Anda di halaman 1dari 63

Website : dinkes.kalselprov.go.

id
Email : pkmdinkesprov.kalsel@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat
taufiq dan hidayah-Nya jua Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dapat menyelesaikan
penyusunan dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Tahun 2021. LAKIP merupakan suatu bagian dari
pelaksanaan manajemen kinerja dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP). Pe nyusuna n laporan kinerja be rpe dom an pada
Peraturan Me nte ri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi
(Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi
mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Dalam laporan kinerja
ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah
dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa
mendatang.
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun 2021 sebagai bentuk
akuntabilitas perjanjian kinerja yang dibuat pada awal tahun 2021. Secara garis
besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja
dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun 2020-2024, disertai dengan faktor pendukung dan
penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.
Untuk perbaikan laporan kinerja ini kami harapkan masukan dan saran
membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di tahun
yang akan datang. Semoga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
pihak-pihak yang berkepentingan sebagaimana mestinya.

Banjarmasin, 25 Januari 2022


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan,

Dr. H. Muhamad Muslim, S.Pd, M.Kes


NIP. 19680311 198903 1 003

i
IKHTISAR EKSEKUTIF

Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik


Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, maka Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggung
jawaban kinerja yang telah dilaksanakan pada tahun 2021.
Pembangunan kesehatan pada periode 2020-2024 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020 mengacu pada Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020.
Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2021
sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri
dari Indikator Kerja Utama (IKU). Sumber data dalam laporan ini diperoleh dari
Seksi-Seksi di Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2021.
Realisasi anggaran di Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan meliputi anggaran dekonsentrasi kegiatan Pembinaan
Gizi Masyarakat sebesar 92,26%, kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat sebesar
100%, kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga sebesar 94,23%,
kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga sebesar 84,91%, kegiatan Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebesar 85,69%, dan kegiatan Penyehatan
Lingkungan sebesar 72,50%. Capaian kinerja penyerapan anggaran Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat secara keseluruhan sebesar 88,07%.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


IKHTISAR EKSEKUTIF ................................................................................... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ vi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ……………………………………………. 1
B. Maksud dan Tujuan …………………………………………… 3
C. Visi, Misi dan Strategi ………………………………………….. 4
D. Tujuan ……………………………………………………………. 4
E. Nilai-nilai ………………………………………………………… 5
F. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat ………………….. . 5
G. Sasaran ………………………………………………………… .... 5
H. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................ 5
I. Potensi dan Permasalahan ...................................................... 6
J. Sistematika ....................................................................................... 8

BAB II PERJANJIAN KINERJA ................................................................................... 10


A. Perjanjian Kinerja ............................................................... 10

BAB III CAPAIAN KINERJA DAN REALISASI ANGGARAN ........................... 11


A. Capaian Kinerja .............................................................. 11
B. Realisasi Anggaran .............................................................. 40

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 41


A. Kesimpulan ...........................................................................................41
B. Saran ............................................................................................... 42

LAMPIRAN ..................................................................................................... 43

iii
DAFTAR TABEL

3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama Program Kesehatan Masyarakat


Tahun 2017-2021 ……………………………………………………… 11
3.2. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
Tahun 2021 …………………………………………………………… 12
3.3. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga
Tahun 2021 …………………………………………………………… 13
3.4. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Penyehatan Lingkungan Tahun
2021 …………………………………………………………………… 14
3.5. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan
Olahraga Tahun 2021 ………………………………………………… 14
3.6. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2021 ……………………………… 15
3.7. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Tahun 2021 …..……………………….……… 16
3.8. Prevalensi Balita Stunting di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
……………….......................................................................................... 18
3.9. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2021 ………………………………………...………….………. 19
3.10. Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif di Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2021 …………………………………………………..... 20
3.11. Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2021 ……………………..………………….…………. 21
3.12. Kunjungan K4 Ibu Hamil di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
…………………………………………………………....…………….. 22
3.13. Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Kerja di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2021 …………………………………...…. 27
3.14. Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2021 ……………………………………..… 29
3.15. Jumlah Posyandu Aktif di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021 …. 34

iv
3.16. Kondisi Strata Posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021..... 34
3.17. Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif di
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021 …………………………….... 35
3.18. Kebijakan Germas dan Kebijakan Berwawasan Kesehatan di Provinsi
Kalimantan Selatan …………………………………………………..… 37
3.19. Penggerakan Masyarakat dalam Mendukung Klaster Germas di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2021 …………..……………………………. 38
3.20. Realisasi Anggaran Dekonsentrasi (03) Program Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021 …………..……... 40
3.21. Perubahan Pagu Anggaran Tahun 2021 (Refocusing dan Efisiensi) …… 40

v
DAFTAR GRAFIK

3.1. Perbandingan Capaian Program dengan Realisasi Anggaran Tahun


2021 ………………………….………………………………………… 16
3.2. Kasus Gizi Buruk yang mendapat Perawatan di Rumah Sakit di
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021 ………. 17
3.3. Desa/Kelurahan STBM di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021 … 24
3.4. Tempat Fasilitas Umum yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2021 ……………………………………….. 26
3.5. Tempat Pengelolaan Pangan yang Memenuhi Syarat Kesehatan di
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021 …………………….……….. 27
3.6. Posyandu Aktif di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017-2021 33

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1 Perjanjian Kinerja Tahun 2021 ………………………………………… 43


2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan ……………………………………………………………..…... 46
3 Bagan Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat ………….… 47
4 Dokumentasi Kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2021 ….. 48

viii
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
CSR : Corporate Social Responsibility
Covid-19 : Corona Virus Disease 2019
DAK : Dana Alokasi Khusus
e-PPGBM : electronic-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat
Fasyankes : Fasilitas Pelayanan Kesehatan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
Germas : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IKU : Indikator Kinerja Utama
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IPKM : Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
IKL : Inspeksi Kesehatan Lingkungan
IT : Information and Technology (Teknologi dan Informasi)
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
KEK : Kurang Energi Kronik
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
Komdat : Komunikasi Data
KN1 : Kunjungan Neonatal Pertama
K4 : Kunjungan ke empat kali selama masa kehamilan
LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Litbangkes : Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
LKD : Lembaga Kemasyarakatan Desa
LMKM : Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

viii
MPASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
ODF : Open Defecation Free
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
Permendagri : Peraturan Menteri Dalam Negeri
Permenpan : Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PF : Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
PM : Penyakit Menular
PTM : Penyakit Tidak Menular
P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
Pokjanal : Kelompok Kerja Operasional
PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
PONEK : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
PPI/TPI : Pangkalan Pendaratan Ikan/Tempat Pelelangan Ikan
Pusdatin : Pusat Data dan Informasi
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
Renstra : Rencana Strategis
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPKAM : Rencana Pengawasan Kualitas Air Minum
SAKIP : Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SIGIZI : Sistem Informasi Gizi
SITKO : Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
SSGBI : Survei Status Gizi Balita Indonesia
TBC : Tuberculosis
TTD : Tablet Tambah Darah
TKI : Tenaga Kerja Indonesia
TFU : Tempat Fasilitas Umum
TPP : Tempat Pengelolaan Pangan
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
UKK : Upaya Kesehatan Kerja

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas
yang dilakukan melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban
yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif,
dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Kegiatan pada RPJMN Tahun 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan
Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan
prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-
indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang
tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN Tahun
2020-2024.
Pembangunan Indonesia Tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan
berkarakter. Dalam Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang RPJMN, disebutkan
arah dan kebijakan strategi RPJMN Tahun 2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan
dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif,
didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan atau mengindikasikan
keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan.
Setiap indikator yang dilaporkan kepada pusat perlu dimonitor capaiannnya.
Guna mewujudkan Misi Presiden dalam Bidang Kesehatan Tahun 2020-2024,
Kementerian Kesehatan menetapkan 5 (lima) tujuan strategis, yakni: 1) Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup, 2) Penguatan pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, 3) Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 1


kedaruratan kesehatan masyarakat, 4) Peningkatan sumber daya kesehatan, dan
5) Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif.
Dalam mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk penguatan
struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing (khususnya di bidang farmasi
dan alat kesehatan), Kementerian Kesehatan telah menjabarkan Misi Presiden Tahun 2020-
2024, sebagai berikut : 1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi Angka kematian ibu
(maternal mortality rate) dan angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan
indikator sensitif untuk mengukur keberhasilan pencapaian pembangunan kesehatan, dan
juga sekaligus mengukur pencapaian indeks modal manusia. Pemerintah telah menetapkan
penurunan angka kematian ibu sebagai major project, yang harus digarap dengan langkah-
langkah strategis, efektif dan efisien, 2. Menurunkan angka stunting pada balita proporsi
balita stunting sangat penting sebagai parameter pembangunan modal manusia. Seperti
halnya penurunan angka kematian ibu, pemerintah juga telah menetapkan percepatan
penurunan stunting sebagai major project yang harus digarap dengan langkah-langkah
strategis, efektif dan efisien, 3. Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional
Sebagaimana diketahui bersama, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah mampu
memperbaiki akses pelayanan kesehatan baik ke FKTP maupun FKRTL dan juga telah
memperbaiki keadilan (ekualitas) pelayanan kesehatan antar kelompok masyarakat. Namun
demikian, pembiayaan JKN selama lima tahun terakhir telah mengalami ketidakseimbangan
antara pengeluaran dan pemasukan. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi
JKN, Kementerian Kesehatan memiliki peran sentral dalam kendali mutu dan kendali biaya
(cost containment), 4. Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat
kesehatan dalam negeri. Sesuai dengan peta jalan kemandirian farmasi dan alat kesehatan,
pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan industri bahan baku obat dan juga
peningkatan produksi alat kesehatan dalam negeri.
Dalam RPJMN Tahun 2020-2024, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan. Sasaran pembangunan kesehatan yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Kesehatan adalah angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran hidup), angka kematian bayi
(per 1000 kelahiran hidup), prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita dan
prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 2


Dalam rangka mendukung tercapainya Sasaran Pokok RPJMN Tahun 2020- 2024
Bidang Kesehatan dan Sasaran Strategis Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024,
beberapa kebutuhan regulasi yang diperlukan antara lain : 1. Regulasi terkait Struktur
Organisasi Kementerian Kesehatan yang mampu mendukung tercapainya Sasaran Pokok
RPJMN Tahun 2020-2024 Bidang Kesehatan dan Sasaran Strategis Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024, 2. Regulasi yang mendorong peningkatan promosi kesehatan
dan penyehatan masyarakat, 3. Regulasi yang mendukung peningkatan pengelolaan
pengendalian penyakit serta kedaruratan kesehatan masyarakat, 4. Regulasi yang
mendukung peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, 5. Regulasi yang mendorong
peningkatan akses kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan, 6. Regulasi yang
mendukung peningkatan pemenuhan SDM kesehatan sesuai standar, dan 7. Regulasi yang
mendorong peningkatan efektivitas litbangkes dan sistem informasi kesehatan untuk
pengambilan keputusan.
Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah
satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.
Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Bidang
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dalam satu tahun
anggaran beserta dengan hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing seksi yang ada
di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan di Tahun 2021.
Dengan perubahan Susunan Organisasi baru Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan maka dilakukan
perubahan dalam penyusunan perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja yang ditandatangani
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dengan Direktur Jenderal
Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 sasaran program/kegiatan dan 20 indikator kinerja.

B. Maksud dan Tujuan


Penyusunan laporan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap
pencapaian target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan pada perjanjian kinerja selama

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 3


satu tahun anggaran. Laporan ini juga berperan sebagai perwujudan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
dokumen perencanaan.

C. Visi, Misi dan Strategi

1. Visi
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mengikuti visi Gubernur
Kalimantan Selatan yaitu “Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera,
Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing.” Visi tersebut mengandung makna bahwa
kondisi Kalimantan Selatan pada Tahun 2021 berada dalam kondisi mapan, yang berarti
(baik, tidak goyah, stabil). Dengan visi Gubernur tersebut diharapkan Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan mampu mendorong pembangunan berwawasan kesehatan
dan kemandirian masyarakat dalam mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan
berperilaku sehat serta mampu menggerakkan semua potensi yang ada dalam
menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan bermutu bagi semua penduduk, guna
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan hak asasi
manusia di bidang kesehatan.

2. Misi
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui misi pembangunan, yaitu :
1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang agamis, sehat, cerdas dan terampil,
2. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang profesional dan berorientasi pada
pelayanan publik,
3. Memantapkan kondisi sosial budaya daerah yang berbasis kearifan lokal,
4. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang mendukung percepatan pengembangan
ekonomi dan sosial budaya,
5. Mengembangkan daya saing ekonomi daerah yang berbasis sumberdaya Lokal,
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

D. Tujuan
Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di
lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan dalam rangka terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna
dan berdaya guna agar meningkatnya status kesehatan masyarakat.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 4


E. Nilai-nilai
Guna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis pembangunan
kesehatan, Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam Renstra
Kementerian Kesehatan, antara lain: a) Pro Rakyat; b) Inklusif; c) Responsif;
d) Efektif; dan e) Bersih.

F. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat


Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan
jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan masyarakat Tahun 2020-2024, meliputi:
1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi, 2) Menurunkan angka stunting pada balita,
3) Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional, dan 4) Meningkatkan
kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

G. Sasaran
Sasaran Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang bermutu bagi seluruh masyarakat, terutama bayi, balita, anak usia sekolah, remaja
putri, pasangan usia subur, usia kerja, wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut
usia.

H. Tugas Pokok dan Fungsi


Sesuai dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 72 Tahun 2016,
tugas pokok Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan menyusun laporan program Kesehatan
Keluarga, Gizi Masyarakat, Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat, Kesehatan
Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Kesehatan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 5


1. Penyusunan rencana pelaksanaan tugas bidang kesehatan masyarakat;
2. Penyiapan perumusan kebijakan operasional program kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan olahraga;
3. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional program kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan olahraga;
4. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi program kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan olahraga;
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan program kesehatan keluarga, gizi masyarakat,
promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olahraga;
6. Menghadiri rapat teknis bidang kesehatan masyarakat;
7. Pengevaluasian pelaksanaan tugas bidang kesehatan masyarakat, dan
8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas.

Fungsi tersebut dilaksanakan oleh organisasi dengan susunan:


a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;
b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga .

I. Potensi dan Permasalahan


Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Saat ini akses ibu hamil,
bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan sudah cukup baik, akan tetapi Angka
Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain
karena kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi
ibu hamil yang tidak sehat dan indikator determinan lainnya. Penyebab utama kematian
ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum, selain itu penyebab
karena lain-lain juga semakin meningkat. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila
kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu menskrining
kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 6


Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain
adalah anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, TBC, HIV, Hepatitis
B dan empat terlalu (terlalu muda < 20 tahun, terlalu tua > 35 tahun, terlalu dekat jaraknya
2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 orang). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di
bawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40
tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang
menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (< 20
tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga
kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah tersebar ke seluruh
wilayah, namun kompetensi masih belum memadai. Demikian juga secara kuantitas,
jumlah Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK meningkat namun belum diiringi
dengan peningkatan kualitas pelayanan. Selain penyakit tidak menular yang mengancam
pada usia kerja, penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah
yang meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun
terakhir, proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 3 sampai 45 tahun.
Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak awal
faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu
bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti
nelayan, TKI dan pekerja perempuan.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih
menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang
harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan masalah stunting.
Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan
pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal,
mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu
hari pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya,
dan pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius. Yang
menjadi masalah, lewat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit
diobati.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 7


Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk memahami
pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen
global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka Indonesia
fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hingga anak
berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena
masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi
spesifik) tetapi juga oleh sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi.
Sejak tahun lalu Covid-19 telah menyerang di 226 negara termasuk Indonesia
dengan kasus meninggal dunia sebanyak 5,5 juta orang, sementara kasus meninggal dunia
di Indonesia sebanyak 144 ribu orang. Kalimantan Selatan dalam dua tahun terakhir
terdapat 69.966 positif Covid-19 dengan 2.392 kasus meninggal dunia (termasuk 3 orang
staf pada Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan).
Selama masa pandemi Covid-19 terjadi penurunan pelayanan kesehatan ibu, bayi
dan balita. Untuk meminimalisir resiko kesehatan pada golongan masyarakat rentan perlu
dilakukan penggerakan kembali kegiatan posyandu dengan melakukan Adaptasi
Kebiasaan Baru. Mengingat pentingnya peran posyandu, maka aktivitas pemantauan
pertumbuhan balita sebagai salah satu upaya untuk program pencegahan stunting dan
masalah gizi lainnya tetap harus dijalankan.
Di masa Adaptasi Kebiasaan Baru, posyandu tetap melakukan kegiatan utama
yaitu kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, keluarga berencana dan peningkatan
perilaku hidup sehat serta kegiatan tambahan dengan menyesuaikan zonasi penyebaran
Covid-19 di wilayahnya dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

J. Sistematika

Sistematika penulisan laporan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 8


 Kata Pengantar
 Ikhtisar Eksekutif
 BAB I
Penjelasan umum organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan, penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama
(strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
 BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Bidang Kesehatan
Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021.
 BAB III
Penyajian capaian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai
dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal
sebagai berikut: Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan target jangka menengah; Analisis
penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta indikator
solusi yang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; Analisis
program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.
 BAB IV
Pada bab penutup ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
saran sebagai masukan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya.
 LAMPIRAN
Perjanjian Kinerja.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 9


BAB II
PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan


Selatan telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen
pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat
untuk dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian kinerja Tahun 2021 yang telah
ditanda tangani bersama oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dengan
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat berisi indikator, antara lain: persentase ibu hamil KEK,
persentase bayi usia kurang dari enam bulan yang mendapat ASI Eksklusif, persentase
kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi, persentase puskesmas mampu tata laksana gizi
buruk, jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir, persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita, jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja, jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi, persentase kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia lanjut, persentase kabupaten/kota yang
menyelenggarakan kesehatan kerja, persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan
olahraga, persentase desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), jumlah
kabupaten/kota sehat, persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya
sesuai standar, jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar,
persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar, persentase
tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar, persentase
kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat, persentase
kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif, dan persentase kinerja RKAKL pada
program pembinaan kesehatan masyarakat.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2020 10


BAB III
CAPAIAN KINERJA DAN REALISASI ANGGARAN

A. Capaian Kinerja
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen
baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan
dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik
di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan
dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan
kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun
anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang
diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta
pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
a. Capaian Indikator Kinerja Utama
Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian Kesehatan dengan upaya
prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Stunting. Adapun capaian indikator kinerja utama di Kalimantan Selatan selama kurun waktu
5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama


Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2017-2021
Indikator
No. 2017 2018 2019 2020 2021
Kinerja

1. AKI 104/100.000 KH 112/100.000 KH 92/100.000 KH 135/100.000 KH 205/100.000 KH

2. AKB 10/1000 KH 10/1000 KH 9/1000 KH 9/1000 KH 9/1000 KH

33,1% (Riskesdas) 30,38% (SSGBI) 12,2% 10,7%


3. Stunting 34,10% (PSG)
27,4% (e-PPGBM) 18,98% (e-PPGBM) (e-PPGBM) (e-PPGBM)

Dari tabel tersebut dapat dilihat capaian AKI selama lima tahun masih fluktuatif dari Tahun
2017 ke 2018 naik, kemudian Tahun 2019 turun namun Tahun 2020 dan 2021 naik kembali,
sementara capaian AKB relatif tetap selama lima tahun, meskipun ada penurunan pada
Tahun 2019, 2020 dan 2021. Sedangkan persentase balita stunting di Kalimantan Selatan

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 11


dalam kurun waktu 2017 sampai dengan 2021 cenderung menurun dari 34,10% sampai ke
10,7%.
b. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) adalah indikator kunci untuk
memonitor keberhasilan pembangunan kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/
kota. Indikator pembangunan kesehatan yang diukur dalam IPKM meliputi kesehatan balita,
kesehatan ibu, penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, dan status gizi.
Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan rilis yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan selama dua suvei terakhir menunjukkan peningkatan nilai dan
peringkat. Dimana pada IPKM Tahun 2013 Provinsi Kalimantan Selatan mendapatkan nilai
sebesar 0,4857 yang berada pada peringkat 31 dari 33 provinsi, sedangkan pada IPKM Tahun
2018 mengalami peningkatan nilai yaitu 0,5879 yang juga mengalami peningkatan peringkat
yaitu 23 dari 34 provinsi.
c. Indikator Kinerja Program
Adapun capaian program dan kegiatan dari masing-masing seksi pada Bidang Kesehatan
Masyarakat sebagaimana yang termuat dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2021,
diuraikan sebagai berikut :
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat meliputi kegiatan pembinaan gizi masyarakat
dan pembinaan kesehatan keluarga dengan indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 3.2. Indikator Kinerja dan Target
Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2021
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan
1. 80% 100% 125%
surveilans gizi
Persentase puskesmas mampu tata laksana gizi buruk
2. 25% 56,2% 224,8%
pada balita
3. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 14% 14,2% 101,4%
Persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI
4. 50% 67,8% 135,6%
Eksklusif
Rata-rata 59,5% 146,7%

Dari 4 (empat) indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat seluruhnya (100%) telah
mencapai target yang ditetapkan, dengan rata-rata realisasi 59,5% dan rata-rata capaian sebesar
146,7%.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 12


Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pembinaan gizi masyarakat pada Tahun 2021
sebesar Rp 597.629.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 551.395.000 atau 92,26% sedangkan
capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 146,7%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran,
karena capaian kinerja 146,7% dapat terwujud dengan 92,26% anggaran.

Tabel 3.3. Indikator Kinerja dan Target


Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga Tahun 2021
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
1. 6 kab 2 kab 33,3%
kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
2. 6 kab 6 kab 100%
kesehatan balita
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
3. 6 kab 6 kab 100%
kesehatan anak usia sekolah dan remaja
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
4. 6 kab 10 kab 166,7%
kesehatan usia reproduksi
Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan
5. 50% 2 kab 30,7%
pelayanan kesehatan usia lanjut
Rata-rata 86,14%

Dari 5 (lima) indikator kinerja pembinaan kesehatan keluarga 3 (tiga) indikator yang
mencapai target (60%), sedangkan 2 (dua) indikator (40%) masih di bawah target dengan rata-rata
capaian sebesar 86,14%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pembinaan kesehatan keluarga pada Tahun 2021
sebesar Rp 504.935.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 428.721.300 atau 84,91% sedangkan
capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 86,14%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran,
karena capaian kinerja 86,14% dapat terwujud dengan 84,91% anggaran.

2. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga


Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga meliputi kegiatan penyehatan
lingkungan dan upaya kesehatan kerja dan olahraga dengan indikator kinerja sebagai berikut :

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 13


Tabel 3.4. Indikator Kinerja dan Target
Kegiatan Penyehatan Lingkungan Tahun 2021
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Persentase desa/kelurahan Stop Buang Air Besar
1. 40% 41% 102,5%
Sembarangan (SBS)
2. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) 10 kab 10 kab 100%
Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa
3. 64% 41,5% 64,8%
kualitas air minumnya sesuai standar
Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah 81 bh 81 bh
4. 100%
sesuai standar fasyankes fasyankes
Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang
5. 44% 36,63% 83,25%
memenuhi syarat sesuai standar
Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang
6. 60% 71,92% 119,8%
dilakukan pengawasan sesuai standar
Rata-rata 95,1%

Dari 6 (enam) indikator kinerja penyehatan lingkungan terdapat 4 (empat) indikator telah
mencapai target (66,67%), sedangkan 2 (dua) indikator (33,33%) masih di bawah target dengan rata-
rata capaian sebesar 95,1%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penyehatan lingkungan pada Tahun 2021
sebesar Rp 98.306.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 71.276.100 atau 72,5% sedangkan capaian
indikator kinerja rata-rata sebesar 95,1%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran, karena
capaian kinerja 95,1% dapat terwujud dengan realisasi 72,5% anggaran.

Tabel 3.5. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan


Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2021
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan
1. 5 kab 4 kab 80%
kesehatan kerja
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan
2. 7 kab 5 kab 71,4%
kesehatan olahraga
Rata-rata 75,7%

Dari 2 (dua) indikator kinerja upaya kesehatan kerja dan olahraga, kedua indikatornya
(100%) masih di bawah target dengan rata-rata capaian sebesar 75,7%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan upaya kesehatan kerja dan olahraga pada Tahun
2021 sebesar Rp 427.497.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 402.825.000 atau 94,23% sedangkan
capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 75,7%. Hal ini berarti tidak terwujud efisiensi anggaran,

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 14


karena rata-rata capaian kinerja hanya 75,7% sedangkan anggaran yang diserap lebih besar yaitu
94,23%.

3. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat


Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat meliputi kegiatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dengan indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 3.6. Indikator Kinerja dan Target
Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2021
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan
1. 50% 100% 200%
gerakan masyarakat hidup sehat
Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan
2. 70% 100% 142,8%
posyandu aktif
Rata-rata 100% 171,4%

Dari 2 (dua) indikator kinerja promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat seluruh
indikator telah mencapai target (100%), dengan rata-rata realisasi sebesar 100% dan rata-rata capaian
sebesar 171,4%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
pada Tahun 2021 sebesar Rp 1.365.428.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 1.170.038.500 atau
85,69% sedangkan capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 171,4%. Hal ini berarti telah terwujud
efisiensi anggaran, karena rata-rata capaian kinerja 171,4% dapat terwujud dengan 85,69% anggaran.

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan
Kesehatan Masyarakat
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat diarahkan untuk penguatan perencanaan, penganggaran dan
pelaksanaan kegiatan yang terintegrasi antar pusat dan daerah, antar program dan antar sektor.
Dimana kegiatan Dukungan Manajemen ini diberikan untuk mendukung kegiatan pada program
teknis, yaitu Belanja Bahan (Alat Tulis Kantor, Penggandaan dan Computer Supply) dan
Pengelolaan Keuangan dan BMN.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 15


Tabel 3.7. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Tahun 2021
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Persentase kinerja RKAKL pada Program
1. 80% 80% 100%
Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Rata-rata 80% 100%

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari target 80% pada Tahun 2021 direalisasi sebesar 80%
atau capaian 100%. Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat pada tahun
2021 sebesar Rp 103.989.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 103.989.000 atau 100% sedangkan
capaian indikator kinerja sebesar 100%. Hal ini berarti telah terwujud optimalisasi anggaran, karena
capaian kinerja 100% dapat terwujud dengan realisasi 100% anggaran.
Dari uraian di atas dapat digambarkan pada grafik batang, perbandingan antara capaian program
dengan realisasi anggaran sebagai berikut :
Grafik 3.1. Perbandingan Capaian Program dengan Realisasi Anggaran Tahun 2021

171.4
180
160 146.7

140
120 100 100
92.26 94.23 95.1
100 86.14 84.91 85.69
75.7 72.5
80
60
40
20
0
Gizi Masyarakat Kesjaor Kesga Promkes Penyehatan Dukman
Lingkungan

Capaian Program Realisasi Anggaran

d. Capaian Program dan Kegiatan


Adapun capaian program dan kegiatan dari masing-masing seksi pada Bidang Kesehatan
Masyarakat Tahun 2021, diuraikan sebagai berikut :

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 16


1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
a. Gizi Buruk
Pada Tahun 2021 kasus gizi buruk pada anak balita yang mendapatkan perawatan di
Kalimantan Selatan sebanyak 134 kasus dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 3.2. Kasus Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan di Rumah Sakit
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021

80
80

60

40
18
20 9 0 4
1 1 4 0 1
1 3 3 0 4 0 3 0 1
0
1
0 3 0 4 0
0
Tala Ktb Bjr Batola Tpn HSS HST HSU Tab Tanbu Blgn Bjm Bjb

Gizi Buruk Meninggal Dunia

Kasus gizi buruk yang mendapat perawatan terbanyak di Kota Banjarmasin sebanyak 80
kasus, diikuti oleh Kabupaten Balangan 18 kasus dan Kabupaten Kotabaru 9 kasus.
Untuk kasus gizi buruk yang meninggal dunia selama perawatan di rumah sakit Tahun
2021 sebanyak 7 kasus, dengan rincian yaitu : 4 kasus di Kota Banjarmasin, 1 kasus di
Kabupaten Tanah Laut, 1 kasus di Kabupaten Banjar dan 1 kasus di Balangan.
b. Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak
yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Banyak faktor
yang menyebabkan stunting diantaranya dari faktor ibu yang kurang nutrisi di masa remajanya,
masa kehamilan, pada masa menyusui, dan infeksi pada ibu. Faktor lainnya berupa kualitas
pangan (rendahnya asupan vitamin dan mineral), buruknya keragaman pangan dan faktor lain
seperti ekonomi, pendidikan, infrastruktur, budaya, dan lingkungan.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 17


Pada Tahun 2021 berdasarkan hasil pemantauan status gizi di puskesmas (data
e-PPGBM) prevalensi stunting di Kalimantan Selatan yang ditemukan sebesar 10,7%,
angka ini menurun 1,5% bila dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 12,2%.
Tabel 3.8. Prevalensi Balita Stunting di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
Stunting
Kabupaten/Kota Sangat Pendek Pendek
Jumlah %
Tanah Laut 400 1.337 1.737 10,6
Kotabaru 379 903 1.282 14,4
Banjar 1.852 4.068 5.920 17,7
Barito Kuala 587 2.004 2.591 14,6
Tapin 277 1.089 1.366 11,7
Hulu Sungai Selatan 193 653 846 6,0
Hulu Sungai Tengah 361 1.153 1.514 9,7
Hulu Sungai Utara 641 2.263 2.904 19,7
Tabalong 215 1.299 1.514 8,4
Tanah Bumbu 212 934 1.146 4,1
Balangan 339 1.267 1.606 17,9
Banjarmasin 439 1.464 1.903 4,3
Banjarbaru 246 749 995 17,1
Jumlah 6141 19.183 25.324 10,7

Jika dilihat dari tabel di atas, prevalensi balita stunting tertinggi terdapat di
Kabupaten Hulu Sungai Utara (19,7%), sedangkan yang terendah terdapat di
Kabupaten Tanah Bumbu (4,1).
c. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
Masalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian, masalah
tersebut antara lain anemia dan ibu hamil KEK. Status kesehatan di Indonesia belum
menggembirakan ditandai dengan Angka Kematian Ibu, Kematian Neonatal, Bayi, dan
Balita masih sulit ditekan bahkan selama 10 tahun terakhir ini kematian neonatal ada dalam
kondisi stagnan. Pendekatan siklus hidup sejak dari masa janin sampai usia lanjut terus
diupayakan, diperlukan upaya strategis yang dimulai sejak masa kehamilan bahkan masa
pra-kehamilan agar terwujud generasi yang sehat dan tangguh. Periode pra-kehamilan dan
kehamilan harus disiapkan dengan baik, hal ini tertuang dalam arah kebijakan RPJMN,
yaitu mempercepat perbaikan gizi masyarakat dengan fokus utama pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK).

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 18


Tabel 3.9. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2021
Jumlah Jumlah % Ibu Hamil
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Ibu Hamil KEK KEK
Tanah Laut 6.807 857 20,0
Kotabaru 4.357 287 10,2
Banjar 7.294 418 11,7
Barito Kuala 5.198 674 19,7
Tapin 2.104 132 16,1
Hulu Sungai Selatan 4.203 457 15,2
Hulu Sungai Tengah 4.328 214 14,6
Hulu Sungai Utara 4.081 553 22,2
Tabalong 4.627 354 15,5
Tanah Bumbu 8.443 505 8,9
Balangan 2.216 215 14,3
Banjarmasin 13.421 534 12,0
Banjarbaru 4.577 231 9,9
Provinsi 71.656 5.431 14,2

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa persentase ibu hamil yang mengalami
Kurang Energi Kronis pada Tahun 2021 yaitu 14,2% atau 5.431 orang dari sasaran ibu
hamil KEK 71.656 orang. Persentase ibu hamil yang mengalami KEK tertinggi terdapat di
Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 22,2%, sedangkan paling rendah terdapat di
Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 8,9%.
d. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu atau ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan/minuman
tambahan atau pengganti kepada bayi hingga berusia 6 bulan. ASI telah memiliki
kandungan gizi yang dibutuhkan bayi sampai umurnya 6 bulan. Karena itulah tidak
dibutuhkan sumber asupan lain selama periode itu selama ASI yang dihasilkan berkualitas.
Tetapi setelah 6 bulan, pemberian ASI eksklusif bukan berarti harus berhenti. ASI
tetap dapat diberikan kepada bayi hingga usianya 2 tahun. Pemberian ASI hingga usia bayi
2 tahun justru banyak memberikan manfaat. Bahkan manfaat ini tidak hanya bisa
didapatkan oleh bayi, tapi juga ibu.
Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi
secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak
sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan ke atas, bayi mendapat makanan pendamping
ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 19


Tabel 3.10. Bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
Jumlah Bayi Jumlah Bayi 0-6 Bulan
Kabupaten/Kota (%)
0-6 Bulan mendapat ASI Eksklusif
Tanah Laut 5.610 4.501 80,2
Kotabaru 1.403 879 62,7
Banjar 2.012 1.136 56,5
Barito Kuala 3.235 2.395 74,0
Tapin 1.491 980 65,7
Hulu Sungai Selatan 2.597 1.431 55,1
Hulu Sungai Tengah 2.205 1.799 81,6
Hulu Sungai Utara 1.171 725 61,9
Tabalong 2.136 1.567 73,4
Tanah Bumbu 6.118 4.271 69,8
Balangan 526 388 73,8
Banjarmasin 4.472 2.624 58,7
Banjarbaru 1.132 469 41,4
Provinsi 34.108 23.165 67,9

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan ASI Eksklusif di Kalimantan Selatan
pada tahun 2021 sebesar 50,16%, dimana capaian persentase ASI Eksklusif tertinggi adalah
Kabupaten Tabalong (70,40%) dan terendah di Kabupaten Balangan (19,10%). Capaian
ASI Eksklusif Tahun 2021 ini meningkat 17,7% dibandingkan capaian pada Tahun 2020
yang sebesar 50,16%.
e. Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu, dimana pertolongan persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan protap yang tidak bisa dikompromi dalam penurunan AKI.
Tenaga pelaksana dalam persalinan adalah dokter/dokter spesialis kandungan atau
bidan atau perawat dengan ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari :
a. Dokter dan bidan, atau b. Dokter dan perawat, atau c. 2 orang bidan, atau d. Bidan dan
perawat, dimana tempat pelaksanaan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
(puskesmas, klinik, rumah sakit, praktek mandiri bidan).

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 20


Tabel 3.11. Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
Jumlah Ibu Jumlah Ibu Bersalin Persalinan di
Kabupaten/Kota
Bersalin di Fasyankes Fasyankes (%)
Tanah Laut 6.497 6.375 98,12
Kotabaru 7.034 3.292 46,80
Banjar 10.106 9.249 91,52
Barito Kuala 5.444 4.331 79,56
Tapin 3.245 2.495 76,89
Hulu Sungai Selatan 3.691 3.867 99,40
Hulu Sungai Tengah 4.093 3.867 94,48
Hulu Sungai Utara 3.936 3.655 92,86
Tabalong 4.638 3.887 83,81
Tanah Bumbu 8.196 6.464 78,87
Balangan 2.494 2.203 88,33
Banjarmasin 12.188 10.977 90,06
Banjarbaru 4.808 4.461 92,78
Provinsi 76.370 64.925 85,01

Berdasarkan tabel di atas, persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan


tertinggi terdapat Kabupaten Hulu Sungai Selatan yaitu sebesar 99,40%, sedangkan yang
terendah di Kabupaten Kotabaru sebesar 46,80% dengan rata-rata provinsi sebesar 85,01%.
Dibandingkan capaian pada tahun 2020 sebesar 80,77%, terjadi peningkatan capaian sebesar
4,24%.
f. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4)
Selama masa kehamilan seorang ibu diharapkan mendapatkan pelayanan kesehatan
atau memeriksakan kandungannya ke fasilitas pelayanan kesehatan minimal sebanyak
4 (empat) kali. Indikator K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada
trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator K4 dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan
tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan Program KIA.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 21


Tabel 3.12. Kunjungan K4 Ibu Hamil di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2021
Kabupaten/Kota Sasaran Ibu Hamil K4 Absolut K4 (%)
Tanah Laut 6.807 5.817 85,46
Kotabaru 7.369 4.246 57,62
Banjar 10.586 9.502 89,76
Barito Kuala 5.704 4.172 73,16
Tapin 3.399 3.043 89.53
Hulu Sungai Selatan 3.867 3.444 89,06
Hulu Sungai Tengah 4.288 3.868 90,21
Hulu Sungai Utara 4.124 3.420 82,93
Tabalong 4.859 3.654 75,20
Tanah Bumbu 8.587 6.624 83,32
Balangan 2.613 2.071 92,76
Banjarmasin 12.766 10.867 94,43
Banjarbaru 5.037 4.752 96,61
Provinsi 80.006 65.481 81,85

Berdasarkan tabel di atas cakupan kunjungan K4 ibu hamil Tahun 2021 tertinggi di
Kota Banjarbaru sebesar 96,61% dan terendah pada Kabupaten Kotabaru sebesar 57,62%
dan rata-rata K4 provinsi sebesar 81,85% bila dibandingkan cakupan tahun 2020 sebesar
77,33% cakupan provinsi meningkat 4,52%.
Permasalahan/hambatan dan upaya tindak lanjut dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih
sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum maksimalnya kegiatan edukasi,
sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, belum
semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(LMKM), masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI
dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI. Pemasaran
susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yang tidak ada masalah
medis, kerjasama antara fasilitas pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan dengan
produsen susu formula yang masih belum bisa teratasi secara maksimal. Masih adanya
instansi pemerintah dan tempat-tempat lainnya yang belum menyediakan ruang ASI dan
perangkat pendukungnya, masih banyaknya tenaga kesehatan di tingkat pelayanan yang
belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI
Eksklusif, yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-5 bulan.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 22


2. Penentuan sasaran program yang masih belum konsisten baik untuk sasaran balita
maupun sasaran ibu hamil antara sasaran data proyeksi (Pusdatin) dengan data riil
(Pendataan).
3. Masih ada puskesmas yang tidak rutin melaporkan kegiatan baik data bulanan maupun
data 6 bulanan.
4. Sosialisasi sistem pelaporan indikator kegiatan pembinaan gizi kepada petugas belum
optimal.
5. Petugas pengelola gizi di puskesmas kebanyakan menjadi tugas rangkap, seperti
bendahara, pengelola DAK, penyuluhan dan lain sebagainya.
6. Masih banyak petugas lapangan yang tidak memiliki kompetensi dalam pengukuran
antropometri bayi dan balita.
7. Jumlah alat ukur antropometri yang tersedia kurang memadai.
8. Sulitnya koneksi internet di beberapa kabupaten/kota sehingga menghambat pengiriman
data melalui email atau sigizi terpadu.
9. Belum optimalnya koordinasi lintas program maupun lintas sektor terkait.
10. Kondisi pandemi Covid-19 membuat pelayanan kesehatan baik di puskesmas dan
posyandu menjadi kurang maksimal sehingga cakupan penimbangan menjadi kurang,
walaupun dilakukan Home Visite oleh kader dan petugas untuk pelayanan ibu hamil dan
ibu menyusui serta yang bermasalah kesehatan dan gizi tetap saja cakupannya rendah.

Upaya tindak lanjut yaitu :


1. Sanksi-sanksi dan pengawasan terhadap produsen susu formula bayi dana atau produk
bayi lainnya, pelatihan konseling menyusui dan konseling MP-ASI, sosialisasi 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), menggiatkan sosialisasi dan
kampanye ASI Eksklusif, menyebarluaskan KIE melalui media cetak dan elektronik dan
mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif.
2. Puskesmas sebaiknya menjemput dan merekap data dari posyandu yang ada setiap bulan
dan segera mengirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai waktu yang telah
disepakati.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten/Kota hendaknya mengkaji
data dan melakukan umpan balik secara berkala.
4. Melakukan bimbingan teknis kepada petugas pengelola surveilans gizi secara
berjenjang.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 23


5. Diupayakan agar sasaran program gizi sama dengan sasaran di program (balita dan ibu
hamil) kesehatan keluarga.
6. Melakukan sosialisasi pedoman surveilans gizi secara berjenjang dari petugas dinas
kesehatan ke tingkat administrasi ke bawahnya.
7. Tupoksi program yang diemban petugas hendaknya dan sebaiknya mempertimbangkan
latar belakang pendidikan dan pengalaman petugas.
8. Pelaporan berbasis website proses pelaporan sekaligus mendukung program pemerintah
dalam penggunaan kertas yang tidak berlebihan (paper less).
9. Melatih petugas lapangan dalam pengukuran panjang/tinggi badan dan menimbang berat
badan dengan mengoptimalkan anggaran yang tersedia di kabupaten/puskesmas.
10. Mengupayakan ketersedian alat antropometri di seluruh puskesmas sampai dengan
posyandu.

2. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga


a. Desa/Kelurahan STBM
Desa/Kelurahan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah persentase desa
yang melaksanakan program STBM yang memenuhi kriteria sudah dilakukan pemicuan,
minimal adanya kelompok kerja STBM desa, menpunyai rencana kerja tahunan
desa/kelurahan dan telah memiliki 1 dusun Stop BAB Sembarangan (Stop BABS).

Grafik 3.3. Desa/Kelurahan STBM di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021


100 100 100 100 100 100
94.7 95.4 94.2
100 91.3 92.3
89.6 87.2 88.5
90
80
70 63.7
60.7
60 52 50.9
50 41.2
40 32.7 32.9

30
19.5
20 14.4
9.9
10 0.7 3.8

Desa Melaksanakan STBM Desa Stop BABS

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 24


Grafik 3.3. merupakan gambaran desa/kelurahan yang melaksanakan STBM di
Provinsi Kalimantan Selatan sampai tahun 2021, yaitu sebanyak 1.831 desa/kelurahan dari
total 2.008 desa/kelurahan se-Kalimantan Selatan atau 91,19%. Dimana 4 (empat)
kabupaten/kota yang capaiannya 100%, yaitu Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan,
Tabalong dan Kota Banjarbaru.
Sementara jumlah desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
sebanyak 717 desa/kelurahan atau 35,71%. Dimana terdapat 2 (dua) kabupaten/kota yang
capaiannya 100%, yaitu Kabupaten Tabalong dan Kota Banjarbaru.

b. Kabupaten/Kota Sehat (KKS)


Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman,
aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan
beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan
pemerintah daerah.
Capaian kinerja jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan KKS pada Tahun 2021
sebesar 10 kabupaten/kota, sedangkan target capaian dari indikator ini sebesar
11 kabupaten/kota, sehingga untuk tahun 2021 ini persentase capaiannya hanya sebesar
90,9%.
c. Tempat Fasilitas Umum yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Pengawasan Tempat Fasilitas Umum (TFU) ini mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor Nomor 66 Tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan. Dalam aturan tersebut
menyebutkan bahwa penyelenggaraan kesehatan lingkungan dapat dilaksanakan melalui
tiga upaya, yaitu: upaya penyehatan, pengendalian dan pengamanan.
TFU merupakan tempat berkumpulnya banyak orang dan dapat menjadi tempat yang
potensiai terhadap penyebaran beberapa penyakit seperti diare, kolera, ataupun penyakit
yang saat ini sedang terjadi yaitu Covid-19.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan
secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar,
norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.
Indikator yang diawasi adalah tempat, penjamah (orang), bahan makanan dan makanan
yang siap dihidangkan.
Dari hasil laporan kabupaten/kota pada tahun 2021 di Kalimantan Selatan terdapat
5.180 TFU yang meliputi: sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan pasar. Dari hasil IKL
yang dilakukan terhadap 3.548 buah TFU tersebut diketahui ada 2.570 TFU yang
memenuhi syarat kesehatan atau sebesar 49,61%.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 25
Grafik 3.4. Tempat Fasilitas Umum yang Memenuhi Syarat Kesehatan
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
100.00
100.00
90.00
80.00 71.93 74.42
65.21
70.00
55.36 57.75
60.00 52.22
50.00 43.91
39.38
40.00
30.00
13.33 15.20
20.00 9.47 10.97
10.00
0.00

Dari grafik 3.4 dapat dilihat gambaran TFU di kabupaten/kota yang memenuhi syarat
kesehatan pada Tahun 2021, dimana capaian tertinggi adalah di Kota Banjarbaru, yaitu
sebesar 100%. Sementara capaian terendah adalah di Kabupaten Banjar, yaitu sebesar
9,47%.
d. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk
mengolah makanan dari bahan mentah hingga disajikan menjadi makanan jadi. TPP yang
dimaksud meliputi rumah makan dan restoran, jasa boga atau catering, industri makanan,
kantin, warung, makanan jajanan, depot air minum dan sebagainya.
TPP memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan
atau penyakit bahkan keracunan akibat dari makanan yang dihasilkannya. Dengan demikian
kualitas makanan yang dihasilkan, disajikan dan dijual oleh TPP harus memenuhi syarat-
syarat kesehatan.
Jumlah TPP di Kalimantan Selatan Tahun 2021 sebanyak 13.650 buah. Dari hasil
IKL yang dilakukan terhadap 6.896 buah TPP diperoleh hasil sebanyak 5.000 buah TPP
yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan atau sebesar 36,63%.
Pada grafik 3.5 dapat dilihat gambaran TPP di kabupaten/kota yang memenuhi syarat
kesehatan pada Tahun 2021. Dimana capaian tertinggi adalah di Kabupaten Tabalong, yaitu
sebesar 83,89%. Sementara capaian terendah adalah di Kabupaten Balangan, yaitu sebesar
9,35%.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 26


Grafik 3.5. Tempat Pengelolaan Pangan yang Memenuhi Syarat Kesehatan
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021

90.00% 83.89%

80.00%
70.00% 65.87%

60.00%
50.00% 43.61%
40.55% 37.43%
40.00% 31.66%
29.08% 26.94%
30.00% 21.81% 20.86%
20.00% 13.92%
9.35% 10.48%
10.00%
0.00%

e. Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Kerja


Kesehatan Kerja adalah upaya perlindungan dan pemeliharaan kesehatan fisik,
mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, dan pencegahan gangguan kesehatan
tenaga kerja, baik itu pada pekerja formal maupun pekerja informal.
Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam peningkatkan
pelayanan kesehatan pada pekerja, berupa pelayanan pekerja sakit yang berkunjung ke
fasilitas pelayanan kesehatan, surveilans kesehatan kerja, pengukuran kebugaran di tempat
kerja, dan pemeriksaan kesehatan pada pekerja, penurunan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).

Tabel 3.13. Puskesmas yang melaksanakan Kesehatan Kerja


di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
Jumlah Puskesmas Melaksanakan
No. Kabupaten/Kota %
Puskesmas Kesehatan Kerja
1. Banjarmasin 26 24 92,31
2. Banjarbaru 10 10 100,00
3. Banjar 24 15 62,50
4. Barito Kuala 19 10 76,92
5. Tapin 13 17 80,95
6. Hulu Sungai Selatan 21 15 78,95
7. Hulu Sungai Tengah 19 8 66,67
8. Hulu Sungai Utara 13 11 84,62
9. Balangan 12 18 100,00
10. Tabalong 18 17 89,47
11. Tanah Laut 19 14 100,00
12. Tanah Bumbu 14 21 75,00
13. Kotabaru 28 17 89,47
Total 236 197 83,40

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 27


Dari tabel 3.13 dapat dilihat jumlah puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja
pada Tahun 2021 sebanyak 197 puskesmas atau 83,4%. Capaian ini jauh meningkat jika
dibandingkan dengan Tahun 2020 yang hanya sebesar 11,01%.
Target yang ditetapkan pada tahun 2021 untuk jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan kesehatan kerja adalah 5 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, namun
realisasinya hanya 4 kabupaten yaitu Hulu Sungai Selatan, Tanah Bumbu, Hulu Sungai
Utara dan Tabalong.
Selain itu juga Pos Usaha Kesehatan Kerja (UKK) yang terbentuk dan dibina
Puskesmas pada tahun 2021 ini sudah meningkat jika dibandingkan pada Tahun 2018 baru
terbentuk sebanyak 141 buah Pos UKK, pada tahun 2019 meningkat menjadi 173 buah Pos
UKK dan tahun 2020 meningkat menjadi 239 buah Pos UKK, kemudian pada Tahun 2021
bertambah lagi menjadi 255 buah Pos UKK.
f. Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga
Kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau
latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui aktifitas
fisik dan atau olahraga. Target sasaran kesehatan olahraga adalah masyarakat umum dan
prestasi. Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam peningkatan
pelayanan kesehatan olahraga pada masyarakat, berupa pendataan kelompok olahraga,
pembinaan dan pelayanan kesehatan olahraga dalam bentuk pengukuran kebugaran
masyarakat di puskesmas, pengukuran kebugaran calon jemaah haji, pengukuran kebugaran
pekerja dan pengukuran kebugaran anak sekolah.
Target yang ditetapkan pada Tahun 2021 untuk jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan kesehatan olahraga adalah 7 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, dengan
realisasi sebanyak 5 kabupaten/kota atau 71,42%.
Sementara jumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga
sebanyak 78,72% atau sebanyak 185 puskesmas. Capaian ini jauh meningkat jika
dibandingkan dengan Tahun 2020 yang hanya sebesar 20,76%.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 28


Tabel 3.14. Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
Jumlah Puskesmas Melaksanakan
No. Kabupaten/Kota %
Puskesmas Kesehatan Olahraga
1. Banjarmasin 26 21 80,77
2. Banjarbaru 10 9 100,00
3. Banjar 24 10 41,67
4. Barito Kuala 19 8 61,54
5. Tapin 13 16 76,19
6. Hulu Sungai Selatan 21 14 73,68
7. Hulu Sungai Tengah 19 9 75,00
8. Hulu Sungai Utara 13 12 92,31
9. Balangan 12 18 100,00
10. Tabalong 18 19 100,00
11. Tanah Laut 19 13 92,86
12. Tanah Bumbu 14 21 75,00
13. Kotabaru 28 15 78,95
Total 236 185 78,72

Permasalahan/hambatan dan upaya tindak lanjut dari Seksi Kesehatan Lingkungan,


Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah sebagai berikut :
1. Program Kesehatan Lingkungan
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan Tahun 2021 :
1) Beberapa Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas belum melakukan entry pada website
STBM dalam laporan desa yang melaksanakan STBM.
2) Ada beberapa puskesmas belum melakukan penganggaran pelaksanaan STBM di dana Desa
dan BOK.
3) Ada beberapa kecamatan dan desa/kelurahan belum optimal dalam koordinasi baik lintas
dan lintas program.
4) Kekurangan atau terbatasnya jumlah cetakan jamban/closet di kabupaten sehingga
memerlukan waktu lama dalam pembuatan jamban/closet dikarenakan pemakaian cetakan
jamban/closet secara bergantian.
5) Petugas sanitarian belum maksimal melakukan pengawasan air minum di wilayah kerja
masing-masing puskesmas hal ini disebabkan karena terbatas dana dan peralatan serta
ketrampilan dalam pemeriksaan air minum.
6) Beberapa petugas sanitarian belum mendapatkan pelatihan dalam pengawasan air minum,
baik melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sarana air minum maupun entry pada
website RPKAM.
7) Beberapa kabupaten/kota belum membentuk/membuat SK Tim Pembina Kabupaten/Kota
dan Tim Forum Kabupaten/Kota Sehat.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 29


8) Kurangnya dukungan dana dari pemerintah daerah baik bersumber APBN dan APBD
(provinsi dan kabupaten) guna melaksanakan persiapan dan koordinasi Tim Pembina
Kabupaten/Kota dan Tim Forum Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi dan koordinasi
dalam pelaksanaan Kabupaten/Kota Sehat untuk mempercepat pelaksanan kabupaten/kota
sehat.
9) Peran Tim Pembina Provinsi dalam melakukan advokasi dan asistensi ke pemerintah
kabupaten/kota.
10) Masih rendahnya izin incenerator dari Kementerian Lingkungan Hidup pada rumah sakit
umum dan swasta Provinsi Kalimantan Selatan di 13 kabupaten/kota dari 47 rumah sakit di
Provinsi Kalimantan Selatan yang dapat izin hanya 4 rumah sakit umum. Hal ini dikarenakan
beberapa persyaratan yang sulit dipenuhi terutama dari syarat incenerator.
11) Masih sedikitnya Pihak Ketiga pelaksana penanganan limbah medis di Kalimantan Selatan,
mengakibatkan biaya yang mahal dan lambatnya dalam penanganan limbah medis
dikarenakan melayani rumah sakit di 13 kabupaten/kota.
12) Belum optimalnya sinergitas antara stakeholders
13) Kurangnya koordinasi lintas sektor dan lintas program, di Tingkat Provinsi dan masing-
masing kabupaten/kota.
14) Tidak ada SDM yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan lingkungan (kuantitas dan
kualitas).
15) Terbatasnya evaluasi dan monitoring data e-monev di 13 kabupaten/kota.
16) Petugas Sanitarian juga diberikan tanggung jawab mengerjakan program lainnya di
Puskesmas (beban ganda/tidak fokus).
Upaya tindak lanjut, yaitu :
1) Bagi kabupaten/kota yang menjadi lokus stunting, puskesmas mengganggarkan untuk
kegiatan intervensi kesehatan lingkungan dalam penanganan stunting melalui dana DAK
Non Fisik Puskesmas.
2) Bagi kabupaten/kota yang melaksanakan percepatan desa/kelurahan ODF bisa
mengalokasikan dana DAK kabupaten berupa cetak jamban/closet dan sanitarian puskesmas
yang belum mendapatkan alat.
3) Mendorong Puskesmas (penanggungjawab kesehatan lingkungan) untuk melakukan update
data STBM, sarana air minum, TPM, dan TTU sebagai bukti hasil pembinaan puskesmas
serta memaksimalkan penggunaan Sanitarian Kit puskesmas.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 30


4) Tindak lanjut advokasi dan asistensi KKS Tim Pembina Provinsi ke kabupaten/kota, bagi
kabupaten yang belum mendapatkan dukungan segera membuat komitmen bupati untuk
mendapat dukungan dalam pelaksanaan verifikasi KKS tahun 2020 atau 2021.
5) Kabupaten/kota yang mendapatkan peralatan Sanitarian Kit, memaksimalkan pemanfaatan
peralatan tersebut untuk mendukung pencapaian indikator program kesehatan lingkungan.
6) Memastikan rumah sakit yang belum mendapat perizinan penggunaan incinerator segera
membuat izin ke Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia berkoordinasi dengan
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota sebagai payung hukum dalam penggunaan
incenerator, bagi rumah sakit yang masih dalam proses perizinan menyiapkan dokumen
perijinan tersebut sebagai dasar penggunaan incenerator.
7) Pengelolaan Limbah B3 yang bekerjasama dengan pihak ketiga berizin sebagai penyedia
layanan pemusnah limbah B3 harus memastikan kerjasamanya dengan aman dalam kontrak
serta melakukan pengawasan pelaksanaan dari kontrak yang ditandatangani bersama.
8) Memaksimalkan komunikasi aktif (duduk bersama), secara tatap muka maupun daring,
untuk melakukan pembinaan, pengawasan, dan penyusunan regulasi
9) Advokasi kepada lintas sektor, lintas program dan kepala daerah agar diperoleh dukungan
terhadap pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
10) SDM yang mengelola program kesehatan lingkungan, memiliki kompetensi di bidang
kesehatan lingkungan, dan peningkatan kapasitas SDM (TOT) secara masif dan terstruktur
11) Membangun dan mengembangkan sistem informasi yang komprehensif untuk pelaporan
data e-monev di 13 kabupaten/kota.
12) Sanitarian difungsikan sesuai dengan kompetensi di bidangnya.

2. Kesehatan Kerja dan Olahraga


Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga, yaitu :
1) Adanya tambahan target indikator dari pusat sehingga banyak indikator yang masih belum
teranggarkan dananya.
2) Kurangnya koordinasi lintas sektor dan lintas program di masing-masing kabupaten/ kota.
3) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan kesehatan kerja dan olahraga.
4) Minimnya anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan kesehatan kerja dan olahraga di
dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas.
5) Belum dimasukkannya kegiatan kesehatan kerja dan olahraga dalam alokasi dana desa.
6) Adanya pergantian mulai dari Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Kepala Seksi
Kesehatan Lingkungan, Kerja dan Olahraga serta Pengelola Program Kesehatan Kerja dan

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 31


Olahraga di kabupaten/kota dan puskesmas sehingga masih terkendala dalam pemahaman
definisi operasional indikator kinerja.
7) Kurangnya sumber daya manusia di pusksemas sehingga Pengelola Program Kesehatan
Kerja masih merangkap sebagai pengelola program lainnya di puskesmas.

Upaya tindak lanjut, yaitu :


1) Peran aktif petugas di puskesmas dalam memberikan pemahaman terhadap adanya asuhan
mandiri kesehatan kerja dan olahraga kepada masyarakat.
2) Puskesmas telah melaksanakan kegiatan pembinaan meliputi pengumpulan data kesehatan
kerja dan olahraga, fasilitas i-registrasi/perizinan dan bimbingan teknis serta pemantauan
pelayanan kesehatan kerja dan olahraga.
3) Penggunaan aplikasi data online yang baru dimulai akan mempermudah pengumpulan
data-data kesehatan kerja dan olahraga, dimana pengumpulan data tidak harus berjenjang,
tetapi masing-masing puskesmas bisa mengentry sendiri capaiannya dan terus mengupdate
apabila ada perubahan.
4) Peran serta masyarakat terutama tokoh masyarakat serta perusahaan setempat dalam
kegiatan kesehatan kerja dan olahraga.
5) Seluruh kabupaten/kota sudah melaksanakan kegiatan pendataan sampai kepada
monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan kesehatan kerja dan olahraga.

3. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Posyandu Aktif dan Strata Posyandu
Menurut Permendagri Nomor 18 Tahun 2018, posyandu adalah wadah
pemberdayaan masyarakat berbentuk Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan (LKD)
yang diprakarsai oleh masyarakat dan dikelola oleh masyarakat bersama pemerintah
desa/kelurahan guna memberikan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan
masyarakat.
Jumlah posyandu aktif dengan memenuhi kriteria : (1) melakukan kegiatan rutin
posyandu setiap bulan minimal 10 kali dalam 1 tahun, (2) Memiliki minimal 5 orang kader,
(3) Capaian pelayanan KIA, imunisasi, gizi dan KB, minimal 50%, (4) Memiliki alat
pemantauan pertumbuhan balita/timbangan dan tinggi badan, (5) Memiliki kegiatan
inovasi/integrasi. Kemudian dibagi dengan semua jumlah posyandu yang ada dan dikali
100%.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 32


Grafik 3.6. Posyandu Aktif di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2017-2021
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0
51.4
50.0
50.7
40.0 35.6
26.8
30.0
30.1
20.0

10.0

0.0
2017 2018 2019 2020 2021

Grafik 3.6 menggambarkan tentang persentase posyandu aktif di Kalimantan Selatan


dari Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2021. Dari grafik dapat dilihat bahwa posyandu aktif
di Kalimantan Selatan selama 5 (lima) tahun menunjukkan trend yang naik, dari tahun
pertama capaian hanya 26,8% pada Tahun 2017 kemudian meningkat menjadi 51,4 pada
tahun kelima (2021).
Dari tabel 3.15 dapat dilihat jumlah posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan pada
tahun 2021 sebanyak 3.976 buah, yang terdiri dari 2.043 buah posyandu aktif (51,4%)
sedangkan posyandu tidak aktif sebanyak 1.933 buah (48,6%).
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Pokjanal Posyandu telah sepakat
untuk melakukan langkah edukatif sebagai upaya terobosan Revitalisasi Posyandu yang
sudah tertuang dalam Deklarasi Loksado pada tanggal 25 Mei 2017 dengan komitmen
“Bergerak untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi/Balita
(AKB/AKABA) dan Gizi Buruk melalui Posyandu Banua.”
Layanan buka posyandu pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru dilaksanakan sesuai
zona penyebaran Covid-19. Posyandu yang berada di daerah Zona Hijau dapat melakukan
hari buka Posyandu berdasarkan persetujuan dari Pemerintah Desa/Kelurahan. Posyandu
yang berada di daerah Zona Kuning, Zona Oranye dan Zona Merah tidak melakukan hari
buka posyandu dan kegiatan dilaksanakan melalui penggerakan masyarakat untuk kegiatan
mandiri kesehatan atau janji temu dengan tenaga kesehatan serta melaporkannya kepada
kader posyandu, yang dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 33


Tabel 3.15. Jumlah Posyandu Aktif di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
Jumlah Posyandu
No. Kabupaten/Kota Jumlah Posyandu Posyandu
% %
Posyandu Aktif Tidak Aktif
1. Tanah Laut 271 93 34.3 178 65.7
2. Kotabaru 293 139 47.4 154 52.6
3. Banjar 562 258 45.9 304 54.1
4. Barito Kuala 386 40 10.4 346 89.6
5. Tapin 222 113 50.9 109 49.1
6. Hulu Sungai Selatan 301 234 77.7 67 22.3
7. Hulu Sungai Tengah 367 304 82.8 63 17.2
8. Hulu Sungai Utara 330 285 86.4 45 13.6
9. Tabalong 282 213 75.5 69 24.5
10. Tanah Bumbu 205 119 58.0 86 42.0
11. Balangan 196 127 64.8 69 35.2
12. Banjarmasin 395 102 25.8 293 74.2
13. Banjarbaru 166 16 9.6 150 90.4
Provinsi 3976 2043 51.4 1933 48.6

Sedangkan strata posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021, dengan


rincian sebagai berikut : mandiri sebanyak 418 buah (10,5%), purnama sebanyak 1.643 buah
(41,3%), madya sebanyak 1.176 buah (29,6%) dan pratama sebanyak 716 buah (18,0%)
sebagaimana diuraikan pada tabel 3.16.
Tabel 3.16. Kondisi Strata Posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021
Kabupaten/ Strata Posyandu
No.
Kota Pratama % Madya % Purnama % Mandiri %
1. Tanah Laut 59 21.8 119 43.9 90 33.2 3 1.1
2. Kotabaru 30 10.2 139 47.4 103 35.2 21 7.2
3. Banjar 70 12.5 234 41.6 240 42.7 18 3.2
4. Barito Kuala 169 43.8 147 38.1 27 6.9 43 11.1
5. Tapin 0 0.0 109 49.1 112 50.4 1 0.45
6. Hulu Sungai Selatan 5 1.7 62 20.6 201 66.8 33 11.0
7. Hulu Sungai Tengah 0 0.0 63 17.2 290 79.02 14 3.8
8. Hulu Sungai Utara 4 1.2 41 12.4 96 29.1 189 57.3
9. Tabalong 3 1.1 66 23.4 200 70.9 13 4.6
10. Tanah Bumbu 20 9.8 66 32.2 102 49.8 17 8.8
11. Balangan 4 2.0 68 34.7 110 56.1 20 15.7
12. Banjarmasin 203 51.4 61 15.4 66 16.7 36 9.1
13. Banjarbaru 149 89.8 1 0.6 6 3.6 10 6.0
Provinsi 716 18.0 1176 29.6 1643 41.3 418 10.5

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 34


Sementara indikator Kabupaten/kota yang melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif
dengan kriteria:
1) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan bupati/walikota.
Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait pengembangan
Posyandu tingkat kabupaten/kota.
2) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun
Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas perencanaan dan
evaluasi pelaporan kegiatan.
3) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas puskesmas dan kader
Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas puskesmas dan kader yang berasal desa/
kelurahan di wilayah kabupaten/kota.
4) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu
Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan posyandu sehingga
tersedia laporan posyandu seperti SIP online dan atau Si Cakep.
5) Posyandu aktif minimal 50%, yaitu :
a) Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun
b) Memiliki minimal 5 orang kader
c) Melakukan pelayanan kegiatan KIA, Gizi, imunisasi, KB dengan cakupan minimal 50%
d) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan
e) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja, Lansia, TOGA,
penanggulangan penyakit).

Tabel 3.17. Kabupaten/Kota yang melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif Tahun 2021
Kriteria 1 : Kriteria 2 : Kriteria 3 : Kriteria 4 : Pembinaan
No. Kabupaten/Kota Pokjanal Pertemuan Peningkatan Sistem Posyandu
Posyandu Rutin Kapasitas Informasi Aktif
1. Tanah Laut V V V V Memenuhi
2. Kotabaru V V V V Memenuhi
3. Banjar V V V V Memenuhi
4. Barito Kuala V V V V Memenuhi
5. Tapin V V V V Memenuhi
6. Hulu Sungai Selatan V V V V Memenuhi
7. Hulu Sungai Tengah V V V V Memenuhi
8. Hulu Sungai Utara V V V V Memenuhi
9. Tabalong V V V V Memenuhi
10. Tanah Bumbu V V V V Memenuhi
11. Balangan V V V V Memenuhi
12. Banjarmasin V V V V Memenuhi
13. Banjarbaru V V V V Memenuhi

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 35


Dari tabel 3.17 dapat diketahui bahwa seluruh kabupaten/kota (100%) telah melaksanakan
pembinaan posyandu aktif, karena telah terpenuhinya keempat kriteria yang disyaratkan.
Meningkatnya capaian kinerja pada indikator ini disebabkan oleh upaya-upaya yang sudah
dilakukan :
1) Dukungan lintas sektor terkait yang tergabung dalam kelompok kerja operasional (pokjanal)
posyandu dalam pengembangan kelembagaan posyandu sudah baik.
2) Dukungan nyata dari kepala daerah (bupati/walikota), camat dan lurah/kepala desa dalam
mengeluarkan kebijakan/regulasi dan penganggaran operasional posyandu.
3) Peningkatan kapasitas SDM melalui kegiatan Orientasi Kader Posyandu.
4) Peningkatan dalam pelayanan posyandu, baik dari segi sarana maupun prasarana.
5) Pelaksanaan penilaian kinerja posyandu dan kader berprestasi untuk memberikan reward
sekaligus memotivasi posyandu.

Hambatan dalam pencapaian kinerja :


1) Tahun 2021 seluruh wilayah di Indonesia masih dalam situasi pandemi Covid-19 yang juga
mempengaruhi semua provinsi, kabupaten/kota sampai ke tingkat desa/kelurahan, sehingga
kebijakan buka operasional posyandu tergantung dari zona penularan Covid-19 yang terjadi di
daerah. Hampir sebagian besar posyandu secara fisik tutup, sehingga ini tidak akan terpenuhi
indikator posyandu aktif 10 kali buka dalam setahun.
2) Masih ada sektor di luar kesehatan yang menganggap, bahwa posyandu adalah milik sektor
kesehatan.

b. Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan
kriteria:
1) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017
(melaksanakan 5 klaster Germas) dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan adalah
kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan Germas dan/atau kebijakan
berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas ditetapkan oleh pemerintah daerah
(bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas yaitu:
a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik
b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 36
Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota/Kepala SKPD
berupa peraturan/surat keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung salah satu klaster
Germas.
Contoh:
a) Kebijakan Germas
 Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
 Peraturan Bupati Bantul Nomor 35 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat

Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota/Kepala SKPD


berupa peraturan/surat keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung pembangunan
kesehatan.
Contoh:
b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan
 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 Tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa Rokok
 Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kawasan Pelaksanaan
Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day)

Adapun kebijakan Germas dan pembangunan berwawasan kesehatan lainnya yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota diuraikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3.18. Kebijakan Germas dan Kebijakan Berwawasan Kesehatan
di Provinsi Kalimantan Selatan
No. Provinsi/Kabupaten/Kota Kebijakan Germas Kebijakan Berwawasan Kesehatan
Pergub Nomor 0123 Tahun 2017 tentang
Perda Nomor 1 Tahun 2021 tentang
1. Provinsi Kalimantan Selatan Pedoman Pelaksanaan Germas di
Penyelenggaraan Kesehatan
Kalimantan Selatan
Perwali Nomor 62 Tahun 2021 tentang Perda Nomor 741 tentang Sistem
2. Kota Banjarmasin
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Kesehatan Kota Banjarmasin
Perwali Nomor 83 Tahun 2021 tentang
Perda Nomor 2 Tahun 2018 tentang
3. Kota Banjarbaru Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup
Penyelenggaraan Kota Sehat
Sehat

Perbup Nomor 64 Tahun 2019 tentang Perda Nomor 15 Tahun 2017 tentang
4. Kabupaten Banjar
Pedoman Pelaksanaan Germas Kawasan Tanpa Rokok

Perbup Nomor 10 Tahun 2020 tentang Perda Nomor 10 Tahun 2017 tentang
5. Kabupaten Tapin
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Kawasan Tanpa Rokok
Perbup Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perbup Nomor 44 Tahun 2020 tentang
Kabupaten Hulu Sungai
6. Pedoman Germas di Kabupaten Hulu Penegakan Disiplin Protokol Kesehatan
Selatan
Sungai Selatan Pencegahan Covid-19
Perbup Nomor 61 Tahun 2018 tentang
Kabupaten Hulu Sungai Perda Nomor 10 Tahun 2018 tentang
7. Pedoman Pelaksanaan Germas di
Tengah Kawasan Tanpa Rokok
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Perbup Nomor 55 Tahun 2018 tentang Perbup Nomor 37 Tahun 2020 tentang
8. Kabupaten Hulu Sungai Utara Pedoman Pelaksanaan Germas di Pedoman Penerapan Disiplin Protokol
Kabupaten Hulu Sungai Utara Kesehatan Pencegahan Covid-19

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 37


No. Provinsi/Kabupaten/Kota Kebijakan Germas Kebijakan Berwawasan Kesehatan
Perbup Nomor 20 Tahun 2020 tentang Perda Nomor 13 Tahun 2017 tentang
9. Kabupaten Balangan Pedoman Pelaksanaan Gerakan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan
Masyarakat Hidup Sehat Anak Balita
Perbup Nomor 42 Tahun 2019 tentang
Perda Nomor 3 Tahun 2017 tentang
10. Kabupaten Tabalong Pedoman Pelaksanaan Gerakan
Kawasan Tanpa Rokok
Masyarakat Hidup Sehat
Perda Nomor 03 Tahun 2017 tentang
Perbup Nomor 14 Tahun 2018 tentang
11. Kabupaten Barito Kuala Pelarangan Minuman Beralkohol dan Zat
Gerakan Masyarakat HIdup Sehat
Adiktif Lainnya
Perbup Nomor 472 Tahun 2019 tentang
Perbup Nomor 99 Tahun 2020 tentang
12. Kabupaten Tanah Laut Pembentukan Forum Germas di
Protokol Kesehatan Covid-19
Kabupaten Tanah Laut
Perbup Nomor 8 Tahun 2020 tentang Perda Nomor 6 Tahun 2017 tentang
13. Kabupaten Tanah Bumbu
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Kawasan Tanpa Rokok
Perbup Nomor 128 Tahun 2020 tentang
Perda Nomor 130 Tahun 2020 tentang
14. Kabupaten Kotabaru Pedoman PPKM dalam rangka
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Penanganan Covid-19

2) Melaksanakan penggerakan masyarakat dalam mendukung 5 klaster Germas minimal 3 kali


setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial adalah kegiatan yang mengajak
masyarakat untuk melakukan 5 (lima) klaster Germas dan melibatkan unsur lintas sektor
(SKPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dan
lain-lain) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dan lain-lain) dan dilakukan
minimal 3 (tiga) kali setahun.

Tabel 3.19. Penggerakan Masyarakat dalam Mendukung Klaster Germas


di Provinsi Kalimantan Selatan
No. Provinsi/Kabupaten/Kota Penggerakan Germas Status
1. Provinsi Kalimantan Selatan 3 kegiatan Memenuhi
2. Kota Banjarmasin 8 kegiatan Memenuhi
3. Kota Banjarbaru 6 kegiatan Memenuhi
4. Kabupaten Banjar 4 kegiatan Memenuhi
5. Kabupaten Tapin 5 kegiatan Memenuhi
6. Kabupaten Hulu Sungai Selatan 3 kegiatan Memenuhi
7. Kabupaten Hulu Sungai Tengah 4 kegiatan Memenuhi
8. Kabupaten Hulu Sungai Utara 3 kegiatan Memenuhi
9. Kabupaten Balangan 4 kegiatan Memenuhi
10. Kabupaten Tabalong 3 kegiatan Memenuhi
11. Kabupaten Barito Kuala 4 kegiatan Memenuhi
12. Kabupaten Tanah Laut 5 kegiatan Memenuhi
13. Kabupaten Tanah Bumbu 14 kegiatan Memenuhi
14. Kabupaten Kotabaru 3 kegiatan Memenuhi

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa seluruh kabupaten/kota (100%) telah
melaksanakan penggerakan masyarakat, karena telah terpenuhinya kriteria yang disyaratkan
(minimal 3 kegiatan).

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 38


Penggerakan Masyarakat oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan yang
dibebankan dari anggaran APBN Tahun 2021 sebanyak 3 (tiga) kegiatan, yaitu : 1. Germas di SMP
IT Ihsanul Amal Amuntai (Gebyar Vaksinasi Covid-19 Anak Sekolah), 2. Germas di Pondok
Pesantren Minhajul Abidin Kandangan (Penerapan PHBS menuju Ponpes Sehat), dan 3. Germas
di Kampus Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru (Penguatan Implementasi Kampus Sehat).
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi upaya pencapaian indikator kinerja ini
yaitu :
1) Dukungan lintas program kesehatan dalam upaya-upaya advokasi yang dilakukan kepada lintas
sektor sasaran dan identifikasi isu kebijakan berwawasan yang diperlukan pelibatan pihak luar
seperti, LSM, organisasi kemasyarakatan, akademisi dalam untuk mendorong lintas sektor
agar lebih responsif terhadap isu-isu kesehatan dalam menentukan kebijakan.
2) Pelaksanaan pembinaan desa/kelurahan dan sekolah ber-PHBS untuk memberikan reward
sekaligus memotivasi kepala daerah. Tahun 2021 Pemerintah Provinsi memberikan reward
kepada Desa/Kelurahan yang menerapkan PHBS dengan penghargaan dalam kegiatan Lomba
Desa/Kelurahan Ber-PHBS dengan penerapan PHBS di Tatanan Rumah Tangga dan penerapan
PHBS di Tatanan Sekolah melalui Lomba Kinerja Sekolah Sehat Tahun 2021.
3) Pada tahun 2021 kinerja Germas mendapat nominasi terbaik tingkat nasional, namun, secara
perilaku masyarakat tergambarkan bahwa masyarakat yang menerapkan Germas semakin
meningkat dalam pencegahan Covid-19 dengan kampanye 3M (Memakai Masker, Mencuci
Tangan Pakai Sabun dan Menjaga Jarak dengan menghindari kerumunan).
4) Penilaian Kinerja PHBS Tatanan Sekolah dan Desa/Kelurahan (Rumah Tangga) Tahun 2021
dapat dilaksanakan meskipun masih pandemi Covid-19, dengan menerapkan protokol
kesehatan secara ketat.
Hambatan dalam pencapaian kinerja :
Faktor penghambat yang mempengaruhi upaya pencapaian indikator kinerja yaitu :
1) Kurangnya kepedulian kepala daerah terhadap pentingnya PHBS, terutama tatanan PHBS di
tempat Kerja, PHBS di tempat umum, dan PHBS di komunitas.
2) Belum terlibatnya lintas sektor dan lintas program dalam mendukung implementasi PHBS
3) Kurangnya sosialisasi pelaksanaan PHBS dalam setiap tatanan.
4) Pandemi Covid-19 yang membatasi ruang dan gerak pelaksanaan pembinaan sehingga untuk
mengimplementasikan PHBS sangat kurang, namun PHBS dalam mendukung kebijakan
pencegahan Covid-19 sangat meningkat perilaku masyarakatnya dengan menerapkan protokol
kesehatan melalui Kampanye 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan Pakai Sabun dan
Menjaga Jarak).

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 39


B. Realisasi Anggaran
Pagu anggaran pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Satker Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2021 sebesar Rp 3.097.784.000,- dan mencapai
realisasi sebesar Rp 2.728.244.800,- atau 88,07%. Realisasi anggaran Program Pembinaan Kesehatan
Masyarakat disajikan pada tabel 3.20.
Tabel 3.20. Realisasi Anggaran Dekonsentrasi (03) Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2021
No. Jenis Kegiatan Pagu Realisasi Persentase
1. Pembinaan Gizi Masyarakat Rp 597.629.000 Rp 551.395.000 92,26%
Dukungan Manajemen dan
2. Rp 103.989.000 Rp 103.989.000 100%
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Pembinaan Upaya Kesehatan
3. Rp 427.497.000 Rp 402.825.000 94,23%
Kerja, Olahraga
4. Pembinaan Kesehatan Keluarga Rp 504.935.000 Rp 428.721.300 84,91%
Promosi Kesehatan dan
5. Rp 1.365.428.000 Rp 1.170.038.500 85,69%
Pemberdayaan Masyarakat
6. Penyehatan Lingkungan Rp 98.306.000 Rp 71.276.000 72,50%
Total Rp 3.097.784.000 Rp 2.728.244.800 88,07%

Pada Tahun Anggaran 2021 untuk DIPA Nomor : SP DIPA - 024.03.3.159011/2021 telah
terjadi revisi anggaran sebanyak 2 (dua) kali berdasarkan surat dari Kepala Biro Perencanaan dan
Anggaran karena refocusing dan efisiensi serta menyesuaikan dengan masa pandemi Covid-19.
Adapun Perubahan DIPA tersebut, yaitu DIPA Revisi 01tertanggal 27 Juli 2021 dan DIPA Revisi
02 tertanggal 14 September 2021, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.21. Perubahan Pagu Anggaran Tahun 2021 (Refocusing dan Efisiensi)
Pagu Anggaran (Rp)
No. Program/Kegiatan
Awal Revisi 01 Revisi 02
A. Program Kesehatan Masyarakat 9,919,794,000 5,969,998,000 2,993,795,000

1. Pembinaan Gizi Masyarakat 1,043,200,000 810,000,000 597,629,000


Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja
2. 1,242,692,000 719,042,000 427,497,000
dan Olahraga
3. Pembinaan Kesehatan Keluarga 4,280,077,000 2,257,673,000 504,935,000
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
4. 2,580,115,000 2,045,092,000 1,365,428,000
Masyarakat
5. Penyehatan Lingkungan 773,710,000 138,191,000 98,306,000

B. Program Dukungan Manajemen 725,269,000 725,269,000 725,269,000


Dukungan Manajemen Pelaksanaan
1. 725,269,000 115,509,000 103,989,000
Program di Ditjen Kesmas
Total 10,645,063,000 6,695,267,000 3,719,064,000

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 40


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Realisasi anggaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Satker Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2021 sebesar 88,07% dengan rincian :
a. Pembinaan Gizi Masyarakat (92,26%)
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga (84,91%)
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga (94,23%)
d. Penyehatan Lingkungan (72,50%)
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (85,69%)
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar (100%)
2. Capaian rata-rata indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Provinsi Kalimantan
Selatan pada tahun 2021 terhadap target yang ditetapkan adalah 112,51%, dengan
rincian per program sebagai berikut :
a. Pembinaan Gizi Masyarakat (146,7%)
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga (86,14%)
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga (75,7%)
d. Penyehatan Lingkungan (95,1%)
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (171,4%)
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar (100%)
3. Dari 20 indikator kinerja, tercapai sebanyak 14 indikator (70%), sedangkan sisanya
6 indikator (30%) belum tercapai.
4. Jika disandingkan antara realisasi anggaran sebesar 88,07% dengan rata-rata capaian
20 indikator kinerja sebesar 112,15%, maka dapat dikatakan telah terwujud efisiensi
anggaran karena capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.
5. Tantangan dalam pelaksanaan program, yaitu kondisi geografis sebagian besar wilayah
Kalimantan Selatan dikelilingi oleh sungai, rawa, hutan dan pegunungan, sosial budaya
(pantangan makanan saat hamil/nifas), pola konsumsi (makanan khas banjar), pertolongan
persalinan masih banyak di non fasilitas kesehatan dan tingginya pernikahan dini. Selain hal
tersebut, pada tahun 2021 terjadi pandemi Covid-19 sehingga perlu pembatasan dalam
melaksanakan kegiatan (pertemuan hanya diperbolehkan 50% kehadiran fisik, kegiatan
perjalanan dinas dibatasi, pejabat dan pelaksana program terpapar Covid-19)

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 41


6. Faktor pendukung keberhasilan pencapaian indikator kinerja program, antara lain adalah
ketersediaan anggaran, kebijakan dari pemerintah pusat, regulasi dari pemerintah provinsi,
integrasi dan sinergi pusat-daerah, serta keakuratan data.
7. Faktor penghambat dalam pencapaian indikator kinerja program, antara lain adalah SDM
yang jumlahnya terbatas dan belum terlatih, tingkat kepatuhan sasaran, masih ada ego sektor
dan sarana/prasarana belum memadai (tidak tersedianya gudang penyimpanan khusus PMT
di puskesmas, minimnya alat ukur antropometri, terbatasnya sanitarian kit).
8. Alternatif solusi yang dapat diberikan, antara lain memaksimalkan pembinaan
penyelenggaraan program dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada seluruh
pengelola kesehatan di daerah dalam percepatan pencapaian target indikator program serta
memaksimalkan komunikasi aktif dan penerapan protokol kesehatan secara ketat sehingga
kegiatan tetap terlaksana di masa pandemi Covid-19.

B. Saran
Dalam menyusun perencanaan tahun yang akan datang diharapkan untuk memperkuat
intervensi spesifik dan sensitif yang terintegrasi pada lokus prioritas dengan meningkatkan akses
pelayanan kesehatan dasar dan upaya promotif dan preventif.
1. Penyusunan perencanaan/anggaran diharapkan sesuai money follow program berdasarkan
pendekatan Holistik, Tematik, Integratif dan Spasial (HITS).
2. Sebagai tindak lanjut advokasi dan asistensi Tim Pembina Provinsi, mendorong Bupati/
Walikota mengeluarkan kebijakan terkait dukungan pelaksanaan tatanan kawasan sehat di
kabupaten/kota Tahun 2021.
3. Setiap kabupaten/kota diharapkan dapat menindaklanjuti dengan menyusun dan
melaksanakan Rencana Aksi Daerah untuk peningkatan capaian program prioritas.
4. Monitoring dan evaluasi perlu terus dilakukan agar dapat terpantau serta terkendalinya
masalah dan hambatan secara dini sehingga dapat menemukan solusi yang cerdas dan
inovatif dalam pelaksanaan kegiatan.
5. Penggabungan atau penyederhanaan sistim IT yang ada (e-PPBGM, e-Kohort, SITKO,
STBM, Komdat, Microsite dan lainya.
6. Koordinasi antar program (KIA, PTM, PM, Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan).
7. Penguatan UKBM utamanya Posyandu dengan pelibatan lintas sektor.
8. Pelaksanaan pelayanan kesehatan esensial bagi ibu dan anak (survailance, immunisasi).
9. Harmonisasi perencanaan dan proses monitoring indikator.

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 42


Perjanjian Kinerja Tahun 2021

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 43


LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 44
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 45
Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

BIDANG
SUMBER DAYA
KESEHATAN

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 46


Bagan Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat

Kepala Bidang Kesehatan


Masyarakat
Nurul Ahdani, SKM, M.Kes

Kepala Seksi Kesehatan Kepala Seksi Promosi Kepala Seksi Kesehatan


Keluarga dan Gizi dan Pemberdayaan Lingkungan, Kerja dan
Masyarakat Masyarakat Olahraga
Didy Ariady, SKM, M.Kes Abdul Basit, S.Gz, MPH Budi Wahyudi, S.Sos, MPH

1. Renta Aritonang, S.ST 1. H. Mursidi, SKM, M.Kes 1. Muhammad Solihin, SKM, M.Kes
2. Ardiansyah, SKM, M.Kes 2. Akhmad Mahyuni, S.Sos, MPH 2. Akhmadi, SKM, MM
3. Yuliani, S.ST, MM 3. Hendra Fitriadi, SKM 3. Elsya Rosana
4. Windarti, S.ST, M.Kes 4. Fitriani, SE 4. Henny Annisah, S.Si.T
5. Rizka Yuli Wahyuni, SKM, M.Kes 5. Fitti Eleanor Bakhrida, SKM 5. Yulida Rahmi, SKM
6. Sriyani Wijianingsih, S.Gz 6. Nur Qanitah, S.ST 6. Elly Ninawati, SH
7. Noor Aflah Febriyanti, S.ST 7. Wenny Amalia, S.ST 7. Elke Hilman, SE
8. Raudanah, SE 8. Nor Alfian, A.Md 8. Husnul Khatimah, SKM
9. Irfani Patenrengi, SKM 9. Kemas Dio Perdana, S.Kom 9. Ria Sri Agustiani, SKM
10. Yulia Susinta, SKM
11. Annisa Fitria, A.Md. Gz
12. Rina Febriani, SKM
13. Venadya Syela Bonita, S.Gz
14. Muhammad Hanafi

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 47


Dokumentasi Kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2021

Verifikasi Desa/Kelurahan ODF di Banjarbaru

Pendampingan Monev STBM di Desa Tarjun,


Kabupaten Kotabaru

Uji Fungsi dan serah Terima Program PKTD Teknologi


Sanitasi di Desa Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 48


Pertemuan Pendampingan Kesehatan Keluarga di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan

Monitoring dan Evaluasi Kesehatan Keluarga dan Gizi


di Kabupaten Tapin

Pendampingan Kesehatan Keluarga dan Gizi di Kabupaten Kotabaru

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 49


Koordinasi Lintas Sektor Komunikasi Perubahan
Perilaku (KPP) Stunting di Kabupaten Balangan

Koordinasi Penguatan Pokjanal Posyandu di Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan

Penilaian Kader Posyandu Berprestasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 50


Penggerakan Masyarakat mendukung Klaster Germas di Pondok Pesantren
Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

Pemeriksaan Kebugaran bagi ASN Provinsi Kalimantan Selatan

LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 51


LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2021 52
[Type text] Page 53

Anda mungkin juga menyukai