7
Ind
p
1
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
371.7
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Kesehatan Masyarakat
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah/
Madrasah (UKS/M) di satuan PAUD.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2021
ISBN 978-623-301-220-1
3
KONTRIBUTOR
Pengarah
dr. Erna Mulati, MSc., CMFM
Tim Penyusun
• dr. Ni Made Diah PLD, MKM
• Prof. Dr. Netti Herawati, M.Si
• dr. Laila Mahmudah, MPH
• dr. Ario Baskoro, MSc.(IHM)
• Maya Raiyan, M.Psi
• dr. Widyawati
• dr. Dina Milana Anwar
• Dwi Octa Amalia, SKM
• Henny Fatmawati, SKM
• dr. Alan Vahlevi
Kontributor
• Silvanie Tompodung, Kemenko PMK • Farida Yusuf, Pengurus Pusat IGTKI-
• Nike Kusumahani, Direktorat GTK PGRI
PAUD, Kemendikbudristek • Ni Nyoman Emi Herawati, S.Pd.AUD,
• Maryana, Direktorat PAUD, Pengurus Pusat IGTKI-PGRI
Kemendikbudristek • Dra. Hj. Supiyani Burhanuddin, M.Pd,
• Agus Suharyanto, Setditjen PAUD, PP IGTKI-PGRI
Dikdas dan Dikmen • Astika Samantha, S.Psi, Pengurus
Kemendikbudristek Pusat HIMPAUDI
• Dra. Bardiati, M.Pd, Direktorat GTK • Rusilowati Effendy, SE. M.Pd,
PAUD, Kemendikbudristek Pengurus Pusat HIMPAUDI
• Siti Sakdiyah, Ditjen Pendidikan • Dra. Siti Latifah, M.M.Pd, Pengurus
Islam Kemenag Pusat IGRA
• Zulkifli, Ditjen Pendidikan Islam • Dewi Sukma Muharromi, M.Pd,
Kemenag Pengurus Pusat IGRA
• Amaranti Sih Utami, Kementerian • Fatimah, Pengurus Pusat IGRA
Pemberdayaan Perempuan dan • N.Yayan, S.Ag, M.Pd, Pengurus Pusat
Perlindungan Anak IGRA
i
• Izra Haflinda Izmil, SKM, M.Kes, • Hikmah Setiawati, S.Pd, Sekolah
Direktorat Gizi Masyarakat Lil’Bee
• Asep Adam Mutaqin, SKM., MSi, • Karimah Rahmawati, S.Ak, Sekolah
Direktorat Gizi Masyarakat Karakter Lashira
• Dewi Astuti, Direktorat Gizi • Ghinan Diya Fika, Sekolah Karakter
Masyarakat Lashira
• Sri Nurhayati, SKM, Direktorat Gizi • Aqidatul Izza, S.Pd, Sekolah Karakter
Masyarakat Lashira
• Alia Nadiya, S.Si, Direktorat Gizi • Woro Sandra Aryani, SKM, MKM,
Masyarakat Direktorat Promosi Kesehatan dan
• Evarini Ruslina, Direktorat Gizi Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat • Suhardini, SKM, MKM, Subdit TB,
• Bambang Purwanto, SKM, MKM, Direktorat P2ML
Direktorat Promosi Kesehatan dan • Tri Saptaningsih, Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan Lingkungan
Tim Editor
• dr. Ni Made Diah PLD, MKM
• dr. Laila Mahmudah, MPH
Tim Administrasi
• Bayu Wijayanto
• Eka Erniseptiani
• Delia Listriana
• Anwar Sugiana
Diterbitkan Oleh :
Kementerian Kesehatan RI
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan
dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk
fotocopy rekaman dan lain-lain tanpa seijin tertulis dari penerbit.
ii
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah SWT, kita sangat bersyukur dan bahagia atas terbitnya Buku
Petunjuk Teknis Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD. Buku ini merupakan acuan bagi
tim pelaksana UKS/M di Satuan PAUD (Pendidik maupun Tenaga Kependidikan) dan
Puskesmas bagaimana melaksanakan trias UKS/M yang terintegrasi dengan
pembelajaran. Buku ini berisi penjelasan langkah-langkah menerapkan kegiatan
pendidikan kesehatan (kelas parenting kesehatan anak, sarapan bersama dirangkaikan
dengan cuci tangan dan sikat gigi, dll) ; pelayanan kesehatan (skrining risiko kesehatan
pada anak usia dini, imunisasi, pemberian Vitamin A, obat cacing, dll); dan pembinaan
lingkungan sehat (pengelolaan sanitasi dan pengelolaan sampah, pemanfaatan
pekarangan, penerapan 5S, Kawasan tanpa rokok dll) dalam keseharian yang tidak
terpisahkan dari aktivitas keseharian anak usia dini.
Kunci keberhasilan mewujudkan satuan PAUD sehat memerlukan kolaborasi yang erat
antara satuan PAUD dan Puskesmas, serta bimbingan teknis yang sangat rutin dari Tim
Pembina UKS/M tingkat kabupaten-kota dan provinsi. Semoga melalui buku ini, akan
lahir satuan PAUD sehat sehingga bermanfaat bagi peserta didik dalam menumbuhkan
kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat, memiliki keterampilan hidup sehat, dan
keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
ttd*
iii
SAMBUTAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) di Satuan PAUD tahun 2021.
Dengan disusunnya buku petujuk teknis UKS/M ini yang memuat antara lain penjelasan
tentang langkah-langkah menerapkan kegiatan pendidikan kesehatan (kelas orangtua
kesehatan anak, sarapan bersama dirangkaikan dengan cuci tangan dan sikat gigi, dll);
pelayanan kesehatan (skrining risiko kesehatan pada anak usia dini, imunisasi,
pemberian Vitamin A, obat cacing, dll); dan pembinaan lingkungan sehat (pengelolaan
sanitasi dan pembuangan sampah, pemanfaatan pekarangan, penerapan 5S, kawasan
tanpa rokok dll) yang di mana dapat diterapkan dalam satuan PAUD.
Adanya kolaborasi yang erat antara satuan PAUD dengan pemangku kepentingan yang
diantaranya puskesmas, serta bimbingan teknis yang sangat rutin dari Tim Pembina
UKS tingkat kabupaten-kota dan provinsi.
Semoga melalui buku ini, akan lahir satuan PAUD sehat sehingga bermanfaat bagi
peserta didik dalam menumbuhkan kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat,
memiliki keterampilan hidup sehat, dan keterampilan sosial yang baik sehingga dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga dapat
menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Saya mendukung penuh atas kehadiran Petunjuk Teknis UKS/M di Satuan Pendidikan
Anak Usia Dini dalam mewujudkan Layanan PAUD di Indonesia. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih atas apresiasi dan partisipasi dari berbagai pihak yang
terlibat dalam penyusunan petunjuk teknis ini.
ttd*
iv
SAMBUTAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Buku Petunjuk
Teknis Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD tahun 2021. Buku ini merupakan acuan bagi
tim pelaksana UKS/M di satuan PAUD (Pendidik maupun Tenaga Kependidikan) dan
Puskesmas bagaimana melaksanakan trias UKS/M yang terintegrasi dengan
pembelajaran.
Pemerintah, keluarga, masyarakat dan pendidik anak usia dini secara bersama-sama
harus memastikan seluruh kebutuhan esensial anak terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan
ini merupakan tugas dan tanggung jawab bersama lintas kementerian termasuk
Kementerian Agama yang mengelola satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan
anak usia dini di RA. Kesehatan dan tumbuh kembang anak usia dini menjadi komitmen
penting negara sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Perlindungan Anak dan juga
tertuang di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Tahun 2013
tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif.
Masing-masing pihak melakukan tugas dan perannya secara holistik dan terintegrasi.
Kolaborasi dan upaya bersama dari berbagai unsur perlu dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan esensial anak usia dini agar sehat dan memiliki tumbuh kembang optimal
serta pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang harus dilakukan berkala yang
idealnya mencakup semua anak sehingga bermanfaat bagi peserta didik dalam
menumbuhkan kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat.
Dalam upaya mewujudkan peserta didik yang sehat dan menjadi perilaku hidup,
kehadiran Petunjuk Teknis Pelaksanaan UKS/M di Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
sangat penting dan strategis untuk diimplementasikan dalam mewujudkan Layanan
PAUD yang lebih baik di Indonesia. Untuk itu apresiasi yang setinggi-tingginya dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan terlibat dalam
penyusunan petunjuk teknis ini.
ttd*
v
DAFTAR ISI
KONTRIBUTOR .................................................................................................. I
KATA PENGANTAR ......................................................................................... III
SAMBUTAN..................................................................................................... IV
SAMBUTAN...................................................................................................... V
DAFTAR ISI ..................................................................................................... VI
BAB 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 2
1.2 Dasar Hukum ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 5
1.4 Sasaran ........................................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup ................................................................................................ 5
BAB 2
KONSEP USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH SATUAN PAUD ............... 8
BAB 3
MANAJEMEN PENERAPAN UKS/M SATUAN PAUD ..........................................18
3.1 Persiapan ...................................................................................................... 19
3.2 Pelaksanaan ................................................................................................ 22
3.3 Penilaian, Supervisi, Monev ........................................................................ 22
3.4 Pencatatan Pelaporan................................................................................. 23
BAB 4
PELAKSANAAN UKS/M SATUAN PAUD ...........................................................34
4.1. Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 38
4.1.1. Kelas Parenting Penggunaan Buku KIA ............................................ 42
4.1.2. Penjadwalan Praktik PHBS Terintegrasi KBM .................................. 44
• Pendidikan Gizi Seimbang ............................................................ 44
vi
• Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .................................................. 48
• Stimulasi Perkembangan .............................................................. 55
• Screentime/Batasan Penggunaan Gadget ................................... 58
• Pendidikan Kesehatan Reproduksi ............................................... 60
4.2. Pelayanan Kesehatan .................................................................................. 62
4.2.1. Pemeriksaan Kesehatan.................................................................... 64
4.2.2 Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Sesuai Usia . 65
4.2.3. Pemeriksaan dan Perawatan Gigi Mulut .......................................... 69
4.2.4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan Pertolongan Pertama
terhadap Penyakit (P3K dan P3P) ....................................................................... 69
4.2.5. Imunisasi ............................................................................................ 72
4.2.6. Pemberian Vitamin A ......................................................................... 74
4.2.7. Pemberian Obat Cacing..................................................................... 74
4.2.8. Pelayanan anak inklusi ...................................................................... 75
4.2.9. Rujukan............................................................................................... 75
4.3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat ..................................................... 75
4.3.1. Penyediaan Lingkungan Fisik Anak yang Kondusif.......................... 76
• Pemeliharaan Sanitasi Sekolah dan Pengelolaan Sampah ......... 77
• Pemanfaatan Pekarangan Satuan PAUD ..................................... 79
• Pemberantasan Sarang Nyamuk .................................................. 82
4.3.2. Penyediaan Lingkungan Non Fisik Yang Kondusif ........................... 83
• Penerapan 5 S ............................................................................... 84
• Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kawasan Tanpa
Narkoba (KTN), Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK), Kawasan Tanpa
Pornografi (KTP) ........................................................................... 84
4.3.3 Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka ................................................ 86
BAB 5
PEMBIAYAAN..................................................................................................94
5.1. APBN ............................................................................................................. 94
• Bantuan Operasional PAUD .................................................................... 94
• Bantuan Satuan PAUD yang melaksanakan UKS/M ............................. 94
• Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Fisik .............................................. 94
• Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Non Fisik ...................................... 95
• Dekonsentrasi ......................................................................................... 95
5.2 APBD .............................................................................................................. 95
5.3 Sumber Lain Yang Tidak Mengikat ............................................................. 96
vii
BAB 6
P E N U T U P ...................................................................................................98
LAMPIRAN ............................................................................................ 99
• Lampiran 1. Stratifikasi UKS/M di Tingkat PAUD (TK, RA, KB, TPA, SPS) ..... 100
• Lampiran 2. Daftar Instansi/Lembaga Terkait Yang Dapat Mendukung
Pelaksanaan UKS/M Satuan PAUD ................................................................. 103
• Lampiran 3. Contoh Rencana Pembelajaran Harian Terintegrasi Pendidikan
Kesehatan.......................................................................................................... 104
• Lampiran 4. KMS Untuk Anak Perempuan dan Anak Laki-Laki ...................... 109
• Lampiran 5. Deteksi Perkembangan Balita Berdasarkan ............................... 111
Kelompok Usia................................................................................................... 111
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 0 – 3 Bulan ................................. 111
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 3 – 6 Bulan ................................. 111
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 6 – 9 Bulan ................................ 112
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 9 – 12 Bulan .............................. 112
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 12 – 18 Bulan............................ 113
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 18 – 24 Bulan............................ 113
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 2 – 3 Tahun ............................... 114
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 3 – 4 Tahun ............................... 114
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 4 – 5 Tahun ............................... 115
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 5 – 6 Tahun ............................... 115
• Lampiran 6. Intrumen Skrining TBC m-KIA ................................................. 116
• Lampiran 7. Lembar Skrining TBC di PAUD/TK .......................................... 118
• Lampiran 8. Jenis dan Cara Penggunaan Peralatan Antropometri ........... 119
• Sejarah Perkembangan UKS/M ................................................................... 129
• Logo UKS ...................................................................................................... 130
• Mars UKS ...................................................................................................... 131
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia dini (0-6 tahun) merupakan periode paling kritis dan penentu di seluruh siklus
kehidupan manusia. Puncak perkembangan terjadi pada periode usia ini. Kebutuhan
esensial yang tidak mencukupi dapat berdampak permanen berupa kehilangan potensi
kecerdasan, ketidaksiapan bersekolah, prestasi belajar rendah, daya tahan tubuh lemah
dan produktifitas rendah pada usia selanjutnya. Stimulasi pendidikan, pengasuhan,
kesehatan, gizi, perawatan, perlindungan dan kesejahteraan merupakan kebutuhan
esensial yang harus dipenuhi agar anak usia dini sehat dan tumbuh kembangnya
optimal.
Sehat, tumbuh dan ber kembang dengan optimal adalah hak setiap anak Indonesia d imanapun
berada dan dalam kondisi apapun. Pemerintah, keluarga, masyarakat dan pendidik anak
usia dini secara bersama-sama harus memastikan seluruh kebutuhan esensial anak
terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini merupakan tugas dan tanggung jawab bersama lintas
kementerian terkait antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan
Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Agama, dan lain sebagainya. Kesehatan dan
2
tumbuh kembang anak usia dini menjadi komitmen penting negara yang tertuang sekaligus
pada beberapa Undang-Undang meliputi Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Perlindungan Anak. Komitmen bersama juga tertuang
di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Tahun 2013 tentang
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI), menjelaskan bahwa PAUD
HI adalah upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan esensial anak mencakup stimulasi pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan,
pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan yang saling terkait dan terintegrasi.
Profil tumbuh kembang anak usia dini menunjukan 30,8% stunting, 17,7% gizi kurang dan
38,5% mengalami anemia (Riskesdas, 2018). Capaian kemampuan emosional baru
mencapai 69,9% serta kemampuan literasi-numerasi mencapai 64,6% (Analisis
Perkembangan Anak Usia Dini 2018, Integrasi Susesnas-Riskesdas 2018). Data tahun
2019 menunjukkan bahwa dari 3.414.150 orang di Indonesia yang diperkirakan sakit
TBC, 11,92% anak usia 0-14 tahun yang terdiagnosis dan tercatat di Program TBC
Nasional.
Kolaborasi dan upaya bersama perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial
anak usia dini agar sehat dan memiliki tumbuh kembang optimal. Masing-masing pihak
melakukan tugas dan perannya secara holistik dan terintegrasi. Pemantauan kesehatan
dan tumbuh kembang harus dilakukan berkala yang idealnya mencakup semua anak.
Semakin cepat diketahui gangguan kesehatan dan tumbuh kembang yang dialami anak,
akan semakin cepat dan tepat intervensi yang dapat diberikan. Saat ini PAUD
berkembang pesat sehingga pendekatan kesehatan di Satuan PAUD dapat menjadi
strategi dalam mengatasi masalah kesehatan dan tumbuh kembang anak usia dini.
3
1.2 Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS)
5. Peraturan Presiden No 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan PAUD HI
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Sekolah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
9. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
10. Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014,
Nomor 73 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014, Nomor 81 Tahun 2014 Tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Minimal
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.19 tahun 2020 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 57 tahun 2009 tentang Pemberian
Bantuan Pengembangan Sekolah Sehat
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah
19. Keputusan Menteri Kesehatan No. 942 tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene
4
Sanitasi Makanan Jajanan
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
22. Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
23. Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
Cacingan
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Anak
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Satuan PAUD menjalankan program UKS/M di Satuan PAUD dalam upaya
mewujudkan anak usia dini yang sehat, tumbuh kembang optimal dan siap
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan Khusus
Menjadi acuan bagi Pendidik, Tenaga Kependidikan PAUD, tenaga kesehatan dan
stakeholder terkait pada tahap persiapan, pelaksanaan, supervisi, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD.
1.4 Sasaran
Sasaran langsung
1. Tim Pembina UKS/M di Tingkat Pusat, Provinsi, Kota/Kabupaten dan Kecamatan
2. Tim Pelaksana UKS/M di Satuan PAUD
Sasaran Tidak Langsung:
1. Seluruh warga Satuan PAUD, orang tua dan Persatuan Orang Tua Murid Dan
Pendidik (Komite Sekolah).
2. Organisasi masyarakat, Perguruan Tinggi, sektor swasta dan mitra yang
mendukung kegiatan UKS/M di Satuan PAUD
5
6
7
BAB II
KONSEP USAHA KESEHATAN
SEKOLAH/MADRASAH DI SATUAN
PAUD
Sehat menjadi salah satu tujuan Pendidikan Nasional. Pasal 3, UU No 23 tahun 2003
tentang Sisdiknas menyatakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan itu, Pasal 79, Undang-
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan kesehatan sekolah
8
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup peserta didik dalam
lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang
secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Kesehatan sekolah dikenal dengan Usaha Kesehatan Sekolah/ Madrasah (UKS/M).
Dalam konteks PAUD, terminologi yang digunakan adalah Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah di Satuan PAUD yang disingkat menjadi UKS/M di Satuan PAUD .
Terdapat 3 (tiga) Pilar Utama Program UKS/M di Satuan PAUD yang dikenal dengan
Trias UKS/M di Satuan PAUD meliputi:
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Satuan PAUD memliki keterbatasan sumberdaya dan keahlian dalam
mengimplementasikan Trias UKS/M di Satuan PAUD sehingga diperlukan sinergi dan
kerja sama antara warga Satuan PAUD, orang tua, Puskesmas dan stakeholder lainnya
baik di dalam maupun di luar satuan PAUD. Upaya mewujudkan Trias UKS/M di Satuan
PAUD memerlukan manajemen yang baik sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi meliputi SDM pelaksana, jadwal dan program, sarana pra
sarana serta koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak. Kesuksesan
mewujudkan peserta didik sehat melalui implementasi Trias UKS/M di Satuan PAUD
ditentukan kualitas manajemen UKS/M di Satuan PAUD (Gambar 1)
Pendidikan
Kesehatan
Manajemen
Pembinaan
UKS/M
Lingkungan Pelayanan
Sekolah Kesehatan
Sehat
9
Prinsip dalam implementasi UKS/M di Satuan PAUD, antara lain:
1. Mengubah mindset atau cara berpikir menjadi:
• Tujuan utama UKS/M di Satuan PAUD itu fokus pada substansi
mewujudkan Satuan PAUD sehat dengan peserta didik sehat
• UKS/M di Satuan PAUD merupakan program prioritas karena berhubungan
dengan kerja otak penentu keberhasilan pembelajaran.
• UKS/M di Satuan PAUD bukan hanya domain kesehatan tapi domain
multisektor.
• UKS/M di Satuan PAUD diimplementasikan melalui pembiasaan hidup
sehat yang rutin, komprehensif dan terintegrasi.
• UKS/M di Satuan PAUD diimplementasikan melalui kerjasama dengan
lintas stakeholder sehingga keterbatasan sumberdaya Satuan PAUD dalam
implementasi dapat diatasi.
• UKS/M di Satuan PAUD bertujuan membangun perilaku sadar peserta didik
dalam pemeliharaan kesehatan dirinya. Hal ini dilakukan melalui
pembiasaan dan pembelajaran.
2. Mewujudkan komitmen pemerintah pusat, daerah sampai dengan Satuan PAUD
untuk membuat kebijakan pendukung Lembaga PAUD sehat, menyiapkan
sumber daya, meningkatkan kapasitas, melaksanakan Trias UKS/M di Satuan
PAUD dan melakukan pembinaan Satuan PAUD sehat.
3. Kemitraan yang setara dan terbuka sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing untuk berperan aktif dalam pembinaan, pengembangan dan
pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD. Penggerak pelaksanaan UKS/M di
Satuan PAUD (prime mover) diperlukan dan dapat dilakukan bergantian
sehingga upaya UKS/M di Satuan PAUD benar-benar diterapkan oleh masing-
masing lintas sektor dalam wadah Tim Pembina UKS/M.
4. Kesungguhan, dimana semua lintas sektor diharapkan berperan dan
berpartisipasi aktif secara nyata
baik dalam kegiatan,
pembiayaan dan penyusunan
rencana aksi Tim Pembina
UKS/M di Satuan PAUD jangka
pendek dan panjang. Kegiatan
yang dilaksanakan oleh Tim
Pembina UKS/M di Satuan
PAUD berdasarkan rencana
aksi yang telah disusun, hasil
temuan pada saat
10
pembinaan/evaluasi, hasil stratifikasi UKS/M di Satuan PAUD dan
menindaklanjuti hasil pemantauan kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini.
Tabel 1. Rincian Tugas dan Fungsi Pelaksana Sekolah/Madrasah Sehat dalam Kerangka
UKS/M (Petunjuk Teknis Pembinaan Sekolah/Madrasah Sehat, Kemenkes 2021)
11
Sehat.
12
sebaya.
13
Kecamatan dan sekretariat TP UKS/M.
Komite Sekolah
14
Mendukung pelaksanaan Trias UKS/M melalui:
Peserta didik
Mengikuti kegiatan Trias UKS/M dengan aktif.
15
16
17
BAB III
MANAJEMEN PENERAPAN UKS/M
DI SATUAN PAUD
TAHAPAN PENERAPAN UKS/M DI SATUAN PAUD
18
3.1 Persiapan
Pada tahap ini Satuan PAUD melakukan:
• Penetapan personil yang akan menangani UKS/M di Satuan PAUD melalui
Surat Keputusan Tim Pelaksana UKS/M di Satuan PAUD.
• Satuan PAUD bersepakat melaksanakan program UKS/M di Satuan PAUD.
Kesepakatan ini ditetapkan sebagai kebijakan tertulis yang diikuti dengan
Surat Keputusan personil yang akan bertugas
• Advokasi kebijakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan UKS/M
• Asesmen awal yaitu melakukan penilaian awal status kesehatan Satuan PAUD
dengan menggunakan instrumen stratifikasi UKS/M dan status kesehatan
peserta didik melalui pemeriksaan kesehatan dan tumbuh kembang kepada
peserta didik baru pada tahun ajaran baru dan penilaian pengetahuan dan
sikap peserta didik. Hasil asesmen tersebut menjadi pijakan saat menyusun
Rencana Tindak Lanjut.
• Penyusunan Rencana Kegiatan UKS/M di Satuan PAUD dengan basis asesmen
awal
Satuan PAUD didukung Komite Sekolah membuat perencanaan UKS/M di
Satuan PAUD. Perencanaan dapat dibuat per tahun, per semester dan per
triwulan. Perencanaan harus berkelanjutan sehingga secara bertahap Satuan
PAUD meningkat menuju strata UKS/M di Satuan PAUD Paripurna.
Perencanaan merupakan tindak lanjut dari hasil asesmen yang telah dilakukan.
Dokumen rencana kerja yang dikembangkan meliputi kegiatan prioritas, waktu
pelaksanaan, sumber daya manusia, sasaran serta anggaran yang diperlukan.
Perencanaan UKS/M di Satuan PAUD terintegrasi dengan RKS (Rencana
Kerja Satuan) PAUD. Sumber dana dapat berasal dari anggaran Satuan PAUD,
APBN, APBD dan sumber lain yang tidak mengikat.
Koordinasi dilakukan untuk sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Koordinasi internal antar personil petugas UKS/M di
Satuan PAUD, antar Satuan dengan orang tua dan antar Satuan PAUD dengan
Tim Pembina UKS/M di Satuan PAUD dan pihak lain yang berkontribusi dalam
pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD. Koordinasi meliputi sinergi dengan
keluarga dan lembaga terkait.
• Melaksanakan orientasi kepada seluruh warga satuan PAUD, orang tua dan
pihak eksternal yang dapat mendukung terlaksananya program UKS/M di
Satuan PAUD
• Melakukan koordinasi dengan orang tua/keluarga, posyandu, Puskesmas dan
mitra terkait untuk pelaksanaan Sekolah/Madrasah Sehat.
19
1) Membuat nota kesepahaman orang tua agar dapat mendukung dan
berpartisipasi program UKS/M di Satuan PAUD
2) Mengusahakan kepemilikan Buku KIA 2020 setiap anak untuk menjadi
panduan perawatan kesehatan anak di rumah.
3) mensosialisasikan program dan kegiatan sinergi kepada semua orang
tua/wali sehingga mereka dapat memahaminya dan tergugah untuk
berpartisipasi aktif.
4) mengidentifikasi orang tua/wali mana yang aktif dan tidak dengan
berbagai alasannya, sehingga dapat mendiskusikan untuk mencari solusi
agar seluruh orang tua dapat berpartisipasi.
5) membangun komunikasi agar terjadi keselarasan dalam pola pendidikan,
pengasuhan, pengarahan, motivasi antara sekolah dengan keluarga/orang
tua/wali. Media komunikasi dan informasi yang perlu dibentuk
diantaranya:
a. Buku Panduan satuan PAUD bagi pendidik dan orang tua
b. Buku penghubung antara pihak satuan PAUD dengan orang tua
c. Daftar kegiatan bulanan anak yang dibagikan setiap bulan pada saat
pertemuan rutin dengan orang tua
d. Surat menyurat dan/atau surat edaran
e. Leaflet, booklet, banner, dan lainnya
f. Media sosial: Instangram, Facebook, pesan singkat (SMS), Telegram
Whatsapp, Twitter, laman, dan lainnya
• Melakukan sosialisasi pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD kepada seluruh
warga Satuan PAUD dan orang tua serta eksternal yang mendukung.
• Satuan PAUD secara berkala melakukan peningkatan kapasitas tata kelola
kegiatan-kegiatan Trias UKS/M. Indikator tata kelola UKS/M di Satuan PAUD
strata Paripurna salah satunya adalah kepada semua Pendidik telah mengikuti
pelatihan/orientasi UKS/M di Satuan PAUD . Oleh karena itu, pelatihan/orientasi
UKS/M di Satuan PAUD menjadi kegiatan yang sangat penting dilakukan
setelah melakukan asesmen status kesehatan satuan PAUD dan peserta didik.
Peningkatan kapasitas dapat dilakukan melalui pelatihan, studi banding ke
Satuan PAUD yang UKSnya sudah berstatus Paripurna. Satuan PAUD
menyediakan berbagai buku panduan, KIE dan sarana prasarana sebagai
bahan informasi yang dapat dipelajari agar Tim Pelaksana UKS/M di Satuan
PAUD siap melaksanakan kegiatan-kegiatan UKS/M di Satuan PAUD .
• Menyiapkan ruang Pelaksana UKS/M di Satuan PAUD
Bagi PAUD yang belum memiliki ruang UKS/M, dapat secara bertahap
penyiapannya dan program Trias UKS/M tetap dapat dilaksanakan.
20
Sinergi dan Kerjasama dengan Lintas Lembaga
Pemenuhan kebutuhan esensial anak tidak dapat dilakukan semuanya sendiri oleh
satuan PAUD karena keterbatasan sehingga kerjasama dan sinergi dengan berbagai
lembaga sangat diperlukan sesuai perannya masing-masing.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan Satuan PAUD dalam melakukan kerjasama
dengan lintas lembaga antara lain:
1) Menginventarisir instansi/lembaga/pelaku yang potensial untuk diajak kerjasama.
Daftar instansi/lembaga terkait yang dapat mendukung terdapat pada Lampiran 2.
2) Pendidik menjalin komunikasi dan kemitraan dengan dokter, bidan, tenaga
kesehatan, kader, dan pelaku lainnya.
3) Pendidik melalui Satuan PAUD menginisiasi kerjasama melalui surat dan audiensi.
4) Kerjasama yang disepakati sebaiknya dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama.
5) Lakukan penilaian, monitoring dan evaluasi untuk mengukur capaian dan
melakukan perbaikan berkelanjutan.
21
3.2 Pelaksanaan
Tulis apa yang akan dilakukan dan lakukan apa yang ditulis merupakan prinsip penting
dalam manajemen. Seluruh perencanaan dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsi
masing-masing personil UKS/M di Satuan PAUD. Dalam pelaksanaan, tim pelaksana
UKS/M di Satuan PAUD berhubungan tim Pembina UKS/M dan melibatkan Komite
Sekolah. Komite Sekolah mendukung pelaksanaan Trias UKS/M melalui:
a) Sosialisasi Sekolah/Madrasah Sehat kepada orang tua peserta didik
b) Mengawasi pelaksanaan kegiatan Trias UKS/M
c) Membantu pelaksanaan kegiatan UKS/M dari Tim Pembina UKS/M
Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD dilakukan dengan implementasi:
• Pendidikan Kesehatan
• Pelayanan Kesehatan
• Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
22
secara rutin dan terpadu misalnya Satuan PAUD berkoordinasi dengan puskesmas
terkait hasil pelaksanaan kegiatan UKS, monitoring peserta didik yang memiliki
risiko atau masalah kesehatan untuk ditindaklanjuti. Hasil monitoring dan evaluasi
diperlukan untuk mengukur capaian, tantangan serta keberhasilan. Hasil ini menjadi
dasar penyusunan perencanaan berikutnya sehinga terdapat langkah-langkah
bertahap dan sistematis untuk mencapai strata paripurna.
23
• Informasi dan Edukasi Anak
o Layanan SPM, Perawatan Anak, Pola Asuh, Gizi dan lain lain
o Tanda Bahaya
o Informasi Kesehatan Anak
o Kelas Ibu Balita
Berikut ini merupakan panduan pengunaan untuk aplikasi mKIA untuk fitur pada
bagian ibu/orang tua dan kader/tenaga pendidik:
24
A. Registrasi Akun dan Login Aplikasi
3. Pada saat registrasi account ada pilihan untuk fitur yang akan digunakan
yaitu sebagai kader, orang tua dan keduanya
5. Pastikan nomor telepon anda aktif karena akan dikirimkan kode verifikasi
berupa OTP, untuk setiap kali login
25
B. Informasi, Edukasi dan Pemantauan Anak
Berikut ini merupakan fitur bagian pada pemantauan kesehatan anak yang
dikelompokan menjadi dua jenis informasi yaitu:
26
Bagian ini merupakan fitur kontrol anak yang merupakan media informasi
dan edukasi kepada ibu atau Kader/Tenaga Pendidik sekaligus sebagai form
self assessment untuk pemantauan kesehatan pertumbuhan balita, dengan
isi konten informasi sebagai berikut:
1. Layanan essensial/SPM
2. Perawatan anak
3. Pola asuh
4. Gizi
5. Simulasi pertumbuhan
6. Deteksi dini TB
27
Bagian ini merupakan fitur informasi umum terkait tanda bahaya kesehatan
pada anak, yang terbagi menjadi dua yaitu tanda bahaya pada bayi baru lahir
dan tanda bahaya pada balita.
Bagian ini merupakan informasi umum yang terkait dengan kelas ibu balita,
sebagai media informasi dan edukasi yang dikelompokan dan dikategorikan
berdasarkan usia anak yaitu usia 0 – 1 tahun, 1 – 2 tahun, dan 2 – 5 tahun.
28
Informasi, Edukasi dan Pemantauan Oleh Kader/Tenaga Pendidik
Untuk user yang berperan sebagai ibu sekaligus kader tidak perlu melakukan
registrasi ulang account sebagai kader namun tinggal melakukan switch
mode dari fitur bagian ibu ke fitur bagian kader melalui menu setting.
29
Fitur dashboard pada bagian kader menampilkan data-data hasil
pemantauan anak yang dilakukan oleh kader
Fitur profile merupakan fitur yang dibuat untuk melakukan update data fitur
profile kader, pada saat pertama kali memulai fitur bagian kader, pengguna
di wajibkan untuk melakukan update pada bagian ini terlebih dahulu.
30
Untuk menambahkan data anak pada fitur bagian kader, pengguna harus
masuk dulu ke fitur Data Anak Dalam Pemantauan untuk kemudian
melakukan pencarian data anak, jika data tidak ditemukan, kader dapat
menambahkan data anak.
31
32
33
BAB IV
PELAKSANAAN UKS/M DI SATUAN
PAUD
Pelaksanaan kegiatan Trias UKS/M disesuaikan dengan kondisi di Satuan PAUD
masing-masing. Tim Pembina UKS/M perlu mengetahui kegiatan-kegiatan di Satuan
PAUD sehingga dapat memberikan pembinaan yang sesuai serta memberi umpan balik
yang lebih jelas terhadap pelaksanaan kegiatan Trias UKS/M di Satuan PAUD yang telah
dilakukan oleh sekolah/madrasah tersebut.
34
pemenuhan pelayanan • Rujukan
kesehatan
35
Tabel 3. Contoh Penerapan Trias UKS/M Terintegrasi Jadual Pembelajaran PAUD
JAM SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
05.00 - 07.30
Ibadah,
Mandi Pagi,
Sarapan
07.30 - 08.15
Aktifitas fisik
Bermain Bermain di Luar
Membersihkan Menyiram Olah raga
Bersama Ruangan
Mainan Tanaman
Keluarga
08.15 - 09.15
Belajar dari
rumah
Belajar dari Belajar dari Belajar dari rumah Belajar dari rumah Belajar dari
rumah rumah rumah
09.15- 09.30
Kudapan
Ngemil Ngemil Kudapan
Ngemil Kudapan Ngemil Kudapan Ngemil
Kudapan
Kudapan
09.30 - 09.35
Peregangan
36
09.35 - 10.35
Belajar dari rumah
Belajar Belajar
Belajar Belajar Belajar
10.35 - 11.35
Aktivitas bersama
keluarga
Bermain Bermain
Bermain bermain Bermain
11.35 - 12.00
Makan siang
13.00 -15.30
Istirahat/tidur
siang
37
4.1. Pendidikan Kesehatan
Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau
tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek
kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler
(Kemendikbud, 2019). Pendidikan kesehatan menurut Pasal 5 dalam Peraturan
Bersama (PB) 4 Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri
Nomor 6/X/PB/2014; Nomor 73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014 dan Nomor
81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (UKS/M) meliputi:
a. meningkatkan pengetahuan, perilaku, sikap, dan keterampilan untuk hidup
bersih dan sehat;
b. penanaman dan pembiasaan hidup bersih dan sehat serta daya tangkal
terhadap pengaruh buruk dari luar; dan
c. pembudayaan pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
38
Materi Pendidikan Kesehatan
Mengacu definisi kesehatan meliputi sehat fisik, mental, sosial dan spiritual
sehingga pendidikan kesehatan diarahkan untuk mengembangkan peserta didik
untuk keempat definisi sehat tersebut. Keempat aspek tersebut saling terkait
sehingga dalam mengedukasi anak, pendidik dan orang tua mengusung holistik
dan integratif. Seluruh aspek dikembangkan secara terintegrasi. Materi
pendididikan kesehatan seperti terlihat pada Tabel 4. Materi ini dapat
menyesuaikan kondisi di Satuan PAUD.
39
9. Mengenal, terampil dan terbiasa Perilaku Hidup Tubuhku
Bersih dan Sehat (PHBS) Kebersihan
a. Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS)
b. Menggosok gigi
c. Menjaga kuku bersih dan pendek
d. Konsumsi makanan gizi seimbang
e. Minum air bersih sehat dalam jumlah cukup
f. Buang sampah secara terpilah ke tempat
sampah
g. Buang Air Kecil/Besar di toilet/jamban
Lembaga PAUD
h. Olahraga/aktifitas fisik
i. Anjuran jumlah jam tidur ( Tabel 6)
j. Pembatasan penggunaan media
gadget/gawai
10. Mengenal berbagai emosi seperti rasa marah, Terintegrasi dengan
senang, bahagia, kecewa, sedih dan sebagainya semua tema
serta mengetahui cara mengelola berbagai
emosi tersebut
11. Membangun hubungan sosial dengan anggota Rumah
keluarga, pendidik, teman, dan seluruh makhluk Sekolah
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Keluarga
Teman
12. Mengenal Tuhan YME melalui ciptaan-Nya, alam Tubuhku
semesta dan tanda-tanda keteraturan yang Anggota Tubuhku
dapat dirasakan anak dari tubuhnya
Waktu Pelaksanaan
Waktu belajar bagi anak usia dini adalah setiap detik pengalamannya dari 3 (tiga)
pendidik anak yaitu Pendidik di PAUD, orang tua di rumah, dan lingkungan. Bagi
anak usia dini, seluruh pengalaman yang dilihat, didengar, dirasakan, disentuh dan
dialaminya akan tersimpan dalam ingatannya. Semua kegiatan dari anak datang
sampai anak pulang adalah waktu belajar. Begitu juga di rumah, mulai anak
bangun sampai tidur lagi adalah waktu belajar anak. Berdasarkan prinsip tersebut,
waktu pemberian pendidikan kesehatan yaitu:
1. Selama anak di Satuan PAUD, sejak anak datang sampai pulang.
40
2. Selama anak di rumah, pendidikan kesehatan dilanjutkan dan dikuatkan serta
dilengkapi oleh keluarga
3. Selama anak berada di lingkungan manapun sehingga penting memastikan
lingkungan kondusif mendukung kesehatan anak
Pelaksana
• Saat di Satuan PAUD, pendidikan kesehatan diberikan oleh Pendidik PAUD
melalui pembiasaan dan pembelajaran. Pendidikan kesehatan terintegrasi
dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan PAUD)
• Saat di rumah, keluarga memberikan pendidikan kesehatan dengan materi dan
cara yang selaras dan terintegrasi dengan pendidikan kesehatan di Satuan
PAUD
Sarana
Alat permainan edukatif, buku bacaan anak, buku bacaan orang tua/pendidik
terkait kesehatan, leaflet atau brosur terkait kesehatan, video, sound system jika
diperlukan, dan lain-lain.
Langkah-langkah
1. Perumusan tujuan yang ingin dicapai pada anak terkait indikator-indikator
anak sehat
2. Perencanaan materi pendidikan kesehatan yang akan diberikan selama
periode waktu tertentu (bulan, semester, tahun)
3. Pembuatan Prosedural Operasional Standar (POS) atau Standard Operational
Process (SOP)
4. Penetapan tema pembelajaran yang dikaitkan dengan materi pendidikan
kesehatan (Tabel 4)
5. Siapkan buku bacaan dan alat peraga yang akan dipakai saat memberikan
pendidikan kesehatan
6. Bacakan buku setiap hari terkait materi pendidikan kesehatan
7. Tetapkan pembiasaan melalui jadwal harian anak baik saat di satuan maupun
saat anak di rumah meliputi:
o Pemeliharaan kebersihan diri
o Pemeliharaan kebersihan lingkungan
8. Integrasikan materi pendidikan kesehatan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang tercermin dari:
a) Program Semester
b) Rencana Pembelajaran Mingguan
c) Rencana Pembelajaran Harian
41
d) Perencanaan sinergi dengan keluarga terkait pendidikan kesehatan anak
di rumah
e) Perencanaan sinergi dengan lintas sektor/lembaga dan pelaku
9. Integrasi program peningkatan kesehatan ke dalam kurikulum mengacu pada
Permendikbud No.137 tahun 2014 tentang standar PAUD dan Permendikbud
No. 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 PAUD dengan kompetensi dasar
sebagai berikut:
a. KD 2.1 Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat
b. KD 3.4 Mengetahui cara hidup sehat
c. KD 4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat
Apabila kompetensi dasar tersebut tercapai, maka anak akan memiliki sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang sejalan terkait dengan kesehatan dan
perilaku untuk hidup sehat. Contoh rencana pembelajaran yang
mengintegrasikan materi kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 3.
42
• Pendidik mendorong orang tua untuk menghubungi
puskesmas/bidan/tenaga kesehatan/posyandu setempat dan meminta
Buku KIA pada tenaga kesehatan tersebut.
• Pendidik mengkoordinir permintaan Buku KIA kepada puskesmas atau
instansi terkait lainnya
• menginformasikan kepada orangtua link Buku KIA sebagai berikut
https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20TAH
UN%202020%20BAGIAN%20ANAK.pdf dan meminta orang tua yang
mengunduh dan mencetak sendiri
• memberikan soft copy file Buku KIA untuk di cetak sendiri oleh orang tua
h) Pendidik mengedukasi keluarga secara berkala sesuai panduan yang
terdapat pada Buku KIA Tahun 2020 antara lain edukasi gizi, kesehatan,
pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang anak
i) Pendidik memastikan setiap orang tua kompeten mengikuti petunjuk di Buku
KIA dan mempraktikkan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak
j) Pendidik menguatkan keluarga untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang di Satuan PAUD sesuai
program yang sudah direncanakan
k) Pendidik memberikan penguatan terkait hasil pemantauan kesehatan dan
tumbuh kembang anak
l) Pendidik mendiskusikan tindak lanjut yang akan dilakukan pendidik di
Satuan PAUD
m) Pendidik berdiskusi dan menginspirasi orang tua agar dapat merencanakan
tindak lanjut hasil pemantauan
n) Pendidik menguatkan orang tua untuk selalu mengkomunikasikan hasil
pemantauan dan capaian anak terkait program yang dilakukan orang tua di
rumah
Satuan PAUD yang belum dapat melakukan pembelajaran tatap muka saat pandemi,
kelas orang tua tetap dapat dilakukan secara daring. Beberapa pilihan yang dapat
dilakukan:
• Satuan PAUD dapat memanfaatkan link Belajar Kesga pada web
belajarkesga.kemkes.go.id
• Satuan PAUD juga dapat mengundang Puskesmas untuk dapat memberikan
kelas parenting melalui zoom meeting
• Pemanfaatan media sosial dan Tele diskusi dengan daring, misalnya melalui
virtual meeting parenting seperti Whatsapp Grup, Instangram Live dan lain
sebagainya.
43
4.1.2. Penjadwalan Praktik PHBS Terintegrasi KBM
Kegiatan pendidikan gizi seimbang di Satuan PAUD antara lain sebagai berikut:
1. Makan bersama dengan makanan bekal dari rumah.
2. Makan bersama dengan masakan dimasak di Satuan PAUD.
3. Kelas memasak yaitu kegiatan anak masak bersama dengan dampingan pendidik.
4. Berkebun yaitu kegiatan menanam pangan sumber zat gizi.
5. Pemberian materi gizi yang mencakup gizi seimbang (Tabel 5) terintegrasi
44
kurikulum, Rencana Pembelajaran.
Waktu
Kegiatan makan bersama dilaksanakan setiap hari pembelajaran. Waktu makan
bersama disesuaikan dengan durasi buka satuan PAUD setiap harinya. Pilihan waktu
tersebut antara lain:
1. makan selingan di pagi hari jam 10.00
2. makan utama di siang hari jam 12.00
3. makanan selingan di sore hari jam 14.00 bagi PAUD yang buka sampai sore.
Kegiatan makan bersama ini dilaksanakan dalam satu rangkaian dengan kegiatan cuci
tangan pakai sabun, dan sikat gigi bersama.
Tempat
Pendidikan gizi bisa dilaksanakan di kelas masing-masing atau di luar kelas yang
kondusif. Namun untuk pelaksanaan yang lebih tertib dan cepat (efisiensi waktu)
disarankan untuk dilaksanakan di kelas masing-masing dengan pengawasan pendidik
kelas.
Pelaksana
Pendidik kelas, peserta didik dan orang tua.
Sarana
• Makanan dengan menu bergizi seimbang yang dibawa oleh masing- masing peserta
didik atau makanan yang dimasak di Satuan PAUD.
• Sarana CTPS dengan air mengalir.
• Materi edukasi gizi bersumber Buku KIA atau bahan bacaan lainnya
Langkah-Langkah
• Pendidik membuat panduan dan mengedukasi orangtua/keluarga terkait penyiapan
bekal antara lain:
45
✓ Makanan yang dibekalkan kepada anak meliputi makanan selingan dan
makanan utama tergantung durasi waktu anak di Satuan PAUD.
✓ Bekal makanan anak mengacu kepada Buku KIA Tahun 2020
✓ Menu makanan bekal berbahan aman, terbebas dari bahan kimia, serta bahan
berbahaya lainnya. Pendidik memberi pemahaman kepada orang tua dalam
pemilihan makanan.
✓ Menu makanan bekal bervariasi setiap hari, dikreasikan dalam bentuk yang
menarik, mudah dibawa, mudah disantap anak dan mempunyai cita rasa yang
enak, warna menarik dan aroma menggugah selera agar anak menyukai
makanan tersebut dan tidak bosan.
✓ Bekal yang dibawa anak sebaiknya hasil olahan orangtua/keluarga
✓ Pengemasan bekal menggunakan peralatan yang aman bagi anak, tidak mudah
pecah, tidak mudah tumpah dan tidak mengandung bahan-bahan yang
berbahaya.
✓ Alat bekal makanan dilengkapi dengan sendok/garpu yang tidak mudah pecah
atau tajam.
• Orang tua/wali menyiapkan bekal sarapan dengan menu gizi seimbang dan air
minum yang cukup sesuai panduan dan jadwal yang telah ditentukan.
• Peserta didik melaksanakan makan bersama di kelas masing-masing didampingi
oleh pendidik kelas. Pada saat pelaksanaan, pendidik meminta peserta didik untuk:
1) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan
2) Pendidik memberikan pijakan dengan materi edukasi sesuai dengan
makanan yang dimakan
3) Satu anak secara bergantian diminta memimpin doa bersama
4) Makan bersama dengan menu bergizi
seimbang
5) Minum air putih
6) Pendidik menyampaikan pendidikan gizi
saat anak makan sa mpai selesai sesuai
tema pembelajaran dan makanan yang
dimakan.
7) Membuang sampah pada tempatnya
8) Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir setelah makan.
9) Menyikat gigi dengan pasta gigi dan air
bersih
• Pada saat peserta didik makan bersama,
Pendidik memantau menu makanan yang
dibawa oleh peserta didik dan memastikan
46
menu yang dibawa adalah menu gizi seimbang sesuai
dengan Buku KIA 2020 atau Buku Pedoman PMBA Tahun
2020.
• Dalam memantau pelaksanaan makan bersama, pendidik
kelas dapat dibantu oleh pendidik pendamping.
47
Tabel 5. Materi Pendidikan Gizi Seimbang
48
melatih pembiasaan PHBS yang konkrit sejak di sekolah/madrasah sehingga kebiasaan
itu dapat dilanjutkan di rumah.
Waktu
Kegiatan cuci tangan dan sikat gigi secara berurutan dilaksanakan pada hari yang sama
dengan pelaksanaan sarapan/kudapan/makan bersama.
Tempat
Di Satuan PAUD.
Pelaksana
Pendidik, peserta didik, kader/tenaga kesehatan/narasumber undangan.
Sarana
Agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik, maka satuan PAUD memiliki:
• Air bersih yang cukup
• Tempat cuci tangan untuk masing-masing kelas
• Saluran pembuangan limbah
• Sabun
• Petunjuk 5 langkah cuci tangan yang ditempelkan pada sarana cuci tangan
• Gelas kumur yang dibawa oleh masing-masing peserta didik
• Sikat gigi yang dibawa oleh masing-masing peserta didik
• Pasta gigi yang dibawa oleh masing-masing peserta didik
• Apabila tempat cuci tangan belum tersedia, maka satuan PAUD dapat
berinovasi membuat tempat cuci tangan mulai dari tempat cuci tangan
sederhana (menggunakan barang bekas yang mudah didapatkan) sampai
bentuk permanen yang disesuaikan dengan anggaran. Bagi PAUD yang tidak
memiliki akses terhadap air bersih agar melaporkan kondisi tersebut ke
dinas/lembaga terkait setempat. Air bersih merupakan hal minimal yang harus
tersedia di sekolah/madrasah untuk menghindarkan diri dari penularan
penyakit.
49
Gambar 3. Cara Cuci Tangan Yang Benar
Langkah-Langkah
1. Cuci tangan bersama
- Pendidik menjelaskan mengapa harus CTPS dengan air mengalir
- Pendidik menjelaskan 5 langkah mencuci tangan yang benar (Gambar 3)
- Pendidik meminta anak melakukan cuci tangan sesuai penjelasan
- Pendidik kelas mengawasi pelaksanaan kegiatan dilakukan secara tertib, antri,
menjaga jarak
- Untuk efisiensi waktu, sebaiknya tersedia beberapa sarana CTPS dengan air
mengalir ini
50
- Pendidik kelas mengawasi pelaksanaan kegiatan secara tertib dan efisien
Pengertian
Optimalisasi aktivitas fisik merupakan pembiasaan kegiatan aktivitas fisik di Satuan
PAUD untuk mendukung pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
menjaga kebugaran dan mencegah risiko terkena penyakit tidak menular. Durasi
aktivitas fisik selama satu hari 180 menit dengan kegiatan menyenangkan bagi anak.
Kegiatan
Kegiatan optimalisasi aktivitas fisik terdiri dari
1. Gerakan peregangan.
2. Optimalisasi 4 (empat) L (Lompat, Lari, Lempar, Loncat)
51
Anak-anak prasekolah harus meluangkan setidaknya 180 menit (3 jam), dengan 60 menit
di antaranya adalah aktivitas fisik sedang hingga kuat. Aktivitas yang dilakukan di luar
maupun di dalam ruangan seperti berenang, sepak bola, petak umpet, memanjat,
bersepeda, dll.
Waktu
1. Peregangan dilaksanakan pada saat peserta didik sudah mulai merasa bosan dan
lelah di kelas. Peregangan dilakukan minimal 1 (satu) kali per hari.
2. Optimalisasi 4 (empat) L dilaksanakan minimal 1 (satu) kali per hari .
Tempat
• Kegiatan peregangan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
• Sedangkan kegiatan optimalisasi aktivitas fisik lainnya dilaksanakan di lapangan
sekolah/madrasah atau di lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif untuk
pelaksanaan aktivitas fisik.
Pelaksana
Pendidik kelas dan peserta didik
Sarana
1. Kreasi gerakan peregangan yang dapat dibuat oleh pendidik atau peserta didik
misalnya gerak kapiten, gerak penguin, dll. Kreasi gerakan peregangan dapat
dilakukan dengan diiringi lagu melalui sound system atau dengan bernyanyi sendiri.
2. Halaman sekolah/madrasah atau aula yang dapat digunakan sebagai tempat
bermain/olahraga.
3. Sarana dan prasarana olahraga
Langkah-Langkah
1. Pendidik dan peserta didik melakukan kreasi gerakan peregangan.
2. Pendidik meminta peserta didik untuk memimpin peregangan secara bergantian
ditandai dengan bunyi bel atau lonceng menandakan waktu pelaksanaan
peregangan bersama.
3. Satuan PAUD mendorong peserta didik untuk bermain dan berolahraga yang
mengandung gerakan 4 L saat jam istirahat.
4. Satuan PAUD menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan
olahraga berprestasi di sekolah/madrasah.
52
Tidur Yang Berkualitas
Tidur merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan tidur pada
anak semakin berkurang sesuai usia anak. Tidur adalah aktivitas utama otak sepanjang
awal perkembangan dan berperan penting dalam maturasi otak dan pembuangan
pengalaman yang tidak diinginkan. Tidur berkualitas adalah tidur dengan jumlah waktu
tidur yang cukup dalam satu hari dengan cara tidur yang benar.
Kegiatan
Pendidikan terkait tidur yang berkualitas dilakukan kepada anak di kelas dan kepada
orang tua melalui kelas orang tua.
Pendidik membuat paket informasi yang akan disampaikan kepada anak dapat melalui
kegiatan bermain peran dengan tema Keluarga. Khusus bagi TPA, pendidikan tidur yang
berkualitas diintegrasikan dengan pembiasaan melalui jadwal tidur dalam jadwal
kegiatan TPA.
Materi
Contoh informasi yang akan disampaikan kepada anak kelompok usia 3 – 6 tahun antara
lain:
53
• Saat kita tidur tulang kita akan bertambah panjang ½ inchi jika kita makannya
cukup
• Setelah tubuh kita bekerja seharian maka tubuh harus istirahat sehingga tubuh
kita punya waktu mempersiapkan diri untuk aktivitas berikutnya.
• Mari bayangkan jika kita tidak bisa tidur seharian. Tubuh kita akan kelelahan
dan bisa beresiko mudah terserang penyakit
Waktu
Waktu penyampaian materi sesuai yang sudah direncanakan dan dapat incidental
sesuai keadaan seperti percakapan dengan anak dan saat orang tua menyampaikan
masalah anaknya
Tempat
Di Satuan PAUD, materi diberikan saat mengantar tema pembelajaran, saat
pembelajaran melalui pendampingan kegiatan bermain dan khusus bagi layanan TPA,
materi diberikan saat anak tidur siang
Di kelas orang tua, materi diberikan melalui ceramah dan diskusi.
Pelaksana
Pemateri dapat dari internal Satuan PAUD atau narasumber dari luar seperti dokter anak
dan ahli anak lainnya.
Sarana
Buku, poster, video pendukung yang menjelaskan apa yang terjadi di dalam tubuh saat
manusia tidur, dan alat peraga edukasi terkait.
Langkah-langkah
Pendidikan di Satuan PAUD
• Pendidik menyiapkan jadwal pembiasaan dengan memasukan jadwal tidur siang
bagi layanan TPA
• Pendidik menyiapkan jadwal pembelajaran dengan tema yang bisa diintegrasikan
dengan materi Tidur yang Berkualitas seperti antara lain melalui tema Tubuhku,
Kesehatanku, Rumahku, Keluargaku dll
• Pendidik menyiapkan buku yang akan dibacakan berikut alat peraga terkait tidur yag
berkualitas
• Pendidik menyiapkan alat dan bahan main. Misalkan di kegiatan bermain peran
makro dengan tema Keluarga maka dipersiapkan peran anggota keluarga, ruang
dapur, ruang tidur, ruang makan, dll
54
• Pendidik mempersiapkan kegiatan peran terkait Keluargaku yang akan dimainkan
anak
• Pendidik membacakan buku terkait tema untuk memberikan pijakan sebelum anak
bermain peran
• Pendidik mendampingi anak saat bermain
• Pendidik mengalirkan infromasi terkait Tidur yang Berkualitas saat anak bermain
• Pendidik mengajak anak beres-beres
• Pendidik melakukan recalling dengan mengajak setiap anak satu persatu
menyampaikan perasaannya saat bermain dan kegiatan main yang dimainkan.
• Pendidik menguatkan konsep Tidur yang Berkualitas
Stimulasi Perkembangan
Pengertian
Stimulasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang aspek perkembangan
anak meliputi nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional
yang diberikan sesuai usia anak secara sistematis dan sesuai prinsip PAUD.
Kegiatan
Stimulasi dilakukan melalui kegiatan bermain berkualitas melalui 3 jenis kegiatan main
yaitu:
1. Bermain Sensorimotor
2. Bermain Peran
3. Bermain Pembangunan
Waktu
Waktu stimulasi adalah setiap detik kehidupan anak mulai dari bangun di pagi hari
sampai tidur di malam hari. Saat anak di Satuan PAUD, anak mendapatkan stimulasi
sejak anak datang sampai anak pulang. Saat anak di rumah, anak juga mendapatkan
stimulasi dari orang tua/keluarganya.
55
Tempat
Anak mendapatkan stimulasi dimana anak berada: di rumah, di Satuan PAUD, di luar
ruangan kelas, di dalam kelas.
Pelaksana
Pendidik, orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Sarana
Alat dan bahan main yang disediakan anak harus berkualitas dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan tercapai.
Alat dan bahan main yang digunakan dapat berupa main produk pabrikan yang dibeli,
dibuat sendiri, dari alam, reuse dari barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan, barang-
barang yang ada di lingkungan rumah, dll.
Terkait alat dan bahan main ini tidak selalu barang sudah jadi seperti boneka, mobil -
mobilan, rumah – rumahan, dll tapi juga dapat berbentuk barang lepasan yang dikenal
dengan istilah loosepart. Loosepart adalah bahan-bahan yang terbuka, dapat terpisah,
dapat disatukan kembali, dibawa, digabungkan, dijajar, dipindahkan, dan digunakan
sendiri ataupun digabungkan dengan bahan-bahan lain. Loosepart ini dapat berupa
benda alam atau sintetis meliputi:
1. Bahan alam
Bahan yang dapat ditemukan di alam seperti batu, tanah, pasir, lumpur biji, daun,
ranting
2. Plastik
Barang –barang yang terbuat dari plastik seperti sedotan, botol-botol plastik, pipa
pralon.
3. Logam
Barang-barang yang terbuat dari logam seperti kaleng, perkakas dapur, baut, kunci
dsb
4. Kayu dan bambu
Barang-barang kayu yang sudah tidak digunakan seperti seruling, tongkat, balok, dsb
5. Benang dan kain
Barang-barang yang terbuat dari serat seperti kapas, kain perca, tali, pita, karet, dsb
6. Kaca dan keramik
Barang-barang terbuat dari kaca dan keramik seperti botol kaca, gelas kaca, cermin,
kelereng dsb
7. Bekas kemasan
56
barang-barang/wadah yang sudah tidak digunakan seperti kardus, gulungan tisue,
bungkus makanan, karton wadah telur dsb.
57
Screentime/Batasan Penggunaan Gadget
Pengertian
Screentime/Batasan Penggunaan Gadget adalah pembatasan penggunaan gadget bagi
anak dalam satu hari sehingga anak usia 0 – 2 tahun tidak menggunakan gadget sama
sekali, anak usia 3-6 tahun maksimal 1 jam sehari dan lebih baik lagi jika tidak
menggunakan gadget diusia dini.
Usia 1 – 2 tahun
Screen time dalam bentuk menonton tv, video, komputer, gadget tidak dianjurkan. Screen
time yang diperbolehkan hanya dalam bentuk video chating yang didampingi orang tua
untuk berinteraksi dengan anggota keluarga yang sedang berjauhan.
Usia 2 – 3 tahun
Screen time tidak lebih dari 1 jam per hari, semakin sedikit lebih baik.
Usia 3 – 6 tahun
Screen time tidak lebih dari 1 jam per hari, semakin sedikit lebih baik.
Beberapa hal yang harus mendapat perhatian saat screen time
• Screen time dilakukan dengan pendampingan dan interaksi dengan anak
• Berikan hanya konten materi yang berkualitas dan hindari anak terpapar dari
materi kekerasan
• Matikan semua perangkat media berlayar bila sedang tidak digunakan
• Jangan menggunakan media berlayar hanya untuk menenangkan perilaku anak
58
• Bebaskan anak dari media berlayar di kamar tidur, dan juga pada saat makan
atau saat bermain
• Jangan memberikan media berlayar selama proses makan dan pada 1 jam
sebelum tidur
• Orang tua harus menjadi model untuk anak, misalnya orang tua juga membatasi
waktu screen time bagi diri sendiri tidak lebih dari 2 jam per hari
• Tentukan waku bebas media bersama, seperti di meja makan, di dalam mobil dll
untuk mencapai keseimbangan
Kegiatan
Pendidik membuat kegiatan mengedukasi orang tua di kelas orang tua untuk
menyadarkan orang tua perlu membatasi penggunaan gadget
Pendidik kreatif melakukan pembelajaran baik BDR (Belajar Dari Rumah) maupun PTM
(Pembelajaran Tatap Muka) yang tidak menggunakan media informasi visual.
Waktu
Pendidik menjadwal edukasi terkait screen time/Batasan Penggunaan Gadget di kelas
orang tua.
59
Di satuan PAUD, pendidik membuat pembelajaran dengan tema Teknologi atau tema lain
yang menjadi wadah untuk mengalirkan informasi terkait screen time pada anak usia dini
Tempat
Kelas orang tua dapat dilakukan di satuan PAUD atau di tempat lainnya yang disepakati
bersama dengan orang tua baik virtual maupun tatap muka dengan protokol kesehatan.
Pelaksana
Materi screen time disampaikan oleh pendidik, Kepala PAUD dan narasumber dari luar
yang ahli
Sarana
Buku, poster, materi, video, audio dan alat peraga pendukung terkait materi screen time
ini
Langkah-langkah
• Pendidik menyepakati jadwal materi screentime bersama orang tua
• Pendidik mengundang dan memotivasi orang tua hadir di kelas orang tua
• Pendidik meminta orang tua menyampaikan harapannya dengan mengikuti
kegiatan kelas orang tua dengan materi screentime
• Pendidik membuka diskusi dengan menanyakan kebiasaan penggunaan gadget,
televisi, media visual di rumah
• Pendidik menyampaikan informasi materi screentime kepada orang tua
• Pendidik mengajak orang tua membuat jadwal satu hari anak sejak bangun sampai
tidur di malam hari
• Pendidik mengajak orang tua untuk menginventarisir kegiatan main bersama anak
di rumah
• Pendidik menyampaikan perasaan dan pesan terkait kegiatan kelas orang tua
dengan materi screentime ini
60
dari perilaku berisiko atau pengaruh luar yang akan berdampak negatif bagi kesehatan
mereka khususnya kesehatan reproduksi.
Materi
Materi kesehatan reproduksi yang diberikan bagi anak usia dini antara lain:
Waktu
• Pembiasaan membersihkan alat reproduksi setelah BAK dan BAB dengan benar
• Pembelajaran dengan tema Tubuhku dan atau Kesehatanku
• Kegiatan insidental sesuai keadaan dan komunikasi yang timbul dipercakapan
anak
Pelaksana
Pendidik di Satuan PAUD dan orang tua di rumah. Pendidik mengedukasi orang tua
melalui kelas orang tua dengan materi Kesehatan Reproduksi.
Sarana
Langkah-Langkah
61
4.2. Pelayanan Kesehatan
Pengertian
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat.
62
Tabel 7. Jenis Layanan Kesehatan pada UKS/M di Satuan PAUD
63
SDM khusus
Penyuluhan kesehatan dan Setiap hari atau
8 Pendidik yang sudah
konseling terjadwal
dilatih
Kerjasama dengan
Jika ada kelainan &
Rujukan kesehatan ke puseksmas/rumahs
9 gangguan kesehatan
puskesmas/rumah sakit akit/Tenaga
tertentu
Kesehatan
Permenkes No. 2269/Menkes/PER/ XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan PHBS
Waktu
• Pada awal tahun ajaran baru
• Saat ada anak baru mendaftar masuk ke PAUD diluar jadwal tahun ajaran baru
• Berkala dan terjadual sesuai kesepakatan
Tempat
Di halaman, aula, ruang kelas, yang memungkinkan pendidik dapat mewawancarai orang
tua dengan nyaman dalam beberapa saat
Pelaksana:
Pendidik dan tenaga kependidikan PAUD
Sarana:
- Timbangan
- Pengukur tinggi badan
- Pengukur lingkar kepala
- Buku KIA (Kurva pertumbuhan, ceklist perkembangan)
- Intrumen skrining TBC m-KIA (Lampiran 6), atau Lembar Skrining TBC di PAUD/TK
(Lampiran 7)
- Tempat duduk untuk pendidik melakukan wawancara dengan orang tua dan
bercakap dengan anak.
64
Langkah-langkah:
- Orang tua diminta untuk membawa Buku KIA anak
- Pendidik mengajak anak dan orang tua duduk di kursi konsultasi dan melakukan
percakapan yang nyaman dengan anak dan orang tua
- Pendidik mengumpulkan Buku KIA yang dibawa orang tua
- Bagi orang tua yang belum memiliki Buku KIA, pendidik memfasilitasi orang tua
memiliki Buku KIA ini. Buku KIA dapat diakses pada link
https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20TAHUN%20
2020%20BAGIAN%20ANAK.pdf
- Pendidik meminta orang tua mengisi kuesioner Riwayat Kesehatan Anak
- Pendidik melakukan pemeriksaan kesehatan umum anak
- Pendidik melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan
lingkar kepala dengan alat ukur yang valid dengan cara yang benar (lihat Lampiran
8)
- Pendidik mencatat data pemeriksaan kesehatan, berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala anak di Buku KIA
- Terkait skrining TBC, pendidik menanyakan ke orang tua dan lihat apakah balita
memiliki satu atau lebih gejala berikut:
1. Gizi buruk (Anak terlihat sangat kurus)
2. Berat badan tidak naik dua bulan berturut-turut
3. Batuk > 2 minggu
4. Demam > 2 minggu
5. Riwayat kontak dengan pasien TBC
Rujuk ke puskesmas jika ada satu atau lebih gejala di atas
Waktu
• Pada awal tahun ajaran baru
• Terjadual dan berkala
• Pemantauan pertumbuhan idealnya dilakukan sebulan sekali, dan pemantauan
perkembangan setiap hari, terjadual dan berkala
Tempat
Di halaman, aula, ruang kelas, yang memungkinkan pendidik dapat mewawancarai
65
orang tua dengan nyaman dalam beberapa saat
Pelaksana:
Pendidik dan tenaga kependidikan PAUD
Sarana:
• Timbangan
• Pengukur tinggi badan
• Pengukur lingkar kepala
• Buku KIA (Kurva pertumbuhan, ceklist perkembangan)
• Tempat duduk untuk pendidik melakukan wawancara dengan orang tua dan
bercakap dengan anak.
Jika di PAUD (TK/RA/BA) terdapat Pendidik terlatih SDIDTK, maka sarana tambahan
yang diperlukan antara lain:
• Instrumen TDD
• Snellen E untuk TDL
Langkah-langkah:
- Orang tua diminta untuk membawa Buku KIA anak
- Pendidik mengajak anak dan orang tua duduk di kursi konsultasi dan melakukan
percakapan yang nyaman dengan anak dan orang tua
- Pendidik mengumpulkan Buku KIA yang dibawa orang tua
- Bagi orang tua yang belum memiliki Buku KIA, pendidik memfasilitasi orang tua
memiliki Buku KIA ini. Buku KIA dapat diakses pada link
https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20TAHUN%2020
20%20BAGIAN%20ANAK.pdf
- Pendidik meminta orang tua mengisi cek list perkembangan
- Pendidik melakukan pemeriksaan kesehatan umum anak
- Pendidik melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar
kepala dengan alat ukur yang valid dengan cara yang benar (lihat Lampiran 8)
- Pendidik mencatat data pemeriksaan kesehatan, berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala anak di Buku KIA
Untuk pendidik terlatih, dapat melakukan assessment:
a. Mengisi kuesioner Tes Daya Dengar (TDD)
b. Melakukan Tes Daya Lihat (TDL)
66
Pada saat Pandemi seperti saat ini, dimana satuan PAUD belum diperkenakan untuk
pembelajaran tatap muka, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan tetap dapat
dilakukan dengan pilihan sebagai berikut:
67
Tabel 8. Contoh Formulir Rekapitulasi Data Pemantauan Kesehatan, Pertumbuhan dan Perkembangan
DATA REKAP PEMANTAUAN KESEHATAN, PENGUKURAN ANTROPOMETRI ANAK DAN HASIL PERKEMBANGAN SESUAI USIA
PAUD/TK/KB/TPA/SPS………………..
TAHUN AJARAN 2020/2021
Tanggal Pengukuran: 20 Juli 2019
Hasil
JK Hasil Pemantauan Pertumbuhan Hasil Pemantauan Perkembangan Skrining
TB Tanda
No NAMA (L/ USIA PERKEMBA TES DAYA TES DAYA Lainnya Bukan Sehat/
BB TB LK BB TB BB IMT LK NGAN LIHAT DENGAR jika ada Terduga/ Sakit
K)
(Kg) (cm) (cm) IMT /U /U / /U /U Lengkap/ Normal/ Normal/ Kontak
TB Tidak Curiga Curiga Erat/
Lengkap Kelainan Kelainan Bukan TB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
3 tahun
1 Faqih Baihaqi L 18 103 50,5 17,0 N Tn Gl G N L R Ya Sehat
11 bulan
3 tahun 4
2 Gina Apriliani P 14 93 51 16,2 N Tn Gn N N L N Ya Sehat
bulan
3 tahun 8
3 Nabil Aghni Fadhillah L 13 96 51 16,2 K P Gk K N TL Sakit pilek
bulan
Adelweis Haura 4 tahun 9 Sakit
4 P 15 105,5 51,5 13,5 N Tn Gn N N L Ya
Sausan bulan demam
4 tahun 8
5 Amelia Fauziah P 19 109 51 16 N Tn Gn N N L Ya Sehat
bulan
5 tahun 1
6 Yukkio Andreas L 17 108 49,5 14,7 N N TL Sehat
bulan
7
8
9
10
11 Dst
68 68
4.2.3. Pemeriksaan dan Perawatan Gigi Mulut
Waktu
Pemeriksaan kesehatan dan perawatan gigi mulut dilakukan minimal 6 bulan sekali
sesuai waktu yang disepakati dengan tenaga kesehatan.
Tempat
Di Satuan PAUD (ruang UKS, ruang kelas, aula, dll)
Pelaksana
Tenaga kesehatan dari puskesmas/rumah sakit
Sarana
Sarana pemeriksaan Kesehatan seperti:
- Buku KIA (Catatan Kesehatan Gigi)
- Peralatan gigi yang disiapkan oleh tenaga kesehatan
Langkah-Langkah
• Satuan PAUD menghubungi puskesmas/Rumah Sakit untuk menjalin kerjasama
• Puskesmas sudah menyepakati jadwal pemeriksaan, pembagian tugas dan
identifikasi sarana pemeriksaan kesehatan.
• Tenaga kesehatan Puskesmas mengunjungi Satuan PAUD untuk melakukan
pemeriksaan
• Satuan PAUD memfasilitasi dan membantu pelaksanaan pemeriksaan oleh
Puskesmas.
• Puskesmas melaporkan hasil pemeriksaan melalui rekapitulasi hasil
• Puskesmas memberikan daftar nama peserta didik yang direkomendasikan
dirujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
• Puskesmas memberikan rekomendasi tindak lanjut yang perlu dilakukan Satuan
PAUD untuk meningkatkan kesehatan gigi peserta didik.
• Satuan PAUD mendokumentasikan hasil pemeriksaan
• Satuan PAUD menindaklanjuti hasil pemeriksaan.
Pengertian
Pemberian P3K dan P3P dilakukan sebagai penanganan awal terhadap cedera atau
69
kejadian sakit yang terjadi di Satuan PAUD sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
di fasilitas kesehatan apabila masalah cedera/sakit belum terselesaikan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit/ cedera.
Kegiatan
P3K
Cedera seperti jatuh, luka, patah tulang dan lain-lain dapat saja terjadi di Satuan PAUD.
Penanganan P3K yang diberikan disesuaikan dengan jenis cedera yang terjadi.
P3P
Kejadian sakit juga bisa terjadi saat anak di Satuan PAUD seperti demam, diare, sakit
perut, mimisan, pingsan, sakit kepala dan lain lain. Penanganan yang diberikan berupa
pengobatan sederhana untuk mengatasi gejala awal yang ringan. Setelah mendapatkan
pengobatan awal, peserta didik yang sakit diminta untuk beristirahat di ruang UKS.
Apabila sakit masih berlanjut atau jenis sakit tidak ringan maka satuan PAUD harus
menginformasikan kondisi tersebut ke orang tua, menyarankan dan merujuk peserta
didik tersebut ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
Pelaksana
Pendidik UKS/M dan Pendidik lainnya yang terlatih.
Waktu
Pemberian P3K dan P3P dilakukan segera apabila terdapat peserta didik yang mengalami
cedera/sakit di Satuan PAUD.
Tempat
Ruang UKS/M atau lokasi kondusif lainnya di lingkungan PAUD.
Sarana
• Peralatan P3K di ruang UKS/M yang berisi alat dan bahan standar
70
• Obat-obatan sederhana di kotak P3K
1. Obat penurun panas/deman, misalnya Paracetamol max 4 dosis/ hari :
• 0 bln–1 thn: 60 – 125 mg/ dosis;
• 1 – 5 thn: 120 – 250 mg/ dosis;
• 6– 12 thn: 250 – 500 mg/dosis
2. Obat pereda rasa nyeri (bisa parasetamol atau ibuprofen)
3. Obat alergi (krim hidrokortison untuk alergi pada kulit)
4. Larutan rehidrasi oral (oralit)
5. Krim gatal seperti calamine atau bedak dingin
6. Krim luka bakar (bisa juga menggunakan gel aloe vera)
Langkah-Langkah
1. Satuan PAUD diharapkan sudah mendapatkan informasi dari orang tua terkait
penyakit-penyakit yang sering dialami anak atau anak menderita kelainan penyakit
tersebut seperti asma, kejang saat panas tinggi, alergi, dll
2. Lembaga PAUD mengidentifikasi kebutuhan dan menyediakan sarana prasarana
(peralatan dan obat-obatan sederhana) untuk P3K dan P3P.
3. Lembaga PAUD berkoordinasi dengan Puskesmas untuk melatih Pendidik UKS/M
dan Pendidik lainnya untuk memberikan P3K dan P3P.
4. Satuan PAUD membuat pedoman penanganan kecelakaan dan penanganan pertama
saat anak sakit selama di satuan PAUD
5. Lembaga PAUD menyusun jadwal piket Pendidik UKS
71
6. Petugas piket UKS/M melakukan pencatatan pemberian P3K dan P3P dan
memantau perkembangan kondisi peserta didik yang diberikan P3K atau P3P.
7. Petugas piket UKS/M memberikan penanganan pertama anak yang mengalami kecelakaan
dan sakit saat anak di Satuan PAUD.
8. Apabila sakit masih berlanjut atau jenis sakit tidak ringan, maka Pendidik UKS/M di
Satuan PAUD harus menginformasikan kondisi tersebut ke orang tua, menyarankan
dan merujuk peserta didik tersebut ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
4.2.5. Imunisasi
Pengertian
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes No. 12 tahun
2017 tentang penyelenggaraan imunisasi) .
Kegiatan
Kegiatan pengidentifikasian imunisasi dilakukan pendidik pada saat penerimaan
peserta didik baru sebagai bagian data riwayat kesehatan anak. Bagi pendidik yang
melayani anak usia 0 – 12 bulan perlu mendorong orang tua agar memastikan
kelengkapan imunisasi dasar maupun imunisasi lanjutan sesuai jadwal pelayanan
imunisasi yang terdapat pada Buku KIA 2020.
Waktu
Jadwal imunisasi sesuai usia seperti tampak pada Tabel 9 dibawah ini.
Tempat
Pendidik dapat mendorong orang tua untuk membawa anaknya ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang memberikan imunisasi pada anak seperti Posyandu, Puskesmas, Klinik
dan Rumah Sakit.
Pelaksana
Dokter/tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan melakukan imunisasi.
72
Tabel 9. Jadwal Imunisasi Sesuai Usia
73
4.2.6. Pemberian Vitamin A
Pengertian
Pemberian Vitamin A bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mata dan pertumbuhan
anak. Vitamin A diberikan kepada anak diatas usia 6 bulan.
Waktu
Untuk anak usia 6 – 11 bulan sekali setahun pada bulan Februari atau Agustus,
sementara untuk anak usia 1 – 5 tahun dua kali dalam setahun di bulan Februari dan
Agustus.
Tempat
Kelas masing-masing, puskesmas, posyandu.
Pelaksana
Puskesmas, Pendidik UKS/M, kader kesehatan sekolah/madrasah.
Sarana
• Kapsul Vitamin A Biru untuk anak usia 6 – 11 bulan dan Kapsul Vitamin A Merah
untuk anak usia 1 – 5 tahun.
• Buku KIA atau lembar pencatatan pemberian Vitamin A yang disediakan oleh
Puskesmas.
Langkah-Langkah
• Petugas Puskesmas berkoordinasi dengan kepala sekolah/madrasah dan pendidik
untuk menjadwalkan pemberian Vitamin A kepada peserta didik.
• Pada hari pelaksanaan, Pendidik membantu petugas Puskesmas untuk mengatur
peserta didik.
• Petugas Puskesmas dibantu pendidik melakukan pencatatan dan pelaporan.
Waktu
POPM Cacingan dilaksanakan dua kali dalam 1 (satu) tahun untuk daerah
74
kabupaten/kota dengan prevalensi tinggi dan satu kali dalam 1 (satu) tahun untuk
daerah kabupaten/kota dengan prevalensi sedang. Pemberian obat cacing diberikan
pada peserta didik tingkat PAUD (TK/RA/BA).
Tempat
Kelas masing-masing.
Pelaksana
Puskesmas, Pendidik UKS/M, kader kesehatan sekolah/madrasah.
Sarana
• Obat cacing.
• Buku KIA atau lembar pencatatan pemberian obat cacing yang disediakan oleh
Puskesmas.
Langkah-Langkah
• Petugas Puskesmas berkoordinasi dengan kepala sekolah/madrasah dan Pendidik
untuk menjadwalkan POPM cacingan kepada peserta didik
• Pada hari pelaksanaan POPM Cacingan, Pendidik membantu petugas Puskesmas
untuk mengatur peserta didik
• Petugas Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan
4.2.9. Rujukan
Apabila dari hasil pemantauan pertumbuhan dan perkembangan diperoleh hasil yang
tidak sesuai dengan usia anak misalnya tren kenaikan berat badan yang tidak sesuai dan
cek list perkembangan tidak lengkap setelah dilakukan intervensi, maka pendidik dapat
merujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
75
Menurut neurosain, pendidikan dimaknai kegiatan stimulasi yang menyambungkan sel-
sel otak anak. Hal ini terjadi setiap detik kehidupan anak. Semua yang dilihat, didengar,
dirasakan, dialami anak akan mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Semua hal yang berada di dekat anak akan menjadi Pendidik bagi anak. Berdasarkan hal
tersebut lingkungan adalah semua hal yang berada didekat anak baik fisik maupun non
fisik.
b. Nyaman
Anak merasa nyaman, artinya anak nyaman dan ergonomi dengan tempat dan
material terbuka yang digunakannya. Setiap ruangan belajar sebaiknya ada
tanaman dengan ukuran dan jenis yang sesuai bagi anak.
c. Bersih.
Lingkungan fisik harus bersih. Bersih bukan hanya tidak berdebu tapi juga bebas
dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau juga bebas dari virus,
bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya
76
d. Udara Sehat
Oksigen sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kerja otak. Sirkulasi
udara diciptakan kondusif dengan pengaturan ventilasi, jendela dan pintu
dan jarak antara lantai dan langit-langit. Diupayakan satu anak dengan space
ruang 3 meter persegi.
e. Sinar matahari
Idealnya bangunan dirancang agar sinar matahari pagi masuk ke ruangan.
Jika ruangan penuh keterbatasan, sebaiknya bermain dan beraktivitas
dikombinasikan di dalam dan di luar ruangan.
d. Bermakna
Lingkungan dilengkapi dan ditata untuk menjawab kebutuhan anak,
kurikulum, tujuan pembelajaran dan tahap tumbuh kembang anak
e. Menarik
Ruangan ditata menarik sehingga dapat mengundang anak untuk bermain
dan beraktivitas sesuai tujuan yang ingin dicapai. Alat dan bahan main ditata
menarik dengan pesan terbaca dari penataan main tersebut.
77
jamban sehat, sarana cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pembuangan limbah
cair dan tempat sampah terpilah. Sanitasi berkaitan erat dengan pelaksanaan
pembiasaan hidup bersih.
Kegiatan
1. Perencanaan pembersihan seluruh bagian Satuan PAUD telah dibuat yang memuat
jadwal pembersihan, pemeriksaan berkala dan personil yang bertugas
2. Pemeriksaan kebersihan seluruh lingkungan Satuan PAUD dilakukan setiap hari
dengan menggunakan cek list item pemeriksaan.
3. Cek list item pemeriksaan ditempel di dinding atau tempat yang mudah terlihat oleh
semua
4. Pembersihan dan disinfeksi ruang kelas, ruang pendidik, dapur, perpustakaan, dan
semua ruangan yang terdapat di sekolah/madrasah setiap hari.
5. Pembersihan dan disinfeksi sarana yang sering tersentuh dengan tangan seperti
pegangan pintu, tombol lampu, meja/kursi setiap hari.
6. Pembersihan sarana luar kelas seperti lapangan.
7. Pembuangan sampah ke tempat sampah tertutup dan terpilah setiap hari.
8. Pengumpulan sampah dari berbagai lokasi tempat sampah di sekolah/ madrasah ke
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara setiap hari atau kurang dari sehari
apabila sampah sudah mencapai ¾ dari isi.
9. Kerja bakti.
10. Pelaksanaan 3R (reuse, reduce, recycle).
a. Reuse : menggunakan kembali.
b. Reduce : berupaya mengurangi sampah.
c. Recycle : mendaur ulang.
Waktu
• Pembersihan dan disinfeksi dilakukan minimal 2 kali/hari.
• Pembuangan sampah ke tempat sampah tertutup dan terpilah serta ke TPS
dilakukan setiap hari.
• Pelaksanaan reuse atau recycle dilaksanakan 1 kali/minggu atau sesuai
kebutuhan.
Tempat
Di seluruh lingkungan satuan PAUD.
Pelaksana
Kepala PAUD, pendidik dan wali kelas, peserta didik, orang tua/ wali, tenaga
kependidikan, masyarakat sekitar satuan.
78
Sarana
• Surat Edaran/Peraturan penerapan dari sekolah/madrasah.
• Tempat sampah tertutup dan terpilah di setiap kelas, di kamar mandi, di dapur, di
halaman, dll. Tiap tempat sampah dilapisi plastik.
• Alat-alat kebersihan: sapu, plastik
• Cairan pembersih/disinfektan
• Tempat pembuangan sampah sementara terbuat dari bata atau drum yang disertai
tutup
• Lokasi pengumpulan sampah untuk di gunakan kembali/Bank Sampah
• Tempat pengolahan sampah/sarana pembuatan pupuk
Langkah-Langkah
• Satuan PAUD bekerjasama dengan Puskesmas dan Dinas Kebersihan/ Lingkungan
Hidup melakukan orientasi kegiatan sanitasi di Satuan PAUD, pengelolaan sampah,
pengenalan daur ulang sampah dan pembuatan pupuk.
• Satuan PAUD menunjuk pendidik yang akan menjadi pembimbing dalam
pengelolaan dan daur ulang sampah hingga pembuatan pupuk.
• Pendidik membuat jadwal pelaksanaan pengelolaan sampah.
• Warga Satuan PAUD juga orang tua membantu pelaksanaan pengawasan sanitasi,
kerja bakti dan melaksanakan 3R.
✓ Reduce: Tim pengelola sampah menggunakan wadah atau tempat
makanan/minuman yang tidak sekali pakai sehingga dapat mengurangi volume
sampah plastik bungkus makanan/minuman di sekolah/madrasah.
✓ Reuse: Pendidik UKS/M membimbing warga PAUD untuk menggunakan dan
memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi
sesuatu yang baru.
✓ Recycle: Satuan PAUD mendaur ulang sampah organik menjadi kompos ataupun
sampah anorganik menjadi bahan baru yang bernilai ekonomis.
Satuan PAUD dapat menjalin kerjasama dengan lintas Lembaga untuk menguatkan
pelaksanaan 3R ini. Pendidik dan tenaga kependidikan ditingkatkan kapasitas
pelaksanaan 3R ini dengan mengikuti pelatihan.
Kegiatan
Pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui kegiatan:
79
• Memanfaatkan halaman atau lahan yang masih kosong untuk ditanami tanaman
obat, sayuran, buah serta tanaman pengusir nyamuk.
• Memberi label pada tanaman sebagai sarana edukasi (nama latin tanaman, nama
Indonesia, nama daerah serta manfaatnya).
• Mengintegrasikan ke kurikulum dengan menjadikan tanaman sebagai tema di
Rencana Pembelajaran
• Menjadikan kegiatan berkebun sebagai kegiatan puncak Tema Tanaman
• Kegiatan berkebun dilakukan bersama anak dengan mengikuti 4 tahap
pembelajaran:
1. Pijakan lingkungan dengan menyiapkan alat dan bahan,
2. Pijakan sebelum berkebun dengan bercerita dan membacakan buku terkait
tanaman yang akan ditanam,
3. Pijakan saat berkebun dengan cara pendidik menjadi model seraya
menginformasikan terkait tanaman, memperluas ide anak serta
mengembangkan seluruh aspek meliputi nilai agama dan moral, fisik, kognitif,
bahasa dan sosial emosional anak,
4. Pijakan setelah main dengan cara pendidik menanyakan kepada setiap anak apa
yang dikerjakan anak dan perasaannya saat berkebun lalu diikuti dengan
meminta anak membuat berbagai karya dengan berbagai alat dan bahan main
untuk merepresentasikan kegiatan berkebun.
Waktu
Pemanfaatan pekarangan diintegrasikan dengan berbagai tema antara lain tanaman
dengan sub tema tanaman sumber zat gizi, tanaman hias, tanaman obat-obatan.
Tempat
Pekarangan satuan PAUD.
Sasaran
Peserta didik, Pendidik dan warga satuan PAUD.
80
Pelaksana
Seluruh warga satuan dan dinas terkait.
Sarana
1. Bibit sayur, bibit buah, bibit tanaman obat-obatan, bibit tanaman hias, pupuk, alat
berkebun, air.
2. Sayuran
• Aneka sayuran daun: bayam, kangkung, sawi/sayuran daun, dll.
• Aneka sayuran buah: cabai rawit, cabai keriting, tomat, terong, dll.
• Aneka sayur umbi: bawang merah, bawang putih, kentang, dll atau disesuaikan
dengan kearifan lokal masing-masing.
3. Tanaman obat
• Tanaman obat jenis temu-temuan (empon-empon): jahe, kunyit, kencur,
temulawak, dll.
• Tanaman obat jenis daun: kelor, katuk, kumis kucing, lidah buaya, meniran,
pegagan, seledri, dll.
• Tanaman obat jenis biji: jintan hitam, dll.
• Tanaman obat jenis buah: jeruk nipis, lemon, jambu biji, dll.
• Tanaman obat jenis batang: serai dapur, sereh, dll.
• Tanaman obat pengusir nyamuk: lavender, zodiac, merygold, serai wangi,
kecombrang, rosemary, geranium, dll.
Catatan: atau tanaman obat yang ditanam disesuaikan dengan kearifan lokal
masing-masing daerah.
4. Kompos dan atau pupuk organik
• Botol plastik bekas dan/atau kaleng bekas atau disesuaikan dengan kearifan
lokal masing-masing daerah.
• Benih ikan tawar yang mudah dibudidayakan (ikan mas, lele, nila, patin, gurame,
belut, dll) serta ikan pemakan jentik (ikan cupang dan ikan kepala timah) atau
disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing.
Langkah-Langkah
• Pendidik membuat rencana pembelajaran dengan tema tanaman
• Pendidik menginformasikan kegiatan dan jadwal kegiatan berkebun kepada anak
dan kepada orang tua
• Pendidik bersinergi bersama orang tua untuk pengadaan alat dan bahan
berkebun.
• Pendidik menyiapkan pilihan tanaman yang akan dibawa peserta didik
81
• Setiap peserta didik membawa bibit tanaman sesuai dengan sub tema kegiatan
• Tanaman ditanam langsung di taman dan di kebun yang sudah disiapkan
• Selain taman dan kebun, penanaman tanaman juga bisa dilakukan dengan
memanfaatkan botol/kaleng plastik sebagai wadah tanam terutama untuk
satuan PAUD dengan lahan yang terbatas.
• Bila satuan PAUD memiliki sarana pengairan/ dekat dari sumber air tawar peserta
didik diwajibkan untuk membawa benih ikan tawar yang akan dibudidayakan di
empang/ kolam/ embung/ dan lain-lain, yang dimiliki oleh sekolah/madrasah
• Setiap kelas memiliki kewajiban untuk membentuk taman kelas dan menghiasi
ruangan kelas dengan tanaman di pot.
• Perawatan budidaya di taman/kebun/kolam dilakukan oleh peserta didik secara
bergilir setiap minggunya. Perawatan yang dilakukan antara lain menyiram
tanaman setiap hari dan memberi pupuk atau kompos pada tanaman, pakan bagi
budidaya ikan tawar. Perawatan ini dilakukan dengan bimbingan pendidik.
• Satuan PAUD dapat melakukan kemitraan dengan Dinas Lingkungan Hidup
untuk pemanfaatan pekarangan sekolah.
Pengertian
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah tindakan pemberantasan sarang nyamuk
melalui kegiatan menutup, menguras dan memanfaaatkan barang bekas yang masih
bernilai (yang dikenal dengan istilah 3M).
Kegiatan
Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya bahwa kegiatan diintegrasikan dengan
tema pembelajaran. Begitu juga kegiatan PSN ini dimulai dengan menginformasikan
melalui membacakan buku, pengamatan jentik dan bahaya nyamuk terhadap kesehatan
anak, penjelasan kegiatan 3M (menutup, menguras, memanfaatkan barang-barang bekas
yang masih bernilai ekonomis) serta upaya mencegah gigitan nyamuk. PSN 3M Plus
merupakan kegiatan terencana secara terus-menerus dan berkesinambungan. Gerakan
ini merupakan kegiatan yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit Demam
Berdarah serta mewujudkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.
82
Waktu
PSN dilaksanakan minimal 1 kali dalam seminggu.
Tempat
Lingkungan satuan PAUD
Sasaran
Tempat perkembangbiakan nyamuk.
Pelaksana
Warga satuan PAUD yang bekerjasama dengan dinas terkait
Sarana
Senter, meja jalan, formulir, ciduk.
Langkah-Langkah
• Pendidik mengajarkan kegiatan PSN 3M Plus kepada peserta didik.
• Setiap minggu peserta didik melakukan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus di
PAUD dan rumah/tempat tinggalnya masing-masing dan melakukan pencatatan hari
dan tanggal pelaksanaan, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk, ada tidaknya
jentik dan kegiatan PSN 3M Plus yang dilakukan.
83
Penerapan 5 S
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kawasan Tanpa Narkoba
(KTN), Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK), Kawasan Tanpa Pornografi
(KTP)
Pengertian
• Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan sekolah/madrasah adalah ruangan atau
area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, dan/atau mempromosikan rokok.
• Kawasan Tanpa Napza (KTN) adalah kawasan yang terbebas dari kegiatan
penyalahgunaan Napza baik membawa, menggunakan atau mengedarkan Napza.
• Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK) adalah kawasan yang terbebas dari permasalahan
kekerasan baik fisik, psikis maupun sosial termasuk masalah perundungan di
sekolah/madrasah.
• Kawasan Tanpa Pornografi (KTP) dilakukan dengan memastikan tidak ada peserta
didik maupun warga sekolah/madrasah lainnya yang menyediakan, mengakses,
menyimpan dan mengedarkan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat.
Kegiatan
Kawasan Tanpa Rokok dan Napza di sekolah/madrasah dilakukan melalui kegiatan
yang meliputi:
1) Memasukkan larangan terkait rokok dan Napza dalam aturan tata tertib bagi warga
satuan PAUD serta tamu, orang tua yang berkunjung ke satuan PAUD.
2) Melakukan penolakan terhadap penawaran iklan, promosi, pemberian sponsor,
dan/atau kerja sama dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh perusahan rokok
dan/atau organisasi yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan, dan/atau
warna yang dapat diasosiasikan sebagai ciri khas perusahan rokok, untuk
keperluan kegiatan yang dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah/ madrasah.
3) Memberlakukan larangan pemasangan papan iklan, reklame, penyebaran pamflet,
dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari perusahaan atau yayasan rokok yang beredar
atau dipasang di lingkungan PAUD
4) Melarang penjualan rokok di lingkungan satuan PAUD, koperasi atau bentuk
penjualan lain di lingkungan PAUD dan tidak ada asbak di ruang tamu atau ruang
Pendidik.
5) Memasang tanda kawasan tanpa rokok dan Napza di lingkungan sekolah/
84
madrasah.
Kegiatan Kawasan Tanpa Kekerasan dan Kawasan Tanpa Pornografi dapat dilakukan
melalui kegiatan berikut ini:
1) Membiasakan kepada seluruh warga PAUD (pendidik, peserta didik, karyawan
sekolah/madrasah lainnya termasuk satpam dan petugas kebersihan) untuk
melaksanakan 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan Dan Santun) setiap hari di dalam
lingkungan PAUD.
2) Membiasakan membaca doa setiap mulai jam pelajaran sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
3) Satuan PAUD mengembangkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang aktif,
interaktif, dan menyenangkan misalnya penggunaan multimedia maksimal 30
menit untuk menjelaskan materi kesehatan, berlatih peran, bernyanyi, belajar di
alam terbuka (outbond), bercocok tanam bersama, dll.
4) Sekolah/madrasah menerapkan metode penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) yang mendidik dengan memperhatikan kesehatan fisik dan mental
peserta didik.
5) Satuan PAUD menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan/ ibadah misalnya
sholat dzuhur/jumat bersama dilanjutkan kultum, misa, dll.
6) Satuan PAUD mengembangkan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan untuk
menjadi tempat pembelajaran materi-materi kesehatan fisik dan mental misalnya
wisata alam, dll
7) Satuan PAUD mengembangkan kegiatan yang bersifat gotong royong dan setia
kawan misalnya piket kelas, jumat bersih, menengok teman yang sakit
(mengajarkan empati).
8) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua juga peserta didik untuk bijak menggunakan media
informasi.
Waktu
Penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP dilaksanakan sepanjang waktu.
Tempat
Lingkungan satuan PAUD.
Sasaran
Pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan pihak lain di dalam lingkungan PAUD
serta satgas KTR, KTN, KTK dan KTP.
85
Pelaksana
Kepala PAUD, pendidik, dan orang tua peserta didik
Sarana
Surat Edaran/peraturan penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP di Satuan PAUD,
spanduk/poster pemberitahuan penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP di
sekolah/madrasah.
Langkah-Langkah
• Pembuatan peraturan dari kepala sekolah/madrasah terkait penerapan KTR, KTN,
KTK dan KTP di Satuan PAUD.
• Sosialisasi kepada pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua, seluruh
warga satuan PAUD, RT/RW di sekitar satuan PAUD tentang KTR, KTN, KTK dan KTP.
• Pembentukan satuan tugas (satgas) yang akan melakukan pengawasan KTR, KTN,
KTK dan KTP di lingkungan satuan PAUD.
86
4 Memiliki thermogun (pengukur suhu tubuh tembak)
5 Pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh melakukan kegiatan di
Satuan PAUD :
• Memiliki kondisi medis penyerta (komorbid) yang tidak terkontrol
• Tidak memiliki akses dan transportasi yang memungkinkan jaga jarak
• Memiliki riwayat perjalanan dari zona kuning, oranye, dan merah atau
riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan
belum menyelesaikan isolasi mandiri selama 14 hari
6 Membuat kesepakatan bersama komite satuan pendidikan terkait kesiapan
melakukan pembelajaran tatap muka di Satuan PAUD. Proses pembuatan
kesepakatan tetap perlu menerapkan protokol kesehatan
87
− Fasilitas cuci tangan ditempatkan di gerbang masuk sehingga setiap ada yang
masuk langsung mencuci tangan
− Tempatkan poster petunjuk Cuci Tangan Pakai Sabun di setiap fasilitas CTPS
Ruangan Kelas
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk ruangan kelas, antara lain:
− Penanda tempat berdiri anak saat antri agar antar anak berjarak aman. Misalkan
memberi gambar kaki di lantai dengan jarak sesuai protokol kesehatan pada pintu
masuk ruangan kelas, di depan dispenser, dll
− Alat permainan tidak digunakan bersama tiap individu
− APE disemprot disinfektan setelah digunakan
− Ruangan bersih, sehat, aman dan nyaman
− Ruangan dibersihkan dan disemprot disinfektan setiap selesai kegiatan
− Pihak luar misalkan penilik/pengawas yang akan mengobservasi anak dilakukan
tanpa masuk ke ruang kelas
Kamar Mandi
- Ada penanda di lantai untuk berdiri antri masuk
- Tidak menggunakan kamar mandi bersama-sama
88
Protokol Kesehatan dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Satuan PAUD
Tabel 10. Adaptasi Kebiasaan Baru di Satuan PAUD
Kondisi Kelas 1. Jaga jarak minimal 1,5 (satu koma lima) meter
2. Maksimal 5 (lima) peserta didik per kelas.
Perilaku wajib di 1. Menggunakan masker 2 lapis terdiri dari bagian dalam
seluruh menggunakan masker sekali pakai/masker bedah yang
lingkungan satuan menutupi hidung dan mulut sampai dagu dan dan bagian luar
pendidikan menggunakan masker kain. Masker digunakan setiap 4 jam
atau diganti sebelum 4 jam saat sudah lembab/basah.
2. Masker digunakan mengikuti petunjuk sebagaimana tampak
pada Gambar 8
3. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir atau
cairan pembersih tangan (hand sanitizer).
4. Menjaga jarak minimal 1,5 (satu koma lima) meter dan tidak
melakukan kontak fisik seperti bersalaman dan cium tangan.
5. Menerapkan etika batuk/bersin.
Kondisi medis 1. Sehat dan jika mengidap penyakit penyerta (comorbid) harus
warga satuan dalam kondisi terkontrol.
Pendidikan 2. Tidak memiliki gejala COVID-19, termasuk orang yang serumah
dengan warga satuan pendidikan.
Kantin Warga satuan pendidikan disarankan membawa
makanan/minuman dengan menu gizi seimbang
Kegiatan Selain Diperbolehkan dengan tetap menjaga protokol kesehatan
Pembelajaran di
Lingkungan
Satuan
Pendidikan
89
Tim Kesehatan, Membuat prosedur pemantauan dan pelaporan kesehatan warga
Kebersihan, dan Satuan PAUD.
Keamanan Satuan 1) Pemantauan kesehatan berfokus kepada gejala umum seperti:
PAUD a) suhu badan >37,3oC;
b) batuk;
c) sesak nafas;
d) sakit tenggorokan; dan/atau
e) pilek.
2) Pemantauan dilaksanakan setiap hari sebelum memasuki
gerbang satuan pendidikan oleh tim kesehatan, kebersihan dan
keamanan Satuan PAUD
3) Jika warga satuan pendidikan memiliki gejala umum
sebagaimana dimaksud pada angka 1), wajib diminta untuk
kembali ke rumah untuk melakukan isolasi mandiri selama 14
(empat belas) hari. Jika gejala memburuk dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat.
4) Jika warga satuan pendidikan teridentifikasi ada riwayat kontak
dengan orang terkonfirmasi positif COVID-19, maka tim
kesehatan satuan pendidikan:
o menghubungi orang tua/wali/ narahubung darurat dari
warga satuan pendidikan agar membawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat; dan
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan.
5) Jika terdapat orang yang serumah dengan warga satuan
pendidikan teridentifikasi gejala COVID-19, maka tim kesehatan
satuan pendidikan :
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan;
o meminta warga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri
selama 14 (empat belas) hari.
6) Jika terdapat warga satuan pendidikan yang tidak hadir karena
sakit dan memiliki gejala umum sebagaimana dimaksud pada
angka 1), maka tim:
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan dan
Puskesmas; dan
o meminta warga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri
selama 14 (empat belas) hari.
7) Pemantauan periode isolasi mandiri untuk semua warga satuan
pendidikan yang diminta melakukan isolasi mandiri.
90
8) Rekapitulasi hasil pemantauan kesehatan dan ketidakhadiran
warga satuan pendidikan dilaporkan setiap hari kepada kepala
satuan pendidikan
Note: Secara lengkap dapat dibaca pada Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 04/kb/2020, Nomor 737
tahun 2020, Nomor hk.01.08/menkes/7093/2020, Nomor 420-3987 tahun 2020 Tentang Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di masa
pandemi coronavirus disease 2019 (covid-19)
91
92
93
BAB V
PEMBIAYAAN
Sumber pembiayaan UKS/M di Satuan PAUD dapat berasal dari dana mandiri, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
dan sumber lain yang tidak mengikat. Setiap sektor terkait perlu mengalokasikan anggaran
untuk persiapan, pelaksanaan dan pembinaan Sekolah/Madrasah Sehat.
5.1. APBN
Bantuan Operasional PAUD
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 9 tahun 2021 tentang
Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP)
Pendidikan Anak Usia Dini dan Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan
Kesetaraan, bahwa pembiayaan BOP PAUD dapat digunakan untuk :
- Kegiatan operasional penyelenggaraan pendidikan meliputi: pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan bermain (bahan pembelajaran, bahan alat permainan edukatif);
pelaksanaan kegiatan pendukung pembelajaran dan bermain.
- Penyediaan obat-obatan, peralatan kebersihan atau peralatan kesehatan lainnya
untuk menjaga kesehatan peserta didik dan pendidik, baik dalam upaya mencegah
atau menanggulangi;
94
• Rehabilitasi jamban dengan tingkat kerusakan sedang atau berat baik perabot
maupun non perabot (Permendikbud No 9 Tahun 2017) tentang Petunjuk
Operasional Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan.
• Pembangunan jamban baru (Permendikbud No 1 Tahun 2019)
• Sarana sanitasi, perbaikan sarana sekolah (Permendikbud 11 tahun 2020)
Dekonsentrasi
Dana dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dan yang dialokasikan untuk
instansi vertikal pusat di daerah. Dana Dekonsentrasi dapat digunakan diantaranya
untuk:
• Perbaikan sarana sanitasi sekolah/madrasah.
• Dana untuk kelembagaan.
• Pelatihan pelayanan kesehatan balita bagi pengelola UKS/M dan tenaga kesehatan
di Puskesmas.
• Pembinaan kesehatan balita termasuk penerapan Sekolah/Madrasah Sehat.
5.2 APBD
Berdasarkan Permendagri No 32 Tahun 2016, APBD dapat digunakan untuk:
• Kegiatan UKS/M juga dapat dianggarkan melalui pembiayaan dana daerah antara
lain perencanaan anggaran untuk peningkatan dan pengembangan UKS/M lingkup
Provinsi/Kab/Kota.
• Pertemuan-pertemuan lain yang sifatnya untuk mendorong pemerintah daerah
memasukkan UKS/M dalam perencanaan tingkat Provinsi, Kab/Kota dan
Kecamatan.
• Pertemuan-pertemuan koordinasi dan evaluasi Tim Pembina UKS/M.
95
5.3 Sumber Lain Yang Tidak Mengikat
Sumber pembiayaan yang tidak mengikat adalah tidak mengikat secara politis baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan tidak mempengaruhi kebijakan
daerah. Hal yang dimaksud secara politis antara lain tidak bertentangan dengan ideologi
negara. Sumber ini bisa berasal dari partner pemerintah seperti organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, sektor swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
perorangan yang memiliki tujuan yang sama dengan UKS/M Satuan PAUD.
96
97
BAB VI
PENUTUP
Sehat merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang harus menjadi tujuan
seluruh satuan PAUD. Sehat itu bukan hanya fisik tapi harus holistik yaitu sehat fisik,
sehat sosial, sehat mental dibingkai sehat spiritual. Dalam upaya mewujudkan peserta
didik sehat dan sehat menjadi perilaku hidup yang menetap sampai dewasa, satuan
PAUD penting menyelenggarakan UKS/M di Satuan PAUD. Terdapat 3 (tiga) kegiatan
utama UKS/M di Satuan PAUD yang dikenal dengan nama Trias UKS/M yaitu: 1.
Pendidikan Kesehatan, 2. Pelayanan Kesehatan dan 3. Pembinaan Lingkungan Sekolah
Sehat yang harus dikuatkan dan didukung dengan manajemen UKS/M di Satuan PAUD
yang efektif dan efisien.
Mindset bahwa kegiatan UKS/M di Satuan PAUD merupakan kegiatan lomba harus
beralih ke UKS/M di Satuan PAUD sebagai sebuah kegiatan subtansi yang sistematis,
menyeluruh dan berkesinambungan. Kegiatan UKS/M di Satuan PAUD dilaksanakan
oleh seluruh warga di Satuan PAUD, orang tua murid dan bersinergi dengan berbagai
pihak untuk mewujudkan anak sehat.
98
LAMPIRAN
99
Lampiran 1. Stratifikasi UKS/M di Tingkat PAUD (TK, RA, KB, TPA,
SPS)
No Indikator Minimal Standar Optimal Paripurna
100
adrasah dilingkungan toilet sesuai sekolah/madrasa sekolah/madras
Sehat sekolah/madra standar h dengan ah
sah dan cukup 3. Sekolah/madrasa menanam 3. Sekolah/madra
2. Sekolah/madra h memiliki tempat tanaman obat sah
sah dengan sampah terpilah dan pangan bekerjasama
tempat cuci dan tertutup 3. Sekolah/madrasa dengan pihak
tangan dengan 4. Sekolah/madrasa h melakukan 3R lain untuk
sabun dan air h memiliki lahan (Reduce, Reuse menyediakan
mengalir bermain yang dan Recycle) bank sampah
3. Sekolah/madra aman 4. Sekolah/madra
sah memiliki 5. Sekolah/madrasa sah melakukan
toilet dengan h menerapkan kegiatan
kondisi baik KTR pengolahan
dan terpisah tanaman obat
4. Sekolah/madra dan pangan
sah memiliki
saluran
drainase
5. Sekolah/madra
sah memiliki
lahan/ruang
terbuka hijau
6. Sekolah/madra
sah memiliki
tempat sampah
tertutup
7. Sekolah/madra
sah memiliki
tempat
pembuangan
sampah
sementara
tertutup
8. Ruang kelas
dalam keadaan
bersih
9. Sekolah/madra
sah
melaksanakan
pemberantasan
sarang nyamuk
10. Sekolah/madra
sah memiliki
aturan KTR,
KTK dan KTP
101
1. Buku pegangan 1. Dipenuhinya
4. Manajemen 1. Dipenuhinya
kesehatan strata optimal
UKS/M strata minimal
(Buku 2. Sekolah/
2. Sekolah/madrasa
UKS/M, gizi, madrasah
h menggunakan
kebersihan dll) melakukan
buku KIA
2. Ada pembinaan dan
3. Sekolah/madrasa
penanggungjaw pengawasan
h menggunakan
abUKS/M 3. Seluruh guru
Rapor
3. Tersedia media. terorientasi
Kesehatan
KIE kesehatan UKS/M
Lingkungan
(alat peraga,
4. Sekolah/madrasa
poster dll) 1. Dipenuhinya
h melakukan
4. Tersedia sarana strata standar
konsultasi
prasarana 2. Adanya kemitraan
/koordinasi
olahraga dengan instansi
dengan Tim
5. Tersedia dana terkait
Pembina UKS /M
untuk kegiatan dan
UKS/M dan 3. Tersedia sarana
pemeliharaan dan prasarana
sanitasi sekolah/madrasa
sekolah/madras h aman bencana
ah
6. Terdapat
kemitraan
dengan
Puskesmas
7. Terdapat
Perencanaan
kegiatan UKS/M
di
sekolah/madras
ah
n
102
Lampiran 2. Daftar Instansi/Lembaga Terkait Yang Dapat
Mendukung Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD
103
Lampiran 3. Contoh Rencana Pembelajaran Harian Terintegrasi
Pendidikan Kesehatan
NAMA PAUD :
SEMESTER/BULAN/MIN :
GGU
KELAS/USIA : TK B (5-6 TAHUN)
TEMA/SUB-TEMA/SUB- : KEBUTUHAN/AIR Minum Bersih dan Sehat
SUB TEMA
HARI/TANGGAL :
6 Gerakan berlari
Kegiatan Main di : KEGIATAN MAIN ALAT DAN BAHAN
Kegiatan Inti dan Alat 1 Mengenal manfaat ● Buku atau poster tentang air (manfaat,
Bahan air putih wadah untuk menyimpan air, sumber
air)
Kalimat invitasi: ● Kartu kata “Air”
● (Apa yang terjadi
● Kartu huruf
jika kamu habis
104
bermain lari-larian
dan tidak ada air
putih/air minum?)
● (apa warna air
seni jika kamu
hanya minum
sedikit?)
2 Membuat buku ● Katalog supermarket/koran/majalah
minuman sehat ● Gunting
(menurut kamu ● Lem kertas
minuman sehat itu ● Kertas HVS yang sudah dilipat
yang seperti apa?) menjadi bentuk buku
3 Membuat poster ● Kertas ukuran A3
manfaat air putih ● Potongan huruf “AIR”, “PUTIH”,
105
Kegiatan Pembukaan 1 Berdoa sebelum belajar
2 Yel-yel sekolah, menanyakan perasaan peserta didik, melihat
jadwal kegiatan pada hari ini
3 Membaca cerita tentang tema pentingnya menjaga Kesehatan
tubuh
3 Melihat kembali peraturan yang sudah disepakati
4 Menggambar Bebas:
● Anak menggambar bebas sesuai imajinasinya
● Anak menceritakan gambarnya dan dimotivasi menuliskan
judulnya (Pendidik dapat membantu menuliskan)
● Anak menyampaikan perasaannya setelah berhasil
menyelesaikan gambarnya
5 1) Anak menyanyikan lagu terkait tema
2) Anak berdiskusi dengan Pendidik tentang:
● Ketika tadi pagi setelah bermain, setelah berlarian, apa
yang kamu rasakan?
● Ketika kamu merasa lelah dan merasa haus, hal apa
yang bisa menghilangkan hausmu?
● Bagaimana rasanya setelah kamu minum air putih?
● Mengapa kamu perlu minum air putih?
6 Membagi kelompok dan membagi kegiatan main
7 Mengucapkan selamat bermain
Kegiatan Inti 1 Pendidik memastikan anak bermain asyik dalam setiap kelompok
permainan
2 Contoh kegiatan bermain: Mengenal manfaat air putih
1) Anak mengamati media yang tersedia
2) Anak percaya diri mengomunikasikan hasil pengamatannya
dan kreatif mengajukan pertanyaan
3) Anak menjadi pendengar yang baik saat Pendidik bercerita
tentang air putih (manfaat dan asal air dan bagaimana cara
mengolahnya)
4) Anak kreatif bertanya dan percaya diri menjawab saat
diskusi.
5) Pendidik dapat memulai diskusi dengan mengajukan
pertanyaan:
● “apa yang terjadi ketika kamu setelah berlarian dan
merasa kehausan, sedangkan kamu tidak mempunyai
air minum?
● Pernahkah kamu memperhatikan warna air seni? Apa
warnanya?
● Adakah yang berwarna bening? Kuning? atau bahkan
coklat?
106
● Jika kamu seharian hanya minum satu gelas, kira-kira
apa warna air senimu?
● Apa yang terjadi ketika tubuh kurang minum?
6) Anak mempraktekkan minum air putih bersama
7) Pendidik kembali menjelaskan manfaat air putih
8) Pendidik kemudian menunjukkan kartu bertuliskan “AIR”
9) Anak menyebutkan huruf-huruf pada kata “AIR”
10) Setelah selesai diskusi anak dapat memilih buku untuk
dibaca sendiri
11) Anak juga dapat menggambar air minumnya
Istirahat (makan 1 Makan snack sehat
snack dan bermain 2 Bermain bebas
bebas)
3 Kegiatan ke toilet
Kegiatan Penutup 1 Apresiasi anak karena sudah pentang menyerah menyelesaikan
kegiatannya
2 Diskusikan pengalamannya saat melakukan kegiatan bermain
hari ini, kegiatan mana yang paling disukai?
3 Kegiatan literasi: Pendidik membacakan buku cerita pendek untuk
relaksasi agar anak semakin terasah kemampuan literasinya
4 Menginformasikan kegiatan esok hari
5 Berdoa setelah belajar
Rencana Penilaian :
Nama Anak
ASPEK KD INDKATOR
Ita Eki Zid Ani Rei Sin Uti Mia
NAM 3.1- Dapat mengucapkan kalimat
4.1 kebesaran Tuhan
Dapat mengucapkan doa mau
makan
1.1 Terbiasa mengucapkan kalimat
keagungan Tuhan setiap melihat
ciptaan Tuhan
FM 2.1 Anak dapat terbiasa berperilaku
hidup bersih dan sehat
KG 2.2 Anak dapat menunjukkan sikap
rasa ingin tahu
2.3 Anak dapat terbiasa berperilaku
yang mencerminkan sikap
kreatif
107
BHS 3.11- Anak dapat menunjukkan
4.11 perilaku senang membaca
terhadap buku-buku yang
dikenali (B8)
3.12- Anak dapat menyebutkan
4.12 simbol-simbol huruf yang
dikenal (B16)
SE 2.5 Anak percaya diri melakukan
kegiatan
2.8 Anak mandiri mengikuti
kegiatan
SN 2.4 Anak dapat menhargai hasil
karya dirinya dan temannya
108
Lampiran 4. KMS Untuk Anak Perempuan dan Anak Laki-Laki
109
110
Lampiran 5. Deteksi Perkembangan Balita Berdasarkan
Kelompok Usia
111
Deteksi Perkembangan Balita Usia 6 – 9 Bulan
112
Deteksi Perkembangan Balita Usia 12 – 18 Bulan
113
Deteksi Perkembangan Balita Usia 2 – 3 Tahun
114
Deteksi Perkembangan Balita Usia 4 – 5 Tahun
115
Lampiran 6. Intrumen Skrining TBC m-KIA
116
Klik tombol konfirmasi, akan muncul hasil dan arahan yang harus dilakukan balita
117
Lampiran 7. Lembar Skrining TBC di PAUD/TK
No Keluhan Ya Tidak
A. Apakah tinggal serumah dengan pasien TBC?
B. Apakah kontak erat dengan pasien TBC yang
tidak tinggal serumah?
C. Apakah ada gejala TBC berikut?
1. Batuk lebih dari 2 minggu
2. Demam lebih dari 2 minggu
3. Berat badan tidak naik atau turun dalam 2bulan
berturut-turut meskipun sudah diberikan
asupan gizi yang adekuat
4. Gizi buruk
Petugas Skrining
(… ........................... )
118
Lampiran 8. Jenis dan Cara Penggunaan Peralatan Antropometri
b. Jenis Timbangan
1) Timbangan bayi atau baby scale
Timbangan bayi atau baby scale sebaiknya menggunakan timbangan
digital dengan ketelitian 10 gram dan kapasitas hingga 20 kg (Gambar
1.1.).
119
d) Tombol power/on dinyalakan dan memastikan angka pada jendela
baca menunjukkan angka nol. Posisi awal harus selalu berada di angka
nol.
e) Bayi dengan pakaian seminimal mungkin diletakkan di atas timbangan
hingga angka berat badan muncul pada layar timbangan dan sudah
tidak berubah.
f) Berat badan bayi dicatat dalam kg dan gram.
2) Dacin
Dacin yang digunakan di posyandu untuk menimbang balita memiliki
ketelitian 100 g dan kapasitas maksimum 25 kg. Bagian-bagian dacin
disajikan dalam Gambar 1.2. sedangkan cara pemasangannya disajikan
dalam Gambar 1.3.
120
Cara pemasangan dacin adalah sebagai berikut:
a) Dacin digantungkan pada tempat yang kokoh seperti pelana bangunan
atau penyangga kaki tiga yang kuat.
b) Memeriksa kekokohan pemasangan dacin dengan cara menarik
batang dacin ke bawah.
c) Meletakkan bandul geser pada angka nol dan memeriksa ujung kedua
paku timbang harus dalam posisi lurus.
d) Meletakkan sarung/celana /kotak timbang yang kosong pada dacin.
e) Menyeimbangkan dacin yang telah dibebani dengan
sarung/celana/kotak timbang dengan memasang kantung plastik
berisikan pasir/beras/kerikil diujung batang dacin, sampai kedua
jarum di atas tegak lurus.
3) Timbangan injak
Timbangan injak sebaiknya berupa timbangan digital yang memiliki
kapasitas 150 kg dan ketelitian 100 g. Timbangan injak digital dapat berupa
timbangan injak digital konvensional atau tared (Gambar 1.4). Timbangan
121
tared dapat diatur ulang ke nol (tared) pada saat ibu/pengasuh masih di
atas timbangan.
Sumber energi timbangan digital dapat berasal dari baterai atau cahaya.
Untuk timbangan yang menggunakan cahaya, timbangan harus diletakkan
pada tempat dengan pencahayaan yang cukup pada saat digunakan.
Cara pemasangan:
a) Memastikan kelengkapan dan kebersihan timbangan.
b) Memasang baterai pada timbangan yang menggunakan baterai.
c) Meletakkan timbangan di tempat yang datar, keras, dan cukup cahaya.
d) Menyalakan timbangan dan memastikan bahwa angka yang muncul
pada layar baca adalah 00,0.
e) Timbangan siap digunakan.
Cara penggunaan:
a) Sepatu dan pakaian luar anak harus dilepaskan atau anak
menggunakan pakaian seminimal mungkin.
b) Anak berdiri tepat di tengah timbangan saat angka pada layar
timbangan menunjukan angka 00,0, serta tetap berada di atas
timbangan sampai angka berat badan muncul pada layar timbangan
dan sudah tidak berubah (Gambar 1.5).
122
c) Untuk anak yang belum bisa berdiri atau tidak mau berdiri sendiri,
penimbangan dilakukan bersama dengan ibunya (Gambar 1.6) dengan
langkah sebagai berikut:
• Untuk timbangan konvensional
- Ibu melepas alas kaki, pakaian luar/tebal, dompet, tas,
handphone, dan barang lainnya.
- Menyalakan timbangan hingga muncul angka 00,0 pada layar
baca.
- Ibu diminta berdiri tepat di tengah alat timbang serta tetap
berada di atas timbangan sampai angka berat badan muncul
pada layar timbangan dan sudah tidak berubah.
- Hasil timbangan berat badan Ibu dicatat.
- Ibu diminta turun dari timbangan.
- Ibu menggendong anaknya (pakaian anak harus semininal
mungkin) dan diminta berdiri kembali di alat timbang sampai
angka berat badan muncul pada layar timbangan dan tidak
berubah.
- Hasil timbangan berat badan Ibu dan anak dicatat.
- Berat badan anak dicatat dengan cara mengurangi berat
badan ibu dan anak dengan berat badan ibu saja.
• Untuk timbangan tared
- Ibu melepas alas kaki, pakaian luar/tebal, dompet, tas,
handphone, dan barang lainnya.
- Menyalakan timbangan hingga muncul angka 00,0 pada layar
baca.
- Ibu diminta berdiri di atas timbangan, tepat di tengah alat
timbang serta tetap berada di atas timbangan sampai angka
berat badan muncul pada layar timbangan dan sudah tidak
berubah.
- Menekan tombol (atau menggerakkan telapak tangan di atas
layar baca pada timbangan dengan sumber energi cahaya)
hingga muncul kembali angka 00,0.
- Menyerahkan anak (pakaian anak harus semininal mungkin)
kepada ibu, lalu membaca hasil penimbangan yang
ditunjukkan pada layar baca dan segera dicatat.
123
Gambar 1.5. Menimbang
Gambar 1.6. Menimbang
berat badan anak yang sudah
berat badan anak yang belum
bisa berdiri
bisa berdiri
124
Cara pemasangan:
a) Alat harus dipastikan dalam kondisi baik dan lengkap, alat penunjuk
ukuran (meteran) dapat terbaca jelas dan tidak terkelupas atau
tertutup.
b) Alat ditempatkan pada tempat yang datar, rata dan keras.
c) Alat ukur panjang badan dipasang sesuai petunjuk. Harus dipastikan
bahwa alat geser dapat digerakkan dengan baik.
d) Pada bagian kepala papan ukur dapat diberikan alas kain yang tipis
dan tidak mengganggu pergerakan alat geser.
e) Panel bagian kepala diposisikan pada sebelah kiri pengukur. Posisi
pembantu pengukur berada di belakang panel bagian kepala.
125
Gambar 1.8. Pengukuran panjang badan untuk anak usia 0-24 bulan
2) Microtoise
Alat ini digunakan untuk mengukur tinggi badan anak mulai usia lebih dari
2 tahun atau yang sudah bisa berdiri (gambar 1.9). Ukuran maksimum 200
cm dengan ketelitian 0,1 cm.
126
Cara Pemasangan:
a) Pemasangan microtoise memerlukan setidaknya dua orang.
b) Satu orang meletakkan microtoise di lantai yang datar dan menempel
pada dinding yang rata.
c) Satu orang lainnya menarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai
angka pada jendela baca menunjukkan nol. Kursi dapat digunakan
agar pemasangan microtoise dapat dilakukan dengan tepat. Untuk
memastikan microtoise terpasang dengan tegak lurus, dapat
digunakan bandul yang ditempatkan di dekat microtoise
d) Bagian atas pita meteran direkatkan di dinding dengan memakai
paku atau dengan lakban/selotip yang menempel dengan kuat dan
tidak mungkin akan bergeser.
e) Selanjutnya, kepala microtoise dapat digeser ke atas.
127
Gambar 1.10. Posisi anak dan pengukur saat
pengukuran tinggi badan
128
Sejarah Perkembangan UKS/M
Pada tahun 1956 telah dirintis kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Departemen Dalam Negeri dalam bentuk Proyek
Program UKS Perkotaan di Jakarta dan UKS Pedesaan di Bekasi. Selanjutnya pada tahun
1970 dibentuk Panitia Bersama Usaha Kesehatan Sekolah, antara Departemen
Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 1980
ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan
Menteri Kesehatan, tentang pembentukan Kelompok Kerja Usaha Kesehatan Sekolah.
Pada tahun 1982 ditanda tangani Piagam Kerjasama antara Direktur Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Direktur Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, tentang Pembinaan
Kesehatan Anak dan Perguruan Agama Islam. Tahun 1984, untuk lebih memantapkan
pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah secara terpadu, diterbitkanlah Surat Keputusan
Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, sebagai
berikut:
• Nomor: 0408a/U/1984; Nomor: 319/Menkes/SKB/VI/1984; Nomor: 74/Th/1984;
Nomor: 60 Tahun 1984; tanggal 3 September 1984, tentang Pokok Kebijakan
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.
• Nomor: 0372a/P/1989; Nomor: 390a/Menkes/SKB/IV/1989; Nomor:
140A/Tahun 1989; Nomor 30A Tahun 1989: tanggal 12 Juni 1989 tentang TIM
Pembina UKS.
Tahun 2003, seiring dengan perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari
sentralisasi menjadi desentralisasi dan perkembangan di bidang pendidikan dan
kesehatan maka dilakukan penyempurnaan SKB 4 Menteri Tahun 1984 menjadi:
• Nomor: 1/U/SKB; Nomor: 1067/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor: MA/230/A/2003;
Nomor: 26 Tahun 2003; Tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS;
• Nomor: 2/P/SKB/2003; Nomor: 1068/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor:
MA/230B/2003; Nomor: 4415-404 Tahun 2003: Tanggal 23 Juli 2003 tentang
Tim Pembina UKS Pusat;
• Nomor: 6/X/ PB/2014; Nomor: 73 Tahun 2014; Nomor: 41 Tahun 2014; dan
Nomor: 81 Tahun 2014: tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/ Madrasah (UKS/M).
129
Logo UKS
130
Mars UKS
Ciptaan: Ma’mur ZM/M.Iksan
131
DAFTAR PUSTAKA
• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019. Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan UKS/M
• Kementerian Kesehatan, 2020. Buku Kesehatan Ibu dan Anak
• Kementerian Kesehatan, 2020. Buku Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak
• Kementerian Kesehatan, 2021. Buku Petunjuk Teknis Pembinaan Penerapan
Sekolah/Madrasah Sehat
• Kementerian Kesehatan, 2021. Buku Panduan Deteksi Dini Tuberkulosis Pada
Balita Di Tingkat Masyarakat dan FKTP
132
133
134