Anda di halaman 1dari 134

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan
Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun
2020 dapat diselesaikan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat


Kesehatan Tahun 2020 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban
atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah
ditetapkan. Laporan kinerja ini disusun sesuai amanat Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Selain itu, laporan kinerja
merupakan salah satu kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Tahun 2020 merupakan tahun pertama periode pembangunan kesehatan 2020-2024.


Pada periode tersebut, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki Program
Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan sasarannya yaitu
meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan guna
mencapai tujuan peningkatan sumber daya kesehatan. Selain itu, Direktorat Jenderal juga
diselenggarakan Program Dukungan Manajemen.

Pelaksanaan Program Dukungan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) di tahun 2020 memiliki berbagai inovasi dan terobosan, namun tidak terlepas
dari berbagai kekurangan. Untuk itu, atas nama Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, saya berterima kasih atas saran dan masukan perbaikan bagi penyempurnaan
dokumen perencanaan serta pelaksanaan program dan kegiatan di periode berikutnya.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan i


Tahun 2020
ii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun


2020 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan
perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja disusun sesuai amanat
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Pada dasarnya laporan ini menginformasikan pencapaian kinerja Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2020 sebagai bagian dari pencapaian sasaran
strategis Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan 2020-2024.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Unit Organisasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh nilai AA. Rincian penilaian tersebut
sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai Evaluasi SAKIP Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat


Kesehatan Tahun 2015-2019

No. Tahun Hasil Penilaian Kategori


1 2015 96,73 AA
2 2016 97,50 AA
3 2017 97,75 AA
4 2018 97,01 AA
5 2019 93,45 AA

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun


2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, sasaran
Program Dukungan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya
akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan indikator
sasaran yang akan dicapai pada tahun 2020 adalah:
a. Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial sebesar 77%;
b. Persentase alat kesehatan memenuhi syarat sebesar 91%;

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan iii


Tahun 2020
c. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap)
sebesar 90%;
d. Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri
sebesar 15%; serta
e. Persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri sebesar 55%.

Dari indikator sasaran tahun 2020 tersebut di atas, Direktorat Jenderal


Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu
dengan capaian:
a. Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial sebesar 83,75%;
b. Persentase alat kesehatan memenuhi syarat sebesar 92,70%;
c. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap)
sebesar 96,98%;
d. Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri
sebesar 16,67%;
e. Persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri sebesar 55,56%.

Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam


mencapai target indikator sasaran di tahun pertama Renstra 2020-2024 merupakan
hasil kerja keras seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal serta
penguatan koordinasi pusat dan daerah terutama dalam perencanaan
program/kegiatan, penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian
dan alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang
berkelanjutan.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian


dan Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2020 dengan alokasi sebesar
Rp.3.253.619.132.000,00 yang terdiri alokasi Kantor Pusat sebesar
Rp.3.191.619.132.000,00 dan alokasi Dekonsentrasi sebesar Rp.62.000.000.000,00.
Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2020, alokasi APBN Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami 8 (delapan) kali revisi perubahan
anggaran program dikarenakan; 1) Revisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) sebesar Rp.461.000.000.000,00; 2) Penambahan alokasi yang
berasal dari Surat Penetapan Satuan Anggaran Bagian Anggaran 998.08 (SABA
999.08) pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
sebesar Rp.136.000.000.000,00 dan pada Satker Sekretariat Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebesar Rp.200.000.000,00; 3) Revisi tambahan

iv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
anggaran untuk penyediaan obat dan vaksin Covid-19 yang berasal dari Surat
Penetapan Satuan Anggaran Bagian Anggaran 998.08 (SABA 999.08) pada Satker
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar
Rp.637.300.800.000,00; 4) Penerimaan Hibah Langsung GAVI 2020 pada Satker
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar
Rp.214.067.376.000,00; 5) Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi sisa
anggaran klaim biaya perawatan pasien Covid-19 dari Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan pada Satker Direktorat Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar Rp.710.858.000.000,00; 6) Revisi
pengurangan anggaran gaji untuk pemenuhan insentif pada Badan PPSDM Kesehatan
sebesar Rp.3.500.000.000,00; 7) Penerimaan Hibah Langsung WHO 2020 Satker
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar
Rp.106.170.000,00; 8) Revisi anggaran untuk pemenuhan insentif tenaga kesehatan
dalam penangan Covid-19 Tahun 2020 yang ditujukan ke Badan PPSDM Kesehatan
sebesar Rp.305.374.427.000,00, sehingga alokasi anggaran Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.4.182.277.051.000,00 (Empat
triliun seratus delapan puluh dua miliar dua ratus tujuh puluh tujuh juta lima puluh satu
ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2020 adalah sebesar
Rp.4.054.663.877.758,00 (Empat triliun lima puluh empat miliar enam ratus enam
puluh tiga juta delapan ratus tujuh puluh tujuh ribu tujuh ratus lima puluh delapan
rupiah) dengan persentase realisasi sebesar 96,95%.

Dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


memiliki upaya dan prestasi yang telah dicapai pada tahun 2020 antara lain:

1. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan aktif melakukan upaya-


upaya terkoordinasi untuk menyediakan vaksin Covid-19, antara lain melalui
koordinasi lintas sektor dengan Kemenko Maritim dan Investasi, Kemenko
Perekonomian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian BUMN, Kementerian
Riset dan Teknologi/BRIN, Kementerian Perindustrian maupun lintas program
dengan BPOM, Badan Litbangkes dan Ditjen P2P, dan PT Bio Farma (Persero).
Sebagai hasilnya, Indonesia dapat memperoleh vaksin Covid-19 yang mulai
datang pada tanggal 19 Juli 2020.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan v


Tahun 2020
Gambar 1. Kedatangan Vaksin COVID-19 dari Sinovac di Indonesia

2. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mendapatkan penghargaan


sebagai booth dengan pengunjung terbanyak pada Indonesia Healthcare
Innovation Expo I-2020 Virtual Expo dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN)
ke 56 untuk kategori Stand Pemerintah.

Gambar 2. Penghargaan Pengunjung Terbanyak Pameran Virtual HKN ke 56

3. Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


mendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 sebagai upaya
untuk meningkatkan kinerja aparatur, sistem birokrasi yang lebih efektif dan efisien
dalam mendukung Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

vi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Gambar 3. Sertifikat ISO 9001:2015

4. Dalam rangka penanganan pandemik Covid-19, ketersediaan obat dan BMHP


merupakan kebutuhan paling penting baik di tingkat pusat, provinsi maupun di
kabupaten/kota. Sistem informasi pengelolaan logistik untuk penanganan Covid-19
diperlukan untuk mendukung penghitungan kebutuhan obat, rencana pengadaan,
penganggaran, mobilisasi sumber daya, dan pengelolaan program kesehatan
penanganan Covid-19.

Gambar 4. Aplikasi Logistik COVID-19 Farmalkes

5. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga melakukan terobosan


dengan membuat Dashboard Farmalkes, dimana Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan merupakan unit utama pertama yang membuat dashboard dan
nantinya akan terhubung dengan satu data Kemenkes. Penyediaan data

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan vii


Tahun 2020
dashboard kefarmasian dan alat kesehatan bermanfaat bagi Kemenkes
khususnya pimpinan organisasi Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
dapat mengetahui dan memantau data capaian kinerja data sarana, data
perizinan, data alat kesehatan dalam negeri, data jumlah bahan baku sediaan
farmasi yang diproduksi dalam negeri, data investasi industri farmasi, serta data
realisasi anggaran secara realtime.

Gambar 5. Dashboard Farmalkes

6. Dalam rangka mendukung e-Government, maka dilakukan penerapan digital sign


di aplikasi e-desk. Dengan penggunaan digital sign dapat meningkatkan efisiensi
dan efektifitas dalam pengelolaan dokumen terutama Berita Acara RKA DAK Fisik
dan Non Fisik Subbidang Pelayanan Kefarmasian sekaligus menjamin autentifikasi
atau memastikan keutuhan dari dokumen elektronik yang ditandatangani secara
elektronik dari perubahan yang dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang.

Gambar 6. Aplikasi e-Desk

viii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
7. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Satker Sekretariat
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan meraih penghargaan sebagai
Satker Mitra KPPN Jakarta VII dengan IKPA Terbaik Pertama Tahun 2020 pada
kategori Pagu Anggaran pagu 50 miliar sampai dengan 200 miliar.

Gambar 7. Penghargaan IKPA Terbaik Pertama Tahun 2020

8. Pada masa pandemi Covid-19, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat


Kesehatan menerbitkan Pedoman Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT serta
Pedoman Pelayanan Publik Sertifikasi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan
PKRT selama masa Pandemi COVID-19, dan memberlakukan sistem ODS (One
Day Service) serta membentuk tim helpdesk untuk produk penanganan Covid-19.

Gambar 8. Pedoman Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT serta Pedoman Pelayanan
Publik Sertifikasi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan PKRT dan Pemberlakuan
Sistem One Day Service

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan ix


Tahun 2020
9. Untuk menjamin agar produk yang beredar aman, bermutu dan bermanfaat, maka
Ditjen Farmalkes menerbitkan Standar Alat Pelindung Diri (APD) serta Pedoman
Pengawasan Post Market produk Alkes dan PKRT untuk penanganan Covid-19.
Dengan adanya pedoman ini, diharapkan para stakeholder mengetahui standar
keamanan dan mutu serta memberikan jaminan keamanan, mutu dan manfaat
atas produk alkes dan PKRT yang beredar.

Gambar 9. Standar Alat Pelindung Diri (APD) dan Pedoman Pengawasan Post Market
produk Alkes dan PKRT untuk penanganan Covid-19

10. Upaya penguatan pengawasan alat kesehatan dan PKRT dilakukan oleh
Kemenkes secara berkesinambungan guna melindungi masyarakat dari produk
Alkes dan PKRT yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan manfaat.
Salah satu strategi penguatan pengawasan alat kesehatan dan PKRT melalui

x Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang telah diimplementasikan
yaitu dengan aplikasi mobile phone untuk meningkatkan efektivitas pengawasan
alat Kesehatan dan PKRT di seluruh pelosok Indonesia sebagai wujud
pengawasan semesta yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Gambar 10. Aplikasi Mobile Phone Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT

11. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, terutama tenaga


kefarmasian dalam pengelolaan obat dan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit
sebagai rumah sakit percontohan, untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien, maka Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
melaksanakan pembentukan Centre of Excellent Pelayanan Kefarmasian di rumah
sakit.

Gambar 11. Penyusunan dan Pembentukan Center of Excellent di Rumah Sakit

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xi


Tahun 2020
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................. 1
C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS ........................................ 2
D. STRUKTUR ORGANISASI ............................................................................. 6
E. SISTEMATIKA ................................................................................................ 9
BAB II PERENCANAAN KINERJA ......................................................................... 11
A. RENCANA STRATEGIS ................................................................................. 11
B. PERJANJIAN KINERJA .................................................................................. 16
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ....................................................................... 21
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI................................................................. 21
1. PENGUKURAN KINERJA .......................................................................... 21
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA ...................................................... 24
B. REALISASI ANGGARAN ................................................................................ 65
1. KANTOR PUSAT ....................................................................................... 70
2. DANA DEKONSENTRASI.......................................................................... 72
C. SUMBER DAYA MANUSIA ............................................................................ 74
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 78

xii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Evaluasi SAKIP Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat


Kesehatan Tahun 2015-2019 ................................................................ iii
Tabel 2. Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) serta Program Dukungan Manajemen pada Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan ........................................... 13
Tabel 3. Indikator Kinerja dan Target Program Pelayanan Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program Dukungan
Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020-2024 ................................................................ 14
Tabel 4. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan
dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan .......................................................... 15
Tabel 5. Sasaran Kegiatan pada Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan ...................................................................................... 15
Tabel 6. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 ......................................................................... 16
Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 ...................................... 21
Tabel 8. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional,
serta Cara Perhitungan Antara Indikator Persentase Kabupaten/Kota
dengan Ketersediaan Obat Esensial dengan Puskesmas dengan
Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial ............................................... 25
Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota
dengan Ketersediaan Obat Esensial Tahun 2020 ................................. 25
Tabel 10. Daftar Obat Indikator Tahun 2020-2024 ................................................ 28
Tabel 11. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional,
serta Cara Perhitungan Antara Indikator Persentase Alat Kesehatan
Memenuhi Syarat dengan Persentase Produk Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang
Memenuhi Syarat .................................................................................. 31
Tabel 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Alat Kesehatan
Memenuhi Syarat Tahun 2020 .............................................................. 32

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xiii


Tahun 2020
Tabel 13. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional,
serta Cara Perhitungan Antara Indikator Persentase Puskesmas
dengan Ketersediaan Vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) dengan
Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial ............... 34
Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas
dengan Ketersediaan Vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) Tahun
2020 ....................................................................................................... 34
Tabel 15. Daftar Vaksin Indikator Tahun 2020-2024 ............................................. 35
Tabel 16. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional,
serta Cara Perhitungan Antara Indikator Persentase Jenis Bahan
Baku Sediaan Farmasi yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri dengan
Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam
Negeri (Kumulatif) .................................................................................. 38
Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Jenis Bahan
Baku Sediaan Farmasi yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun
2020 ....................................................................................................... 39
Tabel 18. Daftar Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi Dalam Negeri yang Siap
Dimanfaatkan oleh Industri Tahun 2020 ................................................ 39
Tabel 19. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional,
serta Cara Perhitungan Antara Indikator Persentase Alat Kesehatan
yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri dengan Jumlah Jenis/Varian
Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) .............. 41
Tabel 20. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Alat Kesehatan
yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020 ............................... 41
Tabel 21. Daftar Jenis/Varian Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri
(Kumulatif) Tahun 2015-2020 ................................................................ 42
Tabel 22. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit
dengan Penggunaan Obat Sesuai Fornas Tahun 2020 ........................ 46
Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Fasyankes yang
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2020 .. 48
Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Instalasi Farmasi
Provinsi/Kabupaten/Kota yang Menerapkan Manajemen Mutu Tahun
2020 ....................................................................................................... 50
Tabel 25. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kemampuan
Industri Farmasi Memenuhi Kebutuhan Rencana Kebutuhan Obat
Tahun 2020 ........................................................................................... 52

xiv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Tabel 26. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Alat Kesehatan yang
Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2020 ............................ 53
Tabel 27. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-
Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) Tepat Waktu Sesuai Good Review Practice Tahun 2020 ........ 55
Tabel 28. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi
Alkes dan PKRT Yang Menindaklanjuti Hasil Temuan Tepat Waktu
Tahun 2020 ........................................................................................... 57
Tabel 29. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penandaan Alat
Kesehatan dan PKRT Beredar yang Memenuhi Ketentuan Tahun
2020 ....................................................................................................... 60
Tabel 30. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Nilai Reformasi Birokrasi di
Lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 .............. 62
Tabel 31. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penyelesaian
Penilaian Angka Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker Sesuai
Janji Layanan Tahun 2020 .................................................................... 64
Tabel 32. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran pada Sasaran Strategis
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 ...... 66
Tabel 33. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran Program Pelayanan
Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2020 Berdasarkan Kegiatan ............................. 67
Tabel 34. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 ....................... 72
Tabel 35. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 ....................... 73
Tabel 36. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jabatan .......... 75
Tabel 37. Pemenuhan Kebutuhan PNS di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2020 .................................................................. 76
Tabel 38. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Pendidikan ..... 76
Tabel 39. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jenis Kelamin 77

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xv


Tahun 2020
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan


dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 ...................................... 22
Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota dengan
Ketersediaan Obat Esensial Tahun 2020-2024 ..................................... 26
Grafik 3. Kabupaten/Kota dengan Ketersediaan Obat Esensial Tahun 2020 per
Provinsi .................................................................................................. 27
Grafik 4. Persentase Ketersediaan 40 Item Obat Esensial Tahun 2020 .............. 29
Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Persentase Alat Kesehatan Memenuhi
Syarat Tahun 2020-2024 ....................................................................... 32
Grafik 6. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) Tahun 2020-
2024 ....................................................................................................... 35
Grafik 7. Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar
Lengkap) Tahun 2020 per Provinsi ....................................................... 36
Grafik 8. Persentase Ketersediaan 5 Item Vaksin IDL Tahun 2020 ..................... 37
Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan
Farmasi yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020-2024 ........ 39
Grafik 10. Target dan Realisasi Indikator Persentase Alat Kesehatan yang
Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020-2024 ............................... 42
Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit dengan
Penggunaan Obat Sesuai Fornas Tahun 2020-2024 ............................ 46
Grafik 12. Target dan Realisasi Indikator Persentase Fasyankes yang
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2020-
2024 ....................................................................................................... 49
Grafik 13. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Instalasi Farmasi
Provinsi/Kabupaten/Kota yang Menerapkan Manajemen Mutu Tahun
2020-2024 ............................................................................................. 51
Grafik 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kemampuan
Industri Farmasi Memenuhi Kebutuhan Rencana Kebutuhan Obat
Tahun 2020-2024 .................................................................................. 52
Grafik 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Alat Kesehatan yang
Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2020-2024 ................... 53

xvi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Grafik 16. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Tepat
Waktu Sesuai Good Review Practice Tahun 2020-2024 ...................... 55
Grafik 17. Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Produksi Alkes
dan PKRT Yang Menindaklanjuti Hasil Temuan Tepat Waktu Tahun
2020-2024 ............................................................................................. 58
Grafik 18. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penandaan Alat
Kesehatan dan PKRT Beredar yang Memenuhi Ketentuan Tahun
2020-2024 ............................................................................................. 60
Grafik 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Nilai Reformasi Birokrasi di
Lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020-2024 ..... 62
Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penyelesaian Penilaian
Angka Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker Sesuai Janji
Layanan Tahun 2020-2024 ................................................................... 64
Grafik 21. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) serta Program Dukungan Manajemen
pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun
2020 ....................................................................................................... 68
Grafik 22. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2016-2020 ................................................................ 68
Grafik 23. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja Program Persentase Kabupaten/Kota dengan
Ketersediaan Obat Esensial Tahun 2020 .............................................. 69
Grafik 24. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja Program Persentase Alat Kesehatan Memenuhi
Syarat Tahun 2020 ................................................................................ 69
Grafik 25. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja Program Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) Tahun 2020 ....... 69
Grafik 26. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja Program Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan
Farmasi yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020 ................. 70

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xvii


Tahun 2020
Grafik 27. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian
Indikator Kinerja Program Persentase Alat kesehatan yang Dapat
Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020 .................................................. 70
Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jabatan .......... 75
Grafik 29. Pemenuhan Kebutuhan PNS di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2020 .................................................................. 76
Grafik 30. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Pendidikan ..... 77
Grafik 31. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jenis Kelamin 77

xviii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kedatangan Vaksin COVID-19 dari Sinovac di Indonesia ................ vi


Gambar 2. Penghargaan Pengunjung Terbanyak Pameran Virtual HKN ke 56 . vi
Gambar 3. Sertifikat ISO 9001:2015 ................................................................... vii
Gambar 4. Aplikasi Logistik COVID-19 Farmalkes ............................................. vii
Gambar 5. Dashboard Farmalkes ....................................................................... viii
Gambar 6. Aplikasi e-Desk ................................................................................. viii
Gambar 7. Penghargaan IKPA Terbaik Pertama Tahun 2020 ........................... ix
Gambar 8. Pedoman Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT serta Pedoman
Pelayanan Publik Sertifikasi Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan dan PKRT dan Pemberlakuan Sistem One Day Service ix
Gambar 9. Standar Alat Pelindung Diri (APD) dan Pedoman Pengawasan
Post Market produk Alkes dan PKRT untuk penanganan Covid-19 . x
Gambar 10. Aplikasi Mobile Phone Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT ...... xi
Gambar 11. Penyusunan dan Pembentukan Center of Excellent di Rumah
Sakit .................................................................................................. xi
Gambar 12. Tujuan Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Makanan ........................................................................................... 2
Gambar 13. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan ......................................................................................... 7
Gambar 14. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2020 (Awal) .................................................. 17
Gambar 15. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2020 (Awal) .................................................. 18
Gambar 16. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2020 (Revisi) ................................................ 19
Gambar 17. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2020 (Revisi) ................................................ 20
Gambar 18. Pemantauan Indikator Kinerja pada Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 dalam Aplikasi e-Monev DJA/Aplikasi
SMART ............................................................................................. 23

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xix


Tahun 2020
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT


PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN ................................ 79
LAMPIRAN 2 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PELAYANAN
KEFARMASIAN ........................................................................... 82
LAMPIRAN 3 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN ..................................................... 85
LAMPIRAN 4 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT
KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA ..................................................................................... 88
LAMPIRAN 5 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT
KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA ..................................................................................... 91
LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT
JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ............. 94
LAMPIRAN 7 KERTAS KERJA EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN
KETERSEDIAAN OBAT ESENSIAL TAHUN 2020 ...................... 97
LAMPIRAN 8 KERTAS KERJA EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR
PERSENTASE ALAT KESEHATAN MEMENUHI SYARAT
TAHUN 2020 ................................................................................ 99
LAMPIRAN 9 KERTAS KERJA EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR
PERSENTASE PUSKESMAS DENGAN KETERSEDIAAN
VAKSIN IDL (IMUNISASI DASAR LENGKAP) TAHUN 2020 ...... 100
LAMPIRAN 10 TELAAHAN CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE JENIS
BAHAN BAKU SEDIAAN FARMASI YANG DAPAT
DIPRODUKSI DALAM NEGERI TAHUN 2020 ............................ 102
LAMPIRAN 11 KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA UNIT
KERJA DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN TAHUN 2020 ......................................................... 104
LAMPIRAN 12 SOP PEMANTAUAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ................................. 108
LAMPIRAN 13 SOP PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA DIREKTORAT
JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ............. 110

xx Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sesuai amanah Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku
kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau
target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun
secara periodik. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun laporan
kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam
rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan sekaligus sebagai alat kendali dan
pemacu peningkatan kinerja serta sebagai salah satu alat untuk mendapat masukan bagi
stakeholder demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian


Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dituntut untuk
melaksanakan pemerintahan berbasis kinerja dalam rangka mewujudkan birokrasi yang
bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki pelayanan publik yang berkualitas.

Penyusunan laporan kinerja mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan


bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Pelaporan kinerja
memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai
dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1


Tahun 2020
C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS

Arah Kebijakan RPJMN Bidang Kesehatan 2020-2024 adalah meningkatkan


pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada
penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dan peningkatan upaya
promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi.

Dalam upaya mendukung implementasi arah kebijakan dan strategi tersebut maka
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertanggung jawab dalam pemenuhan
dan peningkatan daya saing sediaan farmasi dan alat kesehatan yang difokuskan pada
efisiensi penyediaan obat dan vaksin dengan mengutamakan kualitas produk; penguatan
sistem logistik farmasi real time berbasis elektronik; peningkatan promosi dan pengawasan
penggunaan obat rasional; pengembangan obat, produk biologi, reagen dan vaksin dalam
negeri bersertifikat halal yang didukung oleh penelitian dan pengembangan life sciences dan
pengembangan produksi dan sertifikasi alat kesehatan untuk mendorong kemandirian
produksi dalam negeri.

Aspek Strategis pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat
dilihat dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh seluruh komponen bangsa Indonesia, secara terpadu dan saling
mendukung, guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dimana
cakupan kefarmasian dan alat kesehatan masuk dalam subsistem Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Makanan.

Gambar 12. Tujuan Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan

2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Sebagai salah satu subsistem dari SKN, sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
dapat direpresentasikan dengan elemen-elemen yang saling terkait sebagai sebuah sistem
yang (1) saling berinteraksi sebagai komponen sebagai sebuah proses; (2) interrelasi dalam
menjalankan proses sebagai sebuah sistem; dan (3) interkoneksi diantara sistem yang
berjalan dinamis sesuai perubahan waktu dan kondisi lingkungannya.

Sesuai dengan ketetapan dalam SKN, secara terstruktur elemen-elemen tersebut


dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Tujuan penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan adalah tersedianya sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang
terjamin aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, dan khusus untuk obat
dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya;
2. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan melaksanakan 5 (lima) upaya
penyelenggaraan, yangmeliputi: (1) Upaya ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan obat dan alat kesehatan; (2) Upaya pengawasan untuk menjamin
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, mutu produk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan serta perlindungan masyarakat dari penggunaan yang
salah dan penyalahgunaan obat dan alat kesehatan; (3) Upaya penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian; (4) Upaya penggunaan obat yang rasional; dan (5) Upaya
kemandirian sediaan farmasi melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri;
3. Unsur-unsur, meliputi: (1) komoditi; (2) sumber daya; (3) pelayanan kefarmasian;
(4) pengawasan; dan (5) pemberdayaan masyarakat;
4. Selanjutnya untuk dapat menghasilkan nilai tambah yang optimal, seluruh aktivitas
elemen dalam subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan harus
patuh pada prinsip-prinsip dasar, yang meliputi: (1) aman, berkhasiat, bermanfaat,
dan bermutu; (2) tersedia, merata, dan terjangkau; (3) rasional; (4) transparan dan
bertanggung jawab; dan (5) kemandirian.

Isu-isu strategis yang akan berkembang ke depan berhubungan dengan sediaan


farmasi dan alat kesehatan yang menjadi tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan:
1. Aksesibilitas obat ditentukan oleh ketersediaan obat bagi pelayanan kesehatan,
terutama di tingkat fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah;
2. Tata kelola obat diarahkan pada akselerasi, akuntabilitas dan transparansi rantai
suplai obat;
3. Memperluas cakupan intervensi peningkatan pelayanan kefarmasian;

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 3


Tahun 2020
4. Peningkatan pengawasan alat kesehatan: penapisan/penilaian produk sebelum
beredar ke pasar (pre-market) dan pengawasan produk Alkes di pasar (post-
market);
5. Kemandirian: impor bahan baku obat dan sediaan farmasi serta alat kesehatan
mengakibatkan kurangnya kemandirian dalam pelayanan kesehatan, Tumbuhan
Obat dan Jamu (Ristoja) tahun 2012 yang baru menjangkau 20% wilayah tanah
air, menghasilkan temuan 1.740 spesies tumbuhan obat (termasuk Alkes),
Akselerasi Program Kemandirian Bahan Baku Obat dan Alkes;
6. Penerapan perizinan yang mengedepankan kemudahan berusaha tanpa
mengurangi lingkup pengawasan.

Dengan demikian, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berupaya


memastikan terciptanya kondisi dimana masyarakat dapat memperoleh obat dengan mudah
(accessible), terjangkau (affordable), tersedia dimanapun dibutuhkan (available), dan
berkesinambungan (sustainable).

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan,


perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan menjadi
tugas Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Kementerian Kesehatan memiliki lima Tujuan
Strategis dengan delapan Sasaran Strategis dimana salah satu sasarannya adalah
meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan guna mencapai
tujuan peningkatan sumber daya kesehatan. Sasaran Strategis tersebut diukur
pencapaiannya melalui indikator persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial.

Dalam rangka menjamin tercapainya Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, dan


Indikator Sasaran Strategis tersebut, ditetapkan pula Sasaran Program/Kegiatan serta
Indikator Kinerja Program/Kegiatan pada Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024.
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 3 (tiga)
program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dengan sasarannya yaitu meningkatnya akses, kemandirian dan
mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan lima indikator yang akan dicapai pada
tahun 2020 antara lain:
1. Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial;
2. Persentase alat kesehatan memenuhi syarat;
3. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar
Lengkap);

4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
4. Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri
sebesar; serta
5. Persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri.

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:
1. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Sasaran kegiatan ini adalah (1) Meningkatnya rumah sakit dengan penggunaan
obat sesuai Fornas dan (2) Meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian
sesuai standar.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
a. Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas;
b. Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar.

2. Peningkatan Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan


Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya jaminan ketersediaan obat dan
perbekalan kesehatan dengan dukungan peningkatan mutu pengelolaan logistik
obat dan perbekalan kesehatan.
Indikator pencapaian sasaran ini adalah jumlah instalasi farmasi
provinsi/kabupaten/kota yang menerapkan manajemen mutu.

3. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian


Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya kemampuan industri sediaan farmasi
dalam produksi dan distribusi.
Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah persentase kemampuan industri
farmasi memenuhi kebutuhan Rencana Kebutuhan Obat.

4. Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah


Tangga (PKRT)
Sasaran kegiatan ini adalah: (1) Meningkatnya alat kesehatan yang diproduksi di
dalam negeri (kumulatif) dan (2) Meningkatnya penilaian pre-market alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) tepat waktu sesuai
good review practice.
Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah:
a. Jumlah alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif);
b. Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga (PKRT) tepat waktu sesuai good review practice.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 5


Tahun 2020
5. Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT)
Sasaran kegiatan ini adalah: (1) Meningkatnya sarana produksi alat kesehatan
(Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang menindaklanjuti
hasil temuan tepat waktu dan (2) Meningkatnya produk alat kesehatan (Alkes) dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang memenuhi ketentuan
penandaan dan telah diuji.
Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah:
a. Persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil
temuan tepat waktu;
b. Persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT beredar yang memenuhi
ketentuan.

Selain melaksanakan salah satu program teknis Kementerian Kesehatan, Direktorat


Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga melaksanakan salah satu dari 3 (tiga)
program generik Kementerian Kesehatan yaitu Program Dukungan Manajemen. Sasaran
Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
adalah meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
manajemen Kementerian Kesehatan.

Indikator pencapaian sasaran ini adalah nilai Reformasi Birokrasi Kementerian


Kesehatan. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka dilakukan kegiatan dukungan
manajemen dan pelaksanaan program. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Indikator pencapaian sasaran tersebut
adalah:
1. Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
2. Persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten
apoteker sesuai janji layanan.

D. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
1. perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan
pelayanan kefarmasian;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan
pelayanan kefarmasian;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan
distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,
tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi
sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,
pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola
perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan
kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
dan
7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Gambar 13. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 7


Tahun 2020
Susunan organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dukungan manajemen merupakan strategic enabler untuk menjaga
dan memastikan bahwa sasaran dapat dicapai melalui siklus manajemen yang
terorganisasi dengan baik, pengalokasian sumber daya secara efektif dan efisien,
serta dengan mentaati (conformity) kaidah-kaidah tata kelola pemerintahan yang
baik. Dukungan manajemen bagi pelaksanaan program meliputi lingkup
perencanaan-penganggaran-pemantauan-evaluasi, penyediaan data dan
informasi, pelaksanaan urusan kepegawaian-umum-rumah tangga, urusan
keuangan dan Barang Milik Negara (BMN) sesuai ketentuan, serta pelaksanaan
urusan hukum-organisasi-hubungan kemasyarakatan.

2. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan


Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang tata kelola obat publik dan
perbekalan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lingkup peran dan fungsi tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan antara
lain: 1) Perencanaan dan penilaian ketersediaan; 2) Pengendalian harga dan
pengaturan pengadaan; 3) Pengendalian obat publik dan perbekalan kesehatan;
serta 4) Pemantauan pasar obat publik dan perbekalan kesehatan.

3. Direktorat Pelayanan Kefarmasian


Direktorat Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Lingkup peran dan fungsi pelayanan kefarmasian antara
lain: 1) Manajemen dan klinikal farmasi; 2) Analisis farmakoekonomi; 3) Seleksi
obat dan alat kesehatan; serta 4) Penggunaan obat rasional.

4. Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian


Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lingkup peran dan fungsi
bidang produksi dan distribusi kefarmasian adalah: 1) Obat dan pangan; 2) Obat
tradisional dan kosmetik; 3) Narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi; serta
4) Kemandirian obat dan bahan baku sediaan farmasi.

5. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga


Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
penilaian alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Lingkup peran dan fungsi bidang
penilaian alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga adalah: 1)
Penilaian alat kesehatan kelas A dan B; 2) Penilaian alat kesehatan kelas C dan
D; 3) Penilaian produk diagnostik dan alat kesehatan khusus, dan 4) Penilaian
PKRT dan produk mandiri.

6. Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah


Tangga.
Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. SISTEMATIKA

Sistematika Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020 sebagai berikut:

Ikhtisar Eksekutif

Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama yang sedang dihadapi organisasi.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9


Tahun 2020
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang
bersangkutan.

Bab III Akuntabilitas Kinerja


A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada subbab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran
strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.

B. Realisasi Anggaran
Pada subbab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan dana
dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan untuk
mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian
kinerja.

C Sumber Daya Manusia


Pada subbab ini disajikan gambaran sumber daya manusia yang
mendukung pelaksanaan tujuan organisasi.

Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.

Lampiran

10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS

Visi Presiden sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”. Kementerian Kesehatan melaksanakan
dan menjabarkan visi tersebut di bidang kesehatan, yaitu menciptakan manusia yang sehat,
produktif, mandiri, dan berkeadilan.

Berdasarkan hal tersebut, sesuai lingkup tugas pokok dan fungsinya, Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjabarkan pelaksanaan visi Presiden oleh Kementerian
Kesehatan, melalui “Terjaminnya Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan bagi Upaya Mewujudkan Manusia Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan,
untuk Menuju Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan
Gotong Royong”.

Pencapaian visi Presiden 2020-2024 diwujudkan dalam pelaksanaan 9 misi Presiden,


yang dijabarkan oleh Kementerian Kesehatan menjadi sebagai berikut:
1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi;
2. Menurunkan angka stunting pada balita;
3. Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional; dan
4. Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan
dalam negeri.

Dukungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam penjabaran Kementerian


Kesehatan tersebut, diwujudkan menjadi sebagai berikut:
1. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan;
2. Memperkuat pengawasan untuk menjamin persyaratan keamanan,
khasiat/manfaat, dan mutu alat kesehatan;
3. Meningkatkan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian sesuai standar di fasilitas
pelayanan kesehatan;
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat dan dukungan lintas sektor dalam
penggunaan obat rasional dan penggunaan alat kesehatan yang benar;
5. Mendorong upaya kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam negeri,
dan pemanfaatannya dalam pelayanan kesehatan secara berkelanjutan dan terus
meningkat.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 11


Tahun 2020
Tujuan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan:
1. Terwujudnya peningkatan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan
vaksin;
2. Terwujudnya kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan;
3. Terjaminnya keamanan, mutu dan manfaat alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga;
4. Meningkatnya Dukungan Manajemen dalam Pelaksanaan Tugas Teknis Direktorat
Jenderal.

Untuk mendukung kebijakan nasional pembangunan kesehatan, yakni meningkatkan


pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penguatan pelayanan
kesehatan dasar (primary health care) dan mendorong peningkatan upaya upaya promotif
dan preventif, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi, maka ditetapkan arah
kebijakan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai berikut:
1. Penguatan pelayanan kefarmasian di setiap tingkatan pelayanan kesehatan,
terutama di pelayanan kesehatan primer;
2. Pengelolaan sediaan farmasi menggunakan pendekatan siklus rantai suplai
secara kontinyu dari perencanaan sampai monitoring dan evaluasi, dengan
penekanan pada penguatan sistem informasi;
3. Penguatan pengawasan alat kesehatan (pre dan post market) berdasarkan risk-
based analysis dengan tetap mendukung terlaksananya kemudahan berusaha;
4. Peningkatan sinergisme lintas sektor, pusat dan daerah, untuk menuju
konvergensi dalam upaya menjamin kemandirian sediaan farmasi dan alat
kesehatan dalam negeri.

Strategi yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan akses, kemandirian dan mutu
kefarmasian dan alat kesehatan terdiri dari tujuh strategi, antara lain:
1. Memastikan ketersediaan obat esensial dan vaksin di fasilitas pelayanan
kesehatan, terutama di Puskesmas, dengan melakukan pembinaan pengelolaan
obat dan vaksin sesuai standar di instalasi farmasi provinsi, kabupaten/kota dan
puskesmas;
2. Menerapkan sistem data dan informasi pengelolaan logistik obat secara
terintegrasi antara sarana produksi, distribusi, dan pelayanan kesehatan;
3. Penguatan regulasi sistem pengawasan pre dan post market alat kesehatan,
melalui penilaian produk sebelum beredar, sampling dan pengujian, inspeksi
sarana produksi dan distribusi termasuk pengawasan barang impor border dan
post border, dan penegakan hukum;

12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
4. Meningkatkan daya saing dan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan
dalam negeri, melalui penciptaan iklim ramah investasi, optimalisasi hubungan
kerjasama luar negeri, membangun sinergi Academic-Bussiness-Government-
Community-Innovator (A-B-G-C-I), hilirisasi, serta fasilitasi pengembangan industri
farmasi dan alat kesehatan ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural, Active
Pharmaceutical Ingredients (API) kimia dan industri alat kesehatan teknologi
tinggi;
5. Mendorong tersedianya vaksin halal melalui penyusunan roadmap vaksin halal;
6. Mendorong produksi alat kesehatan dalam negeri dengan mengutamakan
pemanfaatan komponen lokal serta penggunaan alat kesehatan dalam negeri
melalui promosi, advokasi, dan pengawasan implementasi regulasi;
7. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan masyarakat,
terutama untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan alat kesehatan tepat
guna di masyarakat serta pemanfaatan kearifan lokal melalui Gerakan Bugar
dengan Jamu dan pemanfaatan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020


tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, melaksanakan salah
satu dari 3 (tiga) program teknis dan salah satu dari 3 (tiga) program generik Kementerian
Kesehatan yaitu Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
serta Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) serta Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta
Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada


Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sasaran Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan

Program Dukungan Manajemen pada


Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
Sasaran
dukungan manajemen Kementerian Kesehatan

Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta


target Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta
Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 13


Tahun 2020
Tabel 3. Indikator Kinerja dan Target Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) serta Program Dukungan Manajemen pada Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020-2024

Target
Indikator Kinerja
2020 2021 2022 2023 2024
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Persentase kabupaten/kota dengan
77% 79% 81% 83% 85%
ketersediaan obat esensial
Persentase alat kesehatan
91% 92% 93% 94% 95%
memenuhi syarat
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan
90% 95% 95,5% 96% 96,5%
vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap)
Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi
15% 30% 50% 80% 100%
yang dapat diproduksi dalam negeri
Persentase alat kesehatan yang dapat
55% 66% 77% 88% 100%
diproduksi dalam negeri
Program Dukungan Manajemen pada
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi lingkup
80% 82% 84% 86% 88%
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Untuk mencapai sasaran hasil Program Dukungan Manajemen yang termasuk dalam
salah satu program generik Kementerian Kesehatan, maka dilakukan kegiatan dukungan
manajemen dan pelaksanaan program dimana sasaran dan indikator kegiatannya berada
pada lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal.

Cara perhitungan indikator kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan


Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

14 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Tabel 4. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Indikator Kinerja Cara Perhitungan

Jumlah kabupaten/kota yang memiliki


Persentase kabupaten/kota minimal 85% obat esensial
dengan ketersediaan obat esensial ×100%
Jumlah kabupaten/kota yang melapor

Persentase alat kesehatan Jumlah produk alat kesehatan yang memenuhi syarat
×100%
memenuhi syarat Jumlah produk alat kesehatan yang diawasi
Persentase Puskesmas dengan Jumlah Puskesmas yang memiliki vaksin IDL
ketersediaan vaksin IDL ×100%
Jumlah Puskesmas yang melapor
(Imunisasi Dasar Lengkap)
Persentase jenis bahan baku Jumlah kumulatif jenis bahan baku yang
sediaan farmasi yang dapat diproduksi di dalam negeri pada tahun berjalan
×100%
diproduksi dalam negeri Target tahun 2024
Jumlah kumulatif jenis alat kesehatan yang dapat
Persentase alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri pada tahun berjalan
dapat diproduksi dalam negeri ×100%
Target tahun 2024

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Sasaran Kegiatan pada Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kegiatan Sasaran
(1) Meningkatnya rumah sakit dengan
penggunaan obat sesuai Fornas dan (2)
Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Meningkatnya pelaksanaan pelayanan
kefarmasian sesuai standar
Meningkatnya jaminan ketersediaan obat dan
Peningkatan Tata Kelola Obat Publik perbekalan kesehatan dengan dukungan
dan Perbekalan Kesehatan peningkatan mutu pengelolaan logistik obat dan
perbekalan kesehatan
Peningkatan Produksi dan Distribusi Meningkatnya kemampuan industri sediaan
Kefarmasian farmasi dalam produksi dan distribusi
(1) Meningkatnya alat kesehatan yang diproduksi
Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan
di dalam negeri dan (2) Meningkatnya penilaian
(Alkes) dan Perbekalan Kesehatan
pre-market alat kesehatan dan PKRT tepat waktu
Rumah Tangga (PKRT)
sesuai good review practice
(1) Meningkatnya sarana produksi Alkes dan
Peningkatan Pengawasan Alat PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan tepat
Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan waktu dan (2) Meningkatnya produk Alkes dan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) PKRT yang memenuhi ketentuan penandaan dan
telah diuji
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Meningkatnya dukungan manajemen dan
Tugas Teknis Lainnya pada Program
pelaksanaan tugas teknis lainnya
Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 15


Tahun 2020
B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari


pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian
kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan
pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang
serta sumber daya yang tersedia.

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun perjanjian kinerja


mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Target ini
menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
mencapainya dalam tahun 2020.

Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020

Target
Sasaran Program Indikator Kinerja
2020
Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan
77%
obat esensial
Persentase alat kesehatan memenuhi syarat 91%
Meningkatnya akses,
Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin
kemandirian, dan mutu 90%
IDL (Imunisasi Dasar Lengkap)
sediaan farmasi dan alat
kesehatan Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang
15%
dapat diproduksi dalam negeri
Persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi
55%
dalam negeri

Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai Pihak
Pertama dan Menteri Kesehatan sebagai Pihak Kedua. Selama pelaksanaan kegiatan tahun
2020, dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengalami satu kali revisi dikarenakan penetapan dokumen Renstra tahun 2020-2024 yang
ditetapkan pada 10 Agustus 2020. Dokumen Perjanjian Kinerja awal dan revisi tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

16 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Gambar 14. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020 (Awal)

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 17


Tahun 2020
Gambar 15. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020 (Awal)

18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Gambar 16. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020 (Revisi)

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 19


Tahun 2020
Gambar 17. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020 (Revisi)

20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

1. PENGUKURAN KINERJA
Tahun 2020 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020-2024. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan
antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah
ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran
pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan
kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih
berhasil guna dan berdaya guna.

Salah satu pondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran
kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan
meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan
seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran
kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah.
Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa indikator sebagaimana yang telah
ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja.

Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2020 sebagai berikut:

Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020

Target Realisasi Capaian


Sasaran Program Indikator Kinerja
2020 2020 2020

Persentase kabupaten/kota dengan


77% 83,75% 108,77%
ketersediaan obat esensial
Meningkatnya
Persentase alat kesehatan memenuhi syarat 91% 92,70% 101,87%
akses,
kemandirian, Persentase Puskesmas dengan ketersediaan
90% 96,98% 107,76%
dan mutu vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap)
sediaan farmasi
Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi
dan alat 15% 16,67% 111,11%
yang dapat diproduksi dalam negeri
kesehatan
Persentase alat kesehatan yang dapat
55% 55,56% 101,02%
diproduksi dalam negeri

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 21


Tahun 2020
Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020

91% 92.70%
77% 83.75%

Persentase kabupaten/kota
dengan ketersediaan obat Persentase alat kesehatan
esensial memenuhi syarat

90% 96.98%
16.67%
15%

Persentase Puskesmas dengan Persentase jenis bahan baku


ketersediaan vaksin IDL sediaan farmasi yang dapat
(Imunisasi Dasar Lengkap) diproduksi dalam negeri

55% 55.56%

Persentase alat kesehatan yang


dapat diproduksi dalam negeri

Target Realisasi

22 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Kelima Indikator Kinerja Program telah mencapai sasaran yang diharapkan. Hal ini
didukung dengan sumber daya yang tersedia sebagai bagian dari pencapaian kinerja
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Gambar 18. Pemantauan Indikator Kinerja pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020 dalam Aplikasi e-Monev DJA/Aplikasi SMART

Pada gambar di atas, kondisi per 24 Januari 2021 terlihat nilai pencapaian kinerja
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan termasuk dalam kategori sangat baik.
Hal tersebut terlihat dari nilai pencapaian kinerja (SMART) sebesar 88,44 dengan realisasi
volume keluaran (output) sebesar 105,44% serta nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan
Anggaran (IKPA) sebesar 92,45.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 23


Tahun 2020
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah
dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari
tujuan. Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses,
kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1. Persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial

Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada


Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berperan dalam mendukung kebijakan
nasional pembangunan kesehatan dalam hal menjamin akses, kemandirian dan mutu
sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang salah satunya diindikasikan oleh kabupaten/kota
dengan ketersediaan obat esensial. Indikator ini bertujuan untuk memantau ketersediaan
obat esensial di tingkat kabupaten/kota.

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan


obat esensial diamanatkan pada 2 (dua) dokumen perencanaan yakni dokumen Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 serta pada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Adapun definisi
operasional dari indikator persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial
adalah persentase kabupaten/kota yang memiliki ketersediaan minimal 85% dari 40 item
obat indikator pada saat dilakukan pemantauan. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, indikator ini termasuk dalam indikator keberlanjutan yang dimana pada tahun
2019 indikator yang digunakan adalah persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat
dan vaksin esensial. Namun, pada tahun 2020 terdapat perubahan pada nomenklatur,
definisi operasional, cara perhitungan serta target. Perbandingan perubahan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:

24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Tabel 8. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional, serta Cara
Perhitungan Antara Indikator Persentase Kabupaten/Kota dengan Ketersediaan Obat Esensial
dengan Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial

NO PERUBAHAN TAHUN 2019 TAHUN 2020


Persentase Puskesmas dengan
Persentase kabupaten/kota dengan
1 Nomenklatur ketersediaan obat dan vaksin
ketersediaan obat esensial
esensial
Puskesmas yang memiliki 80% Persentase kabupaten/kota yang
Definisi obat dan vaksin esensial memiliki ketersediaan minimal 85%
2
Operasional (pemantauan dilaksanakan dari 40 item obat indikator pada saat
terhadap 20 item obat indikator) dilakukan pemantauan
Jumlah Puskesmas yang memiliki Jumlah kabupaten/kota yang
obat dan vaksin esensial dibagi memiliki minimal 85% obat esensial
Cara
3 dengan jumlah Puskesmas di dibagi dengan jumlah
Perhitungan
Indonesia yang melapor dikali kabupaten/kota yang melapor dikali
seratus persen seratus persen
4 Target 95% 77%

Pada tahun 2019, indikator persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan
vaksin esensial memiliki target sebesar 95% dengan realisasi sebesar 96,34%, sehingga
capaian yang diperoleh sebesar 101,41%.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan


obat esensial sebesar 83,75%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 77% dengan capaian sebesar 108,77%.
Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan
dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 85%.

Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota dengan


Ketersediaan Obat Esensial Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase kabupaten/kota dengan 77% 83,75% 108,77%


ketersediaan obat esensial

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 25


Tahun 2020
Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota dengan Ketersediaan Obat
Esensial Tahun 2020-2024

83.75% 81% 83% 85%


77% 79%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November 2020 dimana jumlah
kabupaten/kota yang memiliki ketersediaan minimal 85% obat essensial (40 item obat
indikator) sebanyak 402 kabupaten/kota dari 480 kabupaten/kota yang melapor. Hal tersebut
menunjukkan tingkat pelaporan kabupaten/kota sebesar 93,39% dari 514 kabupaten/kota di
seluruh Indonesia.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk peningkatan pelaporan oleh kabupaten/kota
adalah dengan dibentuknya Tim Pengumpulan Data Indikator Kinerja Kegiatan oleh Direktur
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang diharapkan dapat menghasilkan
aliran pelaporan data yang berkesinambungan dan peningkatan ketaatan kabupaten/kota
terhadap pelaporan. Selain itu, upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara
lain menyediakan dukungan berupa Dana Alokasi Khusus Subbidang Pelayanan
Kefarmasian untuk penyediaan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan di
kabupaten/kota, serta Dana Dekonsentrasi untuk pelaksanaan monitoring ketersediaan dan
distribusi obat dan perbekalan kesehatan oleh provinsi.

Capaian tertinggi persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial pada


tahun 2020 yakni sebesar 100% dan dicapai oleh 10 (sepuluh) provinsi, yaitu Jambi,
Kepulauan Bangka Belitung, D.I. Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Timur, Gorontalo dan Papua. Namun, Terdapat 9 (sembilan) provinsi
dengan capaian persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial dibawah
target nasional dimana 2 (dua) provinsi dengan capaian terendah pada tahun 2020 adalah
Provinsi DKI Jakarta (0%) dikarenakan tidak adanya laporan serta Provinsi Banten (50%)
yang dimana hanya 50% kabupaten/kotanya yang tersedia 85% obat essensial (40 item obat
indikator).

26 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Grafik 3. Kabupaten/Kota dengan Ketersediaan Obat Esensial Tahun 2020 per Provinsi

JAMBI 100.00%
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 100.00%
D.I. YOGYAKARTA 100.00%
BALI 100.00%
SULAWESI UTARA 100.00%
SULAWESI BARAT 100.00%
SULAWESI SELATAN 100.00%
KALIMANTAN TIMUR 100.00%
GORONTALO 100.00%
PAPUA 100.00%
NUSA TENGGARA TIMUR 95.45%
KALIMANTAN SELATAN 92.31%
SULAWESI TENGAH 92.31%
PAPUA BARAT 91.67%
MALUKU 90.91%
NUSA TENGGARA BARAT 90.00%
MALUKU UTARA 90.00%
BENGKULU 90.00%
SUMATERA BARAT 89.47%
KALIMANTAN BARAT 85.71%
KEPULAUAN RIAU 85.71%
SUMATERA UTARA 81.82%
JAWA BARAT 81.48%
KALIMANTAN UTARA 80.00%
LAMPUNG 80.00%
TARGET 2020 77.00%
SULAWESI TENGGARA 76.47%
RIAU 75.00%
JAWA TENGAH 71.43%
KALIMANTAN TENGAH 71.43%
JAWA TIMUR 68.57%
ACEH 65.22%
SUMATERA SELATAN 52.94%
BANTEN 50.00%
DKI JAKARTA 0.00%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

Pemantauan dilakukan terhadap 40 item obat indikator yang dianggap esensial dan
harus tersedia di pelayanan kesehatan dasar, sebagaimana tabel berikut:

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 27


Tahun 2020
Tabel 10. Daftar Obat Indikator Tahun 2020-2024

NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN


1 Albendazol/Pirantel Pamoat Tablet
2 Alopurinol Tablet
3 Amlodipin/Kaptopril Tablet
4 Amoksisilin 500 mg Tablet
5 Amoksisilin sirup Botol
6 Antasida tablet kunyah/antasida suspensi Tablet/Botol
7 Asam Askorbat (Vitamin C) Tablet
8 Asiklovir Tablet
9 Betametason salep Tube
10 Deksametason tablet/deksametason injeksi Tablet/Vial/Ampul
11 Diazepam injeksi 5 mg/ml Ampul
12 Diazepam Tablet
13 Dihidroartemsin+piperakuin (DHP) dan primaquin Tablet
14 Difenhidramin Inj. 10 mg/ml Ampul
15 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1 % (sebagai HCI) Ampul
16 Fitomenadion (Vitamin K) injeksi Ampul
17 Furosemid 40 mg/Hidroklorotiazid (HCT) Tablet
18 Garam Oralit serbuk Kantong
19 Glibenklamid/Metformin Tablet
20 Hidrokortison krim/salep Tube
21 Kotrimoksazol (dewasa) kombinasi tablet/Kotrimoksazol suspense Tablet/Botol
22 Lidokain inj Vial
23 Magnesium Sulfat injeksi Vial
24 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg-1 ml Ampul
25 Natriurn Diklofenak Tablet
26 OAT FDC Kat 1 Paket
27 Oksitosin injeksi Ampul
28 Parasetamol sirup 120 mg /15 ml Botol
29 Parasetamol 500 mg Tablet
30 Prednison 5 mg Tablet
31 Ranitidin 150 mg Tablet
32 Retinol 100.000/200.000 IU Kapsul
33 Salbutamol Tablet
34 Salep Mata/Teles Mata Antibiotik Tube/Botol
35 Simvastatin Tablet
36 Siprofloksasin Tablet
37 Tablet Tambah Darah Tablet
38 Triheksifenidil Tablet
39 Vitamin B6 (Piridoksin) Tablet
40 Zinc 20 mg Tablet

28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Jika dilihat dari ketersediaan masing-masing item obat esensial, item obat dengan
ketersediaan tertinggi di kabupaten/kota tahun 2020 adalah Amoksisilin 500 mg tablet
(99,38%), sedangkan item obat dengan ketersediaan terendah adalah Siprofloksasin tablet
(67,71%).

Grafik 4. Persentase Ketersediaan 40 Item Obat Esensial Tahun 2020

Amoksisilin 500 mg 99.38%


OAT FDC Kat 1 98.33%
Amlodipin/Kaptopril 98.13%
Kotrimoksazol (dewasa) kombinasi tablet/ 97.92%
Glibenklamid/Metformin 97.71%
Antasida tablet kunyah/antasida suspensi 97.29%
Hidrokortison krim/salep 97.29%
Lidokain inj 97.29%
Furosemid 40 mg/Hidroklorotiazid (HCT) 97.08%
Salep Mata/Teles Mata Antibiotik 97.08%
Retinol 100.000/200.000 IU 96.46%
Asam Askorbat (Vitamin C) 96.25%
Deksametason tablet/deksametason injeksi 95.83%
Tablet Tambah Darah 95.42%
Betametason salep 95.00%
Parasetamol sirup 120 mg /15 ml 95.00%
Vitamin B6 (Piridoksin) 95.00%
Parasetamol 500 mg 94.79%
Salbutamol 93.75%
Alopurinol 93.54%
Natriurn Diklofenak 93.33%
Albendazol/Pirantel Pamoat 93.13%
Asiklovir 93.13%
Garam Oralit serbuk 93.13%
Simvastatin 92.92%
Zinc 20 mg 92.50%
Difenhidramin Inj. 10 mg/ml 91.25%
Prednison 5 mg 91.04%
Fitomenadion (Vitamin K) injeksi 90.63%
Diazepam 90.00%
Amoksisilin sirup 89.58%
Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1 % (sebagai HCI) 88.54%
Oksitosin injeksi 88.13%
Diazepam injeksi 5 mg/ml 87.50%
Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg-1 ml 83.75%
Dihidroartemsin+piperakuin (DHP) dan primaquin 77.71%
Magnesium Sulfat injeksi 77.08%
Triheksifenidil 75.42%
Ranitidin 150 mg 72.71%
Siproeloksasin 67.71%
0.00% 30.00% 60.00% 90.00% 120.00%

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 29


Tahun 2020
Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial tahun 2020, yaitu sebagai
berikut:
1. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota sedang fokus terhadap
penanganan Covid-19 sehingga tidak semua provinsi dan kabupaten/kota
melakukan pemantauan, pencatatan, dan pelaporan indikator terkait ketersediaan
obat;
2. Beberapa item obat indikator yang dipantau masih terdapat di Dinas Kesehatan
Provinsi, belum terdistribusi merata ke semua kabupaten/kota.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas antara lain
sebagai berikut:
1. Koordinasi dengan provinsi untuk meningkatkan kepatuhan pelaporan indikator
terkait ketersediaan obat pada periode berikutnya;
2. Mendorong distribusi obat dari provinsi ke kabupaten/kota terutama untuk obat-
obat program.

2. Persentase alat kesehatan memenuhi syarat

Upaya pengawasan dilakukan untuk menjamin persyaratan keamanan,


khasiat/manfaat, mutu produk alat kesehatan serta perlindungan masyarakat dari
penggunaan yang salah dan penyalahgunaan alat kesehatan. Hal tersebut merupakan
tujuan dari dilaksanakannya rangkaian kegiatan dalam rangka mencapai indikator
persentase alat kesehatan memenuhi syarat seperti sampling dan pengujian produk alat
kesehatan. Proses pengambilan sampel alat kesehatan dilakukan di sarana distribusi alat
kesehatan, swalayan, toko alat kesehatan dan apotek yang menjual alat kesehatan untuk
dilakukan pengujian dan kemudian hasil uji dianalisa dan dievaluasi.

Kondisi yang dicapai:

Sama halnya seperti indikator Kinerja Program sebelumnya, pengukuran capaian


kinerja indikator persentase alat kesehatan memenuhi syarat juga diamanatkan pada 2 (dua)
dokumen perencanaan yakni dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2020-2024 serta pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator persentase alat
kesehatan memenuhi syarat adalah persentase alat kesehatan yang memenuhi standar

30 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
melalui kegiatan sampling pengujian dan pengawasan penandaan yang dilakukan oleh pusat
dan daerah (Dekon). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indikator ini juga
termasuk dalam indikator keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator yang
digunakan adalah persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat. Namun, pada tahun 2020 terdapat
perubahan pada nomenklatur, definisi operasional, cara perhitungan serta target.
Perbandingan perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional, serta Cara
Perhitungan Antara Indikator Persentase Alat Kesehatan Memenuhi Syarat dengan Persentase
Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang
Memenuhi Syarat

NO PERUBAHAN TAHUN 2019 TAHUN 2020


Persentase produk alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah Persentase alat kesehatan memenuhi
1 Nomenklatur
tangga (PKRT) di peredaran yang syarat
memenuhi syarat
Persentase alat kesehatan yang
Persentase sampel produk alat memenuhi standar melalui kegiatan
Definisi
2 kesehatan dan PKRT yang telah sampling pengujian dan pengawasan
Operasional
diuji dan memenuhi persyaratan penandaan yang dilakukan oleh
pusat dan daerah (Dekon)
Jumlah sampel Alkes dan PKRT
Jumlah produk alat kesehatan yang
yang diuji dan memenuhi syarat
Cara memenuhi syarat dibagi dengan
3 dibagi dengan jumlah sampel
Perhitungan jumlah produk alat kesehatan yang
Alkes dan PKRT yang diuji dikali
diawasi dikali seratus persen
seratus persen
4 Target 90% 91%

Pada tahun 2019, indikator persentase produk alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat memiliki target
sebesar 90% dan realisasi sebesar 95,67%, sehingga capaian yang diperoleh sebesar
106,30%.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase alat kesehatan memenuhi syarat
sebesar 92,70%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun
2020-2024 yaitu sebesar 91% dengan capaian sebesar 101,87%. Realisasi indikator di
tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target
indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 95%.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 31


Tahun 2020
Tabel 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Alat Kesehatan Memenuhi Syarat
Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase alat kesehatan memenuhi 91% 92,70% 101,87%


syarat

Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Persentase Alat Kesehatan Memenuhi Syarat Tahun
2020-2024

95%
94%
92.70% 93%
92%
91%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan jumlah sampel produk alat kesehatan yang
diuji pada tahun 2020 yakni sebanyak 368 sampel. Dari 368 sampel tersebut, sampel yang
telah selesai diuji sebanyak 356 sampel (96,74%) dan hasil uji sampel yang memenuhi
syarat (MS) sebanyak 330 sampel (92,70%). Hal tersebut menunjukkan pada tahun 2020,
92,70% alat kesehatan yang beredar di Indonesia memenuhi standar.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan analisis
dan evaluasi hasil uji sampling dan tindak lanjut pengawasan produk alat kesehatan yang
bertujuan sebagai post market control. Selain itu juga dilakukan pengawasan post market di
peredaran untuk memastikan alat kesehatan yang telah diberikan persetujuan izin edarnya
tetap memenuhi persyaratan, keamanan, manfaat dan mutu.

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


persentase alat kesehatan memenuhi syarat, yaitu:
1. Kurangnya komitmen pelaku usaha dalam menerapkan Cara Pembuatan Alat
Kesehatan yang Baik (CPAKB);
2. Produk penanganan Covid-19 seperti reagen PCR harganya sangat tinggi
sehingga jumlah sampel yang diambil terbatas.

32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian


indikator kinerja persentase alat kesehatan memenuhi syarat adalah sebagai berikut:
1. Melakukan asistensi penerapan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik
(CPAKB);
2. Mendorong pelaku usaha untuk melakukan sampling mandiri terhadap produk
penanganan Covid-19 seperti reagen PCR di Badan Litbangkes.

3. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar


Lengkap)

Memastikan ketersediaan vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di


Puskesmas merupakan salah satu strategi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dalam rangka mewujudkan upaya meningkatnya akses, kemandirian dan mutu
sediaan farmasi dan alat kesehatan. Upaya tersebut diindikasikan dengan indikator kinerja
persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) yang
bertujuan untuk memantau ketersediaan vaksin IDL di tingkat Puskesmas.

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase Puskesmas dengan ketersediaan


vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator
persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) adalah
persentase Puskesmas yang memiliki vaksin IDL terdiri dari Vaksin Hepatitis B, Vaksin BCG,
Vaksin DPT-HB-HIB, Vaksin Polio, Vaksin Campak/Campak Rubella pada saat dilakukan
pemantauan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indikator ini termasuk dalam
indikator keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator yang digunakan adalah
persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial. Namun, pada tahun
2020 terdapat perubahan pada nomenklatur, definisi operasional, cara perhitungan serta
target. Perbandingan perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 33


Tahun 2020
Tabel 13. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional, serta Cara
Perhitungan Antara Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Vaksin IDL
(Imunisasi Dasar Lengkap) dengan Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial

NO PERUBAHAN TAHUN 2019 TAHUN 2020


Persentase Puskesmas dengan Persentase Puskesmas dengan
1 Nomenklatur ketersediaan obat dan vaksin ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi
esensial Dasar Lengkap)
Persentase Puskesmas yang memiliki
Puskesmas yang memiliki 80% vaksin IDL terdiri dari Vaksin
Definisi obat dan vaksin esensial Hepatitis B, Vaksin BCG, Vaksin DPT-
2
Operasional (pemantauan dilaksanakan HB-HIB, Vaksin Polio, Vaksin
terhadap 20 item obat indikator) Campak/Campak Rubella pada saat
dilakukan pemantauan
Jumlah Puskesmas yang memiliki
obat dan vaksin esensial dibagi Jumlah Puskesmas yang memiliki
Cara
3 dengan jumlah Puskesmas di vaksin IDL dibagi jumlah Puskesmas
Perhitungan
Indonesia yang melapor dikali yang melapor dikali seratus persen
seratus persen
4 Target 77% 95%

Pada tahun 2019, indikator persentase produk alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat memiliki target
sebesar 95% dan realisasi sebesar 96,34%, sehingga capaian yang diperoleh sebesar
101,41%. Dari 20 item obat indikator tersebut, terdapat 2 item yang beririsan dengan 5 item
yang digunakan sebagai indikator pada tahun 2020-2024, yakni Vaksin BCG dan Vaksin
DPT-HB-HIB.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase Puskesmas dengan ketersediaan


vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) sebesar 96,98%, melebihi target yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 90% dengan capaian
sebesar 107,76%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif
dan diharapkan dapat terus dipertahankan sehingga tetap mencapai target indikator akhir
tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 96,5%.

Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan
Vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase Puskesmas dengan 90% 96,98% 107,76%


ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi
Dasar Lengkap)

34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Grafik 6. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Vaksin
IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) Tahun 2020-2024

96.98% 96.5%
95% 95.5% 96%

90%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November 2020 dimana jumlah
Puskesmas yang memiliki vaksin IDL yang terdiri dari Vaksin Hepatitis B, Vaksin BCG,
Vaksin DPT-HB-HIB, Vaksin Polio, Vaksin Campak/Campak Rubella sebanyak 9.224
Puskesmas dari 9.511 Puskesmas yang melapor. Hal tersebut menunjukkan tingkat
pelaporan Puskesmas sebesar 90,97% dari 10.139 Puskesmas yang tersedia vaksin IDL.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap capaian indikator kinerja kegiatan secara berkala sehingga
informasi akan kendala yang dihadapi dapat diketahui sedini mungkin dan dapat segera
diselesaikan serta mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai
pelaporan data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna
menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi Daerah.

Pemantauan dilakukan terhadap 5 (lima) item vaksin indikator dan harus tersedia di
pelayanan kesehatan dasar, sebagaimana tabel berikut:

Tabel 15. Daftar Vaksin Indikator Tahun 2020-2024

NO NAMA VAKSIN BENTUK SEDIAAN


1 Vaksin Hepatitis B Vial
2 Vaksin BCG Ampul
3 Vaksin DPT-HB-HIB Vial
4 Vaksin Polio Vial
5 Vaksin Campak/Campak Rubella Vial/Ampul

Capaian tertinggi persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi


Dasar Lengkap) pada tahun 2020 yakni sebesar 100% dan dicapai oleh 21 (dua puluh satu)
provinsi. Namun, Terdapat 4 (empat) provinsi dengan capaian persentase Puskesmas
dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) dibawah target nasional yakni

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 35


Tahun 2020
Provinsi Papua Barat (81,88%), Provinsi Sulawesi Selatan (86,50%), Provinsi Aceh (88,20%)
dan Provinsi Jawa Tengah (88,35%).

Item vaksin dengan ketersediaan tertinggi di Puskesmas tahun 2020 adalah Vaksin
BCG (99,93%), sedangkan item vaksin dengan ketersediaan terendah adalah Vaksin
Campak/Vaksin Campak Rubella (MR) (97,93%).

Grafik 7. Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) Tahun 2020
per Provinsi

JAMBI 100.00%
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 100.00%
D.I. YOGYAKARTA 100.00%
BALI 100.00%
SULAWESI UTARA 100.00%
SULAWESI BARAT 100.00%
KALIMANTAN TIMUR 100.00%
GORONTALO 100.00%
KALIMANTAN SELATAN 100.00%
SULAWESI TENGAH 100.00%
MALUKU 100.00%
NUSA TENGGARA BARAT 100.00%
MALUKU UTARA 100.00%
BENGKULU 100.00%
SUMATERA BARAT 100.00%
KALIMANTAN BARAT 100.00%
KALIMANTAN UTARA 100.00%
RIAU 100.00%
KALIMANTAN TENGAH 100.00%
SUMATERA SELATAN 100.00%
BANTEN 100.00%
JAWA BARAT 99.91%
DKI JAKARTA 99.69%
JAWA TIMUR 99.58%
KEPULAUAN RIAU 98.88%
SULAWESI TENGGARA 98.62%
NUSA TENGGARA TIMUR 98.56%
PAPUA 96.77%
LAMPUNG 95.79%
SUMATERA UTARA 95.47%
TARGET 2020 90.00%
JAWA TENGAH 88.35%
ACEH 88.20%
SULAWESI SELATAN 86.50%
PAPUA BARAT 81.88%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

36 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Grafik 8. Persentase Ketersediaan 5 Item Vaksin IDL Tahun 2020

Vaksin BCG 99.93%


Vaksin DPT-HB-HIB 99.85%
Vaksin Polio 99.51%
Vaksin Hepatitis B 98.92%
Vaksin Campak/Campak Rubella 97.93%

0.00% 30.00% 60.00% 90.00% 120.00%

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap), yaitu:
1. Pelaporan data indikator masih dilakukan secara manual;
2. Kendala dalam distribusi obat dan vaksin program dari provinsi ke kabupaten/kota.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Membangun aplikasi yang dapat memudahkan aliran data ketersediaan obat dari
daerah ke pusat;
2. Mendorong distribusi obat dan vaksin program dari provinsi ke kabupaten/kota
terutama untuk obat program Gizi, TB, dan AIDS.

4. Persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam
negeri

Dalam rangka peningkatan kemandirian sediaan farmasi utamanya kemandirian bahan


baku, skenario pengembangan industri farmasi akan dilakukan secara bertahap dalam 4
(empat) pilar fokus utama pengembangan bahan baku sediaan farmasi di bidang bahan
baku obat kimia, natural, bioteknologi dan vaksin. Strategi keberhasilan dalam mencapai
sasaran tersebut, diindikasikan dengan indikator kinerja persentase jenis bahan baku
sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri.

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase jenis bahan baku sediaan farmasi
yang dapat diproduksi dalam negeri diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator
persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri adalah

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 37


Tahun 2020
proporsi jumlah kumulatif jenis bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di dalam negeri,
terhadap produksi 30 jenis bahan baku sediaan farmasi sampai dengan tahun 2024. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indikator ini termasuk dalam indikator
keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator yang digunakan adalah jumlah bahan
baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif). Namun, pada tahun
2020 terdapat perubahan pada nomenklatur, definisi operasional, cara perhitungan serta
target. Perbandingan perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional, serta Cara
Perhitungan Antara Indikator Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Dapat
Diproduksi Dalam Negeri dengan Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi
di Dalam Negeri (Kumulatif)

NO PERUBAHAN TAHUN 2019 TAHUN 2020


Jumlah bahan baku sediaan Persentase jenis bahan baku sediaan
1 Nomenklatur farmasi yang siap diproduksi di farmasi yang dapat diproduksi dalam
dalam negeri (kumulatif) negeri
Proporsi jumlah kumulatif jenis
bahan baku sediaan farmasi yang
Jumlah bahan baku sediaan
Definisi diproduksi di dalam negeri, terhadap
2 farmasi yang siap diproduksi di
Operasional produksi 30 jenis bahan baku
dalam negeri
sediaan farmasi sampai dengan
tahun 2024
Jumlah kumulatif jenis bahan baku
Dihitung jumlah bahan baku
yang diproduksi di dalam negeri
Cara sediaan farmasi yang siap
3 pada tahun berjalan dibandingkan
Perhitungan diproduksi oleh industri di dalam
dengan target tahun 2024 dikali
negeri (kumulatif)
seratus persen
4 Target 45 jenis 15%

Pada tahun 2019, indikator persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat
diproduksi dalam negeri memiliki target sebesar 45 jenis dan realisasi sebesar 50 jenis,
sehingga capaian yang diperoleh sebesar 111,11%.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase jenis bahan baku sediaan farmasi
yang dapat diproduksi dalam negeri sebesar 16,67%, melebihi target yang telah ditetapkan
dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 15% dengan capaian sebesar
111,11%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan
diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar
100%.

38 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan
Farmasi yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase jenis bahan baku sediaan 15% 16,67% 111,11%


farmasi yang dapat diproduksi dalam
negeri

Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi yang
Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020-2024

100%
80%

50%
30%
15% 16.67%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Hasil tersebut diperoleh dari 5 (lima) jenis bahan baku yang siap dimanfaatkan oleh
industri diantaranya telah terbit sertifikat GMP (Good Manufacturing Practice) untuk bahan
baku Lamivudin dan Zidovudin, telah terbit EUL (Emergency Use Listing) dari WHO untuk
vaksin nOPV2, dan dua bahan baku lainnya yaitu Rosuvastatin dan Tenofovir sudah dalam
proses sertifikasi GMP.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain dilakukannya
pendampingan dan pengawalan kepada industri bahan baku obat dan industri ekstrak bahan
alam dalam mengembangkan bahan baku produksi dalam negeri secara pertemuan melalui
FGD maupun virtual meeting.

Rangkuman daftar lima bahan baku tersebut tercantum pada tabel berikut:

Tabel 18. Daftar Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi Dalam Negeri yang Siap Dimanfaatkan
oleh Industri Tahun 2020

NO BBO/BBOT INDUSTRI
1 Lamivudin PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
2 Zidovudin PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
3 Rosuvastatin PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
4 Tenofovir PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
5 nOPV2 PT Bio Farma

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 39


Tahun 2020
Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri, yaitu:
1. Tingkat pemahaman industri bahan baku obat dalam pemenuhan persyaratan
GMP;
2. Importasi bahan kimia dasar dan intermediate yang dibutuhkan terhambat karena
diimpor dari negara yang menerapkan sistem lockdown pada pandemi Covid-19;
3. Pelaksanaan transfer teknologi dalam rangka pengembangan bahan baku obat
sebagian tertunda karena pemberlakuan pelarangan dan/atau pembatasan
perjalanan lintas batas wilayah sehingga tenaga ahli yang sudah dijadwalkan dalam
pelaksanaan transfer teknologi tidak dapat dilaksanakan sesuai perencanaan;
4. Beberapa bahan baku masih dalam proses registrasi sertifikasi BPOM;
5. Dengan masih meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia, maka beberapa proses
masih tertunda.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan FGD dengan industri bahan baku obat;
2. Koordinasi dengan K/L terkait untuk kemudahan importasi;
3. Melakukan penyesuaian jadwal ulang terkait pelaksanaan transfer teknologi;
4. Pemantauan dan fasilitasi percepatan pelaksanaan hingga produk siap
diluncurkan;
5. Evaluasi capaian dan penjadwalan ulang di tahun 2021.

5. Persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri

Dalam rangka peningkatan kemandirian sediaan farmasi utamanya kemandirian bahan


baku, skenario pengembangan industri farmasi akan dilakukan secara bertahap dalam 4
(empat) pilar fokus utama pengembangan bahan baku sediaan farmasi di bidang bahan
baku obat kimia, natural, bioteknologi dan vaksin. Strategi keberhasilan dalam mencapai
sasaran tersebut, diindikasikan dengan indikator kinerja persentase jenis bahan baku
sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri.

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi
dalam negeri diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

40 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator persentase alat kesehatan yang
dapat diproduksi dalam negeri adalah proporsi jumlah kumulatif jenis alat kesehatan yang
dapat diproduksi di dalam negeri, terhadap rencana aksi produksi 63 jenis alat kesehatan
sampai dengan tahun 2024. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indikator ini
termasuk dalam indikator keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator yang
digunakan adalah jumlah jenis/varian alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri
(kumulatif). Namun, pada tahun 2020 terdapat perubahan pada nomenklatur, target, definisi
operasional, serta cara perhitungan.

Tabel 19. Perbandingan Perubahan Nomenklatur, Target, Definisi Operasional, serta Cara
Perhitungan Antara Indikator Persentase Alat Kesehatan yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri
dengan Jumlah Jenis/Varian Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif)

NO PERUBAHAN TAHUN 2019 TAHUN 2020


Jumlah jenis/varian alat
Persentase alat kesehatan yang
1 Nomenklatur kesehatan yang diproduksi di
dapat diproduksi dalam negeri
dalam negeri (kumulatif)
Proporsi jumlah kumulatif jenis alat
Jumlah jenis/varian alat
kesehatan yang dapat diproduksi di
Definisi kesehatan yang telah mampu
2 dalam negeri, terhadap rencana aksi
Operasional diproduksi oleh industri di dalam
produksi 63 jenis alat kesehatan
negeri
sampai dengan tahun 2024
Jumlah kumulatif jenis alat
jumlah jenis/varian alat kesehatan
kesehatan yang dapat diproduksi di
Cara yang telah mampu diproduksi
3 dalam negeri pada tahun berjalan
Perhitungan oleh industri di dalam negeri
dibandingkan dengan target tahun
(kumulatif)
2024 dikali seratus persen
4 Target 28 jenis/varian 55%

Pada tahun 2019, indikator persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam
negeri memiliki target sebesar 28 jenis/varian dan realisasi sebesar 28 jenis/varian, sehingga
capaian yang diperoleh sebesar 100%.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi
dalam negeri sebesar 55,56%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 55% dengan capaian sebesar 101,02%.
Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan
dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 100%.

Tabel 20. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Alat Kesehatan yang Dapat
Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase alat kesehatan yang dapat 55% 55,56% 101,02%


diproduksi dalam negeri

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 41


Tahun 2020
Grafik 10. Target dan Realisasi Indikator Persentase Alat Kesehatan yang Dapat Diproduksi
Dalam Negeri Tahun 2020-2024

100%
88%
77%
66%
55% 55.56%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Hasil tersebut diperoleh dari 35 (tiga puluh lima) jenis/varian alat kesehatan yang dapat
diproduksi di dalam negeri dimana total produk alat kesehatan tersebut merupakan hasil
kumulatif yang diperoleh dari tahun 2015 hingga tahun 2020 dan kemudian dibandingkan
dengan target rencana aksi produksi pada tahun 2024 yakni sebanyak 63 jenis/varian. Pada
tahun 2020 sendiri dihasilkan 7 jenis/varian alat kesehatan baru yang dapat diproduksi di
dalam negeri.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut dalam rangka mendorong
terjadinya peningkatan jumlah alat kesehatan dalam negeri antara lain melakukan analisa
dan evaluasi pelaksanaan Rencana Aksi Percepatan Pengembangan Industri Alat
Kesehatan Dalam Negeri, menyelenggarakan Pameran Produk Alat Kesehatan dan PKRT
Dalam Negeri, melakukan evaluasi dan kajian pengembangan produk hasil hiset, serta
melakukan pemutakhiran data Profil Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri.

Rangkuman daftar 35 jenis/varian alat kesehatan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 21. Daftar Jenis/Varian Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif)
Tahun 2015-2020

NO NAMA PRODUK NAMA PRODUSEN NOMOR IZIN EDAR


Tahun 2015
1 KARIXA Renograf PT. Sarandi Karya Nugraha AKD 21501510202
2 TRITON Sutures PT. Triton Manufactures AKD 21603510351
3 TRITON Skin Marker PT. Triton Manufactures AKD 11603510346
Tahun 2016
4 DOMAS FLEXI-CORD Progressive PT. Dutamulti Intioptic Pratama AKD 11204610048
5 ORTHINDO Pedicle Screw Titanium PT. Marthys Orthopaedic Indonesia AKD 21302610043
6 ID BIOSENS Dengue NS1 PT. Indec Diagnostics AKD 20303610161
7 INA-SHUNT Semilunar Flushing Valve PT. Swayasa Prakarsa AKD 21003610220
System

42 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
NO NAMA PRODUK NAMA PRODUSEN NOMOR IZIN EDAR
Tahun 2017
8 RENOMA Blood Lancet PT. Safelock Medical AKD 11603710031
9 NPC Strip G PT. Swayasa Prakarsa AKD 20306710479
10 ENESERS Anesthesia Machine PT. Enesers Mitra Berkah AKD 20403710668
11 ONEMED Uro One Foley Catheter PT. Jayamas Medica Industri AKD 20805710645
12 TESENA Electrocardiograph 12 Channel PT. Tesena Inovindo AKD 20502610453
Telemetry
13 ZENMED+ Orthopedic Plate PT. Zenith Allmart Precisindo AKD 21302710783
14 TRITONPaketBenangBedahCaesar/TritonCa PT. Triton Manufactures AKD 21603610435
esareaSet
Tahun 2018
15 Heron V PT. DIPA Global Medtek AKD 20501710975
16 JMS Cell Washing PT. JMS Batam AKD 20209810095
17 REFOCARE Calcium Alginate Dressing PT. Perusahaan Dagang dan Industri AKD 21603810074
Faratu
18 CERASPON PT. Swayasa Prakarsa AKD 31603810395
19 BUDI Pengukur Kadar Lemak Digital CV. Timbangan Budi AKD 20502810668
20 DERMATIX Ultra PT. Menarini Indria LaboratoriesS AKD 21603810607
21 ZETTA TeleCTG PT. Provital Perdana AKD 21101810911
Tahun 2019
22 BONEFILL ORTHO PT. Mitra Rajawali Banjaran AKD 21302910196
23 FEMICAM Portable Medical Camera PT. Sarandi Karya Nugraha AKD 21106910156
24 VIRNA Glaucoma Implant by ROHTO PT. Rohto Laboratories Indonesia AKD 21202910254
25 BIOSAINS Rapid Test GAD55 PT. Biofarma (Persero) AKD 20101910808
26 KARIXA Dentolaser PT. Sarandi Karya Nugraha AKD 20605910003
27 HEXAETCH Etching Gel PT. Hexa Dental Indonesia AKD 20602910054
28 ONEMED Alginate Impression Material PT. Jayamas Medica Industri AKD 20602910928
Tahun 2020
29 GB Rapid HAV IgG/IgM PT. Mitra Rajawali Banjaran AKD 20303020003
30 OSIK Medi Comby PT. Sarandi Karya Nugraha AKD 21403020122
31 Vent-I Origin PT. Rohto Laboratories Indonesia AKD 20403020696
32 BioCoV-19 RT-PCR kit PT. Biofarma (Persero) AKD 20303020600
33 GERLIP HFNC 01 PT. Sarandi Karya Nugraha AKD 20403020951
34 RI-GHA COVID-19 Rapid Diagnostics Test PT. Hepatika Mataram AKD 20303020697
IgG/IgM
35 GeNose C19, COVID-19 Detecting PT. Swayasa Prakarsa AKD 20401022883
Breathing Device

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 43


Tahun 2020
Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri, yaitu:
1. Produk-produk inovasi alat kesehatan masih banyak yang belum sampai tahap
produksi massal serta masih dalam tahap penelitian, karena masa pandemi Covid-
19 ini juga berpengaruh terhadap produksi dan atau hilirisasi hasil riset;
2. Tertundanya pelaksanaan kegiatan pendukung capaian indikator akibat pandemi
Covid-19.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendampingan terhadap produk-produk inovasi alat kesehatan
tersebut agar dapat segera menjadi komoditi alat kesehatan inovasi baru, dengan
cara melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor dalam rangka pengembangan
alat kesehatan dalam negeri berbasis riset melalui virtual meeting;
2. Melaksanakan kegiatan pendukung capaian indikator secara bertahap pada masa
new normal, dengan menerapkan protokol kesehatan dan dilakukan secara virtual
meeting. Kegiatan pendukung capaian indikator ini contohnya adalah Evaluasi dan
Kajian Uji Klinik Produk Hasil Riset yang membahas tentang alat kesehatan
pendukung pengobatan Covid-19 yaitu ventilator.

44 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
INDIKATOR KINERJA LAINNYA SEBAGAI INDIKATOR PENDUKUNG PROGRAM
PELAYANAN KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DAN
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN PADA DIREKTORAT JENDERAL
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Capaian kinerja dari Indikator Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dan Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung dengan beberapa kegiatan lainnya dengan
indikator kinerja sebagai berikut:
1) Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas;
2) Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar;
3) Jumlah instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota yang menerapkan manajemen mutu;
4) Persentase kemampuan industri farmasi memenuhi kebutuhan rencana kebutuhan
obat;
5) Jumlah alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif);
6) Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) tepat waktu sesuai good review practice;
7) Persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan tepat
waktu;
8) Persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT beredar yang memenuhi ketentuan;
9) Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
10) Persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten apoteker
sesuai janji layanan.

Analisis capaian kinerja dari indikator pendukung Program Pelayanan Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Program Dukungan Manajemen pada Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai berikut:

1) Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas

Untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan yang bermutu dalam pelaksanaan


JKN, penggunaan obat oleh pelayanan kesehatan hendaknya mengacu kepada Formularium
Nasional. Selain dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengobatan, penggunaan obat
Formularium Nasional juga bertujuan untuk meningkatkan mutu penggunaan obat karena
dalam Formularium Nasional telah diseleksi berdasarkan pertimbangan manfaat (efikasi),
keamanan (safety) berdasarkan bukti ilmiah terkini, dan dengan harga yang terjangkau.
Melalui penggunaan obat yang sesuai dengan Formularium Nasional diharapkan dapat

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 45


Tahun 2020
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang rasional serta
menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dalam rangka menunjang
keberhasilan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase rumah sakit dengan penggunaan


obat sesuai Fornas diamanatkan pada 2 (dua) dokumen perencanaan yakni dokumen
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 serta pada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Adapun definisi
operasional dari indikator persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas
adalah rumah sakit yang melayani pasien JKN menggunakan item obat sesuai ketentuan
dalam Fornas ≥ 80%. Indikator ini termasuk dalam indikator baru jika dibandingkan dengan
indikator kinerja yang terdapat pada Renstra tahun 2015-2019 menggantikan indikator
kinerja persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di
Puskesmas.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase rumah sakit dengan penggunaan obat
sesuai Fornas sebesar 71,50%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 70% dengan capaian sebesar 102,14%.
Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan
dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 90%.

Tabel 22. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan
Obat Sesuai Fornas Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase rumah sakit dengan 70% 71,50% 102,14%


penggunaan obat sesuai Fornas

Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat
Sesuai Fornas Tahun 2020-2024

90%
80% 85%
75%
70% 71.50%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

46 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Hasil tersebut diperoleh dari 143 (seratus empat puluh tiga) rumah sakit yang
menggunakan obat sesuai Fornas ≥ 80% dibandingkan dengan 200 rumah sakit yang
dipantau. Hal tersebut menunjukkan, pada tahun 2020 71,50% rumah sakit dengan
penggunaan obat sesuai Fornas.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan kajian
evaluasi implementasi Formularium Nasional sebagai kendali biaya di Rumah Sakit pada Era
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta melakukan pengembangan Fornas sebagai acuan
dalam penggunaan obat dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya pada pelayanan
kesehatan.

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


kegiatan persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas, yaitu:
1. Belum semua rumah sakit menerapkan SIM-RS dalam pengambilan data obat
sehingga masih adanya rumah sakit yang terkendala dalam pengiriman laporan;
2. Masih terdapat klinisi/dokter yang belum memahami penerapan penggunaan obat
dalam Fornas;
3. Belum semua rumah sakit melaporkan kesesuaian obat Fornas.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami yakni melakukan


sosialisasi mekanisme pelaksanaan kajian implementasi Fornas di RS melalui pengisian
google form penerapan Fornas dalam kegiatan Evaluasi Implementasi Fornas di RS.

2) Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai


standar

Guna mengetahui jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) dengan apoteker


(dan/atau tenaga teknis kefarmasian) yang melakukan pengkajian dan pelayanan resep,
Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling yang terdokumentasi diperlukan pemantauan
melalui indkator kinerja persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperluas cakupan intervensi
peningkatan pelayanan kefarmasian di Fasyankes.

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase Fasyankes yang melaksanakan


pelayanan kefarmasian sesuai standar diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 47


Tahun 2020
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator
persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar adalah
jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dengan apoteker yang melakukan pengkajian dan
pelayanan resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling yang terdokumentasi (nilai
absolut). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indikator ini termasuk dalam
indikator keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator yang digunakan adalah
persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dan
persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar. Namun,
pada tahun 2020 terdapat perubahan pada nomenklatur, target, definisi operasional, serta
cara perhitungan. Pada tahun 2019, definisi operasional dari indikator persentase rumah
sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar adalah persentase Instalasi
Farmasi Rumah Sakit yang melaksanakan Pelayanan Informasi Obat dan Konseling,
sedangkan untuk indikator persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar adalah persentase Puskesmas yang melaksanakan Pemberian
Informasi Obat dan/atau konseling. Target dari masing-masing indikator sebesar 65% dan
60%, sedangkan realisasi dari masing-masing indikator sebesar 65,28% dengan persentase
capaian sebesar 100,43% dan 60,06% dengan persentase capaian sebesar 100,10%.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase Fasyankes yang melaksanakan


pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 50,72%, melebihi target yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 50% dengan capaian
sebesar 101,44%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif
dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni
sebesar 70%.

Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Fasyankes yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase Fasyankes yang 50% 50,72% 101,44%


melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar

48 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Grafik 12. Target dan Realisasi Indikator Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2020-2024

70%
65%
60%
55%
50% 50.72%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Hasil tersebut diperoleh dari 3.010 (tiga ribu sepuluh) Fasyankes yang melaksanakan
pelayanan kefarmasian dibandingkan dengan 5.935 Fasyankes yang dipantau. Hal tersebut
menunjukkan, pada tahun 2020 50,72% Fasyankes melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan
pembinaan dan pengawasan di fasilitas pelayanan kefarmasian serta menyusun standar dan
pedoman pelayanan kefarmasian.

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


kegiatan persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
yaitu:
1. Belum semua Fasyankes memiliki tenaga kefarmasian khususnya apoteker untuk
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar;
2. Tenaga apoteker dan tenaga kefarmasian di Fasyankes jarang/tidak pernah
mendapatkan pelatihan pelayanan kefarmasian;
3. Belum semua Fasyankes melaporkan pelayanan kefarmasian.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Advokasi kepada para pemangku kepentingan tentang pentingnya penempatan
tenaga kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian, termasuk rumah sakit;
2. Mengadakan upaya peningkatan mutu pelayanan kefarmasian dalam bentuk
bimbingan teknis, pelatihan dan workshop berbagai bidang terkait pelayanan
kefarmasian bagi tenaga apoteker di rumah sakit;

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 49


Tahun 2020
3. Mempermudah pelaporan pelayanan kefarmasian dari rumah sakit dengan
membuat inovasi pelaporan dengan menggunakan sistem informasi, termasuk
memanfaatkan sistem informasi serupa di Fasyankes atau organisasi profesi.

3) Jumlah instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota yang menerapkan manajemen


mutu

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator jumlah instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota


yang menerapkan manajemen mutu diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator jumlah
instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota yang menerapkan manajemen mutu adalah jumlah
instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota yang memenuhi persyaratan sistem manajemen
mutu dengan ruang lingkup minimal perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan distribusi.
Indikator ini termasuk dalam indikator baru jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang
terdapat pada Renstra tahun 2015-2019 menggantikan indikator kinerja persentase instalasi
farmasi kabupaten/kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin
sesuai standar.

Pada tahun 2020, realisasi indikator jumlah instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota


yang menerapkan manajemen mutu sebesar 6 instalasi farmasi, mencapai target yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 6 instalasi farmasi
dengan capaian sebesar 100%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan
hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-
2024 yakni sebesar 177 instalasi farmasi.

Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Instalasi Farmasi
Provinsi/Kabupaten/Kota yang Menerapkan Manajemen Mutu Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Jumlah instalasi farmasi 6 6 100,00%


provinsi/kabupaten/kota yang
menerapkan manajemen mutu

50 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Grafik 13. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Instalasi Farmasi Provinsi/Kabupaten/Kota
yang Menerapkan Manajemen Mutu Tahun 2020-2024

177

127

77

27
6 6

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Permasalahan:

Salah satu kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja jumlah instalasi
farmasi provinsi/kabupaten/kota yang menerapkan manajemen mutu adalah belum
meratanya pemahaman dan komitmen tentang penerapan manajemen mutu pada instalasi
farmasi di tingkat Pemerintah Daerah.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami yakni melakukan mapping
dan koordinasi komitmen instalasi farmasi provinsi/kab/kota untuk menerapkan manajemen
mutu.

4) Persentase kemampuan industri farmasi memenuhi kebutuhan rencana


kebutuhan obat

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase kemampuan industri farmasi


memenuhi kebutuhan rencana kebutuhan obat diamanatkan pada dokumen Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari
indikator persentase kemampuan industri farmasi memenuhi kebutuhan rencana kebutuhan
obat adalah persentase pemenuhan produksi obat e-katalog terpilih dari industri farmasi
penyedia e-katalog terhadap rencana kebutuhan obat Fasyankes. Indikator ini termasuk
dalam indikator baru jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang terdapat pada Renstra
tahun 2015-2019 menggantikan indikator kinerja jumlah industri sediaan farmasi yang
bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif).

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase kemampuan industri farmasi


memenuhi kebutuhan rencana kebutuhan obat sebesar 67,03%, melebihi target yang telah

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 51


Tahun 2020
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 67% dengan capaian
sebesar 100,04%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif
dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni
sebesar 75%.

Tabel 25. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kemampuan Industri Farmasi
Memenuhi Kebutuhan Rencana Kebutuhan Obat Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase kemampuan industri 67% 67,03% 100,04%


farmasi memenuhi kebutuhan
rencana kebutuhan obat

Grafik 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kemampuan Industri Farmasi
Memenuhi Kebutuhan Rencana Kebutuhan Obat Tahun 2020-2024

75%
73%
71%
69%
67% 67.03%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


kegiatan persentase kemampuan industri farmasi memenuhi kebutuhan rencana kebutuhan
obat, yaitu:
1. Indikator sasaran kegiatan ini baru ditetapkan dalam Renstra Kemenkes tahun
2020-2024 pada pertengahan tahun;
2. Pelaporan dari industri farmasi masih belum sepenuhnya sesuai dan tepat waktu.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Melakukan percepatan penyempurnaan konsep kegiatan dalam upaya
pemenuhan target;
2. Menyiapkan tools untuk mempermudah pemahaman industri farmasi dalam
memberikan pelaporan elektronik melalui e-report sehingga dapat sesuai dan
tepat waktu serta koordinasi dengan industri farmasi yang memproduksi obat
terpilih.

52 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
5) Jumlah alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator jumlah alat kesehatan yang dapat diproduksi
dalam negeri (kumulatif) diamanatkan pada 2 (dua) dokumen perencanaan yakni dokumen
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 serta pada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Adapun definisi
operasional dari indikator jumlah alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri adalah
jumlah jenis/varian alat kesehatan yang telah mampu diproduksi oleh industri di dalam negeri
(kumulatif). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indikator ini termasuk dalam
indikator keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator yang digunakan sama
dengan tahun 2020. Pada tahun 2019, target dari indikator tersebut sebesar 28 jenis/varian
dan realisasi sebesar 28 jenis/varian, sehingga capaian yang diperoleh sebesar 100%.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase alat kesehatan yang dapat diproduksi
dalam negeri sebesar 35 jenis/varian, mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 35 jenis/varian dengan capaian sebesar 100%.
Hal tersebut menunjukkan terjadi penambahan capaian sebanyak 7 jenis/varian jika
dibandingkan dengan tahun 2019. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra
menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun
Renstra 2020-2024 yakni sebesar 63 jenis/varian.

Tabel 26. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Alat Kesehatan yang Diproduksi di
Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Jumlah alat kesehatan yang 35 35 100%


diproduksi di dalam negeri
(kumulatif)

Grafik 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Alat Kesehatan yang Diproduksi di
Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2020-2024

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 53


Tahun 2020
63
56
49
42
35 35

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


jumlah alat kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri (kumulatif), yaitu:
1. Produk-produk inovasi alat kesehatan masih banyak yang belum sampai tahap
produksi massal serta masih dalam tahap penelitian, karena masa pandemi Covid-
19 ini juga berpengaruh terhadap produksi dan atau hilirisasi hasil riset;
2. Tertundanya pelaksanaan kegiatan pendukung capaian indikator akibat pandemi
Covid-19.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendampingan terhadap produk-produk inovasi alat kesehatan
tersebut agar dapat segera menjadi komoditi alat kesehatan inovasi baru, dengan
cara melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor dalam rangka pengembangan
alat kesehatan dalam negeri berbasis riset melalui virtual meeting;
2. Melaksanakan kegiatan pendukung capaian indikator secara bertahap pada masa
new normal, dengan menerapkan protokol kesehatan dan dilakukan secara virtual
meeting. Kegiatan pendukung capaian indikator ini contohnya adalah Evaluasi dan
Kajian Uji Klinik Produk Hasil Riset yang membahas tentang alat kesehatan
pendukung pengobatan Covid-19 yaitu ventilator.

6) Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan


rumah tangga (PKRT) tepat waktu sesuai good review practice

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase penilaian pre-market alat kesehatan


dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) tepat waktu sesuai good review practice
diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.

54 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Adapun definisi operasional dari indikator persentase penilaian pre-market alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) tepat waktu sesuai good review practice
adalah Persentase permohonan yang selesai dievaluasi sesuai dengan janji layanan. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indikator ini termasuk dalam indikator
keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator yang digunakan sama dengan tahun
2020. Pada tahun 2019, target dari indikator tersebut sebesar 85% dan realisasi sebesar
90,08%, sehingga capaian yang diperoleh sebesar 105,98%.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase penilaian pre-market alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) tepat waktu sesuai good review practice
sebesar 99,03%, mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun
2020-2024 yaitu sebesar 90% dengan capaian sebesar 110,33%. Hal tersebut menunjukkan
terjadi peningkatan capaian sebesar 8,95% jika dibandingkan dengan tahun 2019. Realisasi
indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat
mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 98%.

Tabel 27. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Tepat Waktu Sesuai Good
Review Practice Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase penilaian pre-market


alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) 90% 99,30% 110,33%
tepat waktu sesuai good review
practice

Grafik 16. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Tepat Waktu Sesuai Good Review Practice
Tahun 2020-2024

99.30%
98%
96%
94%
92%
90%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Permasalahan:

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 55


Tahun 2020
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja
persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) tepat waktu sesuai good review practice, yaitu:
1. Terbatasnya kapasitas server co-location pada sistem perizinan yang belum dapat
difasilitasi oleh pihak Pusdatin, Kementerian Kesehatan, sehingga dapat menjadi
kendala dalam proses perizinan;
2. Pemanfaatan aplikasi konsultasi online yang belum maksimal karena keterbatasan
modul, terutama di masa pandemi Covid-19 dimana jumlah berkas perizinan
meningkat dibandingkan sebelum masa pandemi, sehingga membutuhkan
dukungan aplikasi konsultasi online yang memadai;
3. Adanya pandemi Covid-19, menyebabkan kebutuhan alat kesehatan dan PKRT
yang digunakan pada masa Covid-19 menjadi meningkat, sehingga banyak
industri yang mendaftarkan berkas perizinan alat kesehatan dan PKRT dan harus
mendapatkan prioritas utama dalam penyelesaiannya;
4. Adanya pandemi Covid-19, sehingga pada saat kegiatan penilaian berkas
perizinan dilakukan WFH (Work From Home), terjadi kendala di jaringan dan
provider yang digunakan oleh evaluator sehingga mempengaruhi kecepatan dalam
menilai berkas perizinan;
5. Tertundanya kegiatan pendukung indikator karena pandemi Covid-19, sehingga
ada kegiatan yang mengalami efisiensi termasuk pengadaan pengembangan
sistem registrasi alat kesehatan dan PKRT;
6. Perkembangan teknologi alat kesehatan yang sangat pesat perlu diimbangi
dengan pengetahuan SDM khususnya evaluator secara berkelanjutan.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi dengan Pusdatin, Kementerian Kesehatan terkait
kemungkinan untuk melakukan migrasi server co-location dan melakukan
pengembangan sistem, sehingga dapat meminimalisir kendala dalam penggunaan
sistem perizinan;
2. Perlunya melakukan pengembangan untuk sistem konsultasi online yaitu
penambahan modul untuk mempermudah mekanisme pendaftaran di loket;
3. Menerbitkan Pedoman Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT pada masa pandemi
Covid-19, dan memberlakukan sistem ODS (One Day Service) untuk penilaian
berkas perizinan alat kesehatan dan PKRT yang merupakan penunjang
pengobatan Covid-19;

56 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
4. Melakukan koordinasi dengan Pusdatin terkait server dan permasalahan pada
aplikasi regalkes, serta memiliki provider yang bervariasi untuk pegawai yang
sedang WFH;
5. Mengusulkan anggaran kegiatan untuk alokasi pengembangan sistem registrasi
alat kesehatan dan PKRT pada tahun 2021;
6. Melakukan peningkatan kemampuan SDM dengan menerapkan protokol
kesehatan dalam masa pandemi Covid-19, serta mengutamakan pelaksanaan
kegiatan secara virtual meeting.

7) Persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan
tepat waktu

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase sarana produksi Alkes dan PKRT
yang menindaklanjuti hasil temuan tepat waktu diamanatkan pada dokumen Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari
indikator persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan
tepat waktu adalah persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil
temuan critical major selama 14 hari setelah peringatan keras diterima. Indikator ini termasuk
dalam indikator baru jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang terdapat pada Renstra
tahun 2015-2019 menggantikan indikator kinerja persentase sarana produksi alkes dan
PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (CPAKB/GMP).

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang
menindaklanjuti hasil temuan tepat waktu sebesar 80,00%, melebihi target yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 75% dengan capaian
sebesar 106,67%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif
dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni
sebesar 95%.

Tabel 28. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alkes dan PKRT
Yang Menindaklanjuti Hasil Temuan Tepat Waktu Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase sarana produksi Alkes 75% 80,00% 106,67%


dan PKRT yang menindaklanjuti
hasil temuan tepat waktu

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 57


Tahun 2020
Grafik 17. Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Produksi Alkes dan PKRT Yang
Menindaklanjuti Hasil Temuan Tepat Waktu Tahun 2020-2024

90% 95%
80.00% 80% 85%
75%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

58 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang menindaklanjuti hasil temuan tepat
waktu, yaitu:
1. Masih kurangnya komitmen sarana produksi alat kesehatan dan PKRT dalam
memenuhi Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara
Pembuatan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB)
sehingga terkendala dalam pemenuhan Corrective Action Preventive Action
(CAPA) terhadap hasil temuan inspeksi;
2. Masih kurangnya pemahaman sarana produksi alat kesehatan dan PKRT
terhadap penerapan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB)
dan/atau Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Baik
(CPPKRTB).

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
1. Asistensi kepada sarana produksi Alkes dan PKRT terkait tindak lanjut temuan
inspeksi dengan melakukan pemenuhan CAPA sesuai dengan persyaratan Cara
Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara Pembuatan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB);
2. Meningkatkan pengetahuan SDM di sarana produksi Alkes dan PKRT melalui
pembinaan, sosialisasi dan asistensi terkait penerapan Cara Pembuatan Alat
Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB), sehingga sarana produksi dapat
memenuhi persyaratan CPAKB dan CPPKRTB;
3. Mengadvokasi asosiasi terkait seperti Asosiasi Produsen Alat Kesehatan
Indonesia (ASPAKI), Persatuan Perusahaan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga Indonesia (PEKERTI) dan Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan
dan Laboratorium di Indonesia (GAKESLAB) dalam rangka meningkatkan
kepatuhan sarana untuk memproduksi alat kesehatan dan PKRT yang bermutu,
aman dan bermanfaat.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 59


Tahun 2020
8) Persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT beredar yang memenuhi
ketentuan

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT
beredar yang memenuhi ketentuan diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator
persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT beredar yang memenuhi ketentuan adalah
persentase alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi ketentuan penandaan yang di dapat
melalui kegiatan sampling, pengawasan penandaan, inspeksi dan audit. Indikator ini
termasuk dalam indikator baru jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang terdapat
pada Renstra tahun 2015-2019 menggantikan indikator kinerja persentase sarana produksi
alkes dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (CPAKB/GMP).

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase penandaan alat kesehatan dan PKRT
beredar yang memenuhi ketentuan sebesar 97,48%, melebihi target yang telah ditetapkan
dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 80% dengan capaian sebesar
121,85%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan
diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar
90%.

Tabel 29. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penandaan Alat Kesehatan dan
PKRT Beredar yang Memenuhi Ketentuan Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase penandaan alat 80% 97,48% 121,85%


kesehatan dan PKRT beredar yang
memenuhi ketentuan

Grafik 18. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penandaan Alat Kesehatan dan PKRT
Beredar yang Memenuhi Ketentuan Tahun 2020-2024

97.48% 90%
82% 85% 87%
80%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

60 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Permasalahan:

Salah satu kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja persentase
penandaan alat kesehatan dan PKRT beredar yang memenuhi ketentuan adalah
terbatasnya mobilitas tenaga pengawas di lapangan maupun dalam kontak tatap muka
dengan stakeholders.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah membuat Pedoman
Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Selama Kondisi
Pandemi Covid-19 untuk membantu tugas tenaga pengawas dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi selama pandemi Covid-19 pada pelaksanaan kegiatan pengawasan
produk alat kesehatan dan PKRT seperti melaksanakan sampling dan pengujian alat
kesehatan dan PKRT termasuk didalamnya pengawasan penandaan produk.

9) Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design


Reformasi Birokrasi 2010-2025, kebijakan Reformasi Birokrasi diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance melalui pemantapan pelaksanaan reformasi
birokrasi). Saat ini Reformasi Birokrasi telah masuk kepada periode akhir dari Grand Design
Reformasi Birokrasi Nasional yang diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang
berkelas dunia (world class bureaucracy) yang dicirikan dengan pelayanan publik yang
semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien.

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen


Kefarmasian dan Alat Kesehatan diamanatkan pada dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional dari indikator Nilai
Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah hasil penilaian
mandiri terkait pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan pada Reformasi Birokrasi di lingkup
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Indikator ini termasuk dalam indikator
baru jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang terdapat pada Renstra tahun 2015-
2019 menggantikan indikator kinerja persentase layanan dukungan manajemen yang
diselesaikan tepat waktu.

Pada tahun 2020, realisasi indikator Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebesar 96,45%, melebihi target yang telah ditetapkan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 61


Tahun 2020
dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 80% dengan capaian sebesar
120,56%. Realisasi indikator di tahun pertama Renstra menunjukkan hal yang positif dan
diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar
88%.

Tabel 30. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Nilai Reformasi Birokrasi di Lingkup Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup 80% 96,45% 120,56%


Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan

Grafik 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Nilai Reformasi Birokrasi di Lingkup Ditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020-2024

96.45% 88%
80% 82% 84% 86%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Hasil tersebut diperoleh dari nilai komponen pengungkit yang dihasilkan Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebesar 35,01 (Aspek Pemenuhan 14,60 dan
Aspek Reform 20,41) dari total nilai maksimal Unit Eselon I 36,30 sehingga capaian kinerja
dari Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2020
yakni sebesar 96,45%.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melaksanakan dan
melakukan evaluasi implementasi sistem Reformasi Birokasi lingkup Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, melaksanakan penerapan Sistem Manajemen Mutu
(SMM) ISO 9001:2015 dan secara rutin menjalankan resertifikasi ISO 9001:2015, serta
melaksanakan sosialisasi WBK/WBBM dan pembentukan Tim Satuan Kepatuhan Intern
(SKI).

Permasalahan:

Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja


Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, yaitu:

62 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
1. Masih terdapat peningkatan pelanggaran disiplin pegawai pada tahun 2019
dibanding tahun sebelumnya;
2. Belum seluruh capaian kinerja menjadi dasar pemberian reward-punishment;
3. Pendekatan cascading belum digunakan dalam penjabaran kinerja pegawai.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami antara lain:


1. Menginstruksikan kepada pegawai di satuan kerja masing-masing agar
menegakkan disiplin, disertai peningkatan sosialisasi kedisiplinan dan evaluasi
kepatuhannya;
2. Memperbaiki mekanisme pemberian reward-punishment dengan diperhitungkan
capaian kinerja;
3. Menyusunan perjanjian kinerja berdasarkan cascading indikator untuk
menjabarkan target kinerja.

10) Persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten
apoteker sesuai janji layanan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020, pembina jabatan


fungsional tenaga kefarmasian (apoteker dan asisten apoteker) adalah Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang mempunyai tugas melakukan pemantauan, evaluasi
jabatan fungsional yang menjadi binaannya di seluruh instansi pemerintah yang
menggunakan jabatan tersebut.

Kondisi yang dicapai:

Pengukuran capaian kinerja indikator persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit


(PAK) apoteker dan asisten apoteker sesuai janji layanan diamanatkan pada dokumen
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Adapun definisi operasional
dari indikator persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten
apoteker sesuai janji layanan adalah persentase permohonan PAK yang selesai dievaluasi
dan diterbitkan SK PAK, sesuai janji layanan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
indikator ini termasuk dalam indikator keberlanjutan yang dimana pada tahun 2019 indikator
yang digunakan adalah persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat
waktu. Indikator tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri dari 8 (delapan) jenis
pelayanan yang menggambarkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Indikator persentase penyelesaian
Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten apoteker sesuai janji layanan termasuk

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 63


Tahun 2020
sebagai salah satu dari 8 jenis pelayanan tersebut. Pada tahun 2019, capaian dari indikator
persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten apoteker
sesuai janji layanan sebesar 100%.

Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase penyelesaian Penilaian Angka Kredit
(PAK) apoteker dan asisten apoteker sesuai janji layanan sebesar 100%, melebihi target
yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 90%
dengan capaian sebesar 111,11%. Hal tersebut menunjukkan konsistensi pencapaian
indikator tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2019. Realisasi indikator di tahun pertama
Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir
tahun Renstra 2020-2024 yakni sebesar 98%.

Tabel 31. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penyelesaian Penilaian Angka
Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker Sesuai Janji Layanan Tahun 2020

Indikator Kinerja Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 2020

Persentase penyelesaian Penilaian 90% 100,00% 111,11%


Angka Kredit (PAK) apoteker dan
asisten apoteker sesuai janji
layanan

Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penyelesaian Penilaian Angka Kredit
(PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker Sesuai Janji Layanan Tahun 2020-2024

100.00%
98%
96%
94%
92%
90%

2020 2021 2022 2023 2024

Target Realisasi

Hasil tersebut diperoleh dari 109 (seratus sembilan) usulan PAK yang masuk dan yang
diselesaikan dalam 20 hari kerja sehingga capaian kinerja penyelesaian Penilaian Angka
Kredit (PAK) apoteker dan asisten apoteker sesuai janji layanan di tahun 2020 yakni sebesar
100,00%.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain melakukan
pembinaan jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker dalam bentuk workshop serta
melakukan pembahasan regulasi jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker.

64 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Permasalahan:

Salah satu permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja persentase
penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) apoteker dan asisten apoteker sesuai janji
layanan adalah penilaian angka kredit yang diusulkan masih menggunakan dokumen
hardcopy sehingga tim sekretariat harus memeriksa dokumen hardcopy.

Upaya Pemecahan Masalah:

Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami antara lain mulai
diimplementasikannya penggunaan sistem informasi Aplikasi Daftar Usulan Penetapan
Angka Kredit selanjutnya disebut dengan aplikasi SEPAKAT yang merupakan Pengusulan
Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker untuk
akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai pemangku Jabatan Fungsional Apoteker
dan Asisten Apoteker dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan Jabatannya. Aplikasi
ini dibangun dengan prinsip efektif dan efisien, sehingga pemangku Jabatan Fungsional
Apoteker dan Asisten Apoteker lebih mudah dalam penyusunan Daftar Usulan Penetapan
Angka Kredit dan sudah dilakukan sosialisasi kepada daerah.

B. REALISASI ANGGARAN

Alokasi APBN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2020
yang tertera pada perjanjian kinerja adalah sebesar Rp.3.253.619.132.000,00 yang terdiri
alokasi Kantor Pusat sebesar Rp.3.191.619.132.000,00 dan alokasi Dekonsentrasi sebesar
Rp.62.000.000.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2020, alokasi APBN Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami 8 (delapan) kali revisi perubahan
anggaran program dikarenakan; 1) Revisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) sebesar Rp.461.000.000.000,00; 2) Penambahan alokasi yang berasal dari Surat
Penetapan Satuan Anggaran Bagian Anggaran 998.08 (SABA 999.08) pada Satker
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar
Rp.136.000.000.000,00 dan pada Satker Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan sebesar Rp.200.000.000,00; 3) Revisi tambahan anggaran untuk
penyediaan obat dan vaksin Covid-19 yang berasal dari Surat Penetapan Satuan Anggaran
Bagian Anggaran 998.08 (SABA 999.08) pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan sebesar Rp.637.300.800.000,00; 4) Penerimaan Hibah Langsung
GAVI 2020 pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
sebesar Rp.214.067.376.000,00; 5) Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi sisa
anggaran klaim biaya perawatan pasien Covid-19 dari Direktorat Pelayanan Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 65


Tahun 2020
Rujukan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar Rp.710.858.000.000,00; 6) Revisi pengurangan
anggaran gaji untuk pemenuhan insentif pada Badan PPSDM Kesehatan sebesar
Rp.3.500.000.000,00; 7) Penerimaan Hibah Langsung WHO 2020 Satker Direktorat Tata
Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar Rp.106.170.000,00; 8) Revisi
anggaran untuk pemenuhan insentif tenaga kesehatan dalam penangan Covid-19 Tahun
2020 yang ditujukan ke Badan PPSDM Kesehatan sebesar Rp.305.374.427.000,00,
sehingga alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi
sebesar Rp.4.182.277.051.000,00 (Empat triliun seratus delapan puluh dua miliar dua ratus
tujuh puluh tujuh juta lima puluh satu ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2020
adalah sebesar Rp.4.054.663.877.758,00 (Empat triliun lima puluh empat miliar enam ratus
enam puluh tiga juta delapan ratus tujuh puluh tujuh ribu tujuh ratus lima puluh delapan
rupiah) dengan persentase realisasi sebesar 96,95%.

Upaya Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam rangka


meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan dijabarkan
dengan 4 sasaran strategis dimana masing-masing sasaran strategis tersebut dialokasikan
sumber daya anggaran dalam mencapai sasaran tersebut. Adapun rincian alokasi dan
realisasi berdasarkan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 32. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran pada Sasaran Strategis Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020

NO SASARAN STRATEGIS ALOKASI REALISASI %


1 Terwujudnya Peningkatan Ketersediaan,
Pemerataan dan Keterjangkauan Obat Rp.4.068.579.834.000 Rp.3.944.756.774.543 96,96
dan Vaksin
2 Terwujudnya Kemandirian Sediaan
Rp.12.970.191.000 Rp.12.530.896.485 96,61
Farmasi dan Alat Kesehatan
3 Terjaminnya Keamanan, Mutu dan
Manfaat Alat Kesehatan dan Perbekalan Rp.30.601.444.000 Rp.30.055.026.615 98,21
Kesehatan Rumah
4 Meningkatnya Dukungan Manajemen
dalam Pelaksanaan Tugas Teknis Rp.70.125.582.000 Rp.67.321.180.115 96,00
Direktorat Jenderal
TOTAL Rp.4.182.277.051.000 Rp.4.054.663.877.758 96,95

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki anggaran Kantor Pusat
dan Dana Dekonsentrasi, dengan rincian alokasi dan realisasi tahun 2020 adalah sebagai
berikut:

66 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Tabel 33. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 Berdasarkan Kegiatan

NO KEGIATAN ALOKASI REALISASI %


1 Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Rp.10.079.954.000 Rp.9.818.898.377 97,41
2 Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan
Rp.4.058.499.880.000 Rp.3.934.937.876.166 96,96
Perbekkes
3 Peningkatan Produksi dan Distribusi
Rp.9.907.295.000 Rp.9.591.897.385 96,82
Kefarmasian
4 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program Rp.70.125.582.000 Rp.67.321.180.115 96,00
Kefarmasian dan Alkes
5 Peningkatan Penilaian Alkes dan PKRT Rp.21.849.560.000 Rp.21.312.016.841 97,54
6 Peningkatan Pengawasan Alkes dan
Rp.11.814.780.000 Rp.11.682.008.874 98,88
PKRT
TOTAL Rp.4.182.277.051.000 Rp.4.054.663.877.758 96,95

Anggaran yang dialokasikan untuk Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan


Kesehatan Nasional (JKN) serta Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2020 sebesar Rp.4.182.277.051.000,00 dan realisasi
anggaran untuk pelaksanaan program tersebut sebesar 96,95% atau
Rp.4.054.663.877.758,00. Rerata capaian Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan
dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program Dukungan Manajemen pada
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2020 adalah sebesar 106,10%.
Rerata capaian Indikator tersebut didapat dari perhitungan rerata tertimbang antara 5 (lima)
Indikator Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
serta Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan yang terdiri dari persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial
dengan persentase capaian sebesar 108,77%, persentase alat kesehatan memenuhi syarat
sebesar 101,87%, persentase Puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar
Lengkap) sebesar 107,76%, persentase jenis bahan baku sediaan farmasi yang dapat
diproduksi dalam negeri sebesar 111,11%, serta persentase alat kesehatan yang dapat
diproduksi dalam negeri dengan persentase capaian sebesar 101,02%. Hal tersebut
menyatakan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena capaian
kinerja sebesar 106,10% dapat terwujud dengan 96,95% penyerapan anggaran.

Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja
pada tahun 2020 antara lain dengan:

1. Mengoptimalkan penggunaan buffer stok obat di semua tingkat, baik


kabupaten/kota, provinsi maupun pusat;

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 67


Tahun 2020
2. Mengoptimalkan pendampingan dan pengawalan industri bahan baku obat dan
industri ekstrak bahan alam serta industri Alkes dalam negeri dengan penyesuaian
konsep dan metode pelaksanaan mengikuti peraturan yang diterapkan oleh
Pemerintah.

Grafik 21. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020

106.10%

96.95%

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, efisiensi penggunaan sumber daya terhadap
capaian Indikator Kinerja di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah
tercapai. Berikut merupakan gambaran analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
yang menggambarkan kondisi lima tahun terakhir.

Grafik 22. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016-2020

129.79%
105.60% 106.96% 104.71% 106.10%
99.09% 96.95%
83.74% 82.32% 69.32%

2016 2017 2018 2019 2020

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

Efisiensi penggunaan sumber daya terhadap capaian Indikator Kinerja Program yang
pertama yaitu persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial telah tercapai.
Hal tersebut dikarenakan capaian kinerja sebesar 108,77% dapat terwujud dengan 96,97%
penyerapan anggaran.

68 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Grafik 23. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Kabupaten/Kota dengan Ketersediaan Obat Esensial Tahun 2020
108.77%

96.97%

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

Untuk Indikator Kinerja Program yang kedua yakni persentase alat kesehatan
memenuhi syarat, efisiensi penggunaan sumber daya dapat tercapai dengan terwujudnya
efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena capaian kinerja sebesar 101,87% dapat
terwujud dengan 99,54% penyerapan anggaran.

Grafik 24. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Alat Kesehatan Memenuhi Syarat Tahun 2020
108.77%

99.54%

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

Untuk Indikator Kinerja Program yang ketiga yaitu persentase Puskesmas dengan
ketersediaan vaksin IDL (Imunisasi Dasar Lengkap), efisiensi penggunaan sumber daya
dapat tercapai dengan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena
capaian kinerja sebesar 107,76% dapat terwujud dengan 96.97% penyerapan anggaran.

Grafik 25. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Vaksin IDL (Imunisasi Dasar
Lengkap) Tahun 2020
107.76%

96.97%

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 69


Tahun 2020
Untuk Indikator Kinerja Program yang keempat yaitu persentase jenis bahan baku
sediaan farmasi yang dapat diproduksi dalam negeri, efisiensi penggunaan sumber daya
dapat tercapai dengan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena
capaian kinerja sebesar 111,11% dapat terwujud dengan 96.80% penyerapan anggaran.

Grafik 26. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Dapat Diproduksi Dalam
Negeri Tahun 2020

111.11%

96.80%

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

Sedangkan untuk Indikator Kinerja Program yang kelima yaitu persentase alat
kesehatan yang dapat diproduksi dalam negeri, efisiensi penggunaan sumber daya dapat
tercapai dengan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena capaian
kinerja sebesar 101,02% dapat terwujud dengan 95.95% penyerapan anggaran.

Grafik 27. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator
Kinerja Program Persentase Alat kesehatan yang Dapat Diproduksi Dalam Negeri Tahun 2020

101.02%

95.95%

Capaian Kinerja Realisasi Anggaran

1. KANTOR PUSAT
Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai
target indikator kinerja di tahun pertama Renstra 2020-2024 merupakan hasil kerja keras
seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama
dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan
alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan.

70 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) tahun 2020 dengan alokasi sebesar Rp.3.191.619.132.000,00. Selama
pelaksanaan kegiatan tahun 2020, anggaran Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan mengalami 8 kali revisi perubahan anggaran program dikarenakan; 1)
Revisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) sebesar
Rp.410.574.523.000,00; 2) Penambahan alokasi yang berasal dari Surat Penetapan Satuan
Anggaran Bagian Anggaran 998.08 (SABA 999.08) pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar Rp.136.000.000.000,00 dan pada Satker
Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebesar
Rp.200.000.000,00; 3) Revisi tambahan anggaran untuk penyediaan obat dan vaksin Covid-
19 yang berasal dari Surat Penetapan Satuan Anggaran Bagian Anggaran 998.08 (SABA
999.08) pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar
Rp.637.300.800.000,00; 4) Penerimaan Hibah Langsung GAVI 2020 pada Satker Direktorat
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar Rp.214.067.376.000,00; 5)
Tambahan anggaran yang berasal dari realokasi sisa anggaran klaim biaya perawatan
pasien Covid-19 dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan pada Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan sebesar Rp.710.858.000.000,00; 6) Revisi pengurangan anggaran gaji untuk
pemenuhan insentif pada Badan PPSDM Kesehatan sebesar Rp.3.500.000.000,00; 7)
Penerimaan Hibah Langsung WHO 2020 Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan sebesar Rp.106.170.000,00; 8) Revisi anggaran untuk pemenuhan
insentif tenaga kesehatan dalam penangan Covid-19 Tahun 2020 yang ditujukan ke Badan
PPSDM Kesehatan sebesar Rp.305.374.427.000,00, sehingga alokasi anggaran Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.
4.170.702.528.000,00 (Empat triliun seratus tujuh puluh miliar tujuh ratus dua juta lima ratus
dua puluh delapan ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2020 adalah sebesar Rp.
4.043.688.711.837,00 (Empat triliun empat puluh tiga miliar enam ratus delapan puluh
delapan juta tujuh ratus sebelas ribu delapan ratus tiga puluh tujuh rupiah) dengan
persentase realisasi sebesar 96,95%.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 71


Tahun 2020
Tabel 34. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
NO SATUAN KERJA ALOKASI AWAL ALOKASI AKHIR REALISASI %
1 Direktorat Pelayanan Rp.24.952.647.000 Rp.9.313.476.000 Rp.9.059.597.677 97,27
Kefarmasian

2 Direktorat Tata Kelola Rp.2.962.337.883.000 Rp.4.056.299.043.000 Rp.3.932.850.003.571 96,96


Obat Publik dan Perbekkes

3 Direktorat Produksi dan Rp.34.283.022.000 Rp.9.861.478.000 Rp.9.546.284.885 96,80


Distribusi Kefarmasian
4 Sekretariat Direktorat Rp.107.418.523.000 Rp.62.579.780.000 Rp.60.227.072.499 96,24
Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
5 Direktorat Penilaian Alkes Rp.34.097.000.000 Rp.21.621.075.000 Rp.21.084.426.041 97,52
dan PKRT

6 Direktorat Pengawasan Rp.28.530.057.000 Rp.11.027.676.000 Rp.10.921.327.164 99,04


Alkes dan PKRT

TOTAL Rp.3.191.619.132.000 Rp.4.170.702.528.000 Rp.4.043.688.711.837 96,95

2. DANA DEKONSENTRASI
Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang Pemerintah Pusat kepada Gubernur
sebagai wakil Pemerintah di daerah. Dengan demikian, Dekonsentrasi disusun untuk
mempercepat pencapaian tujuan dan target program. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan mengalokasikan Dana Dekonsentrasi untuk mendukung tercapainya prioritas
nasional dan target-target Rencana Kerja Pemerintah tahun 2020, melalui peran serta
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Peran serta tersebut tertuang dalam bentuk
kegiatan yang sudah ditetapkan, sehingga bila dilaksanakan dengan baik akan mendukung
tercapainya peningkatan akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Pada tahun 2020, sasaran kegiatan dan indikator kinerja beserta target Dekonsentrasi
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan antara
lain: 1) Peningkatan pelayanan kefarmasian dengan indikator kinerja Fasyankes yang
mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar memiliki target sebesar
639 fasyankes; 2) Peningkatan tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan dengan
indikator kinerja dinas kesehatan provinsi dan yang melaksanakan Program Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memiliki target sebesar 25 provinsi; 3) Peningkatan
produksi dan distribusi kefarmasian dengan indikator kinerja sarana produksi dan distribusi
sediaan farmasi dan pangan yang di bina memiliki target sebesar 500 sarana; 4) Dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat
kesehatan dengan indikator kinerja layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya memiliki target sebesar 34 provinsi; 5)

72 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Peningkatan penilaian alat kesehatan dan PKRT dengan indikator kinerja tenaga kesehatan
dan masyarakat di provinsi/kabupaten/kota yang terpapar tentang penggunaan alat
kesehatan dan PKRT yang tepat guna memiliki target sebesar 2.101 orang; serta 6)
Peningkatan pengawasan alat kesehatan dan PKRT dengan indikator kinerja produk dan
sarana distribusi alat kesehatan serta perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang di
uji (Dekon) memiliki target sebesar 288 sampel serta sarana produksi Alkes dan PKRT dan
sarana distribusi Alkes yang dibina (Dekon) sebesar 329 sarana.

Untuk mencapai sasaran kegiatan dari Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di
daerah, tahun 2020 disediakan Dana Dekonsentrasi sebesar Rp.62.000.000.000,00. Selama
pelaksanaan kegiatan tahun 2020, anggaran Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan mengalami 1 (satu) kali revisi perubahan anggaran program
dikarenakan; 1) Revisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) sebesar
Rp.50.425.477.000,00, sehingga alokasi anggaran Dekonsentrasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.11.574.523.000,00 (Sebelas miliar
lima ratus tujuh puluh empat juta lima ratus dua puluh tiga ribu rupiah). Realisasi Dana
Dekonsentrasi tahun 2020 adalah Rp.10.975.165.921,00 (Sepuluh miliar sembilan ratus
tujuh puluh lima juta seratus enam puluh lima ribu sembilan ratus dua puluh satu rupiah)
dengan persentase realisasi sebesar 94,82%.

Tabel 35. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020
2020
NO SATUAN KERJA
ALOKASI AWAL ALOKASI AKHIR REALISASI %

1 Dinkes Provinsi DKI Jakarta Rp.1,701,752,000 Rp.70,000,000 Rp.69,993,889 99,99


2 Dinkes Provinsi Jawa Barat Rp.2,461,259,000 Rp.391,070,000 Rp.287,540,036 73,53

3 Dinkes Provinsi Jawa Tengah Rp.2,171,696,000 Rp.455,820,000 Rp.405,547,008 88,97

4 Dinkes Provinsi D.I. Yogyakarta Rp.1,138,825,000 Rp.116,491,000 Rp.115,799,850 99,41


5 Dinkes Provinsi Jawa Timur Rp.2,537,478,000 Rp.349,478,000 Rp.312,317,300 89,37

6 Dinkes Provinsi Aceh Rp.2,307,043,000 Rp.180,000,000 Rp.178,112,500 98,95

7 Dinkes Provinsi Sumatera Utara Rp.2,778,956,000 Rp.314,394,000 Rp.270,572,400 86,06

8 Dinkes Provinsi Sumatera Barat Rp.1,812,343,000 Rp.274,162,000 Rp.259,469,438 94,64


9 Dinkes Provinsi Riau Rp.1,883,176,000 Rp.367,523,000 Rp.367,469,100 99,99

10 Dinkes Provinsi Jambi Rp.1,449,744,000 Rp.423,494,000 Rp.421,539,921 99,54

11 Dinkes Provinsi Sumatera Selatan Rp.1,600,463,000 Rp.350,489,000 Rp.343,775,328 98,08


12 Dinkes Provinsi Lampung Rp.1,374,240,000 Rp.194,182,000 Rp.194,172,600 100,00

13 Dinkes Provinsi Kalimantan Barat Rp.1,838,011,000 Rp.635,372,000 Rp.622,589,800 97,99

14 Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah Rp.1,676,143,000 Rp.259,917,000 Rp.251,078,000 96,60

15 Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Rp.1,549,690,000 Rp.341,253,000 Rp.339,648,315 99,53

16 Dinkes Provinsi Kalimantan Timur Rp.1,985,578,000 Rp.265,141,000 Rp.221,960,050 83,71

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 73


Tahun 2020
2020
NO SATUAN KERJA
ALOKASI AWAL ALOKASI AKHIR REALISASI %
17 Dinkes Provinsi Sulawesi Utara Rp.2,073,095,000 Rp.405,625,000 Rp.404,263,000 99,66
18 Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah Rp.2,036,090,000 Rp.606,053,000 Rp.606,051,733 100,00
19 Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan Rp.2,030,467,000 Rp.388,992,000 Rp.370,055,886 95,13

20 Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara Rp.1,731,663,000 Rp.335,592,000 Rp.334,704,900 99,74

21 Dinkes Provinsi Maluku Rp.2,119,825,000 Rp.466,427,000 Rp.426,328,960 91,40

22 Dinkes Provinsi Bali Rp.1,454,781,000 Rp.199,761,000 Rp.180,026,900 90,12

23 Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Barat Rp.1,562,285,000 Rp.244,258,000 Rp.233,727,900 95,69

24 Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Timur Rp.2,167,219,000 Rp.431,883,000 Rp.431,583,000 99,93

25 Dinkes Provinsi Papua Rp.2,342,306,000 Rp.320,000,000 Rp.248,390,571 77,62

26 Dinkes Provinsi Bengkulu Rp.1,202,322,000 Rp.258,144,000 Rp.257,816,200 99,87


27 Dinkes Provinsi Maluku Utara Rp.2,117,952,000 Rp.632,639,000 Rp.622,495,000 98,40

28 Dinkes Provinsi Banten Rp.1,566,673,000 Rp.193,927,000 Rp.188,902,725 97,41


29 Dinkes Provinsi Kep. Bangka Belitung Rp.1,462,728,000 Rp.343,835,000 Rp.338,626,250 98,49

30 Dinkes Provinsi Gorontalo Rp.1,303,061,000 Rp.420,000,000 Rp.418,191,794 99,57


31 Dinkes Provinsi Kepulauan Riau Rp.1,687,140,000 Rp.220,228,000 Rp.212,635,950 96,55

32 Dinkes Provinsi Papua Barat Rp.2,055,075,000 Rp.370,003,000 Rp.325,675,883 88,02


33 Dinkes Provinsi Sulawesi Barat Rp.1,263,352,000 Rp.386,850,000 Rp.386,337,100 99,87
34 Dinkes Provinsi Kalimantan Utara Rp.1,557,569,000 Rp.361,520,000 Rp.327,766,634 90,66

TOTAL Rp.62,000,000,000 Rp.11,574,523,000 Rp.10,975,165,921 94,82

C. SUMBER DAYA MANUSIA

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menetapkan


nilai-nilai yang harus diterapkan oleh ASN yaitu tuntas, berinovasi, beretika, berpikir
strategis, berkolaborasi dan berkeputusan tegas. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengacu pada Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, dimana manajemen ASN
diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit, yaitu kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara
adil dan wajar, tanpa membedakan latar belakang. Menjalankan strategi untuk mewujudkan
SMART ASN dengan pengembangan SDM menuju manusia unggul mempunyai korelasi
yang erat dengan produktivitas kerja.
Perbedaan mendasar manajemen ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 dengan manajemen PNS berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
adalah bahwa di era ASN, pangkat melekat pada jabatan, dan jabatan seorang ASN terbagi
menjadi jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrasi, dan jabatan fungsional. Salah satu

74 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
rencana aksi meningkatkan profesionalisme ASN adalah melalui kebijakan penguatan
jabatan fungsional.

Keadaan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


sampai akhir tahun 2020 berjumlah 230 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 36. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jabatan
Jabatan Jumlah

Jabatan Pimpinan Tinggi Madya 1


Pratama 6
Jabatan Administrasi Pengawas 1
Pelaksana 109
Jabatan Fungsional Ahli Madya 43
Ahli Muda 63
Ahli Pertama 6
Mahir 1

Jumlah 230

Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jabatan

Pimpinan Pimpinan Pengawas Pelaksana Ahli Madya Ahli Muda Ahli Pertama Mahir
Madya Pratama

SEKRETARIAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT


DIREKTORAT TATA KELOLA PELAYANAN PRODUKSI & PENILAIAN ALAT PENGAWASAN
JENDERAL OBAT PUBLIK DAN KEFARMASIAN DISTRIBUSI KESEHATAN & ALAT KESEHATAN
PERBEKKES KEFARMASIAN PKRT & PKRT

Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan


atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS (sebagai
peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara), Kementerian/Lembaga sedang melakukan penataan ASN. Penataan ASN adalah
suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk memperoleh kuantitas, kualitas,
komposisi dan distribusi pegawai yang tepat sesuai dengan kebutuhan organisasi sehingga
dapat mewujudkan visi dan misi organisasi.

Peta jabatan menggambarkan personel yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas


dan fungsi suatu unit organisasi yang didasarkan pada analisis beban kerja. Tingkat

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 75


Tahun 2020
pemenuhan peta jabatan oleh PNS di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dirangkum pada tabel berikut:

Tabel 37. Pemenuhan Kebutuhan PNS di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020

Kebutuhan Bezetting
Satuan Organisasi (berdasarkan (Keadaan Persentase
ABK) Pegawai)
Sekretariat Direktorat Jenderal 140 63 45,00%
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes 132 33 25,00%
Direktorat Pelayanan Kefarmasian 105 33 31,43%
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian 109 34 31,19%
Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT 114 36 31,58%
Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT 85 31 36,47%

Jumlah 685 230 33,58%

Grafik 29. Pemenuhan Kebutuhan PNS di Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020

160
140
120
100
80
60
40
20
0
Sekretariat Direktorat Tata Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat
Direktorat Kelola Obat Pelayanan Produksi & Penilaian Alat Pengawasan Alat
Jenderal Publik & Kefarmasian Distribusi Kesehatan & Kesehatan &
Perbekkes Kefarmasian PKRT PKRT

Kebutuhan (berdasarkan ABK) Bezetting (Keadaan Pegawai)

Tabel 38. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 Menurut Pendidikan
Pendidikan Jumlah

S3 1
S2 dan sederajat 159
Spesialis 1/2/A V 1
S1 50
D3 14
Akademi 1
SMA 4

Jumlah 230

76 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Grafik 30. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Pendidikan

0.43%
S3

S2 dan sederajat
21.74%
Spesialis 1/2/A V
6.09%
8.26% S1
69.13% 0.43% D3
1.74% Akademi
0.43%
SMA

Tabel 39. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Pria 77
Wanita 153

Jumlah 230

Grafik 31. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Tahun 2020 Menurut Jenis Kelamin

33%

Pria

67% Wanita

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 77


Tahun 2020
BAB IV
PENUTUP

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2020 ini
menyajikan berbagai keberhasilan maupun upaya dalam mencapai sasaran sebagaimana
yang telah ditetapkan didalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada
tahun anggaran 2020, yang tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Program (IKP) serta
analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran. Pencapaian seluruh Indikator Kinerja
Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta Program
Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2020 telah memenuhi target yang telah ditetapkan.

Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang
telah dicanangkan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan di masa
mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sinergi antara perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) serta Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan sehingga terjadi keterpaduan
dalam mencapai akuntabilitas kinerja. Upaya yang akan dilakukan pada tahun 2021 antara
lain membangun Sistem Digital Inventory Nasional, optimasi jejaring ABGCI guna
pencapaian produksi bahan baku sediaan farmasi di dalam negeri yang sustainable serta
fokus pada kebutuhan industri dan pasar, koordinasi lintas sektor dalam rangka
pengembangan produk inovasi alat kesehatan dalam negeri, peningkatan pemanfaatan dan
penggunaan alat kesehatan dalam negeri di fasilitas pelayanan Kesehatan, pembangunan
laboratorium uji alat kesehatan, serta penguatan Center of Excellence Pelayanan
Kefarmasian.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan diharapkan


dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi kinerja dalam penyempurnaan dokumen
perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, serta
penyempurnaan kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan akses, kemandirian dan
mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan bagi pembangunan kesehatan.

78 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
LAMPIRAN 1
PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 79


Tahun 2020
80 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 81
Tahun 2020
LAMPIRAN 2
PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN

82 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 83
Tahun 2020
84 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
LAMPIRAN 3
PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 85


Tahun 2020
86 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 87
Tahun 2020
LAMPIRAN 4
PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT KESEHATAN DAN
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

88 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 89
Tahun 2020
90 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
LAMPIRAN 5
PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 91


Tahun 2020
92 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 93
Tahun 2020
LAMPIRAN 6
PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN

94 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 95
Tahun 2020
96 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
LAMPIRAN 7

LAMPIRAN 7
KERTAS KERJA EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN KETERSEDIAAN OBAT ESENSIAL TAHUN 2020

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 97


Tahun 2020
98 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
LAMPIRAN 8
KERTAS KERJA EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE ALAT KESEHATAN
MEMENUHI SYARAT TAHUN 2020

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 99


Tahun 2020
LAMPIRAN 9
KERTAS KERJA EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE PUSKESMAS
DENGAN KETERSEDIAAN VAKSIN IDL (IMUNISASI DASAR LENGKAP) TAHUN 2020

100 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 101
Tahun 2020
LAMPIRAN 10
TELAAHAN CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE JENIS BAHAN BAKU SEDIAAN FARMASI
YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM NEGERI TAHUN 2020

102 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 103
Tahun 2020
LAMPIRAN 11
KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA UNIT KERJA DIREKTORAT
JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2020

104 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 105
Tahun 2020
106 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 107
Tahun 2020
LAMPIRAN

LAMPIRAN 12
SOP PEMANTAUAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN

108 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 109
Tahun 2020
LAMPIRAN 13
SOP PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

110 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Tahun 2020
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 111
Tahun 2020
112 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai