Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)


SATKER 03

DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..........................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………..
1
1.2. Maksud dan Tujuan ..................................................................
5
BAB II : GAMBARAN STRUKTUR ORGANISASI BIDANG KESEHATAN
MASYARAKAT ................................................................................... 7
2.1. Tugas Pokok dan Fungsi ..........................................................
7
2.2. Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat .................
9
BAB III : PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN ANGGARAN 2020 ..............................................................
10
BAB IV : AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................. 17
4.1 Kinerja Organisasi ....................................................................
17
4.2 Capaian Perjanjian Kinerja ...................................................... 17
1. Pembinaan Gizi Masyarakat ...................................................
19
2. Pembinaan Kesehatan Keluarga ............................................
30
3. Pembinaan Upaya Kesjaor ......................................................
41

“LAKIP” SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2020 i


4. Penyehatan Lingkungan .........................................................
42
5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ..............
47
6. Dukungan Manajemen ............................................................
50
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
51
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 51
5.2 Saran-Saran ............................................................................ 54

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa,
dimana dengan izinNya telah dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat yang didukung melalui anggaran Satker
03 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
LAKIP ini dibuat berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) antara Dirjen

Kesehatan Masyarakat dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Tahun

2020. Terdapat 6 (enam) Program/Sasaran dengan 21 (dua puluh satu)

indikator kinerja sesuai dengan target yang telah disepakati seperti yang

tertuang dalam Perjanjian Kinerja.

Pencapaian indikator PK pada hakekatnya ditujukan untuk menunjang

pencapaian Renstra Kementerian Kesehatan khususnya indikator yang


“LAKIP” SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2020 ii
menjadi tanggung jawab Ditjen Kesehatan Masyarakat, secara umum

ditujukan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia pada

umumnya dan Sumatera Barat pada khususnya.

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Sumatera Barat dapat diukur

melalui pencapaian Umur Harapan Hidup (UHH) yang merupakan indikator

RPJMD. Pencapain UHH ditunjang dengan pencapaian indikator lainnya

dibidang kesehatan seperti penurunan angka kematian bayi, angka kematian

ibu melahirkan, penurunan gizi kurang/buruk, pencapaian imunisasi dasar

lengkap dan lain-lain. Disamping itu pencapaian UHH juga didukung dengan

tersedianya akses dan pelayanan kesehatan yang berkualitas, ketersediaan

sumber daya manusia kesehatan yang kompeten.

Untuk mencapai PK yang telah disepakati, maka Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat mendapat alokasi anggaran APBN dari Satker 03

sebesar Rp. 2.601.590.000,-. .Realisasi keuangan untuk anggaran ini

mencapai 94,50 % dan realisasi Fisik 97,99 %.

Untuk pencapaian PK sesuai dengan indikator masing-masing program,

maka dari 21 indikator yang ada, maka pada tahun 2020 terdapat 14 (empat

belas) indikator yang telah berhasil dicapai.

Secara garis besar LAKIP Satker 03 Dinas Kesehatan Sumatera Barat

Kesehatan Masyarakat ini mengambarkan keberhasilan dalam pencapaian

target kinerja, baik kinerja program, kinerja kegiatan, capaian hasil kegiatan

dan indikator kinerja dan juga menampilkan beberapa permasalahan dan

hambatan yang didapatkan dalam mencapai hasil-hasil program dan kegiatan

serta beberapa keberhasilan, inovasi-inovasi yang dicapai pada Tahun 2020


“LAKIP” SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2020 iii
yang didukung melalui sumber anggaran APBN Dekonsentrasi Satker 03

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Walaupun pada tahun 2020 terjadi

bencana nasional non alam yang disebabkan oleh Corona Virus Disease

(COVID-19), dimana layanan kesehatan essensial banyak terhenti selama

pandemi covid-19. Peningkatan kualitas laporan tentunya masih perlu

ditingkatkan, masukan dan kritikan sangat diharapkan demi kesempurnaan

pada masa yang akan datang.

Akhirnya pada kesempatan ini izinkan kami mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Kepala Dinas Kesehatan yang telah memberikan

bimbingan/masukan dalam melaksanakan program / kegiatan kesehatan

masyarakat.

Pada kesempatan ini juga disampaikan ucapan terima kasih kepada

Ibu Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Bapak Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat atas dukungan yang diberikan.

Selanjutnya terima kasih juga disampaikan kepada seluruh Kepala Seksi dan

Seluruh Staf di Bidang Kesehatan Masyarakat atas kerja keras dan komitmen

yang tinggi dalam melaksanakan seluruh program dan kegiatan dalam

pencapaian target indikator kinerja di Bidang Kesehatan Masyarakat, semoga

seluruh kontribusi yang diberikan akan menjadi amal ibadah disisi Allah Tuhan

Yang Maha Kuasa, Aamiin.

Padang, Januari 2021


Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat

“LAKIP” SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2020 iv


SAFWAN, SKM, M.Kes
NIP. 19641231 198803 1 064

“LAKIP” SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2020 v


Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 - 2021 telah ditegaskan bahwa
Pembangunan Kesehatan di Sumatera Barat merupakan bagian dari Misi 3
yaitu : Meningkatan Sumber Daya Manusia yang cerdas, sehat, beriman,
berkarakter dan berkualitas tinggi dengan tujuan Meningkatkan Derajat
Kesehatan Masyarakat dengan sasaran yaitu meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat secara merata.

Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan dengan terjadinya


penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang
akan berdampak terjadinya peningkatan Umur harapan Hidup. Tahun 2015,
pemerintah telah menetapkan target penurunan AKI & AKB pada Millenium
Development Goals (MDGs 2015) yaitu AKI sebesar 102/100.000 Kelahiran
Hidup (KH) dan AKB sebesar 23/1000 Kelahiran Hidup (KH).
Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat juga dilihat dari peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang diukur dengan pencapaian Umum Harapan
Hidup (UHH), untuk Provinsi Sumatera Barat, kondisi ini menunjukkan hasil yang
cukup mengembirakan, dimana pencapaian UHH di Provinsi Sumatera Barat
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil yang dicapai untuk 3 (tiga)
tahun belakangan adalah 69,01 (2018), 69,31 (2019) dan 69,47 (2020).

Walaupun dalam pencapaian derajat kesehatan masyarakat di Sumatera


Barat yang ditunjukkan dengan pencapaian UHH, menunjukkan peningkatan
setiap tahun, dalam program kesehatan masyarakat masih terdapat beberapa
isue atau permasalahan yang perlu menjadi perhatian seperti masih tingginya
kematian ibu melahirkan, kematian bayi atau neonates, masih tingginya
permaslahan gizi seperti gizi buruk dan kurang , gizi kurus dan sangat kurus , gizi
pendek dan sangat pendek (stunting), masih belum maksimalnya akses sanitasi
(jamban dan air bersih), masih belum mekasimalnya Perilaku Hidup Bersih dan

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 1


Sehat (PHBS) dimasyarakat, belum maksmimalnya pelaksanaan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Gambaran permasalahan Program Kesehatan Masyarakat di Provinsi


Sumatera Barat secara umum dapat dilihat dari masih adanya kematian Ibu
melahirkan untuk 3 (tiga) tahun berjalan masih berfluktuatif sebesar 111 orang
(2018), 116 orang (2019 dan 125 orang (2020). Penyebab kematian ibu
terbanyak adalah perdarahan sebesar 26,4% dan hipertensi sebesar 18,4%.
Untuk jumlah kematian bayi juga masih berfluktuatif yaitu 788 bayi (2018), 810
bayi (2019) dan 775 bayi (2020). Penyebab kematian bayi masih
didominasi oleh Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebesar 21,55% dan
asfikisia sebesar 19,22%. Kondisi ini masih mengambarkan bahwa masalah
kualitas pelayanan Ibu dan Anak perlu menjadi perhatian yang serius. Faktor
kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya.
Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap
untuk hamil dan melahirkan serta menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan
yang mampu melindungi bayi dari infeksi.

Permasalahan gizi juga masih merupakan permasalahan yang masih


perlu perhatian dan penangganan yang serius untuk masa yang akan datang.
Masalah gizi yang menjadi isue nasional dan juga menjadi isue di Provinsi
Sumatera Barat yang berdampak terhadap kualitas Sumber Daya Manusia,
yaitu masih tingginya prevalensi anak balita pendek (Stunting). Stunting adalah
sebuah kondisi berdasarkan pengukuran Tinggi Badan menurut Umur
seseorang ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan yang seusia.Proses
terjadinya stunting merupakan manivestasi kegagalan pertumbuhan (growth
faltering) dimulai dalam kandungan, hingga anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal anak
lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun.
Data Propinsi Sumatera Barat berdasarkan hasil Riskesdas dan
Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan prevalensi
stunting 36,5 % (Riskesdas 2007), 39,2 % (Riskesdas 2013), 29,9 %
(Riskesdas 2018) dan 27,47% (SSGBI 2019). Walaupun sudah terjadi
penurunan, akan tetapi prevalensi stunting di Sumatera Barat masih berada
diatas satndar yang ditetapkan WHO yaitu <20 %.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 2


Tahun 2020, bencana nasional non alam yang disebabkan oleh Corona
Virus Disease (COVID-19) berdampak terhadap kondisi ekonomi, sosial dan
kesehatan masyarakat secara luas Pemerintah telah menetapkan bencana non
alam ini sebagai bencana nasional melalui Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non alam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana
Nasional. Kondisi ini berpengaruh terhadap kebijakan di daerah, ketersediaan
pangan dalam rumah tangga serta keterbatasan akses pelayanan kesehatan.
Layanan kesehatan esensial banyak terhenti selama Pandemi Covid-19.
Terhentinya layanan karena Posyandu banyak yang tutup, sehingga
terhentinya pemantauan perkembangan dan pertumbuhan, penangguhan
layanan imunisasi, layanan pemberian Vitamin, dan layanan antenatal care
(ANC). Alasan utama dari penangguhan layanan karena masalah
keamanan masyarakat serta langkah-langkah menjaga jarak fisik dan
kecemasan petugas kesehatan.
Salah satu masalah yang harus diwaspadai di tengah pandemi covid-19
adalah terkait gizi. Pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang di masa sebelum
pandemi covid-19, sudah menjadi masalah yang serius di Indonesia dan juga di
Sumatera Barat. Ditambah adanya pandemi Covid-19 yang terus bertambah
angka kasus infeksinya dan berdampak pada banyak sektor sampai
perekonomian. Dengan menurunnya pendapatan, tidak adanya pekerjaan,
menjadi pengangguran, pendapatan menurun, masalah gizi ini menjadi sangat
rentan dan membutuhkan perhatian.
Untuk mencapai hal diatas, diperlukan pemberdayaan masyarakat
agar dapat berperan aktif dalam menyehatkan diri, keluarga dan
lingkungannya. Kesehatan juga menjadi urusan semua sektor karena berkaitan
dengan berbagai sektor dan juga harus diupayakan secara gotong royong,
sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Upaya mewujudkan semua ini
memerlukan komitmen khususnya dari para pengambil keputusan sehingga
memberikan dukungan kebijakan yang diperlukan.
Disamping permasalahan lain yang juga perlu menjadi perhatian dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal adalah menyangkut masalah
program kesehatan lingkungan dan kesjaor, serta program promosi dan
pemberdayaan masyarakat.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 3


Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat termasuk
salah satu program strategis yang juga memberikan kontribusi dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu indikator
yang dapat dijadikan sebagai keberhasilan dalam pelaksanaan program ini
adalah terkait dengan adanya kebijakan yang dibuat oleh Kab/Kota dalam
mendukung pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sampai
dengan tahun 2020 pencapaian indikator ini telah diwujudkan pada 19
Kab/Kota (100%) yang memiliki kebijakan tentang PHBS.Namun demikian
terkait dengan 10 (sepuluh) indikator PHBS yang ada masih upaya peningkatan
dalam implementasi PHBS. Indikator-indikator PHBS pada tahun 2020 yang
perlu mendapat perhatian adalah Tidak Merokok (38,2%), Maka Buah dan
Sayur (54,76%) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (56,39%). Untuk mewujudkan
PHBS yang maksimal ditengah-tengah masyarakat salah satu upaya atau
program yang dilakukan adalah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS). Pelaksanaan GERMAS sudah dilakukan pada seluruh Kab/Kota di
Sumatera Barat, akan tetapi agar program ini betul-betul memberikan daya
ungkit yang besar dalam mewujudkan PHBS maka implemntasi kegiatan ini
perlu lebih dimasifkan pada tingkat nagari atau desa di seluruh Provinsi
Sumatera Barat.
Gambaran pencapaian program kesehatan lingkungan dapat dilihat
dari pencapaian akses jamban yang sehat di Sumatera Barat adalah 74,38 %
(2018), 79,75% (2019) dan 81,68% (2020). Dalam mencapai akses jamban dan
air bersih salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui 5 (lima) pilar STBM
dengan tujuan untuk mewujudkan universal acses sanitasi pada tahun 2020
yang merupakan wujud dari pencapaian akses jamban yang sehat sehingga
masyarakat tidak ada lagi yang buang air besar sembarangan atau Open
Defication Free (ODF). Disamping 2 (dua) indikator kesehatan lingkungan
diatas yang ditunjang melalui pilar STBM, juga terdapat program unggulan lain
yaitu Program Kabupaten Kota Sehat (KKS),
Upaya Kesehatan Kerja dan olahraga dengan sasaran seluruh pekerja
baik di sektor formal maupun informal, ditujukan untuk mewujudkan masyarakat
pekerja Indonesia agar sehat, bugar dan produktif. Secara umum pekerja
sektor informal lebih banyak dari pekerja formal dimana pekerja sektor informal
meliputi pekerja usaha mandiri, skala kecil dan mikro. Selain itu, pada pasal 80

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 4


disebutkan bahwa upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan dan kebugaran masyarakat melalui aktivitas fisik, latihan fisik, dan
olahraga. Upaya kesehatan kerja dan olahraga mengutamakan pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitative.
Gambaran pelaksanaan program kesehatan kerja dan olah raga telah
mengalami perkembangan. Kondisi ini terlihat dengan semakin tingginya
komitmen dari Dinas Kesehatan Kab/Kota yang melaksanakan Program
Kesjaor di Provinsi Sumatera Barat. Saat ini pelaksanaan program ini telah
mencakup pada seluruh Kab/Kota di Sumatera Barat. Puskesmas yang
melaksanakan kesehatan olahraga tahun 2020 sebesar 84,4%, yang sudah
mecapai level 1 hanya 16 Kab/Kota. Penyebabnya karena kondisi pandemi
sehingga menyebabkan kegiatan di Puskesmas tidak terlaksana dengan baik
karena fokus pada penanganan Covid-19. Capaian TFU yang dilakukan
pengawasan tahun 2020 sebesar 39,89% terjadi penurunan dari tahun 2019
dengan capaian 64,5%, hal ini disebabkan kurangnya pengawasan oleh
petugas karena dampak pandemi covid-19.
Untuk mencapai target-target kinerja yang menjadi tugas dan fungsi
Bidang Kesehatan Masyarakat dengan seksi-seksi yang ada, maka pada tahun
2020 Bidang Kesehatan Masyarakat didukung melalui angaran APBD Provinsi
Sumatera Barat dan anggaran Dekonsentrasi Satker 03 melalui APBN.

Gambaran kondisi umum pelaksanaan program kegiatan Bidang


Kesehatan Masyarakat di Provinsi Sumatera Barat dapat terlihat berdasarkan
hasil pencapaian program. Laporan pertanggungjawaban kinerja Bidang
Kesehatan Masyarakat tahun 2020 ini akan memberikan gambaran tentang
pelaksanaan kegiatan, pencapaian indikator kinerja program, hambatan dan
pemecahan masalah.

1.1. Maksud dan Tujuan


Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Kinerja Bidang Kesehatan
Masyarakat merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2020
dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam
rencana strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Dinas

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 5


Kesehatan Provinsi Sumatera Barat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat.

Tujuan :
1. Diketahuinya kegiatan program Bidang Kesehatan Masyarakat tahun
2020.

2. Diketahuinya pelaksanaan program Bidang Kesehatan Masyarakat


tahun 2020.

3. Diketahuinya pencapaian program Bidang Kesehatan Masyarakat tahun


2020.

4. Diketahuinya faktor penunjang dan faktor penghambat pelaksanaan


program Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2020

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 6


BAB II

GAMBARAN STRUKTUR ORGANISASI


BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT

2.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 52 Tahun


2017 tentang Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat maka Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai :

Tugas pokok :
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di
bidang kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi dan
pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olah raga.

Fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang Kesehatan Keluarga dan
Gizi Masyarakat;
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang Promosi dan
Pemberdayaan Masyarakat; dan
c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olah Raga.

Uraian Tugas:
1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 7


2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembinaan
bidang kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi dan
pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olah raga;
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
4. Menyelenggarakan fasilitasi bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
5. Menyelenggarakan koordinasi bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
6. Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
7. Menyelenggarakan koordinasi pelatihan, workshop Bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
8. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat
promosi dan pemberdayaan masyarakat , kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga;
9. Menyelenggarakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
10. Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan di
Kabupaten/Kota;
11. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; dan
12. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 8


2.2. Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat

Secara garis besar strutur organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat


dapat dilihat seperti bagan dibawah ini.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bidang Kesmas

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Sumatera Barat

Arry Yuswandi, SKM MKM

Fungsional Teknis:
Kepala Bidang 1. Formayoza, SKM, MKM
Kesehatan Masyarakat 2. Ratna Juita, SKM
3. Wiwi Febriani, SKM, MSi
Safwan, SKM M.Kes 4. Danulmarta Aulia, SKM
5. Hanifa Anriyani, Amd.KL

Plt Kepala Seksi Kesehatan Kepala Seksi Promosi & Kepala Seksi Kesehatan
Keluarga & Gizi Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan, Kesehatan
Kerja &Olah Raga
Desra Elena SKM MKM
Desra Elena, SKM, MKM
Staf Resmanto, SKM,
1. Neneng Susanti, SKM MKM Staf M.Biomed
2. Asfri Yenni, S.SiT 1. Liliyarni, SKM, MKM
3. Nazli Nazir, SSiT 2. Mega Wahyumi, SKM Staf
4. Refniati, Amd.Keb 3. Ade Prima, SKM 1. Ratna Wilis, SKM
5. Syuniarti, Amd.Keb 4. Hafrizal, SKM, M.Kes 2. Reni Elma, B,Sc
6. Sri Zilwardati, SKM 5. Syamsurizal, S.ST, Mkes 3. Sukatno
7. Mismaini Noor, SKM, MKM 6. Asnawati, SKM, MM
8. Dewi Iswani, SKM 7. ElviaBAB
Hakim,IIISKM
9. Nadya Sabrina, SGz 8. Riri Krisnayanti
10. Eni Mautia, SKM, M.Biomed 9. Nurlina
11. Meridanengsih, S.ST
12. Yuharnizon, S.Sos
13. Firdaus. S.Sos
14. Candra Budiman, BSc
15. Desniarti

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 9


BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT


TAHUN ANGGARAN 2020

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat khususnya Bidang Kesehatan


Masyarakat melakukan upaya pemerintah dalam meningkatnya ketersediaan
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh
masyarakat. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka Kementerian
Kesehatan menyediakan anggaran guna peningkatan Program Pembinaan
Kesehatan Masyarakat melalui Dana Dekonsentrasi Provinsi Sumatera Barat.
Dana dekonsentrasi APBN tahun anggaran 2020 yang dilaksanakan Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (03) sebagai wakil Kementerian Kesehatan
No DIPA.024.03.3.089015/2020 tanggal 12 November 2019
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1) Pembinaan Gizi Masyarakat
2) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada
Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
3) Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja Dan Olahraga
4) Pembinaan Kesehatan Keluarga
5) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
6) Penyehatan Lingkungan

Pelaksanaan Anggaran Dana Dekon Bidang Kesehatan Masyarakat pada


tahun 2020 dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pagu awal Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar
Rp.9.945.064.000,-.

b. DIPA Revisi 1 sebesar Rp. 2.601.590.000,- diterima pada tanggal 12 Mei


2020. Terjadi pengurangan Pagu yang sangat besar dengan jumlah yang
siknifikan dari pagu awal, karena adanya kebijakan untuk recofusing dana
dalam rangka penanganan Pandemi Covid-19

c. DIPA Revisi 2 sebesar Rp. 2.601.590.000,- diterima pada tanggal 11


November 2020. Tidak ada perubahan Pagu (tetap), untuk merevisi

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 10


kegiatan penggunaan akun Pandemi Covid-19 yang dalam rangka
penanganan Pandemi Covid-19

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat


didukung dana APBN tahun 2018 - 2020 sebagai berikut:

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 11


Tabel. 3.1 Anggaran Bidang Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Dana APBN (Dekonsentrasi)
Tahun 2018 – 2020
2018 2019 2020
Realisasi Realisasi Realisasi
Program Keuangan Fisik Keuangan Fisik Keuangan Fisik
Anggaran Anggaran Anggaran
(Rp) (%) (%) (Rp) (%) (%) (Rp) (%) (%)

Pembinaan Gizi
1.761.637.000 1.703.244.535 96,69 100 1.844.826.000 1.759.965.500 95,40 100 830.699.000 824.450.400 99,25 100
Masyarakat

Dukungan Manajemen &


Pelaksanaan Tugas teknis
1.076.692.000 994.873.492 92,40 100 905.837.000 816.346.986 90,12 100 278.587.000 266.525.590 95,67 100
Lainnya pada prog
Pembinaan Kesmas
Pembinaan Upaya
Kesehatan kerja dan 860.170.000 830.520.550 96,55 100 568.729.000 549.837.400 96,68 100 245.000.000 244.520.900 98,80 100
Olahraga

Pembinaan Kesehatan
1.368.178.000 1.324.744.835 96,83 100 1.183.500.000 1.134.057.020 95,82 100 442.403.000 352.565.620 83,47 90
Keluarga

Promosi Kesehatan dan


Pemberdayaan 8.091.125.000 5.219.591.021 64,51 76,78 4.016.285.000 3.645.576.926 90,77 100 707.947.000 666.492.232 94,14 100
Masyarakat

Penyehatan Lingkungan 1.013.292.000 876.069.200 86,46 94,49 650.738.000 603.421.600 92,73 100 116.964.000 103.982.000 88,91 91,30

Jumlah 14.171.094.000 10.949.043.633 77,26 86,35 9.169.951.000 8.509.205.432 92,79 99,25 2.601.590.000 2.458.536.742 94,50 97,99

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 11


Realisasi keuangan dana APBN Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp.
10.949.043.633,- atau mencapai 77,26 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp.
14.171.094.000,- dengan realisasi fisik mencapai 86,35%. Realisasi keuangan dana
APBN Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp.8.509.205.432,- atau mencapai 92,79
persen dari alokasi anggaran sebesar Rp.9.169.951.000,- dengan realisasi fisik
mencapai 99,25%. Realisasi keuangan dana APBN Tahun Anggaran 2020 sebesar
Rp.2.458.536.742,- atau mencapai 94.50 persen dari alokasi anggaran sebesar
Rp.2.601.590.000 dengan realisasi fisik mencapai 97,99%.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2020
bersumber dana APBN adalah sebagai berikut :

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 12


“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 13
Tabel. 3.2 Kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat dana APBN tahun 2020

Fisik Pelaksanaan
No Dana APBN Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) %
(%)
DIPA.024.03.3.089015/2020 2.601.590.000 2.458.536.742 94,50 97,99

I Pembinaan Gizi Masyarakat 830.699.000 824.450.400 99.25 100


1 Penguatan intervensi suplementasi gizi 9.516.000 9.480.000 99,62 100 Hanya bisa dilakukan di 2 (dua) kab lokus stunting ;
pada ibu hamil dan balita pada daerah Kab. 50 Kota dan Pasaman. Recofusing dana covid-
stunting 19, kegiatan selesai
2 Pelaksanaan Surveilans gizi 763.301.000 760.668.600 99.66 100 Kegiatan Surveilans Gizi 4 Angkatan
menggunakan e-PPGBM 1. Akt I : 9-12 Maret 2020
2. Akt II : 16 -19 Maret 2020
3. Akt III : 22 – 24 Nov 2020
4. Akt IV : 26 – 28 Nov 2020
3 Pelacakan dan konfirmasi masalah gizi 49.800.000 46.220.000 92.81 100 Pelacakan dan konfirmasi masalah gizi dan monev
dan monev kegiatan gizi kegiatan gizi ke kab/kota
4 Konsultasi dan mengikuti kegiatan di 8.082.000 8.081.800 100 100 Mengikuti Kegiatan pusat dalam rangka HGN 2020
pusat
Dukungan Manajemen &
II Pelaksanaan Tugas teknis Lainnya 278.587.000. 266.525.590 95.67 100
pada prog Pembinaan Kesmas
1 1. Pengelolaan Keuangan dan BNM 210.256.000 198.600.790 100 - Kegiatan Rutin satker Kesmas
2. 2. Penyusunan Rencana 30.891.000 30.889.800 - Rapat Koordinasi Penyusunan Anggaran tidak
3. Program dilaksanakan pusat
3. Pengelolaan data, informasi dan 37.440.000 37.035.000
- Konsultasi teknis ke pusat realisasi hanya 4 orang
pelaksanaan Pemantauan Evaluasi
program
Pembinaan Upaya Kesehatan kerja 568.729.000 549.837.400 96,68 100
III
dan Olahraga
Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran 68.070.000 68.070.000 100 100 Kegiatan dalam bentuk pengukuran kebugaran
1 jasmani jamaah haji di Kab/Kota
Jasmani Bagi Jemaah Haji

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 14


167.630.000 167.216.000 99,75 100 Kegiatan dalam bentuk pertemuan evaluasi dan upaya
Pelaksanaan Kesehatan Kerja di percepatan pelaksanaan kesehatan kerja dan olahraga,
2
Tempat Kerja orientasi kesehatan kerja dan monitoring
penyelenggaraan kesehatan kerja dan olahraga
Instansi Pemerintah yang 9.300.000 9.234.000 99,30 100 Kegiatan dalam bentuk pengukuran kebugaran
3 Melaksanakan Pengukuran Keguran jasmani di OPD
Jasmani
V Pembinaan Kesehatan Keluarga 1.368.178.000 1.324.744.835 96,83 100
1 Pendampingan Program Kesehatan 187.460.000 174.447.000 93,05 100 Kegiatan dilakukan di 8 Kab/Kota terpilih, tahapan
Keluarga ke Kab/Kota yang dilaksanakan dengan melakukan Assesment ke
puskesmas yang sudah ditentukan oleh Kab/Kota.
Selanjutnya hasil Assesment disampaikan dalam
pertemuan yang dihadiri seluruh puskesmas dan
pengelola program terkait.
2 Penguatan AMP Terintegrasi 167.818..000 131.652.640 78,4 100 Pertemuan dilaksanakan bulan Desember 2020,
Survailans Kematian Ibu (SKI) peserta pertemuan sebanyak 76 orang yang terdiri
dari Kabid Kesmas, Kabid Yankes, Kabid Yanmed
RS dan Kasi Kesga Gizi di 19 Kab/Kota.
Kesepakatan pertemuan Melakukan revisi SK TIM
AMP yang ditanda tangani Bupati/Walikota. Hasil
kajian dan rekomendasi dilaporkan kepada
Bupati/Walikota. Adanya MoU Dinkes dengan RS
untuk pelayanan kegawatdaruratan. Pengentrian
kematian di MPDN
3 Pemeriksaan SHK 67.125.000 46.465.460 69,2 74,1 Jumlah sampel 000 dialokasikan untuk 3 Kab/Kota
yaitu Padang Pariaman, Kota Padang dan Kota
Solok. Jumlah realisasi sampel sebanyak 741.
V Promosi Kesehatan dan 4.016.285.000 3.645.576.926 90,77 100
Pemberdayaan Masyarakat

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 15


Kesehatan Lingkungan 116.954.000 103.982.000 88,91 91,30
VI
1 Pengawasan Tempat Pengelolaan 10.175.000 - - - Kegiatan (TPP) terminal kelas A & B berupa
Pangan (TPP) yang memenuhi Syarat pertemuan & perjadin dalam rangka pembinaan
kegiatan terminal sehat. Kegiatan tidak dapat
dilaksanakan karena pandemic covid-19
2 Pengawasan Tempat Fasilitas Umum 34.952.000 33.947.000 97,12 100 Kegiatan dalam bentuk Orientasi STBM di Pondok
(TFU) yang memenuhi syarat Pesantren
kesehatan
3 Pengawasan Terhadap Sarana Air 51.390.000 50.960.000 99,16 100 Kegiatan dalam bentuk monitoring dan evaluasi
Minum
4 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total 20.437.000 19.075.000 93,34 100 Kegiatan dalam bentuk monitoring pelaksanaan
Berbasis Masyarakat (STBM) STBM dan Bimtek Terpadu Kesehatan Lingkungan

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 16


BAB IV
AKUNTABILITAS KINERJA

4.1 Kinerja Organisasi


Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup
hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan
efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance)
untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya
organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik di
Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah
ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan
realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran. Laporan kinerja
merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.
Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah
pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara
memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja

4.2 Capaian Perjanjian Kinerja


Perjanjian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat telah ditetapkan dalam
dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/perjanjian kinerja untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan
didukung sumber daya yang tersedia. Indikator dan target kinerja yang telah
ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja
tahun 2020 yang telah ditandatangani bersama oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat dengan Direktur Jenderal Kesehatan
MasyarakatKemenkes RI tahun 2020 dalam rangka pencapaian target.
Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi,

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 17


program kesehatan masyarakat memiliki kegiatan-kegiatan yang diukur melalui
Indikator kinerja sebagai berikut:

Tabel 4.1 Indikator Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan


Provinsi Sumatera Barat Dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat
Tahun 2020

No Sasaran Indikator Kinerja


Target %
Realisasi
Prog/Keg Provinsi Capaian
1 Pembinaan 1 Persentase Kab/Kota
Gizi yang melaksanakan 53% 75,7 143
Masyarakat surveilans gizi
2 Persentase puskesmas
yang mampu Tata
21% 24,5 117
laksana gizi buruk pada
balita
3 Persentase ibu hamil
Kurang Energi Kronis 16% 8,6 146
(KEK)
4 Persentase bayi usia
kurang dari 6 bulan 50% 77,62 155
mendapat ASI Ekslusif
2 Pembinaan 1 Jumlah Kab/Kota yang
Kesehatan Menyelenggarakan 5
1 20
Keluarga Pelayanan Kesehatan Kab/Kota
ibu dan bayi baru lahir
2 Persentase Persalinan
di Fasilitas Pelayanan 87% 75,65 87
Kesehatan
3 Jumlah Kab/Kota yang
menyelenggarakan 4
16 400
pelayanan kesehatan Kab/Kota
balita
4 Jumlah Kab/Kota yang
menyelenggarakan
5
pelayanan kesehatan 12 240
Kab/Kota
Anak Usia Sekolah dan
Remaja
5 Jumlah Kab/Kota yang
menyelenggarakan 4
16 400
pelayanan kesehatan Kab/Kota
usia reproduksi
6 Persentase Kab/Kota
yang menyelenggarakan
45% 52,63 117
pelayanan kesehatan
lanjut usia
3 Pembinaan 1 Jumlah Kab/Kota yang
13
Upaya Kesjaor menyelenggarakan 16 123
Kab/Kota
kesehatan kerja
2 Jumlah Kab/Kota yang
13
menyelenggarakan 15 115
Kab/Kota
kesehatan olahraga
4 Penyehatan 1 Persentase
30% 25,96 87
Lingkungan Desa/kelurahan Stop

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 18


Buang air besar
Sembarangan (SBS)
2 Jumlah Kab/Kota Sehat 19
18 95
(KKS) Kab/Kota
3 Persentase sarana air
minum yang diawasi
/diperiksa kualitas air 58% 30,63 53
minumnya sesuai
standar
4 Jumlah Fasyankes yang
memiliki Pengelolaan 230
Limbah Medis sesuai Fasyanke 323 140
Standar s

5 Persentase tempat
pengelolaan pangan
(TPP) yang memenuhi 40% 42,44 106
syarat sesuai standar

6 Persentase tempat dan


fasilitas umum (TFU)
yang dilakukan 55% 39,89 73
pengawasan sesuai
standar
5 Promkes dan 1 Persentase Kab/Kota
PM yang menerapkan
20% 20% 100
kebijakan gerakan
masyarakat hidup sehat
2 Persentase Kab/Kota
melaksanakan
40% 40% 100
pembinaan posyandu
aktif
6 Dukungan 1 Persentase kinerja
Manajemen RKAKL pada program
dan Pelaks pembinaan kesehatan
85% 94,5 111
tugas teknis masyarakat
lainnya pada
prog Kesmas

Berikut ini dapat dilihat capaian Indikator Perjanjian Kinerja Dinas


Kesehatan Provinsi Sumatera dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat yang
didukung melalui Anggaran APBN Satker 03 Tahun 2020 sebagai berikut :

4.3.1. Pembinaan Gizi Masyarakat


4.3.1.1. Persentase Kabupaten/Kota Yang Melaksanakan Surveilans Gizi
Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah
kabupaten/kota yang minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan kegiatan
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi.
Realisasi cakupan kabupaten/Kota yang melaksanakan Surveilans Gizi pada
tahun 2020 sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 75,7% dari target

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 19


53%, dengan persentase capaian adalah sebesar 143%. Dibandingkan dengan
capaian Nasional tahun 2020 sebesar 49,4% dengan target 50%, maka
realisasi berada diatas rata-rata nasional. Ada perbedaan target Provinsi
dengan Nasional tahun 2020 dimana target provinsi lebih besar dari target
nasional. Dari 19 kab/kota hanya ada 3 (tiga) kabupaten/kota yaitu kota Kab.
Solok Selatan, Kota Padang dan Kota Bukittinggi yang belum mencapai target
seperti grafik berikut ini.

Grafik 4.1 Persentase Kab/Kota Yang melaksanakan Surveilans Gizi


Tahun 2020

Dalam pelaksanaan Surveilans Gizi, peran Petugas Puskesmas sangat


diperlukan untuk melakukan :
- Melakukan penimbangan dan pengukuran Bersama kader;
- Mengumpulkan data hasil penimbangan di Posyandu;
- Validasi hasil penimbangan di Posyandu;
- Analisis hasil penimbangan;
- Intervensi hasil analisis data.
- Entry Data . Data yang telah dikumpulkan dan divalidasi, selanjutnya
entry data dilakukan oleh petugas puskesmas kedalam aplikasi sigizi
terpadu (e-PPGBM).

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 20


- Diseminasi . Data yang sudah di entry kedalam sigizi terpadu dan
dianalisis sederhana oleh sistem, didiseminasikan ke lintas program dan
lintas sector
Hambatan dalam pelaksanaan surveilans gizi adalah Pada awal
pandemi Covid-19 (mulai bulan April – Mei 2020) pelayanan penimbangan
balita di Posyandu tidak terlaksana karena ada himbauan dari pusat dan
daerah untuk melakukan sosial distansing. Hari buka dan pelaksanaan
posyandu mengikuti kebijakan daerah. Koordinasi petugas, kader dan
masyarakat tidak maksimal dalam pelaksanaan posyandu sehingga ada
posyandu tidak melakukan pelayanan. Kota Padang dan Kota Bukittinggi
merupakan zona merah penyebaran Covid-19, sehingga banyak posyandu
yang tidak bisa berjalan optimal. Sementara kab Solok Selatan proses input
data surveilans gizi belum dilakukan secara optimal. Realisasi Pelaksanaan
entry data Surveilans Gizi kabupaten/Kota tahun 2020 dapat lilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 4.2 Pelaksanaan Surveilans Gizi Tahun 2020

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 21


Kegiatan surveilans gizi adalah pengamatan secara teratur dan terus
menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat
keputusan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat. Kegiatan
Surveilans Gizi di Puskesmas diperkuat dengan Sistem Informasi Gizi Terpadu
(Sigizi Terpadu) dengan Modul aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi
Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Salah satu kriteria pelaksanaan surveilans
gizi adalah assessment yang di lakukan melalui kegiatan pemantauan
pertumbuhan. Pada awal masa pandemi kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita di posyandu sempat berhenti karena ada himbauan untuk tidak
memberikan pelayana, kemudian dibatasi dan pelaksanaan posyandu dengan
menreapkan protokol kesehatan. Selain itu kegiatan pelacakan untuk
mengetahui determinan masalah gizi juga terbatas. Data hasil analisis
surveilans gizi penimbangan bulanan dan penimbangan massal disampaikan
ke pimpinan puskesmas untuk dimanfaatkan oleh Lintas Program dan Lintas
sektor terkait terutama untuk disampaikan di forum Lokmin Puskesmas
/Musrenbang Nagari/desa/kelurahan dan lainnya.

4.3.1.2. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk Pada


Balita
Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita Balita Gizi
buruk adalah balita usia 0-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk atau indeks Berat
Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari -3 SD atau Lingkar Lengan Atas <11,5 cm
bagi balita 6-59 bulan adalah Puskesmas dengan kriteria:
1) Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan tenaga
gizi, dan 2) Memiliki Standar Prosedur Operasional tatalaksana gizi buruk pada balita.
Realisasi cakupan Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada balita pada tahun
2020 sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 24,5% dari target 10%, dengan
persentase capaian adalah sebesar 245%. Dibandingkan dengan capaian Nasional
tahun 2020 sebesar 7,4% dengan target 10%, maka realisasi jauh berada diatas rata-
rata nasional. Sudah ada 3 (tiga) kabupaten/kota yaitu kota Padang Pariaman,
Pasaman Barat dan Pasaman yang sudah memenuhi target pencapaian seperti grafik
berikut ini.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 22


Grafik 4.2 Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk
Pada Balita Tahun 2020
Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
tahun 2020
Target 10%

100,0
80,0
80,0
65,062,5
57,1
60,0
39,1
40,0
26,725,0 24,5
20,0 14,313,0
5,3 4,3
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,0

Sumatera Barat
Sijunjung
50 Kota
Pariaman

Tanah Datar
Pasaman Barat

Mentawai

Dharmasraya
Solok
Pasaman

Solok Selatan
Agam

Kab. Solok

Padang Panjang
Bukittinggi
Padang Pariaman

Padang

Sawahlunto
Pesisir Selatan

Payakumbuh
Pandemi COVID-19 menyebabkan terjadinya perubahan atau
penyesuaian pada implementasi kegiatan dan pembiayaan, yang akan
berdampak pada capaian kinerja program. Salah satu indikator yang paling
berdampak adalah lndikator Persentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi
Buruk pada Balita di Puskesmas. Terdapat penyesuaian definisi operasional
indikator selama pada masa pandemi Covid19 menjadi pelaksanaan
pencapaian dilaksanakan bertahap yang dimulai dari pemenuhan tersedianya
SOP Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita di Puskesmas. Definisi operasional
ini akan disesuaikan dengan kondisi yang ada yaitu kondisi pandemi dan new
normal (pasca pandemi).
Indikator yang semula adalah agar puskesmas Mempunyai Tim Asuhan
Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan tenaga gizi. Pelatihan yang
sudah direncanakan pada tahun 2020 tidak dapat berjalan optimal Karena
kebijakan recofusing dana Covid-19, maka pelatihan Tata laksana gzi buruk
untuk petugas puskesmas tidak bisa dilaksanakan yang berpengaruh tehadap
target indikator. Dalam rangka pencapaian target indikator tersebut, Direktorat
Gizi Masyarakat telah menyusun menindaklanjuti dengan mewajibkan
puskesmas untuk membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) Pencegahan

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 23


dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita. Puskesmas akan menindaklanjuti
dengan menyusun SOP tersebut sesuai dengan sumber daya yang ada di
wilayahnya dan melakukan upload dokumen SOP ke dalam aplikasi e-PPGBM.
Sudah lebih dari separuh puskesmas kabupaten/kota melakukan upload dalam
aplikasi Sigizi Terpadu sedang dalam proses. sehingga jumlah puskesmas
yang memiliki SOP untuk tatalaksana gizi buruk dapat lebih meningkat lagi
nantinya.

Tabel 4.3 Puskesmas yang melakukan Upload SOP tahun 2020

4.3.1.3. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)


Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) adalah Ibu hamil
dengan risiko Kurang Energi Kronik (KEK) yang ditandai dengan ukuran
Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm. Realisasi cakupan Ibu hamil
Kurang Energi Kronik (KEK) pada tahun 2020 sudah mencapai target yang
ditetapkan yaitu 8,6% dari target 16%, dengan persentase capaian adalah
sebesar 146%. Dibandingkan dengan capaian Nasional tahun 2020 sebesar
12,2% dengan target 16%, maka realisasi sudah diatas rata-rata nasional. Ada

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 24


2 (dua) kabupaten/kota yang tidak memenuhi target yaitu Kab. Pasaman
(16,5%) dan Kota Sawahlunto (28,5%) seperti grafik berikut ini :

Grafik 4.3 Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)


Tahun 2020
Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) tahun 2020
Target 16%

30,0 28,5

25,0

20,0 16,5
15,0 13,2
10,610,811,611,611,812,5
9,9 10,1
10,0 7,7 7,7 8,6
6,4 6,7 6,8
3,7 3,8
5,0 2,4

Sumatera Barat
Padang Panjang
Mentawai
Sijunjung
50 Kota

Pariaman

Dharmasraya
Pasaman Barat

Bukittinggi

Tanah Datar
Solok Selatan

Kab. Solok
Solok

Agam

Pasaman
Padang Pariaman

Padang

Sawahlunto
Pesisir Selatan
Payakumbuh

Kekurangan energi kronik (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan


karena kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, yaitu
hitungan tahun. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016,
gambaran asupan makanan ibu hamil di Indonesia masih memprihatinkan,
dimana proporsi ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi kurang dari 70%
angka kecukupan energi (AKE) sekira 53,9%, yang artinya lebih dari separuh
ibu hamil di Indonesia mengalami kekurangan energi. Sementara proporsi ibu
hamil dengan tingkat kecukupan protein kurang dari 80% angka kecukupan
protein (AKP) juga cukup tinggi, yaitu sekira 51,9%, yang berarti separuh ibu
hamil di Indonesia mengalami defisit protein. Kurangnya asupan energi yang
berasal dari zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi
mikro terutama vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng, kalsium dan
iodium serta zat gizi mikro lain pada wanita usia subur yang berkelanjutan
(remaja sampai masa kehamilan), mengakibatkan terjadinya kurang energi
kronik (KEK) pada masa kehamilan, yang diawali dengan kejadian ‘risiko’ KEK

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 25


dan ditandai oleh rendahnya cadangan energi dalam jangka waktu cukup lama
yang diukur dengan lingkar lengan atas (LiLA).
Jika membandingkan capaian di tahun 2019 dan tahun 2020, terlihat
penurunan persentase ibu hamil KEK dari 8,84% menjadi 8,6%. dan berada
dibawah target, seperti pada grafik berikut ini :

Grafik 4.4 Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)


Tahun 2019 – 2020

Prevalensi Ibu Hamil KEK


Tahun 2019 - 2020
20

15

10 8,84 8,6
18 16
5

0
2019 2020

Target Realisasi

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), batas ambang masalah


kesehatan masyarakat untuk ibu hamil dengan risiko KEK adalah <5%,
sementara Riskesdas 2018 menunjukkan angka 17,3% dan Riskesdas 2017
sebesar 14,8%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia dan juga provinsi
Sumatera Barat masih mempunyai masalah kesehatan masyarakat ibu Hamil
KEK. Upaya yang dapat dilakukan untuk perbaikannya adalah :
- Konseling ibu tentang gizi seimbang bagi ibu hamil yang terintegrasi di
kelas ibu.
- Penyuluhan tentang MT untuk ibu hamil KEK, dengan memanfaatkan
pangan lokal, sehingga tidak bergantung kepada pangan jadi atau
pangan pabrikan.
- Pendidikan gizi seimbang dan konsumsi tablet tambah darah bagi
remaja puteri, dalam rangka meningkatkan status kesehatan remaja
putri yang merupakan calon ibu

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 26


- Kegiatan kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk
belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap
muka
dalam kelompok. Melalui kelas ibu hamil diharapkan terjadi
peningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku ibu dalam hal
kehamilan. Dalam kegiatan ini pengetahuan tentang gizi dan konseling
dapat diberikan untuk ibu hamil terutama ibu hamil yang berisiko
- Penyelenggaraan kegiatan pelayanan antenatal di puskesmas (ibu hamil
mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali) Kegiatan ini
merupakan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga
kesehatan minimal 4 kali, sesuai dengan ketetapan waktu kunjungan.
Melalui kegiatan ini diharapkan ibu hamil dapat dideteksi secara dini
adanya masalah, gangguan atau kelainan dalam kehamilannya, dan
dilakukan penanganan secara cepat dan tepat.
- GP2SP merupakan upaya pemerintah, masyarakat maupun pengusaha
untuk menggalang dan berperan serta, guna meningkatkan kepedulian
dalam upaya memperbaiki kesehatan dan status gizi pekerja
perempuan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan
meningkatkan kualitas generasi penerus. Kegiatan utama GP2SP
diantaranya adalah perusahaan menyediakan ruang ASI, mengadakan
kelas ibu hamil, cek kesehatan secara berkala dan memperhatikan gizi
pekerja hamil dan menyusui di tempat kerja.

4.3.1.4. Persentase Bayi Kurang Dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif


Bayi usia 0 bulan 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja tanpa makanan
atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24 jam.
Persentase bayi usia kurang 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah proporsi
bayi mencapai umur 5 bulan 29 hari mendapat ASI Eksklusif 6 bulan terhadap
jumlah seluruh bayi mencapai umur 5 bulan 29 hari yang datang dan tercatat
dalam register pencatatan/Buku KIA/KMS di suatu wilayah pada periode
tertentu x 100%. Realisasi cakupan Bayi Kurang Dari 6 Bulan Mendapat ASI
Ekslusif pada tahun 2020 telah dapat melampaui target yang ditetapkan yaitu
77,6% dari target 53%, dengan persentase capaian adalah sebesar 145%.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 27


Dibandingkan dengan capaian Nasional tahun 2020 sebesar 59,7% dari target
50%, maka realisasi sudah diatas rata-rata nasional. Semua kabupaten/kota
sudah memenuhi target pencapaian seperti grafik berikut ini.

Grafik 4.5 Cakupan Bayi Kurang Dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
Tahun 2020

Cakupan Bayi Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif tahun


2020
100,0 90,6 90,6 90,1 89,7 88,5 Target 40%
85,0
80,5 80,2 79,9 79,4 77,4
75,9 74,2 73,7 73,3 77,62
80,0 72,4 72,4 71,4 70,3

60,0

40,0

20,0

Sumatera Barat
Padang Pariaman
50 Kota

Sijunjung
Pariaman

Mentawai

Bukittinggi
Tanah Datar

Dharmasraya
Solok

Pasaman Barat

Solok Selatan
Padang
Agam

Padang Panjang
Pasaman
Kab. Solok
Sawahlunto

Pesisir Selatan
Payakumbuh

Ada trend kenaikan cakupan Bayi Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI
Eksklusif tahun selama periode tahun 2016 sampai dengan 2020, seperti
grafik berikut ini.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 28


Grafik 4.6 Cakupan Bayi Kurang Dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
Tahun 2019 - 2020

Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif


Tahun 2016 - 2020
100
90
80
70 77,62
75,6 76,4 77,0 75,9
60
50
40
30
47 50 53
20 42 44
10
0
2016 2017 2018 2019 2020

Target Realisasi

Upaya peningkatan cakupan pemberian ASI Ekslusif dilakukan dengan


berbagai strategi, mulai dari penyusunan kerangka regulasi, peningkatan
kapasitas petugas dan promosi ASI ekslusif. Peraturan yang mendukung
Pemberian ASI Ekslusif adalah :

1) Peraturan Daerah (PERDA) ASI Provinsi Sumatera Barat No. 15 Tahun


2014 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam Perda ASI
tersebut diatur tanggungjawab pemerintah daerah dalam
pengembangan program ASI, menetapkan kebijakan daerah,
melaksananakan advokasi dan sosialisasi serta pengawasan terkait
program pemberian ASI eksklusif
2) Kab. Kepulaan Mentawai : Perbup No 48 Tahun 2017 Tentang 7 Pesan
Sikerey yang didalamnya terdapat pesan ASI
3) Kabupaten Solok : Perda No 4 Tahun 2017
4) Kab Sijunjung : Perda No 3 Tahun 2013 tentang ASI Dan Surat Edaran
Bupati Tentang Tindak Lanjut Perda No 3 Tahun 2013
5) Kabupaten Padang Pariaman : Perbup No 29 Tahun 2019 Tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 29


6) Kabupaten Pasaman : Peraturan Bupati Pasaman No 24 Tahun 2019
tentang Cegah Stunting dengan PINTAR yang poinnya ada ASI
Eksklusif
7) Kabupaten Dharmasraya : Peraturan Bupati No 14 Tahun 2015
8) Kota Padang : Perwako No 7 Tahun 2015 tentang Ruang Menyusui
9) Kota Sawahlunto : Perwako No 19 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Asi Eksklusif
10) Kota Payakumbuh : Perda No 9 Tahun 2015
11) Kota Pariaman : Himbauan Walikota Pariaman Tentang Pemberian ASI
Eksklusif 0-6 Bulan

4.3.2. Pembinaan Kesehatan Keluarga


4.3.2.1. Jumlah Kab/Kota Yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir
Kriteria Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir adalah Seluruh puskesmas menyelenggarakan kelas ibu hamil
minimal di 50% desa/kelurahan, Cakupan K4 minimal 85%, Seluruh puskesmas
dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan
maternal neonatal, Kab/Kota memiliki minimal 1 Rumah Sakit Mampu
melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan
maternal neonatal dan Dinas Kesehatan Kab/Kota menyelenggarakan AMP
minimal 1 kali setiap 3 bulan. Terlaksananya pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir terlihat dari masing-masing indikator pendukung yang memenuhi
target yang sudah ditetapkan. Target Kab/Kota yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir tahun 2020 sebanyak 5 Kab/Kota
dengan realisasi sebanyak 1 Kab/Kota (5,26%). Hanya ada 1 (satu) Kab/Kota
yang memenuhi target pencapaian yaitu Kota Payakumbuh (100%),
sedangkan 18 Kab/Kota belum memenuhi target yang sudah ditetapkan seperti
grafik berikut ini :

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 30


Grafik 4.7 Persentase Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Tahun 2020

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir


100
100
90
80
70
60
50
40
30
20 5,26
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dapat dihitung secara
komposit dimana terpenuhinya 5 indikator pendukung yaitu :
1. Seluruh puskesmas menyelenggarakan kelas ibu hamil minimal di 50%
desa/kelurahan. Pelaksanaan kelas ibu hamil merupakan kegiatan
terencana sesuai kebutuhan untuk membahas materi buku KIA secara
berdiskusi dan berbagi pengalaman antara ibu hamil dalam kelompok.
Kegiatan kelas ibu hamil dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan mengikuti kelas ibu diharapkan meningkatkan pengetahuan,
merubah sikap dan perilaku ibu tentang kesehatan ibu hamil, bersalin dan
ibu nifas serta tumbuh kembang balita yang optimal.
2. Cakupan K4 minimal 85%
Pemeriksaan pelayanan ibu hamil ke 4 (K4) menggambarkan tingkat
perlindungan pada ibu hamil, dengan mendapatkan minimal 4 kali pelayanan
antenatal care diharapkan ibu hamil mengetahui kondisi kesehatan ibu dan
janin. Selain itu ibu dan keluarga juga diharapkan telah memahami tanda –
tanda bahaya kehamilan yang berkemungkinan juga akan dialami ibu hamil.
Pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan
memberikan pelayanan antenatal secara lengkap (10 T) yang terdiri dari:
timbang badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 31


(ukur LiLA), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut
jantung janin, skrining status imunisasi TT dan bila perlu pemberian
imunisasi TT, pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), test lab
sederhana (Golongan Darah, Hb, Glukoprotein Urin) dan skrining terhadap
Hepatitis B, Sifilis, HIV, Malaria, TBC, tata laksana kasus, dan temu wicara/
konseling termasuk P4K serta KB PP.
3. Seluruh puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal neonatal
4. Kab/Kota memiliki minimal 1 Rumah Sakit Mampu melakukan penanganan
kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal neonatal.
Rumah Sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang memiliki tenaga dengan
kemampuan serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk
memberikan pelayanan pertolongan kegawatdaruratan obstetrik dan
neonatal komprehensif dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
5. Dinas Kesehatan Kab/Kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali setiap 3
bulan.
Kunjungan neonatus adalah cakupan pelayanan pada bayi baru lahir
usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 3
kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari
ke 7, dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir di suatu wilayah pada
kurun waktu tertentu. Pelayanan neonatal esensial, standar kuantitas adalah
kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal dengan ketentuan
Kunjungan neonatal 1 (KN 1) 6-48 Jam, Kunjungan neonatal 2 (KN 2) 3-7 hari
dan Kunjungan neonatal 3 (KN 3) 8-28 hari. Pada kunjungan neonatus
pelayanan yang diberikan sesuai standar yaitu, pemeriksaan dilakukan dengan
pendekatan MTBM, perawatan tali pusat, konseling ASI dan tanda bahaya bayi
baru lahir, pemberian imunisasi HB 0 untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak
ditolong oleh tenaga kesehatan dan Injeksi Vit K1 bagi yang tidak lahir di
fasyankes atau belum mendapatkan injeksi Vit K1jika belum diberikan saat
lahir, penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi.
Beberapa faktor yang menghambat tidak tercapainya target disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut :

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 32


1) Masih adanya Persalinan non tenaga kesehatan.
2) Akses Pelayanan Kesehatan akibat faktor geografis yang sulit
3) Tenaga kesehatan tidak berada ditempat
4) Kompetensi tenaga kesehatan yang belum maksimal
5) Pelayanan Neonatus belum sesuai standar
Sedangkan faktor-faktor pendukung pencapaian kinerja adalah sebagai berikut
1) Adanya program Jampersal melalui dana DAK Non Fisik
2) Adanya kegiatan supervisi fasilitatif untuk peningkatan kompetensi
tenaga kesehatan.
3) Penguatan Pelayanan Neonatal Esensial
4) Peningkatan peran serta lintas program, lintas sector dan pemberdayaan
masyarakat dalam pemanfatan Buku KIA
5) Sistim rujukan neonatus komplikasi

4.3.2.2. Persentase Persalinan di Fasilitas Kesehatan


Persentase Persalinan di Fasilitas Kesehatan adalah Jumlah ibu
bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar/Jumlah sasaran ibu bersalin yang
ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu x100%. Cakupan Ibu bersalin
yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan oleh tim minimal 2 (dua) orang terdiri dari Dokter dan bidan
atauDokter dan perawat atau2 (dua) orang bidan, atauBidan dan perawat

Target Persalinan di Fasyankes (PF) tahun 2020 sebesar 87% dengan


realisasi sebesar 76,30%. Hanya 3 (tiga) Kabupaten/Kota yang memenuhi
target pencapaian cakupan yaitu Pariaman (92,33%), Padang Panjang
(89,02%), Kota Payakumbuh (87,71%) dan Kota Solok (87,37%). Pencapaian
terendah di Kabupaten Kepulauan Mentawai (25,6%) seperti grafik berikut :

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 33


Grafik 4.8 Persentase Persalinan di Fasyankes Tahun 2020

Persalinan di Fasyankes

100 92,3389,0287,7187,3786,95
90 82,1781,8880,2778,08
76,674,7573,35 73 72,89 76,3
80 72,2169,39
67,666,42
70
60
50
40 25,6
30
20
10
0

Berdasarkan grafik diatas terlihat cakupan PF tahun 2020 belum


mencapai target yang sudah ditetapkan. Terdapat beberapa hal yang menjadi
faktor penghambat pencapaian pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan
antara lain :
1. Situasi pandemic covid-19 yang membuat ibu bersalin khawatir
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
2. Masih rendahnya kompetensi petugas dalam memberikan pelayanan
persalinan
3. Kurangnya kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaporkan cakupan
pelayanan persalinan di BPM dan RSB.
4. Tingkat pendidikan ibu yang masih rendah dan masih rendahnya peran
perempuan dalam pengambilankeputusan.
5. Budaya di kelompok masyarakat tertentu, yang menyebabkan ibu hamil
lebih memilih untuk bersalin di rumah atau dipolindes.
6. Belum samanya persepsi tentang Definisi Operasional Persalinan di
Fasyankes tentang poskesdes dan polindes
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan di Fasilitas Kesehatan (PF) adalah :

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 34


1. Supervisi fasilitatif bagi petugas untuk melihat tingkat kepatuhan petugas
dalam memberikan pelayanan sesuai standar.
2. Pendampingan program kesehatan keluarga untuk memantau kualitas
pelayanan yang diberikan kepada ibu dan anak dengan melakukan
pendampingan semua program kesehatan keluarga di masing-masing
puskesmas. Selain evaluasi bagi petugas juga melakukan mapping
sarana prasarana pendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak.
3. Review defenisi operasional indikator kesehatan keluarga bagi petugas,
dan koordinasi dengan lintas program, organisasi profesi terkait
pencatatan dan pelaporan.
4. Penguatan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
(P4K), melalui konseling yang aktif dan efektif, diharapkan ibu hamil dan
keluarga dapat melakukan perencanaan kehamilan dan persalinannya
dengan baik serta memantapkan keputusan ibu hamil dan keluarganya
untuk melahirkan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

4.3.2.3. Jumlah Kab/Kota Yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan


Balita

Kriteria Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita


adalah Seluruh puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya di 50%
desa/kelurahan, Seluruh puskesmas melaksanakan pendektan MTBS pada
kunjungan balita sakit dan Seluruh puskesmas melaksanakan intervensi
(SDIDTK) pada rujukan balita dipantau gangguan perkembangan. Pada tahun
2020 target Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita
sebanyak 4 Kab/Kota (21%) dengan realisasi sebanyak 16 Kab/Kota (84,21%).
Ada 3 (tiga) kabupaten/kota yang belum memenuhi target pencapaian yaitu
Kota Padang (0%), Kab. Solok Selatan (0%) dan Kota Padang Panjang
(0%)seperti grafik berikut ini :

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 35


Grafik 4.9 Persentase Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Balita Tahun 2020

Pelayanan Kesehatan Balita


100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 84,21
90
80
70
60
50
40
30
20
10 0 0 0
0

Pelayanan kesehatan balita dapat dihitung secara komposit dimana


terpenuhi 3 indikator pendukung yaitu :
1. Seluruh puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya di 50%
desa/kelurahan.
Pelaksanaan kelas ibu hamil merupakan kegiatan terencana sesuai
kebutuhan untuk membahas materi buku KIA secara berdiskusi dan
berbagi pengalaman tentang pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan
stimulasi dan perkembangan antara ibu balita yang mempunyai anak
berusia antara 0-5 tahun secara bersama-sama. Kegiatan kelas ibu balita
dilakukan minimal 1 kali sebulan dengan pengelompokan umur 0-1 tahun,
umur 1-2 tahun dan umur 2-5 tahun.
2. Seluruh puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS pada kunjungan
balita sakit.
Dalam penerapan MTBS, penilaian dilakukan secara cepat terhadap
semua gejala anak sakit, sehingga dapat segera ditentukan apakah anak
dalam keadaan sakit berat dan perlu dirujuk. Selain pemberian
pengobatan yang sesuai disamping cara konseling bagi ibu dengan
menggunakan buku KIA.
3. Seluruh puskesmas melaksanakan intervensi (SDIDTK) pada rujukan
balita dipantau gangguan perkembangan.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 36


Stimulasi yang tepat akan merangsang otak balita sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian pada balita berlangsung optimal sesuai dengan umur anak.
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan untuk dapat
mendeteksi secara dini, apabila ditemukan penyimpangan maka dilakukan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita sebagai tindakan
koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak agar tumbuh
kembangnya kembali normal.

4.3.2.4. Jumlah Kab/Kota Yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan


Anak Usia Sekolah dan Remaja

Kriteria Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak


usia sekolah dan remaja adalah Minimal 40% puskesmas mampu laksana
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan Setiap puskesmas membina
minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui
kegiatan UKS/M yang ada di wilayah kerja puskesmas. Pada tahun 2020 target
Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah
dan remaja sebanyak 5 Kab/Kota (26%) dengan realisasi sebanyak 13
Kab/Kota (68,42%). Ada 6 (enam) kabupaten/kota yang belum memenuhi
target pencapaian yaitu Kota Pariaman (0%), Kab. Pesisir Selatan (0%), Kab.
Sijunjung (0%), Kab. Pasaman (0%), Kota Bukittinggi (0%) dan Kota Padang
(0%) seperti grafik berikut ini :

Grafik 4.10 Persentase Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan


Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja Tahun 2020

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 37


Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
80 68,42

60
40
20
0 0 0 0 0 0
0

Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur pemeriksaan


kesehatan yang dilakukan untuk memilah (skrining) anak yang sehat dan tidak
sehat, serta dapat dimanfaatkan untuk pemetaan kesehatan peserta didik.
Penjaringan kesehatan dilakukan agar terdeteksinya secara dini masalah
kesehatan peserta didik, sehingga bila terdapat masalah dapat segera
ditindaklanjuti. Selain itu hasil penjaringan kesehatan dapat dijadikan data atau
bahan informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik, maupun
untuk dijadikan pertimbangan.

4.3.2.5. Jumlah Kab/Kota Yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan


Usia Reproduksi
Kriteria Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia
reproduksi adalah Minimal 50% puskesmas memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi calon pengantin (Kespro Catin) dan Seluruh puskesmas mampu dan
memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan. Pada tahun 2020 target
Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan usia reproduksi sebanyak 4
Kab/Kota (21%) dengan realisasi sebanyak 17 Kab/Kota (89,47%). Ada 2 (dua)
kabupaten/kota yang belum memenuhi target pencapaian yaitu Kab. Mentawai
(0%) dan Kota Sawahlunto (0%) seperti grafik berikut ini :

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 38


Grafik 4.11 Persentase Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi Tahun 2020

Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi


100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 89,47

80

60

40

20
0 0
0
TANAH DATAR

PASAMAN
SIJUNJUNG

AGAM

KOTA PADANG
PASAMAN BARAT

KEPULAUAN MENTAWAI

SUMBAR
KOTA PARIAMAN
PESISIR SELATAN
SOLOK

KOTA BUKITTINGGI
KOTA PAYAKUMBUH

KOTA SAWAH LUNTO


KOTA SOLOK
LIMA PULUH KOTA

DHARMAS RAYA

KOTA PADANG PANJANG


PADANG PARIAMAN

SOLOK SELATAN

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan usia reproduksi juga dihitung


secara komposit dengan memenuhi 2 indikator yaitu :

1. Minimal 50% puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi


calon pengantin (kespro catin).
Konseling/komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi
calon pengantin dan skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal
pemeriksaan status gizi meliputi : (pemeriksaan berat badan, tinggi
badan, penentuan IMT, pemeriksaan Lingkar Lengan Atas / LiLa) dan
tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan
atau perawat dan atau petugas gizi)
2. Seluruh puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca
Persalinan.
KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan
kepada PUS setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan
tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 39


dengan metoda cara modern (AKDR/ pil/ suntik/ kondom/ MAL/ implan/
vasektomi) setelah ibu melahirkan.

4.3.2.6. Persentase Kab/Kota Yang Menyelenggarakan Pelayanan


Kesehatan Lanjut Usia
Persentase Kab/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Lanjut Usia
adalah Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut
usia/Jumlah Kab/Kota dalam kurun waktu 1 tahun x 100%. Pada tahun 2020
target Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia
sebesar 45% dengan realisasi sebesar 57,89% (mencapai target) . Ada 8
(delapan) kabupaten/kota yang belum memenuhi target pencapaian yaitu Kab.
Solok (0%), Kab. Sijunjung (0%), Kab. Pasaman (0%), Kota Padang (0%), Kota
Sawahlunto (0%), Padang Panjang (0%) dan Payakumbuh (0%) seperti grafik
berikut ini :

Grafik 4.12 Persentase Kab/Kota yang Menyelenggarakan


Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2020

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
90
80
70 57,89
60
50
40
30
20
10 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia juga dihitung secara


komposit dengan memenuhi 3 indikator yaitu

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 40


1. Seluruh puskesmas membina posyandu di 50% desa di wilayah desa di
wilayah kerjanya.
Seluruh puskesmas melaksanakan pembinaan pada posyandu lansia
sehingga posyandu lansia buka minimal 4 kali dalam satu tahun pada
setiap desa tersebut. Setiap puskemas minimal memiliki 1 posyandu
lansia. Posyandu lansia merupakan salah bentuk pelayanan luar
gedung, kegiatan meliputi skrining dan edukasi kesehatan. Skrining
kesehatan lansia merupakan salah satu target Standar Pelayanan
Minimal yang wajib dipenuhi oleh seluruh Kabupaten/Kota.
2. Minimal 50% puskesmas yang ada di Kab/Kota menyelenggarakan
pelayanan kesehatan santun lansia.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan santun lansia dengan
memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas
pelayanan yang terlatih atau memahami pelayanan kesehatan lansia
dan geriatri. Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia,
minimal dengan mendahulukan lansia di loket, poliklinik, laboratorium
dan apotik. Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkin,
sehingga aman dan mudah diakses oleh lansia. Melakukan koordinasi
dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup.
3. Kab/Kota mengembangkan program perawatan jangka panjang bagi
lansia.
Pelaksanaan dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP bagi
Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal.

4.3.3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga


4.3.3.1 Persentase Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBS)

Desa/kelurahan stop buang air besar sembarangan (SBS) adalah


desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang
air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 41


Tabel 4.4 Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) Tahun 2020

Indikator Target Realisasi Capaian


Persentase desa/kelurahan stop buang
30 25,96 86,53 %
air besar sembarangan (SBS)

Grafik 4.13 Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar


Sembarangan (SBS) Tahun 2017 - 2020

KA; 2020; 25,96

KA; 2019; 21,13

2017
2018
2019
KA; 2018; 10,12
2020

KA; 2017; 2

Selama 4 tahun terakhir presentase desa/nagari ODF di Provinsi


Sumatera Barat meningkat. Walaupun jumlah desa ODF Sumatera Barat
masih rendah dari jumlah kelurahan/nagari 1.117 di Sumbar yang ODF baru
mencapai nagari/kelurahan dengan persentase 25,96%, hal ini meningkat dari
Tahun 2019 yang hanya mencapai 21,13%. Target Desa/Nagari ODF tahun
2020 di Provinsi Sumatera Barat belum tercapai (Target 30%).

4.3.4.2 Jumlah Kab/Kota Sehat (KKS)


Kabupaten/kota yang menyelenggarakan kab/kota sehat dilihat dengan
kriteria:
1. Memiliki laporan hasil verifikasi oleh provinsi yaitu melaksanakan minimal 2
tatanan masyarakat sehat mandiri, dan permukiman sarana dan prasarana
umum.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 42


2. Memiliki SK tim pembina KKS
3. Memiliki SK forum KKS
4. Mempunyai rencana kerja tim pembina
5. Mempunyai rencana kerja forum
Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat,
dilihat dari tatanan yang dilaksanakan oleh Forum Kabupaten/Kota Sehat
dengan pembinaan oleh Tim Pembina Kabupaten/Kota Sehat setiap tahunnya.
Dari 19 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat pada Tahun 2020 ini, 18
Kabupaten/Kota sudah mempunyai Forum Kabupaten/Kota Sehat dengan
melaksanakan Tatanan sesuai potensi daerah masing-masing. Hal ini sudah
mencapai target yang telah ditetapkan tahun 2020, yaitu 18 Kabupaten/Kota.
Kabupaten yang belum melaksanakan Tatanan Kabupaten/Kota Sehat hanya
Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Grafik 4.14 Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)


Tahun 2016 - 2020

Jika dilihat dari grafik diatas terlihat adanya peningkatan bila dibandingkan
dengan tahun 2016 dan 2017 sebanyak 17 kabupaten/kota menjadi 18

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 43


kabupaten/kota di 3 (tiga) tahun berturut-turut sesuai dengan target yang
ditetapkan yaitu tahun 2018, 2019 dan 2020.
Dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat masih ada 1 (satu) kabupaten
yang belum menyelenggarakan tatanan kawasan sehat dan hal ini menjadi
target selanjutnya pada tahun 2021.

4.3.4.3 Persentase Sarana Air Minum Yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air


Minumnya Sesuai Standar

Grafik 4.15 Persentase Sarana Air Minum Yang Diawasi/ Diperiksa


Kualitas Air Minum Sesuai Standar Tahun 2017 - 2020

Persentase air minum yang dilakukan pengawasan dihitung dari


sarana air minum yang dilakukan pengawasan dibagi total sarana air minum
dikali 100%. Sarana air minum yang dilakukan pengawasan diprioritaskan
untuk sarana air minum yang bersifat komunal, yaitu dari reservoir PDAM,
Depot Air Minum, reservoar air Pamsimas dan saran air minum komunal
lainnya. Jika semua sarana air minum komunal telah dilakukan pengawasan
dapat dilanjutkan ke sarana air minum individu.
Tahun 2020, presentase sarana air minum yang dilakukan
pengawasan 30,63 % turun dari target yang telah ditetapkan sebesar 58%.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 44


4.3.4.4 Jumlah Fasyankes Yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis
Sesuai Standar

Grafik 4.16 Jumlah Fasyankes Yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis


Sesuai Standar Tahun 2017 - 2020

Dari 74 Rumah Sakit di Provinsi Sumatera Barat, dengan perincian


Rumah sakit Pemerintah 31 RS dan swasta 46 Rumah Sakit, Jumlah rumah
sakit yang melakukan pengelolaan limbah sesuai standar dalam 5 (lima) tahun
terkahir terjadi peningkatan. Tahun 2016 hanya 1 (satu) rumah sakit, meningkat
pada tahun 2017 dan 2018 menjadi 2 (dua) rumah sakit dan terus bertambah
menjadi 6 (enam) rumah sakit pada tahun 2019, dan pada tahun 2020 terjadi
peningkatan yang signifikan mencapai 48 rumah sakit. Hal ini dipengaruhi oleh
semakin ketatnya tuntutan dan pengawasan terhadap limbah di fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai peraturan yang ditetapkan pemerintah terutama
untuk pengelolaan limbah infeksius.

4.3.4.5 Persentase Tempat Pengolahan Pangan (TPP) yang memenuhi


syarat sesuai standar

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 45


Grafik 4.17 Persentase Tempat Pengolahan Pangan Yang Memenuhi
Syarat Sesuai Standar Tahun 2020

Presentase tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat


kesehatan dihitung dari jumlah tempat pengelolaan makanan yang diperiksa
yang memenuhi syarat dibagi total tempat pengelolaan makanan yang
diperiksa x 100%. Tempat Pengelolaan makanan dan minuman yang
memenuhi syarat kesehatan dilihat melalui E Monev TPM Per 31 Desember
2020 di Provinsi Sumatera Barat sebesar 42,44%, Hal ini sudah melencapai
target yang ditetapkan sebesar 40%.

4.3.4.6 Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) Yang Dilakukan


Pengawasan Sesuai Standar

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 46


Grafik 4.17 Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) Yang
Dilakukan Pengawasan Sesuai Standar Tahun 2020

4.3.5 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


4.3.5.1 Persentase Kab./Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat

Dari 19 kab./kota sudah memiliki kebijakan yang mendukung Germas, namun


belum semuanya yang menerapkan kebijakan Germas tersebut. Hal ini
dikarenakan bahwa kab./kota yang telah menerapkan Germas ditentukan oleh
2 (dua) faktor, yakni :
- Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Inpres No. 1 tahun 2017
- Melaksanakan penggerakan masyarakat dalam melaksanakan Germas
minimal 3 x setahun dengan melibatkan Pendidikan (sekolah), UKBM
atau mitra potensial

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 47


Tabel 4.5 Persentase Kab/Kota Yang Menerapkan Kebijakan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Tahun 2020

Indikator Target Realisasi Capaian


Persentase Kabupaten/Kota yang
menerapkan kebijakan gerakan 20 % 31,6 % 158 %
masyarakat hidup sehat

Kabupaten/kota yang telah menerapkan Kebijakan Germas adalah


Bukittinggi, Pasaman, Padang, Kab. Solok, Kota Solok dan Pariaman. Hal ini
terbukti dengan dikeluarkannya kebijakan Germas di tahun 2020 dan
pelaksanaan kegiatan Germas dengan melibatkan lintas sektor.
Disamping itu keberhasilan capaian indikator tersebut juga didukung
dengan kegiatan yang berkaitan dengan Germas, yang berasal dari dana
APBN (Dekonsentrasi) maupun APBD. Diantara kegiatan APBN tersebut
diantaranya :
 Pertemuan Forum Germas di Provinsi dan Kab./Kota
 Pembinaan Teknis dalam Pencapaian Program Prioritas
 Pembinaan Implementasi Kebijakan Germas di Kab./Kota
 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media
Kegiatan APBD diantaranya :
- Media Promosi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi
- Kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Kab./Kota
- Jambore PKK-KB Kes
Kegiatan DAK Non Fisik diantaranya Mobilisasi Masyarakat dalam
Implementasi Germas

4.3.5.2 Persentase Kab/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan


Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Upaya
pengembangan kualitas sumberdaya manusia dengan mengoptimalkan potensi

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 48


tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata jika Posyandu dapat
dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran
yang membutuhkan layanan kesehatan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu
nifas.

Tabel 4.6 Persentase Kab/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif


Tahun 2020

Indikator Target Realisasi Capaian


Persentase Kabupaten/Kota
melaksanakan pembinaan 40 % 52,6 % 131,5 %
posyandu aktif

Untuk meningkatkan kinerja Posyandu Aktif, perlu dilakukan pembinaan


oleh OPD terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pemberdayaan
Masyarakat, dll) serta TP-PKK melalui Pokjanal dan Forum yang ada di tingkat
kab./kota maupun kecamatan. Dalam melihat keberhasilan pembinaan
Posyandu Aktif tersebut, dipantau dari beberapa kriteria berikut ini :
- Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait
- Mengadakan pertemuan rutin minimal 2 x setahun
- Melakukan peningkatan kapasitas petugas puskesmas dan kader yang
berasal dari nagari
- Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan
Posyandu (mis : SIP Posyandu)
- Posyandu Aktif minimal 50 %
Dari data yang ada, diketahui 10 kab./kota yang telah melaksanakan
pembinaan Posyandu Aktif, yakni : Kota Bukittinggi, Kab. Pasaman, Kab.
Pesisir Selatan, Kab. Agam, Kab. Padang Pariaman, Kota Sawahlunto, Kab.
Sijunjung, Kab. Tanah Datar Kab. Dharmasraya dan Kab. Solok.
Selain itu, tercapainya target indikator ini, juga didukung dengan kegiatan yang
menunjang indikator tersebut, diantaranya :
Sumber dana APBN yaitu Pertemuan Koordinasi Pokjanal Posyandu Tingkat
Provinsi

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 49


Sumber dana APBD yaitu Jambore PKK-KB Kes dan dana DAK Non Fisik
yaitu Orientasi Komunikasi Antar Pribadi Bagi Tenaga Kesehatan dan
Penguatan UKBM Melalui Pemberdayaan Masyarakat

4.3.6 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Persentase
realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat sebesar 94.5% dari target 85%,
(Capaian 111%)

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 50


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasakan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka berikut dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat, dalam mencapai Perjanjian Kinerja (PK) yang ditetapkan oleh
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, memperoleh
anggaran APBN ( Satker Dekon 03 ) sebesar Rp. 2.601.590.000,-
2. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Kesehatan
Masyarakat melalui anggaran APBN (Satker 03), dari jumlah alokasi
anggaran Rp. 2.601.590.000,- telah dapat direalisasi Rp.
2.458.536.742,- (94,50%), dengan Realisas Fisik: 97,99%.
3. Capaian Indikator PK untuk masing-masing Program/Kegiatan dapat
digambarkan sebagai berikut :
1) Pencapaian Indikator Sasaran Program / Kegiatan Pembinaan Gizi
Masyarakat.
Dari 4 (empat) indikator Perjanjian Kinerja yang ditetapkan hanya 3
(tiga) indikator mencapai target yaitu :
- Persentase kabupaten/Kota yang melaksanakan Surveilans Gizi
sebesar 24,1 % dari Target 53%, (Capaian 75,7%).
- Persentase Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada balita
sebesar 24,5% dari Target 21%, (Capaian 24,5%).
- Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) sebesar 8,6 %
dari Target 16%, (Capaian 110,15 %).
- Persentase Bayi Usia Kurang Dari 6 (enam) Bulan Yang
Mendapat ASI Ekslusif sebesar 71,91% dari Target 50%,
(Capaian 143,82%)
Sedangkan yang belum mencapai target yaitu :
- Persentase Kab/Kota yang melaksanakan Surveilans Gizi sebesar
24,1 % dari Target 53%, (Capaian 75,7%).
2) Pembinaan Program Kesehatan Keluarga

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 51


Dari 6 (enam) Indikator Perjanjian Kinerja yang ditetapkan ada 4
(empat) indikator yang mencapai target yaitu :
- Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
balita sebanyak 16 Kab/Kota dari Target 4 Kab/Kota (Capaian
400%).
- Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Anak Usia Sekolah dan Remaja sebanyak 13 Kab/Kota dari
Target 5 Kab/Kota (Capaian 260%).
- Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan usia
reproduksi sebanyak 17 Kab/Kota dari Target 4 Kab/Kota
(Capaian 425%).
- Persentase Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia lanjut sebesar 57,47% dari Target 50%, (Capaian
85,06%).
Sedangkan 2 (dua) indikator yang tidak mencapai target yaitu :
- Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir sebanyak 1 Kab/Kota dari Target 5
Kab/Kota (Capaian 20%).
- Persentase Persalinan di Fasilitas Kesehatan sebesar 78,21%
dari Target 87%, (Capaian 110,1%)
3) Program Kesehatan Kerja dan Olahraga
Dari 2 (dua) indikator yang ditetapkan, semua indikator mencapai
target yaitu :
- Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja
sebanyak 16 Kab/Kota dari Target 13 Kab/Kota (Capaian 123%).
- Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga
sebanyak 15 Kab/Kota dari Target 13 Kab/Kota (Capaian 115%).
4) Program Penyehatan Lingkungan
Dari 6 (enam) indikator yang ditetapkan, hanya 2 (dua) yang mencapai
target yaitu:
- Jumlah Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis
sesuai standar sebanyak 323 dari target 230 fasyankes (Capaian
140%).

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 52


- Persentase Tempat Pengelolaan Pangan Pangan (TPP) yang
memenuhi sesuai standar sebesar 42,44% dari Target 40%
(Capaian 106%).
Sedangkan 4 (empat) indikator yang tidak mencapai target yaitu :
- Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang air Besar Sembarangan
(BABS) sebesar 25,96% dari target sebesar 30% (Capaian 87%).
- Jumlah Kab/Kota Sehat (KKS) sebanyak 18 Kab/Kota dari Target
19 Kab/Kota (Capaian 95%).
- Persentase Sarana Air Minum Yang diawasi/diperiksa kualitas air
minumnya sesuai standar sebesar 30,63% dari Target 58%
(Capaian 53%).
- Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar sebesar 39,89% dari Target 55%
(Capaian 73%)
5) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dari 2 (dua) indikator yang ditetapkan semuanya mencapai target
yaitu :
- Persentase Kab/Kota yang menerapkan kebijakan gerakan
masyarakat
hidup sehat sebesar 20% dari Target 20% (Capaian 100%)
- Persentase Kab/Kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif
sebesar 40% dari Target 40% (Capaian 100%)
6) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada
Program Kesehatan Masyarakat
Dari 1 (satu) Indikator Perjanjian Kinerja yang ditetapkan, indikator
tersebut mencapai target yaitu :
- Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan
Masyarakat sebesar 94,5% dari target 85%, (Capaian 111%)

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 53


5.2 Saran-Saran
1. Perlu upaya maksimal dalam pencapaian target indikator program-
program di Bidang Kesehatan Masyarakat, melalui pembinaan,
montoring, evaluasi program, dengan fokus pada daerah-daerah
dengan capaian indikator yang rendah.
2. Meningkatkan dan memaksimalkan harmonisasi, singkronisasi,
koordinasi dan komunikasi dengan Penanggung Jawab Program
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kab/Kota dan seluruh
pemegang program yang ada di bidang kesehatan masyarakat Dinas
Kesehatan Kab/Kota, terutama dalam memaksimalkan sistem
informasi / sistem pelaporan yang telah ditetapkan oleh masing-masing
program dari Kementerian Kesehatan RI melalui aplikasi seperti : e-
PPBGM, Aplikasi MPDN, Aplikasi STBM Smart, Aplikasi KOMDAT,
serta aplikasi yang terkait dengan proses pelaksanaan anggaran dari
Satker 03 ( e-DJA, e-Bappenas dan e-Monev ).
3. Meningkatkan dan memaksimalkan harmonisasi, singkronisasi,
koordinasi dan komunikasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektoral
Provinsi dan Organisasi Profesi tenaga kesehatan terkait dalam
pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan masyarakat.
4. Untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang ada di Bidang
Kesehatan Masyarakat pada tahun mendatang agar lebih
mengutamakan kualitas pelaksanaan program dan kegiatan, sehingga
betul-betul memberikan dampak dalam pencapaian tujuan program
dan pencapaian indikator program kesehatan masyarakat.
5. Pelaksanaan program dan kegiatan baik yang bersumber dari dana
APBD dan APBN betul-betul dilaksanakan sesuai rencana yang sudah
dibuat atau sesuai aliran kas yang telah ditetapkan.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 54


.

“ LAKIP “ SATKER 03 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA TAHUN 2020 55

Anda mungkin juga menyukai