Anda di halaman 1dari 60

RENCANA AKSI KEGIATAN

2022 - 2024

PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR


SIPIL NEGARA KEMENTERIAN KESEHATAN
KATAPENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME dengan
telah diselesaikannya Dokumen Rencana Aksi Kegiatan Pusat
Pengembangan Kompetensi ASN (RAK-PPKASN) Sekretariat
Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2022-2024. Rencana
Aksi Kegiatan (RAK) ini merupakan Turunan dari Dokumen
Rencana Aksi Program (RAP) Sekretariat Jenderal Kemenkes
yang merupakan penjabaran dari RENSTRA Kementerian
Kesehatan 2020 - 2024 yang menjadi dokumen perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia.
RAK PPKASN Tahun 2022-2024 Setjen Kemenkes berisi upaya – upaya dan
strategi dalam Pengembangan Kompetensi ASN yang dijabarkan dalam bentuk
kegiatan, indikator, target, identifikasi kendala dan masalah yang mungkin dihadapi
dalam pelaksanaan kegiatan, dan kebutuhan anggaran indikatif dalam pelaksanaan
kegiatan Pengembangan Kompetensi ASN selama periode 2022–2024, selain itu RAK
PPKASN ini disusun sebagai arah dan prioritas strategis pengembangan kompetensi
ASN Kementerian Kesehatan untuk periode 2022-2024, dan sekaligus merupakan arah
bagi para pengambil keputusan di lingkungan PPKASN dalam tiga tahun ke depan
sehingga terwujud SMART ASN yang ber-AHKLAK di Kementerian Kesehatan 2024 dan
berkinerja unggul dapat dicapai.
Saat ini, jumlah ASN Kementerian Kesehatan hampir mencapai kurang lebih
50.000 orang yang tersebar diseluruh Indonesia. Mereka inilah yang menjadi ujung
tombak pelaksana pembangunan kesehatan diIndonesia, bekerja sama dengan
stakeholder lain,tentu gambaran dan capaian kesehatan di Indonesia akan sangat
dipengaruhi oleh kompetensi dan kinerja mereka. Untuk itu, proses rekrutmen, seleksi,
penempatan, manajemen talenta dan karir hingga pengelolaan kesejahteraan harus
dikelola secara baikdan profesional.
Tuntutan pengelolaan ASN Kementerian Kesehatan ini juga semakin penting
mengingat tantangan ke depan semakin besar, terkait dengan globalisasi, perkembangan
teknologi industri 4.0, perubahan pola penyakit, perubahan budaya masyarakat, tuntutan
pelayanan kesehatan yang lebih baik dan sebagainya.
Dengan tersusunnya RAK PPKASN ini dapat meningkatkan kinerja dalam
pengelolaan dan pengembangan kompetensi ASN dilingkungan Kementerian Kesehatan
guna mendukung tercapainya sasaran pembangunan kesehatan
Jakarta, Juni 2022

Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi ASN

Trisa Wahjuni Putri

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum

Saat ini Pemerintah Indonesia dihadapkan pada beberapa isu strategis dan
tantangan global yang kompleks serta multidimensional untuk dapat mewujudkan
birokrasi kelas dunia dan berdaya saing dengan negara-negara lain. Reformasi
Birokrasi adalah salah satu strategi penting yang harus dilakukan dalam
mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Dunia terus
bergerak maju, oleh karena itu proses bisnis birokrasi harus fleksibel dan adaptif
terhadap tatanan baru tersebut. Untuk menciptakan birokrasi semakin baik, cepat dan
efisien, tentunya harus didukung dengan reformasi SDM Aparatur.
Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
dirumuskan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Tujuan Pembangunan Nasional tersebut diterjemahkan dalam visi, misi
dan arah pembangunan nasional.
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2004 terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun
secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan Undang-undang Nomor
17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) nasional
2005-2025, pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Disamping kondisi kesehatan diatas pandemi covid-19 yang dimulai pada bulan
maret tahun 2020 juga mempengaruhi tatanan global serta semua aspek kehidupan
dalam bermasyarakat, berkaktivitas dan bekerja.
Secara global, saat ini kita memasuki era industri 4.0 yang cenderung distruptif.
Perkembangan terknologi digital diprediksi akan mengakibatkan perubahan pola
hidup, cara kerja dan tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang lebi baik dan
merata. Diprediksi akan terjadi juga masa transisi dari peta epidemilogi penyakit di
Indonesia sehingga memunculkan berbagai tantangan stategis yang lebih sulit dan
kompleks. Upaya Kesehatan yang diselenggarakan dengan pendekatan promotif,
1
preventif, kuratif dan rehabilitative harus dilaksanakan dengan dukungan Aparatur
Sipil Negara (ASN) kesehatan yang unggul dan melalui reformasi birokrasi yang
efektif.

Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
menggariskan penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN hendaknya
dijalankan berdasarkan profesionalisme, proporsional, akuntabel, efektif dan efisien
agar peningkatan kinerja birokrasi dapat dicapai, Kementerian PAN dan RB telah
menetapkan bahwa dalam menghadapi tantangan saa ini ASN harus memiliki profil
SMART ASN, dengan ciri-ciri integritas, berwawasan kebangsaan, berbahasa asing,
2
penguasaan IT, networking dan entrepreneur. SMART ASN merupakan salah satu
kunci sukses penataan birokrasi dan system penyelenggaraan pemerintahan, dengan
mengutamakan nilai 4E yakni efektifitas, efisiensi, equity (rasa adil), dan economies
(hemat dan optimal). Melalui upaya tersebut, tujuan reformasi birokrasi menuju kelas
dunia dapat terwujud yakni menciptakan birokrasi pemerintahan yang profesioal dan
berkarakter, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani
publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode
etik aparatur negara, serta mampu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategi (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2022-2024 (Renstra Revisi) berdasarkan Arah Kebijakan dan
Strategi Nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-20224.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 merupakan
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat progam-program
pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan
menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Renstra Kementerian
Kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk progam/kegiatan, indikator, target, sampai
dengan kerangka pendanaan dan kerangka regulasinya.
Renstra ini menjadi dasar dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
maka dalam pelaksanaannya perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam suatu Rencana
Aksi Progam (RAP) pada Unit Organisasi setingkat Eselon I dan Rencana Aksi
Kegiatan (RAK) pada Unit Organisasi setingkat Eselon II.
Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (PPKASN) merupakan
Unit Organsisasi baru setingkat eselon II dibawah Koordinasi Sekretariat Jenderal
yang mempunyai tugas menyelenggarakan Pengembangan Kompetensi Aparatur
Sipil Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan adalah melaksanakan Penyusunan Kebijakan Teknis di
bidang pengembangan kompetensi ASN Kementerian Kesehatan dan Pelaksanaan
di bidang kompetensi dilingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan tersusunnya RAK Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil
Negara Tahun 2022-2024, diharapkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan
3
Kompetensi ASN di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menjadi tugas dan
fungsi PPKASN dapat dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efektif, efisien, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan, proporsionalitas dan kepatutan.

Kementerian Kesehatan saat ini telah menyusun Rencana Stretegis Tahun


2020-2024 sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 13 Tahun 2022
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020
tentang Renstra Kementerian Kesehatan sebagai arah dan prioritas strategi dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia. Tujuan Pembangunan kesehatan adalah
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Hasil pembangunan kesehatan akan terlihat dari penduduk yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2024 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukan oleh meningkatnya
Umur Harapan Hidup (UHH), menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka
Kematian Ibu, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita.
Dalam rangka pencapaian vis dan misi, tujuan strategis dan sasaran strategis
di Kementerian Kesehatan, program kesehatan terbagi menjadi dua program yaitu
progam generik dan progam teknis. Salah satu program generik untuk mendukung
program teknis/prioritas adalah Program Dukungan Manajemen yang dilaksanakan
oleh Sekretariat Jenderal. Rencana Aksi Kegiatan untuk mendukung pelaksanaan
Progam Dukungan Manajemen didukung secara bertahap oleh seluruh komponen
dalam suatu organisasi di tingkat kementerian selama lima tahun yaitu tahun 2020-
2024.

B. Potensi dan Tantangan


Globalisasi dan perkembangan teknologi digital saat ini akan sangat
berpengaruh secara signifikan terhadap lingkungan Strategis Aparatur Sipil Negara
4
dan Birokrasi di Indonesia pada tahun 2022-2024. Selain itu berbagai isu nasional
juga akan berpengaruh pada keadaan tersebut. Misalnya tingkat pembangunan
ekonomi, tuntutan untuk pemerataan pembangunan daerah dengan memperluas
basis-basis perekonomian khususnya di Indonesia bagian tengah dan timur.
Peningkatan Budaya digital di masyarakat juga akan berdampak pada budaya
birokrasi. perkembangan teknologi digital di era milineal telah mengakibatkan
perubahan cara dan pola kerja pemerintah. Peningkatan Proporsi ASN dari kalangan
generasi millennium diprediksi akan menuntut perubahan pola dan cara kerja
birokrasi dalam pemerintahan, seperti perubahan jam kerja yang menjadi lebih
fleksibel dan perubahan tempat kerja yang lebih mendukung diskusi dan bertukar
informasi. Berbeda dengan generasi Baby Boomers dengan ciri-ciri yang telah
mengedepankan tata karma birokrasi. Generasi Milenial (Generasi Y) yang memiliki
karakteristik lebih kreatif, lebih melihat IT, dan lebih mengutamakan worklife balance
yang diprediksi akan terjadi gap generasi dan gap kerja dalam birokrasi ASN.
Kementerian Kesehatan RI bersama United Nations Development Programme
(UNDP) telah meluncurkan blue print Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.
Strategi transformasi tersebut mengubah fokus pelayanan kesehatan dari pelaporan
untuk pejabat menjadi pelayanan untuk masyarakat, Kementerian Kesehatan adalah
elemen tertinggi di sektor kesehatan dan harus bisa memberikan kesempatan
sebesar-besarnya kepada inovator-inovator untuk berinovasi menciptakan aplikasi-
aplikasi sistem teknologi kesehatan yang sebaik-baiknya untuk melayani masyarakat.
teknologi digital kesehatan ke depannya baik itu berkaitan dengan big data, berkaitan
dengan artificial intelligence, dan berkaitan dengan machine learning, itu akan
berubah secara drastis. Oleh karena itu ini adalah saat yang tepat untuk bisa
melakukan lompatan lebih jauh agar kita bisa lebih maju lagi membangun industri
kesehatan masa depan yang fokusnya memberikan layanan kesehatan sebaik-
baiknya serta Transformasi digital kesehatan harus bisa dirasakan sebaik mungkin
oleh masyarakat.
Saat ini Kementerian Kesehatan telah membuat Peta Jalan perubahan itu
diwujudkan dengan melakukan transformasi sistem kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan mencanangkan enam pilar transformasi kesehatan. Pilar
pertama, transformasi layanan primer. Yakni, transformasi untuk meningkatkan
layanan promotif dan preventif, seperti memperkuat upaya pencegahan, deteksi dini,

5
promosi kesehatan, membangun infrastruktur, melengkapi sarana, prasarana, SDM,
serta memperkuat manajemen di seluruh layanan primer di tanah air.
Dalam Pilar kelima, transformasi SDM kesehatan, dengan meningkatkan
kuantitas, distribusi, dan kualitas tenaga kesehatan, melalui beasiswa, pemberdayaan
diaspora kesehatan, dan pertukaran tenaga profesional kesehatan dengan mitra
internasional. Kementerian Kesehatan kedepan, kita harus dapat memastikan jumlah,
sebaran hingga kualitas dari tenaga kesehatan mencukupi untuk memberikan layanan
dan akses kepada seluruh rakyat Indonesia.
Pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama kita.membangun SDM yang
pekerja keras, yang dinamis. Membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengundang talenta-talenta global untuk bekerja sama
dengan kita. Kerja sama dengan industri juga penting dioptimalkan. Dan juga
penggunaan teknologi yang mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri.
Penyederhanaan birokrasi harus terus kita lakukan besar-besaran.
Birokrasi yang panjang harus kita pangkas. Eselonisasi harus disederhanakan.
Eselon I, eselon II, eselon III, eselon IV, untuk disederhanakan menjadi 2 level saja,
diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian,
menghargai kompetensi.
Pembangunan SDM dan Penyederhanaan Birokrasi merupakan pidato dan
arahan Presiden untuk periode 2019-2024 yang saat ini sudah mulai dilaksanakan
dan akan terus dilakukan sampai dengan Birokrasi yang melayani dan sampai kepada
yang membutuhkan.
Upaya penyederhanaan birokasi yang akan dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan berfokus pada perampingan organisasi, optimasi jabatan, dan pemilihan
prioritas kerja. Perampingan yang dimaksud adalah dengan memangkas sistem
eselon menjadi hanya dua level, yaitu hanya ada eselon I dan II, sedangkan untuk
optimalisasi jabatan dilakukan dengan mengalihkan jabatan struktural yang dirasa
belum optimal ke jabatan fungsional. Sedangkan untuk prioritas kerjas dilakukan
sejalan dengan program prioritas pembangunan untuk melakukan investasi lapangan
kerja.
Sejalan dengan arahan Presiden tersebut, beberapa regulasi telah disusun
Pemerinah, misalnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 20214 tentang ASN, Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen ASN, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK, Manajemen ASN
6
terdiri dari atas Manajemen PNS dan Manajemen PPPK yang perlu dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga dengan menerapkan Norma. Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK) yang lebih mampu sesuai dengan payung hukum yang ada.
Pemerintah telah menetapkan peta jalan (roadmap) pengelolaan birokrasi yang
dibagi dalam empat tahapan, tahapan tersebut dimulai dari pembentukan good
governance. Kemudian reformasi birokrasi dan dilanjutkan dengan pengelolaan
berbasis system merit dimana kebijakan dan manajeman ASN berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar. Pada Periode 2020-2024
arah pengelolaan birokrasi akan difokuskan untuk menghasilkan birokrasi berkelas
dunia dengan menyesuaikan terhadap perkembangan era industri 4.0
Sejalan dengan pengelolaan birokrasi menuju birokrasi kelas dunia, ASN juga
perlu di di kelola menuju SMART ASN 2024 yaitu ASN yang menjujung tinggi integritas
dan nasionalisme, berwawasan global, mengusai IT dan bahasa asing,
mengutamakan hospitality (pelayanan). Memiliki jaringan (networking) yang luas,
serta berjiwa entrepreneurship yang gagah dan inovatif.

C. Tugas Pokok dan Fungsi


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Pusat Pengembangan
Kompetensi Aparatur Sipil Negara Kementerian Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan pengembangan komptensi aparatur sipil negara Kementerian
Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur
Sipil Negara menyelenggarakan fungsi :
(a) penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan kompetensi aparatur
sipil negara Kementerian Kesehatan,
(b) pelaksanaan di bidang pengembangan kompetensi aparatur sipil negara
Kementerian Kesehatan,
(c) pemantauan evaluasi dan pelaporan
(d) pelakaksnaan urusan administrasi pusat.

Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara terdiri atas :


a. Subbagian Administrasi Umum
b. Kelompok Jabatan Fungsional.
7
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS, ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN

A. Visi dan Misi Kementerian Kesehatan


Visi Nasional pembangunan jangka panjang adalah terciptanya manusia yang
sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta masyarakat yang makin sejahtera
dalam berkelanjutan.Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur sesuai dengan RPJPN 2005-2025, Presiden terpilih sebagaimana
tertuang dalam RPJMN 2020-2024 telah menetapkan Visi Presiden 2020-2024:
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong Royong”.Untuk melaksanakan visi Presiden 2020-2024
tersebut,Kementerian Kesehatan menjabarkan visi Presiden di bidang kesehatan,
yaitu“ Menciptakan Manusia yang Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan”.
Pembangunan manusia dilakukan berlandaskan pada Tiga Pilar Pembangunan,
yakni, (i) layanan dasar dan perlindungan sosial, (ii) produktivitas, dan (iii)
pembangunan karakter. Melalui tiga pilar ini,Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing SDM menjadi sumber daya manusia yang
sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil,dan berkarakter. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan mempunyai peran
sentral sebagai fondasi dalam peningkatan kualitas SDM, khususnya terkait aspek
pembangunan sumber daya manusia sebagai modal manusia (human capital).
Dalam rangka mencapai terwujudnya visi Presiden yakni: “ Terwujudnya
Indonesia Majuyang Berdaulat, Mandiri,danBerkepribadian, Berlandaskan Gotong
Royong”, maka telah ditetapkan 9 (sembilan) misi Presiden tahun 2020-2024, yakni :
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia;
2. Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing;
3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan;
4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan;
5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa;
6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, danTerpercaya;

8
7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh
Warga;
8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya;
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan

Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk


penguatan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing
khususnya di bidang farmasi dan alat kesehatan, Kementerian Kesehatan telah
menjabarkan misi Presiden Tahun 2020-2024, sebagai berikut :
1. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi, Ibu, Anak, dan Remaja;
2. Perbaikan Gizi Masyarakat;
3. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
4. Pembudayaan GERMAS;
5. Memperkuat Sistem Kesehatan.

B. Tujuan Strategis Kementerian Kesehatan


Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi Kementerian Kesehatan di
atas, maka ditetapkan tujuan yang akan dicapai selama periode 2020-2024
sebagai berikut:

1. Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Primer yang Komprehensif dan


Berkualitas, serta Penguatan Pemberdayaan Masyarakat;

2. Tersedianya Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas;


3. Terciptanya Sistem Ketahanan Kesehatan yang Tangguh;
4. Terciptanya Sistem Pembiayaan Kesehatan yang Efektif, Efisien dan
Berkeadilan;
5. Terpenuhinya SDM Kesehatan yang Kompeten dan Berkeadilan;
6. Terbangunnya Tata Kelola, Inovasi, dan Teknologi Kesehatan yang
Berkualitas dan Efektif.

9
C. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan
Dalam rangka mencapai tujuan Kementerian Kesehatan di atas, maka
ditetapkan sasaran strategis Kementerian Kesehatan sebagai berikut :

Tujuan Sasaran Strategis


1 Terwujudnya Pelayanan 1.1 Menguatnya promotif preventif di
Kesehatan Primer yang FKTP melalui UKBM dan pendekatan
Komprehensif dan keluarga
Berkualitas serta Penguatan
1.2 Terpenuhinya sarana, prasarana,
Pemberdayaan Masyarakat
obat, BMHP, dan alat kesehatan
pelayanan kesehatan primer
1.3 Menguatnya tata kelola manajemen
pelayanan dan kolaborasi publik-
swasta
2 Tersedianya Pelayanan 2.1 Terpenuhinya sarana prasarana, alat
Kesehatan Rujukan yang kesehatan, obat, dan bahan medis
Berkualitas habis pakai (BMHP) pelayanan
kesehatan rujukan
2.2 Menguatnya tata kelola manajemen
dan pelayanan spesialistik

2.3
Menguatnya dan terdistribusinya mutu
RS, layanan unggulan, dan
pengembangan layanan lain
3 Terciptanya
Terciptanya Sistem 3.1 3.1
Menguatnya produksi Menguatnya
alat kesehatan,
Sistemyang
Ketahanan Kesehatan produksi
bahan baku obat, obat, obat alat
Tangguh Ketahanan kesehatan,
tradisional, dan vaksin bahan
dalam negeri
Kesehatan yang baku obat, obat,
Tangguh 3.2 obatyang
Menguatnya surveilans tradisional,
adekuat
dan vaksin dalam
negeri
3.3 Menguatnya sistem penanganan
bencana dan kedaruratan kesehatan
4 Terciptanya Terciptanya
Sistem 4.1 Terpenuhinya pembiayaan kesehatan
PembiayaanSistem
Kesehatan yang yang berkeadilan pada kegiatan
Pembiayaan
Efektif, Efisien dan promotif dan preventif
Berkeadilan Kesehatan 4.2 Menguatnya pembiayaan kesehatan
yang Efektif, nasional secara efektif, efisien dan
Efisien dan berkeadilan untuk mencapai Universal
Berkeadilan Health Coverage (UHC)
5 Terpenuhinya SDM 5.1 Meningkatnya pemenuhan dan
Kesehatan yang Kompeten pemerataan SDM kesehatan yang
dan Berkeadilan berkualitas
5.2 Meningkatnya kompetensi dan sistem
pendidikan pelatihan SDM kesehatan

10
5.3 Meningkatnya sistem pembinaan
jabatan fungsional dan karier SDM
kesehatan
6 Terbangunnya Tata Kelola, 6.1 Meningkatnya sistem pelayanan
Inovasi, dan Teknologi kesehatan dalam ekosistem teknologi
Kesehatan yang Berkualitas kesehatan yang terintegrasi dan
dan Efektif transparan dalam mendukung
kebijakan kesehatan berbasis bukti
6.2 Meningkatnya kebijakan kesehatan
berbasis bukti

6.3 Meningkatnya tata kelola


pemerintahan yang baik

Gambar 2.1
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan & Sasaran Strategis Kemenkes

D. Indikator Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan


Kerangka Renstra Kementerian Kesehatan pada dasarnya merujuk pada visi
dan misi Presiden, serta RPJMN 2020-2024. Salah satu acuan penting dalam RPJMN
ialah sasaran pokok pembangunan kesehatan yang terdiri dari 17 indikator yang

11
kemudian dimasukan ke dalam Renstra Kementerian Kesehatan sesuai pada konteks
dan level indikatornya, yaitu sebagai berikut:
1. Angka kematian ibu (per 100.000 KH)

2. Angka kematian bayi (per 1.000 KH)

3. Angka kematian neonatal (per 1.000 KH)

4. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap pada anak usia 12-23 bulan (%)

5. Prevalensi stunting pada balita (%)

6. Prevalensi wasting pada balita (%)

7. Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV)

8. Insidensi TB (per 100.000 penduduk)

9. Eliminasi malaria (kabupaten/kota)

10. Persentase merokok penduduk usia 10-18 tahun (%)


11. Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 18

12. Jumlah kabupaten/kota sehat (kabupaten/kota)

13. Persentase fasilitas kesehatan tingkat pertama terakreditasi (%)

14. Persentase RS terakreditasi (%)

15. Persentase puskesmas dengan jenis tenaga kesehatan sesuai standar (%)

16. Persentase puskesmas tanpa dokter (%)

17. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat esensial (%)

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan dari Kementerian Kesehatan hingga tahun 2024,
serta sasaran pokok pembangunan kesehatan RPJMN dirumuskan indikator sasaran
strategis yang akan menjadi ukuran pencapaian tujuan dan kinerja Kementerian
Kesehatan sebagai berikut:

12
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
1 Terwujudnya 1.1 Menguatnya promotif  Persentase
pelayanan preventif di FKTP kabupaten/kota
kesehatan melalui UKBM dan yang melaksanakan
primer yang pendekatan keluarga SPM
komprehensif  AKI (per 100.000
dan berkualitas kelahiran hidup)
serta  AKB (per 1.000

Penguatan kelahiran hidup)

Pemberdayaan  Prevalensi stunting

Masyarakat (pendek dan


sangat pendek) (%)
 Wasting (kurus
dan sangat kurus)
pada balita (%)
 Insidensi HIV (per
100.000 penduduk
yang tidak terinfeksi
HIV)
 Insidensi
tuberkulosis (per
100.000 penduduk)
 Kabupaten/kota
yang mencapai
eliminasi malaria
 Kabupaten/kota
yang mencapai
eliminasi kusta
 Indeks
pengendalian
penyakit menular
 Prevalensi obesitas
pada penduduk usia

13
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
>18 tahun
 Persentase merokok
penduduk usia 10-
18 tahun
 Jumlah kabupaten/
 kota sehat
1.2 Terpenuhinya  Persentase
sarana, prasarana, kabupaten/kota,
obat, BMHP, dan dengan SPA
alat kesehatan puskesmas yang
pelayanan memenuhi standar
kesehatan primer  Persentase
kabupaten/kota
dengan
puskesmas yang
memiliki
ketersediaan obat
sesuai standar
1.3 Menguatnya tata Persentase
kelola FKTP
manajemen terakreditasi (%)
pelayanan dan Persentase klinik
kolaborasi publik- pratama dan praktik
swasta mandiri dokter yang
melakukan
pelayanan
program prioritas
2 Tersedianya 2.1 Terpenuhinya Persentase fasyankes
rujukan milik
pelayanan sarana prasarana,
pemerintah yang
kesehatan alat kesehatan, memenuhi sarana
prasarana dan alat
rujukan yang obat, dan bahan
(SPA) sesuai
berkualitas medis habis
standar
pakai (BMHP)

14
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
pelayanan kesehatan
rujukan

2.2 Menguatnya tata  Persentase


kelola manajemen penurunan jumlah
dan kematian di
pelayanan spesialistik Rumah Sakit

2.3 Menguatnya dan  Persentase


terdistribusinya mutu kepuasan pasien di
Rumah Sakit, Fasyankes rujukan
layanan unggulan,  Jumlah Rumah Sakit
dan pengembangan yang memiliki
layanan lain layanan
unggulan internasional
3 Terciptanya 3.1 Menguatnya  Jumlah bahan
sistem produksi alat baku obat dan obat
ketahanan kesehatan, bahan 10 terbesar yang
kesehatan baku obat, obat, diproduksi dalam
yang tangguh obat tradisional dan negeri
vaksin dalam negeri  Jumlah alat
kesehatan 10 terbesar
by volume dan value
yang diproduksi
dalam negeri
 Jumlah vaksin 10
(sepuluh) terbesar
yang diproduksi di
dalam
negeri

15
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
3.2 Menguatnya  Persentase
surveilans kabupaten/kota
yang adekuat yang
melakukan
respons
KLB/wabah (PE,
pemeriksaan
laboratorium, tata
laksana kasus)
3.3 Menguatnya sistem  Persentase provinsi
penanganan yang sudah memiliki
bencana dan sistem penanganan
kedaruratan bencana dan
kesehatan kedaruratan
kesehatan masyarakat
sesuai
standar
4 Terciptanya 4.1 Terpenuhinya  Persentase cakupan
sistem pembiayaan kelompok berisiko
pembiayaan kesehatan yang yang mendapatkan
kesehatan berkeadilan pada layanan skrining
yang efektif, kegiatan promotif dan kesehatan
efisien dan preventif
berkeadilan
4.2 Menguatnya  Proporsi Out of
pembiayaan Pocket (OOP)
kesehatan nasional terhadap total belanja
secara efektif, efisien kesehatan
dan berkeadilan untuk
mencapai Universal
Health
Coverage (UHC)

16
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
5 Terpenuhinya 5.1 Meningkatnya  Persentase faskes
SDM pemenuhan dan dengan SDM
kesehatan pemerataan kesehatan sesuai
yang SDM kesehatan standar
kompeten dan yang
berkeadilan berkualitas
5.2 Meningkatnya  Persentase fasilitas
kompetensi dan kesehatan dengan
sistem pendidikan SDM kesehatan yang
pelatihan SDM ditingkatkan sesuai
kesehatan kompetensinya

5.3 Meningkatnya  Persentase fasilitas


sistem pembinaan kesehatan dengan
jabatan fungsional SDM kesehatan
dan karir tersertifikasi
SDM kesehatan

6 Terbangunnya 6.1 Meningkatnya sistem  Jumlah fasilitas


Tata Kelola, pelayanan kesehatan kesehatan yang
Inovasi, dan dalam ekosistem mengimplementasikan
Teknologi teknologi kesehatan sistem data dan
Kesehatan yang terintegrasi dan aplikasi kesehatan
yang transparan dalam Indonesia
Berkualitas dan mendukung  Jumlah sistem
Efektif kebijakan kesehatan bioteknologi kesehatan
berbasis bukti terstandar dan
terintegrasi yang
diimplementasikan
6.2 Meningkatnya  Persentase
kebijakan kebijakan yang
kesehatan berbasis berkualitas dan
bukti dapat
diimplementasikan

17
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
6.3 Meningkatnya tata  Indeks capaian tata
kelola pemerintahan kelola Kemenkes
yang baik yang
baik

E. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Mengacu pada RPJMN 2020-2024, pembangunan bidang


kesehatan menjadi bagian dari agenda pembangunan “Meningkatkan
Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing” dalam rangka
terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong. Pengertian sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing adalah sumber daya
manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan
berkarakter.
Kebijakan pembangunan manusia secara umum diarahkan pada
pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan,
pemenuhan pelayanan dasar dan perlindungan sosial, peningkatan
kualitas anak, perempuan dan pemuda, pengentasan kemiskinan,
serta peningkatan produktivitas dan daya saing angkatan kerja.
Kebijakan ini dilaksanakan dengan berdasarkan pada pendekatan
siklus hidup, dan inklusif termasuk memperhatikan kebutuhan
penduduk usia lanjut maupun penduduk penyandang disabilitas, dan
pengelolaan SDM bertalenta.
Pembangunan kesehatan nasional berada dalam konteks
lingkungan dan isu strategis terkait dengan pemenuhan layanan dasar,
dengan berbagai isu di dalamnya dari kesehatan ibu dan anak,
kesehatan lingkungan, pemenuhan gizi, sistem rujukan pelayanan
kesehatan dan sebagainya. Khusus terkait dengan bidang kesehatan,
RPJMN 2020-2024 merumuskan arah kebijakan, yaitu
“Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju

18
cakupan kesehatan semesta, dengan penekanan pada penguatan
sistem pelayanan kesehatan dasar dengan mendorong peningkatan
upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi”.

Arah kebijakan kesehatan nasional tersebut di atas kemudian


dirincikan menjadi lima strategi kesehatan nasional yaitu:
a. Meningkatkan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi,
dengan cakupan :
1) Peningkatan pelayanan maternal dan neonatal
berkesinambungan di fasilitas pelayanan kesehatan publik
dan swasta dengan mendorong seluruh persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu menangani pelayanan
emergensi komprehensif didukung jaminan pembiayaan,
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan termasuk
penguatan kemampuan deteksi dini faktor risiko dalam
kehamilan; peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
antenatal, neonatal, persalinan, dan pasca persalinan;
perbaikan sistem rujukan maternal yang didukung dengan
peningkatan kapasitas sistem kesehatan dan penguatan
regulasi;

penyediaan sarana prasarana dan farmasi serta jaminan


ketersediaan darah setiap saat, dan pencatatan kematian ibu
di fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk penguatan
tata laksana;
2) Perluasan dan pengembangan imunisasi dasar lengkap,
termasuk vaksin untuk pneumonia dan diare;
3) Perbaikan gizi anak, remaja putri dan ibu hamil;
4) Peningkatan pengetahuan, pemahaman dan akses layanan
kesehatan reproduksi remaja secara lintas sektor yang
responsif gender.

19
b. Percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan
penanggulangan permasalahan gizi ganda, yang mencakup:
1) Penguatan komitmen, kampanye, pemantauan, dan evaluasi
upaya perbaikan gizi masyarakat;
2) Pengembangan sistem jaminan gizi dan tumbuh kembang
anak dengan pemberian jaminan asupan gizi sejak dalam
kandungan, perbaikan pola asuh keluarga, dan perbaikan
fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan;

3) Percepatan penurunan stunting dengan peningkatan


efektivitas intervensi spesifik, perluasan dan penajaman
intervensi sensitif secara terintegrasi;
4) Peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan
didukung bukti termasuk fortifikasi pangan;
5) Penguatan advokasi dan komunikasi perubahan perilaku
terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis
konsumsi pangan (food based approach);
6) Penguatan sistem surveilans gizi;
7) Peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah
dalam intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai
kondisi setempat;
8) Respons cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat.
c. Peningkatan pengendalian penyakit
Peningkatan pengendalian penyakit dengan perhatian khusus
pada jantung, stroke, hipertensi, diabetes, kanker, tuberkulosis,
malaria, HIV/AIDS, emerging diseases, penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa, penyakit tropis terabaikan
(kusta, filariasis, schistosomiasis), gangguan jiwa, dan gangguan
penglihatan. Selengkapnya strategi ini mencakup :
1) Pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit utama,
seperti diet tidak sehat, merokok, kurang aktivitas fisik,
menggunakan tembakau dan alkohol; termasuk perluasan
cakupan deteksi dini, penguatan surveilans real time,

20
pengendalian vektor, dan perluasan layanan berhenti
merokok;
2) Penguatan health security terutama peningkatan kapasitas
untuk pencegahan, deteksi, dan respons cepat terhadap
ancaman penyakit termasuk penguatan sistem kewaspadaan
dini (early warning systems) kejadian luar biasa dan karantina
kesehatan;
3) Peningkatan cakupan penemuan kasus dan pengobatan
serta penguatan tata laksana penanganan penyakit;

4) Pengendalian resistensi antimikroba;


5) Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian penyakit
dan penguatan sanitasi total berbasis masyarakat.

d. Pembudayaan perilaku hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat


Hidup Sehat, yang mencakup:
1) Pengembangan kawasan sehat antara lain kabupaten/kota
sehat, pasar sehat, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan
lingkungan kerja sehat;
2) Penyediaan lingkungan yang mendorong aktivitas fisik;
3) Regulasi yang mendorong pemerintah pusat dan daerah
serta swasta untuk menerapkan pembangunan berwawasan
kesehatan dan mendorong masyarakat berperilaku hidup
sehat termasuk pengembangan standar dan pedoman untuk
sektor non kesehatan, terutama terkait rokok, produk pangan
dan pengaturan produk makanan dengan kandungan gula,
garam dan lemak;
4) Promosi perubahan perilaku hidup sehat yang inovatif
terutama dalam pembudayaan olahraga, konsumsi gizi
seimbang, anti rokok, skrining kesehatan, imunisasi,
kepatuhan pengobatan, dan perilaku menjaga sanitasi dan
kebersihan lingkungan, pemberdayaan dan penggerakan
masyarakat madani untuk hidup sehat;
5) Peningkatan penyediaan pilihan pangan sehat termasuk

21
penerapan label pangan, perluasan akses terhadap buah
dan sayur, dan perluasan gerakan memasyarakatkan
makan ikan;

e. Penguatan Sistem Kesehatan


1) Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, yang
difokuskan pada:
a) Penguatan fungsi puskesmas dan jaringannya dalam
upaya kesehatan masyarakat yang berkualitas dan
didukung peningkatan kapasitas tenaga kesehatan,
sarana dan prasarana, serta pembiayaan;

b) Optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan dasar


melalui pendekatan keluarga;
c) Revitalisasi posyandu dan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat lainnya;
d) Pengembangan kebijakan khusus untuk pelayanan
kesehatan di daerah terpencil, sangat terpencil dan
daerah dengan karakteristik geografis tertentu
(kepulauan), termasuk sistem rujukan, pola
pembiayaan, regulasi dan kelembagaan;
e) Pengembangan pelayanan kesehatan lanjut usia;
f) Penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan kesehatan
pemerintah dan swasta;
g) Pemenuhan dan pemerataan penyediaan sarana,
prasarana, dan alat kesehatan (alkes) yang mengacu
rencana induk penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan;
h) Inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam pelayanan
kesehatan meliputi perluasan sistem rujukan daring
termasuk integrasi fasilitas kesehatan swasta dalam
sistem rujukan, perluasan cakupan dan pengembangan
jenis layanan telemedicine, digitalisasi rekam medis dan
rekam medis daring;

22
i) Perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying dan
sailing health care) dan gugus pulau;
j) Pengembangan dan peningkatan kualitas RS Khusus;dan
k) Penyediaan pengelolaan limbah medis fasilitas
pelayanan kesehatan dan pengendalian Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
2) Pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan,
yang difokuskan pada:
a). Penguatan perencanaan kebutuhan dan pemetaan
tenaga kesehatan secara integratif antara pusat dan
daerah sebagai dasar untuk penyediaan dan
pemenuhan sumber daya manusia kesehatan;

b). Afirmasi pemenuhan tenaga kesehatan dan tenaga


penunjang/pendukung termasuk pengembangan paket
pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan, dan tenaga
penunjang/pendukung, farmasi dan alkes);
c). Afirmasi pendidikan (beasiswa dan tugas belajar)
tenaga kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan
Kepulauan (DTPK) dan daerah kurang diminati;
d). Afirmasi pendayagunaan dan mekanisme redistribusi
tenaga kesehatan yang ditempatkan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
e). Pengembangan mekanisme kerjasama pemenuhan
tenaga kesehatan melalui penugasan sementara dan
kontrak pelayanan;
f). Perluasan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
fokus pada pelayanan kesehatan dasar;
g). Pengembangan tenaga kesehatan untuk penguatan
fungsi pelayanan kesehatan dasar seperti promosi
kesehatan dan perawat komunitas;
h). Penyesuaian program studi dan lembaga pendidikan
bidang kesehatan dengan kebutuhan dan standar; dan

23
i). Pemenuhan tenaga kesehatan sesuai standar dan
tenaga non- kesehatan termasuk tenaga sistem
informasi dan administrasi keuangan untuk mendukung
tata kelola di fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Pemenuhan dan peningkatan daya saing farmasi dan alkes,
yang difokuskan pada:
a). Efisiensi penyediaan obat dan vaksin dengan
mengutamakan kualitas produk;
b). Penguatan sistem logistik farmasi real time berbasis
elektronik;
c). Peningkatan promosi dan pengawasan penggunaan
obat
Rasional;

d). Pengembangan obat, produk biologi, reagen, dan vaksin


dalam negeri bersertifikat halal yang didukung oleh
penelitian dan pengembangan life sciences; dan
e). Pengembangan produksi dan sertifikasi alkes untuk
mendorong kemandirian produksi dalam negeri.
4) Penguatan tata kelola, pembiayaan kesehatan dan penelitian
kesehatan, yang difokuskan pada:
a). Pengembangan kebijakan untuk penguatan kapasitas
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota;
b). Pendampingan perbaikan tata kelola pada daerah yang
memiliki masalah kesehatan untuk pencapaian target
nasional dan mendorong pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan;
c). Integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi sistem informasi
kesehatan pusat dan daerah termasuk penerapan
sistem single- entry;
d). Penguatan data rutin;
e). Inovasi dan pemanfaatan teknologi digital untuk
pengumpulan data, termasuk big data, media promosi,
komunikasi, dan edukasi kesehatan;

24
f). Peningkatan pemanfaatan anggaran untuk penguatan
promotif dan preventif berbasis bukti;
g). Pengembangan sumber pembiayaan baru seperti
penerapan earmark cukai (selain tembakau dan
alkohol) dan pajak, pembiayaan bersumber
masyarakat, dan kerjasama pemerintah dan swasta;
h). Peningkatan kapasitas dan kemandirian pembiayaan
fasilitas kesehatan milik pemerintah; dan

i). Penguatan penelitian dan pengembangan untuk


efektivitas inovasi intervensi, dan evaluasi sistem
kesehatan untuk mendukung pencapaian prioritas
nasional.

F. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Kementerian Kesehatan

Arah Kebijakan Kesehatan Nasional diketahui akan membawa


penyelenggaraan kesehatan nasional menuju pada cakupan kesehatan
semesta dengan akses dan mutu layanan yang prima, dengan
penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar, serta
mendorong adanya peningkatan upaya promotif dan preventif dengan
memanfaatkan teknologi. Arah kebijakan Kementerian Kesehatan
hingga 2024 merupakan penjabaran lebih lanjut dari arah kebijakan
nasional tersebut dengan memperhatikan lingkungan kewenangan
yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan. Arah kebijakan
Kementerian Kesehatan menggambarkan perubahan cara dan lingkup
kerja kementerian ke depan yang akan memasuki situasi penuh
ketidakpastian dan dinamika, baik dalam bidang kesehatan maupun
bidang lainnya yang mempengaruhi kesehatan. Perubahan tersebut
dikonsepkan sebagai Transformasi Kesehatan yang mencakup
penguatan kontribusi Kementerian Kesehatan dalam perwujudan
pelayanan kesehatan primer dan sekunder yang lebih baik, sistem
ketahanan kesehatan, penyediaan SDM kesehatan yang berkualitas
dan merata, perluasan cakupan sistem pembiayaan, serta digitalisasi
pada sistem pelayanan kesehatan.

25
Arah kebijakan Kementerian Kesehatan kemudian dirumuskan
dan/atau ditetapkan sejalan dengan transformasi kesehatan yang
menjadi jiwa dari perubahan Renstra ini, yaitu dengan rumusan:
“Menguatkan sistem kesehatan dengan meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, dengan
penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary
Health Care), melalui penyediaan pelayanan kesehatan primer dan
sekunder yang berkualitas, sistem ketahanan kesehatan yang tangguh,
SDM kesehatan yang kompeten, sistem pembiayaan kesehatan yang
efektif, serta penyelenggaraan kesehatan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi”.
Dalam rangka menjalankan kebijakan di atas, maka strategi
Kementerian Kesehatan hingga 2024 dirumuskan sebagai berikut:

a. Transformasi pelayanan kesehatan primer menuju penguatan


dan peningkatan pelayanan yang lebih berkualitas
Fasilitas pelayanan kesehatan primer merupakan ujung tombak
dalam mewujudkan masyarakat yang sehat. Pemberdayaan
masyarakat melalui upaya peningkatan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan harus menjadi bagian
penting dalam sistem pelayanan kesehatan primer ini. Sistem ini
juga harus memiliki kapasitas yang memadai dalam memberikan
layanan dasar bagi masyarakat untuk membentuk perilaku hidup
sehat, mencegah kejadian kesakitan dan mengurangi beban
sistem rujukan yang membutuhkan pembiayaan yang sangat
besar. Strategi transformasi pelayanan kesehatan primer ini, yang
dilaksanakan melalui:
1). Penguatan pelayanan kesehatan primer pada upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
dengan mengutamakan promotif dan preventif
Penguatan pelayanan kesehatan primer merupakan upaya
untuk mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan
melalui pemberdayaan masyarakat, pembudayaan Germas,

26
dan penggerakan lintas sektor, dengan rincian strategi yang
meliputi:
a) Penguatan dan perluasan upaya edukasi dan
pemberdayaan masyarakat, termasuk untuk
peningkatan peran aktif dan kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat
b) Pengendalian penyakit berbasis masyarakat melalui
UKBM, pendekatan keluarga dan pelibatan swasta.
UKBM merupakan salah satu bentuk implementasi
pemberdayaan masyarakat yang dapat diukur dari
tingkat keaktifan posyandu
c) Memperluas Health in all Policies (HiAP) untuk
mendorong lebih banyak strategi lintas sektor dalam
menangani determinan sosial yang luas dari bidang
kesehatan di antara sektor kehidupan lainnya

d) Penguatan sistem surveilans gizi secara nasional,


pendampingan bagi daerah untuk dapat memberikan
intervensi gizi secara berkelanjutan serta penyiapan
respons untuk permasalahan gizi yang menjadi
perhatian secara nasional
e) Peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi rutin
f) Penguatan deteksi dini penyakit berdasarkan faktor
risiko sesuai dengan kelompok usia , yang pada RPJMN
disebutkan bahwa perluasan skrining di layanan
kesehatan primer difokuskan pada kasus stunting,
wasting dan kematian ibu
g) Peningkatan kapasitas penemuan kasus baru penyakit
menular
2). Pemenuhan sarana, prasarana, obat, BMHP dan ala t
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer.
Pemenuhan ini meliputi antara lain:
a). Perluasan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan primer
melalui pembangunan puskesmas, sehingga

27
diharapkan pada 2024, seluruh kecamatan di Indonesia
telah memiliki puskesmas
b). Pemenuhan sarana prasarana puskesmas, termasuk
obat, BMHP dan alat Kesehatan sebagai bagian dari
komitmen untuk penyediaan 40 jenis obat esensial di
puskesmas seluruh Indonesia
c). Pemenuhan sarana prasarana imunisasi di seluruh
puskesmas di Indonesia

3). Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan primer yang


komprehensif melalui penguatan tata kelola manajemen
pelayanan dan kolaborasi publik-swasta, yang mencakup:
a). Penguatan tata kelola manajemen puskesmas
b). Penguatan pelayanan esensial sesuai standar, termasuk
untuk daerah terpencil dan sangat terpencil
c). Penguatan tata laksana rujukan termasuk rujuk balik
d). Standardisasi mutu FKTP swasta, melalui penyediaan
NSPK, akreditasi dan upaya pendampingan yang
berkelanjutan
e). Peningkatan partisipasi publik dan swasta pada
penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer

b. Transformasi pelayanan kesehatan rujukan dalam rangka


penyediaan layanan rujukan yang lebih berkualitas
Fokus transformasi pada pelayanan rujukan ini adalah :

1). Perluasan akses ke pelayanan kesehatan rujukan secara


merata dan berkeadilan di seluruh daerah sesuai dengan
Rencana Induk Nasional Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang
mencakup pembangunan RS kelas B terutama di Provinsi
Maluku, NTT dan Papua, kemudian pembangunan RS
Pratama di provinsi DTPK dan penambahan sarana dan
prasarana alat kesehatan PONEK di seluruh provinsi, serta
upaya terobosan penyediaan pelayanan kesehatan lainnya

28
untuk peningkatan akses pelayanan kesehatan di daerah yang
sulit diakses

2). Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan yang


mencakup obat, alat kesehatan, sarana dan prasarana dan
aspek layanan lainnya, yaitu penguatan pusat rujukan nasional
untuk layanan kesehatan ibu dan anak, kanker, serta
pernapasan di RS Rujukan Nasional, pengembangan RS
Rujukan Nasional di setiap Provinsi (42 RS Rujukan Nasional)
yang menjadi rumah sakit rujukan tertinggi serta menjadi pusat
layanan unggulan dari 9 (sembilan) jenis layanan kesehatan
prioritas, kemudian pengembangan jejaring pengampuan 6
(enam) layanan unggulan di seluruh provinsi (RS Jantung
Harapan Kita untuk jantung, RS Persahabatan untuk
tuberkolusis, RS Ibu dan Anak Harapan Kita untuk kesehatan
ibu dan anak, RS Kanker Dharmais untuk kanker, RS PON untuk
stroke, dan RSCM untuk diabetes), membangun kemitraan
seluruh RS Kementerian Kesehatan dengan dengan world’s top
healthcare center dan universitas terbaik untuk riset, serta
stratifikasi layanan unggulan RS menjadi Center of Excellence
ASEAN/Asia.

3). Penataan sistem rujukan secara nasional termasuk upaya


untuk pemenuhan RS Rujukan Nasional di setiap provinsi.
4). Upaya pemenuhan SPA secara berkelanjutan akan
dilaksanakan berdasarkan sebuah rencana induk.

Strategi transformasi pelayanan kesehatan rujukan tersebut


dilaksanakan melalui upaya sebagai berikut:

a. Pemenuhan sarana dan prasarana, alat kesehatan, obat dan


BMHP pada layanan rujukan, yang mencakup:
1) Pembangunan rumah sakit di Daerah Terpencil,
Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK)
2) Peningkatan Sarana, Prasarana dan Alat kesehatan

29
(SPA) sesuai standar di rumah sakit
3) Pemenuhan obat dan BMHP di fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan

4) Pembangunan RS UPT Vertikal Pusat di Provinsi


Maluku, NTT dan Papua
b. Penguatan tata kelola manajemen dan pelayanan
spesialistik, dengan upaya seperti :
1) Penguatan mekanisme dan sistem rujukan terutama di
Rumah Sakit Umum (RSU)
2) Penyediaan dan pengembangan pendidikan dan
pelatihan di rumah sakit
3) Pemanfaatan teknologi untuk deteksi dini dan respons
penyakit dalam hal ini adalah telemedicine
4) Penyusunan dan implementasi Panduan Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK)
c. Penyediaan pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas,
melalui:
1) Pengembangan RS Rujukan Nasional di setiap Provinsi
(42 RS Rujukan Nasional)
2) Penyediaan akses layanan rujukan di daerah luar Jawa
3) Penguatan mutu rumah sakit
4) Inovasi dan pengembangan Rumah Sakit Khusus
5) Program sister hospital dan stratifikasi layanan unggulan
rumah sakit menjadi Center of Excellence ASEAN/Asia
c. Transformasi menuju ke sistem ketahanan kesehatan yang
tangguh Definisi sistem ketahanan kesehatan yang tangguh
dalam hal ini adalah:
1) Kemandirian kefarmasian dan alat kesehatan dalam negeri,
di mana seluruh vaksin, obat dan alat kesehatan yang selama
ini masih diimpor akan diproduksi di dalam negeri. Arah
kemandirian tersebut antara lain pada:
a) Kemandirian vaksin untuk jenis MR, Rotavirus, Polio
(IPV), HPV, JE, PCV, Vaksin COVID-19. Sementara

30
vaksin lainnya sudah dapat diproduksi dalam negeri
b) Bahan obat yang selama masih diimpor seperti
Omeprazole (selain sediaan injeksi), Amlodipine,
Candesartan Cilexetil, Bisoprolol, Lansoprazole,
Cefixime, Ceftriaxone dan berbagai jenis derivat plasma
dan produk bioteknologi
c) Kemandirian untuk alat kesehatan konsumsi yang
masih diimpor. Dari 19 alat kesehatan konsumsi
terbesar, 16 di antaranya sudah mampu diproduksi di
dalam negeri, sedangkan tiga lainnya masih impor.
Namun demikian bahan baku alat kesehatan tersebut
belum diproduksi di dalam negeri, terutama bahan baku
yang memiliki spesifikasi medical grade

2) Terciptanya kesiapsiagaan darurat kesehatan dan kapasitas


penanganan bencana, yang mencakup penyiapan rencana
kontinjensi kedaruratan kesehatan, penguatan biosecurity
dan biosafety, dan perekrutan serta pelatihan tenaga
cadangan kedaruratan kesehatan

3) Menguatnya kapasitas surveilans dengan membangun


kapasitas surveilans real-time berbasis pelaporan digital dan
integrasi jejaring laboratorium kesehatan dan peningkatan
kapasitas pemeriksaan
4) Tersedianya jejaring laboratorium pemeriksaan COVID-9,
Polio, dan Campak-Rubela
5) Menguatnya kapasitas digital tracing COVID-19 fitur
pelacakan penyebaran virus di fasilitas umum, informasi
zona risiko dan informasi vaksinasi serta pemeriksaan
kesehatan
Berdasarkan kondisi pada isu kemandirian di atas, maka
strategi transformasi untuk mewujudkan sistem ketahanan
kesehatan yang tangguh ini mencakup 3 (tiga) hal berikut:
a. Penguatan produksi alat kesehatan, bahan baku obat, obat,

31
obat tradisional dan vaksin dalam negeri
b. Penciptaan sistem ketahanan kesehatan yang tangguh
melalui peningkatan kemampuan deteksi dan respons krisis
kesehatan melalui penyediaan surveilans yang adekuat

c. Penciptaan sistem ketahanan kesehatan yang tangguh


melalui penguatan sistem penanganan bencana dan
kesiapan kedaruratan kesehatan
d. Transformasi pembiayaan kesehatan dilakukan untuk menuju
pembiayaan kesehatan yang lebih terintegrasi untuk
mewujudkan ketersediaan, kecukupan, keberlanjutan, keadilan
serta efektivitas dan efisiensi pada penyelenggaraan pembiayaan,
dengan maksud untuk :
1) Penguatan kelembagaan NHA (National Health Account)
sebagai instrumen monitoring aliran dana kesehatan
tahunan. Penguatan NHA dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas belanja berbasis kinerja dan perbaikan perumusan
kebijakan berbasis bukti
2) Desentralisasi pembiayaan kesehatan di mana bertujuan
meningkatkan kemandirian daerah di bidang pembiayaan
kesehatan dengan mendorong puskesmas dapat beroperasi
dengan Pola
3). Alokasi pembiayaan yang lebih adil melalui pembiayaan 14
paket skrining penyebab kematian tertinggi bagi seluruh
rakyat sebagai Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK) dan
standardisasi biaya layanan kesehatan di seluruh Indonesia
4). Pembiayaan yang efektif dan efisien dalam bentuk
penggunaan 10% APBD untuk kesehatan selaras dengan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, pembatasan dan
efisiensi paket layanan BPJS yang high- cost dan high-
volume dan coordination of benefit dari asuransi swasta
Strategi transformasi pembiayaan kesehatan ini antara lain:
1) Penguatan pembiayaan untuk Upaya Kesehatan Primer

32
(UKM), melalui:
a) Penyediaan pembiayaan yang memadai untuk kegiatan
promosi, skrining dan pencegahan
b) Pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang
efektif, efisien dan berkeadilan

2) Pengintegrasian berbagai skema pembiayaan publik dan non


publik secara efektif dan efisien dalam mencapai UHC
e. Transformasi SDM kesehatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan SDM kesehatan yang kompeten, merata serta
berkeadilan, sehingga tidak ada lagi puskesmas yang tanpa
dokter, serta ada peningkatan yang signifikan dari persentase
puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar dan
persentase RSUD kabupaten/kota yang memiliki 4 (empat) dokter
spesialis dasar dan 3 (tiga) dokter spesialis lainnya. Untuk itu maka
perlu dilakukan upaya seperti:
1). Pemenuhan SDM kesehatan yang kompeten secara merata
baik secara kuantitas dan kualitas di seluruh Indonesia untuk
menurunkan disparitas pemenuhan SDM kesehatan
antardaerah

2). Pemenuhan SDM kesehatan yang kompeten melalui:


a) Penyediaan akses bagi tenaga kesehatan terhadap
pelatihan terakreditasi
b) Pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan SDM
kesehatan
c) Pengelolaan jabatan fungsional dan pengembangan karier
tenaga kesehatan

f. Transformasi teknologi kesehatan menuju pada digitalisasi


kesehatan dan pemanfaatan teknologi yang lebih luas pada sektor
kesehatan, yaitu dengan spesifikasi kapasitas :
1) Sistem data kesehatan yang terintegrasi, yaitu sistem
dengan arsitektur tata kelola satu data kesehatan, bagian dari

33
sistem big data berbasis single-health identity, dan memiliki
sistem analisis kesehatan berbasis kecerdasan buatan/AI
(Artificial Intelligence) dan dengan perluasan cakupan single-
health identity
2) Sistem aplikasi kesehatan terintegrasi, yaitu dengan
arsitektur interoperabilitas sistem kesehatan, memiliki sistem
informasi fasilitas pelayanan kesehatan terintegrasi dan
memiliki perluasan cakupan sistem informasi fasilitas
pelayanan kesehatan terintegrasi
3) Merupakan ekosistem teknologi kesehatan, yaitu dengan fitur
asesmen keamanan sistem informasi kesehatan, perluasan
infrastruktur pendukung telemedicine, implementasi
regulatory sandbox berbasis kecerdasan buatan, blockchain
dan IOT, serta perluasan perizinan inovasi teknologi
kesehatan
Strategi transformasi teknologi kesehatan ini mencakup upaya
antara lain:
1) Penguatan tata kelola, pelayanan, dan inovasi dengan sistem
teknologi kesehatan yang terintegrasi dan transparan dalam
mendukung perumusan kebijakan kesehatan berbasis bukti,
yang mencakup:
a) Integrasi dan pengembangan sistem data kesehatan
b) Integrasi dan pengembangan sistem aplikasi kesehatan

2) Pengembangan ekosistem teknologi kesehatan informasi


teknologi kesehatan dan bioteknologi kesehatan

g. Penguatan tata kelola pemerintahan yang baik dalam


penyelenggaraan kebijakan di bidang kesehatan oleh
Kementerian Kesehatan, yaitu meliputi:
1) Peningkatan sinergi antara Kementerian Kesehatan dan
pemerintah daerah serta Kementerian/Lembaga lain dan
pemangku kepentingan lain dalam penyelenggaraan urusan
kesehatan

34
2) Penguatan kinerja pengelolaan keuangan di lingkungan
Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsinya pada bidang kesehatan
3) Penguatan kapasitas perencanaan, pemrograman dan
penganggaran oleh Kementerian Kesehatan dalam
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya dalam bidang
kesehatan
4) Penguatan sistem pengawasan internal di lingkungan
Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsinya dalam bidang kesehatan

35
BAB III
RENCANA AKSI KEGIATAN

A. Kerangka Logis Program

Pemerintah melalui Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Manajemen


Aparatur Sipil Negara mengamanatkan bahwa dalam rangka menjalankan perannya
sebagai pelayan publik, perekat kesatuan bangsa dan pelaksana kebijakan publik,
setiap ASN berhak memperoleh pengembangan kompetensi.
Pengembangan komptensi pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) pada dasarnya
bertujuan untuk memastikan dan memelihara kemampuan pegawai sehingga
memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan sehingga dapat memberikan kontribusi
optimal bagi organisasi. Namun kondisi saat ini masih memperlihatkan adanya
berbagai permasalahan dalam upaya pengembangan kompetensi ASN, yaitu
Pertama, Penyusunan kebijakan pengembangan SDM saat ini belum didasarkan
kepada analisas kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Kedua, Pengembangan
Komptensi ASN belum mengacu kepada perencanaan pembangunan baik tingkat
nasional maupun daerah (khususnya ASN di Daerah). Ketiga, pada tataran
organisasional, belum adanya kaitan antara perencanaan pembangunan nasional
atau daerah yang menyebabkan belum jelasnya program pembangunan SDM dengan
rencana strategis yang disusun. Keempat, pengembangan kompetensi diartikan
secara sempit sebagai pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara klasikal.
Kelima, pengembangan kompetensi dilakukan secara terpisah dengan kebijakan pola
karir ASN. Apabila kondisi ini tidak segera ditangani maka tujuan pembangunan
nasional tidak akan tercapai dengan dengan maksimal.
Selain permasalahan diatas, pandemik Covid-19 membuat tatanan kehidupan
berubah dari berbagai macam aspek. bidang yang terdampak adalah kesehatan dan
pendidikan. Pengembangan kompetensi ASN yang selama ini sebagian besar
dilakukan secara klasikal/tatap muka tidak lagi dapat dilaksanakan . Hal ini
mendukung program pemerintah untuk melakukan progam pemerintah untuk
melakukan pengembangan komptensi melaui pembelajaran non–klasikal serta bentuk
pengembangan kompotensi lainnya. Harapannya kondisi ini dapat mendorong setiap
ASN untuk memiliki mindset bahwa pengembangan kompetensi dapat dilakukan
dengan cara apa saja dan dimana saja.

36
Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM ASN melalui pengembangan
kompetensi, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui Pendidikan dan Latihan
sejalan dengan Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017.
Pendidikan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian PNS melalui
pendidikan formal. Pengembangan komptensi dalam bentuk pendidikan formal
dilaksanakan dengan pemberian tugas belajar yang diberikan dalam rangka
memehuni kebutuhan standard kompetensi jabatan dan pengembangan karier.
Pelakasnaan/penyelenggaraan pengembangan kompetensi pegawai tidak
terlepas dari perencanaan pengembangan kompetensi pegawai. Perencanaan
pengembangan komptensi ASN ini dimaksudkan untuk menwujudkan profesionalitas
ASN dengan mempertimbangkan kebutuhan pegawai dan kebutuhan umum
organisasi dengan sistem perencanaan yang rasional, holistic (terintegrasi), terarah,
efektif dan efisien. Oleh karena itu, setiap instansi wajib untuk menyusun perencanaan
pengembangan pegawai setiap tahunnya sehingga dapat dipetakan kebutuhan
pengembangan pegawai sesuai dengan kebutuhan instansi dengan jalur yang
sesuai. Dengan adanya pengembangan kompetensi pegawai di instansi diharapkan
dapat meningkatkan komptensi pegawai dan meningkatnya kinerja pegawai.
Selain itu, pengembangan kompetensi berkaitan erat dengan pengembangan
karir pegawai. Pengembangan karir dilakukan berdasarkan kualifikasi, komptensi,
penilaian kinerja, dan kebutuhan organisasi. Dengan mempertimbangkan integritas
dan moralitas, integritas diukur dari kejujuran, kepatuhan terhadap ketentuan-
ketentuan peraturan perundang-undangan, kemampuan bekerja sama, dan
pengabadian kepada masyarakat, bangsa dan negara sedangkan moralitas diukur
dari penerapan dan pengamalan nilai etika agama, budaya, sosial kemasyarakatan.
Sehingga dalam pelaksanaan pengembangan, setiap pegawai diberikan
pengembangan kompetensi sesuai dengan kinerja masing-masing pegawai.
Untuk menyelaraskan kegiatan pengembangan kompetensi ASN dengan upaya
pencapaian tujuan nasional, salah satunya dapat dilakukan dengan ASN Corporate
University. Dengan adanya Corporate University proses pembelajaran akan terus
berjalan sehingga akan terjadi knowledge learning dan knowledge management
menuju organizational learning
Selain itu, mengacu pada tantangan-tantangan dan lingkungan strategis yang
melingkupi Indonesia serta dalam rangka mewujudkan world class government, maka
diperlukan upaya perbaikan dan adaptasi dengan cepat dan tepat oleh pemerintah
37
Indonesia, terutama dalam hal kepemimpinan. Kebutuhan untuk mencetak pimpinan
yang berkualitas menjadi sebuah keharusan bagi sebuah pemerintahan yang ingin
mewujudkan tujuan pembangunan nasional di tengah tantangan lingkungan strategis.
Kebutuhan untuk mencetak pimpinan yang berkualitas diejawantahkan melalui
pendirian Sekolah Kader. Sekolah kader adalah sistem pengembangan komptensi
yang bertujuan untuk menyiapkan pejabat administrator melalui jalur percepatan
peningkatan jabatan.
Saat ini Pusat Pengembangan Komptensi ASN Kementerian Kesehatan
bersama unit terkait sedang merumuskan arah kebijakan tentang ASN yang
pembelajar sebagian bagian dari pengembangan kompetensi melalui pendidikan,
kebijakan tentang pedoman rencana pengembangan kompetensi ASN dilingkungan
Kementerian Kesehatan dan kebijakan sertifikasi komptensi sebagai instrument untuk
menjamin profesionalitas. Harapannya dengan pengembangan ASN tersebut, dapat
terciptanya ASN yang unggul dan berkualitas sehingga tujuan dan sasaranya dapat
segera tercapai.

Gambar 1

38
Gambar 2

B. Rencana Kegiatan

Langkah Rencana Kegiatan yang diterapkan Pusat Pengembangan Kompetensi


Aparatur Sipil Negara dalam mencapai sasaran kinerja adalah :

1. Tim Kerja Strategi Pengembangan Kompetensi ASN

Tim Kerja Strategi Pengembangan Kompetensi bertugas menyusun konsep


Sistem Informasi Pengembangan Kompetensi ASN Kemenkes secara terpadu,
sistem informasi ini direncanakan akan menggabungkan portal competency
information system, LMS dan KMS serta recognisi pembelajaran dan talent
management. Tim kerja ini juga menyusun manajemen pengetahuan dan
pembelajaran dengan melakukan pemetaan dan Human Resources Development
Patnership dengan talenta struktural dan fungsional Kementerian Kesehatan RI
sebagai mentor dan coach dalam menunjang pengembangan kompetensi ASN.
Tugas lain tim strategi pengembangan kompetensi merumuskan Alur Tata Kelola
Pengembangan Komptensi ASN Kemenkes, selaku bagian dari pengembangan
sistem manajemen kinerja

39
2. Tim Kerja Penilaian Kompetensi ASN

Sesuai dengan mandat UU ASN bahwa manajemen ASN diselenggarakan


berdasarkan sistem merit, yaitu kebijakan dan manajemen ASN berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar tanpa diskriminasi.
Salah satu wujud kebijakan manajemen ASN adalah terselenggaranya sistem
manajemen karier ASN yang meliputi tahapan akuisisi, pengembangan, retensi,
dan penempatan talenta yang diprioritaskan untuk menduduki jabatan target
berdasarkan tingkatan potensial dan kinerja tertinggi melalui mekanisme tertentu
yang dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan
instansi atau yang selanjutnya disebut manajemen talenta. Penyelenggaraan
manajemen talenta memerlukan profil pegawai yang memuat informasi
kepegawaian dari setiap ASN, salah satunya adalah informasi kompetensi
pegawai yang dapat diperoleh melalui identifikasi, penilaian dan pemetaan melalui
assessment center atau metode penilaian lainnya.

Penilaian Kompetensi adalah suatu proses membandingkan kompetensi


yang dimiliki Pegawai Negeri Sipil dengan kompetensi jabatan yang
dipersyaratkan dengan menggunakan metode assessment centeratau metode
penilaian lainnya. Pelaksanaan penilaian kompetensi dengan cara
mengidentifikasi aspek-aspek yang memberi kontribusi terhadap kesuksesan
yang dicapai oleh karyawan yang menghasilkan kinerja terbaik di dalam
organisasi tersebut.Hasil penilaian kompetensi dan potensi dapat dijadikan
sebagai data dan informasi untuk menempatkan pegawai pada box talent yang
menjadi dasar dalam penentuan rencana suksesi.
Penilaian Kompetensi selain sebagai upaya manajemen talenta juga dapat
mendukung pelaksanaan corporate university seperti perencanaan kebutuhan
pelatihan dan pengembangan kompetensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Dalam upaya mencapai sasaran kinerja penilaian kompetensi, perlu
menyusun langkah-langkah strategis sebagai berikut:
a. Pengembangan metode, alat ukur dan aplikasi penilaian kompetensi;
b. Peningkatan kapasitas asesor penilaian kompetensi;
c. Peningkatan kualitas penyelenggaraan penilaian kompetensi berbasis
teknologi informasi;

40
d. Pengelolaan hasil penilaian kompetensi terintegrasi dengan manajemen
talenta;
e. Sinergi dan kemitraan dengan lembaga pembina jabatan fungsional Asesor
SDM Aparatur serta asesor independen dalam mendukung pelaksanaan
penilaian kompetensi.

Langkah-langkah strategis tersebut kemudian didukung melalui kebijakan-


kebijakan sebagai berikut:
a. Tersedianya metode, alat ukur dan sistem aplikasi penilaian kompetensi
dalam mendukung pencapaian program melalui penguatan metode,
pengembangan alat ukur penilaian kompetensi berbasis teknologi
informasi;
b. Tersedianya Asesor SDM Aparatur internal dan independen
(assessorassociate) yang berkualitas/tersertifikasi;
c. Perselenggaranya penilaian kompetensi melalui assessment online sesuai
dengan standar;
d. Terselenggaranya pengelolaan hasil penilaian kompetensi terintegrasi
denganManajemen Talenta dan Coorporate University Kementerian
Kesehatan.
e. Terjalinnya sinergi dan kemitraan dengan lembaga pembina jabatan
fungsional Asesor SDM Aparatur serta asesor independen dalam
mendukung pelaksanaan penilaian kompetensi

3. Tim Kerja Penilaian Pemetaan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi ASN

Tim Peningkatan Talenta merupakan subsistem dari sistem pengembangan


kompetensi PPKASN. Tim ini bertugas melakukan penyusunan analisis
kesenjangan kompetensi, menyusun rekomendasi kebutuhan pengembangan
kompetensi lanjutan berbasis data hasil penilaian kompetensi (assessment) dan
hasil penilaian lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan. Data hasil
assessment kemudian diidentifikasi dan dianalisis kesenjangan kompetensi
masing-masing ASN dalam 9 talent box. Hasil analisis dan rekomendasi dapat
dijadikan acuan bagi para pemangku kebijakan dalam menentukan arah kebijakan
pengembangan kompetensi guna mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang

41
kompeten dan mempunyai daya saing baik di tingkat lokal, nasional maupun
global.

Keluaran (output) Tim Peningkatan Talenta selain analisis gap kompetensi


dan rekomendasi juga profil kompetensi setiap ASN. Berbasis pada data profil
kompetensi ASN dan kebutuhan organisasi, kemudian disusun rencana
pengembangan kompetensi setiap ASN atau Human Capital Development Plant
(HCDP). Semua instansi pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan
kompetensi ASN tahunan yang dituangkan kedalam rencana kerja anggaran
tahunan instansi. Perencanaan pengembangan kompetensi ini berdasarkan pada
analisis kesenjangan kompetensi dimaksudkan untuk mewujudkan profesionalitas
ASN dengan mempertimbangkan kebutuhan pegawai dan kebutuhan umum
organisasi dengan sistem perencanaan yang rasional, holistic (terintegrasi),
terarah, efektif dan efisien..

Pengembangan kompetensi bertujuan untuk mengatasi kesenjangan


kompetensi yang terjadi saat ini (existing gap) dan proyeksi kesenjangan di masa
yang akan datang (prospective gap). Pengembangan kompetensi dapat berupa
pelatihan (klasikal/non klasikal) yang dilakukan oleh Corporate University (Corpu)
Kementerian Kesehatan maupun Corpu Kementerian/Lembaga sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan kompetensi juga dapat dilakukan melalui pendidikan
(tugas belajar/izin belajar).

4. Tim Kerja Penyelenggaraan Corporate University

Pengembangan kompetensi bagi ASN melalui Corporate University


Pengembangan kompetensi bagi ASN dilaksanakan agar para ASN dapat
memenuhi kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan standard kompetensi
jabatannya selain juga untuk memenuhi hak pengembangan kompetensi minimal
20 jam pelajaran pertahun bagi PNS dan maksimal 24 jam per tahun bagi PPPK.
Pengembangan kompetensi meliputi Pendidikan dan pelatihan dimana pelatihan
dapat dilakukan melalui klasikal maupun non klasikal. Pelatihan klasikal meliputi
pelatihan terstruktur seperti pelatihan teknis, manajerial, social-kultural maupun
fungsional serta metode lainnya seperti seminar, lokakarya/workshop, bimbingan

42
teknis, kursus, symposium, penataran, sosialisasi. Sedangkan pelatihan non
klasikal meliputi coaching, mentoring, pelatihan jarak jauh, deta sering, patok
banding/ benchmarking, magang, belajar mandiri, pertukaran pegawai, komunitas
belajar, e-learning.
Pengembangan kompetensi dilakukan secara terintegrasi, baik dari sisi
metode maupun tempat pelaksanaan. Pembelajaran terintegrasi dari sisi metode
mengkombinasikan metode klasikal dan non klasikal dalam bentuk pembelajaran
formal (formal learning, 10%), pembelajaran melalui orang lain (social learning,
20%) dan pembelajaran melalui lingkungan/pengalaman (experiental learning,
70%). Keseluruhan metode tersebut dapat terlaksana tidak hanya di tempat
pelatihan, namun juga di tempat kerja. Sistem pembelajaran terintegrasi ini
dilakukan melalui corporate university.

ASN Corporate University (corpu) adalah entitas kegiatan


pengembangan kompetensi ASN yang berperan sebagai sarana strategis untuk
mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dalam bentuk
penanganan isu-isu strategis melalui proses pembelajaran tematik dan
terintegrasi dengan melibatkan Instansi Pemerintah terkait dan tenaga ahli dari
dalam/luar Instansi Pemerintah. Pengembangan kompetensi melalui Kemenkes
Corpu dilaksanakan berdasarkan rencana pengembangan individu/individual
developmeknt plan (IDP) baik yang bersifat dasar maupun lanjutan. IDP yang
bersifat dasar dilaksanakan untuk memenuhi kompetensi sesuai standard
kompetensi jabatan yang ditujukan untuk mendukung pelaksanaan 6 pilar
transformasi. IDP yang bersifat lanjutan ditujukan untuk penyiapan para talenta
menjadi talenta unit, talenta sektoral, talenta nasional dan talenta global. IDP yang
telah terkumpul kemudian akan dielaborasi untuk disusun menjadi program-
program pembelajaran yang akan didukung dengan bahan-bahan ajar baik modul,
video, maupun bahan ajar digital lainnya.
Pelaksanaan pengembangan kompetensi melalui Kemenkes Corpu
dilaksanakan secara mandiri dan berkolaborasi dengan BBPK/Bapelkes/ unit diklit
rumah sakit vertikal selaku penyelenggara pelatihan terakreditasi serta lembaga
pelatihan yang berada di bawah Kementerian/Lembaga lain maupun sektor
swasta.

43
Pelaksanaan pengembangan kompetensi didukung dengan system
pembelajaran yang terintegrasi melalui learning management system (LMS).
Pelaksanaan Kemenkes coporate university juga bertujuan untuk mendukung
Kemenkes menjadi organisasi pembelajar, melalui penerapan manajemen
pengetahuan yang didukung dengan system manajemen pengetahuan/
knowledge management system (KMS). Dengan diterapkannya manajemen
pengetahuan, diharapkan pengetahuan yang berada di masing-masing individu
ASN atau unit, bisa diidentifikasi, dikumpulkan dan dibagikan kepada ASN lainnya
untuk mendukung peningkatan kinerja organisasi.

5. Tim Kerja Penjaminan Mutu Pengembangan Kompetensi ASN

Penjaminan Mutu (quality assurance) adalah serangkaian proses


sistematis untuk menentukan apakah suatu produk atau jasa memenuhi syarat
yang ditentukan. Dalam hal pengembangan kompetensi ASN di lingkungan
Kementerian Kesehatan maka ruang lingkup penjaminan mutu meliputi penilaian
kompetensi, perencanaan peningkatan talenta dan pengembangan
kompetensimelalui Corporate University (Corpu). Penjaminan mutu terhadap
penilaian kompetensi dilakukan dengan memverifikasi penyelenggaraan penilaian
kompetensi yang mengacu pada Pedoman Penilaian Kompetensi yang telah
ditetapkan. Sedangkan penjaminan mutu pada perencanaan peningkatan talenta
dilakukan dengan melihat kesesuaian antara perencanaan peningkatan talenta
dengan hasil peningkatan kompetensi ASN yang dilaksanakan oleh Corpu.
Selanjutnya penjaminan mutu terhadap pengembangan kompetensi melalui
Corpu dilaksanakan melalui monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan,
alumni dan unit kerja terkait. Penjaminan mutu terhadap penyelenggaraan
diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas pembelajaran selanjutnya.
Penjaminan mutu terhadap alumni dapat berupa penilaian pada reaksi peserta
terhadap pembelajaran yang diikuti, materi yang telah dipelajari, serta perubahan
perilaku peserta setelah menerima pembelajaran. Pada tahap akhir, penjaminan
mutu dilakukan terhadap peningkatan kinerja unit organisasi dari alumni peserta
pembelajaran.

44
5.1 ANALISIS SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Sebagai satuan kerja yang baru terbentuk melalui PMK No. 5 tahun 2022
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan i, P2KASN perlu
menyusun manajemen strategi yang dituangkan kedalam Rencana Aksi Tahun
2022-2024. Manajemen strategic merupakan proses berkesinambungan dalam
mengkreasikan, melaksanakan dan mengevaluasi keputusan yang
memungkinkan setiap organisasi mencapai tujuannya. Penyusunan manajemen
strategi ini haruslah didasarkan pada analisis terhadap lingkungan internal dan
lingkungan eksternal agar pengelolaan satker P2KASN dapat lebih produktif dan
memanfaatkan sumberdaya yang ada.
Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk membantu
mengidentifikasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang berguna
dalam memaksimalkan seluruh sumberdaya yang ada. Sedangkan analisis
lingkungan eksternal dimaksudkan untuk membantu mengidentifikasi
ancaman/hambatan (threats) dan kesempatan/peluang (opportunities) yang
kritikal serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan/evolusi yang dapat
mempengaruhi kinerja P2KASN dalam upaya mendukung pencapaian visi
Kementerian Kesehatan melalui pengembangan kompetensi ASN Kemenkes.

6. Tim Kerja Manajemen Perubahan dan Budaya Berahlak

Budaya birokrasi merupakan seperangkat nilai dan sistem berdasarkan


pengalaman yang menginternalisasi. Hal tersebut kemudian diaplikasikan dalam
sikap, tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan oleh segenap sumber daya yang
terdapat dalam organisasi. Dalam proses panjang pelembagaan organisasi,
budaya dan nilai dianggap sebagai penyusun aspek konvensi informal yang
diafirmasi dalam bentuk variasi tata kelola penyelenggaraan pemerintahan. Budaya
organisasi yang positif dapat menjadi pemicu untuk mewujudkan birokrasi yang
professional, nilai-nilai revolusi mental integritas, etos kerja, dan gotong royong
menjadi spirit kuat untuk mewujudkan organisasi yang bersih, akuntabel, kapabel
dan kooperatif sebagai modalitas mendasarnya.

Dalam percepatan pencapaian World Governance Class Kementerian


Kesehatan dituntut untuk mengimplementasi Budaya Organisasi dan budaya kerja

45
Berakhlak. Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo resmi
meluncurkan core value untuk seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu
BerAKHLAK. Peluncuran Core Value ini bertujuan untuk menyeragamkan nilai-nilai
dasar bagi seluruh ASN di Indonesia sehingga dapat menjadi fondasi budaya kerja
ASN yang profesional. Core Value BerAKHLAK merupakan singkatan dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan
Kolaboratif.

Latar belakang core value BerAKHLAK adalah adanya perbedaan


penerjemahan terhadap nilai-nilai dasar serta kode etik dan kode perilaku ASN
yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. Oleh karena itu Kemenpan-RB menetapkan core value baru untuk
menciptakan persepsi yang sama atas nilai-nilai dasar ASN. Core
Value BerAKHLAK juga merupakan penggabungan dan pengerucutan nilai-nilai
ASN yang ada diberbagai instansi pemerintahan.

Adanya Core Value ASN yang baru ini diharapkan diimplementasikan


setiap ASN baik di Kementerian Lembaga pusat maupun di Pemerintah daerah.
Dengan memiliki semboyan dan semangat yang sama dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. ASN diharapkan tidak lagi minta untuk dilayani
melainkan memberikan pelayanan yang prima dalam membantu masyarakat.
Harapan ini juga didukung dengan diresmikannya employer branding ASN “Bangga
melayani bangsa” .

BerAKHLAK menyarikan dan menyederhanakan nilai-nilai dasar ASN yang ada


dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun2014 tentang ASN serta arahan Presiden
RI Joko Widodo yang sering menekankan pentingnya pelayanan kepada
masyarakat. Nilai-nilai tersebut dikerucutkan menjadi tujuh nilai yang berlaku bagi
ASN secara umum, yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. BerAKHLAK terdiri atas komponen:

1) Berorientasi Pelayanan – seorang ASN diharapkan mampu memahami


dan memenuhi ekspektasi masyarakat dalam memberikan pelayanan publik
(ramah, cekatan, solutif, dapat diandalkan dan perbaikan berkelanjutan).

46
2) Akuntabel – jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas
tinggi, dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien serta tidak
menyalahgunakan kewenangan jabatan.
3) Kompeten – nilai perilaku ASN yang terus meningkatkan kompetensi
diri, menjawab tantangan yang selalu dinamis dan melaksanakan tugas
dengan kualitas terbaik.
4) Harmonis – sikap saling menghargai tanpa memandang latar belakang,
suka menolong dan membangun kerja yang kondusif.
5) Loyal – panduan perilaku yang memegang teguh ideologi Pancasila dan
UUD Negara RI Tahun 1945, setia kepada NKRI, selalu menjaga nama baik
negara, instansi, pimpinan, sesama ASN serta menjaga rahasia jabatan dan
negara.
6) Adaptif – Perilaku positif dalam hal menyesuaikan diri menghadapi
perubahan, kreatif dan inovatif serta bertindak proaktif.
7) Kolaboratif – Sikap yang selalu memberikan kesempatan kepada pihak
lain untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama yang memberikan nilai
tambah dan menggerakkan pemanfaatn berbagai sumber daya demi mencapai
tujuan bersama.
a. Transformasi Organisasi Menuju Pemerintahan Kelas Dunia
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor. 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi Indonesia 2025. Melalui Grand Design
Reformasi Birokrasi 2025, Kementerian Kesehatan terus berupaya
mewujudkan Visi reformasi birokrasi yaitu Terwujudnya Pemerintahan Kelas
Dunia. World Class Government : pemerintahan yang memiliki tingkat kinerja
unggul secara komparatif di tengah persaingan global. Melalui Transformasi
secara sistematis sektor publik untuk mendukung daya saing nasional

Kementerian Kesehatan telah melaksanakan upaya Reformasi Birokrasi


melalui Roadmap Reformasi Birokrasi 2019-2013, 2014-2019, dan 2020-2024.
Peta Perjalanan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan telah memasuki
fase ketiga (fase terakhir). Pada fase terakhir ini, reformasi birokrasi dilakukan
melalui cara pengelolaan dan peningkatan kapasitas birokrasi secara
berkelanjutan. Fase ini menjadi sangat menentukan keberhasilan dan
ketercapaian road map jalannya perubahan reformasi birokrasi.

47
Selama pelasanakan Reformasi Birokrasi dalam kurun waktu tahun 2009
sampai dengan saat ini. Kementerian Kesehatan terus mendorong seluruh
sistem birokrasi yang ada untuk memberikan pelayanan yang bersih, akuntabel
dan profesional untuk dapat terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia (World
Class Government) 2025 yang profesional dan berintegritas tinggi.

Adapun indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program


percepatan reformasi birokrasi mencakup:

1. Indeks Persepsi Korupsi.


2. Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan
3. Indeks Kepuasan Pelayanan Publik

Dari ketiga indikator diatas, Kementerian Kesehatan mengikuti petunjuk


pedoman dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) dalam merumuskan sejumlah strategi guna mewujudkan
world class government atau pemerintahan berkelas dunia pada tahun 2024.
Pelaksanaan program percepatan reformasi birokrasi di Kementerian
Kesehatan telah memasuki roadmap reformasi birokrasi 2020-2024 sebagai
tindak lanjut program Reformasi Birokrasi yang harus terus dilaksanakan agar
dapat mewujudkan Kementerian Kesehatan sebagai Institusi yang dapat
melaksanakan tata Pemerintahan Kelas Dunia yang Baik dan Bersih.

b. Transformasi SDM Menuju Smart ASN


Tuntutan menyongsong Revolusi Industri 4.0 sejalan dengan rencana
besar Kemenpan-RB tentang pembangunan ASN 2020-2024, yakni
memperbaiki kinerja ASN mulai dari tahap rekrutmen. Saat ini sistem rekrutmen
ASN sudah menggunakan sistem digital. Dengan sistem rekrutmen yang
terbuka dan profesional, pemerintah akan mendapatkan SDM terpilih yang
merupakan smart ASN. Hal ini meliputi integritas, nasionalisme,
profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, serta
berjiwa hospitality, entrepreneurship, dan memiliki jaringan luas.

Target pemerintah di tahun 2024 proses rekrutmen yang terbuka akan


mendapatkan SDM yang unggul, berkualitas, dan memiliki integritas. Profil

48
smart ASN maka kita akan mendapat digital talent dan digital leader. Sebagai
smart ASN yang menguasai teknologi akan mendorong sistem pemerintahan
Indonesia ke birokrasi 4.0 yang beriringan dengan revolusi industri 4.0. Dengan
demikian, semua jenis layanan publik akan berbasis digital dan terintegrasi.
Digitalisasi birokrasi untuk pelayanan yang optimal adalah hal yang tak bisa
disanggah. Pasalnya, Indonesia saat ini berada di peringkat ke-77 dari 119
negara dalam Global Talent Competitiveness Index, dengan nilai 38,04.

Dalam memperbaiki indeks tersebut, pemerintah akan menerapkan human


capital management strategy menuju smart ASN 2024 dengan program 6P:
perencanaan; perekrutan dan seleksi; pengembangan kapasitas; penilaian
kinerja dan penghargaan; promosi, rotasi, dan karier; peningkatan
kesejahteraan, Pada 2024, ASN (Aparatur Sipil Negara) dituntut sudah harus
memiliki ciri-ciri Smart ASN, yaitu berintegritas, nasionalisme, profesionalisme,
berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, hospitality, networking,
dan entrepreneurship. Kementerian Kesehatan terus melakukan Internalisasi
revolusi mental pada seluruh ASN sebagai upaya Transformasi Sumber Daya
Manusia untuk mendukung terwujudnya Smart ASN dan world class
government pada 2024.

Kementerian Kesehatan terus melakukan peningkatan profesionalisme ASN


melalui restrukturisasi organisasi tata kerja dan deesolonisasi struktur jabatan.
Setiap ASN Kementerian Kesehatan saat ini dituntut untuk memberikan
kontribusi kinerja yang jelas dan terukur kepada organisasi. Dengan
profesionalisme di masing-masing jabatan fungsional tertentu, akan terwujud
standardisasi kompetensi sehingga untuk jabatan yang sama di setiap unit
satuan kerja akan memiliki kualitas dan kapasitas yang setara. Kondisi ini
memungkinkan setiap ASN ditugaskan di unit kerja mana saja sesuai
kebutuhan organisasi sehingga pada akhirnya setiap ASN mampu memberi
kontribusi nyata pada kinerja Kementerian Kesehatan.

c. Globalisasi Dan Transformasi Digital.


Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi rujukan bersama bagi
pemerintahan di seluruh dunia untuk menciptakan kondisi dunia yang lebih baik
dengan terwujudnya 17 tujuan berkelanjutan pada tahun 2030. Pengetahuan

49
dasar yang memadai terhadap SDGs diharapkan dapat membantu para ASN
dalam memposisikan perannya di kancah global maupun regional. Selain itu,
pada tataran global terdapat sejumlah isu yang menarik perhatian negara-
negara di seluruh dunia, antara lain berkaitan dengan pemanfaatan “Big Data”,
pelayanan terintegrasi (integrated service), pelayanan yang lebih
mengakomodir keunikan individu masyarakat, dan pemanfaatan artificial
intelligence di ranah publik. Dalam era globalisasi, aparatur juga perlu
mengembangkan kompetensi yang selaras dengan tuntutan zaman, sekaligus
tetap membumi dan memperhatikan khazanah lokal.

Pesatnya perkembangan teknologi berdampak pada pelaksanaan tugas dan


fungsi pemerintahan dengan pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi
digital. Tantangan global menuntut para eksekutif untuk cakap dan respon
dalam menjalankan proses-proses pelayanan pemerintahan berbasis digital
atau elektronik. Isu ini menjadi penting untuk direspon dalam merumuskan
langkah strategis untuk mewujudkan pemerintahan kelas dunia di tahun 2025.
Dalam hal ini, Unit utama/unit satuan kerja/unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan harus melakukan transformasi digital melalui
pelaksanaan tata kelola SPBE yang terpadu dalam rangka mendukung
transformasi proses bisnis pemerintahan untuk mewujudkan layanan mandiri,
layanan bergerak dan layanan cerdas yang fleksibel dan tanpa batas.

Perkembangan “Revolusi Industri Tahap 4” (dikenal juga sebagai Revolusi


Industri 4.0) menciptakan dinamika dan sejumlah tantangan baru yang unik
bagi pemerintahan di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Seiring
dengan perkembangan teknologi, maka cara kerja pemerintah dan pola
hubungan/interaksi pemerintah dengan masyarakat juga mengalami
perubahan mendasar. Pemanfaatan teknologi mobile internet, komputasi
awan, kecerdasan buatan, maha data, dan Internet of Things (IoT) akan
mendorong unit utama/unit satuan kerja/unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan untuk memberikan layanan mandiri, layanan
bergerak, dan layanan cerdas yang fleksibel dan tanpa batas bagi masyarakat.
Pemerintah harus memberikan ruang yang lebih luas bagi masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi dan mengkritisi area sektor publik yang selama ini
terbatas menjadi ranah ekslusif pemerintah. Pada saat yang bersamaan,

50
pemerintah juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman dan melakukan transformasi digital untuk bertahan di era Revolusi
Industri 4.0

C. Kebijakan

Dalam pelaksanaan kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan


Tugas Teknis Lainnya pada Program Pusat Pengembangan Kompetensi
Aparatur Sipil Negara (PPKASN) mengacu pada kebijakan pelaksanaan
kegiatan Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Kementerian
Kesehatan yang telah ditetapkan didalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan.

D. Kerangka Kelembagaan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pusat Pengembangan
Kompetensi Aparatur Sipil Negara (PPKASN) sebagai satuan kerja baru
dilingkungan Sekretariat Jenderal, dihadapkan dengan berbagai dinamika yang
dan tantangan yang terus berkembang. Sehubungan dengan hal tersebut
PPKASN dituntut untuk terus melakukan peningkatan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian untuk mengharmonisasikan kebijakan pemerintah lintas
Kementerian/Lembaga. Dengan kemampuan kinerja kelembagaan,maka
tantangan yang muncul dapat segera dikelola dengan baik. Dalam hal proses
pembelajaran kelembagaan, maka penataan organisasi dan tatakerja PPKASN
diupayakan untuk mencapai struktur kelembagaan yang tepat ukuran dan tepat
fungsi (right size and right function). Dengan organisasi yang ideal, PPKASN
diarahkan menjadi birokrasi yang bersih,akuntabel,dan transparan. Upaya
untuk membentuk organisasi yang ideal dilakukan dengan penataan struktur
organisasi dan tata kerja. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan
memperlancar tugas operasional organisasi. Hal-hal yang perlu ditingkatkan
dalam pelaksanaan kerangka kelembagaan kedepan,adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Strategi Pengembangan Kompetensi ASN, pengembangan karier,
pengembangan kompetensi, pola karier, mutasi dan promosi merupakan
manajemen karier PNS yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip merit

51
system. Pengembangan kompetensi harus terkait dengan pengembangan
karier, pola karier, mutasi maupun promosi dengan prinsip merit system.
2. Melakukan Penilaian Komptensi ASN, Untuk mendapatkan
profil aparatur yang mampu menjalankan fungsinya, maka dibutuhkan
suatu penilaian yang objektif untuk menempatkan seorang pegawai
dalamjabatan.Hal ini dapat dicapai salah satunya melalui metode
penilaian kompetensi (assessment center).
3. Melakukan Penilaian dan Pementaan Kebutuhan Pengembangan
Kompetensi ASN, Pengembangan kompetensi PNS, dilakukan dalam tiga
tahapan, yaitu: penyusunan kebutuhan dan rencana pengembangan
kompetensi, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan,
pengembangan kompetensi diarahkan pada penyelesaian masalah organisasi,
dan disiapkan sebagai strategi untuk mendukung peningkatan kinerja
organisasi.Pelaksanaan pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui
jalur pendidikan dan/atau pelatihan. Jalur pendidikan dapat ditempuh melalui
tugas belajar dan izin belajar, sementara jalur pelatihan dapat ditempuh melalui
pelatihan klasikal dan nonklasikal.
4. Melakukan Penyelenggaraan Corporate University, ASN Corpu adalah model
pengembangan kompetensi pegawai ASN yang dilakukan secara terintegrasi
dengan kerangka strategi nasional dan internasional. ASN Corpu perlu
dikembangkan sebagai sarana pengembangan kelompok rencana suksesi
(talent pool) nasional dalam mencetak pegawai ASN yang handal (smart ASN).
Penerapan ASN Corpu juga diharappkan dapat mendukung pemerintah dalam
menciptakan birokrasi berkelas dunia (world class bureaucracy) dan
meningkatkan daya saing bangsa melalui investasi pengambangan kompetensi
SDM, sehingga pada akhirnya turut mendukung pemerintah pemerintah dalam
mewujudkan sasaran strategis pembangunan nasional. Hal ini dapat terwujud
karena melalui ASN Corpu, pembelajaran terjadi pada tingkat individu, instansi
hingga nasional secara selaras dan terpadu.

52
5. Melakukan Penjaminan Mutu Pengembangan Komptensi ASN, evaluasi
pengembangan kompetensi dilakukan terhadap dua hal, yaitu kesesuaian
antara rencana pengembangan kompetensi dengan pelaksanaannya, dan
kemanfaatan pelaksanaan pengembangan kompetensi terhadap peningkatan
kompetensi dan peningkatan kinerja pegawai.
6. Melakukan Manajemen Perubahan dan Budaya Kerja Berahklak, Bangga
Melayani Bangsa dan core values ASN Ber-AKHLAK: berorientasi pelayanan,
akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif yang diluncurkan
oleh Presiden pada tanggal 27 Juli 2021.
7. Melakukan Monitoring dan Evaluasi atas kegiatan PPKASN (Perecanaan
dan Anggaran, Umum dan Kepegawaian, Keuangan dan BMN) yang sesuai
dengan perkembangan organisasi dan tata kerja dengan memanfaatkan
teknologi informasi.

E. Kerangka Regulasi
Dalam menyusun kerangka regulasi Rencana Aksi Kegiatan (RAK) pada Pusat
Pengembangan Kompetensi ASN Kementerian Kesehatan tahun 2022-2024 :
a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rancangan Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
c. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi
d. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
e. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
f. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Manajemen Kinerja PNS
g. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan
h. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan Penetapan dan Pembinaan Jabatan
Fungsional PNS

53
i. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan Administasi ke Dalam
Jabatan Fungsional
j. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2019 tentang Penataan Jabatan
Pelaksana dan Jabatan Fungsional
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 60 Tahun 2019 tentang Pembinaan
Jabatan Fungsional Kesehatan dan Non-Kesehatan dilingkungan Kementerian
Kesehatan
m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja
n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pemberian
Tunjangan Kinerja
o. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan
p. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 37 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penataan PNS
q. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 10 Tahun 2018
tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
r. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 5 Tahun 2018
tentang Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN)
s. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 26 Tahun 2019
tentang Pembinaan Penyelenggaraan Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri
Sipil (PNS)

F. Kerangka Pendanaan

Pembiayaan Rencana Aksi Kegiatan pada Pusat Pengembangan Kompetensi


Aparatur Sipil Negara dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) melalui Anggaran 1 DIPA Sekretariat Jenderal, dimana sumber
penerimaannya bersumber dari Rupiah Murni (RM).

54
BAB IV
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PENGENDALIAN PROGRAM

A. Pemantauan
Pemantauan Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pengembangan Kompetensi
Aparatur Sipil Negara (PPKASN) tahun 2022-2024 bertujuan untuk mengamati,
mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang muncul untukdiambil
tindakan antisipatif sedini mungkin perkembangan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
PPKASN selama 3 (tiga) tahun. Kegiatan pemantauan yang dilakukan merupakan
upaya secara berkesinambungan terhadap perkembangan realisasi penyerapan
dana,realisasi pencapaian target keluaran (output), dan kendala yang dihadapi
terhadap kegiatan yang telah direncanakan. Waktu pemantauan dapat dilakukan
dengan jangka waktu bulanan, triwulanan, semesteran, atau tahunan tergantung
tujuan dan kebutuhan dari hasil pemantauan yang diinginkan. Pemantauan dapat
berupa berupa koreksi atas penyimpangan kegiatan; akselerasi atas
keterlambatan pelaksanaan kegiatan; dan klarifikasi atas ketidak jelasan
pelaksanaan rencana. Pemantauan ini juga merupakan bagian dari pengawasan
melekat

B. Evaluasi
Evaluasi Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur
Sipil Negara (PPKASN) Tahun 2020-2024 adalah rangkaian kegiatan
membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome)
terhadap rencana dan standar. Sedangkan tujuan kegiatan evaluasi yang
dilakukan adalah untuk menilai efesiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan
keberlanjutan program PPKASN selama kurun waktu 2022-2024.
Evaluasi Rencana Aksi Kegiatan PPKASN tahun 2022-2024 yang
dimaksud untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil,
kemajuan,dan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan perencanaan dapat
dinilai dan dipelajari untuk perbaikan masa datang. Dalam pelaksanaan evaluasi
akan menilai pencapaian sasaran atau target yang telah ditetapkan baik sasaran
strategis maupun sasaran dari masing-masing kegiatan.

55
C. Pengendalian
Hasil monitoring dan evaluasi Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pengembangan
Kompetensi Aparatur Sipil Negara tahun 2022-2024 agar memberikan informasi
yang bermanfaat bagi perbaikan perencanaan periode berikutnya, maka perlu
disajikan dalam bentuk pelaporan yang cepat, akurat, dan tepat waktu secara
berkala dan berjenjang. Selain itu agar pelaporan yang dilakukan menghasilkan
informasi yang maksimal diperlukan format yang memadai serta penentuan
periode waktu seiring pemantauan yang dilakukan, yang dibagi dalam jangka
waktu bulanan, triwulanan, semesteran, atau tahunan tergantung tujuan dan
kebutuhan dari hasil pemantauan yang diinginkan.Pemantapan dalam monitoring,
evaluasi dan pelaporan Rencana Aksi Kegiatan PPKASN tahun 2022-2024 harus
dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur,serta dipadukan dengan Sistem
Informasi yang handal.

56
BAB V
PENUTUP
Lampiran 1 Kerangka Logis Kegiatan

Lampiran 2 Matriks Target Kinerja Kegiatan dan Pendanaan

Alokasi (dalam juta


Sasaran Target
rupiah)
Program
Program/
(Outcome)
Kegiatan
/Sasaran Lokasi Unit Organisasi Pelaksana
Kegiatan 2022 2023 2024 2022 2023 2024
(Output)/
Indikator

8 Kegiatan:Pengem
banganKompeten
si Aparatur Sipil Pusat Pengembangan Kompetensi
Pusat 12.190 13.409 14.649
Negara ASN
Kementerian
Kesehatan
a Sasaran
Kegiatan:Mening
katnyakualitas
aparatur sipil
Negara
Kementerian
Kesehatan sesuai
standar
1) Jumlah ASN
Kementeria
n Kesehatan
yang 5.059 6.000 6.000
ditingkatkan
kompetensi
nya*(VI.B.1)

57
Lampiran 3 Indikator Kinerja , Definisi Operasional Kegiatan, Cara Perhitungan RAK
dan Sumber Data

Tujuan/SasaranStrategis/Program/ Definisi Operasional Cara Perhitungan


SasaranProgram/Kegiatan/Sasaran (DO)
Kegiatan/Indikator
8 Kegiatan: Pengembangan
Kompetensi Aparatur Sipil Negara
Kementerian Kesehatan
a Sasaran Kegiatan
:Meningkatn
yakualitasaparatursipilneg
araKementerianKesehatan
sesuaistandar
1) Jumlah ASN Jumlah ASN Kemenkes yang diberikan: Jumlah ASN Kemenkes yang mendapat
Kementerian 1. Pelatihan baik klasikal maupun sertifikat kelulusan dari lembaga pelatihan
Kesehatan yang nonklasikal yang mendapatkan yang terakreditasi ditambah jumlah ASN
ditingkatkan Kemenkes yang mendapat rekognisi
sertifikat kelulusan dari
kompetensinya pembelajaran
Lembaga terakreditasi; (PP 11
*(VI.B.1) Tahun 2017, Per LAN 5 Tahun
2018)dan/atau
2. Program pengembangan
kompetensi yang mendapatkan
rekognisi pembelajaran dari unit
yang memiliki kewenangan
pengembangan kompetensi ASN

58

Anda mungkin juga menyukai