DIREKTORAT JENDERAL
PELAYANAN KESEHATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
i
EXECUTIVE SUMMARY
ii
adanya fasyankes yang belum memiliki sarana prasarana sesuai standar. Di tingkat pusat,
terdapat beberapa regulasi tentang mutu dan akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan yang
belum ditetapkan. Selain itu, pandemi COVID-19 di Indonesia telah menimbulkan dampak di
berbagai sektor terutama sektor kesehatan sehingga Pemerintah menetapkan sebagai
bencana nasional non alam. Untuk mencegah, mengurangi penyebaran, dan melindungi
masyarakat dari risiko COVID-19 dalam rangka kesinambungan pelayanan dan mencegah
timbulnya episentrum baru COVID-19 maka ditetapkan Surat Edaran Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.01/Menkes/455/2020 tanggal 29 Juli 2020 tentang Perizinan dan Akreditasi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan Penetapan Rumah Sakit Pendidikan pada Masa Pandemi
COVID-19. Dengan demikian kegiatan persiapan dan survei akreditasi fasilitas pelayanan
kesehatan mulai dilakukan setelah status bencana nasional dicabut oleh Pemerintah. Selain
itu, sertifikat akreditasi masih tetap berlaku selama 1 (satu) tahun sejak status bencana
nasional dicabut oleh Pemerintah.
Indikator Persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas
dihitung dari RS pengampu dan RS diampu yang melaporkan audit medis. Faktor
ketidaktercapaian target adalah SK pengampuan baru diterbitkan pada akhir Desember 2022
sehingga data RS pengampu (selain RS Vertikal) dan RS diampu baru diperoleh akhir tahun
2022. RS yang sudah melaporkan audit medis adalah RS vertikal sebanyak 23 RS.
Alokasi anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan untuk TA. 2022 adalah sebesar Rp.
57.625.341.870.000,- berdasarkan pagu terakhir dengan realisasi sampai dengan tanggal 19
Januari 2023 sebesar Rp. 52.720.428.848.855 atau sebesar (91,49%), alokasi anggaran
tersebut terdiri dari alokasi Kantor Pusat, Kantor Daerah dan Dekonsentrasi.
iii
DAFTAR ISI
iv
2. Sistem informasi akreditasi rumah sakit (sinar) ......................................................... 144
3. Pengembangan Pelaporan Data COVID-19 pada Aplikasi RS Online....................... 149
BAB IV .................................................................................................................... 166
PENUTUP ............................................................................................................... 166
LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2022 .............................................. 167
LAMPIRAN 2 RINCIAN REALISASI ANGGARAN LAINNYA .................................. 170
LAMPIRAN 3 RINCIAN TABEL PELAPORAN BMN DITJEN YANKES TAHUN 2022
................................................................................................................................ 179
LAMPIRAN 4 HASIL CAPAIAN KINERJA BERDASARKAN APLIKASI E-
PERFORMANCE KEMENTERIAN KESEHATAN TA 2022..................................... 185
LAMPIRAN 5 KERTAS KERJA PERHITUNGAN INDIKATOR KINERJA ................ 194
LAMPIRAN 6 FEED BACK CATATAN HASIL REVIU LAPORAN KINERJA DITJEN
YANKES .................................................................................................................. 202
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.…3
Gambar 3.1 Monitoring Supervisi Pembangunan Infrastruktur Puskesmas Prototype Modern
Pada Puskesmas Lokus DTPK …………………………………………………………………….22
Gambar 3.2 Pembinaan Dan Pengawalan Dalam Rangka Pembangunan Infrastruktur
Prototype Modern Puskesmas ……………………………………………………………………..23
Grafik 3.3 Pendampingan dan supervisi ke lokasi pembangunan pembangunan puskesmas di
kecamatan tanpa puskesmas ……………………………………………………………………...24
Gambar 3.4 Rencana Induk Pengembangan Fasilitas Kesehatan Puskesmas ………………22
Gambar 3.5 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Puskesmas …………..…………….……..39
Gambar 3.6 Capaian Akreditasi Puskesmas ………………………………………………….....39
Gambar 3.7 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Klinik Pratama………….……….………...40
Gambar 3.8 Verifikasi Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP .…….47
Gambar 3.9 Monev Vertikal dan RSUD……………………………………………………………56
Gambar 3.10 Capaian nilai kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan pada SMART e-Monev DJA
Kemenkeu………………..…………………………………………………...…………………….139
Gambar 3.11 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)…………………. 143
Gambar 3.12 Diagram Konteks SINAR ……………………,,,………………………………….144
Gambar 3.13 Bridging sistem dengan LIPA …………………………………………………….145
Gambar 3.14 Formulir Rekap Harian Tenaga Kesehatan Covid-19 ………………………….149
Gambar 3.15 Formulir Rekap Data Harian Oksigen dan Supplier …………………..……….150
Gambar 3.16 SE Update Laporan Oksigen RS Online ………….. …………………..……….151
Gambar 3.17 Formulir Rekap Pemeriksaan PCR Tenaga Kesehatan………….. …,,,,,…….151
Gambar 3.18 Formulir Pelaporan Kematian Covid-19………………..………………….…….153
Gambar 3.19 SE Pelaporan Kematian………………..…………………………..……….…….154
Gambar 3.20 Form Laporan Kematian ……………....…………………………..……….…….154
Gambar 3.21 Dashboard RS Online ………………………….…………………..……….…….156
Gambar 3.22 Dashboard untuk Dinas Kesehatan Propinsi …………………….……….…….157
Gambar 3.23 Dashboard Rincian Data Per RS………………..………………………….…….161
Gambar 3.24 SE Alur Briging RS Online………………..………………………..……….…….163
Gambar 3.25 Alur Pengisian Data………………..………………………...……..……….…….164
Gambar 3.26 Dokumentasi API RS Online ………..………………………………………..….165
Gambar L1.1 Perjanjian Kinerja Dirjen Yankes TA 2022 ……………………………….…….167
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 3.20 Alokasi dan Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022 berdasarkan
kewenangan…………………………………………………………………………………..……127
Tabel 3.21 Alokasi dan Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022 berdasarkan jenis
belanja………………………………………………………………………………………………127
Tabel 3.22 Alokasi dan Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022 berdasarkan
kegiatan…………………………………………………………………………………………..…128
Tabel 3.23 Rincian Anggaran PC-PEN………………………………………………………….129
Tabel 3.24 Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan dan IGD di Balai dan UPK Tahun 2022
………………………………………………………………………………………………..………130
Tabel 3.25 Jumlah Pelayanan RS Vertikal Tahun 2022…………………………..…………...131
Tabel 3.26 Jumlah Pemeriksaan Laboratorium di BBLK Tahun 2022…………………………133
Tabel 3.27 Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun 2022……………….134
Tabel 3.28 Layanan Unggulan RS UPT Vertikal………………………………………………..134
Tabel 3.29 Capaian Target Indikator RS Khusus dan RS Umum Vertikal TW IV 2022…….138
Tabel 3.30 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan Jabatan ………………………………………………………..…………………….140
Tabel 3.31 Perbandingan Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan jenis kelamin……………………………………………………..………………….140
Tabel 3.32 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan tingkat pendidikan………………………………..…..……………………………..141
Tabel 3.33 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan golongan ……..……………………………………………………………………..141
Tabel L2.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan sumber dana……………………………………………………………………..….170
Tabel L2.2 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Pusat Ditjen Yankes Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….170
Tabel L2.3 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (UPT Vertikal) Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….170
Tabel L2.4 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (RS Umum Pusat) Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….171
Tabel L2.5 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (RS Khusus) Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….172
Tabel L2.6 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (Balai/Loka/Unit) Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….174
Tabel L2.7 Alokasi dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….175
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
senantiasa berusaha melaksanakan sistem kerja pemerintahan secara bijaksana, akuntabel,
transparan, efektif, dan efisien. Hal ini sesuai dengan prinsip good governance seperti yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan disusun berdasarkan perjanjian
kinerja yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, terdapat Program Pelayanan
Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan dimana sasarannya adalah meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan yang berkualitas bagi masyarakat. Adapun pengukuran kinerja untuk sasaran program
tersebut berupa 12 (dua belas) indikator, yaitu:
1. Persentase kecamatan dengan SPA puskesmas yang memenuhi standar
2. Persentase fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi Sarana Prasarana
dan Alat (SPA) sesuai standar
3. Persentase FKTP terakreditasi
4. Persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu
5. Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam
mendukung pelaksanaan program prioritas
6. Persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas
7. Jumlah RS rujukan nasional sesuai standar
8. Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4
9. Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau
dan Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri
10. Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai kompetensi rujukan
9 layanan prioritas
11. Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional
12. Persentase Pengembangan Hubs Biomedical Genome-based Science Initiative
1
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah. Laporan
Kinerja ini juga sekaligus menjadi bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan di masa yang akan datang.
2
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer;
3. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan;
4. Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan;
5. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan
6. Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan.
Gambar 1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Dalam menjalankan tugas dan fungsi di bidang pelayanan kesehatan, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan saat ini memiliki 50 unit pelaksana teknis vertikal, terdiri dari 37 rumah
sakit vertikal yang tersebar di 14 provinsi, yaitu di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa
Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Namun RS
Vertikal di Provinsi NTT, yaitu RSUP Dr. Ben Mboi Kupang yang merupakan RS ke-37 baru
beroperasional pada 20 Desember 2022.
Dengan terbitnya Permenkes Nomor 26 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja RS
di Lingkungan Kemenkes, UPT Vertikal di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan mengalami
perampingan dengan adanya integrasi beberapa balai kesehatan ke dalam RS Vertikal. RS
Vertikal yang mengalami integrasi:
1. RSUP Dr. Hasan Sadikin dengan Balai Kesehatan Olahraga Bandung
3
2. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan B2P2TOOT Tawangmangu
3. RS Paru Rotinsulu dengan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung
4. RSUP Dr. M. Hoesin Palembang dengan Loka Kesehatan Tradisional Palembang
5. RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dengan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Makassar dan Balai Kesehatan Tradisional Makassar.
6. RS Mata Cicendo dengan Balai Kesehatan Mata Cikampek
Unit pelaksana teknis vertikal lainnya yaitu 4 Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan dan 2
Loka Pengaman Fasilitas Kesehatan yang berfungsi dalam mendukung pengamanan sarana,
prasarana, dan alat kesehatan, yang menunjang dalam pelayanan kesehatan.
Selain itu juga terdapat 4 Balai Besar Laboratorium Kesehatan yang memberikan dukungan
dalam pelayanan laboratorium kesehatan, yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan bersama-sama dengan unit pelaksana teknis
vertikal tersebut saling bersinergi dalam menjalankan fungsi pelayanan kesehatan,
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatab, serta bermitra dengan fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah dan swasta.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kondisi geografis yang beragam memiliki
sebaran penduduk yang luas dan tidak merata. Akses dan mutu pelayanan fasilitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu tantangan bagi penduduknya untuk memperoleh layanan
kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menetapkan bahwa
setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau. Untuk memenuhi hak setiap orang dan menyediakan pelayanan kesehatan
secara merata, Pemerintah mengimplementasikan Jaminan Kesehatan Nasional pada tahun
2014 sehingga membuka akses masyarakat ke pelayanan kesehatan seluas-luasnya.
Cakupan dan akses pelayanan harus disertai pelayanan yang bermutu agar dapat
memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Rumah Sakit yang telah teregistrasi di Indonesia tahun 2022 sampai dengan tanggal 2
Januari 2023 sebanyak 3.124 rumah sakit yang terdiri dari 2.561 rumah sakit umum dan 563
rumah sakit khusus. Sebanyak 1.158 rumah sakit adalah milik pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, dan TNI/POLRI; BUMN sebanyak 37 rumah sakit serta sebanyak 1.929
rumah sakit milik swasta. Berdasarkan data dasar jumlah rumah sakit pada desember 2018
adalah 2.813 RS, dan sebanyak 2559 RS (90,97%) sudah terakreditasi dengan rincian tingkat
akreditasi sebagai berikut: lulus paripurna 572, tingkat dasar 191, tingkat madya 336, tingkat
utama 291, tingkat paripurna 1.169, dan JCI (murni) ada 2 RS.
4
Grafik 1.1 Tren Peningkatan Jumlah Akreditasi RS Tahun 2015 - 2022
5
mulai dilakukan setelah status bencana nasional dicabut oleh Pemerintah. Hal ini
menyebabkan penurunan capaian rumah sakit terakreditasi pada tahun 2020-2021 dan perlu
dilakukan upaya lain untuk menjamin mutu fasilitas pelayanan kesehatan pada masa pandemi
COVID-19.
D. Sistematika
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, format penyusunan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menyajikan latar belakang penyusunan laporan kinerja dan penjelasan umum
organisasi dengan menekankan pada aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi.
BAB II Perencanaan Kinerja
Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Tahun 2021.
BAB III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Sub Bab ini membahas mengenai pencapaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran
kinerja organisasi.
B. Indikator Antara yang Menjadi Pendorong Tercapainya Indikator Utama Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan
Sub Bab ini membahas mengenai indikator antara yang menjadi pendorong
tercapainya indikator utama Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
C. Realisasi Anggaran
Sub Bab ini membahas mengenai realisasi anggaran yang digunakan dan yang
telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dokumen perjanjian
kinerja.
D. Realisasi Anggaran dan Output Pelayanan Pelayanan Kantor Daerah (UPT Vertikal)
Sub Bab ini membahas mengenai realisasi anggaran yang digunakan dan yang
telah digunakan beserta Output / keluaran kegiatan yang dihasilkan khsususnya di
Kantor Daerah (UPT Vertikal)
E. Sumber Daya Lainnya
6
Sub Bab ini membahas mengenai sumber daya lainnya selain yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya seperti sumber daya Manusia dan sumber daya
sarana prasarana
F. Dukungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Terhadap Prioritas Kesehatan
Nasional Lainnya
Sub Bab ini membahas mengenai kegiatan yang mendukung pencapaian target
dalam Nawacita/Janji Presiden dan prioritas kesehatan lainnya
G. Prestasi dan Inovasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Sub Bab ini membahas mengenai prestasi dan inovasi yang telah dicapai oleh
Ditjen Pelayanan Kesehatan
BAB IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di
masa datang yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya.
7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja
berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis.
Dalam rencana kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2022, sebagaimana
telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing
indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan melaksanakan program pelayanan kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Revisi Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 terdapat Indikator Kinerja
Program Ditjen Pelayanan Kesehatan yang semula 2 indikator menjadi 12 indikator. 1 indikator
kinerja sebelumnya masih sama yaitu indikator kinerja Persentase FKTP terakreditasi dan 11
indikator kinerja.
Untuk Program Pelayanan Kesehatan & JKN pada Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan, sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun
waktu 5 tahun, adalah sebagai berikut:
8
Persentase RS yang
100
5 melaporkan audit medis pada 9 10 50
(kum)
penyakit prioritas
Jumlah RS rujukan nasional
6 42 42 42
sesuai standar
Persentase RS Vertikal BLU
7 7 7 7
yang masuk strata 4
Jumlah rumah sakit
penyelenggara pendidikan 135
8 34 70
yang mempunyai kompetensi (kum)
rujukan 9 layanan prioritas
Persentase fasyankes rujukan 90
9 60 75
yang memenuhi standar mutu (kum)
Persentase pasien WNI di 5
provinsi (Riau, Sumatera Utara,
10 Aceh, Kepulauan Riau dan 20 10 2
Kalimantan Barat) yang
berobat ke luar negeri
Jumlah RS Vertikal yang
34
11 memiliki layanan unggulan 12 24
(kum)
internasional
Persentase Pengembangan
12 Hubs Biomedical Genome- 20 75 100
based Science Initiative
B. Perjanjian Kinerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
RI Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen
pimpinan yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan
terukur dalam rentang waktu satu tahun dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dikelolanya.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun 2021
mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024. Target kinerja
ini menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya
dalam tahun 2021.
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan Target
Tahun 2021 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target
Program/Kegiatan
Kegiatan (Output)/Indikator 2022
Program: Sasaran Program: Meningkatnya akses
Pelayanan pelayanan kesehatan dasar yang
berkualitas bagi masyarakat
9
Kesehatan dan Persentase kecamatan dengan SPA
JKN 1 68
puskesmas yang memenuhi standar
2 Persentase FKTP terakreditasi 80
Persentase puskesmas yang melakukan
kolaborasi dengan FKTP lain dalam
3 20
mendukung pelaksanaan program
prioritas
Persentase fasyankes rujukan milik
4 pemerintah yang memenuhi Sarana 90
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
Persentase RS yang melaporkan audit
5 10
medis pada 9 penyakit prioritas
Jumlah RS rujukan nasional sesuai
6 42
standar
Persentase RS Vertikal BLU yang masuk
7 7
strata 4
Jumlah rumah sakit penyelenggara
8 pendidikan yang mempunyai kompetensi 34
rujukan 9 layanan prioritas
Persentase fasyankes rujukan yang
9 60
memenuhi standar mutu
Persentase pasien WNI di 5 provinsi
(Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan
10 20
Riau dan Kalimantan Barat) yang berobat
ke luar negeri
Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan
11 12
unggulan internasional
Persentase Pengembangan Hubs
12 Biomedical Genome- based Science 20
Initiative
10
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
11
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Tahun 2022-2024
Target
No. Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Persentase kecamatan dengan SPA
1 68 85 100
puskesmas yang memenuhi standar
2 Persentase FKTP terakreditasi 80 90 100
Persentase puskesmas yang
melakukan kolaborasi dengan FKTP
3 20 60 80
lain dalam mendukung pelaksanaan
program prioritas
Persentase fasyankes rujukan milik
pemerintah yang memenuhi Sarana
4 90 95 100
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai
standar
Persentase RS yang melaporkan audit 100
5 10 50
medis pada 9 penyakit prioritas (kum)
Jumlah RS rujukan nasional sesuai
6 42 42 42
standar
Persentase RS Vertikal BLU yang
7 7 7 7
masuk strata 4
Jumlah rumah sakit penyelenggara
135
8 pendidikan yang mempunyai 34 70
(kum)
kompetensi rujukan 9 layanan prioritas
Persentase fasyankes rujukan yang 90
9 60 75
memenuhi standar mutu (kum)
Persentase pasien WNI di 5 provinsi
(Riau, Sumatera Utara, Aceh,
10 20 10 2
Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat)
yang berobat ke luar negeri
Jumlah RS Vertikal yang memiliki 34
11 12 24
layanan unggulan internasional (kum)
Persentase Pengembangan Hubs
12 Biomedical Genome- based Science 20 75 100
Initiative
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
12
Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan
Tahun 2022
INDIKATOR RPJMN
Prosentase
No Indikator Target Realisasi Pengampu
(%)
Persentase fasilitas kesehatan
1 80 56,4 70,5 Dit. MPK
tingkat pertama terakreditasi
Persentase rumah sakit
2 90 90,9 101 Dit. MPK
terakreditasi
Jumlah RS UPT Vertikal di
Dit.
3 Kawasan Timur Indonesia 2 2 100
Fasyankes
yang dikembangkan
Persentase RS milik
pemerintah daerah yang Dit.
4 90 90 100
memenuhi sarana prasarana Fasyankes
dan alat (SPA) sesuai standar
Persentase FKTP yang
Dit.
5 memenuhi sarana, prasarana 90 90 100
Fasyankes
dan alat (SPA) sesuai standar
Jumlah puskesmas Daerah
Tertinggal, Perbatasan,
Dit.
6 Kepulauan (DTPK) yang 300 300 100
Fasyankes
ditingkatkan SPA sesuai
standar
Jumlah RSUD di Daerah
Tertinggal, Terpencil, Dit.
7 21 21 100
Perbatasan, Kepulauan Fasyankes
(DTTPK) yang dibina
Persentase FKTP dengan 60
60 (6099
8 rasio rujukan non spesialistik ≤ (6099 100 Dit. PKP
PKM)
2% FKTP)
Jumlah fasyankes yang
9 diampu dalam melaksanakan 201 273 135,82 Dit. Tata Kelola
telemedicine
Jumlah provinsi yang
10 menerapkan sistem rujukan 34 25 74 Dit. Tata Kelola
terintegrasi
Persentase rumah sakit
rujukan yang menerapkan
11 60 60 100 Dit. PKR
Rekam Medis Elektronik
(RME) terintegrasi
Jumlah RS dengan
kemampuan melaksanakan
12 198 58 29 Dit. PKR
operasi sectio sesarea darurat
dalam waktu ≤ 30 menit
Persentase RS kelas A dan B
13 Pendidikan yang melakukan 60 20 33 Dit. MPK
surveilan AMR sesuai standar
13
Jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama
14 4720 0 0 Dit. MPK
yang memenuhi persyaratan
survei akreditasi
Jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan yang
15 1195 498 41,67 Dit. MPK
memenuhi persyaratan survei
akreditasi
Persentase RS yang
16 melakukan pencatatan dan 60 60,8 101,3 Setditjen
pelaporan kematian ibu
Jumlah RS UPT vertikal yang
dikembangkan dan
17 6 0 0 Setditjen
ditingkatkan sarana dan
prasarananya
14
Persentase puskesmas yang
melakukan kolaborasi dengan
20 20 100 Dit. PKP
FKTP lain dalam mendukung
5 pelaksanaan program prioritas
Persentase RS yang
melaporkan audit medis pada 10 6,4 64 Dit. PKR
6 9 penyakit prioritas
Jumlah RS rujukan nasional
42 46 109,52 Dit. PKR
7 sesuai standar
Persentase RS Vertikal BLU
7 56 800 Dit. PKR
8 yang masuk strata 4
Persentase pasien WNI di 5
provinsi (Riau, Sumatera
Utara, Aceh, Kepulauan Riau 20 2,7 740,74 Dit. PKR
dan Kalimantan Barat) yang
9 berobat ke luar negeri
Jumlah rumah sakit
penyelenggara pendidikan
34 87 255,8 Dit. Tata Kelola
yang mempunyai kompetensi
10 rujukan 9 layanan prioritas
Jumlah RS Vertikal yang
memiliki layanan unggulan 12 12 100 Dit. Tata Kelola
11 internasional
Persentase Pengembangan
Hubs Biomedical Genome- 20 50 250 Dit. Tata Kelola
12 based Science Initiative
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
Prosentase
No Indikator Target Realisasi Pengampu
(%)
Pembangunan puskesmas di
60 60 100 Fasyankes
1 setiap kecamatan *(III.A.1)
Jumlah kecamatan yang
memiliki puskesmas sesuai 4930 4930 100 Fasyankes
2 standar *(III.A.1)
Jumlah provinsi yang Sarana,
Prasarana, dan Alkes (SPA) di
Rumah Sakit wilayahnya
10 12 120 Fasyankes
memenuhi standar untuk
melakukan pelayanan 9
3 penyakit prioritas *(III.D.1)
Jumlah RS UPT Vertikal yang
dibangun baru dan
dikembangkan untuk 2 2 100 Fasyankes
mendukung pelayanan 9
4 penyakit prioritas *(III.D.1)
Persentase fasyankes rujukan
yang melakukan pengujian
40 59,15 147,87 Fasyankes
dan kalibrasi alat kesehatan
5 *(III.D.1)
Persentase penggunaan alat
kesehatan dalam negeri di 34 35 65 185,71 Fasyankes
6 RS vertikal *(III.N4)
15
Persentase puskesmas
53 89,97 169,75 MPK
7 terakreditasi *(III.B.1)
Persentase klinik pratama
5 2,74 54,8 MPK
8 terakreditasi *(III.B.1)
Persentase Tempat Praktik
Mandiri Dokter/Drg (TMPD)
yang melakukan pengukuran 30 0 0 MPK
INM (Indikator Nasional Mutu)
9 pelayanan kesehatan *(III.B.1)
Persentase RS yang
90 90,9 101 MPK
10 terakreditasi *(III.I.1)
Persentase laboratorium
kesehatan yang terakreditasi 70 22 31,43 MPK
11 *(III.I.1)
Persentase UTD yang
0 0 0 MPK
12 terakreditasi *(III.I.1)
Persentase fasyankes rujukan
yang mencapai target Indikator
60 34,8 57 MPK
Nasional Mutu (INM)
13 pelayanan kesehatan *(III.I.1)
Persentase fasyankes rujukan
yang melaporkan Insiden
60 47 78,33 MPK
Keselamatan Pasien (IKP) di
14 fasyankes rujukan *(III.I.1)
Persentase RS BLU yang
kinerja pelayanan dan 50 29,4 59% Tata Kelola
15 keuangannya baik *(III.G.1)
Jumlah RS Pendidikan yang
berjejaring dalam program
40 201 502,5 Tata Kelola
Academic Health System
16 (AHS) *(III.H.1)
Jumlah RS yang
mengembangkan program
150 40 26,67 Tata Kelola
kerja sama dengan Luar
17 Negeri (LN) *(III.K.1)
Jumlah hWGS yang dapat
dihasilkan sebagai peta 2.000 120 6% Tata Kelola
18 genome *(III.L.1)
Persentase Hubs BGSI yang
melakukan kegiatan
75 100 133,33 Tata Kelola
pengembangan layanan
19 berbasis genomic *(III.L.1)
Persentase kabupaten/kota
yang melaksanakan
redistribusi kepesertaan dari 25 25 100 PKP
puskesmas ke FKTP swasta
20 *(III.C.1)
Presentase rumah sakit yang
diampu dalam jejaring
pengampuan yang
10 0 0 PKR
melaporkan audit medis pada
9 layanan prioritas setiap
21 tahun *(III.E.1)
16
Presentase rumah sakit
vertikal yang melaporkan audit
40 82,14 205,35 PKR
medis pada 9 layanan prioritas
22 setiap 6 bulan *(III.E.1)
Persentase fasyankes rujukan
di seluruh provinsi yang
ditingkatkan dari RS strata 40 2,95 7,38 PKR
madya ke strata utama
23 *(III.F.1)
Jumlah RS yang dengan
kompetensi strata 4 pada 9 10 15 150 PKR
24 penyakit prioritas *(III.H.1)
Jumlah provinsi yang memiliki
RS yang diampu dalam
penyelenggaraan pelayanan 9
penyakit prioritas nasional 15 34 226,67 PKR
(Jantung, Kanker, DM-ginjal-
hati, Stroke/Otak, KIA, TB,
25 Penyakit Infeksi) *(III.H.1)
Nilai Reformasi Birokrasi
Direktorat Jenderal Pelayanan 34 35,43 104,21 Setditjen
26 Kesehatan *(VI.B.1)
Nilai Kinerja Anggaran
Direktorat Jenderal Pelayanan 85 92,11 108,36 Setditjen
27 Kesehatan
17
a. Persentase kecamatan dengan SPA puskesmas yang memenuhi standar ( Dit.
Fasyankes)
Pusat Kesehatan Masyarakat atau disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
di wilayah kerjanya. Seperti termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun
2019 salah satu prinsip puskesmas adalah prinsip ketersediaan. Berdasarkan prinsip
tersebut Puskesmas harus dapat menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya. Selanjutnya untuk
mendukung prinsip tersebut dinyatakan juga bahwa Puskesmas harus didirikan pada
setiap kecamatan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut juga dinyatakan bahwa adanya
keharusan bagi puskesmas untuk memenuhi standar sarana, prasarana dan alat
kesehatan yang dinyatakan dalam persyaratan pendirian dan pengembangan suatu
puskesmas. Sebagai tindak lanjutnya dalam permenkes tersebut juga mengisyaratkan
adanya suatu kewajiban untuk melakukan upaya pemeliharaan, perawatan dan
pemeriksaan secara berkala bagi sarana, prasarana dan alat agar tetap layak pakai dan
fungsi. Melalui upaya tersebut puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan
yang lebih baik dan bermutu untuk masyarakat melalui kesiapan sarana prasarana dan
alat kesehatan yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja. Didalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut juga dinyatakan bahwa
persyaratan peralatan telah terpenuhi paling sedikit 60 % (enam puluh persen)
1) Definisi Operasional
2) Cara Perhitungan
Jumlah kecamatan dengan rata-rata pemenuhan Sarana, Prasarana, Alat Kesehatan
(SPA) puskesmas minimal 60% berdasarkan data ASPAK dibagi total jumlah
kecamatan dikali 100. Cara melakukan perhitungan pada indikator ini adalah dengan
menghitung kecamatan yang rata-rata SPA di puskesmas mencapai nilai minimal 60%
berdasarkan data ASPAK kemudian dibagi dengan jumlah kecamatan di indonesia
sebesar 7.230 Kecamatan dikalikan 100%
18
Jumlah kecamatan dengan rata-rata pemenuhan
Sarana, Prasarana, Alat Kesehatan (SPA) puskesmas
minimal 60% berdasarkan data ASPAK
x100%
Jumlah Jumlah Kecamatan (7.230 Kecamatan)
➢ Pendampingan tahap I
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberi dukungan kepada
daerah dalam pemenuhan persyaratan penarikan DAK tahap I sampai
dengan batas waktu 21 Juli. Dilakukan dengan cara zoom terhadap
seluruh target dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua daerah
sudah dapat memenuhi persyaratan penyaluran. Persyaratan tersebut
antara lain : Perda APBD tahun anggaran berjalan, Laporan realisasi
19
penyerapan dana dan capaian output kegiatan DAK Fisik TA
sebelumnya yang telah direviu APIP, Rencana Kegiatan yang telah
disetujui oleh K/L teknis dan Daftar kontrak Kegiatan
➢ Bimbingan teknis ke lokasi
Merupakan kunjungan ke daerah yang diperuntukkan bagi 8 lokus
dengan pencapaian kinerja terburuk. Tujuan kegiatan ini untuk
memberikan bimbingan bagi daerah dalam pelaksanaan kegiatan.
20
➢ Penyampaian hasil evaluasi pemenuhan SPA
Merupakan pertemuan yang dilakukan secara online yang bertujuan
untuk menyampaikan hasil evaluasi pemenuhan SPA pada triwulan
berjalan. Peserta pada pertemuan ini adalah staf Dit Fasyankes, Lintas
Program dengan melibatkan narasumber yang terkait dengan ASPAK.
21
Kegiatan dilakukan dengan melakukan pertemuan secara online, dengan
Dinas Kabupaten/Kota lokus DTPK terkait pembangunan puskesmas
bersumber DAK.
- Pertemuan ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh
daerah dalam proses pembangunan puskesmas di daerah DTPK.
Dalam pertemuan ini menghadirkan lintas sector antara lain dari
Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan lintas
program sebagai narasumber.
22
memberikan arahan serta bimbingan terkait proses pelaksanaan
pembangunan.
23
pembangunan, kesiapan lahan, kesesuaian perencanaan daerah
dengan juknis dan permenkes terkait, memberikan arahan serta
bimbingan terkait proses pelaksanaan pembangunan.
24
5) Pencapaian Kinerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun
2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 Indikator
Kinerja Program (IKP) Persentase kecamatan dengan SPA puskesmas yang
memenuhi standar untuk target tahun 2022 adalah sebesar 68%. Setelah dilakukan
perhitungan pada tahun 2022 terdapat 68% kecamatan memiliki puskesmas sesuai
standar, angka ini sesuai dengan target yang telah direncanakan.
Grafik 3.1 Provinsi yang memiliki kecamatan dengan SPA Puskesmas sesuai standar
25
7) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Target Capaian
No Indikator Target
2022 2022
1 Persentase kecamatan dengan
SPA puskesmas yang memenuhi 68% 68%
standar.
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Capaia Capaia
9) N Target
Indikator Target n n 2021
o 2022
2022
1 Persentase kecamatan
dengan SPA puskesmas 68% 68% 0%
yang memenuhi standar.
9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi
Target Capaia
No Indikator Target 2024 n
2022 2023
2022
1 Persentase kecamatan
dengan SPA puskesmas 68% 85% 100% 68%
yang memenuhi standar.
Pada tahun anggaran 2022 target indikator Persentase kecamatan dengan SPA
puskesmas yang memenuhi standar dapat dicapai, dimana targetnya sebesar 68% dan
capaian tahun anggaran 2022 sebesar 68%. Target 100% untuk pencapaian indikator
26
ini dapat di proyeksikan tercapai, karena dalam tahun pertama ini target dapat dicapai
baik.
Pencapaian dan target indicator ini tidak dapat dibandingkan dengan standar nasional,
karena tidak terdapat standar nasional.
11) Permasalahan
- Perubahan SOTK baru di lingkungan kementerian kesehatan dan direktorat
jenderal pelayanan kesehatan juga mempengaruhi ritme kerja. Pergantian formasi
tim kerja yang mana di tim kerja sarana prasarana primer 60% personil nya adalah
tim baru sehingga membutuhkan waktu untuk berorientasi dengan program yang
sudah berjalan.
- Belum tertibnya faskes dalam melakukan update pada aplikasi ASPAK
- Belum melaksanakan Kegiatan cut off secara periodic dalam mengontrol
pencapaian indicator
27
- Penyusunan Pedoman Pemenuhan SPA FKTP sesuai standar. Pagu
penyusunan pedoman tersebut Rp. 275.890.000,- dan nilai penyerapan
anggaran sebesar Rp. 197.002.300,- atau 71% dari total pagu
- Pagu kegiatan Pembinaan dan Pengawalan Pemenuhan SPA Puskesmas
dialokasikan sebesar Rp. 1.036.200.000,- dalam pelaksanaannya anggaran
yang diserap sebesar Rp. 450.699.100,-. atau 43% dari total pagu.
- Pagu kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pemenuhan SPA sesuai standar
Puskesmas sebesar Rp. 257.550.000,- kemudian dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut anggaran yang diserap sebesar Rp. 84.368.800,- atau 33% dari total
pagu.
- Kegiatan Koordinasi Pemenuhan SPA di Puskesmas, pada tahun anggaran
2022 dengan rencana alokasi sebesar Rp. 64.756.000,- tidak dilaksanakan,
karena kegiatan ini termasuk dalam kegiatan yang dilakukan revisi.
Maka efisiensi yang telah dilakukan dalam melakukan pencapaian target indicator
ini adalah sebesar 55%.
1) Definisi Operasional
28
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan kesehatan
setelah dilakukan penilaian bahwa fasilitas pelayanan kesehatan telah
memenuhi standar akreditasi
Permenkes No. 34 tahun 2022
2) Cara Perhitungan
Cara penghitungan indikator ini adalah dengan menggunakan baseline
data FKTP tahun 2018 sebesar 16.536 tanpa menghitung pertumbuhan
Puskesmas maupun Klinik. Sedangkan cara mengukurnya adalah
menghitung jumlah puskesmas dan klinik pratama yang terakreditasi pada
tahun berjalan dibagi dengan jumlah puskesmas dan klinik pratama sesuai
baseline dikalikan 100%.
Rumus Perhitungan Indikator Persentase FKTP sesuai standar, adalah:
29
ii. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 tahun 2022 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri
Dokter,Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
iii. Penyusunan rancangan Keputusan Menteri Kesehatan terdiri
atas:
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Biaya Minimal Akreditasi.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi Puskesmas.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi Klinik.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi TPMD.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Instrumen
Akreditasi Puskesmas.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Instrumen
Akreditasi TPMD.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Lembaga
Penyelenggara Akreditasi draft kurikulum dan modul pelatihan
calon surveior akreditasi. kurikulum modul pelatihan calon
surveior FKTP;
iv. Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan tentang Pedoman
Verifikasi Penetapan Lembaga Penyelenggara Akreditasi
Puskesmas, Klinik, Labkes, UTD.
v. Keputusan Dirjen tentang Petunjuk Teknis Survei Akreditasi.
vi. Draft Pedoman Manajemen Fasilitas Kesehatan (MFK).
30
3) Peningkatan komitmen melalui Lokakakarya dan sosisalisasi
peningkatan mutu
i. Sosialisasi
Sosialisasi yang dilakukan mulai dari Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 34, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2022
tentang INM dan Petunjuk Teknis Survei. Kegiatan dilakukan
secara daring melalui platform zoom dengan peserta Dinas
Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kab/ Kota, Puskesmas serta
pemangku kepentingan lainnya. Tujuan dilakukan kegiatan ini
adalah mensosialisasikan regulasi PMK 34 agar seluruh pemangku
kepentingan dapat mengetahui dan mempersiapkan pelaksanaan
akreditasi.
ii. Lokakarya peningkatan mutu sebagai momen kickoff akreditasi
yang sudah tertunda selama beberapa waktu sekaligus
mensosialisasikan kebijakan yang baru terbit yaitu Permenkes No.
34 tahun 2022 tenyang akreditasi untuk Puskesmas, Klinik, TPMD,
laboratorium kesehatan dan Unit Tranfusi Darah. Termasuk
persyaratan untuk melakukan survei akreditasi yang menjadi
amanah Keputusan Diretur Jenderal Pelayanan Kesehatan tentang
Petunjuk Teknis Survei Akreditasi.
31
mutu bagi Puskesmas melalui DAK NF. Sementara untuk
penguatan pembinaan TPCB maka dengan dana dekonsentrasi
tersedia menu penguatan mutu tim TPCB sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
5) Pencapaian Kinerja
Dalam upaya mencapai target indikator Renstra Kemenkes Tahun
2020-2024, ditampilkan capaian persentase FKTP terakreditasi sebagai
berkut.
Tabel 3.3 Capaian Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP
Terakreditasi Tahun 2022
Target
Jenis Indikator Indikator Capaian
2022
Indikator Kinerja Persentase FKTP 80% 56.4%
Program (Renstra) Terakreditasi (13.229) (9.332)
32
Penetapan Rumah Sakit Pendidikan Pada masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19).
33
Kesehatan dan Akreditasi Fasyankes. Surat edaran ini merupakan
perpanjangan dari SE Menteri Kesehatan Nomor 455 yang
menyebutkan bahwa sertifikat akreditasi dan surat pernyataan
komitmen masih berlaku.
34
11. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Lembaga
Penyelenggara Akreditasi.
12. Draft Kurikulum dan Modul Pelatihan Calon Surveior Akreditasi.
35
upaya perbaikan mutu termasuk strategi Puskesmas dalam
memperispakan akreditasi Puskesmas serta memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat. Kegiatan juga bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman tim TPCB dan Puskesmas dalam
membangun komitmen melakukan pengukuran mutu dan pelaporan
insiden keselamatan pasien.
7) Analisis Capaian Kinerja Tahun 2022 Dibandingkan 2021
36
mutu pelayanan kesehatan, melihat fasyankes primer melakukan
upaya perbaikan mutu termasuk strategi Puskesmas dalam
memberikan pelayanan dimasa pandemi COVID-19 yang harus
memperhatikan protokol kesehatan serta mengetahui masalah dan
hambatan puskesmas dalam melakukan pelayanan esensial di masa
pandemi COVID-19.
37
Merujuk pada tabel di atas, telah terjadi peralihan dari Indikator Kinerja
Program FKTP Sesuai Standar menjadi Persentase FKTP Terakreditasi,
target capaian tetap disusun meningkat setiap tahunnya. Sedangkan
secara capaian, sejak tahun 2020, masih berada pada angka 56,4%. Hal
ini dikarenakan pada tahun 2020 telah terjadi Pandemi COVID-19 yang
menyebabkan penundaan/penghentian sementara semua kegiatan terkait
akreditasi seluruh fasyankes termasuk Puskesmas dan Klinik Pratama.
38
madya dan dasar, dengan rincian dasar 2.176 (24%), 5.072 madya (55%),
1.664 utama (18%), dan 241 paripurna (3%).
5072; 55%
39
DISTRIBUSI STATUS KELULUSAN AKREDITASI KLINIK
PRATAMA
6; 3%
36; 20%
75; 43%
59; 34%
11) Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam upaya mencapai target kinerja
tersebut antara lain:
40
penyesuaian dengan program transformasi sistem kesehatan yang
sedang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan.
f) Pada tahun 2022, tarif survei akreditasi belum ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
41
13) Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan atau
Peningkatan/Penurunan Kinerja serta alternatif solusi yang telah
dilakukan
42
• Desiminasi Analisis Hasil Pelaporan Indikator Nasional Mutu dan
Insiden Keselamatan Pasien di FKTP.
{Pagu
Pagu
Capaian Awal*(Capaian
Awal*(Capaian Realisasi
IKP Pagu Awal Output/Target Output/Target
Output/Target Anggaran
Output*100% Output*100%)} /
Output*100%)
Pagu Awal
Persentase
FKTP 1,121,405,000 0.71 790,590,525 1,067,089,036 (0.25)
Terakreditasi
43
Pengembangan aplikasi INM dan IKP di FKTP, Pertemuan analisis
hasil pelaporan INM dan IKP di FKTP, dan Diseminasi Analisis Hasil
Pelaporan INM dan IKP di FKTP mendukung kesiapan penerapan
kembali akreditasi FKTP sesuai dengan SE Menteri Kesehatan No.
133 Tahun 2022.
2) Cara Perhitungan
Jumlah kumulatif Puskesmas di kawasan perkotaan yang telah memiliki perjanjian
kerjasama dengan FKTP lain (klinik pratama,praktek mandiri dokter, atau tenaga
kesehatan lainnya) dalam mendukung program prioritas nasional (TB, Hipertensi
dan DM) pada akhir tahun berjalan dibagi dengan jumlah semua puskesmas di
kawasan perkotaan dikali 100.
44
3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target
Dalam rangka meningkatkan peran fasilitas pelayanan kesehatan primer milik
swasta dalam pelayanan program prioritas bagi masyarakat, Pemerintah dan
pemerintah daerah mendorong Puskesmas agar melakukan kerja sama serta
kolaborasi dengan FKTP lain dalam mendukung pelayanan program prioritas (TB, DM
dan Hipertensi). Maka dari itu Kementerian Kesehatan berupaya menyusun pedoman
yang diperlukan sebagai acuan pelaksanaan program integrasi pelayanan Puskesmas
dengan FKTP lainnya, termasuk menyediakan pedoman/juknis dalam rangka
keberhasilan program. Pemerintah pusat juga melakukan sosialisasi dan advokasi
kepada pemerintah daerah melalui dinas kesehatan di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota dalam rangka memperoleh dukungan program/kegiatan serta
mengupayakan dukungan dana dari Pusat melalui dana dekonsentrasi atau
pembiayaan lainnya.
45
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menilai kesiapan implementasi Kolaborasi dan
Intervensi Program Prioritas di Puskesmas dengan Pelibatan FKTP (Tindak Lanjut
Hasil Kunjungan Keluarga dengan Model Integrated Quality of Care). Kegiatan
terdiri dari pertemuan sosialisasi, pelaksanaan assesment pra uji coba,
pelaksanaan uji coba rancangan konsep, pertemuan evaluasi hasil uji coba dan
diseminasi hasil uji coba. Adapun kegiatan uji coba implementasi tersebut
dilaksanakan di 6 lokasi, yaitu Kabupaten Deli Serdang, Kota Pekanbaru,
Kabupaten Solok, Kabupaten Kendal, Kota Madiun, dan Kota Makassar.
d. Verifikasi, Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka melakukan pemantauan kelengkapan dan
kesesuaian persyaratan pada klinik dan praktik mandiri tenaga kesehatan yang
melakukan permohonan perizinan. Hal ini bertujuan agar FKTP lain yang menjadi
mitra kerja sama Puskesmas memiliki izin resmi dan telah teregistrasi dalam
database nasional melalui aplikasi SIM-GOS. Kegiatan pembinaan ditujukan
kepada pemerintah daerah agar berperan aktif untuk melakukan pengawasan
terhadap klinik dan praktik mandiri tenaga kesehatan terkait hal perizinan dan
registrasi.
Regulasi dan Kebijakan Kolaborasi dan Integrasi Puskesmas dan FKTP Lain
46
Workshop Penguatan Integrasi Puskesmas dan FKTP Lainnya
Gambar 3.8 Verifikasi Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP
5) Pencapaian Kinerja
Target capaian kinerja indikator Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi
dengan FKTP lain dalam mendukung pelaksanaan program prioritas di tahun 2022
47
adalah sebesar 20% dari jumlah Puskesmas di wilayah perkotaan. Berdasarkan data
yang diperoleh dari BPJS Kesehatan terkait Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(PROLANIS) dan Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) terdapat 603 Puskesmas
wilayah perkotaan yang telah berkolaborasi dengan FKTP lain sehingga diperoleh
realisasi indikator sebesar 20,1%. Maka dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja untuk
indikator Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain adalah
100%.
Tabel 3.7 Distribusi Jumlah Puskesmas yang Bekerja Sama dengan FKTP Lain dalam
Pelaksanaan Program Prioritas
1 Aceh 10
2 Sumatera Utara 35
3 Sumatera Barat 18
4 Riau 11
5 Jambi 3
6 Sumatera Selatan 31
7 Bengkulu 0
8 Lampung 14
10 Kepulauan Riau 10
11 DKI Jakarta 79
13 Jawa Tengah 62
48
14 DI Yogyakarta 18
15 Jawa Timur 70
16 Banten 33
17 Bali 13
20 Kalimantan Barat 7
21 Kalimantan Tengah 3
22 Kalimantan Selatan 7
23 Kalimantan Timur 10
24 Kalimantan Utara 0
25 Sulawesi Utara 1
26 Sulawesi Tengah 6
27 Sulawesi Selatan 9
28 Sulawesi Tenggara 1
29 Gorontalo 2
30 Sulawesi Barat 0
31 Maluku 0
32 Maluku Utara 0
33 Papua Barat 1
34 Papua 3
Total 603
49
sama dengan FKTP lain dalam mendukung program prioritas nasional (603
Puskesmas) dibagi Jumlah Puskesmas kawasan perkotaan (3014 Puskesmas), dikali
100%, sama dengan 20,1%, dan telah memenuhi target yang ditetapkan untuk tahun
2022.
Grafik 3.7 Jumlah Puskesmas yang Bekerja Sama dengan FKTP Lain dalam
Melaksanakan Program Prioritas
50
adalah “Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam
mendukung pelaksanaan program prioritas” sehingga pada indikator tersebut tidak
dapat dilakukan perbandingan realisasi dan capaian kinerja tahun 2022 dengan
tahun sebelumnya.
2020 2021 2022
Realisas Capaia Realisas Capaia Realisas Capaia
Indikator
i n i n i n
(%)
Persentase - - - - 20,1 100
puskesmas
yang
melakukan
kolaborasi
dengan
FKTP lain
dalam
mendukung
pelaksanaa
n program
prioritas
11) Permasalahan
51
a. Kegiatan-kegiatan belum tersosialisasi dengan baik, sehingga kurang mendapat
dukungan dari lintas program dan lintas sektor terkait
b. Pelaksanaan kegiatan terhambat karena adanya revisi DIPA yang baru selesai
pada bulan Juli 2022 dan adanya SOTK baru menyebabkan jadwal pelaksanaan
kegiatan tertunda karena menunggu pembentukkan tim kerja dan pembagian
tugas.
c. Belum optimalnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi integrasi Puskesmas
dengan FKTP lain
d. Belum tersedianya sistem informasi yang dapat digunakan untuk pelaporan
integrasi Puskesmas dengan FKTP lain
52
Capaian Output
Alokasi Realisasi
No. Indikator Target Realisasi
Anggaran Anggaran
Indikator Indikator
1 2 3 4 5 6
Persentase
puskesmas
yang
melakukan
kolaborasi
dengan
1. Rp1.375.608.000 20% 20,1% Rp1.225.444.978
FKTP lain
dalam
mendukung
pelaksanaan
program
prioritas
53
c. Model Implementasi Kolaborasi dan Intervensi Program Prioritas dengan Pelibatan
FKTP
Kegiatan ini terdiri dari pertemuan sosialisasi, pelaksanaan assesment pra uji coba,
pelaksanaan uji coba rancangan konsep, pertemuan evaluasi hasil uji coba dan
diseminasi hasil uji coba sehingga diperoleh masukan terkait pedoman apakah
mampu dilaksanakan dengan baik
d. Verifikasi, Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP
Kegiatan ini sebagai bentuk pembinaan kepada pemerintah daerah dan fasilitas
pelayanan kesehatan agar berperan aktif untuk melakukan registrasi klinik dan
praktik mandiri tenaga kesehatan sehingga diperoleh data klinik dan praktik mandiri
tenaga kesehatan yang akan berintegrasi dengan Puskesmas di wilayahnya.
Perubahan UUD 1945 Pasal 28 Bagian H ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang
berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian Pasal 34 ayat (3), bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 19
menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya
kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau. Di dalam pedoman survey Akreditasi
Rumah Sakit tercantum bahwa Pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan minimal
60% dari standar yang ditetapkan dan di inputkan pada Aplikasi Sarana, Prasarana Dan Alat
Kesehatan (ASPAK).
1) Definisi Operasional
Persentase rumah sakit dan laboratorium kesehatan pemerintah yang sudah memiliki
izin operasional yang memiliki SPA sesuai standar.
54
2) Cara Perhitungan
Perhitungan persentase jumlah rumah sakit dan laboratorium kesehatan pemerintah
memiliki izin operasional yang memiliki SPA minimal 60% kelengkapan ASPAK dibagi
jumlah rumah sakit pemerintah memiliki izin operasional.
55
sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengacu standar SPA rumah sakit
serta standar akreditasi baik nasional maupun internasional.
Monev RSUD
56
5) Pencapaian Kinerja
96% Rumah Sakit dan Laboratorium Kesehatan milik pemerintah telah memenuhi
sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar. Berdasarkan data ASPAK per 31
Desember 2022 dari 738 Rumah Sakit milik pemerintah yang telah memiliki SPA diatas
60% sebanyak 663 Rumah Sakit dan untuk SPA Laboratorium Kesehatan yang telah
memenuhi SPA sesuai standar sebanyak 48 Labkes. Pencapaian kinerja ini tidak
dapat dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, karena indikator dan
target ini merupakan indikator dan target yang tercantum pada renstra baru yang mana
tidak terdapat indikator dan target di renstra sebelumnya.
Target Capaian
No Indikator Target
2022 2022
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
57
Capaia
Target Capaian
No Indikator Target n
2022 2022
2021
1 Persentase fasyankes rujukan milik
pemerintah yang memenuhi Sarana
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai 90% 96% 0%
standar
9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024) yang terdapat dala
Target Capaia
No Indikator Target 2024 n
2022 2023
2022
1 Persentase fasyankes
rujukan milik pemerintah yang
90% 95% 100% 96%
memenuhi Sarana Prasarana
dan Alat (SPA) sesuai standar
Pada tahun anggaran 2022 target indikator Persentase fasyankes rujukan milik
pemerintah yang memenuhi Sarana Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar dapat
dicapai, dimana targetnya sebesar 90% dan capaian tahun anggaran 2022 sebesar
96%. Hal ini terjadi karena cara perhitungan dalam menghitung capaian indicator tidak
memasukan Laboratorium sebagai denominator. Untuk mencapai target tahun 2024
perlu dorongan lebih besar dalam melakukan pemenuhan SPA di Laboratorium,
karena data perhitungan untuk laboratorium jika dimasukan kedalam perhitungan akan
membuat capaian menjadi turun.
11) Permasalahan
- Tingkat kepatuhan dan keaktifan RS dalam pengisian ASPAK yang masih belum
optimal, petugas ASPAK RS tidak rajin dalam melakukan updating data.
- Isian data ASPAK menjadi syarat dalam pengusulan anggaran DAK.
58
- Masih banyak Labkesda yang belum terdaftar di dalam aplikasi ASPAK dari 259
Labkesda Kab/Kota/Provinsi, baru terdaftar sebanyak 48 Labkesda yang mengisi
ASPAK dengan baik dan benar.
- Kurangnya SDM di Laboratorium Kesehatan Daerah untuk penginputan aplikasi
ASPAK, karena setelah pandemi covid-19, baru menjadi perhatian pemerintah daerah
12) Pemecahan Masalah
- Perlu dilaksanakan advokasi dan sosialisasi yang terus menerus pada pimpinan Dinas
Kesehatan Daerah dalam setiap pertemuan dan kunjungan tentang pentingnya
pengisian data ASPAK
- Pelaksanaan Bimbingan Teknis dan Monitoring Evaluasi ASPAK secara berkala untuk
setiap wilayah di Indonesia secara daring dan melaporkan capaian pemenuhan SPA
setiap Provinsi
- Membuka ruang konsultasi baik menggunakan Whatsapp ataupun secara daring
- Beberapa kegiatan yang telah dimasukan ke dalam Tahun Anggaran 2023 untuk
menunjang perhitungan pemenuhan indikator komponen Lab yaitu dengan melakukan
Penyusunan Modul Dashboard ASPAK, Sosialisasi dan Advokasi serta Monitoring dan
Evaluasi terhadap Laboratorium Kesehatan.
- Dalam setiap kegiatan terkait Laboratorium Kesehatan memasukkan materi terkait
ASPAK.
- Dalam Petunjuk Teknis Survei Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, Unit Tranfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi. Untuk Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, Unit Tranfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi yang mengajukan usulan survey akreditasi salah
satu persyaratannya adalah terdapat bukti pengisian ASPAK yang telah terupdate
100%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian indikator yang mencapai target
yaitu:
a. Adanya dukungan dari kementerian dan lembaga terkait lainnya, berupa
pendampingan teknis
b. Advokasi dan sosialisasi yang terus menerus pada pimpinan dinas kesehatan
daerah dalam setiap pertemuan dan kunjungan tentang pentingnya pengisian data
59
ASPAK, pelaksanaannya berupa pemantauan data ASPAK dan memberikan
laporan data ASPAK pada daerah yang masih rendah
c. Adanya keterikatan pengisian data ASPAK dengan pengusulan anggaran
d. Adanya bimbingan dan komunikasi secara langsung maupun jarak jauh terhadap
pemenuhan SP
e. Keaktifan RS dalam pengisian dan updating data ASPAK secara kontinu dan
berkala
Sehingga jika di lihat berdasarkan rumus efisiensi maka pada tahun anggaran 2022
Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan melakukan efisiensi sebesar 11% dalam
penggunaan anggaran untuk melakukan pencapaian target indikator ini..
60
- Membandingkan isian ASPAK dengan usulan kegiatan melalui DAK.
Dampaknya terhadap indikator adalah dengan membandingkan data isian
ASPAK dengan usulan kegiatan maka focus pemenuhan SPA adalah pada apa
yang belum tersedia, jika SPA tersebut masih tersedia dan jumlahnya sudah
sesuai standar maka usulan tidak dapat disetujui.
- Dalam rangka pelaksanaan ketercapaian inputan data ASPAK Labkesda yang
masih rendah, pada tahun 2022 telah dilakukan berbagai upaya antara lain
mengadvokasi dan mensosialisasikan Aplikasi ASPAK, namun karena
perhatian pemerintah daerah terhadap Labkesda masih kurang, sehingga hal
tersebut masih kurang optimal.
- Untuk dapat mencapai inputan data dalam Aplikasi ASPAK telah dilakukan
koordinasi dengan Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan agar memasukkan
Aplikasi ASPAK sebagai syarat dalam pelasanaan Akrediatasi Laboratorium
Kesehatan.
- Dengan masuknya ASPAK sebagai syarat tersebut, diharapkan dapat
berdampak positif terhadap peningkatan ketercapaian inputan ASPAK Labkes
ditambah dengan kegiatan-kegiatan advokasi yang terus mendorong
pemerintah daerah khususnya Labkesda agar konsisten mengisi dan
mengudate ASPAK
- Memodifikasi kegiatan untuk dilakukan secara daring seperti kegiatan
Monitoring Capaian Pemenuhan SPA untuk RS milik Pemerintah Daerah
maupun RSUP Vertikal
- Memodifikasi pelayanan dengan mengoptimalkan pertemuan secara virtual,
WA Group, Konsultasi/temu langsung ke Direktorat Fasyankes.
- Membuat media pembelajaran berupa video klip tatacara input, update dan
validasi serta pemanfaatan data ASPAK untuk proses perencanaan.
e. Persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas (Dit. PKR)
1) Definisi Operasional
Persentase rumah sakit penyelenggara salah satu dari 9 layanan prioritas yang
melaporkan audit medis
61
2) Cara Perhitungan
Jumlah rumah sakit penyelenggara salah satu dari 9 layanan prioritas yang melaporkan
audit medik dibagi total jumlah rumah sakit penyelenggara salah satu dari 9 layanan
prioritas dikali 100
62
Mahar Mardjono Jakarta ,RSUP Fatmawati,RS Ketergantungan Obat Jakarta,RS Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta,RSUP Dr. Sitanala Tangerang,RS Jiwa DR. H. Marzoeki
Mahdi Bogor,RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor,RSUP Dr. Hasan
Sadikin,RS Mata Cicendo Bandung,RS Paru dr. H.A. Rotinsulu Bandung,RSUP Dr.
Kariadi Semarang,RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten,RSUP Surakarta,RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta,RS Jiwa Prof. Dr.
Soerojo Magelang,RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga,RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang,RSUP Sanglah Denpasar,RSUP DR. M. Djamil Padang,RS Otak DR. Drs. M.
Hatta Bukittinggi,RSUP H. Adam Malik Medan,RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang,RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang,RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar,RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar,RS Mata Makassar,RSUP dr. Johannes
Leimena Ambon,RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,RSUP Ratatotok Buyat
Kabupaten Minahasa Tenggara
● Pertemuan Pembahasan Topik dan kriteria audit medik/klinis pada 9 layanan
prioritas pada RS Pengampu 9 layanan prioritas meminta RS pengampu
melakukan audit sesuai dengan topik dan kriteria yang telah ditetapkan
● Pembahasan Hasil Audit Medis
Melakukan audit klinis/medis nasional pada 9 layanan prioritas dan layanan kekhususan
lainnya di seluruh RS vertikal Kemenkes dengan bimbingan RS pengampu 9 layanan
prioritas.
Daftar RS vertikal yang melaporkan audit medis:
1. RS Pusat Otak Nasional
2. RSUP Dr. Kariadi Semarang
3. RSUP dr Ciptomangunkusumo
4. RSUP DR. M. Djamil Padang
5. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
6. RSUP Dr. Hasan Sadikin
7. RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
8. RSUP Fatmawati
9. RSUP Sanglah Denpasar
10. RS Kanker Dharmais
11. RSUP H. Adam Malik Medan
12. RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta
13. RS Jantung Harapan Kita
14. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
15. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
16. RS Sulianti saroso
63
17. RSUP Dr. Sitanala Tangerang
18. RSUP Ratatotok Buyat Kabupaten Minahasa Tenggara
19. RS Persahabatan
20. RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor
21. RSUP Surakarta
22. RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga
5) Pencapaian Kinerja
Audit medis/klinis dalam sasaran program adalah persentase RS yang melaporkan audit
medis pada 9 penyakit prioritas. Adapun target IKP Tahun 2022 adalah 10%. Hasil
pencapaian IKP tahun 2022 sebanyak 6,47%.
Tabel 3.8 Topik dan Kriteria Audit Medis 9 Layanan Prioritas Tahun 2022
KRITERIA AUDIT
TOPIK Kriteria Audit Proses Kriteria Audit Proses Kriteria Audit Output
Diagnosis Tatalaksana Klinis
Diberikan Trombolisis
dengan rtPA (Alteplase)
Dilakukan Pemeriksaan
dosis 0,9 mg/kg atau Pasien pulang dalam
CT scan 30 menit sejak
0.6 mg/kg (kecuali > 4 kondisi hidup
Stroke masuk RS
jam dari onset)
Iskemik
64
sebelumnya tidak lebih RS yang dapat
dari 6 bulan melakukan
Perdarahan berhenti
Dilakukan pemeriksaan
Diberikan obat secara klinis (tidak ada
darah perifer lengkap,
vasoaktif (somatostatin) hematemesis atau melena)
PT, APTT dan fibrinogen
Sirosis saat pulang
hati Dilakukan pemeriksaan
dengan Esofagogastrodeudenos
perdara kopy dan dilakukan Diberikan komponen
han endoskopi terapeutik darah (PRC, Trombosit
HB >10mg/dl saat pulang
Varises dalam bentuk ligase atau FFP) dengan
varises dan injeksi indikasi*
cyano akrilat
65
Diberikan kemoterapi
dengan regimen CMF
atau CAF atau CEF
Dilakukan pemeriksaan
atau golongan taxane. Tidak ada limfedema pada
imunohistokimia :
Subtipe Luminal A pd sisi operasi
ER,PR, HER2 dan KI67
stadium I, II, dan IIIa
tidak diberikan
kemoterapi
Diberikan antibiotik
profilaksis
menggunakan sefazolin
Indikasi SC sesuai
2x1 gram (1 gram IV 1 Waktu rawat < 3 hari
Seksio pedoman POGI
jam sebelum sayatan
Sesarea
dan 1 gram saat
elektif
operasi)
Dilakukan pemeriksaan
Dilakukan operasi Dilakukan Inisiasi Menyusu
hemostasis
dalam anestesi regional Dini
66
perkutan primer kecuali
onset > 12 jam
Intervensi koroner
perkutan primer dengan
door to ballon ≤ 90
Ditetapkan stratifikasi menit kecuali pada Pasien tidak meninggal
berdasarkan kelas killip infark onset > 12 jam dunia di RS
atau post fibrinolitik
(failed atau rescuepci)
Pemberian cairan
DHF Pemeriksaan darah rutin kristaloid (NaCl 0,9% Length of stay (LOS) < 5
Dewasa (DR) minimal 1x/hari atau RL) minimal 500 hari
cc/8 jam
Pemeriksaan IgG dan
Pemeriksaan tanda Tidak ada dengue shock
IgM DHF minimal di hari
vital minimal 3x/hari syndrome (DSS)
ke5 demam
Diberikan pemberian
Dilakukan pemeriksaan
terapi OAT dalam
sputum BTA 2x atau Konversi BTA pada bulan
bentuk lepasan atau
TCM (Tes cepat 2-3*-6/8 bulan pengobatan
KDT (kombinasi Dosis
molekuler)
Tetap)
TB paru Gejala TB baik respirasi
maupun sistemik
Dilakukan pencatatan
Dilakukan pemeriksaan menghilang (batuk
di Sistem Informasi TB
anti HIV berkurang, demam
(SITB)
menghilang, nafsu makan
membaik
67
RS strata madya = 277 RS
Target tidak tercapai (persentase realisasi ketercapaiannya 64,7%) karena SK
pengampuan Stroke baru diterbitkan pada akhir Desember 2022.
7) Permasalahan
SK pengampuan baru diterbitkan pada akhir Desember 2022
Terkait sistem informasi, sedang dalam proses pembuatan tools pelaporan audit
medik/klinis melalui aplikasi yang difasilitasi oleh Setditjen Yankes
68
Efisiensi output program sebesar 9,83 % yang dihitung dari alokasi anggaran sebesar
Rp. 556.389.000 dikali capaian output sebesar 6,47, dikurangi realisasi anggaran
sebesar Rp. 366.107.933 dibagi alokasi anggaran sebesar Rp. 556.389.000 dikali 100%.
Realisasi Kinerja
Indikator Kinerja Targe Realisa %
t si Realisasi
1 Persentase RS yang melaporkan 10 % 6,47 % 64,7 %
audit medis pada 9 penyakit prioritas
Untuk indikator kinerja ini , target capaian indikator tahun 2022 sebesar 10% dengan
realisasi kinerja sebanyak 6,47%. Realisasi tersebut belum tercapai sesuai dengan target
tahun 2022.
11) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Dikarenakan perubahan Renstra terbaru di 2022 maka belum ada pembanding dengan
capaian kinerja tahun lalu
12) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024)
Target 2024 Realisasi 2022
RPJMN
N/A 6,47%
Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
69
N/A 6,47%
2) Cara Perhitungan
RS rujukan nasional yang telah ditetapkan memenuhi kriteria sebagai RS pengampu
untuk strata utama dan paripurna
70
● Bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk membantu pemenuhan sumber
daya di rumah sakit wilayahnya
5) Pencapaian Kinerja
Transformasi layanan rujukan termasuk 6 pilar transfomasi kesehatan. Salah satu di
dalamnya adalah program baru mengenai rumah sakit jejaring layanan penyakit prioritas.
Rumah sakit jejaring ini dibagi dalam strata-strata dari dasar hingga paripurna. Strata
dasar pada umumnya meliputi layanan dasar dan skrining penyakit dan strata paripurna
memiliki layanan tertinggi hingga tata laksana penyakit yang modern dan komprehensif.
Program sebelumnya mengenai rumah sakit rujukan nasional diintegrasikan dengan
program rumah sakit jejaring layanan penyakit prioritas. Rumah sakit yang stratanya lebih
rendah akan merujuk ke rumah sakit yang stratanya lebih tinggi sesuai kemampuan
masing-masing layanan penyakit prioritas.
Sehubungan dengan transformasi kesehatan pada layanan rujukan, salah satu
indikatornya adalah jumlah RS rujukan nasional sesuai standar. Dari target 42 RS sesuai
Renstra telah tercapai sebanyak 46 RS seperti pada tabel berikut
71
9 RSUP Fatmawati 32 RSUD Doris Sylvanus
7) Permasalahan
● Anggaran pemerintah pusat cukup terbatas
72
● Masalah redistribusi dokter spesialis. Sumber daya manusia khususnya dokter
spesialis yang masih terpusat di Pulau Jawa karena kondisi daerah yang masih
kurang mengakomodir kebutuhan para dokter
● Produksi dokter spesialis yang terbatas mulai dari jumlah kuota penerimaan serta
jumlah universitas penyelenggara
● Pemerintah daerah kurang mendukung dalam program rumah sakit jejaring yaitu
kurangnya anggaran pendapatan daerah dan kurangnya prioritas daerah di bidang
kesehatan
● Perencanaan dan komitmen yang kurang dari para manajemen rumah sakit untuk
mengintegrasikan layanannya dengan program rumah sakit jejaring ini
● Pembiayaan yang terbatas hingga tidak dapat meng-cover biaya pelayanan
tertentu oleh jaminan kesehatan nasional
● Belum adanya sistem informasi mengenai layanan rujukan yang mendukung
program ini terutama dalam hal mapping pendataan kondisi secara real time
rumah sakit di setiap provinsi
● Kurang aktifnya Rumah sakit pengampu dalam melihat kondisi rumah sakit diampu
dan melakukan kegiatan pengampuan
73
Tata Kelola kerja dan manajemen tim harus ditingkatkan agar efektif dan efisien.
Diperlukan perencanaan dan penyusunan konsep sebelum melaksanakan kegiatan
Penyimpanan dan pengolahan data masih dilakukan secara manual. Belum ada sistem
informasi yang mendukung proses penyediaan/ penyimpanan data yang memiliki risiko
kesalahan, hilang dan tidak update. Proses manual ini membuat beban pekerjaan
bertambah. Maka diperlukan sistem informasi yang mendukung pendataan RS jejaring.
Diperlukan koordinasi lintas direktorat secara rutin sebab program ini membutuhkan
kolaborasi internal dengan unit terkait di luar satuan kerja yaitu dengan Ditjen Nakes dan
Direktorat Fasyankes. Selama tahun 2022 masih cenderung berjalan masing-masing
sehingga kurang terarah dengan baik
Analisis efisiensi
Efisiensi output program sebesar 2,32 % yang dihitung dari alokasi anggaran sebesar
Rp37.162.988.000 dikali capaian output sebesar 1,09, dikurangi realisasi anggaran sebesar
Rp. 17.474.200.701 dibagi alokasi anggaran sebesar Rp. 37.162.988.000 dikali 100%.
Untuk indikator kinerja ini , target capaian indikator tahun 2022 sebesar 42 RS dengan realisasi
kinerja sebanyak 46 RS. Realisasi tersebut tercapai sesuai dengan target tahun 2022.
11) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
74
Realisasi 2020 Realisasi 2021 Realisasi 2022
N/A N/A 46 RS
Dikarenakan perubahan Renstra terbaru di 2022 maka belum ada pembanding dengan
capaian kinerja tahun lalu
12) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024)
Target 2024 RPJMN Realisasi 2022
N/A 46 RS
Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
75
g. Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4 ( Dit. PKR)
1) Definisi Operasional
Jumlah RS Vertikal BLU di lingkup Ditjen Pelayanan Kesehatan dengan kompetensi strata
4 (paripurna) yang menjadi pengampu pelayanan minimal satu dari 9 penyakit prioritas
dan pelayanan jiwa
2) Cara Perhitungan
Jumlah RS Vertikal BLU di lingkup Ditjen Pelayanan Kesehatan dengan kompetensi strata
4 (Paripurna) yang menjadi pengampu pelayanan minimal 1 dari 9 penyakit prioritas dan
pelayanan jiwa dibagi jumlah seluruh RS Vertikal BLU dikali 100
76
Tabel 3.10 Daftar RS Vertikal BLU Strata 4
6 RSUP Dr. M. Djamil Padang 16 RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr.
Mahar Mardjono Jakarta
77
7) Permasalahan
Beban kerja yang sangat tinggi di rumah sakit vertikal. Selain melakukan pelayanan
kesehatan, RS vertikal juga melaksanakan program pemerintah yang jumlahnya banyak
Jumlah sumber daya manusia di RS vertikal terbatas yang melaksanakan program
pemerintah
8) Upaya Pemecahan Masalah
Koordinasi intens dengan Kementerian Kesehatan agar program dan perencanaan
tersinkronisasi dengan baik
Beberapa program Kementerian Kesehatan yang beririsan harus disatukan agar beban
kerja RS vertikal dapat ditekan
9) Efisiensi Sumber Daya
Kondisi tim kerja transformasi saat ini dalam melaksanakan program rumah sakit jejaring
layanan penyakit prioritas masih jauh dari ideal. Adapun hal yang perlu diperbaiki adalah:
● Tata Kelola kerja dan manajemen tim harus ditingkatkan agar efektif dan efisien.
Diperlukan perencanaan dan penyusunan konsep sebelum melaksanakan
kegiatan
● Penyimpanan dan pengolahan data masih dilakukan secara manual. Belum ada
sistem informasi yang mendukung proses penyediaan/ penyimpanan data yang
memiliki risiko kesalahan, hilang dan tidak update. Proses manual ini membuat
beban pekerjaan bertambah. Maka diperlukan sistem informasi yang mendukung
pendataan RS jejaring.
● Diperlukan koordinasi lintas direktorat secara rutin sebab program ini
membutuhkan kolaborasi internal dengan unit terkait di luar satuan kerja yaitu
dengan Ditjen Nakes dan Direktorat Fasyankes. Selama tahun 2022 masih
cenderung berjalan masing-masing sehingga kurang terarah dengan baik
Efisiensi output program sebesar 125,01 % yang dihitung dari alokasi anggaran
sebesar Rp37.162.988.000 dikali capaian output sebesar 58,82, dikurangi realisasi anggaran
78
sebesar Rp. 17.474.200.701 dibagi alokasi anggaran sebesar Rp. 37.162.988.000 dikali
100%.
10) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Untuk indikator kinerja ini , target capaian indikator tahun 2022 sebesar 7% dengan realisasi
kinerja sebanyak 58,82%. Realisasi tersebut tercapai sesuai dengan target tahun 2022.
11) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Realisasi 2020 Realisasi 2021 Realisasi 2022
N/A N/A 58,82%
Dikarenakan perubahan Renstra terbaru di 2022 maka belum ada pembanding dengan
capaian kinerja tahun lalu
12) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024)
Target 2024 RPJMN Realisasi 2022
N/A 58,82%
Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
79
15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan
● Rapat Koordinasi Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Pertemuan Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Monev Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Penetapan Stratifikasi Pelayanan termasuk RS Vertikal
Pembinaan Teknis sesuai Pelayanan Pengampuannya termasuk RS Vertikal
h. Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai kompetensi
rujukan 9 layanan prioritas (Dit. TKPK)
1) Definisi Operasional
Semula: Jumlah RS Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota,
TNI/Polri dan/atau swasta yang sudah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan di
34 Provinsi yang menyelenggarakan minimal satu dari 9 penyakit prioritas.
Menjadi: Jumlah RS Pendidikan milik pemerintah di 34 Provinsi yang
menyelenggarakan minimal 1 (satu) dari 9 layanan penyakit prioritas.
2) Cara Perhitungan
Jumlah RS Pendidikan milik pemerintah di 34 Provinsi yang menyelenggarakan
minimal 1 (satu) dari 9 layanan penyakit prioritas.
b. Bimbingan teknis dan penetapan rumah sakit yang sudah menyelenggarakan salah
satu dari 9 layanan penyakit prioritas menjadi RS Pendidikan
80
5) Pencapaian Kinerja
Tabel 3.12 Daftar Rumah Sakit Salah Satu dari 9 Layanan Prioritas yang Ditetapkan Sebagai
RS Pendidikan
81
6 DKI Jakarta Universitas Indonesia RS Penyakit Infeksi Prof. Dr.
Sulianti Saroso
82
15 JAWA BARAT Universitas Kristen RS Umum Daerah Cibinong
Indonesia
83
24 JAWA TIMUR Universitas RS Umum Daerah Dr. H.
Muhammadiyah Malang Slamet Martodirdjo
Pamekasan
84
33 JAWA TIMUR Universitas Negeri RS Umum Daerah Dr.
Jember Soebandi
85
42 BALI Universitas Pendidikan RS Umum Daerah Kab.
Ganesha Buleleng
86
52 DI YOGYAKARTA Universitas RS Umum Daerah Kota
Muhammadiyah Yogyakarta
Yogyakarta
87
62 DI YOGYAKARTA Universitas RS Umum Daerah
Muhammadiyah Panembahan Senopati
Yogyakarta
88
71 JAWA BARAT Universitas RS Umum Daerah Sayang
Muhammadiyah Jakarta
89
81 DI YOGYAKARTA Universitas Gadjah Mada RS Umum Daerah Wates
90
Untuk indikator kinerja program “Jumlah RS penyelenggara pendidikan yang
mempunyai kompetensi rujukan 9 layanan prioritas” capaian target indikatornya sudah
melebihi target indikator sebesar 87 RS dari target yang ditetapkan sebanyak 34 RS.
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir
Capaian Kinerja 0 0 87
Tidak dapat dibandingkan dikarenakan direktorat tata kelola yankes merupakan unit kerja
baru pada tahun 2022 termasuk indikator kinerja programnya.
9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024) yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis organisasi
IKP : Jumlah rumah sakit penyelenggara 2020 2021 2022 2023 2024
pendidikan yang mempunyai kompetensi
rujukan 9 layanan prioritas
Realisasi Kinerja 0 0 0 0 0
Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan
91
10) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Realisasi Kinerja 0
Standar Nasional 0
Tidak ada yang dapat diperbadingkan antara realisasi kinerja tahun 2022 dengan
standar nasional
11) Permasalahan
Permasalahan yang terjadi adalah masih banyak RS yang menjadi lokus penyelenggara
layanan prioritas yang belum ditetapkan sebagai RS Pendidikan.
92
Efisiensi output program “Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai
kompetensi rujukan 9 layanan prioritas” sebesar 1,93 % yang dihitung dari alokasi anggaran
sebesar Rp. 1.776.502.000 dikali capaian output sebesar 2,56 (capaian output sebesar 87 /
target output sebesar 34 dikali 100%) , dikurangi realisasi anggaran sebesar
Rp. 1.108.565.577 dibagi alokasi anggaran sebesar Rp. 1.776.502.000 dikali 100%.
93
3. NSPK Sel Punca
94
Komite Sel Punca pada tahun 2022 serta pembahasan isu terkini mengenai sel
punca.
5) Workshop Sel Punca
Kegiatan dilaksanakan dengan metode luring sebanyak satu kali dalam bentuk
fullboard meeting dengan jumlah peserta 36 Orang yang terdiri dari Komite Sel
Punca, Tim Kerja Hukum Setditjen Yankes, Direktorat Tata Kelola Pelayanan
Kesehatan. Narasumber dalam kegiatan berjumlah dua orang yang berasal Komite
Sel Punca dan RS/Lembaga yang sudah menyelenggarakan pelayanan sel punca
dan sel. Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas Komite
Sel Punca mengenai Pengembangan Pelayanan Sel Punca dan Sel di Indonesia.
6) Honorarium Komite Pengembangan Sel Punca dan Sel
Honorarium diberikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5679 Tahun 2021 tentang Komite Pengembangan Sel Punca dan
Sel. Komite Pengembangan Sel Punca dan Sel bertugas memberikan masukan dan
pertimbangan kepada Menteri dalam pengambilan kebijakan pengembangan sel
punca, dan sel, termasuk pembinaan dan pengawasan pelayanan bank jaringan
dan sel punca di fasilitas pelayanan kesehatan; berkoordinasi dengan instansi dan
lembaga terkait; memberikan rekomendasi pemberian dan pencabutan izin
pengembangan sel punca dan rekayasa jaringan di fasilitas pelayanan kesehatan;
membina etika dalam penelitian dan pelayanan sel punca dan rekayasa jaringan;
membentuk jejaring peneliti pada lembaga-lembaga penelitian berbasis
pelayanan/penyelenggaraan pelayanan sel punca dan rekayasa jaringan; membuat
laporan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan secara berkala kepada Menteri
paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun; dan membuat laporan kepada
Menteri pada akhir masa jabatannya. Honorarium diberikan berdasarkan Standar
Biaya Masukan Tahun 2022 kepada Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota
(20 orang) selama 5 bulan dari Agustus-Desember 2022.
95
Koordinasi Registri Data RS Pendidikan dilaksanakan dengan metode hybrid
sebanyak empat kali.
B. Bimbingan Teknis Pemenuhan Standar RS Pendidikan
Bimbingan Teknis dilaksanakan dalam bentuk metode daring dan luring.
Bimbingan Teknis dalam bentuk daring dilaksanakan sebagai tindak lanjut upaya
percepatan penetapan rumah sakit pendidikan yang dilaksanakan secara daring
berdasarkan wilayah (regional). Narasumber dalam kegiatan Bimbingan Teknis
dalam bentuk daring berasal dari ARSPI, AIPKI, AFDOKGI, ARSGMPI
sementara peserta terdiri dari Rumah Sakit, Rumah Sakit Gigi dan Mulut,
Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Kedokteran Gigi pada 34 Provinsi. Bimbingan
Teknis secara daring pada tanggal 7-21 April 2022 yang dilaksanakan pada 6
Wilayah AIPKI. Bimbingan teknis luring dilaksanakan ke 10 rumah sakit yang
telah menyelenggarakan fungsi pendidikan namun belum mengajukan
penetapan rumah sakit pendidikan. Bimbingan teknis dilakukan oleh tim yang
terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan
Indonesia, dan Asosiasi Ilmu Pendidikan Kedokteran Indonesia.
C. Monitoring dan Evaluasi RS Pendidikan
Dalam rangka monitoring dan evaluasi RS Pendidikan maka dilaksanakan
penyusunan instrumen dan hasil rekomendasi monitoring evaluasi.
96
Academic Health System merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan
kesehatan terintegrasi antara RS Pendidikan, FK/FKG dan Dinas Kesehatan yang
berkomitmen meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pendidikan
tenaga kesehatan dan riset unggul dalam mendukung pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Tujuan workshop AHS ini adalah Dalam rangka peningkatan
pemahaman dan penguatan peran RS Pendidikan, FK/FKG, dan Dinas Kesehatan
dalam sistem kesehatan akademik untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
i. Persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu (Dit. MPK)
1) Definisi Operasional
Persentase fasyankes rujukan (RS, Laboratorium Kesehatan & UTD) yang
memenuhi standar mutu pelayanan kesehatan, meliputi perizinan,
registrasi akreditasi dan mencapai target minimal 80% indikator dari
seluruh INM yang wajib diukur oleh Fasyankes tersebut secara berkala,
didapat dari laporan yang lengkap dan berkala.
2) Cara Penghitungan
Cara menghitung dan mengukur indikator ini dengan menggunakan
baseline tahun 2018 sebesar 4.528 komposit dari Rumah Sakit
terakreditasi 2.813, Laboratorium Kesehatan terakrefitasi 1.487, dan Unit
Transfusi Darah yang terakreditasi 228.
97
4) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kegiatan mutu dan
akreditasi FKRTL.
5) Meningkatkan pemantauan dan evaluasi terpadu di Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan.
6) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama lintas program dan lintas
sektor dengan Kementerian/Lembaga, Dinas Kesehatan, asosiasi
FKRTL, lembaga independen penyelenggara akreditasi, dan
pemangku kepentingan lain.
7) Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah serta pemilik
FKRTL untuk mendukung mutu dan akreditasi melalui komitmen dan
alokasi APBD, BLUD atau anggaran lain yang sah.
8) Melakukan penguatan peran Dinas Kesehatan dalam pembinaan
dan pengawasan mutu dan akreditasi FKRTL.
9) Mengembangkan sistem informasi data mutu dan akreditasi FKRTL
terintegrasi.
10) Memfasilitasi upaya peningkatan budaya mutu dan keselamatan
pasien.
11) Fasilitas peningkatan budaya mutu dan keselamatan pasien di
Laboratorium dan UTD
12) Penyusunan Norma, Standar, Prosedure dan Kriteria (NSPK) Mutu
dan Akreditasi Laboratorium dan UTD
13) Peningkatan kapasitas dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota
dalam penjaminan mutu pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
98
6) Pelatihan melatih Training of Trainers (ToT bagi calon surveyor
akreditasi RS, dan Labkes secara luring.
c. Pencapaian Kinerja
Indikator persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu
pelayanan kesehatan sebagai indikator komposit, terdiri atas:
1) Persentase RS terakreditasi
2) Presentase Laboratorium kesehatan terakteditasi
3) Persentase Unit Transfusi Darah (UTD) terakdtasi
99
d. Analisis Capaian Kinerja
Analisis dari pencapaian diatas terdiri atas analisis terkait :
Grafik 3.8 Capain Persentase Fasyankes Rujukan yang Memenuhi Standar
Mutu Tahun 2020-2024
100
Memenuhi
Standar Mutu
Merujuk pada tabel di atas, telah terjadi peralihan dari Indikator Kinerja
Program Persentase rumah sakit terakreditasi menjadi Persentase
fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu yang merupakan
akumulasi dari RS terakreditasi, Laboratorium Kesehatan terakreditasi,
dan Unit Transfusi Darah terakreditasi.
Merujuk pada tabel di atas, telah terjadi peralihan dari Indikator Kinerja
Program Persentase rumah sakit terakreditasi menjadi Persentase
fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu yang merupakan
akumulasi dari RS terakreditasi, Laboratorium Kesehatan terakreditasi,
dan Unit Transfusi Darah terakreditasi.
101
Judul 2020 2021 2022 2023 2024
Indikator Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Persentase
rumah sakit 80% 88,4% 85% 88,4%
terakreditasi
Persentase
Fasyankes
Rujukan yang 60% 63.7% 75% 90%
Memenuhi
Standar Mutu
i. Permasalahan
1) Pencapaian akreditasi rumah sakit terkendala dengan adanya Pandemi
COVID-19 yang memengaruhi pelayanan di rumah sakit, dimana rumah
sakit harus fokus kepada upaya penanggulangan COVID-19.
2) Anggaran di rumah sakit, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat
diutamakan untuk penanggulangan Pandemi COVID-19.
3) Standar akreditasi rumah sakit yang sudah ditetapkan tidak dapat
diterapkan di rumah sakit D pratama.
4) Regulasi terkait penyelenggaraan akreditasi laboratorium dan UTD
sedang berproses sehingga menghambat penyelenggaraan akreditasi
laboratorium kesehatan dan UTD di antaranya: regulasi terkait standar
akreditas laboratorium kesehatan dan UTD, regulasi penyelenggaraan
transformasi akreditasi laboratorium kesehatan dan UTD.
5) Penyempurnaan Sistem Informasi Nasional Akreditasi Fasyankes yang
nantinya akan digunakan untuk penyelenggaraan akreditasi
laboratorium kesehatan dan UTD dari mulai pendaftaran hingga
penerbitan e-sertifikat.
102
6) Data laboratorium kesehatan khususnya swasta yang mengalami
perubahan sehingga berpengaruh terhadap perhitungan pencapaian
target.
7) Masih banyak laboratorium kesehatan dan UTD yang belum memiliki ijin
operasional dan teregistrasi.
103
7) Melakukan sosialisasi dan advokasi dengan pemerintah daerah, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota dilakukan secara hybrid dengan
kapasitas zoom 1000 orang sebanyak tiga kali untuk laboratorium
kesehatan dan sebanyak satu kali untuk UTD.
8) Pembinaan mutu dan akreditasi dengan dukungan anggaran
Dekonsentrasi dan DAK Non Fisik kepada 54 laboratorium kesehatan
yang tersebar di 22 Kabupaten/Kota.
{Pagu
Pagu
Capaian Awal*(Capaian
Awal*(Capaian Realisasi
IKP Pagu Awal Output/Target Output/Target
Output/Target Anggaran
Output*100% Output*100%)} /
Output*100%)
Pagu Awal
Persentase
Fasyankes
Rujukan 5,168,365,000 1.06 5,490,526,418 4,832,946,553 0.13
yang
memenuhi
standar mutu
104
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, maka
diperoleh nilai efisiensi indikator Persentase Fasyankes Rujukan yang
Memenuhi Standar Mutu sebesar 13%.
j. Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau
dan Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri (Dit. PKR)
1) Definisi Operasional
Persentase pasien WNI yang berobat ke Malaysia dan Singapura dari 5 provinsi, yaitu:
Provinsi Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat
105
2) Cara Perhitungan
Jumlah WNI yang berobat di Malaysia dan Singapura yang berasal dari 5 provinsi pada
tahun berjalan dibagi jumlah WNI yang berkunjung ke Malaysia dan Singapura dari 5
provinsi pada tahun berjalan dikali 100
3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target
Rapat koordinasi dengan stakeholder terkait
Pertemuan Identifikasi Pelayanan RS di Indonesia
4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target
Koordinasi dengan stakeholder terkait pendataan dan langkah upaya menurunkan WNI
yang berobat dan berkunjung keluar negeri seperti Ditjen Imigrasi, KBRI,
Kemenparekraf, Direktorat SKK Kemenkes, Dinkes Provinsi, Perhimpunan Rumah Sakit
Peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit di Indonesia
Peningkatan kompetensi tenaga medis dan tenaga kesehatan di rumah sakit
Pemenuhan Alat kesehatan yang modern
Sistem informasi yang jelas dan mudah dijangkau tentang pelayanan rumah sakit
Bekerjasama dengan K/L non kesehatan dari aspek dukungan medical tourism seperti
transportasi, pariwisata, industri hospitality
5) Pencapaian Kinerja
Banyaknya WNI yang berobat ke luar negeri untuk memperoleh pelayanan yang modern
dan komprehensif. Pelayanan di luar negeri dianggap jauh lebih baik, biaya lebih murah,
bahkan memikirkan aspek akomodasi dan keluarga pasien yang mengantar. Hal
tersebut berdampak kepada devisa negara.
Landasan indikator ini selain melihat pendataan WNI yang berobat ke luar negeri juga
menjadi evaluasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Menurunnya jumlah pasien WNI
yang berobat ke luar negeri dengan target 20%, pada tahun 2022 tercapai sebesar
2,07%
6) Analisa Capaian Kinerja
Perhitungan capaian indikator ini dengan catatan berikut:
Sumber data numerator (21.166 WNI)
Aceh: data penerbangan ke Penang dari Aceh namun belum tentu untuk berobat
Sumatera Utara: data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit, tetapi tujuan
negara tidak ada. Tahun 2021 diklaim tidak ada data penerbangan internasional akibat
pandemi (tetapi tidak sinkron dengan data Ditjen Imigrasi)
Riau : data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit ke Malaysia (RS Malaka)
Kepulauan Riau: data dari KKP Batam berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang
sakit, tetapi tujuan negara tidak ada. Sedangkan data dari KKP Tanjung Pinang
106
berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit yaitu Malaysia 16 orang dan
Singapura 3 orang
Kalimantan Barat: data keterangan lisan dari KKP
Sumber data denominator (1.020.151 WNI) berupa data kunjungan 5 provinsi ke
Malaysia dan Singapura tahun 2021 dan 2022 dari Direktorat Jenderal Imigrasi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
2021
2022 12 36 34 75 21009
Tabel 3.17 kunjungan WNI ke Malaysia dan Singapura dari pintu keberangkatan 5
provinsi
107
Tabel 3.18 Total Kunjungan WNI ke Malaysia dan Singapura
7) Permasalahan
Data yang tidak terekam dengan baik khususnya jumlah WNI yang berobat ke luar negeri
Jaminan pembiayaan yang kurang memadai
Terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan yang modern dan pelayanan kesehatan tidak
merata
Sistem pendukung medical tourism yang perlu dibenahi seperti transportasi, akomodasi,
sistem informasi dan pariwisata
108
8) Upaya Pemecahan Masalah
Pendataan WNI yang berobat keluar negeri perlu dibuat sistemnya agar terdata.
Pengumpulan data bisa melalui sistem sinkarkes yang mencantumkan tujuan perjalanan
dan negara tujuan, kerjasama G to G dalam keterbukaan data informasi, dan integrasi
dengan pencatatan imigrasi.
Sistem informasi WNI yang berobat ke luar negeri diintegrasikan ke dalam sistem
informasi pelayanan kesehatan sehingga terwujudnya sistem informasi terpadu
Redistribusi pelayanan kesehatan, tenaga medis dan tenaga kesehatan
Pemenuhan alat kesehatan dan sarana prasarana
Koordinasi intens dengan K/L dan stakeholder terkait medical tourism
9) Efisiensi Sumber Daya
Pelaksanaan program penurunan WNI yang berobat ke luar negeri menjadi tidak efektif
karena tingginya beban kerja tim. Program ini pun belum memiliki anggaran pada tahun
2022 sehingga koordinasi sebatas daring dan belum ada kegiatan lanjutan. Disarankan
program ini seyogyanya dilakukan oleh tim kerja yang mengelola kerjasama pelayanan
kesehatan luar negeri.
Analisis efisiensi
0 2,07 0 0 0
Untuk indikator kinerja ini, target capaian indikator tahun 2022 sebesar 20% dengan realisasi
kinerja sebanyak 2,07%. Realisasi tersebut tercapai sesuai dengan target tahun 2022.
109
11) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu
dan beberapa tahun terakhir
Realisasi 2020 Realisasi 2021 Realisasi 2022
N/A N/A 2,07
Dikarenakan perubahan Renstra terbaru di 2022 maka belum ada pembanding dengan
capaian kinerja tahun lalu
12) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024)
Target 2024 RPJMN Realisasi 2022
N/A 2,07
Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
1) Definisi Operasional
110
Jumlah RS Vertikal yang memiliki minimal 1 layanan unggulan setara internasional, l,
dapat dilihat dari upaya RS dalam memiliki layanan unggulan tersebut dengan
melakukan kerjasama dengan RS atau institusi Kesehatan Luar Negeri yang dapat
mendukung layanan unggulannya dalam bentuk peningkatan kompetensi SDM
melalui pengiriman fellowship dan kerja sama antar RS yang dapat dibuktikan dari
perjanjian kerja sama dalam bentuk MoU.
2) Cara Perhitungan
Jumlah RS Vertikal yang memiliki minimal 1 layanan unggulan setara internasional
3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target
111
5. Melakukan penjajakan dengan RS di LN atau institusi kesehatan di luar negeri agar
dapat melakukan kerja sama dengan RS vertical
6. Menyusun proposal dan membahas lingkup kerja sama dan pembahasan perjanjian
kerja sama dengan RS di luar negeri
5) Pencapaian Kinerja
Pencapaian kinerja untuk indikator kinerja program ini adalah sebesar 12 Rumah
Sakit Vertikal dari target sebanyak 12 Rumah Sakit Vertikal. 12 Rumah Sakit Vertikal
tersebut antara lain :
1. RSCM : Diabetes Mellitus
2. RSAB : Fetal Cardiology
3. RS Jantung Harkit : Heart Transplantation
4. RS Kankes Dharmais : Kanker
5. RSJ Soeharto Heerdjan : Rehabilitasi psikososial
6. RS Marzuki Mahdi : Rehab Psikososial dan Suicide Prevention
7. RS Cicendo : Retinoblastoma
8. RSUP M Hoesin Palembang : Radioterapi Onkologi
9. RSHS Bandung : Onkology Patologi
10. RSUP Wahidin Makassar : Kardiologi Intervensi
11. RSUP Kariadi : Cangkok Sumsum Tulang
12. RSPI Sulianti Saroso : Infectious Diseases
112
Untuk indikator kinerja program “Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan
internasional” , target capaian indikator tahun 2022 sebesar 12 Rumah Sakit Vertikal
dengan realisasi kinerja sebanyak 12 Rumah Sakit Vertikal. Realisasi tersebut tercapai
sesuai dengan target tahun 2022 .
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir
unggulan internasional
Capaian Kinerja 0 0 12
Tidak dapat dibandingkan dikarenakan direktorat tata kelola yankes merupakan unit kerja baru
pada tahun 2022 termasuk indikator kinerja programnya.
9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah
(target 2024) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi .
IKP : Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan 2020 2021 2022 2023 2024
unggulan internasional
Realisasi Kinerja 0 0 0 0 0
Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan
113
10) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Realisasi Kinerja 0
Standar Nasional 0
Tidak ada yang dapat diperbadingkan antara realisasi kinerja tahun 2022 dengan
standar nasional.
11) Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator ini adalah sebagai berikut :
1. Tahapan pelaksanaan kerja sama dari mulai penjajakan, pembahasan ruang lingkup
kerjasama sampai kesepakatan dan penandatanganan MOU membutuhkan waktu yang
tidak singkat
2. Pembiayaan kerja sama luar negeri cukup besar
3. Belum terdapatnya pedoman pelaksanaan kerja sama luar negeri khusus rumah sakit
12) Usulan Pemecahan Masalah
Terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan guna mengatasi kendala dalam pencapaian
indikator, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi pentingnya kerja sama dengan rumah sakit luar negeri untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Koordinasi lintas sektor dalam rangka pelaksanaan kerja sama luar negeri
3. Penyusunan pedoman pelaksanaan kerja sama luar negeri khusus rumah sakit
114
13) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta
alternative solusi yang telah dilakukan
Untuk ikp ini secara capaian indikator telah tercapai namun masih memerlukan penajaman
pada cara ukur (kurang memadai) dalam menentukan kriteria sebagai layanan unggulan
internasional di RS, dimana regulasi atau dasar hukum layanan unggulan internasional sampai
dengan saat ini belum ada, selain itu beberapa kendala dalam emncapai indikator tersebut
antara lain :
a) Proses penjajakan kerjasama memerlukan waktu yg cukup lama sampai mencapai
kesepakatan
memiliki layanan
unggulan
internasional
tahun 2022 12
Rumah Sakit
Efisiensi output program “Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional”
sebesar 0,30 % yang dihitung dari alokasi anggaran sebesar Rp. 6.063.369.000 dikali capaian
output sebesar 1 (capaian output sebesar 12 / target output sebesar 12 dikali 100%) , dikurangi
115
realisasi anggaran sebesar Rp. 4.225.465.566 dibagi alokasi anggaran sebesar
Rp. 6.063.369.000 dikali 100%.
15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
pernyataan kinerja)
Terlaksananya Sister Hospital RS Vertikal dalam Pengembangan Layanan Unggulan yang
dituangkan dalam bentuk MoU dilaksanakan dalam bentuk:
a) Pertemuan Koordinasi Implementasi Program Sister Hospital
Pertemuan Koordinasi Implementasi Program Sister Hospital dilaksanakan sebanyak 20 kali
Hybrid (daring dan luring di Kantor Kementerian Kesehatan (ruang rapat dan zoom meeting)
dalam rangka koordinasi penjajakan awal dan koordinasi lain sesuai kebutuhan substansi dari
RS pengusul dan RS tujuan.
Output kegiatan berupa hasil koordinasi pelaksanaan kerja sama antara rumah sakit vertikal
dengan rumah sakit/institusi luar negeri.
b) Pembinaan Implementasi Program Sister Hospital pelayanan dengan RS Luar Negeri
Pembinaan Implementasi Program Sister Hospital pelayanan dengan RS Luar Negeri
dilaksanakan sebanyak 5 kali secara luring ke Jakarta, Bogor, dan Bandung.
Output kegiatan berupa sosialisasi dan bimbingan teknis pelaksanaan kerja sama antara
rumah sakit vertikal dengan rumah sakit/institusi luar negeri
c) Monev Implementasi Program Sister Hospital pelayanan dengan RS Luar Negeri
Pembinaan Implementasi Program Sister Hospital pelayanan dengan RS Luar Negeri
dilaksanakan sebanyak 2 kali secara luring ke Jerman dan Korea Selatan
Kunjungan ke Jerman tanggal 6 – 11 Desember 2022: Delegasi dipimpin oleh Ketua Tim Kerja
Pengelolaan Kerja Sama Pelayanan Kesehatan terdiri dari Direktur Utama RS Radjiman
Wediodiningrat , Direktur Utama RS Cicendo, Direktur Utama RS Wahidin Sudirohusodo,
Direktur RS M Hoesin, Koordinator Pendidikan dan Pelatihan RSUP Hasan Sadikin, Ketua Tim
Hukum Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kepala Adum Direktorat Tata
Kelola Pelayanan Kesehatan.
Kunjungan ke RF Jerman merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Wakil Menteri
Kesehatan dan Duta Besar RI di Berlin , Jerman terkait rencana kerja sama antara RS Vertikal
milik Kementerian Kesehatan dan RS terbaik di Jerman dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan Kesehatan di Indonesia
d) Kunjungan ke Republik Korea Selatan tanggal 22 – 28 Desember 2022
Delegasi dipimpin oleh Ketua Tim Kerja Pengelolaan Kerja Sama Pelayanan Kesehatan terdiri
dari PMO Ditjen Yankes, Direktur Utama RSJ dr. Marzoeki Mahdi Bogor, Direktur Utama RSJ
dr. Soeharto Heerdjan, RS Kanker Dharmais.
Kunjungan ke Republik Korea Selatan merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri
Kesehatan ke beberapa rumah sakit di Korea Selatan untuk penjajakan kerjasama.
116
Output kegiatan berupa pembahasan lingkup kerja sama, waktu pelaksanaan dan
penandatanganan MOU.
1) Definisi Operasional
- Hubs: Rumah Sakit yang menyelenggarakan penguatan dan pengembangan pelayanan
kesehatan berbasis genomika pada bidang-bidang tertentu.
- BGSI: kegiatan registri pasien dengan penyakit tertentu, mengatur penyimpanan spesimen
(biobanking) dan pengorganisasian pengelolaan pemeriksaan Human Whole Genome
Sequencing (hWGS) di Indonesia, serta pengorganisasian pengembangan kedokteran
presisi (precision medicine)
2) Cara Perhitungan
Hubs Biomedical Genome-Based Science Initiative yang memenuhi standar dibagi dengan
jumlah Hubs dan dikalikan 100%. Standar yang digunakan dalam menilai hubs terdiri dari :
alat, ruang laboratorium, fasilitas biobank, SDM terlatih, metode pemeriksaan yang sesuai.
Kebijakan yang mengatur standar Hubs ini terlampir di draft Keputusan Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Implementasi Biomedical Genome-Basic
Science Initiative For Precision Medicine. Link draft terlampir.
Link :
https://drive.google.com/drive/folders/1kfJbLfGkP_a-K6nWKHYNqmUBJ_LfBXhv
3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target
a. Koordinasi dengan stakeholder terkait dalam pengembangan BGSi
b. Bimbingan Teknis (Penyelenggaraan Workshop)
c. Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan BGSi
d. Peningkatan kapasitas SDM (international conference of precision medicine)
4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target
a. Koordinasi dengan stakeholder terkait dalam pengembangan BGSi
Rapat Koordinasi Fasilitasi dan Pembinaan hWGS dilaksanakan dalam
rangka membahas isu terkini mengenai BGSi dan CRU-CRC. Kegiatan
dilaksanakan dengan metode daring dan luring dengan peserta terdiri dari
Ditjen Farmalkes, Pusat Strategis Kesehatan, Tim BGSi Pusat, RS
penyelenggara BGSi seperti RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, RSPI
Sulianti Saroso, RS Persahabatan, RSUP dr. Sardjito, RS Ngoerah, RS
PON, dan RS Kanker Dharmais.
b.Penyusunan NSPK
Penyusunan petunjuk teknis terdiri dari 4 tahap yaitu:
117
1. Penyusunan Draft
Penyusunan draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid sebanyak 1 kali dengan
jumlah peserta 23 orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan
Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana
Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan Hubs
yang mengembangkan pelayanan BGSi.
2. Pembahasan Draft
Pembahasan draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid dengan jumlah peserta 20
orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit.
Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP
Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 Hubs yang
mengembangkan pelayanan BGSi.
3. Ujicoba Draft
Ujicoba draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid dengan jumlah peserta 20 orang
yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata
Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 Hubs yang mengembangkan
pelayanan BGSi.
4. Finalisasi
Finalisasi draft dilaksanakan dalam bentuk luring dengan metode fullboard
meeting dengan jumlah peserta 20 orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum
Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim
Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat Kajian
Biomedik, dan 6 Hubs yang mengembangkan pelayanan BGSi.
c. Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Hubs BGSi
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dalam rangka melihat progress
penyelenggaraan hWGS di tujuh RS (RS PON, RSPI Sulianti Saroso, RSK Dharmais,
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, RSUP I.G.N.G Ngoerah, RSUP dr. Sardjito, RS
Persahabatan) serta untuk mendorong pencapaian IKK Direktorat Tata Kelola
Pelayanan Kesehatan pada Tahun 2022. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan
melibatkan tim yang berasal dari Ditjen Farmalkes dan Pusat Sistem dan Strategi
Kesehatan.
d. Evaluasi Penyelenggaraan BGSi
Rapat Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk hybrid sebanyak satu kali dengan peserta
terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes,
118
Pusat Kajian Biomedik, dan 6 Hubs yang mengembangkan pelayanan BGSi. Tujuan
pelaksanaan kegiatan dalam rangka menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi,
memetakan masalah penyelenggaraan hWGS di 6 RS serta menyusun solusi/rencana
tindak lanjut dalam mengatasi masalah.
5) Pencapaian Kinerja
Science Initiative
Standar yang digunakan dalam menilai hubs terdiri dari : alat, ruang laboratorium,
fasilitas biobank, SDM terlatih, metode pemeriksaan yang sesuai. Sampai dengan
Desember 2022 , 3 hubs telah memenuhi standar antara lain : hubs kanker, hubs
infeksi (TB), hubs beauty and wellness, sehingga capaian untuk indicator kinerja
program = 3 hubs dari 6 hubs telah memenuhi standar (50%) .
Kebijakan yang mengatur standar Hubs ini terlampir di draft Keputusan Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Implementasi Biomedical
Genome-Basic Science Initiative For Precision Medicine. Link draft terlampir.
Link :
https://drive.google.com/drive/folders/1kfJbLfGkP_a-K6nWKHYNqmUBJ_LfBXhv
6) Analisa Capaian Kinerja
Capaian kinerja 50% diperoleh dari telah terpenuhinya Hubs dalam penyelenggaraan
BGSi sudah memenuhi standar yaitu adanya SK Tim, SDM terlatih mulai dari SDM
Laboratorium, klinisi, SDM biobank, peralatan, metode pemeriksaan sudah sesuai
standar, sudah ada protokol.
7) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Science Initiative
119
Untuk indikator kinerja program “Persentase Pengembangan Hubs Biomedical
Genome- based Science Initiative” , target capaian indikator tahun 2022 sebesar
20% dengan realisasi kinerja sebanyak 50 % Realisasi tersebut sudah melebihi target
output progran di tahun 2022.
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu
dan beberapa tahun terakhir
Tidak dapat dibandingkan dikarenakan direktorat tata kelola yankes merupakan unit
kerja baru pada tahun 2022 termasuk indikator kinerja programnya.
9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi
IKP : Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan 2020 2021 2022 2023 2024
unggulan internasional
Realisasi Kinerja 0 0 0 0 0
Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan
10) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
120
IKP : Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional 2022
Realisasi Kinerja 0
Standar Nasional 0
Tidak ada yang dapat diperbadingkan antara realisasi kinerja tahun 2022 dengan
standar nasional.
11) Permasalahan
a. Alat dan BMHP belum tersedia di rumah sakit karena keterlambatan proses
pengadaan di BGSi Pusat.
b. Anggaran operasional penyelenggaraan pemeriksaan hWGS di Hubs belum
tersedia.
12) Upaya Pemecahan Masalah
a. Koordinasi dengan BGSi Pusat terkait dengan penyediaan sarana prasarana
b. Anggaran operasional Hubs BGSi dianggarkan dalam BLU Rumah Sakit dan
sponsor.
13) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta
alternative solusi yang telah dilakukan
Untuk ikp ini secara capaian indikator telah tercapai bahkan melebihi target capaian
program yang ada di tahun 2022. Namun terdapat kendala dalam mencapai indikator nya
antara lain pengadaan fasilitas laboratorium , alat dan pendukungnya mengalami
keterlambatan sehingga pelaksanaan pemeriksaan laboratorium belum dapat dilakukan.
14) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
121
Output*100%)}
/ Pagu Awal
pengembangan
Hubs Bio
Medical
Genome-
Based Science
Initiative tahun
2022 20%
122
Penyusunan draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid sebanyak 1 kali dengan jumlah
peserta 23 orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit.
Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata
Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan hWGS.
Narasumber dalam kegiatan berasal dari praktisi/ahli di bidang hWGS.
2) Pembahasan Draft
Pembahasan draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid dengan jumlah peserta 20 orang
yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola
Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan hWGS. Narasumber
dalam kegiatan berasal dari praktisi/ahli di bidang hWGS.
3) Ujicoba Draft
Ujicoba draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid dengan jumlah peserta 20 orang yang
terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat
Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan hWGS. Narasumber dalam kegiatan
berasal dari praktisi/ahli di bidang hWGS.
4) Finalisasi
Finalisasi draft dilaksanakan dalam bentuk luring dengan metode fullboard meeting
dengan jumlah peserta 20 orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan
Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan
dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan
hWGS. Narasumber dalam kegiatan berasal dari praktisi/ahli di bidang hWGS.
C. Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan hWGS
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dalam rangka melihat progress penyelenggaraan
hWGS di tujuh RS (RS PON, RSPI Sulianti Saroso, RSK Dharmais, RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo, RSUP I.G.N.G Ngoerah, RSUP dr. Sardjito, RS Persahabatan) serta
untuk mendorong pencapaian IKK Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan pada
Tahun 2022. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan melibatkan tim yang berasal
dari Ditjen Farmalkes dan Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan.
123
Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan hWGS. Tujuan pelaksanaan kegiatan
dalam rangka menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi, memetakan masalah
penyelenggaraan hWGS di 6 RS serta menyusun solusi/rencana tindak lanjut dalam
mengatasi masalah.
124
Target Capaian
No Indikator
Renstra PK TW IV %
125
Target Capaian
No Indikator
Renstra PK TW IV %
Persentase laboratorium kesehatan yang
5 terakreditasi 70 70 22 31,43
C. Realisasi Anggaran
Realisasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun Anggaran 2022 sampai
dengan tanggal 27 Januari 2023 sebesar Rp52.724.521.382.440 (91,50%). Realisasi
anggaran berdasar jenis kewenangan paling tinggi berada di Kantor Pusat, hal ini
dipengaruhi oleh tingginya realisasi belanja klaim pasien covid-19. Sedangkan realisasi
126
terendah berada di kewenangan Dekonsentrasi. Berikut capaian realisasi anggaran per
jenis kewenangan:
Tabel 3.20 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Kewenangan
Pada Tahun Anggaran 2022, realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja terendah
terdapat pada belanja modal. Hal ini disebabkan karena:
1. Rendahnya realisasi belanja modal bersumber dana BLU disebabkan oleh tidak
tercapainya realisasi pendapatan pada 26 satker sebesar Rp1,02T;
2. Terdapat 3 RS yang menunda Belanja Modal Gedung Bangunan TA 2022 ke TA 2023
dikarenakan gagal lelang;
3. Proses pengadaan Civil Work di 6 RS Vertikal terkendala penyesuaian dengan
mekanisme IsDB sehingga kontrak baru terbit bulan November - Desember 2022 dan
realisasi belanja baru terbayar sebesar uang muka pekerjaan kontruksi;
4. Terdapat Pembebasan Lahan yang belum dapat dilaksanakan karena keterlambatan
penerbitan dokumen di Kantor Pertanahan pada RS PON Prof. Dr. Mahar Mardjono
127
Jakarta dan belum tercapainya kesepakatan dengan pemilik pada RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten;
5. Proses pembangunan RS Papua belum dapat dilaksanakan, dikarenakan terkendala
masalah lahan.
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan jika dilihat per kegiatan,
terendah terdapat pada Kegiatan Pembinaan Tata Kelola Pelayanan Kesehatan dengan
realisasi sebesar 75,71%. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan SOTK
Kementerian Kesehatan yang baru terbit di akhir Bulan Juli dan DIPA yang baru turun
pada bulan Agustus 2022 sehingga kegiatan baru dapat dilaksanakan pada bulan Agustus
2022 serta terdapat kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
sudah direncanakan. Rincian realisasi anggaran per kegiatan di Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 3.22 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Kegiatan
128
Pada tahun 2022 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan turut melaksanakan
Program Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN)
pada Kantor Pusat dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.23 Rincian Anggaran PC-PEN
Satker/Unit
No Program Pagu Realisasi %
Kerja
1 Klaim Pasien Covid-19 30.464.481.838.000 29.163.852.646.009 95,73%
Pembayaran Klaim Dit. Pelayanan
pasien covid-19 Kesehatan 23.896.912.854.000 23.896.912.849.628 100%
Tahun 2021 Rujukan
Pembayaran Klaim Dit. Pelayanan
pasien covid-19 Kesehatan 6.542.443.799.000 5.247.620.570.864 80,21%
Tahun 2022 Rujukan
Dukungan
Dit. Pelayanan
Manajemen Klaim 25.125.185.000 19.319.225.517 76,89%
Kesehatan
Covid-19
Rujukan
Penguatan Layanan Kesehatan
2 4.559.652.471.000 4.320.485.306.953 94,75%
Rujukan
a Pada RS Vertikal 2.537.921.988.000 2.387.348.079.074 94,07%
Pengadaaan
Sarana, Prasarana RS.PON Prof.
Penanggulangan Dr.Dr Mahar 434.997.817.000 355.967.192.113 81,83%
Covid-19 Mardjono
(Pengadaan Tanah)
Pengadaaan
RSUPN DR.
Sarana, Prasarana
Cipto 257.511.000.000 256.833.250.000 99,74%
Penanggulangan
Mangunkusmo
Covid-19
Relawan dan RSUPN DR.
dukungan SDM Cipto 320.000.000 266.080.859 83,15%
(COVID-19) Mangunkusmo
Pengadaan Alat
Kesehatan 34 RS 1.845.093.171.000 1.774.281.556.102 96,16%
Penguatan Layanan
129
Satker/Unit
No Program Pagu Realisasi %
Kerja
Kesehatan Rujukan
(PEN tahap 1 dan 2)
130
Tabel 3.24 Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan dan IGD di Balai dan UPK Tahun 2022
No Satker Rawat Jalan Rawat Inap IGD
1 BBKPM Bandung 62.601 267 903
2 BBKPM Makassar 20.331 841 797
3 BKMM Cikampek 17.288 - -
4 UPK 18.574 - 232
Total 118.794 1.108 1.932
131
KUNJUNGAN
No. NAMA RS Rawat Rawat
IGD Total
Inap Jalan
12 RS Dr. Tadjuddin Chalid,
MPH Makassar 8.113 43.541 12.253 63.907
13 RSUP Persahabatan
18.190 286.851 14.560 319.601
14 RSK Pusat Otak Nasional
9.263 109.902 10.144 129.309
15 RS Mata Makassar
53 22.266 771 23.090
16 RS Anak dan Bunda
Harapan Kita 12.131 106.843 16.441 135.415
17 RS J. Leimena Ambon
4.407 14.824 3.197 22.428
18 RSUP Dr. Sardjito Yogya
37.219 587.967 23.105 648.291
19 RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo 37.655 1.588.695 30.871 1.657.221
20 RSUP Fatmawati
34.784 337.966 20.000 392.750
21 RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang 26.148 412.765 20.000 458.913
22 RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta 74.739 3.884 4.997 83.620
23 RS Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor 7.197 99.262 10.725 117.184
24 RSUP Dr. Kariadi
Semarang 48.711 798.904 34.368 881.983
25 RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung 47.142 513.057 30.992 591.191
26 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
Bandung 5.548 29.149 6.670 41.367
27 RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita 12.340 119.132 8.264 139.736
132
KUNJUNGAN
No. NAMA RS Rawat Rawat
IGD Total
Inap Jalan
28 RS Khusus Mata Cicendo
6.880 110.853 5.048 122.781
29 RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Magelang 9.907 89.805 13.958 113.670
30 RS Otak DR. Drs. M. Hatta
Bukittinggi 6.034 40.175 8.760 54.969
31 RS Jiwa dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta 3.884 74.739 4.997 83.620
32 RS Penyakit Infeksi Prof.
Dr. Sulianti 2.881 38.389 5.971 47.241
33 RSUP H. Adam Malik
Medan 20.327 243.323 20.697 284.347
34
RSUP Dr. M. Djamil Padang 28.637 240.032 24.546 293.215
35 RSUP Ratatotok Buyat
2.450 9.527 4.446 16.423
36 RS Paru Dr. Ario Wirawan
Salatiga 7.754 26.750 10.058 44.562
37 RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten 17.289 141.049 33.525 191.863
Total 677.245 7.695.845 528.597 8.901.687
133
3. Empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dan 2 Loka Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (LPFK) yang mempunyai tupoksi melaksanakan pengamanan
fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan melalui
pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi. Pada tahun 2021 telah melakukan kalibrasi
pada 153.906 alat kesehatan.
Tabel 3.27 Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun 2022
No Satker Jumlah Alat yang Dikalibrasi
1 BPFK Jakarta 23.507
2 BPFK Medan 22.828
3 BPFK surabaya 54.839
4 BPFK Makassar 30.686
5 LPFK Surakarta 57.479
6 LPFK Banjarbaru 18.914
Total 208.253
134
6 RSUP Dr. Sitanala Layanan Unggulan
Tangerang 1. Layanan Rehabilitasi Medik
2. Layanan Stroke
3. Layanan Traumatologi
4. Layanan MCU Paripurna
7 RS Ketergantungan Obat
1. Layanan Home Care
2. Layanan Pasien Napza WNA
(kedutaan)
3. Bantuan Saksi Hukum untuk Korban
Penyalahgunaan Napza
4. Kerjasama dengan Rehab
Sosial/Swasta untuk pelaksanaan
Detoksifikasi
5. Adiksi game, Test MMPI (Psikiatri)
6. Layanan MCU Napza
7. Pelayanan Napza Komprehensif
mulai dari detoksifikasi hingga
rehabilitasi
8. Pelayanan untuk komplikasi fisik dan
Dual Diagnosis (Komorbid)
9. Terapi Rumatan Metadon dan
Buprenofin
10. Intervensi Psikososial
11. Skrining Napza dengan Metode
Rapid dan Enzyme Multiplied
Immunoassay Technique (EMTT)
12. Tes Konfirmasi Napza dengan
menggunakan Gas Crhomatography
Mass Spectrophotometry (GCMS)
untuk analisis Urin dan Rambut
13. Klinik Adiksi Non Napza
14. IOT (Intensive Outpatient
Treatment)
8 RSUP Surakarta Respirasi/Paru
9 RSUP Sanglah Denpasar 1. Pelayanan Jantung Terpadu
2. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
3. Pelayanan Kanker Terpadu
135
14 RSUP Persahabatan 1. Respirasi ibu dan anak; Cardio
2. Respirasi dengan Unggulan Operasi
Jantung Terbuka; Pelayanan Unggulan
diagnostik invasif, bedah minimal
invasif; Pelayanan kanker Terpadu;
3. Rehabilitasi Medik terpadu
(Rehabilitasi medik terintegrasi
unggulan Pulmonary Rehabilitasi)
15 RSK Pusat Otak Nasional Pelayanan Pituitary Centre, Pelayanan
Pain Intervention, Pelayanan covid-19,
Pelayanan Neuropediatri, Pelayanan
Epilepsi Centre, Pelayanan
Neurodaycare, dan pelayanan
Movement Disorder center
16 RS Mata Makassar 1. Katarak
17 RSUP Fatmawati Pelayanan Terpadu Multidisplin (
Kanker , Orthopedi, kardiovaskuler
intervensi)
18 RS Jiwa Dr. Soeharto
Heerjan 1. Psikiatri Pelayanan anak dan remaja
2. Rehabilitasi psikososial
3. MHCU
19 RSUP Dr. Sardjito Yogya 1. Pelayanan Jantung Terpadu ; 2.
Pelayanan Kanker Terpadu; 3.
Pelayanan Otak dan Vaskuler Terpadu;
4. Layanan unggulan yang
dikembangkan dalam wadah Health
Tourism (Layanan Privilege : 1.Estetika
Center ; 2.Medical Check Up (MCU); 3.
Layanan Kesehatan Reproduksi;
4.Delivery Suite; 5.Eye Center;
6.Minimal Invasive Surgery;
7.Transplantasi)
20 RSUP Dr. Rivai Abdullah Pelayanan spine (orthopedi) dan
Palembang minimal invasive orhopedi
21 RS Jiwa dr. H. Marzoeki Personal Development Care (PDC),
Mahdi Bogor Rehabilitasi Psikososial, dan Napza
22 RS Paru Dr. Ario Wirawan Layanan Asma PPOK, Layanan Bedah
Salatiga Torak & Kardiovaskuler, Layanan TB &
TB RO
23 RS J. Leimena Ambon 1. Pelayanan Jantung Terpadu
2. Pelayanan Kanker Terpadu
3. Pelayanan Kemaritiman Terpadu
24 RS Khusus Mata Cicendo Advanced Diabetic Retina Services
25 RS Orthopedi Prof. Dr. R. Lanjutan Spine Orthopedic
Soeharso Surakarta
26 RSUP H. Adam Malik Jantung Terpadu dan Onkologi
Medan Terpadu
27 RSUP Dr. Kariadi sudah sesuai
Semarang
28 RSUP H. Adam Malik 1. Pelayanan Jantung Terpadu
Medan 2. Pelayanan Onkologi Terpadu
136
29 RSUPN Dr. Cipto 1. In Vitro Fertilization (IVF)
Mangunkusumo 2. Uronefro Center
3. Gamma Knife
4. Transplantasi Ginjal
5. Prosedure Minimal Invasif Pusat
Endoskopi Saluran Cerna PESC)
6. Pelayanan Kanker Terpadu (PKaT)
30 RS Jantung Harapan Kita Valiatif Cardiovascular
31 RSUP Dr. Soeradji Kanker terpadu, Pediatri terpadu
Tirtonegoro Klaten
32 RSPI 1. rujukan infeksi
2. bank darah & HD
3. HOME care untuk infeksi geriatri
4. radiodiagnostik untuk penyakit
infeksi
5. laboratorium infeksi terintegrasi
33 RSJ Soerojo Magelang Layanan Unggulannya..Kesehatan
Jiwa Anak dan Remaja
34 RS Otak Bukittinggi 1.Pelayanan penyakit Cerebrovascular.
2. Pelayanan Neurorestorasi.
3.PelayananNeurointervensi/
Cardiointervensi
4. Stroke Chek up. 5.Pelayanan
Painintervensi. 6. Poliklinik eksekutif.
7.Wisata kesehatan.
137
Tabel 3.29 Capaian Target Indikator RS Khusus dan RS Umum Vertikal TW IV 2022
138
Tujuan dari penilaian ini adalah terkait dengan salah satu sasaran strategis dalam Peta
Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yaitu optimalisasi fungsi UPT Vertikal.
Sebagai unit pelaksana teknis maka UPT Vertikal melakukan tugas dan fungsi sebagai
perpanjangan tangan Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
sebagai pengampu satker-satker tersebut).
D.2 Realisasi Anggaran
Gambar 3.10 Capaian Nilai Kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan pada SMART e-Monev DJA
Kemenkeu
139
Aparatur Sipil Negara yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Mengingat sampai dengan Desember
2022 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan hanya mempunyai PNS, maka dalam
laporan ini data yang ditampilkan hanya PNS saja. Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan pada tanggal 31 Desember 2022 mempunyai pegawai sebanyak 32.186
orang yang terdistribusi di kantor pusat sebesar 1,35% (436 pegawai) dan sebesar
98,65% (31.750 pegawai) di UPT Vertikal.
Tabel 3.30 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Jabatan
Jabatan
Nama Satuan Struktural
No Jumlah
Organisasi Fungsional Pelaksana
Es I Es II Koord Sub Koord
Jenis Kelamin
140
Berdasarkan di atas, maka menunjukkan bahwa pegawai di Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan pegawai wanita sebesar 66,70% (21.470 PNS) hampir dua kali
lipat pegawai pria yaitu sebesar 33.30% (10.716 PNS).
Tabel 3.32 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
141
Berdasarkan tabel di atas maka berdasarkan pangkat dan golongan pegawai
di Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang terbanyak adalah Golongan III
sebesar 65,02% (20.928 pegawai), diikuti golongan IV sebesar 17,28% (5.562
pegawai), golongan II sebesar 17.5% (5.631 pegawai) dan terakhir golongan I sebesar
0,02% (65 pegawai). Dengan ditingkatkan kompetensi para pegawai terutama pada
golongan I, diharapkan beberapa tahun ke depan jumlah pegawai pada golongan I
semakin berkurang.
142
dengan menggunakan kode akses telekomunikasi 119 dan melibatkan masyarakat.
Penyelenggaraan SPGDT terdiri atas
Sistem komunikasi gawat darurat;
Sistem penanganan Korban/Pasien Gawat Darurat; dan
Sistem transportasi gawat darurat
SPGDT dilaksanakan melalui National Command Center 119 (NCC 119) di Pusat dan
Public Safety Center 119 (PSC 119) di Kabupaten/Kota. NCC 119 adalah pusat
panggilan kegawatdaruratan bidang kesehatan dengan nomor kode akses
119 yang digunakan di seluruh wilayah Indonesia sedangkan PSC 119 adalah
pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang
berhubungan dengan kegawatdaruratan yang berada di kabupaten/kota yang
merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat.
143
Adapun kegiatan yang dilakukan pada NCC 119 antara lain :
- Pengadaan Nasional Command Center (NCC) 119 (inovasi dan layanan),
panggilan kegawatdaruratan medik yang tersedia selama 24 jam
- Integrasi layanan panggilan kegawatdaruratan medik dengan PSC
119 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
- Penguatan layanan 119 dengan RS melalui sistem rujukan terintegrasi
- Monitoring dan evaluasi terkait layanan panggilan 119.
144
3) Pelaksanaan Survey =LIPA RS melakukan survey ke RS
1. Hasil Akreditasi: Hasil akreditasi terdiri dari Tidak terakreditasi, Madya,
Utama, Paripurna. LIPA menentukan hasil akreditasi berdasarkan hasil survei
di RS.
4) Rekomendasi = LIPA RS membuat Rekomendasi Paska survei kepada RS
5) Penerbitan Sertifikat = LIPA RS mengajukan surat permohonan
penandatanganan sertifikat akreditasi ke Kementerian Kesehatan
6) Survey Kepuasan Akreditasi = RS memberikan penilaian terhadap surveyor
dan LIPA melalui Hasil Survei Kepuasan RS terhadap lembaga Akreditasi.
Survei kepuasan ini menggunakan google form yang disiapkan oleh
Kementerian Kesehatan. Hasil survei kepuasan ini kemudian disampaikan
pada SINAR.
7) Selesai = proses akreditasi selesai
2) Dinas Kesehatan provinsi, kab/kota melakukan monitoring proses akreditasi;
data yang muncul hanya data wilayah Dinkes provinsi, kab/kota masing-masing
3) Kementerian Kesehatan melakukan monitoring proses akreditasi; data yang
muncul semua proses akreditasi pada setiap RS seluruh Indonesia.
3. Bridging sistem
Bridging sistem dilaksanakan antara Kementerian Kesehatan dengan LIPA .
145
a. User LIPA
1. Melakukan penarikan data dasar RS dari RS Online berdasarkan pengajuan
akreditasi dari RS menggunakan kode RS melalui bridging sistem dengan RS
Online
2. Melakukan update data setiap tahapan proses akreditasi RS dengan
mengirimkan data ke RS Online melalui bridging sistem dengan RS Online
b. User RS
1) RS melakukan monitoring proses akreditasi yang dilakukan oleh salah satu
anggota LIPA RS
2) RS melakukan monitoring capaian pengisian aplikasi INM
3) RS melakukan monitoring pengisian aplikasi IKP
c. User Dinas Kesehatan
Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan akreditasi RS di wilayah
masing-masing melalui aplikasi RS Online
d. User Kemenkes
1) Melakukan update data survey kepuasan RS terhadap pembimbing dan LIPA
melalui aplikasi RS Online (Sangat Puas, Puas, Kurang Puas).
2) Melakukan monitoring dan evaluasi proses akreditasi yang dilaksanakan semua
lembaga LIPA melalui RS On Line dan dashboard SINAR.
3) Melakukan export data proses akreditasi sebagai bahan evaluasi proses
akreditasi melalui dashboard SINAR
5. Sertifikasi Akreditasi RS
a. Sertifikat Akreditasi dilakukan tanda tangan secara elektronik oleh Dirjen
Palayanan Kesehatan dan oleh LIPA yang mengeluarkan sertifikat.
b. Ketentuan Tanda Tangan Elektronik (TTE)
146
1) Pada proses awal pengajuan akreditasi RS, LIPA melakukan konfirmasi ke RS
untuk memastikan Nama RS dan Alamat RS apakah sesuai dengan yang ada
di RS Online. Nama RS dan Alamat RS diperlukan untuk dimasukkan dalam
sertifikat akreditasi. Jika nama dan alamat RS sudah tidak sesuai dengan data
di RS online maka RS diminta untuk melakukan pembaharuan data.
Pembaharuan data dilakukan melalui Dinas Kesehatan Provinsi atau Dinas
Kesehatan Kab/Kota sesuai wilayah RS.
2) Setelah dilakukan survei akreditasi dan didapatkan hasil penilaian yang
ditentukan oleh LIPA maka LIPA dapat mengajukan ke aplikasi Sertifikasi
Akreditasi SINAR untuk penerbitan sertifikat.
3) LIPA mengirimkan data RS yang akan mendapat sertifikat hasil akreditasi ke
aplikasi Sertifikasi Akreditasi SINAR melalui web service
4) Sertifikat akreditasi RS ditandatangani menggunakan tanda tangan elektronik
yang telah terdaftar di Balai Sertifikasi Elektronik atau BSrE (Badan Siber dan
Sandi Negara)
5) Tanda tangan elektronik pada sertifikat akreditasi RS dilakukan melalui aplikasi
Sertifikasi Akreditasi SINAR
6) Sertifikat akreditasi RS ditandatangani secara elektronik oleh Ketua LIPA Dirjen
Yankes (satu sertifikat terdapat dua tanda tangan elektronik)
147
c. Alur
d. Keamanan
Setiap ketua LIPA memiliki username dan password untuk dapat login ke
sistem Sertifikasi Akreditasi SINAR, sername dan password ini bersifat rahasia.
Setiap ketua LIPA wajib menjaga kerahasiaan username dan passwordnya dan
jika diduga ada penyalahgunaan sername dan password tersebut maka segera
laporkan ke Kementerian Kesehatan.
e. Contoh Sertifikat akreditasi yang telah dialkuka tanda tangan secara elektronik
148
3. Pengembangan Pelaporan Data COVID-19 pada Aplikasi RS Online
AplikasI RS Online merupakan bagian dari pelaporan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) yang berisi pelaporan bersifat terbarukan (updated). Dalam aplikasi RS
Online telah ditambahkan fitur pelaporan Covid-19 sejak tahun 2020, yang pada akhir
tahun 2020 telah mengalami perkembangan pelaporan dari laporan individu dalam
versi 1, menjadi pelaporan rekapitulasi dalam versi 2. Pelaporan Covid-19 versi 2
dalam aplikasi RS Online masih digunakan selama tahun 2021, hal ini dikarenakan
pandemi Covid-19 masih terjadi sepanjang tahun tersebut.
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan data dan informasi Covid-19 bersumber
rumah sakit mengalami perubahan dan perkembangan. Terutama adanya lonjakan
kasus Covid-19 yang luar biasa di akhir semester I tahun 2021, memerlukan informasi
ketersediaan dan kebutuhan oksigendi setiap rumah sakit baik rujukan maupun non
rujukan Covid-19, baik rumah sakit milik pemerintah, BUMN, maupun swasta.
Kebutuhan informasi ini menyebabkan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
terus berinovasi dalam mengembangkan pelaporan Covid-19 versi 2 dalam aplikasi
RS Online.
Berikut ini pengembangan formulir pelaporan Covid-19 versi 2 sepanjang tahun
2021:
Formulir Rekap Data Harian IGD Triase
Formulir Rekap Data Harian IGD Triase diberlakukan sejak bulan Juli 2021, berisi
pelaporan jumlah pasien Covid-19 yang masuk ke rumah sakit dan menerima
pelayanan IGD Triase. Formulir ini bertujuan untuk memotret kondisi awal pasien pada
saat masuk rumah sakit.
149
lainnya. Dalam formulir ini dilaporkan jumlah kasus baru terinfeksi dan jumlah
meninggal.
150
Gambar 3.16 SE Update Laporan Oksigen RS Online
Formulir Rekap Data Harian Oksigenasi diberlakukan sejak bulan Juli 2021, berisi
pelaporan jumlah pemakaian, ketersediaan, dan estimasi kebutuhan oksigen.
151
Gambar 3.17 Formulir Rekap Pemeriksaan PCR Tenaga Kesehatan
Sehubungan dengan tingginya kasus Covid-19 di akhir semester I tahun 2021 yang
meningkatkan risiko penularan pada tenaga kesehatan di rumah sakit, maka
dikembangkan Formulir Rekap Pemeriksaan PCR Tenaga Kesehatan. Rumah sakit
152
melaporkan jumlah tenaga kesehatan, berapa yang sudah diperiksa Swab PCR dan
jumlah hasil PCR terkonfirmasinya. Formulir ini juga dilaporkan mulai bulan Juli 2021.
Pada akhir triwulan III tahuh 2021, kebutuhan data dan informasi berkembang
kembali ke arah data individu. Hal ini dikarenakan kondisi jumlah kematian yang
dilaporkan dalam aplikasi New All Record tidak sesuai dengan jumlah kematian yang
dilaporkan oleh rumah sakit dan total kematian Covid-19 di masyarakat. Sesuai arahan
pimpinan maka dikembangkan formulir pelaporan kematian Covid-19 yang berisikan
data individu pasien. Dalam formulir ini dilaporkan data pasien individu yang
meninggal di rumah sakit baik suspek maupun konfirmasi Covid-19, mulai data profil
pasien sampai dengan kondisi akhir dan sebab kematian pasien. Data individu ini
mencatat NIK pasien bertujuan supaya data dapat dikirim ke aplikasi New All Record
untuk melengkapi data. Implementasi pelaporan kematian individu pasien Covid-19 ini
didukung dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan nomor
HK.02.02/I/3420/2021 tanggal 27 September 2021 tentang Pelaporan Kematian
Pasien Covid-19 di RS Online Versi 2.
153
Gambar 3.19 SE Pelaporan Kematian
154
Gambar 3.20 Form Laporan Kematian
155
dikembangka dalam aplikasi RS Online yaitu dashboard RS Online, Dashboard Covid-10 dan
Dashboard Eksekutif.
Dashboard RS Online menyajikan informasi terkait jumlah, lokasi, dan profil rumah sakit, yang
dapat diakses oleh umum tanpa login. Dashboard RS Online memiliki penyajian peta interaktif
yang dapat mempermudah pengguna untuk mencari data spesifik sesuai kebutuhan.
156
Gambar 3.21 Dashboard RS Online
Dashboard Covid-19 menyajikan informasi terkait laporan Covid-19 yang hanya dapat diakses
oleh Kemenkes, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan lintas
instansi terkait. Infomasi yang disajikan meliputi BOR, data pasien, data SDM melayani Covid-
19, data logistik.
157
158
159
Gambar 3.22 Dashboard untuk Dinas Kesehatan Provinsi
Dashboard Eksekutif menyajikan informasi trend BOR dengan peta interaktif, jumlah RS
dengan perkiraan waktu habis oksigen, tren oksigen harian, dan data oksigenasi per rumah
sakit.
160
161
162
Gambar 3.23 Dashboard Rincian Data per RS
163
Interoperabilitas data yang lebih umum dikenal dengan sebutan Bridging, telah dilakukan di
tahun 2021. Bridging penerimaan data dilakukan dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS) yang tersebar di berbagai rumah sakit, Sistem Informasi SDM Kesehatan
(SISDMK) dari Badan PPSDM Kesehatan, Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan
(ASPAK) dari Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS). Sedangkan bridging pengiriman data dilakukan dengan Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin), Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi (SISRUTE), dan Jaga KPK. Sedangkan
dengan Sistem Informasi Rawat Inap (SIRANAP), RS Online sudah terintegrasi, sehingga
pelaporan ketersediaan dan pemakaian tempat tidur dilakukan melalui RS Online, dan
disajikan di SIRANAP.
Pelaporan data individu kematian pasien Covid-19 juga telah terinteroperabilitas baik dengan
SIMRS maupun aplikasi New All Record (NAR) di Pusdatin untuk mencari profil pasien
menggunakan NIK, sehingga mengurangi beban pelaporan di Rumah Sakit. Di bawah ini
merupakan diagram alur bridging data kematian individu RS Online dengan NAR, juga SIMRS
yang dapat diakses API-nya oleh rumah sakit. Pelaporan Covid-19 dan pelaporan
ketersediaan tempat tidur juga dapat dilakukan dengan brigding antara RS Online dan SIMRS
dan petunjuk teknisnya dapat diunduh oleh RS di dalam RS Online.
164
Gambar 3.26 Dokumentasi API RS Online
165
BAB IV
PENUTUP
166
LAMPIRAN 1 Perjanjian Kinerja Tahun 2022
167
168
Gambar L1.1 Perjanjian Kinerja Dirjen Yankes TA 2022
169
LAMPIRAN 2 Rincian Realisasi Anggaran Lainnya
Tabel L2.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Sumber Dana
N
Sumber Dana Pagu Realisasi %
O
37.793.076.476.3
1 RUPIAH MURNI 39.920.628.741.000 94,67%
15
PINJAMAN LUAR
2 1.187.021.076.000 755.324.950.867 63,63%
NEGERI
PENERIMAAN
3 NEGARA BUKAN 79.227.038.000 63.458.685.563 80,10%
PAJAK
BADAN LAYANAN 14.111.845.497.6
4 16.437.649.243.000 85,85%
UMUM 95
HIBAH LANGSUNG
5 815.772.000 815.772.000 100%
LUAR NEGERI
52.724.521.382.4
Total 57.625.341.870.000 91,50%
405
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023
Tabel L2.2 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Pusat Ditjen Yankes Tahun Anggaran 2022
Tabel L2.3 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (UPT Vertikal)
Tahun Anggaran 2022
N Kantor Daerah
Alokasi Realisasi %
o (UPT Vertikal)
Rumah Sakit Umum
1 14.726.994.575.200 86,72%
Pusat 16.981.658.389.000
2 Rumah Sakit Khusus 5.3892.516.584.001 88,54%
6.090.416.016.000
3 Balai/Loka/Unit 421.690.498.659 87,41%
482.406.302.000
Total 20.541.201.657.860 87,21%
23.554.480.707.000
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023
170
Tabel L2.4 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (Rumah Sakit Umum Pusat)
Tahun Anggaran 2022
171
No Satker Alokasi Realisasi %
.
415397 | RUMAH SAKIT UMUM
17 102.780.0 93.677.50 91,14
PUSAT SURAKARTA
07.000 1.802 %
Tabel L2.5 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (Rumah Sakit Khusus)
Tahun Anggaran 2022
172
No Satker Alokasi Realisasi %
173
No Satker Alokasi Realisasi %
174
No Satker Alokasi Realisasi %
Tabel L2.7 Alokasi dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2022
N
Satker Alokasi Realisasi %
o
1 019008 | DINAS KESEHATAN
- - -
PROVINSI DKI JAKARTA
2 299001 | DINAS KESEHATAN
- - -
PROVINSI BANTEN
175
N
Satker Alokasi Realisasi %
o
3 229001 | DINAS KESEHATAN
- - -
PROVINSI BALI
417664 | DINAS KESEHATAN
4 PROVINSI KALIMANTAN UTARA 969.174.0 888.624.1 91,69%
00 00
176
N
Satker Alokasi Realisasi %
o
029016 | DINAS KESEHATAN PROP.
17 JAWA BARAT 1.907.644 1.666.195. 87,34%
.000 500
177
N
Satker Alokasi Realisasi %
o
039023 | DINAS KESEHATAN
30 PROPINSI JAWA TENGAH 1.865.946 1.083.101. 58,05%
.000 424
178
179
LAMPIRAN 4 Hasil Capaian Kinerja Berdasarkan Aplikasi e-Performance Kementerian Kesehatan TA 2022
186
187
188
189
190
191
192
193
194
194
195
195
196
196
197
197
198
198
199
199
200
200
201
201
202
LAMPIRAN 6 Feed Back Catatan Hasil Reviu Laporan Kinerja Ditjen Yankes
Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor 3991 tentang Petunjuk Teknis Survei
Akreditasi yang mengatur pelaksanaan survei akreditasi termasuk persyaratan
survei.
Draft Pedoman Binwas dengan tujuan pembinaan dan pengawasan oleh Kementeria
Kesehatan sebagai
7. Penetapan kurikulum dan modul pelatihan bagi calon surveyor
203
204
1) Pemetaan lokus survei akreditasi Puskesmas dan Klinik Pratama tahun 2023 dan
2024
2) Pemetaan usulan survei akreditasi berdasarkan sumber dana yaitu APBN, APBD,
APBDP maupun sumber lainnya.
3) Pemetaan permasalahan serta rencana tindak lanjut oleh Dinas Kesehatan Kab/
Kota dalam pencapaian FKTP terakreditasi.
d) Melakukan pemantauan capaian pelaporan INM dan IKP di FKTP secara daring
maupun luring untuk mengetahui kepatuhan pelaporan INM dan IKP yang
merupakan persyaratan untuk pengajuan survei akreditasi.
e) Menguatkan upaya pembinaan mutu secara terpadu yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kab/ Kota dengan melibatkan seluruh program yang ada di Dinas Kab/
Kota dengan pemantauan dari Dinas Kesehatan propinsi.
2. Direktorat Fasyankes
A. Untuk IKP Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4
Temuan 1 : Belum didukung dengan Kepmenkes yang sudah ditetapkan
204
205
Feedback : Terdapat dua pendapat/opsi yang kami terima dari proses reviu
Lakip ini yaitu pertama kami tidak dapat memasukkan nama RS selain yang
terdapat di KMK pengampuan Stroke karena tidak valid. Namun pendapat/ opsi
lain yaitu tetap dapat dianggap capaian karena tim transformasi sudah selesai
menyusun KMK pengampuan selain stroke dan masih menunggu tanda tangan.
Tindak lanjut dari kami adalah percepatan penyelesaian KMK pengampuan
Temuan 2 : Belum berorientasi outcome karena belum mengukur dampak
kepada masyarakat, dengan adanya paripurna
Feedback : Dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
terutama dalam pengembangan layanan unggulan, RS Vertikal diharapkan
berperan mensukseskan Trasformasi Kesehatan terutama mendorong
pemerataan akses pelayanan kesehatan rujukan dengan akan ditetapkan Pusat
Rujukan Nasional Layanan Unggulan (Center of Excellence) yang juga berperan
membentuk jejaring RS Rujukan layanan unggulan dengan Program
Pengampuan layanan unggulan. Oleh karena itu dengan adanya RS Vertikal
strata paripurna dapat membantu akses rujukan layanan prioritas serta dapat
melakukan pengampuan dan pembinaan kepada rumah sakit yang diampu
(sesuai dengan kewilayahan yang telah ditetapkan) – yang mana memiliki
outcome jangka panjang ke masyarakat dapat mudah mengakses pelayanan
katastropik prioritas di wilayahnya tanpa harus ke RS pengampu yang jauh dari
wilayahnya (contoh pasien kanker tidak harus ke RSK Dharmais namun bisa ke
RS diampu layanan kanker terdekat di wilayahnya)
B. IKP Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh,
Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri
Temuan : belum didukung data yang dapat diandalkan karena belum
seluruhnya merupakan jumlah orang ke luar negeri dengan tujuan berobat
Feedback : Data WNI berobat ke luar negeri yang kami terima di 2022 berikut
• Aceh: data penerbangan ke Penang dari Aceh namun belum tentu untuk
berobat
• Sumatera Utara: data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit, tetapi
tujuan negara tidak ada. Tahun 2021 diklaim tidak ada data penerbangan
internasional akibat pandemi (tetapi tidak sinkron dengan data Ditjen Imigrasi)
• Riau : data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit ke Malaysia (RS
Malaka)
• Kepulauan Riau: data dari KKP Batam berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas
orang sakit, tetapi tujuan negara tidak ada. Sedangkan data dari KKP Tanjung
205
206
Pinang berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit yaitu Malaysia 16
orang dan Singapura 3 orang
• Kalimantan Barat: data keterangan lisan dari KKP
206
207
207
208
Oleh karena itu dengan adanya RS Vertikal strata paripurna dapat membantu akses
rujukan layanan prioritas serta dapat melakukan pengampuan dan pembinaan
kepada rumah sakit yang diampu (sesuai dengan kewilayahan yang telah ditetapkan)
– yang mana memiliki outcome jangka panjang ke masyarakat dapat mudah
mengakses pelayanan katastropik prioritas di wilayahnya tanpa harus ke RS
pengampu yang jauh dari wilayahnya (contoh pasien kanker tidak harus ke RSK
Dharmais namun bisa ke RS diampu layanan kanker terdekat di wilayahnya)
Temuan : belum didukung data yang dapat diandalkan karena belum seluruhnya
merupakan jumlah orang ke luar negeri dengan tujuan berobat
Feedback : Data WNI berobat ke luar negeri yang kami terima di 2022 berikut
• Aceh: data penerbangan ke Penang dari Aceh namun belum tentu untuk berobat
• Sumatera Utara: data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit, tetapi
tujuan negara tidak ada. Tahun 2021 diklaim tidak ada data penerbangan
internasional akibat pandemi (tetapi tidak sinkron dengan data Ditjen Imigrasi)
• Riau : data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit ke Malaysia (RS
Malaka)
• Kepulauan Riau: data dari KKP Batam berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas
orang sakit, tetapi tujuan negara tidak ada. Sedangkan data dari KKP Tanjung
Pinang berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit yaitu Malaysia 16
orang dan Singapura 3 orang
1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan dimulai dengan koordinasi pihak terkait secara internal dengan Direktorat
P2P, KGTK, dan Sesditjen. Dan pihak eksternal dengan Dinas Kesehatan 5
Provinsi, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, KBRI.
2. Tahapan
208
209
Peserta terdiri dari Dinas Kesehatan Aceh, Riau, Kepri, Sumatera Utara,
Kalimantan Barat, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, KBRI, medical tourism board dan para narasumber sesuai
keahlian.
Tujuan pertemuan untuk
• Mengidentifikasi sumber data eksisting dan survei
➢ Membangun sistem pendataan dari imigrasi dan KKP (bisa dalam bentuk
formulir)
➢ Melakukan survei di 5 provinsi sesuai arahan Pak Dirjen serta survei dari
Kemenparekraf yaitu exit passenger survey atau medical tourism board di 5
provinsi
b. Monitoring kegiatan
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dilakukan dalam rangka melakukan identifikasi dan
monitoring proses pendataan yang dilakukan di setiap lokus (Aceh, Riau, Kepri,
Sumatera Utara, Kalimantan Barat) dan studi banding ke Malaysia dan Singapura.
2. Tidak achievable dan time bound karena pada definisi operasional dinyatakan
jumlah klinik pratama dan praktik mandiri dokter adalah yang telah bekerjasama
dengan BPJS sampai Desember 2021, sehingga tidak dapat mengukur jumlah FKTP
swasta pada tahun 2022 dan seterusnya.
1. Mengkaji ulang indikator supaya relevan dan mengusulkan perubahan pada Renstra
apabila dibuka pengusulan untuk revisi Permenkes Nomor 13 Tahun 2022 tentang
209
210
2. Mengkaji ulang definsi operasional supaya achievable dan time bound dan apabila
dibuka pengusulan untuk revisi Permenkes Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.
210