Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan
Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun
2020 dapat diselesaikan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Selain itu, laporan kinerja
merupakan salah satu kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Unit Organisasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh nilai AA. Rincian penilaian tersebut
sebagai berikut:
Gambar 8. Pedoman Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT serta Pedoman Pelayanan
Publik Sertifikasi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan PKRT dan Pemberlakuan
Sistem One Day Service
Gambar 9. Standar Alat Pelindung Diri (APD) dan Pedoman Pengawasan Post Market
produk Alkes dan PKRT untuk penanganan Covid-19
10. Upaya penguatan pengawasan alat kesehatan dan PKRT dilakukan oleh
Kemenkes secara berkesinambungan guna melindungi masyarakat dari produk
Alkes dan PKRT yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan manfaat.
Salah satu strategi penguatan pengawasan alat kesehatan dan PKRT melalui
Gambar 10. Aplikasi Mobile Phone Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................. 1
C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS ........................................ 2
D. STRUKTUR ORGANISASI ............................................................................. 6
E. SISTEMATIKA ................................................................................................ 9
BAB II PERENCANAAN KINERJA ......................................................................... 11
A. RENCANA STRATEGIS ................................................................................. 11
B. PERJANJIAN KINERJA .................................................................................. 16
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ....................................................................... 21
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI................................................................. 21
1. PENGUKURAN KINERJA .......................................................................... 21
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA ...................................................... 24
B. REALISASI ANGGARAN ................................................................................ 65
1. KANTOR PUSAT ....................................................................................... 70
2. DANA DEKONSENTRASI.......................................................................... 72
C. SUMBER DAYA MANUSIA ............................................................................ 74
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 78
A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya mendukung implementasi arah kebijakan dan strategi tersebut maka
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertanggung jawab dalam pemenuhan
dan peningkatan daya saing sediaan farmasi dan alat kesehatan yang difokuskan pada
efisiensi penyediaan obat dan vaksin dengan mengutamakan kualitas produk; penguatan
sistem logistik farmasi real time berbasis elektronik; peningkatan promosi dan pengawasan
penggunaan obat rasional; pengembangan obat, produk biologi, reagen dan vaksin dalam
negeri bersertifikat halal yang didukung oleh penelitian dan pengembangan life sciences dan
pengembangan produksi dan sertifikasi alat kesehatan untuk mendorong kemandirian
produksi dalam negeri.
Aspek Strategis pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat
dilihat dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh seluruh komponen bangsa Indonesia, secara terpadu dan saling
mendukung, guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dimana
cakupan kefarmasian dan alat kesehatan masuk dalam subsistem Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Makanan.
Gambar 12. Tujuan Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:
1. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Sasaran kegiatan ini adalah (1) Meningkatnya rumah sakit dengan penggunaan
obat sesuai Fornas dan (2) Meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian
sesuai standar.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
a. Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas;
b. Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar.
D. STRUKTUR ORGANISASI
Gambar 13. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
E. SISTEMATIKA
Ikhtisar Eksekutif
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama yang sedang dihadapi organisasi.
B. Realisasi Anggaran
Pada subbab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan dana
dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan untuk
mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian
kinerja.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
Lampiran
A. RENCANA STRATEGIS
Berdasarkan hal tersebut, sesuai lingkup tugas pokok dan fungsinya, Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjabarkan pelaksanaan visi Presiden oleh Kementerian
Kesehatan, melalui “Terjaminnya Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan bagi Upaya Mewujudkan Manusia Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan,
untuk Menuju Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan
Gotong Royong”.
Strategi yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan akses, kemandirian dan mutu
kefarmasian dan alat kesehatan terdiri dari tujuh strategi, antara lain:
1. Memastikan ketersediaan obat esensial dan vaksin di fasilitas pelayanan
kesehatan, terutama di Puskesmas, dengan melakukan pembinaan pengelolaan
obat dan vaksin sesuai standar di instalasi farmasi provinsi, kabupaten/kota dan
puskesmas;
2. Menerapkan sistem data dan informasi pengelolaan logistik obat secara
terintegrasi antara sarana produksi, distribusi, dan pelayanan kesehatan;
3. Penguatan regulasi sistem pengawasan pre dan post market alat kesehatan,
melalui penilaian produk sebelum beredar, sampling dan pengujian, inspeksi
sarana produksi dan distribusi termasuk pengawasan barang impor border dan
post border, dan penegakan hukum;
Tabel 2. Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta
Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Sasaran Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
Target
Indikator Kinerja
2020 2021 2022 2023 2024
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Persentase kabupaten/kota dengan
77% 79% 81% 83% 85%
ketersediaan obat esensial
Persentase alat kesehatan
91% 92% 93% 94% 95%
memenuhi syarat
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan
90% 95% 95,5% 96% 96,5%
vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap)
Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi
15% 30% 50% 80% 100%
yang dapat diproduksi dalam negeri
Persentase alat kesehatan yang dapat
55% 66% 77% 88% 100%
diproduksi dalam negeri
Program Dukungan Manajemen pada
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi lingkup
80% 82% 84% 86% 88%
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Untuk mencapai sasaran hasil Program Dukungan Manajemen yang termasuk dalam
salah satu program generik Kementerian Kesehatan, maka dilakukan kegiatan dukungan
manajemen dan pelaksanaan program dimana sasaran dan indikator kegiatannya berada
pada lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal.
Persentase alat kesehatan Jumlah produk alat kesehatan yang memenuhi syarat
×100%
memenuhi syarat Jumlah produk alat kesehatan yang diawasi
Persentase Puskesmas dengan Jumlah Puskesmas yang memiliki vaksin IDL
ketersediaan vaksin IDL ×100%
Jumlah Puskesmas yang melapor
(Imunisasi Dasar Lengkap)
Persentase jenis bahan baku Jumlah kumulatif jenis bahan baku yang
sediaan farmasi yang dapat diproduksi di dalam negeri pada tahun berjalan
×100%
diproduksi dalam negeri Target tahun 2024
Jumlah kumulatif jenis alat kesehatan yang dapat
Persentase alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri pada tahun berjalan
dapat diproduksi dalam negeri ×100%
Target tahun 2024
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Sasaran Kegiatan pada Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kegiatan Sasaran
(1) Meningkatnya rumah sakit dengan
penggunaan obat sesuai Fornas dan (2)
Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Meningkatnya pelaksanaan pelayanan
kefarmasian sesuai standar
Meningkatnya jaminan ketersediaan obat dan
Peningkatan Tata Kelola Obat Publik perbekalan kesehatan dengan dukungan
dan Perbekalan Kesehatan peningkatan mutu pengelolaan logistik obat dan
perbekalan kesehatan
Peningkatan Produksi dan Distribusi Meningkatnya kemampuan industri sediaan
Kefarmasian farmasi dalam produksi dan distribusi
(1) Meningkatnya alat kesehatan yang diproduksi
Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan
di dalam negeri dan (2) Meningkatnya penilaian
(Alkes) dan Perbekalan Kesehatan
pre-market alat kesehatan dan PKRT tepat waktu
Rumah Tangga (PKRT)
sesuai good review practice
(1) Meningkatnya sarana produksi Alkes dan
Peningkatan Pengawasan Alat PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan tepat
Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan waktu dan (2) Meningkatnya produk Alkes dan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) PKRT yang memenuhi ketentuan penandaan dan
telah diuji
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Meningkatnya dukungan manajemen dan
Tugas Teknis Lainnya pada Program
pelaksanaan tugas teknis lainnya
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
Target
Sasaran Program Indikator Kinerja
2020
Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan
77%
obat esensial
Persentase alat kesehatan memenuhi syarat 91%
Meningkatnya akses,
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin
kemandirian, dan mutu 90%
IDL (Imunisasi Dasar Lengkap)
sediaan farmasi dan alat
kesehatan Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang
15%
dapat diproduksi dalam negeri
Persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi
55%
dalam negeri
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai Pihak
Pertama dan Menteri Kesehatan sebagai Pihak Kedua. Selama pelaksanaan kegiatan tahun
2020, dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengalami satu kali revisi dikarenakan penetapan dokumen Renstra tahun 2020-2024 yang
ditetapkan pada 10 Agustus 2020. Dokumen Perjanjian Kinerja awal dan revisi tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1. PENGUKURAN KINERJA
Tahun 2020 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020-2024. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan
antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah
ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran
pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan
kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih
berhasil guna dan berdaya guna.
Salah satu pondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran
kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan
meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan
seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran
kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah.
Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa indikator sebagaimana yang telah
ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja.
Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2020 sebagai berikut:
Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
91% 92.70%
77% 83.75%
Persentase kabupaten/kota
dengan ketersediaan obat Persentase alat kesehatan
esensial memenuhi syarat
90% 96.98%
16.67%
15%
55% 55.56%
Target Realisasi
Gambar 18. Pemantauan Indikator Kinerja pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020 dalam Aplikasi e-Monev DJA/Aplikasi SMART
Pada gambar di atas, kondisi per 24 Januari 2021 terlihat nilai pencapaian kinerja
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan termasuk dalam kategori sangat baik.
Hal tersebut terlihat dari nilai pencapaian kinerja (SMART) sebesar 88,44 dengan realisasi
volume keluaran (output) sebesar 105,44% serta nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan
Anggaran (IKPA) sebesar 92,45.
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah
dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari
tujuan. Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,
kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Pada tahun 2019, indikator persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan
vaksin esensial memiliki target sebesar 95% dengan realisasi sebesar 96,34%, sehingga
capaian yang diperoleh sebesar 101,41%.
Target Realisasi
Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November 2020 dimana jumlah
kabupaten/kota yang memiliki ketersediaan minimal 85% obat essensial (40 item obat
indikator) sebanyak 402 kabupaten/kota dari 480 kabupaten/kota yang melapor. Hal tersebut
menunjukkan tingkat pelaporan kabupaten/kota sebesar 93,39% dari 514 kabupaten/kota di
seluruh Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk peningkatan pelaporan oleh kabupaten/kota
adalah dengan dibentuknya Tim Pengumpulan Data Indikator Kinerja Kegiatan oleh Direktur
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang diharapkan dapat menghasilkan
aliran pelaporan data yang berkesinambungan dan peningkatan ketaatan kabupaten/kota
terhadap pelaporan. Selain itu, upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara
lain menyediakan dukungan berupa Dana Alokasi Khusus Subbidang Pelayanan
Kefarmasian untuk penyediaan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan di
kabupaten/kota, serta Dana Dekonsentrasi untuk pelaksanaan monitoring ketersediaan dan
distribusi obat dan perbekalan kesehatan oleh provinsi.
JAMBI 100.00%
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 100.00%
D.I. YOGYAKARTA 100.00%
BALI 100.00%
SULAWESI UTARA 100.00%
SULAWESI BARAT 100.00%
SULAWESI SELATAN 100.00%
KALIMANTAN TIMUR 100.00%
GORONTALO 100.00%
PAPUA 100.00%
NUSA TENGGARA TIMUR 95.45%
KALIMANTAN SELATAN 92.31%
SULAWESI TENGAH 92.31%
PAPUA BARAT 91.67%
MALUKU 90.91%
NUSA TENGGARA BARAT 90.00%
MALUKU UTARA 90.00%
BENGKULU 90.00%
SUMATERA BARAT 89.47%
KALIMANTAN BARAT 85.71%
KEPULAUAN RIAU 85.71%
SUMATERA UTARA 81.82%
JAWA BARAT 81.48%
KALIMANTAN UTARA 80.00%
LAMPUNG 80.00%
TARGET 2020 77.00%
SULAWESI TENGGARA 76.47%
RIAU 75.00%
JAWA TENGAH 71.43%
KALIMANTAN TENGAH 71.43%
JAWA TIMUR 68.57%
ACEH 65.22%
SUMATERA SELATAN 52.94%
BANTEN 50.00%
DKI JAKARTA 0.00%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%
Pemantauan dilakukan terhadap 40 item obat indikator yang dianggap esensial dan
harus tersedia di pelayanan kesehatan dasar, sebagaimana tabel berikut:
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas antara lain
sebagai berikut:
1. Koordinasi dengan provinsi untuk meningkatkan kepatuhan pelaporan indikator
terkait ketersediaan obat pada periode berikutnya;
2. Mendorong distribusi obat dari provinsi ke kabupaten/kota terutama untuk obat-
obat program.
Tabel 11. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional, serta Cara
Perhitungan Antara Indikator Persentase Alat Kesehatan Memenuhi Syarat dengan Persentase
Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang
Memenuhi Syarat
Pada tahun 2019, indikator persentase produk alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat memiliki target
sebesar 90% dan realisasi sebesar 95,67%, sehingga capaian yang diperoleh sebesar
106,30%.
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase alat kesehatan memenuhi syarat
sebesar 92,70%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun
2020-2024 yaitu sebesar 91% dengan capaian sebesar 101,87%. Realisasi indikator di
tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target
indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 95%.
Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Persentase Alat Kesehatan Memenuhi Syarat Tahun
2020-2024
95%
94%
92.70% 93%
92%
91%
Target Realisasi
Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan jumlah sampel produk alat kesehatan yang
diuji pada tahun 2020 yakni sebanyak 368 sampel. Dari 368 sampel tersebut, sampel yang
telah selesai diuji sebanyak 356 sampel (96,74%) dan hasil uji sampel yang memenuhi
syarat (MS) sebanyak 330 sampel (92,70%). Hal tersebut menunjukkan pada tahun 2020,
92,70% alat kesehatan yang beredar di Indonesia memenuhi standar.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan analisis
dan evaluasi hasil uji sampling dan tindak lanjut pengawasan produk alat kesehatan yang
bertujuan sebagai post market control. Selain itu juga dilakukan pengawasan post market di
peredaran untuk memastikan alat kesehatan yang telah diberikan persetujuan izin edarnya
tetap memenuhi persyaratan, keamanan, manfaat dan mutu.
Permasalahan:
Pada tahun 2019, indikator persentase produk alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat memiliki target
sebesar 95% dan realisasi sebesar 96,34%, sehingga capaian yang diperoleh sebesar
101,41%. Dari 20 item obat indikator tersebut, terdapat 2 item yang beririsan dengan 5 item
yang digunakan sebagai indikator pada tahun 2020-2024, yakni Vaksin BCG dan Vaksin
DPT-HB-HIB.
Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan
Vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) Tahun 2020
96.98% 96.5%
95% 95.5% 96%
90%
Target Realisasi
Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November 2020 dimana jumlah
Puskesmas yang memiliki vaksin IDL yang terdiri dari Vaksin Hepatitis B, Vaksin BCG,
Vaksin DPT-HB-HIB, Vaksin Polio, Vaksin Campak/Campak Rubella sebanyak 9.224
Puskesmas dari 9.511 Puskesmas yang melapor. Hal tersebut menunjukkan tingkat
pelaporan Puskesmas sebesar 90,97% dari 10.139 Puskesmas yang tersedia vaksin IDL.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap capaian indikator kinerja kegiatan secara berkala sehingga
informasi akan kendala yang dihadapi dapat diketahui sedini mungkin dan dapat segera
diselesaikan serta mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai
pelaporan data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna
menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi Daerah.
Pemantauan dilakukan terhadap 5 (lima) item vaksin indikator dan harus tersedia di
pelayanan kesehatan dasar, sebagaimana tabel berikut:
Item vaksin dengan ketersediaan tertinggi di Puskesmas tahun 2020 adalah Vaksin
BCG (99,93%), sedangkan item vaksin dengan ketersediaan terendah adalah Vaksin
Campak/Vaksin Campak Rubella (MR) (97,93%).
Grafik 7. Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) Tahun 2020
per Provinsi
JAMBI 100.00%
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 100.00%
D.I. YOGYAKARTA 100.00%
BALI 100.00%
SULAWESI UTARA 100.00%
SULAWESI BARAT 100.00%
KALIMANTAN TIMUR 100.00%
GORONTALO 100.00%
KALIMANTAN SELATAN 100.00%
SULAWESI TENGAH 100.00%
MALUKU 100.00%
NUSA TENGGARA BARAT 100.00%
MALUKU UTARA 100.00%
BENGKULU 100.00%
SUMATERA BARAT 100.00%
KALIMANTAN BARAT 100.00%
KALIMANTAN UTARA 100.00%
RIAU 100.00%
KALIMANTAN TENGAH 100.00%
SUMATERA SELATAN 100.00%
BANTEN 100.00%
JAWA BARAT 99.91%
DKI JAKARTA 99.69%
JAWA TIMUR 99.58%
KEPULAUAN RIAU 98.88%
SULAWESI TENGGARA 98.62%
NUSA TENGGARA TIMUR 98.56%
PAPUA 96.77%
LAMPUNG 95.79%
SUMATERA UTARA 95.47%
TARGET 2020 90.00%
JAWA TENGAH 88.35%
ACEH 88.20%
SULAWESI SELATAN 86.50%
PAPUA BARAT 81.88%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%
Permasalahan:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Membangun aplikasi yang dapat memudahkan aliran data ketersediaan obat dari
daerah ke pusat;
2. Mendorong distribusi obat dan vaksin program dari provinsi ke kabupaten/kota
terutama untuk obat program Gizi, TB, dan AIDS.
4. Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam
negeri
Pengukuran capaian kinerja indikator persentase jenis bahan baku sediaan farmasi
yang dapat diproduksi dalam negeri diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator
persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri adalah
Tabel 16. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional, serta Cara
Perhitungan Antara Indikator Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Dapat
Diproduksi Dalam Negeri dengan Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi
di Dalam Negeri (Kumulatif)
Pada tahun 2019, indikator persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat
diproduksi dalam negeri memiliki target sebesar 45 jenis dan realisasi sebesar 50 jenis,
sehingga capaian yang diperoleh sebesar 111,11%.
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase jenis bahan baku sediaan farmasi
yang dapat diproduksi dalam negeri sebesar 16,67%, melebihi target yang telah ditetapkan
dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 15% dengan capaian sebesar
111,11%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan
diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar
100%.
Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi yang
Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020-2024
100%
80%
50%
30%
15% 16.67%
Target Realisasi
Hasil tersebut diperoleh dari 5 (lima) jenis bahan baku yang siap dimanfaatkan oleh
industri diantaranya telah terbit sertifikat GMP (Good Manufacturing Practice) untuk bahan
baku Lamivudin dan Zidovudin, telah terbit EUL (Emergency Use Listing) dari WHO untuk
vaksin nOPV2, dan dua bahan baku lainnya yaitu Rosuvastatin dan Tenofovir sudah dalam
proses sertifikasi GMP.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain dilakukannya
pendampingan dan pengawalan kepada industri bahan baku obat dan industri ekstrak bahan
alam dalam mengembangkan bahan baku produksi dalam negeri secara pertemuan melalui
FGD maupun virtual meeting.
Rangkuman daftar lima bahan baku tersebut tercantum pada tabel berikut:
Tabel 18. Daftar Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi Dalam Negeri yang Siap Dimanfaatkan
oleh Industri Tahun 2020
NO BBO/BBOT INDUSTRI
1 Lamivudin PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
2 Zidovudin PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
3 Rosuvastatin PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
4 Tenofovir PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
5 nOPV2 PT Bio Farma
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan FGD dengan industri bahan baku obat;
2. Koordinasi dengan K/L terkait untuk kemudahan importasi;
3. Melakukan penyesuaian jadwal ulang terkait pelaksanaan transfer teknologi;
4. Pemantauan dan fasilitasi percepatan pelaksanaan hingga produk siap
diluncurkan;
5. Evaluasi capaian dan penjadwalan ulang di tahun 2021.
Pengukuran capaian kinerja indikator persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi
dalam negeri diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tabel 19. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional, serta Cara
Perhitungan Antara Indikator Persentase Alat Kesehatan yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri
dengan Jumlah Jenis/Varian Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif)
Pada tahun 2019, indikator persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam
negeri memiliki target sebesar 28 jenis/varian dan realisasi sebesar 28 jenis/varian, sehingga
capaian yang diperoleh sebesar 100%.
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi
dalam negeri sebesar 55,56%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 55% dengan capaian sebesar 101,02%.
Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan
dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 100%.
Tabel 20. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Alat Kesehatan yang Dapat
Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020
100%
88%
77%
66%
55% 55.56%
Target Realisasi
Hasil tersebut diperoleh dari 35 (tiga puluh lima) jenis/varian alat kesehatan yang dapat
diproduksi di dalam negeri dimana total produk alat kesehatan tersebut merupakan hasil
kumulatif yang diperoleh dari tahun 2015 hingga tahun 2020 dan kemudian dibandingkan
dengan target rencana aksi produksi pada tahun 2024 yakni sebanyak 63 jenis/varian. Pada
tahun 2020 sendiri dihasilkan 7 jenis/varian alat kesehatan baru yang dapat diproduksi di
dalam negeri.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut dalam rangka mendorong
terjadinya peningkatan jumlah alat kesehatan dalam negeri antara lain melakukan analisa
dan evaluasi pelaksanaan Rencana Aksi Percepatan Pengembangan Industri Alat
Kesehatan Dalam Negeri, menyelenggarakan Pameran Produk Alat Kesehatan dan PKRT
Dalam Negeri, melakukan evaluasi dan kajian pengembangan produk hasil hiset, serta
melakukan pemutakhiran data Profil Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri.
Rangkuman daftar 35 jenis/varian alat kesehatan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 21. Daftar Jenis/Varian Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif)
Tahun 2015-2020
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendampingan terhadap produk-produk inovasi alat kesehatan
tersebut agar dapat segera menjadi komoditi alat kesehatan inovasi baru, dengan
cara melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor dalam rangka pengembangan
alat kesehatan dalam negeri berbasis riset melalui virtual meeting;
2. Melaksanakan kegiatan pendukung capaian indikator secara bertahap pada masa
new normal, dengan menerapkan protokol kesehatan dan dilakukan secara virtual
meeting. Kegiatan pendukung capaian indikator ini contohnya adalah Evaluasi dan
Kajian Uji Klinik Produk Hasil Riset yang membahas tentang alat kesehatan
pendukung pengobatan Covid-19 yaitu ventilator.
Capaian kinerja dari Indikator Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dan Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung dengan beberapa kegiatan lainnya dengan
indikator kinerja sebagai berikut:
1) Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas;
2) Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar;
3) Jumlah instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota yang menerapkan manajemen mutu;
4) Persentase kemampuan industri farmasi memenuhi kebutuhan rencana kebutuhan
obat;
5) Jumlah alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif);
6) Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) tepat waktu sesuai good review practice;
7) Persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan tepat
waktu;
8) Persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT beredar yang memenuhi ketentuan;
9) Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
10) Persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten apoteker
sesuai janji layanan.
Analisis capaian kinerja dari indikator pendukung Program Pelayanan Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Program Dukungan Manajemen pada Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai berikut:
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase rumah sakit dengan penggunaan obat
sesuai Fornas sebesar 71,50%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 70% dengan capaian sebesar 102,14%.
Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan
dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 90%.
Tabel 22. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan
Obat Sesuai Fornas Tahun 2020
Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat
Sesuai Fornas Tahun 2020-2024
90%
80% 85%
75%
70% 71.50%
Target Realisasi
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan kajian
evaluasi implementasi Formularium Nasional sebagai kendali biaya di Rumah Sakit pada Era
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta melakukan pengembangan Fornas sebagai acuan
dalam penggunaan obat dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya pada pelayanan
kesehatan.
Permasalahan:
Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Fasyankes yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2020
70%
65%
60%
55%
50% 50.72%
Target Realisasi
Hasil tersebut diperoleh dari 3.010 (tiga ribu sepuluh) Fasyankes yang melaksanakan
pelayanan kefarmasian dibandingkan dengan 5.935 Fasyankes yang dipantau. Hal tersebut
menunjukkan, pada tahun 2020 50,72% Fasyankes melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan
pembinaan dan pengawasan di fasilitas pelayanan kefarmasian serta menyusun standar dan
pedoman pelayanan kefarmasian.
Permasalahan:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Advokasi kepada para pemangku kepentingan tentang pentingnya penempatan
tenaga kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian, termasuk rumah sakit;
2. Mengadakan upaya peningkatan mutu pelayanan kefarmasian dalam bentuk
bimbingan teknis, pelatihan dan workshop berbagai bidang terkait pelayanan
kefarmasian bagi tenaga apoteker di rumah sakit;
Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Instalasi Farmasi
Provinsi/Kabupaten/Kota yang Menerapkan Manajemen Mutu Tahun 2020
177
127
77
27
6 6
Target Realisasi
Permasalahan:
Salah satu kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja jumlah instalasi
farmasi provinsi/kabupaten/kota yang menerapkan manajemen mutu adalah belum
meratanya pemahaman dan komitmen tentang penerapan manajemen mutu pada instalasi
farmasi di tingkat Pemerintah Daerah.
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami yakni melakukan mapping
dan koordinasi komitmen instalasi farmasi provinsi/kab/kota untuk menerapkan manajemen
mutu.
Tabel 25. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kemampuan Industri Farmasi
Memenuhi Kebutuhan Rencana Kebutuhan Obat Tahun 2020
Grafik 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kemampuan Industri Farmasi
Memenuhi Kebutuhan Rencana Kebutuhan Obat Tahun 2020-2024
75%
73%
71%
69%
67% 67.03%
Target Realisasi
Permasalahan:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Melakukan percepatan penyempurnaan konsep kegiatan dalam upaya
pemenuhan target;
2. Menyiapkan tools untuk mempermudah pemahaman industri farmasi dalam
memberikan pelaporan elektronik melalui e-report sehingga dapat sesuai dan
tepat waktu serta koordinasi dengan industri farmasi yang memproduksi obat
terpilih.
Pengukuran capaian kinerja indikator jumlah alat kesehatan yang dapat diproduksi
dalam negeri (kumulatif) diamanatkan pada 2 (dua) dokumen perencanaan yakni dokumen
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 serta pada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Adapun definisi
operasional dari indikator jumlah alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri adalah
jumlah jenis/varian alat kesehatan yang telah mampu diproduksi oleh industri di dalam negeri
(kumulatif). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indikator ini termasuk dalam
indikator keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator yang digunakan sama
dengan tahun 2020. Pada tahun 2019, target dari indikator tersebut sebesar 28 jenis/varian
dan realisasi sebesar 28 jenis/varian, sehingga capaian yang diperoleh sebesar 100%.
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi
dalam negeri sebesar 35 jenis/varian, mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 35 jenis/varian dengan capaian sebesar 100%.
Hal tersebut menunjukkan terjadi penambahan capaian sebanyak 7 jenis/varian jika
dibandingkan dengan tahun 2019. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra
menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun
Renstra 2020-2024 yakni sebesar 63 jenis/varian.
Tabel 26. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Alat Kesehatan yang Diproduksi di
Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2020
Grafik 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Alat Kesehatan yang Diproduksi di
Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2020-2024
Target Realisasi
Permasalahan:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendampingan terhadap produk-produk inovasi alat kesehatan
tersebut agar dapat segera menjadi komoditi alat kesehatan inovasi baru, dengan
cara melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor dalam rangka pengembangan
alat kesehatan dalam negeri berbasis riset melalui virtual meeting;
2. Melaksanakan kegiatan pendukung capaian indikator secara bertahap pada masa
new normal, dengan menerapkan protokol kesehatan dan dilakukan secara virtual
meeting. Kegiatan pendukung capaian indikator ini contohnya adalah Evaluasi dan
Kajian Uji Klinik Produk Hasil Riset yang membahas tentang alat kesehatan
pendukung pengobatan Covid-19 yaitu ventilator.
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase penilaian pre-market alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) tepat waktu sesuai good review practice
sebesar 99,03%, mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun
2020-2024 yaitu sebesar 90% dengan capaian sebesar 110,33%. Hal tersebut menunjukkan
terjadi peningkatan capaian sebesar 8,95% jika dibandingkan dengan tahun 2019. Realisasi
indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat
mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 98%.
Tabel 27. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Tepat Waktu Sesuai Good
Review Practice Tahun 2020
Grafik 16. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Tepat Waktu Sesuai Good Review Practice
Tahun 2020-2024
99.30%
98%
96%
94%
92%
90%
Target Realisasi
Permasalahan:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi dengan Pusdatin, Kementerian Kesehatan terkait
kemungkinan untuk melakukan migrasi server co-location dan melakukan
pengembangan sistem, sehingga dapat meminimalisir kendala dalam penggunaan
sistem perizinan;
2. Perlunya melakukan pengembangan untuk sistem konsultasi online yaitu
penambahan modul untuk mempermudah mekanisme pendaftaran di loket;
3. Menerbitkan Pedoman Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT pada masa pandemi
Covid-19, dan memberlakukan sistem ODS (One Day Service) untuk penilaian
berkas perizinan alat kesehatan dan PKRT yang merupakan penunjang
pengobatan Covid-19;
7) Persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan
tepat waktu
Pengukuran capaian kinerja indikator persentase sarana produksi Alkes dan PKRT
yang menindaklanjuti hasil temuan tepat waktu diamanatkan pada dokumen Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari
indikator persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan
tepat waktu adalah persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil
temuan critical major selama 14 hari setelah peringatan keras diterima. Indikator ini termasuk
dalam indikator baru jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang terdapat pada Renstra
tahun 2015-2019 menggantikan indikator kinerja persentase sarana produksi alkes dan
PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (CPAKB/GMP).
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang
menindaklanjuti hasil temuan tepat waktu sebesar 80,00%, melebihi target yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 75% dengan capaian
sebesar 106,67%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif
dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni
sebesar 95%.
Tabel 28. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alkes dan PKRT
Yang Menindaklanjuti Hasil Temuan Tepat Waktu Tahun 2020
90% 95%
80.00% 80% 85%
75%
Target Realisasi
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Asistensi kepada sarana produksi Alkes dan PKRT terkait tindak lanjut temuan
inspeksi dengan melakukan pemenuhan CAPA sesuai dengan persyaratan Cara
Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara Pembuatan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB);
2. Meningkatkan pengetahuan SDM di sarana produksi Alkes dan PKRT melalui
pembinaan, sosialisasi dan asistensi terkait penerapan Cara Pembuatan Alat
Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB), sehingga sarana produksi dapat
memenuhi persyaratan CPAKB dan CPPKRTB;
3. Mengadvokasi asosiasi terkait seperti Asosiasi Produsen Alat Kesehatan
Indonesia (ASPAKI), Persatuan Perusahaan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga Indonesia (PEKERTI) dan Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan
dan Laboratorium di Indonesia (GAKESLAB) dalam rangka meningkatkan
kepatuhan sarana untuk memproduksi alat kesehatan dan PKRT yang bermutu,
aman dan bermanfaat.
Pengukuran capaian kinerja indikator persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT
beredar yang memenuhi ketentuan diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator
persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT beredar yang memenuhi ketentuan adalah
persentase alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi ketentuan penandaan yang di dapat
melalui kegiatan sampling, pengawasan penandaan, inspeksi dan audit. Indikator ini
termasuk dalam indikator baru jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang terdapat
pada Renstra tahun 2015-2019 menggantikan indikator kinerja persentase sarana produksi
alkes dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (CPAKB/GMP).
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT
beredar yang memenuhi ketentuan sebesar 97,48%, melebihi target yang telah ditetapkan
dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 80% dengan capaian sebesar
121,85%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan
diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar
90%.
Tabel 29. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penandaan Alat Kesehatan dan
PKRT Beredar yang Memenuhi Ketentuan Tahun 2020
Grafik 18. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penandaan Alat Kesehatan dan PKRT
Beredar yang Memenuhi Ketentuan Tahun 2020-2024
97.48% 90%
82% 85% 87%
80%
Target Realisasi
Salah satu kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja persentase
penandaan alat kesehatan dan PKRT beredar yang memenuhi ketentuan adalah
terbatasnya mobilitas tenaga pengawas di lapangan maupun dalam kontak tatap muka
dengan stakeholders.
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah membuat Pedoman
Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Selama Kondisi
Pandemi Covid-19 untuk membantu tugas tenaga pengawas dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi selama pandemi Covid-19 pada pelaksanaan kegiatan pengawasan
produk alat kesehatan dan PKRT seperti melaksanakan sampling dan pengujian alat
kesehatan dan PKRT termasuk didalamnya pengawasan penandaan produk.
Pada tahun 2020, realisasi indikator Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebesar 96,45%, melebihi target yang telah ditetapkan
Tabel 30. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Nilai Reformasi Birokrasi di Lingkup Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
Grafik 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Nilai Reformasi Birokrasi di Lingkup Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020-2024
96.45% 88%
80% 82% 84% 86%
Target Realisasi
Hasil tersebut diperoleh dari nilai komponen pengungkit yang dihasilkan Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebesar 35,01 (Aspek Pemenuhan 14,60 dan
Aspek Reform 20,41) dari total nilai maksimal Unit Eselon I 36,30 sehingga capaian kinerja
dari Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2020
yakni sebesar 96,45%.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melaksanakan dan
melakukan evaluasi implementasi sistem Reformasi Birokasi lingkup Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, melaksanakan penerapan Sistem Manajemen Mutu
(SMM) ISO 9001:2015 dan secara rutin menjalankan resertifikasi ISO 9001:2015, serta
melaksanakan sosialisasi WBK/WBBM dan pembentukan Tim Satuan Kepatuhan Intern
(SKI).
Permasalahan:
10) Persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten
apoteker sesuai janji layanan
Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit
(PAK) apoteker dan asisten apoteker sesuai janji layanan sebesar 100%, melebihi target
yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 90%
dengan capaian sebesar 111,11%. Hal tersebut menunjukkan konsistensi pencapaian
indikator tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2019. Realisasi indikator di tahun pertama
Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir
tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 98%.
Tabel 31. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penyelesaian Penilaian Angka
Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker Sesuai Janji Layanan Tahun 2020
Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penyelesaian Penilaian Angka Kredit
(PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker Sesuai Janji Layanan Tahun 2020-2024
100.00%
98%
96%
94%
92%
90%
Target Realisasi
Hasil tersebut diperoleh dari 109 (seratus sembilan) usulan PAK yang masuk dan yang
diselesaikan dalam 20 hari kerja sehingga capaian kinerja penyelesaian Penilaian Angka
Kredit (PAK) apoteker dan asisten apoteker sesuai janji layanan di tahun 2020 yakni sebesar
100,00%.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan
pembinaan jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker dalam bentuk workshop serta
melakukan pembahasan regulasi jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker.
Salah satu permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja persentase
penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten apoteker sesuai janji
layanan adalah penilaian angka kredit yang diusulkan masih menggunakan dokumen
hardcopy sehingga tim sekretariat harus memeriksa dokumen hardcopy.
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami antara lain mulai
diimplementasikannya penggunaan sistem informasi Aplikasi Daftar Usulan Penetapan
Angka Kredit selanjutnya disebut dengan aplikasi SEPAKAT yang merupakan Pengusulan
Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker untuk
akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai pemangku Jabatan Fungsional Apoteker
dan Asisten Apoteker dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan Jabatannya. Aplikasi
ini dibangun dengan prinsip efektif dan efisien, sehingga pemangku Jabatan Fungsional
Apoteker dan Asisten Apoteker lebih mudah dalam penyusunan Daftar Usulan Penetapan
Angka Kredit dan sudah dilakukan sosialisasi kepada daerah.
B. REALISASI ANGGARAN
Alokasi APBN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2020
yang tertera pada perjanjian kinerja adalah sebesar Rp.3.253.619.132.000,00 yang terdiri
alokasi Kantor Pusat sebesar Rp.3.191.619.132.000,00 dan alokasi Dekonsentrasi sebesar
Rp.62.000.000.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2020, alokasi APBN Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami 8 (delapan) kali revisi perubahan
anggaran program dikarenakan; 1) Revisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) sebesar Rp.461.000.000.000,00; 2) Penambahan alokasi yang berasal dari Surat
Penetapan Satuan Anggaran Bagian Anggaran 998.08 (SABA 999.08) pada Satker
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar
Rp.136.000.000.000,00 dan pada Satker Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan sebesar Rp.200.000.000,00; 3) Revisi tambahan anggaran untuk
penyediaan obat dan vaksin Covid-19 yang berasal dari Surat Penetapan Satuan Anggaran
Bagian Anggaran 998.08 (SABA 999.08) pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan sebesar Rp.637.300.800.000,00; 4) Penerimaan Hibah Langsung
GAVI 2020 pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
sebesar Rp.214.067.376.000,00; 5) Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi sisa
anggaran klaim biaya perawatan pasien Covid-19 dari Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tabel 32. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran pada Sasaran Strategis Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki anggaran Kantor Pusat
dan Dana Dekonsentrasi, dengan rincian alokasi dan realisasi tahun 2020 adalah sebagai
berikut:
Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja
pada tahun 2020 antara lain dengan:
Grafik 21. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
106.10%
96.95%
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, efisiensi penggunaan sumber daya terhadap
capaian Indikator Kinerja di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah
tercapai. Berikut merupakan gambaran analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
yang menggambarkan kondisi lima tahun terakhir.
Grafik 22. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016-2020
129.79%
105.60% 106.96% 104.71% 106.10%
99.09% 96.95%
83.74% 82.32% 69.32%
Efisiensi penggunaan sumber daya terhadap capaian Indikator Kinerja Program yang
pertama yaitu persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial telah tercapai.
Hal tersebut dikarenakan capaian kinerja sebesar 108,77% dapat terwujud dengan 96,97%
penyerapan anggaran.
96.97%
Untuk Indikator Kinerja Program yang kedua yakni persentase alat kesehatan
memenuhi syarat, efisiensi penggunaan sumber daya dapat tercapai dengan terwujudnya
efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena capaian kinerja sebesar 101,87% dapat
terwujud dengan 99,54% penyerapan anggaran.
Grafik 24. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Alat Kesehatan Memenuhi Syarat Tahun 2020
108.77%
99.54%
Untuk Indikator Kinerja Program yang ketiga yaitu persentase Puskesmas dengan
ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap), efisiensi penggunaan sumber daya
dapat tercapai dengan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena
capaian kinerja sebesar 107,76% dapat terwujud dengan 96.97% penyerapan anggaran.
Grafik 25. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Vaksin IDL (Imunisasi Dasar
Lengkap) Tahun 2020
107.76%
96.97%
Grafik 26. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Dapat Diproduksi Dalam
Negeri Tahun 2020
111.11%
96.80%
Sedangkan untuk Indikator Kinerja Program yang kelima yaitu persentase alat
kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri, efisiensi penggunaan sumber daya dapat
tercapai dengan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena capaian
kinerja sebesar 101,02% dapat terwujud dengan 95.95% penyerapan anggaran.
Grafik 27. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Alat kesehatan yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020
101.02%
95.95%
1. KANTOR PUSAT
Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai
target indikator kinerja di tahun pertama Renstra 2020-2024 merupakan hasil kerja keras
seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama
dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan
alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan.
2. DANA DEKONSENTRASI
Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang Pemerintah Pusat kepada Gubernur
sebagai wakil Pemerintah di daerah. Dengan demikian, Dekonsentrasi disusun untuk
mempercepat pencapaian tujuan dan target program. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan mengalokasikan Dana Dekonsentrasi untuk mendukung tercapainya prioritas
nasional dan target-target Rencana Kerja Pemerintah tahun 2020, melalui peran serta
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Peran serta tersebut tertuang dalam bentuk
kegiatan yang sudah ditetapkan, sehingga bila dilaksanakan dengan baik akan mendukung
tercapainya peningkatan akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Pada tahun 2020, sasaran kegiatan dan indikator kinerja beserta target Dekonsentrasi
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan antara
lain: 1) Peningkatan pelayanan kefarmasian dengan indikator kinerja Fasyankes yang
mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar memiliki target sebesar
639 fasyankes; 2) Peningkatan tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan dengan
indikator kinerja dinas kesehatan provinsi dan yang melaksanakan Program Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memiliki target sebesar 25 provinsi; 3) Peningkatan
produksi dan distribusi kefarmasian dengan indikator kinerja sarana produksi dan distribusi
sediaan farmasi dan pangan yang di bina memiliki target sebesar 500 sarana; 4) Dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat
kesehatan dengan indikator kinerja layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya memiliki target sebesar 34 provinsi; 5)
Untuk mencapai sasaran kegiatan dari Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di
daerah, tahun 2020 disediakan Dana Dekonsentrasi sebesar Rp.62.000.000.000,00. Selama
pelaksanaan kegiatan tahun 2020, anggaran Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan mengalami 1 (satu) kali revisi perubahan anggaran program
dikarenakan; 1) Revisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) sebesar
Rp.50.425.477.000,00, sehingga alokasi anggaran Dekonsentrasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.11.574.523.000,00 (Sebelas miliar
lima ratus tujuh puluh empat juta lima ratus dua puluh tiga ribu rupiah). Realisasi Dana
Dekonsentrasi tahun 2020 adalah Rp.10.975.165.921,00 (Sepuluh miliar sembilan ratus
tujuh puluh lima juta seratus enam puluh lima ribu sembilan ratus dua puluh satu rupiah)
dengan persentase realisasi sebesar 94,82%.
Tabel 35. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
2020
NO SATUAN KERJA
ALOKASI AWAL ALOKASI AKHIR REALISASI %
Tabel 36. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jabatan
Jabatan Jumlah
Jumlah 230
Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jabatan
Pimpinan Pimpinan Pengawas Pelaksana Ahli Madya Ahli Muda Ahli Pertama Mahir
Madya Pratama
Tabel 37. Pemenuhan Kebutuhan PNS di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
Kebutuhan Bezetting
Satuan Organisasi (berdasarkan (Keadaan Persentase
ABK) Pegawai)
Sekretariat Direktorat Jenderal 140 63 45,00%
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes 132 33 25,00%
Direktorat Pelayanan Kefarmasian 105 33 31,43%
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian 109 34 31,19%
Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT 114 36 31,58%
Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT 85 31 36,47%
Grafik 29. Pemenuhan Kebutuhan PNS di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Sekretariat Direktorat Tata Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat
Direktorat Kelola Obat Pelayanan Produksi & Penilaian Alat Pengawasan Alat
Jenderal Publik & Kefarmasian Distribusi Kesehatan & Kesehatan &
Perbekkes Kefarmasian PKRT PKRT
Tabel 38. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 Menurut Pendidikan
Pendidikan Jumlah
S3 1
S2 dan sederajat 159
Spesialis 1/2/A V 1
S1 50
D3 14
Akademi 1
SMA 4
Jumlah 230
0.43%
S3
S2 dan sederajat
21.74%
Spesialis 1/2/A V
6.09%
8.26% S1
69.13% 0.43% D3
1.74% Akademi
0.43%
SMA
Tabel 39. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jenis Kelamin
Pria 77
Wanita 153
Jumlah 230
Grafik 31. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jenis Kelamin
33%
Pria
67% Wanita
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 ini
menyajikan berbagai keberhasilan maupun upaya dalam mencapai sasaran sebagaimana
yang telah ditetapkan didalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada
tahun anggaran 2020, yang tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Program (IKP) serta
analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran. Pencapaian seluruh Indikator Kinerja
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2020 telah memenuhi target yang telah ditetapkan.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang
telah dicanangkan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan di masa
mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sinergi antara perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) serta Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan sehingga terjadi keterpaduan
dalam mencapai akuntabilitas kinerja. Upaya yang akan dilakukan pada tahun 2021 antara
lain membangun Sistem Digital Inventory Nasional, optimasi jejaring ABGCI guna
pencapaian produksi bahan baku sediaan farmasi di dalam negeri yang sustainable serta
fokus pada kebutuhan industri dan pasar, koordinasi lintas sektor dalam rangka
pengembangan produk inovasi alat kesehatan dalam negeri, peningkatan pemanfaatan dan
penggunaan alat kesehatan dalam negeri di fasilitas pelayanan Kesehatan, pembangunan
laboratorium uji alat kesehatan, serta penguatan Center of Excellence Pelayanan
Kefarmasian.
LAMPIRAN 7
KERTAS KERJA EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN KETERSEDIAAN OBAT ESENSIAL TAHUN 2020
LAMPIRAN 12
SOP PEMANTAUAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN