Anda di halaman 1dari 225

Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 1

2 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

Sambutan
Kepala BKKBN

“Kita ketahui bersama bahwa Tahun 2020


merupakan tahun yang penuh tantangan
bagi seluruh entitas pemerintahan dalam
menjalankan program dan kegiatan, terkait
dengan adanya pandemi COVID-19 yang
melanda secara global. Meskipun sektor
ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan sosial
menjadi prioritas penanganan pemerintah,
namun dampak perubahan juga meluas pada
sektor lain, sehingga seluruh instansi harus
secara cepat dan tepat melakukan perubahan
dan penyesuaian dalam melaksanakan program
dan kegiatan agar kinerja tetap dapat terjaga.”
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 3

kan tahun
merintahan
ait dengan
ara global.
ejahteraan
h, namun
, sehingga
melakukan
n program
Kepala BKKBN
Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)
4 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

Assalamu’alaikum waramatullahi wabarakatuh,

Pelaksanaan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana


(Program Bangga Kencana) menjadi salah satu program pemerintah yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat, terutama pada level keluarga. Dengan adanya pandemi
berbagai kegiatan di lini lapangan, yang menjadi aktivitas utama Program Bangga Kencana,
menemui kendala yang cukup signifikan. Penyuluh Keluarga Berencana, Kader KB dan petugas
kesehatan harus menunda pertemuan dengan masyarakat untuk memberikan pelayanan. Oleh
karena itu BKKBN segera mengambil kebijakan dan strategi yang relevan, utamanya dengan
mencari terobosan dan inovasi baru untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam rangka
menjamin akuntabilitas dan transparansi pengelolaan kinerja
“Secara umum cakupan laporan BKKBN secara umum dan terkait dinamika pandemi covid, maka

kinerja ini meliputi capaian BKKBN menyusun laporan kinerja dengan menguraikan rencana
kinerja yang telah ditetapkan, pengukuran kinerja, pencapaian
sasaran tujuan dan sasaran
kinerja, realisasi anggaran, inovasi, dan capaian lainnya.
strategis tahun 2020 seperti
Dinamika pelaksanaan dan capaian program dideskripsikan
yang tertuang dalam Peraturan secara komprehensif dan akurat dalam rangka memperkaya
Badan Kependudukan dan informasi dalam laporan ini.
Keluarga Berencana Nasional
Nomor 6 tahun 2020 tentang Secara umum cakupan laporan kinerja ini meliputi capaian
sasaran tujuan dan sasaran strategis tahun 2020 seperti yang
Rencana Strategis BKKBN 2020-
tertuang dalam Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga
2024 dan Perjanjian Kinerja
Berencana Nasional Nomor 6 tahun 2020 tentang Rencana
Kepala BKKBN.” Strategis BKKBN 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja Kepala
BKKBN Tahun 2020. Untuk menggambarkan dukungan sasaran
program terhadap capaian sasaran strategis, maka diuraikan
juga tentang capaian Program Bangga Kencana dan Dukungan Manajemen sebagai pendukung
ketercapaian Sasaran Strategis BKKBN, sehingga dapat tergambar hubungan kausalitas yang
jelas dan dapat menggambarkan peta tanggung jawab antar unit kerja.

Untuk menjamin optimalisasi pencapaian sasaran, BKKBN telah mengintegrasikan sistem


manajemen kinerja dengan manajemen risiko melalui pendekatan sistem pengendalian
internal. Setiap risiko yang berpotensi menghambat pencapaian sasaran telah diidentifikasi
dan disusun langkah-langkah mitigasi yang efektif untuk mengatasinya. Untuk menjamin
tercapainya kinerja, dilakukan monitoring dan evaluasi kinerja secara berkala dalam forum
dialog kinerja yaitu rapat pengendalian program (Radalgram) yang dilaksanakan setiap bulan.
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 5

Kemudian untuk meningkatkan proses perbaikan secara berkelanjutan dilakukan


dengan penguatan peran pengawasan sebagai quality of assurance yang terintegrasi
dalam seluruh proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan
evaluasi.

Laporan kinerja ini disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan akuntabilitas Program Bangga Kencana sesuai
amanat Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga. Laporan kinerja ini juga merupakan informasi yang terinci
dan terkini kepada stakeholders dan masyarakat tentang kinerja BKKBN. Informasi
tersebut disampaikan secara terbuka kepada stakeholders dan masyarakat luas
sebagai customer BKKBN, agar dapat dinilai, dimanfaatkan, dan diberikan umpan balik
yang bersifat konstruktif.

Akhir kata, kami menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan yang
telah memberikan kontribusi kepada pencapaian kinerja BKKBN. Dukungan tersebut
menjadi kekuatan BKKBN sehingga dapat mengemban amanat dengan baik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kepala BKKBN
Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)
6 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

Excecutive
Summary

88,90
Realisasi anggaran BKKBN Tahun 2020 adalah sebesar
Rp 2.913.825.985.027,00 dari total pagu sebesar
Rp 3.209.531.284.000,00 atau dengan capaian

Nilai Capaian
BKKBN Tahun 2020 90,79 % dengan kategori
sangat baik

Capaian kinerja pada tahun 2020 memiliki peran yang sangat strategis dalam
menentukan keberhasilan Program Bangga Kencana periode jangka menengah 2020-
2024, sebagai titik awal kinerja selanjutnya. Dengan adanya pandemi COVID-19 yang
telah berlangsung sepanjang tahun 2020, menjadikan pelaksanaan program dan
kegiatan memiliki banyak permasalahan dan tantangan. Sense of crisis menjadi kunci
utama bagaimana agar pandemi tidak menurunkan capaian Program Bangga kencana
tahun 2020. Sesuai dengan tugas fungsinya, kegiatan yang dilaksanakan BKKBN
membutuhkan interaksi langsung dengan masyarakat, baik untuk menyampaikan
komunikasi, informasi dan edukasi, maupun terkait proses pelayanan KB. Oleh karena
itu dengan adanya situasi pandemi tersebut, BKKBN telah mengubah berbagai strategi
dan pendekatan pelaksanaan program tahun 2020.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan lembaga


negara yang bertugas melaksanakan Pengendalian Penduduk dan menyelenggarakan
Keluarga Berencana sesuai amanat Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 7

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Perencanaan strategis


BKKBN sesuai RPJMN 2020-2024 telah ditetapkan melalui Peraturan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan,
penganggaran, dan pelaksanaan program dan anggaran selama periode 2020-2024.

Mengacu Renstra BKKBN 2020-2024 telah ditetapkan visi BKKBN yaitu


”Mewujudkan Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk yang Seimbang
guna mendukung Tercapainya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Untuk mencapai visi tersebut akan
dilaksanakan melalui 6 (enam) misi yaitu: 1) Menyelenggarakan Pembangunan Keluarga
yang holistik integratif sesuai siklus hidup; 2) Mengendalikan pertumbuhan penduduk
dalam rangka menjaga kualitas dan struktur penduduk seimbang; 3) Menyelenggarakan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi secara komprehensif; 4) Membangun
kemitraan, jejaring kerja, peran serta masyarakat dan kerjasama global; 5) Memperkuat
inovasi, teknologi, informasi dan komunikas; dan 6) Membangun kelembagaan,
meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan SDM aparatur.

Dalam rangka pencapaian visi misi BKKBN telah ditetapkan pohon kinerja BKKBN
untuk menjabarkan cascading secara berjenjang. Dengan cascading tersebut BKKBN
memiliki 1 (satu) Indikator Kinerja Tujuan yaitu Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk
(LPP) dan 6 (enam)sasaran strategis yaitu: 1) Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total
Fertility Rate (TFR); 2) Meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/
Modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR); 3) Menurunnya kebutuhan ber-KB yang
tidak terpenuhi (Unmet Need); 4) Menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok
Umur 15-19 tahun/Age Specific Fertility Ratio (ASFR) 15-19 tahun; 5) Meningkatnya
Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga); dan 6) Meningkatnya Median Usia Kawin
Pertama (MUKP). Keseluruhan sasaran, indikator dan target tersebut telah dijabarkan
ke dalam Keputusan Kepala BKKBN Nomor 190/KEP/B1/2020 tentang Perubahan
atas Keputusan kepala BKKBN Nomor 108/KEP/B1/2020 tentang penetapan Indikator
Kinerja Utama (IKU) BKKBN tahun 2020-2024 sebagai pedoman yang lebih operasional
dalam memahami seluruh ukuran kinerja di lingkungan BKKBN.

BKKBN juga melakukan penjabaran tugas dan fungsinya kedalam 2 (dua) program
seperti yang tertuang dalam Renstra BKKBN 2020-2024, yaitu: Program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Program Bangga Kencana) dan
8 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

Program Dukungan Manajemen (Program DKM). Penetapan Renstra 2020-2024


menyebabkan jumlah program di BKKBN berkurang dari 4 (empat) program pada dokumen
Renja tahun 2020 menjadi 2 (dua) pada dokumen perjanjian kinerja. Perubahan tersebut
mengacu pada restrukturisasi program dalam rangka efisiensi birokrasi oleh Bappenas
dan kementerian Keuangan, serta secara eksplisit telah tertuang dalam lampiran matriks
renstra BKKBN 2020-2024.
Penilaian kinerja BKKBN dalam laporan kinerja ini mencakup seluruh Indikator Kinerja
Utama (IKU) tahun 2020 disertai analisis yang komprehensif untuk mengungkapkan
faktor-faktor yang mempengaruhi capaian IKU tersebut. Secara keseluruhan pada tahun
2020 BKKBN memiliki 12 IKU yang merupakan komitmen jajaran BKKBN, yaitu 1 (satu)
Indikator Kinerja Tujuan, 6 (enam) sasaran strategis, dan 3 IKU Sasaran Program Bangga
Kencana, dan 3 (tiga) IKU Program Dukungan Manajemen. Secara khusus laporan kinerja
tahun 2020 juga menyampaikan capaian indikator tentang Laju Pertambahan Penduduk
(LPP) karena merupakan awal periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024.

Peran strategis BKKBN juga diwujudkan dengan kontribusi pada kegiatan yang
mendukung Prioritas Nasional (Pro-PN). Amanat tersebut dilaksanakan untuk
mendukung RKP tahun 2020 PN 1 Pembangunan Manusia dan Pengentasan Kemiskinan.
Terdapat 5 (lima) kegiatan Pro PN yaitu: 1). Proyek pemenuhan ketersediaan alokon DKI
Jakarta, 2). Proyek pemenuhan ketersediaan alokon untuk 33 provinsi; 3). Proyek keluarga
yang memiliki Baduta terpapar 1000 HPK; 4). Proyek penguatan peran PIK remaja dan
BKR dalam edukasi kespro dan gizi bagi remaja putri sebagai calon ibu; dan 5) Proyek
Peningkatan Pelayanan Ramah Lansia melalui 7 (tujuh) Dimensi Lansia Tangguh dan
pendampingan perawatan jangka panjang bagi Lansia. Masing-masing proyek prioritas
tersebut memiliki satu indikator output yang harus dicapai, sehingga secara keseluruhan
ada 5 (lima) output Pro PN pada tahun 2020.

Pengukuran pencapaian kinerja dalam laporan ini dikategorikan berdasarkan persentase


capaiannya dibandingkan target yang dibagi menjadi 4 (empat) jenjang yaitu kategori
sangat baik apabila capaiannya lebih tinggi atau sama dengan 90 persen, kategori baik
apabila capaiannya antara 80-90 persen, kategori cukup apabila capaiannya antara 70-
79 persen, dan kategori kurang apabila capaiannya kurang dari 79 persen.

Hasil pengukuran kinerja BKKBN tahun 2020 menunjukan bahwa dari 7 (tujuh) IKU
Sasaran strategis yang terdiri dari 1 (satu) Indikator Kinerja Tujuan dan 6 (enam)
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 9

Indikator Sasaran Strategis terdapat 4 (empat) indikator dengan kategori sangat


baik, yaitu, Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR), Angka Prevalensi Pemakaian
DAK Fisik Subbidang
Kontrasepsi Modern/Modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR), dan Kesertaan
KB yang diperuntukkan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga),
bagi 506 Kabupaten dan
dan Median Usia Kawin Pertama (MUKP) dengan pencapian di atas 90 persen. Terdapat
Kota dengan realisasi
1 (satu) indikator dengan capaian baik yaitu Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP), 1
Rp506.535.415.870,00
(satu) indikator dengan capaian cukup yaitu Angka Kelahiran Menurut Kelompok

83
atau sebesar
Umur 15-19 tahun/Age Specific Fertility Ratio (ASFR) 15-19 tahun, dan 1 (satu)

% indikator dengan capaian kurang yaitu persentase kebutuhan ber-KB yang tidak
terpenuhi (Unmet Need).

Capaian program menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan dari 3 (tiga) IKU
Program Bangga Kencana, yaitu Persentase SDM Aparatur dan Tenaga Program
yang Kompeten, Persentase Kerjasama Internasional Bangga Kencana yang
Sedangkan untuk BOKB
diimplementasikan dan Persentase Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Penentuan
bagi 507 Kabupaten dan
Kebijakan Program Bangga Kencana , maka seluruh capaian memiliki kategori sangat
Kota dengan realisasi
baik dengan capaian di atas 100 persen. Untuk capaian Program DKM, dari 3 (tiga) IKU
Rp1.529.534.909.436,00
terdapat 2 (dua) IKU dengan kategori sangat baik yaitu Tingkat kepuasan (Indeks)
atau capaian sebesar

78
Layanan Dukungan Manajemen Program Bangga Kencana, dan Jumlah Unit Kerja

% Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Sedangkan untuk capaian output Pro PN
dari 5 (lima) output, seluruh output tercapai dengan kategori sangat baik, dengan
capaian tertinggi pada output Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes (Pusat/DKI
Jakarta) sebesar 100 persen dan capaian terendah pada “ Keluarga Yang mempunyai
Baduta terpapar 1000 HPK dengan capaian sebesar 95.35 persen.

DAK Penugasan
Kinerja anggaran dalam masa pandemi juga mengalami tantangan yang cukup signifikan
untuk stunting untuk
dengan adanya pembatasan pertemuan dan kegiatan yang membutuhkan mobilitas.
172 kabupaten/
Dengan berbagai terobosan antara lain revisi belanja pegawai menjadi belanja barang.
kota dengan realisasi
Realisasi anggaran BKKBN Tahun 2020 adalah sebesar Rp 2.913.825.985.027,00
Rp6.516.859.120,00 atau
dari total pagu sebesar Rp 3.209.531.284.000,00 atau dengan capaian 90,79 persen
sebesar

82
dengan kategori sangat baik, namun demikian capaian ini masih dibawah 95 persen

% sebagai standar minimal realisasi anggaran sesuai ketetepan Menteri Keuangan


Republik Indonesia.

Dalam rangka mempercepat pencapaian sasaran strategis, tahun 2020 BKKBN


mendapat dukungan sumber daya penganggaran dari Dana Transfer ke Daerah, yaitu
10 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

melalui skema DAK Fisik Subbidang KB dan Bantuan Operasional Khusus KB (BOKB)
yang ditransfer langsung ke kabupaten dan kota. Untuk DAK Fisik Subbidang Sistem Merit BKKBN
KB mendapat alokasi sebesar Rp612.232.000.000,00 yang diperuntukkan dengan Indeks

3,645
bagi 506 Kabupaten dan Kota dengan realisasi Rp506.535.415.870,00
atau sebesar 83 persen. Sedangkan untuk BOKB mendapat alokasi sebesar
Rp 1.967.367.255.000,00 bagi 507 Kabupaten dan Kota dengan realisasi
Rp1.529.534.909.436,00 atau capaian sebesar 78 persen. Kemudian juga ada (skala1-4) dengan
Rp7.968.000.000,00 DAK Penugasan untuk stunting untuk 172 kabupaten/kota kategori IV sangat baik
dengan realisasi Rp6.516.859.120,00 atau sebesar 82 persen.

Kinerja BKKBN, tidak hanya terlihat dari capaian sasaran strategis, program,
dan Pro PN, tetapi juga dapat ditunjukkan dari berbagai capaian kinerja lainnya
dan penghargaan yang diperoleh BKKBN selama tahun 2020. Berbagai kegiatan
manajerial yang terkait penguatan reformasi birokrasi, pengendalian risiko,
penguatan pengawasan, pengelolaan akuntabilitas, serta peningkatan kualitas
pengelolaan barang dan jasa serta Barang Milik Negara (BMN) menghasilkan
capaian dan penghargaan. BKKBN berhasil dalam capaian sebagai berikut: 1)
Laporan Keuangan dengan Opini WTP dari BPK atas Laporan Keuangan BKKBN
Audited Tahun Anggaran 2019.; 2) Level Maturitas SPIP berada pada level 3,693
“terdefinisi” (skala 1-5); 3) Penetapan 5 (lima) unit kerja yang berhasil meraih
predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) yaitu Direktorat Bina Ketahanan
Remaja, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana,
Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat, Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi
Tengah, dan Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat; 4) Sertifikasi SNI ISO SMAP
37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan; 5) Pengembangan Sistem
Informasi Keluarga sebagai sistem informasi keluarga di Indonesia. BKKBN
juga memperoleh berbagai penghargaan antara lain: 1) Peringkat tertinggi
kategori K/L dalam pengelolaan Sistem Merit BKKBN dengan Indeks 3,645
(skala1-4) dengan kategori IV sangat baik; 2) Predikat sebagai badan publik
yang informatif dari Komisi Informasi Pusat; 3) Rekor MURI Sejuta Akseptor yang
dilaksanakan dalam waktu 1 (satu) hari secara serentak di seluruh Indonesia; dan
4) Penghargaan IKPA untuk Satker BKKBN Provinsi Aceh yang memperoleh
Peringkat I dengan kategori pagu anggaran di atas 50 Milyar.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional memiliki peran penting


dalam pengelolaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di kancah
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 11

Internasional dalam berbagai peran yaitu: 1) National and Steering Committee


Meeting Indonesia and Philippines; 2) Center of Excelence Family Welfare and
Family Happines dengan Pemerintah Seychelles; 3) Statement dan posisi Indonesia
terhadap Rancangan Resolusi pada Sidang CPD-53; 4) Statement on World
Population Day; 5) Statement Indonesia pada Partners Country Coordinators
PPD Meeting ; 6) Statement Indonesia pada the 1st International Webinar on
COVID-19: Public Health and Economic Perspectives; Statement Indonesia pada
the 2nd International Webinar on Family Planning and Family Development in Asian
Countries; 7) Statement Indonesia pada Partners in Population and Development
Annual Meeting ; dan 8) Statement Indonesia pada Global Financing Facilities (GFF)
Knowledge Sharing Series.

Hasil capaian tahun 2020 juga telah dimanfaatkan sebagai bahan perbaikan tahun
2021 maupun secara umum dalam kerangka pembangunan jangka menengah 2020-
2024. Perbaikan perencanaan kinerja dengan pelaksanaan review Renstra 2020-
2024 untuk memetakan isu strategis yang memerlukan penyesuaian terutama
terhadap perubahan lingkungan internal maupun eksternal, termasuk mandat
kepada BKKBN dalam penurunan stunting. Review tersebut kemudian dijadikan dasar
dalam pelaksanaan revisi Renstra untuk mewujudkan keselarasan antara penurunan
target kinerja (cascade), penjabaran kinerja dan indikator kinerja atas dasar kerangka
logis (pohon kinerja), cara mencapai target (proses bisnis), dan Renstra sebagai
dokumen perencanaan yang berorientasi pada hasil dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun. Kegiatan yang lain dalam upaya perbaikan kinerja adalah penyusunan Cetak
Biru Pembangunan Kependudukan sebagai acuan dalam tata kelola kependudukan,
serta perbaikan Perencanaan dan Penganggaran Program Bangga Kencana Tahun
Anggaran 2021 baik APBN maupun DAK dengan memberikan alokasi anggaran yang
cukup untuk berbagai kegiatan strategis dalam pencapaian kinerja BKKBN dengan
mengedepankan prinsip efektif dan efisien. Dukungan manajerial dilaksanakan
dengan peningkatan implementasi SAKIP yang lebih baik peningkatan pengendalian
risiko dan pengutan pengawasan melalui pembangunan ZIWBK/WBBM serta
sertifikasi SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP).
Rekomendasi dari Kementerian PAN & RB dan hasil reviu dari Inspektorat Utama
BKKBN menjadi dasar dalam peningkatan akuntabilitas di lingkungan BKKBN.
12 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 13

Pendahuluan
14 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga bahwa penduduk harus menjadi
titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di segala bidang untuk Visi Pemerintahan Presiden
menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan Joko Widodo pada periode
daya dukung dan daya tampung lingkungan. Perkembangan lingkungan kepemimpinan 2020-2024
strategis pengelolaan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan memiliki 5 (lima) arahan Utama
Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dipengaruhi oleh adanya perubahan yaitu:
kebijakan nasional. 1) Pembangunan infrastruktur;
2) Pembangunan Kualitas
Dalam rangka melaksanakan salah 1 (satu) Visi Pemerintahan Presiden Joko Sumber Daya Manusia;
Widodo, BKKBN telah melakukan Penyederhanaan Birokrasi. Dimana dalam 3) Deregulasi peraturan;
restrukturisasi kelembagaan BKKBN telah menyederhanakan Eselonisasi 4) Penyederhanaan Birokrasi;
menjadi 2 (dua) layer. Kebijakan ini berimplikasi pada jabatan administrasi yang dan
dialihkan menjadi jabatan fungsional. Pelaksanaan penyederhanaan birokrasi 5) Transformasi ekonomi. Dalam
dimaksudkan untuk mewujudkan birokrasi yang ideal dan dinamis yaitu birokrasi melaksanakan tugas dan
yang memiliki fleksibilitas tinggi, ramping namun berbasis pada kinerja, memiliki fungsinya, BKKBN memiliki
kapabilitas yang baik dengan memberikan terobosan dan inovasi baru dalam peran untuk melaksanakan
kemajuan bangsa serta menciptakan budaya birokrasi yang anti korupsi dan arahan tersebut yaitu terkait
berorientasi pada kinerja. Wujud dari penyederhanaan birokrasi yaitu dengan deregulasi kebijakan dan
diundangkannya Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana penyederhanaan birokrasi.
Nasional Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BKKBN dan
Peraturan Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Organiasi dan Tata Kerja UPT Balai
Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana.

Saat ini Indonesia sedang menikmati periode Bonus Demografi yaitu suatu
periode dimana jumlah penduduk usia non produktif (<15 tahun dan >64
tahun) jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk usia produktif
(15-64 tahun). Hal ini merupakan kondisi paling ideal untuk pembangunan dan
mengoptimalkan produktifitas penduduk Indonesia dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Indonesia. Bonus Demografi
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 15

<
Periode Bonus Demografi Indonesia:
usia non produktif

(<15 tahun dan


jauh lebih kecil usia produktif
dibandingkan dengan
(15-64 tahun)
>64 tahun) jumlah penduduk

ditandai dengan Rasio Ketergantungan (RK) berada dibawah 50 per 100


penduduk usia produktif dan diperkirakan akan mengalami titik terendah
pada tahun 2020-2030 sebelum angka RK meningkat kembali karena
peningkatan rasio penduduk lanjut usia.

Fertilitas di Indonesia telah mengalami penurunan yang signifikan dengan


adanya program KB dimana pada tahun 1971 Total Fertility Rate (TFR)
sebesar 5,7 rata-rata jumlah anak per perempuan pada usia subur dan pada
tahun 2017 menjadi 2,4 (SDKI, 2017). Penurunan fertilitas ini menyebabkan
terjadinya perubahan struktur umur diikuti dengan penurunan RK. Namun
saat ini hasil perhitungan TFR mengalami stagnan karena jika dilihat pada
hasil perhitungan berdasarkan Survei Kinerja Akuntabilitas Program (SKAP)
Tahun 2019 adalah 2,45.

Tahun 2020 merupakan tahun berat dan menjadi tantangan tersendiri bagi
seluruh Kementerian/Lembaga dalam pelaksanaan program dan anggaran.
Pandemi COVID-19 menuntut Kementerian/Lembaga termasuk BKKBN
untuk melakukan langkah-langkah Penyesuaian Belanja Kementerian/
Lembaga TA 2020. Dalam rangka penanggulangan wabah COVID-19 salah
satu upayanya adalah dengan melakukan refocusing anggaran. Dampak dari
Pandemi COVID-19 terhadap Program Bangga Kencana adalah tertundanya
pelaksanaan Pendataan Keluarga yang merupakan amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga yang semula dijadualkan pada tahun 2020 dialihkan ke Tahun
2021.
16 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

B. TUGAS, FUNGSI, DAN


STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Badan tersebut BKKBN menyelenggarakan fungsi:

BKKBN merupakan lembaga a. perumusan kebijakan f. pembinaan, pembimbingan, dan


pemerintah nonkementerian nasional di bidang fasilitasi di bidang pengendalian
yang berkedudukan di bawah pengendalian penduduk dan penduduk dan penyelenggaraan
Presiden dan bertanggung jawab penyelenggaraan keluarga keluarga berencana.
kepada Presiden. Berdasarkan berencana;
Undang-Undang Nomor 52 g. penyelenggaraan pelatihan,
Tahun 2009 pasal 56 ayat (2), b. penetapan norma, standar, penelitian, dan pengembangan di
BKKBN bertugas melaksanakan prosedur, dan kriteria di bidang bidang pengendalian penduduk
pengendalian penduduk dan pengendalian penduduk dan dan penyelenggaraan keluarga
menyelenggarakan keluarga penyelenggaraan keluarga berencana;
berencana. berencana;
h. pembinaan dan koordinasi
Pada tahun 2020 BKKBN telah c. pelaksanaan advokasi pelaksanaan tugas administrasi
melakukan restrukturisasi dan koordinasi di bidang umum di lingkungan BKKBN;
organisasi dengan pengendalian penduduk dan
diundangkannya Peraturan Badan penyelenggaraan keluarga i. pengelolaan barang milik/
Kependudukan dan Keluarga berencana; kekayaan negara yang menjadi
Berencana Nasional Nomor 11 tanggung jawab BKKBN;
Tahun 2020 Tentang Organisasi d. penyelenggaraan komunikasi,
dan Tata Kerja BKKBN. informasi, dan edukasi di bidang j. pengawasan atas pelaksanaan
pengendalian penduduk dan tugas di lingkungan BKKBN; dan
penyelenggaraan keluarga
berencana; k. penyampaian laporan, saran,
dan pertimbangan di bidang
e. penyelenggaraan pemantauan pengendalian penduduk dan
dan evaluasi di bidang penyelenggaraan keluarga
pengendalian penduduk dan berencana.
penyelenggaraan keluarga
berencana; dan
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 17

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi BKKBN

Untuk mendukung pencapaian Program Bangga Kencana dan menjalankan


tugas fungsi BKKBN, berdasarkan sumber data SIMSDM per tanggal
31 Desember 2020, BKKBN memiliki jumlah pegawai sebanyak 16.695
orang pegawai. Jumlah ini terdiri atas 680 pegawai pusat dan 16.015
pegawai provinsi (2.277 pegawai Perwakilan BKKBN Provinsi dan 13.738
Penyuluh Keluarga Berencana). Profil pegawai BKKBN berdasarkan gender,
pendidikan, golongan dan usia sebagaimana grafik dibawah.
18 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

Grafik 1. 1 Jumlah Pegawai BKKBN

C. MANDAT DAN PERAN STRATEGIS

Secara garis besar Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 mengamanatkan 2 (dua) hal
yaitu:

Perkembangan kependudukan bertujuan Pembangunan keluarga bertujuan untuk

untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, meningkatkan kualitas keluarga agar

dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dapat timbul rasa aman, tenteram, dan

dan persebaran penduduk dengan lingkungan harapan masa depan yang lebih baik dalam

hidup. mewujudkan kesejahteraan lahir dan


kebahagiaan batin.

Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, BKKBN diberi
mandat untuk berkontribusi secara langsung terhadap 2 (dua) dari 7 (tujuh) agenda
Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada RPJMN IV 2020-2024, yaitu untuk
“Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”, serta
mendukung “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”. Dalam PN Meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing, BKKBN berperan dalam
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 19

3 Program Prioritas (PP) yang masing-masing memiliki Kegiatan Prioritas (KP) sebagai
berikut:

Perlindungan Sosial dan Penguatan Pelaksanaan Peningkatan akses dan


Tata Kelola Kependudukan Perlindungan Sosial mutu pelayanan kesehatan,
dengan KP; (1) Integrasi dengan KP; Kesejahteraan dengan KP
Sistem Administrasi Sosial. (1) Peningkatan Kesehatan
Kependudukan, dan (2) Ibu Anak, Keluarga Berencana
Pemaduan dan Sinkronisasi (KB) dan Kesehatan
Kebijakan Pengendalian Reproduksi, dan (2)
Penduduk. Percepatan Perbaikan Gizi
Masyarakat.

Sedangkan pada PN Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, BKKBN memiliki


peran pada PP Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh
Ketahanan Budaya Bangsa dan Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, dan
Berkarakter, dengan KP pada Revolusi mental dalam sistem sosial untuk memperkuat
ketahanan, kualitas dan peran keluarga serta masyarakat dalam pembentukan
karakter.

Rincian dukungan BKKBN sampai dengan program prioritas (PP) dan Kegiatan Prioritas
(KP) tertuang dalam matriks berikut:

Tabel 1. 1 Matriks Kontribusi BKKBN dalam Agenda Pembangunan Nasional

No Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas


1. Meningkatkan Sumber Perlindungan Sosial dan Tata Kelola Kependudukan (1) Integrasi Sistem Administrasi Kependudukan
Daya Manusia (SDM) (2) Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian
Berkualitas dan Berdaya Penduduk
Saing
Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial Kesejahteraan Sosial
Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan (1) Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
(2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat
2. Revolusi Mental dan Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila Revolusi mental dalam sistem sosial untuk
Pembangunan Kebudayaan untuk Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dan memperkuat ketahanan, kualitas dan peran keluarga
Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, serta masyarakat dalam pembentukan karakter
dan Berkarakter
20 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

Peran strategis BKKBN dalam pembangunan nasional diselenggarakan melalui


pelaksanaan Program Bangga Kencana dalam beberapa fokus utama sesuai agenda
FR mengalami penurunan
pembangunan nasional. Peran strategis terhadap Pengendalian Penduduk dan
dari 2,41 anak per WUS
Penguatan Tata Kelola Kependudukan meliputi hal-hal sebagai berikut:
(Wanita Usia Subur) 15-49
tahun (SP 2010), menjadi
a. Pengelolaan Bonus Demografi
2,40 (SDKI 2017), dan
Pembangunan Indonesia dalam periode tahun 2020-2024 ditujukan untuk
data terakhir menunjukkan
membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing,
kenaikan menjadi

2,45
yaitu SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan pembangunan diarahkan di antaranya
melalui peningkatan produktivitas angkatan kerja, serta peningkatan kualitas
anak, perempuan dan pemuda. Salah satu faktor penentu terciptanya struktur
(Hasil Penghitungan IKU
penduduk yang diinginkan adalah pengendalian angka kelahiran total/total
tahun 2020).
fertility rate (TFR). Selama lima tahun terakhir, TFR mengalami penurunan
dari 2,41 anak per WUS (Wanita Usia Subur) 15-49 tahun (SP 2010), menjadi
2,40 (SDKI 2017), dan data terakhir menunjukkan kenaikan menjadi 2,45 (Hasil
Penghitungan IKU tahun 2020).

Dalam jangka waktu yang relatif panjang, angka kelahiran akan menjadi salah
satu penentu struktur penduduk. Struktur penduduk Indonesia saat ini ditandai
meningkatnya proporsi penduduk usia produktif. Kondisi ini membuka peluang
bagi Indonesia untuk mendapatkan bonus demografi (demographic dividend)
dengan salah satu prasyarat yang harus terpenuhi, yakni tersedianya SDM yang
berkualitas dan berdaya saing. Struktur penduduk seperti ini harus dijaga dan
dimanfaatkan dengan baik.

b. Pengelolaan Aging Population


Jumlah penduduk lansia di dunia mengalami kenaikan yang tinggi. Pada tahun
2019, terdapat 702,9 juta jiwa penduduk lansia berusia 65 tahun ke atas (PBB
2019). Pertumbuhan penduduk lansia ini merupakan wujud dari kesuksesan
dan keberhasilan kesehatan masyarakat, kemajuan medis, serta perkembangan
ekonomi dan sosial terhadap penyakit, cedera, dan kematian di usia muda yang
sebelumnya telah membatasi usia harapan hidup (UHH) manusia (PBB 2019).

Pola pertumbuhan yang sama juga terjadi di Indonesia. Pada periode tahun 1971
hingga 2019, jumlah penduduk lansia di Indonesia terus mengalami peningkatan,
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 21

sebagaimana dialami juga oleh banyak negara lain. Perubahan struktur umur
penduduk Indonesia yang secara perlahan semakin “menua” merupakan salah
satu dampak pengendalian TFR dan perbaikan status kesehatan. Jumlah dan
proporsi lansia di Indonesia akan mengalami peningkatan yang lebih cepat
dibandingan dengan negara-negara yang telah mengalami aging sebelumnya
disebabkan proporsi kelompok umur yang memasuki lansia di Indonesia
lebih banyak. Saat ini pengelolaan penduduk kelompok lansia masih sangat
mengandalkan keluarga dan komunitas. Keterbatasan kemampuan keluarga
dalam mengelola kualitas hidup lansia akan menjadikan lansia semakin
rentan, dan potensi permasalahan yang akan muncul akibat penduduk yang
mulai menua (aging population) ini akan berdampak pada berbagai sektor
pembangunan apabila kelompok usia lansia tidak mendapatkan perhatian dan
intervensi yang tepat.

c. Pembangunan SDM Indonesia dengan pendekatan siklus hidup berbasis


perencanaan hidup berkeluarga
Kebijakan pembangunan manusia dilakukan berdasarkan pendekatan siklus hidup
dan inklusif, termasuk memperhatikan kebutuhan penduduk usia lanjut maupun
penduduk penyandang disabilitas. Secara komprehensif kebijakan ini mengacu
pada gagasan perencanaan hidup berkeluarga yang terdiri dari beberapa tahap
yaitu:

Tahap pra berkeluarga Pendidikan anak usia dini (pra


(perencanaan kehidupan sekolah) sampai dengan usia sekolah
berkeluarga)
Remaja dengan berbagai
Merencanakan keinginan untuk pendekatannya dalam penyiapan
memiliki anak termasuk jumlah generasi bangsa yang bekualitas
anak yang dikehendaki menuju usia produktif/bekerja

Proses kehamilan yang merupakan Perhatian terhadap kelanjutusiaan


fase penting dalam proses (seluruh tahapan kehidupan).
tumbuh kembang anak

Periode 1000 Hari Pertama


Kehidupan (periode yang dimulai
sejak terbentuknya janin dalam
kandungan hingga anak berusia 2
tahun)
22 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

d. Perwujudan Satu Data Kependudukan


Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 Tahun
2019 tentang Satu Data Indonesia. Kebijakan Satu Data Indonesia adalah
kebijakan tata kelola data pemerintah untuk menghasilkan data yang akurat,
mutakhir, terpadu dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pendataan
Keluarga (PK) yang menjadi tugas dan kewenangan BKKBN, harus dapat
diintegrasikan dengan data sektor lain, seperti Sensus Penduduk (SP) dan Data
Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), sehingga dapat terwujud satu data
yang lengkap baik guna mendukung perencanaan, pemantauan, evaluasi dan
pengendalian pembangunan nasional, maupun untuk mendukung operasionalisasi
program/kegiatan Bangga Kencana di lini lapangan.

Peran strategis BKKBN juga ditunjukkan dengan dukungan Program Bangga


Kencana terhadap pemenuhan layanan dasar, antara lain:
1. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Data menunjukkan bahwa kondisi kesehatan ibu dan anak belum menunjukkan
angka yang menggembirakan. Hasil SUPAS (2015) AKI masih sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup
(SDKI 2017). Salah satu penyebab tingginya AKI adalah 4 (empat) terlalu, yakni
terlalu muda, terlalu banyak, terlalu dekat dan terlalu tua. Kehamilan yang tidak
diinginkan akan sangat berisiko pada kematian atau dapat berdampak buruk
pada kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya.

Faktor risiko kematian AKI dan AKB dapat diminimalkan dengan operasionalisasi
Program Bangga Kencana yang tepat. Salah satunya dengan memastikan individu
maupun pasangan dapat mengakses informasi dan layanan KB dan kesehatan
reproduksi sehingga dapat merencanakan waktu dan jarak kehamilan serta jumlah
anak yang ideal. Secara luas program yang dapat mendukung penurunan AKI dan
AKB dengan ditetapkannya sasaran peningkatan penggunaan kontrasepsi modern
(mCPR), peningkatan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan
penyiapan kehidupan berkeluarga, peningkatan media usia kawin pertama (MUKP),
penurunan angka kelahiran umur 15-19 tahun (ASFR), serta penurunan angka
kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need).

2. Penanganan dalam penurunan prevalensi stunting yang masih tinggi


Stunting (gagal tumbuh) merupakan ancaman utama terhadap kualitas
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 23

Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, dan akan menjadi ancaman terhadap
kemampuan daya saing bangsa. Anak yang stunting, bukan hanya pertumbuhan
stunting masih
fisiknya saja yang terganggu, melainkan juga akan mengalami hambatan
cenderung tinggi yaitu

27,69
pertumbuhan dan perkembangan organ lainnya termasuk otak, sehingga akan

% mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, kreavitas, dan tingkat


produktivitas ketika sudah sampai usia produktif.

Di Indonesia, menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia, angka prevalensi

Penanganan Stunting stunting masih cenderung tinggi yaitu 27,69 persen (Kementerian Kesehatan,
merupakan mandat baru untuk 2019), sehingga perlu diupayakan penurunan secara optimal agar anak-anak
BKKBN dengan masing-masing Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memilki kemampuan
target berkurangnya Stunting:
kognitif, emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu
22,2 berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Penanganan Stunting merupakan
19,46
16,73 mandat baru untuk BKKBN dengan masing-masing target tahun 2021 sebesar

14 22,2 persen, tahun 2022 sebesar 19,46 persen, tahun 2023 sebesar 16,73,
dan tahun 2024 sebesar 14 persen.
dalam %

Salah satu hal yang juga perlu mendapat perhatian adalah edukasi/sosialisasi
tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai bekal memasuki
kehidupan berkeluarga, sehingga para calon ibu memahami tentang pentingnya
pemenuhan kebutuhan gizi saat hamil, stimulasi bagi janin, pemeriksaan
2021 2022 2023 2024 kandungan minimal empat kali selama kehamilan, serta peningkatan
pemahaman orangtua mengenai pola asuh yang baik dan menjaga kesehatan
lingkungan.

Jumlah keluarga yang memiliki Peran strategis BKKBN dalam membangun kebudayaan dan karakter bangsa
pemahaman dan kesadaran dijalankan melalui program KSPK dan KIE, meliputi;
tentang 8 fungsi keluarga baru
a. Peningkatan Peran Keluarga dalam pembangunan karakter bangasa melalui
hanya mencapai:

43,2
peningkatan pengetahuan 8 (delapan) fungsi keluarga

% Peran keluarga dalam pembangunan karakter bangsa belum menggembirakan,


hal ini terlihat dari jumlah keluarga yang memiliki pemahaman dan kesadaran
(SKAP, 2019). tentang 8 fungsi keluarga baru mencapai 43,2 persen (SKAP, 2019).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan
Kependudukan, Pembangunan Keluarga, KB dan Sistem Informasi Keluarga
8 (delapan) fungsi keluarga tersebut meliputi: (1) Fungsi Agama; (2) Fungsi
Sosial Budaya; (3) Fungsi Cinta dan Kasih Sayang; (4) Fungsi Perlindungan; (5)
24 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

Fungsi Reproduksi; (6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan; (7) Fungsi Ekonomi,
dan (8) Fungsi Pembinaan Lingkungan.
Angka
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pembentukan Pernikahan
dan pengembangan karakter manusia Indonesia yang positif. Pengasuhan Anak
yang penuh kasih sayang, keteladanan dalam penerapan nilai-nilai luhur, 33%
dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial
budaya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi
26%
pribadi dan anggota masyarakat yang berkarakter dalam rangka mewujudkan Tahun
1985
23%
bangsa Indonesia yang maju, modern, unggul, dan berdaya saing.

Tahun
b. Pencegahan Pernikahan Usia Anak 2010 Tahun
2016
Kasus pernikahan usia anak banyak terjadi di berbagai penjuru dunia dan
telah menjadi perhatian internasional. Meskipun angka pernikahan anak
mengalami penurunan secara bertahap dari 33 persen pada 1985, 26
persen pada 2010, dan 23 persen pada 2016, namun prevalensinya masih
tahun 2017 terdapat 20
relative konstan. Dalam laporan “Perkawinan Usia Anak di Indonesia” yang
provinsi dengan prevalensi
dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dan United Nations Children’s
perkawinan usia anak yang
Fund (UNICEF) pada tahun 2017 terdapat 20 provinsi dengan prevalensi
lebih tinggi dibanding angka
perkawinan usia anak yang lebih tinggi dibanding angka nasional yang
nasional yang sebesar
sebesar 22,8 persen

22,8 %
Risiko yang timbul akibat pernikahan sangatlah beragam antara lain
adanya kondisi pemaksaan pernikahan, hubungan seksual pada usia
anak, kehamilan pada usia yang sangat muda, gangguan perkembangan
kepribadian, infeksi penyakit menular seksual, serta komplikasi pada saat
kehamilan dan persalinan. Risiko juga terjadi pada anak yang dilahirkan
untuk terjadinya kekerasan, penelantaran dan kurang terpenuhinya tumbuh
kembang anak. dan keterlantaran. Secara sosial perkawinan anak juga akan
berdampak besar pada generasi selanjutnya yaitu lingkaran kemiskinan,
rendahnya akses terhadap fasilitas penunjang keterampilan, pendidikan,
pelayanan kesehatan, pangan, dan gizi serta lingkungan tempat tinggal
yang kondusif. Langkah penanggulangan isu dapat diselenggarakan BKKBN
melalui program dan kegiatan peningkatan usia perkawinan dan sosialisasi
penyiapan pernikahan bagi remaja.
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 25

D. PROGRAM REFORMASI BIROKRASI



Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi (RB) di lingkungan BKKBN pada tahun
2020 memasuki periode ke 3 (tiga) roadmap RB. Tahun 2020 merupakan awal
Tahun Roadmap RB 2020–2024 yang telah diundangkan melalui Peraturan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 19 Tahun 2020 tentang
Roadmap RB BKKBN 2020-2024.

Periode ini juga merupakan periode terakhir dari Grand Design Reformasi Birokrasi
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010. Tahun ini juga menjadi
tahun yang sangat penting dimana BKKBN harus mampu menjadi Instansi Birokrasi
yang memiliki karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy) yang
dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas dan
tata kelola yang semakin efektif dan efisien.

Tantangan berat bagi BKKBN untuk mereform dalam rangka mewujudkan BKKBN
sebagai birokrasi bersih, akuntabel, dan kapabel, sehingga dapat melayani masyarakat
secara cepat, tepat, profesional, serta bersih dari praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme
(KKN) sebagaimana tercermin dalam tiga sasaran hasil utama program Reformasi
Birokrasi. Periodisasi RB – BKKBN secara umum terlaksana dengan baik, sinergi dengan
pelaksanaan Tugas dan Fungsi BKKBN. Area perubahan tidak berubah dari periode
pertama hingga periode ke tiga Berikut trend indeks RB – BKKBN 2014-2019. Hingga
saat ini Kementerian PANRB belum merilis Indeks RB BKKBN Tahun 2020.
26 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

INDEKS REFORMASI BIROKRASI BKKBN

TAHUN
NO KOMPONEN PENILAIAN BOBOT
2014 2015 2016 2017 2018 2019
MENPAN MENPAN MENPAN MENPAN MENPAN MENPAN
I Komponen Pengungkit
1 Manajemen Perubahan 5,00 2,63 2,53 2,49 2,37 2,47 2,77
2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 1,04 2,09 2,09 2,09 2,09 2,15
3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 1,99 3,84 3,84 3,51 3,76 3,90
4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,21 3,47 3,38 3,38 3,22 3,28
5 Penataan Sistem Manjemen SDM 15,00 12,74 12,68 12,08 12,31 12,15 12,44
6 Penguatan Akuntabiitas 6,00 3,60 4,35 4,35 4,12 3,47 3,52
7 Penguatan Pengawasan 12,00 6,62 7,84 8,12 7,87 6,81 8,02
8 Peningkatan Pelayanan Publik 6,00 3,53 4,21 3,55 3,48 3,67 4,22
Total Komponen Pengungkit (A) 60,00 35,37 41,01 39,88 39,13 37,62 40,29
II Komponen Hasil
1 Nilai Akuntabilitas Kinerja 14,00 9,46 9,11 8,87 9,03
13,56 13,55
2 Survei Internal Integritas Organisasi 6,00 4,18 4,15 4,48 4,79
3 Survei Eksternal Persepsi Korupsi 7,00 4,91 4,58 6,16 6,04 6,24 6,21
4 Opini BPK 3,00 3 3 2,00 2,00 3,00 3,00
5 Survey Eksternal Pelayanan Publik 10,00 7,25 7,48 8,38 8,22 8,49 8,43
Total Komponen Hasil (B) 40,00 28,72 28,61 30,18 29,52 31,08 31,46
Indeks Reformasi Birokrasi (A+B) 100,00 64,08 69,62 70,06 68,65 68,70 71,75

Tabel 1. 2 Capain Keberhasilan RB BKKBN


Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 27

Dalam pelaksanaannya, Reformasi Birokrasi di BKKBN tetap mengacu pada Peraturan


Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2025
melalui 8 (delapan) area perubahan yaitu:

A. Manajemen Perubahan
1. Road map RB BKKBN Tahun 2020-2024 sesuai dengan Peraturan Badan Nomor 19
Tahun 2020;
2. Tim untuk melaksanakan RB di BKKBN ditetapkan melalui Keputusan Kepala
BKKBN Nomor 197/KEP/B4/2020;
3. Penetapan Quick Wins BKKBN dalam rangka percepatan pelaksanaan RB sesuai
dengan Keputusan Kepala BKKBN Nomor 140/KEP/B1/2020;
4. Perubahan mindset dan culture set untuk nilai BKKBN yang sebelumnya adalah
CETAK TEGAS (Perka 87/PER/B2/2016) di rebranding dengan nilai Kerja Tuntas,
Responsif dan Nilai Luhur (KRN).

B. Deregulasi Kebijakan pada area ini telah dilakukan


1. Melakukan identifikasi regulasi kebijakan yang tumpang tindih di BKKBN berbasis
Omnibus Law;
2. Pengendalian peraturan perundangan melalui naskah akademik/policy paper;
3. Sistem aplikasi JDIH yang terintegrasi dengan BPHN Kemenkumham sebagai
sarana informasi peraturan perundang-undangan;
4. Pemanfaatan teknologi delam harmonisasi perundang-undangan dengan
menggunakan virtual meeting yang dapat menghemat keuangan negara.

C. Penataan Organisasi/ Kelembagaan, pada area ini telah dilakukan


1. Melakukan pengalihan Jabatan Administrasi (JA) ke Jabatan Fungsional (JF) sesuai
dengan Persetujuan Kementerian PAN dan RB;
2. Naskah akademik evaluasi kelembagaan;
3. Menyusun Analisis Beban Kerja (ABK) untuk menempatkan jabatan-jabatan secara
tepat sesuai dengan kompetensi;
4. Menyusun uraian fungsi dan menetapkan Kepka Koordinator dan Sub Koordinator;
5. Menetapkan kelas jabatan dan nilai jabatan melalui Kepka 162/KEP/B4/2020;
6. Menindaklanjuti rekomendasi Menpan atas evaluasi RB dan SAKIP 2019;
7. Menyusun Jabatan Fungsional Baru Penata Kependudukan dan Keluarga
Berencana sesuai dengan Permenpan RB Nomor 81 Tahun 2020;
8. Menysuun naskah akademik kelembagaan Perwakilan BKKBN;
28 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

9. Mengusulkan jabatan fungsional hasil evaluasi pengalihan jabatan administrasi


ke jabatan fungsional antara lain : Analis Hukum, Teknisi Siaran dan Perekayasa.

D. Penataan Tatalaksana, pada area ini telah dilakukan


1. Proses Bisnis BKKBN sesuai dengan Pemenpan RB Nomor 19 Tahun 2018 yang
ditetapkan melalui Kepka Nomor 66/KEP/B4/2019;
2. Menyelarsakan SOP dengan proses bisnis BKKBN dan melakukan monitoring dan
evaluasi SOP;
3. Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) BKKBN dengan
menetapkan Perban Nomor 6 Tahun 2019 dengan pengelolaan SPBE yang
selanjutnya ditetapkan Tim Pengarah SPBE BKKBN melalui Kepka Nomor 77/KEP/
B4/2020 dan Tim Kooordinasi SPBE melalui Kepka Nomor 160 Tahun 2020;
4. Menerapkan SPBE pada pelayanan publik dengan mengembangkan aplikasi SIGA,
KLIK KB, MONIKA, SIRIKA dan lain-lain;
5. Menyusun tata naskah dinas BKKBN dan digitalisasi arsip melalui aplikasi SIPAD;
6. Penerapan keterbukaan informasi publik dengan menetapkan Perban Nomor 15
Tahun 2020 (sebagai acuan pelaksanaan informasi publik) PPID;

E. Penguatan SDM Aparatur, pada area ini telah dilakukan:


1. Menyusun perencanaan berdasarkan formasi jabatan sesuai dengan Surat
Kepala BKKBN Nomor 1207/I/KP.01.02/B2/2019 tanggal 31 Mei 2019 Perihal
Penyampaian Hasil Perhitungan Kebutuhan ASN BKKBN Tahun Anggaran 2019
yang di dalamnya termasuk Proyeksi Kebutuhan ASN 2019-2023;
2. Rekrutmen secara terbuka dan obyektif dan pendaftaran secara online;
3. Penetapan standar kompetensi jabatan di lingkungan BKKBN;
4. Melakukan Assesment Pegawai;
5. Memiliki Assesment Center;
6. Menyusun rencana kebutuhan pengembangan kompetensi;
7. Pengembangan pegawai berdasarkan assessment;
8. Evaluasi secara berkala mengenai pengembangan kompetensi;
9. Promosi jabatan dilakukan secara terbuka dan obyektif;
10. Penetapan kinerja individu melalui Sasaran Kinerja Pegawai (SKP);
11. Kinerja individu menjadi dasar pemberian Tunjangan Kinerja melalui aplikasi
SIVIKA;
12. Monev kinerja individu dilakukan setiap bulan;
13. Penegakan disiplin dan kode etik;
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 29

14. Integrasi ID Card dengan ATM BNI;


15. Pengembangan SIMSDM;
16. Penerapan sistem merit berdasarkan Surat Keputusan KASN Nomor 46/KEP.
KASN/C/XII/2020 tentang Penerapan Sistem Merit Dalam Manajemen Aparatur
Sipil Negara Di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional dengan nilai 364,5 kategori IV (sangat baik) dan indeks 0,88.

F. Penguatan Akuntabilitas, pada area ini telah dilakukan:


1. Penguatan implementasi komponen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) : Perencanaan Kinerja, Perjanjian Kinerja, Pengukuran Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Kinerja;
2. Melakukan monitoring dan evaluasi pemantauan capaian kinerja melalui Rapat
Pengendalian Program (RADALGRAM) yang dilaksanakan setiap bulan;
3. Pemanfaatan aplikasi untuk penguatan akuntabilitas aplikasi internal BKKBN:
Morena (untuk anggaran DAK), Sakura (pemantauan realisasi APBN), Teladan
(Perbendaharaan), Armira (BMN). Aplikasi eksternal BKKBN : SAKTI, SATU DJA, SAS;
4. Penerapan kerangka logis kinerja yaitu adanya pohon kinerja dan perjanjian kinerja
BKKBN Tahun 2020 (Pejabat Struktural, Pejabat Fungsional dan Fungsional
Umum);
5. Penyusunan buku pedoman akuntabilitas kinerja.

G. Penguatan Pengawasan, pada area ini telah dilakukan:


1. Pengendalian gratifikasi (Perban Nomor 4 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan BKKBN);
2. Melakukan public campaign gratifikasi pada acara harganas;
3. Penerapan dan Penguatan implementasi SPIP di seluruh bagian organisasi, dengan
nilai maturitas SPIP sebesar 3,693 berdasarkan self assessment yang dilakan
oleh BKKBN;
4. Pengaduan masyarakat melalui aplikasi DUMAS dan LAPOR;
5. Telah ditetapkannya Whistle Blowing System (WBS) melalui Perban Nomor 194/
PER/C/2014 tentang sistem penanganan pengaduan tindak pidana korupsi di
lingkungan BKKBN;
6. Penanganan benturan kepentingan ditetapkan melalui Perban Nomor 16 Tahun
2017 tentang penanganan benturan kepentingan di lingkungan BKKBN;
7. Mengusulkan 61 unit sebagai ZI WBK/WBBM berdasarkan Kepka Nomor 17/
KEP/C/2020;
30
8) Penciptaan, pengemban
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan
rangka percepatan peni
9) Pengembangan sistem p
10) Monitoring dan evaluasi
8. Penerapan SNI ISO 37001 2016 tentang Sistem Manajemen Anti
Penyuapan;Pembentukan Klinik Pengawasan;
9. Kapabilitas APIP Level 3; Ditetapkannya Kepka Nomor 9/KEP/B4/2020 tentang Gambar 1. 3 Ruang
Pembina wilayah merupakan pengontrol, pengawasan dan monitoring kinerja.

H. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

1. Pemanfaatan TIK untuk pelayanan Publik (Klik KB, Aplikasi Akutuku, Sirika,
Monika, dan lain-lain);
2. Responsive dalam menindaklanjuti pengaduan baik melalui SP4N LAPOR
maupun pengaduan internal BKKBN;
3. Melakukan survei kepuasan masyarakat secara berkala;
4. Penguatan implementasi kebijakan bidang pelayanan publik (Standar Pelayanan,
Maklumat Pelayanan, SKM);
5. Pengembangan dan pengintegrasian sistem informasi pelayanan publik dalam
rangka peningatan akses publik;
6. Pengelolaan pengaduan pelayanan publik secara terpadu, tuntas dan
berkelanjutan dalam rangka memberikan akses kepada publik dalam
mendapatkan pelayanan yang baik;
7. Peningkatan pelayanan publik berbasis elektronik dalam rangka memberikan
pelayanan yang mudah, murah, cepat, dan terjangkau;
8. Penciptaan, pengembangan, dan pelembagaan inovasi pelayanan publik dalam
rangka percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik; Pengembangan
sistem pelayanan dengan mengintegrasikan Pelayanan Publik; Monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan pelayanan publik secara berkala.
Gambar 1. 3 Ruang Pelayanan Publik dan Layanan PPKS
ngan, dan pelembagaan inovasi pelayanan publik dalam
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 31
ingkatan kualitas pelayanan publik;
pelayanan dengan mengintegrasikan Pelayanan Publik;
i pelaksanaan kebijakan pelayanan publik secara berkala.
Gambar 1. 3
Sekretaris Utama BKKBN bersama dengan Tim
melakukan konsultasi ke Kemenpan RB terkait
g Pelayanan Publik dan Layanan PPKS
Peralihan Jabatan Administrasi ke Jabatan
Fungsional

E. PERMASALAHAN, TANTANGAN, DAN PELUANG

E1. Permasalahan dan Tantangan


1. Disparitas pencapaian TFR antar provinsi yang berpengaruh kepada
capaian TFR nasional sebesar 2,45 atau 92,2% dari target TFR
aris Utama BKKBN 2,26. Terdapat 24 provinsi dengan TFR melebihi TFR nasional
Tim melakukan dengan tiga Provinsi TFR paling tinggi adalah Provinsi Nusa
enpan RB terkait Tenggara Timur (NTT) sebesar 3,2, Provinsi Maluku sebesar 3,1 dan

Administrasi ke Papua sebesar 3,1.


2. Masih beragamnya kelembagaan yang menangani Program Bangga
Kencana pada pemerintah daerah sehingga berpengaruh pada
Gambar 1. 2 prioritas pelaksanaan program dan anggaran. Dari 514 Kabupaten/
Ruang Pelayanan Publik dan Layanan PPKS
Kota di Indonesia, sebanyak 182 Kab/Kota yang memiliki OPD yang
khusus kependudukan dan KB dan sebanyak 332 Kab/Kota memiliki
OPD kependudukan dan KB yang digabung dengan urusan lainnya.
3. Belum seluruh pemerintah daerah memiliki kebijakan yang
membatasi usia pernikahan pertama bagi perempuan di atas 19
tahun sehingga akan berpengaruh terhadap MUKP.
32 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

4. Pandemic COVID-19 berpengaruh pada pemberian KIE, penyuluhan bagi PUS,


pelayanan KB di faskes dan pembinaan kesertaan ber-KB di lini lapangan. PUS
enggan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan, pemberi layanan KB membatasi
hari maupun jam berkunjung serta pelayanan KB bergerak yang biasanya terpusat
dalam satu wilayah dengan mengumpulkan banyak orang harus dibatasi dengan
mematuhi protokol kesehatan.
5. Terjadi ketimpangan kuantitas dan distribusi SDM lini lapangan, jumlah Penyuluh
KB/ PLKB sebanyak 15.131 menangani kurang lebih 81.967 kelurahan dan
desa di seluruh Indonesia dengan status PNS yang persebarannya tidak merata.
Selain itu dari sisi manajerial terdapat persoalan pendayagunaan dan pembinaan
Penyuluh KB/PLKB oleh Dinas Kependudukan dan KB Daerah.
6. Tidak seluruh provinsi mendapatkan dana penggerakan KB MKJP IUD dan Implan
karena terbatasnya anggaran yang tersedia sehingga hanya diprioritaskan pada
provinsi yang memiliki angka unmetneed tinggi (18 provinsi)
7. Promosi dan KIE melalui media di daerah belum optimal yang disebabkan karena
muatan isi pesan yang disampaikan masih kurang efektif dan segmented serta
pemilihan placement media yang kurang tepat sasaran. Selain itu, meskipun
frekuensi pemanfaatan media cukup masif namun belum ditindaklanjuti oleh
OPD KB di Kabupaten/Kota dengan implementasi yang tepat sasaran dan sesuai
dengan karakteristik dan kearifan budaya lokal
8. Masih ada kendala pemahaman pada masyarakat tentang kontrasepsi, sebanyak
23% wanita tidak mau ber-KB karena alasan kekhawatiran terhadap efek
samping, sedangkan pada kalangan pria, ada 32 % pria yang dirinya ataupun
istrinya tidak menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan tidak ingin ber-KB.
9. Masih adanya masyarakat yang memegang teguh adat istiadat, budaya setempat,
dan agama tentang pernikahan usia muda/anak;
10. belum banyak stakeholders baik pusat, provinsi, dan Kabupaten/Kota yang
memahami konsep iBangga, sehingga keberhasilan nilai iBangga sangat
tergantung pada pelaksanaan dan komitmen lintas sektor yang terkait
11. Masih bervariasinya kebijakan pemerintah daerah mengenai batas usia
pernikahan.

E2. Peluang
1. Berdasarkan ketentuan pasal 12 ayat 2 Undang-undang Nomor 23 tahun 2014,
menjelaskan bahwa Penyelenggaraan urusan Bidang pengendalian penduduk
dan KB termasuk Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 33

Pelayanan Dasar. Kewenangan penyelenggaraan dilaksanakan secara konkuren


yakni menjadi kewenangan pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Dalam lampiran
Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 huruf N, ditetapkan bahwa terdapat 4
(empat) Sub urusan yang menjadi kewenangan bersama, yaitu; 1) Pengendalian
Penduduk, 2) Keluarga Berencana (KB), 3) Keluarga Sejahtera, dan 4) Standarisasi
Pelayanan KB dan Sertifikasi Tenaga Penyuluh KB (PKB/PLKB);
2. Batas usia pernikahan menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menetapkan batas minimal
umur perkawinan yaitu 19 tahun;
3. Meningkatnya capaian indikator Reformasi Birokrasi diantaranya BKKBN berhasil
meraih anugerah meritokrasi dengan predikat sangat baik peringkat pertama
untuk kategori K/L Non K/L dan peringkat kedua dalam keterbukaan informasi
publik dengan predikat informatif, menjadi modal kuat untuk meningkatkan
kinerja program Bangga Kencana;
4. Melaksanakan Gerakan Cegah Putus Ber-KB dalam masa pandemi Covid-19
melalui “Pelayanan KB MKJP Sejuta Akseptor” dalam rangka Hari Keluarga
Nasional dan pemberian reward kepada stakeholders (Gubernur, Bupati, dan
Walikota), TNI, provider, Fasilitas Kesehatan, PLKB dan PKB.

F. Isu Strategis
Isu strategis dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana pada Tahun 2020, dapat
dipetakan sebagai berikut:
1. Pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun 2020 menuntut perubahan perilaku
di masyarakat. Hal tersebut berdampak pada pelaksanaan program Bangga
Kencana, diantaranya:
a.. Perubahan desain kegiatan pengelolaan program dalam pelaksanaan
program Bangga Kencana. Desain kegiatan diarahkan dengan
memperhatikan kebijakan tentang pembatasan sosial dalam rangka
penanggulangan COVID-19;
b. Penyesuaian Belanja BKKBN Tahun Anggaran 2020 dalam rangka
penanggulangan wabah COVID-19 dilakukan sesuai Surat Menteri
Keuangan Nomor S-302/MK.02/2020 pada tanggal 15 April 2020 perihal
Langkah-langkah Penyesuaian Belanja Kementerian/Lembaga TA 2020.
Penghematan anggaran di lingkungan BKKBN sesuai dengan penetapan
Kementerian Keuangan RI sebesar Rp408.559.164.000,00 dengan
penyesuaian pagu BKKBN yang semula sebesar Rp3.581.554.060.000,00
34 Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan

menjadi sebesar Rp 3.172.994.896.000,00 ;


c. Refocusing anggaran belanja BKKBN sebesar Rp. 408.559.164.000,- untuk
belanja penanganan Covid-19 di lingkungan BKKBN, seperti melakukan
Swab Test dan Rapid Test, penyediaan penambah daya tahan tubuh bagi
pegawai, penyediaan masker, hand sanitizer, dan hal-hal lain yang sifatnya
preventif dan kuratif dalam rangka penanganan Covid-19 di lingkungan
BKKBN;
d. Pendataan keluarga yang merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor
87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga telah
dijadwalkan dilaksanakan pada Tahun 2020, ditunda pelaksanaan menjadi
tahun 2021.
2. Penyederhanaan Birokrasi dan Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Jabatan
Fungsional merupakan salah satu program prioritas pemerintah untuk
menciptakan birokrasi yang lebih dinamis dan profesional serta untuk
mendukung kinerja pelayanan pemerintah kepada Publik, sebagai implementasi
penyederhanaan birokrasi BKKBN melakukan langkang-langkah sebagai berikut:
a. Menerbitkan Peraturan BKKBN Nomor 11 Tahun 2020 tentang Organisasi
dan Tata Kerja BKKN serta Peraturan BKKBN Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Balai Pendidikan dan
Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana;
b. Melakukan Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Jabatan Fungsional,
dengan melakukan pengambilan Sumpah/Janji sebagai Pejabat Fungsional
pada tahap I tanggal 17 Juli 2020 sebanyak 241 PNS. Pengambilan
Sumpah/Janji tahap ke II dilakukan pada tanggal 29 Desember 2020
sebanyak 674 PNS.
3. Pengarusutamaan isu-isu strategis kependudukan dalam perencanaan
pembangunan sektor kependudukan yang meliputi:
a. Mengendalikan dan menjaga angka kelahiran total (Total Fertility Rate)
diangka 2,26 secara nasional untuk menciptakan lingkungan strategis yang
ideal dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk;
b. Meningkatkan kualitas penduduk dengan indikator antara adalah
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia untuk mengkapitalisasi
manfaat pengendalian kuantitas penduduk menjadi keunggulan kualitas
angkatan kerja, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas
ekonomi;
Laporan Kinerja 2020 / Pendahuluan 35

c. Memperkuat kebijakan pembangunan di sektor kependudukan dengan


pendekatan siklus hidup yang inklusif;
d. Meningkatkan inklusifitas kebijakan di sektor pembangunan pada kelompok
muda sebagai bagian dari strategi kapitalisasi periode bonus demografi;
e. Memperkuat pemetaan transisi demografi di seluruh tingkatan wilayah
secara presisi;
f. Mempersiapkan mitigasi tren penuaan penduduk;
g, Memperkuat integrasi tata ruang dan wilayah ke dalam kebijakan
pembangunan di sektor kependudukan;
h. Memperkuat manajemen dan mitigasi pola migrasi penduduk;
i. Memperkuat manajemen penyiapan, penempatan dan perlindungan tenaga
kerja migran Indonesia;
j. Memperkuat integrasi kebijakan sektor pembangunan kependudukan
dengan lingkungan hidup;
k. Memperkuat integrasi kebijakan sektor kebencanaan maupun
penanggulangan wabah penyakit dengan sektor pembangunan
kependudukan;
l. Meningkatkan cakupan integrasi kebijakan satu data kependudukan.
4. Revitalisasi Peraturan Presiden No. 153 Tahun 2014 tentang Grand Design
Pembangunan Kependudukan;
5. Melakukan sosialisasi serta pembudayaan 8 (delapan) fungsi keluarga sebagai
upaya penanaman nilai-nilai moral dan karakter yang bermartabat;
6. Peningkatan pemahaman keluarga tentang konsep 7 (tujuh) dimensi lansia
tangguh dan peningkatan peran keluarga dalam pendampingan perawatan jangka
panjang (long-term care) lansia;
7. Penurunan prevalensi stunting melalui edukasi/sosialisasi tentang kesehatan
reproduksi dan gizi bagi remaja/calon ibu, sosialisasi program 1.000 HPK, serta
pemahaman orang tua tentang pola asuh yang baik;
38 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 39

Perencanaan
Kinerja
40 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

A. RENCANA STRATEGIS

Penyusunan indikator dan target perjanjian kinerja pada tahun 2020 didasarkan pada
indikator dan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2020-2024 dan Rencana Strategis (RENSTRA) BKKBN Tahun 2020-2024. Untuk
menggambarkan cascading pencapaian sasaran pembangunan nasional kepada
sasaran strategis (impact dan outcome) BKKBN, serta cascading kepada sasaran
program (outcome) BKKBN telah tertuang dalam Pohon Kinerja BKKBN.

Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat strategis karena merupakan tahun peralihan
dari implementasi RPJMN dan RENSTRA BKKBN Tahun 2015-2019 menuju RPJMN dan
RENSTRA Tahun 2020-2024. Dari sisi perencanaan, Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
dan Rencana Kerja (RENJA) Kementerian/Lembaga (K/L) untuk Tahun Anggaran (TA)
2020 disusun pada tahun 2019 yang mengacu pada RPJMN dan RENSTRA periode
sebelumnya (Tahun 2015-2019) tetapi dengan telah mengakomodir rencana kerja yang
(saat itu) masih dalam tahap Rancangan Teknokratik RPJMN dan Rancangan RENSTRA
BKKBN Tahun 2020-2024. Berdasarkan hal tersebut, maka program, kegiatan dan
indikator BKKBN pada TA 2020 masih menggunakan acuan RENSTRA BKKBN Tahun
2015-2019 dengan penyesuaian untuk memperhatikan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Strategis, serta target/sasaran yang telah mengacu pada Renstra BKKBN Tahun 2020-
2024. Rencana Strategis BKKBN Tahun 2020-2024 telah ditetapkan melalui Peraturan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nomor 6 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2020-2024.
Penyusunan Renstra BKKBN Tahun 2020-2024 berpedoman pada Peraturan Menteri
PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024.

Sebagaimana arahan Kementerian PPN/Bappenas pada saat proses penyusunan


Renstra K/L untuk periode 2020-2024, seluruh K/L diarahkan untuk menyelaraskan
Visi, Misi dan Tujuannya dengan Visi, Misi dan Janji Presiden RI. Adapun visi Pemerintah
yang telah ditetapkan oleh Bapak Presiden adalah “Terwujudnya Indonesia Maju Yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Dalam upaya
mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan 9 (sembilan) Misi, yaitu:
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 41

2. 5.
1. 3. 4.
Struktur ekonomi yang Kemajuan budaya yang
Peningkatan kualitas Pembangunan yang merata Mencapai lingkungan hidup
produktif, mandiri, dan mencerminkan kepribadian
manusia Indonesia. dan berkeadilan yang berkelanjutan.
berdaya saing bangsa

6. 7.
8. 9.
Penegakan sistem hukum Perlindungan bagi segenap
Pengelolaan pemerintahan Sinergi pemerintah daerah
yang bebas korupsi, bangsa dan memberikan
yang bersih, efektif, dan dalam kerangka Negara
bermartabat, dan rasa aman pada seluruh
tepercaya. Kesatuan.
terpercaya warga.

Sembilan misi ini merupakan pengembangan, percepatan dan pemajuan Nawa Cita I
dengan tetap konsisten menerapkan Trisakti sebagai pijakan strategis operasional
dengan senantiasa mengutamakan pembangunan manusia (berpusat pada manusia).
Sekaitan dengan hal tersebut, BKKBN berkomitmen untuk mendukung hal tersebut
melalui perwujudan visi “Mewujudkan Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan
Penduduk yang Seimbang guna mendukung Tercapainya Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Agar upaya pencapaian Visi, Misi dan Tujuan tersebut dapat tetap terukur, maka BKKBN
menggunakan Indikator Tujuan “Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga)” dan “Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP)”. Dalam Renstra BKKBN Tahun 2020-2024 diharapkan
pada tahun 2024 iBangga mencapai angka 61. Sedangkan target LPP dalam Renstra
BKKBN Tahun 2020-2024 mengacu pada Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045
dengan interval 5 (lima) tahunan, yang disusun pada tahun 2018 oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), Kementerian PPN/Bappenas, dan UNFPA. Ditetapkan target LPP dalam
periode 2015-2020 dapat mencapai 1,11 persen, dan diharapkan penurunan LPP dapat
mencapai 0,95 persen selama periode 2020-2025.
42 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Gambar 2. 1 Visi, Misi dan Tujuan BKKBN 2020-2024

Lebih lanjut dalam pencapaian visi, misi dan tujuan tersebut, BKKBN menetapkan
sasaran strategis, indikator, target yang harus dicapai pada periode 2020-2024, serta
merumuskan kebijakan dan strategi untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan.

Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis


Untuk memastikan capaian visi, misi, dan tujuan BKKBN yang telah ditetapkan,
diperlukan suatu ukuran keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan prioritas,
dengan menetapkan sasaran dan indikator sasaran strategis sesuai yang tertuang
dalam Keputusan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Nomor 190/KEP/B1/2020 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 108/KEP/B1/2020 tentang
Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Tahun 2020-2024 , sebagai berikut:
1. Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) dengan target 2,26
pada tahun 2020 dan menjadi 2,1 pada tahun 2024.
2. Meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern
Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) dengan target 61,78 persen pada tahun
2020 dan menjadi 63,41 persen pada tahun 2024.
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 43

3. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/Unmet Need dengan 8,6 persen
pada tahun 2020 dan menjadi 7,4 persen pada 2024.
4. Menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19 tahun/Age Specific
Fertility Ratio (ASFR) 15-19 tahun, dengan target 25 per-1.000 kelahiran pada
tahun 2020 dan menjadi 18 per 1.000 kelahiran pada 2024.
5. Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) dengan target 53,57 pada
tahun 2020 dan menjadi 61,00 pada tahun 2024.
6. Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) dengan target 21,9 tahun pada
2020 dan menjadi 22,1 tahun pada 2024

Arah Kebijakan
Arah kebijakan BKKBN di dalam Renstra BKKBN Tahun 2020-2024 secara umum mengacu
pada arah kebijakan dan strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN Tahun 2020-
2024, terutama dalam menerjemahkan Prioritas Nasional melalui Program Prioritas (PP)
dan Kegiatan Prioritas (KP) yang menjadi arahan Presiden Republik Indonesia sebagai
fokus penggarapan Pembangunan Nasional Indonesia periode 2020-2024. Adapun arah
kebijakan BKKBN Tahun 2020-2024 adalah:
1. Meningkatkan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga yang holistik dan integratif
sesuai siklus hidup, serta menguatkan pembentukan karakter di keluarga.
2. Menguatnya pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian penduduk.
3. Meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan KBKR yang komprehensif
berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi sasaran.
4. Meningkatkan Advokasi dan Penggerakan Program Bangga Kencana sesuai dengan
karakteristik wilayah dan segmentasi sasaran.
5. Memperkuat sistem informasi keluarga yang terintegrasi.

Arah kebijakan tersebut tentunya memerlukan dukungan yang dapat mendorong upaya
operasionalisasinya, diantaranya dari sisi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan
Program Bangga Kencana, arah kebijakan yang diambil diantaranya untuk meningkatkan
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan
Inovasi, serta Penguatan Kerjasama Global Program Bangga Kencana. Dari sisi Dukungan
Manajemen, Sekretariat Utama memiliki arah kebijakan untuk dukungan manajemen
yang berkualitas dalam mendukung Penyelenggaraan Program Bangga Kencana, serta
dari sisi pengawasan dan peningkatan akuntabilitas, Inspektorat Utama memiliki arah
kebijakan untuk meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Program Bangga Kencana guna
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
44 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

B. PRIORITAS NASIONAL DAN RENCANA KERJA TAHUN 2020

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2020, disusun bersama


Kementerian PPN/Bappenas dengan merumuskan berbagai prioritas pembangunan
nasional dengan memperhatikan bahwa tahun 2020 merupakan tahun peralihan dari
RPJMN Tahun 2015-2019 menuju RPJMN Tahun 2020-2024 berdasarkan evaluasi
capaian RKP Tahun 2019. Berdasarkan prinsip tersebut maka RENJA BKKBN Tahun
2020 disusun berdasarkan pada prioritas dalam RKP 2020 yang terkait Program
Pembangunan Keluarga, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Program
Bangga Kencana).

Dukungan BKKBN pada Prioritas Nasional Tahun 2020


Prioritas Nasional Tahun 2020 tertuang dalam RKP Tahun 2020 yang ditetapkan
melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2019 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2020, yang kemudian diperbaharui dengan adanya Peraturan
Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2019 tentang Pemutakhiran Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2020. Dalam RKP tersebut telah ditetapkan prioritas nasional
sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Prioritas Nasional Tahun 2020


Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 45

BKKBN berkontribusi pada Prioritas Nasional (PN) 1 yaitu “Pembangunan Manusia


dan Pengentasan Kemiskinan”. PN 1 tersebut dijabarkan ke dalam 5 (lima) Program
Prioritas (PP) yaitu;
(1) Perlindungan Sosial dan Tata Kelola Kependudukan;
(2) Akses Mutu dan Pelayanan Kesehatan
(3) Pemerataan Layanan Pendidikan Berkualitas;
(4) Pengentasan Kemiskinan; dan
(5) Pembangunan Budaya, Karakter, dan Prestasi Bangsa.

Pada PN 1 BKKBN memberikan dukungan pada 3 (tiga) PP yatu PP 1 “Perlindungan


Sosial dan Tata Kelola Kependudukan”, PP 2 “Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan”,
dan PP 5 Pembangunan Budaya, Karakter dan Prestasi Bangsa. Masing-masing PP
tersebut dijabarkan kembali dalam Kegiatan Prioritas (KP) dengan rincian seperti
dalam gambar berikut:

Gambar 2. 3 Kegiatan Prioritas PN1 Pembangunan Manusia dan Pengentasan Kemiskinan


46 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Dalam mendukung Program Prioritas (PP)1 Perlindungan Sosial dan Tata Kelola
Kependudukan pada Kegiatan Prioritas (KP)3 Kesejahteraan Sosial dan Tata Kelola
Kependudukan, BKKBN berkontribusi melalui Proyek Prioritas Kesejahteraan Usia Lanjut
dengan Output Prioritas yaitu Peningkatan Pelayanan Ramah Lansia melalui 7 (Tujuh)
Dimensi Lansia Tangguh dan Pendampingan Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia.

Sedangkan dalam mendukung Program Prioritas (PP)2 Peningkatan Akses dan Mutu
Pelayanan Kesehatan dengan Kegiatan Prioritas pada (KP)1 Peningkatan Kesehatan
Ibu, Anak, Keluarga Berencana, dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN berkontribusi melalui
Proyek Prioritas Peningkatan Kesehatan Reproduksi dengan Output Prioritas yaitu
Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes yang Melayani KB di Pusat dan 33 Provinsi.
Disamping itu, BKKBN juga mendukung KP2 Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat
melalui Proyek Prioritas Penurunan Stunting dengan Output Prioritas yaitu Keluarga
yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK.

Selanjutnya dalam mendukung Progam Prioritas (PP)5 Pembangunan Budaya, Karakter


dan Prestasi Bangsa pada Kegiatan Prioritas (KP)6 Penguatan Kualitas Keluarga, BKKBN
berkontribusi melalui Proyek Prioritas Penyiapan Kehidupan Berkeluarga dan Kecakapan
Hidup dengan Output Prioritas yaitu Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam
edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu. Secara lengkap dukungan
BKKBN dalam pencapaian prioritas nasional dijabarkan dalam 5 (lima) outpot prioritas
seperti tergambar dalam tabel berikut:

Tabel 2. 1 Output Prioritas BKKBN yang mendukung Proyek Prioritas Nasional Tahun 2020

Program Prioritas Kegiatan Prioritas ProyekPrioritas Output Prioritas Target


Prioritas Nasional 1 Pembangunan Manusia & Pengentasan kemiskinan
Perlindungan Sosial Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Lanjut Peningkatan Pelayanan Ramah Lansia 9.984 kelompok BKL
dan Tata Kelola Usia melalui 7 Dimensi Lansia Tangguh dan
Kependudukan pendampingan perawatan jangka panjang
bagi Lansia
Peningkatan Akses Peningkatan Peningkatan KB dan Pemenuhan Ketersediaan Alokon di 1) Pusat:
dan Mutu Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Kesehatan Repro- Faskes (Pusat & 33 provinsi) 529 faskes;
Kesehatan KB & Kesehatan duksi 2) 33 Provinsi: 17.864
Reproduksi faskes
Percepatan Perbai- Penurunan Stunting Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 4.122.784 keluarga
kan Gizi Masyarakat 1000 HPK
Pembangunan Kualitas Keluarga Penyiapan Kehidupan Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR 29.327 kelompok
Budaya, Karakter, dan Berkeluarga dan dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja
Prestasi Bangsa Kecakapan Hidup putri sebagai calon ibu
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 47

Rencana Kerja Tahun 2020


Rencana Kerja (RENJA) Tahunan merupakan penjabaran program dan kegiatan sebagai
upaya pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra BKKBN
Tahun 2020-2024. Renja BKKBN tahun 2020 disusun dengan mengacu Surat Menteri
PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif K/L yang
memuat penetapan pagu anggaran K/L berdasarkan kebijakan umum serta tema
prioritas pembangunan nasional sesuai RKP Tahun 2020. RENJA BKKBN disusun
berdasarkan hasil kesepakatan Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) antara
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan BKKBN.

RENJA digunakan sebagai pedoman kerja selama periode 1 (satu) tahun dan berfungsi
untuk menerjemahkan perencanaan strategis lima tahunan ke dalam perencanaan
tahunan yang sifatnya lebih operasional. RENJA memuat visi, misi, prioritas nasional,
program prioritas, sasaran strategis, program, dan kegiatan untuk mencapai sasaran
program (outcome). RENJA juga memuat indikator keluaran pada tahun rencana,
prakiraan sasaran tahun berikutnya, lokasi, dan pagu indikatif sebagai indikasi pagu
anggaran, serta rencana kegiatan.

Tahun 2020 sebagai tahun peralihan menyebabkan terjadinya penyesuaian Rencana


Kinerja Tahunan (RKT) yang tergambar dalam dokumen Perjanjian Kinerja tahun
2020. Dokumen RENJA yang ditetapkan pada tahun 2019 masih mengacu pada
Renstra BKKBN Tahun 2015-2019, sedangkan Perjanjian Kinerja tahun 2020 telah
menyesuaikan dengan sasaran, IKU, dan target dalam Renstra BKKBN Tahun 2020-
2024. Pada dokumen RENJA BKKBN terdapat 5 (lima) sasaran strategis beserta
indikatornya, sedangkan pada perjanjian kinerja terdapat 6 (enam) sasaran strategis
beserta indikatornya. Secara lengkap dapat tergambar pada tabel berikut:
48 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Tabel 2. 2 Penyesuaian Sasaran Strategis dan Indikator pada Rencana Kerja dan Perjanjian Kinerja

Rencana Kerja Perjanjian Kinerja


Sasaran Strategis Indikator Sasaran strategis Sasaran Strategis Indikator Sasaran strategis
Menurunnya angka kelahiran total Angka kelahiran total (Total Menurunnya angka kelahiran Angka kelahiran total (Total Fertility
(TFR) Fertility Rate/TFR) per WUS (15-49 total Rate/TFR) per WUS usia 15-49 Tahun
tahun)

Meningkatnya prevalensi Persentase pemakaian kontrasepsi Meningkatnya angka prevalensi Angka prevalensi kontrasepsi
kontrasepsi (CPR) modern modern (Modern Contraceptive kontrasepsi modern modern (Modern Contraceptive
Prevalence Rate/mCPR) Prevelance Rate/mCPR)

Menurunnya kebutuhan ber-KB Persentase kebutuhan ber-KB yang Menurunnya kebutuhan ber-KB Persentase kebutuhan ber-KB yang
yang tidak terpenuhi (unmet need) tidak terpenuhi (Unmet Need) (%) yang tidak terpenuhi tidak terpenuhi (Unmet Need)
Meningkatnya peserta KB aktif Persentase Peserta KB Aktif (PA) Menurunnya angka kelahiran Angka kelahiran remaja umur 15-19
yang menggunakan Metode MKJP remaja tahun (Age Specific Fertility Rate/
Kontrasepsi Jangka Panjang ASFR 15-19)
(MKJP)

Menurunnya Tingkat Putus Pakai Tingkat putus pakai kontrasepsi Meningkatnya Indeks Indeks Pembangunan Keluarga
Kontrasepsi (%) Pembangunan Keluarga (iBangga)

Meningkatnya Median Usia Kawin Median Usia Kawin Pertama Perem-


Pertama Perempuan puan (MUKP)

Sesuai dengan Permenpan RB Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan KInerja Instansi Pemerintah
bahwa acuan dalam laporan kinerja tahun 2020 adalah dokumen perjanjian kinerja,
sehingga dalam laporan kinerja BKKBN tahun 2020 ini sesuai dokumen perjanjian
kinerja mencakup 6 (enam) sasaran strategis yang disertai dengan IKU dan target
sesuai Renstra BKKBN Tahun 2020-2024 sebagai berikut:

Sasaran Sasaran Strategis


Menurunnya angka kelahiran total
Sasaran Strategis
Meningkatnya angka prevalensi
Sasaran Strategis
Menurunnya kebutuhan ber-KB
Strategis, Indikator Kinerja Sasaran Strategis
kontrasepsi modern yang tidak terpenuhi

Indikator Sasaran Angka kelahiran total (Total Indikator Kinerja Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Strategis, Fertility Rate/TFR) per WUS usia


15-49 Tahun
Angka prevalensi kontrasepsi Persentase kebutuhan ber-KB
modern (Modern Contraceptive yang tidak terpenuhi (Unmet
dan Target Tahun Prevelance Rate/mCPR) Need)

2.26
Target
2020

61.78 8.60
Target Target

Alokasi 2021
Rp.510.869.365.000,00 Alokasi 2021 Alokasi 2021
Rp. 760.086.246.000,00 Rp. 501.624.571.000,00
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 49

Pencapaian Sasaran Strategis tersebut dilaksanakan melalui 1 (satu) program


teknis yaitu Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana
(Program Bangga Kencana) yang terdiri dari 5 (lima) Unit Kerja Eselon I; Kedeputian
Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK), Kedeputian Bidang
Pengendalian Penduduk (DALDUK), Kedeputian Bidang Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi (KBKR) Kedeputian Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi
(ADPIN) dan Kedeputian Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (LALITBANG).
Selain itu, BKKBN juga melaksanakan 1 (satu) Program Generik yaitu Program
Dukungan Manajemen yang dilaksanakan oleh Sekretariat Utama dan Inspektorat
Utama. Adapun sasaran dan indikator kinerja masing-masing program sebagai berikut:

Tabel 2. 4 Sasaran dan Indikator Kinerja per Program Tahun 2020

Target
No Program Sasaran Strategis /Sasaran Program Indikator Kinerja Program
2020

I Program Meningkatnya kualitas 1. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) 2.26
Pembangunan penyelenggaraan Program Bangga per WUS usia 15-49 Tahun
Keluarga, Kencana dalam peningkatan kualitas 2. Angka prevalensi kontrasepsi modern (Modern 61.78
Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Indonesia, serta Contraceptive Prevelance Rate/mCPR)
Keluarga Berencana mewujudkan Revolusi Mental dan 3. Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak ter- 8.60
Pembangunan Kebudayaan penuhi (Unmet Need)
4. Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun (Age 25.00
Specific Fertility Rate/ASFR 15-19)
5. Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) 53.57
6. Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP) 21.90
7. Persentase SDM Aparatur dan Tenaga Program 30.00
yang Kompeten
8. Persentase Kerjasama Internasional Bangga Ken- 70.00
cana yang diimplementasikan

Sasaran Strategis Sasaran Strategis Sasaran Strategis


Menurunnya angka kelahiran remaja Meningkatnya Indeks Meningkatnya Median Usia Kawin
Pembangunan Keluarga Pertama Perempuan
Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Total
Angka kelahiran remaja umur 15-19 Indikator Kinerja Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis
tahun (Age Specific Fertility Rate/
Indeks Pembangunan Keluarga Median Usia Kawin Pertama
ASFR 15-19)
(iBangga) Perempuan (MUKP)
Rp. 3.209.531.284.000,00

25 53.57 21.9
Target Target Target

Alokasi 2021 Alokasi 2021 Alokasi 2021


Rp. 445.355.692.000,00 Rp. 519.695.948.000,00 Rp.471.899.462.000,00
50 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Target
No Program Sasaran Strategis /Sasaran Program Indikator Kinerja Program
2020

9. Persentase Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam 75.00


Penentuan Kebijakan Program Bangga Kencana

II Program Dukungan Meningkatnya kualitas pengelolaan


Manajemen dukungan manajemen dan tugas teknis 1. Tingkat kepuasan (Indeks) layanan Dukungan 3,1
lainnya di lingkungan BKKBN dalam Manajemen Program Bangga Kencana
mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan 2. Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari 5.00
yang Baik Korupsi (WBK)
3. Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Birokrasi -
Bersih Melayani (WBBM)

C. PRIORITAS NASIONAL DAN RENCANA KERJA TAHUN 2021

Secara umum tahun 2021 merupakan dimulainya implementasi RPJMN Tahun 2020-
2024 dan Renstra BKKBN Tahun 2020-2024 secara penuh (dibandingkan dengan tahun
2020 yang merupakan tahun peralihan). Prioritas Nasional Tahun 2021 dirumuskan
bersama Bappenas yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2021.
Dalam RKP tersebut, telah disepakati 7 (tujuh) Prioritas Nasional (PN) yang meliputi:
1. Memperkuat Ketahahan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas;
2. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin
Pemerataan;
3. Meningkatan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing;
4. Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan;
5. Memperkuat Infrastruktur Mendukung Pembangunan Ekonomi dan Pelayanan
Dasar;
6. Membangun Lingkungan Hidup, Meningatkankan Ketahanan Bencana dan
Perubahan Iklim; dan
7. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik.

Dari ketujuh PN tersebut BKKBN diberi mandat untuk turut berkontribusi secara
langsung pada Prioritas Nasional (PN) 3 “Meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”, dan PN4. “Revolusi Mental dan Pembangunan
Kebudayaan”.
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 51

Dukungan BKKBN pada Prioritas Nasional Tahun 2021


Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, BKKBN
diberi mandat untuk berkontribusi secara langsung terhadap 2 (dua) dari 7 (tujuh)
agenda Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada RPJMN IV 2020-2024, yaitu
untuk “Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”,
serta mendukung “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”. Dalam PN
Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing, BKKBN
berperan dalam 3 Program Prioritas (PP) yang masing-masing memiliki Kegiatan
Prioritas (KP) sebagai berikut:

Dukungan BKKBN pada Program Prioritas Program Prioritas

Prioritas Nasional Perlindungan Sosial dan 1. Integrasi Sistem Administrasi


Tata Kelola Kependudukan Kependudukan
(PN) 3 Meningkatkan 2. Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan
Pengendalian Penduduk
Sumber Daya Manusia Penguatan Pelaksanaan
(SDM) Berkualitas dan Perlindungan Sosial, dengan
Kegiatan Prioritas Kesejahteraan Sosial
Berdaya Saing
Peningkatan Akses dan Mutu Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Keluarga
Pelayanan Kesehatan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
dan Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat

Sedangkan yang terkait dengan PN Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan,


BKKBN diberi mandat untuk berkontribusi pada Program Prioritas (PP) Revolusi Mental
dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dan
Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, dan Berkarakter, dengan Kegiatan
Prioritas (KP) Revolusi mental dalam sistem sosial untuk memperkuat ketahanan,
kualitas dan peran keluarga dan masyarakat dalam pembentukan karakter sejak usia
dini.

Atas mandat tersebut diatas, maka dalam penyusunan Rencana Kerja (RENJA) Tahun
2021, BKKBN menajamkan skenario target/sasaran yang dirasa dapat secara langsung
memberikan kontribusi terhadap PN, PP, dan KP terkait Program Bangga Kencana, serta
menyiapkan beberapa Kegiatan Utama yang mendukung Prioritas Nasional (Kegiatan
yang mendukung Pro PN) sebagai berikut:
52 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Tabel 2. 2 Output Prioritas BKKBN yang mendukung Proyek Prioritas Nasional Tahun 2021

Program Prioritas Kegiatan Prioritas Proyek Prioritas Output Prioritas Target


Priroritas Nasional 3 Meningkatan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing
Perlindungan Sosial Integrasi Sistem Adminis- Pengembangan data dan Pembentukan Rumah Data 60 persen
dan Tata Kelola trasi Kependudukan informasi kependudukan Kependudukan Paripurna di
Kependudukan yang akurat, lengkap dan Kampung KB (3.166 Rumah Data Kepen-
tepat waktu dudukan di Kampung KB)
Peningkatan Kualitas Rumah 35 Kampung KB Perconto-
Data Kependudukan Paripurna han Provinsi, 478 Kampung
guna Pengintegrasian Data dan KB Percontohan Kab/Kota
Informasi Keluarga di Kampung
KB Percontohan
Pemaduan dan Sinkronisasi Sinergitas kebijakan pen- Pemanfaatan GDPK sebagai 45 persen
Kebijakan Pengendalian gendalian penduduk dalam salah satu dasar kebijakan per-
Penduduk mewujudkan penduduk encanaan pembangunan daerah (15 daerah provinsi)
tumbuh seimbang
Penguatan kapasitas dan Peningkatan Kab/Kota yang 27% kab/kota
kapabilitas kelembagaan memiliki kebijakan pembangu-
kependudukan nan daerah yang berwawasan (139 daerah kab/kota)
kependudukan
Peningkatan efektivitas 20 persen
kelompok kerja Bangga Kencana
Provinsi dan Kabupaten/Kota (7 kelompok kerja provinsi)

Penyediaan sistem peringatan 45 persen


dini pengendalian penduduk di
tingkat Provinsi dan Kab/Kota (15 daerah provinsi)
Pemanfaatan data dan Pemanfaatan sistem pen- 3 sub system
informasi kependudukan catatan dan pelaporan data
dan informasi Program Bangga 34 provinsi
Kencana
Penguatan Kesejahteraan Sosial Penguatan kelembagaan Peningkatan kualitas hidup 1.959.553 keluarga
Pelaksanaan dan pemberdayaan kelan- lansia melalui pendampingan
Perlindungan Sosial jutusiaan (lansia aktif dan keluarga
produktif)
Pelaksanaan Perawatan Peningkatan Pelayanan Ramah 10.215 Kelompok BKL
Jangka Panjang berbasis Lansia melalui 7 Dimensi Lansia
komunitas yang terintegra- Tangguh dan pendampingan
si (Long-term Care) perawatan jangka panjang bagi
Lansia
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 53

Program Prioritas Kegiatan Prioritas Proyek Prioritas Output Prioritas Target


Priroritas Nasional 3 Meningkatan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing
Peningkatan Akses Peningkatan Kesehatan Ibu Penurunan Kematian Ibu Peningkatan pelayanan KB 32 persen
dan Mutu Pelayanan Anak, KB dan Kesehatan dan Bayi pasca persalinan
Kesehatan Reproduksi (1.604.706 orang)
Peningkatan KB dan Kese- Pemenuhan Ketersediaan 472 Faskes
hatan Reproduksi Alokon di Faskes (Pusat)
Peningkatan kinerja penyuluh KB 65 persen
dalam capaian Program Bangga
Kencana (9264 orang)
Peningkatan kesertaan KB di 38,46 persen
wilayah khusus
(728.358 akseptor)
Peningkatan kualitas pelayanan 23.251 tenaga kesehatan
KB dan standarisasi kapasi- (35% dr 66.431)
tas tenaga kesehatan dalam
pelayanan KBKR
Pemenuhan Ketersediaan 65 persen
Alokon di Faskes (Provinsi)
(11.774 Faskes)
Percepatan Perbaikan Gizi Penurunan Stunting Promosi 1000 HPK pada keluar- 4.122.784 keluarga
Masyarakat ga yang memiliki baduta
Penguatan Peran PIK Remaja dan 29620 PIK Remaja dan BKR
BKR dalam edukasi Kespro dan
Gizi bagi Remaja putri sebagai
calon ibu

Priroritas Nasional 4 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan

Revolusi Mental Revolusi mental dalam Peningkatan ketahanan Peningkatan kemampuan 39,68 persen
Dan Pembinaan sistem sosial untuk keluarga berdasarkan keluarga dalam pengasuhan
Ideologi Pancasila memperkuat ketahanan, siklus hidup dengan mem- dan pendampingan anak dalam
Untuk Memperkukuh (3.277.634 keluarga)
Ketahanan kualitas dan peran keluar- perhatikan kesinambungan rangka pembentukan karakter
Budaya Bangsa ga serta masyarakat dalam antar generasi sebagai Peningkatan pembangunan dan 11,2 persen
Dan Membentuk pembentukan karakter upaya penguatan fungsi kesejahteraan keluarga
Mentalitas Bangsa dan nilai keluarga
Yang Maju, Modern, (6.591.046 keluarga)
dan Berkarakter
Peningkatan pemberdayaan 514 Kampung KB Percon-
ekonomi keluarga akseptor tohan
KB lestari MKJP dan keluarga
akseptor KB mandiri MKJP di
kampung KB percontohan)
Penyiapan kehidupan Peningkatan kemampuan 31,46 persen
berkeluarga dan kecaka- keluarga dalam pendampingan
pan hidup masa perkembangan remaja dan (693.
penguatan karakter

599 keluarga)
Pengembangan karakter remaja 18.881 kelompok mas-
yang berkualitas yarakat
54 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Rencana Kerja Tahun 2021

Rencana Kerja Tahun 2021 sudah secara penuh mengimplementasi RPJMN 2020-2024
dan Renstra BKKBN 2020-2024. RENJA BKKBN tahun 2021 disusun dengan mengacu
Surat Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif
K/L yang memuat penetapan pagu anggaran K/L berdasarkan kebijakan umum serta
tema prioritas pembangunan nasional sesuai RKP Tahun 2021. RENJA BKKBN disusun
berdasarkan hasil kesepakatan Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) antara
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan BKKBN. Rencana Kerja memuat
visi, misi, prioritas nasional, program prioritas, sasaran strategis, program, dan kegiatan
untuk mencapai sasaran program (outcome). RENJA berisi indikator keluaran pada tahun
rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, lokasi, dan pagu indikatif sebagai indikasi
pagu anggaran, serta rencana kegiatan. Adapun Sasaran Strategis, Indikator Kinerja
Sasaran Strategis, Target dan Alokasi Anggaran BKKBN yang tertuang dalam RENJA
BKKBN Tahun 2021 adalah sebagai berikut:

Sasaran Strategis, Sasaran Strategis Sasaran Strategis Sasaran Strategis


Menurunnya angka kelahiran total Meningkatnya angka prevalensi Menurunnya kebutuhan ber-KB
Indikator Kinerja kontrasepsi modern yang tidak terpenuhi
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Sasaran Strategis, Angka kelahiran total (Total Indikator Kinerja Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Target dan Alokasi Fertility Rate/TFR) per WUS usia


15-49 Tahun
Angka prevalensi kontrasepsi Persentase kebutuhan ber-KB
modern (Modern Contraceptive yang tidak terpenuhi (Unmet
Anggaran BKKBN Prevelance Rate/mCPR) Need)

2.24
Target
Tahun 2021

62.16 8.30
Target Target

Total
Alokasi 2021
Rp. 3.450.072.040.000,00 Rp. 682.248.014.000,00 Alokasi 2021 Alokasi 2021
Rp. 668.704.362.000,00 Rp. 657.766.354.000,00

Sasaran Strategis Sasaran Strategis Sasaran Strategis


Menurunnya angka kelahiran remaja Meningkatnya Indeks Meningkatnya Median Usia Kawin
Pembangunan Keluarga Pertama Perempuan
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Menurunnya angka kelahiran remaja Indikator Kinerja Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis

24
Target Indeks Pembangunan Keluarga Median Usia Kawin Pertama
(iBangga) Perempuan (MUKP)

55.00 22.00
Target Target

Alokasi 2021
Rp. 423.634.183.000,00

Alokasi 2021 Alokasi 2021


Rp. 475.830.952.000,00 Rp. 541.888.175.000,00
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 55

Pencapaian Sasaran Strategis tersebut dilaksanakan melalui 1 (satu) program teknis


yaitu Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga
Kencana) yang terdiri dari 5 (lima) Unit Kerja Eselon I; Kedeputian Bidang Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK), Kedeputian Bidang Pengendalian
Penduduk (DALDUK), Kedeputian Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi (KBKR) Kedeputian Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (ADPIN)
dan Kedeputian Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (LALITBANG). Selain
itu, BKKBN juga melaksanakan 1 (satu) Program Generik yaitu Program Dukungan
Manajemen yang dilaksanakan oleh Sekretariat Utama dan Inspektorat Utama. Adapun
sasaran dan indikator kinerja masing-masing program sebagai berikut:

Sasaran dan Indikator Kinerja Program Tahun 2021

Sasaran Program Indikator

Meningkatnya kualitas Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) per WUS usia 15-49 Tahun 2.24
penyelenggaraan Angka prevalensi kontrasepsi modern (Modern Contraceptive Prevelance Rate/mCPR) 62.16
Program Bangga Kencana
Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (Unmet Need) 8.30
dalam peningkatan
Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR 15-19) 24
kualitas Sumber Daya
Manusia Indonesia, Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) 55.00
serta mewujudkan Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP) 22.0
Revolusi Mental Persentase SDM Aparatur dan Tenaga Program yang Kompeten 45
dan Pembangunan Persentase Kerjasama Internasional Bangga Kencana yang diimplementasikan 75.0
Kebudayaan
Persentase Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Penentuan Kebijakan Program Bangga Kencana 78.0

Meningkatnya kualitas Tingkat kepuasan (Indeks) layanan Dukungan Manajemen Program Bangga Kencana 3,5
pengelolaan dukungan 8.00
Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
manajemen dan
Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) -
tugas teknis lainnya
di lingkungan BKKBN
dalam mewujudkan Tata
Kelola Pemerintahan
yang Baik

D. PERJANJIAN KINERJA

Merujuk kepada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan KInerja Instansi Pemerintah, perjanjian kinerja merupakah lembar/dokumen
yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan
instansi yang lebih rendah untuk melaksananakan program/kegiatan yang disertai
56 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

dengan indikator kinerja. Perjanjian kinerja merupakan wujud komitmen antara penerima
dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi dan
kinerja Aparatur.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan KInerja Instansi Pemerintah,
Perjanjian Kinerja disusun paling lambat satu bulan setelah dokumen anggaran
disahkan. Sekaitan dengan penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun
2020 dari Presiden kepada Kementerian/lembaga yang dilaksanakan pada tanggal 14
November 2019, selanjutnya Kepala BKKBN, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya BKKBN
dan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama BKKBN melakukan penandatangaan dokumen
perjanjian kinerja secara serentak pada tanggal 12 Desember 2019 di kota Semarang
Jawa Tengah.

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Nasional Nomor 104/KEP/B1/2019 tentang Perjanjian Kinerja Program Kependudukan
dan Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga Tahun 2020, telah ditetapkan
indikator kinerja utama Kepala BKKBN dan dituangkan dalam Perjanjian Kinerja tahun
2020. Berikut adalah sasaran kinerja dan indikator kinerja beserta target capaian
dari Kepala BKKBN yang ditetapkan pada tahun 2020.

Tabel 2. 8 Sasaran Kinerja, Indikator Kinerja dan Target Kinerja BKKBN dalam
Perjanjian KInerja BKKBN Tahun 2020

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET


2020
1 Menurunnya Angka Kelahi- 1 Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) 2.26
ran Total (TFR) per WUS (15-49 tahun)

2 Meningkatnya prevalensi 2 Persentase pemakaian kontrasepsi modern 61.78


kontrasepsi (CPR) modern (modern contraceptive prevalence rate/mCPR)
3 Menurunnya kebutuhan 3 Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak ter- 8.6
ber-KB yang tidak terpenuhi penuhi (unmet need)
(unmet need)
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 57

4 Menurunnya angka kelahi- 4 Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun (Age 25 Kela-
ran remaja Specific Fertility Rate/ASFR 15-19) hiran per
1.000
wanita usia
15-19 tahun
5 Meningkatnya Indeks Pem- 5 Indeks Pembangunan Keluarga (IPK) 53.57
bangunan Keluarga (skala 0 -
100)
6 Meningkatnya Median Usia 6 Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP) 21.9 tahun
Kawin Pertama Perempuan seluruh wanita umur 25-49 tahun
(MUKP) seluruh wanita
umur 25-49 tahun

Dalam mendukung pencapaian indikator kinerja dan target kinerja pada tahun 2020,
BKKBN mendapatkan anggaran sebesar Rp. 3.581.554.060.00 dengan rincian sebagai
berikut:

Tabel 2. 9 Dukungan Anggaran BKKBN Tahun 2020

No Program Anggaran (Rp)


Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga 1.005.213.984.000
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas 2.504.855.038.000
Teknis Lainnya BKKBN
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas 11.378.121.000
Aparatur BKKBN
Program Pelatihan, penelitian dan Pengembangan serta 60.106.917.000
Kerjasama Internasional BKKBN
Total Anggaran Rp 3.581.554.060.000
Gambar 2. 4 Dokumentasi Penandatanganan Perjanjian Kinerja
58 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Seiring dengan dilaksanakannya penyesuaian belanja Kementerian/Lembaga (K/L)


pada tahun 2020 dalam melaksanakan kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan
dalam penanganan pandemi Covid19 di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan
Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2020, maka BKKBN
melakukan perubahan dokumen Perjanjian Kinerja yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 90/KEP/
B1/2020 tentang Perjanjian Kinerja Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana Tahun 2020. Dalam perubahan dokumen perjanjian kinerja ini
tidak ada perubahan pada bagian indikator dan target kinerja namun terjadi perubahan
pada bagian alokasi anggaran sebagai berikut:
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 59

Tabel 2. 10 Dukungan Anggaran BKKBN Tahun 2020 (DIPA Refocusing)

Program Anggaran (Rp)


Program Kependudukan, KB dan Pem-
bangunan Keluarga 665.447.663.000
Program Dukungan Manajemen dan 2.464.347.852.000
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
BKKBN
Program Pengawasan dan Peningkatan 8.494.942.000
Akuntabilitas Aparatur BKKBN
Program Pelatihan, penelitian dan 34.704.439.000
Pengembangan serta Kerjasama Inter-
nasional BKKBN
Total Anggaran Rp 3.172.994.896.000

Gambar 2. 5 Dokumentasi Penandatanganan Perjanjian Kinerja


60 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Sebagai upaya pencapaian sasaran kinerja dan target kinerja BKKBN yang tertuang
dalam Perjanjian Kinerja, maka dilakukan penyusunan Rencana Aksi Pencapaian Kinerja
BKKBN dan Matriks Keselarasan Pencapaian Kinerja Dengan Anggaran BKKBN. Dalam
Rencana Aksi dijabarkan terkait penetapan waktu pencapaian target, kegiatan-kegiatan
prioritas yang diperlukan untuk mencapai target, anggaran serta waktu pelaksanaan
kegiatan serta penanggung jawab kegiatan. Disamping itu, BKKBN menyusun Matriks
Keselarasan Pencapaian Kinerja dengan anggaran sebagai upaya evaluasi akuntabilitas
atau pertanggungjawaban atas hasil capaian program terhadap penggunaan anggaran.
Matriks tersebut menjabarkan keselarasan antara sasaran/target kinerja dengan
anggaran yang telah dialokasikan dalam RKAKL BKKBN setiap tahunnya.

E. MONITORING DAN EVALUASI PENCAPAIAN RENCANA STRATEGIS

1. Radalgram
Rapat Pengendalian Program dan Anggaran merupakan salah satu rapat rutin setiap
bulan pada minggu ke-4 yang dipimpin oleh Kepala BKKBN dan dihadiri oleh seluruh
Pejabat Tinggi Madya dan Pejabat Tinggi Pratama baik di tingkat pusat maupun
provinsi serta perwakilan dari pejabat fungsional untuk memantau dan mengevaluasi
perkembangan pencapaian Program BANGGA KENCANA sampai dengan tingkat lini
lapangan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan Peraturan Kepala BKKBN Nomor
445/PER/G4/2016.

Pengukuran tingkat perkembangan dilakukan terhadap indikator atau variabel yang


mempengaruhi perkembangan Program BANGGA KENCANA, seperti jumlah Peserta
KB Aktif (PA), Peserta KB Baru (PB), Komplikasi dan Kegagalan, pembentukan
dan kesertaan Kelompok Ketahanan Keluarga (BKB, BKR, BKL), Kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) serta Pusat Informasi dan
Konseling bagi Remaja (PIK-R). Berbeda dengan RADALGRAMNAS pada tahun-tahun
sebelumnya, pada tahun 2020 Monitoring dan evaluasi melalui forum ini juga dilakukan
terhadap variabel indikator Kontrak Kinerja Provinsi (KKP) dan kinerja Unit Kerja Eselon
II (UKE II) yang telah ditetapkan untuk mengetahui capaian pelaksanaan program
BANGGA KENCANA.

Kegiatan RADALGRAMNAS selain digunakan sebagai bentuk monitoring dan evaluasi,


juga mengidentifikasi berbagai masalah dan hambatan yang terjadi, serta memberikan
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 61

masukan bagi solusi pemecahannya. Dengan cara ini, hasil RADALGRAMNAS dapat
dimanfaatkaan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
dan penetapan kebijakan

2. Review Program Bangga Kencana


Rapat Telaah Tengah Tahun (Review) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan,
dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada
tanggal 27 – 28 Agustus 2020 di Kantor BKKBN Pusat (off line) dan di ruang kerja
masing-masing (virtual meeting). Tema Review kali ini adalah “ Dengan semangat
organisasi dan tatanan kerja baru BKKBN mewujudkan kualitas keluarga yang sehat,
mandiri, dan bertanggung jawab menuju Indonesia maju”.
Tujuan penyelenggaraan Review adalah melakukan evaluasi dan telaah atas capaian
indikator sasaran Program Bangga Kencana pada semester pertama tahun 2020
serta melakukan langkah-langkah strategis untuk pencapaian sasaran program pada
semester kedua tahun anggaran 2020.
Beberapa hasil Review Program Bangga Kencana sebagai berikut:
1. Perlu adanaya penajaman Gran Desain Pembangunan Kependudukan (GDPK).
2. Dalam rangka percepatan sasaran Program Pembangunan Keluarga serta
mendukung penurunan stunting dilakukan melalui optimalsiasi pola asuh,
peningkatan kemandirian ekonomi, membangun ketahanan dan kemandirian
keluarga, dan penguatan layanan ramah lansia.
3. Dalam rangka meningkatkan pencapaian mCPR dan MKJP, upaya yang dilakukan
antara lain peningkatan akses pelayanan KB, peningkatan pelayanan KB
pascapersalinan, peningkatan kompetensi dan kualitas pelayanan, penguatan
kemitraan, dan penguatan regulasi.
4. Dalam upaya peningkatan nilai Reformasi dan Birokrasi dilakukan penerapan reward
dan punishment.
5. Menyikapi kegiatan prioritas Pendataan Keluarga tahun 2021 dan Pendataan Data.
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) tahun 2021.
6. Digitalisasi integrasi pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN).
7. Perlunya membangun Sistem Kinerja Akuntabilitas Publik (SIKAP).
8. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik diperlukan
pendampingan kepada unit kerja serta penerapan sertifikasi ISO 37001:2016
tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP).
62 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

3. Rapat Kerja Nasional Tahun 2020


Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Pembangunan Keluarga dan Keluarga
Berencana (Bangga Kencana) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
dilakukan pada tanggal 11 – 12 Februari 2020 di kantor BKKBN Pusat, dengan Tema
“Bangga Kencana dalam Era Milenial Untuk Indonesia Maju, Sejahtera dan Berkeadilan.”
Adapun hasil dari Rakernas BKKBN Tahun 2020 adalah sebagai berikut.
a) Menguatnya Komitmen dan dukungan Pemangku Kebijakan (Stakeholders) dan
Mitra Kerja dalam pencapaian target/sasaran Program Banggakencana tahun
2020.
b) Penyempurnaan rumusan strategi Program dan Kegiatan Prioritas Banggakencana
dalam mendukung upaya pencapaian Agenda Pembangunan Nasional dalam
RPJMN 2020-2024.
c) Tersusunnya Rencana Kerja/Rencana Aksi dalam pencapaian Quick Win dan
kegiatan prioritas Program Banggakencana tahun 2020.
Meningkatkan semangat dan kualitas kinerja para pengelola dan pelaksana
Program yang optimal dengan Rebranding Banggakencana.

4. Rapat Koordinasi Teknis Kemitraan Program Kependudukan, Keluarga


Berencana dan Pembangunan Keluarga Tingkat Nasional (Rakornis) Tahun 2020
Dalam mendukung percepatan penyelenggaraan Program Bangga Kencana dan
untuk menindaklanjuti berbagai isu strategis, tentunya BKKBN tidak bisa bekerja
sendiri dalam pelaksanaan dan pencapaian target program. Diperlukan sinergitas dan
komitmen para pemangku kepentingan dan mitra kerja dalam implementasi Program
Bangga Kencana di seluruh tingkatan wilayah. Sinergitas dilakukan dengan menyusun,
mengembangkan dan menindaklanjuti berbagai kebijakan dan strategi Program Bangga
Kencana ke dalam bentuk operasional nyata serta memiliki output yang terukur
sehingga dapat diimplementasikan secara maksimal guna memberikan manfaat secara
langsung bagi masyarakat.

Rapat Koordinasi Teknis Kemitraan yang dilaksanakan setiap tahun merupakan forum
koordinasi yang strategis dalam upaya pencapaian target kinerja program dengan
melakukan optimalisasi peran kader dan mitra kerja yang terlibat. Pada Rakornis
tahun 2020 yang menjadi fokus utama pembahasan yaitu implementasi program
yang dilakukan melalui pendekatan Kampung Keluarga Berkualitas (KB) dengan hasil
rumusan sebagai berikut:
1. Kampung Keluarga Berkualitas (KB) sebagai gerakan bersama untuk membangun
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 63

wilayah dan masyarakat dengan pendekatan keluarga dan pemberdayaan


masyarakat menuju Indonesia Berkualitas dan Sejahtera, merupakan langkah nyata
yang dilakukan oleh BKKBN dalam koordinasi lintas sektor dan pemerintah daerah
dalam upaya Mewujudkan Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk
yang Seimbang guna mendukung tercapainya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Kegiatan di Kampung
Keluarga Berkualitas bertujuan untuk meningkatkan intensitas kegiatan Bidang
Kependudukan melalui Rumah Dataku, Pelayanan KB dan KR, Pembangunan
Keluarga melalui Kelompok Kegiatan (BKB, BKR, PIK R/M, BKL,UPPKS dan PPKS),
dengan pendekatan dan penguatan pada pelaksanaan 8 fungsi keluarga melalui
koordinasi lintas sektor agar mewujudkan keluarga dan masyarakat yang sejahtera.
2. Sinergitas Kemitraan dalam Program Bangga Kencana melalui Kampung Keluarga
Berkualitas (KB) dengan Organisasi pemerintahan Daerah (OPD) diperlukan untuk
meredisain kembali peraturan daerah serta memperkuat infrastruktur dengan: 1)
memanfaatkan peta keluarga hasil pendataan keluarga yang memuat data dan
kondisi keluarga sebagai roadmap dan pedoman dalam proses pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat dan keluarga; 2) melaksanakan kerjasama kemitraan
dan sosialisasi juknis Kampung KB kepada seluruh anggota Kelompok Kerja (Pokja)
serta peningkatan SDM melalui pelatihan-pelatihan; 3) seluruh tokoh/pejabat/
masyarakat melalui OPD bersama Mitra Kerja berperan aktif untuk terlibat dalam
upaya optimalisasi pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana
(BOKB) dan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk peningkatan Program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan keluarga Berencana (Bangga Kencana);
4) melaksanakan pertemuan koordinasi dalam rangka penyusunan sistem
monitoring yang terstandarisasi.
3. TNI siap mendukung BKKBN dalam pelaksanaan program di Kampung KB dan
program lainnya, karena fokus garapan Program Bangga Kencana melalui
pendekatan keluarga bertujuan untuk meningkatkan ketahanan keluarga sebagai
dasar pembangunan manusia Indonesia. Peningkatan ketahanan keluarga akan
berpengaruh terhadap ketahanan wilayah yang pada akhirnya akan berdampak
kepada ketahanan nasional.
4. Peran TNI dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana di Kampung KB, berupa:
1) memberikan dukungan dalam pengembangan dan dan penggarapan Kampung
KB menjadi Kampung KB Mandiri; 2) memberikan dukungan dalam penyusunan dan
mensosialisasikan Grand Design pengembangan kependudukan; 3) pendayagunaan
64 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

Bintara Pembina Desa (BABINSA) sebagai ujung tombak di lapangan dalam


membantu pembentukan, pelaksanaan/mengisi kegiatan (termasuk dalam
pelaksanaan penyuluhan/KIE), dan monitoring-evaluasi; 4) Fasilitasi penggunaan
Faskes TNI untuk pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di RS TNI; 5) Pendayagunaan tenaga medis dan paramedis
yang memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi;
5. Dukungan PKK pada Program Bangga Kencana di Kampung KB melalui 10 Program
Pokok PKK dalam perannya sebagai penyuluh, penggerak dan pencatat data
masyarakat dan keluarga di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak untuk mencapai
sasaran dan tujuan dalam penurunan Stanting serta peningkatan Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga di Kampung KB.
6. Dalam upaya pencapaian target dan sasaran Program Bangga Kencana,
penggarapan program KB dan KR harus dilaksanakan terfokus pada kegiatan
masyarakat dalam pelayanan program Banggakencana melalui momentum PKK KB-
Kes.
7. Optimalisasi peran Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dalam mendukung Progam
Banggakencana dilakukan : 1) melakukan pembinaan dalam pelayanan kebidanan
sesuai standar dalam konteks Continum of Care (CoC) : pra hamil, hamil, bersalin,
bayi baru lahir (BBL), bayi dan balita, kesehatan reproduksi dan KB melalui
Bidan Delima; 2) memberikan dukungan, advokasi dan pembinaan bagi anggota
IBI; 3) meningkatkan kemampuan Bidan melalui Cephalopelvic disproportion
(CPD); 4) melakukan advokasi ke stakeholder, sosialisasi kebijakan dan aturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan; 5) mendukung
pengembangan Klik Bidan dan Bakti IBI pada pelayanan KB Kes tingkat Provinsi dan
kabupaten-Kota. Optimalisasi peran kader dan mitra kerja di berbagai tingkatan
dalam menyampaikan Program Bangga Kencana ke setiap kelompok kegiatan di
Kampung KB.

5. Evaluasi RAPK per Triwulan


Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan penguatan Reformasi Birokrasi,
BKKBN telah menyusun Rencana Aksi Pencapaian Kinerja (RAPK) sasaran strategis
yang tertuang dalam Renstra BKKBN Tahun 2020-2024. RAPK menyajikan hubungan
kasualitas antara capaian rencana aksi dengan rencana kinerja tahunan sebagai upaya
penjabaran Perjanjian Kinerja Kepala BKKBN Tahun Anggaran 2020. Monitoring dan
evaluasi (monev) terhadap RAPK BKKBN dilaporkan setiap bulan dan di review secara
triwulanan oleh Tim RAPK BKKBN sesuai dengan Keputusan Kepala BKKBN Nomor
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 65

126/KEP/B1/2020. Laporan monev RAPK terkait perkembangan capaian kinerja dan


anggaran. Disamping itu, melakukan review kegiatan yang sudah dilakukan untuk
mencapai target yang telah ditetapkan. Setelah itu dilakukan analisis penyebab
keberhasilan/kegagalannya serta dirumuskan rencana perbaikan yang akan dilakukan
untuk meningkatkan capaian kinerja dan anggaran.

6. Monitoring dan evaluasi kinerja Program Bangga Kencana melalui e monev dan
SMART
1) Aplikasi e-monev Bappenas
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2020 (PP 39/2006) secara
tegas mengatur tentang pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan,
dalam hal ini Renja-KL serta pelaporan hasil pemantauan. Pemantauan
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga terhadap pelaksanaan Renja-KL
(APBN). Sementara pelaporan hasil pemantauan dilakukan secara triwulanan. PP
39/2006 mengamanatkan kepada Kementerian/Lembaga untuk menyampaikan
laporan triwulanan kepada Bappenas paling lambat 14 hari kerja setelah
triwulan berakhir. Pemantauan dan pelaporan dilakukan melalui aplikasi
e-Monev Bappenas secara triwulanan.

Aplikasi e-Monev merupakan aplikasi pelaporan data realisasi hasil pemantauan


pelaksanaan rencana pembangunan tahun berjalan. Aplikasi e-Monev berfungsi
sebagai alat pelaporan data realisasi hasil pemantauan yang berjenjang dengan
satuan kerja (Satker) sebagai penyedia data realisasi.

Pemantauan dan pelaporan telah dilakukan oleh BKKBN setiap triwulanan,


terutama pada unit kerja eselon II (UKE II) yang melakukan pemantauan dan
pelaporan secara bulanan pada level kinerja output dan komponen, serta
realisasi anggaran. Sedangkan pemantauan dan pelaporan juga telah dilakukan
oleh BKKBN pada level indikator sasaran strategis (ISS) BKKBN, indikator
sasaran program (ISP), indikator output program (IOP) yang dilaporkan pada
saat bulan tercapai indikator tersebut. Tentunya tercapainya ISS BKKBN, ISP
dan IOP tidak lepas dari kontribusi capaian indikator kinerja, output kegiatan
dan komponen dari UKE II yang dipantau secara berkala (bulanan/triwulanan).
Hal yang dilaporkan juga terkait perkembangan status pelaksanaan, dukungan
kegiatan yang sudah dilaksanakan dan menggali permasalahan yang ditemui
dan rencana tindak lanjut, serta bukti pendukung yang akan dilampirkan. Hasil
66 Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja

pemantauan dan evaluasi ISS BKKBN, ISP dan IOP secara berkala tahun 2020
melalui aplikasi e-monev Bappenas dapat dilihat pada Lampiran

2) Aplikasi SMART Kemenkeu


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 214 Tahun 2017 bahwa
setiap K/L wajib melaporkan evaluasi kinerja anggaran secara berkala. Evaluasi
Kinerja Anggaran sebagai tool untuk membuktikan (prove) apakah dokumen
anggaran telah dilaksanakan sesuai rencana, dan sebagai umpan balik (feed-
back) untuk perbaikan (improve) penganggaran pada periode berikut-berikutnya.
Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) reguler dilaksanakan pada tingkat K/L, UKE I
dan Satuan Kerja (Satker). Pemantauan dan Pelaporan EKA dimaksud dilakukan
melalui aplikasi SMART dari Kemenkeu.

BKKBN telah melakukan melaporkan pemantauan dan evaluasi secara


berkala (bulanan/semesteran) dimulai pada level Satker/eselon I yang isinya
capaian keluaran (output dan indikator), penyerapan anggaran, efisiensi,
rencana penarikan dana dan nilai kinerja. Selain itu hasil yang dipantau juga
menginformasikan progress pelaksanaan kegiatan dan identifikasi permasalahan
yang ditemukan, serta rencana tindak lanjut. Selanjutnya, satker/eselon
I melaporkan evaluasi secara berkala (triwulan/semesteran) mengenai
perkembangan capaian indikator keluaran program (IKP) dan indikator sasaran
program (ISP). Langkah akhir, BKKBN melaporkan hasil evaluasi terhadap
indikator sasaran strategis (ISS) kedalam aplikasi SMART Kemenkeu. Tentunya,
hasil keseluruhan evaluasi kinerja anggaran yang sudah dilaporkan BKKBN pada
setiap level (Satker, UKEI, K/L) akan dihitung komposit secara otomatis oleh
sistem aplikasi SMART mengenai nilai Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) dengan
interval nilai kinerja antara 0 sampai dengan 100 persen.

Sampai dengan 7 Februari 2021, Nilai EKA BKKBN telah tercapai 88,90 persen
yang didukung kontribusi capaian sasaran strategis sebesar 87,56 persen dan
rata rata nilai kinerja anggaran Eselon I sebesar 90,24 persen. Adapun, rata
rata nilai kinerja anggaran Eselon I diperoleh dari komposit capaian keluaran
program sebesar 96,19 persen, penyerapan anggaran 90,79 persen, konsistensi
penyerapan anggaran terhadap capaian sebesar 91,93 persen, capaian sasaran
program 99,99 persen, tingkat efisiensi 5,62 persen dan rata-rata kinerja
satker sebesar 85,24 persen. Nilai EKA akhir yang diperoleh BKKBN pada
Laporan Kinerja 2020 / Perencanaan Kinerja 67

aplikasi SMART tersebut berada dalam interval 80-90% dapat dikategorikan


berkinerja“BAIK”.

7. Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR RI


Rapat Dengar Pendapat dilakukan secara berkala antara BKKBN dengan Komisi IX
DPR RI sebagai lembaga legislatif yang menjalankan tugas dan fungsi pada bidang
anggaran serta pengawasan terhadap kementrian/lembaga salah satunya BKKBN.

Melalui forum tersebut, kerjasama kemitraan bersama stakeholders dalam hal ini
Komisi IX DPR RI dilaksanakan sebagai upaya mendorong tercukupinya kebutuhan
anggaran, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Bangga
Kencana di lini lapangan serta mendorong tersusunnya kebijakan-kebijakan terkait
program Bangga Kencana yang dapat bersinergi dan terintegrasi dengan program-
program pembangunan terkait lainnya.
68 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 69

Akuntabilitas
Kinerja
70 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Kinerja BKKBN tahun 2020 dapat dilihat dari beberapa perspektif, meliputi pencapaian
Indikator Kinerja Utama (IKU), pelaksanaan agenda prioritas, realisasi anggaran, dan
capaian kinerja lainnya. Capaian kinerja tersebut secara umum dapat menunjukkan
pencapaian dan penghargaan yang diperoleh BKKBN selama tahun 2020 serta aspek
manfaat yang dapat diberikan kepada masyarakat.

Dalam dokumen Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 telah ditetapkan visi, misi,
dan tujuan yang harus dicapai dalam penyelenggaraan Program Bangga Kencana.
Keberhasilan program tersebut diukur capaianya melalui sasaran, IKU dan target
terkait 1 (satu) Indikator Kinerja Tujuan, 6 (enam) Indikator Kinerja Utama (IKU), 3
(tiga) Indikator Kinerja Program Bangga Kencana dan 3 (tiga) Indikator Kinerja Program
Dukungan Manajemen. Cakupan laporan tersebut, selain berdasarkan Renstra 2020-
2024, juga memperhatikan sasaran, IKU dan target yang telah ditetapkan, Rencana
Kerja Tahun 2020, dan Perjanjian Kinerja Tahun 2020, sehingga akan disampaikan juga
capaian 5 (lima) kegiatan yang mendukung kegiatan prioritas nasional (pro PN) yang
diampu oleh BKKBN pada tahun 2020. Laporan capaian kinerja juga akan diperjelas
dengan analisis mengenai upaya yang telah dilakukan, hambatan atau kendala yang
dihadapi serta rencana perbaikan kinerja di tahun 2021.

Kinerja BKKBN ditentukan melalui skala pengukuran kinerja yang ditetapkan melalui
surat Sekretaris Utama Nomor 458/RC.06/B1/2019 sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Skala Pengukuran Kinerja

No Nilai capaian Skala Pengukuran Status


Kinerja Capaian
1 ≥ 90 Sangat Baik
2 80-89 Baik
3 70-79 Cukup
4 < 70 Kurang
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 71

Dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan tujuan strategis yang ditetapkan dalam
Renstra BKKBN 2020-2024, dicapai melalui 1 (satu) Sasaran Tujuan, 6 (enam) Sasaran
Strategis (SS), 3 (Tiga) Sasaran Program Bangga Kencana, 3 (tiga) Sasaran Program
Dukungan Manajemen, dan 5 (lima) output yang menduung Prioritas Nasional (Pro PN).

Pembahasan capaian kinerja sasaran strategis yang digunakan dalam laporan kinerja
ini adalah kerangka analisis yang dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
ukuran fertilitas di suatu populasi. Menurut Bongarts, J, dkk, 2012, besarnya fertilitas
dalam sebuah populasi ditentukan oleh 4 faktor utama (proximate determinan),
yaitu penggunaan kontrasepsi, proporsi menikah, aborsi, dan metode amenore
laktasi. Khusus dalam hal penggunaan kontrasepsi menggunakan kerangka analitik
sebagaimana yang di ilustrasikan pada gambar 3.1.

Ukuran fertilitas dalam sebuah populasi ditentukan oleh penggunaan kontrasepsi


yang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu permintaan kontrasepsi dan kebutuhan
kontrasepsi yang tidak terpenuhi. Permintaan akan kontrasepsi dipengaruhi oleh
lingkungan sosial yang ada di masyarakat yaitu preferensi jumlah anak yang ingin
dimiliki oleh sebuah keluarga. Preferensi ini sendiri dipengaruhi oleh nilai anak. Pada
populasi dengan pembangunan sosial ekonomi dan angka kematian bayi yang rendah
maka persepsi masyarakat terhadap anak adalah investasi pendidikan dan kesehatan
kepada anak. Pada kondisi seperti ini maka kecenderungan preferensi fertilitasnya
ingin memilki anak sedikit. Sebaliknya pada kondisi sosial ekonomi yang kurang
menguntungkan disertai dengan angka kematian bayi yang tinggi maka dapat di
asumsikan persepsi masyarakat terhadap nilai anak adalah sebagai sumber pembantu
pencari nafkah keluarga. Pada kondisi ini, preferensi fertilitasnya cenderung memilki
anak banyak.

Selain dipengaruhi oleh permintaan terhadap kontrasepsi, penggunaan kontrasepsi


juga ditentukan oleh unmnet need atau permintaan yang tidak terpenuhi. Unmet need
ini dipengaruhi oleh keterjangkauan pelayanan baik dari aspek sosial, geografi, maupun
finansial. Keterjangkauan kontrasepsi tersebut sangat ditentukan oleh maturitas
program keluarga berencana. Dalam kerangka analisis di atas dapat disimpulkan
bahwa program keluarga berencana tidak saja berpengaruh langsung terhadap aspek
keterjangkauan pelayanan kontrasepsi tetapi juga terhadap nilai anak, sebaliknya
pembangunan soisal ekonomi dan penurunan angka kematian dapat berkontribusi
terhadap keterjangkauan pelayanan kontrasepi
72 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3. 1 Kerangka Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Fertilitas

Pembangunan
Sosial Ekonomi dan Preferensi Permintaan
Nilai Anak
Penurunan Angka Fertilitas Kontrasepsi
Kematian

Unmeet Need, Pengguna


Fertilitas
Keterjangkauan Permintaan kontrasepsi
Program KB
Kontrasepsi yang tidak dapat
dipenuhi

Sumber Data : Bongarts, J, dkk, 2012

A.1. Capaian Kinerja BKKBN

Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) BKKBN pada aplikasi SMART per tanggal 7 Februari
2021 adalah sebesar 88,64 persen yang didukung kontribusi capaian sasaran strategis
sebesar 87,56 persen dan rata rata nilai kinerja anggaran Eselon I sebesar 89,72
persen. Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran pada Unit Kerja Eselon I diperoleh dari komposit
capaian keluaran program sebesar 96,19 persen, penyerapan anggaran 90,79 persen,
konsistensi penyerapan anggaran terhadap capaian sebesar 91,92 persen, capaian
sasaran program 99,99 persen, rata-rata kinerja satker sebesar 84,2 persen, dan
tingkat efisiensi 5,62 persen.

Nilai efisiensi tersebut memiliki makna bahwa capaian output BKKBN lebih besar
dibanding dengan penyerapan anggarannya, sehingga menjadikan kinerja BKKBN
memiliki kategori efisien. Nilai EKA akhir yang diperoleh BKKBN pada aplikasi SMART
tersebut berada dalam interval 80-90% dapat dikategorikan berkinerja“BAIK”

A.1 Indikator Kinerja Sasaran Tujuan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,


kemajuan suatu bangsa juga diukur berdasarkan indikator kependudukan. Ada kaitan
erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk
derajat kesehatan. Bangsa yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan
penduduk yang lebih kecil, angka harapan hidup yang lebih tinggi dan kualitas pelayanan
sosial yang lebih baik. Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan kependudukan.
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) merupakan angka yang menunjukkan tingkat
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 73

pertambahan penduduk rata-rata pertahun dan berguna untuk mengetahui jumlah


penduduk antar dua periode waktu, dengan rumus sebagai berikut :

Metode Geometri:

r = Laju pertumbuhan penduduk


Pt = Jumlah penduduk tahun t
P0 = Jumlah penduduk tahun awal
t = Periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)

Pertumbuhan penduduk suatu negara secara umum dipengaruhi oleh faktor-faktor


demografis (yang meliputi kelahiran, kematian dan migrasi) serta faktor nondemografi
(seperti kesehatan dan tingkat pendidikan) dimana dari periode ke periode memiliki
kecenderungan menurun. Salah satu faktor laju pertumbuhan penduduk yang menurun
penyebabnya adalah kebijakan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
melalui program Keluarga Berencana sejak tahun 1980. Namun pada periode 2010
– 2020 mengalami sedikit lonjakan pertumbuhan disebabkan beberapa aspek yang
merupakan hasil dari pencapaian kinerja baik dari BKKBN maupun kementrian atau
lembaga pemerintah/non pemerintah yang terkait.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2020, dapat diketahui bahwa Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, Laju penduduk Indonesia pada tahun 2020 sebesar 270,2 juta jiwa atau bertambah 32,56
pertumbuhan penduduk (LPP) juta jiwa dibandingkan SP 2010. Luas daratan Indonesia sebesar 1,9 juta kilometer
tahun 2020 sebesar 1,25 persen
persegi, maka kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 141 jiwa per
pertahun dan belum mencapai
kilometer persegi.
target tahun 2020 yang ditetapkan
yaitu 1,11 persen pertahun, atau
rasio capaian kinerja sebesar
88,8% dengan kategori baik. Analisis Pencapaian Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2020

Tabel 3. 2 Pencapaian Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2020

Sasaran Dampak Indikator Dampak Target Realisasi Capaian (%) Status Capaian

Menurunnya Laju Laju pertumbuhan 1,11 1,25 88,8


Pertumbuhan Penduduk penduduk (LPP)
74 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis Tren Laju Pertumbuhan Penduduk Periode 1980 - 2020

Dengan capaian tersebut maka dapat dilihat tren LPP sejak 1980-2020, sesuai grafik berikut:

Terdapat perbedaan sumber data yang digunakan pada tahun 2019 yaitu dengan pengolahan
data proyeksi berdasarkan data proyeksi Bappenas 2015-2045. Sedangkan data yang lain,
menggunakan Supas dan SP.

Berbagai upaya yang telah menjadi 57,59 dari capaian meningkatkan pemahaman
dilakukan dalam rangka sebelumnya adalah sebesar masyarakat melalui perubahan
54,97. tagline dari “2 anak cukup”
menurunkan LPP pada tahun 2020,
menjadi “berencana itu keren”
yaitu: 4. Penguatan Program Bangga
dan “2 anak lebih sehat”.
Kencana melalui integrasi
1. Menurunkan angka kelahiran
kebijakan dengan penetapan 6. Dukungan pembiayaan Dana
total (TFR) dalam rangka
indikator Bangga Kencana di Alokasi Khusus Fisik Subbidang
pengendalian jumlah penduduk
dalam dokumen perencanaan KB dan Biaya Operasional
melalui Program Bangga
daerah provinsi dan kabupaten/ Keluarga Berencana (BOKB)
kencana.
kota melalui penyusunan Tahun 2020. Alokasi anggaran
2. Meningkatkan Median Usia Kawin dokumen GDPK pada 31 untuk DAK Fisik Reguler sub
Pertama (MUKP) Perempuan provinsi dan 372 Kabupaten/ bidang KB adalah sebesar
untuk mengurangi rentang Kota, penyiapan data untuk Rp612,232M untuk 506
reproduksi wanita Indonesia yang memfasilitasi penyusunan Kabupaten/Kota. DAK Fisik
dapat mempengaruhi jumlah RPJMD provinsi dan kabupaten/ Penugasan sub bidang KB adalah
anak yang dilahirkan selama kota, serta pemantauan dan sebesar Rp7,9M untuk 172
masa reproduksinya. evaluasi Dokumen GDPK melalui Kabupaten/Kota BOKB sebesar
link google form http://bit.ly/ Rp1,967T untuk 5.517 balai
3. Meningkatkan penggunaan alat
EvaluasiDokumenGDPK. penyuluh KB, 18.001 Faskes,
dan obat kontrasepsi modern
7.144 kecamatan, 83.065
yang merupakan salah satu 5. Melakukan rebranding program
proximate determinant TFR Bangga Kencana dalam rangka kelurahan dan desa.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 75

Faktor yang menghambat dan Papua sebesar 3. Belum seluruh


penurunan LPP pada tahun 3,1. Sedangkan 3 pemerintah daerah
2020 dipengaruhi oleh : Provinsi dengan TFR memiliki kebijakan
paling rendah adalah yang membatasi usia
1. Belum berhasilnya
Provinsi Daerah pernikahan pertama
faktor yang terkait
Istimewa Yogyakarta bagi perempuan
fertilitas, meliputi
sebesar 1,8, Provinsi di atas 19 tahun
pencapaian TFR
Kepulauan Riau sehingga akan
antar provinsi yang
sebesar 2,0, dan berpengaruh terhadap
masih terdapat
Provinsi Kalimantan MUKP.
kesenjangan sehingga
Tengah sebesar 2,2.
berpengaruh terhadap 4. Masih beragamnya
capaian TFR nasional. 2. Pengaruh kelembagaan yang
Menurut Laporan keberhasilan menangani Program
Indikator Kinerja pemerintah dalam Bangga Kencana pada
Utama tahun 2020, meningkatkan pemerintah daerah
tiga Provinsi dengan usia harapan hidup sehingga berpengaruh
TFR paling tinggi sehingga angka pada prioritas
adalah Provinsi Nusa mortalitas menurun pelaksanaan program
Tenggara Timur (NTT) dan berpengaruh dan anggaran.
sebesar 3,2, Provinsi terhadap LPP.
Maluku sebesar 3,1

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Tabel 3. 3 Perbandingan capaian LPP tahun 2020 dengan target tahun 2024

Sasaran Indikator Sasaran Realisasi Target Capaian sampai


Strategis Strategis 2020 2024 dengan tahun 2020
Menurunnya laju Laju pertumbuhan 1,25 0,95 76%
pertumbuhan penduduk penduduk (LPP)
76 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Dalam rangka memperkirakan capaian pada tahun akhir Analisis Capaian LPP dibandingkan dengan
RPJMN yaitu tahun 2024, maka perbandingan capaian Negara ASEAN
tahun 2020 dan target tahun 2024 tergambar dalam tabel
Tabel 3. 4 Matriks Analisis Capain LPP di ASEAN
berikut:
NO NEGARA ASIA POPULASI LPP (%) per
Upaya percepatan pencapaian target di akhir tahun Renstra
TENGGARA (x 1000) tahun
dan RPJMN 2020-2024 adalah:
1 Indonesia 270.200 1,25
1. Mendorong komitmen Kementerian/ Lembaga dan
2 Filipina 109.581 1.3
lintas sektor terkait untuk menurunkan LPP melalui
3 Vietnam 97.339 0.9
komponen pendukung pertumbuhan penduduk yaitu,
4 Thailand 69.800 0.2
fertilitas, mortalitas dan mobilitas penduduk.
5 Myanmar 54.410 0,7
2. Penyusunan Cetak Biru Pembangunan Kependudukan
6 Malaysia 32.336 1.3
Indonesia Tahun 2020 – 2045 sebagai dokumen
acuan pembangunan kependudukan lintas sektor 7 Kamboja 16.719 1,4

guna mewujudkan Indonesia Emas 2045. 8 Laos 7.276 1,4

3. Penerapan Satu Data Kependudukan untuk 9 Singapura 5.850 0,8

kebijakan pembangunan dalam rangka meningkatkan 10 Timor Leste 1.318 1,9


proses penyusunan kebijakan dan perencanaan 11 Brunai Darussalam 437 0,9
pembangunan yang efektif dan efisien.
Sumber data:
4. Sinkronisasi perencanaan dan kebijakan a) BPS, Sensus Penduduk 2020;
kependudukan melalui Grand Design Pembangunan b) 2020 ESCAP Population Data Sheet
Kependudukan (GDPK) 5 pilar (Pengendalian Indonesia berada pada urutan keempat dunia dengan
Kuantitas, peningkatan Kualitas penduduk, jumlah penduduk terbesar dan peringkat pertama pada
pembangunan keluarga, penataan persebaran dan kawasan Asia Tenggara. Wilayah Asia Tenggara hanya

pengarahan mobilitas penduduk serta penataan sebesar 2,6% dari keseluruhan wilayah global, namun
merupakan rumah dari 8,3% populasi dunia dengan
administrasi kependudukan) dan pemanfaatannya
pertumbuhan penduduk lebih cepat dari Amerika, Inggris,
dalam perencanaan pembangunan daerah.
dan Tiongkok. Pertumbuhan penduduk di Asia Tenggara
5. Peningkatan kepedulian pemerintah daerah sebesar 1,1% per tahun, dengan Timor Leste sebagai
terhadap situasi kependudukan di wilayahnya negara yang paling tinggi pertumbuhan penduduknya diikuti

melalui pengembangan alat bantu sistem oleh Kamboja dan Laos. Pertumbuhan penduduk Indonesia
tumbuh tepat dibawah Malaysia. Dengan jumlah penduduk
peringatan dini pengendalian penduduk, sehingga
yang besar dan pertumbuhan penduduk yang relatif
diharapkan pemerintah daerah dapat menyusun
meningkat pada tahun 2020 serta angka kelahiran stagnan,
dan menetapkan regulasi kebijakan berwawasan
maka resiko keberlanjutan peningkatan angka pertumbuhan
kependudukan. penduduk Indonesia pada masa datang masih akan selalu
mengintai.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 77

A.2. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis BKKBN

Pencapaian Indikator Sasaran Strategis BKKBN Tahun Anggaran 2020 secara lengkap
diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. 5 Pencapaian Indikator Sasaran Strategis Tahun 2020

Indikator Sasaran Status


Sasaran Strategis Satuan Target Realisasi %
Strategis Capaian

1 Menurunnya angka 1 Angka kelahiran total Rata-rata 2.26 2.451) 92.2


kelahiran total (Total Fertility Rate/ anak per
TFR) per WUS usia wanita
15-49 Tahun

2 Meningkatnya 2 Angka prevalensi persen 61.78 57.91) 93.7


angka prevalensi kontrasepsi
kontrasepsi modern modern (Modern
Contraceptive
Prevelance Rate/
mCPR)
3 Menurunnya 3 Persentase persen 8.60 13.41) 64.2
kebutuhan ber-KB kebutuhan ber-KB
yang tidak terpenuhi yang tidak terpenuhi
(Unmet Need)

4 Menurunnya angka Kelahiran 25 31.91) 78.4


4 Angka kelahiran
kelahiran remaja per 1000
remaja umur 15-19
tahun (Age Specific WUS 15-
Fertility Rate/ASFR 19 tahun
15-19)

5 Meningkatnya Indeks 5 Indeks Pembangunan Indeks 53.57 53.941) 100.7


Pembangunan Keluarga (iBangga) (skala
Keluarga 1-100)

6 Meningkatnya 6 Median Usia Kawin tahun 21.9 20.71) 94.5


Median Usia Kawin Pertama Perempuan
Pertama Perempuan (MUKP)

Sumber data : 1)Laporan IKU 2020


78 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 6 (enam) Indikator Sasaran Strategis
BKKBN terdapat 4 (empat) Indikator Sasaran Strategis dengan capaian hampir
mencapai 100% dengan kategori sangat baik, 1(satu) indikator dengan kategori cukup,
dan (1) satu indikator dengan kategori kurang. Hasil pengukuran indikator kinerja
masing-masing sasaran strategis beserta analisisnya adalah sebagai berikut :

A.2.1. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) per WUS (15-49 tahun)

Angka Kelahiran Total adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang
perempuan selama masa reproduksinya (15-49 tahun). Angka Kelahiran Total memiliki
peran penting dalam pembangunan negara, khususnya dalam mendukung terciptanya
periode bonus demografi yang lebih panjang sehingga jendela kesempatan (window of
opportunity) memiliki peluang untuk terbuka. Bonus demografi, yakni kondisi dimana
proporsi penduduk usia non produktif (penduduk berusia dibawah 15 tahun dan di
atas 65 tahun) lebih rendah daripada proporsi penduduk usia produktif (penduduk
berusia 15-64 tahun), dapat memiliki periode yang lebih panjang apabila TFR dapat
ditekan sehingga dalam jangka panjang proporsi penduduk usia non produktif yang
menjadi ‘beban’ dapat menurun atau terjaga agar tidak lebih tinggi daripada proporsi
penduduk produktif. Pemanfaatan bonus demografi agar hasilnya dapat dirasakan oleh
masyarakat dapat tercipta apabila sumber daya manusia juga ditingkatkan agar lebih
berkualitas.

Estimasi TFR tahun 2020 menggunakan tren ASFR (angka kelahiran remaja umur 15-19
tahun/age spesific fertility rate 15-19 tahun) dari data Survei Kinerja dan Akuntabilitas
Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (SKAP) tahun
2016-2019. Tren tersebut digunakan untuk memproyeksi capaian ASFR tahun 2020
dengan menggunakan data dasar SKAP 2019. Selanjutnya, TFR dihitung berdasarkan
rumus:

Keterangan
i : Kelompok usia 15-19 tahun, 20-24 tahun,..., 45-49 tahun;
ASFRi : ASFR untuk wanita kelompok usia ke-i
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 79

Analisis Pencapaian TFR Tahun 2020

Sumber data capaian TFR tahun 2020 merujuk pada Laporan Indikator Kinerja
Utama Tahun 2020, berdasarkan rumus dan metode perhitungan yang valid melalui
serangkaian metodologi. Secara lengkap hasil perhitungan TFR dapat di lihat pada
https://cis.bkkbn.go.id/latbang/?wpdmpro=laporan-indikator-kinerja-utama-iku-
tahun-2020. Dari hasil perhitungan menunjukkan apabila dibandingkan target TFR
tahun 2020 sebesar 2,26, maka capaian indikator TFR secara nasional adalah 2,45 atau
sebesar 92,2 persen dengan kategori sangat baik.

Tabel 3. 6 Pencapaian Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS Usia 15 – 49 Tahun

Indikator Sasaran Capaian Status


Sasaran Strategis Target Realisasi
Strategis (%) Capaian

Menurunnya Angka Angka kelahiran total 2,26 2,45 92,2


kelahiran total (Total (Total Fertility Rate/TFR)
Fertility Rate/TFR) per per WUS usia 15-49
WUS usia 15-49 Tahun Tahun

Capaian TFR nasional tersebut merupakan kontribusi dari capaian seluruh provinsi yang
tergambar dalam grafik berikut:

Grafik 3. 2 Total Fertility Rate Berdasarkan Provinsi

Grafik disamping memperlihatkan disparitas TFR


yang menunjukkan angka cenderung tinggi pada
provinsi yang berada pada wilayah timur Indonesia
dengan angka TFR tertinggi pada Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) sebesar 3,29. Sementara
TFR terendah terdapat di DI Yogyakarta sebesar
1,81. Disparitas tersebut disebabkan oleh kondisi
geografis (akses), tingkat pendidikan, tingkat
kesejahteraan masyarakat maupun kebijakan
pada setiap kabupaten dan kota yang dapat
menentukan juga capaian Program Bangga
Kencana.

Sumber: Data Susenas 2020, diolah


80 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis Tren Pencapaian TFR Periode Tahun 2016 – 2020

Perbandingan Capaian TFR tahun 2020 dengan tahun-tahun sebelumnya seperti tabel
berikut :

Grafik 3. 3 Tren Pencapaian TFR Periode Tahun 2016 – 20220

Tabel 3. 7 Pencapiaan TFR diantara Negara ASEAN

NO NEGARA ASIA TFR


TENGGARA

1 Timor Leste 5,3

2 Filipina 2,9

3 Laos 2,6

4 Kamboja 2,5

5 Indonesia 2,45

6 Myanmar 2,2

7 Malaysia 2,0

8 Vietnam 1,9

9 Brunai Darussalam 1,8

10 Thailand 1,5

11 Singapura 1,3

Sumber : 2020 ESCAP Population Data Sheet, 2020


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 81

Upaya yang dilakukan dalam penurunan TFR pada tahun Manggala Karya Kencana (MKK), Wirya Karya
2020, antara lain: Kencana (WKK), Dharma Karya Kencana (DKK))
dan pembentukan tim pokja advokasi pada 16
1. Perluasan akses dan kualitas pelayanan KB
provinsi dan 93 Kabupaten/Kota.
dalam upaya meningkatkan kesertaan KB modern
(mCPR) dari 54,97% pada tahun 2019 menjadi 7. Pengembangan model Kampung Keluarga
57,9% pada tahun 2020. Berkualitas sebagai tindak lanjut dari Kampung
Keluarga Berencana, yang merupakan alat ukur
2. Peningkatan pelayanan KB pascapersalinan dari
untuk melihat keterpaduan dan inklusifitas
capaian 28 % di tahun 2019 menjadi 29,96%
program Bangga Kencana di level desa. Pada
di tahun 2020 melalui program promosi dan
tahun 2020, ditargetkan 10% Kampung KB
konseling Kesehatan Reproduksi.
berada pada katagori Mandiri, dimana terealisasi
3. Promosi pendewasaan usia kawin pertama
sebesar 9,3% (1.514 Kampung KB) dari 16.246
perempuan (MUKP) untuk memperpendek masa
Kampung KB. Kampung KB Mandiri telah mampu
fertilitas seorang perempuan dan berpengaruh
memberi dampak kepada capaian Program
terhadap TFR dengan capaian 20,7.
Bangga Kencana, dengan harapan dapat
4. Promosi tentang nilai “dua anak lebih sehat” meningkatkan kualitas hidup keluarga dan
kepada masyarakat melalui media berbagai masyarakat di Kampung KB tersebut.
media.
8. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah
5. Promosi dan KIE tentang isu Bangga Kencana dalam program bangga kencana melalui
melalui berbagai media above the line, through pemanfaatan GDPK di Provinsi dan Kabupaten/
the line, below the line, serta tenaga lini lapangan. Kota sebagai salah satu dasar pembangunan

6. Advokasi Program Bangga Kencana melalui daerah sehingga indikator TFR tercantum dalam

pemberian penghargaan (Satya Lencana dokumen perencanaan daerah (RPJMD, Renstrada,

Pembangunan, Satya Lencana Wirakarya, RKPD).


82 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

9. Mendorong peningkatan jumlah Rumah Data klasifikasi paripurna yang hasilnya tahun 2020
Kependudukan Paripurna di Kampung KB. Rumah terpenuhi sesuai target yang ditetapkan;
Data Kependudukan Paripurna adalah Rumah Data
13. Mendorong keberhasilan pencapaian Indeks
Kependudukan yang telah ditetapkan, pendanaan
Pembangunan Berwawasan Kependudukan (IPBK)
rutin, kepengurusan, sarana prasarana, data dan
dengan capaian sebesar 54 dari target 53 skala
informasi kependudukan dan terbarukan, telah
1-100 atau sebesar 101,8 persen;
mendapatkan pelatihan/orientasi pengelolaan
14. Mendorong kberhasilan pencapaian Indeks
rumah data serta memiliki data yang dapat
Kepedulian terhadap Isu Kependudukan (IKIK)
dipergunakan dalam perencanaan dan pengelolaan
dengan capaian sebesar 54,6 dari target 51,8
pembangunan.
skala 1-100 atau sebesar 105,4 persen;
10. Mengoptimalkan pencapaian hasil kinerja
15. Penguatan kemitraaan di tingkat pusat dan
dengan capaian terpenuhi sesuai target dalam
daerah dalam mendukung Program Bangga
penyusunan kebijakan pembangunan berwawasan
Kencana.
kependudukan dan pelaksanaan Kelompok Kerja
Bangga Kencana Provinsi dan Kab/Kota yang efektif Hambatan dan Permasalahan yang dihadapi dalam
pencapaian TFR adalah sebagai berikut:
11. Memaksimalkan hasil kinerja dengan capaian
terpenuhi sesuai target dari kinerja Kampung 1. Disparitas capaian TFR antar provinsi;
KB yang melaksanakan penanganan terpadu 2. Kesenjangan capaian mCPR yang tidak merata di
isu kependudukan dan pemerintah daerah yang berbagai provinsi;
melaksanakan Sistem Peringatan Dini Pengendalian
3. Pengaruh faktor demografi dan sosial ekonomi
Penduduk
4. Pandemic COVID 19 berpengaruh pada pelayanan
12. Mendorong Institusi Pendidikan untuk
KB di faskes dan pembinaan kesertaan ber-KB di
mengintegrasikan materi pendidikan kependudukan
lini lapangan.
melalui Sekolah Siaga Kependudukan dengan
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 83

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Tabel 3. 8 Perbandingan capaian TFR tahun 2020 dengan Target tahun 2024

Indikator Sasaran Realisasi Target Capaian sampai


Sasaran Strategis
Strategis 2020 2024 dengan tahun 2020

Menurunnya Angka Angka kelahiran total 2,45 2,1 85,71


kelahiran total (Total (Total Fertility Rate/TFR)
Fertility Rate/TFR) per per WUS usia 15-49
WUS usia 15-49 Tahun Tahun

Apabila dibandingkan dengan target capaian tahun 4. Meningkatkan KB pascapersalinan untuk menjaga
2024 maka capaian TFR tahun 2024 adalah 85,71 jarak kelahiran melalui pendampingan ibu hamil
persen. Sehingga dibutuhkan upaya yang lebih optimal oleh PKB/PLKB, PPKBD dan sub PPKBD;
untuk mencapai target di akhir RPJMN tahun 2024.
5. Meningkatkan promosi pendewasaan usia
Adapun rencana perbaikan terkait perencanaan dalam
perkawinan dan perencanaan berkeluarga bagi
meningkatkan capaian TFR melalui penajaman sasaran
remaja.
unmetneed by name by address untuk diberikan KIE KB
Adapun rencana perbaikan pada pelaksanaan program
Rencana perbaikan dalam rangka peningkatan kinerja
dan kegiatan dilakukan melalui:
dilakukan melalui langkah sebagai berikut:
1. Pembuatan Aplikasi skrining kesiapan menikah
1. Menurunkan angka ber-KB yang tidak terpenuhi
bagi catin/calon PUS sehingga dapat memberikan
dengan meningkatkan akses dan kualitas
pemahaman tentang pentingnya menunda
penyelenggaran Keluarga Berencana dan
perkawian remaja
Kesehatan Reproduksi yang komprehensif
2. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi
tentang kependudukan kepada pemerintah
sasaran.
daerah dan masyarakat.
2. Optimalisasi peran tenaga lini lapangan dalam
3. Peningkatan komitmen pemerintah daerah
penurunan unmeet need melalui penajaman
terhadap Program Bangga Kencana;
sasaran unmetneed by name by address untuk
diberikan KIE KB. 4. Memperkuat dasar hukum nasional Kampung
KB serta meningkatkan keterlibatan swasta dan
3. Meningkatkan akses informasi tentang persepsi
dana CSR dalam pengembangan Kampung KB;
yang salah atau mitos penggunaan kontrasepsi
yang berkembang di masyarakat sehingga 5. Memperkuat sistem peringatan dini pengendalian
menimbulkan rasa takut dalam pemakaian penduduk dengan mengembangkan sistem
kontrasepsi; aplikasi dalam jaringan (daring) secara
84 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

integratif dari nasional sampai ke daerah, 3. Menghargai hak perempuan dalam mengendalikan
untuk memperingatkan potensi atau masalah kesuburan sehingga dapat meningkatgkan derajat
kependudukan yang akan timbul baik bersifat kesehatan ibu dan keluarga.
segera ataupun yang akan datang, akibat situasi
4. Mencegah kejadian stunting, mencegah
kependudukan serta kebijakan pengendalian
kekurangan gizi pada anak, dan tumbuh kembang
penduduk yang sedang dilaksanakan, kepada
anak lebih terpantau sehingga meningkatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan di bidang
derajat kesehatan anak Indonesia.
pembangunan kependuduka
5. Meningkatkan kesempatan bermasyarakat atau
6. Mendorong stakeholders memanfaatkan
sosialisasi, serta, mengembangkan dirinya secara
parameter program bangga kencana sebagai
optimal, sehingga memberi keuntungan ekonomi
dasar perencanaan pembangunan di daerah
pada pasangan suami istri, kesejahteraan
Manfaat tercapainya TFR untuk masyarakat adalah keluarga, dan masyarakat.
sebagai berikut:
6. Meningkatkan peran ibu untuk ikut andil dalam
1. Menunjang pencapaian bonus demografi dengan mengisi pembangunan dalam mendidik anak –
terciptanya kualitas SDM yang berkualitas, anaknya menjadi generasi penerus yang tangguh
kecukupan pendidikan dan kesehatan. dan handal.

2. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Kematian


Bayi, menghindarkan kejadian kehamilan
yang tidak diinginkan yang selanjutnya dapat
berdampak positif pada peningkatan IPM.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 85

A.2.2 Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern (Modern Contraceptive


Prevalence Rate/mCPR)

Prevalensi kontrasepsi modern adalah proporsi pasangan usia subur (15-49 tahun) yang
sedang menggunakan salah satu alat/cara KB modern berupa sterilisasi wanita (MOW),
sterilisasi pria (MOP), Pil, IUD, Suntik, Susuk KB (Implan), kondom, dan MAL dibandingkan
dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dalam periode tertentu.

Tingkat pemakaian kontrasepsi modern (mCPR) tahun 2020 diukur dengan


menggunakan tren mCPR data SKAP 2016-2019. Perhitungan mCPR menggunaka n
data SKAP dilakukan dengan kontrol data laporan Statistik Rutin Januari 2020 sampai
dengan Oktober 2020. Data Statistik rutin digunakan untuk menangkap pola perubahan
penggunaan kontrasepsi selama pandemik karena laporan data statistik rutin dilakukan
secara rutin setiap bulan. Estimasi mCPR berdasarkan jenis alat kontrasepsi dilakukan
dengan menggunakan pola distribusi SKAP 2019. Dengan hasil ini bisa dihitung estimasi
persentase alat kontrasepsi MKJP 2020. Selanjutnya mCPR dihitung berdasarkan
rumus sebagai berikut :

Keterangan :
PA Modern : Peserta KB Aktif modern
PUS : Pasangan Usia Subur usia 15 – 49 tahun

Analisis Pencapaian mCPR Tahun 2020

Sumber data capaian mCPR tahun 2020 merujuk pada Laporan Indikator Kinerja
Utama Tahun 2020, berdasarkan rumus dan metode perhitungan yang valid melalui
serangkaian metodologi. Secara lengkap hasil perhitungan mCPR dapat di lihat pada
https://cis.bkkbn.go.id/latbang/?wpdmpro=laporan-indikator-kinerja-utama-iku-
tahun-2020 Realisasi pemakaian kontrasepsi modern secara nasional pada tahun 2020
sebesar 57,9 persen, sementara target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja adalah
sebesar 61,78 persen. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa apabila dibandingkan
target, maka realisasi mCPR secara nasional adalah 57,9 atau sebesar 93,7 persen
dengan kategori sangat baik .
86 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3. 9 Pencapaian Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern


(Modern Contraceptive Prevelance Rate/mCPR) Tahun 2020

Walaupun belum mencapai target yang ditetapkan namun pemakaian kontrasepsi


saat ini mengalami kenaikan dari tahun 2019 sekitar hampir 3 persen dengan angka
mCPR sebesar 55 persen. Pemakaian kontrasepsi mempunyai disparitas antar provinsi.
Berdasarkan grafik 3.4 diketahui provinsi yang mempunyai prevalensi pemakaian
KB modern tertinggi terdapat di Kalimantan selatan (67,3 persen), kemudian diikuti
provinsi Jawa Tengah (63,6 persen) dan Provinsi Kalimantan Barat 63,1 persen,
sedangkan provinsi yang memiliki pencapaian kontrasepsi modern terendah terdapat
pada provinsi Papua sebesar 13,6 persen diikuti provinsi Papua Barat 33,7 persen dan
Provinsi Maluku 36,6 persen.

Grafik 3. 4 mCPR berdasarkan Provinsi

Sumber : Data diolah, 2020


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 87

Analisis Tren Pencapaian mCPR Periode Tahun 2015 – 2020

Trend capaian mCPR tahun 2015 – 2020 berdasarkan target dapat dilihat pada grafik
dibawah ini:

Grafik 3. 5 Tren Pencapaian mCPR Periode Tahun 2015-2020

Sumber: SKAP 2005 – 2019 dan Laporan IKU 2020.

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mCPR pada tahun 2020 adalah sebagai
berikut :

1. Penguatan promosi dan konseling KB Pascapersalinan di fasilitas kesehatan


antara lain melalui menerbitkan Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berancana Nasional No. 18 Tahun 2020 tentang Pelayanan KB Pascapersalinan
(KBPP) dan pemanfaatan MEC wheel bekerjasama dengan Kementerian
Kesehatan dan organisasi profesi (POGI dan IBI) serta mitra terkait;

2. Perencanaan kebutuhan alat dan obat Kontrasepsi dengan kuantifikasi yang


mempertimbangkan 4 (empat) metode yaitu melalui data demografi, target
berdasarkan perkiraan permintaan masyarakat, data konsumsi, dan data
pelayanan;

3. Penguatan sistem cafetaria alat dan obat Kontrasepsi dengan penyediaan


variasi jenis alat dan obat kontrasepsi baru yaitu Pil Only Progestin (POP),
suntikan KB 1 cc 3 bulanan dan Implan 1 batang;

4. Penyediaan sarana tubal ring untuk memenuhi kebutuhan pelayanan MOW


dengan menggunakan laparoskopi;

5. Menyediakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) bagi Pasangan Usia Subur di
18.786 fasilitas kesehatan yang ditetapkan sebagai salah satu output prioritas
yang mendukung proyek prioritas nasional 2020;
88 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

6. Penyediaan dukungan biaya distribusi alokon dari gudang Kabupaten dan Kota ke
18.309 faskes melalui Dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB);

7. Surat Kepala BKKBN Nomor 471/I/KB.06.02/E1/2020 tentang Permohonan


Pembebasan Biaya Retribusi Pelayanan KB yang ditujukan kepada Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia;

8. Pengembangan aplikasi Sistem Informasi Rantai Pasok Alokon (SIRIKA) sebagai


inovasi dalam proses pengolahan data pelaporan logistik dan pengelolaan
alokon serta memantau ketersediaan alat dan obat kontrasepsi dan mencegah
terjadinya stock out di fasilitas kesehatan;

9. Pelaksanaan Training Of Trainer Sistem Informasi rantai pasok alokon (SIRIKA)


dengan peserta pengelola alokon dari 33 provinsi;

10. Memberian dukungan Alat Pelindung Diri (APD) bagi Bidan yang digunakan saat
memberikan pelayanan KB pada pandemi Covid-19;

11. Pengembangan pelayanan KB berbasis IT dalam upaya mempermudah (KIE/


Konsultasi, Informasi, dan Edukasi) KB dan Kespro secara daring/online yang
bekerjasama dengan Bidan Konselor dan (PMB/Praktek Mandiri Bidan) diseluruh
Indonesia;

12. Perluasan akses pelayanan KB melalui peningkatan cakupan faskes yang


teregistrasi dalam Sistem Informasi Keluarga (SIGA) BKKBN;

13. Penguatan penggerakan pelayanan KB MKJP melalui penyediaan dukungan dana


penggerakan yang didalamnya sudah termasuk komponen jasa medis pelayanan
KB yang dikhususkan pada pelayanan KB bakti sosial dengan sasaran sebanyak
242.272 peserta termasuk peserta KB baru;

14. Melaksanakan lomba peningkatan Pelayanan KB di Rumah Sakit (PKBRS) dan


memberikan reward kepada RS;

15. Meningkatkan akses pelayanan KB pada wilayah khusus (Daerah Terpencil,


Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan wilayah miskin perkotaan) melalui
pelayanan KB bergerak terutama pada wilayah zona hijau Pandemic COVID-19;

16. Pembinaan peserta KB untuk menurunkan putus pakai penggunaan kontrasepsi


(Drop Out/DO).
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 89

Faktor – faktor yang menyebabkan keberhasilan pencapaian peningkatan mCPR adalah:

1. Surat Edaran Kepala BKKBN Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pembinaan Kesertaan Keluarga
Berencana pada situasi Corona Virus Disease (COVID-19);

2. Surat Edaran Kepala BKKBN Nomor 16 Tahun 2020 tentang Pelayanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi pada Adaptasi Kebiasaan baru;

3. Pemberian promosi dan KIE program Bangga Kencana serta pelayanan KB pada kegiatan
momentum nasional (world contraception day, world vasectomy day, hari kesehatan
nasional, bulan bakti pelayanan KB);

4. Melaksanakan Gerakan Cegah Putus Ber-KB dalam masa pandemi Covid-19 melalui
“Pelayanan KB MKJP Sejuta Akseptor” dalam rangka Hari Keluarga Nasional dan pemberian
reward kepada stakeholders (Gubernur, Bupati, dan Walikota), TNI, provider, Fasilitas
Kesehatan, PLKB dan PKB;

5. Surat Plt. Deputi Bidang KBKR Nomor 637/KB.08/E3/2020 tentang Konversi dana
penggerakan dan pemantapan pelayanan KB MKJP dan pencabutan implan pada kegiatan
bakti sosial pada situasi Pandemic COVID-19.

Walaupun berdasarkan hasil capaian mCPR masuk kedalam kategori sangat baik, namun masih
terdapat faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam upaya pencapaian mCPR sebagai berikut :

1. Kondisi Pandemic COVID-19 yang menyebabkan :

a. PUS enggan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan;

b. Pemberi layanan KB membatasi hari maupun jam berkunjung;

c. Perubahan pola pelayanan KB menyesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19


dimana pada pelayanan KB bergerak yang biasanya terpusat dalam satu wilayah dan
mengumpulkan banyak orang harus dibatasi sesuai dengan protokol kesehatan

d. Tenaga kesehatan harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) dan deteksi
dini Covid-19/rapid test/swab pcr bagi provider dan akseptor) yang berdampak pada
kebutuhan penambahan/ revisi anggaran

2. Tidak seluruh provinsi mendapatkan dana penggerakan KB MKJP IUD dan Implan karena
terbatasnya anggaran yang tersedia sehingga hanya diprioritaskan pada provinsi yang
memiliki angka unmetneed tinggi (18 provinsi);
90 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Sesuai Renstra BKKBN 2020-2024, target mCPR telah ditetapkan sampai dengan
tahun 2024 sebagai tahun akhir RPJMN 2020-2024, sehingga perlu diperkirakan posisi
capaian tahun 2020 dibandingkan dengan target pada tahun 2024.

Tabel 3. 10 Perbandingan capaian mCPR tahun 2020 dengan target Renstra tahun 2024

Upaya perbaikan yang akan dilaksanakan pada tahun 2021 dari sisi perencanaan dan
penganggaran yaitu dengan:

1. Meningkatkan jumlah dana penggerakan pelayanan KB MKJP yang didalamnya


termasuk biaya jasa medis menjadi sebesar Rp. 400.470.777.000,- dengan
mekanisme pembiayaan melalui BOKB sehingga dapat di langsung dikelola oleh
pemerintah Kabupaten/Kota dengan total target sebanyak 895.873 peserta KB
MKJP.

2. Menambah sarana pelayanan KB antara lain Laparoscopy dengan kamera dan


monitor serta VTP Kit pada menu DAK Fisik subbidang KB

3. Melakukan reviu target Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) kesertaan KB


modern dalam Renstra 2020-2024

Upaya perbaikan untuk meningkatkan kinerja dilakukan dengan:

1. Perluasan akses pelayanan KB dengan peningkatan jumlah Praktek Mandiri


Bidan yang teregistrasi di BKKBN dan dapat menerima alat dan obat kontrasepsi
langsung dari kabupaten/kota.

2. Melakukan pelayanan KB dengan memanfaatkan seluruh kegiatan momentum


nasional bekerjasama dengan stakeholders dan mitra kerja terkait ;

3. Peningkatan pelayanan KB di rumah sakit (PKBRS) dan di FKTP bersinergi dengan


Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi (POGI, IBI, IDI, PDUI, IAUI) dalam
memberikan pelayanan KB termasuk KB pascapersalinan;
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 91

4. Memberdayakan kelompok kegiatan (BKB,BKR,PIK-R,BKL,UPPKS) dalam


melakukan pembinaan kesertaan ber-KB;

Adapun perbaikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan bekerjasama


dengan Kementerian Kesehatan untuk memberikan pelayanan ekstra (papsmear dan
IVA tes ) pada saat pemberian pelayanan KB;

Manfaat tercapainya mCPR untuk masyarakat adalah meningkatkan kesehatan ibu


dan anak, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendukung penurunan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi, lebih menjamin tumbuh kembang bayi dan
anak, meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menggeser penggunaan metode KB
tradisional yang terbukti tinggi angka kegagalannya.

A.2.3 Persentase Kebutuhan Ber-KB Yang Tidak Terpenuhi (Unmet Need)

Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau unmet need KB pada wanita PUS dimaknai
sebagai wanita pasangan usia subur yang tidak ber-KB pada saat survei, ingin anak
nanti (ditunda > 24 bulan) atau tidak ingin anak lagi, atau dalam kondisi hamil yang
kehamilannya tidak diinginkan atau diinginkan nanti (dalam kurun waktu 2 tahun atau
lebih). Data unmet need disertai dengan alasan utama tidak ber-KB antara lain: jarang
kumpul, suami/keluarga/orang lain menentang KB, dilarang agama dan budaya, alasan
kesehatan, efek samping, kurang akses/jauh ke tempat pelayanan KB, tidak tersedia
alat/cara KB, tidak tersedia provider, biaya KB mahal, dan merasa tidak nyaman. Estimasi
perhitungan spacing dan limiting menggunakan model pertumbuhan exponensial
dengan persamaan:

Model pertumbuhan dalam melakukan estimasi unmetneed menggunakan kontrol


daerah perkotaan dan pedesaan. Dimana r pertumbuhan yang digunakan untuk
melakukan estimasi pada unmetneed limiting merupakan r pertumbuhan daerah
pedesaan. Selanjutnya, estimasi unmetneed total dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
92 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Keterangan :

U : Total Unmet Need

UL : Persentase WUS yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi namun


menginginkan penundaan kehamilan (penjarangan)

Us : Persentase WUS yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi namun


menginginkan berhenti sama sekali (pembatasan)

Informasi tentang pelayanan KB yang tidak terpenuhi digunakan untuk menilai


sejauh mana program KB telah dapat memenuhi kebutuhan KB di kalangan PUS
yang menginginkan untuk ber-KB. Apabila program dapat memenuhi kebutuhan KB,
diharapkan angka prevalensi KB dapat meningkat dan kelompok unmet need KB akan
semakin berkurang.

Analisis Pencapaian Unmeet Need Tahun 2020

Sumber data capaian Unmet Need tahun 2020 merujuk pada Laporan Indikator Kinerja
Utama Tahun 2020, berdasarkan rumus dan metode perhitungan yang valid melalui
serangkaian metodologi. Secara lengkap hasil perhitungan unmet need dapat di lihat
pada https://cis.bkkbn.go.id/latbang/?wpdmpro=laporan-indikator-kinerja-utama-iku-
tahun-2020. Pencapaian unmet need tahun 2020 dilihat dari perbandingan antara
realisasi dan target adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 11 Pencapaian Kebutuhan ber-KB yang Tidak Terpenuhi (Unmet Need)


Tahun 2020

Dari tabel 3.10 dapat diketahui bahwa realisasi unmet need adalah sebesar 13,4
persen dari target sebesar 8,6 persen yang ditetapkan, sehingga capaiannya adalah
64,2 persen dengan kategori kurang.

Capaian unmet need nasional merupakan hasil kontribusi dari capaian di seluruh
provinsi, dengan hasil sebagai berikut:
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 93

Tabel 3. 12 Capaian Unmet Need Provinsi Tahun 2020

Sumber: PUSNA, 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar capaian di provinsi memiliki angka
unmet need lebih tinggi dari angka nasional, kecuali Bali, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Jawa Tengah. Adapun unmet need 3 (tiga)
tertinggi ada di provinsi Maluku, NTT, dan Kepulauan Riau.

Kategori unmet need berdasarkan tujuan spacing dan limiting secara lebih jelas dapat
tergambar dalam grafik berikut:

Grafik 3. 6 Tren Unmet need KB, Spacing, dan limiting PUS tahun 2017-2020

Analisis Tren Pencapaian Unmet Need Periode Tahun 2016 – 2020

Perbandingan Capaian Unmet Need tahun 2020 denga tahun sebelumnya seperti tabel
berikut:

Grafik 3. 7 Tren Capaian Unmet Need Periode 2016 - 2020


94 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Kebutuhan ber-KB yang belum terpenuhi dikategorikan masih tinggi. Selama 4 (empat)
tahun terakhir, capaian unmet need mengalami fluktuasi dalam pencapainnya. Pada
tahun 2016 unmet need sebesar 15,8 persen, naik menjadi 17,5 persen pada tahun
2017 dan dapat diturunkan kembali pada tahun 2018 dan 2019. Pada tahun 2020
unmet need kembali naik menjadi 13,4 sehingga artinya capaian BKKBN menurun hanya
menjadi sebesar 64,2 persen.

Upaya penurunan unmet need tidak terlepas dari peningkatan kualitas pelayanan KBKR
dan penggerakan meliputi:

1. Peningkatan promosi dan KIE tentang kontrasepsi dan perencanaan berkeluarga


melalui berbagai media above the line, through the line, below the line yang
difokuskan pada efek samping dan rumor penggunaan kontrasepsi;

2. Peningkatan penggerakan pelayanan KB pada kegiatan momentum strategis (world


contraception day, world vasectomy day, hari kesehatan nasional, bulan bakti
pelayanan KB) sebagai upaya menjangkau masyarakat untuk ber-KB;

3. Penyediaan materi KIE sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan Tenaga Lini Lapangan baik melalui APBN dan Dana Alokasi Khusus
Subbidang KB.

4. Pengembangan media KIE untuk petugas lini lapangan melalui inovasi aplikasi Silili
Keren untuk menyebarkan informasi terkait Program Lini Lapangan secara cepat.”
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 95

5. Meningkatkan akses pelayanan KB


pada wilayah khusus (Daerah Terpencil,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan
wilayah miskin perkotaan) melalui pelayanan
KB bergerak terutama pada wilayah zona
hijau Pandemic COVID-19

6. Penguatan promosi dan KIE KB


pascapersalinan kepada ibu hamil oleh PKB/
PLKB dan tenaga lini lapangan.

7. Pemantauan stok ketersediaan alokon


di faskes melalui pengembangan aplikasi
Sistem Informasi Rantai Pasok Alokon
(SIRIKA);

Faktor penghambat dalam pencapaian unmet need antara lain:

1. Promosi dan KIE melalui media di daerah belum optimal yang disebabkan karena
muatan isi pesan yang disampaikan masih kurang efektif dan segmented serta
pemilihan placement media yang kurang tepat sasaran. Selain itu, meskipun
frekuensi pemanfaatan media cukup masif namun belum ditindaklanjuti oleh
OPD KB di Kabupaten/Kota dengan implementasi yang tepat sasaran dan sesuai
dengan karakteristik dan kearifan budaya lokal;

2. Adanya permasalahan kuantitas, distribusi, dan pengelolaan SDM lini


lapangan yang mengakibatkan kurang optimalnya pemberian Promosi, KIE, dan
penggerakan di lapangan. Dari sisi kuantitas dan ketimpangan distribusi terdapat
kurang lebih 81.967 kelurahan dan desa di seluruh Indonesia. Menangani desa/
kelurahan tersebut hanya terdapat 15.131 Penyuluh KB/PLKB dengan status
PNS yang persebarannya tidak merata. Sedangkan dari sisi kualitas, terdapat
persoalan manajerial, yaitu bagaimana pendayagunaan dan pembinaan Penyuluh
KB/PLKB oleh Dinas Kependudukan dan KB Daerah.

3. Belum optimalnya pemberian konseling KB oleh provider di fasilitas kesehatan


sehingga masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat, efek
samping, dan mitos tentang kontrasepsi sehingga masih menimbulkan rasa
takut untuk menggunakan kontrasepsi;

4. Masih adanya kendala dalam pelayanan KB pascapersalinan di rumah sakit karena


paket pembiayaan BPJS Kesehatan masih menjadi satu dengan biaya persalinan
96 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

sehingga menimbulkan keengganan dari tenaga kesehatan untuk memberikan


pelayanan secara langsung KB Pasca Persalinan;

5. Masih ada kendala pemahaman pada masyarakat tentang kontrasepsi, sebanyak


23% wanita tidak mau ber-KB karena alasan kekhawatiran terhadap efek
samping, sedangkan pada kalangan pria, ada 32 % pria yang dirinya ataupun
istrinya tidak menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan tidak ingin ber-KB.

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Sesuai Renstra BKKBN 2020-2024, target unmet need telah ditetapkan sampai
dengan tahun 2024 sebagai tahun akhir RPJMN 2020-2024. Sehingga perlu
diperkirakan posisi capaian tahun 2020 dibandingkan dengan target pada tahun 2024.
Dalam tabel di bawah tergambar bahwa dibandingakn target tahun 2024, maka capaian
unmet need tahun 2020 baru sebesar 55,22 persen

Tabel 3. 13 Perbandingan capaian Unmet Need tahun 2020 dengan tahun 2024

Dari berbagai permasalahan yang telah diidentifikasi, maka rencana perbaikan dari sisi
perencanaan dilakukan dengan:

1. Menyusun kerangka konsep penurunan unmet need yang memuat identifikasi


dan pemetaan peran dari tingkat pusat sampai dengan lini lapangan baik internal
maupun eksternal.

2. Meningkatkan dukungan operasional penggerakan pelayanan KB MKJP yang


semula sebesar 49 Milyar (APBN 2020 ) menjadi 400 Milyar pada tahun 2021
yang dialokasikan melalui dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB).
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 97

Perbaikan juga dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja melalui:

1. Pengembangan materi isi pesan dilakukan dengan penggarapan pada isu-isu


strategis yang masih kurang dipahami atau diterima dengan baik oleh masyarakat
dengan cara menjaga konsistensi muatan isi pesan melalui pengembangan
pesan kunci di tingkat pusat yang direspon di daerah sesuai visi misi daerah dan
berorientasi pada manfaat yang dirasakan khalayak, meminimalisir hambatan-
hamabatan serta memperhatikan kebutuhan dan kearifan lokal;

2. Mengubah KIE dengan cara baru melalui paradigma kampanye yang berorientasi
kepada khalayak atau audience-oriented. Cara ini mengedepankan pemahaman
dan pendekatan yang empati kepada khalayak atau sasaran. KIE Program Bangga
Kencana harus dapat memberikan informasi tentang manfaat dan solusi yang
diterima masyarakat dengan menjalankan Program Bangga Kencana.

3. Menurunkan angka ketidak berlangsungan pemakaian kontrasepsi (drop out)


melalui pemenuhan kebutuhan alokon dan pendampingan oleh tenaga lini
lapangan

Sedangkan perbaikan kegiatan terkait penurunan unmet need dilaksanakan melalui


perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan melalui New SIGA sebagai Sistem
pencatatan dan pelaporan BKKBN yang memungkinkan petugas lini lapangan maupun
kader IMP melakukan pemetaan berdasarkan wilayah unmet need yang tinggi atau
rendah. Informasi dalam New SIGA juga dilengkapi data Drop Out (peserta yang berhenti
memakai alat kontrasepsi) sehingga dapat dipantau sampai PUS tersebut memakai
kontrasepsi kembali.
98 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis manfaat tercapainya Unmet Need bagi masyarakat adalah Pemenuhan


kebutuhan pelayanan KB juga akan berdampak pada penurunan angka kematian
ibu (AKI). Salah satu penyebab tingginya AKI adalah 4 (empat) terlalu yakni terlalu
muda, terlalu banyak, terlalu dekat dan terlalu tua. Kehamilan yang tidak diinginkan
akan sangat beresiko pada kematian atau dapat berdampak buruk pada bayi yang
dikandungnya. Resiko tersebut dapat diminimalkan dengan operasionalisasi Program
Bangga Kencana secara tepat, salah satunya dengan memastikan terpenuhinya
kebutuhan Pelayanan KB bagi Pasangan Usia Subur.

A.2.4 Angka Kelahiran Remaja umur 15-19 tahun


(Age Specific Fertility Rate/ASFR)

Angka kelahiran pada kelompok umur 15-19 tahun per 1000 wanita dalam satu tahun
tertentu. Angka ini dapat digunakan untuk memetakan fertilitas umur muda yang
dapat menjadi peringatan dini terhadap ancaman tingginya fertilitas secara umum.
Fertilitas pada usia muda akan mempengaruhi potensi melahirkan sampai dengan masa
reproduksinya berakhir. Jika di usia muda (masa reproduksi awal) perempuan sudah
hamil dan melahirkan berarti akan memiliki potensi untuk hamil dan melahirkan anak
lebih banyak lagi sampai dengan akhir usia reproduksinya Oleh karena itu, menurunkan
fertilitas remaja (ASFR 15–19 tahun) akan memberikan kontribusi terhadap penurunan
angka fertilitas secara umum (TFR).

Keterangan :

P15-19 : jumlah perempuan pada kelompok umur 15-19 tahun;

K15-19 : jumlah kelahiran pada kelompok umur 15-19 tahun

Analisis Pencapaian ASFR 15 – 19 Tahun pada Tahun 2020

Sumber data capaian ASFR tahun 2020 merujuk pada Laporan Indikator Kinerja
Utama Tahun 2020, berdasarkan rumus dan metode perhitungan yang valid melalui
serangkaian metodologi. Secara lengkap hasil perhitungan ASFR dapat di lihat pada
https://cis.bkkbn.go.id/latbang/?wpdmpro=laporan-indikator-kinerja-utama-iku-
tahun-2020. Berdasarkan hasil perhitungan Indikator kinerja utama (IKU) ASFR 15-19
tahun, diperoleh capaian 31,9 dari target 25 per 1000 wanita umur 15-19 tahun atau
hanya mencapai 78,4% yang disajikan dalam tabel berikut:
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 99

Tabel 3. 14 Pencapaian ASFR 15-19 Tahun pada Tahun 2020

Grafik 3. 8 Age Specific Fertility Rate (ASFR)

Sumber: Laporan IKU, 2020

Grafik diatas merupakan gambaran yang menunjukan capaian Age Specific Fertility Rate (ASFR) pada
berbagai kelompok umur perempuan usia reproduksi pada tahun 2019 dan 2020. Pada grafik terlihat
bahwa capaian ASFR 15-19 tahun pada 2019 adalah 33,4 dan pada tahun 2020 menurun menjadi 31,9
per 1000 wanita umur 15-19 tahun. Namun jika berdasarkan target, hasil capaian pada tahun 2020
belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Trend capaian ASFR 15-19 tahun 2015 – 2020 berdasarkan target dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 3. 9 Tren Pencapaian ASFR 15-19 tahun Periode Tahun 2015-2020

Sumber: SKAP 2005 – 2019, Performance Monitoring and Accountability dan Laporan IKU Pusna, 2020.
100 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Upaya yang dilakukan dalam pencapaian ASFR adalah:

1. Promosi dan KIE dalam rangka pendewasaan usia perkawinan melalui berbagai
saluran media sesuai segmentasi sasaran;

2. Meningkatkan cakupan promosi dan konseling kesehatan reproduksi terhadap


remaja disabilitas melalui webinar kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas
pada Masa Pandemi yang di ikuti oleh 500 peserta;

3. Promosi pencegahan kehamilan risiko tinggi, 4 Terlalu termasuk “terlalu muda”


dan untuk mencegah Kehamilan Tidak Diingankan bagi PUS dan Remaja melalui
berbagai media cetak dan media digital;

4. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk menunda kehamilan bagi PUS
15–19 tahun;

5. Pengembangan aplikasi Priscavi bersama Kementerian Kesehatan, Perhimpunan


Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Himpunan
Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), dan STIKIM tentang deteksi dini kanker
leher Rahim sebagai upaya peningkatan Kesehatan Reproduksi.

Faktor – faktor yang menyebabkan kegagalan pencapaian penurunan ASFR 15 – 19


tahun adalah:

1. Kurang optimalnya pemberian KIE dan penyuluhan bagi Remaja dan PUS muda
oleh tenaga lapangan karena kondisi Pandemi COVID-19;

2. Terbatasnya akses pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan bagi PUS muda karena


adanya kekhawatiran datang ke Faskes di masa pandemi COVID-19.

3. Pernikahan usia muda berhubungan secara signifikan dengan rendahnya status


sosial, ekonomi, pendidikan, dan wilayah sehingga hal tersebut menjadi solusi
praktis kondisi keluarga;

4. Masih adanya masyarakat yang memegang teguh adat istiadat, budaya


setempat, dan agama tentang pernikahan usia muda/anak;

5. Pembinaan ketahanan remaja belum menjadi kegiatan prioritas di pemerintah


daerah provinsi, kabupaten dan kota yang berdampak pada:

a. Rendahnya tingkat keberlangsungan Pusat Informasi dan Konseling Remaja


(PIK-R) dan BKR.

b. Tidak tersediannya tenaga pendidik sebaya dan konselor sebaya.

c. Tidak tersedianya materi dan media tentang ketahanan remaja


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 101

6. Belum optimalnya sinergitas implementasi antar program dan kegiatan tentang


Remaja yang di kembangkan bersama antar kementerian/lembaga

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Sesuai Renstra BKKBN 2020-2024, target ASFR telah ditetapkan sampai dengan
tahun 2024 sebagai tahun akhir RPJMN 2020-2024. Sehingga perlu diperkirakan posisi
capaian tahun 2020 dibandingkan dengan target pada tahun 2024. Dalam table di
bawah tergambar bahwa dibandingakn target tahun 2024, maka capaian tahun 2020
baru sebesar 56,43 persen.

Tabel 3. 15 Perbandingan capaian ASFR tahun 2020 dengan target Renstra tahun 2024

Capain ASFR menunjukkan bahwa perlu disusun upaya perbaikan yang cukup
komprehensif sehingga tahun 2021 capaiannya dapat meningkat sesuai target yang
diharapkan. Dari sisi perencanaan dilakukan upaya sebagai berikut:

1. Penyusunan pola koordinasi yang lebih terarah dengan kedeputian KSPK tentang
penurunan ASFR

2. Melakukan reviu target ASFR pada kegiatan revisi Renstra BKKBN 2020-2024

Upaya perbaikan kinerja pada tahun 2021 dilaksanakan dengan:

1. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan pengelola program dan pendidik


sebaya sebagai fasilitator dan motivator sebaya dalam memberikan pemahaman
kesehatan reproduksi berdasarkan segmentasi usia 10-14 tahun; 15-19 tahun;
20-24 tahun melalui kegiatan workshop “Tentang Kita”;

2. Penguatan pemberian KIE dan penyuluhan Kesehatan Reproduksi bagi remaja


dengan pemanfaatan media digital dalam masa Pandemic COVID-19;

3. Mengoptimalkan penyuluhan risiko stunting pada kehamilan “empat terlalu”


terutama pada 10 lokus desa stunting pada 360 kabupaten kota melalui alokasi
DAK
102 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Rencana perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui:

1. Membangun sistem kesiapan menikah dengan penapisan status kesehatan remaja


meliputi informasi, Berat Badan, Tinggi Badan, Lingkar lengan, Indeks Masa Tubuh,
Hemoglobin, dan status merokok. Hasil informasi dari sistem ini sebagai rujukan
yang dapat digunakan oleh stakeholders dan mitra terkait dalam penanganan
kesehatan remaja sebelum menikah;

2. Meningkatkan keterlibatan remaja melalui Orientasi Youth Participation bagi


pengelola program dan Remaja GenRe sehingga remaja tidak hanya sebagai objek
tetapi juga sebagai subjek dalam pembangunan keluarga;

3. Menerbitkan buku lifeskill sebagai upaya penguatan karakter remaja sehingga


remaja mampu melewati lima transisi remaja dalam kehidupannya mulai dari
bersekolah sampai mereka menjalani sebagai anggota masyarakat yang aktif dan
sehat.

Manfaat Tercapainya ASFR untuk masyarakat adalah:

Dengan ASFR yang rendah Dapat menurunkan risiko kematian ibu dan bayi,
meningkatkan status kesehatan ibu, dan menurunkan kejadian stunting.

A.2.5 Indeks Pembanguna Keluarga (iBangga)

Pembangunan keluarga merupakan isu lintas sektor (cross cutting issue) artinya
pembangunan keluarga menjadi tanggungjawab lintas sektor kementerian/lembaga
pemerintah di Indonesia. BKKBN sebagai institusi yang diberikan mandat untuk
menjalankan program Pembanguna Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana
(Bangga Kencana) menerjemahkan kebijakan pembangunan keluarga dengan cara
membentuk berbagai kelompok kegiatan (POKTAN) yang langsung menyentuh keluarga
Indonesia yang terdiri dari: Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina
Keluarga Lansia (BKL) dan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).

Capaian keberhasilan Program Pembangunan Keluarga diukur menggunakan Indeks


Pembangunan Keluarga (iBangga). IBangga menjelaskan kualitas keluarga yang
ditunjukkan melalui ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga. IBangga
memberikan gambaran peran dan fungsi keluarga di Indonesia untuk mewujudkan
kualitas keluarga. Dengan adanya iBangga maka suatu wilayah dapat diketahui
keberhasilan terkait program pembangunan keluarga di Indonesia.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 103

Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) dibangun oleh 3 dimensi dengan skema


lengkap seperti di bawah :

Gambar 3. 2 Konsep Indeks Pembanngunan Keluarga

Sumber data: Kedeputian KSPK

Variabel masing-masing dimensi disajikan pada gambar di bawah tentang kerangka alur
pembentukan variabel.

Gambar 3. 3 Kerangka Alur Pembentukan Variabel iBangga

Sumber data: Kedeputian KSPK

Perhitungan iBangga pada tahun 2020 ini menggunakan data Susenas (Survei Sosial
Ekonomi Nasional) KOR 2017-2019 dan Susenas-Modul Sosial Budaya dan Pendidikan
(MSBP) 2015 dan 2018. Variabel yang tersedia dalam Susenas merupakan variabel
proxy yang memiliki kedekatan untuk mengukur konsep yang telah disepakati dalam
pembentukan iBangga.
104 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

1. Menjalankan Ibadah: Berdasarkan data Susenas MSBP 2015 dan MSBP 2018.
Dalam blok XIV Keterangan Hubungan Sosial Kemasyarakatan, yang berkaitan
dengan kegiatan keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat;

2. Memiliki NIK dan Akta Kelahiran: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR).
Dalam blok V Keterangan Nomor Induk Kependudukan dan blok VI Keterangan
Migrasi, Akta Kelahiran dan Pendidikan;

3. Anak 0-17 tahun memiliki Akta Kelahiran: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019
(KOR) dalam blok VI Keterangan Migrasi, Akta Kelahiran dan Pendidikan, khusus
untuk anak usia 17 tahun ke bawah;

4. Setiap ART punya Jamkes: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR) dalam
blok XI Keterangan Keluhan Kesehatan dan Berobat jalan. Jenis Jaminan Kesehatan
yang terdapat dalam Susenas mencakup BPJS, Jamkesda, asuransi swasta,
asuransi kantor tempat bekerja;

5. Konflik Keluarga: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR) dalam blok korban
kejahatan. Pertanyaan yang menjadi proxy untuk konflik keluarga adalah kejadiaan
penganiayaan dan pelecaehan seksual;

6. Keluarga mengalami cerai hidup: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR)
dalam blok keterangan demografi yang terkait status perkawinan;

7. Punya Sumber penghasilan: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR) dalam
blok ketenagakerjaan. Minimal ada salah satu anggota keluarga yang memiliki
pekerjaan dengan jam kerja minimal 35 jam ke atas dan status pekerjaannya selain
pekerja keluarga;

8. Cukup Makan: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR) dalam blok akses
terhadap makanan. Pertanyaan dalam blok tersebut berkaitan dengan pertanyaan
nomor 2, 3, 4, 5, 6 dan 8;

9. Tinggal di Rumah Layak Huni: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR) dalam
blok Perumahan. Pertanyaan yang terkait rumah layak huni dengan minimal enam
dari tujuh pertanyaan tentang luas lantai, jenis lantai, jenis dinding, jenis atap, jenis
kloset, jenis penampungan akhir, sumber air minum;

10. Punya tabungan/simpanan: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR) dalam
pertanyaan terkait kepemilikan rekening dan asset emas yang dimiliki rumah
tangga;
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 105

11. Anak usia 7-18 tahun tidak ada yang putus sekolah: Berdasarkan data Susenas
2017 – 2019 (KOR) dalam blok Pendidikan dan untuk usia 7-18 tahun;

12. Tidak ada anggota keluarga yang sakit: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019
(KOR) dalam blok keluhan Kesehatan;

13. Akses Informasi Media Online: Berdasarkan data Susenas 2017 – 2019 (KOR)
dalam blok Teknologi informasi dan Komunikasi. Pertanyaan yang terkait dengan
akses informasi media online di proxy berdasarkan akses keluarga terhadap
internet;

14. Setiap anggota keluarga punya waktu interaksi: Berdasarkan data Susenas-MSBP
2015 dan 2018 dalam blok keterangan kebersamaan. Pertanyaan yang menjadi
proxy untuk topik ini adalah melakukan kegiatan bersama dalam bentuk makan/
belajar bersama, menonton televisi bersama, belajar/membaca buku bersama,
membaca buku dongeng bersama, beribadah/berdoa bersama, berbincang-bincang,
bermain bersama, bermain game, mengakses internet bersama dan mengurus
kegiatan rumah tangga bersama;

15. Pengasuhan anak oleh Suami-Istri: Berdasarkan data Susenas Modul MSBP 2015
dan 2018 dalam blok keterangan untuk Balita. Pertanyaan yang menjadi proxy untuk
topik ini adalah keberdaan suami istri yang tinggal Bersama dalam rumah dan tetap
diasuh oleh salah satu suami atau istri jika terpaksa meninggalkan rumah;

16. Pernah Rekreasi: Berdasarkan data Susenas Modul MSBP 2015 dan 2018 dalam
blok Bepergian. Pertanyaan yang menjadi proxy untuk topik ini adalah setiap
anggota rumah keluarga pernah melakukan rekreasi atau bepergian ke objek wisata;

17. Ikut Kegiatan sosial/Gotong royong: Berdasarkan data Susenas-MSBP 2015 dan
2018 dalam blok keterangan hubungan kemasyarakatan. Pertanyaan yang menjadi
proxy untuk topik ini adalah melakukan kegiatan gotong royong dan kegiatan sosial
seperti halal bihalal, kesenian, maupun posyandu.

Hasil pengukuran variabel pembentuk iBangga berdasarkan susenas 2017-2019


digunakan untuk mengestimasi kondisi di tahun 2020. Estimasi kondisi di tahun 2020
ini menggunakan metode proyeksi berdasarkan rata-rata tren dan kondisi tahun 2019
sebagai data dasarnya. Setiap variabel pembentuk iBangga memiliki variasi distribusi
yang berbeda. Karena itu, untuk menghilangkan bias perbedaan ukuran, maka perlu
dilakukan standarisasi terhadap masing-masing variabel dengan rumus sbeagai berikut:
106 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

jika arahnya positif

dan

jika arahnya negatif

Tabel 3. 16 Deskripsi Nilai Maksimum, Minimum dan Sebaran

Setelah semua nilai-nilainya distandarisasi dengan menggunakan persamaan di


atas, maka selanjutnya menghitung nilai komposit masing-masing dimensi dengan
menggunakan persamaan berikut:
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 107

Rata-rata Aritmetik

Langkah terakhir adalah menghitung nilai Indeks Pembangunan Keluarga dengan


menggunakan rata-rata:

Hasil perhitungan iBangga Tahun 2020 sebesar 53,93 dari target renstra tahun 2020
adalah 53,57. Artinya, nilai iBangga pada tahun 2020 berhasil melampaui target yang
telah ditetapkan. Berdasarkan dimensinya, secara nasional nilai indeks ketentraman,
kemandirian dan kebahagiaan masing-masing sebesar 54,00; 57,46 dan 50,34.

Analisis Capaian iBangga Tahun 2020

Sumber data capaian TFR tahun 2020 mengacu pada Laporan Indikator Kinerja
Utama Tahun 2020, berdasarkan rumus dan metode perhitungan yang valid melalui
serangkaian metodologi. Secara lengkap hasil perhitungan TFR dapat di lihat pada
https://cis.bkkbn.go.id/latbang/?wpdmpro=laporan-indikator-kinerja-utama-iku-
tahun-2020. Dari laporan tersebut dapat ditentukan capaian iBangga pada tahun 2020
apabila dibandingkan dengan target sebesar 53,57, maka dapat terealisasi sebesar
53,95 atau capaian sebesar 100,7 persen dengan kategori sangat baik.

Tabel 3. 17 Pencapaian iBangga Tahun 2020

Berdasarkan capaian provinsi, terdapai 13 provinsi dengan nilai iBangga yang sudah
memenuhi target Rentra yaitu: Provinsi Aceh, Jambi, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara. Provinsi DI Yogyakarta merupakan provinsi
dengan angka iBangga tertinggi yaitu sebesar 68,48; sedangkan angka iBangga
terendah berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua masing-masing sebesar
39,76 dan 39, 94. Berdasarkan dimensinya, provinsi dengan angka ketenteraman
108 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

tertinggi berada di Aceh (67,29), sedangkan provinsi dengan nilai ketentraman


terendah berada di Maluku (32,58). Menurut dimensi kemandirian, angka tertinggi
berada di provinsi DKI Jakarta (77,30), sedangkan terendah di Provinsi Papua (24,98).
Kemudian, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan angka tertinggi
dari dimensi kebahagiaan, sedangkan angka terendah berada di Provinsi Sulawesi Barat
(27,88).

Tabel 3. 18 Nilai Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) Seluruh Provinsi

Upaya yang telah dilakukan pada tahun 2020 adalah sebagai berikut :

1. Menyusun buku saku iBangga sebagai bahan sosialisasi awal kepada pemangku
kepentingan, Kementerian/Lembaga terkait, provinsi, Kabupaten dan Kota
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 109

2. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan kemandirian ekonomi keluarga dengan


sasaran kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
dalam mendukung dimensi kemandirian melalui :

a. Menyusun flipchart Pengelolaan Keuangan Keluarga sebagai media edukasi


melalui pendekatan siklus hidup;

b. Menyusun buku Tatanan Hidup Baru Dalam Rangka Pengelolaan Keuangan


Keluarga;

c. Menyusun buku Sukses Membangun Ekonomi Keluarga di Era Digital;

d. Membuat Aplikasi Ayo Usaha Ekonomi Keluarga (Yo Sakurga) berbasis


Android sebagai media informasi peningkatan usaha ekonomi keluarga
akseptor, pemasaran hasil produk dan jejaring kelompok UPPKA dengan mitra
kerja potensial;

e. Webinar 5 series peningkatan kemandirian ekonomi keluarga bersama para


pakar dan mitra;

f. Pelatihan pemasaran produk bekerjasama dengan ecommerce/online shop


bagi kelompok UPPKA secara daring.

Gambar 3. 4 Screenshoot Aplikasi Yo_Sakurga


110 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3. 5 Cover Buku penunjang Kegiatan pemberdayaan kemandirian ekonomi keluarga

3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam pengasuhan remaja melalui


program Bina Ketahanan Remaja sehingga mendukung meningkatnya dimensi
kebahagiaan;

4. Menguatkan karakter remaja dengan berbagai kegiatan antara lain :

a. Workshop Tentang Kita (segmentasi usia 10-14 tahun; 15-19 tahun; 20-24
tahun) bagi pengelola program (https://www.youtube.com/results?search_
query=workshop+tentang+kita )

b. “Charge Your Life Program” Bagi Pendidik Sebaya

c. Workshop Online “Peran Penting Pendidik Sebaya dalam Menjalankan


Kegiatan di masa Pandemi dan New Normal”

d. Edukasi Kespro melalui Media Sosial GenRe (Ponggo, OPA, Games GenRe,
Q&A)
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 111

5. Talkshow Pembangunan Keluarga sebagai kegiatan advokasi kepada Kementerian/Lembaga terkait, Bappeda, dan
OPD KB Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

6. Meningkatkan kualitas hidup lansia melalui pendampingan keluarga lansia, dengan berbagai kegiatan antara lain :

a. Pengembangan aplikasi Go Lansia Tangguh (Go Lantang) tentang informasi dan data lansia dapat diakses
melalui Google Play Store atau melalui web https://golantang.bkkbn.go.id/

b. Webinar tentang kelanjutusiaan bersama pakar dan public figure kepada pengelola program, mitra kerja, dan
sasaran poktan;

c. Pembuatan infografis, videografis, dan vlog bagi lansia di era Pandemic COVID-19 dengan berbagai Bahasa
daerah;

d. Pengembangan model sekolah lansia.

Gambar 3. 6 Screenshoot golantang pada google playstore

Gambar 3. 7 Screenshoot beranda golontang.bkkbn.go.id


112 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

7. Meningkatkan kualitas keluarga hidup rentan melalui pemberdayaan keluarga


dengan berbagai kegiatan antara lain:

a. Melakukan pelayanan konseling keluarga melalui pusat pelayanan keluarga


sejahtera baik secara daring maupun luring.

b. Pengembangan aplikasi Satya Gatra bagi keluarga rentan yang dapat di akses
melalui web https://satyagatra.bkkbn.go.id/

c. Pengembangan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera di tingkat kecamatan


atau balai penyuluhan KB.

Gambar 3. 8 Screenshoot beranda Aplikasi PPKS Satyagatra

8. Meningkatnya kemampuan keluarga dalam pengasuhan dan pendampingan anak


dalam rangka pembentukan karakter maka dilakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Membuat aplikasi Sistem Informasi Tumbuh Kembang Anak (SINTA) yang


berisi tentang Kartu Kembang Anak (KKA), Kalender Pengasuhan yang berisi
data perkembangan anak yang dipantau menggunakan Kartu Kembang
Anak (KKA) dan kalender yang bersi aktifitas Ibu hamil dan orang tua yang
mempunyai baduta dalam pengasuhan 1000 HPK . Aplikasi SINTA terintegrasi
dengan website Orang Tua Hebat;

b. Penyusunan buku pembentukan karakter anak sejak usia dini sebagai bahan
atau media sosialisasi Poktan BKB;

c. Talkshow Interantif dalam rangka Hari Anak Nasional “ Menjadi Orang


tua Hebat dengan Gembira di Rumah bersama keluarga, dengan sasaran
masyarakat dan keluarga yg bertujuan Di Masa era masa COVID-19 ini dengan
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 113

quality time dengan keluarga kegiatan di Rumah aja sangat tepat sesuai
dengan anjuran Pemerintah;

d. Webinar Parenting dalam rangka Hari Keluarga Nasional “ Siap menghadapi


New Normal melalui Parenting untuk kesehatan dan Kebahagian keluarga
dengan sasaran kepada masyarat bagaimana pengasuhan dilakukan oleh
orang tua di masa pandemi.

9. Penyusunan buku pembentukan karakter anak sejak usia dini sebagai bahan atau
media sosialisasi Poktan BKB;

10. Website Orang Tua Hebat.Bkkbn.go.id yang berisi kaitan dengan konten-
konten konsultasi parenting dan konsultasi Gizi dan Imunisasi dengan sasaran
masyarakat umum.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam Capaian iBangga adalah:

1. Indeks Pembangunan Keluarga sebagai alat ukur pembangunan keluarga


merupakan hal yang baru sehingga belum banyak stakeholders baik pusat,
provinsi, dan Kabupaten/Kota yang memahami konsep iBangga, sehingga
keberhasilan nilai iBangga sangat tergantung pada pelaksanaan dan komitmen
lintas sektor yang terkait;

2. Masih terbatasnya bahan advokasi dan KIE terkait iBangga, baik untuk melakukan
advokasi kepada stakeholders terkait maupun KIE kepada masyarakat;

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Sesuai Renstra BKKBN 2020-2024, target IBangga telah ditetapkan sampai dengan
tahun 2024 sebagai tahun akhir RPJMN 2020-2024. Sehingga perlu diperkirakan posisi
capaian tahun 2020 dibandingkan dengan target pada tahun 2024. Dalam tabel di
bawah ini tergambar bahwa capaian tahun 2020 adalah sebesar 88,43 persen apabila
dibandingkan dengan target tahun 2020.

Tabel 3. 19 Pencapaian iBangga tahun 2020 dengan target Renstra tahun 2024
114 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Upaya perbaikan kinerja tahun 2021 dari sisi perencanaan dilakukan dengan penguatan
rencana kerja sesuai dengan Roadmap iBangga 2020 – 2024, sehingga pada tahun
2021 dapat terlaksana harmonisasi dengan kementerian/lembaga, sosialisasi kepada
mitra kerja pemerintah daerah, dan intervensi program pembangunan keluarga serta
pengukuran iBangga pada Pendataan Keluarga 2021.

Sumber data: Kedeputian KSPK

Sedangkan perbaikan dalam rangka peningkatan kinerja dilakukan melalui hal-hal


sebagai berikut;

1. Menyusun bahan advokasi dan KIE yang komprehensif konsep iBangga antara
lain : buku saku intervensi iBangga sebagai panduan untuk meningkatkan
iBangga di Kabupaten dan Kota, ;

2. Melaksanakan advokasi kepada stakeholders ditingkat Kementerian/


Lembaga,Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam pelaksanaan pembangunan
keluarga sesuai dengan komponen-komponen pendukung iBangga.

3. Mendorong ditetapkannya kebijakan implementasi iBangga di Kabupaten/


Kota melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri sebagai regulator pelaksanaan
pembangunan keluarga di daerah.

4. Mendorong kebijakan yang mampu merangkul seluruh lintas sektor agar bisa
berkontribusi untuk pencapaian iBangga

Sedangkan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pengembangan


inovasi dan terobosan kegiatan baru yang dapat mendorong keluarga berfungsi secara
optimal sesuai dengan delapan fungsi keluarga dalam upaya pembentukan karakter
anak sehingga bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Manfaat Tercapainya iBangga untuk masyarakat adalah Tercapainya iBangga


menunjukkan adanya peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 115

ditandai dengan rasa aman, tentram, dan bahagia dengan menjalankan delapan fungsi
keluarga, yaitu fungsi agama, fungsi perlindungan, fungsi cinta kasih, fungsi sosialisasi
pendidikan, fungsi sosial budaya, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi
lingkungan sehingga dapat menghindarkan dari kondisi kerentanan keluarga.

A.2.6 Median Usia kawin Pertama Perempuan (MUKP)

Di Indonesia, perkawinan memiliki hubungan yang kuat dengan fertilitas, karena pada
umunya perempuan melahirkan setelah ada dalam ikatan perkawinan. Dapat dikatakan
bahwa perkawinan merupakan awal seseorang berisiko hamil, dengan demikian usia
kawinan pertama dapat digunakan sebagai indikator awal seseorang berisiko hamil.
Mengetahui median usia kawin pertama sangat penting dalam mempelajari perubahan
pola fertilitas di Indonesia. Indikator median umur kawin pertama (MUKP) pada laporan
ini dihitung menggunakan data Susenas tahun 2016-2019 dengan mempertimbangkan
faktor pendidikan dengan pertimbangan pendidikan relatif siginifikan terhadap pandemi
Covid-19 karena terus berlangsung meskipun ada pembatasan dalam tatap muka dan
interaksi sosialnya.

Susenas secara rutin mengumpulkan data tentang umur pertama kali menikah untuk
semua anggota rumah tangga yang berstatus menikah dan pernah menikah (cerai hidup
dan cerai mati). Pengukuran umur kawin pertama menggunakan pemusatan median,
karena median lebih siginifikan dibandingkan ukuran pemusatan lainnya, seperti rata-
rata atau modus. Nilai rata-rata juga memiliki sifat sensitif terhadap data-data pencilan
atau outlier. Perhitungan MUKP dengan data Susenas dilakukan dengan kontrol tingkat
pendidikan sebagai proxy status ekonomi rumah tangga. Perilaku MUKP antar kelompok
tingkat pendidikan dimaksudkan untuk menentukan perubahan perilaku menikah,
termasuk dalam suasana pandemi covid-19 yang terjadi di awal tahun 2020 ini. Tingkat
pendidikan dibagi menjadi 5 kelas dengan menggunakan kuintil 1 sampai kuintil 5.

Tren median umur kawin pertama untuk masing-masing tingkat pendidikan dihitung
sejak tahun 2016 hingga 2019. Rata-rata pertumbuhan median umur kawin pertama
selanjutnya digunakan untuk melakukan estimasi MUKP pada tahun 2020 dengan
menggunakan data dasar susenas 2019.
116 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis Pencapaian MUKP Tahun 2020

Sumber data capaian MUKP tahun 2020 merujuk pada Laporan Indikator Kinerja
Utama Tahun 2020, berdasarkan rumus dan metode perhitungan yang valid melalui
serangkaian metodologi. Secara lengkap hasil perhitungan MUKP dapat di lihat pada
https://cis.bkkbn.go.id/latbang/?wpdmpro=laporan-indikator-kinerja-utama-iku-
tahun-2020

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa capaian MUKP tahun 2020 sebesar 20,73 dari
target yang ditetapkan sebesar 21,9, sehingga capaiannya adalah sebesar 94,5 persen
dengan kategori sangat baik.

Tabel 3. 20 Pencapaian Median Usia Kawin Pertama Perempuan Tahun 2020

Berdasarkan angka provinsi, terdapat delapan (8) provinsi yang sudah memenuhi
target Renstra yang ditetapkan yaitu: Provinsi Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, DKI
Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Aceh dan Nusa Tenggara Timur. Provinsi
Kepulauan Riau merupakan provinsi dengan angka MUKP tertinggi yaitu 22,95,
sedangkan provinsi dengan angka terendah berada di Provinsi Kalimantan Selatan
(19,59).

Grafik 3. 10 Median Umur Kawin Pertama Perempuan (MUKP) Seluruh Provinsi

Sumber : Data diolah,2020


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 117

Analisis Tren Pencapaian MUKP Periode Tahun 2016 – 2020

Grafik 3. 11 Tren Capaian MUKP Periode Tahun 2016 -2020

Berdasarkan grafik di atas, maka tren capaian MUKP dari tahun 2016 secara umum
dapat terealisasi dengan baik dengan persentase capaian tertinggi pada tahun 2019
yaitu sebesar 103,8 dan persentase capaian terendah pada tahun 2020 sebesar
94,52.

Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian kinerja adalah:

1. Menguatkan karakter remaja dengan berbagai kegiatan edukatif youth friendly


antara lain:

a. Covering Theme song BKKBN Challenge

b. Kampanye #2125 Keren adalah media edukasi kepada remaja untuk terus
menyiapkan remaja menikah pada usia ideal menikah yaitu 21 tahun untuk
wanita dan 25 tahun untuk pria sehingga 10 dimensi kesiapan berkeluarga
terpenuhi.

c. Webinar Series Remaja: Having Fun Without Getting Sick sebagai


bagian edukasi kespro dan gizi kepada remaja (tautan:https://youtu.be/-
znrmMe8Mt4)

d. Workshop Online “Peran Penting Pendidik Sebaya dalam Menjalankan


Kegiatan di masa pandemi dan New Normal”

e. Edukasi Kespro melalui Media Sosial GenRe (Ponggo, OPA, Games GenRe,
Q&A)
118 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

f. Webinar kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas pada Masa Pandemi

g. Pelatihan Konselor dengan dokter Gen Z

h. Media Visit sebagai upaya advokasi Generasi Berencana (GenRe) kepada


media strategis sehingga program ketahanan remaja semakin melembaga.

2. Meningkatkan kesiapan berkeluarga bagi remaja melalui website siap nikah


(https://siapnikah.org/ ) yang memuat konten identifikasi skor siap nikah,
informasi tentang persiapan berkeluarga, dan konsultasi tentang masalah
kesiapan berkeluarga yang dimonitoring pemanfaatan aplikasi tersebut secara
berkala setiap bulan.

3. Menyusun Media Kit Siap Nikah Cegah Stunting sebagai Media Edukasi
Kepada para remaja yang bersisikan substansi Kespro dan gizi serta penyiapan
kehidupan berkeluarga melalui media games dan komik.

Hambatan dan permasalahan dalam pencapaian MUKP adalah:

1. Perilaku berisiko pada remaja meningkatkan risiko perkawinan remaja.

2. Masih bervariasinya kebijakan pemerintah daerah mengenai batas usia


pernikahan, walaupun Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menetapkan batas minimal umur
perkawinan yaitu 19 tahun.

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Sesuai Renstra BKKBN 2020-2024, target MUKP telah ditetapkan sampai dengan
tahun 2024 sebagai tahun akhir RPJMN 2020-2024. Sehingga perlu diperkirakan
posisi capaian tahun 2020 dibandingkan dengan target pada tahun 2024. Dalam table
berikut dapat tergambar bahwa capaian tahun 2020 adalah sebesar 93,66 persen
dibandingkan target tahun 2024.

Tabel 3. 21 Perbandingan capaian MUKP tahun 2020 dengan target Renstra tahun
2024

Upaya perbaikan kinerja tahun 2021 terkait sisi perencanaan dilakukan dengan
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 119

penyusunan peta kerja yang memiliki keterkaitan dengan kementerian/lembaga lain


terutama untuk penanganan kesiapan berkeluarga yaitu Kemenko PMK dan kemneterian
Agama.

Upaya perbaikan dalam peningkatan kinerja dilaksanakan antara lain:

1. Penguatan Orientasi Youth Participation bagi pengelola program dan Remaja


GenRe sebagai upaya pelibatan remaja yang bermakna

2. Menerbitkan buku lifeskill sebagai upaya penguatan karakter remaja sehingga


remaja mampu melewati lima transisi remaja dalam kehidupannya mulai dari
bersekolah sampai mereka menjalani sebagai anggota masyarakat yang aktif dan
sehat.

Sedangkan rencana perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan


optimalisasi pemanfaatan hasil dari web siap nikah sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan kesiapan berkeluarga.

Manfaat Tercapainya MUKP untuk masyarakat adalah:

Dengan peningkatan MUKP, maka remaja dapat optimal mengembangkan dirinya


menjadi remaja yang sehat, unggul, inovatif, dan produktif. Peningkatan karakter dan
kompetensi remaja tersebut adalah modal kualitas SDM Indonesia untuk berkontribusi
dalam pembangunan. Sedangkan kualitas SDM yang rendah akan menjadikan remaja
menjadi beban negara.

Hasil kajian tentang risiko pernikahan remaja yang dilakukan di 55 negara


berpendapatan menengah dan rendah menunjukan adanya hubungan antara usia ibu
saat melahirkan dengan angka kejadiaan stunting, semakin muda usia ibu melahirkan
semakin besar kemungkinannnya untuk melahirkan anak yang stunting (Finlay, Ozaltin
and Canning, 2011). Selaian itu risiko perceraian tertinggi terjadi pada kelompok usia
20–24 tahun dengan usia pernikahan belum genap 5 (lima) tahun yang disebabkan
ketidaksiapan dalam menjalani perkawinan. Calon pasangan yang akan berkeluarga
perlu menyiapkan dan merencanakan kehidupan berkeluarganya sesuai usia ideal
menikah yaitu wanita 21 tahun dan untuk pria 25 tahun. Terdapat 10 dimensi kesiapan
berkeluarga yaitu dari kesiapan fisik, mental, finansial, moral, emosional, social,
interpersonal, ketrampilan hidup, dan kesiapan intelektual sehingga akan tercipta SDM
yang berkualitas menuju Indonesia emas pada tahun 2045.
120 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

A.3 Capaian Kinerja Sasaran Program Tahun 2020

Tabel 3. 22 Pencapaian Sasaran Program (Outcome) BKKBN TA 2020

Sumber data : 2) Laporan Kinerja Kedeputian Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan 2020
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 121

A.3.1 Persentase SDM Aparatur dan Tenaga Program yang Kompeten

Persentase SDM aparatur dan tenaga program yang kompeten dari target yang telah
ditetapkan pada tahun 2020 yaitu 30 persen dan telah tercapai 32,7 persen atau
capaian sebsar 109 persen dari 3.109 ASN BKKBN di BKKBN Pusat dan Perwakilan
BKKBN Provinsi.

Analisis Pencapaian SDM Aparatur dan Tenaga Program yang Kompeten Tahun
2020

Tabel 3. 23 Pencapaian SDM Aparatur dan Tenaga Program yang Kompeten Tahun 2020

Indikator persentase SDM aparatur dan tenaga program yang kompeten didefinisikan
dengan persentase SDM aparatur dan tenaga program yang mengikuti diklat dan lulus
dengan kategori baik dan sangat baik. Sumber data diperoleh dari data SIDIKA melaui
http://aplikasi.bkkbn.go.id/sidika/. Rumus perhitungan indikator kinerja adalah sebagai
berikut:

Keterangan :

Jumlah 3.109 aparatur dan tenaga program adalah jumlah ASN BKKBN yang ada di
BKKBN Pusat dan Perwakilan BKKBN Provinsi (tanpa PKB PNS).
122 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Perbandingan Target dan Realisasi Tahun 2020 dengan Target Dua Tahun
Terakhir (2019 dan 2018)

Target dan realisasi tahun 2020 tidak dapat dibandingkan dengan target dan realisasi
dua tahun sebelumnya dikarenakan terdapat perbedaan definisi operasional dengan
tahun 2020. Angka realisasi pada dua tahun sebelumnya tidak mengukur tingkat
kelulusan peserta (sangat baik, baik, cukup, tidak lulus) melainkan hanya menghitung
jumlah peserta yang telah mengikuti pelatihan, sedangkan pada tahun 2020,
perhitungan angka target dan realisasi tahun 2020 dilaksanakan dengan menghitung
persentase jumlah peserta yang lulus pelatihan dengan kategori nilai kelulusan baik dan
sangat baik.

Upaya yang telah dilakukan dalam pencapaian target ini dipenuhi melalui pelaksanaan
kegiatan yang diukur tingkat kelulusannya sebagai berikut:

1. Pelatihan Dasar CPNS dengan total peserta 17 peserta dari komponen BKKBN
Pusat dan Perwakilan BKKBN Provinsi dan seluruhnya lulus dengan kategori baik/
sangat baik.

2. Pelatihan Teknis Demografi Terapan, dilaksanakan sejumlah 5 angkatan dengan


total peserta 668 peserta dari komponen BKKBN Pusat dan Perwakilan BKKBN
Provinsi, dimana 596 peserta lulus dengan kategori baik/sangat baik dan 72
peserta belum memenuhi standar kelulusan.

3. Pelatihan Teknis Siaga Cegah COVID-19 Melalui Optimalisasi Penerapan 8


Fungsi Keluarga bagi ASN BKKBN, dilaksanakan sejumlah 2 angkatan dengan
total peserta 248 peserta dari komponen BKKBN Pusat dan Perwakilan BKKBN
Provinsi, dimana 211 peserta lulus dengan kategori baik/sangat baik dan 37
peserta belum memenuhi standar kelulusan.

4. Pelatihan Penjenjangan Widyaiswara Tingkat Lanjutan, dengan total peserta


21 peserta dari komponen BKKBN Pusat dan Perwakilan BKKBN Provinsi dan
seluruhnya lulus dengan kategori baik/sangat baik.

5. Pelatihan Penjenjangan Widyaiswara Tingkat Menengah dengan total peserta 2


peserta dan seluruhnya lulus dengan kategori baik/sangat baik.

6. Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II dengan total peserta 12


peserta dan seluruhnya lulus dengan kategori baik/sangat baik.

7. Workshop Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


dengan total peserta 187 peserta dari komponen BKKBN Pusat dan Perwakilan
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 123

BKKBN Provinsi dan seluruhnya lulus dengan kategori baik/sangat baik.

8. Workshop Managing Online Classroom dan Creative Online Test, dengan total
peserta 14 peserta dan seluruhnya lulus dengan kategori baik/sangat baik.

9. Pelatihan Multimedia Video Pembelajaran dan Managing Successsful Online


Classroom dengan total peserta 64 peserta dari komponen BKKBN Pusat dan
Perwakilan BKKBN Provinsi dan seluruhnya lulus dengan kategori baik/sangat
baik.

10. Workshop Penguatan Kapasitas ASN Pusdiklat dan Balai Diklat KKB dilaksanakan
dalam 2 angkatan dengan total peserta 58 peserta dari komponen Pusdiklat KKB
BKKBN Pusat serta UPT Balai Diklat KKB dan seluruhnya lulus dengan kategori
baik/sangat baik.

Disamping pelaksanaan pelatihan tersebut, BKKBN melalui Pusdiklat KKB juga telah
melaksanakan Training of Trainers (TOT) Pendataan Keluarga Tahun 2020, Bina Keluarga
Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting, Sistem Digital Manajemen
Rantai Pasok (SIRIKA) dan Siaga Cegah COVID-19 Melalui Optimalisasi Penerapan 8
Fungsi Keluarga yang kemudian ditindaklanjuti dengan pelatihan di tingkat provinsi oleh
Bidang Pelatihan dan Pengembangan BKKBN Perwakilan Provinsi bagi Penyuluh KB dan
mitra strategis.

Pelaksanaan pelatihan ini juga didukung dengan pelaksanaan standarisasi kediklatan


melalui proses akreditasi; pengembangan perangkat diklat dalam bentuk kurikulum,
modul; pengembangan dan penerapan teknologi informasi pada kediklatan dalam
bentuk Learning Management System (LSM) melalui platform E Learning dan Belajar
Mandiri; serta mengoptimalkan penggunaan saluran dan media sosial antara lain
Youtube Channel Pusdiklat KKB, Instagram Pusdiklat KKB, serta Facebook Live
Streaming BKKBN Official.

Faktor Keberhasilan pencapaian SDM Aparatur dan Tenaga Program yang Kompeten

Berdasarkan target kinerja pada tahun 2020 yang harus dicapai oleh Pusdiklat KKB,
realisasi kinerja di tahun 2020 dari 2 indikator kinerja utama seluruhnya tercapai
melebihi target yang telah ditentukan. Adapun keberhasilan dalam pencapaian target
tersebut dipengaruhi oleh :

1. Ketersediaan regulasi yang mendukung pelaksanaan tugas Pusdiklat KKB, antara


lain :

a. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana nomor 11 tahun


124 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional. Dalam Peraturan Badan tersebut mengatur terkait
tugas, fungsi serta susunan organisasi Pusdiklat KKB;

b. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana nomor 11 tahun


2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Balai
Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam
Peraturan Badan tersebut menyatakan bahwa UPT Balai Pendidikan dan
Pelatihan merupakan unit pelaksana teknis yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Pusdiklat;

c. Peraturan BKKBN Nomor 13 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Pelatihan


Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana serta Surat
Edaran Kepala BKKBN No.23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan
dan Pelatihan Teknis dan Fungsional di lingkungan BKKBN. Peraturan tersebut
bertujuan untuk mengatur mekanisme pengelolaan pelatihan Program
Bangga Kencana agar semakin kompeten dan professional;

2. Implementasi dan sosialisasi tagline Budaya Kerja Pusdiklat KEREN (Kompeten,


Elektronik, Ramah, Efisien dan Nyaman) sehingga membentuk SDM Pusdiklat
KKB “KEREN” yang mampu bekerjasama sebagai tim dalam pelaksanaan
kegiatan;

Gambar 3. 9 Maklumat Pelayanan Gambar 3. 10 Sosialisasi Tagline Budaya


Pusdiklat KKB Kerja Pusdiklat KEREN pada Instagram
Pusdiklat KKB
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 125

3. Ketersediaan Learning Management System (LMS) dan Sistem Informasi


Kediklatan yang berbasis teknologi informasi yang mendukung pelaksanaan
pelatihan yang diselenggarakan Pusdiklat KKB, yaitu :

a. Tersedianya platform E-learning (https://elearning.bkkbn.go.id/) dan Belajar


Mandiri/BIMA (https://lingkarbelajar.id/) yang mendukung penyelenggaraan
pelatihan berbasis teknologi informasi secara daring/online syncronous
maupun asyncronous.

b. Tersedianya aplikasi SIDIKA (http://sidika.bkkbn.go.id/) yang membantu dalam


melakukan pencatatan kegiatan pelatihan secara daring/online dan terhubung
dengan SIM SDM

Gambar 3. 12 E Learning Pusdiklat KKB Gambar 3. 11 Belajar Mandiri (BIMA)

4. Optimalisasi penggunaan saluran dan media sosial antara lain Youtube Channel
Pusdiklat KKB, Instagram Pusdiklat KKB, serta Facebook Live Streaming BKKBN
Official dalam proses kediklatan;

Gambar 3. 13 Youtube Channel Pusdiklat KKB Gambar 3. 14 Live Streaming Facebook BKKBN
Official
126 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

5. Dukungan Komite Penjaminan Mutu Pusat yang bertugas menjamin kualitas


dalam penyelenggaraan pelatihan serta dukungan berbagai pihak terkait selama
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan

6. Tersedianya media pengaduan untuk memfasilitasi permintaan layanan informasi


dan pengaduan Diklat berbasis Web melalui Fitur Layanan Informasi dan
Pengaduan pada Platform E-Learning Pusdiklat KKB: https://elearning.bkkbn.
go.id/ serta Hotline/sms/whatsapp 081388118806

Gambar 3. 15 Screenshoot Media Pengaduan Diklat Berbasis Web

7. Tersedianya Standar Pelayanan (SOP Layanan), portofolio standar pelayanan,


maklumat pelayanan yang diperuntukkan kepada pelaksana dan penerima
layanan sesuai dengan standar operasional dan prosedur yang sudah
ditentukan;

Gambar 3. 16 Screenshoot SOP, portofolio Standar


Pelayanan, Maklumat pelayanan
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 127

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Tabel 3. 24 Pencapaian Persentase SDM aparatur dan tenaga program yang kompeten
tahun 2020 dengan target Renstra tahun 2024

Rencana perbaikan terkait sisi perencanaan untuk peningkatan kinerja tahun 2021
dilakukan melalui penyusunan jenis pelatihan yang memiliki kategori prioritas tinggi
dalam mendukung Program Bangga Kencana yaitu:

1. Pelatihan Pendataan Keluarga 2021 (PK2021), New Sistem Informasi Keluarga


(SIGA), Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting
serta Penyiapan Perencanaan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR)

2. Pelatihan Dasar bagi formasi CPNS tahun 2021, Pelatihan Teknis Demografi
Terapan serta Advokasi bagi ASN BKKBN, serta Pelatihan Teknis dan
Penjenjangan bagi Pejabat Fungsional di lingkungan BKKBN.

3. Menetapkan indikator kinerja/output 8 (delaapan) balai diklat yang berada


dibawah bimbingan pusdiklat KKB

4. Memfasilitasi penyusunan perjanjian kinerja balai diklat KKB

Rencana perbaikan dalam rangka pencapaian kinerja dilakukan dengan:

1. Mereviu modul pelatihan yang sudah ada dengan tujuan melakukan updating
terhadap isi materi dan substansi pelatihan.

2. Menyiapkan modul pelatihan untuk seluruh jenis pelatihan yang sifatnya baru
yang akan dilaksanakan pada tahun 2021

3. Meningkatkan komepetensi pengelola program dan tenaga widya iswara

4. Melakukan koordinasi dengan Biro SDM mengenai pemetaan komoetensi SDm


yang membutuhkan pelatihan
128 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Rencana perbaikan terkait pengelolaan program dan kegiatan pelatihan:

1. Menyusun jadwal pelatihan secara baik dengan penentuan skala prioritas

2. Melakukan monitoring evaluasi terhadap kinerja balai diklat KKB dan kabid
Latbang di perwakilan

3. Pemanfaatan SIDIKA dan e-learning dalam pengelolaan program dan kegiatan


pelatihan

Manfaat tercapaianya SDM Aparatur dan Tenaga Program yang Kompeten bagi
masyarakat adalah

Penerima manfaat dari pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan, yaitu internal
dan eksternal BKKBN. Penerima manfaat internal terdiri dari seluruh ASN BKKBN yang
telah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat KKB,
baik yang berada di Pusat maupun maupun Perwakilan BKKBN Provinsi. Penerima
manfaat eksternal adalah seluruh mitra terkait yang pernah bekerjasama dengan
Pusdiklat KKB dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Manfaat pendidikan
dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Pudiklat KKB dapat meningkatkan kompetensi
dan kemampuan tenaga pegawai maupun tenaga program di bidang
pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana serta
berpengaruh dalam mempromosikan program Bangga Kencana kepada
mitra terkait.

Sebagai salah satu upaya dalam melakukan analisis atas manfaat


layanan Pusdiklat KKB, Pusdiklat KKB bekerjasama dengan Puslitbang
KBKS BKKBN melaksanakan Survey Kepuasan terhadap Layanan
Pusdiklat tahun 2019 untuk mengukur tingkat kepuasan user terhadap
layanan, dimana dari hasil survey tersebut didapatkan Customer
Satisfaction Index (CSI) berdasarkan aspek kognitif, afektif dan
psikometerik mencapai nilai 0,7929 (79,29%) atau 3,17 untuk skala
(1- 4). Nilai indeks tersebut menunjukkan secara keseluruhan user/
pengguna peserta diklat sangat puas atas hasil pelatihan/orientasi
diklat yang diselenggarakan oleh Pusdiklat KKB. Nilai indeks kepuasan
user/pengguna peserta diklat tersebut sudah mencapai target Renstra
2015-2019 pada penilaian 3 dari skala 1-4.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 129

A.3.2 Persentase Kerjasama Internasional Bangga Kencana yang


diimplementasikan

Persentase kerjasama internasional Bangga Kencana yang diimplementasikan dengan


target 70 persen telah terealisasi sebanyak 88 persen atau capaian sebesar 125
persen dengan kategori sangat baik.

Analisis Pencapaian Kerjasama Internasional angga Kencana yang di


implementasikan Tahun 2020

Tabel 3. 25 Pencapaian Kerjasama Internasional Bangga Kencana Yang


Diimplementasikan Tahun 2020

Indikator persentase kerjasama internasional Bangga Kencana yang diimplementasikan


didefinisikan dengan Nota Kesepakatan/Kesepahaman antara pihak BKKBN dengan
negara/ universitas/mitra/NGO/donor yang ditandatangani dan diimplementasikan
dalam berbagai bentuk kegiatan berupa pelatihan, pengiriman expert, pengiriman S2
dan S3 LN, penelitian, bertukar pengalaman dan informasi tentang program Bangga
Kencana. Sumber data diperoleh dari laporan khusus unit kerja dari Pusat Pelatihan dan
Kerjasama Internasional melalui tautan http://citc.bkkbn.go.id . Rumus perhitungan
indikator kinerja adalah sebagai berikut:
130 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Perbandingan Target dan Realisasi Tahun 2020 dengan Target Dua Tahun
Terakhir (2019 dan 2018

Upaya yang telah dilakukan pada tahun 2020 adalah dengan melaksanakan
berbagai kerjasama internasional yaitu:

1. Kerjasama BKKBN dengan Sekretariat Negara RI, UNFPA Indonesia dan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada dalam pelaksanaan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan International Training on Comprehensive Right Based
Family Planning Services selama 5 tahun.

2. Kerjasama BKKBN dengan Sekretariat Negara RI, UNFPA Indonesia dan Rumah
Sakit Universitas Indonesia melalui pembentukan Center of Excellence (COE)
Pelatihan Program Bidang Keluarga Berencana di Rumah Sakit Universitas
Indonesia (RSUI).

3. Kerjasama BKKBN dengan Sekretariat Negara RI, UNFPA Indonesia dan


Commission on Population (PopCom) Filipina, melalui pelaksanaan:

a. South-South and Triangular Cooperation Online Training on Reproductive


Health, Family Planning, Adolescent Reproductive Health and Prevention of
Gender-based Violence and Child Marriage for Bangsamoro Autonomous
Region of Muslim Mindanao Youth Muslim Leaders.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 131

b. Bi National and Steering Committee Meeting Indonesia and Philippines

c. Partisipasi aktif Commission on Population Philippines sebagai narasumber


pada 2nd International Webinar on Family Planning and Family Development
Program in Asian Countries.

4. Kerjasama BKKBN dengan Sekretariat Negara RI, UNFPA Indonesia dan LPPKN
Malaysia dalam pelaksanaan SSTC Webinar on Strategic Partnership with
Muslim Religious Leaders in Family Planning, Reproductive Health, and in
Prevention and Response to Violence Against Women and Child Marriage for
Malaysian Delegates.
132 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

5. Kerjasama BKKBN dengan Asian Population Association (APA) dalam kegiatan


pengembangan kapasitas pegawai yaitu Training Public Policy serta Writing
Academic Journal

6. Kerjasama BKKBN dengan Pemerintah Seychelles melalui pengembangan


Center of Excelence Family Welfare and Family Happines di Kulonprogo –
DI.Yogyakarta.

7. Kerjasama BKKBN dengan JHUCCP melalui


pelaksanaan program My Choice, Remaja,
dan Penanganan COVID -19 dan fasilitasi
international webinar;

8. Kerjasama BKKBN dengan Partners on


Population and Development (PPD) dalam
pelaksanaan Webinar 1 dan 2.

9. Perpanjangan kerjasama BKKBN dengan


Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan
Kesehatan Masyrakat Universitas Gadjah
Mada.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 133

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Walaupun kinerja sudah tercapai, namun dalam prosesnya masih ditemui hambatan
atau permasalahan yaitu sebagai berikut:

b) Belum maksimalnya upaya pendampingan implementasi kerja sama BKKBN


dengan mitra terutama yang melibatkan kementerian/lembaga di luar BKKBN;

c) Dengan adanya pandemi covid-19, BKKBN tidak dapat memfasilitasi pelatihan


ASN ke luar negeri ataupun pelatihan peserta luar negeri ke Indonesia dengan
metode tatap muka. Kedua kegiatan dilakukan secara daring dengan segala
keterbatasan yang ada, misal gangguan jaringan dan peserta pelatihan hanya
dapat diikuti oleh satu negara (single country) karena perbedaan waktu.

d) Perhatian dunia dan dukungan finansial mitra pembangunan fokus pada isu
penanganan dan pemulihan pasca covid-19 yang mengakibatkan kurangnya
dukungan pada program Bangga Kencana termasuk dalam bentuk pelatihan
internasional.

Rencana perbaikan terkait perencanaan dalam rangka peningktan kinerja tahun 2021
dilakukan dengan penerapan adaptasi kehidupan baru (new normal) dalam proses
perencanaan program dan anggaran di Pusat Pelatihan dan Kerja Sama Internasional
KKB BKKBN tetap harus dilakukan pada tahun 2021 karena pandemic Covid-19 belum
dapat dipastikan berakhir di tahun 2021 ini.

Rencana perbaikan dalam pencapaian kinerja dilakukan dengan:

1. Mengoptimalkan kemitraan BKKBN di forum-forum internasional/negara sahabat/


badan hukum asing/sumber pendanaan asing lainnya sebagai instrumen perwujudan
Indonesia sebagai bagian dari komunitas global.
134 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

2. Mengaktifkan kembali pelatihan internasional melalui virtual meeting

Rencana perbaikan terkait pelaksanaa program dan kegiatan dilaksanakan melalui


komunikasi aktif dengan mitra kerja internal maupun eksternal dalam merencanakan
event dan forum internasional

Analisis manfaat untuk program dan atau masyarakat:

PULIN mendukung pencapaian indikator sasaran program dan indikator kinerja


utama eselon I, yaitu persentase kerjasama internasional Bangga Kencana yang
diimplementasikan. Dukungan terhadap indikator ini secara tidak langsung bermanfaat
kepada masyarakat melalui implementasi kerjasama BKKBN dengan mitra terkait.

A.3.3 Persentase Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Penentuan Kebijakan


Program Bangga Kencana.

Persentase Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam penentuan kebijakan Program KKBPK


tahun 2020 ditargetkan sebesar 75 persen tercapai 85,58 persen atau sebesar
114,11 persen.

Analisis Pencapaian Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Tahun


2020

Tabel 3. 26 Pencapaian Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Tahun 2020

Indikator Persentase pemanfaatan hasil penelitian dalam penentuan kebijakan


Program Bangga Kencana didefinisikan dengan hasil penelitian dan pengembangan
Bangga Kencana yang dimanfaatkan sebagai acuan kebijakan dilingkungan BKKBN.
Penelitian yang diukur adalah penelitan yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan KB dan KS serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan.
Laporan akhir dapat diunduh pada tautan https://cis.bkkbn.go.id/latbang. Rumus
perhitungan indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 135

Hasil tersebut diperoleh dari hasil penghitungan Indek Kepuasan Konsumen (IKK)
dengan hasil perhitungan sebagai berikut:

Persentase pemanfaatan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan


KS = 85,97 %

Persentase pemanfaataan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan


Kependudukan = 85,18%

Sehingga total Persentase pemanfaatan hasil penelitian dalam penentuan kebijakan


Program Bangga Kencana adalah:

Pelaksanaan survei pada tahun 2020 cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya
dimana tahun 2020 pengumpulan data dilaksanakan secara daring dengan
menggunakan google form sebagai instrumen. Survei ini dilakukan di BKKBN Pusat dan
di enam provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, D.I. Yogyakarta,
Jawa Timur, Sulawesi Tenggara dan Bengkulu, serta mitra eksternal BKKBN.

Upaya yang telah dilakukan pada tahun 2020 sehingga dapat meningkatkan capaian
kinerja adalah:

1. Mengoptimalkan kapasitas peneliti baik di BKKBN Pusat maupun di Perwakilan


BKKBN Provinsi untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan terutama
dalam kondisi pandemi covid-19.

2. Kerjasama kemitraan dengan perguruan tinggi minimal terakreditasi B.


136 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

3. Pemanfaatan aplikasi kemitraan untuk mengoptimalkan kegiatan kerjasama


penelitian dengan mitra perguruan tinggi.

4. Melakukan survei secara daring sehingga dapat mencapai output penelitian dan
pengembangan.

5. Seminar, webinar dan diskusi pengembangan online yang dilakukan secara


berkala dengan topik mengenai Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana.

6. Pengelolaan e Jurnal Keluarga Berencana sebagai sarana untuk mempublikasikan


karya tulis ilmiah (KTI) melalui https://ejurnal.bkkbn.go.id.

Walaupun kinerja sudah tercapai, namun dalam prosesnya masih ditemui hambatan
atau permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Belum terakreditasinya jurnal Keluarga Berencana pada tahun 2020. Salah satu
quick win Kedeputian Bidang Lalitbang adalah pengelolaan jurnal dengan target
agar jurnal Keluarga Berencana dapat terakreditasi oleh Kementerian Riset dan
Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) namun karena
situasi pandemi akreditasi hanya dilakukan dua kali di tahun 2020. Saat ini kemajuan
proses akreditasi telah sampai pada tahap pemeriksaan dokumen melalui aplikasi
https://ejurnal.bkkbn.go.id.

2. Terbatasnya penelitian dan pengembangan yang dilakukan. Kondisi pandemi


menyebabkan proses pengumpulan data di lapangan menjadi terhambat dan tidak
dapat dilakukan secara langsung melainkan melalui sistem daring. Sementara
beberapa penelitian yang sudah direncanakan sejak tahun 20198 tidak dapat
dilakukan karena kondisi pandemi covidCOVID-19 dan jika dilakukan secara daring
dikhawatirkan akan terjadi bias.

3. Adanya tuntutan data dan informasi hasil penelitian dan pengembangan yang
akurat, terkini dan relevan dengan kondisi Program Bangga Kencana.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 137

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Rencana perbaikan dari sisi perencanaa dilakukan dengan penentuan topik Penelitian
dan pengembangan berdasarkan kebutuhan unit kerja dengan mengirimkan surat
tentang permintaan usulan penelitian

Upaya perbaikan kinerja tahun 2021 yang terkait peningkatan kinerja antara lain:

1. Melaksanakan sosialisasi dan diseminasi hasil-hasil penelitian secara


berkesinambungan kepada customer puslitbang baik internal maupun eksternal.

2. Kerjasama kemitraan dengan mitra perguruan tinggi terakreditasi minimal B


dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.

3. Mengembangkan link tautan materi dan hasil-hasil penelitian dan pengembangan


pada https://cis.bkkbn.go.id/latbang

Rencana perbaikan terkait pelaksanaan program dan kegiatan meliputi:

1. Meningkatkan kontribusi perguruan tinggi dalam penelitian dan pengembangan


Program Bangga Kencana.

2. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi peneliti pusat dan provinsi

3. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pemanfaatan hasil penelitian


dan pengembangan.

4. Pengelolaan e jurnal Keluarga Berencana beserta akreditasinya


138 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis manfaat untuk program dan masyarakat:

Hasil penelitian dan kajian Program Bangga Kencana dapat mendukung peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia, selain dapat dikembangkan menjadi inovasi
berbasis riset Program Bangga Kencana. Penerima manfaat internal terdiri dari seluruh
unit kerja baik BKKBN maupun Perwakilan BKKBN Provinsi, yang menggunakan data dan
informasi hasil penelitian dan perkembangan Program KKBPK Bangga Kencana dalam
merencanakan, menyusun dan mengevaluasi kebijakan, strategi, program dan kegiatan.
Sedangkan penerima manfaat eksternal, terdiri dari berbagai unsur baik dari jajaran
pemerintahan dan non pemerintahan, meliputi kelompok ataupun perseorangan seperti
organisasi profesi, universitas, Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat (LSOM),
mahasiswa dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, pengembangan kemitraan dan
kerjasama global dilakukan untuk memperkuat Program Bangga Kencana.

A.3.4. Capaian Tingkat Kepuasan (Indeks) Layanan Dukungan Manajemen


Program Bangga Kencana

Indikator kinerja ini mengukur tingkat kepuasan layanan kesekretariatan yang


dilakukan oleh Biro Umum dengan melakukan survei layanan ke unit organisasi lainnya
di lingkungan BKKBN Pusat. Mekanisme pengumpulan data kinerja untuk mengukur
capaian kinerja indikator disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3. 27 Mekanisme Pengumpulan Data Tingkat Kepuasan (Indeks) Layanan


Dukungan Manajemen Program Bangga Kencana
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 139

Pengolahan data menggunakan analisis statistik deskriptif untuk data karakteristik


responden dan analisa perhitungan indeks menggunakan analisis Customer
Satisfaction Index (CSI) serta perhitungan skor tingkat harapan dan tingkat kenyataan
menurut perhitungan Importance Performance Analysis (IPA). Interval skala untuk
kategori kriteria CSI disajikan pada tabel 3.5.

Kriteria CSI dibagi 4 dengan perhitungan :

o CSI Minimum : 1/4 ×100=25


o Nilai Maksimum : 4/4 ×100=100
o Rentang : 100-25 = 75
o Banyak Kelas :4
o Panjang Kelas : 75 /4 = 18,75 ≈19

Tabel 3. 28 Interval Skala Untuk Kategori Kriteria CSI

Sumber : Laporan Survei IKK PUSNA

Analisis Pencapaian Tingkat Kepuasan (Indeks) Layanan Dukungan


Manajemen Program Bangga Kencana Tahun 2020

Target yang ditetapkan pada Tahun 2020 adalah sebesar 3,1 (skala 1-4) dan
berdasarkan Survei IKK telah tercapai 3,07 dengan kriteria PUAS, secara jelas disajikan
pada tabel di bawah ini.
140 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3. 29 Pencapaian Tingkat Kepuasan (Indeks) Layanan Dukungan Manajemen


Program Bangga Kencana TA 2020

Berdasarkan hasil pengukuran bahwa capaian indikator IKU sebesar 93.03 persen
dengan kriteria sangat baik. Dari segi Tingkat kepuasan (indeks) layanan juga masuk
dalam kriteria PUAS. Adapun upaya yang telah dilakukan adalah:

a. Pengembangang yaitu SIPP (Sistem Informasi Penghasilan Pegawai) untuk


memberikan imformasi terkait masalah tersebut;

b. Rotasi atau perubahan lokasi kerja sesuai hasil pengawasan setiap triwulan

c. Pelatihan kebugaran tubuh petugas keamanan, baris berbaris, pelatihan


pemadam kebakaran, evakuasi bencana dan pelatihan bela diri secara rutin.

d. Pembinaan tentang tata kelola persuratan, pelayanan telepon/fax

e. Pengembangan sistem kearsipan melalui aplikasi SRIKANDI (Sistem Reformasi


Imformasi Kearsipan Dinamis)

f. Penambahan jabatan fungsional arsiparis

Hal-hal yang masih menjadi kendala dan permasalahan dalam pencapaian target kinerja
antara lain:

a. Pemotongan uang makan dan tunjangan kinerja belum diinformasikan dengan


jelas;

b. Petugas keamanan belum handal dalam pelayanan keamanan di lingkungan


BKKBN;

c. Pegawai kearsipan dan dokumentasi pada BIRUMAS kurang terampil dalam


melakukan pelayanan administrasi perkantoran;
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 141

d. Kesulitan untuk menghubungi dan menemui pegawai persuratan BIRUMAS pada


jam kerja BKKBN (P2);

e. Kesulitan untuk menghubungi dan menemui pegawai kearsipan dan dokumentasi


BIRUM;

f. Pegawai kearsipan dan dokumentasi BIRUM kurang sigap (Cerdas, Tanggap,


Cepat Dan Tegas) dalam menanggapi keluhan, saran dan masukan yang berkaitan
dengan pelayanan penerimaan dan penyimpanan arsip dari komponen sesuai
dengan prosedur yang berlaku;

g. Belum semua pegawai yang bertugas dalam pemelharaan peralatan kantor,


gedung dan bangunan terampil dan handal dalam memberikan pelayanan
pemeliharaan sarana perkantoran, gedung, dan bangunan kantor serta dilakukan
tidak secara rutin;

h. Petugas kebersihan belum terampil dan paham dalam memberikan pelayanan


kebersihan kantor;

i. Tidak semua keluhan yang berkaitan dengan kebersihan di ruang kerja, ruang
rapat, lobby, taman di lingkungan kantor, dan toilet dapat dipenuhi dengan baik
dengan cepat dan tepat;

j. Tingkat kepedulian terhadap kebutuhan pegawai yang berkaitan dengan


kebersihan di ruang kerja, ruang rapat, lobby, taman di lingkungan kantor, dan
toilet masih rendah;

k. Tata udara (AC) di ruangan kerja tidak semua dalam kondisi baik serta Alat
komunikasi seperti telepon dan faksimile di ruang kerja belum semua berfungsi
dengan baik;

l. Dukungan sarana ruangan kerja (kursi, meja, filling kabinet, lemari) belum semua
sesuai standar.

Analisis Tren Pencapaian Tingkat Kepuasan (Indeks) Layanan Dukungan


Manajemen Program Bangga Kencana Periode Tahun 2016 - 2020

Meskipun Indikator pada tahun 2020 menggunakan indikator pada Renstra 2020-2024
yang nomenklaturnya berbeda dari tahun sebelumnya, namun indikator kinerja Tingkat
Kepuasan (Indeks) layanan dukungan manajemen Program Bangga Kencana masih
dapat dibandingkan dengan tahun 2019 dan tahun 2018, seperti disajikan dalam table
berikut:
142 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3. 30 Perbandingan Capaian Kinerja Tingkat Kepuasan (indeks) Layanaan


dukungan manajemen Program Bangga Kencana Tahun 2020 dengan tahun sebelumnya

Sumber : SKAP 2018-2019 dan Laporan Survei IKK 2020

Berdasarkan tabel di atas, hasil pengukuran capaian indikator kinerja Tingkat Kepuasan
(indeks) layanan dukungan manajemen Program Bangga Kencana pada tahun 2020
adalah 3,07 dari target sebesar 3,1 atau capaian sebesar 93,03 persen. Meskipun
nilai capaian sudah tinggi namun jika dilihat dari realisasinya, maka capaian tahun 2020
mengalami penurunan dari 3,17 menjadi 3,07, namun masih dalam kategori PUAS.
Kenaikan capaian justru terjadi pada capaian tahun 2018 ke 2019 yaitu dari 3,14 ke
3,17.

Laporan survei IKK tahun 2018-2020 memberikan gambaran bahwa pelayanan


Sekreatriat Utama cq. Biro umum dan Humas harus ditingkatkan kinerjanya terkait
dengan pelayanan sarana dan prasarana perkantoran terutama pelayanan kebersihan
kantor

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Perbandingan capaian kinerja tahun 2020 dengan target akhir tahun RPJMN yaitu tahun
2024, dapat tergambat dalam tabel berikut;
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 143

Tabel 3. 31 Tingkat Kepuasan (indeks) Pelayanan Program Bangga Kencana Tahun tahun
2020 dengan target Renstra tahun 2024

Jika dibandingkan dengan target yang harus dicapai pada tahun 2024, pencapaian
kinerja Sekretariat Utama untuk indikator Tingkat kepuasan (indeks) layanan Program
Bangga Kencana adalah sebesar 87,7 persen. Dengan demikian perbaikan kinerja harus
terus diupayakan agar target pada tahun 2024 dapat tercapai 100%.

Rencana perbaikan yang terkait dengan perencanaan dilakukan dengan:

1. Melakukan reviu terhadap definisi operasoinal IKU Sekretariat Utama yaitu


Tingkat Indeks Kepuasan layanan Bangga Kencana, dengan mengikutsertakan
pelayanan pada Biro SDM terkait pelayanan administrasi kepegawaian dan
pelayanan pada Biro Hukum dan organisasi tentang layanan tata kelola dan
perturan perundangan.

2. Menyusun peta kerja pelayanan di lingkungan BKKBN untuk mengidentifikasi


unsur pelayanan yang masih rendah nilainya

3. Pengadaan tenaga outsourcing sesuai kebutuhan pelayanan berbasis output


yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan kinerja Sekretariat Utama

Upaya perbaikan dalam rangka peningkatan kinerja dilakukan melalui:

1. Melakukan peningkatan pelayanan dengan menambah keterampilan pengelola


pelayanan melalui pelatihan teknis meliputi protokoler, sekretaris, dan master of
ceremony;

2. Meningkatkan etos kerja tenaga kebersihan dan petugas keamanan melalui


penetapan standar pelayanan
144 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

3. Menyediakan sarana prasaran kebutuhan kerja terkait pandemi covid

4. Melakukan angket rutin “kotak saran” berbasis online pada saat memberikan
layanan sehingga dapat segera dilakukan tindakan perbaikan

5. Otimalisasi pemanfaatan IT pada pelayanan arsiparis dan persuratan yang sudah


tersedia aplikasinya

Sedangkan upaya perbaikan yang terkait dengan pelaksanaa program dan kegiatan
dilakukan melalui:

1. Meningkatkan tata kelola di BIRUMAS tentang pengadaan barang dan jasa


terkait pelayanan Bangga Kencana

2. Melakukan pemantauan dan evaluasi rutin berkala terkait layanan yang sudah
dilakukan oleh pegawai BIRUMAS kepada ASN BKKBN Pusat;

Analisis Atas Efisiensi Penggunaan sumber Daya

Dalam mendukung pelaksanaan program dan kegiatan serta pelaksanaan tugas


dan fungsi di lingkungan Sekretariat Utama, proses bisnis yang di lakukan secara
keseluruhan sudah lebih mengarah pada pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini
dilakukan agar dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya dilakukan secara efektif,
efisien, prima, profesional, akurat, cepat tepat dan dapat di pertanggung jawabkan.

Adapun jenis aplikasi dengan pemanfaatan teknologi Informasi dalam upaya


peningkatanan Tingkat kepuasan (indeks) layanan Program Bangga Kencana adalah
sebagai berikut:

1 Aplikasi Media Monitoring untuk Pengelolaan pemberitaan Program Bangga Kencana

2. Aplikasi Peminjaman Ruang Rapat

3. Sistem informasi pembayaran gaji (SIPP) untuk informasi Pembayaran Gaji,


Tunjangan dan Uang Makan

4. Sistem Reformasi Informasi Kearsipan Dinamis (SRIKANDI)

5. Sistem Informasi Jadwal Pimpinan (SIPAD)


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 145

A.3.5. Capaian IKU Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK)

Unit kerja berpredikat WBK merupakan perwujudan tata kelola pemerintahan yang
baik dan digunakan sebagai miniatur pelaksanaan reformasi birokrasi. Penilaian WBK
terdiri dari Aspek Proses (6 area perubahan yaitu Manajemen Perubahan, Penataan
Tata Laksana, Penataan Sistem Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja,
Penguatan Pengawasan dan Penguatan Kualitas Pelayanan Publik) dan Aspek Hasil
(Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Organisasi, Pemerintah yang Bersih dan
Bebas KKN, serta Peningkatan Pelayanan Publik). Semakin banyak unit kerja yang
berpredikat WBK, maka semakin baik pelaksanaan RB dan sebagai pencerminan tata
kelola pemerintahan di BKKBN sudah terselenggara dengan baik.

Analisis Pencapaian Jumlah Unit Kerja Berpredikat WBK Tahun 2020

Sumber data capaian Jumlah Unit Kerja Berpredikat WBK pada Tahun 2020 diperoleh dari
hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB yang disampaikan dalam
acara Apresiasi dan Penganugerahan Zona Integritas untuk mewujudkan Indonesia
bebas dari korupsi pada tanggal 21 Desember 2020, terdapat 5 (lima) unit kerja BKKBN
yaitu Direktorat Keluarga Remaja, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan
KB, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah
dan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat. Hasil evaluasi disajikan dalam tabel
berikut:

Tabel 3. 32 Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) Tahun 2020
146 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis Capaian Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK)Tahun 2020 dengan tahun sebelumnya

Pada tahun 2020 terdapat 5 (lima) unit kerja yang memperoleh predikat ZI WBK.
Pada tahun 2019, kegiatan yang terkait pembangunan ZI WBK dilaksanakan dengan
pemantauaan pembangunan ZI WBK, dengan tujuan untuk memberikan fasilitasi
dan pembinaan implementasi ZI WBK terutama kepada perwakilan BKKBN provinsi.
Pemantauan dilaksanakan pada 20 kantor perwakilan dan berdasarkan Surat Deputi
Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan KEMENPANRB
Nomor: B/264/PW.04/2019 tanggal 20 Desember 2019 Hal Hasil Evaluasi Pelaksanaan
Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM di Lingkungan BKKBN, Terdapat
2 (dua) unit kerja BKKBN yaitu Perwakilan BKKBN Provinsi Bangka Belitung dan
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur yang lulus predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK).

Upaya yang telah dilakukan dalam pencapaian Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK)adalah:

1. Penetapan unit Kerja Percontohan, Assessor Eselon I, dan Tim Penilai Internal ZI
menuju WBK/WBBM di lingkungan BKKBN melalui surat Instruksi Kepala BKKBN
Nomor 2332/PW.008/C/2020

2. Penetapan Keputusan Kepala BKKBN Nomor: 242/KEP/C/2020 tentang


Pembentukan Struktur Tim Manajamen Anti Penyuapan Sebagai Fungsi
Kepatuhan Anti Penyuapan Di Lingkungan Inspektorat UtamaMemperluas
cakupan implementasi ZI WBK dari beberapa unit kerja percontohan menjadi
seluruh Unit Kerja Eselon II di BKKBN.

3. Pembinaan dan bimbingan teknis kepada unit kerja atas aspek implementasi
pembangunan ZI WBK melalui virtual meeting maupun pertemuan langsung.

4. Pembentukan Tim Penilai Internal (TPI) yang ditugaskan untuk melakukan


penilaian secara objektif hasil pembangunan yang telah dilakukan oleh masing-
masing unit kerja.

5. Membangun aplikasi SIZUKA (Sistem Informasi Zona Integritas dan Evaluasi


Akuntabilitas Kinerja) sebagai media informasi digital dan sistematis serta
terintegrasi pada seluruh fungsi pembangunan ZI WBK dan WBBM di lingkungan
BKKBN (Mulai dari proses self assesment sampai dengan penentuan penilaian
kelayakan unit kerja untuk diajukan sebagai unit kerja WBK atau WBBM)
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 147

6. Koordinasi/kegiatan evaluasi secara terpadu antara BKKBN dengan Kemenpan-


RB, serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara berkesinambungan dalam
rangka percepatan implementasi pembangunan ZI WBK pada khususnya dan
pencegahan korupsi pada umumnya di lingkungan BKKBN.

Hambatan dan permasalahan yang mempengaruhi capaian adalah:

1. Kurangnya konsolidasi internal unit kerja dalam membangun ZI WBK dan WBBM.

2. Orientasi Tim Assesor Unit Kerja Eselon I tentang pendalaman sasaran dan
indikator pembangunan ZI WBK dan WBBM masih belum terbangun (masih
beradaptasi).

3. Belum ada pemeranan Ketua Tim dan Pengendali Teknis dalam penilaian dan
pembinaan TPI secara berkelanjutan.

Analisis Capaian tahun 2020 dengan target tahun 2024

Target capaian Unit Kerja ZI WBK Tahun 2024 adalah 21, sehingga dengan realisasi
tahun 2020 sebesar 7 (tujuh) unit kerja, maka capainnya baru sebesar 33 persen,
sehingga harus disusun upaya yang lebih komprehensif dalam upaya mewujudkan
capaian kinerja di tahun-tahun yang akan dating.

Tabel 3. 33 Perbandingan Capaian Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari
Korupsi (WBK) Tahun 2020 dengan Target Renstra Tahun 2024
148 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Rencana Perbaikan terkait perencanaan dalam upaya peningkatan kinerja Tahun 2021
adalah terkait dengan Hasil pengukuran kinerja tahun 2020 sebagaimana diuraikan
sebelumnya, terdapat beberapa kelemahan dari aspek perencanaan, yaitu:

1. Terdapat persentase capaian kinerja yang melebihi 200% yaitu pada indikator
kinerja (a) Persentase Materialitas Temuan Eskternal Terhadap Anggaran Satker di
Wilayah III dan (b) Persentase Unit Kerja Percontohan ZI WBK di Wilayah III yang Lolos
TPI.

2. Terdapat kinerja yang bukan merupakan cascading dari kinerja atasanya yaitu Level
maturitas Penilaian Mandiri Penyelenggaraan SPIP Unit Kerja Wilayah III.

Atas kelemahan tersebut, Inspektorat Wilayah III mengusulkan rekomendasi perbaikan


pada dokumen Rencana Strategis 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja 2021 yaitu:

1. Revisi definisi operasional dan metode perhitungan pada indikator kinerja (a)
Persentase Materialitas Temuan Eskternal Terhadap Anggaran Satker di Wilayah III

2. Revisi target pada indikator kinerja Persentase Unit Kerja Percontohan ZI WBK di
Wilayah III yang Lolos TPI, menyesuaikan dengan capaian tahun 2020.

3. Memindahkan indikator kinerja Level maturitas Penilaian Mandiri Penyelenggaraan


SPIP ke Biro Keuangan dan BMN yang lebih selaras dengan cascading kinerja
Sekretaris Utama.

Rencana perbaikan dalam rangka peningkatan kinerja meliputi:

1. Melakukan terobosan dan strategi replikasi unit kerja yang sudah berpredikat WBK
secara efektif dan substantif disesuaikan dengan karakteristik unit kerja masing-
masing.

2. Melakukan pemberdayaan Tim Assesor dalam proses penilaian ZI WBK.

3. Mendorong inovasi dalam layanan publik.

Rencana perbaikan dalam pengelolaan program dan kegiatan dilakukan melalui:

1. Hasil pengukuran kinerja tahun 2020 sebagaimana diuraikan sebelumnya, terdapat


kinerja yang belum tercapai yaitu Persentase TLHP Eksternal dan Internal di Wilayah
III status TDP masih 88,53% dari target 100%. Lebih spesifik lagi, TLHP internal
masih terdapat 156 rekomendasi atau 22,94% yang belum ditindaklanjuti. Hal
tersebut menunjukkan bahwa program/kegiatan terkait penyelesaian TLHP masih
belum efektif. Atas kelemahan perlu perbaikan pelaksanaan program dan kegiatan
yaitu:
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 149

a. Penyelesaian LHA tepat waktu agar unit kerja dapat menindaklanjuti rekomendasi
lebih awal.

b. Melakukan asistensi kepada unit kerja yang masih memiliki rekomendasi yang
belum ditindaklanjuti.

2. Memastikan seluruh unit kerja memiliki awareness terhadap pelaksanaan ZI WBK/


WBBM

3. Penggunaan Aplikasi SIZUKA dalam penyusunan self assessment ZI WBK oleh unit
kerja

4. Mendorong Unit kerja Eselon I dan Satker di lingkungan BKKBN mendapatkan


sertifikat ISO 37001:2016 SMAP sebagai bagian dari upaya pengawasan.

Manfaat Tercapainya ZI WBK untuk masyarakat adalah:

1. Membangun fondasi organisasi yang berintegritas sehingga jauh dari tindakan


Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2. Meningkatkan kinerja anggaran yang efektif dan efisien.

3. Meningkatkan efektivitas layanan publik.

A.3.6.Capaian IKU Jumlah Unit kerja Berpredikat wilayah Birokrasi Bersih


Melayani (WBBM)

Unit kerja berpredikat WBBM adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja/
kawasan yang memenuhi komponen reformasi birokrasi yaitu manajemen perubahan,
penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan,
penguatan akuntabilitas kinerja dan penguatan kualitas pelayanan publik. Unit kerja
yang akan menjadi target WBBM adalah unit kerja yang sebelumnya telah berpredikat
WBK yaitu berjumlah 7 (tujuh) unit kerja dengan capaian pada tahun 2019 sebanyak 2
(dua) unit kerja dan capaian pada tahun 2020 sebanyak 5 (lima) unit kerja.

Mengacu pada dokumen Renstra BKKBN 2020-2024, maka pada tahun 2020 IKU
Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) tidak memiliki
target. Tabel berikut menggambarkan bahwa target IKU ini baru dicantumkan pada tahun
2023 sebanyak 1 (satu) unit kerja.
150 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3. 34 Distribusi Target Indikator Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Birokrasi
Bersih Melayani (WBBM)

Penetapan target IKU IKU Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih
Melayani (WBBM) pada tahun 2023 ditetapkan dengan pertimbangan bahwa
pemenuhan persyaratan dalam pengajuan unit kerja WBBM cukup berat, dimana salah
satu kriteria mutlaknya adalah unit kerja yang diajukan telah berpredikat WBK. Pada
saat penyusunan Renstra, baseline ZI WBK tahun 2019 baru terdapat 2 (dua) unit kerja
berpredikat WBK di BKKBN, sehingga hal tersebut menjadi dasar penetapan target IKU
ini dimulai tahun 2023.

Sekaitan dengan hal tersebut, dalam laporan kinerja tahun 2020 tidak dicantumkan
capaian IKU Jumlah Unit Kerja Berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM),
namun terkait berbagai kegiatan yang telah dilakukan jajaran Inspektorat Utama dalam
pembangunan unit kerja WBBM, akan disampaikan beberapa analisis terkait upaya,
permasalahan dan rencana perbaikan dalam mencapai IKU tersebut.

Upaya yang telah dilakukan dalam pembamgunan ZI WBBM adalah:

1. Pembinaan dan bimbingan teknis kepada unit kerja atas aspek implementasi
pembangunan ZI WBBM melalui virtual meeting maupun pertemuan langsung.

2. Pembentukan Tim Penilai Internal (TPI) yang ditugaskan untuk melakukan


penilaian secara objektif hasil pembangunan yang telah dilakukan oleh masing-
masing unit kerja.

3. Membangun aplikasi Sistem Informasi Zona Integritas dan Evaluasi Akuntabilitas


Kinerja (SIZUKA) sebagai media informasi digital dan sistematis serta
terintegrasi pada seluruh fungsi pembangunan ZI WBK dan WBBM di lingkungan
BKKBN (Mulai dari proses self assesment sampai dengan penentuan penilaian
kelayakan unit kerja untuk diajukan sebagai unit kerja WBK atau WBBM)

4. Koordinasi/kegiatan evaluasi secara terpadu antara BKKBN dengan Kemenpan-


RB, serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara berkesinambungan dalam
rangka percepatan implementasi pembangunan ZI WBBM pada khususnya dan
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 151

pencegahan korupsi pada umumnya di lingkungan BKKBN.

Hambatan dan permasalahan dalam upaya pembangunan ZI WBBM adalah:

1. Kurangnya konsolidasi internal unit kerja dalam membangun ZI WBK dan WBBM.

2. Orientasi Tim Assesor Unit Kerja Eselon I tentang pendalaman sasaran dan
indikator pembangunan ZI WBK dan WBBM masih belum terbangun (masih
beradaptasi).

3. Belum ada pemeranan Ketua Tim dan Pengendali Teknis dalam penilaian dan
pembinaan TPI secara berkelanjutan.

Upaya Perbaikan Kinerja Tahun 2021 antara lain:

1. Penggunaan Aplikasi SIZUKA dalam menyusun lembar kerja hasil evaluasi

2. Melakukan pemberdayaan tim assesor dalam proses penilaian ZI WBBM

3. Mendorong inovasi layanan publik kepada unit kerja yang memiliki peran langsung
terhadapa pelayanan stakehokders dan masyarakat.

Manfaat Tercapainya ZI WBBM untuk masyarakat adalah:

1. Membangun fondasi organisasi yang berintegritas jauh dari tindakan Korupsi,


Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik.

A.4 Capaian Kinerja Output Proyek Prioritas Nasional

A.4.1 Pemenuhan ketersediaan alokon di Faskes (Pusat/DKI Jakarta) dan


Pemenuhan ketersediaan alokon di Faskes Provinsi (Selain DKI Jakarta)

Pemenuhan ketersediaan alokon di faskes dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan


pelayanan KB bagi pasangan usia subur (PUS) di 18.393 Faskes yang teregistrasi oleh
BKKBN. Pemenuhan ketersediaan alokon terdiri dari 529 faskes di DKI Jakarta dan
17.864 faskes di 32 Provinsi selain wilayah DKI Jakarta. Proses pengadaan alokon untuk
DKI Jakarta di lakukan oleh BKKBN Pusat yaitu di Direktorat Bina Akses Pelayanan KB,
sedangkan untuk provinsi selain DKI Jakarta dilakukan oleh masing–masing Perwakilan
BKKBN Provinsi, yang selanjutnya alokon tersebut akan didistribusikan sampai ke
faskes. Direktorat Bina Akses Pelayanan KB secara teknis melakukan pembinaan dan
fasilitasi terhadap kegiatan pengadaan alokon tersebut, baik untuk DKI Jakarta maupun
untuk 33 provinsi.
152 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Pada tahun 2020, faskes di wilayah DKI Jakarta yang dapat terpenuhi alokonnya telah
tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu sebanyak 529 Faskes atau
capaian sebesar 100 persen. Jenis alokon yang disediakan pada tahun 2020 baik
untuk wilayah DKI Jakarta dan 33 provinsi yang lain yaitu: IUD, Implan, Obat Suntik KB 3
bulanan, Obat Suntik KB Kombinasi 3 bulanan, Pil KB Kombinasi, Pil Progestin, fallope
rings/tubal ring serta Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).

Analisis Pencapaian Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes DKI Tahun


2020

Tabel 3. 35 Pencapaian Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes DKI Jakarta Tahun


2020

Sumber : Aplikasi SMART update 15 Februari 2021

Analisis Tren Pencapaian Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes DKI


Periode Triwulan I s.d. TriwulanIV

Grafik 3. 12 Tren Pencapaian Pro PN “Pemenuhan Ketersediaan Alokon di DKI Jakarta


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 153

Analisis Pencapaian Pemenuhan Ketersediaan Alokon DKI Jakarta dibandingkan dengan


tahun 2019

Capaian pemenuhan ketersediaan alokon di DKI Jakarta apabila dibandingkan dengan


capaian tahun 2019, maka capaiannya adalah sama yaitu sebesar 100%, tergambar
dalam tabel berikut:

Tabel 3. 36 Perbandingan capaian pemenuhan ketersediaan alokon di DKI Jakarta


dengan tahun 2019

A.4.2 Pemenuhan ketersediaan alokon di provinsi

Pencapaian pemenuhan ketersediaan alokon untuk 33 provinsi sebanyak 17.558


faskes dari target sebanyak 17.864 atau sebesar 98,3 persen.

Analisis Pencapaian Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes Provinsi


Tahun 2020

Tabel 3. 37 Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes Provinsi Tahun 2020


154 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis Tren Pencapaian Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Provinsi Periode


Triwulan I s.d. TriwulanIV

Analisis Pencapaian Pemenuhan Ketersediaan Alokon di provinsi


dibandingkan dengan tahun 2019

Capaian pemenuhan ketersediaan alokon di provinsi apabila dibandingkan dengan


capaian tahun 2019, maka capaian tahun 2020 meningkat dari 97,51 persen menjadi
98,42 persen dengan catatan terdapat penurunan target pada tahun 2020, tergambar
dalam tabel berikut:

Tabel 3. 37 Perbandingan capaian Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Provinsi dengan


tahun 2019

Output Pro PN Pemenuhan kebutuhan alokon tahun 2020 dilaksanakan dibawah melalui
pembinaan dan fasilitasi Kedeputian KBKR cq. Direktorat Bina Akses Pelayanan KB,
dengan demikian penyajian analisis pada kegiatan pengadaan alokon tahun 2020,
akan dilakukan secara bersama-sama sebagai satu kesatuan kegiatan baik untuk DKI
Jakarta maupun untuk 33 provinsi. Hal tersebut relevan dengan proses perencanaan
kebutuhan, perencanaan dan penganggaran yang merupakan satu kesatuan proses
dengan pertimbangan pemenuhan alokon adalah kebutuhan secara nasional.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 155

Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai target Pro PN pada tahun 2020 adalah
sebagai berikut:

1. Menyusun rencana kebutuhan alokon per provinsi termasuk buffer alokon


Nasional dan mensosialisasikan rencana kebutuhan alokon kepada Provinsi;

2. Melaksanakan proses katalog sektoral BKKBN untuk obat kontrasepsi dengan


didampingi oleh tim dari LKPP;

3. Melaksanakan e-purchasing alat dan obat kontrasepsi melalui katalog Nasional


(IUD, implan 1 batang dan BMHP) dan Katalog Elektronik Sektoral BKKBN (Implan
2 batang, Obat Suntik KB 3 bulanan 1 cc dan 3 cc, Obat Suntik KB Kombinasi 3
bulanan, Pil KB kombinasi dan Pil Progestin);

4. Melakukan distribusi alokon dari buffer stock di gudang Pusat ke provinsi untuk
mengatasi kekurangan stok dan distribusi dinamis dari provinsi yang berlebih
kepada provinsi yang kekurangan untuk mengatasi kekurangan stok;

5. Optimalisasi penurunan stockout alokon di faskes melalui penyediaan menu


distribusi dari gudang alokon OPD KB kabupaten dan kota ke faskes yang
melayani KB melalui dana BOKB;

6. Melakukan pembinaan dan pemantauan berkelanjutan kepada provinsi dalam


upaya meningkatkan capaian pemenuhan ketersediaan alokon di faskes;

7. Melakukan pemantauan ketersediaan alokon di fasilitas kesehatan termasuk


jaringan dan jejaringnya dalam upaya penguatan manajemen rantai pasok alokon
melalui pengembangan aplikasi SIRIKA;

8. Menerbitkan Surat Edaran Kepala BKKBN Nomor 8 Tahun 2020 tentang


Pembinaan Kesertaan KB pada Situasi COVID-19, untuk tetap memastikan
ketersediaan alokon di faskes dan optimalisasi pendistribusian Pil dan Kondom
melalui Penyuluh KB/PLKB dibawah supervisi Puskesmas/dokter/bidan setempat
untuk mencegah terjadinya putus pakai kontrasepsi;

9. Meningkatkan pelayanan KB di Rumah Sakit (PKBRS) sehingga ketersediaan


alokon di RS harus dapat dipenuhi;

10. Memenuhi kebutuhan penyediaan alokon pada satker Perwakilan BKKBN Provinsi
melalui optimalisasi anggaran.
156 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Dalam melaksanakan Pro PN Pemenuhan Kebutuhan alokon ditemui beberapa


hambatan dalam pelaksanaan seperti:

1. Proses e-purchasing Implan, Obat Suntik KB dan Pil KB pada katalog sektoral
BKKBN menunggu proses katalog sektoral BKKBN selesai dan baru ditayangkan
pada akhir triwulan III;

2. Perwakilan BKKBN Provinsi serentak melakukan penyediaan alokon melalui


katalog sektoral BKKBN sehingga penyedia membutuhkan waktu untuk
merespon dan memenuhi kebutuhan alokon tersebut;

3. Pada masa pandemi COVID-19, terdapat kebijakan penyesuaian jenis alat dan
obat kontrasepsi yang disediakan sehingga diperlukan pula penyesuaian atau
revisi anggaran;

4. Adanya pandemi COVID-19 yang berpengaruh terhadap penyediaan alat dan obat
kontrasepsi (produksi dan distribusi dari pabrikan) serta terhambatnya proses
distribusi ke faskes.

Rencana perbaikan yang akan dilakukan untuk mencapai target Pro PN pada tahun
2021 terkait dari sisi perencanaan adalah:

1. Meningkatkan pemanfaatan SIRIKA untuk pemantauan dan evaluasi


ketersediaan stok alokon serta perencanaan distribusi alokon oleh Perwakilan
BKKBN provinsi dan OPD KB kabupaten/kota;

2. Melaksanakan pelatihan perhitungan perencanaan kebutuhan alokon di provinsi


dengan metode kuantifikasi dan mempertimbangkan hasil total market
assessment (TMA) sehingga pengadaan alokon program sesuai kebutuhan;

Rencana perbaikan dalam peningkatan capaian kinerja dilakukan melalui:

1. Mendorong percepatan e-purchasing alokon pada awal tahun karena katalog


sektoral BKKBN yang tayang pada tahun ini berlaku sampai dengan tahun 2022;

2. Mengadvokasi dan pendampingan kabupaten/kota agar dapat mengoptimalkan


pemanfaatan dana BOKB untuk pendistribusian alokon ke faskes dan Praktik
Mandiri Bidan (PMB);

Sedangkan rencana terkait perbaikan dalam pelaksanaan program dan kegiatan


meliputi:

1. Melakukan evaluasi pelaksanaan pendistribusian Pil dan Kondom melalui


Penyuluh KB/PLKB dibawah supervisi Puskesmas/dokter/bidan setempat sesuai
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 157

Surat Edaran Kepala BKKBN Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pembinaan Kesertaan
KB pada Situasi COVID-19;

2. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkesinambungan pelaksanaan


pengadaan alokon di provinsi dan pemenuhan ketersediaan alokon di faskes
secara berjenjang

A.4.3 Keluarga yang memiliki baduta terpapar 1000 HPK

Output keluarga yang memiliki baduta terpapar 1000 HPK dilaksanakan melalui kegiatan
promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam Pencegahan Stunting Baduta pada lokus
prioritas di 250 Kabupaten/ kota. Capaian output tersebut adalah sebagai berikut:

Analisis Pencapaian Keluarga Yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK Tahun
2020

Tabel 3. 38 Pencapaian Keluarga yang memiliki baduta terpapar 1000 HPK tahun 2020

Sumber: Form Evaluasi Pelaporan pro PN 1000 HPK

Berdasarkan tabel di atas, maka indikator Pro PN Keluarga yang memiliki baduta
terpapar 1000 HPK realisasi output adalah atau sebesar 3.931.004 keluarga atau
sebesar 95,35 persen dengan kategori capaian sangat baik

Analisis Tren Pencapaian Keluarga Yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
Triwulan I-IV

Grafik 3. 14 Tren Pencapaian Keluarga yang memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK Periode
Triwulan I s.d. Triwulan IV
158 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis Pencapaian Keluarga Yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK


dibandingkan dengan tahun 2019

Capaian Keluarga Yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK apabila dibandingkan
dengan capaian tahun 2019, maka capaian tahun 2020 menurun dari 103,87 persen
menjadi 95,35 persen dengan catatan terdapat penambahan target yang cukup
signifikan pada tahun 2020, tergambar dalam tabel berikut:

Tabel 3. 39 Perbandingan capaian Keluarga Yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
dengan tahun 2019

Upaya pencapaian target Pro PN tahun 2020 :

1. Mengarahkan kegiatan yang sifatnya pertemuan seperti advokasi dan


peningkatan kapasitas pengelola pro PN dilakukan melalui virtual meeting
terutama dalam masa pandemi COVID-19

2. Menyediaakan materi promosi dan KIE melalui CIS KSPK,CIS DITBALNAK dan
Whatsap

3. Efektifitas Pemanfaatan dana APBN dan DAK( APKB) terkait kegitan pengasuhan
dan pembainaan tumbuh kembang anak.

4. Pemantauan capaian program melalui:

a. Pelaporan melalui SIGA

b. Video Teleconference/Virtual Meeting dengan perwakilan BKKBN Provinsi


setiap bulan

c. Rapat Pengendalian Program

d. Harmonisasi dan sinkronisasi laporan melalui Aplikasi Smart/E-Monev

Tantangan dan permasalahan yang dihadapi adalah:

1. Masih terdapat revisi RKA-KL (level komponen) oleh perwakilan BKKBN provinsi
yang ada dalam juknis/panduan dimasa COVID 19
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 159

2. Masih bervariasinya pemahaman Provinsi dalam menerjemahkan dalam


pengukuran ke dalam Aplikasi E-Monev

3. Adanya Pandemi wabah Covid 19 yang berpengaruh terhadap pelaksanaan


kegiatan pertemuan yang melibatkan jumlah orang banyak atau pertemuan tatap
muka

4. Masih belum optimalnya koordinasi lintas sektor daerah terkait dalam


pelaksanaan dalam pelaksanaan promosi 1000 HPK kepada keluarga yang
memiliki baduta (beberapa kegiatan yang belum memiliki pendekatan holistic
intergrative)

Rencana perbaikan yang terkait perencanaan pada tahun 2021 adalah dengan
tersedianya menu dalam DAK Fisik Subbidang KB dan BOKB dalam pelaksanaan promosi
dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam Pencegahan Stunting Baduta.

Rencana perbaikan dalam rangka peningkatan kinerja dilakkan melalui:

1. Penyesuaian dengan situasi pandemi Covid dengan pelaksanaan kegiatan virtual


meeting untuk kegiatan pertemuan dengan cakupan sasaran yang besar.

2. Mengawal pelaksanaan DAK dan BOKB yang terkait kegiatan 1000HPK

Rencana perbaikan dalam pelaksanaan program dan kegiatan adalah:

1. Pemanfaatan IT untuk kegiatan monev dan bimbingan teknis

2. Koordinasi dengan pemerintah Daerah setempat di Zona Hijau dan Biru untuk
melaksanakan kegiatan pertemuan dengan mengikuti protokol kesehatan sesuai
kebijakan setempat.

Manfaat tercapainya indikator Keluarga yang memiliki baduta terpapar 1000 HPK bagi
masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman orangtua tentang cara-cara


pengasuhan yang baik dan benar sejak dalam kandungan sampai usia dua tahun
(1000 HPK);

2. Orangtua dapat memantau tumbuh kembang anak , sehingga dapat mendeteksi


dini jika anak mengalami keterlambatan perkembangan;

3. Anak mendapatkan stimulasi sesuai usianya sehingga dapat tumbuh dan


berkembang dengan optimal;

4. Meningkatkan peran orangtua, keluarga dan masyarakat terhadap kepedulian


pencegahan anak stunting yang ada dalam keluarga dan masyarakat.
160 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

A.4.3 Peningkatan pelayanan ramah lansia melalui 7 (tujuh) dimensi lansia


tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia (kelompok
BKL)

Penguatan Pelayanan Ramah Lansia melalui Tujuh Dimensi Lansia Tangguh dan
Pendampingan Perawatan Jangka Panjang (PJP) Bagi Lansia merupakan salah satu
proyek BKKBN untuk mendukung Prioritas Nasional “Meningkatkan Sumber Daya
Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing” melalui Proyek Prioritas “Penguatan
Pelaksanaan Perlindungan Sosial” dan Kegiatan Prioritas “Kesejahteraan Sosial”.

Tujuan Proyek Prioritas Nasional ini adalah untuk Melakukan penguatan pelayanan
ramah Lansia secara komprehensif, holistik dan terintegrasi melalui 7 Dimensi Lansia
Tangguh dan Pendampingan Perawatan Jangka Panjang bagi lansia di kelompok Bina
Keluarga Lansia (BKL). Diharapkan dengan adanya penguatan perlindungan kepada
lansia terutama di keluarga maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas lansia dan
keterampilan keluarga dalam mendampingi lansia.

Analisis Pencapaian Peningkatan pelayanan ramah lansia melalui 7 (tujuh)


dimensi lansia tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi
lansia (kelompok BKL) Tahun 2020

Tabel 3. 40 Capaian Pro PN Peningkatan Pelayanan remah Lansia melalui 7 (tujuh)


dimensi lansia tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia Tahun
2020

Sumber : K/0/BKL dan R/I/BKL di Sistem Informasi Keluarga (SIGA)

Berdasarkan tabel di atas, maka capaian indikator jumlah kelompok BKL yang
melaksanakan sosialisasi 7 dimensi lansia tangguh dan pendampingan PJP bagi lansia
adalah sebesar 98,23 persen untuk realisasi outputnya atau sebesar 9.807 kelompok
dengan kategori capaian sangat baik.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 161

Analisis Tren Pencapaian Peningkatan pelayanan ramah lansia melalui 7


(tujuh) dimensi lansia tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang
bagi lansia (kelompok BKL) Triwulan I-IV

Grafik 3. 15 Tren Pencapaian Peningkatan pelayanan ramah lansia melalui 7 (tujuh)


dimensi lansia tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia
(kelompok BKL) Periode Triwulan I s.d. Triwulan IV

Pelaksanaannya dilakukan melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL),


yang terdiri dari keluarga yang memiliki lansia maupun lansia itu sendiri. Adapun
target yang akan dicapai pada tahun 2020 adalah sebesar 9.984 kelompok BKL yang
melaksanakan 7 Dimensi Lansia Tangguh Dan Pendampingan Perawatan Jangka Panjang
yang dilaporkan melalui K/0/BKL dan R/I/BKL di Sistem Informasi Keluarga (SIGA), yang
tersebar di 33 Provinsi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan melalui Perwakilan BKKBN
Provinsi antara lain :

1. Pengembangan dan Perbanyakan Materi dan Media Kelanjutusiaan

2. Sosialisasi Tujuh Dimensi Lansia Tangguh

3. Orientasi Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia

4. Pertemuan Integrasi Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bersama Mitra

Hambatan yang dialami

1. Pelaksanaan kegiatan terkendala dengan adanya pandemi covid-19 dimana


salah satu sasaran dari kegiatan ini adalah lansia yang menjadi salah satu
penduduk yang rentan terhadap virus ini

2. Masih kurangnya komitmen pemerintah daerah dalam hal pembiayaan


162 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

operasional kelompok kegiatan di lapangan sehingga pelaksanaan penyuluhan


tidak bisa berjalan optimal

3. Belum optimalnya pelaksana kegiatan di daerah secara berjenjang terkait


komitmen dan kepedulian terhadap capaian kegiatan baik output dan anggaran
utamanya dalam pemantauan dan pengawasan kegiatan secara periodik

Upaya perbaikan terkait perencanaan Tahun 2021 melalui usulan menu pada anggaran
DAK Fisik Subbidang KB dan BOKB terkait Peningkatan pelayanan ramah lansia melalui 7
(tujuh) dimensi lansia tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia
(kelompok BKL)

Perbaikan terkait pencapaian kinerja meliputi:

1. Menyusun panduan strategi pelaksanaan kegiatan di masa pandemi dengan


memanfaatkan pertemuan melalui dalam jaringan maupun diluar jaringan

2. Melakukan penyebarluasan informasi berbasis teknologi informasi, yaitu melalui


aplikasi Golantang yang dapat diakses melalui website maupun mobile

3. Meningkatkan kualitas lansia Indonesia melalui pengembangan sekolah lansia


(senior school)

4. Peningkatan ketrampilan volunteer pendamping lansia melalui kegiatan virtual


meeting sehingga jangkauan dapat diperluas

Rencana perbaikan dalam pengelolaan program dan kegiatan dilakukan melalui:

1. Pemanfaatan IT untuk kegiatan monev dan bimbingan teknis

2. Koordinasi dengan pemerintah Daerah setempat di Zona Hijau dan Biru untuk
melaksanakan kegiatan pertemuan dengan mengikuti protokol kesehatan sesuai
kebijakan setempat.

Manfaat tercapainya indikator Peningkatan pelayanan ramah lansia melalui 7 (tujuh)


dimensi lansia tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia
(kelompok BKL) bagi masyarakat adalah jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat
setiap tahunnya dimana pada tahun 2020 ini sudah mencapai 26,82 juta jiwa atau
sekitar 9,92% penduduk Indonesia (BPS, Susenas 2020). Seiring dengan pertambahan
usia maka akan semakin menurun juga kemampuan fungsional (fisik) lansia yang
menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh, munculnya berbagai penyakit
degeneratif dan keterbatasan lansia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selain
itu permasalahan kesepian dan perasaan tersisih atau terbuang dari lingkungannya
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 163

juga menjadi masalah bagi lansia. Disinilah dukungan sosial sangat penting bagi lansia
(Tomaka, Thompson, dan Palacious, 2006). Peran keluarga dan masyarakat sangat
penting, adanya dukungan dan pendampingan oleh keluarga juga akan menurunkan
resiko penyakit dan kematian pada lansia. Menurut Kaplan (2010), dukungan dari
keluarga merupakan dukungan sosial yang terpenting mengingat keluarga dapat
memberikan perawatan kesehatan yang optimal untuk meningkatkan kualitas hidup
lansia serta dalam rangka memenuhi aktifitas sehari-hari lansia. Inilah perlunya keluarga
diberikan pengetahuan dan keterampilan dalam mendampingi lansia, baik lansia yang
masih sehat atau mandiri melalui penerapan tujuh dimensi lansia tangguh maupun
lansia yang membutuhkan perawatan melalui pendampingan perawatan jangka panjang
bagi lansia. Kedua upaya ini untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

A.4.4 Penguatan peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan gizi
bagi remaja putri sebagai calon ibu (kelompok)

Pembinaan Ketahanan Remaja nerupakan bagian dari kebijakan pembangunan


keluarga dalam upaya menyiapkan: (1) remaja sebagai calon orang tua agar mampu
membangun keluarga berkualitas sehingga nelahirkan generasi yang juga berkualitas;
serta (2) Remaja sebagai calon penduduk usia produktif agar mampu menjadi aktor
pembangunan. Sesuai amanat pasal 48 UU no.52 Tahun 2009, pembinaan ketahanan
remaja dilakukan dengan memberikan akses informasi, pendidikan, konseling dan
pelayanan tentang kehidupan berkeluarga. Outcome dari pembinaan ketahanan
remaja adalah terbentuknya Generasi Berencana (GenRe) yaitu remaja yang memiliki
perencanaan dalam mempersiapkan dan melewati transisi kehidupan remaja.

Penyiapan Perencanaan Kehidupan berkeluarga bagi remaja merupakan salah satu


proyek prioritas BKKBN untuk mendukung prioritas nasional ”Pembangunan Manusia
Melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar” melalui proyek
prioritas “ Peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi” lokus
pelaksanaannya di 29.327 kelompok, terdiri dari 18.694 PIK R dan 10.633 BKR. Keluaran
yang diharapkan dari proyek ini adalah “Penguatan Peran PIK R dan BKR Dalam edukasi
Kespro dan Gizibagi remaja putri sebagai calon ibu di 29.327 kelompok”. Penyampaian
pelaporan dilakukan melalui K/0/BKR dan R/I/BKR serta K/0/PIK R dan R/I/PIK R di Sistem
Informasi Keluarga (SIGA), yang tersebar di 33 Provinsi.
164 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Analisis Pencapaian Penguatan peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi
Kespro dan gizi bagi remaja putri sebagai calon ibu (kelompok) Tahun 2020

Tabel 3. 41 Pencapain Pro PN Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR)


Tahun 2020

Sumber: K/0/BKR dan R/I/BKR serta K/0/PIK R dan R/I/PIK R di Sistem Informasi
Keluarga (SIGA), 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa realisasi output adalah sebesar
29.121 kelompok atau sebesar 99,30% dengan kategori capaian sangat baik.

Analisis Tren Pencapaian Penguatan peran PIK Remaja dan BKR dalam
edukasi Kespro dan gizi bagi remaja putri sebagai calon ibu (kelompok)
Triwulan I-IV

Grafik 3. 16 Tren Pencapaian Penguatan peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi
Kespro dan gizi bagi remaja putri sebagai calon ibu (kelompok) Periode Triwulan I s.d.
Periode IV
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 165

Analisis Pencapaian Penguatan peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi
Kespro dan gizi bagi remaja putri sebagai calon ibu (kelompok) dibandingkan
dengan tahun 2019

Capaian Penguatan peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan gizi bagi
remaja putri sebagai calon ibu (kelompok) apabila dibandingkan dengan capaian tahun
2019, maka capaian tahun 2020 meningkat dari 96,46 persen menjadi 99,30 persen
tergambar dalam tabel berikut:

Tabel 3. 42 Perbandingan capaian Penguatan peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi
Kespro dan gizi bagi remaja putri sebagai calon ibu (kelompok) dengan tahun 2019

Adapun upaya yang telah dilakkan dalam rangka pencapaian kinerja baik di pusat
maupun di Perwakilan BKKBN Provinsi antara lain:

1. Penyediaan modul dan media edukasi tentang Penyiapan Perencanaan Kehidupan


berkeluarga bagi remaja;

2. Melaksanakan Sosialisasi PKBR kepada Pengelola Kab/Kota

3. Melakukan Penguatan Kapasitas Pengelola dan Pelaksanan PKBR di Kabkota

4. Melaksanakan sosialisasi PKBR kepada remaja pengelola PIK R dan BKR lokus
kegiatan

5. Menyediakan dukungan operasional kegiatan PIK R dan BKR lokus kegiatan

6. Melakukan bimpingan teknis pelaksanaan PKBR bagi Remaja melalui Penguatan


PIK R dan BKR ke Kab kota

7. Menyusun Laporan pelaksanaan PKBR melalui penguatan PIK Remaja dan BKR di
Kabupaten dan Kota.
166 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Faktor keberhasilan dengan melakukan berbagai terobosan antara lin:

1. Bagi Kelompok yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pertemuan, kegiatan


Poktan PIK dan BKR dilakukan salah-satunya dengan share konten/materi
kelanjutusiaan pada WA Group masing-masing kelompok, shg kelompok-
tersebut tetap dapat mendapat materi dan informasi tentang PKBR

2. Pelaksanaan kegiatan lomba penyuluhan melalui media sosial untuk kelompok


sasaran Pro PN untuk menstimulasi semangat mereka melakukan edukasi
termasuk melalui media social

3. Ada Kab/Kota yang bersedia melakukan kegiatan langsung (offline) tetapi


peserta dibatasi, jam pertemuan dibatasi dan harus sesuai Protokol Covid 19.

Faktor hambatan dalam pencapaian output adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan Kasus COVID-19 mengakibatkan beberapa Kab/Kota melakukan


Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kondisi ini membuat sebagian
sekolah belum berani mengizinkan siswa-siswinya untuk ikut kegiatan workshop
PKBR;

2. Akses jaringan Internet antar kab/kota yang kurang maksimal. Ketika melakukan
kegiatan ada daerah yang tidak memiliiki signal , tidak semua sasaran dapat
mengikuti kegiatan akibat kerbatasan sarana prasarana pendukung seperti
smartphone dan jaringan internet.

3. Kondisi geografis di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan
Kepulauan Riau (pegunungan dan kepulauan).

4. Akses antar kabupaten yang terbatas karena pandemi COVID-19 .

5. Unsur SDM pelaporan di kabupaten/kota yang belum maksimal.

6. Pengurangan Anggaran kegiatan remaja di OPD KB Kab/Kota

7. Keterbatasan penggunaan teknologi oleh Kader BKR

8. Bentuk kegiatan yang tertera di RKKAL banyak bersifat tatap muka dan
mengumpulkan massa. Anggaran di RKKAL belum mengakomodir kegiatan yang
bersifat on line, sehingga harus dilakukan revisi.

9. Adanya perpindahan/mutasi dari pegawai OPD KB yang telah mengikuti pelatihan


PKBR
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 167

Upaya perbaikan terkait perencanaan Tahun 2021 melalui usulan menu pada anggaran
DAK Fisik Subbidang KB dan BOKB terkait kegiatan Penguatan peran PIK Remaja dan
BKR dalam edukasi Kespro dan gizi bagi remaja putri sebagai calon ibu.

Rencana perbaikan dalam rangka pencapaian kinerja dilakukan dengan berbagai


kegiatan yaitu:

1. Sosialisasi materi baru “Tentang Kita” dan “1001 cara bicara” ke Perwakilan
BKKBN Provinsi.

2. Penyediaan materi-materi yang menunjang peningkatan kualitas kelompok Pro


PN

3. Memanfaatkan Forum GenRe untuk melakukan sosialisasi GenRe ke PIK Remaja


dan BKR, serta pembentukan Forum GenRe di Kabupaten/Kota

4. Mengikutsertakan PKB/PLKB dalam kegiatan Orientasi/Workshop, bukan hanya


kader BKR dan pengurus PIK Remaja.

5. Pengadaaan Materi dan Media KIE PKBR dilakukan di awal tahun sehingga
pendistribusiannya dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan agar semua
sasaran Lokus Pro PN dapat menerima materi dan media KIE PKBR.

Terkait perbaikan pada pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan melalui:

1. Koordinasi dilakukan lebih awal mengenai petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan


Pro PN kepada pelaksana teknis Perwakilan BKKBN Provinsi.

2. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pertriwulan tentang permasalahan yang


terjadi dalam meningkatkan kualitas Kelompok ke PIK Remaja dan BKR

Manfaat tercapiaanya Jumlah kelompok PIK R dan BKR yang melakukan edukasi Kespro
dan gizi bagi remaja bagi masyarakat adalah keluarga berkualitas bercirikan tenteram,
mandiri dan bahagia dimana salah satu indikator ketenteraman adalah perceraian.
Data BPS (2019) menunjukkan bahwa kasus perceraian tertinggi karena perselisihan
dan pertengkaran terus menerus dan menimpa kelompok usia 20 – 24 tahun dengan
usia pernikahan belum genap lima tahun. Tingginya angka perceraian pada kelompok
tersebut sebagai akibat pernikahan yang dilakukan pada usia muda sehingga belum
siap dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Tingginya jumlah pasangan muda yang
bercerai akibat ketidaksiapan mereka dalam menjalani perkawinan mengindikasikan
banyaknya pasangan muda yang sesungguhnya belum memperhatikan kesiapan
menikah. Ketidaksiapan berkeluarga juga berdampak pada genarasi yang akan dilahirkan.
168 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Perempuan yang hamil dan melahirkan di usia dini juga memiliki kecenderungan yang
tinggi untuk melahirkan anak yang stunting. Hasil studi di 55 negara berpendapatan
menengah dan rendah menunjukkan adanya hubungan antara usia ibu saat melahirkan
dengan angka kejadian stunting: makin muda usia ibu saat melahirkan, makin besar
kemungkinannya untuk melahirkan anak yang stunting (Finlay, Ozaltin and Canning,
2011).

Sekaitan dengan kajian dan beberapa literasi kasus bahwa sangat pentingnya
menyiapkan remaja agar memiliki kesiapan dan perencanaan dalam membangun
keluarga, remaja harus diberikan pembekalan terkait kesehatan remaja yang didalamnya
memuat pubertas, seksualitas, reproduksi,kesehatan dan gizi remaja, perilaku beresiko
dan tindakan berbahaya serta muatan materi Perencanaan Berkeluarga yang di
dalamnya mengupas kesiapan berkeluarga, tugas perkembangan dan fungsi keluarga
serta pengasuhan keluarga sehat. Pembekalan PKBR ini menjadi hal yang penting untuk
remaja, remaja menjadi aware terhadap kesehatan reproduksinya dan mempunyai
kesiapan berkeluarga dimana ilmu ini tidak ada pembelajarannya di bangku sekolah
sehingga remaja dapat melalui lima transisi kehidupannya dengan sangat penuh
terencana sehinga tercipta SDM Indonesia ungul berkualitas dapat tercipta. Berencana
itu keren.

B. Realisasi Anggaran

B.1 Realisasi Anggaran BKKBN Tahun Anggaran 2020

Capaian kinerja sasaran strategis dan sasaran program sangat dipengaruhi oleh kinerja
anggaran. Untuk mengetahui dukungan realisasi anggaran maka disampaikan realisasi
anggaran BKKBN tahun 2020 sebagai berikut:

Tabel 3. 43 Realisasi Penyerapan Anggaran Tahun 2020

Sumber data : SMART, kemenkeu


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 169

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa realisasi anggaran BKKBN


Tahun 2020 adalah sebesar Rp 2.913.825.985.027,00 dari total pagu sebesar
Rp3.209.531.284.000,00 sehingga capaianya adalah 90,79 persen dengan kategori
sangat baik.

Grafik 3. 17 Realisasi Anggaran BKKBN TA 2020 per IKU

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui nilai efisiensi dari masing-masing indikator.
Capaian kinerja dianggap efisien apabila persentase realisasi output lebih besar
dibandingkan dengan presentase realisasi anggaran. Dari 6 (enam) indikator tersebut,
terdapat 4 (empat) indikator yang dilaksanakan secara efisien, dan 2 (indikator) yang
inefisien. Indikator yang efisien masing-masing adalah TFR dengan nilai efisiensi
sebesar 1,7 persen; mCPR sebesar 1,3 persen; iBangga sebesar 10,9 persen; dan
MUKP sebesar 5 persen.

Adapun upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan realisasi penyerapan terhadap
pagu anggaran pada tahun 2020 adalah sebagai berikut :

1. Melakukan baseline anggaran bersama dengan Kementerian Keuangan pada


bulan Februari 2019;

2. Melakukan simulasi kerangka pengeluaran jangka menengah Tahun 2020-2023


yang hasilnya ditelaah bersama dengan Kemenkeu dan Kemen PPN/Bappenas
pada bulan Februari 2019;

3. Melakukan pembahasan usulan Struktur Program Anggaran (SPA) dari


masing-masing Unit Kerja Eselon II dengan ancar-ancar alokasi anggaran yang
mempertimbangkan capaian dan target kinerja program;
170 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

4. Melaksanakan Konsolidasi Perencanaan Program dan Anggaran terhadap pagu


indikatif K/L tahun anggaran 2020 tanggal 20 Mei 2019 dan pagu anggaran
tanggal 16 s.d 20 September 2019 bersama seluruh Satker Pusat dan Provinsi.
Hasil konsolidasi dituangkan dalam rencana kerja anggaran yang selanjutnya
diteliti oleh Biro Perencanaan dan di review oleh APIP;

5. Melakukan Rapat Pengendalian Program Kependudukan dan Keluarga Berencana


(Radalgram KKBPK) setiap bulannya yang memberikan umpan balik pada seluruh
satker pusat dan provinsi mengenai capaian kinerja program dan anggaran. Rapat
tersebut menghasilkan rekomendasi yang salah satunya fokus pada percepatan
realisasi anggaran;

6. Mengupayakan katalog sektoral untuk 6 Jenis alokon dalam rangka pemenuhan


kebutuhan di tahun anggaran 2020 (Pil KB Kombinasi, Suntik KB 3 Bulanan 1 ml,
Suntik KB 3 Bulanan 3 ml, Susuk KB 2 Batang, POP dan Suntik Kombinasi) ;

7. Tersedianya petunjuk teknis percepatan kegiatan pelaksanaan untuk masing-


masing kegiatan Pro PN di provinsi;

8. Dilakukan sosialisasi terhadap peraturan terkait dengan pengelolaan anggaran.

Faktor keberhasilan capaian realisasi anggaran tersebut disebabkan oleh antara lain:

1. Komitmen Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan dalam


pengalokasian anggaran terhadap pagu indikatif melalui pertemuan tiga pihak
bersama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian PPN/ Bappenas
terhadap pagu indikatif tanggal 7 Mei 2019 dan pagu anggaran tanggal 5
September 2019. ;

2. RKAKL terhadap pagu anggaran dan pagu alokasi anggaran ditelaah secara tiga
pihak bersama Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan terhadap
pagu anggaran bulan Juli 2019 dan terhadap pagu alokasi anggaran pada akhir
bulan September 2019. Dengan hasil akhir, penelaahan RKAKL terhadap pagu
anggaran dan pagu alokasi telah sesuai dengan kaidah penganggaran dan fungsi
BKKBN;

3. Khusus untuk realisasi anggaran 5 output Pro PN BKKBN melakukan pemantauan


secara triwulanan terhadap capaian program dan anggaran bersama dengan unit
kerja penangung jawab output Pro PN dan Kementerian PPN/Bappenas;

4. Adanya komitmen LKPP untuk membangun katalog sektoral bersama BKKBN.


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 171

Meskipun pencapaian sudah dalam kategori sangat baik sebesar 90,79% tetapi dalam
pelaksanaannya terdapat berbagai kendala, antara lain:

1. Sisa realisasi belanja pegawai karena adanya kebijakan dari pemerintah terkait
tunjangan kinerja 13 dan 14 yang tidak dibayarkan dan sangat mempengaruhi
realisasi karena jumlah pegawai BKKBN sekitar 17.000 orang (ASN termasuk
PLKB) , rencana kenaikan tunjangan kinerja yang sudah dialokasikan belum dapat
dilaksanakan karena belum memenuhi syarat nilai RB, dan adanya pengurangan
pembayaran karena perhitungan absensi dan pegawai yang pensiun.

2. Belanja barang dan modal yang tidak terealisasi secara optimal karena hal-hal
sebagai berikut:

a. Adanya perubahan atau penyesuaian bentuk kegiatan sebagai akibat


pembatasan sosial

b. Dengan adanya kebijakan Working From Home (WFH) selama masa pandemi
Covid-19 menjadi kendala dalam melakukan kegiatan koordinasi dan
harmonisasi dengan Kementrian/Lembaga terkait.

c. Sisa Belanja pengadaan alokon karena harga lebih rendah dari yang telah
dianggarkan.

d. Adanya revisi pengalihan anggaran antar satker yang prosesnya memerlukan


waktu cukup lama.

e. Adanya revisi antar jenis belanja (dari belanja 51 ke belanja 52 dan 53) di
triwulan IV.

f. Adanya gagal lelang pengadaan Laptop (Belanja Modal) dibeberapa Satker.

Adapun tren pencapaian realisasi anggaran periode tahun 2016-2020 dapat dilihat
dalam pada grafik di bawah ini :
172 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Grafik 3. 18 Tren Pencapaian Realisasi Anggaran BKKBN Tahun 2016 - 2020

Sumber : Aplikasi Smart update Tanggal 31 Januari 2020 (hasil pengolahan)

Secara nasional dalam periode waktu 5 (lima) tahun anggaran yaitu tahun 2016 sampai
dengan tahun 2020 rata-rata realisasi penyerapan anggaran adalah 86,8 persen. Rata-
rata penyerapan anggaran tersebut dapat dikatakan belum maksimal, hal ini disebabkan
karena rendahnya anggaran pada tahun 2018 (77 persen) yang disebabkan terjadinya
gagal lelang alat dan obat kontrasepsi di 19 Provinsi. Selain itu rendahnya realisasi
anggaran pada program KKBPK juga diakibatkan karena adanya ketidaksinkronan
regulasi dan pedoman pelaksana dari pemerintah dan pemerintah daerah terkait
dengan klaim biaya penggerakan mekanisme operasional lini lapangan dan penggerakan
pelayanan KB MKJP.

Realisasi penyerapan anggaran terbesar tercapai pada tahun 2016 (93 persen) yang
disebabkan adanya surat Menteri Keuangan nomor S-522/MK.02/2016 tanggal 23
Juni 2016 tentang Perubahan Pagu Anggaran Belanja K/L dalam APBN-P TA.2016,
terdapat perubahan pagu anggaran belanja BKKBN sehingga pagu BKKBN dari Rp
3.864.657.742.000,00 berubah menjadi Rp3.559.569.716.000,00. Kemudian
berdasarkan surat Menteri Keuangan nomor S-2124/AG/2016 tanggal 30 Agustus
2016 tentang Penundaan/Penangguhan Revisi Anggaran dalam Rangka Mempercepat
Penyelesaian Revisi Penghematan Belanja K/L APBN-P TA. 2016, maka BKKBN
mengalami blokir sebesar Rp 774.261.269.000,00 sehingga pagu BKKBN setelah blokir
adalah Rp 2.785.308.447.000,00. Kemudian terdapat tambahan dana hibah dalam dan
luar negeri pada Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat dan Banten serta Direktorat
Bina Kesertaan KB Jalur Swasta sebesar Rp 26.266.633.000,00 sehingga total pagu
akhir BKKBN sebesar Rp2.811.575.080.000,00. Sedangkan realisasi total pagu sampai
dengan Desember 2016 adalah Rp 2.620.199.415.129,00 (93 persen).
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 173

Pada akhir periode waktu RPJMN/Renstra BKKBN 2015-2019, BKKBN berhasil meningkatkan
realisasi anggaran pada tahun 2019 menjadi 91 persen. Peningkatan realisasi anggaran
tahun 2019 ini dipengaruhi kebijakan percepatan program dan kegiatan prioritas dalam
upaya pencapaian target dan sasaran RPJMN/Renstra BKKBN 2015-2019, serta percepatan
kegiatan proyek prioritas nasional (Pro PN). Selain itu, terdapat percepatan pengadaan
alokon beserta Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), termasuk pengadaan implant yang
dilakukan melalui katalog elektronik sektoral BKKBN.

Kemudian realisasi anggaran tahun 2020 mengalami penurunan kembali menjadi sebesar
90,79 persen, hal ini disebabkan pada awal maret 2020 pandemi COVID-19 mulai masuk ke
Indonesia, sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan BKKBN.

Realisasi anggaran pada BKKBN dalam periode tahun 2016-2020 diklasifikasikan


berdasarkan jenis belanja adalah sebagai berikut:

Grafik 3. 19 Realisasi dan Komposisi Alokasi Anggaran BKKBN Per Jenis Belanja Tahun 2016

Sumber data : Aplikasi SMART

Grafik 3. 20 Realisasi dan Komposisi Alokasi Anggaran BKKBN Per Jenis Belanja Tahun 2017

Sumber data : Aplikasi SMART


174 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Grafik 3. 21 Realisasi dan Komposisi Alokasi Anggaran BKKBN Per Jenis Belanja Tahun
2018

Sumber : Aplikasi SMART

Grafik 3. 22 Realisasi dan Komposisi Alokasi Anggaran BKKBN Per Jenis Belanja Tahun
2019

Sumber : Aplikasi SMART

Grafik 3. 23 Realisasi dan Komposisi Alokasi Anggaran BKKBN Per Jenis Belanja Tahun
2020

Sumber: Aplikasi SMART


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 175

Grafik 3. 24 Tren Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Periode Tahun 2016-2020

Sumber: Aplikasi SMART

Grafik 3. 25 Tren Komposisi Alokasi Anggaran Per Jenis Belanja Periode Tahun 2016-
2020

Sumber: Aplikasi SMART

Alokasi anggaran belanja pegawai pada tahun 2018 mengalami peningkatan


dikarenakan kebijakan alih kelola 15.777 PKB/PLKB dari status pegawai ASN daerah
menjadi pegawai pusat BKKBN. Hal ini mempengaruhi besarnya alokasi pagu BKKBN
di tahun 2018. Dapat kita lihat tren alokasi belanja barang periode tahun 2016-2020
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya kebijakan Kementerian Keuangan
khususnya terkait pengendalian belanja barang ke seluruh Kementerian/Lembaga.
Sementara itu alokasi belanja modal mengalami peningkatan di tahun 2018. Hal ini
disebabkan meningkatnya kebutuhan prioritas khususnya untuk renovasi gedung/
bangunan kantor, asrama, dan diklat. Realisasi anggaran BKKBN yang diklasifikasikan
berdasarkan 4 program di tahun 2020 adalah sebagai berikut :
176 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3. 44 Realisasi Pagu Anggaran per Program Tahun 2020

Adapun khusus untuk kegiatan proyek prioritas nasional realisasi anggaran yang
terserap sebesar Rp 321.495.242.826 (97,31%). Realisasi tersebut terbagi dalam 5
prioritas nasional yang dilaksanakan oleh BKKBN yaitu :

Tabel 3. 45 Realisasi Pagu Anggaran Prioritas Nasional Tahun 2020

Sumber : Aplikasi SMART


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 177

B.2 Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Kemitraan merupakan salah satu strategi Kedeputian ADPIN dalam


strategi pelaksanaan program secara efektif dan efisien. Salah
satu kemitraan dalam strategi penurunan putus pakai kontraspsi
maupun penurunan unmet need adalah kemitraan dengan JHCCP
(Johns Hopkins Center for Communication Program). Pada Bulan
Desember 2020, dilakukan Lokakarya dalam rangka meningkatkan
kapasitas para pengelola dan pelaksana Program Bangga Kencana
dalam melaksanakan strategi penurunan putus pakai dan unmet
need.

Selama masa pandemic Covid 19, upaya peningkatan kompetensi


pengelola dan pelaksana program Bangga Kencana yang menangani
dan mengelola program advokasi, penggerakan, informasi terus dilakukan
melalui serangkaian workshop dan seminar secara online (virtual) dan
pemanfaatan media sosial official (Instagram, youtube, facebook, twitter)
yang tentunya dari sisi anggaran terjadi penghematan pada belanja
perjalanan dinas dan paket meeting.

C. Kinerja dan Capaian Lainnya

C.1 Tingkat Nasional

1. Penghargaan Indeks Merit Sistem

Penilaian mandiri penerapan sistem merit


dalam manajemen ASN adalah penilaian yang
dilakukan secara mandiri guna mengetahui
capaian penerapan sistem merit pada instansi
pemerintah.

Berdasarkan Surat Keputusan Komisi Aparatur


Sipil Negara nomor 06/KEP.KASN/C/I/2020
tentang Penerapan Sistem Merit dalam
Manajemen Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, telah ditetapkan bahwa Penerapan
178 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Sistem Merit di BKKBN pada kategori III (Baik)


dengan nilai 310,5 (tiga ratus sepuluh koma
lima) dan indeks 0,77 (nol koma tujuh puluh
tujuh). SK ini berlaku mulai tanggal 7 Januari
2020 sampai dengan 7 Januari 2021. Sebagai
tindak lanjut terhadap SK tersebut, maka
BKKBN melakukan penyempurnaan terhadap
seluruh aspek penerapan Sistem Merit
periode tahun 2020.

Proses penilaian Penerapan Sistem Merit


dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara
dimulai dengan melakukan penilaian mandiri
melaui aplikasi Sistem Informasi Penilaian
mandiri penerapan sistem merit (SIPINTER).
Selanjutnya KASN melakukan validasi dan
penilaian. Berdasarkan Surat Keputusan
Komisi Aparatur Sipil Negara Nomor 46/KEP.
KASN/C/XII/2020 tanggal 14 Desember
2020 tentang Penerapan Sistem Merit
dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara di
Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, ditetapkan bahwa
penerapan sistem merit di lingkungan BKKBN adalah pada kategori IV (Sangat Baik)
dengan nilai 364,5 (tiga ratus enam puluh empat koma lima). Berdasarkan hal tersebut,
BKKBN tidak perlu melaksanakan seleksi terbuka bagi Jabatan Pimpinan Tinggi namun
cukup mengunakan talenta BKKBN yang sudah tersedia dalam data profil talenta dalam
sistem Manajemen Talenta BKKBN. Merujuk pada surat keputusan tersebut, terdapat
rekomendasi penyempurnaan yang masih belum maksimal terhadap aspek-aspek
berikut :

a. Pengadaan

Melakukan evaluasi terhadap CPNS untuk mengukur dampak pelatihan Dasar


terhadap perkembangan pengetahuan, kompetensi dan perilaku CPNS serta
keberlangsungan program aktualisasi yang disusun.

b. Pengembangan Karir

1) Melakukan uji kompetensi kepada seluruh pegawai secara merata


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 179

menggunakan standarkompetensi jabatan yang telah ditetapkan dan


diperbaharui secara berkala;

2) Menyempurnakan peta talenta yang telah dibangn dengan meningkatkan


jumlah pegawai yang dianalisis dan mengelompokkan Talenta ke dalam
rumpun jabatan;

3) Menyempurnakan Rencana Suksesi dengan memetakan pegawai ke dalam


nama jabatan tertentu yang spesifik;

4) Melaksanakan peningkatan kompetensi melalui praktik kerja dan pertukaran


pegawai secara terjadwal dan dievaluasi;

c. Promosi dan Mutasi

Melaksanakan promosi dan mutasi berdasarkan Rencana Sukses dan Pola Karir
Instansi yang telah ditetapkan.

d. Manajemen Kinerja

1) Melaksanakan penilaian kinerja satu bulan sekali disertai dialog kinerja;

2) Menganalisis permasalahan kinerja pegawai secara terstruktur, kemudian


menyusun strategi peningkatan kinerja dan melaksanakannya.

e. Penggajian, Penghargaan dan Disiplin

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan pemberian tunjangan kinerja dengan


memperhitungkan bobot aspek penilaian kinerja lebih besar daripada aspek
disiplin.

f. Perlindungan dan Pelayanan

Menetapkan kebijakan internal terkait perlindungan dan/ atau bantuan kepada


pegawai.

g. Sistem Informasi

Meningkatkan pemanfaatan assessment center sebagai alat penilaian


kompetensi seluruh pegawai.
180 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

2. Piagam Penghargaan MURI Pelayanan


KB secara serentak dengan Akseptor
Terbanyak (Sejuta Akseptor)

Bersamaan dengan momentum peringatan


Hari Keluarga Nasional XXVII tahun 2020,
BKKBN berinisitif untuk melakukan Pelayanan
KB Serentak Sejuta Akseptor dalam rangka
menyusun strategi agar pelayanan KB
tetap dapat terlaksana di masa pandemi.
Melalui kegiatan ini diharapkan beberapa
target sasaran strategis BKKBN dapat tetap
diwujudkan dengan mempertimbangkan
pendekatan budaya kearifan lokal serta
tetap memperhatikan protokol pencegahan
penyebaran COVID-19 yang berlaku.

Pelayanan KB sejuta akseptor disediakan


untuk seluruh jenis alat kotrasepsi meliputi
Pil, Kondom, Suntik, IUD, Implan, MOW, dan
MOP dengan tetap memperhatikan kualitas
pelayanan, kondisi zona wilayah dan protokol pelayanan pada masa Pandemi Covid-19. Tempat pelayanan
dapat dilakukan di seluruh fasilitas kesehatan, bahkan melalui kunjungan untuk pil dan suntik, Praktik Bidan
Mandiri (PMB), serta pelayanan dengan mobil
pelayanan. Sasaran pelayanan meliputi pelayanan
KB baru (termasuk KB pasca persalinan), pelayanan
KB ulangan, dan pelayanan KB ganti cara.

Pemantauan pelayanan KB sejuta akseptor


dilakukan melalui dashboard yang memperlihatkan
hasil quick count secara realtime, dapat dipantau
juga secara langsung oleh masyarakat melalui live
streaming Youtube BKKBN OFFICIAL. Quick qount
menggunakan aplikasi dengan basis data aplikasi
KoBoToolBox dari UNOCHA (United Nations Office
for the Coordination of Humanitarian Affairs) yakni
badan PBB yang menangani urusan kemanusiaan.
BKKBN telah mendaftrakan akun secara resmi sehingga dapat menggunakan unlimited data yang masuk.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 181

Pengumpulan dan pelaporan data


secara langsung ditempat pelayanan
KB dilakukan oleh Penyuluh KB (PKB),
Petugas Lapangan KB (PLKB), Kader
IMP, Petugas Faskes KB, dan Operator
Kabupaten Kota dari seluruh Indonesia.

Hasil capaian quick count diumumkan


dalam Siaran Langsung peringatan Hari
Keluarga Nasional Ke XXVII Bangga
Indonesia di Televisi Republik Indonesia
(TVRI) pada Senin malam tanggal 29 juni
2020. Hasil quick qount hingga pukul
22.00 WIB "Pelayanan KB Serentak
Sejuta Akseptor" mendapatkan jumlah
1.355.294. Capaian ini mendapatkan
Pengh argaan Rekor MURI (Museum
Rekor Indonesia)" Pelayanan KB Secara Serentak Dengan Akseptor KB Terbanyak".

3. Sertifikasi ISO SMAP 37001:2016

Sertifikat SNI ISO 37001;2016 merupakan


salah satu target dari jajaran Inspektorat
Utama BKKBN untuk memperkuat unsur
pengawasan melalui terwujudnya Sistem
Manajemen Anti Penyuapan (SMAP). Irtama
adalah unit kerja pertama yang ditargetkan
memperoleh sertifikat ISO 37001 SMAP dan
telah terealisasi pada tanggal 28 Desember
2020 dari Sucofindo International
Certification Services dengan sertifikat
nomor SAB 00032. Sertifikat ini berlaku per
tanggal 28 Desember 2020 sampai dengan
27 Desember 2023.
182 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3. 23 Penyerahan Sertifikat SNI ISO 37001


SMAP oleh Sucofindo

International Certification Services kepada Kepala BKKBN

Gambar 3. 24 Sertifikat SNI ISO 37001 SMAP


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 183

4. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) bagi


laporan Keuangan BKKBN

Pencapaian opini WTP bagi BKKBN didukung oleh kinerja


seluruh satker di BKKBN baik pusat maupun provinsi dengan
menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah. Opini WTP tersebut merupakan
pemberian opini BPK atas Laporan Keuangan BKKBN
Audited Tahun Anggaran 2019.

5. Penghargaan Indikator Kinerja Pelaksanaan


Anggaran (IKPA)

Salah satu satker di BKKBN yang dapat memperoleh


penghargaan IKPA adalah Satker BKKBN Provinsi Aceh
yang memperoleh peringkat I dengan kategori pagu anggaran di atas 50 Milyar. IKPA tersebut menggambarkan ukuran
evaluasi kinerja pelaksanaan anggaran yang memuat 12 indikator dan mencerminkan aspek kesesuaian perencanaan
dan pelaksanaan anggaran, kepatuhan pada regulasi, serta efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.

6. Maturitas SPIP

Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan


(SPIP) di BKKBN dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Kepala BKKBN Nomor 18 Tahun 2017. Tingkat maturitas SPIP
merupakan kerangka kerja yang menunjukkan karakteristik
dasar kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur
dan berkelanjutan serta dapat digunakan sebagai instrumen
evaluatif dan panduan generik peningkatan efektivitas SPIP.
Semakin tinggi level maturitas penyelenggaraan SPIP di
BKKBN, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian
tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas
birokrasinya. Demikian pula sistem pengendalian intern di
dalamnya.

Maturitas SPIP mencerminkan kualitas penyelenggaraan


SPIP yang diukur menggunakan skala 0-5. Semakin tinggi nilai
maturitas SPIP menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP semakin baik. Tingkat maturitas SPIP disimpulkan dari hasil
penilaian tingkat maturitas yang dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri (self assessment) oleh APIP
BKKBN dengan quality assurance dari BPKP menggunakan pedoman penilaian dan strategi peningkatan maturitas SPIP
yang dikembangkan oleh BPKP yaitu sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor 4 Tahun 2016.
184 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Target yang ditetapkan BKKBN untuk tingkat maturitas SPIP Tahun 2020
adalah 3,4 (skala 1-5). Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) sampai saat ini belum mengeluarkan nilai tingkat maturitas SPIP
dikarenakan masih dalam tahap quality assurance. Akan tetapi berdasarkan
self assessment tingkat maturitas SPIP yang dilakukan oleh BKKBN Tahun
2020, tingkat maturitas SPIP BKKBN Tahun 2020 mencapai 3,693 (skala
1-5) pada level “terdefinisi”.

Level “terdefinisi” (Level 3) ini menggambarkan bahwa BKKBN telah


melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik.
Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi
yang memadai. Beberapa kelemahan pengendalian terjadi dengan dampak
yang cukup berarti bagi pencapaian tujuan organisasi BKKBN.

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh BKKBN dalam rangka meningkatkan


tingkat maturitas SPIP antara lain:

1. Penguatan peran Satgas SPIP BKKBN Pusat dan Satgas SPIP Unit
Kerja dalam mengawal pelaksanaan SPIP setiap unit kerja;

2. Internalisasi SPIP kepada seluruh pegawai


melalui sosialisasi dan pembinaan yang
berkelanjutan;

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi menggunakan


aplikasi E-SPIP dalam mengawal pelaksanaan
SPIP mulai perencanaan kegiatan, penilaian
risiko, pelaporan, penyediaan databasis
dokumen bukti sampai dengan penilaian mandiri
maturitas SPIP;

4. Sinergi antara manajemen sebagai


pelaksana dan APIP sebagai evaluator dalam
penyelenggaran SPIP;

5. Inovasi pelaksanaan SPIP yang ke depannya


akan menggunakan pendekatan tematik, dan
akan dilakukan penguatan khususnya dalam hal
manajemen risiko.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 185

7. Rekomendasi SIGA sebagai SPBE dari Kemenpan RB

Sistem Informasi Keluarga, selanjutnya disingkat SIGA adalah seperangkat


tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi,
dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu
untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan keluarga.

Berdasarkan peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2018 tentang Sistem


Pemerintahan berbasis Elektronik (SPBE) pasal 39 Ayat (1) menyatakan bahwa
Instansi Pusat dan Daerah dapat melakukan Pembangunan dan Pengembangan
Aplikasi Khusus dan peraturan Badan kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional No. 6 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik di Lingkungan BKKBN pasal 24 ayat (3) Pembangunan dan
Pengembangan Aplikasi Khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memenuhi
standar teknis dan prosedur pembangunan dan pengembangan aplikasi khusus
yang ditetapkan pemerintah.

BKKBN mengajukan SIGA untuk dijadikan usulan Pengembangan aplikasi


khusus ke KEMENPAN sesuai surat Kepala BKKBN nomor 2100/TI.02/G5/2020
perihal Usulan Pemberian Pertimbangan Pengembangan Aplikasi Khusus
SPBE BKKBN. Kemenpan RB menyetujui SIGA untuk dilakukan pengembangan
sesuai surat Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor B/1001/M.KT.03/2020 tanggal 28 Desember 2020 hal penyampaian
rekomendasi pengembangan Aplikasi SIGA BKKBN

8. Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2020

Keterbukaan Informasi Publik yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 14


Tahun 2008 merupakan momentum penting dalam mendorong keterbukaan
penyelenggaran pemerintah. Undang-Undang ini telah memberikan landasan
hukum terhadap setiap orang untuk memperoleh informasi publik. Setiap Badan
Publik berkewajiban menyediakan dan melayani permohonan informasi publik
secara cepat, tepat dan efisien.

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berkewajiban untuk melaporkan Laporan
Pelayanan Informasi Publik setiap tahunnya berdasarkan UU tersebut.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menerima


186 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

penganugerahan “Badan Publik Informatif” dalam Acara Penganugerahan


Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2020 pada tanggal 25 November 2020
diserahkan secara virtual oleh Wakil Presiden RI, K.H Maruf Amin.

“Meraih Penghargaan sebagai Badan Publik yang


INFORMATIF dari Komisi Informasi Pusat”

Penghargaan ini merupakan bentuk komitmen yang sangat tinggi dari BKKBN dalam
melaksanakan keterbukaan informasi publik dan keberlanjutan inovasi layanan publik
yang sejalan dengan era revolusi digital dan industri 4.0.

9. Rebranding dan Logo Baru BKKBN

BKKBN ingin terus relevan dengan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman.
Zaman berubah, tantangan BKKBN pun berbeda dari masa ke masa. BKKBN hari ini
hadir secara berbeda, karena BKKBN menyadari setiap zaman memiliki keunikannya
sendiri, setiap masa mempunyai tantangannya sendiri. BKKBN tampil beda karena
tantangan zaman yang juga berbeda. BKKBN yakin bahwa perencanaan adalah sesuatu
yang penting bagi siapapun yang ingin memiliki hidup lebih baik, lebih mudah, dan lebih
sejahtera.

Perubahan dan perkembangan teknologi semakin cepat dalam dunia yang tanpa batas
hal tersebut memberikan tantangan pada BKKBN untuk tetap relevan dengan karakter
generasi muda khususnya generasi millenial dan zillenial, yang tidak bisa lagi didekati
dengan cara-cara lama. Berdasarkan pertimbangan itulah BKKBN melakukan rebranding.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 187

Gambar 3. 29 Logo BKKBN Periode 1970 s.d. 2020

Melakukan perubahan dan penyegaran agar dapat terhubung dengan khalayak


sasarannya. Beberapa tahap dilakukan dengan cara studi formatif untuk mendapatkan
pandangan dari audiensnya, konsultasi publik melalui lomba, mendengarkan saran
para pakar, melakukan uji publik kepada target sasaran dan keputusan pimpinan, maka
BKKBN meluncurkan logo baru yang merupakan identitas visual utama. Logo baru
diharapkan akan menunjang pembentukan citra BKKBN yang lebih muda dan enerjik
sekaligus tetap akrab serta dekat sebagai sahabat penduduk Indonesia.

Selain itu, tagline pun dirubah dengan menawarkan gagasan perencanaan di setiap
fase kehidupan. Dengan Tagline “ Berencana itu Keren” generasi muda diminta untuk
selalu melakukan perencanaan terutama dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga.
Jingle berjudul “Berencana itu Keren” memperkuat pesan yang akan disampaikan
dan dinyanyikan oleh salah seorang remaja yang mempunyai banyak pengikut dan
merupakan key opinion leader bagi generasi muda di Indonesia.

Secara internal, BKKBN berusaha sekuat tenaga untuk melakukan pembaruan cara baru
dengan semangat baru untuk generasi baru. Termasuk merubah aransemen Mars KB
yang fenomenal sejak tahun 1970, merubah mindset pegawai dengan adanya Nilai-nilai
baru dan menamakan ulang Program Keluarga Berencana yang sempat dikenal dengan
program KKBPK menjadi program Bangga Kencana. Re-positioning BKKBN
menjadi sahabat keluarga Indonesia pun menjadi tujuan agar selalu dekat
dengan audiensnya.

Reformasi Birokrasi sebagai upaya melakukan perubahan terhadap sistem


penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan tata kelola pemerintah
yang baik (good governance) mutlak dilakukan, terutama pada aspek
kelembagaan (organisasi), tatalaksana (bisnis proses), dan sumber daya
manusia aparatur. Dalam rangka memenuhi reformasi birokrasi, diperlukan
suatu cara pandang dan cara kerja yang baru bagi segenap pegawai aparatur
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Salah satu upaya untuk
188 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

mencapai maksud tersebut diperlukan optimalisasi penggunaan teknologi informasi.

10. Pembentukan PERKADIS

Perkumpulan Kepala Dinas OPD KB Provinsi (PERKADIS) di 30 Provinsi yang


pengurusnya merupakan para Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten/
Kota, telah dikukuhkan pada 3 November 2020 oleh Kepala BKKBN dan ditindaklanjuti
dengan pembentukan PERKADIS Nasional Bangga Kencana, merupakan salah satu
wadah dalam peningkatan komitmen dan peran serta aktif para pemangku kepentingan
dan mitra kerja dalam penggerakan serta pelayanan Program Bangga Kencana di tingkat
lini lapangan. Selain itu, diharapkan memperkuat sinergitas antara pemerintah pusat
dan daerah dalam mendorong keberhasilan operasional Program Bangga Kencana di
seluruh tingkatan wilayah.

11. BKKBN Presensi online

Dalam rangka menghadapi era Pandemic COVID-19, BKKBN mengembangkan


penggunaan teknologi informasi dalam seluruh bisnis proses kepegawaian. Tujuan
utamanya adalah peningkatan kualitas pelayanan kepegawaian, serta mengurangi
potensi penyebaran virus COVID-19 melalui presensi fingering. Pada tahun 2020
BKKBN membangun aplikasi Presensi online berbasis android sehingga dapat
mengakomodir kinerja pegawai yang sedang melakukan Work From Home (WFH).
Keunggulan dari aplikasi ini adalah dapat menunjukkan presensi foto pegawai serta
lokasi GPS nya agar memastikan lokasi pegawai berada di kantor ataupun di rumah.

12. Sistem Informasi Visum Kinerja (Sivika)

SIVIKA merupakan aplikasi sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan harian pegawai
berbasis web yang terintegrasi dengan SIMSDM dan SIPP. Akun dan data pegawai
yang digunakan merupakan integrasi dari akun SIMSDM. Selain itu, data pengisian
SIVIKA sudah terintegrasi dengan SIPP dalam kaitannya dengan proses penghitungan
tunjangan kinerja.

Pada perkembangannya kegiatan SKP dari SIMSDM telah terintegrasi dengan SIVIKA.
Hal ini mengharuskan pegawai melakukan pengisian kegiatan harian dengan dikaitkan
dengan butir SKP. Pegawai melakukan tagging atas kegiatan yang dilakukannya, dengan
mempertimbangkan kontribusi kegiatan tersebut terhadap pencapaian butir SKP.

Tujuan dari pengembangan aplikasi SIVIKA antara lain:

a. Sarana untuk monitoring dan evaluasi kegiatan harian pegawai;


Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 189

b. Digunakan sebagai instrument pengukuran kinerja pegawai dalam rangka


penghitungan dan pembayaran tunjangan kinerja (reward and punishment);

c. Dapat digunakan melihat efektifitas kegiatan harian terhadap pencapaian


SKP, dan dapat melihat kegiatan pegawai yang tidak berkontribusi ke dalam
pencapaian SKP.

SIVIKA dalam tahap penembangannya sebagai tools penilaian kinerja masih terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan perbaikan, diantaranya:

a. Belum mengakomodasi penentuan target kinerja bulanan setiap pegawai;

b. Belum bisa dijadikan acuan untuk pengukuran kinerja secara bulanan, karena
yang saat ini dilakukan hanya tagging terhadap SKP, bukan menurunkan target
tahunan SKP menjadi target bulanan SKP secara detail;

c. Belum adanya menu untuk dapat mengetahui capaian harian pegawai.

Beberapa rekomendasi atas hasil evaluasi terhadap peggunaan SIVIKA yang harus
dijadikan acuan dalam pengembangan SIVIKA diantaranya:

a. Perlu dikembangkan menu untuk breakdown SKP menjadi kegiatan yang lebih
terperinci, sehingga dapat ditentukan rencana kegiatan bulanan, dan target
kinerja bulanan;

b. Perlu dibangun menu untuk mengetahui capaian kegiatan harian pegawai;

c. Perlu dikembangan SIVIKA yang berbasis mobile, akan sangat ideal jika SIVIKA
diintegrasikan dalam satu aplikasi pada SIMSDM mobile.

13. Sistem Indormasi Perencanaan dan Pengukuran Kinerja (SiPPUJA)

Sesuai dengan prinsip strategic management office bahwa pengembangan kinerja


harus dapat menggambarkan pengintegrasian antara kinerja organisasi dan kinerja
individu. Pembangunan SiPPUJA bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi
dengan mengembangkan kinerja individu. Melalui aplikasi ini dapat diketahui pencapaian
nilai kinerja organisasi dan mendokumentasikan seluruh dokumen perencanaan,
pengukuran, pelaporan, dan evaluasi kinerja baik organisasi maupun individu. Penjabaran
kinerja organisasi yang diturunkan kepada kinerja individu telah dilakukan melalui
cascading perjanjian kinerja eselon II kepada seluruh pejabat struktural yang masih ada
di BKKBN pasca penyetaraan JA ke JF, yaitu Kepala Bagian Sarana Prasarana, Kepala
TU Pengawasan, Kasubbag Pimpinan, dan Sekretaris Badan dan Kepala Balai Diklat di
provinsi.
190 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Saat ini, modul yang telah


digunakan dalam aplikasi
SiPPUJA adalah modul
pelaporan kinerja yang
di sebut e-Lakip. Modul
E-Lakip dikembangkan untuk
mendukung penyusunan
Lakip dengan pendekatan
partisipatif yang tersistem
dan terintegrasi sehingga
meningkatkan efisiensi
terkait proses koordinasi,
pengumpulan data dan akses keterlibatan yan lebih luas. Melalui modul ini rekapitulasi
hasil pengukuran kinerja setiap kegiatan dapat dilakukan secara berjenjang dan
otomatis sehingga dapat diperoleh kemudahan dan menghemat waktu yang
diperlukan dalam penyusunan. Adapun tampilan dashboard aplikasi SiPPUJA adalah
sebagai berikut :

14. Sistem Informasi Data Basis


Perencanaan (SiDAREN)

Dalam rangka meningkatkan capaian


kinerja yang akuntabel dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka pada proses
perencanaannya didukung data basis yang
terstruktur. Mengingat pentingnya hal tersebut,
maka BKKBN mengembangkan Aplikasi Sistem
Informasi Data Basis Perencanaan (SIDAREN)
dan siap digunakan pada TA 2021. Adapun tampilan dashboard aplikasi SiDaren adalah
sebagai berikut :

15. Klinik Monitoring dan Evaluasi

Salah satu inovasi dalam rangka meningkatkan nilai capaian kinerja BKKBN, maka
Sekretariat Utama dalam hal ini Biro Perencanaan secara kontinyu melakukan
monitoring dan evaluasi capaian kinerja pada Aplikasi e-monev Bappenas dan SMART
Kementerian Keuangan dalam bentuk Klinik Monev yang dilakukan secara virtual setiap
triwulan. Kegiatan ini melibatkan seluruh satuan kerja di lingkungan BKKBN, meliputi
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 191

pemantauan realisasi anggaran, output pelaksanaan kegiatan, serta pelaporan pada


aplikasi dimaksud. Kegiatan Klinik Monev ini juga bertujuan sebagai reminder pada
satuan kerja yang pada waktu tertentu belum melaksanakan kegiatan secara maksimal,
selain itu membantu satker yang mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan
capaian kinerja.

16. Aplikasi Sistem Laporan Perbendaharaan “TeLADAN”

Aplikasi TeLADAN adalah tool untuk melakukan monitoring pelaksanaan tata kelola
keuangan sesuai dengan Sistem Pengendalian Intern dan Peraturan perundang-
undangan yang diwujudkan dalam pemantauan administrasi perbendaharaan. Aplikasi ini
dapat diakses melalui web www.teladan.bkkbn.go.id. Instrumen dalam aplikasi ini adalah
sebagai berikut :

a. Satuan Kerja dilingkungan BKKBN yang telah menyampaikan LPJ ke kepala BKKBN

b. Monitoring jumlah rekening pemerintah yang dikelola satker di lingkungan BKKBN


telah tercatat pada aplikasi TeLADAN;

c. Penatausahaan Sertifikat Bendahara Negara, sebagai upaya monitoring ASN


di lingkungan BKKBN yang sudah memiliki Sertifikasi Bendahara Negara, yang
merupakan wujud implementasi Peraturan Presiden nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Sertifikasi Bendahara pada Satker Pengelola APBN.

17. E-SPIP BKKBN

Aplikasi ini digunakan untuk memantau Penyelenggaraan SPIP di BKKBN khususnya


dalam tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan . Aplikasi ini yang pertama untuk
Penyelenggaran SPIP BKKBN, dibangun pada tahun 2020. Tujuan pembangunan
aplikasi ini adalah untuk mempermudah pemantauan pelaksanaan SPIP, sebagai tools
dalam penilaian mandiri maturitas SPIP dan pelaporan para Unit Kerja atau Satker dan
mempercepat Penyelenggaraan SPIP di BKKBN.

18. Sistem Informasi Rantai Pasok Alokon (SIRIKA)

Aplikasi ini merupakan sistem yang digunakan dalam manajemen rantai pasok alat
dan obat kontrasepsi yang berfokus pada upaya peningkatan efisiensi organisasi dan
standarisasi praktik pengelolaan gudang sesuai dengan pedoman manajemen rantai
pasok yang berlaku.

Aplikasi SIRIKA terdiri dari MIM Tool dan Stokku. MIM Tool perangkat pengolahan data
192 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

manajemen dan pemantauan inventaris berbasis web. MIM Tool membantu pemangku
kepentingan untuk menyusun rencana distribusi dan memantau pencapaian indikator
kinerja rantai pasok. Stokku merupakan aplikasi pengelolaan gudang berbasis ponsel
pintar/ smart phone android base. Stokku memudahkan petugas pengelola gudang
untuk melakukan penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan pelacakan alat dan obat
kontrasepsi. Adapun Tujuan SIRIKA antara lain:

a. Mengurangi beban kerja dalam pencatatan dan pelaporan, karena semuanya


dapat dilakukan secara otomatis

b. Meningkatkan kualitas data dan cakupan pelaporan, karena data secara


otomatis tercatat

c. Membangun visualisasi data logistik untuk meningkatkan monitoring (data stok


realtime)

d. Meningkatkan budaya penggunaan data dalam pembuatan keputusan, sehingga


keputusan yang diambil sesuai dengan kondisi sebenarnya

e. Memfasilitasi penerapan intervensi ke luar daerah proyek

C.2 Tingkat Internasional

1) National and Steering Committee Meeting Indonesia and Philippines;

2) Center of Excelent Family Welfare and Family Happines dengan Pemerintah


Seychelles;

3) Pemberi Statement dan posisi Indonesia terhadap Rancangan Resolusi pada


Sidang CPD-53;

4) Statement on World Population Day;

5) Statement Indonesia pada Partners Country Coordinators PPD Meeting ;

6) Statement Indonesia pada the 1st International Webinar on COVID-19: Public


Health and Economic Perspectives; Pemberi Statement Indonesia pada the
2nd International Webinar on Family Planning and Family Development in Asian
Countries;

7) Statement Indonesia pada Partners in Population and Development Annual


Meeting ; dan 8) Pemberi Statement Indonesia pada Global Financing Facilities
(GFF) Knowledge Sharing Series.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 193

D. Evaluasi Kinerja

D.1 Review Rencana Strategis

Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 telah disusun sesuai dengan Peraturan


Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 dan juga memertimbangkan isu strategis terkait
Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana di Indonesia.

Meskipun telah disusun sesuai dengan peraturan dan memperhatikan isu-isu strategis
yang ada, namun Renstra juga perlu dilakukan reviu agar dapat mengikuti perkembangan
berbagai isu strategis serta memperhatikan regulasi terbaru yang dapat dijadikan salah
satu potensi penyempurnaan dalam pengambilan kebijakan dan strategi BKKBN.

Pada tahun 2020 atau tahun pertama Renstra BKBN 2020-2024 telah dilakukan reviu.
Ruang lingkup tergadap reviu dilakukan pada :

1. Pemetaan terhadap isu strategis nasional

2. Pemetaan Regulasi Pemerintah yang memerlukan tindaklanjut K/L, yang


mengakibatkan ada nya tugas tambahan bagi BKKBN.

3. Pemetaan Regulasi dan perkembangan isu strategis Internal K/L yang


memerlukan perubahan pada Renstra.

4. Pemetaan Keselarasan amanat BKKBN dalam substansi Renstra BKKBN 2020-


2024 meliputi penetapan visi, misi, tujuan program dan kegiatan dalam upaya
mengantisipasi tuntutan pelayanan kepada masyarakat.

5. Pemetaan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) untuk
melihat kesesuaian dengan kaidah-kaidah cascading dari level organisasi hingga
ke level Unit Kerja Eselon I dan II.

Dari hasil reviu yang telah dilaksanakan pada bulan November 2020, disimpulkan bahwa
perlu ada perbaikan/revisi atas Renstra BKKBN 2020-2024, yang didasarkan pada :

1. Isu strategis nasional

a. Penyesuaian Renstra terkait upaya pencapaian dan pemanfaatan Bonus


Demografi dengan adanya Pandemi Covid 19

b. Pengembangan strategi atas disusunnya Blue Print Pembangunan


Kependudukan

c. Penyusunan strategi dan kegiatan dalam rangka upaya percepatan penurunan


stunting
194 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

d. Pengambengan di Bidang Pembangunan Keluarga, meningkatkan pemahaman


masyarakat terhadap Pembangunan Keluarga dan Implementasi upaya
pencapaian dan penerapan Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga)

e. Perkembangan isu strategis terkaiat ASFR, saat ini BKKBN memasukkan


indicator ASFR 15-19, namun Kementerian PPN/Bappenas mengangkat isu
strategis ASFR 10-14tahun menjadi isu strategis nasional dan akan diangkat
menjadi indicator SDGs.

2. Pemetaan Regulasi Pemerintah yang memerlukan tindaklanjut K/L

Terdapat beberapa regulasi baru terkaitdengan Strategi Nasional (Stranas) yang


perlu ditindaklanjuti oleh BKKBN seperti Kelanjutusiaan, Ranperpres Stunting dan
Stranas Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.

3. Pemetaan Regulasi dan perkembangan isu strategis Internal BKKBN

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional Nomor 11 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, perlu dilakukan revisi terkait
adanya beberapa Unit Kerja Eselon II yang mengalami perubahan dan kegiatan.

D.2 Review Pengelolaan Kinerja

Komitmen BKKBN dalam menjaga dan meningkatkan kualitas penerapan sistem


pengelolaan kinerja ditunjukkan dengan melaksanakan review pengelolaan kinerja
melalui penilaian tingkat efektivitas pengelolaan kinerja. Hal ini bertujuan untuk :

a. Meningkatkan awareness dalam rangka tertib administrasi dokumen pengelolaan


kinerja, serta mendapatkan feedback untuk penyempurnaan sistem pengelolaan
kinerja;

b. Menilai perkembangan implementasi sistem pengelolaan kinerja dalam rangka


menunjang pencapaian sasaran strategis BKKBN.

Review implementasi pengelolaan kinerja di lingkungan BKKBN dilaksanakan secara


mandiri (self-assesment) dengan menggunakan Sistem Kinerja Akuntabilitas Publik
(SIKAP) untuk mewujudkan penyelenggaraan tata kelola kepemerintahan yang baik
dan berorientasi kepada hasil (Result Oriented Government). Adapun analisis dan
kesimpulan dari masing-masing dimensi SIKAP adalah sebagai berikut :
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 195

1. Perencanaan Kinerja

Perencanaan strategis merupakan proses perumusan perencanaan strategis


dimana perumusan dokumen perencanaan strategi yang dilaksanakan pada tahun
2020 meliputi penyusunan Renstra BKKBN 2020-2024 dan penyusunan rencana
kerja dan anggaran tahun 2021. Tahun 2020 merupakan periode tahun pertama
dalam pelaksanaan Renstra BKKBN Tahun 2020-2024. Dalam renstra tersebut telah
dirumuskan visi dan misi BKKBN yang dijabarkan dalam dua Tujuan, enam Sasaran
Strategis dan indikator pada masing-masing Sasaran Strategis guna mencapai tujuan
tersebut.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala


Bappenas Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024, perubahan Renstra Kementerian/ Lembaga
(K/L) tahun 2020-2024 berjalan dapat dilakukan sepanjang:

a. Terdapat kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Perundang-


undangan;

b. Terdapat perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Kementerian/


Lembaga.

Dalam implementasinya, Renstra menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja


(Renja) maupun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang akan menjadi dasar dalam
pelaksanaan program dan kegiatan setiap tahunnya. Sesuai dengan Pasal 12 Peraturan
Presiden Nomor 39 tahun 2006, Kementerian Keuangan telah menilai keberhasilan
pelaksanaan Renstra dan RPJMN melalui evaluasi terhadap pelaksanaan Renja dalam
periode Renstra tersebut.

Monitoring dan evaluasi tersebut dilakukacn setiap triwulan atas program dan kegiatan
dalam Renja dan disampaikan ke Bappenas melalui aplikasi e-monev Bappenas.
Selanjutnya, sesuai Pasal 12 Peraturan Presiden Nomor 39 tahun 2006 diamanatkan
bahwa evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan jangka menengah dilakukan paling
sedikit 1 (satu) kali dan dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya
periode rencana. Namun demikian, BKKBN baru akan melakukan beberapa kegiatan
review Renstra pada tahun 2021, diantaranya:
196 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

a. Evaluasi tahun pertama renstra BKKBN tahun 2020-2024;

b. Pemetaan isu strategis nasional yang memerlukan penyesuaian pada renstra BKBN
tahun 2020-2024;

c. Pemetaan regulasi pemerintah yang memerlukan tindak lanjut BKKBN untuk


mengembangkan kebijakan/strategi dalam renstra BKKBN 2020-2024.

Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, BKKBN diberi
mandat untuk berkontribusi secara langsung terhadap 2 (dua) dari 7 (tujuh) agenda
Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada RPJMN IV 2020-2024, yaitu untuk
“Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”, serta
mendukung “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”. Dalam PN Meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing, BKKBN berperan dalam
3 Program Prioritas (PP) yang masing-masing memiliki Kegiatan Prioritas (KP) sebagai
berikut:

1) Perlindungan Sosial dan Tata Kelola Kependudukan, dengan KP; (1) Integrasi
Sistem Administrasi Kependudukan, dan (2) Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan
Pengendalian Penduduk.

2) Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial, dengan KP; Kesejahteraan Sosial.

3) Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dengan KP; (1) Peningkatan
Kesehatan Ibu Anak, Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi, dan (2)
Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat.

Sedangkan pada PN Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, BKKBN memiliki


peran pada PP Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh
Ketahanan Budaya Bangsa dan Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, dan
Berkarakter, dengan KP pada Revolusi mental dalam sistem sosial untuk memperkuat
ketahanan, kualitas dan peran keluarga serta masyarakat dalam pembentukan karakter.

Penyusunan Renstra BKKBN 2020-2024 merupakan penjabaran agenda pembangunan


(PN) beserta PP dan KP sebagaimana diatas, disusunlah Rencana Strategis
(Renstra) BKKBN 2020-2024 yang secara umum digunakan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana (Bangga Kencana). Untuk memastikan arah kebijakan dan strategi yang telah
disusun di dalam Renstra BKKBN 2020-2024 dapat diimplementasikan dengan baik
diseluruh tingkatan wilayah, maka dokumen ini dilengkapi dengan indikator-indikator,
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 197

baik Indikator Sasaran Strategis (ISS) BKKBN, Indikator Program/Indikator Kinerja


Utama/Outcome (IKU), Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), dan Indikator Keluaran/Output
dengan target/sasaran yang memperhatikan hasil perhitungan/proyeksi capaian target
pada RPJMN 2020-2024 serta mempertimbangkan hasil evaluasi pencapaian program/
kegiatan pada RPJMN dan Renstra periode sebelumnya. Selain itu, rumusan Program
dan Kegiatan yang dirancang dalam Renstra BKKBN 2020-2024 ini juga memperhatikan
berbagai dinamika lingkungan dan isu strategis yang berkembang, serta memperhatikan
kaidah perencanaan berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi sasaran,
sehingga pengelolaan Program Bangga Kencana dapat tepat sasaran dan memberi
manfaat lebih kepada masyarakat Indonesia. kepada Renstra BKKBN 2020-2024 yang
menjabarkan peran/tugas Settama BKKBN dalam mendukung upaya pencapaian Visi,
Misi, Tujuan dan berbagai indikator BKKBN.

Penyusunan Renja BKKBN TA 2021 dilaksanakan sesuai dengan Surat Bersama Pagu
Indikatif (SBPI) Nomor: S-376/MK.02/2020 dan B.310/ M.PPN/D.8/PP.04.02/05/2020
tanggal 8 Mei 2020 perihal Pagu lndikatif Belanja K/L TA 2021 yang digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan Renja K/L. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2020
bersumber dari dokumen Renja BKKBN TA 2020 dan atau Struktur Program dan
Anggaran (SPA) TA 2020. RKT didukung oleh indikator kinerja, output, komponen dan
sub komponen dari masing-masing UKE II Pusat maupun Perwakilan BKKBN Provinsi
yang sudah tertuang dalam SPA TA 2020.

BKKBN juga telah menetapkan peta strategi BKKBN sebagai dokumen pengelolaan
kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja BKKBN melalui Keputusan Kepala BKKBN
Nomor : 116/Kep/B1/2020 tentang Penetapan Peta Strategi Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2020-2024. Hal ini ditindaklanjuti oleh Surat
PLT. Sekretaris Utama Nomor: 1627/I/RC.01/B1/2020 tanggal 12 Juni 2020 perihal
Permintaan Penyusunan Peta Strategi dan Scorecard Unit Kerja Eselon II BKKBN 2020-
2024. Sehingga tersusunlah peta strategi seluruh Unit Kerja Eselon (UKE) II di baik
pusat maupun provinsi.

2. Perjanjian Kinerja

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,
Perjanjian Kinerja disusun paling lambat satu bulan setelah dokumen anggaran disahkan.
Sekaitan dengan penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2020 dari
198 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Presiden kepada Kementerian/lembaga yang dilaksanakan pada tanggal 14 November


2019, selanjutnya Kepala BKKBN, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya BKKBN dan Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama BKKBN melakukan penandatangaan dokumen perjanjian
kinerja secara serentak pada tanggal 12 Desember 2019 di kota Semarang Jawa
Tengah. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Nomor 104/KEP/B1/2019 tentang Perjanjian Kinerja Program Kependudukan
dan Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga Tahun 2020, telah ditetapkan
indikator kinerja utama Sekretariat Utama dan dituangkan dalam Perjanjian Kinerja
tahun 2020.

Seiring dengan dilaksanakannya penyesuaian belanja Kementerian/Lembaga (K/L)


pada tahun 2020 dalam melaksanakan kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan
dalam penanganan pandemi Covid19 di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan
Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2020, maka BKKBN
melakukan penandatanganan Perjanjian Kinerja perubahan pada tanggal 14 Mei 2020.
Perubahan dokumen Perjanjian Kinerja ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 90/KEP/B1/2020 tentang
Perjanjian Kinerja Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana Tahun 2020. Dalam perubahan dokumen perjanjian kinerja ini dilakukan
perubahan pada bagian alokasi anggaran dan tidak melakukan perubahan pada bagian
indikator dan target kinerja.

Dokumen Perjanjian Kinerja BKKBN selanjutnya mengalami perubahan kembali


dikarenakan adanya perubahan pejabat sekaligus menyesuaikan dengan Peraturan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 dan Peraturan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional Nomor 11 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dengan ditetapkan
melalui Keputusan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Nomor 214/KEP/B1/2020 tentang Perjanjian Kinerja Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2020. Dalam dokumen Perjanjian Kinerja
Sekretariat Utama Revisi ke-II ini terjadi perubahan pada pejabat, sasaran, indikator
dan target kinerja serta dilengkapi dengan definisi operasional indikator. Dokumen
Perjanjian Kinerja ini di tanda tangan pada tanggal 1 September 2020. Sedangkan
penetapan indikator kinerja pada Renstra 2020-2024 dan Renja Tahun 2021 menjadi
acuan dalam kebijakan refinement Perjanjian Kinerja Tahun 2021.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 199

Penyusunan cascading perjanjian kinerja Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat


Administrator, Pejabat Pengawas dan Pelaksana di lingkungan Sekretariat Utama.
Dalam perjanjian kinerja tertuang cascading kinerja sesuai dengan level pejabat dan
uraian tugas masing-masing individu yang diharapkan selaras serta memiliki hubungan
kausalitas untuk mendukung pencapaian sasaran dan target kinerja Sekretaris Utama
BKKBN. Selanjutnya, dokumen perjanjian kinerja digunakan sebagai acuan dalam
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) individu melalui penyusunan dan penetapan SKP melalui
aplikasi SIMSDM BKKBN.

3. Pengukuran Kinerja

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran
kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan pelayanan publik dan meningkatkan
akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan
seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang (seharusnya)
terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja ini dilakukan secara berkala
(triwulan) dan tahunan.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja yang telah


ditetapkan pada Perjanjian Kinerja dengan membandingkan realisasi kinerja dengan
target kinerja. Setelah perjanjian kinerja ditetapkan, dilakukan penyusunan Rencana
Aksi Pencapaian Kinerja (RAPK) berdasarkan Perjanjian Kinerja dan DIPA RKAKL. RAPK
merupakan dokumen yang berisi rencana kegiatan untuk mencapai target yang akan
dilaksanakan dalam setiap tahapan waktu disertai dengan indikasi biaya pelaksanaaan
kegiatan dan masing-masing penanggung jawab kegiatan.

Pengukuran kinerja dalam monev RAPK dilakukan secara periodik (bulanan) untuk
menentukan tingkat kemajuan dalam mencapai tujuan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan kinerja. Pengukuran capaian kinerja untuk setiap indikator kinerja
berpedoman pada definisi operasional tiap-tiap indikator kinerja yang terlampir pada
perjanjian kinerja Settama.

Sebagai salah satu bentuk transparansi dan akuntabilitas serta untuk memudahkan
pengelolaan kinerja, maka data kinerja harus dikumpulkan dan dirangkum. Pengumpulan
dan perangkuman harus memperhatikan indikator kinerja yang digunakan, frekuensi
pengumpulan data, penanggungjawab, mekanisme perhitungan dan media yang
digunakan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi pencapaian kinerja di
lingkungan BKKBN. Pengelolaan data kinerja BKKBN dilakukan dengan cara mencatat,
200 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

mengolah dan melaporkan data kinerja sesuai dengan instrumen pengukuran tiap-
tiap indikator. Pengumpulan data Indikator Sasaran Strategis BKKBN dikoordinasikan
oleh Biro Perencanaan untuk dikompilasi sebagai Laporan Monitoring Evaluasi RAPK
BKKBN. Mekanisme pengumpulan data kinerja disesuaikan dengan definisi operasional
dan karakteristik tiap-tiap indikator. Target kinerja untuk Indikator Sasaran Strategis
BKKBN baru bisa dilakukan pengukurannya pada akhir tahun anggaran. Akan tetapi,
pengumpulan data kinerja tetap harus dilakukan secara berkala (bulanan) dengan
melaporkan progress setiap kegiatan strategis yang mendukung pencapaian target
kinerja Settama. Selain itu, dilakukan telaah atas fakta-fakta yang ada baik berupa
analisis keberhasilan/kegagalan serta rencana tindak lanjut kinerja maupun informasi
lainnya.

4. Pelaporan Kinerja

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi
yang dipercayakan kepada setiap Kementerian/Lembaga atas penggunaan anggaran.
Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran
kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis
terhadap pengukuran kinerja. Pengukuran dan pembandingan kinerja dalam laporan
kinerja harus cukup menggambarkan posisi kinerja BKKBN. BKKBN menyusun Laporan
Kinerja tahunan tingkat Kementerian/Lembaga berdasarkan perjanjian kinerja yang
ditandatangani dan menyampaikan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatir Negara
dan Reformasi Birokrasi paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pelaporan ini bertujuan untuk memberikan informasi kinerja BKKBN yang terukur atas
kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Sehingga dapat dijadikan dasar penentuan
upaya perbaikan berkesinambungan bagi BKKBN untuk meningkatkan kinerjanya.

5. Evaluasi Kinerja

Sebagai bentuk komitmen BKKBN, monitoring dan evaluasi pencapaian sasaran


strategis dilakukan secara rutin tiap bulannya melalui Rapat Pengendalian Program
(Radalgram). Radalgram ini dipimpin langsung oleh Kepala BKKBN dan dihadiri oleh
Pejabat Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat dan Perwakilan BKKBN
Provinsi yang diselenggarakan melalui video teleconference. Dalam rapat tersebut
dilakukan pembahasan pencapaian sasaran strategis dan target kinerja sekaligus
pelaksanaan anggaran di BKKBN. Melalui forum ini, Kepala BKKBN mendapatkan
informasi tentang capaian kinerja dan keuangan secara berkala. Selain itu juga dibahas
mengenai rencana aksi yang harus dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 201

target kinerja. Disamping itu, Radalgram ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi antar
unit kerja Eselon I dan II guna mewujudkan peningkatan pencapaian Program Bangga
Kencana.

Pengembangan aplikasi pengelolaan kinerja dengan menggunakan dimensi Sistem


Kinerja Akuntabilitas Publik (SIKAP) telah dilakukan. Aplikasi Sistem Perencanaan dan
Pengukuran Kinerja (SIPPUJA) ini terdiri dari 5 modul dimensi SIKAP, yaitu Perencanaan
Kinerja, Perjanjian Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Kinerja.
Dari ke-5 dimensi tersebut, pada akhir tahun 2020 telah diujicobakan modul Laporan
Kinerja (e-Lakip) pada aplikasi SIPPUJA. Pada awal tahun 2021, LKj BKKBN TA 2020 pada
setiap tingkatan unit kerja dapat melaporkan dan menyampaikan Lkj-nya secara online.

Beberapa langkah penyempurnaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas


implementasi pengelolaan kinerja antara lain :

1. Koordinasi internal dalam melaksanakan proses perencanaan kinerja dan


penganggaran untuk memastikan keselarasan Sasaran dan Indikator Kinerja pada
Renstra, Renja dan Perjanjian Kinerja di lingkungan BKKBN;

2. Pelaksanaan evaluasi dan revieu peta strategi (BSC) termasuk revieu pada setiap
Indikator Kinerja Utama (IKU);

3. Pelaksanaan evaluasi dan revieu Renstra Settama 2020-2024;

4. Optimalisasi peran pengelola kinerja organisasi untuk peningkatan kualitas


Perjanjian Kinerja melalui pelaksanaan reviu internal dan reviu eksternal;

5. Peningkatan peran aktif pimpinan dalam kegiatan pengelolaan kinerja, khususnya


dalam proses penyusunan perjanjian kinerja serta monitoring dan evaluasi capaian
kinerja secara berkala minimal setiap triwulan;

6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pencapaian sasaran strategis BKKBN yang


dilakukan secara rutin tiap bulannya melalui Radalgram tidak hanya membahas
capaian kinerja, namun juga perlu dibahas isu strategis dan pemantauan risiko pada
setiap tingkatan unit kerja;

7. Meningkatan tata kelola dokumentasi seluruh proses pengelolaan kinerja, seperti


notulensi monev dan tindak lanjut monev;

8. Mengembangkan aplikasi e-performance agar dapat mengakomodasi konsolidasi


capaian kinerja organisasi yang didasarkan pada hasil input capaian kinerja pegawai
secara berjenjang pada masing-masing unit;
202 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

9. Penyusunan pedoman pengelolaan kinerja di lingkungan BKKBN;

10. Perluasan upaya sosialisasi internalisasi visi, misi, startegi dan sistem pengelolaan
kinerja dengan menggunakan berbagai media dalam rangka meningkatkan
pemahaman pegawai terhadap sistem pengelolaan kinerja;

11. Pelaksanaan survei dalam rangka review pengelolaan kinerja sebagai salah satu
bentuk quality assurance pengelolaan kinerja di BKKBN;

12. Adanya suatu sistem reward and punishment yang bersifat konstruktif dan
konsisten untuk dijalankan di lingkungan BKKBN;

13. Peningkatan inovasi untuk mendukung kinerja organisasi.

D.3 Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan


Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
2025 sudah memasuki periode ke tiga yaitu tahun 2020-2024.Agar pelaksanaan
reformasi birokrasi dapat berjalan sesuai dengan arah yangtelah ditetapkan, maka perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan
dari hasil pelaksanaannya. Disamping itu monitoring dan evaluasi juga dimaksudkan
untuk memberikan masukan dalam menyusun rencana aksi perbaikan berkelanjutan
bagi pelaksanaanreformasi birokrasi tahun berikutnya. Sejak 2014 Kementerian
PANRB mengenalkan PMPRB sebagai sebagai instrumen untuk mengukur kemajuan
pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri (self-assessment).

Model PMPRB mengadopsi pada total quality management, dimana penilaian dilakukan
secara menyuluh untuk mendapatka informasi capaian pelaksanaan reformasi birokrasi.
Penilaian dalam PMPRB
terbagi dalam dua komponen
yaitu komponen pengungkit
dan komponen hasil.

Metodologi yang digunakan


untuk melakukan
penilaian pada komponen
pengungkit, adalah teknik
“criteria referrenced
test” dengan cara menilai
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 203

setiap komponen dengan kriteria penilaian dari masingmasing komponen yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk melakukan penilaian komponen hasil, antara
lain menggunakan hasil survey eksternal pelaksanaan reformasi birokrasi, Ketercapaian
Kinerja Instansi, dan Informasi Terkini terkait instansi. Kriteria penilaian tertuang dalam
Lembar Kerja Evaluasi (LKE) Reformasi Birokrasi. Nilai akhir, kesimpulan, dan rencana
aksi tindak lanjut diperoleh berdasarkankonsensus tim asesor.

PMPRB dilakukan oleh assessor yang di koordinatori oleh Inspektur Utama, asessor
terdiri dari para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang diberi tugas untuk menilai dan
mengevaluasi capaian pelaksanaan RB pada masing-masing area perubahan. Dalam
menilai para asessor harus mencapai consensus bersama yang dibuktikan dengan
Berita Acara evaluasi. Hasil evaluasi tersebut kemudian akan di review oleh Inspektorat
Utama melaui Panel 1 dan akan dikirim Kepada Sestama untuk direview kembali. Pada
saat direvieu oleh Sestama dikenal dengan Panel II, pada Panel II Sesama berhak
menolak dan meminta perbaikan kembali Ke inspektorat Utama, apabila Sestama setuju
maka selanjutnya dikirim ke Menteri PANRB (Panel III)

Sinergitas antara Sekretaris Utama dan Inspektur Utama menjadi kunci penting
pelaksanaan RB di BKKBN. Hasil PMPRB dari tahun ketahun sebagai berikut
204 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

Jika dilihat pembandingan antara hasil PMPRB dengan hasil penilaian RB Kementerian
PANRB, terlihat gap yang cukup tinggi. Untuk itu Sekretariat Utama dan Inspektorat
Utama selaku ketua TIM RB BKKBN dan Koordinator TIM PMPRB melakukan berbagai
aksi untuk perbaikan penilaian mandiri dan juga indeks Refomasi Birokrasi maka telah
dilakukan langkah-langka sebagai berikut:

1. Workshop bagi Para Asessor atas PMPRB

2. Sosialisasi PMPRB

3. Bedah LKE RB dengan Kementerian PANRB

Hal tersebut untuk menyamakan persepsi dan pemahaman terhadap seluruh


pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam aplikasi PMPRB.

Hambatan dan Tantangan Pelaksanaan PMPRB

Pelaksanaan PMPRB tahun 2020 memiliki tantangan tersendiri, pelaksanaan PMPRB


sedikit diubah konsepnya yaitu dengan adanya penilaian mandatory dan hasil antara.
Pelaksanaan PMRB diatur dalam Peraturan Menteri PANRB Nomor 26 Tahun 2020 yang
diundangkan pada tanggal 1 Mei 2020, sementara pelaksanaan PMPRB BKKBN mulai
dilaksanakan sejak bulan April 2020, sehingga pada Bulan Mei Inspektorat Utama harus
mengubah LKE. Perubahan mekanisme penilaian PMPRB 2020 juga berdampak pada
pemahaman asessor atas LKE PMPRB, sehingga butuh waktu ekstra untuk mencapai
konsensus. Hal lain yang menjadi tantangan dalam PMPRB adalah aplikasi pmprb.
menpan.go.id sedang dalam perbaikan sehinngga pada saat input sering terjadi aplikasi
tidak dapat menampilkan nilai/hasil PMPRB. Hal ini terjadi hingga batas akhir PMPRB
yang semestinya 30 Mei 2020 diundur menjadi Juni 2020. Hingga batas akhir tersebut
PMPRB 2020 tidak dikirim menggunakan apliasi PMPRB tetapi LKE manual yang dikirim
ke Kementerian PAN dan RB.

D.4 Evaluasi Atas Implementasi SAKIP

BKKBN telah melakukan evaluasi atas implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah (SAKIP) atas unit organisasi eselon I dan II dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Evaluasi SAKIP tersebut dipandang perlu
sebagai tools untuk
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 205

a. Memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP.

b. Menilai tingkat implementasi SAKIP;

c. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan implementasi SAKIP.

d. Memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi periode sebelumnya.

Di samping itu, melalui Evaluasi SAKIP unit kerja ini diharapkan dapat meningkatkan nilai
hasil evaluasi SAKIP BKKBN oleh Kementerian PAN dan RB. Evaluasi atas implementasi
SAKIP BKKBN tahun 2019 telah dilaksanakan di tahun 2020 terhadap 5 komponen,
yaitu Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja , Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan
Capaian Kinerja. Nilai hasil evaluasi atas implementasi SAKIP tingkat BKKBN tahun 2019
adalah 66,17 dengan predikat B atau baik, dengan rincian:

Tabel Evaluasi SAKIP BKKBN Periode Tahun 2015 – 2019

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa adanya peningkatan capaian hasil
evaluasi dari tahun 2018 yaitu sebesar 64,53 dibandingkan dengan capaian hasil
evaluasi pada tahun 2019 adalah sebesar 66,17 denngan selisih sebesar 1,64
poin. Kenaikan hasil evaluasi SAKIP ini menunjukkan bahwa BKKBN secara serius
mengimplementasikan SAKIP di lingkungan kerja BKKBN dan berkomitmen untuk terus
melakukan perbaikan. Adapun perbaikan yang perlu segera dilaksanakan yaitu:

1. Menegaskan kembali sebagian rekomendasi hasil evaluasi SAKIP tahun


sebelumnya, yang antara lain :

a. Melakukan reviu RENSTRA BKKBN dengan merumuskan indikator kinerja


206 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

tujuan BKKBN dan indikator kinerja yang akan mengukur keberhasilan


pengendalian penduduk sesuai mandat yang diterima BKKBN berdasarkan UU
Nomor 52 Tahun 2009;

b. Menyempurnakan kembali perjenjangan kinerja (cascading) BKKBN


sedemikan rupa sehingga terlihat keselarasan indikator kinerja mulai dari
tingkat lembaga sampai unit kerja terendah bahkan sampai dengan tingkatan
individu dengan melakukan analisis terhadap hubungan/ turunan kinerja dari
Kepala Badan ke unit kerja terkecil, bahkan sampai ke level individu sehingga
terbentuk pohon kinerja BKKBN. Kemudian berdasarkan pohon kinerja
tersebut, melakukan reviu secara mendalam untuk mempertajam ukuran
kinerja BKKBN dan menjabarkan ukuran kinerja organisasi sampai ke tingkat
individu sebagai bahan penilaian kinerja individu;

c. Menyusun dokumen Rencana Aksi Pencapaian Kinerja yang mencantumkan


target triwulanan untuk digunakan sebagai tahapan pelaksanaan kegiatan
dalam mencapai target yang sudah diperjanjikan dalam dokumen perjanjian
kinerja dan memantau (monitoring) capaiannya berikut dengan analisis
ketercapaian/ tidak tercapaianya kinerja secara berkala setiap triwulan;

d. Meningkatkan kapasistas sumber daya manusia dalam bidang akuntabilitas


dan manajemen kinerja di seluruh jajaran BKKBN secara berkelanjutan
utuj mempercaepat tumbuhnya budaya kinerja mmjuju terwujudjnyda
pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel.

2. Terus mendorong pembangunan budaya kinerja dengan meningkatkan


keselarasan ukuran-ukuran kinerja organisasi, proses bisnis yang mendasari
pencapiaan kinerja, kualitas dan kapasitas SDM Aparatur yang sesuai dengan
kinerja yang diharapkan, sehingga kinerja yang akan diwujudkan nantinya
dapat menjadi dasar dalam menetapkan proses bisnis organisasi dan standar
kompetensi pegawai. Hal ini penting untuk mewujudkan performance based
organization agar tercipta organisasi yang efektif dan efisein;

3. Mengoptimalkan aplikasi kinerja (e-performance) sebagai media dalam


melakukan reviu capaian kinerja secara berkala;

4. Menguatkan komitmen seluruh unit kerja sampai level terkecil untuk


mengoptimalkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi capiaan kinerja secara
perioik berdasarkan pad aperencanaan kinerja (Rencana Aksi Kinerja) dan
memanfaatkan hasil pengukuran capaian kinerja tersebut sebagai dasar
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 207

pemberian reward and punishment;

5. Meningkatkan kualitas evaluasi implementasi Sistem AKIP kepada unit kerja


melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mengelola SAKIP
sehingga dapat mendorong perbaikan implementasi SAKIP secara signifikan di
lingkungan BKKBN, serta memantau tindak lanjut atas rekomendasi/ perbaikan
tersebut sehingga betul-betul dapat diimplementasikan dalam meningkatkan
kualitas Akuntabilitas Kinerja.

Upaya yang telah dilakukan BKKBN sebagai tindak lanjut perbaikan implementasi SAKIP
pada tahun 2020 antara lain:

1. Menyusun Renstra BKKBN periode tahun 2020-2024 dengan merumuskan


indikator kinerja tujuan dan indikator kinerja yang akan mengukur keberhasilan
pengendalian penduduk, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga sesuai
mandat yang diterima BKKBN berdasarkan UU Nomor 52 Tahun 2009.

2. Menetapkan Renstra BKKBN 2020-2024 melalui Peraturan Badan nomor 6 tahun


2020 tentang Rencana Strategis BKKBN 2020-2024.

3. Melakukan sosialisasi Renstra kepada stakeholders internal dan eksternal serta


masyarakat dengan video grafis yang ditayangkan melalui medsos BKKBN

4. Melakukan review Renstra dalam rangka dengan perubahan lingkungan strategis


baik internal maupun eksternal.

5. Menyusun dokumen Rencana Aksi Pencapaian Kinerja (RAPK) tahun 2020


yang mencantumkan target triwulanan untuk digunakan sebagai tahapan
pelaksananan kegiatan dalam mencapai target yang sudah diperjanjikan dalam
dokumen Perjanjian Kinerja

6. Melakukan pemantauan RAPK mencakup pelaporan capaian beserta analisis


penyebab keberhasilan maupun kegagalan, serta perumusan tindak lanjut secara
berkala setiap triwulan.

7. Melaksanakan kegiatan workshop SAKIP untuk meningkatkan kapasitas dan


kapabilitas SDM yang mengelola SAKIP sehingga dapat mendorong perbaikan
implementasi SAKIP secara signifikan di lingkungan BKKBN, serta memantau
tindak lanjut atas rekomendasi/perbaikan tersebut sehingga betul-betul dapat
diimplementasikan dalam meningkatkan kualitas akuntabilitas kinerja.
208 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

8. Pelaksanaan coaching clinic dalam penyusunan perjanjian kinerja dan


pelaksanaan quick wins bersama Kementerian PAN dan RB dalm rangka
meningkatkan awareness unit kerja dan sekaligus meningkatkan kapasitas
perencana unit kerja.

E. Perbaikan Perencanan Program dan Anggaran TA 2021

1. Penyusunan Blueprint Pembangunan Kependudukan

Penyusunan Cetak Biru Pembangunan Kependudukan Indonesia Tahun 2020-2045


sebagai dokumen acuan bagi pembangunan kependudukan nasional menuju Indonesia
Emas 2045 guna mewujudkan manusia Indonesia yang unggul, berkualitas, dan berdaya
saing. Kegiatan akan diawali dengan penyusunan dokumen naskah akademis untuk
mengevaluasi pembangunan kependudukan yang sudah berjalan, konsolidasi data yang
akan digunakan serta permumusan konsep ke depan. Sedangkan untuk menghimpun
substansi kependudukan secara komprehensif diselenggarakan dengan webinar dan
FGD yang melibatkan pakar dan stakeholders terkait.

Konsep pembangunan kependudukan yang akan digunakan dalam blueprint adalah


konsep yang bersifat integral. Ada tiga komponen dalam konsep tersebut, yaitu
pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan. Dalam pengelolaan fokus kebijakan
yang dilakukan adalah pada kuantitas penduduk. Tujuannya adalah untuk menciptakan
struktur penduduk yang kondusif untuk mencapai kesejahteraan penduduk.
Kedua adalah tahap pengembangan yang memiliki fokus pada pengembangan
kualitas penduduk. Tujuan fase ini adalah untuk meningkatkan kualitas manusia
dengan berbagai dimensinya. Ketiga adalah pemanfaatan sebagai tahap akhir dari
pembangunan kependudukan. Pada tahap ini sasarannya adalah memanfaatkan potensi
penduduk yang dari sisi jumlah sudah kondusif dan dari sisi kualitasnya sudah tinggi.
Tujuan akhir dari tahap ini adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk

2. Revisi Rencana Strategis BKKBN 2020-2024

Kegiatan revisi Renstra 2020-2024 didahului dengan penyusunan dokumen review


dengan cakupan pembahasan pada 4 (empat) lingkup penyesuaian terhadap isu
strategis nasional, isu strategis internal, perubahan regulasi nasional, dan perbaikan
keselarasan indikator kinerja. Revisi juga dilakukan dengan berpegang teguh terhadap
mandat yang diberikan kepada BKKBN dalam dokumen RPJMN 2020-2024 dalam
mendukung pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan,
pemenuhan layanan dasar, dan pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 209

Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan, maka identifikasi revisi renstra memilki
ruang lingkup pertimbangan yang terkait dengan pemetaan isu strategis nasional dan
regulasi. Ruang lingkup revisi renstra berdasarkan pemetaan isu strategis nasional,
meliputi:

a. Pandemi Covid-19, dimana hal ini dikhawatirkan dapat memberikan pengaruh


terhadap pencapaian dan pemanfaatan Bonus Demografi

b. Penguatan Pendataan Keluarga 2021

c. Penyusunan Blue Print Pembangunan Kependudukan

d. Kontribusi terhadap Upaya percepatan penurunan Stunting di Indonesia

e. Kontribusi terhadap Upaya penurunan AKI dan AKB

f. Peningkatan mCPR dan penurunan Unmet Need

g. Penguatan pada Bidang Pembangunan Keluarga

h. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap Pembangunan Keluarga - iBangga


(Indeks Pembangunan Keluarga

Sedangkan ruang lingkup berdasarkan pemetaan regulasi meliputi:

a. Rancangan Perpres Percepatan Penurunan Stunting

b. Draft Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal


2020-2024

c. Rancangan Perpres Kampung KB

d. RAN Kepemudaan

e. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nomor 11 Tahun 2020


tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional ( Berita Negara republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 703)

Berdasarkan berbagai concern tersebut, revisi Rensta dilaksanakan secara mendasar


dengan melakukan review terhadap visi, misi, tujuan denga mempertimbangkan
perkembangan lingkungan dan isu strategis nasional serta merumuskan sasaran
strategis nasional (goal) yang diukur oleh indikator sasaran strategis. Poin-poin revisi
yang terhimpun meliputi:

a. Tercipatanya keselarasan antara penurunan target kinerja (cascade), penjabaran


kinerja dan indicator kinerja atas dasar kerangka logis (pohon kinerja), cara
210 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

mencapai target (proses bisnis), dan Renstra sebagai dokumen perencanaan


yang berorientasi pada hasil dalam kurun waktu 5 tahun.

b. Usulan perubahan pada visi BKKBN menjadi “mewujudkan keluarga berkualitas


guna mendukung tercapainya Indonesia maju yang berdaulat mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong”.

c. Misi sebagai pra syarat untukmencapai visi tidak ada usulan perubahan.

d. Usulan perubahan tujuan BKKBN menjadi “mewujudkan pengendalian struktur


penduduk menuju tumbuh seimbang dan kehidupan keluarga yang tentram,
mandiri dan bahagia” dengan indikator LPP dan iBangga dengan rentang
pencapaiannya 5 tahunan.

e. Usulan sasaran pada tujuan BKKBN yaitu sasaran 1 “meningkatnya ketahanan


dan kesejahteraan keluarga” dan sasaran 2 “menurunnya angka kelahiran”.

3. Perbaikan Perencanaan dan Penganggaran Program Bangga Kencana Tahun


Anggaran 2021

Perbaikan perencanaan dan pengganggaran Tahun Anggaran 2021 dilakukan untuk


meningkatkan kualitas tata kelola keuangan agar penggunaan anggaran efektif,
efisien, dan akuntabel sehingga setiap rupiah harus dimanfaatkan untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan organisasi. Langkah perbaikan yang dilakukan adalah:

a. Memenuhi kebutuhan anggaran untuk Pendataan Keluarga 2021 dengan


peningkatan pembiayaan menjadi Rp.602 M pada tahun 2021 dibandingkan
pembiayaan pada tahun 2020 sebesar Rp. 246,9M.

b. Menambah alokasi anggaran prioritas nasional dari TA 2020 ke TA 2021 yaitu


sebesar Rp. 30.488.574.000,00. Penambahan alokasi anggaran Pro PN tersebut
relevan dengan penambahan kinerja BKKBN dari 5 (lima) output kegiatan Pro PN
di tahun 2020, menjadi 7 output kegiatan Pro PN di tahun 2021.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 211

Perbandingan Output dan Alokasi Anggaran Kegiatan Pro PN TA 2020 dan 2021

c. Melakukan efisiensi terhadap anggaran dengan akun perjalanan dinas baik yang berupa
perjadin murni maupun kegiatan pertemuan fulllday atau fullboard.

d. Melakukan revisi untuk kegiatan yang bisa langsung memberikan dampak pada capaian
outcome serta bermanfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.

e. Menetapkan kebijakan tentang larangan revisi yang berakibat pada perubahan output
dan pagu anggaran pada kegiatan dengan tagging Pro PN, kegiatan kemitraan, dan akun
belanja modal.

f. Memastikan tersedianya alokasi anggaran dalam peningkatan Indeks Reformasi


Birokrasi, Maturitas SPIP, dan pencapaian predikat ZI WBK/WBBM pada seluruh unit kerja
tingkat pusat maupun Kantor Perwakilan BKKBN di seluruh Indonesia.

g. Memastikan tersedianya alokasi anggaran untuk penerapan kebijakan anti penyuapan


serta Sertifikasi ISO 37001:2016 pada seluruh Satker UKE Eselon I BKKBN.
212 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja

4. Pengusulan Menu DAK Fisik Subbidang KB TA 2021 difokuskan untuk


peningkatan kepesertaan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan
penurunan stunting.

Alokasi anggaran untuk menu KB MKJP mencapai Rp. 575 Milyar, sedangkan untuk
penurunan stunting sebesar Rp. 100 Milyar. Dalam rangka peningkatan KB MKJP
diusulkan menu baru dalam kegiatan penyediaan alat dan sarana Pelayanan KB melalui
DAK Fisik, antara lain :

a. Vasektomi (VTP KIT) tanpa pisau untuk meningkatkan kesertaan KB pria melalui
Metode Operasi Pria (MOP).

b. Laparoscopy dengan monitor pada 28 kabupaten dan kota untuk meningkatkan


pelayanan KB Metode Operasi Wanita (MOW).

Sedangkan untuk DAK penugasan penurunan stunting BKKBN mengusulkan menu


DAK Fisik berupa:

a. BKB Kit Stunting untuk 10 desa stunting di 360 Kabupaten dan kota

b. Siap nikah anti stunting untuk 10 desa di 360 Kabupaten dan kota

5. Peningkatan Alokasi Anggaran DAK non Fisik BOKB untuk dana penggera-
kan KB MKJP dan penurunan stunting.

Alokasi dana Penggerakan Pelayanan KB MKJP yang sebelumnya hanya Rp. 48 M melalui
APBN, meningkat menjadi Rp. 400 M melalui BOKB. Peningkatan alokasi anggaran yang
signifikan ini diharapkan bisa menurunkan TFR dan meningkatkan CPR secara optimal
di akhir 2021. Selain itu untuk penurunan stunting melalui Program Bangga Kencana,
maka dalam BOKB terdapat menu tersendiri yaitu kegiatan pengasuhan 1000 HPK
dan peningkatan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin di 360 kabupaten dan
kota sebesar Rp 223,5 M. Secara keseluruhan pembiayaan BOKB pada tahun 2021
senilai Rp 1,9 triliun yang dapat langsung dimanfaatkan oleh kabupaten dan kota dalam
mendukung kinerja BKKBN.
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 213
214 Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja 2020 / Akuntabilitas Kinerja 215

Penutup
216 Laporan Kinerja 2020 / Penutup

Semangat reformasi birokrasi untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai sasaran dan
tujuan BKKBN menjadi kekuatan BKKBN dalam melaksanakan Program Bangga Kencana
tahun 2020. Dengan adanya pandemi covid tantangan dan permasalahan yang dihadapi
semakin besar, termasuk dengan adanya refocusing anggaran di BKKBN. Kebijakan baru
yang responsif dan pengembangan inovasi menjadi solusi yang dipilih BKKBN untuk
tetap menjaga kinerja sehingga sebagian besar sasaran dapat tercapai dengan baik.

BKKBN menyadari dan segera mengimplemetasikan bahwa ukuran kinerja bukan


lagi diukur atau ditentukan dari besarnya anggaran, tetapi dari seberapa efektif
pemanfaatannya. Efektivitas anggaran dapat dikatakan tercapai apabila terjadi
percepatan pelayanan publik dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang dapat
dijangkau dan memudahkan masyarakat. Melalui implementasi e-government BKKBN
dapat mewujudkan inovasi dan strategi baru dalam meningkatkan pelayanan publik
tersebut. Peran stakeholders di daerah dan mitra kerja menjadi penentu terutama
dalam hal pelayanan KB di masa pandemi, dengan berbagai dorongan dan insentif telah
diprakarsai berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja BKKBN, salah satunya
adalah pelayanan sejuta akseptor yang telah berhasil mendapatkan rekor MURI dan
tentu saja berdampak langsung pada masyarakat.

Poin paling penting dalam laporan kinerja ini adalah pemanfaatannya sebagai bahan
perbaikan untuk meningkatkan kinerja BKKBN tahun yang akan datang. Bagi eksternal
diharapkan dapat menjadi masukan dalam kerangka kerjasama dengan BKKBN dalam
menjalankan tugas fungsinya. Dengan demikian dalam menghadapi tantangan dan
permasalahan yang lebih berat di masa mendatang, termasuk tugas baru BKKBN yaitu
penanganan stunting, BKKBN dapat tetap high performance sehingga hasil kinerja
dapat bermanfaat untuk masyarakat
Laporan Kinerja 2020 / Penutup 217

Pohon Kinerja BKKBN RPJMN 2020-2024

PRIORITAS NASIONAL 4 (PN4)


PRIORITAS NASIONAL 3 (PN3)
Revolusi Mental dan Pembangunan
Meningkatkan Sumber Daya
Kebudayaan
Manusia (SDM) BerkualItas Dan
Berdaya Saing

PROGRAM PRIORITAS 3 PROGRAM PRIORITAS 1 (PP1)


PROGRAM PRIORITAS 1 (PP1) PROGRAM PRIORITAS 2
(PP2) (PP3) Revolusi Mental dan Pembinaan
Perlindungan Sosial dan
Peningkatan akses dan mutu Ideologi Pancasila
Penguatan Tata Kelola Penguatan Pelaksanaan
Kependudukan Perlindungan Sosial pelayanan kesehatan

VISI BKKBN

“Terwujudnya Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk yang Seimbang guna mendukung tercapainya
Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”

MISI BKKBN

1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk dalam rangka menjaga kualitas dan struktur penduduk
seimbang
2. Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi secara komprehensif
3. Menyelenggarakan pembangunan keluarga yang holistik integratif sesuai siklus hidup
4. Membangun kemitraan, jejaring kerja, peran serta masyarakat dan kerjasama global
5. Memperkuat inovasi, teknologi, informasi dan komunikasi

TUJUANI I
TUJUAN TUJUAN
TUJUAN II II
Mewujudkan keluargaberkualitas,
Mewujudkan keluarga berkualitas, yaitu
yaitu keluarga
keluarga Mengendalikan struktur
Mengendalikan struktur penduduk
penduduk menuju
menuju Penduduk
Penduduk
yang tentram,mandiri
yang tentram, mandiridan bahagia
dan bahagia Tumbuh Seimbang(PTS)
Tumbuh Seimbang (PTS) dengan
dengan sumber
sumber dayadaya manusia
manusia
yang berkualitas
yang berkualitassehingga
sehinggaterwujud bonus
terwujud demografi
bonus yang yang
demografi
bermanfaaat
bermanfaaat bagi pembangunan
bagi pembangunan

SASARAN STRATEGIS 5 SASARAN STRATEGIS 6 SASARAN STRATEGIS 1 SASARAN STRATEGIS 2 SASARAN STRATEGIS 3 SASARAN STRATEGIS 4
Meningkatnya Indeks Meningkatnya Median Usia Menurunnya angka Meningkatnya angka Menurunnya kebutuhan Menurunnya angka
Pembangunan Keluarga Kawin Pertama Perempuan kelahiran total prevalensi kontrasepsi ber-KB yang tidak kelahiran remaja
modern terpenuhi
INDIKATOR SASARAN INDIKATOR SASARAN INDIKATOR SASARAN INDIKATOR SASARAN
STRATEGIS STRATEGIS INDIKATOR SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGIS
STRATEGIS
Indeks Pembangunan Median Usia Kawin Pertama STRATEGIS STRATEGIS Angka kelahiran remaja
Angka kelahiran total
Keluarga (iBangga) Perempuan (MUKP) Angka prevalensi Persentase kebutuhan umur 15-19 tahun (Age
(Total Fertility
kontrasepsi modern ber-KB yang tidak Specific Fertility
Rate/TFR) per WUS usia
(Modern Contraceptive terpenuhi (Unmet Need) Rate/ASFR 15-19)
15-49 Tahun
Prevelance Rate/mCPR)

PROGRAM PEMBANGUNAN KELUARGA, KEPENDUDUKAN, DAN KELUARGA BERENCANA


(PROGRAM BANGGA KENCANA)

SASARAN PROGRAM BANGGA KENCANA


Meningkatnya kualitas penyelenggaraan Program Bangga Kencana dalam peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia, serta mewujudkan Revolusi Mental dan Pembangunan
Kebudayaan

INDIKATOR SASARAN PROGRAM BANGGA KENCANA


1. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) per WUS usia 15-49 Tahun
2. Angka prevalensi kontrasepsi modern (Modern Contraceptive Prevelance Rate/mCPR)
3. Persentase kebutuhan ber-KB yg tidak terpenuhi (Unmet Need)
4. Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR 15-19)
5. Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga)
6. Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP)
7. Persentase SDM Aparatur dan Tenaga Program yang Kompeten
8. Persentase Kerjasama Internasional Bangga Kencana yang diimplementasikan
9. Persentase Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Penentuan Kebijakan Program Bangga
Kencana
218 Laporan Kinerja 2020 / Penutup

PROGRAM PEMBANGUNAN KELUARGA, KEPENDUDUKAN, DAN KELUARGA BERENCANA


(PROGRAM BANGGA KENCANA)

SASARAN PROGRAM BANGGA KENCANA


Meningkatnya kualitas penyelenggaraan Program Bangga Kencana dalam peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia, serta mewujudkan Revolusi Mental dan Pembangunan
Kebudayaan

INDIKATOR SASARAN PROGRAM BANGGA KENCANA


1. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) per WUS usia 15-49 Tahun
2. Angka prevalensi kontrasepsi modern (Modern Contraceptive Prevelance Rate/mCPR)
3. Persentase kebutuhan ber-KB yg tidak terpenuhi (Unmet Need)
4. Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR 15-19)
5. Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga)
6. Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP)
7. Persentase SDM Aparatur dan Tenaga Program yang Kompeten

SASARAN OUTCOME 1 SASARAN OUTCOME 2 SASARAN OUTCOME 3 SASARAN OUTCOME 4 SASARAN OUTCOME 5
(ESELON I) (ESELON I) (ESELON I) (ESELON I) (ESELON I)
Mewujudkan Keluarga yang Meningkatkan implementasi Meningkatnya kesertaan Meningkatnya cakupan dan Mewujudkan SDM Aparatur dan Tenaga
Mandiri, Tentram dan pemaduan dan sinkronisasi keluarga dalam Keluarga kualitas advokasi KIE, jejaring Program Bangga Kencana, Penelitian dan
Bahagia (keluarga kebijakan pembangunan Berencana dan Kesehatan kemitraan, kinerja petugas lini Pengembangan serta Kerjasama
berkualitas) pengendalian penduduk lapangan dan pengelolaan smart Internasional yang berkualitas
Reproduksi
data dan informasi melalui
INDIKATOR SASARAN INDIKATOR SASARAN teknologi INDIKATOR SASARAN OUTCOME (ESELON I)
OUTCOME (ESELON I) INDIKATOR SASARAN
OUTCOME (ESELON I) 1. Persentase SDM Aparatur dan Tenaga
1. Angka kelahiran total OUTCOME (ESELON I)
1. Indeks Pembangunan INDIKATOR SASARAN Program yang Kompeten
(Total Fertility Rate/TFR) 1. Angka prevalensi
Keluarga (iBangga) OUTCOME (ESELON I) 2. Persentase Kerjasama Internasional
per WUS usia 15-49 kontrasepsi modern 1. Persentase masyarakat
2. Median Usia Kawin Bangga Kencana yang
Tahun (Modern Contraceptive yang terjangkau Program diimplementasikan
Pertama Perempuan
2. Indeks Pembangunan Prevelance Rate/mCPR) Bangga Kencana 3. Persentase Pemanfaatan Hasil Penelitian
(MUKP)
3. Persentase Baduta yang Berwawasan 2. Persentase kebutuhan 2. Persentase tingkat putus dalam Penentuan Kebijakan Program
Stunting Kependudukan (IPBK) ber-KB yg tidak terpenuhi pakai pemakaian Bangga Kencana
3. Indeks kepedulian (Unmet Need) kontrasepsi (Drop Out/DO)
terhadap Isu 3. Persentase Peserta KB 3. Persentase kebutuhan ber-
Kependudukan Aktif (PA) Metode KB yg tidak terpenuhi
4. Persentase Kampung KB Kontrasepsi Jangka (Unmet Need)
mandiri
Panjang (MKJP)
4. Angka kelahiran remaja
umur 15-19 tahun (Age
Specific Fertility
Rate/ASFR 15-19)
Laporan Kinerja 2020 / Penutup 219

Screenshoot Laporan Evaluasi Dokumen Grand Desain


Pembangunan Kependudukan
220 Laporan Kinerja 2020 / Penutup

Lampiran 3 Target Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor per Provinsi

Lampiran 4 Laporan Quick Count Pelayanan KB Sejuta Akseptor


Laporan Kinerja 2020 / Penutup 221

Lampiran 5 Laporan Real Count Pelayanan KB Sejuta


Akseptor
222 Laporan Kinerja 2020 / Penutup

Lampiran 7 Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran Unit Kerja Eselon I


BKKBN TA 2020

Lampiran 8 Screenshoot Monitoring Capaian Pro PN BKKBN TA


2020 dari Aplikasi SMART Kementerian Keuangan
Laporan Kinerja 2020 / Penutup 223

Lampiran e-Monev Bappenas

• Capaian ISS BKKBN TA 2020

• Capaian IOP BKKBN TA 2020


224 Laporan Kinerja 2020 / Penutup

• Capaian ISP BKKBN TA 2020


Laporan Kinerja 2020 / Penutup 225

Anda mungkin juga menyukai