id
Email : pkmdinkesprov.kalsel@gmail.com
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat
taufiq dan hidayah-Nya jua Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dapat menyelesaikan
penyusunan dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Tahun 2021. LAKIP merupakan suatu bagian dari
pelaksanaan manajemen kinerja dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP). Pe nyusuna n laporan kinerja be rpe dom an pada
Peraturan Me nte ri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi
(Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi
mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Dalam laporan kinerja
ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah
dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa
mendatang.
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun 2021 sebagai bentuk
akuntabilitas perjanjian kinerja yang dibuat pada awal tahun 2021. Secara garis
besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja
dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun 2020-2024, disertai dengan faktor pendukung dan
penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.
Untuk perbaikan laporan kinerja ini kami harapkan masukan dan saran
membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di tahun
yang akan datang. Semoga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
pihak-pihak yang berkepentingan sebagaimana mestinya.
i
IKHTISAR EKSEKUTIF
ii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ..................................................................................................... 43
iii
DAFTAR TABEL
iv
3.16. Kondisi Strata Posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021..... 34
3.17. Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif di
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021 …………………………….... 35
3.18. Kebijakan Germas dan Kebijakan Berwawasan Kesehatan di Provinsi
Kalimantan Selatan …………………………………………………..… 37
3.19. Penggerakan Masyarakat dalam Mendukung Klaster Germas di Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2021 …………..……………………………. 38
3.20. Realisasi Anggaran Dekonsentrasi (03) Program Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2021 …………..……... 40
3.21. Perubahan Pagu Anggaran Tahun 2021 (Refocusing dan Efisiensi) …… 40
v
DAFTAR GRAFIK
vi
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR SINGKATAN
viii
MPASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
ODF : Open Defecation Free
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
Permendagri : Peraturan Menteri Dalam Negeri
Permenpan : Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PF : Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
PM : Penyakit Menular
PTM : Penyakit Tidak Menular
P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
Pokjanal : Kelompok Kerja Operasional
PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
PONEK : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
PPI/TPI : Pangkalan Pendaratan Ikan/Tempat Pelelangan Ikan
Pusdatin : Pusat Data dan Informasi
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
Renstra : Rencana Strategis
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPKAM : Rencana Pengawasan Kualitas Air Minum
SAKIP : Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SIGIZI : Sistem Informasi Gizi
SITKO : Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
SSGBI : Survei Status Gizi Balita Indonesia
TBC : Tuberculosis
TTD : Tablet Tambah Darah
TKI : Tenaga Kerja Indonesia
TFU : Tempat Fasilitas Umum
TPP : Tempat Pengelolaan Pangan
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
UKK : Upaya Kesehatan Kerja
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas
yang dilakukan melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban
yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif,
dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Kegiatan pada RPJMN Tahun 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan
Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan
prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-
indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang
tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN Tahun
2020-2024.
Pembangunan Indonesia Tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan
berkarakter. Dalam Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang RPJMN, disebutkan
arah dan kebijakan strategi RPJMN Tahun 2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan
dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif,
didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan atau mengindikasikan
keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan.
Setiap indikator yang dilaporkan kepada pusat perlu dimonitor capaiannnya.
Guna mewujudkan Misi Presiden dalam Bidang Kesehatan Tahun 2020-2024,
Kementerian Kesehatan menetapkan 5 (lima) tujuan strategis, yakni: 1) Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup, 2) Penguatan pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, 3) Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan
1. Visi
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mengikuti visi Gubernur
Kalimantan Selatan yaitu “Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera,
Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing.” Visi tersebut mengandung makna bahwa
kondisi Kalimantan Selatan pada Tahun 2021 berada dalam kondisi mapan, yang berarti
(baik, tidak goyah, stabil). Dengan visi Gubernur tersebut diharapkan Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan mampu mendorong pembangunan berwawasan kesehatan
dan kemandirian masyarakat dalam mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan
berperilaku sehat serta mampu menggerakkan semua potensi yang ada dalam
menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan bermutu bagi semua penduduk, guna
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan hak asasi
manusia di bidang kesehatan.
2. Misi
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui misi pembangunan, yaitu :
1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang agamis, sehat, cerdas dan terampil,
2. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang profesional dan berorientasi pada
pelayanan publik,
3. Memantapkan kondisi sosial budaya daerah yang berbasis kearifan lokal,
4. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang mendukung percepatan pengembangan
ekonomi dan sosial budaya,
5. Mengembangkan daya saing ekonomi daerah yang berbasis sumberdaya Lokal,
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
D. Tujuan
Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di
lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan dalam rangka terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna
dan berdaya guna agar meningkatnya status kesehatan masyarakat.
G. Sasaran
Sasaran Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang bermutu bagi seluruh masyarakat, terutama bayi, balita, anak usia sekolah, remaja
putri, pasangan usia subur, usia kerja, wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut
usia.
J. Sistematika
A. Capaian Kinerja
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen
baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan
dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik
di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan
dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan
kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun
anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang
diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta
pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
a. Capaian Indikator Kinerja Utama
Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian Kesehatan dengan upaya
prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Stunting. Adapun capaian indikator kinerja utama di Kalimantan Selatan selama kurun waktu
5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari tabel tersebut dapat dilihat capaian AKI selama lima tahun masih fluktuatif dari Tahun
2017 ke 2018 naik, kemudian Tahun 2019 turun namun Tahun 2020 dan 2021 naik kembali,
sementara capaian AKB relatif tetap selama lima tahun, meskipun ada penurunan pada
Tahun 2019, 2020 dan 2021. Sedangkan persentase balita stunting di Kalimantan Selatan
Dari 4 (empat) indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat seluruhnya (100%) telah
mencapai target yang ditetapkan, dengan rata-rata realisasi 59,5% dan rata-rata capaian sebesar
146,7%.
Dari 5 (lima) indikator kinerja pembinaan kesehatan keluarga 3 (tiga) indikator yang
mencapai target (60%), sedangkan 2 (dua) indikator (40%) masih di bawah target dengan rata-rata
capaian sebesar 86,14%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pembinaan kesehatan keluarga pada Tahun 2021
sebesar Rp 504.935.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 428.721.300 atau 84,91% sedangkan
capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 86,14%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran,
karena capaian kinerja 86,14% dapat terwujud dengan 84,91% anggaran.
Dari 6 (enam) indikator kinerja penyehatan lingkungan terdapat 4 (empat) indikator telah
mencapai target (66,67%), sedangkan 2 (dua) indikator (33,33%) masih di bawah target dengan rata-
rata capaian sebesar 95,1%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penyehatan lingkungan pada Tahun 2021
sebesar Rp 98.306.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 71.276.100 atau 72,5% sedangkan capaian
indikator kinerja rata-rata sebesar 95,1%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran, karena
capaian kinerja 95,1% dapat terwujud dengan realisasi 72,5% anggaran.
Dari 2 (dua) indikator kinerja upaya kesehatan kerja dan olahraga, kedua indikatornya
(100%) masih di bawah target dengan rata-rata capaian sebesar 75,7%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan upaya kesehatan kerja dan olahraga pada Tahun
2021 sebesar Rp 427.497.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 402.825.000 atau 94,23% sedangkan
capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 75,7%. Hal ini berarti tidak terwujud efisiensi anggaran,
Dari 2 (dua) indikator kinerja promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat seluruh
indikator telah mencapai target (100%), dengan rata-rata realisasi sebesar 100% dan rata-rata capaian
sebesar 171,4%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
pada Tahun 2021 sebesar Rp 1.365.428.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 1.170.038.500 atau
85,69% sedangkan capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 171,4%. Hal ini berarti telah terwujud
efisiensi anggaran, karena rata-rata capaian kinerja 171,4% dapat terwujud dengan 85,69% anggaran.
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan
Kesehatan Masyarakat
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat diarahkan untuk penguatan perencanaan, penganggaran dan
pelaksanaan kegiatan yang terintegrasi antar pusat dan daerah, antar program dan antar sektor.
Dimana kegiatan Dukungan Manajemen ini diberikan untuk mendukung kegiatan pada program
teknis, yaitu Belanja Bahan (Alat Tulis Kantor, Penggandaan dan Computer Supply) dan
Pengelolaan Keuangan dan BMN.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari target 80% pada Tahun 2021 direalisasi sebesar 80%
atau capaian 100%. Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat pada tahun
2021 sebesar Rp 103.989.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 103.989.000 atau 100% sedangkan
capaian indikator kinerja sebesar 100%. Hal ini berarti telah terwujud optimalisasi anggaran, karena
capaian kinerja 100% dapat terwujud dengan realisasi 100% anggaran.
Dari uraian di atas dapat digambarkan pada grafik batang, perbandingan antara capaian program
dengan realisasi anggaran sebagai berikut :
Grafik 3.1. Perbandingan Capaian Program dengan Realisasi Anggaran Tahun 2021
171.4
180
160 146.7
140
120 100 100
92.26 94.23 95.1
100 86.14 84.91 85.69
75.7 72.5
80
60
40
20
0
Gizi Masyarakat Kesjaor Kesga Promkes Penyehatan Dukman
Lingkungan
80
80
60
40
18
20 9 0 4
1 1 4 0 1
1 3 3 0 4 0 3 0 1
0
1
0 3 0 4 0
0
Tala Ktb Bjr Batola Tpn HSS HST HSU Tab Tanbu Blgn Bjm Bjb
Kasus gizi buruk yang mendapat perawatan terbanyak di Kota Banjarmasin sebanyak 80
kasus, diikuti oleh Kabupaten Balangan 18 kasus dan Kabupaten Kotabaru 9 kasus.
Untuk kasus gizi buruk yang meninggal dunia selama perawatan di rumah sakit Tahun
2021 sebanyak 7 kasus, dengan rincian yaitu : 4 kasus di Kota Banjarmasin, 1 kasus di
Kabupaten Tanah Laut, 1 kasus di Kabupaten Banjar dan 1 kasus di Balangan.
b. Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak
yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Banyak faktor
yang menyebabkan stunting diantaranya dari faktor ibu yang kurang nutrisi di masa remajanya,
masa kehamilan, pada masa menyusui, dan infeksi pada ibu. Faktor lainnya berupa kualitas
pangan (rendahnya asupan vitamin dan mineral), buruknya keragaman pangan dan faktor lain
seperti ekonomi, pendidikan, infrastruktur, budaya, dan lingkungan.
Jika dilihat dari tabel di atas, prevalensi balita stunting tertinggi terdapat di
Kabupaten Hulu Sungai Utara (19,7%), sedangkan yang terendah terdapat di
Kabupaten Tanah Bumbu (4,1).
c. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
Masalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian, masalah
tersebut antara lain anemia dan ibu hamil KEK. Status kesehatan di Indonesia belum
menggembirakan ditandai dengan Angka Kematian Ibu, Kematian Neonatal, Bayi, dan
Balita masih sulit ditekan bahkan selama 10 tahun terakhir ini kematian neonatal ada dalam
kondisi stagnan. Pendekatan siklus hidup sejak dari masa janin sampai usia lanjut terus
diupayakan, diperlukan upaya strategis yang dimulai sejak masa kehamilan bahkan masa
pra-kehamilan agar terwujud generasi yang sehat dan tangguh. Periode pra-kehamilan dan
kehamilan harus disiapkan dengan baik, hal ini tertuang dalam arah kebijakan RPJMN,
yaitu mempercepat perbaikan gizi masyarakat dengan fokus utama pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK).
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa persentase ibu hamil yang mengalami
Kurang Energi Kronis pada Tahun 2021 yaitu 14,2% atau 5.431 orang dari sasaran ibu
hamil KEK 71.656 orang. Persentase ibu hamil yang mengalami KEK tertinggi terdapat di
Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 22,2%, sedangkan paling rendah terdapat di
Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 8,9%.
d. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu atau ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan/minuman
tambahan atau pengganti kepada bayi hingga berusia 6 bulan. ASI telah memiliki
kandungan gizi yang dibutuhkan bayi sampai umurnya 6 bulan. Karena itulah tidak
dibutuhkan sumber asupan lain selama periode itu selama ASI yang dihasilkan berkualitas.
Tetapi setelah 6 bulan, pemberian ASI eksklusif bukan berarti harus berhenti. ASI
tetap dapat diberikan kepada bayi hingga usianya 2 tahun. Pemberian ASI hingga usia bayi
2 tahun justru banyak memberikan manfaat. Bahkan manfaat ini tidak hanya bisa
didapatkan oleh bayi, tapi juga ibu.
Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi
secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak
sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan ke atas, bayi mendapat makanan pendamping
ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan ASI Eksklusif di Kalimantan Selatan
pada tahun 2021 sebesar 50,16%, dimana capaian persentase ASI Eksklusif tertinggi adalah
Kabupaten Tabalong (70,40%) dan terendah di Kabupaten Balangan (19,10%). Capaian
ASI Eksklusif Tahun 2021 ini meningkat 17,7% dibandingkan capaian pada Tahun 2020
yang sebesar 50,16%.
e. Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu, dimana pertolongan persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan protap yang tidak bisa dikompromi dalam penurunan AKI.
Tenaga pelaksana dalam persalinan adalah dokter/dokter spesialis kandungan atau
bidan atau perawat dengan ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari :
a. Dokter dan bidan, atau b. Dokter dan perawat, atau c. 2 orang bidan, atau d. Bidan dan
perawat, dimana tempat pelaksanaan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
(puskesmas, klinik, rumah sakit, praktek mandiri bidan).
Berdasarkan tabel di atas cakupan kunjungan K4 ibu hamil Tahun 2021 tertinggi di
Kota Banjarbaru sebesar 96,61% dan terendah pada Kabupaten Kotabaru sebesar 57,62%
dan rata-rata K4 provinsi sebesar 81,85% bila dibandingkan cakupan tahun 2020 sebesar
77,33% cakupan provinsi meningkat 4,52%.
Permasalahan/hambatan dan upaya tindak lanjut dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih
sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum maksimalnya kegiatan edukasi,
sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, belum
semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(LMKM), masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI
dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI. Pemasaran
susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yang tidak ada masalah
medis, kerjasama antara fasilitas pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan dengan
produsen susu formula yang masih belum bisa teratasi secara maksimal. Masih adanya
instansi pemerintah dan tempat-tempat lainnya yang belum menyediakan ruang ASI dan
perangkat pendukungnya, masih banyaknya tenaga kesehatan di tingkat pelayanan yang
belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI
Eksklusif, yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-5 bulan.
30
19.5
20 14.4
9.9
10 0.7 3.8
Dari grafik 3.4 dapat dilihat gambaran TFU di kabupaten/kota yang memenuhi syarat
kesehatan pada Tahun 2021, dimana capaian tertinggi adalah di Kota Banjarbaru, yaitu
sebesar 100%. Sementara capaian terendah adalah di Kabupaten Banjar, yaitu sebesar
9,47%.
d. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk
mengolah makanan dari bahan mentah hingga disajikan menjadi makanan jadi. TPP yang
dimaksud meliputi rumah makan dan restoran, jasa boga atau catering, industri makanan,
kantin, warung, makanan jajanan, depot air minum dan sebagainya.
TPP memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan
atau penyakit bahkan keracunan akibat dari makanan yang dihasilkannya. Dengan demikian
kualitas makanan yang dihasilkan, disajikan dan dijual oleh TPP harus memenuhi syarat-
syarat kesehatan.
Jumlah TPP di Kalimantan Selatan Tahun 2021 sebanyak 13.650 buah. Dari hasil
IKL yang dilakukan terhadap 6.896 buah TPP diperoleh hasil sebanyak 5.000 buah TPP
yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan atau sebesar 36,63%.
Pada grafik 3.5 dapat dilihat gambaran TPP di kabupaten/kota yang memenuhi syarat
kesehatan pada Tahun 2021. Dimana capaian tertinggi adalah di Kabupaten Tabalong, yaitu
sebesar 83,89%. Sementara capaian terendah adalah di Kabupaten Balangan, yaitu sebesar
9,35%.
90.00% 83.89%
80.00%
70.00% 65.87%
60.00%
50.00% 43.61%
40.55% 37.43%
40.00% 31.66%
29.08% 26.94%
30.00% 21.81% 20.86%
20.00% 13.92%
9.35% 10.48%
10.00%
0.00%
90.0
80.0
70.0
60.0
51.4
50.0
50.7
40.0 35.6
26.8
30.0
30.1
20.0
10.0
0.0
2017 2018 2019 2020 2021
Tabel 3.17. Kabupaten/Kota yang melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif Tahun 2021
Kriteria 1 : Kriteria 2 : Kriteria 3 : Kriteria 4 : Pembinaan
No. Kabupaten/Kota Pokjanal Pertemuan Peningkatan Sistem Posyandu
Posyandu Rutin Kapasitas Informasi Aktif
1. Tanah Laut V V V V Memenuhi
2. Kotabaru V V V V Memenuhi
3. Banjar V V V V Memenuhi
4. Barito Kuala V V V V Memenuhi
5. Tapin V V V V Memenuhi
6. Hulu Sungai Selatan V V V V Memenuhi
7. Hulu Sungai Tengah V V V V Memenuhi
8. Hulu Sungai Utara V V V V Memenuhi
9. Tabalong V V V V Memenuhi
10. Tanah Bumbu V V V V Memenuhi
11. Balangan V V V V Memenuhi
12. Banjarmasin V V V V Memenuhi
13. Banjarbaru V V V V Memenuhi
Adapun kebijakan Germas dan pembangunan berwawasan kesehatan lainnya yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota diuraikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3.18. Kebijakan Germas dan Kebijakan Berwawasan Kesehatan
di Provinsi Kalimantan Selatan
No. Provinsi/Kabupaten/Kota Kebijakan Germas Kebijakan Berwawasan Kesehatan
Pergub Nomor 0123 Tahun 2017 tentang
Perda Nomor 1 Tahun 2021 tentang
1. Provinsi Kalimantan Selatan Pedoman Pelaksanaan Germas di
Penyelenggaraan Kesehatan
Kalimantan Selatan
Perwali Nomor 62 Tahun 2021 tentang Perda Nomor 741 tentang Sistem
2. Kota Banjarmasin
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Kesehatan Kota Banjarmasin
Perwali Nomor 83 Tahun 2021 tentang
Perda Nomor 2 Tahun 2018 tentang
3. Kota Banjarbaru Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup
Penyelenggaraan Kota Sehat
Sehat
Perbup Nomor 64 Tahun 2019 tentang Perda Nomor 15 Tahun 2017 tentang
4. Kabupaten Banjar
Pedoman Pelaksanaan Germas Kawasan Tanpa Rokok
Perbup Nomor 10 Tahun 2020 tentang Perda Nomor 10 Tahun 2017 tentang
5. Kabupaten Tapin
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Kawasan Tanpa Rokok
Perbup Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perbup Nomor 44 Tahun 2020 tentang
Kabupaten Hulu Sungai
6. Pedoman Germas di Kabupaten Hulu Penegakan Disiplin Protokol Kesehatan
Selatan
Sungai Selatan Pencegahan Covid-19
Perbup Nomor 61 Tahun 2018 tentang
Kabupaten Hulu Sungai Perda Nomor 10 Tahun 2018 tentang
7. Pedoman Pelaksanaan Germas di
Tengah Kawasan Tanpa Rokok
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Perbup Nomor 55 Tahun 2018 tentang Perbup Nomor 37 Tahun 2020 tentang
8. Kabupaten Hulu Sungai Utara Pedoman Pelaksanaan Germas di Pedoman Penerapan Disiplin Protokol
Kabupaten Hulu Sungai Utara Kesehatan Pencegahan Covid-19
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa seluruh kabupaten/kota (100%) telah
melaksanakan penggerakan masyarakat, karena telah terpenuhinya kriteria yang disyaratkan
(minimal 3 kegiatan).
Pada Tahun Anggaran 2021 untuk DIPA Nomor : SP DIPA - 024.03.3.159011/2021 telah
terjadi revisi anggaran sebanyak 2 (dua) kali berdasarkan surat dari Kepala Biro Perencanaan dan
Anggaran karena refocusing dan efisiensi serta menyesuaikan dengan masa pandemi Covid-19.
Adapun Perubahan DIPA tersebut, yaitu DIPA Revisi 01tertanggal 27 Juli 2021 dan DIPA Revisi
02 tertanggal 14 September 2021, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.21. Perubahan Pagu Anggaran Tahun 2021 (Refocusing dan Efisiensi)
Pagu Anggaran (Rp)
No. Program/Kegiatan
Awal Revisi 01 Revisi 02
A. Program Kesehatan Masyarakat 9,919,794,000 5,969,998,000 2,993,795,000
A. Kesimpulan
1. Realisasi anggaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Satker Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2021 sebesar 88,07% dengan rincian :
a. Pembinaan Gizi Masyarakat (92,26%)
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga (84,91%)
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga (94,23%)
d. Penyehatan Lingkungan (72,50%)
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (85,69%)
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar (100%)
2. Capaian rata-rata indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Provinsi Kalimantan
Selatan pada tahun 2021 terhadap target yang ditetapkan adalah 112,51%, dengan
rincian per program sebagai berikut :
a. Pembinaan Gizi Masyarakat (146,7%)
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga (86,14%)
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga (75,7%)
d. Penyehatan Lingkungan (95,1%)
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (171,4%)
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar (100%)
3. Dari 20 indikator kinerja, tercapai sebanyak 14 indikator (70%), sedangkan sisanya
6 indikator (30%) belum tercapai.
4. Jika disandingkan antara realisasi anggaran sebesar 88,07% dengan rata-rata capaian
20 indikator kinerja sebesar 112,15%, maka dapat dikatakan telah terwujud efisiensi
anggaran karena capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.
5. Tantangan dalam pelaksanaan program, yaitu kondisi geografis sebagian besar wilayah
Kalimantan Selatan dikelilingi oleh sungai, rawa, hutan dan pegunungan, sosial budaya
(pantangan makanan saat hamil/nifas), pola konsumsi (makanan khas banjar), pertolongan
persalinan masih banyak di non fasilitas kesehatan dan tingginya pernikahan dini. Selain hal
tersebut, pada tahun 2021 terjadi pandemi Covid-19 sehingga perlu pembatasan dalam
melaksanakan kegiatan (pertemuan hanya diperbolehkan 50% kehadiran fisik, kegiatan
perjalanan dinas dibatasi, pejabat dan pelaksana program terpapar Covid-19)
B. Saran
Dalam menyusun perencanaan tahun yang akan datang diharapkan untuk memperkuat
intervensi spesifik dan sensitif yang terintegrasi pada lokus prioritas dengan meningkatkan akses
pelayanan kesehatan dasar dan upaya promotif dan preventif.
1. Penyusunan perencanaan/anggaran diharapkan sesuai money follow program berdasarkan
pendekatan Holistik, Tematik, Integratif dan Spasial (HITS).
2. Sebagai tindak lanjut advokasi dan asistensi Tim Pembina Provinsi, mendorong Bupati/
Walikota mengeluarkan kebijakan terkait dukungan pelaksanaan tatanan kawasan sehat di
kabupaten/kota Tahun 2021.
3. Setiap kabupaten/kota diharapkan dapat menindaklanjuti dengan menyusun dan
melaksanakan Rencana Aksi Daerah untuk peningkatan capaian program prioritas.
4. Monitoring dan evaluasi perlu terus dilakukan agar dapat terpantau serta terkendalinya
masalah dan hambatan secara dini sehingga dapat menemukan solusi yang cerdas dan
inovatif dalam pelaksanaan kegiatan.
5. Penggabungan atau penyederhanaan sistim IT yang ada (e-PPBGM, e-Kohort, SITKO,
STBM, Komdat, Microsite dan lainya.
6. Koordinasi antar program (KIA, PTM, PM, Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan).
7. Penguatan UKBM utamanya Posyandu dengan pelibatan lintas sektor.
8. Pelaksanaan pelayanan kesehatan esensial bagi ibu dan anak (survailance, immunisasi).
9. Harmonisasi perencanaan dan proses monitoring indikator.
BIDANG
SUMBER DAYA
KESEHATAN
1. Renta Aritonang, S.ST 1. H. Mursidi, SKM, M.Kes 1. Muhammad Solihin, SKM, M.Kes
2. Ardiansyah, SKM, M.Kes 2. Akhmad Mahyuni, S.Sos, MPH 2. Akhmadi, SKM, MM
3. Yuliani, S.ST, MM 3. Hendra Fitriadi, SKM 3. Elsya Rosana
4. Windarti, S.ST, M.Kes 4. Fitriani, SE 4. Henny Annisah, S.Si.T
5. Rizka Yuli Wahyuni, SKM, M.Kes 5. Fitti Eleanor Bakhrida, SKM 5. Yulida Rahmi, SKM
6. Sriyani Wijianingsih, S.Gz 6. Nur Qanitah, S.ST 6. Elly Ninawati, SH
7. Noor Aflah Febriyanti, S.ST 7. Wenny Amalia, S.ST 7. Elke Hilman, SE
8. Raudanah, SE 8. Nor Alfian, A.Md 8. Husnul Khatimah, SKM
9. Irfani Patenrengi, SKM 9. Kemas Dio Perdana, S.Kom 9. Ria Sri Agustiani, SKM
10. Yulia Susinta, SKM
11. Annisa Fitria, A.Md. Gz
12. Rina Febriani, SKM
13. Venadya Syela Bonita, S.Gz
14. Muhammad Hanafi