Anda di halaman 1dari 220

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI


PEMERINTAH

DIREKTORAT JENDERAL
PELAYANAN KESEHATAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan Tahun 2022 dapat diselesaikan dengan
tepat waktu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
republik indonesia nomor 5 tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Laporan akuntabilitas Ditjen Pelayanan Kesehatan
merupakan pertanggungjawaban kinerja Ditjen
Pelayanan Kesehatan ke Menteri Kesehatan dan salah satu cara evaluasi yang obyektif,
efisien, dan efektif. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukkan dalam
pengambilan kebijakan pimpinan dan perencanaan pada tahun mendatang.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Kami berharap dengan adanya masukan dan umpan
balik akan memberi manfaat dalam proses perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan di masa mendatang..

Jakarta, 30 Januari 2023


Direktur Jenderal,

dr. Azhar Jaya, SKM, MARS


NIP 197106262000031002

i
EXECUTIVE SUMMARY

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan


pertanggung jawaban kinerja Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan kepada Menteri
Kesehatan beserta seluruh pemangku kepentingan, serta sebagai sumber informasi untuk
perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja di masa mendatang.
Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Tahun 2022 telah berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020-2024 dan perjanjian kinerja. Pencapaian Indikator Kinerja
Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan:
1. Persentase kecamatan dengan SPA puskesmas yang memenuhi standar sebesar 68%
(target 68%)
2. Persentase Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terakreditasi sebesar 56,4%
(target 80%)
3. Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam mendukung
pelaksanaan program prioritas sebesar 20% (target 20%)
4. Persentase fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi Sarana Prasarana dan
Alat (SPA) sesuai standar sebesar 90% (target 90%)
5. Persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas sebesar 6,4%
(target 10%)
6. Jumlah RS Rujukan Nasional sesuai standar sebesar 46 RS (target 42 RS)
7. Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4 sebesar 56% (target 7%)
8. Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai kompetensi rujukan 9
layanan prioritas sebesar 87 RS (target 34 RS)
9. Persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu sebesar 93,5% (target 60%)
10. Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau dan
Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri sebesar 13,5% (target 20%)
11. Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional sebesar 12 RS (target
12 RS)
12. Persentase Pengembangan Hubs Biomedical Genome- based Science Initiative sebesar
50% (target 20%)

Untuk indikator Persentase Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)


terakreditasi yang belum tercapai terdapat permasalahan yang dihadapi antara lain
terhambatnya pelaksanaan kegiatan karena adanya keterlambatan pencairan anggaran,
masih kurangnya SDM yang kompeten, masih rendahnya komitmen daerah, dan masih

ii
adanya fasyankes yang belum memiliki sarana prasarana sesuai standar. Di tingkat pusat,
terdapat beberapa regulasi tentang mutu dan akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan yang
belum ditetapkan. Selain itu, pandemi COVID-19 di Indonesia telah menimbulkan dampak di
berbagai sektor terutama sektor kesehatan sehingga Pemerintah menetapkan sebagai
bencana nasional non alam. Untuk mencegah, mengurangi penyebaran, dan melindungi
masyarakat dari risiko COVID-19 dalam rangka kesinambungan pelayanan dan mencegah
timbulnya episentrum baru COVID-19 maka ditetapkan Surat Edaran Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.01/Menkes/455/2020 tanggal 29 Juli 2020 tentang Perizinan dan Akreditasi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan Penetapan Rumah Sakit Pendidikan pada Masa Pandemi
COVID-19. Dengan demikian kegiatan persiapan dan survei akreditasi fasilitas pelayanan
kesehatan mulai dilakukan setelah status bencana nasional dicabut oleh Pemerintah. Selain
itu, sertifikat akreditasi masih tetap berlaku selama 1 (satu) tahun sejak status bencana
nasional dicabut oleh Pemerintah.
Indikator Persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas
dihitung dari RS pengampu dan RS diampu yang melaporkan audit medis. Faktor
ketidaktercapaian target adalah SK pengampuan baru diterbitkan pada akhir Desember 2022
sehingga data RS pengampu (selain RS Vertikal) dan RS diampu baru diperoleh akhir tahun
2022. RS yang sudah melaporkan audit medis adalah RS vertikal sebanyak 23 RS.
Alokasi anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan untuk TA. 2022 adalah sebesar Rp.
57.625.341.870.000,- berdasarkan pagu terakhir dengan realisasi sampai dengan tanggal 19
Januari 2023 sebesar Rp. 52.720.428.848.855 atau sebesar (91,49%), alokasi anggaran
tersebut terdiri dari alokasi Kantor Pusat, Kantor Daerah dan Dekonsentrasi.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... I


EXECUTIVE SUMMARY ............................................................................................. II
DAFTAR ISI............................................................................................................... IV
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... VI
DAFTAR GRAFIK..................................................................................................... VII
DAFTAR TABEL...................................................................................................... VIII
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Penjelasan Umum Organisasi............................................................................. 2
C. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi ........ 4
D. Sistematika ........................................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................... 8
PERENCANAAN KINERJA ......................................................................................... 8
A. Perencanaan Kinerja .......................................................................................... 8
B. Perjanjian Kinerja ................................................................................................ 9
BAB III ....................................................................................................................... 11
AKUNTABILITAS KINERJA ...................................................................................... 11
A. Capaian Kinerja Organisasi .............................................................................. 11
1. Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) .................. 11
B. Indikator Antara yang Menjadi Pendorong Tercapainya Indikator Utama
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan ............................................................ 124
C. Realisasi Anggaran ....................................................................................... 126
D. Output Pelayanan dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (UPT Vertikal) ... 130
D.1 Output Pelayanan .................................................................................................... 130
D.2 Realisasi Anggaran.................................................................................................. 139
E. Sumber Daya Lainnya .................................................................................... 139
1. Sumber Daya Manusia ............................................................................................. 139
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ....................................................................... 142
F. Prestasi dan Inovasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan..................... 142
1. Inovasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan (PKR) : National Command Center/
NCC.......................................................................................................................... 142

iv
2. Sistem informasi akreditasi rumah sakit (sinar) ......................................................... 144
3. Pengembangan Pelaporan Data COVID-19 pada Aplikasi RS Online....................... 149
BAB IV .................................................................................................................... 166
PENUTUP ............................................................................................................... 166
LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2022 .............................................. 167
LAMPIRAN 2 RINCIAN REALISASI ANGGARAN LAINNYA .................................. 170
LAMPIRAN 3 RINCIAN TABEL PELAPORAN BMN DITJEN YANKES TAHUN 2022
................................................................................................................................ 179
LAMPIRAN 4 HASIL CAPAIAN KINERJA BERDASARKAN APLIKASI E-
PERFORMANCE KEMENTERIAN KESEHATAN TA 2022..................................... 185
LAMPIRAN 5 KERTAS KERJA PERHITUNGAN INDIKATOR KINERJA ................ 194
LAMPIRAN 6 FEED BACK CATATAN HASIL REVIU LAPORAN KINERJA DITJEN
YANKES .................................................................................................................. 202

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.…3
Gambar 3.1 Monitoring Supervisi Pembangunan Infrastruktur Puskesmas Prototype Modern
Pada Puskesmas Lokus DTPK …………………………………………………………………….22
Gambar 3.2 Pembinaan Dan Pengawalan Dalam Rangka Pembangunan Infrastruktur
Prototype Modern Puskesmas ……………………………………………………………………..23
Grafik 3.3 Pendampingan dan supervisi ke lokasi pembangunan pembangunan puskesmas di
kecamatan tanpa puskesmas ……………………………………………………………………...24
Gambar 3.4 Rencana Induk Pengembangan Fasilitas Kesehatan Puskesmas ………………22
Gambar 3.5 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Puskesmas …………..…………….……..39
Gambar 3.6 Capaian Akreditasi Puskesmas ………………………………………………….....39
Gambar 3.7 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Klinik Pratama………….……….………...40
Gambar 3.8 Verifikasi Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP .…….47
Gambar 3.9 Monev Vertikal dan RSUD……………………………………………………………56
Gambar 3.10 Capaian nilai kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan pada SMART e-Monev DJA
Kemenkeu………………..…………………………………………………...…………………….139
Gambar 3.11 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)…………………. 143
Gambar 3.12 Diagram Konteks SINAR ……………………,,,………………………………….144
Gambar 3.13 Bridging sistem dengan LIPA …………………………………………………….145
Gambar 3.14 Formulir Rekap Harian Tenaga Kesehatan Covid-19 ………………………….149
Gambar 3.15 Formulir Rekap Data Harian Oksigen dan Supplier …………………..……….150
Gambar 3.16 SE Update Laporan Oksigen RS Online ………….. …………………..……….151
Gambar 3.17 Formulir Rekap Pemeriksaan PCR Tenaga Kesehatan………….. …,,,,,…….151
Gambar 3.18 Formulir Pelaporan Kematian Covid-19………………..………………….…….153
Gambar 3.19 SE Pelaporan Kematian………………..…………………………..……….…….154
Gambar 3.20 Form Laporan Kematian ……………....…………………………..……….…….154
Gambar 3.21 Dashboard RS Online ………………………….…………………..……….…….156
Gambar 3.22 Dashboard untuk Dinas Kesehatan Propinsi …………………….……….…….157
Gambar 3.23 Dashboard Rincian Data Per RS………………..………………………….…….161
Gambar 3.24 SE Alur Briging RS Online………………..………………………..……….…….163
Gambar 3.25 Alur Pengisian Data………………..………………………...……..……….…….164
Gambar 3.26 Dokumentasi API RS Online ………..………………………………………..….165
Gambar L1.1 Perjanjian Kinerja Dirjen Yankes TA 2022 ……………………………….…….167

vi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Tren Peningkatan Jumlah Akreditasi RS Tahun 2015 – 2022…………………………5


Grafik 3.1 Provinsi yang memiliki kecamatan dengan SPA Puskesmas sesuai standar…….
…………………………………………………...…………………………………………………….25
Grafik 3.2 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Puskesmas Tahun 2021…………………….21
Grafik 3.3 Capaian Akreditasi Puskesmas………………………………………………………...22
Grafik 3.4 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Klinik Pratama Tahun 2021…………………22
Grafik 3.5 Distribusi RS Terakreditasi Tahun 2021 Berdasarkan Provinsi……………………..33
Grafik 3.6 Tingkat Akreditasi 2.451 RS Tahun 2021……………………………………………...34
Grafik 3.7 Jumlah Puskesmas yang bekerja sama dengan FKTP lain………………………...50
Grafik 3.8 Capaian Persentase Fasyankes Rujukan yang memenuhi standar mutu tahun 2022
- 2024 ……………………………………………………………………………………………….100

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sasaran Program Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022-2024…………………...8


Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan Target Tahun
2022 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan ……………………………..…………………...9
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022-
2024…………………………………………………………………………………………………...12
Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun
2022…………………………………………………………………………………………..……….13
Tabel 3.3 Capaian Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP Terakreditasi Tahun
2022………………………………………………………………………………………………..….32
Tabel 3.4 Perbandingan Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP Terakreditasi dengan
FKTP Sesuai Standar ……………………………………………………………………………….36
Tabel 3.5 Perbandingan Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP Terakreditasi dengan
FKTP Sesuai Standar ……………………………………………………………………………….37
Tabel 3.6 Perbandingan Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP Terakreditasi dengan
FKTP Sesuai Standar ………………………………………………………………………………38
Tabel 3.7 Distribusi Jumlah Puskesmas yang Bekerja Sama dengan FKTP Lain dalam
Pelaksanaan Program Prioritas …………………………………………………………………..48
Tabel 3.8 Topik dan Kriteria Audit Medis 9 Layanan Prioritas Tahun 2022…………….……..64
Tabel 3.9 Daftar Rumah Sakit Rujukan Nasional…………………………………………………71
Tabel 3.10 Daftar RS Vertikal BLU Strata 4 …………………………………...…………………77
Tabel 3.11 Analisis Efisiensi Anggaran …..……………………………………………………….78
Tabel 3.12 Daftar RS salah satu dari 9 layanan prioritas yang ditetapkan sebagai RS
Pendidikan…………………………………………………………………………………………....81
Tabel 3.13 Capaian Persentase Rujukan yang memenuhi standar mutu pelayanan Kesehatan
2022 ……………………………………………………….………………………………………….99
Tabel 3.14 Perbandingan Indikator Kinerja Program : Persentase Fasyankes Rujukan yang
memenuhi standar mutu dengan persentase RS terakreditasi tahun 2020 - 2022………….100
Tabel 3.15 Perbandingan Indikator Kinerja Program : Persentase Fasyankes Rujukan yang
memenuhi standar mutu dengan persentase RS terakreditasi tahun 2020 - 2024………….101
Tabel 3.16 WNI yang berobat ke Malaysian dan Singapura…………………………..……….107
Tabel 3.17 Kunjungan WNI ke Malaysia dan Singapura dari pintu keberangkatan dari 5
Propinsi ……………….…………………………………………………………………………….107
Tabel 3.18 Total Kunjungan WNI ke Malaysia dan Singapura……………… ………………108
Tabel 3.19 Gambar secara umum capaian…………………………………………………..…124

viii
Tabel 3.20 Alokasi dan Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022 berdasarkan
kewenangan…………………………………………………………………………………..……127
Tabel 3.21 Alokasi dan Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022 berdasarkan jenis
belanja………………………………………………………………………………………………127
Tabel 3.22 Alokasi dan Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022 berdasarkan
kegiatan…………………………………………………………………………………………..…128
Tabel 3.23 Rincian Anggaran PC-PEN………………………………………………………….129
Tabel 3.24 Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan dan IGD di Balai dan UPK Tahun 2022
………………………………………………………………………………………………..………130
Tabel 3.25 Jumlah Pelayanan RS Vertikal Tahun 2022…………………………..…………...131
Tabel 3.26 Jumlah Pemeriksaan Laboratorium di BBLK Tahun 2022…………………………133
Tabel 3.27 Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun 2022……………….134
Tabel 3.28 Layanan Unggulan RS UPT Vertikal………………………………………………..134
Tabel 3.29 Capaian Target Indikator RS Khusus dan RS Umum Vertikal TW IV 2022…….138
Tabel 3.30 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan Jabatan ………………………………………………………..…………………….140
Tabel 3.31 Perbandingan Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan jenis kelamin……………………………………………………..………………….140
Tabel 3.32 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan tingkat pendidikan………………………………..…..……………………………..141
Tabel 3.33 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan golongan ……..……………………………………………………………………..141
Tabel L2.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
berdasarkan sumber dana……………………………………………………………………..….170
Tabel L2.2 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Pusat Ditjen Yankes Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….170
Tabel L2.3 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (UPT Vertikal) Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….170
Tabel L2.4 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (RS Umum Pusat) Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….171
Tabel L2.5 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (RS Khusus) Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….172
Tabel L2.6 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (Balai/Loka/Unit) Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….174
Tabel L2.7 Alokasi dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi Tahun Anggaran
2022………………………………………………………………………………………………….175

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
senantiasa berusaha melaksanakan sistem kerja pemerintahan secara bijaksana, akuntabel,
transparan, efektif, dan efisien. Hal ini sesuai dengan prinsip good governance seperti yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan disusun berdasarkan perjanjian
kinerja yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, terdapat Program Pelayanan
Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan dimana sasarannya adalah meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan yang berkualitas bagi masyarakat. Adapun pengukuran kinerja untuk sasaran program
tersebut berupa 12 (dua belas) indikator, yaitu:
1. Persentase kecamatan dengan SPA puskesmas yang memenuhi standar
2. Persentase fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi Sarana Prasarana
dan Alat (SPA) sesuai standar
3. Persentase FKTP terakreditasi
4. Persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu
5. Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam
mendukung pelaksanaan program prioritas
6. Persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas
7. Jumlah RS rujukan nasional sesuai standar
8. Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4
9. Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau
dan Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri
10. Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai kompetensi rujukan
9 layanan prioritas
11. Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional
12. Persentase Pengembangan Hubs Biomedical Genome-based Science Initiative

Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Direktorat Jenderal


Pelayanan Kesehatan atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2022. Di samping
merupakan pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan terkait, yakni Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

1
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah. Laporan
Kinerja ini juga sekaligus menjadi bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan di masa yang akan datang.

B. Penjelasan Umum Organisasi


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Kementerian
Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang pelayanan kesehatan, Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan memiliki fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pelayanan dan pengelolaan fasilitas pelayanan
kesehatan
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan dan pengelolaan fasilitas pelayanan
kesehatan
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelayanan dan
pengelolaan fasilitas pelayanan kesehatan
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan dan pengelolaan
fasilitas pelayanan kesehatan
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan dan pengelolaan fasilitas
pelayanan kesehatan
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Sebagai tindak lanjut atas Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Kementerian Kesehatan dan dalam rangka mengatur tugas dan fungsi pada masing-masing
unit organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan, saat ini Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan masih dalam proses penyusunan.
Untuk itu, laporan kinerja ini masih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan republik
indonesia nomor 5 tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,
sampai nanti selesainya penetapan organisasi dan tata kerja yang baru oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, sebagai turunan dari Peraturan
Presiden Nomor 18 Tahun 2021.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan republik indonesia nomor 5 tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan dijalankan oleh 5 unit eselon II dan 1 unit sekretariat, sebagai berikut:

2
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer;
3. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan;
4. Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan;
5. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan
6. Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan.

Adapun gambaran struktur organisasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, seperti


berikut ini:

Gambar 1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

Dalam menjalankan tugas dan fungsi di bidang pelayanan kesehatan, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan saat ini memiliki 50 unit pelaksana teknis vertikal, terdiri dari 37 rumah
sakit vertikal yang tersebar di 14 provinsi, yaitu di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa
Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Namun RS
Vertikal di Provinsi NTT, yaitu RSUP Dr. Ben Mboi Kupang yang merupakan RS ke-37 baru
beroperasional pada 20 Desember 2022.
Dengan terbitnya Permenkes Nomor 26 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja RS
di Lingkungan Kemenkes, UPT Vertikal di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan mengalami
perampingan dengan adanya integrasi beberapa balai kesehatan ke dalam RS Vertikal. RS
Vertikal yang mengalami integrasi:
1. RSUP Dr. Hasan Sadikin dengan Balai Kesehatan Olahraga Bandung

3
2. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan B2P2TOOT Tawangmangu
3. RS Paru Rotinsulu dengan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung
4. RSUP Dr. M. Hoesin Palembang dengan Loka Kesehatan Tradisional Palembang
5. RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dengan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Makassar dan Balai Kesehatan Tradisional Makassar.
6. RS Mata Cicendo dengan Balai Kesehatan Mata Cikampek
Unit pelaksana teknis vertikal lainnya yaitu 4 Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan dan 2
Loka Pengaman Fasilitas Kesehatan yang berfungsi dalam mendukung pengamanan sarana,
prasarana, dan alat kesehatan, yang menunjang dalam pelayanan kesehatan.
Selain itu juga terdapat 4 Balai Besar Laboratorium Kesehatan yang memberikan dukungan
dalam pelayanan laboratorium kesehatan, yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan bersama-sama dengan unit pelaksana teknis
vertikal tersebut saling bersinergi dalam menjalankan fungsi pelayanan kesehatan,
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatab, serta bermitra dengan fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah dan swasta.

C. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kondisi geografis yang beragam memiliki
sebaran penduduk yang luas dan tidak merata. Akses dan mutu pelayanan fasilitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu tantangan bagi penduduknya untuk memperoleh layanan
kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menetapkan bahwa
setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau. Untuk memenuhi hak setiap orang dan menyediakan pelayanan kesehatan
secara merata, Pemerintah mengimplementasikan Jaminan Kesehatan Nasional pada tahun
2014 sehingga membuka akses masyarakat ke pelayanan kesehatan seluas-luasnya.
Cakupan dan akses pelayanan harus disertai pelayanan yang bermutu agar dapat
memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Rumah Sakit yang telah teregistrasi di Indonesia tahun 2022 sampai dengan tanggal 2
Januari 2023 sebanyak 3.124 rumah sakit yang terdiri dari 2.561 rumah sakit umum dan 563
rumah sakit khusus. Sebanyak 1.158 rumah sakit adalah milik pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, dan TNI/POLRI; BUMN sebanyak 37 rumah sakit serta sebanyak 1.929
rumah sakit milik swasta. Berdasarkan data dasar jumlah rumah sakit pada desember 2018
adalah 2.813 RS, dan sebanyak 2559 RS (90,97%) sudah terakreditasi dengan rincian tingkat
akreditasi sebagai berikut: lulus paripurna 572, tingkat dasar 191, tingkat madya 336, tingkat
utama 291, tingkat paripurna 1.169, dan JCI (murni) ada 2 RS.

4
Grafik 1.1 Tren Peningkatan Jumlah Akreditasi RS Tahun 2015 - 2022

Sumber: RS online KARS, JCI, ACHS per 31 Desember 2022

Grafik 1.1 menunjukkan peningkatan jumlah RS di Indonesia setiap tahun diikuti


dengan peningkatan persentase RS terakreditasi tahun 2015-2022, yaitu 2,4%, 31,8%, 53,3%,
70%, 85,7%, 85,7%, 89,9 %. Namun pada tahun 2021-2022 terjadi peningkatan capaian
akreditasi rumah sakit dari 79,6% menjadi 90,97% karena penerapan kembali program
akreditasi melalui Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomer HK.02.01/MENKES/652/2022
Tahun 2022 tentang Penyelenggaraaan Perizinan Berusaha Bidang Pelayanan Kesehatan
dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Peningkatan akreditasi pada tahun 2022 juga
merupakan hasil dari transformasi penyelenggaraaan akreditasi dimana jumlah lembaga
akreditasi menjadi enam lembaga. Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan Standar
Akreditasi Rumah Sakit yang disempurnakan serta pedoman survei akreditasi rumah sakit.
Selain itu Kementerian Kesehatan menyusun kurikulum dan modul pelatihan untuk calon
surveyor sehingga lembaga dapat menyelenggarakan pelatihan secara mandiri dengan
pengampuan dari lembaga pelatihan terakreditasi.
Pada bulan Maret 2020 kasus Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah ditemukan
di Indonesia dan menunjukkan peningkatan kasus konfirmasi setiap hari. Oleh karena itu
Pemerintah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan bencana nasional
non alam COVID-19. Untuk mencegah, mengurangi penyebaran, dan melindungi masyarakat
dari risiko COVID-19 dalam rangka kesinambungan pelayanan dan mencegah timbulnya
episentrum baru COVID-19 maka ditetapkan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.01/Menkes/455/2020 tanggal 29 Juli 2020 tentang Perizinan dan Akreditasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dan Penetapan Rumah Sakit Pendidikan pada Masa Pandemi COVID-
19. Dengan demikian kegiatan persiapan dan survei akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan

5
mulai dilakukan setelah status bencana nasional dicabut oleh Pemerintah. Hal ini
menyebabkan penurunan capaian rumah sakit terakreditasi pada tahun 2020-2021 dan perlu
dilakukan upaya lain untuk menjamin mutu fasilitas pelayanan kesehatan pada masa pandemi
COVID-19.
D. Sistematika
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, format penyusunan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
Bab ini menyajikan latar belakang penyusunan laporan kinerja dan penjelasan umum
organisasi dengan menekankan pada aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi.
BAB II Perencanaan Kinerja
Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Tahun 2021.
BAB III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Sub Bab ini membahas mengenai pencapaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran
kinerja organisasi.
B. Indikator Antara yang Menjadi Pendorong Tercapainya Indikator Utama Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan
Sub Bab ini membahas mengenai indikator antara yang menjadi pendorong
tercapainya indikator utama Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
C. Realisasi Anggaran
Sub Bab ini membahas mengenai realisasi anggaran yang digunakan dan yang
telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dokumen perjanjian
kinerja.
D. Realisasi Anggaran dan Output Pelayanan Pelayanan Kantor Daerah (UPT Vertikal)
Sub Bab ini membahas mengenai realisasi anggaran yang digunakan dan yang
telah digunakan beserta Output / keluaran kegiatan yang dihasilkan khsususnya di
Kantor Daerah (UPT Vertikal)
E. Sumber Daya Lainnya

6
Sub Bab ini membahas mengenai sumber daya lainnya selain yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya seperti sumber daya Manusia dan sumber daya
sarana prasarana
F. Dukungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Terhadap Prioritas Kesehatan
Nasional Lainnya
Sub Bab ini membahas mengenai kegiatan yang mendukung pencapaian target
dalam Nawacita/Janji Presiden dan prioritas kesehatan lainnya
G. Prestasi dan Inovasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Sub Bab ini membahas mengenai prestasi dan inovasi yang telah dicapai oleh
Ditjen Pelayanan Kesehatan
BAB IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di
masa datang yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya.

7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja
berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis.
Dalam rencana kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2022, sebagaimana
telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing
indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan melaksanakan program pelayanan kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Revisi Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 terdapat Indikator Kinerja
Program Ditjen Pelayanan Kesehatan yang semula 2 indikator menjadi 12 indikator. 1 indikator
kinerja sebelumnya masih sama yaitu indikator kinerja Persentase FKTP terakreditasi dan 11
indikator kinerja.
Untuk Program Pelayanan Kesehatan & JKN pada Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan, sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun
waktu 5 tahun, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sasaran Program Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022-2024

Sasaran Program Target


Program/Kegiatan (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Program: Sasaran Program:
Pelayanan Meningkatnya akses pelayanan
Kesehatan kesehatan dasar yang
dan JKN berkualitas bagi masyarakat
Persentase kecamatan dengan
1 SPA puskesmas yang 68 85 100
memenuhi standar
2 Persentase FKTP terakreditasi 80 90 100
Persentase puskesmas yang
melakukan kolaborasi dengan
3 20 60 80
FKTP lain dalam mendukung
pelaksanaan program prioritas
Persentase fasyankes rujukan
milik pemerintah yang
4 90 95 100
memenuhi Sarana Prasarana
dan Alat (SPA) sesuai standar

8
Persentase RS yang
100
5 melaporkan audit medis pada 9 10 50
(kum)
penyakit prioritas
Jumlah RS rujukan nasional
6 42 42 42
sesuai standar
Persentase RS Vertikal BLU
7 7 7 7
yang masuk strata 4
Jumlah rumah sakit
penyelenggara pendidikan 135
8 34 70
yang mempunyai kompetensi (kum)
rujukan 9 layanan prioritas
Persentase fasyankes rujukan 90
9 60 75
yang memenuhi standar mutu (kum)
Persentase pasien WNI di 5
provinsi (Riau, Sumatera Utara,
10 Aceh, Kepulauan Riau dan 20 10 2
Kalimantan Barat) yang
berobat ke luar negeri
Jumlah RS Vertikal yang
34
11 memiliki layanan unggulan 12 24
(kum)
internasional
Persentase Pengembangan
12 Hubs Biomedical Genome- 20 75 100
based Science Initiative

* Permenkes No.13 Tahun 2022

B. Perjanjian Kinerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
RI Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen
pimpinan yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan
terukur dalam rentang waktu satu tahun dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dikelolanya.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun 2021
mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024. Target kinerja
ini menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya
dalam tahun 2021.

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan Target
Tahun 2021 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target
Program/Kegiatan
Kegiatan (Output)/Indikator 2022
Program: Sasaran Program: Meningkatnya akses
Pelayanan pelayanan kesehatan dasar yang
berkualitas bagi masyarakat

9
Kesehatan dan Persentase kecamatan dengan SPA
JKN 1 68
puskesmas yang memenuhi standar
2 Persentase FKTP terakreditasi 80
Persentase puskesmas yang melakukan
kolaborasi dengan FKTP lain dalam
3 20
mendukung pelaksanaan program
prioritas
Persentase fasyankes rujukan milik
4 pemerintah yang memenuhi Sarana 90
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
Persentase RS yang melaporkan audit
5 10
medis pada 9 penyakit prioritas
Jumlah RS rujukan nasional sesuai
6 42
standar
Persentase RS Vertikal BLU yang masuk
7 7
strata 4
Jumlah rumah sakit penyelenggara
8 pendidikan yang mempunyai kompetensi 34
rujukan 9 layanan prioritas
Persentase fasyankes rujukan yang
9 60
memenuhi standar mutu
Persentase pasien WNI di 5 provinsi
(Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan
10 20
Riau dan Kalimantan Barat) yang berobat
ke luar negeri
Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan
11 12
unggulan internasional
Persentase Pengembangan Hubs
12 Biomedical Genome- based Science 20
Initiative

* Permenkes No.13 Tahun 2022

Pada tahun 2022 Kementerian Kesehatan mengalokasikan anggaran sebesar


Rp.,57.625.341.870.000- (Lima Puluh Tujuh Triliun Enam Ratus Dua Puluh Lima Miliar Tiga
Ratus Empat Puluh Satu Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah) untuk alokasi
keseluruhan di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

10
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi


Tahun 2022 merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana
tingkat capaian (target) pada setiap indikator program dalam Rencana Strategis, sehingga
diperoleh gambaran tingkat keberhasilan masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran
kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator kinerja, sehingga dapat
ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa yang akan datang, agar setiap program
yang direncanakan ke depan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

▪ Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Untuk mendukung peningkatan mutu fasiltas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
maka sasaran kegiatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah untuk meningkatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan survei akreditasi. Indikator Kinerja
Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan sebagaimana tercantum dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2022 adalah :
1. Persentase kecamatan dengan SPA puskesmas yang memenuhi standar sebesar 68%
2. Persentase Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terakreditasi sebesar 80%
3. Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam mendukung
pelaksanaan program prioritas sebesar 20%
4. Persentase fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi Sarana Prasarana dan
Alat (SPA) sesuai standar sebesar 90%
5. Persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas sebesar 10%
6. Jumlah RS Rujukan Nasional sesuai standar sebesar 42 RS
7. Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4 sebesar 7%
8. Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai kompetensi rujukan 9
layanan prioritas sebesar 34 RS
9. Persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu sebesar 60%
10. Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau dan
Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri sebesar 20%
11. Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional sebesar 12 RS
12. Persentase Pengembangan Hubs Biomedical Genome- based Science Initiative sebesar
20%

11
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Tahun 2022-2024

Target
No. Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Persentase kecamatan dengan SPA
1 68 85 100
puskesmas yang memenuhi standar
2 Persentase FKTP terakreditasi 80 90 100
Persentase puskesmas yang
melakukan kolaborasi dengan FKTP
3 20 60 80
lain dalam mendukung pelaksanaan
program prioritas
Persentase fasyankes rujukan milik
pemerintah yang memenuhi Sarana
4 90 95 100
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai
standar
Persentase RS yang melaporkan audit 100
5 10 50
medis pada 9 penyakit prioritas (kum)
Jumlah RS rujukan nasional sesuai
6 42 42 42
standar
Persentase RS Vertikal BLU yang
7 7 7 7
masuk strata 4
Jumlah rumah sakit penyelenggara
135
8 pendidikan yang mempunyai 34 70
(kum)
kompetensi rujukan 9 layanan prioritas
Persentase fasyankes rujukan yang 90
9 60 75
memenuhi standar mutu (kum)
Persentase pasien WNI di 5 provinsi
(Riau, Sumatera Utara, Aceh,
10 20 10 2
Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat)
yang berobat ke luar negeri
Jumlah RS Vertikal yang memiliki 34
11 12 24
layanan unggulan internasional (kum)
Persentase Pengembangan Hubs
12 Biomedical Genome- based Science 20 75 100
Initiative

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

12
Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan
Tahun 2022

INDIKATOR RPJMN
Prosentase
No Indikator Target Realisasi Pengampu
(%)
Persentase fasilitas kesehatan
1 80 56,4 70,5 Dit. MPK
tingkat pertama terakreditasi
Persentase rumah sakit
2 90 90,9 101 Dit. MPK
terakreditasi
Jumlah RS UPT Vertikal di
Dit.
3 Kawasan Timur Indonesia 2 2 100
Fasyankes
yang dikembangkan
Persentase RS milik
pemerintah daerah yang Dit.
4 90 90 100
memenuhi sarana prasarana Fasyankes
dan alat (SPA) sesuai standar
Persentase FKTP yang
Dit.
5 memenuhi sarana, prasarana 90 90 100
Fasyankes
dan alat (SPA) sesuai standar
Jumlah puskesmas Daerah
Tertinggal, Perbatasan,
Dit.
6 Kepulauan (DTPK) yang 300 300 100
Fasyankes
ditingkatkan SPA sesuai
standar
Jumlah RSUD di Daerah
Tertinggal, Terpencil, Dit.
7 21 21 100
Perbatasan, Kepulauan Fasyankes
(DTTPK) yang dibina
Persentase FKTP dengan 60
60 (6099
8 rasio rujukan non spesialistik ≤ (6099 100 Dit. PKP
PKM)
2% FKTP)
Jumlah fasyankes yang
9 diampu dalam melaksanakan 201 273 135,82 Dit. Tata Kelola
telemedicine
Jumlah provinsi yang
10 menerapkan sistem rujukan 34 25 74 Dit. Tata Kelola
terintegrasi
Persentase rumah sakit
rujukan yang menerapkan
11 60 60 100 Dit. PKR
Rekam Medis Elektronik
(RME) terintegrasi
Jumlah RS dengan
kemampuan melaksanakan
12 198 58 29 Dit. PKR
operasi sectio sesarea darurat
dalam waktu ≤ 30 menit
Persentase RS kelas A dan B
13 Pendidikan yang melakukan 60 20 33 Dit. MPK
surveilan AMR sesuai standar

13
Jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama
14 4720 0 0 Dit. MPK
yang memenuhi persyaratan
survei akreditasi
Jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan yang
15 1195 498 41,67 Dit. MPK
memenuhi persyaratan survei
akreditasi
Persentase RS yang
16 melakukan pencatatan dan 60 60,8 101,3 Setditjen
pelaporan kematian ibu
Jumlah RS UPT vertikal yang
dikembangkan dan
17 6 0 0 Setditjen
ditingkatkan sarana dan
prasarananya

INDIKATOR SASARAN STRATEGIS


Prosentase
No Indikator Target Realisasi Pengampu
(%)
Persentase Kab/Kota dengan
SPA puskesmas yang 64 73 114,06 Dit. Fasyankes
1 memenuhi standar
Persentase fasyankes rujukan
milik pemerintah yang
90 90 100,00 Dit. Fasyankes
memenuhi Sarana Prasarana
2 dan Alat (SPA) sesuai standar
Persentase klinik pratama dan
praktek mandiri dokter yang
20 12,6 63 Dit. PKP
melakukan pelayanan program
3 prioritas
Persentase penurunan jumlah
<2.5 <2.5 100 Dit. PKR
4 kematian di rumah sakit
5 Persentase FKTP terakreditasi 80 56,4 70,05 Dit.MPK
Persentase kepuasan pasien
60 93,5 155,83 Dit. MPK
6 di fasyankes rujukan
Jumlah rumah sakit yang
memiliki layanan unggulan 12 12 100,00 Dit. Tata Kelola
7 internasional
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
Prosentase
No Indikator Target Realisasi Pengampu
(%)
Persentase kecamatan
dengan SPA puskesmas yang 68 68 100 Dit. Fasyankes
1 memenuhi standar
Persentase fasyankes rujukan
milik pemerintah yang
90 90 100 Dit. Fasyankes
memenuhi Sarana Prasarana
2 dan Alat (SPA) sesuai standar
3 Persentase FKTP terakreditasi 80 56,4 70,5 Dit.MPK
Persentase fasyankes rujukan
60 63,7 106,16 Dit.MPK
4 yang memenuhi standar mutu

14
Persentase puskesmas yang
melakukan kolaborasi dengan
20 20 100 Dit. PKP
FKTP lain dalam mendukung
5 pelaksanaan program prioritas
Persentase RS yang
melaporkan audit medis pada 10 6,4 64 Dit. PKR
6 9 penyakit prioritas
Jumlah RS rujukan nasional
42 46 109,52 Dit. PKR
7 sesuai standar
Persentase RS Vertikal BLU
7 56 800 Dit. PKR
8 yang masuk strata 4
Persentase pasien WNI di 5
provinsi (Riau, Sumatera
Utara, Aceh, Kepulauan Riau 20 2,7 740,74 Dit. PKR
dan Kalimantan Barat) yang
9 berobat ke luar negeri
Jumlah rumah sakit
penyelenggara pendidikan
34 87 255,8 Dit. Tata Kelola
yang mempunyai kompetensi
10 rujukan 9 layanan prioritas
Jumlah RS Vertikal yang
memiliki layanan unggulan 12 12 100 Dit. Tata Kelola
11 internasional
Persentase Pengembangan
Hubs Biomedical Genome- 20 50 250 Dit. Tata Kelola
12 based Science Initiative
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
Prosentase
No Indikator Target Realisasi Pengampu
(%)
Pembangunan puskesmas di
60 60 100 Fasyankes
1 setiap kecamatan *(III.A.1)
Jumlah kecamatan yang
memiliki puskesmas sesuai 4930 4930 100 Fasyankes
2 standar *(III.A.1)
Jumlah provinsi yang Sarana,
Prasarana, dan Alkes (SPA) di
Rumah Sakit wilayahnya
10 12 120 Fasyankes
memenuhi standar untuk
melakukan pelayanan 9
3 penyakit prioritas *(III.D.1)
Jumlah RS UPT Vertikal yang
dibangun baru dan
dikembangkan untuk 2 2 100 Fasyankes
mendukung pelayanan 9
4 penyakit prioritas *(III.D.1)
Persentase fasyankes rujukan
yang melakukan pengujian
40 59,15 147,87 Fasyankes
dan kalibrasi alat kesehatan
5 *(III.D.1)
Persentase penggunaan alat
kesehatan dalam negeri di 34 35 65 185,71 Fasyankes
6 RS vertikal *(III.N4)

15
Persentase puskesmas
53 89,97 169,75 MPK
7 terakreditasi *(III.B.1)
Persentase klinik pratama
5 2,74 54,8 MPK
8 terakreditasi *(III.B.1)
Persentase Tempat Praktik
Mandiri Dokter/Drg (TMPD)
yang melakukan pengukuran 30 0 0 MPK
INM (Indikator Nasional Mutu)
9 pelayanan kesehatan *(III.B.1)
Persentase RS yang
90 90,9 101 MPK
10 terakreditasi *(III.I.1)
Persentase laboratorium
kesehatan yang terakreditasi 70 22 31,43 MPK
11 *(III.I.1)
Persentase UTD yang
0 0 0 MPK
12 terakreditasi *(III.I.1)
Persentase fasyankes rujukan
yang mencapai target Indikator
60 34,8 57 MPK
Nasional Mutu (INM)
13 pelayanan kesehatan *(III.I.1)
Persentase fasyankes rujukan
yang melaporkan Insiden
60 47 78,33 MPK
Keselamatan Pasien (IKP) di
14 fasyankes rujukan *(III.I.1)
Persentase RS BLU yang
kinerja pelayanan dan 50 29,4 59% Tata Kelola
15 keuangannya baik *(III.G.1)
Jumlah RS Pendidikan yang
berjejaring dalam program
40 201 502,5 Tata Kelola
Academic Health System
16 (AHS) *(III.H.1)
Jumlah RS yang
mengembangkan program
150 40 26,67 Tata Kelola
kerja sama dengan Luar
17 Negeri (LN) *(III.K.1)
Jumlah hWGS yang dapat
dihasilkan sebagai peta 2.000 120 6% Tata Kelola
18 genome *(III.L.1)
Persentase Hubs BGSI yang
melakukan kegiatan
75 100 133,33 Tata Kelola
pengembangan layanan
19 berbasis genomic *(III.L.1)
Persentase kabupaten/kota
yang melaksanakan
redistribusi kepesertaan dari 25 25 100 PKP
puskesmas ke FKTP swasta
20 *(III.C.1)
Presentase rumah sakit yang
diampu dalam jejaring
pengampuan yang
10 0 0 PKR
melaporkan audit medis pada
9 layanan prioritas setiap
21 tahun *(III.E.1)

16
Presentase rumah sakit
vertikal yang melaporkan audit
40 82,14 205,35 PKR
medis pada 9 layanan prioritas
22 setiap 6 bulan *(III.E.1)
Persentase fasyankes rujukan
di seluruh provinsi yang
ditingkatkan dari RS strata 40 2,95 7,38 PKR
madya ke strata utama
23 *(III.F.1)
Jumlah RS yang dengan
kompetensi strata 4 pada 9 10 15 150 PKR
24 penyakit prioritas *(III.H.1)
Jumlah provinsi yang memiliki
RS yang diampu dalam
penyelenggaraan pelayanan 9
penyakit prioritas nasional 15 34 226,67 PKR
(Jantung, Kanker, DM-ginjal-
hati, Stroke/Otak, KIA, TB,
25 Penyakit Infeksi) *(III.H.1)
Nilai Reformasi Birokrasi
Direktorat Jenderal Pelayanan 34 35,43 104,21 Setditjen
26 Kesehatan *(VI.B.1)
Nilai Kinerja Anggaran
Direktorat Jenderal Pelayanan 85 92,11 108,36 Setditjen
27 Kesehatan

17
a. Persentase kecamatan dengan SPA puskesmas yang memenuhi standar ( Dit.
Fasyankes)
Pusat Kesehatan Masyarakat atau disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
di wilayah kerjanya. Seperti termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun
2019 salah satu prinsip puskesmas adalah prinsip ketersediaan. Berdasarkan prinsip
tersebut Puskesmas harus dapat menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya. Selanjutnya untuk
mendukung prinsip tersebut dinyatakan juga bahwa Puskesmas harus didirikan pada
setiap kecamatan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut juga dinyatakan bahwa adanya
keharusan bagi puskesmas untuk memenuhi standar sarana, prasarana dan alat
kesehatan yang dinyatakan dalam persyaratan pendirian dan pengembangan suatu
puskesmas. Sebagai tindak lanjutnya dalam permenkes tersebut juga mengisyaratkan
adanya suatu kewajiban untuk melakukan upaya pemeliharaan, perawatan dan
pemeriksaan secara berkala bagi sarana, prasarana dan alat agar tetap layak pakai dan
fungsi. Melalui upaya tersebut puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan
yang lebih baik dan bermutu untuk masyarakat melalui kesiapan sarana prasarana dan
alat kesehatan yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja. Didalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut juga dinyatakan bahwa
persyaratan peralatan telah terpenuhi paling sedikit 60 % (enam puluh persen)
1) Definisi Operasional

Persentase Kecamatan dengan rata-rata pemenuhan SPA puskesmas diwilayahnya


minimal 60% sesuai dengan data ASPAK.

2) Cara Perhitungan
Jumlah kecamatan dengan rata-rata pemenuhan Sarana, Prasarana, Alat Kesehatan
(SPA) puskesmas minimal 60% berdasarkan data ASPAK dibagi total jumlah
kecamatan dikali 100. Cara melakukan perhitungan pada indikator ini adalah dengan
menghitung kecamatan yang rata-rata SPA di puskesmas mencapai nilai minimal 60%
berdasarkan data ASPAK kemudian dibagi dengan jumlah kecamatan di indonesia
sebesar 7.230 Kecamatan dikalikan 100%

18
Jumlah kecamatan dengan rata-rata pemenuhan
Sarana, Prasarana, Alat Kesehatan (SPA) puskesmas
minimal 60% berdasarkan data ASPAK
x100%
Jumlah Jumlah Kecamatan (7.230 Kecamatan)

3) Rencana Aksi yang Dilakukan Untuk Mencapai Target


a. Target
Target tahun 2022 adalah sebanyak 68% kecamatan memiliki puskesmas sesuai
standar.
b. Strategi Pelaksanaan
Untuk mengukur capaian target tersebut, menggunakan data SPA pada aplikasi
ASPAK yang datanya diolah dengan cara swakelola. Untuk mencapai target
indikator Persentase Kecamatan dengan rata-rata pemenuhan SPA puskesmas
diwilayahnya minimal 60% sesuai dengan data ASPAK, dilakukan melalui kegiatan:

- Pembinaan dan Pengawalan Pemenuhan SPA Puskesmas


Kementerian kesehatan melakukan upaya pemenuhan SPA puskesmas
melalui alokasi DAK. Untuk mendukung hal tersebut pelu dilakukan pembinaan
dan pengawalan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan atau KL lain
sehingga proses dapat berjalan sesuai target yang diharapkan.

➢ Pendampingan tahap awal


Tahapan ini dilakukan secara daring melalui zoom dan dilakukan
sebagai kegiatan persiapan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
mempersiapkan segala sesuatu terkait kegiatan pembinaan dan
pengawalan antara lain penyusunan SK team dan penentuan jadwal
kegiatan serta penyusunan instrument pendukung.

➢ Pendampingan tahap I
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberi dukungan kepada
daerah dalam pemenuhan persyaratan penarikan DAK tahap I sampai
dengan batas waktu 21 Juli. Dilakukan dengan cara zoom terhadap
seluruh target dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua daerah
sudah dapat memenuhi persyaratan penyaluran. Persyaratan tersebut
antara lain : Perda APBD tahun anggaran berjalan, Laporan realisasi

19
penyerapan dana dan capaian output kegiatan DAK Fisik TA
sebelumnya yang telah direviu APIP, Rencana Kegiatan yang telah
disetujui oleh K/L teknis dan Daftar kontrak Kegiatan
➢ Bimbingan teknis ke lokasi
Merupakan kunjungan ke daerah yang diperuntukkan bagi 8 lokus
dengan pencapaian kinerja terburuk. Tujuan kegiatan ini untuk
memberikan bimbingan bagi daerah dalam pelaksanaan kegiatan.

- Monitoring dan Evaluasi Pemenuhan SPA sesuai standar Puskesmas


Upaya pemenuhan SPA dilakukan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), APBD
dan dana pendukung lainnya. Selanjutnya untuk meningkatkan mutu SPA
Puskesmas yang sudah dipenuhi tersebut perlu dilaksanakan juga kegiatan
monitoring dan evaluasi serta bimbingan teknis di fasilitas pelayanan
kesehatan. Melalui kegiatan tersebut diharapkan akses dan mutu pelayanan
Kesehatan dapat ditingkatkan. Maksud kegiatan Monev pemenuhan SPA di
FKTP adalah untuk menjamin pemenuhan standar sarana prasarana dan alat
kesehatan (SPA) Puskesmas dan untuk mempercepat pemenuhan standar
keamanan dan keandalan puskesmas. Kegiatan Monitoring dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
➢ Persiapan
Dilakukan secara daring, bertujuan untuk melakukan persiapan monev
pemenuhan SPA melalui data ASPAK. Kegiatan persiapan tersebut
.antara lain meliputi penyusunan SK, penentuan jadwal kegiatan,
penentuan metoda kegiatan dan penyusunan instrument pendukung.
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan Dinas Kabupaten Kota dan
Dinkes Propiinsi.
➢ Analisis data ASPAK
Dilakukan secara hybrid yang dilaksanakan di Kementerian Kesehatan.
Peserta pada pertemuan ini adalah Staf Dit Fasyankes, Lintas Program
terkait ASPAK serta Narasumber. dengan melibatkan narasumber dan
lintas program maupun lintas sektor yang terkait dengan ASPAK.
Pertemuan ini juga melibatkan Dinkes Kab/Kota dan Dinkes Propinsi.
➢ Cross check data ASPAK
Merupakan perjalanan Dinas ke Daerah untuk melakukan cross chek
terhadap kebenaran data SPA yang ada di ASPAK. Kegiatan ini
dilakukan tiap 3 (tiga) bulan setelah dilakukan analisis terhadap data
ASPAK.

20
➢ Penyampaian hasil evaluasi pemenuhan SPA
Merupakan pertemuan yang dilakukan secara online yang bertujuan
untuk menyampaikan hasil evaluasi pemenuhan SPA pada triwulan
berjalan. Peserta pada pertemuan ini adalah staf Dit Fasyankes, Lintas
Program dengan melibatkan narasumber yang terkait dengan ASPAK.

- Koordinasi Pemenuhan SPA di Puskesmas


Untuk mendukung pemenuhan SPA melalui DAK tahun 2022 perlu
diselenggarakan koordinasi bagi seluruh penerima DAK sebagai upaya
peningkatan kemampuan sebuah daerah untuk melaksanakan kegiatan
pemenuhan. Kegiatan Koordinasi Pemenuhan SPA di Puskesmas
dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi dan evektivitas pelaksanaan
kegiatan pemenuhan standar SPA di Puskesmas.
Kegiatan ini termasuk kegiatan yang direvisi karena perubahan arah kebijakan
program di Kementerian Kesehatan yaitu terkait Transformasi System
Kesehatan, kegiatan ini terdiri dari beberapa kegiatan. Target nya adalah
penerima alokasi DAK Fisik Dasar tahun 2022 yaitu 514 dinkes kabupaten/kota
dan 34 provinsi. Kegiatan tersebut meliputi :
a. Koordinasi di pusat.
Dilakukan secara online yang bertujuan untuk melakukan koordinasi
dengan semua unit yang terkait dengan pemenuhan SPA melalui DAK.
b. Koordinasi di daerah
Dilakukan secara daring dan luring dengan melibatkan seluruh unit yang
terkait pelaksanaan pemenuhan SPA Puskesmas melalui DAK. Detail
pelaksanaan koordinasi tersebut adalah sebagai berikut :
- Pertemuan dengan metode luring, dilaksanakan di Surabaya dan
makassar, dan hanya diperuntukkan bagi peserta yang berasal dari
dinkes Kab/Kota yang ada di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara,
Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat.
- Pertemuan secara daring bagi peserta yang berasal dari dinkes
Kab/Kota yang ada di wilayah provinsi lainnya.

4) Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target

1. Monitoring Supervisi Pembangunan Infrastruktur Puskesmas Prototype


Modern Pada Puskesmas Lokus DTPK

21
Kegiatan dilakukan dengan melakukan pertemuan secara online, dengan
Dinas Kabupaten/Kota lokus DTPK terkait pembangunan puskesmas
bersumber DAK.
- Pertemuan ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh
daerah dalam proses pembangunan puskesmas di daerah DTPK.
Dalam pertemuan ini menghadirkan lintas sector antara lain dari
Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan lintas
program sebagai narasumber.

Gambar 3.1 Monitoring Supervisi Pembangunan Infrastruktur Puskesmas


Prototype Modern Pada Puskesmas Lokus DTPK

- Melakukan Kunjungan Langsung ke Lokasi Kegiatan pembangunan


Pada kegiatan ini tim teknis direktorat Fasyankes melakukan
pendampingan dan supervisi ke lokasi pembangunan puskesmas di
daerah DTPK berdasarkan hasil identifikasi pada pertemuan online.
Melibatkan lintas program dari Biro Perencanaan Kemenkes, Setditjen
Yankes, serta Dinkes provinsi. Dalam kegiatan ini tim teknis kemenkes
meninjau lokasi pembangunan, kesiapan lahan, kesesuaian
perencanaan daerah dengan juknis dan permenkes terkait,

22
memberikan arahan serta bimbingan terkait proses pelaksanaan
pembangunan.

2. Puskesmas Prioritas Pariwisata Dan Kecamatan Tanpa Puskesmas Yang


Memberikan Pembinaan Dan Pengawalan Dalam Rangka Pembangunan
Infrastruktur Prototype Modern Puskesmas
- Melakukan Pertemuan Online
Tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan di lokus prioritas
pembangunan puskesmas di kecamatan tanpa puskesmas. Pertemuan
ini melibatkan lintas program yaitu dari Biro Perencanaan, Ditjen
Tenaga Kesehatan, Setditjen Yankes, dan lintas sektor seperti dari
Kemenkeu, Kemendagri, Bapenas, dan dinkes provinsi, dinkes
Kab/Kota yang menjadi lokus pembangunan puskesmas di kecamatan
tanpa puskesmas.

Gambar 3.2 Pembinaan Dan Pengawalan Dalam Rangka Pembangunan


Infrastruktur Prototype Modern Puskesmas
- Kunjungan ke Lapangan
Pada kegiatan ini tim teknis direktorat Fasyankes melakukan
pendampingan dan supervisi ke lokasi pembangunan pembangunan
puskesmas di kecamatan tanpa puskesmas berdasarkan hasil
identifikasi pada pertemuan online. Kegiatan Melibatkan lintas program
dari Biro Perencanaan Kemenkes, Setditjen Yankes, serta Dinkes
provinsi. Dalam kegiatan ini tim teknis kemenkes meninjau lokasi

23
pembangunan, kesiapan lahan, kesesuaian perencanaan daerah
dengan juknis dan permenkes terkait, memberikan arahan serta
bimbingan terkait proses pelaksanaan pembangunan.

Gambar 3.3 Pendampingan dan supervisi ke lokasi pembangunan


pembangunan puskesmas di kecamatan tanpa puskesmas

3. Rencana Induk Pengembangan Fasilitas Kesehatan Puskesmas


Rencana Induk pengembangan fasilitas Kesehatan puskesmas atau
Rencana Induk/Master Plan pembangunan sarana prasarana fisik dan alat
kesehatan untuk Puskesmas yang sesuai standar sebagai dasar membuat
regulasi agar seluruh perencanaan pentahapan pembangunan dan
pengembangan dapat terwujud sesuai dengan target output yang ingin
dicapai. Tahapan pencapaian ketersediaan fasilitas pelayanan khususnya
sarana prasarana fisik dan alat kesehatan disusun berdasarkan
perencanaan yang terukur dan terarah berdasarkan skala prioritas wilayah
selama kurun waktu 5 tahun kedepan.

Gambar 3.4 Rencana Induk Pengembangan Fasilitas Kesehatan Puskesmas

24
5) Pencapaian Kinerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun
2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 Indikator
Kinerja Program (IKP) Persentase kecamatan dengan SPA puskesmas yang
memenuhi standar untuk target tahun 2022 adalah sebesar 68%. Setelah dilakukan
perhitungan pada tahun 2022 terdapat 68% kecamatan memiliki puskesmas sesuai
standar, angka ini sesuai dengan target yang telah direncanakan.

6) Analisa Pencapaian Kinerja


Capaian tahun 2022 adalah sebesar 68% kecamatan memiliki puskesmas sesuai
standar, angka ini sesuai dengan target yang direncanakan. Angka ini diperoleh dari
data ASPAK januari 2023 dengan menghitung persentase kecamatan dengan SPA
puskesmas yang memenuhi standar, dari 7230 kecamatan yang ada di Indonesia
sebanyak 4930 Kecamatan telah memiliki Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan
sesuai standar atau sebesar 68%.

Grafik 3.1 Provinsi yang memiliki kecamatan dengan SPA Puskesmas sesuai standar

Provinsi yang Memiliki Kecamatan dengan


SPA Puskesmas Sesuai Standar
270
Sumatera Selatan 163
142
Sulawesi Utara 76
87
Sulawesi Tengah 120
255
Sulawesi Barat 42
109
Papua Barat 20
78
Nusa Tenggara Timur 177
109
Maluku Utara 56
49
Lampung 190
47
Kep. Bangka Belitung 38 Total
16
Kalimantan Timur 79
71
Kalimantan Selatan 104
121
Jawa Timur 661
563
Jawa Barat 550
95
Gorontalo 37
44
DI Yogyakarta 78
81
Banten 142
54
Aceh 206
0 100 200 300 400 500 600 700

25
7) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Target Capaian
No Indikator Target
2022 2022
1 Persentase kecamatan dengan
SPA puskesmas yang memenuhi 68% 68%
standar.

8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Capaia Capaia
9) N Target
Indikator Target n n 2021
o 2022
2022
1 Persentase kecamatan
dengan SPA puskesmas 68% 68% 0%
yang memenuhi standar.

Pencapaian kinerja ini tidak dapat dibandingkan dengan pencapaian tahun


sebelumnya, karena indikator dan target ini merupakan indikator dan target yang
tercantum pada renstra baru yang mana tidak terdapat indikator dan target di renstra
sebelumnya.

9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi

Target Capaia
No Indikator Target 2024 n
2022 2023
2022
1 Persentase kecamatan
dengan SPA puskesmas 68% 85% 100% 68%
yang memenuhi standar.

Pada tahun anggaran 2022 target indikator Persentase kecamatan dengan SPA
puskesmas yang memenuhi standar dapat dicapai, dimana targetnya sebesar 68% dan
capaian tahun anggaran 2022 sebesar 68%. Target 100% untuk pencapaian indikator

26
ini dapat di proyeksikan tercapai, karena dalam tahun pertama ini target dapat dicapai
baik.

10) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Pencapaian dan target indicator ini tidak dapat dibandingkan dengan standar nasional,
karena tidak terdapat standar nasional.

11) Permasalahan
- Perubahan SOTK baru di lingkungan kementerian kesehatan dan direktorat
jenderal pelayanan kesehatan juga mempengaruhi ritme kerja. Pergantian formasi
tim kerja yang mana di tim kerja sarana prasarana primer 60% personil nya adalah
tim baru sehingga membutuhkan waktu untuk berorientasi dengan program yang
sudah berjalan.
- Belum tertibnya faskes dalam melakukan update pada aplikasi ASPAK
- Belum melaksanakan Kegiatan cut off secara periodic dalam mengontrol
pencapaian indicator

12) Usulan Pemecahan Masalah


- Melakukan pembagian daerah binaan di tim kerja sarana prasarsana primer,
agar pelaksanaan pemantauan tetap terlaksana.
- Membuat Juknis turunan dari permenkes 31 Tahun 2018
- Membuat SOP monitoring dan evaluasi pencapaian indicator

13) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja


serta alternative solusi yang telah dilakukan
- Stakeholder terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan kooperatif dalam rangka
realisasi dana DAK
- Terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk melakukan
Update pada aplikasi ASPAK

14) Analisis Efisiensi penggunaan Sumber Daya


Dari total pagu yang dialokasikan untuk melakukan pencapaian indicator persentase
Kecamatan dengan rata-rata pemenuhan SPA di wilayahnya minimal 60% sesuai
dengan data ASPAK sebesar Rp.1.634.396.000,- dapat dilakukan realisasi sebesar
Rp 732.070.200,- atau sebesar 44% dari total pagu. Berikut rincian penggunaannya:

27
- Penyusunan Pedoman Pemenuhan SPA FKTP sesuai standar. Pagu
penyusunan pedoman tersebut Rp. 275.890.000,- dan nilai penyerapan
anggaran sebesar Rp. 197.002.300,- atau 71% dari total pagu
- Pagu kegiatan Pembinaan dan Pengawalan Pemenuhan SPA Puskesmas
dialokasikan sebesar Rp. 1.036.200.000,- dalam pelaksanaannya anggaran
yang diserap sebesar Rp. 450.699.100,-. atau 43% dari total pagu.
- Pagu kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pemenuhan SPA sesuai standar
Puskesmas sebesar Rp. 257.550.000,- kemudian dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut anggaran yang diserap sebesar Rp. 84.368.800,- atau 33% dari total
pagu.
- Kegiatan Koordinasi Pemenuhan SPA di Puskesmas, pada tahun anggaran
2022 dengan rencana alokasi sebesar Rp. 64.756.000,- tidak dilaksanakan,
karena kegiatan ini termasuk dalam kegiatan yang dilakukan revisi.

Maka efisiensi yang telah dilakukan dalam melakukan pencapaian target indicator
ini adalah sebesar 55%.

15) Analisa Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan atau kegagalan


pencapaian kinerja
Kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam upaya pencapaian target indikator:
- Membandingkan isian ASPAK dengan usulan kegiatan melalui DAK.
Dampaknya terhadap indikator adalah dengan membandingkan data isian
ASPAK dengan usulan kegiatan maka focus pemenuhan SPA adalah pada apa
yang belum tersedia, jika SPA tersebut masih tersedia dan jumlahnya sudah
sesuai standar maka usulan tidak dapat disetujui.

Kegiatan yang belum dilaksanakan dalam upaya pencapaian target indicator :


- Melakukan monitoring Cut OFF penarikan data ASPAK secara periodic

b. Persentase FKTP terakreditasi (Dit. MPK)

1) Definisi Operasional

Persentase FKTP yang memiliki sertifikat akreditasi yang masih berlaku


secara kumulatif pada tahun berjalan. FKTP yang dimaksud terdiri dari
Puskesmas dan klinik pratama.

28
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan kesehatan
setelah dilakukan penilaian bahwa fasilitas pelayanan kesehatan telah
memenuhi standar akreditasi
Permenkes No. 34 tahun 2022

2) Cara Perhitungan
Cara penghitungan indikator ini adalah dengan menggunakan baseline
data FKTP tahun 2018 sebesar 16.536 tanpa menghitung pertumbuhan
Puskesmas maupun Klinik. Sedangkan cara mengukurnya adalah
menghitung jumlah puskesmas dan klinik pratama yang terakreditasi pada
tahun berjalan dibagi dengan jumlah puskesmas dan klinik pratama sesuai
baseline dikalikan 100%.
Rumus Perhitungan Indikator Persentase FKTP sesuai standar, adalah:

Jumlah Puskesmas dan Klinik Pratama


Terakreditasi Pada Tahun Berjalan
x 100%
Jumlah Seluruh Puskesmas Dan Klinik Pratama
(Sesuai Baseline = 16.536)

3) Rencana Aksi Untuk Mencapai Target


1) Penguatan kebijakan pelaksanaan akreditasi termasuk sistem
pembiayaan.
2) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu melalui
penyempurnaan akreditasi FKTP.
3) Mendorong budaya mutu di FKTP melalui pengukuran Indikator
Nasional Mutu (INM) dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP).
4) Peningkatan kapasitas pemerintah pusat, daerah dan pemangku
kepentingan.
4) Upaya yang Dilaksanakan Untuk Mencapai Target
1) Penyusunan NSPK Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2022 tentang
Indikator Nasional Mutu di Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik
Mandiri Dokter,Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.

29
ii. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 tahun 2022 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri
Dokter,Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
iii. Penyusunan rancangan Keputusan Menteri Kesehatan terdiri
atas:
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Biaya Minimal Akreditasi.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi Puskesmas.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi Klinik.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi TPMD.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Instrumen
Akreditasi Puskesmas.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Instrumen
Akreditasi TPMD.
• Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Lembaga
Penyelenggara Akreditasi draft kurikulum dan modul pelatihan
calon surveior akreditasi. kurikulum modul pelatihan calon
surveior FKTP;
iv. Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan tentang Pedoman
Verifikasi Penetapan Lembaga Penyelenggara Akreditasi
Puskesmas, Klinik, Labkes, UTD.
v. Keputusan Dirjen tentang Petunjuk Teknis Survei Akreditasi.
vi. Draft Pedoman Manajemen Fasilitas Kesehatan (MFK).

2) Penyempurnaan sistem akreditasi


i. Pelaksanaan uji publik standar akreditasi kepada pemangku
kepentingan.
ii. Pelaksanaan verifikasi Lembaga akreditasi sebanyak 13 calon
Lembaga akreditasi

30
3) Peningkatan komitmen melalui Lokakakarya dan sosisalisasi
peningkatan mutu
i. Sosialisasi
Sosialisasi yang dilakukan mulai dari Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 34, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2022
tentang INM dan Petunjuk Teknis Survei. Kegiatan dilakukan
secara daring melalui platform zoom dengan peserta Dinas
Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kab/ Kota, Puskesmas serta
pemangku kepentingan lainnya. Tujuan dilakukan kegiatan ini
adalah mensosialisasikan regulasi PMK 34 agar seluruh pemangku
kepentingan dapat mengetahui dan mempersiapkan pelaksanaan
akreditasi.
ii. Lokakarya peningkatan mutu sebagai momen kickoff akreditasi
yang sudah tertunda selama beberapa waktu sekaligus
mensosialisasikan kebijakan yang baru terbit yaitu Permenkes No.
34 tahun 2022 tenyang akreditasi untuk Puskesmas, Klinik, TPMD,
laboratorium kesehatan dan Unit Tranfusi Darah. Termasuk
persyaratan untuk melakukan survei akreditasi yang menjadi
amanah Keputusan Diretur Jenderal Pelayanan Kesehatan tentang
Petunjuk Teknis Survei Akreditasi.

4) Pengembangan sistem informasi akreditasi


Pelaksanaan akreditasi harus didukung dengan sistem informasi
akreditasi berbasis website dengan tujuan agar pelaksaan
akreditasi berjalan dengan efektif dan efisien. Setelah dilakukan
pengembangan maka disusun petunjuk teknis sistem informasi
sebagai panduan bagi setiap user untuk menggunakan sistem
infromasi tersebut. Kegiatan dilakukan secara daring maupun luring
dengan bekerjasama dengan Tim Kerja Informasi dan Humas,
Setditjen Yankes.

5) Dukungan akreditasi Puskesmas melalui Dana Alokasi Khusus dan


Dekonsentrasi
Kegiatan yang dilakukan dalam mendukung penilaian akreditasi
yaitu dukungan alokasi anggaran untuk survei serta pemantauan

31
mutu bagi Puskesmas melalui DAK NF. Sementara untuk
penguatan pembinaan TPCB maka dengan dana dekonsentrasi
tersedia menu penguatan mutu tim TPCB sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

6) Pembinaan Penyelenggaraan mutu dan akreditasi di FKTP


Kegiatan pembinaan penyelenggara akreditasi di FKTP dilakukan
di beberapa wilayah untuk mengetahui gambaran komitmen
peningkatan mutu Puskesmas serta persiapan penilaian akreditasi
yang dilakukan oleh Puskesmas. Kegiatan dilakukan dengan
melakukan focus group discussion, pemaparan materi serta telusur
terhadap fasilitas.

5) Pencapaian Kinerja
Dalam upaya mencapai target indikator Renstra Kemenkes Tahun
2020-2024, ditampilkan capaian persentase FKTP terakreditasi sebagai
berkut.
Tabel 3.3 Capaian Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP
Terakreditasi Tahun 2022
Target
Jenis Indikator Indikator Capaian
2022
Indikator Kinerja Persentase FKTP 80% 56.4%
Program (Renstra) Terakreditasi (13.229) (9.332)

Adapun jumlah total fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)


adalah sebanyak 16.536 yang terdiri atas 9.993 Puskesmas dan 6.543
Klinik Pratama. Target pencapaian pada tahun 2022 adalah sebanyak
80% atau 13.229 FKTP. Namun pencapaian pada akhir 2022 yaitu
sebesar 56,4% atau 9332 FKTP.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa indikator


Persentase FKTP Terakreditasi belum tercapai pada tahun 2022. Hal ini
disebabkan pada masa Pandemi COVID-19 terjadi penghentian
sementara kegiatan yang terkait dengan akreditasi fasyankes, termasuk
FKTP, yang mengacu pada SE Menteri Kesehatan Nomor 455 Tahun
2020 tentang Perizinan dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan

32
Penetapan Rumah Sakit Pendidikan Pada masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19).

Sejalan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang mulai terkendali,


Kementerian Kesehatan menerbitkan SE Menteri Kesehatan Nomor 133
Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Bidang
Pelayanan Kesehatan dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
mengatur tentang penerapan kembali akreditasi fasyankes, termasuk
FKTP. Namun, sesuai dengan transformasi sistem akreditasi, regulasi
terkait pelaksanaan survei akreditasi belum ditetapkan seperti kebijakan
mengenai penyelenggaraan akreditasi (Permenkes Nomor 34 Tahun 2022
ditebitkan pada bulan Desember tahun 2022), penetapan lembaga
penyelenggara akreditasi, tarif dan standar akreditasi FKTP.

6) Analisis Capaian Kinerja


Kinerja dalam pencapaian target indikator tercapai untuk indikator
Puskesmas meskipun masih terjadinya Pandemi COVID-19 dengan
masih berlakunya kebijakan melalui Surat Edaran Menteri Kesehatan
Nomor 652 tahun 2022 tentang Perizinan Dan Akreditasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Dan Penetapan Rumah Sakit Pendidikan Pada
Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang
menyatakan Sertifikat akreditasi dan pernyataan komitmen untuk menjaga
dan melakukan upaya peningkatan mutu rumah sakit, puskesmas, klinik,
dan laboratorium kesehatan yang berlaku berdasarkan Surat Edaran
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/455/2020 tentang
Perizinan dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan Penetapan
Rumah Sakit Pendidikan Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19), masih tetap berlaku dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun sejak Surat Edaran ini ditetapkan.

Meskipun target capaian indikator kinerja program Persentase FKTP


Terakreditasi belum tercapai, namun berbagai upaya peningkatan mutu
dan akreditasi untuk FKTP sudah dilakukan yaitu :

a) Adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 652 tahun 2022


tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Bidang Pelayanan

33
Kesehatan dan Akreditasi Fasyankes. Surat edaran ini merupakan
perpanjangan dari SE Menteri Kesehatan Nomor 455 yang
menyebutkan bahwa sertifikat akreditasi dan surat pernyataan
komitmen masih berlaku.

b) Terbitnya dasar hukum tentang akreditasi yang menjadi dasar hukum


pelaksanaan akreditasi, serta mendorong Dinas Kesehatan dan
Puskesmas untuk memperisiapkan penilaian akreditasi serta
melakukan upaya peningkatan mutu secara
berkesinambungan.meliputi terdiri atas :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2022 tentang INM
di TPMD, Klinik, Puskesmas, RS, Laboratorium dan UTD.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 tahun 2022 tentang
Akreditasi di TPMD, Klinik, Puskesmas, RS, Laboratorium dan
UTD.
3. Kep. Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor 3991 tentang Petunjuk
Teknis Survei Akreditasi.
4. Pedoman Verifikasi Penetapan Lembaga Penyelenggara
Akreditasi Puskesmas, Klinik, Labkes, UTD.

c) Tersusunnya Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan dan


Pedoman tentang :
5. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Biaya
Minimal Akreditasi.
6. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi Puskesmas.
7. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi Klinik.
8. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Akreditasi TPMD.
9. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Instrumen
Akreditasi Puskesmas.
10. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Instrumen
Akreditasi TPMD.

34
11. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Lembaga
Penyelenggara Akreditasi.
12. Draft Kurikulum dan Modul Pelatihan Calon Surveior Akreditasi.

d) Penyempurnaan sistem akreditasi melalui pelaksanaan akreditasi


dilakukan oleh lembaga akreditasi, dimana sudah dilakukan verifikasi
terhadap 13 calon Lembaga akreditasi yang sudah disusun rancangan
Keputusan Menteri Kesehatan. Serta tersusunnya standar biaya untuk
penilaian akreditasi berupa Rancangan Keputusan Menteri
Kesehatan.

e) Pengukuran INM dan pelaporan IKP di Puskesmas sudah dilakukan


sebagai upaya peningkatan mutu FKTP, hasil dari pengukuran
Puskesmas dilaporkan secara berjenjang. Dit. Mutu Pelayanan
Kesehatan juga melakukan analisis terhadap pelaporan dengan
pembahasan dengan lintas program dan pakar. Hasil dari analisis
disampaikan kepada kepada daerah melalui diseminasi untuk
mendorong kepatuhan pelaporan. Selain itu dilakukan kegiatan
sosialisasi PMK 30 tahun 2022 untuk klinik dan TPMD dengan tujuan
pemahaman untuk melakukan pengukuran INM dan pelaporan melalui
sistem pencatatan dan pelaporan berbasis web ayaitu
mutufasyankes.kemkes.go.id. Selain dari hasil dan regulasi maka
dilakukan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan.

f) Pengembangan pelaporan INM untuk TPMD dan Klinik sebagai


sarana untuk fasilitas pelayanan kesehatan melakukan pengukuran
dan melaporkan hasil secara berjenjang.

g) Terbentuknya sistem informasi akreditasi yang juga sudah


disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan agar
pelaksanaan dapat berjalan lebih efektif dan efisein.

h) Tersedianya dana DAK NF dan dekonsentrasi untuk mendukung


upaya mutu dan akreditasi.

i) Kegiatan bimbingan teknis mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan


dilakukan dalam rangka upaya pemantauan dan evaluasi terhadap
mutu pelayanan kesehatan, melihat fasyankes primer melakukan

35
upaya perbaikan mutu termasuk strategi Puskesmas dalam
memperispakan akreditasi Puskesmas serta memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat. Kegiatan juga bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman tim TPCB dan Puskesmas dalam
membangun komitmen melakukan pengukuran mutu dan pelaporan
insiden keselamatan pasien.
7) Analisis Capaian Kinerja Tahun 2022 Dibandingkan 2021

Tabel 3.4 Perbandingan Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP Terakreditasi


dengan FKTP Sesuai Standar
(Target & Capaian Tahun 2020-2022)
2020 2021 2022
Judul Indikator
Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Persentase FKTP
46% 56,4% 60% 56,4%
sesuai standar
Persentase FKTP
80% 56,4%
terakreditasi
Merujuk pada tabel di atas, telah terjadi peralihan dari Indikator
Kinerja Program FKTP Sesuai Standar menjadi Persentase FKTP
Terakreditasi, target capaian tetap disusun meningkat setiap tahunnya.
Sedangkan secara capaian, sejak tahun 2020, masih berada pada angka
56,4%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2020 telah terjadi Pandemi COVID-
19 yang menyebabkan penundaan/penghentian sementara semua
kegiatan terkait akreditasi seluruh fasyankes termasuk Puskesmas dan
Klinik Pratama.
Analisis capaian kinerja dibandingkan dengan tahun 2021 didukung
dengan adanya :

1. Penyempurnaan Aplikasi Mutu Fasyankes sebagai sarana pelaporan


mutu dan keselamatan pasien, dengan harapan mempermudah
Puskesmas melaporkan komitmen mutu FKTP , hasil pengukuran
indikator nasional mutu termasuk pelaporan insiden keselamatan
pasien dalam menjaga mutu layanan.

2. Kegiatan bimbingan teknis mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan


dilakukan dalam rangka upaya pemantauan dan evaluasi terhadap

36
mutu pelayanan kesehatan, melihat fasyankes primer melakukan
upaya perbaikan mutu termasuk strategi Puskesmas dalam
memberikan pelayanan dimasa pandemi COVID-19 yang harus
memperhatikan protokol kesehatan serta mengetahui masalah dan
hambatan puskesmas dalam melakukan pelayanan esensial di masa
pandemi COVID-19.

3. Kegiatan pertemuan koordinasi dilakukan dalam rangka memperoleh


dukungan sekaligus penguatan peran dari stakeholder terkait meliputi
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, FKTP,
Organisasi Profesi, swasta. Hal ini dilakukan karena akreditasi
Fasyankes termasuk dalam program prioritas nasional yang
tercantum sebagai indikator Renstra dan RPJMN sehingga dalam
pencapaian targetnya perlu kerjasama dengan stakeholder terkait.
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Pada tahun 2022 diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan


(Permenkes) Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Indikator Kinerja Program
FKTP Terakreditasi merupakan indikator yang baru muncul pada
Permenkes No. 13 Tahun 2022 tersebut. Pada Renstra sebelumnya yang
tertuang pada Permenkes Nomor 21 Tahun 2020, terdapat indikator yang
hampir bersesuaian yakni Persentase FKTP Sesuai Standar dengan
target 46% pada tahun 2020 dan 60% pada tahun 2021.
Tabel 3.5 Perbandingan Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP Terakreditasi
dengan FKTP Sesuai Standar
(Target & Capaian Tahun 2020-2022)
2020 2021 2022
Judul Indikator
Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Persentase FKTP
46% 56,4% 60% 56,4%
sesuai standar
Persentase FKTP
80% 56,4%
terakreditasi

37
Merujuk pada tabel di atas, telah terjadi peralihan dari Indikator Kinerja
Program FKTP Sesuai Standar menjadi Persentase FKTP Terakreditasi,
target capaian tetap disusun meningkat setiap tahunnya. Sedangkan
secara capaian, sejak tahun 2020, masih berada pada angka 56,4%. Hal
ini dikarenakan pada tahun 2020 telah terjadi Pandemi COVID-19 yang
menyebabkan penundaan/penghentian sementara semua kegiatan terkait
akreditasi seluruh fasyankes termasuk Puskesmas dan Klinik Pratama.

9) Analisis Capaian Kinerja 2022 dibandingkan dengan target Jangka


Menengah RENSTRA 2020-2024:

Target pada Indikator Kinerja FKTP Terakreditasi pada tahun 2022


adalah sebesar 80% dari 16.536 FKTP yaitu 13.229 FKTP yang terdiri atas
Puskesmas dan Klinik Pratama. Capaian indikator Persentase FKTP
Terakreditasi pada tahun 2022 adalah 9.332 FKTP dari 16.536 FKTP atau
56,4% (belum tercapai). Capaian FKTP Terakreditasi merupakan capaian
akreditasi yang didapat pada tahun 2019.
Tabel 3.6 Perbandingan Indikator Kinerja Program: Persentase FKTP Terakreditasi
dengan FKTP Sesuai Standar
(Target & Capaian Tahun 2020-2024)
Judul 2020 2021 2022 2023 2024
Indikator Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Persentase
FKTP sesuai 46% 56,4% 60% 56,4%
standar
Persentase
FKTP 80% 56,4% 90% 100%
terakreditasi

Pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian pada tahun


2022 belum memenuhi target kinerja program yang ditetapkan.
Kemudian dalam mendukung pencapaiann indikator kinerja program
(IKP) FKTP terakreditasi, terdapat capaian indikator kinerja kegiatan (IKK)
yakni Persentase Puskesmas yang terkareditasi sejumlah 9.153
Puskesmas yang terakreditasi, masih di dominasi oleh status kelulusan

38
madya dan dasar, dengan rincian dasar 2.176 (24%), 5.072 madya (55%),
1.664 utama (18%), dan 241 paripurna (3%).

DISTRIBUSI STATUS KELULUSAN AKREDITASI PUSKESMAS


241; 3%
2176; 24%
1664; 18%

5072; 55%

Paripurna Utama Madya Dasar

Gambar 3.5 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Puskesmas

Untuk distribusi capaian Puskesmas yang terakreditasi per provinsi dapat


dilihat pada Gambar 5 di bawah ini:

Gambar 3.6 Capaian Akreditasi Puskesmas


Indikator persentase klinik pratama terakreditasi sebesar 75 klinik (43%)
terakreditasi paripurna, 59 klinik (34%) terakreditasi utama, 36 klinik (20%)
terakreditasi madya dan 6 klinik (3%) terakreditasi dasar.

39
DISTRIBUSI STATUS KELULUSAN AKREDITASI KLINIK
PRATAMA
6; 3%

36; 20%
75; 43%

59; 34%

Dasar Madya Utama Paripurna

Gambar 3.7 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Klinik Pratama

10) Membandingkan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Standar Nasional

Tidak tersedia standar nasional untuk dijadikan pembanding


(benchmarking) pada realisasi kinerja tahun 2022.

11) Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam upaya mencapai target kinerja
tersebut antara lain:

a) Pandemi COVID-19 yang terjadi mempengaruhi program akreditasi


FKTP. Akrediatasi FKTP mengalami penghentian sementara
dikarenakan FKTP harus fokus kepada upaya penanggulangan
COVID-19 dan untuk menghindari adanya kerumunan/kontak pada
saat persiapan akreditasi dilaksanakan.

b) Anggaran pada dinas kesehatan maupun Puskesmas diutamakan


untuk penanggulangan COVID-19. Dana DAK-NF yang diberikan
kepada Puskesmas pun tidak dapat terealisasikan oleh karena
kebijakan penundaan survei akreditasi di Puskesmas.

c) Setelah penerbitan SE Menteri Kesehatan Nomor 133 Tahun 2022


tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Bidang Pelayanan
Kesehatan dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan, kegiatan
akreditasi FKTP belum dapat dilakukan karena kebijakan-kebijakan
yang diperlukan untuk penerapan akreditasi masih dalam proses
penetapan. Perubahan kebijakan-kebijakan tersebut merupakan

40
penyesuaian dengan program transformasi sistem kesehatan yang
sedang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan.

d) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang


Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Tranfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi pada triwulan 4 tahun 2022,
sehingga kegiatan terkait akreditasi FKTP yang dilaksanakan baru
pada tahap diseminasi atau sosialiasi.

e) Pada tahun 2022, lembaga penyelenggara akreditasi belum


ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

f) Pada tahun 2022, tarif survei akreditasi belum ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.

12) Usulan Pemecahan Masalah

Adanya permasalah tersebut maka perlu dilakukan upaya pemecahan


masalah yaitu:

a) Mempercepat NSPK terkait Revisi Permenkes Nomor 46 tentang


Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter
dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.

b) Percepatan penyiapan regulasi pendukung penerapan kembali


kebijakan akreditasi FKTP:

i. Percepatan Penetapan Kepmenkes tentang Standar Akreditasi.

ii. Tarif survei akreditasi.

iii. Instrumen akreditasi.

iv. Kurikulum dan modul pelatihan surveyor akreditasi.

v. Penetapan Lembaga Penyelenggara Akreditasi.

c) Alokasi anggaran kepada dinas kesehatan maupun Puskesmas untuk


membantu pembiayaan akreditasi Puskesmas.

41
13) Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan atau
Peningkatan/Penurunan Kinerja serta alternatif solusi yang telah
dilakukan

Kegagalan pencapaian target disebabkan oleh penghentian sementara


survei akreditasi FKTP, sehingga tidak ada FKTP yang diakreditasi pada
tahun 2022.

a) Revisi Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi


Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi menjadi Permenkes Nomor 34
Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, Unit Tranfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri
Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.

b) Percepatan penetapan Kepmenkes tentang standar akreditasi


puskesmas. Untuk standar akreditasi klinik sudah ditetapkan.

c) Percepatan penetapan tarif survei akreditasi.

d) Percepaatan penetapan instrumen akreditasi puskesmas. Instrumen


akreditasi klinik sudah ditetapkan.

e) Percepatan penetapan kurikulum dan modul pelatihan surveyor


akreditasi FKTP.

f) Penetapan Lembaga Penyelenggara Akreditasi melalui Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/32/2023 tentang
Lembaga Penyelenggaraan Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat,
Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Tranfusi Darah, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.

g) Sosialisasi kepada pemerintah daerah terkait regulasi pelaksanaan


akreditasi dan upaya peningkatan mutu di FKTP melalui kegiatan
workshop, lokakarya, bimbingan teknis yang terkait topik-topik dalam
standar akreditasi seperti:

• Permenkes nomor 30 tahun 2022 tentang Indikator Nasional Mutu


termasuk tentang registrasi fasilitas pelayanan kesehatan baik
secara daring maupun luring.

42
• Desiminasi Analisis Hasil Pelaporan Indikator Nasional Mutu dan
Insiden Keselamatan Pasien di FKTP.

h) Menguatkan upaya pembinaan mutu secara terpadu yang dilakukan


oleh Dinas Kesehatan Kab/ Kota dengan melibatkan seluruh program
yang ada di Dinas Kab/ Kota dengan pemantauan dari Dinas
Kesehatan provinsi.

i) Upaya penguatan Tim Peningkatan Mutu Dinas Kesehatan Kab/ Kota


melalui berbagai sumber dana baik APBN, Dana Dekonsentrasi dan
DAK Non Fisik.

14) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

{Pagu
Pagu
Capaian Awal*(Capaian
Awal*(Capaian Realisasi
IKP Pagu Awal Output/Target Output/Target
Output/Target Anggaran
Output*100% Output*100%)} /
Output*100%)
Pagu Awal

Persentase
FKTP 1,121,405,000 0.71 790,590,525 1,067,089,036 (0.25)
Terakreditasi

Mengacu pada perhitungan efisiensi sesuai penyajian Laporan Kinerja


KemenPANRB, rumus untuk efisiensi sumber daya adalah:

Efisiensi = % Realisasi Kinerja -% Realisasi Anggaran


Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, maka
diperoleh nilai efisiensi indikator FKTP Terakreditasi sebesar -25% yang
berarti terjadi inefisiensi sebesar 25% pada pencapaian indikator FKTP
terakreditasi.

15) Analisis Program/Kegiatan yang Mendukung Pencapaian


Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja
Program-program yang dilakukan untuk mendukung pencapaian target
kinerja indikator persentase FKTP Terakreditasi adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan NSPK Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar
Percepatan Penyusunanan NSPK mendorong kesiapan penerapan
kembali akreditasi FKTP sesuai dengan SE Menteri Kesehatan No.
133 Tahun 2022.
2. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

43
Pengembangan aplikasi INM dan IKP di FKTP, Pertemuan analisis
hasil pelaporan INM dan IKP di FKTP, dan Diseminasi Analisis Hasil
Pelaporan INM dan IKP di FKTP mendukung kesiapan penerapan
kembali akreditasi FKTP sesuai dengan SE Menteri Kesehatan No.
133 Tahun 2022.

3. Lokakarya Peningkatan Mutu


Lokakarya peningkatan mutu yang diselenggarakan sekaligus dengan
sosialisasi kebijakan yang baru terbit yaitu Permenkes No. 34 tahun
2022 tenyang akreditasi untuk Puskesmas, Klinik, TPMD,
laboratorium kesehatan dan Unit Tranfusi Darah, mendukung
kesiapan penerapan kembali akreditasi FKTP sesuai dengan SE
Menteri Kesehatan No. 133 Tahun 2022.
4. Pembinaan Penyelenggaraan Akreditasi di FKTP
Kegiatan pembinaan penyelenggara akreditasi di FKTP yang
dilakukan di beberapa wilayah yang dilaksanakan melalui focus group
discussion, pemaparan materi serta telusur terhadap fasilitas,
mendukung kesiapan penerapan kembali akreditasi FKTP sesuai
dengan SE Menteri Kesehatan No. 133 Tahun 2022.

c. Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam


mendukung pelaksanaan program prioritas (Dit. PKP)
1) Definisi Operasional
Puskesmas di kawasan perkotaan yang membina dan memiliki perjanjian
kerjasama dengan FKTP lain (klinik pratama, praktek mandiri dokter atau tenaga
kesehatan lainnya) dibawah pengawasan dinas kesehatan kabupaten/kota. Klinik
pratama dan praktek mandiri dokter yang dimaksud adalah yang telah
bekerjasama dengan BPJS sampai Desember 2021.

2) Cara Perhitungan
Jumlah kumulatif Puskesmas di kawasan perkotaan yang telah memiliki perjanjian
kerjasama dengan FKTP lain (klinik pratama,praktek mandiri dokter, atau tenaga
kesehatan lainnya) dalam mendukung program prioritas nasional (TB, Hipertensi
dan DM) pada akhir tahun berjalan dibagi dengan jumlah semua puskesmas di
kawasan perkotaan dikali 100.

44
3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target
Dalam rangka meningkatkan peran fasilitas pelayanan kesehatan primer milik
swasta dalam pelayanan program prioritas bagi masyarakat, Pemerintah dan
pemerintah daerah mendorong Puskesmas agar melakukan kerja sama serta
kolaborasi dengan FKTP lain dalam mendukung pelayanan program prioritas (TB, DM
dan Hipertensi). Maka dari itu Kementerian Kesehatan berupaya menyusun pedoman
yang diperlukan sebagai acuan pelaksanaan program integrasi pelayanan Puskesmas
dengan FKTP lainnya, termasuk menyediakan pedoman/juknis dalam rangka
keberhasilan program. Pemerintah pusat juga melakukan sosialisasi dan advokasi
kepada pemerintah daerah melalui dinas kesehatan di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota dalam rangka memperoleh dukungan program/kegiatan serta
mengupayakan dukungan dana dari Pusat melalui dana dekonsentrasi atau
pembiayaan lainnya.

4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target


Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian target, yaitu
a. Regulasi dan Kebijakan Kolaborasi dan Integrasi Puskesmas dan FKTP Lain
Tujuan dari kegiatan ini adalah mempersiapkan draft pedoman regulasi dan kebijakan
yang akan digunakan sebagai acuan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk
melaksanakan kolaborasi dan integrasi Puskesmas dan FKTP Lain. Puskesmas
diharapkan dapat mengoptimalkan perannya sebagai koordinator kesehatan di
wilayah kerja sehingga dapat melakukan kolaborasi serta integrasi Puskesmas dan
FKTP lainnya, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Workshop Penguatan Integrasi Puskesmas dan FKTP Lainnya
Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan rancangan konsep Model
Implementasi Kolaborasi dan Intervensi Program Prioritas di Puskesmas dengan
pelibatan FKTP sehingga dapat melakukan kolaborasi serta integrasi Puskesmas
dan FKTP lainnya. Penyelenggaraan integrasi pelayanan kesehatan di layanan
primer pada dasarnya sudah dilaksanakan di Puskesmas akan tetapi pelibatan dan
peran serta FKTP lainnya terutama FKTP swasta belum dilakukan dengan optimal
sehingga perlu dilakukan penataan kembali integrasi pelayanan Kesehatan di FKTP
sebagai bentuk penguatan pelayanan kesehatan primer dengan pelibatan FKTP
swasta.
c. Model Implementasi Kolaborasi dan Intervensi Program Prioritas dengan
Pelibatan FKTP

45
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menilai kesiapan implementasi Kolaborasi dan
Intervensi Program Prioritas di Puskesmas dengan Pelibatan FKTP (Tindak Lanjut
Hasil Kunjungan Keluarga dengan Model Integrated Quality of Care). Kegiatan
terdiri dari pertemuan sosialisasi, pelaksanaan assesment pra uji coba,
pelaksanaan uji coba rancangan konsep, pertemuan evaluasi hasil uji coba dan
diseminasi hasil uji coba. Adapun kegiatan uji coba implementasi tersebut
dilaksanakan di 6 lokasi, yaitu Kabupaten Deli Serdang, Kota Pekanbaru,
Kabupaten Solok, Kabupaten Kendal, Kota Madiun, dan Kota Makassar.
d. Verifikasi, Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka melakukan pemantauan kelengkapan dan
kesesuaian persyaratan pada klinik dan praktik mandiri tenaga kesehatan yang
melakukan permohonan perizinan. Hal ini bertujuan agar FKTP lain yang menjadi
mitra kerja sama Puskesmas memiliki izin resmi dan telah teregistrasi dalam
database nasional melalui aplikasi SIM-GOS. Kegiatan pembinaan ditujukan
kepada pemerintah daerah agar berperan aktif untuk melakukan pengawasan
terhadap klinik dan praktik mandiri tenaga kesehatan terkait hal perizinan dan
registrasi.

Regulasi dan Kebijakan Kolaborasi dan Integrasi Puskesmas dan FKTP Lain

46
Workshop Penguatan Integrasi Puskesmas dan FKTP Lainnya

Model Implementasi Kolaborasi dan Intervensi Program Prioritas dengan


Pelibatan FKTP

Verifikasi, Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP

Gambar 3.8 Verifikasi Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP
5) Pencapaian Kinerja
Target capaian kinerja indikator Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi
dengan FKTP lain dalam mendukung pelaksanaan program prioritas di tahun 2022

47
adalah sebesar 20% dari jumlah Puskesmas di wilayah perkotaan. Berdasarkan data
yang diperoleh dari BPJS Kesehatan terkait Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(PROLANIS) dan Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) terdapat 603 Puskesmas
wilayah perkotaan yang telah berkolaborasi dengan FKTP lain sehingga diperoleh
realisasi indikator sebesar 20,1%. Maka dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja untuk
indikator Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain adalah
100%.

Target dan Realisasi Indikator


2022
Indikator Target Realisasi Capaian
(%)

Persentase puskesmas yang melakukan 20 20,1 100


kolaborasi dengan FKTP lain dalam
mendukung pelaksanaan program
prioritas

Tabel 3.7 Distribusi Jumlah Puskesmas yang Bekerja Sama dengan FKTP Lain dalam
Pelaksanaan Program Prioritas

No. Provinsi Jumlah Puskesmas

1 Aceh 10

2 Sumatera Utara 35

3 Sumatera Barat 18

4 Riau 11

5 Jambi 3

6 Sumatera Selatan 31

7 Bengkulu 0

8 Lampung 14

9 Kep. Bangka Belitung 3

10 Kepulauan Riau 10

11 DKI Jakarta 79

12 Jawa Barat 138

13 Jawa Tengah 62

48
14 DI Yogyakarta 18

15 Jawa Timur 70

16 Banten 33

17 Bali 13

18 Nusa Tenggara Barat 4

19 Nusa Tenggara Timur 1

20 Kalimantan Barat 7

21 Kalimantan Tengah 3

22 Kalimantan Selatan 7

23 Kalimantan Timur 10

24 Kalimantan Utara 0

25 Sulawesi Utara 1

26 Sulawesi Tengah 6

27 Sulawesi Selatan 9

28 Sulawesi Tenggara 1

29 Gorontalo 2

30 Sulawesi Barat 0

31 Maluku 0

32 Maluku Utara 0

33 Papua Barat 1

34 Papua 3

Total 603

6) Analisa Capaian Kinerja


Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1557 Tahun 2022 tentang Data Pusat Kesehatan
Masyarakat Teregistrasi Semester I Tahun 2022, jumlah Puskesmas di kawasan
perkotaan adalah sebanyak 3014 unit. Jumlah kumulatif Puskesmas di kawasan
perkotaan yang telah memiliki perjanjian kerja sama dengan FKTP lain dalam
mendukung program prioritas nasional (TB, Hipertensi dan DM) adalah sebanyak 603
Puskesmas. Berdasarkan data-data tersebut, maka capaian IKP tahun 2022 adalah
jumlah kumulatif Puskesmas di kawasan perkotaan yang telah memiliki perjanjian kerja

49
sama dengan FKTP lain dalam mendukung program prioritas nasional (603
Puskesmas) dibagi Jumlah Puskesmas kawasan perkotaan (3014 Puskesmas), dikali
100%, sama dengan 20,1%, dan telah memenuhi target yang ditetapkan untuk tahun
2022.
Grafik 3.7 Jumlah Puskesmas yang Bekerja Sama dengan FKTP Lain dalam
Melaksanakan Program Prioritas

7) Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja


Target capaian kinerja indikator Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi
dengan FKTP lain dalam mendukung pelaksanaan program prioritas di tahun 2022
adalah sebesar 20% dari jumlah Puskesmas di wilayah perkotaan. Pada tahun 2022
terdapat 603 Puskesmas wilayah perkotaan yang telah berkolaborasi dengan FKTP
lain sehingga diperoleh realisasi indikator sebesar 20,1%.
2022
Indikator
Target Realisasi
Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan 20 20,1
FKTP lain dalam mendukung pelaksanaan program
prioritas

8) Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja dengan Realisasi dan Capaian


Beberapa Tahun Terakhir
Adanya perubahan struktur dan organisasi tata kerja di lingkungan
Kementerian Kesehatan sesuai dengan Permenkes Nomor 5 Tahun 2022
menyebabkan terjadinya perubahan indikator pada unit teknis sejalan dengan
terbitnya Permenkes Nomor 13 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2020-2024. Salah satu indikator yang baru ditetapkan pada tahun 2022

50
adalah “Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam
mendukung pelaksanaan program prioritas” sehingga pada indikator tersebut tidak
dapat dilakukan perbandingan realisasi dan capaian kinerja tahun 2022 dengan
tahun sebelumnya.
2020 2021 2022
Realisas Capaia Realisas Capaia Realisas Capaia
Indikator
i n i n i n
(%)
Persentase - - - - 20,1 100
puskesmas
yang
melakukan
kolaborasi
dengan
FKTP lain
dalam
mendukung
pelaksanaa
n program
prioritas

9) Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Target Jangka Menengah


Kegiatan yang mendukung realisasi kinerja tahun 2022 telah terlaksana dan telah
memenuhi target yang ingin dicapai yaitu sebesar 20,1%. Jika dibandingkan dengan
target indikator tahun 2022 dan 2024 pada dokumen Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024, maka capaian Persentasae puskesmas yang
melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam mendukung pelaksanaan program
prioritas diprediksi akan berjalan on track sampai tahun 2024.
2022 2024
Indikator
Realisasi Target
Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan 20,1 80
FKTP lain dalam mendukung pelaksanaan program
prioritas

10) Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Standar Nasional


Belum ada data pembanding secara nasional terkait jumlah Puskesmas yang
berkolaborasi dengan FKTP lain dalam mendukung program prioritas sehingga tidak
dapat dilakukan perbandingan realisasi kinerja.

11) Permasalahan

51
a. Kegiatan-kegiatan belum tersosialisasi dengan baik, sehingga kurang mendapat
dukungan dari lintas program dan lintas sektor terkait
b. Pelaksanaan kegiatan terhambat karena adanya revisi DIPA yang baru selesai
pada bulan Juli 2022 dan adanya SOTK baru menyebabkan jadwal pelaksanaan
kegiatan tertunda karena menunggu pembentukkan tim kerja dan pembagian
tugas.
c. Belum optimalnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi integrasi Puskesmas
dengan FKTP lain
d. Belum tersedianya sistem informasi yang dapat digunakan untuk pelaporan
integrasi Puskesmas dengan FKTP lain

12) Upaya Pemecahan Masalah


a. Sosialisasi dan bimbingan teknis tentang integrasi Puskesmas dengan FKTP lain
kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Kegiatan akan dilaksanakan dari awal tahun sehingga diharapkan seluruh
rencana kerja kegiatan dapat dicapai.
c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang optimal dengan melibatkan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Fasilitasi dan koordinasi dalam mendukung pengembangan sistem informasi di
FKTP

13 ) Analisis Penyebab Keberhasilan Kinerja


Tercapainya target indikator Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi
dengan FKTP lain dalam mendukung pelaksanaan program prioritas pada tahun
2022 disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
a. Ketersediaan alokasi anggaran
b. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan
c. Adanya kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

14) Efisiensi Sumber Daya


Efisiensi sumber daya yang sudah dilakukan berdasarkan alokasi kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung capaian target adalah sebesar 11,42% dengan
rincian perhitungan sebagai berikut.

Rumus Efisiensi Sumber Daya


3 𝑥 (5/4) − 6
𝑥 100%
3

52
Capaian Output
Alokasi Realisasi
No. Indikator Target Realisasi
Anggaran Anggaran
Indikator Indikator
1 2 3 4 5 6
Persentase
puskesmas
yang
melakukan
kolaborasi
dengan
1. Rp1.375.608.000 20% 20,1% Rp1.225.444.978
FKTP lain
dalam
mendukung
pelaksanaan
program
prioritas

Upaya-upaya efisiensi sumber daya yang telah dilakukan antara lain:


a. Melaksanakan kegiatan secara daring sehingga terjadi efisiensi biaya
penyelenggaraan kegiatan menjadi lebih efisien karena kegiatan daring tidak
memerlukan biaya paket meeting fullday/fullboard dan transportasi.
b. Sumber daya manusia yang terlibat sebagai panitia kegiatan menjadi lebih sedikit
sehingga dapat dialihkan untuk pelaksanaan kegiatan yang lain.
c. Waktu menjadi lebih efisien karena kegiatan secara daring dapat berlangsung lebih
singkat jika dibandingkan dengan pertemuan luring.

15) Analisis program yang menunjang keberhasilan


a. Regulasi dan Kebijakan Kolaborasi dan Integrasi Puskesmas dan FKTP Lain
Penyusunan pedoman integrasi Puskesmas dengan FKTP lain diharapkan dapat
memberikan acuan yang akan digunakan untuk melaksanakan kolaborasi dan integrasi
Puskesmas dengan FKTP Lain
b. Workshop Penguatan Integrasi Puskesmas dan FKTP Lainnya
Dengan terlaksananya workshop ini maka daerah lokus ujicoba dapat pemahaman
untuk pelaksanaan konsep Model Implementasi Kolaborasi dan Intervensi Program
Prioritas di Puskesmas dengan pelibatan FKTP sehingga dapat melakukan kolaborasi
serta integrasi Puskesmas dengan FKTP lainnya

53
c. Model Implementasi Kolaborasi dan Intervensi Program Prioritas dengan Pelibatan
FKTP
Kegiatan ini terdiri dari pertemuan sosialisasi, pelaksanaan assesment pra uji coba,
pelaksanaan uji coba rancangan konsep, pertemuan evaluasi hasil uji coba dan
diseminasi hasil uji coba sehingga diperoleh masukan terkait pedoman apakah
mampu dilaksanakan dengan baik
d. Verifikasi, Pengawasan dan Pembinaan Perizinan dan Registrasi FKTP
Kegiatan ini sebagai bentuk pembinaan kepada pemerintah daerah dan fasilitas
pelayanan kesehatan agar berperan aktif untuk melakukan registrasi klinik dan
praktik mandiri tenaga kesehatan sehingga diperoleh data klinik dan praktik mandiri
tenaga kesehatan yang akan berintegrasi dengan Puskesmas di wilayahnya.

d. Persentase fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi Sarana Prasarana


dan Alat (SPA) sesuai standar (Dit. Fasyankes)

Perubahan UUD 1945 Pasal 28 Bagian H ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang
berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian Pasal 34 ayat (3), bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 19
menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya
kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau. Di dalam pedoman survey Akreditasi
Rumah Sakit tercantum bahwa Pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan minimal
60% dari standar yang ditetapkan dan di inputkan pada Aplikasi Sarana, Prasarana Dan Alat
Kesehatan (ASPAK).

1) Definisi Operasional

Persentase rumah sakit dan laboratorium kesehatan pemerintah yang sudah memiliki
izin operasional yang memiliki SPA sesuai standar.

Pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan


minimal 60% dari standar yang ditetapkan dan di inputkan
pada Aplikasi Sarana, Prasarana Dan Alat Kesehatan
(ASPAK).
Pedoman Survey Akreditasi Rumah Sakit

54
2) Cara Perhitungan
Perhitungan persentase jumlah rumah sakit dan laboratorium kesehatan pemerintah
memiliki izin operasional yang memiliki SPA minimal 60% kelengkapan ASPAK dibagi
jumlah rumah sakit pemerintah memiliki izin operasional.

3) Rencana Aksi yang Dilakukan Untuk Mencapai Target


a. Target
Target tahun 2022 sebanyak 90% fasyankes rujukan milik pemerintah memiliki
SPA sesuai standar.
b. Strategi Pelaksanaan
➢ Pelaksana Kegiatan
Penanggung jawab dari indikator ini adalah Tim Kerja Standarisasi Alat
Kesehatan, Tim Kerja Sarana Prasarana Fasyankes Rujukan dan Tim Kerja
Sarana Prasarana Fasyankes Lainnya.
➢ Metode Pelaksanaan
Pencapaian indikator fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi
sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar dengan cara mengolah data
pemenuhan SPA RS dan Laboratorium di dalam ASPAK
➢ Jenis Kegiatan
Jenis Kegiatan untuk dapat mencapai target indikator fasyankes rujukan milik
pemerintah yang memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
dilaksanakan melalui:

- Monitoring dan Supervisi Pemenuhan Standar SPA dan Diinstruksikan


Fokus Lokus RS Rujukan Nasional, Regional dan Provinsi
Monitoring dan Supervisi Pemenuhan Standar SPA dan Diinstruksikan Fokus
Lokus RS Rujukan Nasional, Regional dan Provinsi dilaksanakan dengan
kunjungan langsung ke RS dan menganalisis data ASPAK terutama digunakan
untuk menganalisa data SPA RS yang layak mendapatkan Bantuan
Pemerintah (BanPer untuk layanan unggulan Kanker, Jantung, Stroke dan Uro-
Nefro serta KIA), selain itu monitoring dan evaluasi juga dilaksanakan melalui
analisis usulan dana DAK Fisik Bidang Kesehatan untuk RS Rujukan Nasional,
Regional dan Provinsi. Dasar analisis selain dari data ASPAK juga dengan
melakukan kontak ke rumah sakit bersangkutan untuk memastikan kebenaran
dalam pengisiannya. Standar pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat RS

55
sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengacu standar SPA rumah sakit
serta standar akreditasi baik nasional maupun internasional.

4) Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target


- Melakukan pertemuan zoom meeting secara kontinu dan berkala untuk memantau
capaian pemenuhan SPA di RS untuk melakukan pembahasan terkait capaian
ketersediaan sarana, prasarana, alkes dalam ASPAK. Hal teknis tentang pengisian
data ASPAK, kendala yang dialami serta solusi yang bisa digunakan.
- Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi secara langsung ke RS UPT Vertikal dan
RSUD dengan menggunakan Instrumen monev berupa form tarikan data ASPAK,
dilakukan pengecekan bagian mana yang belum dilakukan update data dengan
baik. Dibandingkan dengan inventaris yang dimiliki RS. Dibandingkan juga dengan
usulan kegiatan yang telah dilaksanakan melalui DAK.
Monev RS Vertikal

Monev RSUD

Gambar 3.9 Monev Vertikal dan RSUD

56
5) Pencapaian Kinerja

96% Rumah Sakit dan Laboratorium Kesehatan milik pemerintah telah memenuhi
sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar. Berdasarkan data ASPAK per 31
Desember 2022 dari 738 Rumah Sakit milik pemerintah yang telah memiliki SPA diatas
60% sebanyak 663 Rumah Sakit dan untuk SPA Laboratorium Kesehatan yang telah
memenuhi SPA sesuai standar sebanyak 48 Labkes. Pencapaian kinerja ini tidak
dapat dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, karena indikator dan
target ini merupakan indikator dan target yang tercantum pada renstra baru yang mana
tidak terdapat indikator dan target di renstra sebelumnya.

6) Analisa Pencapaian Kinerja

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2022, 96% RS milik Pemerintah Daerah


telah memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar yaitu 663 RS milik
pemerintah daerah dari Total 738 RS telah memenuhi 60% kelengkapan sarana,
prasarana dan alat sesuai dengan standar sesuai data ASPAK per 31 Desember 2022.
Persentase kelengkapan sarana, prasarana dan alat kesehatan (SPA) dihitung
berdasarkan kelengkapan masing-masing komponen dengan kumulatif proporsi yaitu
50% untuk sarana, 20% untuk prasarana dan 30% untuk alat . Pencapaian indikator
tersebut dihitung berdasarkan jumlah RS yang memiliki hasil persentase kumulatif
kelengkapan sarana, prasarana dan alat kesehatan (SPA) yang sebesar ≥ 60%
dibanding dengan seluruh RS Umum milik Pemerintah.

7) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Target Capaian
No Indikator Target
2022 2022

1 Persentase fasyankes rujukan milik


pemerintah yang memenuhi Sarana
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai 90% 96%
standar

8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

57
Capaia
Target Capaian
No Indikator Target n
2022 2022
2021
1 Persentase fasyankes rujukan milik
pemerintah yang memenuhi Sarana
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai 90% 96% 0%
standar

9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024) yang terdapat dala

Target Capaia
No Indikator Target 2024 n
2022 2023
2022
1 Persentase fasyankes
rujukan milik pemerintah yang
90% 95% 100% 96%
memenuhi Sarana Prasarana
dan Alat (SPA) sesuai standar

Pada tahun anggaran 2022 target indikator Persentase fasyankes rujukan milik
pemerintah yang memenuhi Sarana Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar dapat
dicapai, dimana targetnya sebesar 90% dan capaian tahun anggaran 2022 sebesar
96%. Hal ini terjadi karena cara perhitungan dalam menghitung capaian indicator tidak
memasukan Laboratorium sebagai denominator. Untuk mencapai target tahun 2024
perlu dorongan lebih besar dalam melakukan pemenuhan SPA di Laboratorium,
karena data perhitungan untuk laboratorium jika dimasukan kedalam perhitungan akan
membuat capaian menjadi turun.

10) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional


Pencapaian dan target indicator ini tidak dapat dibandingkan dengan standar nasional,
karena tidak terdapat standar nasional.

11) Permasalahan
- Tingkat kepatuhan dan keaktifan RS dalam pengisian ASPAK yang masih belum
optimal, petugas ASPAK RS tidak rajin dalam melakukan updating data.
- Isian data ASPAK menjadi syarat dalam pengusulan anggaran DAK.

58
- Masih banyak Labkesda yang belum terdaftar di dalam aplikasi ASPAK dari 259
Labkesda Kab/Kota/Provinsi, baru terdaftar sebanyak 48 Labkesda yang mengisi
ASPAK dengan baik dan benar.
- Kurangnya SDM di Laboratorium Kesehatan Daerah untuk penginputan aplikasi
ASPAK, karena setelah pandemi covid-19, baru menjadi perhatian pemerintah daerah
12) Pemecahan Masalah
- Perlu dilaksanakan advokasi dan sosialisasi yang terus menerus pada pimpinan Dinas
Kesehatan Daerah dalam setiap pertemuan dan kunjungan tentang pentingnya
pengisian data ASPAK
- Pelaksanaan Bimbingan Teknis dan Monitoring Evaluasi ASPAK secara berkala untuk
setiap wilayah di Indonesia secara daring dan melaporkan capaian pemenuhan SPA
setiap Provinsi
- Membuka ruang konsultasi baik menggunakan Whatsapp ataupun secara daring
- Beberapa kegiatan yang telah dimasukan ke dalam Tahun Anggaran 2023 untuk
menunjang perhitungan pemenuhan indikator komponen Lab yaitu dengan melakukan
Penyusunan Modul Dashboard ASPAK, Sosialisasi dan Advokasi serta Monitoring dan
Evaluasi terhadap Laboratorium Kesehatan.
- Dalam setiap kegiatan terkait Laboratorium Kesehatan memasukkan materi terkait
ASPAK.
- Dalam Petunjuk Teknis Survei Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, Unit Tranfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi. Untuk Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, Unit Tranfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi yang mengajukan usulan survey akreditasi salah
satu persyaratannya adalah terdapat bukti pengisian ASPAK yang telah terupdate
100%.

13) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja


serta alternative solusi yang telah dilakukan

Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian indikator yang mencapai target
yaitu:
a. Adanya dukungan dari kementerian dan lembaga terkait lainnya, berupa
pendampingan teknis
b. Advokasi dan sosialisasi yang terus menerus pada pimpinan dinas kesehatan
daerah dalam setiap pertemuan dan kunjungan tentang pentingnya pengisian data

59
ASPAK, pelaksanaannya berupa pemantauan data ASPAK dan memberikan
laporan data ASPAK pada daerah yang masih rendah
c. Adanya keterikatan pengisian data ASPAK dengan pengusulan anggaran
d. Adanya bimbingan dan komunikasi secara langsung maupun jarak jauh terhadap
pemenuhan SP
e. Keaktifan RS dalam pengisian dan updating data ASPAK secara kontinu dan
berkala

14) Efisiensi Sumber Daya

Dari total pagu yang dialokasikan untuk melakukan pencapaian indikator


persentase Fasyankes Rujukan yang memenuhi SPA sesuai standar sebesar Rp.
2.022.984.850.000,- dapat dilakukan realisasi sebesar Rp. 1.942.926.458.577,- atau
sebesar 96% dari total pagu. Berikut rincian penggunaannya:
- Pagu Monitoring dan Evaluasi Pemenuhan SPA RS sebesar Rp 614.367.000,-
dan nilai penyerapan anggaran sebesar Rp. Rp.37.436.040,- atau 6% dari total
pagu
- Pagu kegiatan Pembinaan dan pengawalan Pemenuhan Prasarana dan Alat
Labkes dan UTD dialokasikan sebesar Rp 300.000.000,- dalam
pelaksanaannya anggaran yang diserap sebesar Rp. 282.549.030,- atau 94%
dari total pagu.
- Pagu kegiatan RSUD yang akan dilakukan pembinaan teknis dalam rangka
pelaksanaan pemenuhan SPA Sesuai standar (Monitoring dan Supervisi
pemenuhan standar SPA dan diinstruksikan fokus lokus RS Rujukan Nasional,
Regional dan Provinsi) sebesar Rp. 340.000.000,- kemudian dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut anggaran yang diserap sebesar Rp
285.508.100,- atau 84% dari total pagu.
- Pagu Kegiatan Bantuan Pemerintah Alat Kesehatan Layanan Unggulan (PEN)
alokasi sebesar Rp.2.021.730.483.000,- dan dalam pelaksanaannya anggaran
diserap sebesar Rp. 1.942.320.965.407,- atau 96% dari total pagu.

Sehingga jika di lihat berdasarkan rumus efisiensi maka pada tahun anggaran 2022
Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan melakukan efisiensi sebesar 11% dalam
penggunaan anggaran untuk melakukan pencapaian target indikator ini..

15) Analisa Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan atau kegagalan


pencapaian kinerja
Kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam upaya pencapaian target indikator:

60
- Membandingkan isian ASPAK dengan usulan kegiatan melalui DAK.
Dampaknya terhadap indikator adalah dengan membandingkan data isian
ASPAK dengan usulan kegiatan maka focus pemenuhan SPA adalah pada apa
yang belum tersedia, jika SPA tersebut masih tersedia dan jumlahnya sudah
sesuai standar maka usulan tidak dapat disetujui.
- Dalam rangka pelaksanaan ketercapaian inputan data ASPAK Labkesda yang
masih rendah, pada tahun 2022 telah dilakukan berbagai upaya antara lain
mengadvokasi dan mensosialisasikan Aplikasi ASPAK, namun karena
perhatian pemerintah daerah terhadap Labkesda masih kurang, sehingga hal
tersebut masih kurang optimal.
- Untuk dapat mencapai inputan data dalam Aplikasi ASPAK telah dilakukan
koordinasi dengan Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan agar memasukkan
Aplikasi ASPAK sebagai syarat dalam pelasanaan Akrediatasi Laboratorium
Kesehatan.
- Dengan masuknya ASPAK sebagai syarat tersebut, diharapkan dapat
berdampak positif terhadap peningkatan ketercapaian inputan ASPAK Labkes
ditambah dengan kegiatan-kegiatan advokasi yang terus mendorong
pemerintah daerah khususnya Labkesda agar konsisten mengisi dan
mengudate ASPAK
- Memodifikasi kegiatan untuk dilakukan secara daring seperti kegiatan
Monitoring Capaian Pemenuhan SPA untuk RS milik Pemerintah Daerah
maupun RSUP Vertikal
- Memodifikasi pelayanan dengan mengoptimalkan pertemuan secara virtual,
WA Group, Konsultasi/temu langsung ke Direktorat Fasyankes.
- Membuat media pembelajaran berupa video klip tatacara input, update dan
validasi serta pemanfaatan data ASPAK untuk proses perencanaan.

Kegiatan yang belum dilaksanakan dalam pencapaian indicator :


- Membandingkan dengan pemenuhan melalui pendanaan lain seperti APBD,
hibah dll. Dampak terhadap indikator adalah dalam proses pemenuhan SPA
sesuai standar, daerah sangat bergantung terhadap dana DAK, maka perlu
dilakukan solusi agar dari pihak pemerintah daerah dapat juga melakukan
pemenuhan SPA sesuai standar menggunakan instrument pendanaan lainnya.

e. Persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas (Dit. PKR)
1) Definisi Operasional
Persentase rumah sakit penyelenggara salah satu dari 9 layanan prioritas yang
melaporkan audit medis

61
2) Cara Perhitungan
Jumlah rumah sakit penyelenggara salah satu dari 9 layanan prioritas yang melaporkan
audit medik dibagi total jumlah rumah sakit penyelenggara salah satu dari 9 layanan
prioritas dikali 100

3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target


● Pertemuan Koordinasi Program Audit Klinis di Rumah Sakit
Pertemuan koordinasi diperlukan untuk mengkoordinasikan program audit klinis di rumah
sakit yang perlu diperkuat dan dikembangkan serta meningkatkan pemahaman mengenai
regulasi dan pedoman yang terkait audit klinis rumah sakit.
● Workshop Hasil Audit Medis Nasional
Setelah dilakukan rapat koordinasi, maka dilakukan workshop hasil audit yang melibatkan
Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan, lintas sektor dan lintas program, dan organisasi
profesi terkait, dengan peserta yang terdiri dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan,
organisasi profesi, lintas sektor dan program di Kementerian Kesehatan serta rumah sakit.
● Pembahasan Hasil Audit Medis
Pembahasan Hasil Audit Medis dilaksanakan peserta yang terdiri dari Direktorat
Pelayanan Kesehatan Rujukan, Organisasi profesi, lintas sektor dan program di
Kementerian Kesehatan serta rumah sakit.
● Pembinaan Teknis Audit Klinis di Rumah Sakit
Untuk pembinaan terhadap rumah sakit dalam implementasi audit klinis di Rumah Sakit
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Audit Klinis di Rumah Sakit.
● Monitoring evaluasi

4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target


● Pertemuan Koordinasi Program Audit Klinis di Rumah Sakit
Pertemuan koordinasi diperlukan untuk mengkoordinasikan program audit klinis di rumah
sakit yang perlu diperkuat dan dikembangkan serta meningkatkan pemahaman mengenai
regulasi dan pedoman yang terkait audit klinis rumah sakit. Kegiatan yang sudah
dilakukan adalah :
● Sosialisasi Juknis Audit medik/klinis di RS Vertikal serta koordinasi teknis
implementasi pelaksanaan audit medik/klinik nasional tahun 2022 di RS Vertikal
antara lain:
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo , RSUP Persahabatan, RS Anak dan Bunda Harapan
Kita Jakarta ,RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ,RS Kanker Dharmais
Jakarta ,RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta ,RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr.

62
Mahar Mardjono Jakarta ,RSUP Fatmawati,RS Ketergantungan Obat Jakarta,RS Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta,RSUP Dr. Sitanala Tangerang,RS Jiwa DR. H. Marzoeki
Mahdi Bogor,RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor,RSUP Dr. Hasan
Sadikin,RS Mata Cicendo Bandung,RS Paru dr. H.A. Rotinsulu Bandung,RSUP Dr.
Kariadi Semarang,RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten,RSUP Surakarta,RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta,RS Jiwa Prof. Dr.
Soerojo Magelang,RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga,RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang,RSUP Sanglah Denpasar,RSUP DR. M. Djamil Padang,RS Otak DR. Drs. M.
Hatta Bukittinggi,RSUP H. Adam Malik Medan,RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang,RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang,RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar,RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar,RS Mata Makassar,RSUP dr. Johannes
Leimena Ambon,RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,RSUP Ratatotok Buyat
Kabupaten Minahasa Tenggara
● Pertemuan Pembahasan Topik dan kriteria audit medik/klinis pada 9 layanan
prioritas pada RS Pengampu 9 layanan prioritas meminta RS pengampu
melakukan audit sesuai dengan topik dan kriteria yang telah ditetapkan
● Pembahasan Hasil Audit Medis
Melakukan audit klinis/medis nasional pada 9 layanan prioritas dan layanan kekhususan
lainnya di seluruh RS vertikal Kemenkes dengan bimbingan RS pengampu 9 layanan
prioritas.
Daftar RS vertikal yang melaporkan audit medis:
1. RS Pusat Otak Nasional
2. RSUP Dr. Kariadi Semarang
3. RSUP dr Ciptomangunkusumo
4. RSUP DR. M. Djamil Padang
5. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
6. RSUP Dr. Hasan Sadikin
7. RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
8. RSUP Fatmawati
9. RSUP Sanglah Denpasar
10. RS Kanker Dharmais
11. RSUP H. Adam Malik Medan
12. RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta
13. RS Jantung Harapan Kita
14. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
15. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
16. RS Sulianti saroso

63
17. RSUP Dr. Sitanala Tangerang
18. RSUP Ratatotok Buyat Kabupaten Minahasa Tenggara
19. RS Persahabatan
20. RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor
21. RSUP Surakarta
22. RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga

5) Pencapaian Kinerja
Audit medis/klinis dalam sasaran program adalah persentase RS yang melaporkan audit
medis pada 9 penyakit prioritas. Adapun target IKP Tahun 2022 adalah 10%. Hasil
pencapaian IKP tahun 2022 sebanyak 6,47%.

Tabel 3.8 Topik dan Kriteria Audit Medis 9 Layanan Prioritas Tahun 2022

KRITERIA AUDIT
TOPIK Kriteria Audit Proses Kriteria Audit Proses Kriteria Audit Output
Diagnosis Tatalaksana Klinis
Diberikan Trombolisis
dengan rtPA (Alteplase)
Dilakukan Pemeriksaan
dosis 0,9 mg/kg atau Pasien pulang dalam
CT scan 30 menit sejak
0.6 mg/kg (kecuali > 4 kondisi hidup
Stroke masuk RS
jam dari onset)
Iskemik

Dilakukan Pemeriksaan Diberikan antiplatelets


LOS < 7 hari (kecuali ada
Gula Darah Sewaktu dan/atau antikoagulan
komplikasi LOS < 8.5 hari)
saat masuk
Dilakukan pemeriksaan
Penyaki fungsi ginjal, Perbaikan kondisi klinis
t Ginjal penghitungan eGFR dan Tatalaksana Anemia yang berkaitan dengan
Tahap pemeriksaan kimia komplikasi PGTA
Akhir darah
Dengan Dilakukan pemeriksaan Dilakukan terapi
Indikasi USG selama perawatan pengganti ginjal Perbaikan parameter
TPG kecuali telah dilakukan hemodialisis maksimal laboratoris
pemeriksaan 1 x 48 jam, kecuali pada

64
sebelumnya tidak lebih RS yang dapat
dari 6 bulan melakukan

Diberikan terapi untuk


kontrol metabolic yaitu
Dilakukan pengkajian Diberikan perawatan glukosa darah, HB, lipid
PEDIS* kaki komprehensif dan albumin kecuali tidak
DM Tipe mengalami salah satu
2 gangguan metabolik kontrol
dengan Diberikan terapi untuk
ulkus kontrol metabolic yaitu
ganggre glukosa darah, HB, lipid
n Dilakukan pemeriksaan dan albumin kecuali Tidak diamputasi (mayor
ankle brachial index tidak mengalami salah atau minor)
satu gangguan
metabolik control

Perdarahan berhenti
Dilakukan pemeriksaan
Diberikan obat secara klinis (tidak ada
darah perifer lengkap,
vasoaktif (somatostatin) hematemesis atau melena)
PT, APTT dan fibrinogen
Sirosis saat pulang
hati Dilakukan pemeriksaan
dengan Esofagogastrodeudenos
perdara kopy dan dilakukan Diberikan komponen
han endoskopi terapeutik darah (PRC, Trombosit
HB >10mg/dl saat pulang
Varises dalam bentuk ligase atau FFP) dengan
varises dan injeksi indikasi*
cyano akrilat

Karsino Penetapan stadium


Dilakukan mastektomi
ma sesuai dengan c TNM Tercatat follow-up post
dalam waktu kurang
Payudar sebelum pengobatan operasi 3 bulan, 6 bulan
dari 5 minggu sejak
a melalui pemeriksaan dan 1 tahun pertama
penegakan diagnosis
(stadiu foto thorax, USG kecuali belum 3 bulan
berdasarkan c TNM
m I, II, abdomen, dan bone operasi
system
IIIA) survey/bone scan

65
Diberikan kemoterapi
dengan regimen CMF
atau CAF atau CEF
Dilakukan pemeriksaan
atau golongan taxane. Tidak ada limfedema pada
imunohistokimia :
Subtipe Luminal A pd sisi operasi
ER,PR, HER2 dan KI67
stadium I, II, dan IIIa
tidak diberikan
kemoterapi
Diberikan antibiotik
profilaksis
menggunakan sefazolin
Indikasi SC sesuai
2x1 gram (1 gram IV 1 Waktu rawat < 3 hari
Seksio pedoman POGI
jam sebelum sayatan
Sesarea
dan 1 gram saat
elektif
operasi)
Dilakukan pemeriksaan
Dilakukan operasi Dilakukan Inisiasi Menyusu
hemostasis
dalam anestesi regional Dini

Dilakukan penilaian Dilakukan VTP Tidak ada kejadian HIE dari


usaha nafas pada Bayi sebelum usia 1 menit pemeriksaan skoring
baru lahir (60 detik) Thomson
Asfiksia
Dilakukan Pemberian
Neonat
Dilakukan penilaian alat bantu nafas
orum Bayi tidak meninggal akibat
APGAR score (menit ke- dengan ventilator
asfiksia
1 hingga menit ke-5) kecuali bayi yang
bernafas spontan
Dilakukan pemeriksaan
Revaskularisasi
EKG 10 menit sejak
menggunakan agen LOS < 5 hari kecuali killip III
STEMI pasien dengan keluhan
fibrinolitik atau dan IV
nyeri dada datang di IGD
intervensi koroner

66
perkutan primer kecuali
onset > 12 jam

Intervensi koroner
perkutan primer dengan
door to ballon ≤ 90
Ditetapkan stratifikasi menit kecuali pada Pasien tidak meninggal
berdasarkan kelas killip infark onset > 12 jam dunia di RS
atau post fibrinolitik
(failed atau rescuepci)

Pemberian cairan
DHF Pemeriksaan darah rutin kristaloid (NaCl 0,9% Length of stay (LOS) < 5
Dewasa (DR) minimal 1x/hari atau RL) minimal 500 hari
cc/8 jam
Pemeriksaan IgG dan
Pemeriksaan tanda Tidak ada dengue shock
IgM DHF minimal di hari
vital minimal 3x/hari syndrome (DSS)
ke5 demam
Diberikan pemberian
Dilakukan pemeriksaan
terapi OAT dalam
sputum BTA 2x atau Konversi BTA pada bulan
bentuk lepasan atau
TCM (Tes cepat 2-3*-6/8 bulan pengobatan
KDT (kombinasi Dosis
molekuler)
Tetap)
TB paru Gejala TB baik respirasi
maupun sistemik
Dilakukan pencatatan
Dilakukan pemeriksaan menghilang (batuk
di Sistem Informasi TB
anti HIV berkurang, demam
(SITB)
menghilang, nafsu makan
membaik

6) Analisa Capaian Kinerja


Hasil capaian kinerja sebesar 6,47 % dari target 10% dengan catatan berikut
Numerator nya adalah 22 RS Vertikal yang telah melaporkan audit medis.
Denominator (340 RS sesuai KMK Pengampuan Stroke):
RS khusus pengampu 9 layanan prioritas = 7 RS
RS strata paripurna = 22 RS
RS strata utama = 34 RS

67
RS strata madya = 277 RS
Target tidak tercapai (persentase realisasi ketercapaiannya 64,7%) karena SK
pengampuan Stroke baru diterbitkan pada akhir Desember 2022.

7) Permasalahan
SK pengampuan baru diterbitkan pada akhir Desember 2022
Terkait sistem informasi, sedang dalam proses pembuatan tools pelaporan audit
medik/klinis melalui aplikasi yang difasilitasi oleh Setditjen Yankes

8) Upaya Pemecahan Masalah


Perlu dilakukan diseminasi hasil audit medis/klinis 9 layanan prioritas sebagai upaya untuk
evaluasi dalam pelaksanaan audit medis/klinis.
Rutin melakukan koordinasi dengan Setditjen Yankes terkait proses pembuatan tools
pelaporan audit medis
Sosialisasi dan mendorong RS Pengampu dan RS diampu (sesuai KMK Stroke) untuk
melaporkan audit medis

10) Efisiensi Sumber Daya


Sumber daya pada tim saat ini sudah mencukupi karena SDM yang tersedia sudah sesuai
dengan kompetensi dan dapat bekerja secara tim.
Analisis efisiensi

Pagu Capaian Pagu Realisas {Pagu


Awal Output/Tar Awal*(Capai i Awal*(Capaia
get an Anggara n
Output*100 Output/Targe n Output/Target
% t Output*100%)
Output*100% } / Pagu Awal
)

6,47 366.107. 9,83


556.389. 3.599.836.83 933
000 0

68
Efisiensi output program sebesar 9,83 % yang dihitung dari alokasi anggaran sebesar
Rp. 556.389.000 dikali capaian output sebesar 6,47, dikurangi realisasi anggaran
sebesar Rp. 366.107.933 dibagi alokasi anggaran sebesar Rp. 556.389.000 dikali 100%.

10) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja Program

Realisasi Kinerja
Indikator Kinerja Targe Realisa %
t si Realisasi
1 Persentase RS yang melaporkan 10 % 6,47 % 64,7 %
audit medis pada 9 penyakit prioritas
Untuk indikator kinerja ini , target capaian indikator tahun 2022 sebesar 10% dengan
realisasi kinerja sebanyak 6,47%. Realisasi tersebut belum tercapai sesuai dengan target
tahun 2022.

11) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Realisasi 2020 Realisasi 2021 Realisasi 2022


N/A N/A 6,47%

Dikarenakan perubahan Renstra terbaru di 2022 maka belum ada pembanding dengan
capaian kinerja tahun lalu

12) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024)
Target 2024 Realisasi 2022
RPJMN
N/A 6,47%

Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan

13) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional


Target Nasional Realisasi 2022

69
N/A 6,47%

Tidak ada karena indikator ini merupakan indikator nasional

14) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan


Adanya komitmen dari berbagai stakeholder terkait dan organisasi profesi serta organisasi
perumah sakitan yang terlibat dalam mendukung program pemerintah ini

15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan


Pertemuan Koordinasi Program Audit Klinis di Rumah Sakit dan pembahasan hasil audit
medis

f. Jumlah RS rujukan nasional sesuai standar (Dit. PKR)


1) Definisi Operasional
RS rujukan nasional adalah RS yang ditetapkan menjadi pengampu dalam program
jejaring layanan prioritas strata utama dan paripurna

2) Cara Perhitungan
RS rujukan nasional yang telah ditetapkan memenuhi kriteria sebagai RS pengampu
untuk strata utama dan paripurna

3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target


● Rapat Koordinasi Identifikasi Kesiapan RS
● Pertemuan Identifikasi Kesiapan RS
● Monev Identifikasi Kesiapan RS
● Penetapan Stratifikasi Pelayanan
● Pembinaan Teknis sesuai Pelayanan Pengampuannya

4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target


● Menyusun peraturan perundangan yang menetapkan nama rumah sakit jejaring
dan target stratanya
● Membuat standar pelayanan sesuai strata masing-masing
● Meningkatkan strata rumah sakit sesuai target strata yang ditetapkan meliputi:
● Pemenuhan sumber daya manusia khususnya dokter spesialis
● Pemenuhan alat kesehatan dan sarana prasarana
● Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

70
● Bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk membantu pemenuhan sumber
daya di rumah sakit wilayahnya

5) Pencapaian Kinerja
Transformasi layanan rujukan termasuk 6 pilar transfomasi kesehatan. Salah satu di
dalamnya adalah program baru mengenai rumah sakit jejaring layanan penyakit prioritas.
Rumah sakit jejaring ini dibagi dalam strata-strata dari dasar hingga paripurna. Strata
dasar pada umumnya meliputi layanan dasar dan skrining penyakit dan strata paripurna
memiliki layanan tertinggi hingga tata laksana penyakit yang modern dan komprehensif.
Program sebelumnya mengenai rumah sakit rujukan nasional diintegrasikan dengan
program rumah sakit jejaring layanan penyakit prioritas. Rumah sakit yang stratanya lebih
rendah akan merujuk ke rumah sakit yang stratanya lebih tinggi sesuai kemampuan
masing-masing layanan penyakit prioritas.
Sehubungan dengan transformasi kesehatan pada layanan rujukan, salah satu
indikatornya adalah jumlah RS rujukan nasional sesuai standar. Dari target 42 RS sesuai
Renstra telah tercapai sebanyak 46 RS seperti pada tabel berikut

3.9 Tabel Daftar Rumah Sakit Rujukan Nasional

No Rumah Sakit No Rumah Sakit

1 RSUPN dr Cipto Mangunkusumo 24 RSUD Saiful Anwar

2 RS PON Prof. Dr. dr. Mahar 25 RSUD Kab Tangerang


Mardjono

3 RS Kanker Dharmais 26 RSUD Arifin Achmad

4 RSJPD Harapan Kita 27 RSUD Raden Mattaher

5 RSAB Harapan Kita 28 RSUD M. Yunus

6 RSUP Persahabatan 29 RSUD Dr. (HC) Ir. Soekarno

7 RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso 30 RS Paru dr H A Rotinsulu Bandung

8 RS Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi 31 RS Paru Gunawan Partowidegdo


Cisarua

71
9 RSUP Fatmawati 32 RSUD Doris Sylvanus

10 RSUP Dr. Kariadi 33 RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga

11 RSUP Dr. Sardjito 34 RSUD NTB

12 RSUP Dr. Hasan Sadikin 35 RSUD dr. Sudarso

13 RSUP Dr. Adam Malik 36 RSJ Aceh

14 RSUP Dr. M. Djamil 37 RS Jiwa Dr. Soeharto Heerjan

15 RSUP Dr. M. Hoesin 38 RSJ Prof. Dr. Soerojo

16 RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah 39 RSJD Dr. Amino Gondohutomo

17 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo 40 RSJD Dr. RM. Soedjarwadi

18 RSUP Prof. Dr. Kandou 41 RSJ dr Radjiman Wediodiningrat

19 RSUD Zainoel Abidin 42 RSJ Provinsi Bali

20 RSUD Abdul Wahab Sjahranie 43 RSKD Dadi Provinsi Sulawesi


Selatan

21 RSUD Dr. Moewardi 44 RSJ Duren Sawit

22 RSUD Ulin 45 RSJ Grhasia

23 RSUD Dr Soetomo 46 RSJD Surakarta

6) Analisa Capaian Kinerja


Hasil capaian kinerja sebesar 46 RS pengampu strata paripurna dan utama dari target 42
RS.
Indikator tercapai melebihi target dengan persentase realisasi ketercapaiannya 109,52%

7) Permasalahan
● Anggaran pemerintah pusat cukup terbatas

72
● Masalah redistribusi dokter spesialis. Sumber daya manusia khususnya dokter
spesialis yang masih terpusat di Pulau Jawa karena kondisi daerah yang masih
kurang mengakomodir kebutuhan para dokter
● Produksi dokter spesialis yang terbatas mulai dari jumlah kuota penerimaan serta
jumlah universitas penyelenggara
● Pemerintah daerah kurang mendukung dalam program rumah sakit jejaring yaitu
kurangnya anggaran pendapatan daerah dan kurangnya prioritas daerah di bidang
kesehatan
● Perencanaan dan komitmen yang kurang dari para manajemen rumah sakit untuk
mengintegrasikan layanannya dengan program rumah sakit jejaring ini
● Pembiayaan yang terbatas hingga tidak dapat meng-cover biaya pelayanan
tertentu oleh jaminan kesehatan nasional
● Belum adanya sistem informasi mengenai layanan rujukan yang mendukung
program ini terutama dalam hal mapping pendataan kondisi secara real time
rumah sakit di setiap provinsi
● Kurang aktifnya Rumah sakit pengampu dalam melihat kondisi rumah sakit diampu
dan melakukan kegiatan pengampuan

8) Upaya Pemecahan Masalah


● Kajian dan perhitungan ulang tarif jaminan kesehatan nasional agar bisa
mengakomodir pembiayaan pelayanan khususnya yang terkait layanan penyakit
prioritas
● Kebijakan dan pengawasan yang tegas mengenai produksi dan redistribusi dokter
spesialis ke daerah untuk mengisi rumah sakit jejaring.
● Pengembangan sistem informasi yang mendukung program rumah sakit jejaring.
Sistem informasi yang dapat menggambarkan situasi kondisi tiap rumah sakit di
seluruh provinsi. Informasi diantaranya minimal mencakup strata existing, jumlah
dan jenis sumber daya manusia, jumlah dan jenis alat kesehatan, dan jenis
pelayanan
● Meningkatkan kesadaran pemerintah daerah dan manajemen rumah sakit serta
menggerakkan rumah sakit pengampu dalam mendukung program ini. Dapat
dikembangkan sistem reward and punishment bagi rumah sakit dan pemerintah
daerah.

9) Efisiensi Sumber Daya


Kondisi tim kerja transformasi saat ini dalam melaksanakan program rumah sakit jejaring
layanan penyakit prioritas masih jauh dari ideal. Adapun hal yang perlu diperbaiki adalah:

73
Tata Kelola kerja dan manajemen tim harus ditingkatkan agar efektif dan efisien.
Diperlukan perencanaan dan penyusunan konsep sebelum melaksanakan kegiatan
Penyimpanan dan pengolahan data masih dilakukan secara manual. Belum ada sistem
informasi yang mendukung proses penyediaan/ penyimpanan data yang memiliki risiko
kesalahan, hilang dan tidak update. Proses manual ini membuat beban pekerjaan
bertambah. Maka diperlukan sistem informasi yang mendukung pendataan RS jejaring.
Diperlukan koordinasi lintas direktorat secara rutin sebab program ini membutuhkan
kolaborasi internal dengan unit terkait di luar satuan kerja yaitu dengan Ditjen Nakes dan
Direktorat Fasyankes. Selama tahun 2022 masih cenderung berjalan masing-masing
sehingga kurang terarah dengan baik
Analisis efisiensi

Pagu Awal Capaian Pagu Realisasi {Pagu


Output/Target Awal*(Capaian Anggaran Awal*(Capaian
Output*100% Output/Target Output/Target
Output*100%) Output*100%)} /
Pagu Awal

1,09 40,507,656,920 2,32


37.162.988.000 17.474.200.701

Efisiensi output program sebesar 2,32 % yang dihitung dari alokasi anggaran sebesar
Rp37.162.988.000 dikali capaian output sebesar 1,09, dikurangi realisasi anggaran sebesar
Rp. 17.474.200.701 dibagi alokasi anggaran sebesar Rp. 37.162.988.000 dikali 100%.

10) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja Program


Realisasi Kinerja
Indikator Kinerja
Target Realisasi % Realisasi
1 Jumlah RS rujukan nasional sesuai 42 RS 46 RS 109,52 %
standar

Untuk indikator kinerja ini , target capaian indikator tahun 2022 sebesar 42 RS dengan realisasi
kinerja sebanyak 46 RS. Realisasi tersebut tercapai sesuai dengan target tahun 2022.

11) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

74
Realisasi 2020 Realisasi 2021 Realisasi 2022
N/A N/A 46 RS

Dikarenakan perubahan Renstra terbaru di 2022 maka belum ada pembanding dengan
capaian kinerja tahun lalu

12) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024)
Target 2024 RPJMN Realisasi 2022
N/A 46 RS

Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan

13) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional


Target Nasional Realisasi 2022
N/A 46 RS

Tidak ada karena indikator ini merupakan indikator nasional

14) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan


Perencanaan dan komitmen yang kurang dari para manajemen rumah sakit untuk
mengintegrasikan layanannya dengan program rumah sakit jejaring ini. Serta, kurang aktifnya
Rumah sakit pengampu dalam melihat kondisi rumah sakit diampu dan melakukan kegiatan
pengampuan. Maka diperlukan peningkatan kesadaran pemerintah daerah dan manajemen
rumah sakit serta menggerakkan rumah sakit pengampu dalam mendukung program ini.
Dapat dikembangkan sistem reward and punishment bagi rumah sakit dan pemerintah daerah.

15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan


Menyusun peraturan perundangan yang menetapkan nama rumah sakit jejaring dan target
stratanya
Membuat standar pelayanan sesuai strata masing-masing
Meningkatkan strata rumah sakit sesuai target strata yang ditetapkan

75
g. Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4 ( Dit. PKR)
1) Definisi Operasional
Jumlah RS Vertikal BLU di lingkup Ditjen Pelayanan Kesehatan dengan kompetensi strata
4 (paripurna) yang menjadi pengampu pelayanan minimal satu dari 9 penyakit prioritas
dan pelayanan jiwa

2) Cara Perhitungan
Jumlah RS Vertikal BLU di lingkup Ditjen Pelayanan Kesehatan dengan kompetensi strata
4 (Paripurna) yang menjadi pengampu pelayanan minimal 1 dari 9 penyakit prioritas dan
pelayanan jiwa dibagi jumlah seluruh RS Vertikal BLU dikali 100

3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target


● Rapat Koordinasi Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Pertemuan Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Monev Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Penetapan Stratifikasi Pelayanan termasuk RS Vertikal
● Pembinaan Teknis sesuai Pelayanan Pengampuannya termasuk RS Vertikal

4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target


● Pemenuhan alat kesehatan dan sarana prasarana sesuai kebutuhan dan standar
pelayanan
● RS Vertikal diarahkan membuat rencana strategi bisnis yang diintegrasikan
dengan program ini
● Kerja sama dengan rumah sakit luar negeri sebagai upaya peningkatan pelayanan
● Koordinasi dengan Direktorat Tenaga Kesehatan, kolegium, dan perhimpunan
profesi dalam upaya peningkatan kompetensi seperti penyelenggaraan fellowship
dan rumah sakit pendidikan
5) Pencapaian Kinerja
Peran Rumah sakit vertikal sangat penting dalam melaksanakan program rumah sakit
jejaring layanan penyakit prioritas khususnya sebagai pengampu rumah sakit yang
diampu. Kemampuan rumah sakit vertikal berbeda-beda berdasarkan standar stratifikasi
pelayanan. Indikator ini memberikan gambaran seberapa besar persentase rumah sakit
vertikal yang sudah memiliki kemampuan pelayanan paripurna di 9 layanan penyakit
prioritas. Dengan target 7%, pada tahun 2022 realisasi sebesar 58,82%

76
Tabel 3.10 Daftar RS Vertikal BLU Strata 4

No Rumah Sakit No Rumah Sakit

1 RSUP Nasional Dr. Cipto 11 RSUP Fatmawati Jakarta


Mangunkusumo Jakarta

2 RSUP Dr. Kariadi Semarang 12 RSUP H. Adam Malik Medan

3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 13 RS Kanker Dharmais Jakarta

4 RSUP Dr. Hasan Sadikin 14 RS Jantung dan Pembuluh Darah


Bandung Harapan Kita Jakarta

5 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou 15 RS Anak dan Bunda Harapan Kita


Manado Jakarta

6 RSUP Dr. M. Djamil Padang 16 RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr.
Mahar Mardjono Jakarta

7 RSUP Prof. Dr. I. G. N. G 17 RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti


Ngoerah Denpasar Saroso Jakarta

8 RSUP Dr. Mohammad Hoesin 18 RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga


Palembang

9 RSUP Dr. Wahidin 19 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung


Sudirohusodo Makassar

10 RSUP Persahabatan Jakarta 20 RS Paru Dr. M. Goenawan


Partowidigdo Cisarua Bogor

6) Analisa Capaian Kinerja


Hasil capaian kinerja sebesar 20 RS Vertikal dari 34 RS (dengan kompetensi strata 4
(Paripurna) yang menjadi pengampu pelayanan minimal 1 dari 9 penyakit prioritas dan
pelayanan jiwa) dari target 7 %
Indikator tercapai melebihi target dengan persentase realisasi ketercapaiannya 840,34%

77
7) Permasalahan
Beban kerja yang sangat tinggi di rumah sakit vertikal. Selain melakukan pelayanan
kesehatan, RS vertikal juga melaksanakan program pemerintah yang jumlahnya banyak
Jumlah sumber daya manusia di RS vertikal terbatas yang melaksanakan program
pemerintah
8) Upaya Pemecahan Masalah
Koordinasi intens dengan Kementerian Kesehatan agar program dan perencanaan
tersinkronisasi dengan baik
Beberapa program Kementerian Kesehatan yang beririsan harus disatukan agar beban
kerja RS vertikal dapat ditekan
9) Efisiensi Sumber Daya
Kondisi tim kerja transformasi saat ini dalam melaksanakan program rumah sakit jejaring
layanan penyakit prioritas masih jauh dari ideal. Adapun hal yang perlu diperbaiki adalah:
● Tata Kelola kerja dan manajemen tim harus ditingkatkan agar efektif dan efisien.
Diperlukan perencanaan dan penyusunan konsep sebelum melaksanakan
kegiatan
● Penyimpanan dan pengolahan data masih dilakukan secara manual. Belum ada
sistem informasi yang mendukung proses penyediaan/ penyimpanan data yang
memiliki risiko kesalahan, hilang dan tidak update. Proses manual ini membuat
beban pekerjaan bertambah. Maka diperlukan sistem informasi yang mendukung
pendataan RS jejaring.
● Diperlukan koordinasi lintas direktorat secara rutin sebab program ini
membutuhkan kolaborasi internal dengan unit terkait di luar satuan kerja yaitu
dengan Ditjen Nakes dan Direktorat Fasyankes. Selama tahun 2022 masih
cenderung berjalan masing-masing sehingga kurang terarah dengan baik

Tabel 3.11 Analisis Efisiensi Anggaran

Pagu Awal Capaian Pagu Realisasi {Pagu


Output/Target Awal*(Capaian Anggaran Awal*(Capaian
Output*100% Output/Target Output/Target
Output*100%) Output*100%)}
/ Pagu Awal

37.162.988.000 58,82 2,185,926,954,160 17.474.200.701 125,1

Efisiensi output program sebesar 125,01 % yang dihitung dari alokasi anggaran
sebesar Rp37.162.988.000 dikali capaian output sebesar 58,82, dikurangi realisasi anggaran

78
sebesar Rp. 17.474.200.701 dibagi alokasi anggaran sebesar Rp. 37.162.988.000 dikali
100%.
10) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja Program


Realisasi Kinerja
Indikator Kinerja
Target Realisasi % Realisasi
1 Persentase RS Vertikal BLU yang 7% 58,82 % 840,34 %
masuk strata 4

Untuk indikator kinerja ini , target capaian indikator tahun 2022 sebesar 7% dengan realisasi
kinerja sebanyak 58,82%. Realisasi tersebut tercapai sesuai dengan target tahun 2022.

11) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Realisasi 2020 Realisasi 2021 Realisasi 2022
N/A N/A 58,82%

Dikarenakan perubahan Renstra terbaru di 2022 maka belum ada pembanding dengan
capaian kinerja tahun lalu

12) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024)
Target 2024 RPJMN Realisasi 2022
N/A 58,82%

Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan

13) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional


Target Nasional Realisasi 2022
N/A 58,82%

14) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan


Beban kerja yang sangat tinggi di rumah sakit vertikal. Selain melakukan pelayanan
kesehatan, RS vertikal juga melaksanakan program pemerintah yang jumlahnya banyak
sehingga beberapa program Kementerian Kesehatan yang beririsan harus disatukan agar
beban kerja RS vertikal dapat ditekan

79
15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan
● Rapat Koordinasi Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Pertemuan Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Monev Identifikasi Kesiapan RS termasuk RS Vertikal
● Penetapan Stratifikasi Pelayanan termasuk RS Vertikal
Pembinaan Teknis sesuai Pelayanan Pengampuannya termasuk RS Vertikal
h. Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai kompetensi
rujukan 9 layanan prioritas (Dit. TKPK)

1) Definisi Operasional
Semula: Jumlah RS Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota,
TNI/Polri dan/atau swasta yang sudah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan di
34 Provinsi yang menyelenggarakan minimal satu dari 9 penyakit prioritas.
Menjadi: Jumlah RS Pendidikan milik pemerintah di 34 Provinsi yang
menyelenggarakan minimal 1 (satu) dari 9 layanan penyakit prioritas.

2) Cara Perhitungan
Jumlah RS Pendidikan milik pemerintah di 34 Provinsi yang menyelenggarakan
minimal 1 (satu) dari 9 layanan penyakit prioritas.

3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target


a. Mendorong rumah sakit yang sudah menyelenggarakan salah satu dari 9 layanan
penyakit prioritas menjadi RS Pendidikan

b. Bimbingan teknis dan penetapan rumah sakit yang sudah menyelenggarakan salah
satu dari 9 layanan penyakit prioritas menjadi RS Pendidikan

4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target


Koordinasi dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan sebagai pemegang
program 9 layanan penyakit prioritas untuk tindak lanjut pemetaan rumah sakit yang
sudah ditetapkan sebagai lokus penyelenggara 9 layanan penyakit prioritas untuk
mendapat bimbingan teknis penetapan RS Pendidikan.

80
5) Pencapaian Kinerja

Indikator Kinerja Program Target Capaian

Jumlah RS penyelenggara pendidikan yang mempunyai 34 RS 87 RS


kompetensi rujukan 9 layanan prioritas

Untuk indikator kinerja program “Jumlah RS penyelenggara pendidikan yang


mempunyai kompetensi rujukan 9 layanan prioritas” capaian target indikatornya sudah
melebihi target indikator sebesar 87 RS dari target yang ditetapkan sebanyak 34 RS.
6) Analisa Capaian Kinerja
Setelah diadakan koordinasi dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan,
didapatkan 87 rumah sakit yang telah menyelenggarakan salah satu dari 9 layanan
prioritas dan telah ditetapkan sebagai RS Pendidikan. Delapan puluh tujuh RS tersebut
diantaranya adalah:

Tabel 3.12 Daftar Rumah Sakit Salah Satu dari 9 Layanan Prioritas yang Ditetapkan Sebagai
RS Pendidikan

No Provinsi Nama Universitas Nama RS

1 DKI Jakarta Universitas Indonesia RS Anak dan Bunda Harapan


Kita

2 SULAWESI Universitas Halu Oleo RS Bahteramas Provinsi


TENGGARA Sultra

3 JAWA TIMUR Universitas Udayana RS Daerah Mangusada

4 DKI JAKARTA Universitas Indonesia RS Jantung dan Pembuluh


Darah Harapan Kita

5 DKI JAKARTA Universitas Indonesia RS Kanker Dharmais

81
6 DKI Jakarta Universitas Indonesia RS Penyakit Infeksi Prof. Dr.
Sulianti Saroso

7 SULAWESI Universitas Alkhairaat RS Umum Anutapura Palu


TENGAH

8 KALIMANTAN Universitas Mulawarman RS Umum Daerah Abdul


TIMUR Wahab Sjahranie

9 KALIMANTAN Universitas Mulawarman RS Umum Daerah Aji


TIMUR Muhammad Parikesit

10 JAWA BARAT Universitas Islam RS Umum Daerah Al Ihsan


Bandung Provinsi Jawa Barat

11 RIAU Universitas Riau RS Umum Daerah Arifin


Achmad

12 Jawa Tengah Universitas Gadjah Mada RS Umum Daerah Banyumas

13 KALIMANTAN Universitas Lambung RS Umum Daerah Brigjed H.


SELATAN Mangkurat Hasan Basry Kandangan

14 DKI JAKARTA UPN Veteran Jakarta RS Umum Daerah


Cengkareng

82
15 JAWA BARAT Universitas Kristen RS Umum Daerah Cibinong
Indonesia

16 JAWA TENGAH Universitas Jenderal RS Umum Daerah Cilacap


Soedirman

17 ACEH Universitas Malikussaleh RS Umum Daerah Cut Meutia


Kab. Aceh Utara

18 LAMPUNG Universitas Lampung RS Umum Daerah Dr H Abdul


Moeloek

19 SUMATERA Universitas Andalas RS Umum Daerah Dr.


BARAT Achmad Mochtar

20 JAWA BARAT Universitas YARSI RS Umum Daerah dr.


Chasbullah Abdulmadjid

21 KALIMANTAN Universitas Palangkaraya RS Umum Daerah Dr. Doris


TENGAH Sylvanus Palangka Raya

22 BANTEN Universitas YARSI RS Umum Daerah dr. Drajat


Prawiranegara

23 SUMATERA Universitas Sriwijaya RS Umum Daerah dr. H. M.


SELATAN Rabain Muara Enim

83
24 JAWA TIMUR Universitas RS Umum Daerah Dr. H.
Muhammadiyah Malang Slamet Martodirdjo
Pamekasan

25 JAWA TIMUR Universitas Brawijaya RS Umum Daerah Dr. Iskak


Tulungagung

26 Jawa Tengah Universitas Islam Sultan RS Umum Daerah dr.


Agung Semarang Loekmono Hadi

27 BENGKULU Universitas Bengkulu RS Umum Daerah Dr. M.


Yunus Bengkulu

28 JAWA TENGAH Universitas Sebelas RS Umum Daerah Dr.


Maret Moewardi Surakarta

29 SUMATERA Universitas Islam RS Umum Daerah Dr.


UTARA Sumatera Utara Pirngadi

30 JAWA TENGAH Universitas Islam Sultan RS Umum Daerah Dr.


Agung Semarang R.Soedjati Soemodiardjo

31 JAWA TIMUR Universitas Brawijaya RS Umum Daerah Dr. Saiful


Anwar

32 JAWA BARAT Universitas YARSI RS Umum Daerah dr. Slamet


Garut

84
33 JAWA TIMUR Universitas Negeri RS Umum Daerah Dr.
Jember Soebandi

34 KALIMANTAN Universitas Tanjungpura RS Umum Daerah Dr.


BARAT Soedarso Pontianak

35 JAWA TIMUR Universitas Islam RS Umum Daerah Dr.


Indonesia Soedono Madiun

36 JAWA TIMUR Universitas RS Umum Daerah Dr. Soegiri


Muhammadiyah Lamongan
Surabaya

37 JAWA TENGAH Universitas RS Umum Daerah dr. Soeselo


Muhammadiyah Slawi Kabupaten Tegal
Purwokerto

38 JAWA TIMUR Universitas Airlangga RS Umum Daerah Dr.


Soetomo

39 ACEH Universitas Syiah Kuala RS Umum Daerah Dr. Zainoel


Abidin

40 SUMATERA Universitas RS Umum Daerah Drs. H.


UTARA Muhammadiyah Amri Tambunan
Sumatera Utara

41 JAWA TIMUR Universitas Surabaya RS Umum Daerah Ibnu Sina


Kab. Gresik

85
42 BALI Universitas Pendidikan RS Umum Daerah Kab.
Ganesha Buleleng

43 JAWA TIMUR Universitas RS Umum Daerah Kab.


Muhammadiyah Malang Jombang

44 JAWA BARAT Universitas YARSI RS Umum Daerah


Kab.Bekasi

45 JAWA TIMUR Universitas Wijaya RS Umum Daerah Kabupaten


Kusuma Kediri

46 BANTEN Universitas Indonesia RS Umum Daerah Kabupaten


Tangerang

47 JAWA TIMUR Universitas Islam Malang RS Umum Daerah


Kanjuruhan Kepanjen Kab.
Malang

48 JAWA BARAT Universitas Trisakti RS Umum Daerah Karawang

49 BANTEN Universitas YARSI RS Umum Daerah Kota


Cilegon

50 RIAU Universitas Abdurrab RS Umum Daerah Kota


Dumai

51 NTB Universitas Islam Al RS Umum Daerah Kota


Azhar Mataram

86
52 DI YOGYAKARTA Universitas RS Umum Daerah Kota
Muhammadiyah Yogyakarta
Yogyakarta

53 JAWA TENGAH Universitas Wahid RS Umum Daerah KRMT


Hasyim Wongsonegoro

54 JAWA BARAT Universitas Padjadjaran RS Umum Daerah Majalaya

55 ACEH Universitas Abulyatama RS Umum Daerah Meuraxa

56 SUMATERA Universitas Baiturahmah RS Umum Daerah


BARAT Mohammad Natsir

57 JAWA TIMUR Universitas Wijaya RS Umum Daerah Nganjuk


Kusuma

58 JAWA TIMUR Universitas Brawijaya RS Umum Daerah Ngudi


Waluyo Wlingi

59 NTB Universitas Mataram RS Umum Daerah NTB

60 SUMATERA Universitas RS Umum Daerah


SELATAN Muhammadiyah Palembang Bari
Palembang

61 JAWA TENGAH Universitas Sebelas RS Umum Daerah Pandan


Maret Arang Boyolali

87
62 DI YOGYAKARTA Universitas RS Umum Daerah
Muhammadiyah Panembahan Senopati
Yogyakarta

63 DKI JAKARTA Universitas YARSI RS Umum Daerah Pasar


Rebo

64 JAWA TENGAH Universitas Jenderal RS Umum Daerah Prof Dr.


Soedirman Margono Soekarjo

65 JAWA TENGAH Universitas Islam Sultan RS Umum Daerah R. A.


Agung Kartini

66 JAWA BARAT Universitas RS Umum Daerah R.


Muhammadiyah Jakarta Syamsudin, SH

67 JAWA TENGAH Universitas Katolik RS Umum Daerah RAA


Soegijapranata Soewondo

68 JAMBI Universitas Jambi RS Umum Daerah Raden


Mattaher Jambi

69 KALIMANTAN Universitas Lambung RS Umum Daerah Ratu


SELATAN Mangkurat Zalecha

70 BALI Universitas Warmadewa RS Umum Daerah Sanjiwani


Gianyar

88
71 JAWA BARAT Universitas RS Umum Daerah Sayang
Muhammadiyah Jakarta

72 JAWA TIMUR Universitas Wijaya RS Umum Daerah Sidoarjo


Kusuma Surabaya

73 SUMATERA Universitas Sriwijaya RS Umum Daerah Siti


SELATAN Fatimah Provinsi Sumatera
Selatan

74 BALI Universitas Udayana RS Umum Daerah Tabanan

75 DKI JAKARTA Universitas Kristen Krida RS Umum Daerah Tarakan


Wacana

76 SULAWESI Universitas Muslim RS Umum Daerah Tenriawaru


SELATAN Indonesia Bone

77 JAWA TENGAH Universitas RS Umum Daerah Tidar


Muhammadiyah
Yogyakarta

78 KALIMANTAN Universitas Lambung RS Umum Daerah Ulin


SELATAN Mangkurat Banjarmasin

79 SULAWESI Universitas Tadulako RS Umum Daerah Undata


TENGAH Palu

80 BALI Universitas Udayana RS Umum Daerah Wangaya

89
81 DI YOGYAKARTA Universitas Gadjah Mada RS Umum Daerah Wates

82 JAWA TIMUR Universitas RS Umum Haji Provinsi Jawa


Muhammadiyah Malang Timur

83 NTT Universitas Nusa RS Umum Prof. Dr. WZ


Cendana Johanes

84 JAWA BARAT Universitas Padjadjaran RS Umum Pusat Dr. Hasan


Sadikin

85 JAWA TENGAH Universitas Diponegoro RS Umum Pusat Dr. Kariadi

86 SUMATERA Universitas Sriwijaya RS Umum Pusat Dr.


SELATAN Mohammad Hoesin
Palembang

87 SUMATERA Universitas RS Umum Pusat Dr. Rivai


SELATAN Muhammadiyah Abdullah
Palembang

7) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja Program Target Capaian

Jumlah RS penyelenggara pendidikan yang mempunyai 34 RS 87 RS


kompetensi rujukan 9 layanan prioritas

90
Untuk indikator kinerja program “Jumlah RS penyelenggara pendidikan yang
mempunyai kompetensi rujukan 9 layanan prioritas” capaian target indikatornya sudah
melebihi target indikator sebesar 87 RS dari target yang ditetapkan sebanyak 34 RS.
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir

IKP : Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan 2020 2021 2022


yang mempunyai kompetensi rujukan 9 layanan
prioritas

Realisasi Kinerja 0 0 1108565577

Capaian Kinerja 0 0 87

Tidak dapat dibandingkan dikarenakan direktorat tata kelola yankes merupakan unit kerja
baru pada tahun 2022 termasuk indikator kinerja programnya.
9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024) yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis organisasi

IKP : Jumlah rumah sakit penyelenggara 2020 2021 2022 2023 2024
pendidikan yang mempunyai kompetensi
rujukan 9 layanan prioritas

Realisasi Kinerja 0 0 0 0 0

Target Jangka Menengah 0 0 0 0 0

Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan

91
10) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

IKP : Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai 2022


kompetensi rujukan 9 layanan prioritas

Realisasi Kinerja 0

Standar Nasional 0

Tidak ada yang dapat diperbadingkan antara realisasi kinerja tahun 2022 dengan
standar nasional

11) Permasalahan
Permasalahan yang terjadi adalah masih banyak RS yang menjadi lokus penyelenggara
layanan prioritas yang belum ditetapkan sebagai RS Pendidikan.

12) Upaya Pemecahan Masalah


Terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan guna mengatasi kendala dalam
pencapaian indikator, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Advokasi ke pemilik rumah sakit untuk menyetujui ditetapkan sebagai RS pendidikan
b. bimbingan teknis pemenuhan standar untuk ditetapkan sebagai RS Pendidikan

13) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja


serta alternatif solusi yang telah dilakukan
Untuk indikator kinerja program “ Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang
mempunyai kompetensi rujukan 9 layanan prioritas “ , secara capaian target indikator
telah tercapai sebanyak 87 Rumah Sakit bahkan melebihi target capaian program yang
ada di tahun 2022 sebesar 34 Rumah Sakit.
14) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

IKP Pagu Awal Capaian Pagu Awal*(Capaian Realisasi Anggaran {Pagu


Output/Tar Output/Target Awal*(Capaian
get Output*100%) Output/Target
Output*10 Output*100%)} /
0% Pagu Awal

Jumlah rumah sakit 1.776.502.000,00 2,56 4.545.755.117,65 1.108.565.577,00 1,93


penyelenggara pendidikan
yang mempunyai kompetensi
rujukan 9 layanan prioritas

92
Efisiensi output program “Jumlah rumah sakit penyelenggara pendidikan yang mempunyai
kompetensi rujukan 9 layanan prioritas” sebesar 1,93 % yang dihitung dari alokasi anggaran
sebesar Rp. 1.776.502.000 dikali capaian output sebesar 2,56 (capaian output sebesar 87 /
target output sebesar 34 dikali 100%) , dikurangi realisasi anggaran sebesar
Rp. 1.108.565.577 dibagi alokasi anggaran sebesar Rp. 1.776.502.000 dikali 100%.

15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun


kegagalan pencapaian pernyataan kinerja)
Kegiatan yang menunjang keberhasilan tercapainya indikator “Jumlah rumah sakit
penyelenggara pendidikan yang mempunyai kompetensi rujukan 9 layanan prioritas” adalah:
1. NSPK tentang RS Pendidikan

A.Penyusunan Draft NSPK tentang RS Pendidikan


Kegiatan penyusunan draft NSPK tentang RS Pendidikan dilaksanakan dengan
metode hybrid (daring dan luring). Jumlah peserta terdiri dari Biro Hukum, Biro
Keuangan, Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Tim Kerja Pengelolaan
Wahana Pendidikan dan RS Pendidikan, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia,
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, AFDOKGI, perwakilan Rumah
Sakit Pendidikan, perwakilan RSGM, perwakilan Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kedokteran Gigi, serta lintas program/sektor lainnya. Narasumber dalam pertemuan ini
berasal dari ARSPI, AIPKI, AFDOKGI, RS Pendidikan, FK, dan/atau FKG.
B.Pembahasan Draft NSPK tentang RS Pendidikan
Kegiatan pembahasan draft NSPK tentang RS Pendidikan dilaksanakan dengan
metode hybrid (daring dan luring). Peserta pertemuan yang terdiri dari Biro Hukum,
Biro Keuangan, Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Tim Kerja
Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RS Pendidikan, Asosiasi Rumah Sakit
Pendidikan Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, AFDOKGI,
perwakilan Rumah Sakit Pendidikan, perwakilan RSGM, perwakilan Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi, serta lintas program/sektor lainnya.
Narasumber dalam pertemuan ini berasal dari ARSPI, AIPKI, AFDOKGI, FK, dan/atau
FKG.
1. Penyusunan NSPK Academic Health System

Academic Health System (AHS) merupakan model kerjasama terintegrasi antara


Rumah Sakit Pendidikan, perguruan tinggi (Fakultas Kedokteran), wahana pendidikan
dan/atau pemerintah daerah dalam menyelenggarakan program pendidikan,
penelitian, pelayanan kesehatan dan pengabdian kepada masyarakat secara terpadu.

93
3. NSPK Sel Punca

A. Tujuan Dilaksanakannya Kegiatan


Tersusunnya peraturan dan standarisasi berbagai kegiatan yang menyangkut sel
punca, yang mencakup aspek mutu pelayanan, aspek sumber daya manusia, aspek
fasilitas, sarana serta prasarana, aspek pembiayaan, aspek administrasi manajemen,
dan aspek etik dan medikolegal
B. Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan NSPK Sel Punca
1) Pertemuan Penyusunan Draft Permenkes tentang Sel Punca
Kegiatan penyusunan dan pembahasan draft dilaksanakan dengan metode hybrid
(rapat dalam kantor) sebanyak 2 kali dengan jumlah peserta 25 Orang yang terdiri
dari Komite Sel Punca, Tim Kerja Hukum Setditjen Yankes, Direktorat Tata Kelola
Pelayanan Kesehatan. Narasumber dalam setiap kegiatan berjumlah dua orang
yang berasal dari Komite Sel Punca dan/atau RS/Lembaga yang sudah
menyelenggarakan pelayanan sel punca dan sel.
2) Pertemuan Pembahasan Draft Permenkes tentang Sel Punca
Kegiatan pembahasan draft dilaksanakan dengan metode hybrid (rapat dalam
kantor) sebanyak 1 kali dengan jumlah peserta 25 Orang yang terdiri dari Komite
Sel Punca, Tim Kerja Hukum Setditjen Yankes, Direktorat Tata Kelola Pelayanan
Kesehatan. Narasumber dalam setiap kegiatan berjumlah dua orang yang berasal
Komite Sel Punca dan RS/Lembaga yang sudah menyelenggarakan pelayanan sel
punca dan, sel.
3) Finalisasi Draft Permenkes tentang Sel Punca
Kegiatan finalisasi dilaksanakan dengan metode hybrid (rapat dalam kantor)
sebanyak 1 kali dengan jumlah peserta 25 Orang yang terdiri dari Komite Sel Punca,
Tim Kerja Hukum Setditjen Yankes, Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan.
Narasumber dalam setiap kegiatan berjumlah berjumlah dua orang yang berasal
Komite Sel Punca dan RS/Lembaga yang sudah menyelenggarakan pelayanan sel
punca dan sel.
4) Rapat Koordinasi Komite Sel Punca
Kegiatan dilaksanakan dengan metode hybrid (rapat dalam kantor) sebanyak 5
(lima) kali dengan jumlah peserta 23 Orang yang terdiri dari Komite Sel Punca, Tim
Kerja Hukum Setditjen Yankes, Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan.
Narasumber dalam setiap kegiatan berjumlah dua orang yang berasal Komite Sel
Punca dan RS/Lembaga yang sudah menyelenggarakan pelayanan sel punca dan
sel. Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam rangka koordinasi terkait program kerja

94
Komite Sel Punca pada tahun 2022 serta pembahasan isu terkini mengenai sel
punca.
5) Workshop Sel Punca
Kegiatan dilaksanakan dengan metode luring sebanyak satu kali dalam bentuk
fullboard meeting dengan jumlah peserta 36 Orang yang terdiri dari Komite Sel
Punca, Tim Kerja Hukum Setditjen Yankes, Direktorat Tata Kelola Pelayanan
Kesehatan. Narasumber dalam kegiatan berjumlah dua orang yang berasal Komite
Sel Punca dan RS/Lembaga yang sudah menyelenggarakan pelayanan sel punca
dan sel. Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas Komite
Sel Punca mengenai Pengembangan Pelayanan Sel Punca dan Sel di Indonesia.
6) Honorarium Komite Pengembangan Sel Punca dan Sel
Honorarium diberikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5679 Tahun 2021 tentang Komite Pengembangan Sel Punca dan
Sel. Komite Pengembangan Sel Punca dan Sel bertugas memberikan masukan dan
pertimbangan kepada Menteri dalam pengambilan kebijakan pengembangan sel
punca, dan sel, termasuk pembinaan dan pengawasan pelayanan bank jaringan
dan sel punca di fasilitas pelayanan kesehatan; berkoordinasi dengan instansi dan
lembaga terkait; memberikan rekomendasi pemberian dan pencabutan izin
pengembangan sel punca dan rekayasa jaringan di fasilitas pelayanan kesehatan;
membina etika dalam penelitian dan pelayanan sel punca dan rekayasa jaringan;
membentuk jejaring peneliti pada lembaga-lembaga penelitian berbasis
pelayanan/penyelenggaraan pelayanan sel punca dan rekayasa jaringan; membuat
laporan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan secara berkala kepada Menteri
paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun; dan membuat laporan kepada
Menteri pada akhir masa jabatannya. Honorarium diberikan berdasarkan Standar
Biaya Masukan Tahun 2022 kepada Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota
(20 orang) selama 5 bulan dari Agustus-Desember 2022.

4. Pembinaan dan Fasilitasi di RS Pendidikan

Pembinaan dan Fasilitasi di RS Pendidikan


A. Rapat Koordinasi Registri Data Rumah Sakit Pendidikan.
Registri data didalamnya memuat data umum dan data khusus terkait standar
rumah sakit pendidikan. Kegiatan dilaksanakan melalui rapat koordinasi dalam
bentuk hybrid dalam rangka persiapan pembuatan sistem informasi dan
Penyusunan Juknis Sistem informasi Registri Data RS Pendidikan. Rapat

95
Koordinasi Registri Data RS Pendidikan dilaksanakan dengan metode hybrid
sebanyak empat kali.
B. Bimbingan Teknis Pemenuhan Standar RS Pendidikan
Bimbingan Teknis dilaksanakan dalam bentuk metode daring dan luring.
Bimbingan Teknis dalam bentuk daring dilaksanakan sebagai tindak lanjut upaya
percepatan penetapan rumah sakit pendidikan yang dilaksanakan secara daring
berdasarkan wilayah (regional). Narasumber dalam kegiatan Bimbingan Teknis
dalam bentuk daring berasal dari ARSPI, AIPKI, AFDOKGI, ARSGMPI
sementara peserta terdiri dari Rumah Sakit, Rumah Sakit Gigi dan Mulut,
Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Kedokteran Gigi pada 34 Provinsi. Bimbingan
Teknis secara daring pada tanggal 7-21 April 2022 yang dilaksanakan pada 6
Wilayah AIPKI. Bimbingan teknis luring dilaksanakan ke 10 rumah sakit yang
telah menyelenggarakan fungsi pendidikan namun belum mengajukan
penetapan rumah sakit pendidikan. Bimbingan teknis dilakukan oleh tim yang
terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan
Indonesia, dan Asosiasi Ilmu Pendidikan Kedokteran Indonesia.
C. Monitoring dan Evaluasi RS Pendidikan
Dalam rangka monitoring dan evaluasi RS Pendidikan maka dilaksanakan
penyusunan instrumen dan hasil rekomendasi monitoring evaluasi.

1) Pelaksanaan program TRB di Rumah Sakit


Dalam rangka pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pelayanan
Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) sesuai dengan Bab VI dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2015. Kegiatan dilaksanakan dengan metode
hybrid dengan mengundang Biro Hukum, Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan
Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, PERFITRI, PERMIA/ISHE
dan lintas program/sektor terkait.
2) Pendampingan RS dalam pembentukan jejaring AHS
Pendampingan dalam rangka kerjasama jejaring AHS dilaksanakan dalam rangka
Pengembangan AHS dengan mengundang stake holder terkait. Kegiatan
dilaksanakan melalui Rapat Koordinasi (hybrid) dan Pendampingan dalam rangka
kerjasama jejaring AHS (luring). Rapat Koordinasi dilaksanakan sebanyak 3 kali
dalam rangka pembahasan NSPK AHS dan pendampingan dalam rangka
kerjasama jejaring AHS ke Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara,
Gorontalo, dan Maluku Utara.
3) Workshop Academic Health System

96
Academic Health System merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan
kesehatan terintegrasi antara RS Pendidikan, FK/FKG dan Dinas Kesehatan yang
berkomitmen meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pendidikan
tenaga kesehatan dan riset unggul dalam mendukung pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Tujuan workshop AHS ini adalah Dalam rangka peningkatan
pemahaman dan penguatan peran RS Pendidikan, FK/FKG, dan Dinas Kesehatan
dalam sistem kesehatan akademik untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
i. Persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu (Dit. MPK)

1) Definisi Operasional
Persentase fasyankes rujukan (RS, Laboratorium Kesehatan & UTD) yang
memenuhi standar mutu pelayanan kesehatan, meliputi perizinan,
registrasi akreditasi dan mencapai target minimal 80% indikator dari
seluruh INM yang wajib diukur oleh Fasyankes tersebut secara berkala,
didapat dari laporan yang lengkap dan berkala.

2) Cara Penghitungan
Cara menghitung dan mengukur indikator ini dengan menggunakan
baseline tahun 2018 sebesar 4.528 komposit dari Rumah Sakit
terakreditasi 2.813, Laboratorium Kesehatan terakrefitasi 1.487, dan Unit
Transfusi Darah yang terakreditasi 228.

Rumus Perhitungan Indikator ini adalah :

Jumlah kumulatif Fasyankes Rujukan yang


memenuhi standar mutu pelayanan kesehatan
Jumlah kumulatif fasyankes rujukan yang x 100%

teregistrasi di Kementerian Kesehatan


(Sesuai Baseline tahun 2018 : 4.528)

a. Recana Aksi untuk mencapai target


1) Melakukan transformasi penyelenggaraan akreditasi.
2) Menyusun Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria tentang mutu dan
akreditasi FKRTL.
3) Melakukan sosialisasi kebijakan mutu dan akreditasi FKRTL.

97
4) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kegiatan mutu dan
akreditasi FKRTL.
5) Meningkatkan pemantauan dan evaluasi terpadu di Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan.
6) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama lintas program dan lintas
sektor dengan Kementerian/Lembaga, Dinas Kesehatan, asosiasi
FKRTL, lembaga independen penyelenggara akreditasi, dan
pemangku kepentingan lain.
7) Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah serta pemilik
FKRTL untuk mendukung mutu dan akreditasi melalui komitmen dan
alokasi APBD, BLUD atau anggaran lain yang sah.
8) Melakukan penguatan peran Dinas Kesehatan dalam pembinaan
dan pengawasan mutu dan akreditasi FKRTL.
9) Mengembangkan sistem informasi data mutu dan akreditasi FKRTL
terintegrasi.
10) Memfasilitasi upaya peningkatan budaya mutu dan keselamatan
pasien.
11) Fasilitas peningkatan budaya mutu dan keselamatan pasien di
Laboratorium dan UTD
12) Penyusunan Norma, Standar, Prosedure dan Kriteria (NSPK) Mutu
dan Akreditasi Laboratorium dan UTD
13) Peningkatan kapasitas dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota
dalam penjaminan mutu pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.

b. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target


1) Penyusunan NSPK di FKRTL.
2) Penyempurnaan penyelenggaraan standar akreditasi di fasyankes
rujukan.
3) Pendampingan akreditasi di fasyankes rujukan.
4) Workshop keselamatan pasien dan manajemen risiko di fasyankes
rujukan.
5) Bimbingan teknis terkait pencapaian target INM dan pelaporan IKP
di fasyankes rujukan.

98
6) Pelatihan melatih Training of Trainers (ToT bagi calon surveyor
akreditasi RS, dan Labkes secara luring.

c. Pencapaian Kinerja
Indikator persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu
pelayanan kesehatan sebagai indikator komposit, terdiri atas:
1) Persentase RS terakreditasi
2) Presentase Laboratorium kesehatan terakteditasi
3) Persentase Unit Transfusi Darah (UTD) terakdtasi

Ketiga komponen tersebut dapat dijadikan dasar penyusunan, karena


setiap fasyankes rujukan yang telah terakreditasi maka telah melalui
proses perizinan, registrasi, Indikator Nasional Mutu mencapai target,
melaporkan Insiden Keselamatan Pasien, dan terakreditasi.
Tabel 3.13 Capaian Presentase Fasyankes Rujukan yang memenuhi standar
mutu pelayanan kesehatan 2022
Jenis Target
Indikator Capaian Keterangan
Indikator 2022
Baseline data
Presentase
=4.528 ( 2.813
fasyankes rujukan
RS, 1.487
yang memenuhi
Labkes, 228
standar mutu
UTD)
pelayanan
Indikator kesehatan, meliputi
Jumlah
Kinerja :
60% 63,74% fasyankes
Program • Perizinan
rujukan
(Renstra) • Registrasi
memenuhi
• Mencapai target
standar mutu =
INM
2.886
• Melakukan
RS = 2.559
pelaporan IKP
Labkes = 327
• Akreditasi
UTD = 0

99
d. Analisis Capaian Kinerja
Analisis dari pencapaian diatas terdiri atas analisis terkait :
Grafik 3.8 Capain Persentase Fasyankes Rujukan yang Memenuhi Standar
Mutu Tahun 2020-2024

Jumlah total fasilitas pelayanan kesehatan rujukan (RS, Labkes,


UTD) adalah sebanyak 4.528 yang terdiri atas 2.813 Rumah Sakit, 1.487
Laboratorium Kesehatan, dan 228 Unit Transfusi Darah. Target capaian
indikator fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu pada tahun
2022 adalah sebesar 60% atau 2.717 fasyankes rujukan dengan
pencapaian pada akhir tahun 2022 sebesar 63,7% atau 2.886
fasyankes rujukan.

e. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2022 Dibandingkan 2021


Tabel 3.14 Perbandingan Indikator Kinerja Program: Persentase Fasyankes
Rujukan yang Memenuhi Standar Mutu dengan Persentase Rumah Sakit
Terakreditasi (Target & Capaian Tahun 2020-2022)
2020 2021 2022
Judul Indikator
Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Persentase rumah
80% 88,4% 85% 88,4%
sakit terakreditasi
Persentase
Fasyankes 60% 63.7%
Rujukan yang

100
Memenuhi
Standar Mutu

Merujuk pada tabel di atas, telah terjadi peralihan dari Indikator Kinerja
Program Persentase rumah sakit terakreditasi menjadi Persentase
fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu yang merupakan
akumulasi dari RS terakreditasi, Laboratorium Kesehatan terakreditasi,
dan Unit Transfusi Darah terakreditasi.

f. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun


ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
2020 2021 2022
Judul Indikator
Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Persentase rumah
80% 88,4% 85% 88,4%
sakit terakreditasi
Persentase
Fasyankes
Rujukan yang 60% 63.7%
Memenuhi
Standar Mutu

Merujuk pada tabel di atas, telah terjadi peralihan dari Indikator Kinerja
Program Persentase rumah sakit terakreditasi menjadi Persentase
fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu yang merupakan
akumulasi dari RS terakreditasi, Laboratorium Kesehatan terakreditasi,
dan Unit Transfusi Darah terakreditasi.

g. Analisis Capaian Kinerja 2022 dibandingkan dengan target Jangka


Menengah RENSTRA 2020-2024:
Tabel 3.15 Perbandingan Indikator Kinerja Program: Persentase
Fasyankes Rujukan yang Memenuhi Standar Mutu dengan Persentase
Rumah Sakit Terakreditasi (Target & Capaian Tahun 2020-2024)

101
Judul 2020 2021 2022 2023 2024
Indikator Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Persentase
rumah sakit 80% 88,4% 85% 88,4%
terakreditasi
Persentase
Fasyankes
Rujukan yang 60% 63.7% 75% 90%
Memenuhi
Standar Mutu

h. Membandingkan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Standar


Nasional
Tidak tersedia standar nasional untuk dijadikan pembanding
(benchmarking) pada realisasi kinerja tahun 2022.

i. Permasalahan
1) Pencapaian akreditasi rumah sakit terkendala dengan adanya Pandemi
COVID-19 yang memengaruhi pelayanan di rumah sakit, dimana rumah
sakit harus fokus kepada upaya penanggulangan COVID-19.
2) Anggaran di rumah sakit, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat
diutamakan untuk penanggulangan Pandemi COVID-19.
3) Standar akreditasi rumah sakit yang sudah ditetapkan tidak dapat
diterapkan di rumah sakit D pratama.
4) Regulasi terkait penyelenggaraan akreditasi laboratorium dan UTD
sedang berproses sehingga menghambat penyelenggaraan akreditasi
laboratorium kesehatan dan UTD di antaranya: regulasi terkait standar
akreditas laboratorium kesehatan dan UTD, regulasi penyelenggaraan
transformasi akreditasi laboratorium kesehatan dan UTD.
5) Penyempurnaan Sistem Informasi Nasional Akreditasi Fasyankes yang
nantinya akan digunakan untuk penyelenggaraan akreditasi
laboratorium kesehatan dan UTD dari mulai pendaftaran hingga
penerbitan e-sertifikat.

102
6) Data laboratorium kesehatan khususnya swasta yang mengalami
perubahan sehingga berpengaruh terhadap perhitungan pencapaian
target.
7) Masih banyak laboratorium kesehatan dan UTD yang belum memiliki ijin
operasional dan teregistrasi.

j. Usulan Pemecahan Masalah


1) Pemberlakuan SE Menteri Kesehatan Nomor 133 Tahun 2022 dan SE
Menteri Kesehatan Nomor 652 Tahun 2022 tentang kewajiban Rumah
Sakit melakukan peningkatan Mutu Pelayanan di Rumah Sakit dengan
Surat Komitmen Pimpinan Rumah Sakit.
2) Kebijakan pemerintah terkait dengan relaksasi penyelenggaraan
akreditasi yang dituangkan dalam SE Menteri Kesehatan Nomor 133
Tahun 2022 dan SE Menteri Kesehatan Nomor 652 Tahun 2022.
Sehingga, selama masa pandemi terjadi, sertifikat akreditasi rumah sakit
yang berakhir masa berlakunya masih tetap dianggap berlaku sampai
tanggal 31 Desember 2023.
3) Melakukan Revisi KMK nomor 1128 tentang Standar Akreditasi Rumah
Sakit agar dapat diterapkan terhadap Rumah Sakit D Pratama agar lebih
sesuai dengan kemampuan layanan RSUD tersebut
4) Mengalokasikan Dana Dekonsentrasi untuk Dinas Kesehatan Propinsi
dalam rangka pengawasan dan pembinaan peningkatan mutu pelayanan
dan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan mutu di wilayah masing-
masing
5) Untuk tetap mendorong mutu pelayanan di rumah sakit selama masa
pandemi dan penundaan akreditasi, Direktorat Mutu Pelayanan
Kesehatan menerapkan pengisian daftar tilik kesiapan rumah sakit
selama masa pandemi yang dilaksanakan oleh seluruh rumah sakit,
terutama rumah sakit rujukan COVID dengan pendampingan dari dinas
kesehatan dan dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan melalui
aplikasi mutu fasyankes.kemkes.go.id.
6) Percepatan regulasi standar akreditasi laboratorium kesehatan dan UTD
serta penyempurnaan aplikasi SINAF.

103
7) Melakukan sosialisasi dan advokasi dengan pemerintah daerah, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota dilakukan secara hybrid dengan
kapasitas zoom 1000 orang sebanyak tiga kali untuk laboratorium
kesehatan dan sebanyak satu kali untuk UTD.
8) Pembinaan mutu dan akreditasi dengan dukungan anggaran
Dekonsentrasi dan DAK Non Fisik kepada 54 laboratorium kesehatan
yang tersebar di 22 Kabupaten/Kota.

k. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan atau


Peningkatan/Penurunan Kinerja serta alternatif solusi yang telah
dilakukan
Pencapaian target indikator Persentase Fasyankes Rujukan yang
Memenuhi Standar Mutu didukung oleh percepatan penerapan kembali
kebijakan akreditasi rumah sakit dan transformasi sistem akreditasi.
Percepatan tersebut antara lain:
a. Penerapan standar akreditasi rumah sakit.
b. Penetapan 6 (enam) lembaga independen penyelenggara akreditasi
rumah sakit.
c. Penetapan tarif survei akreditasi rumah sakit.
d. Penyiapan sistem informasi akreditasi rumah sakit (SINAR).
e. Penyiapan sistem informasi pelaporan indikator mutu rumah sakit
(SIMAR).

l. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

{Pagu
Pagu
Capaian Awal*(Capaian
Awal*(Capaian Realisasi
IKP Pagu Awal Output/Target Output/Target
Output/Target Anggaran
Output*100% Output*100%)} /
Output*100%)
Pagu Awal
Persentase
Fasyankes
Rujukan 5,168,365,000 1.06 5,490,526,418 4,832,946,553 0.13
yang
memenuhi
standar mutu

Mengacu pada perhitungan efisiensi sesuai penyajian Laporan Kinerja


KemenPANRB, rumus untuk efisiensi sumber daya adalah:

Efisiensi = % Realisasi Kinerja -% Realisasi Anggaran

104
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, maka
diperoleh nilai efisiensi indikator Persentase Fasyankes Rujukan yang
Memenuhi Standar Mutu sebesar 13%.

m. Analisis Program/Kegiatan yang Mendukung Pencapaian


Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja
Program-program yang dilakukan untuk mendukung pencapaian target
kinerja indikator persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar
mutu adalah sebagai berikut:
1) Penyempurnaan penyelenggaraan akreditasi dan standar akreditasi.
2) Menyusun NSPK mutu dan akreditasi di FKRTL.
3) Pendampingan akreditasi FKRTL.
4) Workshop keselamatan pasien dan manajemen risiko di FKRTL.
5) Dukungan peningkatan mutu dan akreditasi FKRTL (dana
dekonsentrasi).
6) Meningkatkan Monev terpadu lintas Direktorat (Fasyankes dan
PKR).
7) Mendorong Rumah Sakit dalam pelaksanaan Sistem Informasi
terintegrasi (pengumpulan data, validasi data analisis, dan system
pelaporan).
8) Fasilitasi peningkatan budaya mutu dan keselamatan pasien di
laboratorium dan Unit Transfusi Darah (UTD).
9) Penyusunan Norma, Standar, Prosedure dan Kriteria (NSPK) Mutu
dan Akreditasi laboratorium kesehatan dan UTD.
10) Peningkatan kapasitas dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota
dalam penjaminan mutu pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.

j. Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau
dan Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri (Dit. PKR)
1) Definisi Operasional
Persentase pasien WNI yang berobat ke Malaysia dan Singapura dari 5 provinsi, yaitu:
Provinsi Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat

105
2) Cara Perhitungan
Jumlah WNI yang berobat di Malaysia dan Singapura yang berasal dari 5 provinsi pada
tahun berjalan dibagi jumlah WNI yang berkunjung ke Malaysia dan Singapura dari 5
provinsi pada tahun berjalan dikali 100
3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target
Rapat koordinasi dengan stakeholder terkait
Pertemuan Identifikasi Pelayanan RS di Indonesia
4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target
Koordinasi dengan stakeholder terkait pendataan dan langkah upaya menurunkan WNI
yang berobat dan berkunjung keluar negeri seperti Ditjen Imigrasi, KBRI,
Kemenparekraf, Direktorat SKK Kemenkes, Dinkes Provinsi, Perhimpunan Rumah Sakit
Peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit di Indonesia
Peningkatan kompetensi tenaga medis dan tenaga kesehatan di rumah sakit
Pemenuhan Alat kesehatan yang modern
Sistem informasi yang jelas dan mudah dijangkau tentang pelayanan rumah sakit
Bekerjasama dengan K/L non kesehatan dari aspek dukungan medical tourism seperti
transportasi, pariwisata, industri hospitality
5) Pencapaian Kinerja
Banyaknya WNI yang berobat ke luar negeri untuk memperoleh pelayanan yang modern
dan komprehensif. Pelayanan di luar negeri dianggap jauh lebih baik, biaya lebih murah,
bahkan memikirkan aspek akomodasi dan keluarga pasien yang mengantar. Hal
tersebut berdampak kepada devisa negara.
Landasan indikator ini selain melihat pendataan WNI yang berobat ke luar negeri juga
menjadi evaluasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Menurunnya jumlah pasien WNI
yang berobat ke luar negeri dengan target 20%, pada tahun 2022 tercapai sebesar
2,07%
6) Analisa Capaian Kinerja
Perhitungan capaian indikator ini dengan catatan berikut:
Sumber data numerator (21.166 WNI)
Aceh: data penerbangan ke Penang dari Aceh namun belum tentu untuk berobat
Sumatera Utara: data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit, tetapi tujuan
negara tidak ada. Tahun 2021 diklaim tidak ada data penerbangan internasional akibat
pandemi (tetapi tidak sinkron dengan data Ditjen Imigrasi)
Riau : data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit ke Malaysia (RS Malaka)
Kepulauan Riau: data dari KKP Batam berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang
sakit, tetapi tujuan negara tidak ada. Sedangkan data dari KKP Tanjung Pinang

106
berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit yaitu Malaysia 16 orang dan
Singapura 3 orang
Kalimantan Barat: data keterangan lisan dari KKP
Sumber data denominator (1.020.151 WNI) berupa data kunjungan 5 provinsi ke
Malaysia dan Singapura tahun 2021 dan 2022 dari Direktorat Jenderal Imigrasi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Tabel 3.16 WNI yang berobat ke Malaysia dan Singapura

Tahun/ Aceh Sumatera Riau Kepulauan Kalimantan


Provinsi Utara Riau Barat

2021

2022 12 36 34 75 21009

Tabel 3.17 kunjungan WNI ke Malaysia dan Singapura dari pintu keberangkatan 5
provinsi

Negara Tahun Provinsi

Aceh Sumatera Riau Kepulauan Kalimantan


Utara Riau Barat

Malaysia 2021 3 10,785 17,353 13,287 267

Okt 1,134 167,525 82,822 287,442 69,505


2022

Singapura 2021 36 2,344 5,666 78,204 1

Okt 30 20,207 6,076 385,306 104


2022

Total 1,203 200,861 111,917 764,239 69,877

107
Tabel 3.18 Total Kunjungan WNI ke Malaysia dan Singapura

Bulan Singapura Malaysia

2021 2022 2021 2022

Januari 12,913 25,270 5,455 8,545

Februari 12,043 27,262 4,408 8,436

Maret 15,206 40,724 6,677 12,905

April 14,484 89,516 6,245 36,780

Mei 12,751 119,167 4,863 91,320

Juni 12,849 140,221 4,264 128,669

Juli 10,727 146,766 5,324 159,843

Agustus 8,774 141,601 5,584 164,648

Septembe 10,794 159,227 6,379 183,786


r

Oktober 14,988 165,786 6,980 209,765

November 22,089 7,979

Desember 33,224 9,445

Total 180,842 1,055,540 73,603 1,004,697

7) Permasalahan
Data yang tidak terekam dengan baik khususnya jumlah WNI yang berobat ke luar negeri
Jaminan pembiayaan yang kurang memadai
Terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan yang modern dan pelayanan kesehatan tidak
merata
Sistem pendukung medical tourism yang perlu dibenahi seperti transportasi, akomodasi,
sistem informasi dan pariwisata

108
8) Upaya Pemecahan Masalah
Pendataan WNI yang berobat keluar negeri perlu dibuat sistemnya agar terdata.
Pengumpulan data bisa melalui sistem sinkarkes yang mencantumkan tujuan perjalanan
dan negara tujuan, kerjasama G to G dalam keterbukaan data informasi, dan integrasi
dengan pencatatan imigrasi.
Sistem informasi WNI yang berobat ke luar negeri diintegrasikan ke dalam sistem
informasi pelayanan kesehatan sehingga terwujudnya sistem informasi terpadu
Redistribusi pelayanan kesehatan, tenaga medis dan tenaga kesehatan
Pemenuhan alat kesehatan dan sarana prasarana
Koordinasi intens dengan K/L dan stakeholder terkait medical tourism
9) Efisiensi Sumber Daya
Pelaksanaan program penurunan WNI yang berobat ke luar negeri menjadi tidak efektif
karena tingginya beban kerja tim. Program ini pun belum memiliki anggaran pada tahun
2022 sehingga koordinasi sebatas daring dan belum ada kegiatan lanjutan. Disarankan
program ini seyogyanya dilakukan oleh tim kerja yang mengelola kerjasama pelayanan
kesehatan luar negeri.
Analisis efisiensi

Pagu Capaian Pagu Awal*(Capaian Realisasi {Pagu Awal*(Capaian


Awal Output/Target Output/Target Anggaran Output/Target
Output*100% Output*100%) Output*100%)} / Pagu
Awal

0 2,07 0 0 0

Efisiensi output program sebesar 0 % karena tidak adanya alokasi anggaran

10) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja Program


Realisasi Kinerja
Indikator Kinerja
Target Realisasi % Realisasi
1 Persentase pasien WNI di 5 provinsi 20 % 2,07 % 966,1 %
(Riau, Sumatera Utara, Aceh,
Kepulauan Riau dan Kalimantan
Barat) yang berobat ke luar negeri

Untuk indikator kinerja ini, target capaian indikator tahun 2022 sebesar 20% dengan realisasi
kinerja sebanyak 2,07%. Realisasi tersebut tercapai sesuai dengan target tahun 2022.

109
11) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu
dan beberapa tahun terakhir
Realisasi 2020 Realisasi 2021 Realisasi 2022
N/A N/A 2,07

Dikarenakan perubahan Renstra terbaru di 2022 maka belum ada pembanding dengan
capaian kinerja tahun lalu

12) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024)
Target 2024 RPJMN Realisasi 2022
N/A 2,07

Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan

13) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional


Target Nasional Realisasi 2022
N/A 2,07

Tidak ada karena indikator ini merupakan indikator nasional

14) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan


Sumber data WNI berobat ke Malaysia dan Singapura dari 5 provinsi belum diperoleh sesuai
DO sepenuhnya seperti terdapat data WNI berobat namun tidak ada negara tujuan maka
diperlukan system Pendataan WNI yang berobat keluar negeri perlu agar terdata.

15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan


Koordinasi dengan stakeholder terkait pendataan dan langkah upaya menurunkan WNI yang
berobat dan berkunjung keluar negeri seperti Ditjen Imigrasi, KBRI, Kemenparekraf, Direktorat
SKK Kemenkes, Dinkes Provinsi, Perhimpunan Rumah Sakit

k. Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional (Dit. TKPK)

1) Definisi Operasional

110
Jumlah RS Vertikal yang memiliki minimal 1 layanan unggulan setara internasional, l,
dapat dilihat dari upaya RS dalam memiliki layanan unggulan tersebut dengan
melakukan kerjasama dengan RS atau institusi Kesehatan Luar Negeri yang dapat
mendukung layanan unggulannya dalam bentuk peningkatan kompetensi SDM
melalui pengiriman fellowship dan kerja sama antar RS yang dapat dibuktikan dari
perjanjian kerja sama dalam bentuk MoU.

2) Cara Perhitungan
Jumlah RS Vertikal yang memiliki minimal 1 layanan unggulan setara internasional
3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target

1. Kantor pusat sedang berproses menyusun petunjuk teknis /standar dalam


menetapkan layanan unggulan setara internasional
2. Pengumpulan data untuk rumah sakit vertikal yang berpotensi memiliki layanan
unggulan yang dapat bertaraf internasional dengan melakukan analisa visi dan misi
RS sampai rencana bisnis strategis RS, pendataan kerja sama RS dengan RS atau
institusi kesehatan luar negeri terkait peningkatan kompetensi SDM berbentuk
fellowship dan kerja sama dengan RS luar negeri
3. Advokasi ke RS untuk melakukan kerja sama dengan RS ataupun institusi
kesehatan luar negeri terkait layanan unggulan RS
4. Melakukan inventarisir RS terbaik di LN terkait 9 layanan prioritas
5. Melakukan kunjungan ke RS world’s top health care service di luar negeri untuk
penjajakan kerjasama potensial
4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target
1. Mengusulkan perubahan DO pada IKP dengan menambahkan salah satunya
memiliki kerjasama dengan RS luar negeri, sudah ditetapkan sebagai RS pengampu
layanan prioritas baik nasional maupun regional, RS merupakan RS pendidikan dan
RS memiliki rencana strategis dalam menetapkan layanan unggulannya ;
2. mengumpulkan data untuk rumah sakit vertikal yang berpotensi memiliki layanan
unggulan yang dapat bertaraf internasional dengan melakukan analisa visi dan misi
RS sampai rencana bisnis strategis RS, pendataan kerja sama RS dengan RS atau
institusi kesehatan luar negeri terkait peningkatan kompetensi SDM berbentuk
fellowship dan kerja sama dengan RS luar negeri,
3. Melakukan penyusunan feasibility study untuk menetapkan layanan unggulan RS
4. Melakukan advokasi dan pemahaman bagi rumah sakit untuk bekerjasama dengan
luar negeri yang dapat mendukung layanan unggulan RS tersebut dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas layanan RS

111
5. Melakukan penjajakan dengan RS di LN atau institusi kesehatan di luar negeri agar
dapat melakukan kerja sama dengan RS vertical
6. Menyusun proposal dan membahas lingkup kerja sama dan pembahasan perjanjian
kerja sama dengan RS di luar negeri

5) Pencapaian Kinerja
Pencapaian kinerja untuk indikator kinerja program ini adalah sebesar 12 Rumah
Sakit Vertikal dari target sebanyak 12 Rumah Sakit Vertikal. 12 Rumah Sakit Vertikal
tersebut antara lain :
1. RSCM : Diabetes Mellitus
2. RSAB : Fetal Cardiology
3. RS Jantung Harkit : Heart Transplantation
4. RS Kankes Dharmais : Kanker
5. RSJ Soeharto Heerdjan : Rehabilitasi psikososial
6. RS Marzuki Mahdi : Rehab Psikososial dan Suicide Prevention
7. RS Cicendo : Retinoblastoma
8. RSUP M Hoesin Palembang : Radioterapi Onkologi
9. RSHS Bandung : Onkology Patologi
10. RSUP Wahidin Makassar : Kardiologi Intervensi
11. RSUP Kariadi : Cangkok Sumsum Tulang
12. RSPI Sulianti Saroso : Infectious Diseases

6) Analisa Capaian Kinerja


Pencapaian 12 rumah sakit vertikal tersebut merupakan RS Vertikal yang layanan
unggulannya bekerjasama dengan RS atau institusi luar negeri yang dibuktikan dengan
adanya perjanjian kerjasama yang sudah dibuat dengan Rumah Sakit Luar Negeri
dalam bentuk MoU.

7) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja Program Target Capaian

Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan 12 RS 12 RS


internasional

112
Untuk indikator kinerja program “Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan
internasional” , target capaian indikator tahun 2022 sebesar 12 Rumah Sakit Vertikal
dengan realisasi kinerja sebanyak 12 Rumah Sakit Vertikal. Realisasi tersebut tercapai
sesuai dengan target tahun 2022 .
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir

IKP : Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan 2020 2021 2022

unggulan internasional

Realisasi Kinerja 0 0 4.225.465.566

Capaian Kinerja 0 0 12

Tidak dapat dibandingkan dikarenakan direktorat tata kelola yankes merupakan unit kerja baru
pada tahun 2022 termasuk indikator kinerja programnya.
9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah
(target 2024) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi .

IKP : Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan 2020 2021 2022 2023 2024
unggulan internasional

Realisasi Kinerja 0 0 0 0 0

Target Jangka Menengah 0 0 0 0 0

Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan

113
10) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

IKP : Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional 2022

Realisasi Kinerja 0

Standar Nasional 0

Tidak ada yang dapat diperbadingkan antara realisasi kinerja tahun 2022 dengan
standar nasional.
11) Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator ini adalah sebagai berikut :
1. Tahapan pelaksanaan kerja sama dari mulai penjajakan, pembahasan ruang lingkup
kerjasama sampai kesepakatan dan penandatanganan MOU membutuhkan waktu yang
tidak singkat
2. Pembiayaan kerja sama luar negeri cukup besar
3. Belum terdapatnya pedoman pelaksanaan kerja sama luar negeri khusus rumah sakit
12) Usulan Pemecahan Masalah
Terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan guna mengatasi kendala dalam pencapaian
indikator, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi pentingnya kerja sama dengan rumah sakit luar negeri untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Koordinasi lintas sektor dalam rangka pelaksanaan kerja sama luar negeri
3. Penyusunan pedoman pelaksanaan kerja sama luar negeri khusus rumah sakit

114
13) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta
alternative solusi yang telah dilakukan
Untuk ikp ini secara capaian indikator telah tercapai namun masih memerlukan penajaman
pada cara ukur (kurang memadai) dalam menentukan kriteria sebagai layanan unggulan
internasional di RS, dimana regulasi atau dasar hukum layanan unggulan internasional sampai
dengan saat ini belum ada, selain itu beberapa kendala dalam emncapai indikator tersebut
antara lain :
a) Proses penjajakan kerjasama memerlukan waktu yg cukup lama sampai mencapai
kesepakatan

b) Bahwa sebagian RS masih berangggapan kerjasama dengan RS di Luar negeri


membutuhkan biaya yang besar

c) Diperlukan advokasi atau peningkatan pemahaman ke RS terhadap manfaat kerjasama


dengan RS di luar negeri

14) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

IKP Pagu Capaian Pagu Realisasi {Pagu


Awal Output/Targe Awal*(Capaian Anggaran Awal*(Capaian
t Output/Target Output/Target
Output*100% Output*100%) Output*100%)} /
Pagu Awal

Jumlah Rumah 6.063.36 1,00 6.063.369.000 4.225.465.56 0,30

Sakit yang 9.000 6

memiliki layanan
unggulan
internasional
tahun 2022 12
Rumah Sakit

Efisiensi output program “Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional”
sebesar 0,30 % yang dihitung dari alokasi anggaran sebesar Rp. 6.063.369.000 dikali capaian
output sebesar 1 (capaian output sebesar 12 / target output sebesar 12 dikali 100%) , dikurangi

115
realisasi anggaran sebesar Rp. 4.225.465.566 dibagi alokasi anggaran sebesar
Rp. 6.063.369.000 dikali 100%.
15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
pernyataan kinerja)
Terlaksananya Sister Hospital RS Vertikal dalam Pengembangan Layanan Unggulan yang
dituangkan dalam bentuk MoU dilaksanakan dalam bentuk:
a) Pertemuan Koordinasi Implementasi Program Sister Hospital
Pertemuan Koordinasi Implementasi Program Sister Hospital dilaksanakan sebanyak 20 kali
Hybrid (daring dan luring di Kantor Kementerian Kesehatan (ruang rapat dan zoom meeting)
dalam rangka koordinasi penjajakan awal dan koordinasi lain sesuai kebutuhan substansi dari
RS pengusul dan RS tujuan.
Output kegiatan berupa hasil koordinasi pelaksanaan kerja sama antara rumah sakit vertikal
dengan rumah sakit/institusi luar negeri.
b) Pembinaan Implementasi Program Sister Hospital pelayanan dengan RS Luar Negeri
Pembinaan Implementasi Program Sister Hospital pelayanan dengan RS Luar Negeri
dilaksanakan sebanyak 5 kali secara luring ke Jakarta, Bogor, dan Bandung.
Output kegiatan berupa sosialisasi dan bimbingan teknis pelaksanaan kerja sama antara
rumah sakit vertikal dengan rumah sakit/institusi luar negeri
c) Monev Implementasi Program Sister Hospital pelayanan dengan RS Luar Negeri
Pembinaan Implementasi Program Sister Hospital pelayanan dengan RS Luar Negeri
dilaksanakan sebanyak 2 kali secara luring ke Jerman dan Korea Selatan
Kunjungan ke Jerman tanggal 6 – 11 Desember 2022: Delegasi dipimpin oleh Ketua Tim Kerja
Pengelolaan Kerja Sama Pelayanan Kesehatan terdiri dari Direktur Utama RS Radjiman
Wediodiningrat , Direktur Utama RS Cicendo, Direktur Utama RS Wahidin Sudirohusodo,
Direktur RS M Hoesin, Koordinator Pendidikan dan Pelatihan RSUP Hasan Sadikin, Ketua Tim
Hukum Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kepala Adum Direktorat Tata
Kelola Pelayanan Kesehatan.
Kunjungan ke RF Jerman merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Wakil Menteri
Kesehatan dan Duta Besar RI di Berlin , Jerman terkait rencana kerja sama antara RS Vertikal
milik Kementerian Kesehatan dan RS terbaik di Jerman dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan Kesehatan di Indonesia
d) Kunjungan ke Republik Korea Selatan tanggal 22 – 28 Desember 2022
Delegasi dipimpin oleh Ketua Tim Kerja Pengelolaan Kerja Sama Pelayanan Kesehatan terdiri
dari PMO Ditjen Yankes, Direktur Utama RSJ dr. Marzoeki Mahdi Bogor, Direktur Utama RSJ
dr. Soeharto Heerdjan, RS Kanker Dharmais.
Kunjungan ke Republik Korea Selatan merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri
Kesehatan ke beberapa rumah sakit di Korea Selatan untuk penjajakan kerjasama.

116
Output kegiatan berupa pembahasan lingkup kerja sama, waktu pelaksanaan dan
penandatanganan MOU.

l. Persentase Pengembangan Hubs Biomedical Genome- based Science Initiative

1) Definisi Operasional
- Hubs: Rumah Sakit yang menyelenggarakan penguatan dan pengembangan pelayanan
kesehatan berbasis genomika pada bidang-bidang tertentu.
- BGSI: kegiatan registri pasien dengan penyakit tertentu, mengatur penyimpanan spesimen
(biobanking) dan pengorganisasian pengelolaan pemeriksaan Human Whole Genome
Sequencing (hWGS) di Indonesia, serta pengorganisasian pengembangan kedokteran
presisi (precision medicine)
2) Cara Perhitungan
Hubs Biomedical Genome-Based Science Initiative yang memenuhi standar dibagi dengan
jumlah Hubs dan dikalikan 100%. Standar yang digunakan dalam menilai hubs terdiri dari :
alat, ruang laboratorium, fasilitas biobank, SDM terlatih, metode pemeriksaan yang sesuai.
Kebijakan yang mengatur standar Hubs ini terlampir di draft Keputusan Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Implementasi Biomedical Genome-Basic
Science Initiative For Precision Medicine. Link draft terlampir.
Link :
https://drive.google.com/drive/folders/1kfJbLfGkP_a-K6nWKHYNqmUBJ_LfBXhv
3) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target
a. Koordinasi dengan stakeholder terkait dalam pengembangan BGSi
b. Bimbingan Teknis (Penyelenggaraan Workshop)
c. Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan BGSi
d. Peningkatan kapasitas SDM (international conference of precision medicine)
4) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target
a. Koordinasi dengan stakeholder terkait dalam pengembangan BGSi
Rapat Koordinasi Fasilitasi dan Pembinaan hWGS dilaksanakan dalam
rangka membahas isu terkini mengenai BGSi dan CRU-CRC. Kegiatan
dilaksanakan dengan metode daring dan luring dengan peserta terdiri dari
Ditjen Farmalkes, Pusat Strategis Kesehatan, Tim BGSi Pusat, RS
penyelenggara BGSi seperti RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, RSPI
Sulianti Saroso, RS Persahabatan, RSUP dr. Sardjito, RS Ngoerah, RS
PON, dan RS Kanker Dharmais.
b.Penyusunan NSPK
Penyusunan petunjuk teknis terdiri dari 4 tahap yaitu:

117
1. Penyusunan Draft
Penyusunan draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid sebanyak 1 kali dengan
jumlah peserta 23 orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan
Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana
Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan Hubs
yang mengembangkan pelayanan BGSi.
2. Pembahasan Draft
Pembahasan draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid dengan jumlah peserta 20
orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit.
Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP
Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 Hubs yang
mengembangkan pelayanan BGSi.
3. Ujicoba Draft
Ujicoba draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid dengan jumlah peserta 20 orang
yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata
Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 Hubs yang mengembangkan
pelayanan BGSi.

4. Finalisasi
Finalisasi draft dilaksanakan dalam bentuk luring dengan metode fullboard
meeting dengan jumlah peserta 20 orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum
Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim
Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat Kajian
Biomedik, dan 6 Hubs yang mengembangkan pelayanan BGSi.
c. Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Hubs BGSi
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dalam rangka melihat progress
penyelenggaraan hWGS di tujuh RS (RS PON, RSPI Sulianti Saroso, RSK Dharmais,
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, RSUP I.G.N.G Ngoerah, RSUP dr. Sardjito, RS
Persahabatan) serta untuk mendorong pencapaian IKK Direktorat Tata Kelola
Pelayanan Kesehatan pada Tahun 2022. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan
melibatkan tim yang berasal dari Ditjen Farmalkes dan Pusat Sistem dan Strategi
Kesehatan.
d. Evaluasi Penyelenggaraan BGSi
Rapat Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk hybrid sebanyak satu kali dengan peserta
terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes,

118
Pusat Kajian Biomedik, dan 6 Hubs yang mengembangkan pelayanan BGSi. Tujuan
pelaksanaan kegiatan dalam rangka menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi,
memetakan masalah penyelenggaraan hWGS di 6 RS serta menyusun solusi/rencana
tindak lanjut dalam mengatasi masalah.
5) Pencapaian Kinerja

Indikator Kinerja Program Target Capaian

Persentase Pengembangan Hubs Biomedical Genome-based 20% 50%

Science Initiative

Standar yang digunakan dalam menilai hubs terdiri dari : alat, ruang laboratorium,
fasilitas biobank, SDM terlatih, metode pemeriksaan yang sesuai. Sampai dengan
Desember 2022 , 3 hubs telah memenuhi standar antara lain : hubs kanker, hubs
infeksi (TB), hubs beauty and wellness, sehingga capaian untuk indicator kinerja
program = 3 hubs dari 6 hubs telah memenuhi standar (50%) .
Kebijakan yang mengatur standar Hubs ini terlampir di draft Keputusan Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Implementasi Biomedical
Genome-Basic Science Initiative For Precision Medicine. Link draft terlampir.
Link :
https://drive.google.com/drive/folders/1kfJbLfGkP_a-K6nWKHYNqmUBJ_LfBXhv
6) Analisa Capaian Kinerja
Capaian kinerja 50% diperoleh dari telah terpenuhinya Hubs dalam penyelenggaraan
BGSi sudah memenuhi standar yaitu adanya SK Tim, SDM terlatih mulai dari SDM
Laboratorium, klinisi, SDM biobank, peralatan, metode pemeriksaan sudah sesuai
standar, sudah ada protokol.
7) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja Program Target Capaian

Persentase Pengembangan Hubs Biomedical Genome-based 20% 50%

Science Initiative

119
Untuk indikator kinerja program “Persentase Pengembangan Hubs Biomedical
Genome- based Science Initiative” , target capaian indikator tahun 2022 sebesar
20% dengan realisasi kinerja sebanyak 50 % Realisasi tersebut sudah melebihi target
output progran di tahun 2022.
8) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu
dan beberapa tahun terakhir

IKP : Persentase Pengembangan Hubs Biomedical 2020 2021 2022

Genome-based Science Initiative

Realisasi Kinerja 0 0 129.593.408

Capaian Kinerja 0 0 50%

Tidak dapat dibandingkan dikarenakan direktorat tata kelola yankes merupakan unit
kerja baru pada tahun 2022 termasuk indikator kinerja programnya.
9) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah (target 2024) yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi

IKP : Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan 2020 2021 2022 2023 2024
unggulan internasional

Realisasi Kinerja 0 0 0 0 0

Target Jangka Menengah 0 0 0 0 0

Tidak dapat dibandingkan karena tidak ada indikator RPJMN yang menunjang Indikator
Kinerja Program Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan
10) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

120
IKP : Jumlah RS Vertikal yang memiliki layanan unggulan internasional 2022

Realisasi Kinerja 0

Standar Nasional 0

Tidak ada yang dapat diperbadingkan antara realisasi kinerja tahun 2022 dengan
standar nasional.
11) Permasalahan
a. Alat dan BMHP belum tersedia di rumah sakit karena keterlambatan proses
pengadaan di BGSi Pusat.
b. Anggaran operasional penyelenggaraan pemeriksaan hWGS di Hubs belum
tersedia.
12) Upaya Pemecahan Masalah
a. Koordinasi dengan BGSi Pusat terkait dengan penyediaan sarana prasarana
b. Anggaran operasional Hubs BGSi dianggarkan dalam BLU Rumah Sakit dan
sponsor.
13) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta
alternative solusi yang telah dilakukan
Untuk ikp ini secara capaian indikator telah tercapai bahkan melebihi target capaian
program yang ada di tahun 2022. Namun terdapat kendala dalam mencapai indikator nya
antara lain pengadaan fasilitas laboratorium , alat dan pendukungnya mengalami
keterlambatan sehingga pelaksanaan pemeriksaan laboratorium belum dapat dilakukan.
14) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

IKP Pagu Awal Capaian Pagu Realisasi {Pagu


Output/Target Awal*(Capaian Anggaran Awal*(Capaian
Output*100% Output/Target Output/Target
Output*100%)

121
Output*100%)}
/ Pagu Awal

Persentase 146.910.000 2,50 367.275.000 129.593.408 1,62

pengembangan
Hubs Bio
Medical
Genome-
Based Science
Initiative tahun
2022 20%

Efisiensi output program “Persentase pengembangan Hubs Bio Medical Genome-Based


Science Initiative” sebesar 1,61 % yang dihitung dari alokasi anggaran sebesar
Rp. 146.910.000 dikali capaian output sebesar 2,50 (capaian output sebesar 50 / target
output sebesar 20 dikali 100%) , dikurangi realisasi anggaran sebesar Rp. 129.593.408 dibagi
alokasi anggaran sebesar Rp. 146.910.000 dikali 100%.
15) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
pernyataan kinerja)
Upaya yang dilaksanakan oleh Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan dalam
mencapai target Indikator Kinerja Kegiatan Persentase Hubs BGSi yang melakukan
kegiatan pengembangan layanan berbasis genomic antara lain :

Fasilitasi dan Pembinaan Hwgs


A. Rapat Koordinasi Fasilitasi dan Pembinaan hWGS

Rapat Koordinasi Fasilitasi dan Pembinaan hWGS dilaksanakan dalam


rangka membahas isu terkini mengenai BGSi dan CRU-CRC. Kegiatan dilaksanakan
dengan metode daring dan luring dengan peserta terdiri dari Ditjen Farmalkes, Pusat
Strategis Kesehatan, Tim BGSi Pusat, RS penyelenggara BGSi seperti RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo, RSPI Sulianti Saroso, RS Persahabatan, RSUP dr. Sardjito, RS
Ngoerah, RS PON, dan RS Kanker Dharmais.

B. Penyusunan Petunjuk Teknis hWGS


Penyusunan petunjuk teknis terdiri dari 4 tahap yaitu:
1) Penyusunan Draft

122
Penyusunan draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid sebanyak 1 kali dengan jumlah
peserta 23 orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit.
Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata
Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan hWGS.
Narasumber dalam kegiatan berasal dari praktisi/ahli di bidang hWGS.
2) Pembahasan Draft
Pembahasan draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid dengan jumlah peserta 20 orang
yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola
Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan hWGS. Narasumber
dalam kegiatan berasal dari praktisi/ahli di bidang hWGS.
3) Ujicoba Draft
Ujicoba draft dilaksanakan dalam bentuk hybrid dengan jumlah peserta 20 orang yang
terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat
Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan hWGS. Narasumber dalam kegiatan
berasal dari praktisi/ahli di bidang hWGS.

4) Finalisasi
Finalisasi draft dilaksanakan dalam bentuk luring dengan metode fullboard meeting
dengan jumlah peserta 20 orang yang terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan
Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan
dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan
hWGS. Narasumber dalam kegiatan berasal dari praktisi/ahli di bidang hWGS.
C. Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan hWGS
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dalam rangka melihat progress penyelenggaraan
hWGS di tujuh RS (RS PON, RSPI Sulianti Saroso, RSK Dharmais, RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo, RSUP I.G.N.G Ngoerah, RSUP dr. Sardjito, RS Persahabatan) serta
untuk mendorong pencapaian IKK Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan pada
Tahun 2022. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan melibatkan tim yang berasal
dari Ditjen Farmalkes dan Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan.

D. Rapat Evaluasi Penyelenggaraan hWGS


Rapat Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk hybrid sebanyak satu kali dengan peserta
terdiri dari Tim Kerja Hukum Setditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Tim Pengelolaan Wahana Pendidikan dan RSP Dit. Tata Kelola Yankes, Pusat

123
Kajian Biomedik, dan 6 RS yang melaksanakan hWGS. Tujuan pelaksanaan kegiatan
dalam rangka menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi, memetakan masalah
penyelenggaraan hWGS di 6 RS serta menyusun solusi/rencana tindak lanjut dalam
mengatasi masalah.

B. Indikator Antara yang Menjadi Pendorong Tercapainya Indikator Utama Direktorat


Jenderal Pelayanan Kesehatan

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan juga memiliki beberapa indikator antara


yang menjadi pendorong tercapainya indikator utama. Adapun indikator utama tercantum
dalam perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dan Menteri
Kesehatan, sedangkan indikator antara tercantum dalam perjanjian kinerja antara pejabat
eselon II di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan dengan Direktur Jenderal Pelayanan
Kesehatan.

Tabel 3.19 Gambaran secara umum capaian


Target Capaian
No Indikator
Renstra PK TW IV %
A. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pembangunan puskesmas di setiap
1 60 60 60 100
kecamatan
Jumlah kecamatan yang memiliki puskesmas
2 4930 4930 4930 100
sesuai standar

Jumlah provinsi yang Sarana, Prasarana, dan


Alkes (SPA) di Rumah Sakit wilayahnya
3 10 10 12 120
memenuhi standar untuk melakukan
pelayanan 9 penyakit prioritas
Jumlah RS UPT Vertikal yang dibangun baru
4 dan dikembangkan untuk mendukung 2 2 2 100
pelayanan 9 penyakit prioritas
Persentase fasyankes rujukan yang
5 melakukan pengujian dan kalibrasi alat 40 40 59,15 147,87
kesehatan
Persentase penggunaan alat kesehatan
6 35 35 65 185,71
dalam negeri di 34 RS vertikal

124
Target Capaian
No Indikator
Renstra PK TW IV %

B. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

Persentase kabupaten/kota yang


1 melaksanakan redistribusi kepesertaan dari 25 25 100 100
puskesmas ke FKTP swasta
C. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Presentase rumah sakit yang diampu dalam
jejaring pengampuan yang melaporkan audit
1 10 10 0 0
medis pada 9 layanan prioritas setiap tahun
*(III.E.1)
Presentase rumah sakit vertikal yang
2 melaporkan audit medis pada 9 layanan 40 40 82,14 205,35
prioritas setiap 6 bulan *(III.E.1)
Persentase fasyankes rujukan di seluruh
3 provinsi yang ditingkatkan dari RS strata 40 40 2,95 7,38
madya ke strata utama *(III.F.1)
Jumlah RS yang dengan kompetensi strata 4
4 10 10 15 150
pada 9 penyakit prioritas *(III.H.1)
Jumlah provinsi yang memiliki RS yang
diampu dalam penyelenggaraan pelayanan 9
5 penyakit prioritas nasional (Jantung, Kanker, 15 15 34 226,67
DM-ginjal-hati, Stroke/Otak, KIA, TB, Penyakit
Infeksi) *(III.H.1)
D. Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan

1 Persentase puskesmas terakreditasi *(III.B.1) 53 53 89,97 169,75

2 Persentase klinik pratama terakreditasi 5 5 2,74 54,8


*(III.B.1)
Persentase Tempat Praktik Mandiri
3 Dokter/Drg (TMPD) yang melakukan 30 30
0 0
pengukuran INM (Indikator Nasional Mutu)
pelayanan kesehatan

4 Persentase RS yang terakreditasi 90 90 90,9 101

125
Target Capaian
No Indikator
Renstra PK TW IV %
Persentase laboratorium kesehatan yang
5 terakreditasi 70 70 22 31,43

Persentase UTD yang terakreditasi


6 0 0 0 0

Persentase fasyankes rujukan yang


7 mencapai target Indikator Nasional Mutu 60 60 34,8 57
(INM) pelayanan kesehatan
Persentase fasyankes rujukan yang
8 melaporkan Insiden Keselamatan Pasien 60 60 47 78,33
(IKP) di fasyankes rujukan

E. Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan

Persentase RS BLU yang kinerja pelayanan


1 50 50 29,4 59%
dan keuangannya baik
Jumlah RS Pendidikan yang berjejaring dalam
2 40 40 201 502,5
program Academic Health System (AHS)
Jumlah RS yang mengembangkan program
3 150 150 40 26,67
kerja sama dengan Luar Negeri (LN)
Jumlah hWGS yang dapat dihasilkan sebagai
4 2.000 2.000 120 6%
peta genome
Persentase Hubs BGSI yang melakukan
5 kegiatan pengembangan layanan berbasis 75 75 100 133,33
genomic
F. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Program
Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat Jenderal
1 34 34 35,43 104,21
Pelayanan Kesehatan
Nilai Kinerja Anggaran Direktorat Jenderal
2 85 85 92,11 108,36
Pelayanan Kesehatan

C. Realisasi Anggaran
Realisasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun Anggaran 2022 sampai
dengan tanggal 27 Januari 2023 sebesar Rp52.724.521.382.440 (91,50%). Realisasi
anggaran berdasar jenis kewenangan paling tinggi berada di Kantor Pusat, hal ini
dipengaruhi oleh tingginya realisasi belanja klaim pasien covid-19. Sedangkan realisasi

126
terendah berada di kewenangan Dekonsentrasi. Berikut capaian realisasi anggaran per
jenis kewenangan:

Tabel 3.20 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Kewenangan

No Jenis Kewenangan Alokasi Realisasi %

1 Kantor Pusat 34.035.247.498.000 32.153.933.565.265 94,47%

2 Kantor Daerah 23.554.480.707.000 20.541.201.657.860 87,21%

3 Dekonsentrasi 35.613.665.000 29.411.059.315 82,58%

Total 57.625.341.870.000 52.724.521.381.440 91,50%


Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

Sedangkan rincian realisasi perjenis belanja adalah sebagai berikut:


Tabel 3.21 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Jenis Belanja
No. Jenis Belanja Alokasi Realisasi %

1 Belanja Pegawai 2.442.745.202.000 2.283.420.555.253 93,48%

2 Belanja Barang 47.793.330.613.000 44.529.758.992.509 93,17%

3 Belanja Modal 7.389.266.055.000 5.911.341.834.678 80,00%

Total 57.625.341.870.000 52.724.521.382.440 91,50%


Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

Pada Tahun Anggaran 2022, realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja terendah
terdapat pada belanja modal. Hal ini disebabkan karena:
1. Rendahnya realisasi belanja modal bersumber dana BLU disebabkan oleh tidak
tercapainya realisasi pendapatan pada 26 satker sebesar Rp1,02T;
2. Terdapat 3 RS yang menunda Belanja Modal Gedung Bangunan TA 2022 ke TA 2023
dikarenakan gagal lelang;
3. Proses pengadaan Civil Work di 6 RS Vertikal terkendala penyesuaian dengan
mekanisme IsDB sehingga kontrak baru terbit bulan November - Desember 2022 dan
realisasi belanja baru terbayar sebesar uang muka pekerjaan kontruksi;
4. Terdapat Pembebasan Lahan yang belum dapat dilaksanakan karena keterlambatan
penerbitan dokumen di Kantor Pertanahan pada RS PON Prof. Dr. Mahar Mardjono

127
Jakarta dan belum tercapainya kesepakatan dengan pemilik pada RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten;
5. Proses pembangunan RS Papua belum dapat dilaksanakan, dikarenakan terkendala
masalah lahan.

Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan jika dilihat per kegiatan,
terendah terdapat pada Kegiatan Pembinaan Tata Kelola Pelayanan Kesehatan dengan
realisasi sebesar 75,71%. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan SOTK
Kementerian Kesehatan yang baru terbit di akhir Bulan Juli dan DIPA yang baru turun
pada bulan Agustus 2022 sehingga kegiatan baru dapat dilaksanakan pada bulan Agustus
2022 serta terdapat kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
sudah direncanakan. Rincian realisasi anggaran per kegiatan di Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 3.22 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Kegiatan

No Kode | Nama Kegiatan Alokasi Realisasi %

2051 | Pembinaan Fasilitas


1 3.262.310.501.000 2.788.057.443.600 85,46%
Pelayanan Kesehatan
2087 | Pembinaan Pelayanan
2 21.103.636.000 18.759.132.028 88,89%
Kesehatan Primer
2090 | Pembinaan Pelayanan
3 30.540.075.254.000 29.202.975.739.584 95,62%
Kesehatan Rujukan
4813 | Dukungan Manajemen
4 Pelaksanaan di 3.196.972.836.000 2.943.471.616.139 92,07%
Ditjen Pelayanan Kesehatan
5836 | Pembinaan Mutu
5 25.832.827.0000 23.039.088.311 89,19%
Pelayanan Kesehatan
6388 | Dukungan Pelayanan
6 Kesehatan Unit Pelaksana 20.556.699.702.000 17.731.299.640.454 86,26%
Teknis Ditjen Yankes
6807 | Pembinaan Tata Kelola
7 22.347.114.000 16.918.722.324 75,71%
Pelayanan Kesehatan

Total 57.625.341.870.000 52.724.521.382.440 91,50%

Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

128
Pada tahun 2022 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan turut melaksanakan
Program Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN)
pada Kantor Pusat dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.23 Rincian Anggaran PC-PEN
Satker/Unit
No Program Pagu Realisasi %
Kerja
1 Klaim Pasien Covid-19 30.464.481.838.000 29.163.852.646.009 95,73%
Pembayaran Klaim Dit. Pelayanan
pasien covid-19 Kesehatan 23.896.912.854.000 23.896.912.849.628 100%
Tahun 2021 Rujukan
Pembayaran Klaim Dit. Pelayanan
pasien covid-19 Kesehatan 6.542.443.799.000 5.247.620.570.864 80,21%
Tahun 2022 Rujukan

Dukungan
Dit. Pelayanan
Manajemen Klaim 25.125.185.000 19.319.225.517 76,89%
Kesehatan
Covid-19
Rujukan
Penguatan Layanan Kesehatan
2 4.559.652.471.000 4.320.485.306.953 94,75%
Rujukan
a Pada RS Vertikal 2.537.921.988.000 2.387.348.079.074 94,07%

Pengadaaan
Sarana, Prasarana RS.PON Prof.
Penanggulangan Dr.Dr Mahar 434.997.817.000 355.967.192.113 81,83%
Covid-19 Mardjono
(Pengadaan Tanah)
Pengadaaan
RSUPN DR.
Sarana, Prasarana
Cipto 257.511.000.000 256.833.250.000 99,74%
Penanggulangan
Mangunkusmo
Covid-19
Relawan dan RSUPN DR.
dukungan SDM Cipto 320.000.000 266.080.859 83,15%
(COVID-19) Mangunkusmo
Pengadaan Alat
Kesehatan 34 RS 1.845.093.171.000 1.774.281.556.102 96,16%
Penguatan Layanan

129
Satker/Unit
No Program Pagu Realisasi %
Kerja
Kesehatan Rujukan
(PEN tahap 1 dan 2)

Pada RSUD (melalui bantuan


b 2.021.730.483.000 1.933.137.227.879 95,62%
Pemerintah)
Dukungan
Dit. Fasilitas
Manajemen
Pelayanan 2.819.179.000 757.454.100 26,87%
Bantuan
Kesehatan
Pemerintah
Dit. Fasilitas
Pengadaaan Alkes
Pelayanan 2.018.911.304.000 1.932.379.773.779 95,71%
(RS Umum Daerah)
Kesehatan
Total PEN Ditjen Yankes 35.024.134.309.000 33.484.337.952.962 95,60%

Berdasarkan surat Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktur Akuntansi dan


Pelaporan Keuangan, Kementerian Keuangan nomor S-7/PB/PB.6/2023 tanggal 31 Januari
2023 perihal Perpanjangan Waktu Penyelesaian Administratif terkait Pertanggungjawaban
atas Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2022 menyebutkan bahwa telah diberikan
perpanjangan batas waktu (dispensasi) penyelesaian administratif atas pertanggungjawaban
transaksi keuangan TA 2022 sampai dengan tanggal 10 Februari 2023, sehingga terhadap
Realisasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun Anggaran 2022 di atas masih
terdapat penyesuaian yang akan berakibat pada berubahnya nilai realisasi anggaran yang
ditarik di Aplikasi OM-SPAN.

D. Output Pelayanan dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (UPT Vertikal)


D.1 Output Pelayanan
Adapun output dari 50 UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan yaitu :
1. Tiga puluh enam RS, 1 Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), 2 Balai Besar Kesehatan
Paru Masyarakat (BBKPM), dan 1 Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
melayani pasien baik umum maupun BPJS. Pada tahun 2022, RS Vertikal telah
melayani 7.314.558 pasien dengan rincian: pasien rawat jalan sebanyak 5.864.431
pasien, rawat inap 1.002.160 pasien, dan IGD sebanyak 447.967 pasien, sedangkan
di satker BBKPM, BKMM, dan UPK telah melayani pasien sejumlah 99.408 pasien.

130
Tabel 3.24 Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan dan IGD di Balai dan UPK Tahun 2022
No Satker Rawat Jalan Rawat Inap IGD
1 BBKPM Bandung 62.601 267 903
2 BBKPM Makassar 20.331 841 797
3 BKMM Cikampek 17.288 - -
4 UPK 18.574 - 232
Total 118.794 1.108 1.932

Tabel 3.25 Jumlah Pelayanan RS Vertikal Tahun 2022


KUNJUNGAN
No. NAMA RS Rawat Rawat
IGD Total
Inap Jalan
1 RS Paru Dr. M. Goenawan
Partowidigdo Cisarua 7.974 40.040 13.942 61.956
2 RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado 25.741 254.765 24.691 305.197
3 RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang 34.680 340.148 30.529 405.357
4 RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar 36.660 207.651 20.310 264.621
5 BKMM Cikampek
- 21.753 - 21.753
6 RS Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang 4.175 52.192 4.339 60.706
7 RSUP Dr. Sitanala
Tangerang 8.262 63.933 11.012 83.207
8 RS Kanker Dharmais
23.282 225.012 7.387 255.681
9 RS Ketergantungan Obat
567 44.735 725 46.027
10 RSUP Surakarta
2.853 40.330 3.789 46.972
11 RSUP Sanglah Denpasar
43.368 315.636 32.509 391.513

131
KUNJUNGAN
No. NAMA RS Rawat Rawat
IGD Total
Inap Jalan
12 RS Dr. Tadjuddin Chalid,
MPH Makassar 8.113 43.541 12.253 63.907
13 RSUP Persahabatan
18.190 286.851 14.560 319.601
14 RSK Pusat Otak Nasional
9.263 109.902 10.144 129.309
15 RS Mata Makassar
53 22.266 771 23.090
16 RS Anak dan Bunda
Harapan Kita 12.131 106.843 16.441 135.415
17 RS J. Leimena Ambon
4.407 14.824 3.197 22.428
18 RSUP Dr. Sardjito Yogya
37.219 587.967 23.105 648.291
19 RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo 37.655 1.588.695 30.871 1.657.221
20 RSUP Fatmawati
34.784 337.966 20.000 392.750
21 RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang 26.148 412.765 20.000 458.913
22 RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta 74.739 3.884 4.997 83.620
23 RS Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor 7.197 99.262 10.725 117.184
24 RSUP Dr. Kariadi
Semarang 48.711 798.904 34.368 881.983
25 RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung 47.142 513.057 30.992 591.191
26 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
Bandung 5.548 29.149 6.670 41.367
27 RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita 12.340 119.132 8.264 139.736

132
KUNJUNGAN
No. NAMA RS Rawat Rawat
IGD Total
Inap Jalan
28 RS Khusus Mata Cicendo
6.880 110.853 5.048 122.781
29 RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Magelang 9.907 89.805 13.958 113.670
30 RS Otak DR. Drs. M. Hatta
Bukittinggi 6.034 40.175 8.760 54.969
31 RS Jiwa dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta 3.884 74.739 4.997 83.620
32 RS Penyakit Infeksi Prof.
Dr. Sulianti 2.881 38.389 5.971 47.241
33 RSUP H. Adam Malik
Medan 20.327 243.323 20.697 284.347
34
RSUP Dr. M. Djamil Padang 28.637 240.032 24.546 293.215
35 RSUP Ratatotok Buyat
2.450 9.527 4.446 16.423
36 RS Paru Dr. Ario Wirawan
Salatiga 7.754 26.750 10.058 44.562
37 RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten 17.289 141.049 33.525 191.863
Total 677.245 7.695.845 528.597 8.901.687

2. Empat Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) yang mempunyai tupoksi


pemeriksaan laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat. Pada tahun
2021 telah melakukan pemeriksaan laboratorium sebanyak 1.965.875 laboratorium.

Tabel 3.26 Jumlah Pemeriksaan Laboratorium di BBLK tahun 2022


No Satker Jumlah Pemeriksaan Laboratorium
1 BBLK Jakarta 2.291.296
2 BBLK Palembang 85.336
3 BBLK Makassar 133.404
4 BBLK Surabaya 466.204
Total 2.976.240

133
3. Empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dan 2 Loka Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (LPFK) yang mempunyai tupoksi melaksanakan pengamanan
fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan melalui
pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi. Pada tahun 2021 telah melakukan kalibrasi
pada 153.906 alat kesehatan.

Tabel 3.27 Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun 2022
No Satker Jumlah Alat yang Dikalibrasi
1 BPFK Jakarta 23.507
2 BPFK Medan 22.828
3 BPFK surabaya 54.839
4 BPFK Makassar 30.686
5 LPFK Surakarta 57.479
6 LPFK Banjarbaru 18.914
Total 208.253

2) Layanan Unggulan RS UPT Vertikal


Jenis pelayanan atau fasilitas unggulan yang dilayani oleh RS UPT Vertikal Kementerian
Kesehatan, yaitu:

Tabel 3.28 Layanan Unggulan RS UPT Vertikal


No. Nama Rumah Sakit Jenis Layanan Unggulan yang
dimiliki
1 RSUP Dr. Mohammad 1. Layanan Jantung Terpadu
Hoesin Palembang 2. Layanan Onkologi Terpadu
2 RS Paru Dr. M. TB MDR, Bedah Toraks
Goenawan Partowidigdo
Cisarua
3 RSUP Dr. Wahidin 1. Infection Centre
Sudirohusodo Makassar 2. Gastroentrohepatologi Centre
3. Intensive Care Centre
4. Mother and child centre
5. Pusat Jantung Terpadu
6. Private Care Centre
7. Brain Centre
4 RSUP Prof. Dr. R. D. 1. Layanan Bedah Minimal Invasive
Kandou Manado 2. Layanan Jantung Anak, Layanan
3. PINERE, TELEMEDICINE, Layanan
4. Bedah Vaskular (Brand Layanan)
5 RS Jiwa Dr. Radjiman 1. Psikogeriatri
Wediodiningrat Lawang 2. Anak Remaja

134
6 RSUP Dr. Sitanala Layanan Unggulan
Tangerang 1. Layanan Rehabilitasi Medik
2. Layanan Stroke
3. Layanan Traumatologi
4. Layanan MCU Paripurna
7 RS Ketergantungan Obat
1. Layanan Home Care
2. Layanan Pasien Napza WNA
(kedutaan)
3. Bantuan Saksi Hukum untuk Korban
Penyalahgunaan Napza
4. Kerjasama dengan Rehab
Sosial/Swasta untuk pelaksanaan
Detoksifikasi
5. Adiksi game, Test MMPI (Psikiatri)
6. Layanan MCU Napza
7. Pelayanan Napza Komprehensif
mulai dari detoksifikasi hingga
rehabilitasi
8. Pelayanan untuk komplikasi fisik dan
Dual Diagnosis (Komorbid)
9. Terapi Rumatan Metadon dan
Buprenofin
10. Intervensi Psikososial
11. Skrining Napza dengan Metode
Rapid dan Enzyme Multiplied
Immunoassay Technique (EMTT)
12. Tes Konfirmasi Napza dengan
menggunakan Gas Crhomatography
Mass Spectrophotometry (GCMS)
untuk analisis Urin dan Rambut
13. Klinik Adiksi Non Napza
14. IOT (Intensive Outpatient
Treatment)
8 RSUP Surakarta Respirasi/Paru
9 RSUP Sanglah Denpasar 1. Pelayanan Jantung Terpadu
2. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
3. Pelayanan Kanker Terpadu

Sesuai dengan SK Penetapan


Pelayanan Unggulan 2020-2024 No:
HK.02.03/SK.XIV.4.3.1/39641/2021
10 RS Anak dan Bunda 1. Birth Defect Integrated Centre
Harapan Kita (BIDIC)
2. Perinatal Terpadu
3. Teknologi Reproduksi Berbantu
(TRB)
11 RS Kanker Dharmais 1. Cryosurgery (Paru); 2. VATS
(BTKV); 3. TUR Prostat; 4. Whipple
Pankreas
12 RS Dr. Tadjuddin Chalid, Rehab Medik, Mata, Vaskuler dan
MPH Makassar Geriatri
13 RS Paru Dr. H. A. 1. Layanan Biomolekuler Paru dan
Rotinsulu Bandung 2. Layanan Invasif Paru

135
14 RSUP Persahabatan 1. Respirasi ibu dan anak; Cardio
2. Respirasi dengan Unggulan Operasi
Jantung Terbuka; Pelayanan Unggulan
diagnostik invasif, bedah minimal
invasif; Pelayanan kanker Terpadu;
3. Rehabilitasi Medik terpadu
(Rehabilitasi medik terintegrasi
unggulan Pulmonary Rehabilitasi)
15 RSK Pusat Otak Nasional Pelayanan Pituitary Centre, Pelayanan
Pain Intervention, Pelayanan covid-19,
Pelayanan Neuropediatri, Pelayanan
Epilepsi Centre, Pelayanan
Neurodaycare, dan pelayanan
Movement Disorder center
16 RS Mata Makassar 1. Katarak
17 RSUP Fatmawati Pelayanan Terpadu Multidisplin (
Kanker , Orthopedi, kardiovaskuler
intervensi)
18 RS Jiwa Dr. Soeharto
Heerjan 1. Psikiatri Pelayanan anak dan remaja
2. Rehabilitasi psikososial
3. MHCU
19 RSUP Dr. Sardjito Yogya 1. Pelayanan Jantung Terpadu ; 2.
Pelayanan Kanker Terpadu; 3.
Pelayanan Otak dan Vaskuler Terpadu;
4. Layanan unggulan yang
dikembangkan dalam wadah Health
Tourism (Layanan Privilege : 1.Estetika
Center ; 2.Medical Check Up (MCU); 3.
Layanan Kesehatan Reproduksi;
4.Delivery Suite; 5.Eye Center;
6.Minimal Invasive Surgery;
7.Transplantasi)
20 RSUP Dr. Rivai Abdullah Pelayanan spine (orthopedi) dan
Palembang minimal invasive orhopedi
21 RS Jiwa dr. H. Marzoeki Personal Development Care (PDC),
Mahdi Bogor Rehabilitasi Psikososial, dan Napza
22 RS Paru Dr. Ario Wirawan Layanan Asma PPOK, Layanan Bedah
Salatiga Torak & Kardiovaskuler, Layanan TB &
TB RO
23 RS J. Leimena Ambon 1. Pelayanan Jantung Terpadu
2. Pelayanan Kanker Terpadu
3. Pelayanan Kemaritiman Terpadu
24 RS Khusus Mata Cicendo Advanced Diabetic Retina Services
25 RS Orthopedi Prof. Dr. R. Lanjutan Spine Orthopedic
Soeharso Surakarta
26 RSUP H. Adam Malik Jantung Terpadu dan Onkologi
Medan Terpadu
27 RSUP Dr. Kariadi sudah sesuai
Semarang
28 RSUP H. Adam Malik 1. Pelayanan Jantung Terpadu
Medan 2. Pelayanan Onkologi Terpadu

136
29 RSUPN Dr. Cipto 1. In Vitro Fertilization (IVF)
Mangunkusumo 2. Uronefro Center
3. Gamma Knife
4. Transplantasi Ginjal
5. Prosedure Minimal Invasif Pusat
Endoskopi Saluran Cerna PESC)
6. Pelayanan Kanker Terpadu (PKaT)
30 RS Jantung Harapan Kita Valiatif Cardiovascular
31 RSUP Dr. Soeradji Kanker terpadu, Pediatri terpadu
Tirtonegoro Klaten
32 RSPI 1. rujukan infeksi
2. bank darah & HD
3. HOME care untuk infeksi geriatri
4. radiodiagnostik untuk penyakit
infeksi
5. laboratorium infeksi terintegrasi
33 RSJ Soerojo Magelang Layanan Unggulannya..Kesehatan
Jiwa Anak dan Remaja
34 RS Otak Bukittinggi 1.Pelayanan penyakit Cerebrovascular.
2. Pelayanan Neurorestorasi.
3.PelayananNeurointervensi/
Cardiointervensi
4. Stroke Chek up. 5.Pelayanan
Painintervensi. 6. Poliklinik eksekutif.
7.Wisata kesehatan.

35 RSUP M.Djamil Padang 1. Pelayanan Penyakit Jantung dan


Pembuluh Darah
2. Tissue Bank dan Sel Punca
3. Perinatologi
4. Pelayanan Transplantasi Ginjal
5. Geriatri

36 RSUP Hasan Sadikin Kedokteran Nuklir & Robotic surgery


Bandung
37 RSUP Ratatotok Buyat Layanan KIA (Klinik Ibu dan Anak)

3) Indikator Kinerja Terpilih (IKT) UPT Vertikal


Terkait dengan penilaian kinerja UPT Vertikal yang telah menjadi Badan Layanan
Umum (BLU) dan sebagai pemberi pelayanan secara langsung kepada masyarakat,
juga dilakukan melalui penilaian kinerja individu Pemimpin BLU yang disetarakan
sebagai kinerja BLU yang dikelolanya atau yang disebut dengan Indikator Kinerja
Terpilih (IKT).
Indikator Kinerja Terpilih (IKT) yang menjadi dasar penilaian kinerja para Pemimpin
BLU Rumah Sakit dan Balai Kesehatan di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan terdiri
atas indikator layanan dan indikator keuangan. Berikut adalah IKT Tahun 2022 bagi
Pemimpin BLU Rumah Sakit dan Balai Kesehatan:

137
Tabel 3.29 Capaian Target Indikator RS Khusus dan RS Umum Vertikal TW IV 2022

138
Tujuan dari penilaian ini adalah terkait dengan salah satu sasaran strategis dalam Peta
Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yaitu optimalisasi fungsi UPT Vertikal.
Sebagai unit pelaksana teknis maka UPT Vertikal melakukan tugas dan fungsi sebagai
perpanjangan tangan Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
sebagai pengampu satker-satker tersebut).
D.2 Realisasi Anggaran

Gambar 3.10 Capaian Nilai Kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan pada SMART e-Monev DJA
Kemenkeu

Berdasarkan data eMonev DJA sampai dengan tanggal 27 Januari 2022,


secara umum, Nilai kinerja anggaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan pada
tahun 2022 adalah 92.11%. Data Rincian Realisasi Anggaran lebih lengkap dapat
dilihat dalam lampiran laporan kinerja ini.

E. Sumber Daya Lainnya


1. Sumber Daya Manusia
Organisasi adalah sebuah wadah untuk sekumpulan orang yang bekerja sama
secara rasional serta sistematis yang terpimpin atau terkendali untuk mencapai tujuan
tertentu memanfaatkan sumber daya yang ada di dalamnya. Sumber Daya Manusia
(SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
mempunyai 57 satuan kerja yang terdiri dari 6 satuan kerja di kantor pusat dan 51
satuan kerja di UPT Vertikal.

139
Aparatur Sipil Negara yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Mengingat sampai dengan Desember
2022 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan hanya mempunyai PNS, maka dalam
laporan ini data yang ditampilkan hanya PNS saja. Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan pada tanggal 31 Desember 2022 mempunyai pegawai sebanyak 32.186
orang yang terdistribusi di kantor pusat sebesar 1,35% (436 pegawai) dan sebesar
98,65% (31.750 pegawai) di UPT Vertikal.

Tabel 3.30 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Jabatan
Jabatan
Nama Satuan Struktural
No Jumlah
Organisasi Fungsional Pelaksana
Es I Es II Koord Sub Koord

1 Kantor Pusat 1 5 0 6 235 189 436


2 UPT Vertikal 0 94 28 18 22998 8604 31750
TOTAL 1 99 28 24 23232 8793 32186
Sumber : SIMKA tanggal 31 Desember 2022
Berdasarkan tabel di atas maka maka persentase pegawai di Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan yang merupakan pejabat pelaksana masih tinggi yaitu
sebesar 27,32% (8.793 pegawai), hal ini memperlihatkan bahwa masih banyak
pegawai yang belum mempunyai jenjang karir yang jelas. Terdapat beberapa
mekanisme pengangkatan dalam jabatan fungsional yaitu pengangkatan pertama, alih
jabatan, penyesuaian/inpassing dan promosi. Pejabat pelaksana perlu diberikan
motivasi untuk menjadi pejabat fungsional sesuai dengan kompetensi dan peta jabatan
yang tersedia dalam satuan kerjanya. Dengan telah berakhirnya pelaksanaan
inpassing nasional pada bulan April 2021, maka pejabat pelaksana diarahkan menjadi
pejabat fungsional melalui alih jabatan.
Tabel 3.31 Perbandingan Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

No Nama Satuan Organisasi Jumlah


Pria Wanita

1 Kantor Pusat 164 272 436


2 UPT Vertikal 10552 21198 31750
TOTAL 10716 21470 32186

Sumber : SIMKA tanggal 31 Desember 2022

140
Berdasarkan di atas, maka menunjukkan bahwa pegawai di Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan pegawai wanita sebesar 66,70% (21.470 PNS) hampir dua kali
lipat pegawai pria yaitu sebesar 33.30% (10.716 PNS).

Tabel 3.32 Distribusi Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber : SIMKA tanggal 31 Desember 2022

Berdasarkan tabel diatas maka tingkat pendidikan pegawai di Direktorat


Jenderal Pelayanan Kesehatan sangat bervariasi mulai dari SD sampai dengan S3.
Adapun pegawai dengan pendidikan di bawah DIII sebesar 10.9% (3.508 pegawai)
dengan distribusi di kantor pusat sebesar 18 pegawai dan 3.491 pegawai di UPT
Vertikal. Tingkat pendidikan pegawai yang terbanyak yaitu pendidikan DIII sebesar
38.73% (12.458 pegawai) diikuti pendidikan S1 sebesar 31.83% (10.242 pegawai).
Mengingat masih banyak pegawai dengan pendidikan di bawah DIII, maka perlu
diadakan peningkatan kompetensi dengan melalui pendidikan baik secara tugas
belajar maupun ijin belajar. Dalam upaya peningkatan kompetensi ini terdapat
beberapa kendala salah satunya adalah usia para PNS tersebut yang sudah mendekati
batas usia pensiun, sehingga para pegawai ini tidak dapat lagi ditingkatkan
kompetensinya.

Tabel 3.33 Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan berdasarkan Golongan

Sumber : SIMKA tanggal 31 Desember 2022

141
Berdasarkan tabel di atas maka berdasarkan pangkat dan golongan pegawai
di Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang terbanyak adalah Golongan III
sebesar 65,02% (20.928 pegawai), diikuti golongan IV sebesar 17,28% (5.562
pegawai), golongan II sebesar 17.5% (5.631 pegawai) dan terakhir golongan I sebesar
0,02% (65 pegawai). Dengan ditingkatkan kompetensi para pegawai terutama pada
golongan I, diharapkan beberapa tahun ke depan jumlah pegawai pada golongan I
semakin berkurang.

2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Pengelolaan Barang Milik Negara Ditjen Pelayanan Kesehatan selama periode
1 Januari s/d 31 Desember 2022, dapat dilaporkan dalam bentuk Intrakomtable,
Ekstrakomtable, Gabungan Intrakomtable dan Ekstrakomtable, Aset Tak Berwujud dan
Konstruksi Dalam Pengerjaaan, rincian lebih lanjut terdapat di dalam table pada
lampiran.

F. Prestasi dan Inovasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan


1. Inovasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan (PKR) : National Command
Center/ NCC
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya
program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah
dilaksanakan oleh periode sebelumnya
Dalam upaya mendukung Outcome RPJMN bidang kesehatan khususnya dalam
upaya Meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi dan Memperkuat sistem kesehatan & pengendalian obat dan makanan
Kementerian Kesehatan melakukan Transformasi sistem kesehatan tahun 2021-2024
dimana Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mendukung :
Transformasi layanan rujukan dengan tujuan meningkatkan akses dan mutu
layanan sekunder & tersier
Transformasi teknologi kesehatan dengan tujuan Pengembangan dan
pemanfaatan teknologi, digitalisasi, dan bioteknologi di sektor kesehatan
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT adalah Suatu mekanisme
pelayanan korban/pasien gawat darurat yang terintegrasi dan berbasis call center

142
dengan menggunakan kode akses telekomunikasi 119 dan melibatkan masyarakat.
Penyelenggaraan SPGDT terdiri atas
Sistem komunikasi gawat darurat;
Sistem penanganan Korban/Pasien Gawat Darurat; dan
Sistem transportasi gawat darurat

SPGDT dilaksanakan melalui National Command Center 119 (NCC 119) di Pusat dan
Public Safety Center 119 (PSC 119) di Kabupaten/Kota. NCC 119 adalah pusat
panggilan kegawatdaruratan bidang kesehatan dengan nomor kode akses
119 yang digunakan di seluruh wilayah Indonesia sedangkan PSC 119 adalah
pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang
berhubungan dengan kegawatdaruratan yang berada di kabupaten/kota yang
merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat.

Gambar 3.11 Sistem Penanggulan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

Adapun manfaat dari SPGDT ini antara lain :


Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan; dan
Mempercepat waktu penanganan (respon time) Korban/Pasien Gawat Darurat dan
menyelematkan jiwa
Menurunkan angka kematian serta kecacatan.
Dengan pemanfaatan pelayanan SPGDT ini, diharapkan mampu menangani atau
mengeliminasi masalah yang sering terjadi dalam memberikan pelayanan
kegawatdaruratan.

143
Adapun kegiatan yang dilakukan pada NCC 119 antara lain :
- Pengadaan Nasional Command Center (NCC) 119 (inovasi dan layanan),
panggilan kegawatdaruratan medik yang tersedia selama 24 jam
- Integrasi layanan panggilan kegawatdaruratan medik dengan PSC
119 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
- Penguatan layanan 119 dengan RS melalui sistem rujukan terintegrasi
- Monitoring dan evaluasi terkait layanan panggilan 119.

2. Sistem informasi akreditasi rumah sakit (sinar)


Aplikasi SINAR (Sistem Informasi Akreditasi Rumah Sakit) adalah merupakan
sistem informasi penyelenggaraan akreditasi rumah sakit yang dilakukan oleh
Lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi Rumah Sakit (LIPA). Adapun
pengguna SINAR adalah RS, Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota, Kemeterian
Kesehatan dan LIPA
1. Diagram Konteks SINAR

Gambar 3.12 Konteks SINAR


2. Alur SINAR
a. RS melakukan permohonan akreditasi ke LIPA yang dipilih RS
1) LIPA RS melakukan update proses akreditasi RS berdasarkan permohonan
survei dari RS yang masuk ke LIPA. Proses akreditasi terdiri dari:
1. Pengajuan Survey Akreditas = RS mengajukan permohonan Akreditasi ke LIPA
RS
2) Tanggal Survey = LIPA RS menentukan tanggal pelaksanaan survey
akreditasi

144
3) Pelaksanaan Survey =LIPA RS melakukan survey ke RS
1. Hasil Akreditasi: Hasil akreditasi terdiri dari Tidak terakreditasi, Madya,
Utama, Paripurna. LIPA menentukan hasil akreditasi berdasarkan hasil survei
di RS.
4) Rekomendasi = LIPA RS membuat Rekomendasi Paska survei kepada RS
5) Penerbitan Sertifikat = LIPA RS mengajukan surat permohonan
penandatanganan sertifikat akreditasi ke Kementerian Kesehatan
6) Survey Kepuasan Akreditasi = RS memberikan penilaian terhadap surveyor
dan LIPA melalui Hasil Survei Kepuasan RS terhadap lembaga Akreditasi.
Survei kepuasan ini menggunakan google form yang disiapkan oleh
Kementerian Kesehatan. Hasil survei kepuasan ini kemudian disampaikan
pada SINAR.
7) Selesai = proses akreditasi selesai
2) Dinas Kesehatan provinsi, kab/kota melakukan monitoring proses akreditasi;
data yang muncul hanya data wilayah Dinkes provinsi, kab/kota masing-masing
3) Kementerian Kesehatan melakukan monitoring proses akreditasi; data yang
muncul semua proses akreditasi pada setiap RS seluruh Indonesia.

3. Bridging sistem
Bridging sistem dilaksanakan antara Kementerian Kesehatan dengan LIPA .

Gambar 3.13 Bridging Sistem dengan LIPA


4. User SINAR
Aplikasi SINAR termasuk dalam bagian dari aplikasi RS Online, sehingga RS dan
Dinas Kesehatan dapat melakukan akses aplikasi SINAR dengan terlebih dahulu
melakukan login melalui aplikasi RS Online

145
a. User LIPA
1. Melakukan penarikan data dasar RS dari RS Online berdasarkan pengajuan
akreditasi dari RS menggunakan kode RS melalui bridging sistem dengan RS
Online
2. Melakukan update data setiap tahapan proses akreditasi RS dengan
mengirimkan data ke RS Online melalui bridging sistem dengan RS Online
b. User RS
1) RS melakukan monitoring proses akreditasi yang dilakukan oleh salah satu
anggota LIPA RS
2) RS melakukan monitoring capaian pengisian aplikasi INM
3) RS melakukan monitoring pengisian aplikasi IKP
c. User Dinas Kesehatan
Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan akreditasi RS di wilayah
masing-masing melalui aplikasi RS Online

d. User Kemenkes
1) Melakukan update data survey kepuasan RS terhadap pembimbing dan LIPA
melalui aplikasi RS Online (Sangat Puas, Puas, Kurang Puas).
2) Melakukan monitoring dan evaluasi proses akreditasi yang dilaksanakan semua
lembaga LIPA melalui RS On Line dan dashboard SINAR.
3) Melakukan export data proses akreditasi sebagai bahan evaluasi proses
akreditasi melalui dashboard SINAR
5. Sertifikasi Akreditasi RS
a. Sertifikat Akreditasi dilakukan tanda tangan secara elektronik oleh Dirjen
Palayanan Kesehatan dan oleh LIPA yang mengeluarkan sertifikat.
b. Ketentuan Tanda Tangan Elektronik (TTE)

146
1) Pada proses awal pengajuan akreditasi RS, LIPA melakukan konfirmasi ke RS
untuk memastikan Nama RS dan Alamat RS apakah sesuai dengan yang ada
di RS Online. Nama RS dan Alamat RS diperlukan untuk dimasukkan dalam
sertifikat akreditasi. Jika nama dan alamat RS sudah tidak sesuai dengan data
di RS online maka RS diminta untuk melakukan pembaharuan data.
Pembaharuan data dilakukan melalui Dinas Kesehatan Provinsi atau Dinas
Kesehatan Kab/Kota sesuai wilayah RS.
2) Setelah dilakukan survei akreditasi dan didapatkan hasil penilaian yang
ditentukan oleh LIPA maka LIPA dapat mengajukan ke aplikasi Sertifikasi
Akreditasi SINAR untuk penerbitan sertifikat.
3) LIPA mengirimkan data RS yang akan mendapat sertifikat hasil akreditasi ke
aplikasi Sertifikasi Akreditasi SINAR melalui web service
4) Sertifikat akreditasi RS ditandatangani menggunakan tanda tangan elektronik
yang telah terdaftar di Balai Sertifikasi Elektronik atau BSrE (Badan Siber dan
Sandi Negara)
5) Tanda tangan elektronik pada sertifikat akreditasi RS dilakukan melalui aplikasi
Sertifikasi Akreditasi SINAR
6) Sertifikat akreditasi RS ditandatangani secara elektronik oleh Ketua LIPA Dirjen
Yankes (satu sertifikat terdapat dua tanda tangan elektronik)

7) Desain sertifikat akreditasi RS disesuaikan dengan LIPA masing-masing, namun


tata letak TTE dan data RS disamakan dan berlaku untuk semua sertifikat
8) Sertifikat menggunakan ukuran kertas A3 29,7 x 42 cm

147
c. Alur

d. Keamanan
Setiap ketua LIPA memiliki username dan password untuk dapat login ke
sistem Sertifikasi Akreditasi SINAR, sername dan password ini bersifat rahasia.
Setiap ketua LIPA wajib menjaga kerahasiaan username dan passwordnya dan
jika diduga ada penyalahgunaan sername dan password tersebut maka segera
laporkan ke Kementerian Kesehatan.
e. Contoh Sertifikat akreditasi yang telah dialkuka tanda tangan secara elektronik

148
3. Pengembangan Pelaporan Data COVID-19 pada Aplikasi RS Online
AplikasI RS Online merupakan bagian dari pelaporan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) yang berisi pelaporan bersifat terbarukan (updated). Dalam aplikasi RS
Online telah ditambahkan fitur pelaporan Covid-19 sejak tahun 2020, yang pada akhir
tahun 2020 telah mengalami perkembangan pelaporan dari laporan individu dalam
versi 1, menjadi pelaporan rekapitulasi dalam versi 2. Pelaporan Covid-19 versi 2
dalam aplikasi RS Online masih digunakan selama tahun 2021, hal ini dikarenakan
pandemi Covid-19 masih terjadi sepanjang tahun tersebut.
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan data dan informasi Covid-19 bersumber
rumah sakit mengalami perubahan dan perkembangan. Terutama adanya lonjakan
kasus Covid-19 yang luar biasa di akhir semester I tahun 2021, memerlukan informasi
ketersediaan dan kebutuhan oksigendi setiap rumah sakit baik rujukan maupun non
rujukan Covid-19, baik rumah sakit milik pemerintah, BUMN, maupun swasta.
Kebutuhan informasi ini menyebabkan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
terus berinovasi dalam mengembangkan pelaporan Covid-19 versi 2 dalam aplikasi
RS Online.
Berikut ini pengembangan formulir pelaporan Covid-19 versi 2 sepanjang tahun
2021:
Formulir Rekap Data Harian IGD Triase
Formulir Rekap Data Harian IGD Triase diberlakukan sejak bulan Juli 2021, berisi
pelaporan jumlah pasien Covid-19 yang masuk ke rumah sakit dan menerima
pelayanan IGD Triase. Formulir ini bertujuan untuk memotret kondisi awal pasien pada
saat masuk rumah sakit.

Gambar 3.14 Formulir Rekap Harian Tenaga Kesehatan Terinfeksi Covid-19

Formulir Rekap Harian Tenaga Kesehatan Terinfeksi Covid-19 diberlakukan sejak


bulan Juli 2021, berisi pelaporan jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit yang
terinfeksi Covid-19, yang meliputi tenaga medis, paramedis, dan tenaga kesehatan

149
lainnya. Dalam formulir ini dilaporkan jumlah kasus baru terinfeksi dan jumlah
meninggal.

Gambar 3.15 Formulir Rekap Data Harian Oksigenasi dan Suplier

Sehubungan dengan kegawatdaruratan yang terjadi akibat lonjakan kasus Covid-


19 di akhir semester I, yaitu banyaknya pasien Covid-19 tidak sebanding dengan
ketersediaan Oksigen di rumah sakit, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
mengeluarkan Surat Edaran Nomor IR.03.01/I/2460/2021 pada tanggal 16 Juli 2021
tentang Update Laporan Oksigen di RS Online yang berisi kewajiban rumah sakit
untuk melaporkan kondisi harian oksigen dan suplier di RS Online.

150
Gambar 3.16 SE Update Laporan Oksigen RS Online

Formulir Rekap Data Harian Oksigenasi diberlakukan sejak bulan Juli 2021, berisi
pelaporan jumlah pemakaian, ketersediaan, dan estimasi kebutuhan oksigen.

151
Gambar 3.17 Formulir Rekap Pemeriksaan PCR Tenaga Kesehatan

Sehubungan dengan tingginya kasus Covid-19 di akhir semester I tahun 2021 yang
meningkatkan risiko penularan pada tenaga kesehatan di rumah sakit, maka
dikembangkan Formulir Rekap Pemeriksaan PCR Tenaga Kesehatan. Rumah sakit

152
melaporkan jumlah tenaga kesehatan, berapa yang sudah diperiksa Swab PCR dan
jumlah hasil PCR terkonfirmasinya. Formulir ini juga dilaporkan mulai bulan Juli 2021.

Gambar 3.18 Formulir Pelaporan Kematian Covid-19

Pada akhir triwulan III tahuh 2021, kebutuhan data dan informasi berkembang
kembali ke arah data individu. Hal ini dikarenakan kondisi jumlah kematian yang
dilaporkan dalam aplikasi New All Record tidak sesuai dengan jumlah kematian yang
dilaporkan oleh rumah sakit dan total kematian Covid-19 di masyarakat. Sesuai arahan
pimpinan maka dikembangkan formulir pelaporan kematian Covid-19 yang berisikan
data individu pasien. Dalam formulir ini dilaporkan data pasien individu yang
meninggal di rumah sakit baik suspek maupun konfirmasi Covid-19, mulai data profil
pasien sampai dengan kondisi akhir dan sebab kematian pasien. Data individu ini
mencatat NIK pasien bertujuan supaya data dapat dikirim ke aplikasi New All Record
untuk melengkapi data. Implementasi pelaporan kematian individu pasien Covid-19 ini
didukung dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan nomor
HK.02.02/I/3420/2021 tanggal 27 September 2021 tentang Pelaporan Kematian
Pasien Covid-19 di RS Online Versi 2.

153
Gambar 3.19 SE Pelaporan Kematian

154
Gambar 3.20 Form Laporan Kematian

Sehubungan dengan kurangnya kepatuhan rumah sakit dalam melaporkan


berbagai formulir pelaporan Covid-19 maka beberapa formulir yang bersifat update
diubah menjadi formulir rekapitulasi harian, meliputi formulir rekapitulasi harian APD,
Obat, dan Plasma Apheresis.

Dashboard pada Aplikasi RS Online


Selain pengembangan pelaporan, pada tahun 2021 juga telah dilakukan pengembangan
penyajian informasi dalam bentuk dashboard di aplikasi RS Online. Dashboard yang

155
dikembangka dalam aplikasi RS Online yaitu dashboard RS Online, Dashboard Covid-10 dan
Dashboard Eksekutif.
Dashboard RS Online menyajikan informasi terkait jumlah, lokasi, dan profil rumah sakit, yang
dapat diakses oleh umum tanpa login. Dashboard RS Online memiliki penyajian peta interaktif
yang dapat mempermudah pengguna untuk mencari data spesifik sesuai kebutuhan.

156
Gambar 3.21 Dashboard RS Online

Dashboard Covid-19 menyajikan informasi terkait laporan Covid-19 yang hanya dapat diakses
oleh Kemenkes, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan lintas
instansi terkait. Infomasi yang disajikan meliputi BOR, data pasien, data SDM melayani Covid-
19, data logistik.

157
158
159
Gambar 3.22 Dashboard untuk Dinas Kesehatan Provinsi

Dashboard Eksekutif menyajikan informasi trend BOR dengan peta interaktif, jumlah RS
dengan perkiraan waktu habis oksigen, tren oksigen harian, dan data oksigenasi per rumah
sakit.

160
161
162
Gambar 3.23 Dashboard Rincian Data per RS

Interoperabilitas pada Aplikasi RS Online


Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan berupaya untuk memenuhi kaidah interoperabilitas
data sesuai Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia. Aplikasi RS Online
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi berupa interoperabilitas antar sistem informasi,
baik untuk menerima maupun mengirimkan data.

Gambar 3.24 Alur Bridging RS Online

163
Interoperabilitas data yang lebih umum dikenal dengan sebutan Bridging, telah dilakukan di
tahun 2021. Bridging penerimaan data dilakukan dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS) yang tersebar di berbagai rumah sakit, Sistem Informasi SDM Kesehatan
(SISDMK) dari Badan PPSDM Kesehatan, Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan
(ASPAK) dari Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS). Sedangkan bridging pengiriman data dilakukan dengan Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin), Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi (SISRUTE), dan Jaga KPK. Sedangkan
dengan Sistem Informasi Rawat Inap (SIRANAP), RS Online sudah terintegrasi, sehingga
pelaporan ketersediaan dan pemakaian tempat tidur dilakukan melalui RS Online, dan
disajikan di SIRANAP.
Pelaporan data individu kematian pasien Covid-19 juga telah terinteroperabilitas baik dengan
SIMRS maupun aplikasi New All Record (NAR) di Pusdatin untuk mencari profil pasien
menggunakan NIK, sehingga mengurangi beban pelaporan di Rumah Sakit. Di bawah ini
merupakan diagram alur bridging data kematian individu RS Online dengan NAR, juga SIMRS
yang dapat diakses API-nya oleh rumah sakit. Pelaporan Covid-19 dan pelaporan
ketersediaan tempat tidur juga dapat dilakukan dengan brigding antara RS Online dan SIMRS
dan petunjuk teknisnya dapat diunduh oleh RS di dalam RS Online.

Gambar 3.25 Alur Pengisian Data

164
Gambar 3.26 Dokumentasi API RS Online

165
BAB IV
PENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun sebagai


pelaksanaan akuntabilitas kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan serta sebagai wujud
pertanggungjawaban kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan kepada Menteri Kesehatan.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dari sasaran dan kegiatan Ditjen Pelayanan
Kesehatan tahun 2022 secara umum berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja antara Menteri Kesehatan dengan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
tetapi ada 2 indikator yang belum tercapai yaitu indikator persentase FKTP terakreditasi dan
persentase RS yang melaporkan audit medis pada 9 penyakit prioritas. Untuk indikator
persentase FKTP terakreditasi terdapat rencana tindak lanjut untuk mencapai target di tahun
depan dengan mempercepat NSPK terkait Revisi Permenkes Nomor 46 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi, Percepatan penyiapan regulasi pendukung penerapan kembali kebijakan akreditasi
FKTP dan Alokasi anggaran kepada dinas kesehatan maupun Puskesmas untuk membantu
pembiayaan akreditasi Puskesmas. Sedangkan indikator persentase RS yang melaporkan
audit medis pada 9 penyakit prioritas perlu dilakukan diseminasi hasil audit medis/klinis 9
layanan prioritas sebagai upaya untuk evaluasi dalam pelaksanaan audit medis/klinis, rutin
melakukan koordinasi dengan Setditjen Yankes terkait proses pembuatan tools pelaporan
audit medis, sosialisasi dan mendorong RS Pengampu dan RS diampu (sesuai KMK Stroke)
untuk melaporkan audit medis.
Pencapaian pada tahun 2022 ini diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-
kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan
hal-hal yang menghambat tercapainya target diharapkan dapat ditemukan solusi serta
alternatif penyelesaiannya dengan mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Untuk itu perlu dikembangkan inovasi-inovasi program yang mendukung terhadap
kebijakan Kementerian Kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2020-2024, dengan melakukan inovasi diharapkan pencapaian indikator kinerja
Ditjen Pelayanan Kesehatan yang ada pada Renstra Kemkes 2020-2024 dapat tercapai.
Selain melakukan inovasi, yang akan dilakukan adalah melakukan monitoring dan
evaluasi secara berkala dengan mengoptimalkan sistem informasi yang saling terintegrasi baik
di internal Kemkes maupun eksternal Kemkes, diharapkan dengan adanya Monitoring dan
evaluasi terhadap capaian kinerja dapat menjadi acuan dalam menetapkan kebijakan untuk
mencapai target kinerja.

166
LAMPIRAN 1 Perjanjian Kinerja Tahun 2022

167
168
Gambar L1.1 Perjanjian Kinerja Dirjen Yankes TA 2022

169
LAMPIRAN 2 Rincian Realisasi Anggaran Lainnya
Tabel L2.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2022
Berdasarkan Sumber Dana
N
Sumber Dana Pagu Realisasi %
O
37.793.076.476.3
1 RUPIAH MURNI 39.920.628.741.000 94,67%
15
PINJAMAN LUAR
2 1.187.021.076.000 755.324.950.867 63,63%
NEGERI
PENERIMAAN
3 NEGARA BUKAN 79.227.038.000 63.458.685.563 80,10%
PAJAK
BADAN LAYANAN 14.111.845.497.6
4 16.437.649.243.000 85,85%
UMUM 95
HIBAH LANGSUNG
5 815.772.000 815.772.000 100%
LUAR NEGERI
52.724.521.382.4
Total 57.625.341.870.000 91,50%
405
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

Tabel L2.2 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Pusat Ditjen Yankes Tahun Anggaran 2022

No Satker Alokasi Realisasi %


34.035.247.498.0 32.153.933.565. 94,47
1 Kantor Pusat
00 265 %
34.035.247.498.0 32.153.908.665. 94,47
Total
00 265 %
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

Tabel L2.3 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (UPT Vertikal)
Tahun Anggaran 2022
N Kantor Daerah
Alokasi Realisasi %
o (UPT Vertikal)
Rumah Sakit Umum
1 14.726.994.575.200 86,72%
Pusat 16.981.658.389.000
2 Rumah Sakit Khusus 5.3892.516.584.001 88,54%
6.090.416.016.000
3 Balai/Loka/Unit 421.690.498.659 87,41%
482.406.302.000
Total 20.541.201.657.860 87,21%
23.554.480.707.000
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

170
Tabel L2.4 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (Rumah Sakit Umum Pusat)
Tahun Anggaran 2022

No Satker Alokasi Realisasi %


415423 | RUMAH SAKIT UMUM
3.093.936.234.0 2.848.110.878.7 92,05
1 DR CIPTO MANGUN KUSUMO
00 61 %
JAKARTA
415536 | RSU DR KARIADI 1.601.266.778.0 1.462.717.336.7 91,35
2
SEMARANG 00 78 %
415582 | RUMAH SAKIT UMUM 1.484.438.367.0 1.132.521.010.5 76,29
3
DR SARDJITO YOGYAKARTA 00 52 %
1.558.337.273.0
415661 | RUMAH SAKIT UMUM
4 00 1..141.107 73,23
SANGLAH DENPASAR
.872.960 %

415479 | RUMAH SAKIT UMUM


5 1.388.432. 1.168.751. 84,18
DR HASAN SADIKIN BANDUNG
329.000 661.468 %

415624 | RUMAH SAKIT UMUM


6 PUSAT DR. MOHAMMAD 929.193.8 885.264.2 95,27
HOESIN PALEMBANG 39.000 69.723 %

548886 | RUMAH SAKIT UMUM


7 DR WAHIDIN SUDIRO-HUSODO 1.029.871. 860.876.7 83,59
MAKASSAR 895.000 45.550 %

532214 | RUMAH SAKIT UMUM H.


8 706.774.4 664.709.7 94,05
ADAM MALIK MEDAN
87.000 58.643 %

415618 | RUMAH SAKIT UMUM


9 1.060.592. 1.010.447. 95,27
DR M JAMIL PADANG
602.000 128.137 %

415432 | RUMAH SAKIT


10 1.056.080. 938.798.4 88,89
FATMAWATI JAKARTA
125.000 98.177 %

415448 | RUMAH SAKIT UMUM


11 883.840.6 751.020.2 84,97
PERSAHABATAN
16.000 04.119 %

538815 | RUMAH SAKIT UMUM


12 PUSAT PROF.DR.R.D. KANDOU 757.756.0 689.360.5 90,97
MANADO 01.000 10.058 %

415573 | RSU PUSAT DR.


13 418.019.1 396.177.2 94,77
SOERADJI TIRTONEGORO
10.000 32.309 %

171
No Satker Alokasi Realisasi %

258462 | RUMAH SAKIT UMUM


14 PUSAT DR. TADJUDIN CHALID 382.134.9 199.248.3 52,14
MAKASSAR 19.000 39.840 %

415630 | RUMAH SAKIT UMUM


15 PUSAT DR. RIVAI ABDULLAH 93.664.93 78.394.41 83,70
PALEMBANG 3.000 6.243 %

415520 | RUMAH SAKIT UMUM


16 PUSAT DR. SITANALA 238.751.3 232.099.5 97,21
TANGERANG 03.000 60.190 %

.
415397 | RUMAH SAKIT UMUM
17 102.780.0 93.677.50 91,14
PUSAT SURAKARTA
07.000 1.802 %

325155 | RSUP RATATOTOK


18 51.991.64 51.073.10 98,23
BUYAT
4.000 5.676 %

449009 | RUMAH SAKIT UMUM


19 PUSAT (RSUP) Dr. J. LEIMENA 143.795.9 122.638.5 85,29
AMBON 27.000 44.214 %
16.981.658.389. 14.726.994.575. 86,72
Total
000 200 %
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

Tabel L2.5 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (Rumah Sakit Khusus)
Tahun Anggaran 2022

No Satker Alokasi Realisasi %

520628 | RUMAH SAKIT


1 JANTUNG HARAPAN KITA 1.230.610.71 1.177.183.20 95,66%
JAKARTA 5.000 9.999

548890 | RUMAH SAKIT


2 KANKER "DHARMAIS" 1.095.292.75 929.415.663. 84,86%
JAKARTA 0.000 884

3 415491 | RUMAH SAKIT MATA 238.945.282. 222.390.523. 93,07%


CICENDO BANDUNG
000 014

172
No Satker Alokasi Realisasi %

4 520611 | RUMAH SAKIT ANAK 522.569.654. 484.960.019. 92,80%


DAN BUNDA HARAPAN KITA
000 876

015514 | RUMAH SAKIT PUSAT


5 OTAK NASIONAL PROF. DR. 888.088.246. 785.965.633. 88,50%
DR. MAHAR MARDJONO
JAKARTA 000 252

415567 | RS ORTOPEDI PROF.


6 DR.R. SOEHARSO 278.511.644. 246.995.873. 88,68%
SURAKARTA 000 381

415706 | RUMAH SAKIT


7 PENYAKIT INFEKSI PROF. DR. 237.710.236. 213.459.310. 89,80%
SULIANTI SAROSO JAKARTA 000 537

257847 | RUMAH SAKIT OTAK


8 DR. DRS. M. HATTA 152.296.206. 130.407.741. 85,63%
BUKITTINGI 000 886

415670 | RUMAH SAKIT


9 KETERGANTUNGAN OBAT 73.606.285.0 66.336.473.0 90,12%
JAKARTA 00 86

10 415505 | RUMAH SAKIT DR. 232.030.262. 201.103.588. 86,67%


MARZUKI MAHDI BOGOR
000 167

415598 | RUMAH SAKIT JIWA


11 DR. RADJIMAN 160.971.606. 137.197.359. 85,23%
WEDIODININGRAT LAWANG 000 932

12 415542 | RS JIWA PROF. DR. 218.058.239. 190.955.082. 87,57%


SOEROYO MAGELANG
000 173

173
No Satker Alokasi Realisasi %

415454 | RUMAH SAKIT JIWA


13 DR. SOEHARTO HEERDJAN 167.016.965. 153.005.809. 91,61%
JAKARTA 000 361

14 415551 | RS PARU DR. ARIO 155.343.576. 112.867.253.579 72,66%


WIRAWAN SALATIGA
000

415511 | RUMAH SAKIT PARU


15 DR.M.GOENAWAN 142.417.976. 129.437.224. 90,89%
PARTOWIDIGDO CISARUA 000 683

415485 | RUMAH SAKIT PARU


16 DR. H.A. ROTINSULU 163.266.055. 128.277.893. 78,57%
BANDUNG 000 800

17 538857 | RUMAH SAKIT MATA 133.680.319. 82.557.923.3 61,76%


MAKASSAR
000 91

TOTAL 5.392.516.584.001 88,54%


6.090.416.016.000
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

Tabel L2.6 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah (Balai/Loka/Unit)


Tahun Anggaran 2022

No Satker Alokasi Realisasi %

415460 | BALAI BESAR


1 LABORATORIUM KESEHATAN 41.798.263.0 35.715.48 85,45%
JAKARTA 00 8.114

415649 | BALAI BESAR


2 LABORATORIUM KESEHATAN 37.118.214.0 34.875.58 93,96%
PALEMBANG 00 4.721

415602 | BALAI BESAR


3 LABORATORIUM KESEHATAN 41.606.071.0 38.099.26 91,57%
SURABAYA 00 6.823

415655 | BALAI BESAR


4 LABORATORIUM KESEHATAN 40.782.171.0 32.441.27 79,55%
MAKASSAR 00 7.090

174
No Satker Alokasi Realisasi %

552687 | BALAI PENGAMANAN


5 FASILITAS KESEHATAN 32.357.145.0 29.464.36 91,06%
JAKARTA 00 7.740

621949 | BALAI PENGAMANAN


6 23.640.334.0 18.744.23 79,29%
FASILITAS KESEHATAN MEDAN
00 7.188

552713 | BALAI PENGAMANAN


7 FASILITAS KESEHATAN 34.437.808.0 30.121.14 87,47%
SURABAYA 00 1.303

621953 | BALAI PENGAMANAN


8 FASILITAS KESEHATAN 25.464.144.0 22.463.70 88,22%
MAKASSAR 00 8.617

415381 | BALAI BESAR


9 KESEHATAN PARU 65.224.558.0 55.537.49 85,15%
MASYARAKAT BANDUNG 00 3.737

415401 | BALAI BESAR


KESEHATAN PARU 58.042.269.0 52.358.66 90,21%
10
MASYARAKAT SULAWESI 00 0.288
SELATAN

538840 | BALAI KESEHATAN


11 31.119.477.0 27.469.43 88,27%
MATA MASYARAKAT CIKAMPEK
00 6.441

035659 | LOKA PENGAMANAN


12 FASILITAS KESEHATAN (LPFK) 19.048.389.0 16.811.48 88,26%
SURAKARTA 00 4.584

155247 | LOKA PENGAMANAN


13 FASILITAS KESEHATAN (LPFK) 15.222.132.0 11.887.16 78,09%
BANJARBARU 00 9.271

015404 | UNIT PELAYANAN


14 16.545.327.0 15.701.18 94,90%
KESEHATAN KEMENKES RI
00 2.742

Total 421.690.498.659 87,41%


482.406.302.000
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

Tabel L2.7 Alokasi dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2022
N
Satker Alokasi Realisasi %
o
1 019008 | DINAS KESEHATAN
- - -
PROVINSI DKI JAKARTA
2 299001 | DINAS KESEHATAN
- - -
PROVINSI BANTEN

175
N
Satker Alokasi Realisasi %
o
3 229001 | DINAS KESEHATAN
- - -
PROVINSI BALI
417664 | DINAS KESEHATAN
4 PROVINSI KALIMANTAN UTARA 969.174.0 888.624.1 91,69%
00 00

269015 | DINAS KESEHATAN


5 PROVINSI BENGKULU 504.414.0 487.995.1 96,74%
00 00

289001 | DINAS KESEHATAN


6 PROPINSI MALUKU UTARA 1.017.944 982.880.2 96,56%
.000 70

329017 | DINAS KESEHATAN


7 PROVINSI KEPULAUAN RIAU 901.554.0 867.029.8 96,17%
00 96

119013 | DINAS KESEHATAN


8 PROVINSI SUMATERA SELATAN 874.987.0 824.983.9 94,29%
00 50

249008 | DINAS KESEHATAN


9 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 1.053.917 909.131.0 86.26%
.000 32

179013 | DINAS KESEHATAN


10 PROVINSI SULAWESI UTARA 1.019.688 975.504.0 95,67%
.000 00

129007 | DINAS KESEHATAN


11 PROVINSI LAMPUNG 826.657.0 749.209.0 90,63%
00 65

319007 | DINAS KESEHATAN


12 PROVINSI GORONTALO 830.766.0 750.881.1 90,38%
00 40

239005 | DINAS KESEHATAN


13 PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 814.576.0 727.950.6 89,37%
00 60

049005 | DINAS KESEHATAN


14 PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 704.538.0 609.266.2 86,48%
00 04

149011 | DINAS KESEHATAN


15 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1.187.532 1.021.138. 85,99%
.000 916

189001 | DINAS KESEHATAN


16 PROPINSI SULAWESI TENGAH 987.358.0 943.458.4 95,55%
00 80

176
N
Satker Alokasi Realisasi %
o
029016 | DINAS KESEHATAN PROP.
17 JAWA BARAT 1.907.644 1.666.195. 87,34%
.000 500

18 169018 | DINAS KESEHATAN


PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1.260.284.000 1.067.171.250 84,68%

340049 | DINAS KESEHATAN


19 PROPINSI SULAWESI BARAT 1.077.532 911.037.0 84,55%
.000 00

219012 | DINAS KESEHATAN


20 PROVINSI MALUKU 1.092.290 910.481.5 83,36%
.000 70

159012 | DINAS KESEHATAN


21 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1.094.909 906.377.9 82,78%
.000 28

099014 | DINAS KESEHATAN


22 PROVINSI RIAU 694.356.0 629.130.4 90,61%
00 50

209002 | DINAS KESEHATAN


23 PROVINSI SULAWESI TENGGARA 955.576.0 827.289.0 86,57%
00 00

199002 | DINAS KESEHATAN


24 PROVINSI SULAWESI SELATAN 1.595.702 1.330.245. 83,36%
.000 960

079021 | DINAS KESEHATAN


25 PROVINSI SUMATERA UTARA 1.055.008 902.505.2 85,54%
.000 00

309007 | DINAS KESEHATAN


26 PROVINSI BANGKA BELITUNG 525.647.0 452.531.4 86,09%
00 98

109001 | DINAS KESEHATAN


27 PROVINSI JAMBI 572.044.0 450.939.4 78,83%
00 72

259003 | DINAS KESEHATAN


28 PROVINSI PAPUA 1.609.167 1.221.642. 75,92%
.000 275

139005 | DINAS KESEHATAN


29 PROVINSI KALIMANTAN BARAT 931.643.0 831.855.1 89,29%
00 82

177
N
Satker Alokasi Realisasi %
o
039023 | DINAS KESEHATAN
30 PROPINSI JAWA TENGAH 1.865.946 1.083.101. 58,05%
.000 424

059007 | DINAS KESEHATAN


31 PROVINSI JAWA TIMUR 2.184.294 1.357.678. 62,16%
.000 504

069002 | DINAS KESEHATAN


32 PROVINSI NANGGROE ACEH 1.250.529 958.577.6 76,65%
DARUSSALAM .000 44

089016 | DINAS KESEHATAN


33 PROVINSI SUMATERA BARAT 787.692.0 571.378.1 72,54%
00 30

339033 | DINAS KESEHATAN


34 PROVINSI PAPUA BARAT 939.321.0 330.137.9 35,15%
00 75

35.613.66 29.411.05 82,58%


Total
5.000 9.315
Sumber data: OM SPAN per 27 Januari 2023

178
179

LAMPIRAN 3 Rincian Tabel Pelaporan BMN Ditjen Yankes Tahun 2022


180
181
182
183
184
185

LAMPIRAN 4 Hasil Capaian Kinerja Berdasarkan Aplikasi e-Performance Kementerian Kesehatan TA 2022
186
187
188
189
190
191
192
193
194

LAMPIRAN 5 Kertas Kerja Perhitungan Indikator Kinerja

1. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan

194
195

2. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

195
196

3. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan

196
197

197
198

198
199

4. Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan

199
200

200
201

201
202

LAMPIRAN 6 Feed Back Catatan Hasil Reviu Laporan Kinerja Ditjen Yankes

1. Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan


IKP “Persentase FKTP terakreditasi” tidak achievable karena terdapat Surat Edaran
Menteri Kesehatan Nomor 652 tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Bidang Pelayanan Kesehatan dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, yang menyatakan akreditasi berlaku s.d 31 Des 2023, sehingga tidak ada
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan IKP ini sejak pandemi ditetapkan.
KEGIATAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

Kegiatan yang dilakukan merupakan upaya inovasi yang mendukung pencapaian


target indikator persentase FKTP terakreditasi melalui transformasi akreditasi yang
terdiri dari :
1. Penetapan Peraturan Menteri Kesehatan tentang akreditasi.

Penetapan Permenkes Nomor 34 tahun 2022 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik,


TPMD/ TPMDG, Labkes dan UTD
2. Penetapan standar akreditasi

a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/1983/2022 Tentang Standar Akreditasi Klinik

b. Draft Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Akreditasi Puskesmas sudah


berproses di Biro Hukum. Standar akreditasi Puskesmas disempurnakan sesuai
dengan perkembangan kebijakan serta dukungan akreditasi terhadap pencapain
Program Prioritas Nasional (PPN). Kegiatan uji publik dilakukan secara luring dan
daring, dengan sampel Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kab/ Kota,
Puskesmas, Surveior terpilih yang diambil secara random. Hasil dari uji publik
dilakukan tindak lanjut dengan melakukan pembahasan dengan ahli Bahasa dari
Pusat Bahasa Kemendiknas

c. Draft Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Akreditasi TPMD/ TPMDG.

3. Penetapan Standar Biaya Survei akreditasi.

Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Biaya Survei Akreditaso


4. Penetapan Juknis survei akreditasi
203

Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor 3991 tentang Petunjuk Teknis Survei
Akreditasi yang mengatur pelaksanaan survei akreditasi termasuk persyaratan
survei.

5. Penggunaan teknologi informasi dalam penyelenggaraan survei

Terbangunnya sistem informasi akreditasi (SINAF) yang terintegrasi dengan sistem


informasi SDM Kesehatan, sistem informasi sarana prasarana dan alat kesehatan,
sistem informasi registrasi fasyankes, sistem informasi mutufasyankes.
6. Pembentukan tim Binwas

Draft Pedoman Binwas dengan tujuan pembinaan dan pengawasan oleh Kementeria
Kesehatan sebagai
7. Penetapan kurikulum dan modul pelatihan bagi calon surveyor

Draft kurikulum dan modul sudah berproses pengesahan di Badan PPSDM


8. Penyelenggaraan survei oleh Lembaga

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/32/2023 Tentang Lembaga Penyelenggara Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah,
Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi yang terbit
pada 20 Januari 2023, dengan 13 lembaga penyelenggara akreditasi. Selain itu
pelaksanaan survei akreditasi dilakukan oleh Lembaga akreditasi sehingga
diharapkan dengan banyaknya Lembaga yang melakukan pelaksanaan akreditasi
maka dapat mendorong pencapaian target indikator FKTP terakreditasi. Pada saat
ini terdapat 13 lembaga penyelenggara akreditasi sesuai dengan seluruh kegiatan
dalam upaya percepatan pelaksanaan akreditasi dilakukan pembahasan bersama.

RENCANA TINDAK LANJUT


a) Melakukan percepatan penerbitan NSPK terkait pendukung 34 tahun 2022 tentang
Akreditasi yaitu standar akreditasi dan instrument akreditasi dengan melakukan
pembahasan secara intensif dengan wakil Menteri Kesehatan melalui pembahasan
setiap minggu melalui daring menggunakan platform zoom meeting, sementara
sesuai dengan arahan hasil pembahasan akan dibahas dalam Rapat Pimpinan
dengan Menteri Kesehatan. Pada saat pembahasan didampingi dengan Biro
Hukum dan Tim Kerja Hukum dan Organisasi, Ses. Ditjen Pelayanan Kesehatan,
dengan tujuan mencapai target pelaksanaan akreditasi pada bulan Maret tahun
2023 sesuai dengan arahan pimpinan.

203
204

b) Melakukan sosialisasi, diseminasi dan lokakarya kepada Dinas Kesehatan Propinsi,


pemerintah daerah tentang kebijakan mutu dan akreditasi yaitu Permenkes 34 tahun
2022 tentang Akreditasi, Permenkes nomor 30 tahun 2022 tentang INM termasuk
Keputusan Menteri Kesehatan dan Keputusan Dirjen pendukung pelaksanaan
akreditasi.

c) Melakukan pemantauan akreditasi dengan Dinas Kesehatan secara daring maupun


luring untuk mengetahui progress akreditasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah
yang dilakukan secara rutin dengan propinsi dan Dinas Kesehatan Kab/ Kota. Pada
triwulan I kegiatan ini bertujuan:

1) Pemetaan lokus survei akreditasi Puskesmas dan Klinik Pratama tahun 2023 dan
2024

2) Pemetaan usulan survei akreditasi berdasarkan sumber dana yaitu APBN, APBD,
APBDP maupun sumber lainnya.

3) Pemetaan permasalahan serta rencana tindak lanjut oleh Dinas Kesehatan Kab/
Kota dalam pencapaian FKTP terakreditasi.

4) sumber dana survei aktreditasisetiap bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan


akreditasi.

d) Melakukan pemantauan capaian pelaporan INM dan IKP di FKTP secara daring
maupun luring untuk mengetahui kepatuhan pelaporan INM dan IKP yang
merupakan persyaratan untuk pengajuan survei akreditasi.

e) Menguatkan upaya pembinaan mutu secara terpadu yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kab/ Kota dengan melibatkan seluruh program yang ada di Dinas Kab/
Kota dengan pemantauan dari Dinas Kesehatan propinsi.

f) Menguatkan bimbingan teknis mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan dalam


rangka upaya pemantauan dan evaluasi terhadap mutu pelayanan kesehatan juga
untuk meningkatkan pemahaman tim TPCB dan Puskesmas dalam membangun
komitmen d melakukan pengukuran mutu dan pelaporan insiden keselamatan
pasien.

2. Direktorat Fasyankes
A. Untuk IKP Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4
Temuan 1 : Belum didukung dengan Kepmenkes yang sudah ditetapkan

204
205

Feedback : Terdapat dua pendapat/opsi yang kami terima dari proses reviu
Lakip ini yaitu pertama kami tidak dapat memasukkan nama RS selain yang
terdapat di KMK pengampuan Stroke karena tidak valid. Namun pendapat/ opsi
lain yaitu tetap dapat dianggap capaian karena tim transformasi sudah selesai
menyusun KMK pengampuan selain stroke dan masih menunggu tanda tangan.
Tindak lanjut dari kami adalah percepatan penyelesaian KMK pengampuan
Temuan 2 : Belum berorientasi outcome karena belum mengukur dampak
kepada masyarakat, dengan adanya paripurna
Feedback : Dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
terutama dalam pengembangan layanan unggulan, RS Vertikal diharapkan
berperan mensukseskan Trasformasi Kesehatan terutama mendorong
pemerataan akses pelayanan kesehatan rujukan dengan akan ditetapkan Pusat
Rujukan Nasional Layanan Unggulan (Center of Excellence) yang juga berperan
membentuk jejaring RS Rujukan layanan unggulan dengan Program
Pengampuan layanan unggulan. Oleh karena itu dengan adanya RS Vertikal
strata paripurna dapat membantu akses rujukan layanan prioritas serta dapat
melakukan pengampuan dan pembinaan kepada rumah sakit yang diampu
(sesuai dengan kewilayahan yang telah ditetapkan) – yang mana memiliki
outcome jangka panjang ke masyarakat dapat mudah mengakses pelayanan
katastropik prioritas di wilayahnya tanpa harus ke RS pengampu yang jauh dari
wilayahnya (contoh pasien kanker tidak harus ke RSK Dharmais namun bisa ke
RS diampu layanan kanker terdekat di wilayahnya)
B. IKP Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh,
Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri
Temuan : belum didukung data yang dapat diandalkan karena belum
seluruhnya merupakan jumlah orang ke luar negeri dengan tujuan berobat
Feedback : Data WNI berobat ke luar negeri yang kami terima di 2022 berikut
• Aceh: data penerbangan ke Penang dari Aceh namun belum tentu untuk
berobat
• Sumatera Utara: data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit, tetapi
tujuan negara tidak ada. Tahun 2021 diklaim tidak ada data penerbangan
internasional akibat pandemi (tetapi tidak sinkron dengan data Ditjen Imigrasi)
• Riau : data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit ke Malaysia (RS
Malaka)
• Kepulauan Riau: data dari KKP Batam berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas
orang sakit, tetapi tujuan negara tidak ada. Sedangkan data dari KKP Tanjung

205
206

Pinang berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit yaitu Malaysia 16
orang dan Singapura 3 orang
• Kalimantan Barat: data keterangan lisan dari KKP

Sehingga rencana tindak lanjut kami adalah


1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan dimulai dengan koordinasi pihak terkait secara internal dengan
Direktorat P2P, KGTK, dan Sesditjen. Dan pihak eksternal dengan Dinas
Kesehatan 5 Provinsi, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, KBRI.
2. Tahapan
a. Pertemuan Koordinasi antar stakeholder
Peserta terdiri dari Dinas Kesehatan Aceh, Riau, Kepri, Sumatera Utara,
Kalimantan Barat, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, KBRI, medical tourism board dan para narasumber sesuai
keahlian.
Tujuan pertemuan untuk
• Mengidentifikasi sumber data eksisting dan survei
• Mendesain dan mensimulasikan sistem pendataan WNI berobat ke luar negeri
dengan dua opsi/ rencana yaitu
➢ Membangun sistem pendataan dari imigrasi dan KKP (bisa dalam bentuk
formulir)
➢ Melakukan survei di 5 provinsi sesuai arahan Pak Dirjen serta survei dari
Kemenparekraf yaitu exit passenger survey atau medical tourism board di 5
provinsi
b. Monitoring kegiatan
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dilakukan dalam rangka melakukan identifikasi
dan monitoring proses pendataan yang dilakukan di setiap lokus (Aceh, Riau,
Kepri, Sumatera Utara, Kalimantan Barat) dan studi banding ke Malaysia dan
Singapura.

C. IKP Persentase fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi Sarana


Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
Temuan : Merevisi formula yang digunakan untuk menghitung IKP
“Persentase fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi Sarana
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar”.

206
207

Feedback : Capaian tahun 2022 menggunakan formula perhitungan yang


tercantum di dalam Renstra.
Sehingga rencana tindak lanjut kami adalah apabila terdapat pembukaan
Formula Perhitungan Renstra maka akan diajukan revisi formula perhitungan sbb
:
Persentase fasyankes rujukan milik pemerintah yang memenuhi Sarana
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
Formula Perhitungan Sebelum Formula Perhitungan Menjadi
Perhitungan persentase jumlah Jumlah rumah sakit dan
rumah sakit dan laboratorium laboratorium kesehatan
kesehatan pemerintah memiliki pemerintah yang memiliki izin
izin operasional yang memiliki operasional dengan SPA minimal
SPA minimal 60% kelengkapan 60% kelengkapan ASPAK dibagi
ASPAK dibagi jumlah rumah Jumlah rumah sakit dan
sakit pemerintah memiliki izin laboratorium kesehatan
operasional. pemerintah yang memiliki izin
operasional

3. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan


1) Untuk IKP Persentase RS Vertikal BLU yang masuk strata 4

Temuan 1 : Belum didukung dengan Kepmenkes yang sudah ditetapkan


Feedback : Terdapat dua pendapat/opsi yang kami terima dari proses reviu Lakip ini
yaitu pertama kami tidak dapat memasukkan nama RS selain yang terdapat di KMK
pengampuan Stroke karena tidak valid. Namun pendapat/ opsi lain yaitu tetap dapat
dianggap capaian karena tim transformasi sudah selesai menyusun KMK
pengampuan selain stroke dan masih menunggu tanda tangan. Tindak lanjut dari
kami adalah percepatan penyelesaian KMK pengampuan
Temuan 2 : Belum berorientasi outcome karena belum mengukur dampak kepada
masyarakat, dengan adanya paripurna

Feedback : Dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan terutama


dalam pengembangan layanan unggulan, RS Vertikal diharapkan berperan
mensukseskan Trasformasi Kesehatan terutama mendorong pemerataan akses
pelayanan kesehatan rujukan dengan akan ditetapkan Pusat Rujukan Nasional
Layanan Unggulan (Center of Excellence) yang juga berperan membentuk jejaring
RS Rujukan layanan unggulan dengan Program Pengampuan layanan unggulan.

207
208

Oleh karena itu dengan adanya RS Vertikal strata paripurna dapat membantu akses
rujukan layanan prioritas serta dapat melakukan pengampuan dan pembinaan
kepada rumah sakit yang diampu (sesuai dengan kewilayahan yang telah ditetapkan)
– yang mana memiliki outcome jangka panjang ke masyarakat dapat mudah
mengakses pelayanan katastropik prioritas di wilayahnya tanpa harus ke RS
pengampu yang jauh dari wilayahnya (contoh pasien kanker tidak harus ke RSK
Dharmais namun bisa ke RS diampu layanan kanker terdekat di wilayahnya)

2) IKP Persentase pasien WNI di 5 provinsi (Riau, Sumatera Utara, Aceh,


Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat) yang berobat ke luar negeri

Temuan : belum didukung data yang dapat diandalkan karena belum seluruhnya
merupakan jumlah orang ke luar negeri dengan tujuan berobat

Feedback : Data WNI berobat ke luar negeri yang kami terima di 2022 berikut

• Aceh: data penerbangan ke Penang dari Aceh namun belum tentu untuk berobat

• Sumatera Utara: data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit, tetapi
tujuan negara tidak ada. Tahun 2021 diklaim tidak ada data penerbangan
internasional akibat pandemi (tetapi tidak sinkron dengan data Ditjen Imigrasi)

• Riau : data berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit ke Malaysia (RS
Malaka)

• Kepulauan Riau: data dari KKP Batam berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas
orang sakit, tetapi tujuan negara tidak ada. Sedangkan data dari KKP Tanjung
Pinang berdasarkan jumlah surat izin lalu lintas orang sakit yaitu Malaysia 16
orang dan Singapura 3 orang

• Kalimantan Barat: data keterangan lisan dari KKP

Sehingga rencana tindak lanjut kami adalah

1. Metode Pelaksanaan

Kegiatan dimulai dengan koordinasi pihak terkait secara internal dengan Direktorat
P2P, KGTK, dan Sesditjen. Dan pihak eksternal dengan Dinas Kesehatan 5
Provinsi, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, KBRI.
2. Tahapan

a. Pertemuan Koordinasi antar stakeholder

208
209

Peserta terdiri dari Dinas Kesehatan Aceh, Riau, Kepri, Sumatera Utara,
Kalimantan Barat, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, KBRI, medical tourism board dan para narasumber sesuai
keahlian.
Tujuan pertemuan untuk
• Mengidentifikasi sumber data eksisting dan survei

• Mendesain dan mensimulasikan sistem pendataan WNI berobat ke luar negeri


dengan dua opsi/ rencana yaitu

➢ Membangun sistem pendataan dari imigrasi dan KKP (bisa dalam bentuk
formulir)

➢ Melakukan survei di 5 provinsi sesuai arahan Pak Dirjen serta survei dari
Kemenparekraf yaitu exit passenger survey atau medical tourism board di 5
provinsi

b. Monitoring kegiatan

Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dilakukan dalam rangka melakukan identifikasi dan
monitoring proses pendataan yang dilakukan di setiap lokus (Aceh, Riau, Kepri,
Sumatera Utara, Kalimantan Barat) dan studi banding ke Malaysia dan Singapura.

4. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer


IKP “Persentase puskesmas yang melakukan kolaborasi dengan FKTP lain dalam
mendukung pelaksanaan program prioritas”:
1. Tidak relevan karena indikator menghitung jumlah puskesmas yang
bekerjasama namun sasaran yang ingin dicapai adalah “Meningkatnya peran fasilitas
pelayanan kesehatan primer milik swasta dalam pelayanan program prioritas bagi
masyarakat”

2. Tidak achievable dan time bound karena pada definisi operasional dinyatakan
jumlah klinik pratama dan praktik mandiri dokter adalah yang telah bekerjasama
dengan BPJS sampai Desember 2021, sehingga tidak dapat mengukur jumlah FKTP
swasta pada tahun 2022 dan seterusnya.

Rencana Tindak Lanjut:

1. Mengkaji ulang indikator supaya relevan dan mengusulkan perubahan pada Renstra
apabila dibuka pengusulan untuk revisi Permenkes Nomor 13 Tahun 2022 tentang

209
210

Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang


Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

2. Mengkaji ulang definsi operasional supaya achievable dan time bound dan apabila
dibuka pengusulan untuk revisi Permenkes Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.

210

Anda mungkin juga menyukai