KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan
Kefarmasian Tahun 2020 dapat diselesaikan dengan baik.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja instansi, Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 ini
adalah media pertanggungjawaban yang menggambarkan pencapaian kinerja atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan Kefarmasian selama tahun
2020. Sebagai tahun pertama pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020 – 2024 dan dalam situasi pandemi Covid-19 yang tidak
mudah, kami bersyukur kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tetap berjalan
optimal dengan segala penyesuaian yang dapat kami upayakan.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas Direktorat Pelayanan Kefarmasian
adalah hasil kerja keras dan peran serta seluruh pegawai, kerjasama lintas program
dan lintas sektor di lingkungan Kementerian Kesehatan serta dukungan dari provinsi
maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan para stakeholder. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak atas dukungan,
peran serta dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik.
Kami menyadari Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun
2020 ini masih jauh dari sempurna. Masukan berupa saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan Laporan Kinerja ini di masa
mendatang.
Akhir kata, semoga Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun
2020 ini dapat memberikan informasi dan manfaat dalam penyusunan kebijakan
dan perencanaan program dan kegiatan khususnya di lingkungan Direktorat
Pelayanan Kefarmasian, maupun bagi para stakeholder terkait.
Jakarta, Januari 2021
Direktur Pelayanan Kefarmasian
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
IKHTISAR EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
mengamanatkan bahwa akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku
kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan
sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang disusun secara periodik.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan Kerja Direktorat Pelayanan
Kefarmasian bertahan dalam kategori AA.
Tabel 1. Penilaian atas Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) 2017 - 2019
No. Tahun Hasil Penilaian Kategori
1. 2017 96,71 AA
2. 2018 92,47 AA
3. 2019 94,69 AA
1
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024, pada
tahun 2020 sebagai berikut:
1. Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas sebesar
71,50% atau mencapai 102,14% dari target
Tabel 2. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Beserta Perubahannya pada Tahun 2020
No. Alokasi Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)
1 DIPA Awal 24.952.647.000
9.059.597.677 97,27%
2 DIPA Akhir 9.313.476.000
Sumber: Om SPAN
Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang komprehensif atas capaian kinerja organisasi dalam
menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan disusunnya laporan kinerja ini,
diharapkan pula dapat menjadi bahan evaluasi dalam menyusun strategi serta
upaya dalam mencapai sasaran selama periode Renstra Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024.
2
a. Pembentukan Center of Excellent Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
3
melaksanakan Webinar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit di Masa
Pandemi, yang diselenggarakan pada tanggal 11 November 2020.
Pertemuan ini dihadiri para tenaga kefarmasian yang bertugas dalam
bidang pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas
dan rumah sakit) dan kantor dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.
Peserta webinar berjumlah 1.091 orang yang mengikuti via zoom dan media
sosial Youtube. Berikut link live streaming Youtube acara webinar
https://www.youtube.com/channel/UC6Akl428kmJmyS0vZwZOspw.
4
Indonesia akan fokus ke surveilans penggunaan antimikroba pada manusia
dari industri/distributor farmasi berupa data impor/produksi/ penjualan
antimikroba.
Workshop Surveilans Penggunaan Antimikroba dilakukan dalam rangka
sosialisasi, menyamakan persepsi dan metodologi pengambilan data dengan
mengundang narasumber dari WHO SEARO, Komite Pengendalian
Resistensi Antimikroba dan Direktur Produksi dan Distrbusi Kefarmasian,
serta mengundang peserta dari WHO Indonesia, Badan POM, unit terkait di
Kementerian Kesehatan, asosiasi dan organisasi kefarmasian, 31 industri
farmasi, dan 26 distributor farmasi. Materi yang disampaikan oleh
narasumber antara lain:
1. Tinjauan Rantai Pasok Obat Nasional
2. Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba Fokus
pada: Optimalisasi Penggunaan Antimikroba
3. How to Establish National AMC Surveillance Systems
4. Data Source for Antimicrobial Consumption
5. Global Context on AMR and AMU
6. Monitoring Antimicrobial Consumption at Country Level
7. GLASS AMC Data Submission to WHO
5
6
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
7
5) Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
inovatif
Dalam rangka mencapai 5 (lima) Tujuan Strategis Kementerian
Kesehatan tersebut di atas, ditetapkan 8 (delapan) Sasaran Strategis.
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mendukung Tujuan
Strategis ke empat, yaitu peningkatan sumber daya kesehatan, melalui
Sasaran Strategis: meningkatnya akses, kemandirian dan mutu
kefarmasian dan alat kesehatan. Kemudian dalam rangka mencapai hal
tersebut disusun beberapa strategi. Sebagai bagian dari Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, strategi terkait yang didukung
dengan pelaksanaan kegiatan peningkatan pelayanan kefarmasian
adalah:
a. Memastikan ketersediaan obat esensial dan vaksin di fasilitas
pelayanan kesehatan, terutama di puskesmas, dengan
melakukan pembinaan pengelolaan obat dan vaksin sesuai
standar di instalasi farmasi provinsi, kabupaten/kota dan
puskesmas;
b. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan
masyarakat, terutama untuk meningkatkan penggunaan obat
rasional dan alat kesehatan tepat guna di masyarakat serta
pemanfaatan kearifan lokal melalui Gerakan Bugar dengan Jamu
dan pemanfaatan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian merupakan
laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja Direktorat
Pelayanan Kefarmasian dalam mencapai Sasaran Strategis yang telah
tercantum didalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024.
Penyusunan laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
8
Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran
sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan
dokumen perencanaan kinerja. Ikhtisar pencapaian sasaran tersebut
menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi,
realisasi pencapaian indikator sasaran kegiatan organisasi, penjelasan
atas pencapaian kinerja melalui kegiatan yang telah dilaksanakan dan
perbandingan capaian indikator sasaran dengan tahun berjalan terhadap
target kinerja yang telah direncanakan serta dipantau selama periode lima
tahunan yakni tahun 2020 – 2024.
9
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Direktorat Pelayanan
Kefarmasian menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan,
dan penggunaan obat rasional;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan,
dan penggunaan obat rasional;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi,
seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat
dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan
klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat
kesehatan, dan penggunaan obat rasional; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
D. Struktur Organisasi
10
2. Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi
Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi di bidang analisis farmakoekonomi obat
dan alat kesehatan. Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi terdiri
atas:
a. Seksi Analisis Farmakoekonomi Obat
b. Seksi Analisis Farmakoekonomi Alat Kesehatan
11
kepegawaian, tata laksana, kearsipan, dan tata persuratan, serta
kerumahtanggaan Direktorat.
Susunan Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian
E. Sistematika
Ikhtisar Eksekutif
Bab I Pendahuluan
12
Bab III Akuntabilitas Kinerja
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan
dana dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan
untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja.
Bab IV Penutup
Lampiran
13
14
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
15
pengawasan barang impor Border dan Post Border, dan penegakan
hukum;
d. Meningkatkan daya saing dan kemandirian industri farmasi dan alat
kesehatan dalam negeri, melalui penciptaan iklim ramah investasi,
optimalisasi hubungan kerjasama luar negeri, membangun sinergi
Academic-Bussiness-Government-Community-Innovator (A-B-G-C-I),
hilirisasi, serta fasilitasi pengembangan industri farmasi dan alat
kesehatan ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural, Active
Pharmaceutical Ingredients (API) kimia dan industri alat kesehatan
teknologi tinggi;
e. Mendorong tersedianya vaksin halal melalui penyusunan roadmap
vaksin halal;
f. Mendorong produksi alat kesehatan dalam negeri dengan
mengutamakan pemanfaatan komponen lokal serta penggunaan alat
kesehatan dalam negeri melalui promosi, advokasi, dan pengawasan
implementasi regulasi;
g. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan
masyarakat, terutama untuk meningkatkan penggunaan obat rasional
dan alat kesehatan tepat guna di masyarakat serta pemanfaatan
kearifan lokal melalui Gerakan Bugar dengan Jamu dan pemanfaatan
Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
16
Tabel 3. Indikator Sasaran, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan
Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 – 2024
Target
Indikator Sasaran Definisi Operasional
2020 2021 2022 2023 2024
Persentase rumah Rumah sakit yang melayani 70% 75% 80% 85% 90%
sakit dengan pasien JKN menggunakan
penggunaan obat item obat sesuai ketentuan
sesuai FORNAS dalam Fornas ≥80%.
Persentase Fasilitas pelayanan 50% 55% 60% 65% 70%
fasyankes yang kesehatan dengan Apoteker
melaksanakan yang melakukan pengkajian
pelayanan dan pelayanan resep,
kefarmasian sesuai Pelayanan Informasi Obat
standar (PIO) dan konseling yang
terdokumentasi.
17
Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami
perubahan, karena perubahan anggaran serta perubahan target kinerja.
Pada awal tahun 2020 sebelum adanya efisiensi anggaran karena pandemi
Covid-19, anggaran yang dikelola sebesar Rp. 24.952.647.000,- (Dua puluh
empat milyar sembilan ratus lima puluh dua juta enam ratus empat puluh
tujuh ribu rupiah).
Setelah memasuki triwulan III tahun 2020, anggaran yang dikelola telah
turun menjadi Rp. 9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga ratus tiga belas juta
empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah), dan target kinerja telah berubah
sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020 – 2024.
18
Tabel 4. Perubahan Indikator Sasaran Kegiatan dan Anggaran
19
20
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
A. TANTANGAN DAN PELUANG
21
dokumen perencanaan kinerja yang diukur dalam pengukuran kinerja yaitu
dengan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar,
rencana, atau target yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan
untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang
berhasil dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian.
Dalam rangka menunjang kegiatan peningkatan pelayanan
kefarmasian, maka Direktorat Pelayanan Kefarmasian melakukan berbagai
aktivitas/kegiatan yang dapat menunjang pencapaian indikator sasaran yang
telah ditetapkan dalam dokumen Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2020 – 2024. Berikut ini akan diuraikan penjelasan tolak ukur kinerja dari
Direktorat Pelayanan Kefarmasian berdasarkan definisi operasional indikator
sasaran kegiatan sebagai berikut:
a. Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai
Fornas
Untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan yang bermutu
dalam pelaksanaan JKN, penggunaan obat oleh pelayanan kesehatan
hendaknya mengacu kepada Formularium Nasional. Selain dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengobatan, penggunaan obat
Formularium Nasional juga bertujuan untuk meningkatkan mutu
penggunaan obat karena obat dalam Formularium Nasional telah
diseleksi berdasarkan pertimbangan manfaat (efikasi), keamanan
(safety) berdasarkan bukti ilmiah terkini, dan dengan harga yang
terjangkau.
22
Tujuan
23
Definisi Operasional
Dalam hal ini sasaran indikator adalah rumah sakit yang melayani
pasien JKN, dan yang dimaksud dengan obat sesuai Fornas adalah
obat yang digunakan dengan mengacu pada Formularium Nasional
dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum didalamnya.
314
= 𝑥100%
378
= 83,07%
143
= 𝑥100%
200
= 71,50%
24
pertama Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024
(Gambar 5), menunjukkan upaya Direktorat Pelayanan Kefarmasian
telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target akhir 90% pada
tahun 2024.
Gambar 5. Target Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai
Fornas pada Tahun 2020 – 2024
25
Permasalahan:
Analisis Capaian:
Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran
98.04%
102.14%
26
Pelayanan Kefarmasian telah cukup efektif dan efisien dalam
memenuhi target yang ditetapkan.
Kegiatan Pendukung Indikator:
1) Kajian Evaluasi Implementasi Formularium Nasional sebagai
Kendali Biaya di Rumah Sakit pada Era Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Tahun 2019
Kajian Evaluasi Implementasi Formularium Nasional sebagai
Kendali Biaya di Rumah Sakit pada Era Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Tahun 2019 dilakukan oleh pihak ketiga terhadap
251 Rumah Sakit, data terbanyak diperoleh dari Rumah Sakit
kelas C sejumlah 111 Rumah Sakit atau 44,2%.
Tabel 5. Persentase Penggunaan Obat Fornas di Rumah Sakit per Kelas
Rumah Sakit
Persentase
Rerata Jumlah Item
Rerata Jumlah Item Kesesuaian
Kelas RS Obat Sesuai
Obat (n total) dengan Fornas
Fornas (n)
(%)
Semua Kelas 351 463 75.8%
Rumah Sakit
A 466 660 70.6%
B 392 515 76.2%
C 335 436 76.8%
D 213 276 76.8%
27
maka disusun Formularium Nasional. Sejak pertama diterbitkan
pada tahun 2013, Formularium Nasional telah mengalami
perkembangan baik dari segi jumlah item obat maupun jumlah
sediaan/kekuatan sebagaimana ditampilkan pada gambar 8.
Gambar 8. Perkembangan Formularium Nasional
28
fasilitas kesehatan yang ada maka perlu dilakukan revisi
Formularium Nasional. Untuk itu pada tahun 2020 telah dimulai
persiapan revisi berupa penerimaan usulan melalui aplikasi e-
Fornas sejak 1 Maret – 15 Juni 2020 yang kemudian akan di
lakukan pembahasan dengan melibatkan tim Komnas
Penyusunan Fornas dan instansi terkait pada tahun 2021.
3) Penyusunan Revisi DOEN
Konsep obat esensial merupakan pendekatan yang telah
terbukti paling bermanfaat untuk menyediakan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Konsep ini diwujudkan
dengan penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), yang
memilih obat yang paling dibutuhkan dengan mempertimbangkan
ratio manfaat terhadap risiko maupun manfaat terhadap biaya.
Proses penyusunan DOEN 2021 telah dilakukan mulai dari
permintaan usulan sejak bulan Juni tahun 2020 dan penerimaan
usulan sampai dengan tanggal 14 Agustus 2020, dan telah
diterima usulan dari 16 instansi/organisasi profesi sebanyak 489
item zat aktif dalam 654 bentuk sediaan/kekuatan, dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Usulan DOEN
Jumlah Instansi Jumlah Usulan
No Nama Instansi Yang Yang
Obat Sediaan
dikirimkan mengirimkan
6 Instansi Pemerintah 10 2 9 15
29
Penyusunan DOEN 2021. Selanjutnya pada tahun 2021, akan
dilaksanakan rapat pembahasan hingga finalisasi DOEN 2021.
4) Pendampingan Tenaga Kesehatan dalam Kendali Biaya Obat
yang High Cost, High Risk, dan High Volume di Rumah Sakit
Vertikal
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya
peningkatan kapasitas SDM dalam kendali mutu dan kendali biaya
obat agar mampu melakukan pengendalian biaya obat untuk
menjamin sustainabilitas pelayanan kesehatan melalui
optimalisasi data pada Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
Pendampingan tenaga kesehatan ini dilakukan di 6 rumah sakit
yaitu:
a. RS Tipe A: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
b. RS Tipe B: RSUD Gambiran, RSUD Gunung Jati, RSUD
Provinsi NTB, RS Siloam
c. RS Tipe C: RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo
30
c. Pengolahan Data Evaluasi Penggunaan Obat di Rumah Sakit.
Sehubungan dengan adanya pandemi Covid-19 workshop
yang semula akan dilaksanakan secara tatap muka diubah
menjadi pertemuan daring (webinar).
6) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kendali Mutu dan Kendali Biaya
di Rumah Sakit
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya
penyusunan NSPK di bidang farmakoekonomi dalam rangka
efektifitas dan efisien penggunaan obat dan biaya pelayanan
kesehatan. Petunjuk Teknis tersebut disusun sesuai dengan
Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit dan Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit (SNARS).
Petunjuk teknis ini membahas rincian pelaksanaan
pengendalian biaya obat yang merupakan bagian dari upaya
kendali mutu dan biaya serta pemenuhan standar akreditasi rumah
sakit.
7) Penyusunan Pedoman Penilaian Farmakoekonomi dalam
Seleksi Obat
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya
penyusunan NSPK di bidang farmakoekonomi sebagai acuan
dalam melakukan analisis rasio manfaat biaya obat. Analisis
tersebut diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan alternatif terbaik dalam proses seleksi obat di era
Jaminan Kesehatan Nasional.
Pedoman ini telah disusun dengan merujuk pada pedoman
farmakoekonomi di 3 negara yaitu Inggris, Vietnam dan Thailand
sebagai benchmark. Pedoman ini dimaksudkan sebagai tools
dalam pengambilan keputusan mulai dari alur penilaian, proses
penilaian aspek farmakoekonomi dalam seleksi obat dan
rekomendasi hasil evaluasi.
31
b. Persentase Fasyankes Yang Melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian Sesuai Standar
Dalam mencapai sasaran meningkatnya pelaksanaan pelayanan
kefarmasian sesuai standar, Direktorat Pelayanan Kefarmasian
memiliki dua jenis indikator. Pada triwulan I-II, Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020 – 2024 belum selesai disusun,
sehingga indikator yang dipantau dalam pencapaian sasaran pada
triwulan I-II menggunakan indikator dari RPJMN Tahun 2020 – 2024
yaitu “Jumlah Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar” dengan target 3000 Fasyankes. Setelah memasuki
triwulan III, indikator sasaran yang dipantau dalam pemantauan
kinerja berubah berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan 2020 –
2024, yaitu menjadi “Persentase Fasyankes yang melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai standar” dengan target 50%.
32
Tujuan
I. Indikator RPJMN:
33
- Capaian tahun 2020 : 3.010 Fasyankes (data dukung
terlampir)
II. Indikator Renstra:
3010
= 𝑥100%
5935
= 50,72%
34
target tahun pertama Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 –
2024 (Gambar 9), menunjukkan upaya Direktorat Pelayanan
Kefarmasian telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target
akhir 70% pada tahun 2024. Fasyankes yang dipantau adalah
Puskesmas dan rumah sakit.
Gambar 9. Target Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian sesuai Standar pada Tahun 2020 – 2024
35
Gambar 10. Capaian Indikator Persentase Fasyankes yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar per Provinsi Tahun 2020
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
DI Yogyakarta
Papua
Banten
Sumatra Barat
Bengkulu
Bali
Lampung
DKI Jakarta
Maluku
Sumatra Selatan
Riau
Jambi
Kalimantan Barat
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
Jawa Barat
Jawa Tengah
Sumatra Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara
Papua Barat
Aceh
Jawa Timur
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Permasalahan:
36
4. Menyusun draft tools monitoring dan evaluasi pelayanan
kefarmasian.
Analisis Capaian:
Gambar 11. Perbandingan Persentase Capaian Indikator RPJMN, Renstra dan Realisasi Anggaran
Gambar 10. Perbandingan Persentase Capaian Indikator RPJMN,
Renstra dan Realisasi Anggaran
92.00%
100.33%
101.44%
Realisasi Anggaran
Persentase Capaian Indikator RPJMN
Persentase Capaian Indikator Renstra
37
apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di
rumah sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan tersebut
sesuai ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat, dan keamanannya dilaksanakan secara multidisiplin,
terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin
kendali mutu dan kendali biaya.
2) Penyusunan Standar dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian merupakan subsistem dari
pelayanan kesehatan di Fasyankes dalam mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, seperti yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, dan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Sebagai langkah untuk menyesuaikan dengan perkembangan
dunia kesehatan dan memerlukan skill tenaga kesehatan yang
mumpuni, maka perlu menyediakan berbagai acuan bagi apoteker.
Untuk itu perlu dilakukan penyusunan standar dan pedoman
pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan lain
seperti apotek, klinik, dan toko obat.
3) Pembinaan dan Pengawasan di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian
Sebagaimana sudah diketahui, fasilitas pelayanan
kefarmasian sebagian besar telah memiliki sarana dan prasarana
yang sesuai dengan fungsinya terutama yang menyangkut kualitas
produk serta jaminan keamanan petugas farmasi. Untuk
memastikan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kefarmasian telah memenuhi syarat, Direktorat Pelayanan
Kefarmasian mengadakan evaluasi atas kegiatan bimbingan dan
pengawasan pelayanan kefarmasian. Evaluasi tersebut
dilaksanakan dalam bentuk pertemuan. Dengan adanya kegiatan
ini diharapkan dapat diketahui kondisi pengelolaan obat di fasilitas
38
pelayanan kesehatan, sehingga dapat disusun rencana aksi
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang sesuai standar.
4) Pembekalan Apoteker dalam Penanggulangan Covid-19
Apoteker memiliki peran penting dalam penanganan Covid-
19 di fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan
kefarmasian yaitu pengelolaan obat, diantaranya adalah menjaga
ketersediaan obat, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), bahan
laboratorium dan Alat Pelindung Diri (APD), serta pelayanan
farmasi klinis agar obat yang diberikan sesuai dengan protokol
dengan mempertimbangkan aspek keamanan guna mencapai
outcome therapy. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka membekali
apoteker dengan pengetahuan terkini tentang pemanfaatan
teknologi sistem daring serta kebijakan dan tatalaksana terapi
pada pasien COVID-19 agar apoteker tetap dapat memberikan
pelayanan kefarmasian yang bermutu kepada pasien di masa
pandemi.
Kegiatan dilakukan secara daring dalam bentuk pertemuan
daring dan webinar yang terbagi dalam 2 (dua) seri. Adapun materi
yang diberikan antara lain:
a. Pelatihan Pengelolaan Pertemuan secara Daring (peserta 100
orang)
b. Webinar GeMa CerMat dalam Rangka Pembekalan Apoteker
dalam Penanggulangan Covid-19 dengan tema Pelayanan
Kefarmasian di Tengah Pandemi Seri-1 (peserta 2.630 orang)
• Menjamin Ketersediaan Obat Covid-19
• Tata Laksana Terapi Remdesivir, Favipiravir dan Obat
lainnya dalam Penanganan Covid-19
• Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian di Masa
Pandemi Covid-19
c. Webinar GeMa CerMat dalam Rangka Pembekalan Apoteker
dalam Penanggulangan Covid-19 dengan tema Pelayanan
Kefarmasian di Tengah Pandemi Seri-2 (peserta 3.110 orang)
39
• Kebijakan dan Upaya Pemerintah dalam Penanganan
Covid-19
• Pengembangan Vaksin Covid-19 di Indonesia
• Penggunaan Antibiotik di Era Pandemi Covid-19 dan
Adaptasi Kebiasaan Baru
5) Pembekalan Apoteker Agent of Change (AoC) dalam Rangka
Adaptasi Kebiasaan Baru
Pemerintah saat ini terus berupaya menangani pandemi
Covid-19 dengan dukungan dan peran serta stakeholder serta
masyarakat. Berbagai upaya kesehatan terus dilakukan dalam
bentuk prevent, detect, dan response agar jumlah kasus menurun,
kesembuhan meningkat dan kematian dapat dicegah. Oleh karena
itu, adaptasi kebiasaan baru dengan menerapkan protokol
kesehatan merupakan hal yang tak bisa ditawar lagi. Kegiatan ini
bertujuan agar apoteker dapat meningkatkan perannya di
masyarakat dalam memberikan informasi dan edukasi di situasi
pandemi, agar masyarakat diharapkan tetap produktif namun tetap
aman dari Covid -19.
Kegiatan dilakukan di 10 kabupaten/kota yang terbagi di
Provinsi Banten, Lampung, dan Jawa Barat dengan peserta
masing-masing 45 orang apoteker, perwakilan Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun materi
yang diberikan antara lain:
a. Optimalisasi Pelayanan Kefarmasian dalam Pelayanan
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Direktorat
Pelayanan Kefarmasian
b. Pemantauan dan Evaluasi Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian
c. Tools Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat dan Juknis Pengisian
oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian
40
d. Best Practice pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat oleh Master Agent of Change GeMa
CerMat
e. Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota, Puskesmas, PD-PC IAI dan
Apoteker Agent of Change
6) Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GeMa CerMat)
Kegiatan pertemuan evaluasi ini merupakan tindak lanjut
pembekalan dan sosialisasi GeMa CerMat sehingga diharapkan
dapat memaksimalkan peran apoteker dalam melakukan edukasi
pada masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui
capaian, upaya dan kendala yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota pada saat pelaksanaan GeMa CerMat.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan mulai dari komponen input,
proses, output dan outcome. Pada komponen input pemantauan
dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat dukungan terhadap
pelaksanaan GeMa CerMat dari sisi kebijakan, perencanaan
termasuk sumber penganggaran. Pada komponen proses
pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat
implementasi strategi pelaksanaan GeMa CerMat. Pada
komponen output pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk
menilai capaian terhadap target yang telah ditetapkan. Sedangkan
pada komponen outcome dimaksudkan untuk melihat perubahan
perilaku masyarakat mulai dari mendapatkan, menggunakan,
menyimpan dan membuang obat di rumah.
Kegiatan ini dilakukan secara daring meliputi pemberian
materi oleh narasumber dan diskusi interaktif. Penanggung jawab
kegiatan GeMa CerMat di provinsi/ kabupaten/kota memaparkan
hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan GeMa CerMat yang
memuat penjelasan tentang jumlah apoteker AoC, dukungan
41
Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program GeMa CerMat,
kegiatan inovasi, serta kendala/permasalahan dan solusi yang
dilakukan.
7) Penyusunan dan Publikasi Materi KIE POR dan GeMa CerMat
(Virtual Meeting)
Selain peresepan secara irrasional oleh tenaga kesehatan
dan kurangnya informasi penggunaan obat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan, penggunaan obat secara tidak tepat juga
dilakukan oleh masyarakat, baik kurangnya kepatuhan pasien
dalam menggunakan obat yang diresepkan maupun dalam
pengobatan sendiri (swamedikasi). Berdasarkan hal tersebut di
atas, untuk menyebarkan informasi, meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
tentang penggunaan obat rasional dan mengimbangi promosi
obat oleh produsen, perlu disediakan berbagai materi promosi
melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Hal ini
dilakukan dalam rangka sosialisasi tentang penggunaan obat
rasional kepada tenaga kesehatan dan masyarakat secara intensif
dan berkesinambungan.
Penyusunan dan Publikasi Materi KIE POR dan Gema
Cermat (Virtual Meeting) dilakukan secara daring dengan
mengundang pembahas dari Akademisi, Direktorat Promosi
Kesehatan, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,
organisasi profesi, Yayasan Orangtua Peduli, dan Direktorat
Pelayanan Kefarmasian. Sedangkan peserta merupakan
perwakilan dari Direkorat Pelayanan Kefarmasian, Setditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan, pengurus pusat
Organisasi Profesi Kesehatan, yang merupakan Tim Penyusun
Materi POR. Kegiatan ini menghasilkan materi KIE POR dan
GeMa CerMat yang dapat digunakan tenaga kesehatan sebagai
penyedia layanan kesehatan dan masyarakat sebagai obyek
42
pengobatan untuk mendapatkan informasi yang memadai.
Sehingga peningkatan penggunaan obat rasional, praktek
pengobatan yang aman (medication safety practice) dan
keselamatan pasien (patient safety) dapat tercapai.
8) Finalisasi Pedoman Dan Juknis Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GeMa CerMat)
Dalam rangka percepatan upaya peningkatan pengetahuan,
kesadaran, kepedulian, dan keterampilan masyarakat mengenai
penggunaan obat secara rasional, dilaksanakan program Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) yang
merupakan wadah penggerakan penggunaan obat rasional, CBIA
dan program terkait lain yang berkesinambungan dengan
melibatkan lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait.
Pelaksanaan GeMa CerMat yang dimulai dari advokasi,
sosialisasi, edukasi, penyebaran informasi hingga optimalisasi
peran tenaga kesehatan membutuhkan suatu pedoman sebagai
acuan yang dapat dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan
dalam melaksanakan GeMa CerMat.
Pelaksanaan Finalisasi Pedoman dan Juknis GeMa CerMat
dilaksanakan dengan metode daring (virtual meeting) dengan
mengundang Narasumber Pakar akademisi dan pembahas dari
Dinas Kesehatan Prov, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Master Agent
of Change GeMa CerMat dan praktisi. Peserta merupakan
perwakilan dari Direkorat Pelayanan Kefarmasian, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Apoteker
Praktisi, Organisasi Profesi, Master Agent of Change GeMa
CerMat. Kegiatan ini menghasilkan Pedoman Pelaksanaan
Program GeMa CerMat dan Tools Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan GeMa CerMat. Pedoman ini menjadi acuan dalam
pelaksanaan strategi GeMa CerMat secara terintegrasi mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya
sehingga upaya untuk mewujudkan kepedulian, kesadaran,
43
pemahaman dan kemampuan masyakarat dalam menggunakan
obat secara tepat dan benar dapat tercapai.
9) Optimalisasi Apoteker Agent of Change (AoC)
Sejak tahun 2016 – 2019 telah dilaksanakan kegiatan
pembinaan, sosialisasi, dan pembekalan bagi Apoteker Agent of
Change Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa
CerMat) di 219 kab/kota di 34 provinsi. Optimalisasi Peran
apoteker sebagai Agent of Change Gema Cermat merupakan
tindak lanjut kepada apoteker untuk memaksimalkan peran
apoteker dalam melakukan edukasi pada masyarakat. Peran
apoteker Agent of Change akan semakin kuat jika didukung oleh
kemampuan berkomunikasi. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan
kemampuan berkomunikasi bagi para apoteker AoC tersebut.
Kegiatan ini dilakukan secara daring dengan metode
pertemuan virtual sebanyak 3 (tiga) sesi dengan menggandeng
narasumber dan praktisi yang kompeten dalam bidangnya.
Peserta merupakan apoteker AoC GeMa CerMat yang telah
mengikuti pembekalan dan sosialisasi Gema Cermat sebelumnya
sebanyak 105 orang. Materi yang disampaikan diharapkan dapat
menunjang praktik pelayanan kefarmasian, antara lain:
a. Introduction and Interpersonal Skill Communication
b. Small Group Skill Communication and Negotiation
c. Public Speaking and Advocacy
C. REALISASI ANGGARAN
44
kegiatan sosialisasi normal baru, sehingga DIPA akhir Direktorat Pelayanan
Kefarmasian tahun 2019 sebesar Rp. 9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga
ratus tiga belas juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah).
1. Analisis Efisiensi e-Monev DJA
45
Gambar 13. Distribusi Pegawai per Subdit/Subbag
17%
30%
Subbag TU
17%
Subdit MKF
Subdit FE
19% Subdit SOA
17%
Subdit POR
7%
23% 8%
SMA
D3
S1-Apoteker
62% S2
46
a) BMN Intrakomptable
• Posisi awal (01 Januari 2020) : Rp. 7.428.584.020,-
• Penambahan : Rp. 194.500.000,-
• Pengurangan :-
• Posisi akhir (31 Desember 2020) : Rp. 7.623.084.020,-
b) BMN Ekstrakomptable
• Posisi awal (1 Januari 2020) : Rp. 1.640.000,-
• Penambahan :-
• Pengurangan :-
• Posisi akhir (31 Desember 2020) : Rp. 1.640.000,-
c) BMN Gabungan Intra dan Ekstra
• Posisi awal (1 Januari 2020) : Rp. 7.430.224.020,-
• Penambahan : Rp. 194.500.000,-
• Pengurangan :-
• Saldo akhir : Rp. 7.624.724.020,-
47
48
BAB IV. PENUTUP
Pelaksanaan pengukuran kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun
2020 dilakukan terhadap program kegiatan yang dilaksanakan selama tahun
anggaran 2020 yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan
Kefarmasian dan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2020 – 2024.
49
LAMPIRAN
1. Perjanjian Kinerja Direktur Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020
50
51
52
2. Rekapitulasi Data Indikator Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan
Obat sesuai Fornas
53
54
55
56
57
58
59
3. Contoh Hasil Pengumpulan Data Indikator melalui Google Form
60
4. Google Form dan Link Pelaporan Capaian Indikator Fasyankes yang
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar
No. Provinsi Pelaporan Rumah Sakit Rekap Rumah Sakit Pelaporan Puskesmas Rekap Puskesmas
61
5. Data Capaian Indikator Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian sesuai Standar menurut Provinsi Tahun 2020
62
6. Surat Penyampaian Laporan Capaian Indikator
63
64
65
66
7. Hasil Pengolahan Data Drug Utilitation (Du) 90% Pendampingan Tenaga
Kesehatan Dalam Kendali Biaya Obat Yang High Cost, High Risk, Dan High
Volume Di Rumah Sakit Vertikal
RAJAL RANAP
NAMA RS Prosentase
Nama Obat Pemakaian Nama Obat Prosentase
metformin 43.46% omeprazole 18.61%
methylprednisolone 35.66% methylprednisolone 10.23%
RSUPN Dr. Cipto lamotrigine 5.78% sulbactam 7.26%
Mangunkusumo fluocortolone 2.38% ibuprofen 7.05%
dienogest 1.75% lidocaine 5.91%
amlodipine 1.50% fluocortolone 5.81%
amlodipine 4.88%
ranitidine 4.46%
furosemide 3.91%
ketorolac 3.60%
acetylcysteine 3.54%
sodium chloride 3.46%
mefenamic acid 3.04%
cefixime 2.80%
metronidazole 2.77%
isopropamide 2.74%
67
8. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat
(GeMa CerMat)
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
68
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
69
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
GeMa CerMat
dengan PD IAI
Riau
8 Kepulauan Riau 112 1. Pembinaan Jejaring AoC Media informasi dan
edukasi (eVlog Lansia)
70
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
Sosialisasi tentang
Penggunaan Obat):
PKM
Pesanggrahan,
Jaksel
5. Mpok WARSY
(Manajemen
Pengelolaan Obat
Kombinasi Warning
Sistem): PKM Kec
Pasar Minggu,
Jakse
6. SILAS (Sistem
Pelabelan Dinamis):
PKM Cipayung,
Jaktim
12 Banten 165 4. Pendanaan kegiatan: APBN, 1. Pembentukan
APBD Kader GeLiat
5. Pembinaan jejaring AoC (Generasi Milenial
6. Fasilitasi media edukasi (media Peduli Obat)
cetak KIE, spot program di 2. Pembentukan
media elektronik) Kader Ibu Cermat
3. Program BINGO
(Berbagi Ilmu
tentang Obat)
13 Jawa Barat 1.248 1. SK Kadinkes Provinsi Jawa 1. Apoteker Bageur
Barat tentang Penetapan AoC (Apoteker Mapag
tingkat Pusat dari Provinsi Cageur) yang
Jawa Barat mendukung
2. Pendanaan kegiatan: APBN, Program Indonesia
APBD 1, APBD 2, IAI, Sehat
Perguruan Tinggi 2. Senam Sipinter
3. Pembinaan Jejaring AoC (silaturahmi pikeun
4. Fasilitasi media edukasi minterkeun
71
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
masyarakat tentang
obat)
3. Santunan apoteker
se Jabar
14 Jawa Timur 1.104 1. SK Bupati Lumajang tentang 1. Pengolahan data
Tim Program Cerdas statistik Pretest
Menggunakan Obat dan dan Postest
Pangan Aman Sehat di 2. Melakukan
Kabupaten Lumajang kerjasama dengan
2. Pendanaan kegiatan: APBN, Fakultas Farmasi
APBD 1, BOK Puskesmas Ubaya untuk
3. Pembinaan Jejaring AoC: Era petunjuk teknis
Pandemi ada jejaring group untuk membaca
Whatsapp petugas label dan kemasan
kabupaten/kota, apoteker obat
puskesmas sebagai AoC 3. Penulusuran
wajib dan Pelaporan kegiatan informasi obat
GeMa CerMat masuk dalam tablet tambah
desk Profil Kefarmasian di darah dalam
wilayah provinsi. rangka
4. Fasilitasi media edukasi mendukung
media cetak buku saku, program remaja
goodybag, stiker, leaflet, putri
media sosial. 4. Mendorong
apoteker
puskesmas untuk
mengikuti lomba
Nakes Teladan
dan memilih tema
inovasi GeMa
CerMat
5. Kerjasama dengan
ketua IAI kota
Surabaya/Fakultas
Farmasi Airlangga,
72
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
73
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
74
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
75
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
agar tidak
berlebihan.
2. Share kegiatan
melalui sosial
media/ facebook
group.
23 Kalimantan 79 1. Adanya dasar hukum 1. Pendidikan tentang
Tengah pelaksanaan GeMa CerMat obat terhadap
2. Pendanaan kegiatan: APBN, pasien melalui susi
APBD, BOK Puskesmas similikiti (sudut
farmasi-
komunikasi,
informasi edukasi di
etiket dan nomor
antri).
2. Cak Rambo
(Catatan Kecil
Rangkuman Berisi
Info Obat)
24 Kalimantan 145 1. Pendanaan Kegiatan dengan 1. Tersedianya leaflet
Selatan dana APBD dari apoteker AoC
2. Fasilitasi media edukasi (media di Puskesmas
cetak, KIE, spot program di 2. Adanya Pojok
media elektronik) Edukasi Obat di
Puskesmas
25 Sulawesi Utara 116 1. Advokasi ke pemda Talkshow di radio
Kabupaten/Kota dan dengan tema GeMa
melahirkan instruksi Walikota CerMat
tentang Pelaksanaan GeMa
CerMat
2. Pembinaan jejaring AoC
melalui diskusi dan evaluasi
sesama AoC dengan Dinas
Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota
76
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
77
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
GeMa CerMat
dengan dana BOK
29 Sulawesi Selatan 210 Pembinaan jejaring AoC di 16 Masih seputar metode
Kabupaten/Kota ceramah, interaktif dan
penggunaan panduan
Kemenkes
78
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC
79
9. Materi KIE POR dan GeMa CerMat
80