KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK)
Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019 dapat diselesaikan dengan baik.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja instansi, LAK Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019 ini adalah
media pertanggungjawaban yang menggambarkan pencapaian kinerja atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan Kefarmasian selama tahun
2019 sekaligus evaluasi akhir dalam mencapai tujuan dan sasaran terhadap target
yang telah ditentukan dalam perubahan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2017-2019.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas Direktorat Pelayanan Kefarmasian
adalah hasil kerja keras dan peran serta seluruh pegawai, kerjasama lintas program
dan lintas sektor di lingkungan Kementerian Kesehatan serta dukungan dari provinsi
maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan para stakeholder. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak atas dukungan,
peran serta dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik.
Kami menyadari LAK Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019 ini masih
belum sempurna. Masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan LAK ini di masa mendatang.
Akhir kata, semoga LAK Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019 ini
dapat memberikan informasi dan manfaat dalam penyusunan kebijakan dan
perencanaan program dan kegiatan khususnya di lingkungan Direktorat Pelayanan
Kefarmasian, maupun bagi para stakeholder terkait.
Jakarta, Januari 2020
Direktur Pelayanan Kefarmasian
ttd
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Beserta Perubahannya pada Tahun 2019........................................................ 2
Tabel 2. Sasaran Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian ................................... 16
Tabel 3. Indikator Kinerja, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan
Pelayanan Kefarmasian Tahun 2015-2019 Renstra Perubahan .................... 17
Tabel 4. Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian........................................ 19
Tabel 5. Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melakukan Pelayanan
Kefarmasian Sesuai Standar pada Tahun 2015 – 2019 ................................. 25
Tabel 6. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pelayanan
Kefarmasian sesuai Standar Tahun 2016 – 2019 .......................................... 31
Tabel 7. Capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Tahun 2015
– 2019............................................................................................................ 41
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
IKHTISAR EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
mengamanatkan bahwa akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku
kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan
sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi
pemerintah (LAKIP) yang disusun secara periodik.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan Kerja Direktorat Pelayanan
Kefarmasian bertahan dalam kategori AA.
1
Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 beserta revisinya sebagai
berikut:
1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar sebesar 60,06% atau mencapai 100,10%
Tabel 1. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Beserta Perubahannya pada Tahun 2019
No. Alokasi Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)
1 DIPA Awal 21.523.529.000
22.278.603.530 96,25%
2 DIPA Akhir 23.147.081.000
Sumber: Om SPAN
2
Selama tahun 2019, selain menjalankan program rutin, juga dilaksanakan
kegiatan unggulan sebagai berikut:
a. Desktop e-Fornas
3
Gambar 1. Pharmavenger tengah memberikan Dalam Pameran
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pembangunan Kesehatan
tahun ini dilakukan pemilihan
booth terbaik dengan
beberapa kategori penilaian.
Booth GeMa CerMat
mendapat penghargaan
sebagai Juara III Pelayanan
Masyarakat Terbaik.
4
5
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
6
dan Alat Kesehatan, strategi terkait yang didukung dengan pelaksanaan
kegiatan peningkatan pelayanan kefarmasian adalah:
a. Memperkuat program seleksi obat dan alat kesehatan yang
aman, bermutu, bermanfaat, dan cost-effective untuk program
pemerintah maupun manfaat paket JKN.
b. Melaksanakan program promotif preventif di bidang pelayanan
kefarmasian melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat,
untuk meningkatkan penggunaan obat rasional pada masyarakat
dengan melibatkan lintas sektor.
Laporan kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian merupakan
laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja Direktorat
Pelayanan Kefarmasian dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis
yang telah tercantum didalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 yang merupakan perubahan dari Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Penyusunan
laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran
sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan
dokumen perencanaan kinerja. Ikhtisar pencapaian sasaran tersebut
menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi,
realisasi pencapaian indikator kinerja kegiatan organisasi, penjelasan atas
pencapaian kinerja melalui kegiatan yang telah dilaksanakan dan
perbandingan capaian indikator kinerja dengan tahun berjalan terhadap
target kinerja yang telah direncanakan serta dipantau selama periode lima
tahunan yakni tahun 2015 – 2019.
7
B. Maksud dan Tujuan
8
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi,
seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat
dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan
klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat
kesehatan, dan penggunaan obat rasional; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
D. Struktur Organisasi
9
3. Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan
Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi di bidang seleksi obat dan alat
kesehatan. Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan terdiri atas:
a. Seksi Seleksi Obat
b. Seksi Seleksi Alat Kesehatan
10
Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian
E. Sistematika
Ikhtisar Eksekutif
Bab I Pendahuluan
11
dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis
capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan
dana dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan
untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja.
Bab IV Penutup
Lampiran
12
13
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
14
pengelolaan obat sesuai standar di instalasi farmasi provinsi,
kabupaten/kota.
b. Penguatan regulasi sistem pengawasan pre dan post market alat
kesehatan, melalui penilaian produk sebelum beredar, sampling dan
pengujian, inspeksi sarana produksi dan distribusi, dan penegakan
hukum.
c. Memperkuat program seleksi obat dan alat kesehatan yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan cost-effective untuk program pemerintah
maupun manfaat paket JKN.
d. Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai Center of Excellence
manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan di
sektor publik.
e. Memperkuat regulasi industri farmasi dan alat kesehatan untuk
memproduksi bahan baku obat, sediaan farmasi lain, dan alat
kesehatan dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan
kemandirian nasional.
f. Menyederhanakan sistem dan proses perizinan dalam
pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan.
g. Mengembangkan sistem data dan informasi secara terintegrasi yang
berkaitan dengan kebutuhan, produksi dan distribusi sediaan farmasi
dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan serta industri farmasi dan
alat kesehatan.
h. Memfasilitasi pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan
terutama pengembangan ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural,
dan Active Pharmaceutical Ingredients (API) kimia.
i. Mempercepat tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru
habis masa patennya.
j. Mendorong dan mengembangkan penyelenggaraan riset dan
pengembangan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam rangka
kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan.
k. Memprioritaskan penggunaan produk sediaan farmasi dan alat
kesehatan dalam negeri melalui e-tendering dan e-purchasing
berbasis e-catalogue.
15
l. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk yang ditujukan untuk meningkatkan
penggunaan obat rasional di masyarakat, dan melibatkan lintas
sektor.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 yang merupakan perubahan dari Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,
sasaran kinerja kegiatan pada Direktorat Pelayanan Kefarmasian adalah
Puskesmas dan Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar, serta Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas. Sasaran
kinerja kegiatan pada Renstra Perubahan sedikit berbeda dengan Renstra
sebelumnya, yaitu meningkatnya pelayanan kefarmasian dan penggunaan
obat rasional di fasilitas kesehatan.
Tabel 2. Sasaran Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
16
sebagai tenaga strategis untuk mendorong pemerataan distribusi tenaga
kefarmasian, dan (3) meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi
dan sistem monitoring serta evaluasi. Maka dalam rencana strategis
perubahan tersebut disebutkan bahwa tujuan Direktorat Pelayanan
Kefarmasian menjadi (1) memperkuat program seleksi obat dan alat
kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat, dan cost-effective untuk
program pemerintah maupun manfaat paket JKN dan (2) menjalankan
program promotif preventif melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk
yang ditujukan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional di
masyarakat, dan melibatkan lintas sektor.
Target
Indikator Kinerja Definisi Operasional
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase Puskesmas yang 40% 45% 50% 55% 60%
Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan
melaksanakan Kefarmasian sesuai standar
pelayanan adalah Puskesmas yang
kefarmasian sesuai melaksanakan Pemberian
standar Informasi Obat (PIO)
dan/atau Konseling
Persentase Rumah Rumah sakit yang - - 55% 60% 65%
sakit yang melaksanakan Pelayanan
melaksanakan Kefarmasian sesuai standar
pelayanan adalah Instalasi Farmasi
kefarmasian sesuai Rumah sakit yang
standar melaksanakan Pelayanan
Informasi Obat dan
Konseling
17
Target
Indikator Kinerja Definisi Operasional
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase Kabupaten/kota yang telah - - 30% 35% 40%
Kabupaten/kota menerapkan Penggunaan
yang menerapkan Obat Rasional di
Penggunaan Obat Puskesmas adalah
Rasional di Kabupaten/kota dengan
Puskesmas. minimal 20% puskemas di
wilayahnya memperoleh
nilai penggunaan obat
rasional di Puskesmas
minimal 60%
18
Gambar 3. Dokumen Pernyataan Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan
Kefarmasian Tahun 2019
19
dan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai Pihak
Kedua. Dokumen Perjanjian Kinerja tersebut dapat dilihat pada gambar 4 di
bawah ini.
20
21
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
A. TANTANGAN DAN PELUANG
22
B. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
23
2) Bagi Puskesmas
- Meningkatkan kinerja Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
- Meningkatkan daya saing dalam komitmen peningkatan
pelayanan kesehatan.
3) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi
- Turut berkontribusi dalam mendukung program kefarmasian dan
alat kesehatan.
- Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan kesehatan di tingkat
Kabupaten/Kota/Provinsi.
- Meningkatnya jumlah Puskesmas yang telah melaksanakan
pelayanan kefarmasian dapat menjadi indikator keberhasilan
pembinaan pelayanan kefarmasian di wilayah setempat.
Perhitungan
5951
= 𝑥100%
9909
= 60,06%
24
Gambar 5. Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melakukan Pelayanan
Kefarmasian Sesuai Standar pada Tahun 2015 – 2019
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
2015 2016 2017 2018 2019
Target 40,00% 45,00% 50,00% 55,00% 60,00%
Realisasi 40,01% 45,39% 50,01% 55,13% 60,06%
Target Realisasi
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
KEPULAUAN BANGKA…
JAMBI
BANTEN
DI YOGYAKARTA
ACEH
KALIMANTAN TIMUR
BENGKULU
MALUKU
RIAU
PAPUA
BALI
SULAWESI UTARA
MALUKU UTARA
JAWA TIMUR
SULAWESI BARAT
PAPUA BARAT
GORONTALO
JAWA BARAT
LAMPUNG
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN UTARA
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
DKI JAKARTA
KEPULAUAN RIAU
KALIMANTAN TENGAH
JAWA TENGAH
SUMATERA BARAT
SUMATERA UTARA
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA SELATAN
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI SELATAN
25
Permasalahan:
Analisis Capaian:
Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran
101,00%
100,00%
99,00%
98,00%
97,00%
96,00%
95,00%
94,00%
2018 2019
Capaian IKK 100,23% 100,10%
Realisasi Anggaran 99,86% 96,16%
26
mencapai indikator persentase Puskesmas yang melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai standar dengan pencapaian sebesar
100,10%. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, pencapaian
indikator tidak terlalu berbeda, namun untuk realisasi anggaran
perbedaannya cukup bermakna.
Pada tahun 2019, dengan penggunaan anggaran 96,16% sudah
mampu mencapai target indikator, karena kegiatan difokuskan untuk
kegiatan pendampingan Puskesmas di tujuh lokus, sehingga
diperoleh hasil peningkatan capaian indikator dari 55,13% pada tahun
2018, menjadi 60,06% pada triwulan ke-IV tahun 2019. Untuk
kegiatan penunjang lain, tetap dilakukan namun tidak menjadi fokus
utama kegiatan.
27
lebih cermat dalam memastikan kualitas obat dan vaksin yang
beredar di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes).
Sebagai langkah untuk menyediakan acuan bagi apoteker
dalam pengelolaan vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan maka
dibuat Penyusunan Pedoman Pengelolaan Vaksin di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
28
- Meningkatnya jumlah rumah sakit yang telah melaksanakan
pelayanan kefarmasian dapat menjadi indikator keberhasilan
pembinaan pelayanan kefarmasian di wilayah setempat.
Perhitungan
Jumlah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian
= 𝒙 100%
Jumlah rumah sakit
660
= 𝑥100%
1011
= 65,28%
Permasalahan:
1. Masih ditemui kekurangan jumlah tenaga kefarmasian, terutama
tenaga apoteker, di rumah sakit.
2. Untuk dapat memberikan dampak positif terhadap mutu pelayanan
kesehatan secara umum di rumah sakit, tenaga kefarmasian
terutama apoteker di rumah sakit hendaknya memiliki kompetensi
yang memadai.
3. Sulitnya mendapatkan kelengkapan data dan informasi tentang
pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Upaya yang telah dilakukan:
1. Advokasi kepada para pemangku kepentingan tentang pentingnya
penempatan tenaga kefarmasian di fasilitas pelayanan
kefarmasian, termasuk rumah sakit.
2. Mengadakan upaya peningkatan mutu pelayanan kefarmasian
dalam bentuk bimbingan teknis, pelatihan dan workshop berbagai
29
bidang terkait pelayanan kefarmasian bagi tenaga apoteker di
rumah sakit.
3. Mempermudah pelaporan pelayanan kefarmasian dari rumah sakit
dengan membuat inovasi pelaporan dengan menggunakan sistem
informasi.
Gambar 8. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melakukan Pelayanan
Kefarmasian sesuai Standar Tahun 2016 – 2019
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
2015 2016 2017 2018 2019
Target 0,00% 50,00% 55,00% 60,00% 65,00%
Realisasi 0,00% 56,02% 57,40% 65,86% 65,28%
Target Realisasi
30
Gambar 9. Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang
Melakukan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar per Provinsi
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Aceh
Papua
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Maluku
Banten
Jawa Timur
Sulawesi Barat
Sumatra Selatan
Sumatra Barat
Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
Papua Barat
Sumatra Utara
Kalimantan Tengah
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Lampung
Kalimantan Selatan
Kalimantan Utara
Maluku Utara
Jambi
Kalimantan Barat
Jawa Barat
Sulawesi Tengah
Bengkulu
Riau
Bali
Gorontalo
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
DKI Jakarta
Analisis Capaian:
Gambar 10. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran
110,00%
108,00%
106,00%
104,00%
102,00%
100,00%
98,00%
96,00%
94,00%
92,00%
90,00%
2018 2019
Capaian IKK 109,76% 100,43%
Realisasi Anggaran 98,06% 97,20%
31
pada tahun 2019. Dari 1011 rumah sakit, 660 di antaranya telah
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
Meskipun database meningkat, capaian indikator dapat terjaga
memenuhi target karena memperoleh dana hibah WHO Biennium,
sehingga Direktorat Pelayanan Kefarmasian bisa melakukan
intervensi langsung kepada rumah sakit dalam jumlah yang cukup
banyak, yang cukup efektif dan efisien untuk mencapai target.
32
2) Hands On Practice Penerapan Analisis Farmakoekonomi dan
Penggunaan Aplikasi e-Case Report Form dan e-Modelling di
Rumah Sakit
33
Gambar 11. Perkembangan Formularium Nasional
34
4) Penyusunan Revisi DOEN
35
yang diterima adalah pedoman pengobatan di pusat pelayanan
setempat, maka pemantauan penggunaan obat yang rasional
bertujuan untuk menilai apakah praktek penggunaan obat yang
dilakukan telah sesuai dengan pedoman pengobatan yang berlaku.
Manfaat
36
%POR
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛
atau
100 100 100 𝑅(𝑇)
[(100 − 𝑃(𝐴)𝐼𝑆𝑃𝐴 ) × ] + [(100 − 𝑃(𝐴)𝐷𝐼𝐴𝑅𝐸 ) × ] + [(100 − 𝑃(𝐴)𝑀𝑌𝐴𝐿𝐺𝐼𝐴 ) × ] + [(1 − ⁄ )× 4]
80 92 99 4 1,4
=
4
Indikator Peresepan terdiri dari:
1) Penggunaan antibiotika pada ISPA non pneumonia maksimal 20 %
Persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non-pneumonia
Jumlah penggunaan antibiotik pada ISPA non Pneumonia
= × 100%
Jumlah kasus ISPA non Pneumonia
37
Perhitungan capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional
dilakukan berdasarkan rekapitulasi data capaian Penggunaan Obat
Rasional secara berjenjang mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan
kabupaten/kota dan Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian
dilaporkan ke Kementerian Kesehatan c.q. Direktorat Pelayanan
Kefarmasian setiap tiga bulan.
38
Gambar 13. Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di
Puskesmas per Provinsi
40
35
30
25
20
15
10
Maluku
Jawa Timur
Kepulauan Riau
Sulawesi Barat
Kalimantan Tengah
Jawa Tengah
Aceh
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sumatera Barat
Banten
Papua Barat
Kalimantan Barat
Sumatera Utara
Sumatera Selatan
DI Yogyakarta
Kalimantan Utara
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
Jawa Barat
Lampung
Jambi
Gorontalo
Papua
Sulawesi Utara
Bali
DKI Jakarta
Bengkulu
Babel
Riau
Sulawesi Selatan
Permasalahan:
39
Gambar 14. Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di
Puskesmas Tahun 2015 – 2017
74,00%
72,00%
70,00%
68,00%
66,00%
64,00%
62,00%
60,00%
58,00%
56,00%
2015 2016 2017
Target 62,00% 64,00% 66,00%
Realisasi 70,64% 71,05% 73,41%
Target Realisasi
50,00%
45,00%
40,00%
35,00%
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
2017 2018 2019
Target 30,00% 35,00% 40,00%
Realisasi 30,35% 37,55% 47,08%
Target Realisasi
40
Tabel 7. Capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Tahun
2015 – 2019
DO: Persentase penggunaan obat
rasional di Puskesmas
Capaian Indikator
Tahun Tahun Tahun
2015 2016 2017
Target 62.00% 64.00% 66.00% - -
Realisasi 70.64% 71.05% 73.41% - -
Persentase
113.94% 111.02% 111.21% - -
Capaian
DO: Persentase Kabupaten/ Kota
yang menerapkan penggunaan
Capaian Indikator obat rasional di Puskesmas
Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019
Target - - 30.00% 35.00% 40.00%
Realisasi - - 30.35% 37.55% 47,08%
Persentase
- - 101.17% 107.29% 117,70%
Capaian
Analisis Capaian:
Gambar 16. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran
120,00%
115,00%
110,00%
105,00%
100,00%
95,00%
90,00%
2018 2019
Capaian IKK 107,29% 117,70%
Realisasi Anggaran 99,84% 99,88%
41
Obat Rasional di Puskesmas dengan pencapaian indikator rata-rata di
atas 100% selama dua tahun terakhir.
Keberhasilan tersebut dapat terjadi karena pendampingan untuk
penghitungan capaian Puskesmas yang telah menerapkan POR
dilakukan secara maksimal pada setiap kegiatan yang melibatkan
tenaga kefarmasian di Puskesmas dan petugas di dinas
kabupaten/kota.
42
• Komponen C: Sikap
• Komponen D: Kebiasaan/perilaku
Formulir Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GeMa
CerMat yang sudah difinalisasi berdasarkan hasil kuantitatif dan
rekomendasi akan menjadi bagian dari Pedoman Pelaksanaan
GeMa CerMat.
43
kepada Tim AoC Kabupaten Sleman, DIY dan Tim AoC Polewali
Mandar, Sulawesi Barat untuk kategori kelompok dan Ibu Hj. Umy
Qalsum, S.Si, Apt (Kepala Seksi Kefarmasian Dinkes Kabupaten
Polewali Mandar, Sulawesi Barat) untuk kategori individu.
Penghargaan dan apresiasi ini diberikan sebagai ungkapan
terima kasih atas kerjasama dan upaya yang telah dilaksanakan
untuk mengembangkan program GeMa CerMat. Selanjutnya
apoteker AoC diharapkan terus menjadi penggerak dan aktif
dalam melakukan edukasi dan memberikan informasi yang
memadai kepada masyarakat tentang penggunaan obat yang
benar.
44
i. 30 (tiga puluh) orang Tenaga Kesehatan
ii. 45 (empat puluh lima) orang Kader Kesehatan
iii. 225 (dua ratus dua puluh lima) orang masyarakat
b) Materi dan Narasumber
i. Dialog Interaktif tentang Pemberdayaan Masyarakat
dalam Rangka Pembangunan Indonesia Sehat
ii. Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa
CerMat) dan Edukasi Masyarakat
iii. Simulasi Praktek (Diskusi Kelompok) Penggunaan Obat
Secara Benar Bersama AoC
C. REALISASI ANGGARAN
45
puluh dua ribu rupiah) sehingga DIPA akhir Direktorat Pelayanan
Kefarmasian tahun 2019 sebesar Rp. 23.147.081.000,- (Dua puluh tiga
milyar seratus empat puluh tujuh juta delapan puluh satu ribu rupiah).
1. Analisis Efisiensi e-Monev DJA
46
Gambar 19. Perbandingan Capaian Realisasi Volume Kegiatan dan Anggaran
Layanan Perkantoran
47
Gambar 20. Distribusi Pegawai per Subdit/Subbag
10
15
Subbag TU
7 Subdit POR
Subdit MKF
9 Subdit FE
9
Subdit SOA
8%
24% 10%
SMA
D3
S1-Apoteker
58% S2
48
• Penambahan :-
• Pengurangan :-
• Posisi akhir (31 Desember 2019) : Rp. 1.640.000,-
c) BMN Gabungan Intra dan Ekstra
• Posisi awal (1 Januari 2019) : Rp. 7.329.698.720,-
• Penambahan : Rp. 805.230.440,-
• Pengurangan : Rp. 704.705.140,-
• Saldo akhir : Rp. 7.430.224.020,-
49
50
BAB IV. PENUTUP
Pelaksanaan pengukuran kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun
2019 dilakukan terhadap program kegiatan yang dilaksanakan selama tahun
anggaran 2019 yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat
Pelayanan Kefarmasian dan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 - 2019.
51
LAMPIRAN
1. Perjanjian Kinerja Direktur Pelayanan Kefarmasian Tahun 2019
52
53
54
2. Contoh Hasil Pengumpulan Data Indikator melalui Google Form
55
3. Link Google Form Pelaporan Capaian Indikator
56
4. Surat Penyampaian Laporan Capaian Indikator
57
58
59
60
61
5. Rekapitulasi Data Capaian Indikator Puskesmas yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar
Non
Rawat Pelayanan
No Provinsi Rawat JUMLAH %
Inap Kefarmasian
Inap
1 Aceh 147 200 347 324 93.37
2 Sumatera utara 173 398 571 157 27.50
3 Sumatera barat 91 180 271 129 47.60
4 Riau 81 135 216 56 25.93
5 Jambi 78 115 193 179 92.75
6 Sumatera selatan 95 234 329 94 28.57
7 Bengkulu 47 133 180 95 52.78
8 Lampung 119 180 299 235 78.60
9 Kepulauan bangka belitung 21 42 63 57 90.48
10 Kepulauan riau 32 48 80 44 55.00
11 Dki jakarta 30 310 340 201 59.12
12 Jawa barat 186 883 1,069 1050 98.22
13 Jawa tengah 325 555 880 429 48.75
14 Di yogyakarta 43 78 121 116 95.87
15 Jawa timur 527 437 964 444 46.06
16 Banten 56 177 233 151 64.81
17 Bali 35 85 120 120 100.00
18 Nusa tenggara barat 112 50 162 152 93.83
19 Nusa tenggara timur 141 233 374 197 52.67
20 Kalimantan barat 99 142 241 98 40.66
21 Kalimantan tengah 74 123 197 102 51.78
22 Kalimantan selatan 50 182 232 213 91.81
23 Kalimantan timur 96 83 179 140 78.21
24 Kalimantan utara 32 24 56 21 37.50
25 Sulawesi utara 92 101 193 152 78.76
26 Sulawesi tengah 81 116 197 183 92.89
27 Sulawesi selatan 259 193 452 256 56.64
28 Sulawesi tenggara 82 199 281 186 66.19
29 Gorontalo 26 67 93 93 100.00
30 Sulawesi barat 45 49 94 27 28.72
31 Maluku 64 136 200 79 39.50
32 Maluku utara 28 101 129 85 65.89
33 Papua barat 44 113 157 14 8.92
34 Papua 106 290 396 72 18.18
Jumlah 3517 6392 9909 5951 60.06
62
6. Rekapitulasi Data Capaian Indikator Rumah Sakit yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar
Capaian
NO NAMA PROVINSI Jumlah RS Persentase
Indikator
1 Aceh 32 18 56.25%
2 Sumatera Utara 52 38 73.08%
3 Sumatera Selatan 41 9 21.95%
4 Sumatera Barat 32 28 87.50%
5 Bengkulu 17 12 70.59%
6 Riau 24 16 66.67%
7 Kepulauan Riau 16 7 43.75%
8 Jambi 17 13 76.47%
9 Lampung 20 15 75.00%
10 Kepulauan Bangka Belitung 12 9 75.00%
11 Kalimantan Barat 28 16 57.14%
12 Kalimantan Timur 25 18 72.00%
13 Kalimantan Selatan 23 14 60.87%
14 Kalimantan Tengah 20 13 65.00%
15 Kalimantan Utara 9 2 22.22%
16 Banten 16 10 62.50%
17 DKI Jakarta 57 41 71.93%
18 Jawa Barat 74 72 97.30%
19 Jawa Tengah 77 61 79.22%
20 DI Yogyakarta 14 14 100.00%
21 Jawa Timur 102 98 96.08%
22 Bali 22 18 81.82%
23 Nusa Tenggara Timur 29 10 34.48%
24 Nusa Tenggara Barat 19 10 52.63%
25 Gorontalo 10 5 50.00%
26 Sulawesi Barat 8 5 62.50%
27 Sulawesi Tengah 27 9 33.33%
28 Sulawesi Utara 27 20 74.07%
29 Sulawesi Tenggara 21 20 95.24%
30 Sulawesi Selatan 51 23 45.10%
31 Maluku Utara 16 4 25.00%
32 Maluku 23 4 17.39%
33 Papua Barat 15 3 20.00%
34 Papua 35 5 14.29%
Jumlah Total 1011 660 65.28%
63
7. Rekapitulasi Data Capaian Indikator Persentase Kabupaten/kota yang
Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas
64