2022 - 2024
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum
Saat ini Pemerintah Indonesia dihadapkan pada beberapa isu strategis dan
tantangan global yang kompleks serta multidimensional untuk dapat mewujudkan
birokrasi kelas dunia dan berdaya saing dengan negara-negara lain. Reformasi
Birokrasi adalah salah satu strategi penting yang harus dilakukan dalam
mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Dunia terus
bergerak maju, oleh karena itu proses bisnis birokrasi harus fleksibel dan adaptif
terhadap tatanan baru tersebut. Untuk menciptakan birokrasi semakin baik, cepat dan
efisien, tentunya harus didukung dengan reformasi SDM Aparatur.
Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
dirumuskan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Tujuan Pembangunan Nasional tersebut diterjemahkan dalam visi, misi
dan arah pembangunan nasional.
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2004 terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun
secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan Undang-undang Nomor
17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) nasional
2005-2025, pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Disamping kondisi kesehatan diatas pandemi covid-19 yang dimulai pada bulan
maret tahun 2020 juga mempengaruhi tatanan global serta semua aspek kehidupan
dalam bermasyarakat, berkaktivitas dan bekerja.
Secara global, saat ini kita memasuki era industri 4.0 yang cenderung distruptif.
Perkembangan terknologi digital diprediksi akan mengakibatkan perubahan pola
hidup, cara kerja dan tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang lebi baik dan
merata. Diprediksi akan terjadi juga masa transisi dari peta epidemilogi penyakit di
Indonesia sehingga memunculkan berbagai tantangan stategis yang lebih sulit dan
kompleks. Upaya Kesehatan yang diselenggarakan dengan pendekatan promotif,
1
preventif, kuratif dan rehabilitative harus dilaksanakan dengan dukungan Aparatur
Sipil Negara (ASN) kesehatan yang unggul dan melalui reformasi birokrasi yang
efektif.
Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
menggariskan penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN hendaknya
dijalankan berdasarkan profesionalisme, proporsional, akuntabel, efektif dan efisien
agar peningkatan kinerja birokrasi dapat dicapai, Kementerian PAN dan RB telah
menetapkan bahwa dalam menghadapi tantangan saa ini ASN harus memiliki profil
SMART ASN, dengan ciri-ciri integritas, berwawasan kebangsaan, berbahasa asing,
2
penguasaan IT, networking dan entrepreneur. SMART ASN merupakan salah satu
kunci sukses penataan birokrasi dan system penyelenggaraan pemerintahan, dengan
mengutamakan nilai 4E yakni efektifitas, efisiensi, equity (rasa adil), dan economies
(hemat dan optimal). Melalui upaya tersebut, tujuan reformasi birokrasi menuju kelas
dunia dapat terwujud yakni menciptakan birokrasi pemerintahan yang profesioal dan
berkarakter, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani
publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode
etik aparatur negara, serta mampu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategi (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2022-2024 (Renstra Revisi) berdasarkan Arah Kebijakan dan
Strategi Nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-20224.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 merupakan
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat progam-program
pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan
menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Renstra Kementerian
Kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk progam/kegiatan, indikator, target, sampai
dengan kerangka pendanaan dan kerangka regulasinya.
Renstra ini menjadi dasar dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
maka dalam pelaksanaannya perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam suatu Rencana
Aksi Progam (RAP) pada Unit Organisasi setingkat Eselon I dan Rencana Aksi
Kegiatan (RAK) pada Unit Organisasi setingkat Eselon II.
Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (PPKASN) merupakan
Unit Organsisasi baru setingkat eselon II dibawah Koordinasi Sekretariat Jenderal
yang mempunyai tugas menyelenggarakan Pengembangan Kompetensi Aparatur
Sipil Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan adalah melaksanakan Penyusunan Kebijakan Teknis di
bidang pengembangan kompetensi ASN Kementerian Kesehatan dan Pelaksanaan
di bidang kompetensi dilingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan tersusunnya RAK Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil
Negara Tahun 2022-2024, diharapkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan
3
Kompetensi ASN di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menjadi tugas dan
fungsi PPKASN dapat dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efektif, efisien, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan, proporsionalitas dan kepatutan.
5
promosi kesehatan, membangun infrastruktur, melengkapi sarana, prasarana, SDM,
serta memperkuat manajemen di seluruh layanan primer di tanah air.
Dalam Pilar kelima, transformasi SDM kesehatan, dengan meningkatkan
kuantitas, distribusi, dan kualitas tenaga kesehatan, melalui beasiswa, pemberdayaan
diaspora kesehatan, dan pertukaran tenaga profesional kesehatan dengan mitra
internasional. Kementerian Kesehatan kedepan, kita harus dapat memastikan jumlah,
sebaran hingga kualitas dari tenaga kesehatan mencukupi untuk memberikan layanan
dan akses kepada seluruh rakyat Indonesia.
Pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama kita.membangun SDM yang
pekerja keras, yang dinamis. Membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengundang talenta-talenta global untuk bekerja sama
dengan kita. Kerja sama dengan industri juga penting dioptimalkan. Dan juga
penggunaan teknologi yang mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri.
Penyederhanaan birokrasi harus terus kita lakukan besar-besaran.
Birokrasi yang panjang harus kita pangkas. Eselonisasi harus disederhanakan.
Eselon I, eselon II, eselon III, eselon IV, untuk disederhanakan menjadi 2 level saja,
diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian,
menghargai kompetensi.
Pembangunan SDM dan Penyederhanaan Birokrasi merupakan pidato dan
arahan Presiden untuk periode 2019-2024 yang saat ini sudah mulai dilaksanakan
dan akan terus dilakukan sampai dengan Birokrasi yang melayani dan sampai kepada
yang membutuhkan.
Upaya penyederhanaan birokasi yang akan dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan berfokus pada perampingan organisasi, optimasi jabatan, dan pemilihan
prioritas kerja. Perampingan yang dimaksud adalah dengan memangkas sistem
eselon menjadi hanya dua level, yaitu hanya ada eselon I dan II, sedangkan untuk
optimalisasi jabatan dilakukan dengan mengalihkan jabatan struktural yang dirasa
belum optimal ke jabatan fungsional. Sedangkan untuk prioritas kerjas dilakukan
sejalan dengan program prioritas pembangunan untuk melakukan investasi lapangan
kerja.
Sejalan dengan arahan Presiden tersebut, beberapa regulasi telah disusun
Pemerinah, misalnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 20214 tentang ASN, Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen ASN, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK, Manajemen ASN
6
terdiri dari atas Manajemen PNS dan Manajemen PPPK yang perlu dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga dengan menerapkan Norma. Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK) yang lebih mampu sesuai dengan payung hukum yang ada.
Pemerintah telah menetapkan peta jalan (roadmap) pengelolaan birokrasi yang
dibagi dalam empat tahapan, tahapan tersebut dimulai dari pembentukan good
governance. Kemudian reformasi birokrasi dan dilanjutkan dengan pengelolaan
berbasis system merit dimana kebijakan dan manajeman ASN berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar. Pada Periode 2020-2024
arah pengelolaan birokrasi akan difokuskan untuk menghasilkan birokrasi berkelas
dunia dengan menyesuaikan terhadap perkembangan era industri 4.0
Sejalan dengan pengelolaan birokrasi menuju birokrasi kelas dunia, ASN juga
perlu di di kelola menuju SMART ASN 2024 yaitu ASN yang menjujung tinggi integritas
dan nasionalisme, berwawasan global, mengusai IT dan bahasa asing,
mengutamakan hospitality (pelayanan). Memiliki jaringan (networking) yang luas,
serta berjiwa entrepreneurship yang gagah dan inovatif.
8
7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh
Warga;
8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya;
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan
9
C. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan
Dalam rangka mencapai tujuan Kementerian Kesehatan di atas, maka
ditetapkan sasaran strategis Kementerian Kesehatan sebagai berikut :
2.3
Menguatnya dan terdistribusinya mutu
RS, layanan unggulan, dan
pengembangan layanan lain
3 Terciptanya
Terciptanya Sistem 3.1 3.1
Menguatnya produksi Menguatnya
alat kesehatan,
Sistemyang
Ketahanan Kesehatan produksi
bahan baku obat, obat, obat alat
Tangguh Ketahanan kesehatan,
tradisional, dan vaksin bahan
dalam negeri
Kesehatan yang baku obat, obat,
Tangguh 3.2 obatyang
Menguatnya surveilans tradisional,
adekuat
dan vaksin dalam
negeri
3.3 Menguatnya sistem penanganan
bencana dan kedaruratan kesehatan
4 Terciptanya Terciptanya
Sistem 4.1 Terpenuhinya pembiayaan kesehatan
PembiayaanSistem
Kesehatan yang yang berkeadilan pada kegiatan
Pembiayaan
Efektif, Efisien dan promotif dan preventif
Berkeadilan Kesehatan 4.2 Menguatnya pembiayaan kesehatan
yang Efektif, nasional secara efektif, efisien dan
Efisien dan berkeadilan untuk mencapai Universal
Berkeadilan Health Coverage (UHC)
5 Terpenuhinya SDM 5.1 Meningkatnya pemenuhan dan
Kesehatan yang Kompeten pemerataan SDM kesehatan yang
dan Berkeadilan berkualitas
5.2 Meningkatnya kompetensi dan sistem
pendidikan pelatihan SDM kesehatan
10
5.3 Meningkatnya sistem pembinaan
jabatan fungsional dan karier SDM
kesehatan
6 Terbangunnya Tata Kelola, 6.1 Meningkatnya sistem pelayanan
Inovasi, dan Teknologi kesehatan dalam ekosistem teknologi
Kesehatan yang Berkualitas kesehatan yang terintegrasi dan
dan Efektif transparan dalam mendukung
kebijakan kesehatan berbasis bukti
6.2 Meningkatnya kebijakan kesehatan
berbasis bukti
Gambar 2.1
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan & Sasaran Strategis Kemenkes
11
kemudian dimasukan ke dalam Renstra Kementerian Kesehatan sesuai pada konteks
dan level indikatornya, yaitu sebagai berikut:
1. Angka kematian ibu (per 100.000 KH)
4. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap pada anak usia 12-23 bulan (%)
15. Persentase puskesmas dengan jenis tenaga kesehatan sesuai standar (%)
Untuk mencapai visi, misi dan tujuan dari Kementerian Kesehatan hingga tahun 2024,
serta sasaran pokok pembangunan kesehatan RPJMN dirumuskan indikator sasaran
strategis yang akan menjadi ukuran pencapaian tujuan dan kinerja Kementerian
Kesehatan sebagai berikut:
12
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
1 Terwujudnya 1.1 Menguatnya promotif Persentase
pelayanan preventif di FKTP kabupaten/kota
kesehatan melalui UKBM dan yang melaksanakan
primer yang pendekatan keluarga SPM
komprehensif AKI (per 100.000
dan berkualitas kelahiran hidup)
serta AKB (per 1.000
13
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
>18 tahun
Persentase merokok
penduduk usia 10-
18 tahun
Jumlah kabupaten/
kota sehat
1.2 Terpenuhinya Persentase
sarana, prasarana, kabupaten/kota,
obat, BMHP, dan dengan SPA
alat kesehatan puskesmas yang
pelayanan memenuhi standar
kesehatan primer Persentase
kabupaten/kota
dengan
puskesmas yang
memiliki
ketersediaan obat
sesuai standar
1.3 Menguatnya tata Persentase
kelola FKTP
manajemen terakreditasi (%)
pelayanan dan Persentase klinik
kolaborasi publik- pratama dan praktik
swasta mandiri dokter yang
melakukan
pelayanan
program prioritas
2 Tersedianya 2.1 Terpenuhinya Persentase fasyankes
rujukan milik
pelayanan sarana prasarana,
pemerintah yang
kesehatan alat kesehatan, memenuhi sarana
prasarana dan alat
rujukan yang obat, dan bahan
(SPA) sesuai
berkualitas medis habis
standar
pakai (BMHP)
14
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
pelayanan kesehatan
rujukan
15
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
3.2 Menguatnya Persentase
surveilans kabupaten/kota
yang adekuat yang
melakukan
respons
KLB/wabah (PE,
pemeriksaan
laboratorium, tata
laksana kasus)
3.3 Menguatnya sistem Persentase provinsi
penanganan yang sudah memiliki
bencana dan sistem penanganan
kedaruratan bencana dan
kesehatan kedaruratan
kesehatan masyarakat
sesuai
standar
4 Terciptanya 4.1 Terpenuhinya Persentase cakupan
sistem pembiayaan kelompok berisiko
pembiayaan kesehatan yang yang mendapatkan
kesehatan berkeadilan pada layanan skrining
yang efektif, kegiatan promotif dan kesehatan
efisien dan preventif
berkeadilan
4.2 Menguatnya Proporsi Out of
pembiayaan Pocket (OOP)
kesehatan nasional terhadap total belanja
secara efektif, efisien kesehatan
dan berkeadilan untuk
mencapai Universal
Health
Coverage (UHC)
16
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
5 Terpenuhinya 5.1 Meningkatnya Persentase faskes
SDM pemenuhan dan dengan SDM
kesehatan pemerataan kesehatan sesuai
yang SDM kesehatan standar
kompeten dan yang
berkeadilan berkualitas
5.2 Meningkatnya Persentase fasilitas
kompetensi dan kesehatan dengan
sistem pendidikan SDM kesehatan yang
pelatihan SDM ditingkatkan sesuai
kesehatan kompetensinya
17
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis
6.3 Meningkatnya tata Indeks capaian tata
kelola pemerintahan kelola Kemenkes
yang baik yang
baik
18
cakupan kesehatan semesta, dengan penekanan pada penguatan
sistem pelayanan kesehatan dasar dengan mendorong peningkatan
upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi”.
19
b. Percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan
penanggulangan permasalahan gizi ganda, yang mencakup:
1) Penguatan komitmen, kampanye, pemantauan, dan evaluasi
upaya perbaikan gizi masyarakat;
2) Pengembangan sistem jaminan gizi dan tumbuh kembang
anak dengan pemberian jaminan asupan gizi sejak dalam
kandungan, perbaikan pola asuh keluarga, dan perbaikan
fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan;
20
pengendalian vektor, dan perluasan layanan berhenti
merokok;
2) Penguatan health security terutama peningkatan kapasitas
untuk pencegahan, deteksi, dan respons cepat terhadap
ancaman penyakit termasuk penguatan sistem kewaspadaan
dini (early warning systems) kejadian luar biasa dan karantina
kesehatan;
3) Peningkatan cakupan penemuan kasus dan pengobatan
serta penguatan tata laksana penanganan penyakit;
21
penerapan label pangan, perluasan akses terhadap buah
dan sayur, dan perluasan gerakan memasyarakatkan
makan ikan;
22
i) Perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying dan
sailing health care) dan gugus pulau;
j) Pengembangan dan peningkatan kualitas RS Khusus;dan
k) Penyediaan pengelolaan limbah medis fasilitas
pelayanan kesehatan dan pengendalian Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
2) Pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan,
yang difokuskan pada:
a). Penguatan perencanaan kebutuhan dan pemetaan
tenaga kesehatan secara integratif antara pusat dan
daerah sebagai dasar untuk penyediaan dan
pemenuhan sumber daya manusia kesehatan;
23
i). Pemenuhan tenaga kesehatan sesuai standar dan
tenaga non- kesehatan termasuk tenaga sistem
informasi dan administrasi keuangan untuk mendukung
tata kelola di fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Pemenuhan dan peningkatan daya saing farmasi dan alkes,
yang difokuskan pada:
a). Efisiensi penyediaan obat dan vaksin dengan
mengutamakan kualitas produk;
b). Penguatan sistem logistik farmasi real time berbasis
elektronik;
c). Peningkatan promosi dan pengawasan penggunaan
obat
Rasional;
24
f). Peningkatan pemanfaatan anggaran untuk penguatan
promotif dan preventif berbasis bukti;
g). Pengembangan sumber pembiayaan baru seperti
penerapan earmark cukai (selain tembakau dan
alkohol) dan pajak, pembiayaan bersumber
masyarakat, dan kerjasama pemerintah dan swasta;
h). Peningkatan kapasitas dan kemandirian pembiayaan
fasilitas kesehatan milik pemerintah; dan
25
Arah kebijakan Kementerian Kesehatan kemudian dirumuskan
dan/atau ditetapkan sejalan dengan transformasi kesehatan yang
menjadi jiwa dari perubahan Renstra ini, yaitu dengan rumusan:
“Menguatkan sistem kesehatan dengan meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, dengan
penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary
Health Care), melalui penyediaan pelayanan kesehatan primer dan
sekunder yang berkualitas, sistem ketahanan kesehatan yang tangguh,
SDM kesehatan yang kompeten, sistem pembiayaan kesehatan yang
efektif, serta penyelenggaraan kesehatan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi”.
Dalam rangka menjalankan kebijakan di atas, maka strategi
Kementerian Kesehatan hingga 2024 dirumuskan sebagai berikut:
26
dan penggerakan lintas sektor, dengan rincian strategi yang
meliputi:
a) Penguatan dan perluasan upaya edukasi dan
pemberdayaan masyarakat, termasuk untuk
peningkatan peran aktif dan kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat
b) Pengendalian penyakit berbasis masyarakat melalui
UKBM, pendekatan keluarga dan pelibatan swasta.
UKBM merupakan salah satu bentuk implementasi
pemberdayaan masyarakat yang dapat diukur dari
tingkat keaktifan posyandu
c) Memperluas Health in all Policies (HiAP) untuk
mendorong lebih banyak strategi lintas sektor dalam
menangani determinan sosial yang luas dari bidang
kesehatan di antara sektor kehidupan lainnya
27
diharapkan pada 2024, seluruh kecamatan di Indonesia
telah memiliki puskesmas
b). Pemenuhan sarana prasarana puskesmas, termasuk
obat, BMHP dan alat Kesehatan sebagai bagian dari
komitmen untuk penyediaan 40 jenis obat esensial di
puskesmas seluruh Indonesia
c). Pemenuhan sarana prasarana imunisasi di seluruh
puskesmas di Indonesia
28
untuk peningkatan akses pelayanan kesehatan di daerah yang
sulit diakses
29
(SPA) sesuai standar di rumah sakit
3) Pemenuhan obat dan BMHP di fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan
30
vaksin lainnya sudah dapat diproduksi dalam negeri
b) Bahan obat yang selama masih diimpor seperti
Omeprazole (selain sediaan injeksi), Amlodipine,
Candesartan Cilexetil, Bisoprolol, Lansoprazole,
Cefixime, Ceftriaxone dan berbagai jenis derivat plasma
dan produk bioteknologi
c) Kemandirian untuk alat kesehatan konsumsi yang
masih diimpor. Dari 19 alat kesehatan konsumsi
terbesar, 16 di antaranya sudah mampu diproduksi di
dalam negeri, sedangkan tiga lainnya masih impor.
Namun demikian bahan baku alat kesehatan tersebut
belum diproduksi di dalam negeri, terutama bahan baku
yang memiliki spesifikasi medical grade
31
obat tradisional dan vaksin dalam negeri
b. Penciptaan sistem ketahanan kesehatan yang tangguh
melalui peningkatan kemampuan deteksi dan respons krisis
kesehatan melalui penyediaan surveilans yang adekuat
32
(UKM), melalui:
a) Penyediaan pembiayaan yang memadai untuk kegiatan
promosi, skrining dan pencegahan
b) Pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang
efektif, efisien dan berkeadilan
33
sistem big data berbasis single-health identity, dan memiliki
sistem analisis kesehatan berbasis kecerdasan buatan/AI
(Artificial Intelligence) dan dengan perluasan cakupan single-
health identity
2) Sistem aplikasi kesehatan terintegrasi, yaitu dengan
arsitektur interoperabilitas sistem kesehatan, memiliki sistem
informasi fasilitas pelayanan kesehatan terintegrasi dan
memiliki perluasan cakupan sistem informasi fasilitas
pelayanan kesehatan terintegrasi
3) Merupakan ekosistem teknologi kesehatan, yaitu dengan fitur
asesmen keamanan sistem informasi kesehatan, perluasan
infrastruktur pendukung telemedicine, implementasi
regulatory sandbox berbasis kecerdasan buatan, blockchain
dan IOT, serta perluasan perizinan inovasi teknologi
kesehatan
Strategi transformasi teknologi kesehatan ini mencakup upaya
antara lain:
1) Penguatan tata kelola, pelayanan, dan inovasi dengan sistem
teknologi kesehatan yang terintegrasi dan transparan dalam
mendukung perumusan kebijakan kesehatan berbasis bukti,
yang mencakup:
a) Integrasi dan pengembangan sistem data kesehatan
b) Integrasi dan pengembangan sistem aplikasi kesehatan
34
2) Penguatan kinerja pengelolaan keuangan di lingkungan
Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsinya pada bidang kesehatan
3) Penguatan kapasitas perencanaan, pemrograman dan
penganggaran oleh Kementerian Kesehatan dalam
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya dalam bidang
kesehatan
4) Penguatan sistem pengawasan internal di lingkungan
Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsinya dalam bidang kesehatan
35
BAB III
RENCANA AKSI KEGIATAN
36
Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM ASN melalui pengembangan
kompetensi, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui Pendidikan dan Latihan
sejalan dengan Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017.
Pendidikan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian PNS melalui
pendidikan formal. Pengembangan komptensi dalam bentuk pendidikan formal
dilaksanakan dengan pemberian tugas belajar yang diberikan dalam rangka
memehuni kebutuhan standard kompetensi jabatan dan pengembangan karier.
Pelakasnaan/penyelenggaraan pengembangan kompetensi pegawai tidak
terlepas dari perencanaan pengembangan kompetensi pegawai. Perencanaan
pengembangan komptensi ASN ini dimaksudkan untuk menwujudkan profesionalitas
ASN dengan mempertimbangkan kebutuhan pegawai dan kebutuhan umum
organisasi dengan sistem perencanaan yang rasional, holistic (terintegrasi), terarah,
efektif dan efisien. Oleh karena itu, setiap instansi wajib untuk menyusun perencanaan
pengembangan pegawai setiap tahunnya sehingga dapat dipetakan kebutuhan
pengembangan pegawai sesuai dengan kebutuhan instansi dengan jalur yang
sesuai. Dengan adanya pengembangan kompetensi pegawai di instansi diharapkan
dapat meningkatkan komptensi pegawai dan meningkatnya kinerja pegawai.
Selain itu, pengembangan kompetensi berkaitan erat dengan pengembangan
karir pegawai. Pengembangan karir dilakukan berdasarkan kualifikasi, komptensi,
penilaian kinerja, dan kebutuhan organisasi. Dengan mempertimbangkan integritas
dan moralitas, integritas diukur dari kejujuran, kepatuhan terhadap ketentuan-
ketentuan peraturan perundang-undangan, kemampuan bekerja sama, dan
pengabadian kepada masyarakat, bangsa dan negara sedangkan moralitas diukur
dari penerapan dan pengamalan nilai etika agama, budaya, sosial kemasyarakatan.
Sehingga dalam pelaksanaan pengembangan, setiap pegawai diberikan
pengembangan kompetensi sesuai dengan kinerja masing-masing pegawai.
Untuk menyelaraskan kegiatan pengembangan kompetensi ASN dengan upaya
pencapaian tujuan nasional, salah satunya dapat dilakukan dengan ASN Corporate
University. Dengan adanya Corporate University proses pembelajaran akan terus
berjalan sehingga akan terjadi knowledge learning dan knowledge management
menuju organizational learning
Selain itu, mengacu pada tantangan-tantangan dan lingkungan strategis yang
melingkupi Indonesia serta dalam rangka mewujudkan world class government, maka
diperlukan upaya perbaikan dan adaptasi dengan cepat dan tepat oleh pemerintah
37
Indonesia, terutama dalam hal kepemimpinan. Kebutuhan untuk mencetak pimpinan
yang berkualitas menjadi sebuah keharusan bagi sebuah pemerintahan yang ingin
mewujudkan tujuan pembangunan nasional di tengah tantangan lingkungan strategis.
Kebutuhan untuk mencetak pimpinan yang berkualitas diejawantahkan melalui
pendirian Sekolah Kader. Sekolah kader adalah sistem pengembangan komptensi
yang bertujuan untuk menyiapkan pejabat administrator melalui jalur percepatan
peningkatan jabatan.
Saat ini Pusat Pengembangan Komptensi ASN Kementerian Kesehatan
bersama unit terkait sedang merumuskan arah kebijakan tentang ASN yang
pembelajar sebagian bagian dari pengembangan kompetensi melalui pendidikan,
kebijakan tentang pedoman rencana pengembangan kompetensi ASN dilingkungan
Kementerian Kesehatan dan kebijakan sertifikasi komptensi sebagai instrument untuk
menjamin profesionalitas. Harapannya dengan pengembangan ASN tersebut, dapat
terciptanya ASN yang unggul dan berkualitas sehingga tujuan dan sasaranya dapat
segera tercapai.
Gambar 1
38
Gambar 2
B. Rencana Kegiatan
39
2. Tim Kerja Penilaian Kompetensi ASN
40
d. Pengelolaan hasil penilaian kompetensi terintegrasi dengan manajemen
talenta;
e. Sinergi dan kemitraan dengan lembaga pembina jabatan fungsional Asesor
SDM Aparatur serta asesor independen dalam mendukung pelaksanaan
penilaian kompetensi.
41
kompeten dan mempunyai daya saing baik di tingkat lokal, nasional maupun
global.
42
teknis, kursus, symposium, penataran, sosialisasi. Sedangkan pelatihan non
klasikal meliputi coaching, mentoring, pelatihan jarak jauh, deta sering, patok
banding/ benchmarking, magang, belajar mandiri, pertukaran pegawai, komunitas
belajar, e-learning.
Pengembangan kompetensi dilakukan secara terintegrasi, baik dari sisi
metode maupun tempat pelaksanaan. Pembelajaran terintegrasi dari sisi metode
mengkombinasikan metode klasikal dan non klasikal dalam bentuk pembelajaran
formal (formal learning, 10%), pembelajaran melalui orang lain (social learning,
20%) dan pembelajaran melalui lingkungan/pengalaman (experiental learning,
70%). Keseluruhan metode tersebut dapat terlaksana tidak hanya di tempat
pelatihan, namun juga di tempat kerja. Sistem pembelajaran terintegrasi ini
dilakukan melalui corporate university.
43
Pelaksanaan pengembangan kompetensi didukung dengan system
pembelajaran yang terintegrasi melalui learning management system (LMS).
Pelaksanaan Kemenkes coporate university juga bertujuan untuk mendukung
Kemenkes menjadi organisasi pembelajar, melalui penerapan manajemen
pengetahuan yang didukung dengan system manajemen pengetahuan/
knowledge management system (KMS). Dengan diterapkannya manajemen
pengetahuan, diharapkan pengetahuan yang berada di masing-masing individu
ASN atau unit, bisa diidentifikasi, dikumpulkan dan dibagikan kepada ASN lainnya
untuk mendukung peningkatan kinerja organisasi.
44
5.1 ANALISIS SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Sebagai satuan kerja yang baru terbentuk melalui PMK No. 5 tahun 2022
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan i, P2KASN perlu
menyusun manajemen strategi yang dituangkan kedalam Rencana Aksi Tahun
2022-2024. Manajemen strategic merupakan proses berkesinambungan dalam
mengkreasikan, melaksanakan dan mengevaluasi keputusan yang
memungkinkan setiap organisasi mencapai tujuannya. Penyusunan manajemen
strategi ini haruslah didasarkan pada analisis terhadap lingkungan internal dan
lingkungan eksternal agar pengelolaan satker P2KASN dapat lebih produktif dan
memanfaatkan sumberdaya yang ada.
Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk membantu
mengidentifikasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang berguna
dalam memaksimalkan seluruh sumberdaya yang ada. Sedangkan analisis
lingkungan eksternal dimaksudkan untuk membantu mengidentifikasi
ancaman/hambatan (threats) dan kesempatan/peluang (opportunities) yang
kritikal serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan/evolusi yang dapat
mempengaruhi kinerja P2KASN dalam upaya mendukung pencapaian visi
Kementerian Kesehatan melalui pengembangan kompetensi ASN Kemenkes.
45
Berakhlak. Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo resmi
meluncurkan core value untuk seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu
BerAKHLAK. Peluncuran Core Value ini bertujuan untuk menyeragamkan nilai-nilai
dasar bagi seluruh ASN di Indonesia sehingga dapat menjadi fondasi budaya kerja
ASN yang profesional. Core Value BerAKHLAK merupakan singkatan dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan
Kolaboratif.
46
2) Akuntabel – jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas
tinggi, dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien serta tidak
menyalahgunakan kewenangan jabatan.
3) Kompeten – nilai perilaku ASN yang terus meningkatkan kompetensi
diri, menjawab tantangan yang selalu dinamis dan melaksanakan tugas
dengan kualitas terbaik.
4) Harmonis – sikap saling menghargai tanpa memandang latar belakang,
suka menolong dan membangun kerja yang kondusif.
5) Loyal – panduan perilaku yang memegang teguh ideologi Pancasila dan
UUD Negara RI Tahun 1945, setia kepada NKRI, selalu menjaga nama baik
negara, instansi, pimpinan, sesama ASN serta menjaga rahasia jabatan dan
negara.
6) Adaptif – Perilaku positif dalam hal menyesuaikan diri menghadapi
perubahan, kreatif dan inovatif serta bertindak proaktif.
7) Kolaboratif – Sikap yang selalu memberikan kesempatan kepada pihak
lain untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama yang memberikan nilai
tambah dan menggerakkan pemanfaatn berbagai sumber daya demi mencapai
tujuan bersama.
a. Transformasi Organisasi Menuju Pemerintahan Kelas Dunia
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor. 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi Indonesia 2025. Melalui Grand Design
Reformasi Birokrasi 2025, Kementerian Kesehatan terus berupaya
mewujudkan Visi reformasi birokrasi yaitu Terwujudnya Pemerintahan Kelas
Dunia. World Class Government : pemerintahan yang memiliki tingkat kinerja
unggul secara komparatif di tengah persaingan global. Melalui Transformasi
secara sistematis sektor publik untuk mendukung daya saing nasional
47
Selama pelasanakan Reformasi Birokrasi dalam kurun waktu tahun 2009
sampai dengan saat ini. Kementerian Kesehatan terus mendorong seluruh
sistem birokrasi yang ada untuk memberikan pelayanan yang bersih, akuntabel
dan profesional untuk dapat terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia (World
Class Government) 2025 yang profesional dan berintegritas tinggi.
48
smart ASN maka kita akan mendapat digital talent dan digital leader. Sebagai
smart ASN yang menguasai teknologi akan mendorong sistem pemerintahan
Indonesia ke birokrasi 4.0 yang beriringan dengan revolusi industri 4.0. Dengan
demikian, semua jenis layanan publik akan berbasis digital dan terintegrasi.
Digitalisasi birokrasi untuk pelayanan yang optimal adalah hal yang tak bisa
disanggah. Pasalnya, Indonesia saat ini berada di peringkat ke-77 dari 119
negara dalam Global Talent Competitiveness Index, dengan nilai 38,04.
49
dasar yang memadai terhadap SDGs diharapkan dapat membantu para ASN
dalam memposisikan perannya di kancah global maupun regional. Selain itu,
pada tataran global terdapat sejumlah isu yang menarik perhatian negara-
negara di seluruh dunia, antara lain berkaitan dengan pemanfaatan “Big Data”,
pelayanan terintegrasi (integrated service), pelayanan yang lebih
mengakomodir keunikan individu masyarakat, dan pemanfaatan artificial
intelligence di ranah publik. Dalam era globalisasi, aparatur juga perlu
mengembangkan kompetensi yang selaras dengan tuntutan zaman, sekaligus
tetap membumi dan memperhatikan khazanah lokal.
50
pemerintah juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman dan melakukan transformasi digital untuk bertahan di era Revolusi
Industri 4.0
C. Kebijakan
D. Kerangka Kelembagaan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pusat Pengembangan
Kompetensi Aparatur Sipil Negara (PPKASN) sebagai satuan kerja baru
dilingkungan Sekretariat Jenderal, dihadapkan dengan berbagai dinamika yang
dan tantangan yang terus berkembang. Sehubungan dengan hal tersebut
PPKASN dituntut untuk terus melakukan peningkatan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian untuk mengharmonisasikan kebijakan pemerintah lintas
Kementerian/Lembaga. Dengan kemampuan kinerja kelembagaan,maka
tantangan yang muncul dapat segera dikelola dengan baik. Dalam hal proses
pembelajaran kelembagaan, maka penataan organisasi dan tatakerja PPKASN
diupayakan untuk mencapai struktur kelembagaan yang tepat ukuran dan tepat
fungsi (right size and right function). Dengan organisasi yang ideal, PPKASN
diarahkan menjadi birokrasi yang bersih,akuntabel,dan transparan. Upaya
untuk membentuk organisasi yang ideal dilakukan dengan penataan struktur
organisasi dan tata kerja. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan
memperlancar tugas operasional organisasi. Hal-hal yang perlu ditingkatkan
dalam pelaksanaan kerangka kelembagaan kedepan,adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Strategi Pengembangan Kompetensi ASN, pengembangan karier,
pengembangan kompetensi, pola karier, mutasi dan promosi merupakan
manajemen karier PNS yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip merit
51
system. Pengembangan kompetensi harus terkait dengan pengembangan
karier, pola karier, mutasi maupun promosi dengan prinsip merit system.
2. Melakukan Penilaian Komptensi ASN, Untuk mendapatkan
profil aparatur yang mampu menjalankan fungsinya, maka dibutuhkan
suatu penilaian yang objektif untuk menempatkan seorang pegawai
dalamjabatan.Hal ini dapat dicapai salah satunya melalui metode
penilaian kompetensi (assessment center).
3. Melakukan Penilaian dan Pementaan Kebutuhan Pengembangan
Kompetensi ASN, Pengembangan kompetensi PNS, dilakukan dalam tiga
tahapan, yaitu: penyusunan kebutuhan dan rencana pengembangan
kompetensi, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan,
pengembangan kompetensi diarahkan pada penyelesaian masalah organisasi,
dan disiapkan sebagai strategi untuk mendukung peningkatan kinerja
organisasi.Pelaksanaan pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui
jalur pendidikan dan/atau pelatihan. Jalur pendidikan dapat ditempuh melalui
tugas belajar dan izin belajar, sementara jalur pelatihan dapat ditempuh melalui
pelatihan klasikal dan nonklasikal.
4. Melakukan Penyelenggaraan Corporate University, ASN Corpu adalah model
pengembangan kompetensi pegawai ASN yang dilakukan secara terintegrasi
dengan kerangka strategi nasional dan internasional. ASN Corpu perlu
dikembangkan sebagai sarana pengembangan kelompok rencana suksesi
(talent pool) nasional dalam mencetak pegawai ASN yang handal (smart ASN).
Penerapan ASN Corpu juga diharappkan dapat mendukung pemerintah dalam
menciptakan birokrasi berkelas dunia (world class bureaucracy) dan
meningkatkan daya saing bangsa melalui investasi pengambangan kompetensi
SDM, sehingga pada akhirnya turut mendukung pemerintah pemerintah dalam
mewujudkan sasaran strategis pembangunan nasional. Hal ini dapat terwujud
karena melalui ASN Corpu, pembelajaran terjadi pada tingkat individu, instansi
hingga nasional secara selaras dan terpadu.
52
5. Melakukan Penjaminan Mutu Pengembangan Komptensi ASN, evaluasi
pengembangan kompetensi dilakukan terhadap dua hal, yaitu kesesuaian
antara rencana pengembangan kompetensi dengan pelaksanaannya, dan
kemanfaatan pelaksanaan pengembangan kompetensi terhadap peningkatan
kompetensi dan peningkatan kinerja pegawai.
6. Melakukan Manajemen Perubahan dan Budaya Kerja Berahklak, Bangga
Melayani Bangsa dan core values ASN Ber-AKHLAK: berorientasi pelayanan,
akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif yang diluncurkan
oleh Presiden pada tanggal 27 Juli 2021.
7. Melakukan Monitoring dan Evaluasi atas kegiatan PPKASN (Perecanaan
dan Anggaran, Umum dan Kepegawaian, Keuangan dan BMN) yang sesuai
dengan perkembangan organisasi dan tata kerja dengan memanfaatkan
teknologi informasi.
E. Kerangka Regulasi
Dalam menyusun kerangka regulasi Rencana Aksi Kegiatan (RAK) pada Pusat
Pengembangan Kompetensi ASN Kementerian Kesehatan tahun 2022-2024 :
a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rancangan Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
c. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi
d. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
e. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
f. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Manajemen Kinerja PNS
g. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan
h. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan Penetapan dan Pembinaan Jabatan
Fungsional PNS
53
i. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan Administasi ke Dalam
Jabatan Fungsional
j. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2019 tentang Penataan Jabatan
Pelaksana dan Jabatan Fungsional
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 60 Tahun 2019 tentang Pembinaan
Jabatan Fungsional Kesehatan dan Non-Kesehatan dilingkungan Kementerian
Kesehatan
m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja
n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pemberian
Tunjangan Kinerja
o. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan
p. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 37 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penataan PNS
q. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 10 Tahun 2018
tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
r. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 5 Tahun 2018
tentang Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN)
s. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 26 Tahun 2019
tentang Pembinaan Penyelenggaraan Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri
Sipil (PNS)
F. Kerangka Pendanaan
54
BAB IV
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PENGENDALIAN PROGRAM
A. Pemantauan
Pemantauan Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pengembangan Kompetensi
Aparatur Sipil Negara (PPKASN) tahun 2022-2024 bertujuan untuk mengamati,
mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang muncul untukdiambil
tindakan antisipatif sedini mungkin perkembangan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
PPKASN selama 3 (tiga) tahun. Kegiatan pemantauan yang dilakukan merupakan
upaya secara berkesinambungan terhadap perkembangan realisasi penyerapan
dana,realisasi pencapaian target keluaran (output), dan kendala yang dihadapi
terhadap kegiatan yang telah direncanakan. Waktu pemantauan dapat dilakukan
dengan jangka waktu bulanan, triwulanan, semesteran, atau tahunan tergantung
tujuan dan kebutuhan dari hasil pemantauan yang diinginkan. Pemantauan dapat
berupa berupa koreksi atas penyimpangan kegiatan; akselerasi atas
keterlambatan pelaksanaan kegiatan; dan klarifikasi atas ketidak jelasan
pelaksanaan rencana. Pemantauan ini juga merupakan bagian dari pengawasan
melekat
B. Evaluasi
Evaluasi Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur
Sipil Negara (PPKASN) Tahun 2020-2024 adalah rangkaian kegiatan
membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome)
terhadap rencana dan standar. Sedangkan tujuan kegiatan evaluasi yang
dilakukan adalah untuk menilai efesiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan
keberlanjutan program PPKASN selama kurun waktu 2022-2024.
Evaluasi Rencana Aksi Kegiatan PPKASN tahun 2022-2024 yang
dimaksud untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil,
kemajuan,dan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan perencanaan dapat
dinilai dan dipelajari untuk perbaikan masa datang. Dalam pelaksanaan evaluasi
akan menilai pencapaian sasaran atau target yang telah ditetapkan baik sasaran
strategis maupun sasaran dari masing-masing kegiatan.
55
C. Pengendalian
Hasil monitoring dan evaluasi Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pengembangan
Kompetensi Aparatur Sipil Negara tahun 2022-2024 agar memberikan informasi
yang bermanfaat bagi perbaikan perencanaan periode berikutnya, maka perlu
disajikan dalam bentuk pelaporan yang cepat, akurat, dan tepat waktu secara
berkala dan berjenjang. Selain itu agar pelaporan yang dilakukan menghasilkan
informasi yang maksimal diperlukan format yang memadai serta penentuan
periode waktu seiring pemantauan yang dilakukan, yang dibagi dalam jangka
waktu bulanan, triwulanan, semesteran, atau tahunan tergantung tujuan dan
kebutuhan dari hasil pemantauan yang diinginkan.Pemantapan dalam monitoring,
evaluasi dan pelaporan Rencana Aksi Kegiatan PPKASN tahun 2022-2024 harus
dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur,serta dipadukan dengan Sistem
Informasi yang handal.
56
BAB V
PENUTUP
Lampiran 1 Kerangka Logis Kegiatan
8 Kegiatan:Pengem
banganKompeten
si Aparatur Sipil Pusat Pengembangan Kompetensi
Pusat 12.190 13.409 14.649
Negara ASN
Kementerian
Kesehatan
a Sasaran
Kegiatan:Mening
katnyakualitas
aparatur sipil
Negara
Kementerian
Kesehatan sesuai
standar
1) Jumlah ASN
Kementeria
n Kesehatan
yang 5.059 6.000 6.000
ditingkatkan
kompetensi
nya*(VI.B.1)
57
Lampiran 3 Indikator Kinerja , Definisi Operasional Kegiatan, Cara Perhitungan RAK
dan Sumber Data
58