakan


indikator yang baru ditetapkan pada tahun 2022. Berikut perbandingan cakupan
persentase WUS yang memiliki status imunisasi T2+ pada tahun 2018 – 2022
sebagai berikut:

118,8%

71,3%
64,0% 60%
53,4% 56,6%
47,0%

2018 2019 2020 2021 2022

Target Cakupan Capaian Kinerja

Sumber: Laporan Rutin s.d 25 Januari 2023

Grafik 14
Capaian Indikator Persentase WUS yang Memiliki Status Imunisasi T2+ Tahun 2018 -
2022
Pada Grafik 2 dapat dilihat bahwa jika dibandingkan antara cakupan status
imunisasi T2+ untuk tahun 2018 - 2021 cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan target yang telah ditetapkan, meskipun pada tahun 2019 berhasil
mencapai target yang ditetapkan. Pada grafik juga terlihat setelah mengalami
penurunan cakupan status imunisasi T2+ pada tahun 2020 - 2021 karena pandemi
COVID-19, cakupan status imunisasi T2+ mengalami peningkatan yang cukup
signifikan pada tahun 2022.

Meskipun pada tahun 2022 ini telah mencapai target, upaya terus dilakukan untuk
memaksimalkan cakupan status imunisasi T2+ sehingga pada tahun-tahun
selanjutnya tetap dapat mencapai target yang telah ditentukan.

e. Upaya yang Dilakukan untuk Mencapai Indikator


Beberapa upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai indikator persentase WUS
yang memiliki status imunisasi T2+ pada tahun 2022 yaitu:

a) Melakukan koordinasi dengan lintas program terkait

44
Gambar 35
Rapat Koordinasi Pencatatan dan Pelaporan Imunisasi pada WUS dengan Lintas Program
Terkait

b) Melakukan desk review cakupan imunisasi pada WUS secara berkala dengan
dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

Gambar 36
Pertemuan Desk Review Cakupan Imunisasi pada WUS

c) Menyusun buku Pedoman Upaya Mempertahankan Eliminasi Tetanus


Maternal dan Neonatal

Gambar 37
Pertemuan Penyusunan Pedoman Upaya Memepertahankan Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal

45
d) Menyusun buku saku imunisasi tetanus pada WUS

Gambar 38
Pertemuan Penyusunan Buku Saku Imunisasi Tetanus pada WUS

e) Menyelenggarakan peningkatan kapasitas (workshop) penguatan imunisasi


tetanus pada WUS dengan mengundang pengelola program imunisasi dan KIA
dinas kesehatan provinsi

Gambar 39
Workshop Penguatan Imunisasi Tetanus pada WUS

f) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan imunsasi tetanus pada WUS


ke dinas kesehatan provinsi dan kab/kota

Gambar 40
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Imunisasi Tetanus pada WUS di Kabupaten/Kota

46
f. Analisa Penyebab Keberhasilan Pencapaian Target
Indikator persentase WUS yang memliki status imunisasi T2+ telah berhasil
mencapai target cakupan yang telah ditetapkan. Meskipun telah mencapai target,
data capaian yang digunakan untuk indikator tersebut masih belum final, karena
merupakan data per tanggal 25 Januari 2023 dan masih terdapat 47
kabupaten/kota yang belum melaporkan data cakupan sampai dengan bulan
Desember 2022. Data capaian indikator yang disampaikan saat ini dapat
mengalami pembaruan dan masih dalam proses penyempurnaan.

Indikator tersebut berhasil mencapai target yang ditetapkan karena upaya yang
telah dilakukan di antaranya berkoordinasi dengan lintas program terkait;
menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas petugas dalam rangka
penyegaran kembali mengenai prosedur penapisan, penentuan status imunisasi
T serta pencatatan dan pelaporan imunisasi pada WUS; dan melakukan desk
review cakupan imunisasi pada WUS secara berkala dengan dinas kesehatan
provinsi dan kabupaten/kota. Meskipun demikian, masih terdapat petugas di
lapangan yang belum memahami secara utuh mengenai prosedur penapisan,
penentuan status imunisasi T serta pencatatan dan pelaporan imunisasi tetanus
pada WUS.

g. Masalah yang Dihadapi


Dalam upaya mencapai target indikator persentase WUS yang memliki status
imunisasi T2+, terdapat beberapa permasalahan/tantangan yang dihadapi, antara
lain:

1) Koordinasi antara program imunisasi dan KIA/Kespro belum berjalan dengan


optimal

2) Kurangnya pemahaman petugas mengenai prosedur dalam melakukan


penapisan dan penentuan status imunisasi T pada WUS

3) Perbedaan format pencatatan dan pelaporan imunisasi pada WUS antara


program imunisasi dan KIA/Kespro

4) Kurangnya pemahaman petugas dalam pencatatan dan pelaporan imunisasi


WUS melalui PWS

5) Pencatatan dan pelaporan imunisasi WUS masih manual

h. Pemecahan Masalah
a) Melakukan koordinasi dengan lintas program terkait (KIA/Kespro) untuk
membahas dan menyamakan pemahaman terkait pelaksanaan imunisasi pada
WUS khususnya terkait pencatatan dan pelaporan baik yang ada di program

47
imunisasi maupun KIA/Kespro, kemudian mengusulkan perubahan format
pencatatan dan pelaporan sesuai kebutuhan program imunisasi

Gambar 41
Pertemuan Koordinasi Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan Imunisasi pada WUS dengan
Lintas Program Terkait (KIA/Kespro)

b) Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas dalam rangka penguatan


pencatatan dan pelaporan imunisasi tetanus pada WUS dengan mengundang
pengelola program imunisasi dan KIA dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/kota di provinsi terpilih

Gambar 42
Pertemuan Peningkatan Kapasitas Pencatatan dan Pelaporan Imunisasi pada WUS di Provinsi
Terpilih

c) Melakukan koordinasi dengan Digital Transfomation Office (DTO) Kemenkes


untuk mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan imunisasi rutin
berbasis elektronik

48
Gambar 43
Pertemuan Koordinasi Pengembangan Aplikasi ASIK Imunisasi Rutin

i. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya


Dalam upaya pencapaian target indikator persentase WUS yang memiliki status
imunisasi T2+ tahun 2022 sebesar 2022, maka dialokasikan anggaran di tingkat
pusat yang dapat mendukung keberhasilan target.

Pada tahun 2022, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran APBN untuk


mencapai target indikator tersebut sebesar Rp 424.350.000 dan dari anggaran
PHLN sebesar Rp 715.679.000. Adapun realisasi penggunaan anggaran dari
kedua sumber dana sebesar 74%.

B. REALISASI ANGGARAN
a. Realisasi per RO

Alokasi Realisasi
No Uraian Anggaran RO Anggaran RO
(AARO) (RARO)
Pengelolaan Imunisasi 99.243.613.000 72.839.516.861
Koordinasi Pelaksanaan Imunisasi
1 17.859.138.000 15.463.123.623
(LP)
Koordinasi Pelaksanaan Vaksinasi
2 554.680.000 187.799.412
COVID-19 (LP)
Sosialisasi pelaksanaan imunisasi
3 3.702.711.000 3.240.495.511
(LP)
Sosialisasi dalam rangka
4 Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 36.000.000 0
(LP)
5 NSPK Imunisasi (LP) 1.415.045.000 503.331.621
6 Surveilans PD3I (LP) 221.280.000 172.916.486
7 Surveilans KIPI (LP) 916.140.000 283.251.818
Pelaksanaan Imunisasi di Daerah
8 306.100.000 127.962.404
Sulit (LP)
Surveilans Kejadian Ikutan Pasca
9 280.790.000 188.761.725
Vaksinasi COVID-19 (LP)
Media komunikasi, informasi, edukasi
10 30.480.351.000 27.669.692.572
imunisasi (LP)

49
Alokasi Realisasi
No Uraian Anggaran RO Anggaran RO
(AARO) (RARO)
Pengadaan Logistik Penanggulangan
11 4.752.676.000 4.302.390.539
PD3I (LP)
Alat dan bahan kesehatan
12 21.494.667.000 6.165.113.216
pendukung imunisasi (LP)
Pemeliharaan Sistem Informasi
13 100.000.000 97.700.000
Imunisasi (LP)
14 Workshop bidang Imunisasi (LP) 9.245.826.000 8.171.355.995
15 Pelatihan Surveilans PD3I (LP) 1.551.832.000 1.400.063.615
Workshop Petugas Imunisasi dalam
16 Rangka Pelaksanaan Vaksinasi 32.600.000 0
COVID-19 (LP)
Monitoring dan Supervisi Imunisasi
17 6.293.777.000 4.865.558.324
(LP)

50
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap dan Imunisasi Lanjutan Baduta berhasil mencapai
target yang telah ditetapkan secara nasional, namun masih dibutuhkan dukungan
Pemda untuk pemerataan cakupan imunisasi:
a. Advokasi untuk meningkatkan komitmen dan pelibatan lintas sektor/lintas program
dalam percepatan imunisasi.
b. Sosialisasi dan edukasi melalui media KIE imunisasi dalam meningkatkan demand
masyarakat untuk imunisasi rutin.
2. Diperlukan monitoring dan evaluasi secara rutin dan berkala terhadap pelaksanaan dan
capaian program imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi lanjutan pada Baduta agar
sesuai standar ketentuan dan sebagai penguatan terhadap pelaksanaan program.
3. Indikator persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat antigen baru telah mencapai
target yang telah ditentukan yaitu 90.6% dengan capaian kinerja indikator sebesar
100,7%
4. Keberhasilan pencapaian target persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat
antigen baru tidak terlepas dari adanya komitmen pemerintah pusat, pemerintah daerah,
organisasi profesi, dan mitra dalam pelaksanaan dan pendampingan imunisasi antigen
baru.
5. Penambahan dua jenis antigen baru untuk menekan angka kesakitan dan kematian
balita yaitu vaksin PCV untuk mencegah pneumonia dan rotavirus untuk mencegah
diare.
6. Berdasarkan data cakupan BIAS tahun 2022, dari target 4.416.884 anak sebanyak
4.018.521 anak telah mendapat imunisasi lanjutan lengkap di usia Sekolah Dasar.
Angka ini setara dengan 91.0% atau telah melampaui target tahun 2022 sebesar 70%.
Untuk masing-masing jenis antigen dengan target cakupan 90%, persentase anak yang
mendapatkan imunisasi Campak Rubela di kelas 1 sebesar 95,26%. Persentase anak
yang mendapatkan imunisasi DT di kelas 1 sebesar 91,46%. Persentase anak yang
mendapatkan imunisasi Td di kelas 2 sebesar 86,39%. Persentase anak yang
mendapatkan imunisasi Td di kelas 5 sebesar 91,1%. Terdapat 1 jenis antigen yaitu Td
kelas 2 yang masih dibawah target 90%.

B. TINDAK LANJUT
1. Melakukan monitoring pemantauan cakupan imunisasi di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/ Kota secara berkala melalui desk review cakupan imunisasi.

51
2. Melakukan Kerjasama dan koordinasi dengan K/L lain terkait dalam penyediaan tenaga
penyuluh agama, media edukasi masyarakat (melalui iklan layanan masyarakat atau
berbagai media informasi lainnya), berkoordinasi internal maupun lintas K/L dalam
mengeluarkan kebijakan pusat bagi daerah terkait imunisasi (peraturan, SE).
3. Penguatan penggunaan system pencatatan dan pelaporan imunisasi sesuai standar
dan ketentuan melalui kunjungan supervisi dan monitoring evaluasi berjenjang.
4. Penguatan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah, LP/LS terkait, dan
masyarakat mengenai pentingnya pemberian imunisasi antigen baru
5. Pelaksanaan desk review cakupan imunisasi antigen baru secar rutin
6. Memberikan umpan balik cakupan imunisasi antigen baru kepada Dinas Kesehatan
Provinsi secara rutin
7. Peningkatan kapasitas petugas imunisasi terutama dalam pemberian imunisasi ganda
8. Penguatan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan imunisasi dan logistik melalui ASIK
dan SMILE
9. Penguatan koordinasi dengan RS atau fasyankes swasta lainnya agar laporan cakupan
imunisasi PCV dapat diperoleh dan direkap untuk dilaporkan ke Pusat
10. Melakukan koordinasi intensif dengan lintas Kementerian (Kementerian Koordinator
Bidang PMK, Kementerian dalam Negeri, Kementerian Agama, dan Kementerian PPA
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) untuk mendapatkan
dukungan mengenai imunisasi.
11. Mendorong terbitnya Surat Menko Bidang PMK kepada Mendagri untuk menerbitkan
instruksi kepada kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota agar melakukan beberapa
upaya yang mendukung peningkatan cakupan imunisasi.
12. Melakukan sosialisasi Petunjuk Teknis Pelaksanaan BIAS bagi seluruh pengelola
imunisasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas.
13. Melakukan sosialisasi pemanfaatan aplikasi ASIK dalam mendukung pencatatan dan
pelaporan BIAS secara luring dan daring.
14. Melakukan monitoring Sustainable Outreach Services (SOS) untuk memastikan
pelayanan imunisasi dapat menjangkau daerah-daerah dengan geografis sulit.
15. Melakukan supervisi suportif dan monitoring evaluasi pelaksanaan imunisasi secara
berkala dan berjenjanq disertai dengan pelaksanaan on the job training serta pemberian
umpan balik/ tindakan perbaikan secara langsung.
16. Melaksanakan desk cakupan BIAS untuk memonitoring cakupan.

52

Anda mungkin juga menyukai