Anda di halaman 1dari 85

0

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan
Kefarmasian Tahun 2020 dapat diselesaikan dengan baik.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja instansi, Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 ini
adalah media pertanggungjawaban yang menggambarkan pencapaian kinerja atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan Kefarmasian selama tahun
2020. Sebagai tahun pertama pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020 – 2024 dan dalam situasi pandemi Covid-19 yang tidak
mudah, kami bersyukur kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tetap berjalan
optimal dengan segala penyesuaian yang dapat kami upayakan.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas Direktorat Pelayanan Kefarmasian
adalah hasil kerja keras dan peran serta seluruh pegawai, kerjasama lintas program
dan lintas sektor di lingkungan Kementerian Kesehatan serta dukungan dari provinsi
maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan para stakeholder. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak atas dukungan,
peran serta dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik.
Kami menyadari Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun
2020 ini masih jauh dari sempurna. Masukan berupa saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan Laporan Kinerja ini di masa
mendatang.
Akhir kata, semoga Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun
2020 ini dapat memberikan informasi dan manfaat dalam penyusunan kebijakan
dan perencanaan program dan kegiatan khususnya di lingkungan Direktorat
Pelayanan Kefarmasian, maupun bagi para stakeholder terkait.
Jakarta, Januari 2021
Direktur Pelayanan Kefarmasian

Dita Novianti SA, S.Si, Apt, MM


NIP. 197311231998032002

i
DAFTAR ISI

Ikhtisar Eksekutif _______________________________________________________ 1


BAB I. PENDAHULUAN _________________________________________________ 7
A. Latar Belakang .............................................................................................. 7
B. Maksud dan Tujuan ...................................................................................... 9
C. Tugas dan Fungsi Organisasi ....................................................................... 9
D. Struktur Organisasi ..................................................................................... 10
E. Sistematika ................................................................................................. 12
BAB II. PERENCANAAN KINERJA _______________________________________ 15
A. Perencanaan Kinerja .................................................................................. 15
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 .................................................................... 17
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA _______________________________________ 21
A. Tantangan dan Peluang .............................................................................. 21
B. Capaian Kinerja Organisasi ........................................................................ 21
C. Realisasi Anggaran ..................................................................................... 44
BAB IV. PENUTUP _____________________________________________________ 49
LAMPIRAN ___________________________________________________________ 50

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian atas Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (SAKIP) 2017 - 2019 ................................................................ 1
Tabel 2. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan
Kefarmasian Beserta Perubahannya pada Tahun 2020 .............................. 2
Tabel 3. Indikator Sasaran, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan
Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 – 2024 ............................................. 17
Tabel 4. Perubahan Indikator Sasaran Kegiatan dan Anggaran .............................. 19
Tabel 5. Persentase Penggunaan Obat Fornas di Rumah Sakit Per Kelas Rumah
Sakit .......................................................................................................... 27
Tabel 6. Rekapitulasi Usulan DOEN ....................................................................... 29
Tabel 7. Pencapaian Indikator RPJMN ................................................................... 34
Tabel 8. Pencapaian Indikator Renstra ................................................................... 35

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rapat Pembahasan CoE melalui Zoom .................................................. 3


Gambar 2. Pelaksanaan Webinar melalui Zoom ............................................................. 4
Gambar 3. Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian ............................ 12
Gambar 4. Revisi Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun
2020 ................................................................................................................... 18
Gambar 5. Target Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai
Fornas pada Tahun 2020 – 2024 ................................................................. 25
Gambar 6. Grafik Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit dengan
Penggunaan Obat sesuai Fornas Tahun 2020........................................... 25
Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran .. 26
Gambar 8. Perkembangan Formularium Nasional ........................................................ 28
Gambar 9. Target Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian sesuai Standar pada Tahun 2020 – 2024 ............................ 35
Gambar 10. Capaian Indikator Persentase Fasyankes yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar per Provinsi Tahun 2020 ......... 36
Gambar 11. Perbandingan Persentase Capaian Indikator RPJMN, Renstra dan
Realisasi Anggaran ......................................................................................... 37
Gambar 12. Hasil Penilaian e-Monev DJA ........................................................................ 45
Gambar 13. Distribusi Pegawai per Subdit/Subbag......................................................... 46
Gambar 14. Gambaran Keragaman Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 46

iv
IKHTISAR EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
mengamanatkan bahwa akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku
kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan
sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang disusun secara periodik.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan Kerja Direktorat Pelayanan
Kefarmasian bertahan dalam kategori AA.

Tabel 1. Penilaian atas Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) 2017 - 2019
No. Tahun Hasil Penilaian Kategori
1. 2017 96,71 AA
2. 2018 92,47 AA
3. 2019 94,69 AA

Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian disusun sebagai bentuk


pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka
mencapai tujuan atau sasaran strategis dan alat evaluasi atas pelaksanaan
kegiatan selama tahun 2020 yang merupakan tahun pertama dari pelaksanaan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan periode 2020 – 2024 yang tertuang
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang


Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024, sasaran hasil
(outcome) kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian adalah meningkatnya
rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas, dan meningkatnya
pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
Sebagai indikator keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan, ditetapkan dua
indikator sasaran. Pencapaian indikator sasaran kegiatan yang tertuang di dalam

1
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024, pada
tahun 2020 sebagai berikut:
1. Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas sebesar
71,50% atau mencapai 102,14% dari target

2. Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai


standar sebesar 50,72% atau mencapai 101,44% dari target

Pada awal tahun 2020, Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengelola


anggaran sebesar Rp. 24.952.647.000,- (Dua puluh empat milyar sembilan ratus
lima puluh dua juta enam ratus empat puluh tujuh ribu rupiah). Sehubungan dengan
terjadinya pandemi Covid-19 sejak bulan Maret, anggaran Direktorat Pelayanan
Kefarmasian mengalami beberapa kali perubahan, karena adanya efisiensi
anggaran untuk penanganan pandemi serta penambahan anggaran untuk
melaksanakan kegiatan kemitraan berupa sosialisasi kepada masyarakat terkait
kehidupan normal baru selama pandemi. Dari perubahan tersebut, DIPA akhir
Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun 2020 menjadi sebesar Rp.
9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga ratus tiga belas juta empat ratus tujuh puluh
enam ribu rupiah). Realisasi anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian sebesar
97,27% atau senilai Rp. 9.059.597.667,- (Sembilan milyar lima puluh sembilan juta
lima ratus sembilan puluh tujuh ribu enam ratus tujuh puluh tujuh rupiah).

Tabel 2. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Beserta Perubahannya pada Tahun 2020
No. Alokasi Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)
1 DIPA Awal 24.952.647.000
9.059.597.677 97,27%
2 DIPA Akhir 9.313.476.000
Sumber: Om SPAN
Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang komprehensif atas capaian kinerja organisasi dalam
menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan disusunnya laporan kinerja ini,
diharapkan pula dapat menjadi bahan evaluasi dalam menyusun strategi serta
upaya dalam mencapai sasaran selama periode Renstra Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024.

Selama tahun 2020, selain menjalankan program rutin, juga dilaksanakan


kegiatan unggulan sebagai berikut:

2
a. Pembentukan Center of Excellent Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit

Akreditasi merupakan pengakuan terhadap mutu pelayanan di rumah


sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa rumah sakit memenuhi standar
akreditasi, dimana pelayanan kefarmasian termasuk salah satu aspek yang
dinilai.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan
keselamatan pasien, terutama dalam pengelolaan obat dan pelayanan
farmasi klinik di rumah sakit, perlu adanya rumah sakit percontohan agar
dapat menjadi teladan bagi rumah sakit lain. Dengan latar belakang tersebut,
Direktorat Pelayanan Kefarmasian melaksanakan kegiatan Pembentukan
Centre of Excellent (CoE) Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Gambar 1. Rapat Pembahasan CoE melalui Zoom

b. Webinar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Puskesmas untuk


Provinsi/Kabupaten/Kota

Dalam rangka menjaga mutu pelayanan kefarmasian pada masa


pandemi, Direktorat Pelayanan Kefarmasian dalam salah satu kegiatannya

3
melaksanakan Webinar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit di Masa
Pandemi, yang diselenggarakan pada tanggal 11 November 2020.
Pertemuan ini dihadiri para tenaga kefarmasian yang bertugas dalam
bidang pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas
dan rumah sakit) dan kantor dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.
Peserta webinar berjumlah 1.091 orang yang mengikuti via zoom dan media
sosial Youtube. Berikut link live streaming Youtube acara webinar
https://www.youtube.com/channel/UC6Akl428kmJmyS0vZwZOspw.

Gambar 2. Pelaksanaan Webinar melalui Zoom

c. Workshop Surveilans Penggunaan Antimikroba

WHO telah mengembangkan Global Antimicrobial Resistance


Surveillance System (GLASS) sejak tahun 2015 untuk mendapatkan data
terkait resistensi antimikroba yang terstandar, valid, dan dapat dibandingkan
secara nasional dan global. Data tersebut selanjutnya dipergunakan untuk
menyusun advokasi dan program yang berbasis bukti. Pada tahun 2019
WHO mulai mengembangkan surveilans GLASS ke komponen Antimicrobial
Consumption (AMC) dan Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut
berpartisipasi dalam WHO GLASS-AMC untuk memonitor dan melaporkan
secara rutin penggunaan antimikroba dalam rangka pencegahan dan
pengendalian antimikroba. Mempertimbangkan ketersediaan data dan
metodologi yang memungkinkan untuk dilaksanakan dalam waktu dekat,

4
Indonesia akan fokus ke surveilans penggunaan antimikroba pada manusia
dari industri/distributor farmasi berupa data impor/produksi/ penjualan
antimikroba.
Workshop Surveilans Penggunaan Antimikroba dilakukan dalam rangka
sosialisasi, menyamakan persepsi dan metodologi pengambilan data dengan
mengundang narasumber dari WHO SEARO, Komite Pengendalian
Resistensi Antimikroba dan Direktur Produksi dan Distrbusi Kefarmasian,
serta mengundang peserta dari WHO Indonesia, Badan POM, unit terkait di
Kementerian Kesehatan, asosiasi dan organisasi kefarmasian, 31 industri
farmasi, dan 26 distributor farmasi. Materi yang disampaikan oleh
narasumber antara lain:
1. Tinjauan Rantai Pasok Obat Nasional
2. Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba Fokus
pada: Optimalisasi Penggunaan Antimikroba
3. How to Establish National AMC Surveillance Systems
4. Data Source for Antimicrobial Consumption
5. Global Context on AMR and AMU
6. Monitoring Antimicrobial Consumption at Country Level
7. GLASS AMC Data Submission to WHO

5
6
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga
merupakan periode pembangunan yang sangat penting dan strategis. Arah
kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2020 – 2024
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat.
Berdasarkan RPJMN 2020 – 2024 yang ditetapkan melalui Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020, Kementerian
Kesehatan menjabarkan visi Presiden di bidang kesehatan yaitu
menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan.
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk
penguatan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing
(khususnya di bidang farmasi dan alat kesehatan), Kementerian
Kesehatan telah menjabarkan Misi Presiden Tahun 2020-2024, sebagai
berikut:
1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi;
2) Menurunkan angka stunting pada balita;
3) Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional;
4) Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan
alat kesehatan dalam negeri.
Guna mewujudkan Misi Presiden dalam Bidang Kesehatan Tahun
2020-2024, Kementerian Kesehatan menetapkan 5 (lima) Tujuan
Strategis, yakni:
1) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan
siklus hidup
2) Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
3) Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan
pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat
4) Peningkatan sumber daya kesehatan

7
5) Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
inovatif
Dalam rangka mencapai 5 (lima) Tujuan Strategis Kementerian
Kesehatan tersebut di atas, ditetapkan 8 (delapan) Sasaran Strategis.
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mendukung Tujuan
Strategis ke empat, yaitu peningkatan sumber daya kesehatan, melalui
Sasaran Strategis: meningkatnya akses, kemandirian dan mutu
kefarmasian dan alat kesehatan. Kemudian dalam rangka mencapai hal
tersebut disusun beberapa strategi. Sebagai bagian dari Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, strategi terkait yang didukung
dengan pelaksanaan kegiatan peningkatan pelayanan kefarmasian
adalah:
a. Memastikan ketersediaan obat esensial dan vaksin di fasilitas
pelayanan kesehatan, terutama di puskesmas, dengan
melakukan pembinaan pengelolaan obat dan vaksin sesuai
standar di instalasi farmasi provinsi, kabupaten/kota dan
puskesmas;
b. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan
masyarakat, terutama untuk meningkatkan penggunaan obat
rasional dan alat kesehatan tepat guna di masyarakat serta
pemanfaatan kearifan lokal melalui Gerakan Bugar dengan Jamu
dan pemanfaatan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian merupakan
laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja Direktorat
Pelayanan Kefarmasian dalam mencapai Sasaran Strategis yang telah
tercantum didalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024.
Penyusunan laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.

8
Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran
sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan
dokumen perencanaan kinerja. Ikhtisar pencapaian sasaran tersebut
menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi,
realisasi pencapaian indikator sasaran kegiatan organisasi, penjelasan
atas pencapaian kinerja melalui kegiatan yang telah dilaksanakan dan
perbandingan capaian indikator sasaran dengan tahun berjalan terhadap
target kinerja yang telah direncanakan serta dipantau selama periode lima
tahunan yakni tahun 2020 – 2024.

B. Maksud dan Tujuan

Pada dasarnya Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian


Tahun 2020 menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Pelayanan
Kefarmasian selama tahun 2020 sebagai tolak ukur keberhasilan
organisasi. Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian disusun
dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan;
2. Penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang;
3. Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang;
4. Penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.

C. Tugas dan Fungsi Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Pelayanan Kefarmasian
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di 4 (empat) bidang pelayanan
kefarmasian antara lain:
1. bidang manajemen dan klinikal farmasi;
2. bidang analisis farmakoekonomi;
3. bidang seleksi obat dan alat kesehatan; dan
4. bidang penggunaan obat rasional;

9
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Direktorat Pelayanan
Kefarmasian menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan,
dan penggunaan obat rasional;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan,
dan penggunaan obat rasional;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi,
seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat
dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan
klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat
kesehatan, dan penggunaan obat rasional; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

D. Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, berdasarkan struktur


satuan kerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian dibagi menjadi:
1. Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi
Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi di bidang manajemen dan klinikal
farmasi. Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi terdiri atas:
a. Seksi Manajemen Farmasi
b. Seksi Klinikal Farmasi

10
2. Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi
Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi di bidang analisis farmakoekonomi obat
dan alat kesehatan. Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi terdiri
atas:
a. Seksi Analisis Farmakoekonomi Obat
b. Seksi Analisis Farmakoekonomi Alat Kesehatan

3. Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan


Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi di bidang seleksi obat dan alat
kesehatan. Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan terdiri atas:
a. Seksi Seleksi Obat
b. Seksi Seleksi Alat Kesehatan

4. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional


Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang penggunaan obat rasional. Subdirektorat
Penggunaan Obat Rasional terdiri atas:
a. Seksi Peningkatan Penggunaan Obat Rasional
b. Seksi Pemantauan Penggunaan Obat Rasional

5. Subbagian Tata Usaha


Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi
penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan
dan barang milik negara, evaluasi dan pelaporan, urusan

11
kepegawaian, tata laksana, kearsipan, dan tata persuratan, serta
kerumahtanggaan Direktorat.
Susunan Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian

E. Sistematika

Sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan


Kefarmasian adalah sebagai berikut:

Ikhtisar Eksekutif

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan


penekanan kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi
serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.

Bab II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun


yang bersangkutan.

12
Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja Organisasi


Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai
dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis
capaian kinerja.

B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan
dana dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan
untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja.

Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja


organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan
organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

Lampiran

13
14
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan


dan indikator sasaran berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang
telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Perencanaan kinerja disusun
sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara
sistematis, terarah dan terpadu. Kementerian Kesehatan telah menetapkan
8 (delapan) Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024 merupakan dokumen
negara yang berisi upaya-upaya pembangunan kesehatan yang dijabarkan
dalam bentuk program/kegiatan, indikator, target, sampai dengan kerangka
pendanaan dan kerangka regulasinya. Selanjutnya Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2020 – 2024 dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi
Program (RAP) di tingkat Eselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) di
tingkat Eselon II. Renstra Kementerian Kesehatan sebagai dasar
penyelenggaraan pembangunan kesehatan mengamanatkan Sasaran
Strategis kepada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
meningkatkan akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat
kesehatan. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran dimaksud
disusun tujuh strategi yang perlu dilakukan antara lain:
a. Memastikan ketersediaan obat esensial dan vaksin di fasilitas pelayanan
kesehatan, terutama di puskesmas, dengan melakukan pembinaan
pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar di instalasi farmasi provinsi,
kabupaten/kota dan puskesmas;
b. Menerapkan sistem data dan informasi pengelolaan logistik obat secara
terintegrasi antara sarana produksi, distribusi, dan pelayanan kesehatan;
c. Penguatan regulasi sistem pengawasan pre dan post market alat
kesehatan, melalui penilaian produk sebelum beredar, sampling dan
pengujian, inspeksi sarana produksi dan distribusi termasuk

15
pengawasan barang impor Border dan Post Border, dan penegakan
hukum;
d. Meningkatkan daya saing dan kemandirian industri farmasi dan alat
kesehatan dalam negeri, melalui penciptaan iklim ramah investasi,
optimalisasi hubungan kerjasama luar negeri, membangun sinergi
Academic-Bussiness-Government-Community-Innovator (A-B-G-C-I),
hilirisasi, serta fasilitasi pengembangan industri farmasi dan alat
kesehatan ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural, Active
Pharmaceutical Ingredients (API) kimia dan industri alat kesehatan
teknologi tinggi;
e. Mendorong tersedianya vaksin halal melalui penyusunan roadmap
vaksin halal;
f. Mendorong produksi alat kesehatan dalam negeri dengan
mengutamakan pemanfaatan komponen lokal serta penggunaan alat
kesehatan dalam negeri melalui promosi, advokasi, dan pengawasan
implementasi regulasi;
g. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan
masyarakat, terutama untuk meningkatkan penggunaan obat rasional
dan alat kesehatan tepat guna di masyarakat serta pemanfaatan
kearifan lokal melalui Gerakan Bugar dengan Jamu dan pemanfaatan
Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020


tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024,
sasaran kinerja kegiatan pada Direktorat Pelayanan Kefarmasian adalah:
1) Meningkatnya rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas;
2) Meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan Indikator
Sasaran Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian beserta target yang
harus dicapai. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020 – 2024, berikut Indikator Sasaran Kegiatan Peningkatan
Pelayanan Kefarmasian:

16
Tabel 3. Indikator Sasaran, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan
Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 – 2024

Target
Indikator Sasaran Definisi Operasional
2020 2021 2022 2023 2024
Persentase rumah Rumah sakit yang melayani 70% 75% 80% 85% 90%
sakit dengan pasien JKN menggunakan
penggunaan obat item obat sesuai ketentuan
sesuai FORNAS dalam Fornas ≥80%.
Persentase Fasilitas pelayanan 50% 55% 60% 65% 70%
fasyankes yang kesehatan dengan Apoteker
melaksanakan yang melakukan pengkajian
pelayanan dan pelayanan resep,
kefarmasian sesuai Pelayanan Informasi Obat
standar (PIO) dan konseling yang
terdokumentasi.

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020

Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan


penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi
yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai
dengan indikator sasaran. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen
penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah
atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta
sumber daya yang tersedia.
Perjanjian kinerja berisi tekad dalam rencana kinerja tahunan yang
dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima
amanah/tanggungjawab/kinerja dengan pihak yang memberikannya.
Perjanjian kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang diwujudkan oleh
seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya.
Di dalam perencanaan kinerja ditetapkan target kinerja tahun 2020
untuk seluruh indikator sasaran yang ada pada tingkat luaran dan kegiatan.
Pernyataan Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun 2020
menjadi komitmen bagi Direktorat Pelayanan Kefarmasian untuk
mencapainya pada tahun 2020.

17
Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami
perubahan, karena perubahan anggaran serta perubahan target kinerja.
Pada awal tahun 2020 sebelum adanya efisiensi anggaran karena pandemi
Covid-19, anggaran yang dikelola sebesar Rp. 24.952.647.000,- (Dua puluh
empat milyar sembilan ratus lima puluh dua juta enam ratus empat puluh
tujuh ribu rupiah).
Setelah memasuki triwulan III tahun 2020, anggaran yang dikelola telah
turun menjadi Rp. 9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga ratus tiga belas juta
empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah), dan target kinerja telah berubah
sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020 – 2024.

Gambar 4. Revisi Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020

18
Tabel 4. Perubahan Indikator Sasaran Kegiatan dan Anggaran

No Sasaran Kegiatan Indikator Sasaran Target

1 Meningkatnya rumah sakit Persentase rumah sakit 70%


dengan penggunaan obat sesuai dengan penggunaan obat
FORNAS sesuai FORNAS
2 Meningkatnya pelaksanaan Persentase fasyankes yang 50%
pelayanan kefarmasian sesuai melaksanakan pelayanan
standar kefarmasian sesuai standar
Kegiatan: Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Anggaran: Rp. 9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga ratus tiga belas juta
empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah)

19
20
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
A. TANTANGAN DAN PELUANG

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda dunia


sejak bulan Maret 2020, membuat seluruh negara mengalami krisis di bidang
kesehatan yang berdampak pada segala aspek kehidupan. Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi gerak dan interaksi manusia
untuk menekan laju penularan penyakit dan mencegah kolapsnya fasilitas
pelayanan kesehatan, mengakibatkan terhentinya roda perekonomian
bangsa.
Direktorat Pelayanan Kefarmasian sebagai entitas dalam Kementerian
Kesehatan, dituntut untuk ikut berperan dalam penanganan pandemi. Sesuai
tugas dan fungsi yang telah diberikan, salah satu peran Direktorat Pelayanan
Kefarmasian adalah menyiapkan tenaga apoteker dalam pelayanan
kesehatan selama era pandemi. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi,
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah menyelenggarakan beberapa
webinar untuk apoteker.
Sejalan dengan penanganan pandemi, Direktorat Pelayanan
Kefarmasian tetap berproses untuk mencapai sasaran kegiatan yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024.
Keterbatasan anggaran dan metode penyelenggaraan kegiatan tidak
menyurutkan upaya pencapaian indikator, justru melahirkan langkah-
langkah inovatif dalam mencapainya.

B. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran kinerja memberikan gambaran kepada pihak internal dan


eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra ataupun
Penetapan Kinerja, merupakan proses sistematis dan berkesinambungan
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Indikator merupakan

21
dokumen perencanaan kinerja yang diukur dalam pengukuran kinerja yaitu
dengan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar,
rencana, atau target yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan
untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang
berhasil dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian.
Dalam rangka menunjang kegiatan peningkatan pelayanan
kefarmasian, maka Direktorat Pelayanan Kefarmasian melakukan berbagai
aktivitas/kegiatan yang dapat menunjang pencapaian indikator sasaran yang
telah ditetapkan dalam dokumen Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2020 – 2024. Berikut ini akan diuraikan penjelasan tolak ukur kinerja dari
Direktorat Pelayanan Kefarmasian berdasarkan definisi operasional indikator
sasaran kegiatan sebagai berikut:
a. Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai
Fornas
Untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan yang bermutu
dalam pelaksanaan JKN, penggunaan obat oleh pelayanan kesehatan
hendaknya mengacu kepada Formularium Nasional. Selain dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengobatan, penggunaan obat
Formularium Nasional juga bertujuan untuk meningkatkan mutu
penggunaan obat karena obat dalam Formularium Nasional telah
diseleksi berdasarkan pertimbangan manfaat (efikasi), keamanan
(safety) berdasarkan bukti ilmiah terkini, dan dengan harga yang
terjangkau.

Sebagai bentuk nyata dukungan tersebut, dalam Kegiatan


Peningkatan Pelayanan Kefarmasian ditentukan indikator sasaran
“Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai Fornas”.
Pengukuran penerapan Fornas sesungguhnya telah dilakukan sejak
Pedoman Penerapan Fornas ditetapkan. Akan tetapi belum diketahui
seberapa banyak rumah sakit yang telah menggunakan obat sesuai
Fornas, sehingga belum ada data sandingan capaian tahun
sebelumnya untuk indikator tersebut.

22
Tujuan

Melalui penggunaan obat yang sesuai dengan Formularium


Nasional diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat yang rasional serta menjamin
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dalam rangka
menunjang keberhasilan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Dengan demikian tujuan pengukuran indikator adalah untuk
mengetahui persentase rumah sakit yang telah menggunakan obat
sesuai Fornas sebesar ≥ 80%.
Manfaat

1) Bagi Tenaga Kefarmasian


- Membantu pemantauan terapi obat di fasilitas kesehatan;
- Memudahkan tenaga kefarmasiaan dalam proses pengadaan
obat.
2) Bagi Rumah Sakit
- Mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada pasien;
- Menjadi acuan untuk perencanaan kebutuhan obat;
- Meningkatkan efisiensi anggaran pelayanan kesehatan;
- Mengendalikan biaya dan mutu pengobatan.
3) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi
- Turut berkontribusi dalam mendukung program kefarmasian dan
alat kesehatan;
- Meningkatkan penggunaan obat rasional pada pelayanan
kesehatan di tingkat kabupaten/kota/provinsi;
- Menetapkan penggunaan obat yang aman, berkhasiat, bermutu,
terjangkau, dan berbasis bukti ilmiah dalam JKN;
- Meningkatnya jumlah rumah sakit yang telah melaksanakan
kesesuaian obat dalam Fornas sehingga dapat menjadi indikator
keberhasilan pembinaan kesesuaian fornas di wilayah setempat.

23
Definisi Operasional

Rumah sakit menggunakan obat sesuai Fornas adalah rumah sakit


yang menggunakan obat sesuai Fornas ≥ 80 %.

Dalam hal ini sasaran indikator adalah rumah sakit yang melayani
pasien JKN, dan yang dimaksud dengan obat sesuai Fornas adalah
obat yang digunakan dengan mengacu pada Formularium Nasional
dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum didalamnya.

Dalam perhitungan capaian indikator maka ditetapkan terlebih dahulu


persentase kesesuaian Fornas pada rumah sakit yang melaporkan
dengan rumus sebagai berikut:

Rumus : Perhitungan % Kesesuaian obat


Jumlah Item Obat yang sesuai dengan Fornas di FKRTL
= 𝒙 100%
Jumlah Item Obat yang tersedia di FKRTL

314
= 𝑥100%
378

= 83,07%

Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

Rumus : Perhitungan % RS dengan penggunaan obat sesuai Fornas

Jumlah rumah sakit dengan persentase kesesuaian


𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐹𝑜𝑟𝑛𝑎𝑠 ≥ 80%
= 𝒙 100%
Jumlah rumah sakit yang dipantau

143
= 𝑥100%
200

= 71,50%

Kondisi yang Dicapai:

Capaian indikator persentase rumah sakit dengan penggunaan


obat sesuai Fornas tahun 2020 meningkat setiap triwulannya hingga
pada triwulan IV mencapai 71,50%, atau sebesar 102,14% dari target.
Capaian tahun 2020 yang memenuhi bahkan melebihi target tahun

24
pertama Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024
(Gambar 5), menunjukkan upaya Direktorat Pelayanan Kefarmasian
telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target akhir 90% pada
tahun 2024.
Gambar 5. Target Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai
Fornas pada Tahun 2020 – 2024

Gambar 6. Grafik Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit dengan


Penggunaan Obat sesuai Fornas Tahun 2020

25
Permasalahan:

1. Belum semua rumah sakit menerapkan SIM-RS dalam


pengambilan data obat sehingga masih adanya rumah sakit yang
terkendala dalam pengiriman laporan.
2. Masih terdapat klinisi/dokter yang belum memahami penerapan
penggunaan obat dalam Fornas.
3. Belum semua rumah sakit melaporkan Kesesuaian obat Fornas.

Upaya yang Telah Dilakukan:

Telah melakukan sosialisasi mekanisme pelaksanaan kajian


implementasi Fornas di rumah sakit melalui pengisian google form
penerapan Fornas dalam kegiatan Evaluasi Implementasi Fornas di
Rumah Sakit.

Analisis Capaian:
Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran

Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan


Realisasi Anggaran

98.04%

102.14%

Realisasi Anggaran Persentase Capaian Indikator

Dalam mewujudkan sasaran meningkatnya rumah sakit dengan


penggunaan obat sesuai Fornas, Direktorat Pelayanan Kefarmasian
mampu memenuhi target indikator, hingga mencapai 102,14% dari
target. Sumber daya anggaran yang digunakan untuk mencapai target
tersebut adalah 98,04% dari total anggaran yang tersedia.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan kinerja Direktorat

26
Pelayanan Kefarmasian telah cukup efektif dan efisien dalam
memenuhi target yang ditetapkan.
Kegiatan Pendukung Indikator:
1) Kajian Evaluasi Implementasi Formularium Nasional sebagai
Kendali Biaya di Rumah Sakit pada Era Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Tahun 2019
Kajian Evaluasi Implementasi Formularium Nasional sebagai
Kendali Biaya di Rumah Sakit pada Era Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Tahun 2019 dilakukan oleh pihak ketiga terhadap
251 Rumah Sakit, data terbanyak diperoleh dari Rumah Sakit
kelas C sejumlah 111 Rumah Sakit atau 44,2%.
Tabel 5. Persentase Penggunaan Obat Fornas di Rumah Sakit per Kelas
Rumah Sakit

Persentase
Rerata Jumlah Item
Rerata Jumlah Item Kesesuaian
Kelas RS Obat Sesuai
Obat (n total) dengan Fornas
Fornas (n)
(%)
Semua Kelas 351 463 75.8%
Rumah Sakit
A 466 660 70.6%
B 392 515 76.2%
C 335 436 76.8%
D 213 276 76.8%

Tabel diatas menampilkan, persentase kesesuaian Fornas


tertinggi adalah rumah sakit kelas C dan D sebesar 76.8%,
sedangkan persentase kesesuaian Fornas terendah pada rumah
sakit kelas A sebesar 70.6%. Tabel tersebut juga menggambarkan
pola persentase kesesuaian dengan Fornas semakin tinggi kelas
rumah sakit maka semakin rendah persentase kesesuaian dengan
Fornas.
2) Pengembangan Fornas sebagai Acuan dalam Penggunaan
Obat sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya pada Pelayanan
Kesehatan di Era JKN
Untuk menjamin tersedianya obat yang aman, berkhasiat dan
bermutu dalam penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan,

27
maka disusun Formularium Nasional. Sejak pertama diterbitkan
pada tahun 2013, Formularium Nasional telah mengalami
perkembangan baik dari segi jumlah item obat maupun jumlah
sediaan/kekuatan sebagaimana ditampilkan pada gambar 8.
Gambar 8. Perkembangan Formularium Nasional

Dalam upaya pengembangan Formularium Nasional,


pelaksanaan peninjauan Formularium Nasional tidak hanya
dilakukan dengan pelaksanaan proses revisi Formularium
Nasional secara menyeluruh setiap 2 (dua) tahun namun juga
dapat dilakukan secara berkala berdasarkan peninjauan
Formularium Nasional.
Pada tahun 2020 telah ditetapkan adendum Fornas sesuai
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/350/2020 tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/813/2019 tentang
Formularium Nasional, terkait perubahan restriksi pada obat
rituksimab dan peresepan maksimal pada obat mesna.
Dalam upaya untuk menyesuaikan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, juga untuk memberikan ruang perbaikan terhadap
isi Formularium Nasional, serta meningkatkan kepraktisan dalam
penggunaan dan penyerahan obat kepada pasien yang
disesuaikan dengan kompetensi tenaga Kesehatan dan tingkat

28
fasilitas kesehatan yang ada maka perlu dilakukan revisi
Formularium Nasional. Untuk itu pada tahun 2020 telah dimulai
persiapan revisi berupa penerimaan usulan melalui aplikasi e-
Fornas sejak 1 Maret – 15 Juni 2020 yang kemudian akan di
lakukan pembahasan dengan melibatkan tim Komnas
Penyusunan Fornas dan instansi terkait pada tahun 2021.
3) Penyusunan Revisi DOEN
Konsep obat esensial merupakan pendekatan yang telah
terbukti paling bermanfaat untuk menyediakan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Konsep ini diwujudkan
dengan penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), yang
memilih obat yang paling dibutuhkan dengan mempertimbangkan
ratio manfaat terhadap risiko maupun manfaat terhadap biaya.
Proses penyusunan DOEN 2021 telah dilakukan mulai dari
permintaan usulan sejak bulan Juni tahun 2020 dan penerimaan
usulan sampai dengan tanggal 14 Agustus 2020, dan telah
diterima usulan dari 16 instansi/organisasi profesi sebanyak 489
item zat aktif dalam 654 bentuk sediaan/kekuatan, dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Usulan DOEN
Jumlah Instansi Jumlah Usulan
No Nama Instansi Yang Yang
Obat Sediaan
dikirimkan mengirimkan

1 Dinas Kesehatan Provinsi 34 - - -

2 Dinas Kesehatan Kab/Kota 504 1 3 6

3 RS Pemerintah 337 2 128 153

4 RS Non Pemerintah 126 1 8 8

5 Perhimpunan/Organisasi 88 10 341 472

6 Instansi Pemerintah 10 2 9 15

Jumlah 1.099 16 489 654

Pada tahun 2020 telah dilaksanakan Rapat Persiapan dan


Rapat Perdana revisi DOEN 2019 bersama dengan Tim Komnas

29
Penyusunan DOEN 2021. Selanjutnya pada tahun 2021, akan
dilaksanakan rapat pembahasan hingga finalisasi DOEN 2021.
4) Pendampingan Tenaga Kesehatan dalam Kendali Biaya Obat
yang High Cost, High Risk, dan High Volume di Rumah Sakit
Vertikal
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya
peningkatan kapasitas SDM dalam kendali mutu dan kendali biaya
obat agar mampu melakukan pengendalian biaya obat untuk
menjamin sustainabilitas pelayanan kesehatan melalui
optimalisasi data pada Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
Pendampingan tenaga kesehatan ini dilakukan di 6 rumah sakit
yaitu:
a. RS Tipe A: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
b. RS Tipe B: RSUD Gambiran, RSUD Gunung Jati, RSUD
Provinsi NTB, RS Siloam
c. RS Tipe C: RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo

Hasil dari kegiatan ini adalah pola penggunaan obat yang


dinyatakan sebagai drug utilization (DU) 90 % di setiap rumah sakit
(Lampiran 7).
5) Workshop Analisis Penggunaan Obat di Rumah Sakit
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya
peningkatan kapasitas SDM khususnya di bidang farmakoekonomi
terutama dalam penyajian dan analisis data penggunaan obat
untuk mengetahui pola penggunaan obat dan tren penggunaan
obat serta biaya di rumah sakit. Workshop diikuti oleh 39 peserta
dari 3 Rumah Sakit Umum Pusat dan Rumah Sakit Umum Daerah
di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Lampung serta 1 Rumah
Sakit Swasta di wilayah Banten.
Materi yang disampaikan dalam workshop sebagai berikut:
a. Kebijakan Penerapan Analisis Farmakoekonomi dalam
Pelayanan Kefarmasian.
b. Evaluasi Penggunaan Obat di Fasilitas Kesehatan.

30
c. Pengolahan Data Evaluasi Penggunaan Obat di Rumah Sakit.
Sehubungan dengan adanya pandemi Covid-19 workshop
yang semula akan dilaksanakan secara tatap muka diubah
menjadi pertemuan daring (webinar).
6) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kendali Mutu dan Kendali Biaya
di Rumah Sakit
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya
penyusunan NSPK di bidang farmakoekonomi dalam rangka
efektifitas dan efisien penggunaan obat dan biaya pelayanan
kesehatan. Petunjuk Teknis tersebut disusun sesuai dengan
Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit dan Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit (SNARS).
Petunjuk teknis ini membahas rincian pelaksanaan
pengendalian biaya obat yang merupakan bagian dari upaya
kendali mutu dan biaya serta pemenuhan standar akreditasi rumah
sakit.
7) Penyusunan Pedoman Penilaian Farmakoekonomi dalam
Seleksi Obat
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya
penyusunan NSPK di bidang farmakoekonomi sebagai acuan
dalam melakukan analisis rasio manfaat biaya obat. Analisis
tersebut diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan alternatif terbaik dalam proses seleksi obat di era
Jaminan Kesehatan Nasional.
Pedoman ini telah disusun dengan merujuk pada pedoman
farmakoekonomi di 3 negara yaitu Inggris, Vietnam dan Thailand
sebagai benchmark. Pedoman ini dimaksudkan sebagai tools
dalam pengambilan keputusan mulai dari alur penilaian, proses
penilaian aspek farmakoekonomi dalam seleksi obat dan
rekomendasi hasil evaluasi.

31
b. Persentase Fasyankes Yang Melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian Sesuai Standar
Dalam mencapai sasaran meningkatnya pelaksanaan pelayanan
kefarmasian sesuai standar, Direktorat Pelayanan Kefarmasian
memiliki dua jenis indikator. Pada triwulan I-II, Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020 – 2024 belum selesai disusun,
sehingga indikator yang dipantau dalam pencapaian sasaran pada
triwulan I-II menggunakan indikator dari RPJMN Tahun 2020 – 2024
yaitu “Jumlah Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar” dengan target 3000 Fasyankes. Setelah memasuki
triwulan III, indikator sasaran yang dipantau dalam pemantauan
kinerja berubah berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan 2020 –
2024, yaitu menjadi “Persentase Fasyankes yang melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai standar” dengan target 50%.

Indikator “Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan


kefarmasian sesuai standar” sesungguhnya bukan indikator yang
benar-benar baru bagi Kegiatan Peningkatan Pelayanan
Kefarmasian. Pada RPJMN dan Renstra periode sebelumnya,
pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang sesuai standar telah
menjadi indikator yang diukur pada dua tipe fasilitas pelayanan
kesehatan, yaitu Puskesmas dan rumah sakit. Capaian masing-
masing pun cukup memuaskan, dimana pada Puskesmas capaiannya
sebesar 60,06% dari target 60%, dan pada rumah sakit capaiannya
sebesar 65,28% dari target 65%.

Menjawab tantangan perkembangan zaman akan tingginya


standar kualitas pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan
kesehatan, maka Direktorat Pelayanan Kefarmasian menambahkan
kriteria baru bagi Fasyankes yang pelayanan kefarmasiannya disebut
sesuai standar yaitu dengan adanya keberadaan apoteker sebagai
pelaksana pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu capaian pada
tahun 2020 tidak dapat dibandingkan dengan capaian periode
sebelumnya.

32
Tujuan

Mengetahui jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes)


dengan Apoteker (dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian) yang
melakukan pengkajian dan pelayanan resep, Pelayanan Informasi
Obat (PIO) dan konseling yang terdokumentasi.
Manfaat

1) Untuk Tenaga Kefarmasian


- Meningkatkan peran tenaga kefarmasian dalam pemberian
pelayanan kesehatan di Fasyankes.
- Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga
kefarmasian di Fasyankes.
2) Untuk Puskesmas dan Rumah Sakit
- Meningkatkan kinerja Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjut.
- Meningkatkan daya saing dalam komitmen peningkatan
pelayanan kesehatan.
3) Untuk Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
- Turut berkontribusi dalam mendukung program kefarmasian
dan alat kesehatan.
- Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan kesehatan di tingkat
provinsi/kabupaten/kota.
- Meningkatnya jumlah Puskesmas dan rumah sakit yang telah
melaksanakan pelayanan kefarmasian dapat menjadi indikator
keberhasilan pembinaan pelayanan kefarmasian di wilayah
setempat.
Perhitungan

I. Indikator RPJMN:

Jumlah Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian


sesuai standar, sebagai berikut:

- Target tahun 2020 : 3.000 Fasyankes

33
- Capaian tahun 2020 : 3.010 Fasyankes (data dukung
terlampir)
II. Indikator Renstra:

Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan


kefarmasian sesuai standar, sebagai berikut:

- Target tahun 2020 : 50,00%


- Capaian tahun 2020 : 50,72%

Jumlah Fasyankes yang melaksanakan


pelayanan kefarmasian sesuai standar
= 𝒙 100%
Jumlah Fasyankes yang dipantau

3010
= 𝑥100%
5935

= 50,72%

Kondisi yang dicapai:

Pada pemantauan kinerja triwulan I-II, capaian dipantau hanya


berdasarkan indikator RPJMN. Pada triwulan III-IV, pemantauan
kinerja berdasarkan indikator Renstra, namun pencapaian kinerja
pada triwulan III-IV juga tetap dapat dipantau berdasarkan indikator
RPJMN. Jika disandingkan dengan target pada indikator RPJMN,
capaian kinerja sebesar 100,33% dari target.

Tabel 7. Pencapaian Indikator RPJMN


Indikator RPJMN Target TW I TW II TW III TW IV
Jumlah Fasyankes yang
melaksanakan pelayanan 3.000 402 1.300 2.598 3.010
kefarmasian sesuai standar

Pada triwulan III-IV, pemantauan kinerja sudah mulai


menggunakan indikator sasaran berdasarkan Renstra Kementerian
Kesehatan 2020 – 2024 yaitu persentase Fasyankes yang
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar. Capaian
indikator sasaran kegiatan sebesar 50,72%, atau 101,44% dari target
tahun 2020. Capaian tahun 2020 yang memenuhi bahkan melebihi

34
target tahun pertama Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 –
2024 (Gambar 9), menunjukkan upaya Direktorat Pelayanan
Kefarmasian telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target
akhir 70% pada tahun 2024. Fasyankes yang dipantau adalah
Puskesmas dan rumah sakit.
Gambar 9. Target Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian sesuai Standar pada Tahun 2020 – 2024

Tabel 8. Pencapaian Indikator Renstra


Indikator Renstra Target TW I TW II TW III TW IV
Persentase Fasyankes yang
melaksanakan pelayanan 50% - - 43,23% 50,72%
kefarmasian sesuai standar

Grafik berikut (Gambar 10) adalah capaian indikator Renstra


Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian
sesuai Standar tahun 2020 dari Puskesmas dan rumah sakit dari 34
provinsi, dimana sebaran Puskesmas dan rumah sakit yang dipantau
belum optimal.

35
Gambar 10. Capaian Indikator Persentase Fasyankes yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar per Provinsi Tahun 2020

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

DI Yogyakarta

Papua
Banten
Sumatra Barat
Bengkulu

Bali
Lampung

DKI Jakarta

Nusa Tenggara Barat

Maluku
Sumatra Selatan

Riau

Jambi

Kalimantan Barat
Kepulauan Riau

Bangka Belitung

Jawa Barat
Jawa Tengah
Sumatra Utara

Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan

Sulawesi Utara
Kalimantan Utara

Nusa Tenggara Timur

Papua Barat
Aceh

Jawa Timur

Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah

Maluku Utara
Kalimantan Tengah

Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Permasalahan:

1. Belum semua Fasyankes memiliki tenaga kefarmasian khususnya


apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar.
2. Tenaga kefarmasian di Fasyankes jarang/tidak pernah
mendapatkan pelatihan pelayanan kefarmasian.
3. Belum semua Fasyankes melaporkan pelayanan kefarmasian.
Upaya yang telah dilakukan:

1. Membuat surat edaran pengumpulan data laporan capaian


indikator melalui format google form untuk Puskesmas dan rumah
sakit.
2. Sosialisasi dan pembinaan kepada dinas kesehatan provinsi dan
dinas kesehatan kabupaten/kota secara daring (webinar) dalam
kondisi pandemi Covid-19.
3. Melaksanakan pelatihan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
dan rumah sakit secara daring (webinar) dalam kondisi pandemi
Covid-19.

36
4. Menyusun draft tools monitoring dan evaluasi pelayanan
kefarmasian.
Analisis Capaian:
Gambar 11. Perbandingan Persentase Capaian Indikator RPJMN, Renstra dan Realisasi Anggaran
Gambar 10. Perbandingan Persentase Capaian Indikator RPJMN,
Renstra dan Realisasi Anggaran

92.00%

100.33%

101.44%

Realisasi Anggaran
Persentase Capaian Indikator RPJMN
Persentase Capaian Indikator Renstra

Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, sasaran


kegiatan meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai
standar diukur dengan dua jenis indikator, yaitu indikator RPJMN dan
indikator Renstra.
Apabila melihat persentase capaian indikator RPJMN yang
mencapai 100,33% dari target, dan indikator Renstra 101,44% dari
target, disandingkan dengan realisasi anggaran kegiatan pendukung
sebesar 92,00% dapat dikatakan kinerja Direktorat Pelayanan sudah
cukup efektif.

Kegiatan Pendukung Indikator:


1) Peningkatan Mutu Pelayanan Kefarmasian di Fasyankes
Pencapaian indikator pelayanan kefarmasian melalui
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di apotek, klinik dan
toko obat yang melaksanakan pelayanan kefarmasian harus
menyesuaikan dengan perkembangan dunia kesehatan dan
memerlukan pengetahuan sistem teknologi farmasi. Untuk itu,
maka apoteker harus dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian
yang komprehensif baik manajerial maupun farmasi klinik.

37
apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di
rumah sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan tersebut
sesuai ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat, dan keamanannya dilaksanakan secara multidisiplin,
terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin
kendali mutu dan kendali biaya.
2) Penyusunan Standar dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian merupakan subsistem dari
pelayanan kesehatan di Fasyankes dalam mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, seperti yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, dan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Sebagai langkah untuk menyesuaikan dengan perkembangan
dunia kesehatan dan memerlukan skill tenaga kesehatan yang
mumpuni, maka perlu menyediakan berbagai acuan bagi apoteker.
Untuk itu perlu dilakukan penyusunan standar dan pedoman
pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan lain
seperti apotek, klinik, dan toko obat.
3) Pembinaan dan Pengawasan di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian
Sebagaimana sudah diketahui, fasilitas pelayanan
kefarmasian sebagian besar telah memiliki sarana dan prasarana
yang sesuai dengan fungsinya terutama yang menyangkut kualitas
produk serta jaminan keamanan petugas farmasi. Untuk
memastikan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kefarmasian telah memenuhi syarat, Direktorat Pelayanan
Kefarmasian mengadakan evaluasi atas kegiatan bimbingan dan
pengawasan pelayanan kefarmasian. Evaluasi tersebut
dilaksanakan dalam bentuk pertemuan. Dengan adanya kegiatan
ini diharapkan dapat diketahui kondisi pengelolaan obat di fasilitas

38
pelayanan kesehatan, sehingga dapat disusun rencana aksi
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang sesuai standar.
4) Pembekalan Apoteker dalam Penanggulangan Covid-19
Apoteker memiliki peran penting dalam penanganan Covid-
19 di fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan
kefarmasian yaitu pengelolaan obat, diantaranya adalah menjaga
ketersediaan obat, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), bahan
laboratorium dan Alat Pelindung Diri (APD), serta pelayanan
farmasi klinis agar obat yang diberikan sesuai dengan protokol
dengan mempertimbangkan aspek keamanan guna mencapai
outcome therapy. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka membekali
apoteker dengan pengetahuan terkini tentang pemanfaatan
teknologi sistem daring serta kebijakan dan tatalaksana terapi
pada pasien COVID-19 agar apoteker tetap dapat memberikan
pelayanan kefarmasian yang bermutu kepada pasien di masa
pandemi.
Kegiatan dilakukan secara daring dalam bentuk pertemuan
daring dan webinar yang terbagi dalam 2 (dua) seri. Adapun materi
yang diberikan antara lain:
a. Pelatihan Pengelolaan Pertemuan secara Daring (peserta 100
orang)
b. Webinar GeMa CerMat dalam Rangka Pembekalan Apoteker
dalam Penanggulangan Covid-19 dengan tema Pelayanan
Kefarmasian di Tengah Pandemi Seri-1 (peserta 2.630 orang)
• Menjamin Ketersediaan Obat Covid-19
• Tata Laksana Terapi Remdesivir, Favipiravir dan Obat
lainnya dalam Penanganan Covid-19
• Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian di Masa
Pandemi Covid-19
c. Webinar GeMa CerMat dalam Rangka Pembekalan Apoteker
dalam Penanggulangan Covid-19 dengan tema Pelayanan
Kefarmasian di Tengah Pandemi Seri-2 (peserta 3.110 orang)

39
• Kebijakan dan Upaya Pemerintah dalam Penanganan
Covid-19
• Pengembangan Vaksin Covid-19 di Indonesia
• Penggunaan Antibiotik di Era Pandemi Covid-19 dan
Adaptasi Kebiasaan Baru
5) Pembekalan Apoteker Agent of Change (AoC) dalam Rangka
Adaptasi Kebiasaan Baru
Pemerintah saat ini terus berupaya menangani pandemi
Covid-19 dengan dukungan dan peran serta stakeholder serta
masyarakat. Berbagai upaya kesehatan terus dilakukan dalam
bentuk prevent, detect, dan response agar jumlah kasus menurun,
kesembuhan meningkat dan kematian dapat dicegah. Oleh karena
itu, adaptasi kebiasaan baru dengan menerapkan protokol
kesehatan merupakan hal yang tak bisa ditawar lagi. Kegiatan ini
bertujuan agar apoteker dapat meningkatkan perannya di
masyarakat dalam memberikan informasi dan edukasi di situasi
pandemi, agar masyarakat diharapkan tetap produktif namun tetap
aman dari Covid -19.
Kegiatan dilakukan di 10 kabupaten/kota yang terbagi di
Provinsi Banten, Lampung, dan Jawa Barat dengan peserta
masing-masing 45 orang apoteker, perwakilan Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun materi
yang diberikan antara lain:
a. Optimalisasi Pelayanan Kefarmasian dalam Pelayanan
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Direktorat
Pelayanan Kefarmasian
b. Pemantauan dan Evaluasi Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian
c. Tools Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat dan Juknis Pengisian
oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian

40
d. Best Practice pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat oleh Master Agent of Change GeMa
CerMat
e. Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota, Puskesmas, PD-PC IAI dan
Apoteker Agent of Change
6) Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GeMa CerMat)
Kegiatan pertemuan evaluasi ini merupakan tindak lanjut
pembekalan dan sosialisasi GeMa CerMat sehingga diharapkan
dapat memaksimalkan peran apoteker dalam melakukan edukasi
pada masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui
capaian, upaya dan kendala yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota pada saat pelaksanaan GeMa CerMat.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan mulai dari komponen input,
proses, output dan outcome. Pada komponen input pemantauan
dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat dukungan terhadap
pelaksanaan GeMa CerMat dari sisi kebijakan, perencanaan
termasuk sumber penganggaran. Pada komponen proses
pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat
implementasi strategi pelaksanaan GeMa CerMat. Pada
komponen output pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk
menilai capaian terhadap target yang telah ditetapkan. Sedangkan
pada komponen outcome dimaksudkan untuk melihat perubahan
perilaku masyarakat mulai dari mendapatkan, menggunakan,
menyimpan dan membuang obat di rumah.
Kegiatan ini dilakukan secara daring meliputi pemberian
materi oleh narasumber dan diskusi interaktif. Penanggung jawab
kegiatan GeMa CerMat di provinsi/ kabupaten/kota memaparkan
hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan GeMa CerMat yang
memuat penjelasan tentang jumlah apoteker AoC, dukungan

41
Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program GeMa CerMat,
kegiatan inovasi, serta kendala/permasalahan dan solusi yang
dilakukan.
7) Penyusunan dan Publikasi Materi KIE POR dan GeMa CerMat
(Virtual Meeting)
Selain peresepan secara irrasional oleh tenaga kesehatan
dan kurangnya informasi penggunaan obat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan, penggunaan obat secara tidak tepat juga
dilakukan oleh masyarakat, baik kurangnya kepatuhan pasien
dalam menggunakan obat yang diresepkan maupun dalam
pengobatan sendiri (swamedikasi). Berdasarkan hal tersebut di
atas, untuk menyebarkan informasi, meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
tentang penggunaan obat rasional dan mengimbangi promosi
obat oleh produsen, perlu disediakan berbagai materi promosi
melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Hal ini
dilakukan dalam rangka sosialisasi tentang penggunaan obat
rasional kepada tenaga kesehatan dan masyarakat secara intensif
dan berkesinambungan.
Penyusunan dan Publikasi Materi KIE POR dan Gema
Cermat (Virtual Meeting) dilakukan secara daring dengan
mengundang pembahas dari Akademisi, Direktorat Promosi
Kesehatan, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,
organisasi profesi, Yayasan Orangtua Peduli, dan Direktorat
Pelayanan Kefarmasian. Sedangkan peserta merupakan
perwakilan dari Direkorat Pelayanan Kefarmasian, Setditjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan, pengurus pusat
Organisasi Profesi Kesehatan, yang merupakan Tim Penyusun
Materi POR. Kegiatan ini menghasilkan materi KIE POR dan
GeMa CerMat yang dapat digunakan tenaga kesehatan sebagai
penyedia layanan kesehatan dan masyarakat sebagai obyek

42
pengobatan untuk mendapatkan informasi yang memadai.
Sehingga peningkatan penggunaan obat rasional, praktek
pengobatan yang aman (medication safety practice) dan
keselamatan pasien (patient safety) dapat tercapai.
8) Finalisasi Pedoman Dan Juknis Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GeMa CerMat)
Dalam rangka percepatan upaya peningkatan pengetahuan,
kesadaran, kepedulian, dan keterampilan masyarakat mengenai
penggunaan obat secara rasional, dilaksanakan program Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) yang
merupakan wadah penggerakan penggunaan obat rasional, CBIA
dan program terkait lain yang berkesinambungan dengan
melibatkan lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait.
Pelaksanaan GeMa CerMat yang dimulai dari advokasi,
sosialisasi, edukasi, penyebaran informasi hingga optimalisasi
peran tenaga kesehatan membutuhkan suatu pedoman sebagai
acuan yang dapat dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan
dalam melaksanakan GeMa CerMat.
Pelaksanaan Finalisasi Pedoman dan Juknis GeMa CerMat
dilaksanakan dengan metode daring (virtual meeting) dengan
mengundang Narasumber Pakar akademisi dan pembahas dari
Dinas Kesehatan Prov, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Master Agent
of Change GeMa CerMat dan praktisi. Peserta merupakan
perwakilan dari Direkorat Pelayanan Kefarmasian, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Apoteker
Praktisi, Organisasi Profesi, Master Agent of Change GeMa
CerMat. Kegiatan ini menghasilkan Pedoman Pelaksanaan
Program GeMa CerMat dan Tools Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan GeMa CerMat. Pedoman ini menjadi acuan dalam
pelaksanaan strategi GeMa CerMat secara terintegrasi mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya
sehingga upaya untuk mewujudkan kepedulian, kesadaran,

43
pemahaman dan kemampuan masyakarat dalam menggunakan
obat secara tepat dan benar dapat tercapai.
9) Optimalisasi Apoteker Agent of Change (AoC)
Sejak tahun 2016 – 2019 telah dilaksanakan kegiatan
pembinaan, sosialisasi, dan pembekalan bagi Apoteker Agent of
Change Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa
CerMat) di 219 kab/kota di 34 provinsi. Optimalisasi Peran
apoteker sebagai Agent of Change Gema Cermat merupakan
tindak lanjut kepada apoteker untuk memaksimalkan peran
apoteker dalam melakukan edukasi pada masyarakat. Peran
apoteker Agent of Change akan semakin kuat jika didukung oleh
kemampuan berkomunikasi. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan
kemampuan berkomunikasi bagi para apoteker AoC tersebut.
Kegiatan ini dilakukan secara daring dengan metode
pertemuan virtual sebanyak 3 (tiga) sesi dengan menggandeng
narasumber dan praktisi yang kompeten dalam bidangnya.
Peserta merupakan apoteker AoC GeMa CerMat yang telah
mengikuti pembekalan dan sosialisasi Gema Cermat sebelumnya
sebanyak 105 orang. Materi yang disampaikan diharapkan dapat
menunjang praktik pelayanan kefarmasian, antara lain:
a. Introduction and Interpersonal Skill Communication
b. Small Group Skill Communication and Negotiation
c. Public Speaking and Advocacy

C. REALISASI ANGGARAN

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Direktorat Pelayanan


Kefarmasian semula didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2020 dengan alokasi sebesar Rp.
24.952.647.000,- (Dua puluh empat milyar sembilan ratus lima puluh dua juta
enam ratus empat puluh tujuh ribu rupiah). Dalam pelaksanaan tahun
berjalan, anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami efisiensi
anggaran akibat pandemi Covid-19 serta penambahan anggaran untuk

44
kegiatan sosialisasi normal baru, sehingga DIPA akhir Direktorat Pelayanan
Kefarmasian tahun 2019 sebesar Rp. 9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga
ratus tiga belas juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah).
1. Analisis Efisiensi e-Monev DJA

Gambar 12. Hasil Penilaian e-Monev DJA

Berdasarkan penilaian efisiensi melalui e-Monev DJA, Direktorat


Pelayanan Kefarmasian mendapatkan nilai efisiensi 5,56%. Hal tersebut
menandakan bahwa dalam penggunaan anggaran untuk mencapai
target volume keluaran, Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah cukup
efisien. Dengan realisasi anggaran sebesar 97,27%, Direktorat
Pelayanan Kefarmasian mampu mencapai rata-rata capaian volume
keluaran 100,00%.

2. Analisis Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data hasil analisis beban kerja Direktorat Pelayanan


Kefarmasian, jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk menjalankan
tugas dan fungsi satuan kerja adalah sebanyak 110 orang. Jumlah total
pegawai aktif Direktorat Pelayanan Kefarmasian pada tahun 2020
sebanyak 51 orang. Dengan jumlah pegawai aktif yang kurang dari
hasil analisis beban kerja, Direktorat Pelayanan tetap mampu
menjalankan tugas dan fungsinya.
Distribusi pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian per
subdirektorat dan subbagian sebagai berikut:

45
Gambar 13. Distribusi Pegawai per Subdit/Subbag

17%
30%

Subbag TU
17%
Subdit MKF
Subdit FE
19% Subdit SOA
17%
Subdit POR

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, keragaman SDM Direktorat


Pelayanan Kefarmasian didominasi oleh lulusan S1-Apoteker (62%),
setelahnya S2 (23%), dan lainnya D3 (8%), SMA (7%).

Gambar 14. Gambaran Keragaman Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan

7%
23% 8%

SMA
D3
S1-Apoteker

62% S2

3. Sarana dan Prasarana


Laporan perkembangan Barang Milik Negara Tahun Anggaran 2020
sebagai berikut :

46
a) BMN Intrakomptable
• Posisi awal (01 Januari 2020) : Rp. 7.428.584.020,-
• Penambahan : Rp. 194.500.000,-
• Pengurangan :-
• Posisi akhir (31 Desember 2020) : Rp. 7.623.084.020,-
b) BMN Ekstrakomptable
• Posisi awal (1 Januari 2020) : Rp. 1.640.000,-
• Penambahan :-
• Pengurangan :-
• Posisi akhir (31 Desember 2020) : Rp. 1.640.000,-
c) BMN Gabungan Intra dan Ekstra
• Posisi awal (1 Januari 2020) : Rp. 7.430.224.020,-
• Penambahan : Rp. 194.500.000,-
• Pengurangan :-
• Saldo akhir : Rp. 7.624.724.020,-

47
48
BAB IV. PENUTUP
Pelaksanaan pengukuran kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun
2020 dilakukan terhadap program kegiatan yang dilaksanakan selama tahun
anggaran 2020 yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan
Kefarmasian dan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2020 – 2024.

Berdasarkan laporan ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa Direktorat


Pelayanan Kefarmasian telah mampu merealisasikan kegiatan yang merupakan
penjabaran dari Sasaran Kegiatan Pelayanan Kefarmasian, serta mampu mencapai
target kedua indikator sasaran.

Langkah-langkah strategis yang akan ditempuh Direktorat Pelayanan


Kefarmasian pada tahun 2021 untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada
antara lain:

1. Penguatan Center of Excellence;


2. Pembuatan aplikasi SiGece sebagai evaluasi program Gema Cermat;
3. Penyusunan Revisi Fornas 2019;
4. Pembahasan Teknis Usulan Obat berdasarkan Aspek Ratio Manfaat-Biaya
dalam rangka Kendali Mutu Kendali Biaya.

Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian dimanfaatkan untuk bahan


evaluasi kinerja direktorat, penyempurnaan dokumen perencanaan, pelaksanaan
program dan kegiatan dan penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan di
masa yang akan datang.

Sinergi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan peningkatan


pelayanan kefarmasian perlu ditingkatkan sehingga terjadi keselarasan dalam
mencapai akuntabilitas kinerja.

49
LAMPIRAN
1. Perjanjian Kinerja Direktur Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020

50
51
52
2. Rekapitulasi Data Indikator Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan
Obat sesuai Fornas

53
54
55
56
57
58
59
3. Contoh Hasil Pengumpulan Data Indikator melalui Google Form

60
4. Google Form dan Link Pelaporan Capaian Indikator Fasyankes yang
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar

Pelaporan Pelayanan Kefarmasian dan POR di Rumah Sakit dan Puskesmas


2020

No. Provinsi Pelaporan Rumah Sakit Rekap Rumah Sakit Pelaporan Puskesmas Rekap Puskesmas

1 Jawa Barat bit.ly/jabar-rs-2020 bit.ly/jabar-rekap-rs-2020


2 DKI Jakarta bit.ly/dki-rs-2020 bit.ly/dki-rekap-rs-2020
3 DI Yogyakarta bit.ly/diy-rs-2020 bit.ly/diy-rekap-rs-2020
4 Jawa Timur bit.ly/jatim-rs-2020 bit.ly/jatim-rekap-rs-2020
5 Jawa Tengah bit.ly/jateng-rs-2020 bit.ly/jateng-rekap-rs-2020
6 Banten bit.ly/banten-rs-2020 bit.ly/banten-rekap-rs-2020
7 Sumatera Utara bit.ly/sumut-rs-2020 bit.ly/sumut-rekap-rs-2020
8 Sumatera Selatan bit.ly/sumsel-rs-2020 bit.ly/sumsel-rekap-rs-2020
9 Sumatera Barat bit.ly/sumbar-rs-2020 bit.ly/sumbar-rekap-rs-2020
10 Riau bit.ly/riau-rs-2020 bit.ly/riau-rekap-rs-2020
11 Lampung bit.ly/lampung-rs-2020 bit.ly/lampung-rekap-rs-2020
12 Kepulauan Riau bit.ly/kepri-rs-2020 bit.ly/kepri-rekap-rs-2020
13 Jambi bit.ly/jambi-rs-2020 bit.ly/jambi-rekap-rs-2020
14 Bengkulu bit.ly/bengkulu-rs-2020 bit.ly/bengkulu-rekap-rs-2020
15 Bangka Belitung bit.ly/babel-rs-2020 bit.ly/babel-rekap-rs-2020
16 Aceh bit.ly/aceh-rs-2020 bit.ly/aceh-rekap-rs-2020
17 Kalimantan Utara bit.ly/kaltara-rs-2020 bit.ly/kaltara-rekap-rs-2020
bit.ly/laporan-puskesmas-2020 bit.ly/rekap-puskesmas-2020
18 Kalimantan Timur bit.ly/kaltim-rs-2020 bit.ly/kaltim-rekap-rs-2020
19 Kalimantan Tengah bit.ly/kalteng-rs-2020 bit.ly/kalteng-rekap-rs-2020
20 Kalimantan Selatan bit.ly/kalsel-rs-2020 bit.ly/kalsel-rekap-rs-2020
21 Kalimantan Barat bit.ly/kalbar-rs-2020 bit.ly/kalbar-rekap-rs-2020
22 Nusa Tenggara Timur bit.ly/ntt-rs-2020 bit.ly/ntt-rekap-rs-2020
23 Nusa Tenggara Barat bit.ly/ntb-rs-2020 bit.ly/ntb-rekap-rs-2020
24 Bali bit.ly/bali-rs-2020 bit.ly/bali-rekap-rs-2020
25 Sulawesi Utara bit.ly/sulut-rs-2020 bit.ly/sulut-rekap-rs-2020
26 Sulawesi Tenggara bit.ly/sultra-rs-2020 bit.ly/sultra-rekap-rs-2020
27 Sulawesi Tengah bit.ly/sulteng-rs-2020 bit.ly/sulteng-rekap-rs-2020
28 Sulawesi Selatan bit.ly/sulsel-rs-2020 bit.ly/sulsel-rekap-rs-2020
29 Sulawesi Barat bit.ly/sulbar-rs-2020 bit.ly/sulbar-rekap-rs-2020
30 Gorontalo bit.ly/gorontalo-rs-2020 bit.ly/gorontalo-rekap-rs-2020
31 Maluku Utara bit.ly/malut-rs-2020 bit.ly/malut-rekap-rs-2020
32 Maluku bit.ly/maluku-rs-2020 bit.ly/maluku-rekap-rs-2020
33 Papua Barat bit.ly/papuabarat-rs-2020 bit.ly/papuabarat-rekap-rs-2020
34 Papua bit.ly/papua-rs-2020 bit.ly/papua-rekap-rs-2020

61
5. Data Capaian Indikator Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian sesuai Standar menurut Provinsi Tahun 2020

62
6. Surat Penyampaian Laporan Capaian Indikator

63
64
65
66
7. Hasil Pengolahan Data Drug Utilitation (Du) 90% Pendampingan Tenaga
Kesehatan Dalam Kendali Biaya Obat Yang High Cost, High Risk, Dan High
Volume Di Rumah Sakit Vertikal
RAJAL RANAP
NAMA RS Prosentase
Nama Obat Pemakaian Nama Obat Prosentase
metformin 43.46% omeprazole 18.61%
methylprednisolone 35.66% methylprednisolone 10.23%
RSUPN Dr. Cipto lamotrigine 5.78% sulbactam 7.26%
Mangunkusumo fluocortolone 2.38% ibuprofen 7.05%
dienogest 1.75% lidocaine 5.91%
amlodipine 1.50% fluocortolone 5.81%
amlodipine 4.88%
ranitidine 4.46%
furosemide 3.91%
ketorolac 3.60%
acetylcysteine 3.54%
sodium chloride 3.46%
mefenamic acid 3.04%
cefixime 2.80%
metronidazole 2.77%
isopropamide 2.74%

folic acid 29.68% folic acid 16.32%


clopidogrel 8.77% methylprednisolone 8.78%
amlodipine 7.26% dexamethasone 7.78%
RSUD GAMBIRAN valsartan 6.18% domperidone 7.75%
acetylsalicylic acid 5.99% omeprazole 7.42%
domperidone 5.65% ketorolac 5.44%
furosemide 5.02% ranitidine 5.27%
candesartan 4.02% mefenamic acid 4.87%
methylprednisolone 3.87% clopidogrel 4.62%
lisinopril 3.81% ceftriaxone 4.46%
ranitidine 2.76% furosemide 3.71%
glimepiride 2.61% atorvastatin 3.53%
isosorbide dinitrate 2.56% mecobalamin 3.20%
spironolactone 2.08% sucralfate 3.05%
valsartan 2.99%

RSUD GUNUNG JATI folic acid 17.09% folic acid 22.03%


candesartan 16.77% ibuprofen 19.16%
ibuprofen 14.35% omeprazole 7.58%
amlodipine 14.20% ketorolac 6.32%
clotrimazole 5.60% megestrol 5.75%
clopidogrel 4.84% methylprednisolone 5.49%
acarbose 3.10% ranitidine 5.19%
acetylsalicylic acid 3.00% amlodipine 3.75%
ranitidine 2.65% candesartan 3.41%
lansoprazole 2.37% ondansetron 2.47%
bisoprolol 2.16% piracetam 2.43%

67
8. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat
(GeMa CerMat)

JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

1 Nanggroe Aceh 207 1. Pembinaan Jejaring AoC 1. KIE ke SMK Citra


Darussalam 2. Sosialisasi GeMa CerMat 2. KIE Prolanis
dengan dana APBD
2 Sumatera Utara 375 1. Pendanaan kegiatan GeMa Kab Asahan membuat
CerMat: APBN, APBD, BOK game Roda Putar
2. Pembinaan jejaring AoC untuk memberikan
3. Fasilitasi media edukasi (media pertanyaan kepada
cetak, brosur, leaflet) masyarakat terkait
GeMa CerMat

3 Sumatera Barat 291 1. Pendanaan kegiatan APBN, 1. Sosialisasi ke


APBD, BOK sekolah-sekolah
2. Pembinaan jejaring AoC 2. Memberdayakan
3. Penyediaan media edukasi Saka Bhakti Husada
(poster, leaflet, brosur, stiker) 3. Penyampaian
materi di arisan RT
4 Jambi 283 1. Pendanaan kegiatan dengan 1. Simeticon: simulasi
dana dekonsentrasi, APBD. efektif tingkatkan
2. Pembinaan jejaring AoC kapan waktu minum
bekerja sama dengan PD IAI obat yang benar
Jambi 2. Pyrantel pamoat:
3. Fasilitasi media edukasi peduli masyarakat
disiplin terampil dan
pintar
menggunakan obat
3. Aplikasi SOBAT:
Aplikasi Sahabat
Obat
4. Klinik Teletubies
untuk pasien TB

68
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

5 Bengkulu 83 1. Pendanaan kegiatan: APBN, 1. Melaksanakan


APBD GeMa CerMat
2. Pembinaan jejaring AoC tingkat Posyandu
3. Fasilitasi media edukasi (media 2. Pemilihan kader
cetak KIE, spot program di GeMa CerMat
media elektronik) tingkat Puskesmas
3. Pemilihan inovasi
terbaik
6 Bangka Belitung 177 1. Pendanaan kegiatan: APBN, 1. Sosialisasi GeMa
APBD CerMat ke sekolah
2. Pembinaan jejaring AoC 2. Sosialisasi GeMa
3. Fasilitasi media edukasi (media CerMat dengan
cetak KIE, spot program di Calon Jemaah Haji
media elektronik) 3. Sosialisasi GeMa
CerMat melalui
radio
7 Riau 320 1. Pendanaan kegiatan: APBN, 1. Sosialisasi GeMa
APBD CerMat kepada
2. Pembinaan jejaring AoC siswa SMU/SMK
3. Fasilitasi media edukasi (media 2. Pemilihan
cetak KIE, spot program di Apoteker Agent of
media elektronik) Change terbaik di
provinsi Riau
3. Dialog Khusus
GeMa CerMat dan
Dagusibu serta
Penggunaan
Antibiotik di Riau
4. Sosialisasi GeMa
CerMat di stand
Pameran
Rakerkesda
Provinsi Riau
5. Apoteker Door to
Door Sosialisasi

69
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

GeMa CerMat
dengan PD IAI
Riau
8 Kepulauan Riau 112 1. Pembinaan Jejaring AoC Media informasi dan
edukasi (eVlog Lansia)

9 Sumatera Selatan 114 1. Pendanaan kegiatan: APBN, Fasilitasi media


APBD edukasi (media cetak
2. Pembinaan jejaring AoC KIE, spot program di
3. Fasilitasi media edukasi (media media elektronik)
cetak KIE, spot program di
media elektronik)
10 Lampung 121 1. Memfasilitasi kegiatan GeMa 1. Publikasi melalui
CerMat melalui dana siaran radio
Dekonsentrasi 2. Pertemuan GeMa
2. Sosialisasi GeMa CerMat CerMat di
melalui radio Puskesmas
3. Dana alokasi BOK untuk 3. Edukasi siswa SD
kegiatan GeMa CerMat melalui Apoteker
4. Monitoring dan evaluasi Cilik
pelaksanaan kegiatan melalui 4. Senam bersama
laporan ke DInkes dengan penyebaran
Kabupaten/Kota informasi
11 DKI 111 1. Pendanaan kegiatan: APBN, 1. GKM Tablet : Kec
APBD Cakung dan Jatim
2. Pembinaan jejaring AoC 2. SINOAT (Sistem
(laporan rutin kegiatan dan per Pemantauan OAT):
triwulan PKM Cengkareng,
3. Fasilitasi media edukasi (media Jakbar
cetak KIE, spot program di 3. SOBAT (stiker
media elektronik) obat): PKM
Cengkareng, Jakbar
4. Bu JARWO (Buku
Bantu Interaktif
melakukan

70
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

Sosialisasi tentang
Penggunaan Obat):
PKM
Pesanggrahan,
Jaksel
5. Mpok WARSY
(Manajemen
Pengelolaan Obat
Kombinasi Warning
Sistem): PKM Kec
Pasar Minggu,
Jakse
6. SILAS (Sistem
Pelabelan Dinamis):
PKM Cipayung,
Jaktim
12 Banten 165 4. Pendanaan kegiatan: APBN, 1. Pembentukan
APBD Kader GeLiat
5. Pembinaan jejaring AoC (Generasi Milenial
6. Fasilitasi media edukasi (media Peduli Obat)
cetak KIE, spot program di 2. Pembentukan
media elektronik) Kader Ibu Cermat
3. Program BINGO
(Berbagi Ilmu
tentang Obat)
13 Jawa Barat 1.248 1. SK Kadinkes Provinsi Jawa 1. Apoteker Bageur
Barat tentang Penetapan AoC (Apoteker Mapag
tingkat Pusat dari Provinsi Cageur) yang
Jawa Barat mendukung
2. Pendanaan kegiatan: APBN, Program Indonesia
APBD 1, APBD 2, IAI, Sehat
Perguruan Tinggi 2. Senam Sipinter
3. Pembinaan Jejaring AoC (silaturahmi pikeun
4. Fasilitasi media edukasi minterkeun

71
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

masyarakat tentang
obat)
3. Santunan apoteker
se Jabar
14 Jawa Timur 1.104 1. SK Bupati Lumajang tentang 1. Pengolahan data
Tim Program Cerdas statistik Pretest
Menggunakan Obat dan dan Postest
Pangan Aman Sehat di 2. Melakukan
Kabupaten Lumajang kerjasama dengan
2. Pendanaan kegiatan: APBN, Fakultas Farmasi
APBD 1, BOK Puskesmas Ubaya untuk
3. Pembinaan Jejaring AoC: Era petunjuk teknis
Pandemi ada jejaring group untuk membaca
Whatsapp petugas label dan kemasan
kabupaten/kota, apoteker obat
puskesmas sebagai AoC 3. Penulusuran
wajib dan Pelaporan kegiatan informasi obat
GeMa CerMat masuk dalam tablet tambah
desk Profil Kefarmasian di darah dalam
wilayah provinsi. rangka
4. Fasilitasi media edukasi mendukung
media cetak buku saku, program remaja
goodybag, stiker, leaflet, putri
media sosial. 4. Mendorong
apoteker
puskesmas untuk
mengikuti lomba
Nakes Teladan
dan memilih tema
inovasi GeMa
CerMat
5. Kerjasama dengan
ketua IAI kota
Surabaya/Fakultas
Farmasi Airlangga,

72
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

DInkes Kota Kediri


dengan materi Ular
Tangga.
6. Koordinasi
kefarmasian
melalui GeMa
CerMat dengan
ormas.
7. Pembuatan Buku
Saku “Menjadi
Apoteker Cilik di
era New Normal,
program apoteker
cilik.
8. Pembuatan buku
saku GeMa
CerMat
9. Lomba inovasi
kegiatan GeMa
CerMat dan
Pangan Sehat
10. Menggunakan
permainan ular
tangga dan boneka
tangan,
15 Jawa Tengah 747 1. Pelaksanaan kegiatan GeMa Edukasi masyarakat
CerMat dengan melalui media cetak,
menggunakan dana APBN, program Promkes
APBD misalnya radio dan TV.
2. Pembinaan jejaring AoC
16 DI Yogyakarta 112 1. Pelaksanaan kegiatan GeMa 1. Penyusunan
CerMat dengan Perbup/ perwal di
menggunakan dana APBN, kabupaten/kota
APBD 2. Penilaian teladan
2. Pembinaan jejaring AoC Apoteker AoC

73
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

3. Fasilitasi media edukasi


(media cetak KIE, spot
program di media elektronik)
17 Bali 130 1. SK Bupati dan SK Kadinkes 1. Kegiatan Sosialisasi
Kab/Kota tentang Penetapan GeMa CerMat di SD
AoC 1 dan SD 2 Penebel
2. Pendanaan kegiatan: APBN, dalam rangka
APBD, Dana BOK “World Pharmay
3. Pembinaan jejaring AoC Day”
4. Fasilitasi media edukasi (media 2. Kegiatan Sosialisasi
cetak KIE, spot program di di SMP 1 Penebel
media elektronik misalnya 3. Kegiatan Sosialisasi
radio) Dagusibu pada
Kelompok Lansia di
Desa Tunjuk,
Tabanan
18 Nusa Tenggara 225 1. GeMa CerMat sebagai salah 1. Sosialisasi melalui
Barat satu program Smart City Kota RRI Mataram
Mataram yang mendapat 2. Kampanye melalui
pembiayaan dari APBD. Media Sosial
2. Pemberian penghargaan 3. Kolaborasi dengan
gubernur kepada Master AoC Saka Bhakti Husada
yang aktif.
3. Pembiayaan kegiatan melalui
BOK.
4. Kabupaten Lombok Tengah
melakukan uji coba kuisioner
pemantauan kepatuhan.
5. Perjanjian Kerjasama Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan dan PD IAI
NTB dalam kegiatan
“Pharmacist Goes to School”

74
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

19 Nusa Tenggara 232 1. Bersama Organisasi Profesi 1. Menciptakan Lagu


Timur Kefarmasian melaksanakan “Lima O” ciptaan Apt
Program Peningkatan Erika Rengga
Kompetensi dan 2. Kegiatan Edukasi
Profesionalisme poteler Belajar mengenal
2. Pemberdayaan masyarakat Profesi Apoteker dan
melalui Apoteker AoC Label Obat
3. Program Apoteker Cilik dan 3. Penyuluhan
Apoteker Mengajar menggunakan
4. Melakukan Koordinasi dengan bahasa daerah
Pemerintah Derah terkait
penganggaran program GeMa
CerMat
20 Kalimantan Utara 79 1. Pendanaan kegiatan: APBN, Edukasi GeMa CerMat
APBD, BOK Puskesmas dengan dana APBN
2. Fasilitasi media edukasi (media
cetak KIE, spot program di
media elektronik misalnya
radio).
21 Kalimantan Timur 171 3. Adanya dasar hukum 1. Membentuk Ratri
pelaksanaan GeMa CerMat TTD (Duta Remaja
4. Pendanaan kegiatan: APBN, Putri Tablet Tambah
APBD, BOK Puskesmas Darah)
5. Fasilitasi media edukasi (media 2. Keratri TTD (Kelas
cetak KIE, spot program di Remaja Putri Tablet
media elektronik misalnya Tambah Darah)
radio).
22 Kalimantan Barat 105 1. Pendanaan kegiatan: APBN, 1. Membuat tulisan/
APBD, BOK Puskesmas pesan singkat di
2. Fasilitasi media edukasi (media group informasi
cetak KIE, spot program di tentang
media elektronik misalnya penggunaan obat/
radio). multivitamin pada
masa COVID-19

75
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

agar tidak
berlebihan.
2. Share kegiatan
melalui sosial
media/ facebook
group.
23 Kalimantan 79 1. Adanya dasar hukum 1. Pendidikan tentang
Tengah pelaksanaan GeMa CerMat obat terhadap
2. Pendanaan kegiatan: APBN, pasien melalui susi
APBD, BOK Puskesmas similikiti (sudut
farmasi-
komunikasi,
informasi edukasi di
etiket dan nomor
antri).
2. Cak Rambo
(Catatan Kecil
Rangkuman Berisi
Info Obat)
24 Kalimantan 145 1. Pendanaan Kegiatan dengan 1. Tersedianya leaflet
Selatan dana APBD dari apoteker AoC
2. Fasilitasi media edukasi (media di Puskesmas
cetak, KIE, spot program di 2. Adanya Pojok
media elektronik) Edukasi Obat di
Puskesmas
25 Sulawesi Utara 116 1. Advokasi ke pemda Talkshow di radio
Kabupaten/Kota dan dengan tema GeMa
melahirkan instruksi Walikota CerMat
tentang Pelaksanaan GeMa
CerMat
2. Pembinaan jejaring AoC
melalui diskusi dan evaluasi
sesama AoC dengan Dinas
Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota

76
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

26 Gorontalo 103 1. Pendanaan kegiatan: Dekon Wawancara di Radio


Farmalkes, APBD tentang GeMa CerMat
2. Pembinaan jejaring AoC
3. Fasilitas Media Edukasi
27 Sulawesi Barat 38 1. Pendanaan kegiatan: Dekon 1. Pembentukan kader
Farmalkes, APBD Makappa
2. Pembinaan jejaring AoC (manarang
3. Fasilitas Media Edukasi (media mappake paoli)
cetak/KIE/ Youtube dan radio) 2. Video jingle GeMa
CerMat oleh AoC
kab Polewali
Mandar
3. Lagu Penggunaan
Antibiotik oleh PC
IAI Polewali
Mandar.
28 Sulawesi Tengah 207 1. Pelaksanaan kegiatan GeMa 1. Menyusun MoU
CerMat dengan menggunakan dengan Dinas
dana APBN, APBD Pendidikan untuk
2. Pembinaan jejaring AoC mencetak 3 seri
3. Fasilitasi media edukasi (media buku anak
cetak KIE, spot program di 2. Live TVRI setiap
media elektronik) bulan
3. Live Radio Swasta
secara rutin
4. Edukasi di Pustu
tentang
pengelolaan obat
5. Pengenalan Obat
ke siswa SD
dengan metode
semi kolase
6. Melaksanakan
kegiatan sosialisasi

77
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

GeMa CerMat
dengan dana BOK
29 Sulawesi Selatan 210 Pembinaan jejaring AoC di 16 Masih seputar metode
Kabupaten/Kota ceramah, interaktif dan
penggunaan panduan
Kemenkes

30 Sulawesi 148 1. Pendanaan kegiatan 1. Pembentukan


Tenggara bersumber dari APBN Dusun Sadar
Dekonsentrasi dan APBD. Antibiotik di
2. Pembinaan jejaring AoC Kabupaten Konawe.
3. Fasiltasi Media Edukasi 2. Sosialisasi GeMa
dengan RRI dan TVRI CerMat di RRI
3. Pemberian
informasi dan
Konseling di
Posyandu Lansia
dan Posbindu Desa
31 Maluku 142 1. Pelaksanaan kegiatan GeMa Sosialisasi GeMa
CerMat dengan menggunakan CerMat kepada kadaer
dana APBN, APBD Posyandu, Ibu PKK,
2. Sosialisasi GeMa CerMat Lansia, tempat ibadah
kepada Kader Puskesmas
3. Sosialisasi GeMa CerMat
kepada sekolah dan tempat
ibadah
4. Fasilitasi media edukasi (media
cetak KIE, spot program di
media elektronik

32 Maluku Utara 70 Melakukan edukasi


kepada masyarakat
tentang “Lima O”

33 Papua Tidak hadir

78
JUMLAH
NO PROVINSI APOTEKER DUKUNGAN DINKES KEGIATAN INOVASI
AOC

34 Papua Barat Tidak hadir

79
9. Materi KIE POR dan GeMa CerMat

80

Anda mungkin juga menyukai