Anda di halaman 1dari 47

BUKU SAKU

INDIKATOR PRIORITAS
KEGIATAN KESEHATAN
USIA PRODUKTIF DAN
LANJUT USIA
Tahun 2022 - 2024

Direktorat Kesehatan Usia Produkitf dan Lanjut Usia


2023
Puji Syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Buku
Indikator Prioritas Kesehatan Usia Produktif dan lanjut
Usia. Buku ini memuat indikator dan target yang akan
dicapai selama tahun 2022 - 2024. Dokumen ini
diharapkan menjadi acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi, sehingga upaya
Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia dapat
dilaksanakan secara terarah dan terukur.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak


yang berperan aktif dalam penyusunan buku ini. Semoga
dapat mendukung tercapainya implementasi dan
efektifitas upaya kesehatan usia produktif dan lanjut usia
di daerah.

Salam sehat, bugar, produktif

KATA Plt. Direktur Kesehatan Usia Produktif


dan Lanjut Usia

PENGANTAR dr. Nida Rohmawati, MPH

2
Pembina
dr. Nida Rohmawati, MPH

Penyusun
Riza Afriani Margaresa, SKM, MPH
Fitria Amiria Zahra, SE
Euis Daniati, A.Md

Kontributor
Ika Ratnawati, SKM, MKKK

TIM Hasanah, SKM, MKM


dr. Ari Setyaningrum, Sp.KO
R.R Winda Kusuma Ningrum, S.Si, MKKK

PENYUSUN

3
2 KATA PENGANTAR

3 TIM PENYUSUN

4 DAFTAR ISI

5 PENDAHULUAN
Arah Kebijakan
Monitoring & Evaluasi

10 INDIKATOR PRIORITAS NASIONAL


Indikator RPJMN 2020 - 2024
IndIkator Renstra Kemenkes 2022 - 2024

34 CAPAIAN INDIKATOR
Capaian Indikator Tahun 2022
Capaian Indikator Semester 1 tahun 2023.

DAFTAR ISI
4
PENDAHULUAN
Arah kebijakan

Komposisi populasi Indonesia saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Puncak bonus demografi
di Indonesia diperkirakan pada tahun 2035 dengan mayoritas penduduk adalah usia produktif. Kualitas
kelompok usia produktif generasi di masa tersebut akan menentukan peluang Indonesia menjadi negara
maju. Usia produktif harus diupayakan menjadi sehat karena merupakan tulang punggung keluarga,
penerus generasi bangsa dan menjadi calon lansia yang diharapkan menjadi Lansia yang Sehat, Mandiri,
Aktif, Produktif (SMART).
6
Kegiatan kesehatan usia produktif dan lanjut usia merupakan pelaksanaan dari pilar 1
Transformasi Layanan Primer. Mengacu pada sasaran strategis menguatnya promotif
preventif di FKTP melalui UKBM dan pendekatan keluarga, yaitu menguatnya kesehatan usia
produktif dan lanjut usia melalui intervensi kesehatan keluarga, meningkatnya implementasi
Germas pada masyarakat, dan tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik.
7
Kebijakan Kegiatan
Strategi Kegiatan

Membangun Penguatan
kelompok usia kemitraan dan
produktif Sehat pemberdayaan
Bugar Produktif dan masyarakat Advokasi dan
lansia yang SMART sosialisasi
menitikberatkan
upaya promotif dan
preventif
Kemitraan dan
pemberdayaan
Peningkatan
kapasitas tenaga Masyarakat
kesehatan dan
AoC
Pemanfaatan
teknologi informasi

Penyelenggaraan Penguatan
program secara Penyelenggaraan
bertahap, terpadu, program yang sesuai manajemen dan
dan standar pelayanan layanan kesehatan
berkesinambungan dan SPO

8
Monitoring dan
Evaluasi
Monitoring dan evaluasi (Monev) dilakukan baik melalui pencatatan dan pelaporan serta
pembinaan teknis untuk mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang
telah ditetapkan dengan hasil yang dicapai secara berkala dan terus menerus untuk perbaikan dan
pengembangan kegiatan.

Triwulan Triwulan Triwulan Capaian


I II III Tahunan

Pencatatan dan pelaporan dilakukan melalui manual dan aplikasi yang berlaku secara simultan dengan
pengembangan aplikasi satu sehat.
Pencatatan dilakukan setiap bulan, dan dimonitor setiap triwulan.

9
INDIKATOR
PRIORITAS
NASIONAL
INDIKATOR RPJMN
2020 - 2024
Peningkatan Upaya Penguatan Preventif dan Promotif

INDIKATOR 2022 2023 2024

Jumlah kabupaten/ kota yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan 320 470 514
usia reproduksi

Jumlah kabupaten/ kota yang


360 385 411
melaksanakan kesehatan kerja

Persentase kabupaten/ kota yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan 55 60 65
lanjut usia

11
Jumlah kabupaten/ kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia reproduksi

Definisi Operasional Indikator

1. Minimal 50% Puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin (kespro catin)

Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin) :
memberikan pelayanan konseling/komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi calon
pengantin
skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi meliputi: (pemeriksaan
berat badan, tinggi badan, penentuan indeks masa tubuh, pemeriksaan Lingkar Lengan Atas/LiLA)
dan tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau
petugas gizi)

2. Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dengan metoda cara modern (AKDR/pil/suntik/kondom/MAL/implan/ vasektomi) dilakukan dalam
kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai minimal 2 (dua)
orang tenaga kesehatan yang kompeten dokter dan atau bidan yang sudah mendapatkan pelatihan
Contraceptive Technolgy Update (CTU)/pelatihan keluarga berencana (KB)/orientasi KB Pasca
Persalinan (KBPP)

12
Cara Penghitungan
Kriteria 1:
Jumlah Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin) x 100%
Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria 1

Kriteria 2:
Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan x 100%
Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria 2

Rumus perhitungan indikator:


Kabupaten/Kota memenuhi kriteria 1 dan kriteria 2 penyelenggaraan pelayanan Kesehatan usia reproduksi

Sumber Data
Laporan rutin melalui komdat kesmas.

Pelaksana kegiatan
Tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau petugas gizi)

13
Pencatatan dan pelaporan
1. Petugas yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi mencatatkan hasil pelayanan ke dalam
form rekam medik dan register kohort di Puskesmas.
2. Hasil pelayanan di wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort kesehatan usia produktif.
3. Penanggungjawab program kespro Puskesmas melaporkan hasil pelayanan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
4. Penanggungjawab program kespro Kabupaten/Kota menginput data kespro puskesmas ke dalam
aplikasi Komunikasi Data (Komdat) program Kesmas.

Waktu pelaporan
Dilaporkan setiap bulan, dimonitor setiap triwulan.

Pedoman yang dipakai

1. Juknis Kohort Kesehatan Usia Reproduksi


2. Pedoman Pelayanan Kesehatan masa Sebelum Hamil
3. Juknis Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Catin
4. Pedoman Pelayanan kontrasepsi dan keluarga berencana
5. Juknis skrining layak hamil

14
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja

Definisi Operasional Indikator


1. Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja minimal level 1

Level 1 : Perencanaan (Perencanaan dan pengelola)


K3 Internal ( SOP, Peta Identifikasi bahaya, Jalur dan tanda evakuasi, Ketersediaan
APAR)
K3 Eksternal ( Pembentukan Pos UKK, Pendataan Tempat Kerja, Peta wilayah kerja
puskesmas)

Level 2 : Perencanaan (Perencanaan dan pengelola)


K3 Internal ( SOP, Peta Identifikasi bahaya, Jalur dan tanda evakuasi, Ketersediaan
APAR, Simulasi PAR, Pelayanan PAK, PAK bagi Petugas Puskesmas, Deteksi dini PM-
PTM)
K3 Eksternal ( Pembentukan Pos UKK, Pendataan Tempat Kerja, Peta wilayah kerja
puskesmas, Pembinaan Pos UKK, Pembinaan tempat kerja, Peta distribusi dan sebaran
penyakit pada masyarakat dan risiko potensi kesehatan)

Level 3 : Perencanaan (Perencanaan, pengelola, dan Jabfung)


K3 Internal ( SOP, Peta Identifikasi bahaya, Jalur dan tanda evakuasi, Ketersediaan
APAR, Simulasi PAR, Pelayanan PAK, PAK bagi Petugas Puskesmas, Deteksi dini PM-
PTM)
K3 Eksternal ( Pembentukan Pos UKK, Pendataan Tempat Kerja, Peta wilayah kerja
puskesmas, Pembinaan Pos UKK, Pembinaan tempat kerja, Peta distribusi dan sebaran
penyakit pada masyarakat dan risiko potensi kesehatan)

15
2. Adanya SK/SE atau pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang
mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja
Adanya SK/SE, pedoman/Juknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang mendukung
pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja (contoh: SK Kesehatan Kerja/SE Peningkatan
Aktifitas Fisik/SE Deteksi Dini PTM/SE KTR di Tempat Kerja).

3. Melakukan Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal


Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan kesahatan kerja dengan
melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi dan pelaksanaan program kesehatan kerja seperti:
a) Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP), atau
b) K3 Perkantoran, atau
c) K3 Fasyankes.

Cara Penghitungan
Kriteria 1:
Jumlah puskesmas yang melaksanakan Kesehatan kerja x 100%
Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Jika hasilnya minimal 60% Puskesmas Level 1 maka memenuhi kriteria 1.

16
Kriteria 2:

Apabila ada SK/SE atau pedoman/petunjuk teknis Kesehatan kerja, maka memenuhi kriteria 2.

Kriteria 3:

Apabila melakukan pembinaan Kesehatan kerja di sektor formal minimal 1 kali dalam kurun
waktu 1 tahun, maka memenuhi kriteria 3.

Rumus perhitungan indikator:


Kabupaten melaksanakan Kesehatan kerja apabila memenuhi 3 kriteria

Sumber Data
Laporan rutin bulanan melalui manual/google link dan data individu harian dapat diinput melalui SITKO

Pelaksana Kegiatan
1. Tingkat puskesmas adalah Pengelola kesehatan kerja dan atau Tim kesehatan kerja atau petugas lain
di Puskesmas.
2. Tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah pengelola kesehatan kerja dan atau Tim kesehatan
kerja atau petugas lain di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

17
Pencatatan dan Pelaporan
1. Petugas Puskesmas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan data individu harian/capaian
program kesja dalam buku bantu dan memasukkan dalam aplikasi Sistem Informasi Terpadu
Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO).
2. Dinas Kesehatan kabupaten/kota menyampaikan laporan bulanan melalui manual/google link atau
SITKO

Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan, dimonitor setiap triwulan.

Pedoman yang Dipakai


1. Pedoman Implementasi GP2SP
2. Permenkes No. 100 Tahun 2015
3. Permenkes No. 52 Tahun 2018
4. Permenkes No. 60 Tahun 2016
5. Permenkes No. 48 Tahun 2016

18
Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan lanjut usia

Definisi Operasional Indikator

1. Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga
Posyandu Lansia buka minimal 4 kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut.
2. Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan
kesehatan santun Lansia yaitu:
Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas pelayanan yang terlatih
atau memahami pelayanan kesehatan Lansia dan geriatri
Memberikan prioritas pelayanan kepada Lansia, minimal dengan mendahulukan Lansia di
loket, Poliklinik, laboratorium dan apotik
Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkin sehingga aman dan mudah diakses
oleh Lansia
Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup

3. Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi Lansia


di minimal 10% Puskesmasnya dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP
bagi Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal.

19
Cara Penghitungan
Kriteria 1:
Jumlah puskesmas yang membina posyandu lansia di >50% desa x 100%
Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh), maka memenuhi kriteria 1

Kriteria 2:

Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan santun lansia x 100%


Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Jika hasilnya minimal 50%, maka memenuhi kriteria 2.

Kriteria 3:

Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan orientasi PJP bagi lansia dan panduan praktis x 100%
Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Jika hasilnya minimal 10%, maka memenuhi kriteria 3

20
Sumber Data
Laporan rutin melalui komdat kesmas

Pelaksana Kegiatan
Penanggung jawab Program Kesehatan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Petugas kesehatan
atau tim yang terlatih/memahami pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas, dan kader posyandu

Pencatatan dan Pelaporan


1. Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di luar gedung Puskesmas
(posyandu lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti, dll). Petugas yang melayani, mencatatkan
hasil ke dalam form kohort pelayanan kesehatan lansia dan form pencatatan pelaporan tingkat
puskesmas, termasuk mengkompilasi hasil kegiatan di posyandu lansia.
2. Hasil pencatatan puskesmas dilaporkan ke Pencatatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan validasi data, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam
aplikasi komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas).

Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan, dimonitor setiap triwulan.

21
Pedoman yang Dipakai
1. Buku Kesehatan Lanjut Usia dan Petunjuk Teknis Pengisian Buku Kesehatan Lansia
2. Juknis P3G
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lanjut Usia di Puskesmas
4. Pedoman untuk Puskesmas dalam Pemberdayaan Lanjut Usia
5. Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan Lanjut Usia di Posyandu
Lansia
6. Buku untuk Kader Seri Kesehatan Lanjut Usia
7. Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia
8. Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia

22
INDIKATOR RENSTRA
2022 - 2024
Terwujudnya pelayanan kesehatan primer yang komprehensif dan berkualitas

OUTPUT OUTPUT
IMPACT/ OUTCOME
INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA 2022 2023 2024
SASARAN STRATEGIS
PROGRAM (IKP) KEGIATAN (IKK)

Persentase puskesmas
yang melaksanakan
Persentase pelayanan Kesehatan 70 80 90
kabupaten/ kota reproduksi bagi calon
yang melaksanakan pengantin
intervensi kesehatan
Menguatnya
keluarga
promotif dan
Persentase lansia yang
preventif di FKTP
mendapatkan pelayanan 70 80 90
melalui UKBM dan
Kesehatan
Pendekatan
Keluarga
a. Kabupaten/Kota
Persentase puskesmas
yang melaksanakan
yang meningkatkan 50 70 90
SPM
Persentase aktivitas fisik
Kabupaten/ Kota
yang menerapkan
kebijakan Germas Memiliki kegiatan
skrining Kesehatan di 40 65 90
tempat kerja 23
Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan
Kesehatan reproduksi bagi calon pengantin

Definisi Operasional Indikator


1. Puskesmas memberikan pelayanan konseling/Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) kesehatan
reproduksi calon pengantin
2. Puskesmas memberikan pelayanan skrining kesehatan bagi calon pengantin
Minimal pemeriksaan status gizi (penentuan IMT/pemeriksaan Lingkar Lengan Atas/LiLa) dan
tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau
petugas gizi)

Cara Penghitungan

Jumlah puskesmas yang melaksanakan 2 kriteria x 100%


Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Sumber Data
Laporan rutin melalui komdat kesmas

24
Pelaksana Kegiatan
Tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau petugas gizi)

Pencatatan dan Pelaporan


1. Petugas yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi mencatatkan hasil pelayanan ke dalam
form rekam medik dan register kohort di Puskesmas.
2. Hasil pelayanan di wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort kesehatan usia produktif.
3. Penanggungjawab program kespro Puskesmas melaporkan hasil pelayanan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
4. Penanggungjawab program kespro Kabupaten/Kota menginput data kespro puskesmas ke dalam
aplikasi Komunikasi Data (Komdat) program Kesmas.

Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan, dimonitor setiap triwulan.

Pedoman yang Dipakai


1. Juknis Kohort Kesehatan Usia Reproduksi
2. Pedoman Pelayanan Kesehatan masa Sebelum Hamil
3. Juknis Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Catin
4. Pedoman Pelayanan kontrasepsi dan keluarga berencana

25
Persentase lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan

Definisi Operasional Indikator


Lansia yg berumur 60 tahun ke atas yang dibina/yang mendapat pelayanan kesehatan/ diskrining
kesehatannya minimal 1 kali dalam kurun waktu 1 tahun.

Pelayanan Kesehatan/skrining kesehatan yang dilakukan seperti pengukuran tekanan darah, pengukuran
berat badan dan tinggi badan, pengukuran LILA, dsb.

Cara Penghitungan

Jumlah lansia 60 thn atau lebih yang mendapat skrining kesehatan sesuaistandar min. 1 kali setahun x 100%
Jumlah sasaran lansia 60 th atau lebih

Sumber Data
Laporan rutin melalui komdat kesmas dan data individu menggunakan register kohort (manual atau digital).

26
Pelaksana Kegiatan
Petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas, dan
kader posyandu Lansia.

Pencatatan dan Pelaporan


Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di luar gedung Puskesmas
(Posyandu Lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti, dll).

Petugas yang melayani, mencatatkan hasil ke dalam form kohort pelayanan kesehatan lansia dan
form pencatatan pelaporan tingkat puskesmas, termasuk mengkompilasi hasil kegiatan di posyandu
lansia. Hasil pencatatan puskesmas dilaporkan ke Pencatatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan validasi data, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam
aplikasi komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas). Dinas Kesehatan Provinsi kemudian
melakukan verifikasi dan validasi data, untuk selanjutnya digunakan sebagai laporan di tingkat pusat.

Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan, dimonitor setiap triwulan.

27
Pedoman yang Dipakai
1. Buku Kesehatan Lanjut Usia dan Petunjuk Teknis Pengisian Buku Kesehatan Lansia
2. Juknis P3G
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lanjut Usia di Puskesmas
4. Pedoman untuk Puskesmas dalam Pemberdayaan Lanjut Usia
5. Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan Lanjut Usia di Posyandu
Lansia
6. Buku untuk Kader Seri Kesehatan Lanjut Usia
7. Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia
8. Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia

28
Persentase puskesmas yang meningkatkan aktivitas fisik

Definisi Operasional Indikator


Puskesmas meningkatkan aktivitas fisik minimal level 1.
Level 1 :
Melakukan kegiatan Olahraga di internal Puskesmas, yaitu peregangan, senam bersama,
pengukuran kebugaran.
Puskesmas membina kebugaran jasmani pada sasaran anak usia sekolah (sekolah madrasah/pesantren)
dan usia produktif (pekerja OPD/calon jamaah haji/kelompok olahraga) melalui pengukuran kebugaran
jasmani dan pemberian rekomendasi aktivitas fisik berdasar tingkat kebugaran jasmani.

Level 2 :
Puskesmas melaksanakan kegiatan di level 1 dan pembinaan kelompok olahraga

Level 3 :
Puskesmas melaksanakan kegiatan level 2 dan melakukan melakukan pelayanan Kesehatan Olahraga yaitu
penanganan Cedera Olahraga dan edukasi aktifitas fisik dan latihan fisik BBTT.

Cara Penghitungan

Jumlah puskesmas yang melaksanakan minimal level 1 x 100%


Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja

Sumber Data
Laporan rutin melalui manual/google link dan data individu dapat diinput melalui SITKO dan SIPGAR
29
Pelaksana Kegiatan
1. Petugas Puskesmas
2. Pemeriksaan kebugaran dapat dilakukan secara mandiri oleh individu maupun kelompok

Pencatatan dan Pelaporan


1. Petugas Puskesmas melakukan pemeriksaan kebugaran jasmani kepada sasaran anak usia sekolah dan
usia produktif, kemudian melaporkan data tersebut melalui SITKO/manual setelah kegiatan
pemeriksaan kebugaran jasmani selesai.
2. Individu atau kelompok masyarakat melakukan pemeriksaan kebugaran jasmani mandiri yang hasilnya
masuk ke dalam SIPGAR. Admin SIPGAR Puskesmas dapat menarik data SIPGAR untuk dijadikan
laporan.

Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan, dimonitor setiap triwulan.

Pedoman yang Dipakai


1. Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Anak Sekolah
2. Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani di Tempat Kerja bagi Tenaga Kesehatan
3. Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jemaah Haji bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas
4. Pedoman Kebugaran Jasmani

30
Memiliki kegiatan skrining kesehatan di tempat kerja
sebagai kriteria ke 2 dari
Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas)

Definisi Operasional Indikator


Kegiatan skrining kesehatan pada pekerja yang melibatkan semua tempat kerja perkantoran OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) tingkat Kabupaten/Kota
terdiri dari :
1. Pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar perut dan tekanan darah minimal 3 bulan
sekali; dan
2. Pemeriksaan lainnya sesuai dengan kemampuan minimal 1 kali dalam 1 tahun
dengan pilihan sebagai berikut:
Pengukuran kebugaran jasmani;
Pemeriksaan kadar gula darah;
Pemeriksaan kadar kolesterol;
Deteksi kanker leher rahim dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) bagi perempuan usia 30 – 50
tahun atau sudah menikah atau sudah berhubungan seksual;
Periksa payudara klinis bagi perempuan usia 30 – 50 tahun;
Pemeriksaan tajam penglihatan dan pendengaran

31
Cara Penghitungan

1. Kabupaten kota melakukan pemeriksanaan wajib (TB, BB, lingkar perut dan tekanan darah) 3 bulan
sekali pada pekerja OPD Kab/Kota. Jika memenuhi, maka memenuhi poin 1.
2. Melakukan pemeriksaan pilihan minimal 1 kali dalam setahun pada pekerja OPD Kab/Kota. Jika
dilaksanakan, maka memenuhi poin 2.
Jika hasilnya 2 poin di atas terpenuhi, maka kriteria indikator terpenuhi.

Sumber Data
Komdat Kesmas terintegrasi dengan Microsite Promkes

Pelaksana Kegiatan
Pengelola Program Kesehatan Kerja bekerja sama dengan Pengelola Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Pencatatan dan Pelaporan


Pengelola program Kesehatan Kerja bekerja sama dengan Pengelola Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular melakukan pencatatan. Selanjutnya menyampaikan laporan
kepada Pengelola program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota yang kemudian memasukkan data ke dalam aplikasi Komdat program kesmas

32
Waktu pelaporan
Dilaporkan setiap bulan, dimonitor setiap triwulan.

Pedoman yang Dipakai


1. Pedoman Implementasi GP2SP
2. Pedoman Implentasi Pos UKK
3. Pedoman K3 Fasyankes
4. Pedoman K3 RS
5. Pedoman K3 Perkantoran

33
CAPAIAN
INDIKATOR
CAPAIAN INDIKATOR
RPJMN TAHUN 2022
Jumlah kabupaten/ kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia reproduksi

35
CAPAIAN INDIKATOR
RPJMN TAHUN 2022
Jumlah kabupaten/ kota yang melaksanakan kesehatan kerja

36
CAPAIAN INDIKATOR
RPJMN TAHUN 2022
Persentase kabupaten/ kota yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan lanjut usia

37
CAPAIAN INDIKATOR RPJMN
SEMESTER 1 TAHUN 2023
Jumlah kabupaten/ kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia reproduksi

38
CAPAIAN INDIKATOR RPJMN
SEMESTER 1 TAHUN 2023
Jumlah kabupaten/ kota yang melaksanakan kesehatan kerja

39
CAPAIAN INDIKATOR RPJMN
SEMESTER 1 TAHUN 2023
Persentase kabupaten/ kota yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan lanjut usia

40
CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA
TAHUN 2022
Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan
Kesehatan reproduksi bagi calon pengantin

41
CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA
TAHUN 2022
Persentase lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan

43
CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA
TAHUN 2022
Persentase puskesmas yang meningkatkan aktivitas fisik

45
CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA
SEMESTER 1 TAHUN 2023
Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi
bagi calon pengantin

46
CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA
SEMESTER 1 TAHUN 2023
Persentase lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan

44
CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA
SEMESTER 1 TAHUN 2023
Persentase puskesmas yang meningkatkan aktifitas fisik

44
Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia
@2023

Anda mungkin juga menyukai