Anda di halaman 1dari 146

371.

7
Ind
p

1
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

371.7
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Kesehatan Masyarakat
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah/
Madrasah (UKS/M) di satuan PAUD.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2021

ISBN 978-623-301-220-1

1. Judul I. CHILD HEALTH SERVICES


II. ADOLESCENT HEALTH SERVICES
III. COMMUNITY HEALTH SERVICES
IV. EDUCATION
371.7
Ind
p

3
KONTRIBUTOR
Pengarah
dr. Erna Mulati, MSc., CMFM

Tim Penyusun
• dr. Ni Made Diah PLD, MKM
• Prof. Dr. Netti Herawati, M.Si
• dr. Laila Mahmudah, MPH
• dr. Ario Baskoro, MSc.(IHM)
• Maya Raiyan, M.Psi
• dr. Widyawati
• dr. Dina Milana Anwar
• Dwi Octa Amalia, SKM
• Henny Fatmawati, SKM
• dr. Alan Vahlevi

Kontributor
• Silvanie Tompodung, Kemenko PMK • Farida Yusuf, Pengurus Pusat IGTKI-
• Nike Kusumahani, Direktorat GTK PGRI
PAUD, Kemendikbudristek • Ni Nyoman Emi Herawati, S.Pd.AUD,
• Maryana, Direktorat PAUD, Pengurus Pusat IGTKI-PGRI
Kemendikbudristek • Dra. Hj. Supiyani Burhanuddin, M.Pd,
• Agus Suharyanto, Setditjen PAUD, PP IGTKI-PGRI
Dikdas dan Dikmen • Astika Samantha, S.Psi, Pengurus
Kemendikbudristek Pusat HIMPAUDI
• Dra. Bardiati, M.Pd, Direktorat GTK • Rusilowati Effendy, SE. M.Pd,
PAUD, Kemendikbudristek Pengurus Pusat HIMPAUDI
• Siti Sakdiyah, Ditjen Pendidikan • Dra. Siti Latifah, M.M.Pd, Pengurus
Islam Kemenag Pusat IGRA
• Zulkifli, Ditjen Pendidikan Islam • Dewi Sukma Muharromi, M.Pd,
Kemenag Pengurus Pusat IGRA
• Amaranti Sih Utami, Kementerian • Fatimah, Pengurus Pusat IGRA
Pemberdayaan Perempuan dan • N.Yayan, S.Ag, M.Pd, Pengurus Pusat
Perlindungan Anak IGRA

i
• Izra Haflinda Izmil, SKM, M.Kes, • Hikmah Setiawati, S.Pd, Sekolah
Direktorat Gizi Masyarakat Lil’Bee
• Asep Adam Mutaqin, SKM., MSi, • Karimah Rahmawati, S.Ak, Sekolah
Direktorat Gizi Masyarakat Karakter Lashira
• Dewi Astuti, Direktorat Gizi • Ghinan Diya Fika, Sekolah Karakter
Masyarakat Lashira
• Sri Nurhayati, SKM, Direktorat Gizi • Aqidatul Izza, S.Pd, Sekolah Karakter
Masyarakat Lashira
• Alia Nadiya, S.Si, Direktorat Gizi • Woro Sandra Aryani, SKM, MKM,
Masyarakat Direktorat Promosi Kesehatan dan
• Evarini Ruslina, Direktorat Gizi Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat • Suhardini, SKM, MKM, Subdit TB,
• Bambang Purwanto, SKM, MKM, Direktorat P2ML
Direktorat Promosi Kesehatan dan • Tri Saptaningsih, Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan Lingkungan

Tim Editor
• dr. Ni Made Diah PLD, MKM
• dr. Laila Mahmudah, MPH

Tim Administrasi
• Bayu Wijayanto
• Eka Erniseptiani
• Delia Listriana
• Anwar Sugiana

Diterbitkan Oleh :
Kementerian Kesehatan RI
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan
dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk
fotocopy rekaman dan lain-lain tanpa seijin tertulis dari penerbit.

ii
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah SWT, kita sangat bersyukur dan bahagia atas terbitnya Buku
Petunjuk Teknis Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD. Buku ini merupakan acuan bagi
tim pelaksana UKS/M di Satuan PAUD (Pendidik maupun Tenaga Kependidikan) dan
Puskesmas bagaimana melaksanakan trias UKS/M yang terintegrasi dengan
pembelajaran. Buku ini berisi penjelasan langkah-langkah menerapkan kegiatan
pendidikan kesehatan (kelas parenting kesehatan anak, sarapan bersama dirangkaikan
dengan cuci tangan dan sikat gigi, dll) ; pelayanan kesehatan (skrining risiko kesehatan
pada anak usia dini, imunisasi, pemberian Vitamin A, obat cacing, dll); dan pembinaan
lingkungan sehat (pengelolaan sanitasi dan pengelolaan sampah, pemanfaatan
pekarangan, penerapan 5S, Kawasan tanpa rokok dll) dalam keseharian yang tidak
terpisahkan dari aktivitas keseharian anak usia dini.
Kunci keberhasilan mewujudkan satuan PAUD sehat memerlukan kolaborasi yang erat
antara satuan PAUD dan Puskesmas, serta bimbingan teknis yang sangat rutin dari Tim
Pembina UKS/M tingkat kabupaten-kota dan provinsi. Semoga melalui buku ini, akan
lahir satuan PAUD sehat sehingga bermanfaat bagi peserta didik dalam menumbuhkan
kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat, memiliki keterampilan hidup sehat, dan
keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Jakarta, Juni 2021


Direktur Kesehatan Keluarga

ttd*

dr. Erna Mulati, MSc, CMFM

iii
SAMBUTAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) di Satuan PAUD tahun 2021.
Dengan disusunnya buku petujuk teknis UKS/M ini yang memuat antara lain penjelasan
tentang langkah-langkah menerapkan kegiatan pendidikan kesehatan (kelas orangtua
kesehatan anak, sarapan bersama dirangkaikan dengan cuci tangan dan sikat gigi, dll);
pelayanan kesehatan (skrining risiko kesehatan pada anak usia dini, imunisasi,
pemberian Vitamin A, obat cacing, dll); dan pembinaan lingkungan sehat (pengelolaan
sanitasi dan pembuangan sampah, pemanfaatan pekarangan, penerapan 5S, kawasan
tanpa rokok dll) yang di mana dapat diterapkan dalam satuan PAUD.
Adanya kolaborasi yang erat antara satuan PAUD dengan pemangku kepentingan yang
diantaranya puskesmas, serta bimbingan teknis yang sangat rutin dari Tim Pembina
UKS tingkat kabupaten-kota dan provinsi.
Semoga melalui buku ini, akan lahir satuan PAUD sehat sehingga bermanfaat bagi
peserta didik dalam menumbuhkan kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat,
memiliki keterampilan hidup sehat, dan keterampilan sosial yang baik sehingga dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga dapat
menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Saya mendukung penuh atas kehadiran Petunjuk Teknis UKS/M di Satuan Pendidikan
Anak Usia Dini dalam mewujudkan Layanan PAUD di Indonesia. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih atas apresiasi dan partisipasi dari berbagai pihak yang
terlibat dalam penyusunan petunjuk teknis ini.

Direktur Pendidikan Anak Usia Dini,

ttd*

Dr. Muhammad Hasbi

iv
SAMBUTAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Buku Petunjuk
Teknis Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD tahun 2021. Buku ini merupakan acuan bagi
tim pelaksana UKS/M di satuan PAUD (Pendidik maupun Tenaga Kependidikan) dan
Puskesmas bagaimana melaksanakan trias UKS/M yang terintegrasi dengan
pembelajaran.

Pemerintah, keluarga, masyarakat dan pendidik anak usia dini secara bersama-sama
harus memastikan seluruh kebutuhan esensial anak terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan
ini merupakan tugas dan tanggung jawab bersama lintas kementerian termasuk
Kementerian Agama yang mengelola satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan
anak usia dini di RA. Kesehatan dan tumbuh kembang anak usia dini menjadi komitmen
penting negara sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Perlindungan Anak dan juga
tertuang di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Tahun 2013
tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif.

Masing-masing pihak melakukan tugas dan perannya secara holistik dan terintegrasi.
Kolaborasi dan upaya bersama dari berbagai unsur perlu dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan esensial anak usia dini agar sehat dan memiliki tumbuh kembang optimal
serta pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang harus dilakukan berkala yang
idealnya mencakup semua anak sehingga bermanfaat bagi peserta didik dalam
menumbuhkan kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat.

Dalam upaya mewujudkan peserta didik yang sehat dan menjadi perilaku hidup,
kehadiran Petunjuk Teknis Pelaksanaan UKS/M di Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
sangat penting dan strategis untuk diimplementasikan dalam mewujudkan Layanan
PAUD yang lebih baik di Indonesia. Untuk itu apresiasi yang setinggi-tingginya dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan terlibat dalam
penyusunan petunjuk teknis ini.

Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan


dan Kesiswaan Madrasah,

ttd*

Prof. Dr. H. Moh. Isom Yusqi, M.Ag

v
DAFTAR ISI
KONTRIBUTOR .................................................................................................. I
KATA PENGANTAR ......................................................................................... III
SAMBUTAN..................................................................................................... IV
SAMBUTAN...................................................................................................... V
DAFTAR ISI ..................................................................................................... VI

BAB 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 2
1.2 Dasar Hukum ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 5
1.4 Sasaran ........................................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup ................................................................................................ 5

BAB 2
KONSEP USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH SATUAN PAUD ............... 8

BAB 3
MANAJEMEN PENERAPAN UKS/M SATUAN PAUD ..........................................18
3.1 Persiapan ...................................................................................................... 19
3.2 Pelaksanaan ................................................................................................ 22
3.3 Penilaian, Supervisi, Monev ........................................................................ 22
3.4 Pencatatan Pelaporan................................................................................. 23

BAB 4
PELAKSANAAN UKS/M SATUAN PAUD ...........................................................34
4.1. Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 38
4.1.1. Kelas Parenting Penggunaan Buku KIA ............................................ 42
4.1.2. Penjadwalan Praktik PHBS Terintegrasi KBM .................................. 44
• Pendidikan Gizi Seimbang ............................................................ 44

vi
• Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .................................................. 48
• Stimulasi Perkembangan .............................................................. 55
• Screentime/Batasan Penggunaan Gadget ................................... 58
• Pendidikan Kesehatan Reproduksi ............................................... 60
4.2. Pelayanan Kesehatan .................................................................................. 62
4.2.1. Pemeriksaan Kesehatan.................................................................... 64
4.2.2 Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Sesuai Usia . 65
4.2.3. Pemeriksaan dan Perawatan Gigi Mulut .......................................... 69
4.2.4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan Pertolongan Pertama
terhadap Penyakit (P3K dan P3P) ....................................................................... 69
4.2.5. Imunisasi ............................................................................................ 72
4.2.6. Pemberian Vitamin A ......................................................................... 74
4.2.7. Pemberian Obat Cacing..................................................................... 74
4.2.8. Pelayanan anak inklusi ...................................................................... 75
4.2.9. Rujukan............................................................................................... 75
4.3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat ..................................................... 75
4.3.1. Penyediaan Lingkungan Fisik Anak yang Kondusif.......................... 76
• Pemeliharaan Sanitasi Sekolah dan Pengelolaan Sampah ......... 77
• Pemanfaatan Pekarangan Satuan PAUD ..................................... 79
• Pemberantasan Sarang Nyamuk .................................................. 82
4.3.2. Penyediaan Lingkungan Non Fisik Yang Kondusif ........................... 83
• Penerapan 5 S ............................................................................... 84
• Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kawasan Tanpa
Narkoba (KTN), Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK), Kawasan Tanpa
Pornografi (KTP) ........................................................................... 84
4.3.3 Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka ................................................ 86

BAB 5
PEMBIAYAAN..................................................................................................94
5.1. APBN ............................................................................................................. 94
• Bantuan Operasional PAUD .................................................................... 94
• Bantuan Satuan PAUD yang melaksanakan UKS/M ............................. 94
• Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Fisik .............................................. 94
• Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Non Fisik ...................................... 95
• Dekonsentrasi ......................................................................................... 95
5.2 APBD .............................................................................................................. 95
5.3 Sumber Lain Yang Tidak Mengikat ............................................................. 96

vii
BAB 6
P E N U T U P ...................................................................................................98

LAMPIRAN ............................................................................................ 99
• Lampiran 1. Stratifikasi UKS/M di Tingkat PAUD (TK, RA, KB, TPA, SPS) ..... 100
• Lampiran 2. Daftar Instansi/Lembaga Terkait Yang Dapat Mendukung
Pelaksanaan UKS/M Satuan PAUD ................................................................. 103
• Lampiran 3. Contoh Rencana Pembelajaran Harian Terintegrasi Pendidikan
Kesehatan.......................................................................................................... 104
• Lampiran 4. KMS Untuk Anak Perempuan dan Anak Laki-Laki ...................... 109
• Lampiran 5. Deteksi Perkembangan Balita Berdasarkan ............................... 111
Kelompok Usia................................................................................................... 111
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 0 – 3 Bulan ................................. 111
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 3 – 6 Bulan ................................. 111
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 6 – 9 Bulan ................................ 112
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 9 – 12 Bulan .............................. 112
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 12 – 18 Bulan............................ 113
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 18 – 24 Bulan............................ 113
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 2 – 3 Tahun ............................... 114
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 3 – 4 Tahun ............................... 114
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 4 – 5 Tahun ............................... 115
- Deteksi Perkembangan Balita Usia 5 – 6 Tahun ............................... 115
• Lampiran 6. Intrumen Skrining TBC m-KIA ................................................. 116
• Lampiran 7. Lembar Skrining TBC di PAUD/TK .......................................... 118
• Lampiran 8. Jenis dan Cara Penggunaan Peralatan Antropometri ........... 119
• Sejarah Perkembangan UKS/M ................................................................... 129
• Logo UKS ...................................................................................................... 130
• Mars UKS ...................................................................................................... 131

viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia dini (0-6 tahun) merupakan periode paling kritis dan penentu di seluruh siklus
kehidupan manusia. Puncak perkembangan terjadi pada periode usia ini. Kebutuhan
esensial yang tidak mencukupi dapat berdampak permanen berupa kehilangan potensi
kecerdasan, ketidaksiapan bersekolah, prestasi belajar rendah, daya tahan tubuh lemah
dan produktifitas rendah pada usia selanjutnya. Stimulasi pendidikan, pengasuhan,
kesehatan, gizi, perawatan, perlindungan dan kesejahteraan merupakan kebutuhan
esensial yang harus dipenuhi agar anak usia dini sehat dan tumbuh kembangnya
optimal.

Sehat, tumbuh dan ber kembang dengan optimal adalah hak setiap anak Indonesia d imanapun
berada dan dalam kondisi apapun. Pemerintah, keluarga, masyarakat dan pendidik anak
usia dini secara bersama-sama harus memastikan seluruh kebutuhan esensial anak
terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini merupakan tugas dan tanggung jawab bersama lintas
kementerian terkait antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan
Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Agama, dan lain sebagainya. Kesehatan dan

2
tumbuh kembang anak usia dini menjadi komitmen penting negara yang tertuang sekaligus
pada beberapa Undang-Undang meliputi Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Perlindungan Anak. Komitmen bersama juga tertuang
di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Tahun 2013 tentang
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI), menjelaskan bahwa PAUD
HI adalah upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan esensial anak mencakup stimulasi pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan,
pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan yang saling terkait dan terintegrasi.

Profil tumbuh kembang anak usia dini menunjukan 30,8% stunting, 17,7% gizi kurang dan
38,5% mengalami anemia (Riskesdas, 2018). Capaian kemampuan emosional baru
mencapai 69,9% serta kemampuan literasi-numerasi mencapai 64,6% (Analisis
Perkembangan Anak Usia Dini 2018, Integrasi Susesnas-Riskesdas 2018). Data tahun
2019 menunjukkan bahwa dari 3.414.150 orang di Indonesia yang diperkirakan sakit
TBC, 11,92% anak usia 0-14 tahun yang terdiagnosis dan tercatat di Program TBC
Nasional.

Kolaborasi dan upaya bersama perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial
anak usia dini agar sehat dan memiliki tumbuh kembang optimal. Masing-masing pihak
melakukan tugas dan perannya secara holistik dan terintegrasi. Pemantauan kesehatan
dan tumbuh kembang harus dilakukan berkala yang idealnya mencakup semua anak.
Semakin cepat diketahui gangguan kesehatan dan tumbuh kembang yang dialami anak,
akan semakin cepat dan tepat intervensi yang dapat diberikan. Saat ini PAUD
berkembang pesat sehingga pendekatan kesehatan di Satuan PAUD dapat menjadi
strategi dalam mengatasi masalah kesehatan dan tumbuh kembang anak usia dini.

3
1.2 Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS)
5. Peraturan Presiden No 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan PAUD HI
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Sekolah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
9. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
10. Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014,
Nomor 73 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014, Nomor 81 Tahun 2014 Tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Minimal
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.19 tahun 2020 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 57 tahun 2009 tentang Pemberian
Bantuan Pengembangan Sekolah Sehat
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah
19. Keputusan Menteri Kesehatan No. 942 tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene

4
Sanitasi Makanan Jajanan
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
22. Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
23. Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
Cacingan
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Anak

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Satuan PAUD menjalankan program UKS/M di Satuan PAUD dalam upaya
mewujudkan anak usia dini yang sehat, tumbuh kembang optimal dan siap
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan Khusus
Menjadi acuan bagi Pendidik, Tenaga Kependidikan PAUD, tenaga kesehatan dan
stakeholder terkait pada tahap persiapan, pelaksanaan, supervisi, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD.

1.4 Sasaran
Sasaran langsung
1. Tim Pembina UKS/M di Tingkat Pusat, Provinsi, Kota/Kabupaten dan Kecamatan
2. Tim Pelaksana UKS/M di Satuan PAUD
Sasaran Tidak Langsung:
1. Seluruh warga Satuan PAUD, orang tua dan Persatuan Orang Tua Murid Dan
Pendidik (Komite Sekolah).
2. Organisasi masyarakat, Perguruan Tinggi, sektor swasta dan mitra yang
mendukung kegiatan UKS/M di Satuan PAUD

1.5 Ruang Lingkup


Petunjuk teknis UKS/M di Satuan PAUD meliputi konsep UKS/M di Satuan PAUD,
pelaksanaan Trias UKS/M di Satuan PAUD serta monitoring dan evaluasi dengan
menggunakan stratifikasi UKS/M.

5
6
7
BAB II
KONSEP USAHA KESEHATAN
SEKOLAH/MADRASAH DI SATUAN
PAUD

Sehat menjadi salah satu tujuan Pendidikan Nasional. Pasal 3, UU No 23 tahun 2003
tentang Sisdiknas menyatakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan itu, Pasal 79, Undang-
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan kesehatan sekolah

8
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup peserta didik dalam
lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang
secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Kesehatan sekolah dikenal dengan Usaha Kesehatan Sekolah/ Madrasah (UKS/M).
Dalam konteks PAUD, terminologi yang digunakan adalah Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah di Satuan PAUD yang disingkat menjadi UKS/M di Satuan PAUD .
Terdapat 3 (tiga) Pilar Utama Program UKS/M di Satuan PAUD yang dikenal dengan
Trias UKS/M di Satuan PAUD meliputi:
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Satuan PAUD memliki keterbatasan sumberdaya dan keahlian dalam
mengimplementasikan Trias UKS/M di Satuan PAUD sehingga diperlukan sinergi dan
kerja sama antara warga Satuan PAUD, orang tua, Puskesmas dan stakeholder lainnya
baik di dalam maupun di luar satuan PAUD. Upaya mewujudkan Trias UKS/M di Satuan
PAUD memerlukan manajemen yang baik sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi meliputi SDM pelaksana, jadwal dan program, sarana pra
sarana serta koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak. Kesuksesan
mewujudkan peserta didik sehat melalui implementasi Trias UKS/M di Satuan PAUD
ditentukan kualitas manajemen UKS/M di Satuan PAUD (Gambar 1)

Pendidikan
Kesehatan

Manajemen
Pembinaan
UKS/M
Lingkungan Pelayanan
Sekolah Kesehatan
Sehat

Gambar 1. Trias UKS/M dan Manajemen UKS/M

9
Prinsip dalam implementasi UKS/M di Satuan PAUD, antara lain:
1. Mengubah mindset atau cara berpikir menjadi:
• Tujuan utama UKS/M di Satuan PAUD itu fokus pada substansi
mewujudkan Satuan PAUD sehat dengan peserta didik sehat
• UKS/M di Satuan PAUD merupakan program prioritas karena berhubungan
dengan kerja otak penentu keberhasilan pembelajaran.
• UKS/M di Satuan PAUD bukan hanya domain kesehatan tapi domain
multisektor.
• UKS/M di Satuan PAUD diimplementasikan melalui pembiasaan hidup
sehat yang rutin, komprehensif dan terintegrasi.
• UKS/M di Satuan PAUD diimplementasikan melalui kerjasama dengan
lintas stakeholder sehingga keterbatasan sumberdaya Satuan PAUD dalam
implementasi dapat diatasi.
• UKS/M di Satuan PAUD bertujuan membangun perilaku sadar peserta didik
dalam pemeliharaan kesehatan dirinya. Hal ini dilakukan melalui
pembiasaan dan pembelajaran.
2. Mewujudkan komitmen pemerintah pusat, daerah sampai dengan Satuan PAUD
untuk membuat kebijakan pendukung Lembaga PAUD sehat, menyiapkan
sumber daya, meningkatkan kapasitas, melaksanakan Trias UKS/M di Satuan
PAUD dan melakukan pembinaan Satuan PAUD sehat.
3. Kemitraan yang setara dan terbuka sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing untuk berperan aktif dalam pembinaan, pengembangan dan
pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD. Penggerak pelaksanaan UKS/M di
Satuan PAUD (prime mover) diperlukan dan dapat dilakukan bergantian
sehingga upaya UKS/M di Satuan PAUD benar-benar diterapkan oleh masing-
masing lintas sektor dalam wadah Tim Pembina UKS/M.
4. Kesungguhan, dimana semua lintas sektor diharapkan berperan dan
berpartisipasi aktif secara nyata
baik dalam kegiatan,
pembiayaan dan penyusunan
rencana aksi Tim Pembina
UKS/M di Satuan PAUD jangka
pendek dan panjang. Kegiatan
yang dilaksanakan oleh Tim
Pembina UKS/M di Satuan
PAUD berdasarkan rencana
aksi yang telah disusun, hasil
temuan pada saat

10
pembinaan/evaluasi, hasil stratifikasi UKS/M di Satuan PAUD dan
menindaklanjuti hasil pemantauan kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini.

Tabel 1. Rincian Tugas dan Fungsi Pelaksana Sekolah/Madrasah Sehat dalam Kerangka
UKS/M (Petunjuk Teknis Pembinaan Sekolah/Madrasah Sehat, Kemenkes 2021)

1. Merumuskan kebijakan dan pedoman umum di bidang


pembinaan dan pengembangan UKS/M yang bersifat
nasional.

2. Melaksanakan sosialisasi dan memfasilitasi semua


pemangku kepentingan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan UKS/M.

3. Menjalin hubungan kerja sama dan kemitraan dengan lintas


sektor, pihak pemerintah, swasta dan lembaga swadaya
masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai
ketentuan yang berlaku.

4. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi program


Tim Pembina pembinaan dan pengembangan UKS/M secara nasional.
Pusat
5. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Menteri Pendidikan
Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri.

6. Melaksanakan Rakernas, Festival, penilaian-penilaian, lomba


dan Jambore.

7. Melaksanakan pertemuan/rapat koordinasi tingkat Daerah,


Nasional dan Internasional.

8. Melaksanakan ketatausahaan TP UKS/M Pusat.

1. Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan


UKS/M yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan Sekolah/Madrasah

11
Sehat.

2. Menyusun petunjuk pelaksanaan UKS/M.

3. Mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan


UKS/M di wilayahnya.

4. Melaksanakan program pembinaan dan pengembangan


UKS/M.

5. Melaksanakan pengembangan ketenagaan TP UKS/M dan


Tim Pembina sekretariat TP UKS/M.
Propinsi
6. Menjalin hubungan kerja sama dengan lintas sektor, pihak
swasta, dan lembaga swadaya masyarakat, baik di dalam
maupun di luar negeri, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

7. Mendorong TP UKS/M kabupaten/kota untuk


menyelenggarakan program BIAS, PHBS, P3K, pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, dan program kecacingan.

8. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan


program pembinaan dan pengembangan UKS/M.

9. Membuat laporan berkala kepada TP UKS/M Pusat.

10. Melaksanakan ketatausahaan TP UKS/M Provinsi.

1. Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan


UKS/M yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah/madrasah
sehat.

2. Menyusun petunjuk teknis UKS/M.

3. Mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan


UKS/M di wilayahnya.

4. Melaksanakan pelatihan Pendidik UKS/M, dokter kecil,


Kader Kesehatan Sekolah/Madrasah, dan pendidikan

12
sebaya.

5. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS/M.


Tim Pembina
Kabupaten/ Kota 6. Melaksanakan pengembangan ketenagaan TP UKS/M dan
sekretariat TP UKS/M.

7. Melaksanakan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan


berkala di seluruh sekolah/madrasah.

8. Menyelenggarakan program BIAS, PHBS, P3K, pelayanan


kesehatan gigi dan mulut, dan program kecacingan.

9. Menjalin hubungan kerja sama dengan lintas sektor, pihak


swasta, dan lembaga swadaya masyarakat, baik di dalam
maupun di luar negeri, sesuai ketentuan yang berlaku.

10. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan


program pembinaan dan pengembangan UKS/M.

11. Menggandakan buku-buku pendidikan kesehatan, UKS/M


dan media KIE untuk sekolah/madrasah.

12. Membuat laporan berkala kepada TP UKS/M Provinsi.

13. Melaksanakan ketatausahaan TP UKS/M Kabupaten/Kota.

1. Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan


UKS/M yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah/madrasah
sehat.

2. Membina dan melaksanakan UKS/M.

3. Mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan


UKS/M.

4. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS/M


melalui bimbingan dan penyuluhan.
Tim Pembina
5. Melaksanakan peningkatan kualitas ketenagaan TP UKS/M

13
Kecamatan dan sekretariat TP UKS/M.

6. Melaksanakan program UKS/M di wilayahnya sesuai dengan


pedoman dan petunjuk TP UKS/M Kabupaten/Kota.

7. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan


program pembinaan dan pengembangan UKS/M secara
berkala.

8. Membuat laporan pelaksanaan program pembinaan dan


pengembangan UKS/M pada TP UKS/M Kabupaten/Kota.

9. Melaksanakan ketatausahaan TP UKS/M Kecamatan.

Kepala Sekolah/Madrasah dan Pendidik

1. Menyusun rencana kegiatan pembinaan dan pengembangan


UKS/M.

2. Melaksanakan Trias UKS/M.


Tim Pelaksana
Satuan Pendidikan 3. Menjalin kerja sama dengan komite sekolah/madrasah,
instansi terkait, dan masyarakat.

4. Menyiapkan sekolah/madrasah menjadi Sekolah/Madrasah


Sehat.

5. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan


program pembinaan dan pengembangan UKS/M secara
berkala.

6. Menyampaikan laporan pelaksanaan UKS/M kepada TP


UKS/M Kecamatan dengan tembusan TP UKS/M
Kabupaten/Kota.

7. Melaksanakan ketatausahaan Tim Pelaksana UKS/M.

Komite Sekolah

14
Mendukung pelaksanaan Trias UKS/M melalui:

1. Sosialisasi Sekolah/Madrasah Sehat kepada orang tua


peserta didik.

2. Mengawasi pelaksanaan kegiatan Trias UKS/M, dll.

Peserta didik
Mengikuti kegiatan Trias UKS/M dengan aktif.

Warga Satuan PAUD

Mengikuti aturan yang telah ditetapkan serta mendukung


kegiatan Trias UKS/M di Satuan PAUD .

15
16
17
BAB III
MANAJEMEN PENERAPAN UKS/M
DI SATUAN PAUD
TAHAPAN PENERAPAN UKS/M DI SATUAN PAUD

PERSIAPAN PELAKSANAAN PENILAIAN, SUPERVISI TINDAK LANJUT


& EVALUASI
1. SK Tim Pelaksana Pelaksanaan: Menindaklanjuti
UKS/M di Satuan Penilaian
1. Pendidikan masalah & kendala
PAUD 1. Indikator Kesehatan
Kesehatan yang ditemukan untuk
2. Advokasi kebijakan Anak
2. Pelayanan dicarikan solusinya,
3. Penilaian awal 2. Indikator Tumbuh
Kesehatan antara lain:
menggunakan Anak
3. Pembinaan 1. Bimtek PTK
instrument 3. Indikator Kembang Anak
Lingkungan 2. Perkuat Sinergi
Stratifikasi UKS/M Sekolah Sehat dengan Keluarga
di satuan PAUD Supervisi
1. Supervisi Kepala 3. Perluas & Perkuat
4. Rapat dengan Kerjasama lintas
PAUD ke Pendidik
Komite di Sekolah Dimensi: lembaga
terkait kesesuaian
5. Inisiasi kerjasama 1. Di Satuan 4. Penguatan
pelaksanaan
Lintas Lembaga PAUD 2. Masalah & Kendala Pendanaan
6. Membuat RKTL 2. Sinergi
7. Membuat prosedur dengan Melakukan Evaluasi Diri
operasional Keluarga Monitoring & Evaluasi berkelanjutan terkait
3. Sinergi Lintas 1. Kesesuaian capaian saat ini
Lembaga Pelaksanaan dengan dibandingkan indikator
Perencanaan Strata-strata pada
2. Masalah & Kendala Stratifikasi UKS/M di
satuan PAUD

Manajemen UKS/M di Satuan PAUD adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan


dengan tata kelola pelaksanaan Trias UKS/M di Satuan PAUD antara lain meliputi:

18
3.1 Persiapan
Pada tahap ini Satuan PAUD melakukan:
• Penetapan personil yang akan menangani UKS/M di Satuan PAUD melalui
Surat Keputusan Tim Pelaksana UKS/M di Satuan PAUD.
• Satuan PAUD bersepakat melaksanakan program UKS/M di Satuan PAUD.
Kesepakatan ini ditetapkan sebagai kebijakan tertulis yang diikuti dengan
Surat Keputusan personil yang akan bertugas
• Advokasi kebijakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan UKS/M
• Asesmen awal yaitu melakukan penilaian awal status kesehatan Satuan PAUD
dengan menggunakan instrumen stratifikasi UKS/M dan status kesehatan
peserta didik melalui pemeriksaan kesehatan dan tumbuh kembang kepada
peserta didik baru pada tahun ajaran baru dan penilaian pengetahuan dan
sikap peserta didik. Hasil asesmen tersebut menjadi pijakan saat menyusun
Rencana Tindak Lanjut.
• Penyusunan Rencana Kegiatan UKS/M di Satuan PAUD dengan basis asesmen
awal
Satuan PAUD didukung Komite Sekolah membuat perencanaan UKS/M di
Satuan PAUD. Perencanaan dapat dibuat per tahun, per semester dan per
triwulan. Perencanaan harus berkelanjutan sehingga secara bertahap Satuan
PAUD meningkat menuju strata UKS/M di Satuan PAUD Paripurna.
Perencanaan merupakan tindak lanjut dari hasil asesmen yang telah dilakukan.
Dokumen rencana kerja yang dikembangkan meliputi kegiatan prioritas, waktu
pelaksanaan, sumber daya manusia, sasaran serta anggaran yang diperlukan.
Perencanaan UKS/M di Satuan PAUD terintegrasi dengan RKS (Rencana
Kerja Satuan) PAUD. Sumber dana dapat berasal dari anggaran Satuan PAUD,
APBN, APBD dan sumber lain yang tidak mengikat.
Koordinasi dilakukan untuk sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Koordinasi internal antar personil petugas UKS/M di
Satuan PAUD, antar Satuan dengan orang tua dan antar Satuan PAUD dengan
Tim Pembina UKS/M di Satuan PAUD dan pihak lain yang berkontribusi dalam
pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD. Koordinasi meliputi sinergi dengan
keluarga dan lembaga terkait.
• Melaksanakan orientasi kepada seluruh warga satuan PAUD, orang tua dan
pihak eksternal yang dapat mendukung terlaksananya program UKS/M di
Satuan PAUD
• Melakukan koordinasi dengan orang tua/keluarga, posyandu, Puskesmas dan
mitra terkait untuk pelaksanaan Sekolah/Madrasah Sehat.

19
1) Membuat nota kesepahaman orang tua agar dapat mendukung dan
berpartisipasi program UKS/M di Satuan PAUD
2) Mengusahakan kepemilikan Buku KIA 2020 setiap anak untuk menjadi
panduan perawatan kesehatan anak di rumah.
3) mensosialisasikan program dan kegiatan sinergi kepada semua orang
tua/wali sehingga mereka dapat memahaminya dan tergugah untuk
berpartisipasi aktif.
4) mengidentifikasi orang tua/wali mana yang aktif dan tidak dengan
berbagai alasannya, sehingga dapat mendiskusikan untuk mencari solusi
agar seluruh orang tua dapat berpartisipasi.
5) membangun komunikasi agar terjadi keselarasan dalam pola pendidikan,
pengasuhan, pengarahan, motivasi antara sekolah dengan keluarga/orang
tua/wali. Media komunikasi dan informasi yang perlu dibentuk
diantaranya:
a. Buku Panduan satuan PAUD bagi pendidik dan orang tua
b. Buku penghubung antara pihak satuan PAUD dengan orang tua
c. Daftar kegiatan bulanan anak yang dibagikan setiap bulan pada saat
pertemuan rutin dengan orang tua
d. Surat menyurat dan/atau surat edaran
e. Leaflet, booklet, banner, dan lainnya
f. Media sosial: Instangram, Facebook, pesan singkat (SMS), Telegram
Whatsapp, Twitter, laman, dan lainnya
• Melakukan sosialisasi pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD kepada seluruh
warga Satuan PAUD dan orang tua serta eksternal yang mendukung.
• Satuan PAUD secara berkala melakukan peningkatan kapasitas tata kelola
kegiatan-kegiatan Trias UKS/M. Indikator tata kelola UKS/M di Satuan PAUD
strata Paripurna salah satunya adalah kepada semua Pendidik telah mengikuti
pelatihan/orientasi UKS/M di Satuan PAUD . Oleh karena itu, pelatihan/orientasi
UKS/M di Satuan PAUD menjadi kegiatan yang sangat penting dilakukan
setelah melakukan asesmen status kesehatan satuan PAUD dan peserta didik.
Peningkatan kapasitas dapat dilakukan melalui pelatihan, studi banding ke
Satuan PAUD yang UKSnya sudah berstatus Paripurna. Satuan PAUD
menyediakan berbagai buku panduan, KIE dan sarana prasarana sebagai
bahan informasi yang dapat dipelajari agar Tim Pelaksana UKS/M di Satuan
PAUD siap melaksanakan kegiatan-kegiatan UKS/M di Satuan PAUD .
• Menyiapkan ruang Pelaksana UKS/M di Satuan PAUD
Bagi PAUD yang belum memiliki ruang UKS/M, dapat secara bertahap
penyiapannya dan program Trias UKS/M tetap dapat dilaksanakan.

20
Sinergi dan Kerjasama dengan Lintas Lembaga
Pemenuhan kebutuhan esensial anak tidak dapat dilakukan semuanya sendiri oleh
satuan PAUD karena keterbatasan sehingga kerjasama dan sinergi dengan berbagai
lembaga sangat diperlukan sesuai perannya masing-masing.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan Satuan PAUD dalam melakukan kerjasama
dengan lintas lembaga antara lain:
1) Menginventarisir instansi/lembaga/pelaku yang potensial untuk diajak kerjasama.
Daftar instansi/lembaga terkait yang dapat mendukung terdapat pada Lampiran 2.
2) Pendidik menjalin komunikasi dan kemitraan dengan dokter, bidan, tenaga
kesehatan, kader, dan pelaku lainnya.
3) Pendidik melalui Satuan PAUD menginisiasi kerjasama melalui surat dan audiensi.
4) Kerjasama yang disepakati sebaiknya dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama.
5) Lakukan penilaian, monitoring dan evaluasi untuk mengukur capaian dan
melakukan perbaikan berkelanjutan.

Bentuk kerjasama dan mitra yang dapat mendukung antara lain:


1) Edukasi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi orang tua dalam
memenuhi hak anak terhadap kesehatan dan peduli lingkungan yang sehat misalnya
mengundang dokter, ahli gizi, ahli jiwa, piskolog sebagai narasumber di kelas anak
usia dini juga di kelas orang tua sesuai materi yang direncanakan. Mitra yang
berperan yaitu Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Dinas
Lingkungan Hidup.
2) Memberikan pelayanan kesehatan kepada anak mulai dari pencegahan, pendidikan
kesehatan, pengobatan serta rujukan. Mitra yang dapat disinergikan antara lain
tenaga kesehatan dari Puskesmas seperti dokter umum, dokter gigi, ahli gizi dan
tenaga kesehatan lainnya.
3) Mewujudkan dan memastikan gedung dan lingkungan sekolah yang bersih, sehat
serta asri. Mitra yang dapat disinergikan antara lain Puskesmas, Dinas Lingkungan
Hidup, Dinas Pendidikan, Bank Sampah, fasilitas daur ulang, fasilitas pengolah
tempat pembuangan sampah, Lembaga Masyarakat Desa/Kelurahan dan pelaku
usaha atau industri
4) Meningkatkan kompetensi pendidik dalam menyusun dan melaksanakan program
yang terintegrasi dalam kurikulum guna mewujudkan anak sehat, cerdas, ceria,
memiliki kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan peduli lingkungan sehat.
Mitra yang berperan antara lain Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan atau puskesmas
dan Dinas Lingkungan Hidup.
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku/ lembaga lain terkait dalam bentuk dukungan
koordinasi dan promosi kegiatan di Satuan PAUD dalam upaya pemenuhan layanan
esensial anak dengan melibatkan mitra antara lain Bunda PAUD dan media massa.

21
3.2 Pelaksanaan
Tulis apa yang akan dilakukan dan lakukan apa yang ditulis merupakan prinsip penting
dalam manajemen. Seluruh perencanaan dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsi
masing-masing personil UKS/M di Satuan PAUD. Dalam pelaksanaan, tim pelaksana
UKS/M di Satuan PAUD berhubungan tim Pembina UKS/M dan melibatkan Komite
Sekolah. Komite Sekolah mendukung pelaksanaan Trias UKS/M melalui:
a) Sosialisasi Sekolah/Madrasah Sehat kepada orang tua peserta didik
b) Mengawasi pelaksanaan kegiatan Trias UKS/M
c) Membantu pelaksanaan kegiatan UKS/M dari Tim Pembina UKS/M
Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD dilakukan dengan implementasi:
• Pendidikan Kesehatan
• Pelayanan Kesehatan
• Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

3.3 Penilaian, Supervisi, Monev


• Penilaian
Penilaian adalah mengukur capaian indikator sehat pada peserta didik, pendidik,
tenaga kependidikan dan lingkungan
Kualitas pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD dapat dilihat dari indikator
pelaksanaannya yang telah dituangkan dalam Stratifikasi UKS/M di Satuan PAUD
(Lampiran 1). Stratifikasi UKS/M di Satuan PAUD ini menjadi alat ukur pelaksanaan
Trias UKS/M dan manajemen UKS/M di Satuan PAUD. Terdapat 4 strata UKS/M di
Satuan PAUD yaitu strata Minimal, Standar, Optimal dan Paripurna. Satuan PAUD
dapat melakukan evaluasi diri terkait kualitas tingkat pelaksanaan UKS/M di Satuan
PAUD dengan membandingkan pelaksanaan di Satuan PAUDnya dengan
karakteristik stratifikasi UKS/M di Satuan PAUD. Stratifikasi UKS/M di satuan ini
menjadi dasar perencanaan satuan PAUD secara bertahap dalam mewujudkan
UKS/M di Satuan PAUD berstrata Paripurna.
• Supervisi
Supervisi adalah pemantauan kepala sekolah terhadap kualitas pelaksanaan,
memimpin pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk memperbaiki kinerjanya
dalam melaksanakan program UKS/M yang telah direncanakan.
• Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi menjadi tahapan penting yang perlu dilakukan untuk
memastikan semua kegiatan UKS/M di Satuan PAUD berjalan baik. Instrumen
monev yang digunakan adalah stratifikasi UKS/M. Tim Pembina UKS/M di Satuan
PAUD bersama Satuan perlu memantau pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD

22
secara rutin dan terpadu misalnya Satuan PAUD berkoordinasi dengan puskesmas
terkait hasil pelaksanaan kegiatan UKS, monitoring peserta didik yang memiliki
risiko atau masalah kesehatan untuk ditindaklanjuti. Hasil monitoring dan evaluasi
diperlukan untuk mengukur capaian, tantangan serta keberhasilan. Hasil ini menjadi
dasar penyusunan perencanaan berikutnya sehinga terdapat langkah-langkah
bertahap dan sistematis untuk mencapai strata paripurna.

3.4 Pencatatan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian penting dari pelaksanaan kegiatan.
Pencatatan dilakukan mulai dari tingkat keluarga sampai dengam satuan PAUD.
Di tingkat keluarga, pencatatan menggunakan instrument Buku KIA yang dipegang
oleh Ibu. Sementara tingkat satuan PAUD, Pendidik dapat memanfaatkan mKIA.
Aplikasi Mobile Buku KIA merupakan transformasi pengembangan teknologi digital pada
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) yang saat ini masih berbentuk hardcopy
menjadi media digital dalam bentuk aplikasi di dalam gadget smartphone. Aplikasi mKIA
ini sama seperti Buku KIA yang isinya memuat layanan yang patut didapatkan ibu hamil
sampai dengan pemantauan tumbuh kembang balita dilengkapi dengan media
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang perlu diperoleh oleh ibu dan anaknya
sehingga dapat mempermudah dan membuat lebih praktis dalam penggunaan Buku
KIA. mKIA ini juga dibangun sebagai media pencatatan dan pelaporan yang akan di
gunakan oleh orang tua, kader dan pendidik.
Pengguna dari Aplikasi mKIA ini mencakup dua bagian yaitu Ibu/Orang Tua dan
Kader/Tenaga Pendidik, berikut ini merupakan fitur dari masing masing bagian tersebut.
A. Fitur Pada Bagian Ibu/Orang Tua
Pada bagian ibu/orang tua ini mencakup pemantauan kesehatan ibu hamil dan
pemantauan kesehatan tumbuh kembang anak dalam bentuk self assessment,
informasi dan edukasi. Adapun fitur – fitur pada bagian ibu/orang tua adalah
sebagai berikut:
• Profile Identitas Ibu/Orang tua
• Dashboard yang berisi:
o Data hasil integrasi layanan ibu dalam aplikasi e-Kohort
o Data hasil integrasi layanan anak dalam aplikasi e-Kohort
• Informasi dan Edukasi Ibu Hamil
o Kehamilan
o Persalinan dan KB
o Nifas dan Menyusui
o Kelas Ibu Hamil

23
• Informasi dan Edukasi Anak
o Layanan SPM, Perawatan Anak, Pola Asuh, Gizi dan lain lain
o Tanda Bahaya
o Informasi Kesehatan Anak
o Kelas Ibu Balita

B. Fitur Kader/Tenaga Pendidik


Pada bagian kader/tenaga pendidik mencakup deteksi dini Tuberkulosis dan
pemantauan tumbuh kembang anak didik ataupun anak – anak di dalam
lingkungan wilayah Kader/Tenaga Pendidik tersebut bertugas. Adapun fitur – fitur
pada bagian kader/tenaga pendidik adalah sebagai berikut:
• Profile Identitas Kader/Tenaga Pendidik
• Dashboard Pemantauan Kader
o Layanan SPM Anak
o Layanan Kesehatan Ibu Hamil
• Pemantauan Anak
o Identitas anak
o Layanan Essensial/SPM, Perawatan Anak, dan lain – lain.
o Tanda Bahaya
o Deteksi dini TB

Berikut ini merupakan panduan pengunaan untuk aplikasi mKIA untuk fitur pada
bagian ibu/orang tua dan kader/tenaga pendidik:

24
A. Registrasi Akun dan Login Aplikasi

1. Untuk menggunakan aplikasi pertama kali yang di lakukan adalah


mengunduh aplikasi mKIA pada google Play store.

2. Tampilan awal aplikasi adalah menu login, untuk bisa melanjutkan


diharapkan untuk login terlebih dahulu. Jika belum memiliki account anda
dapat mengklik bergabung lalu mengisikan data anda secara lengkap.

3. Pada saat registrasi account ada pilihan untuk fitur yang akan digunakan
yaitu sebagai kader, orang tua dan keduanya

4. Setelah proses registrasi berhasil dilakukan, akan kembali ke halaman


login untuk memasukan nomor telpon dan password yang sebelumnya
sudah didaftarkan.

5. Pastikan nomor telepon anda aktif karena akan dikirimkan kode verifikasi
berupa OTP, untuk setiap kali login

25
B. Informasi, Edukasi dan Pemantauan Anak

Berikut ini merupakan fitur bagian pada pemantauan kesehatan anak yang
dikelompokan menjadi dua jenis informasi yaitu:

1. Informasi pemantauan anak, yang dikategorikan berdasarkan usia dari


masing - masing anak. Isi konten yang ditampilkan pun nantinya akan
menyesuaikan dengan usia anak yang di pilih.
2. Informasi umum, yang berisi konten:
▪ Tanda bahaya
▪ Informasi kesehatan anak
▪ Kelas ibu balita

26
Bagian ini merupakan fitur kontrol anak yang merupakan media informasi
dan edukasi kepada ibu atau Kader/Tenaga Pendidik sekaligus sebagai form
self assessment untuk pemantauan kesehatan pertumbuhan balita, dengan
isi konten informasi sebagai berikut:

1. Layanan essensial/SPM
2. Perawatan anak
3. Pola asuh
4. Gizi
5. Simulasi pertumbuhan
6. Deteksi dini TB

27
Bagian ini merupakan fitur informasi umum terkait tanda bahaya kesehatan
pada anak, yang terbagi menjadi dua yaitu tanda bahaya pada bayi baru lahir
dan tanda bahaya pada balita.

Bagian ini merupakan informasi umum terkait kesehatan anak sebagai


media informasi dan edukasi kepada orang tua dalam perawatan anak sakit,
kesehatan lingkungan, perlindungan anak dari kekerasan dan lain lain.

Bagian ini merupakan informasi umum yang terkait dengan kelas ibu balita,
sebagai media informasi dan edukasi yang dikelompokan dan dikategorikan
berdasarkan usia anak yaitu usia 0 – 1 tahun, 1 – 2 tahun, dan 2 – 5 tahun.

28
Informasi, Edukasi dan Pemantauan Oleh Kader/Tenaga Pendidik

Untuk user yang berperan sebagai ibu sekaligus kader tidak perlu melakukan
registrasi ulang account sebagai kader namun tinggal melakukan switch
mode dari fitur bagian ibu ke fitur bagian kader melalui menu setting.

Pada fitur bagian Kader/Tenaga Pendidik dikhususkan dalam melakukan


pengawasan dan pemantauan anak – anak di dalam wilayah atau area
asuhan pada Kader/Tenaga Pendidik. Adapun fitur utama pada bagian kader
adalah sebagai berikut:
1. Identitas Kader
2. Dashboard
3. Informasi dan Pemantauan Anak Balita, dengan konten sebagai berikut:
• Tanda bahaya
• Deteksi dini TB
• List daftar anak

29
Fitur dashboard pada bagian kader menampilkan data-data hasil
pemantauan anak yang dilakukan oleh kader

Fitur data anak merupakan halaman untuk melakukan pemantauan anak


pada bagian kader, dibagian ini terdapat beberapa fitur lain nya seperti tanda
bahaya pada anak serta info kesehatan anak.

Fitur profile merupakan fitur yang dibuat untuk melakukan update data fitur
profile kader, pada saat pertama kali memulai fitur bagian kader, pengguna
di wajibkan untuk melakukan update pada bagian ini terlebih dahulu.

30
Untuk menambahkan data anak pada fitur bagian kader, pengguna harus
masuk dulu ke fitur Data Anak Dalam Pemantauan untuk kemudian
melakukan pencarian data anak, jika data tidak ditemukan, kader dapat
menambahkan data anak.

Setelah berhasil menambahkan data anak, kader dapat melakukan


pengawasan dan pemantauan anak – anak di dalam wilayah atau area
asuhan pada Kader/Tenaga Pendidik dalam hal deteksi dini TB maupun
layanan kesehatan serta tumbuh kembang anak dan balita.

31
32
33
BAB IV
PELAKSANAAN UKS/M DI SATUAN
PAUD
Pelaksanaan kegiatan Trias UKS/M disesuaikan dengan kondisi di Satuan PAUD
masing-masing. Tim Pembina UKS/M perlu mengetahui kegiatan-kegiatan di Satuan
PAUD sehingga dapat memberikan pembinaan yang sesuai serta memberi umpan balik
yang lebih jelas terhadap pelaksanaan kegiatan Trias UKS/M di Satuan PAUD yang telah
dilakukan oleh sekolah/madrasah tersebut.

Tabel 2. Kegiatan UKS/M di Satuan PAUD


Trias UKS/M di Kegiatan Substansi
Satuan PAUD

✓ Kelas parenting • Pendidikan gizi


membahas isi • Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Buku KIA (PHBS)
✓ Penjadwalan • Aktivitas fisik
Pendidikan
praktik PHBS
kesehatan • Stimulasi perkembangan
dalam jadual
belajar • Screentime/batasan penggunaan
gadget
• Edukasi orang tua balita terkait
informasi penyakit pada anak

✓ Pemeriksaan • Deteksi dini faktor risiko (TB


kesehatan awal balita/Covid-19 dll)
Tahun Ajaran Baru • Deteksi dini tumbuh kembang
✓ Pemeriksaan • Imunisasi
berkala (Harian,
Pelayanan • Pemberian Vitamin A
Bulanan,
kesehatan Semesteran) • Pemberian obat cacing
Kolaborasi dengan • P3K dan P3P
puskesmas untuk • Konseling

34
pemenuhan pelayanan • Rujukan
kesehatan

✓ Penataan sarana • Pengadaan lingkungan fisik anak


prasarana yang yang kondusif
aman bagi anak 1) Pengelolaan sanitasi sekolah
usia dini
2) Pemberantasan sarang
✓ Praktik nyamuk
Pembinaan
pengasuhan
lingkungan sekolah 3) Pagar keselamatan (tangga,
responsif
sehat jalan raya, kolam dll)
✓ Praktik dan
4) Pemanfaatan pekarangan
pembiasaan
sekolah
menjaga
kebersihan • Pengadaan lingkungan non fisik
lingkungan anak yang kondusif

✓ Praktik membuat 5) Penerapan 5 S (Senyum,


prakarya bertema Salam, Sapa, Sopan, Santun)
lingkungan 6) Penerapan kawasan
pendidikan layak anak (tanpa
rokok, narkoba, kekerasan
dan pornografi)

35
Tabel 3. Contoh Penerapan Trias UKS/M Terintegrasi Jadual Pembelajaran PAUD
JAM SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT

05.00 - 07.30
Ibadah,
Mandi Pagi,
Sarapan

Selamat Pagi Bangun Pagi


Merapikan Menggosok
Sarapan
TempatTidur Gigi
Mandi dan
ibadah

07.30 - 08.15
Aktifitas fisik
Bermain Bermain di Luar
Membersihkan Menyiram Olah raga
Bersama Ruangan
Mainan Tanaman
Keluarga

08.15 - 09.15
Belajar dari
rumah
Belajar dari Belajar dari Belajar dari rumah Belajar dari rumah Belajar dari
rumah rumah rumah

09.15- 09.30
Kudapan
Ngemil Ngemil Kudapan
Ngemil Kudapan Ngemil Kudapan Ngemil
Kudapan
Kudapan

09.30 - 09.35
Peregangan

peregangan/ peregangan/ peregangan/ peregangan/ peregangan/


aktivitas fisik aktivitas fisik aktivitas fisik aktivitas fisik aktivitas fisik

36
09.35 - 10.35
Belajar dari rumah

Belajar Belajar
Belajar Belajar Belajar

10.35 - 11.35
Aktivitas bersama
keluarga
Bermain Bermain
Bermain bermain Bermain

Merapikan Membersihkan Merapikan Meja Bersih-bersih Merapikan


Tempat Tidur Mainan Belajar Rumah Pakaian

11.35 - 12.00
Makan siang

Makan Siang Makan Siang Makan Siang


Makan Siang Makan Siang

13.00 -15.30
Istirahat/tidur
siang

Istirahat/ Istirahat/ tidur Istirahat/ tidur Istirahat/ tidur Istirahat/ tidur


tidur siang siang siang siang siang

37
4.1. Pendidikan Kesehatan
Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau
tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek
kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler
(Kemendikbud, 2019). Pendidikan kesehatan menurut Pasal 5 dalam Peraturan
Bersama (PB) 4 Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri
Nomor 6/X/PB/2014; Nomor 73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014 dan Nomor
81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (UKS/M) meliputi:
a. meningkatkan pengetahuan, perilaku, sikap, dan keterampilan untuk hidup
bersih dan sehat;
b. penanaman dan pembiasaan hidup bersih dan sehat serta daya tangkal
terhadap pengaruh buruk dari luar; dan
c. pembudayaan pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Tujuan Pendidikan Kesehatan (Kemendikbud, 2019)


Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik:
a. Memiliki adab, sopan santun dan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan prinsip karakter etika ketimuran;
b. Memiliki pengetahuan tentang kesehatan, termasuk perilaku hidup bersih dan
sehat;
c. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip dan pola hidup bersih
dan sehat;
d. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan;
e. Memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-
hari;
f. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan
secara harmonis (proporsional);
g. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit dalam
kehidupan sehari-hari;
h. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (narkoba, miras,
alkohol dan zat adiktif serta gaya hidup tidak sehat).

38
Materi Pendidikan Kesehatan
Mengacu definisi kesehatan meliputi sehat fisik, mental, sosial dan spiritual
sehingga pendidikan kesehatan diarahkan untuk mengembangkan peserta didik
untuk keempat definisi sehat tersebut. Keempat aspek tersebut saling terkait
sehingga dalam mengedukasi anak, pendidik dan orang tua mengusung holistik
dan integratif. Seluruh aspek dikembangkan secara terintegrasi. Materi
pendididikan kesehatan seperti terlihat pada Tabel 4. Materi ini dapat
menyesuaikan kondisi di Satuan PAUD.

Tabel 4. Materi Pendidikan Kesehatan


No Materi Pendidikan Kesehatan Kaitan dengan Tema
Pembelajaran
1. Mengenal tubuh, fungsi tubuh dan bagaimana Tubuh
merawat tubuh agar bersih dan sehat Anggota Tubuh
2. Pendidikan gizi seimbang Makanan
3. Pertumbuhan dan perkembangan Tubuh,
Anggota Tubuh
Pancaindera
4. Kebersihan lingkungan di sekolah dan rumah Sekolah
Rumah
5. Mengetahui standar tubuh saat beraktivitas Tubuhku
seperti cara duduk yang benar, jarak pandang
saat membaca, dll
6. Mengetahui tubuh perlu istirahat dan tidur serta Tubuhku
mengenal tanda-tanda awal kelelahan dan
dampaknya terhadap kesehatan
7. Mengenal fungsi mata dan cara sehat Panca Indera
menggunakan media elektronik (gawai)
8. Mengetahui dan terampil protokol Covid-19 Covid 19

39
9. Mengenal, terampil dan terbiasa Perilaku Hidup Tubuhku
Bersih dan Sehat (PHBS) Kebersihan
a. Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS)
b. Menggosok gigi
c. Menjaga kuku bersih dan pendek
d. Konsumsi makanan gizi seimbang
e. Minum air bersih sehat dalam jumlah cukup
f. Buang sampah secara terpilah ke tempat
sampah
g. Buang Air Kecil/Besar di toilet/jamban
Lembaga PAUD
h. Olahraga/aktifitas fisik
i. Anjuran jumlah jam tidur ( Tabel 6)
j. Pembatasan penggunaan media
gadget/gawai
10. Mengenal berbagai emosi seperti rasa marah, Terintegrasi dengan
senang, bahagia, kecewa, sedih dan sebagainya semua tema
serta mengetahui cara mengelola berbagai
emosi tersebut
11. Membangun hubungan sosial dengan anggota Rumah
keluarga, pendidik, teman, dan seluruh makhluk Sekolah
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Keluarga
Teman
12. Mengenal Tuhan YME melalui ciptaan-Nya, alam Tubuhku
semesta dan tanda-tanda keteraturan yang Anggota Tubuhku
dapat dirasakan anak dari tubuhnya

Waktu Pelaksanaan
Waktu belajar bagi anak usia dini adalah setiap detik pengalamannya dari 3 (tiga)
pendidik anak yaitu Pendidik di PAUD, orang tua di rumah, dan lingkungan. Bagi
anak usia dini, seluruh pengalaman yang dilihat, didengar, dirasakan, disentuh dan
dialaminya akan tersimpan dalam ingatannya. Semua kegiatan dari anak datang
sampai anak pulang adalah waktu belajar. Begitu juga di rumah, mulai anak
bangun sampai tidur lagi adalah waktu belajar anak. Berdasarkan prinsip tersebut,
waktu pemberian pendidikan kesehatan yaitu:
1. Selama anak di Satuan PAUD, sejak anak datang sampai pulang.

40
2. Selama anak di rumah, pendidikan kesehatan dilanjutkan dan dikuatkan serta
dilengkapi oleh keluarga
3. Selama anak berada di lingkungan manapun sehingga penting memastikan
lingkungan kondusif mendukung kesehatan anak

Pelaksana
• Saat di Satuan PAUD, pendidikan kesehatan diberikan oleh Pendidik PAUD
melalui pembiasaan dan pembelajaran. Pendidikan kesehatan terintegrasi
dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan PAUD)
• Saat di rumah, keluarga memberikan pendidikan kesehatan dengan materi dan
cara yang selaras dan terintegrasi dengan pendidikan kesehatan di Satuan
PAUD

Sarana
Alat permainan edukatif, buku bacaan anak, buku bacaan orang tua/pendidik
terkait kesehatan, leaflet atau brosur terkait kesehatan, video, sound system jika
diperlukan, dan lain-lain.

Langkah-langkah
1. Perumusan tujuan yang ingin dicapai pada anak terkait indikator-indikator
anak sehat
2. Perencanaan materi pendidikan kesehatan yang akan diberikan selama
periode waktu tertentu (bulan, semester, tahun)
3. Pembuatan Prosedural Operasional Standar (POS) atau Standard Operational
Process (SOP)
4. Penetapan tema pembelajaran yang dikaitkan dengan materi pendidikan
kesehatan (Tabel 4)
5. Siapkan buku bacaan dan alat peraga yang akan dipakai saat memberikan
pendidikan kesehatan
6. Bacakan buku setiap hari terkait materi pendidikan kesehatan
7. Tetapkan pembiasaan melalui jadwal harian anak baik saat di satuan maupun
saat anak di rumah meliputi:
o Pemeliharaan kebersihan diri
o Pemeliharaan kebersihan lingkungan
8. Integrasikan materi pendidikan kesehatan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang tercermin dari:
a) Program Semester
b) Rencana Pembelajaran Mingguan
c) Rencana Pembelajaran Harian

41
d) Perencanaan sinergi dengan keluarga terkait pendidikan kesehatan anak
di rumah
e) Perencanaan sinergi dengan lintas sektor/lembaga dan pelaku
9. Integrasi program peningkatan kesehatan ke dalam kurikulum mengacu pada
Permendikbud No.137 tahun 2014 tentang standar PAUD dan Permendikbud
No. 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 PAUD dengan kompetensi dasar
sebagai berikut:
a. KD 2.1 Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat
b. KD 3.4 Mengetahui cara hidup sehat
c. KD 4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat

Apabila kompetensi dasar tersebut tercapai, maka anak akan memiliki sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang sejalan terkait dengan kesehatan dan
perilaku untuk hidup sehat. Contoh rencana pembelajaran yang
mengintegrasikan materi kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Kegiatan pendidikan kesehatan dapat diimplementasikan melalui:


4.1.1. Kelas Parenting Penggunaan Buku KIA
Sehebat apapun Satuan PAUD perlu bersinergi dan berkolaborasi dengan orang
tua karena durasi anak di rumah justru lebih lama. Penting bagi satuan PAUD
untuk membuat kelas orang tua. Beberapa hal terkait kelas orang tua antara lain:
a) Bentuk kegiatan kelas orang tua antara lain: pertemuan orang tua, kegiatan
bersama orang tua, anak dan pendidik, kelas berbagi sesama orang tua
terkait masalah dan solusi kesehatan yang dialami anak, orang tua menjadi
narasumber di Satuan PAUD, orang tua belajar secara lansung di Satuan
PAUD dengan merasakan pengalaman menjadi pendidik pendamping anak,
dll
b) Apa yang dilakukan di Satuan PAUD dijelaskan kepada orang tua dan
meminta orang tua melakukan hal serupa menyesuaikan dengan kondisi
masing-masing keluarga
c) Pendidik di awal tahun ajaran baru menjelaskan kurikulum Satuan PAUD
termasuk didalamnya terkait kesehatan
d) Secara berkala menyampaikan RPP di satuan PAUD sebelum RPP tersebut
dilaksanakan dan mendorong orang tua untuk melanjutkannya di rumah.
e) Satuan PAUD menyiapkan waktu konsultasi
f) Memiliki buku penghubung sebagai wadah komunikasi antar orang tua dan
pendidik terkait masalah gangguan kesehatan yang dialami anak
g) Pendidik memastikan orang tua sudah memiliki Buku KIA anak tahun 2020
dengan prinsip satu anak satu Buku KIA dengan cara antara lain:

42
• Pendidik mendorong orang tua untuk menghubungi
puskesmas/bidan/tenaga kesehatan/posyandu setempat dan meminta
Buku KIA pada tenaga kesehatan tersebut.
• Pendidik mengkoordinir permintaan Buku KIA kepada puskesmas atau
instansi terkait lainnya
• menginformasikan kepada orangtua link Buku KIA sebagai berikut
https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20TAH
UN%202020%20BAGIAN%20ANAK.pdf dan meminta orang tua yang
mengunduh dan mencetak sendiri
• memberikan soft copy file Buku KIA untuk di cetak sendiri oleh orang tua
h) Pendidik mengedukasi keluarga secara berkala sesuai panduan yang
terdapat pada Buku KIA Tahun 2020 antara lain edukasi gizi, kesehatan,
pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang anak
i) Pendidik memastikan setiap orang tua kompeten mengikuti petunjuk di Buku
KIA dan mempraktikkan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak
j) Pendidik menguatkan keluarga untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang di Satuan PAUD sesuai
program yang sudah direncanakan
k) Pendidik memberikan penguatan terkait hasil pemantauan kesehatan dan
tumbuh kembang anak
l) Pendidik mendiskusikan tindak lanjut yang akan dilakukan pendidik di
Satuan PAUD
m) Pendidik berdiskusi dan menginspirasi orang tua agar dapat merencanakan
tindak lanjut hasil pemantauan
n) Pendidik menguatkan orang tua untuk selalu mengkomunikasikan hasil
pemantauan dan capaian anak terkait program yang dilakukan orang tua di
rumah

Satuan PAUD yang belum dapat melakukan pembelajaran tatap muka saat pandemi,
kelas orang tua tetap dapat dilakukan secara daring. Beberapa pilihan yang dapat
dilakukan:
• Satuan PAUD dapat memanfaatkan link Belajar Kesga pada web
belajarkesga.kemkes.go.id
• Satuan PAUD juga dapat mengundang Puskesmas untuk dapat memberikan
kelas parenting melalui zoom meeting
• Pemanfaatan media sosial dan Tele diskusi dengan daring, misalnya melalui
virtual meeting parenting seperti Whatsapp Grup, Instangram Live dan lain
sebagainya.

43
4.1.2. Penjadwalan Praktik PHBS Terintegrasi KBM

Praktik PHBS diberikan di Satuan PAUD terintegrasi pembelajaran yang dapat


disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, antara lain:

Pendidikan Gizi Seimbang


Pengertian
Pendidikan gizi seimbang merupakan upaya untuk mengembangkan sikap dan perilaku
dalam pemenuhan gizi seimbang pada peserta didik. Pemenuhan gizi seimbang sangat
penting dilakukan untuk meningkatkan pencapaian pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik yang optimal sehingga mereka dapat mengikuti proses pembelajaran
secara lebih baik.

Materi Pendidikan Gizi Seimbang


Materi pendidikan gizi seimbang mengacu pada Buku KIA yang disesuaikan dengan
kelompok usia anak sebagaimana tampak pada Gambar berikut ini:

Gambar 2. Pendidikian Gizi Seimbang Anak Usia 2 - 5 Tahun

Kegiatan pendidikan gizi seimbang di Satuan PAUD antara lain sebagai berikut:
1. Makan bersama dengan makanan bekal dari rumah.
2. Makan bersama dengan masakan dimasak di Satuan PAUD.
3. Kelas memasak yaitu kegiatan anak masak bersama dengan dampingan pendidik.
4. Berkebun yaitu kegiatan menanam pangan sumber zat gizi.
5. Pemberian materi gizi yang mencakup gizi seimbang (Tabel 5) terintegrasi

44
kurikulum, Rencana Pembelajaran.

Kegiatan makan bersama


Kegiatan makan bersama dapat dengan makanan bekal yang dibawa peserta didik atau
makanan yang dimasak di Satuan PAUD sesuai kesepakatan dengan orang tua. Satuan
PAUD memberi petunjuk bekal makan anak yang dituangkan Prosedural Oprasional
Standar (POS) Bekal Makanan Anak. Satuan PAUD juga menyiapkan POS Memasak
dan Menyediakan Makanan Anak di Satuan PAUD.

Waktu
Kegiatan makan bersama dilaksanakan setiap hari pembelajaran. Waktu makan
bersama disesuaikan dengan durasi buka satuan PAUD setiap harinya. Pilihan waktu
tersebut antara lain:
1. makan selingan di pagi hari jam 10.00
2. makan utama di siang hari jam 12.00
3. makanan selingan di sore hari jam 14.00 bagi PAUD yang buka sampai sore.
Kegiatan makan bersama ini dilaksanakan dalam satu rangkaian dengan kegiatan cuci
tangan pakai sabun, dan sikat gigi bersama.

Tempat
Pendidikan gizi bisa dilaksanakan di kelas masing-masing atau di luar kelas yang
kondusif. Namun untuk pelaksanaan yang lebih tertib dan cepat (efisiensi waktu)
disarankan untuk dilaksanakan di kelas masing-masing dengan pengawasan pendidik
kelas.

Pelaksana
Pendidik kelas, peserta didik dan orang tua.

Sarana
• Makanan dengan menu bergizi seimbang yang dibawa oleh masing- masing peserta
didik atau makanan yang dimasak di Satuan PAUD.
• Sarana CTPS dengan air mengalir.
• Materi edukasi gizi bersumber Buku KIA atau bahan bacaan lainnya

Langkah-Langkah
• Pendidik membuat panduan dan mengedukasi orangtua/keluarga terkait penyiapan
bekal antara lain:

45
✓ Makanan yang dibekalkan kepada anak meliputi makanan selingan dan
makanan utama tergantung durasi waktu anak di Satuan PAUD.
✓ Bekal makanan anak mengacu kepada Buku KIA Tahun 2020
✓ Menu makanan bekal berbahan aman, terbebas dari bahan kimia, serta bahan
berbahaya lainnya. Pendidik memberi pemahaman kepada orang tua dalam
pemilihan makanan.
✓ Menu makanan bekal bervariasi setiap hari, dikreasikan dalam bentuk yang
menarik, mudah dibawa, mudah disantap anak dan mempunyai cita rasa yang
enak, warna menarik dan aroma menggugah selera agar anak menyukai
makanan tersebut dan tidak bosan.
✓ Bekal yang dibawa anak sebaiknya hasil olahan orangtua/keluarga
✓ Pengemasan bekal menggunakan peralatan yang aman bagi anak, tidak mudah
pecah, tidak mudah tumpah dan tidak mengandung bahan-bahan yang
berbahaya.
✓ Alat bekal makanan dilengkapi dengan sendok/garpu yang tidak mudah pecah
atau tajam.
• Orang tua/wali menyiapkan bekal sarapan dengan menu gizi seimbang dan air
minum yang cukup sesuai panduan dan jadwal yang telah ditentukan.
• Peserta didik melaksanakan makan bersama di kelas masing-masing didampingi
oleh pendidik kelas. Pada saat pelaksanaan, pendidik meminta peserta didik untuk:
1) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan
2) Pendidik memberikan pijakan dengan materi edukasi sesuai dengan
makanan yang dimakan
3) Satu anak secara bergantian diminta memimpin doa bersama
4) Makan bersama dengan menu bergizi
seimbang
5) Minum air putih
6) Pendidik menyampaikan pendidikan gizi
saat anak makan sa mpai selesai sesuai
tema pembelajaran dan makanan yang
dimakan.
7) Membuang sampah pada tempatnya
8) Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir setelah makan.
9) Menyikat gigi dengan pasta gigi dan air
bersih
• Pada saat peserta didik makan bersama,
Pendidik memantau menu makanan yang
dibawa oleh peserta didik dan memastikan

46
menu yang dibawa adalah menu gizi seimbang sesuai
dengan Buku KIA 2020 atau Buku Pedoman PMBA Tahun
2020.
• Dalam memantau pelaksanaan makan bersama, pendidik
kelas dapat dibantu oleh pendidik pendamping.

47
Tabel 5. Materi Pendidikan Gizi Seimbang

No Materi Pendidikan Gizi Keterangan


Seimbang
1. Gizi seimbang anak usia • ASI Eksklusif bayi usia 0 – 6 bulan
dini • Gizi seimbang bayi 6 – 23 bulan
• Gizi seimbang anak 2 – 5 tahun

2. Pemberian makanan • ASI 0-2 tahun


berdasarkan jenis dan • Makanan lumat 6 – 12 bulan
tekstur makanan • Makanan keluarga 6 – 23 bulan
3. Edukasi Minum • Mengenal tubuh memerlukan air minum, ciri air
minum bersih dan sehat, jumlah minum sehari dan
dampak kekurangan minum
• Tubuhku dan minum menjadi tema pembelajaran
• Pendidik menyampaikan dan membuat aturan bahwa
minum itu sebelum haus sehingga setiap jam harus
minum dan sebelum /setelah kegiatan minum dulu
• Haus itu pertanda dehidrasi tubuh, tubuh sudah
kekurangan air minum
• Anak usia dini minum minimal 6 gelas per hari
• Anak diperkenalkan dan dibiasakan minum air putih
yang bersih, sehat, tidak berbau, tidak berwarna

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pemeliharaaan Kebersihan Diri


Pengertian
Kebersihan diri merupakan upaya menjaga kebersihan diri untuk kepentingan kesehatan.
Apabila kebersihan tidak dijaga lambat laun akan berpengaruh pada kesehatan
seseorang. Kebersihan diri yang dikuatkan di PAUD antara lain: CTPS (Cuci Tangan Pakai
Sabun) dengan air yang mengalir, mandi, gosok gigi, menggunakan jamban sehat,
memelihara kesehatan kuku, rambut, kulit dan kebersihan diri lainnya. Praktik
kebersihan diri yang dilaksanakan di sekolah/madrasah bertujuan untuk menciptakan
pembiasaan peserta didik terhadap kegiatan personal higiene sehingga kebiasaan
tersebut dapat diteruskan saat di rumah dan dalam keseharian peserta didik. CPTS dan
sikat gigi dapat dilakukan sebagai rangkaian dengan makan bersama yang bertujuan

48
melatih pembiasaan PHBS yang konkrit sejak di sekolah/madrasah sehingga kebiasaan
itu dapat dilanjutkan di rumah.

Waktu
Kegiatan cuci tangan dan sikat gigi secara berurutan dilaksanakan pada hari yang sama
dengan pelaksanaan sarapan/kudapan/makan bersama.

Tempat
Di Satuan PAUD.

Pelaksana
Pendidik, peserta didik, kader/tenaga kesehatan/narasumber undangan.

Sarana
Agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik, maka satuan PAUD memiliki:
• Air bersih yang cukup
• Tempat cuci tangan untuk masing-masing kelas
• Saluran pembuangan limbah
• Sabun
• Petunjuk 5 langkah cuci tangan yang ditempelkan pada sarana cuci tangan
• Gelas kumur yang dibawa oleh masing-masing peserta didik
• Sikat gigi yang dibawa oleh masing-masing peserta didik
• Pasta gigi yang dibawa oleh masing-masing peserta didik
• Apabila tempat cuci tangan belum tersedia, maka satuan PAUD dapat
berinovasi membuat tempat cuci tangan mulai dari tempat cuci tangan
sederhana (menggunakan barang bekas yang mudah didapatkan) sampai
bentuk permanen yang disesuaikan dengan anggaran. Bagi PAUD yang tidak
memiliki akses terhadap air bersih agar melaporkan kondisi tersebut ke
dinas/lembaga terkait setempat. Air bersih merupakan hal minimal yang harus
tersedia di sekolah/madrasah untuk menghindarkan diri dari penularan
penyakit.

49
Gambar 3. Cara Cuci Tangan Yang Benar

Langkah-Langkah
1. Cuci tangan bersama
- Pendidik menjelaskan mengapa harus CTPS dengan air mengalir
- Pendidik menjelaskan 5 langkah mencuci tangan yang benar (Gambar 3)
- Pendidik meminta anak melakukan cuci tangan sesuai penjelasan
- Pendidik kelas mengawasi pelaksanaan kegiatan dilakukan secara tertib, antri,
menjaga jarak
- Untuk efisiensi waktu, sebaiknya tersedia beberapa sarana CTPS dengan air
mengalir ini

2. Gosok gigi bersama


- Pendidik menjelaskan mengapa harus menggosok gigi, kapan waktu yang tepat
menggosok gigi
- Pendidik menjelaskan cara menggosok gigi dengan alat peraga (gigi model atau
poster)
- Pendidik memastikan ketersediaan air bersih.
- Pada jam istirahat, pendidik meminta peserta didik mengambil air bersih untuk
kumur pada masing-masing gelas kumur peserta didik dan melakukan sikat gigi
secara mandiri.
- Sikat gigi tidak dilakukan di depan keran air untuk efisiensi waktu. Sisa kumur
dibuang pada saluran pembuangan sekolah/madrasah.

50
- Pendidik kelas mengawasi pelaksanaan kegiatan secara tertib dan efisien

Gambar 4. Cara Menyikat Gigi Yang Benar

Optimalisasi Aktivitas Fisik

Pengertian
Optimalisasi aktivitas fisik merupakan pembiasaan kegiatan aktivitas fisik di Satuan
PAUD untuk mendukung pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
menjaga kebugaran dan mencegah risiko terkena penyakit tidak menular. Durasi
aktivitas fisik selama satu hari 180 menit dengan kegiatan menyenangkan bagi anak.

Kegiatan
Kegiatan optimalisasi aktivitas fisik terdiri dari
1. Gerakan peregangan.
2. Optimalisasi 4 (empat) L (Lompat, Lari, Lempar, Loncat)

Rekomendasi aktivitas fisik bayi dibawah 1 tahun: merangkak, meraih, menggenggam,


menarik dan mendorong, menggerakkan kepala, tubuh dan anggota tubuh mereka
selama rutinitas sehari-hari, dan selama bermain lantai dengan pengawasan.
Rekomendasi aktivitas pada anak usia dini adalah minimal 180 menit (3 jam) sehari
mencakup aktivitas ringan seperti berdiri, bergerak, berguling dan bermain, serta
aktivitas yang lebih energik seperti melompat dan berlari, panjat tebing, kejar – kejaran,
dan sepak bola.

51
Anak-anak prasekolah harus meluangkan setidaknya 180 menit (3 jam), dengan 60 menit
di antaranya adalah aktivitas fisik sedang hingga kuat. Aktivitas yang dilakukan di luar
maupun di dalam ruangan seperti berenang, sepak bola, petak umpet, memanjat,
bersepeda, dll.

Waktu
1. Peregangan dilaksanakan pada saat peserta didik sudah mulai merasa bosan dan
lelah di kelas. Peregangan dilakukan minimal 1 (satu) kali per hari.
2. Optimalisasi 4 (empat) L dilaksanakan minimal 1 (satu) kali per hari .

Tempat
• Kegiatan peregangan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
• Sedangkan kegiatan optimalisasi aktivitas fisik lainnya dilaksanakan di lapangan
sekolah/madrasah atau di lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif untuk
pelaksanaan aktivitas fisik.

Pelaksana
Pendidik kelas dan peserta didik

Sarana
1. Kreasi gerakan peregangan yang dapat dibuat oleh pendidik atau peserta didik
misalnya gerak kapiten, gerak penguin, dll. Kreasi gerakan peregangan dapat
dilakukan dengan diiringi lagu melalui sound system atau dengan bernyanyi sendiri.
2. Halaman sekolah/madrasah atau aula yang dapat digunakan sebagai tempat
bermain/olahraga.
3. Sarana dan prasarana olahraga

Langkah-Langkah
1. Pendidik dan peserta didik melakukan kreasi gerakan peregangan.
2. Pendidik meminta peserta didik untuk memimpin peregangan secara bergantian
ditandai dengan bunyi bel atau lonceng menandakan waktu pelaksanaan
peregangan bersama.
3. Satuan PAUD mendorong peserta didik untuk bermain dan berolahraga yang
mengandung gerakan 4 L saat jam istirahat.
4. Satuan PAUD menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan
olahraga berprestasi di sekolah/madrasah.

52
Tidur Yang Berkualitas
Tidur merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan tidur pada
anak semakin berkurang sesuai usia anak. Tidur adalah aktivitas utama otak sepanjang
awal perkembangan dan berperan penting dalam maturasi otak dan pembuangan
pengalaman yang tidak diinginkan. Tidur berkualitas adalah tidur dengan jumlah waktu
tidur yang cukup dalam satu hari dengan cara tidur yang benar.

Kegiatan
Pendidikan terkait tidur yang berkualitas dilakukan kepada anak di kelas dan kepada
orang tua melalui kelas orang tua.
Pendidik membuat paket informasi yang akan disampaikan kepada anak dapat melalui
kegiatan bermain peran dengan tema Keluarga. Khusus bagi TPA, pendidikan tidur yang
berkualitas diintegrasikan dengan pembiasaan melalui jadwal tidur dalam jadwal
kegiatan TPA.

Materi

Tabel 6. Kebutuhan Tidur Anak Sesuai Kategori Usia


Kategori Usia Durasi Waktu Tidur
Bayi 0 – 3 bulan 14 – 17 jam termasuk tidur siang
Bayi 4 – 11 bulan 12 – 16 jam termasuk tidur siang
Balita 1 – 3 Tahun 11 – 14 jam termasuk tidur siang dengan pola tidur dan
waktu bangun yang regular
Pra Sekolah 3 – 6 Tahun 10 – 13 jam termasuk tidur siang dengan pola tidur dan
waktu bangun yang regular

Contoh informasi yang akan disampaikan kepada anak kelompok usia 3 – 6 tahun antara
lain:

• Tubuh manusia perlu tidur dengan jumlah jam yang berbeda


• Tubuh kalian (anak yang berusia 3-6 tahun) perlu tidur 10 – 13 jam setiap hari
• Kalian sebaiknya tidur 1 – 2 jam di siang hari dan minimal 9 jam di malam hari
• Sebaiknya sebelum jam 21 malam hari, kalian telah tidur
• Tidur di malam hari sebaiknya lampu mati agar hormon melantonin diproduksi
tubuh. Hormon ini penting untuk kesehatan tubuh kita. Hormon ini tidak bisa
diproduksi tubuh jika ada cahaya

53
• Saat kita tidur tulang kita akan bertambah panjang ½ inchi jika kita makannya
cukup
• Setelah tubuh kita bekerja seharian maka tubuh harus istirahat sehingga tubuh
kita punya waktu mempersiapkan diri untuk aktivitas berikutnya.
• Mari bayangkan jika kita tidak bisa tidur seharian. Tubuh kita akan kelelahan
dan bisa beresiko mudah terserang penyakit

Waktu
Waktu penyampaian materi sesuai yang sudah direncanakan dan dapat incidental
sesuai keadaan seperti percakapan dengan anak dan saat orang tua menyampaikan
masalah anaknya

Tempat
Di Satuan PAUD, materi diberikan saat mengantar tema pembelajaran, saat
pembelajaran melalui pendampingan kegiatan bermain dan khusus bagi layanan TPA,
materi diberikan saat anak tidur siang
Di kelas orang tua, materi diberikan melalui ceramah dan diskusi.

Pelaksana
Pemateri dapat dari internal Satuan PAUD atau narasumber dari luar seperti dokter anak
dan ahli anak lainnya.

Sarana
Buku, poster, video pendukung yang menjelaskan apa yang terjadi di dalam tubuh saat
manusia tidur, dan alat peraga edukasi terkait.

Langkah-langkah
Pendidikan di Satuan PAUD
• Pendidik menyiapkan jadwal pembiasaan dengan memasukan jadwal tidur siang
bagi layanan TPA
• Pendidik menyiapkan jadwal pembelajaran dengan tema yang bisa diintegrasikan
dengan materi Tidur yang Berkualitas seperti antara lain melalui tema Tubuhku,
Kesehatanku, Rumahku, Keluargaku dll
• Pendidik menyiapkan buku yang akan dibacakan berikut alat peraga terkait tidur yag
berkualitas
• Pendidik menyiapkan alat dan bahan main. Misalkan di kegiatan bermain peran
makro dengan tema Keluarga maka dipersiapkan peran anggota keluarga, ruang
dapur, ruang tidur, ruang makan, dll

54
• Pendidik mempersiapkan kegiatan peran terkait Keluargaku yang akan dimainkan
anak
• Pendidik membacakan buku terkait tema untuk memberikan pijakan sebelum anak
bermain peran
• Pendidik mendampingi anak saat bermain
• Pendidik mengalirkan infromasi terkait Tidur yang Berkualitas saat anak bermain
• Pendidik mengajak anak beres-beres
• Pendidik melakukan recalling dengan mengajak setiap anak satu persatu
menyampaikan perasaannya saat bermain dan kegiatan main yang dimainkan.
• Pendidik menguatkan konsep Tidur yang Berkualitas

Pendidikan Kesehatan di Kelas Orang tua


• Pendidik mengundang orang tua hadir di kelas orang tua sekaligus memberikan
materi tidur yang berkualitas
• Pendidik membuka diskusi dengan menanyakan kebiasaan tidur anak
• Pendidik menyampaikan informasi materi tidur yang berkualitas
• Pendidik mengajak orang tua membuat jadwal satu hari anak sejak bangun sampai
tidur di malam hari

Stimulasi Perkembangan
Pengertian
Stimulasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang aspek perkembangan
anak meliputi nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional
yang diberikan sesuai usia anak secara sistematis dan sesuai prinsip PAUD.

Kegiatan
Stimulasi dilakukan melalui kegiatan bermain berkualitas melalui 3 jenis kegiatan main
yaitu:
1. Bermain Sensorimotor
2. Bermain Peran
3. Bermain Pembangunan

Waktu
Waktu stimulasi adalah setiap detik kehidupan anak mulai dari bangun di pagi hari
sampai tidur di malam hari. Saat anak di Satuan PAUD, anak mendapatkan stimulasi
sejak anak datang sampai anak pulang. Saat anak di rumah, anak juga mendapatkan
stimulasi dari orang tua/keluarganya.

55
Tempat
Anak mendapatkan stimulasi dimana anak berada: di rumah, di Satuan PAUD, di luar
ruangan kelas, di dalam kelas.

Pelaksana
Pendidik, orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Sarana
Alat dan bahan main yang disediakan anak harus berkualitas dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan tercapai.
Alat dan bahan main yang digunakan dapat berupa main produk pabrikan yang dibeli,
dibuat sendiri, dari alam, reuse dari barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan, barang-
barang yang ada di lingkungan rumah, dll.

Terkait alat dan bahan main ini tidak selalu barang sudah jadi seperti boneka, mobil -
mobilan, rumah – rumahan, dll tapi juga dapat berbentuk barang lepasan yang dikenal
dengan istilah loosepart. Loosepart adalah bahan-bahan yang terbuka, dapat terpisah,
dapat disatukan kembali, dibawa, digabungkan, dijajar, dipindahkan, dan digunakan
sendiri ataupun digabungkan dengan bahan-bahan lain. Loosepart ini dapat berupa
benda alam atau sintetis meliputi:
1. Bahan alam
Bahan yang dapat ditemukan di alam seperti batu, tanah, pasir, lumpur biji, daun,
ranting
2. Plastik
Barang –barang yang terbuat dari plastik seperti sedotan, botol-botol plastik, pipa
pralon.
3. Logam
Barang-barang yang terbuat dari logam seperti kaleng, perkakas dapur, baut, kunci
dsb
4. Kayu dan bambu
Barang-barang kayu yang sudah tidak digunakan seperti seruling, tongkat, balok, dsb
5. Benang dan kain
Barang-barang yang terbuat dari serat seperti kapas, kain perca, tali, pita, karet, dsb
6. Kaca dan keramik
Barang-barang terbuat dari kaca dan keramik seperti botol kaca, gelas kaca, cermin,
kelereng dsb
7. Bekas kemasan

56
barang-barang/wadah yang sudah tidak digunakan seperti kardus, gulungan tisue,
bungkus makanan, karton wadah telur dsb.

Langkah-langkah Stimulasi Perkembangan Anak di Satuan PAUD


- Pendidik mengelompokan usia anak menurut kelompok usia 0 – 1, 1 – 2, 2 – 3, 3
– 4, 4 – 5 dan 5 – 6 tahun
- Pendidik membuat perencanaan pembelajaran dengan mengacu indikator
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) di Permendikbud
Nomer 137 tahun 2014 tentang Standar PAUD sesuai kelompok usia yang
dilayani
- Indikator STPPA yang diambil harus holistik memuat seluruh aspek
perkembangan
- Pendidik membuat kegiatan main yang menjadi wadah stimulasi dari indikator
yang telah dipilih, selanjutnya pendidik menyiapkan alat dan bahan main yang
tepat dan sesuai
- Pendidik melakukan proses pembelajaran dengan 4 pijakan yaitu: pijakan
lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan saat main dan pijakan setelah
main
- Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan prinsip PAUD meliputi:
belajar melalui bermain; berorientasi perkembangan anak; berorientasi
kebutuhan anak; berpusat pada anak; pembelajaran aktif dan demokratis;
pengembangan karakter dan life; kontekstual dan bermakna; dan lingkungan
kondusif dan bermakna.
- Komunikasi efektif digunakan untuk mengalirkan informasi, menguatkan
keterampilan dan menumbuhkan sikap dan karakter anak
- Agar stimulasi perkembangan yang dilakukan di Satuan PAUD dapat
berkesinambungan di rumah, pendidik juga memberikan edukasi kepada orang
tua pentingnya melakukan stimulasi dan pemantauan perkembangan sesuai
kelompok usia dengan memanfaatkan Buku KIA.

Pendidik menyampaikan kurikulum, perencanaan, jadwal pembiasaan, jadwal


pembelajaran kepada orang tua di kelas orang tua dan memberi pijakan apa yang
dilakukan orang tua di rumah. Stimulasi perkembangan anak usia dini secara detil dapat
membaca Buku KIA dan Modul Diklat Berjenjang, Modul Seri PAUD HI yang dikeluarkan
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan.

57
Screentime/Batasan Penggunaan Gadget
Pengertian
Screentime/Batasan Penggunaan Gadget adalah pembatasan penggunaan gadget bagi
anak dalam satu hari sehingga anak usia 0 – 2 tahun tidak menggunakan gadget sama
sekali, anak usia 3-6 tahun maksimal 1 jam sehari dan lebih baik lagi jika tidak
menggunakan gadget diusia dini.

Penggunaan gawai berlebih berdampak pada keterlambatan bicara dan bahasa,


kurangnya interaksi, gampang marah/ledakan emosi (tantrum), dan gangguan kognitif
(kurangnya kecerdasan) pada anak usia dini.

Usia < 1 tahun


Bayi/anak berusia <1 tahun tidak direkomendasikan menggunakan gawai kecuali dalam
bentuk video-chatting (video-call) dengan didampingi orang tua.
Penggunaan gawai pada anak berusia 18 – 24 bulan (1,5 tahun – 2 tahun):
- hanya memilih konten yang berkualitas untuk anak, batasi tidak lebih dari 1 jam per
hari
- Hendaknya dimainkan bersama orang tua sehingga anak dapat mengetahui cara
terbaik untuk menggunakannya
- Hindarkan anak menggunakan gawai sendirian tanpa pendampingan orang tua

Usia 1 – 2 tahun
Screen time dalam bentuk menonton tv, video, komputer, gadget tidak dianjurkan. Screen
time yang diperbolehkan hanya dalam bentuk video chating yang didampingi orang tua
untuk berinteraksi dengan anggota keluarga yang sedang berjauhan.

Usia 2 – 3 tahun
Screen time tidak lebih dari 1 jam per hari, semakin sedikit lebih baik.

Usia 3 – 6 tahun
Screen time tidak lebih dari 1 jam per hari, semakin sedikit lebih baik.
Beberapa hal yang harus mendapat perhatian saat screen time
• Screen time dilakukan dengan pendampingan dan interaksi dengan anak
• Berikan hanya konten materi yang berkualitas dan hindari anak terpapar dari
materi kekerasan
• Matikan semua perangkat media berlayar bila sedang tidak digunakan
• Jangan menggunakan media berlayar hanya untuk menenangkan perilaku anak

58
• Bebaskan anak dari media berlayar di kamar tidur, dan juga pada saat makan
atau saat bermain
• Jangan memberikan media berlayar selama proses makan dan pada 1 jam
sebelum tidur
• Orang tua harus menjadi model untuk anak, misalnya orang tua juga membatasi
waktu screen time bagi diri sendiri tidak lebih dari 2 jam per hari
• Tentukan waku bebas media bersama, seperti di meja makan, di dalam mobil dll
untuk mencapai keseimbangan

Menjaga Kesehatan Mata Selama Screen Time


• Memastikan anak untuk mengistirahatkan mata dengan menerapkan aturan 20-
20-20 artinya setiap 20 menit screen time mengistirahatkan mata selama 20
detik dengan melihat jauh sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) dan mengedipkan
mata secara berkala
• Memastikan posisi duduk anak selama screen time untuk tetap
mempertahankan postur tubuh yang baik/ punggung lurus/ tidak boleh
membungkuk
• Menyarankan anak untuk menggunakan screen lebih besar seperti TV, laptop
atau PC
• Menjaga jarak mata anak dengan screen minimal 30 cm – 50 cm atau
sedikitnya lebih rendah dari atau setinggi mata
• Memastikan pencahayaan yang cukup selama screen time, tidak boleh terlalu
redup atau terlalu terang
• Anak yang sudah menggunakan kaca mata minus tetap menggunakan kaca
mata saat screen time agar menghindari anak tersebut melihat lebih dekat ke
monitor
• Setelah pembelajaran selesai, anak diajak untuk melakukan aktivitas di
halaman rumah (green time) seperti melihat tanaman hijau, melakukan aktivitas
fisik, bermain dan lain-lain.

Kegiatan
Pendidik membuat kegiatan mengedukasi orang tua di kelas orang tua untuk
menyadarkan orang tua perlu membatasi penggunaan gadget
Pendidik kreatif melakukan pembelajaran baik BDR (Belajar Dari Rumah) maupun PTM
(Pembelajaran Tatap Muka) yang tidak menggunakan media informasi visual.

Waktu
Pendidik menjadwal edukasi terkait screen time/Batasan Penggunaan Gadget di kelas
orang tua.

59
Di satuan PAUD, pendidik membuat pembelajaran dengan tema Teknologi atau tema lain
yang menjadi wadah untuk mengalirkan informasi terkait screen time pada anak usia dini

Tempat
Kelas orang tua dapat dilakukan di satuan PAUD atau di tempat lainnya yang disepakati
bersama dengan orang tua baik virtual maupun tatap muka dengan protokol kesehatan.

Pelaksana
Materi screen time disampaikan oleh pendidik, Kepala PAUD dan narasumber dari luar
yang ahli

Sarana
Buku, poster, materi, video, audio dan alat peraga pendukung terkait materi screen time
ini

Langkah-langkah
• Pendidik menyepakati jadwal materi screentime bersama orang tua
• Pendidik mengundang dan memotivasi orang tua hadir di kelas orang tua
• Pendidik meminta orang tua menyampaikan harapannya dengan mengikuti
kegiatan kelas orang tua dengan materi screentime
• Pendidik membuka diskusi dengan menanyakan kebiasaan penggunaan gadget,
televisi, media visual di rumah
• Pendidik menyampaikan informasi materi screentime kepada orang tua
• Pendidik mengajak orang tua membuat jadwal satu hari anak sejak bangun sampai
tidur di malam hari
• Pendidik mengajak orang tua untuk menginventarisir kegiatan main bersama anak
di rumah
• Pendidik menyampaikan perasaan dan pesan terkait kegiatan kelas orang tua
dengan materi screentime ini

Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses reproduksi (Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi). Pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak usia dini lebih
menekankan kepada proses pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai dewasa
sehat dan mengasah kemampuan/ daya tangkal peserta didik untuk menghindarkan diri

60
dari perilaku berisiko atau pengaruh luar yang akan berdampak negatif bagi kesehatan
mereka khususnya kesehatan reproduksi.

Materi
Materi kesehatan reproduksi yang diberikan bagi anak usia dini antara lain:

1. Pengenalan alat reproduksi


2. Pengenalan fungsi alat reproduksi
3. Keterampilan membersihkan dan merawat alat reproduksi
4. Nilai, norma, batasan diri dan hubungan dengan orang lain
5. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
6. Masalah kesehatan reproduksi peserta didik
7. Gender dan kekerasan

Waktu
• Pembiasaan membersihkan alat reproduksi setelah BAK dan BAB dengan benar
• Pembelajaran dengan tema Tubuhku dan atau Kesehatanku
• Kegiatan insidental sesuai keadaan dan komunikasi yang timbul dipercakapan
anak

Pelaksana
Pendidik di Satuan PAUD dan orang tua di rumah. Pendidik mengedukasi orang tua
melalui kelas orang tua dengan materi Kesehatan Reproduksi.

Sarana

Buku-buku pedoman/panduan kesehatan reproduksi, alat peraga berupa foto, boneka,


patung anatomi manusia.

Langkah-Langkah

• Pendidik menyiapkan Prosedur Operasional Standar mendampingi dan


menyiapkan anak mandiri BAK/BAB
• Pendidik membuat pembelajaran dengan tema Tubuhku dan atau Kesehatanku
• Pendidik memasukan kesehatan reproduksi dalam tujuan pembelajaran
• Pendidik mempersiapkan buku dan alat peraga pendukung
• Pendidik merencanakan dan melaksanakan 4 kegiatan di proses pembelajaran:
Pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan saat main, pijakan setelah
main
• Pendidik mencatat perkembangan pengetahuan dan keterampilan anak terkait
kesehatan reproduksi

61
4.2. Pelayanan Kesehatan
Pengertian
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat.

Berdasarkan Pasal 6, SKB 4 Menteri tahun 2014 tentang Pembinaan dan


Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah, jenis layanan kesehatan di
Satuan PAUD seperti tampak pada Tabel 7.

62
Tabel 7. Jenis Layanan Kesehatan pada UKS/M di Satuan PAUD

Jenis Layanan Kesehatan UKS/M Pelaksana, Sarana


No Waktu Pelaksanaan
di satuan Prasarana
1 Pemeriksaan Kesehatan
a. Deteksi dini faktor risiko Penerimaan murid Pendidik, Form
penyakit (TB balita, Covid- 19 baru, tahun ajaran Pemeriksaan, Buku
dll) baru dan berkala KIA
b. Pemantauan pertumbuhan • Penimbangan
anak sesuai usia berat badan 1x
sebulan
• Pengukuran Pendidik, timbangan,
tinggi badan 1x antropometri, Buku
sebulan KIA
• Pengukuran
lingkar kepala
1x6 bulan
c. Pemantauan perkembangan Pendidik, orang tua,
Setiap hari, terjadwal
anak sesuai usia Buku KIA, Panduan,
dan berkala
Form Pencatatan
Terjadwal dan Kerjasama dengan
2 Deteksi Dini Tumbuh Kembang
berkala Puskesmas
Jadwal & kerjasama
Pemeriksaan dan perawatan gigi
3 1x6 bulan dengan Puskesmas
dan mulut
& dokter gigi
Pertolongan Pertama pada Pendidik, Kotak P3K
4 Kecelakaan (P3K)/Pertolongan Insidental terisi lengkap,
Pertama pada Penyakit (P3P) Panduan (SOP)
Sesuai jenis Tenaga kesehatan,
5 Pemberian imunisasi
imunisasi Buku KIA
• 1 x setahun
untuk usia 6 – 11
Puskesmas,
bulan (Februari
Posyandu, Vitamin A
atau Agustus)
6 Pemberian Vitamin A Kapsul Biru dan
• 2 x setahun
Vitamin A Kapsul
untuk usia 1 – 5
Merah
tahun (Februari
dan Agustus)
7 Pemberian obat cacing 1-2 x setahun Puskesmas

63
SDM khusus
Penyuluhan kesehatan dan Setiap hari atau
8 Pendidik yang sudah
konseling terjadwal
dilatih
Kerjasama dengan
Jika ada kelainan &
Rujukan kesehatan ke puseksmas/rumahs
9 gangguan kesehatan
puskesmas/rumah sakit akit/Tenaga
tertentu
Kesehatan
Permenkes No. 2269/Menkes/PER/ XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan PHBS

4.2.1. Pemeriksaan Kesehatan


Pemeriksaaan kesehatan yang dilakukan antara lain pemeriksaan dari ujung rambut
sampai dengan ujung kaki (rambut, kuku, kulit), skrining faktor risiko TB Balita, gejala
Covid-19 dan penyakit pada umumnya, penimbangan berat badan, panjang badan atau
tinggi badan, lingkar kepala dan ceklis perkembangan sesuai usia anak.

Waktu
• Pada awal tahun ajaran baru
• Saat ada anak baru mendaftar masuk ke PAUD diluar jadwal tahun ajaran baru
• Berkala dan terjadual sesuai kesepakatan

Tempat
Di halaman, aula, ruang kelas, yang memungkinkan pendidik dapat mewawancarai orang
tua dengan nyaman dalam beberapa saat

Pelaksana:
Pendidik dan tenaga kependidikan PAUD

Sarana:
- Timbangan
- Pengukur tinggi badan
- Pengukur lingkar kepala
- Buku KIA (Kurva pertumbuhan, ceklist perkembangan)
- Intrumen skrining TBC m-KIA (Lampiran 6), atau Lembar Skrining TBC di PAUD/TK
(Lampiran 7)
- Tempat duduk untuk pendidik melakukan wawancara dengan orang tua dan
bercakap dengan anak.

64
Langkah-langkah:
- Orang tua diminta untuk membawa Buku KIA anak
- Pendidik mengajak anak dan orang tua duduk di kursi konsultasi dan melakukan
percakapan yang nyaman dengan anak dan orang tua
- Pendidik mengumpulkan Buku KIA yang dibawa orang tua
- Bagi orang tua yang belum memiliki Buku KIA, pendidik memfasilitasi orang tua
memiliki Buku KIA ini. Buku KIA dapat diakses pada link
https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20TAHUN%20
2020%20BAGIAN%20ANAK.pdf
- Pendidik meminta orang tua mengisi kuesioner Riwayat Kesehatan Anak
- Pendidik melakukan pemeriksaan kesehatan umum anak
- Pendidik melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan
lingkar kepala dengan alat ukur yang valid dengan cara yang benar (lihat Lampiran
8)
- Pendidik mencatat data pemeriksaan kesehatan, berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala anak di Buku KIA
- Terkait skrining TBC, pendidik menanyakan ke orang tua dan lihat apakah balita
memiliki satu atau lebih gejala berikut:
1. Gizi buruk (Anak terlihat sangat kurus)
2. Berat badan tidak naik dua bulan berturut-turut
3. Batuk > 2 minggu
4. Demam > 2 minggu
5. Riwayat kontak dengan pasien TBC
Rujuk ke puskesmas jika ada satu atau lebih gejala di atas

4.2.2 Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Sesuai Usia

Waktu
• Pada awal tahun ajaran baru
• Terjadual dan berkala
• Pemantauan pertumbuhan idealnya dilakukan sebulan sekali, dan pemantauan
perkembangan setiap hari, terjadual dan berkala

Tempat
Di halaman, aula, ruang kelas, yang memungkinkan pendidik dapat mewawancarai

65
orang tua dengan nyaman dalam beberapa saat

Pelaksana:
Pendidik dan tenaga kependidikan PAUD

Sarana:
• Timbangan
• Pengukur tinggi badan
• Pengukur lingkar kepala
• Buku KIA (Kurva pertumbuhan, ceklist perkembangan)
• Tempat duduk untuk pendidik melakukan wawancara dengan orang tua dan
bercakap dengan anak.
Jika di PAUD (TK/RA/BA) terdapat Pendidik terlatih SDIDTK, maka sarana tambahan
yang diperlukan antara lain:
• Instrumen TDD
• Snellen E untuk TDL

Langkah-langkah:
- Orang tua diminta untuk membawa Buku KIA anak
- Pendidik mengajak anak dan orang tua duduk di kursi konsultasi dan melakukan
percakapan yang nyaman dengan anak dan orang tua
- Pendidik mengumpulkan Buku KIA yang dibawa orang tua
- Bagi orang tua yang belum memiliki Buku KIA, pendidik memfasilitasi orang tua
memiliki Buku KIA ini. Buku KIA dapat diakses pada link
https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20TAHUN%2020
20%20BAGIAN%20ANAK.pdf
- Pendidik meminta orang tua mengisi cek list perkembangan
- Pendidik melakukan pemeriksaan kesehatan umum anak
- Pendidik melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar
kepala dengan alat ukur yang valid dengan cara yang benar (lihat Lampiran 8)
- Pendidik mencatat data pemeriksaan kesehatan, berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala anak di Buku KIA
Untuk pendidik terlatih, dapat melakukan assessment:
a. Mengisi kuesioner Tes Daya Dengar (TDD)
b. Melakukan Tes Daya Lihat (TDL)

66
Pada saat Pandemi seperti saat ini, dimana satuan PAUD belum diperkenakan untuk
pembelajaran tatap muka, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan tetap dapat
dilakukan dengan pilihan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan di Satuan PAUD dengan ketentuan sebagai berikut:


• Satuan telah memiliki perjanjian dengan orang tua
• Anak tidak dipantau dalam satu waktu bersamaan tapi bergiliran, 5 anak dalam
satu waktu
• Pemantauan dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan

b. Pelaksanaan dilakukan di Posyandu


Pendidik dapat bekerjasama dengan posyandu dengan memperhatikan hal-hal
berikut ini:
- Satuan berkomunikasi dan berkoordinasi serta menyepakati dengan Posyandu
terkait jadwal pengukuran pertumbuhan bagi peserta didiknya
- Pendidik mengkomunikasikan kepada orang tua terkait jadwal dan ketentuan
protokol kesehatan saat pengukuran di Posyandu
- Pendidik memastikan Posyandu melaksanakan pemantauan dengan mengikuti
protokol kesehatan sesuai Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa
Pandemi COVID-19 Bagi Tenaga Kesehatan (Kemenkes, 2020)
- Pendidik memastikan alat ukur yang digunakan posyandu dalam keadaan baik
- Pendidik meminta data hasil pengukuran

c. Pemantauan dilakukan di rumah.


Jika sarana pendukung dimiliki orang tua/keluarga, pemantauan dapat dilakukan
orang tua/keluarga dengan dukungan dan bimbingan Pendidik. Beberapa hal yang
harus diperhatikan sebagai berikut:
- Pendidik telah memberikan petunjuk cara pengukuran yang benar dan tepat
- Pendidik memastikan alat pengukuran berat badan, tinggi/panjang badan,
lingkar kepala dalam keadaan baik
- Pendidik mendampingi dan menguatkan orang tua untuk mengisi Buku KIA
- Pendidik meminta orang tua/keluarga melaporkan hasil pemantauan

67
Tabel 8. Contoh Formulir Rekapitulasi Data Pemantauan Kesehatan, Pertumbuhan dan Perkembangan

DATA REKAP PEMANTAUAN KESEHATAN, PENGUKURAN ANTROPOMETRI ANAK DAN HASIL PERKEMBANGAN SESUAI USIA
PAUD/TK/KB/TPA/SPS………………..
TAHUN AJARAN 2020/2021
Tanggal Pengukuran: 20 Juli 2019
Hasil
JK Hasil Pemantauan Pertumbuhan Hasil Pemantauan Perkembangan Skrining
TB Tanda
No NAMA (L/ USIA PERKEMBA TES DAYA TES DAYA Lainnya Bukan Sehat/
BB TB LK BB TB BB IMT LK NGAN LIHAT DENGAR jika ada Terduga/ Sakit
K)
(Kg) (cm) (cm) IMT /U /U / /U /U Lengkap/ Normal/ Normal/ Kontak
TB Tidak Curiga Curiga Erat/
Lengkap Kelainan Kelainan Bukan TB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
3 tahun
1 Faqih Baihaqi L 18 103 50,5 17,0 N Tn Gl G N L R Ya Sehat
11 bulan
3 tahun 4
2 Gina Apriliani P 14 93 51 16,2 N Tn Gn N N L N Ya Sehat
bulan
3 tahun 8
3 Nabil Aghni Fadhillah L 13 96 51 16,2 K P Gk K N TL Sakit pilek
bulan
Adelweis Haura 4 tahun 9 Sakit
4 P 15 105,5 51,5 13,5 N Tn Gn N N L Ya
Sausan bulan demam
4 tahun 8
5 Amelia Fauziah P 19 109 51 16 N Tn Gn N N L Ya Sehat
bulan
5 tahun 1
6 Yukkio Andreas L 17 108 49,5 14,7 N N TL Sehat
bulan
7
8
9
10
11 Dst

Keterangan: • IMT: Indeks Massa Tubuh (Kg/m2)


• JK : Jenis Kelamin • BB/U: Status gizi berat badan berdasarkan umur anak (SK/Sangat Kurus; K/Kurus; N/Normal, RBBL/Resiko Berat Badan Lebih
• BB: Berat Badan (Kg) • BB/TB: Status gizi berdasarkan tinggi badan anak (Gb/Gizi buruk; Gk/Gizi kurang; Gn/Gizi normal; Gl/Gizi lebih; O/Obesitas
• TB: Tinggi Badan (cm) • TB/U: Status gizi tinggi badan berdasarkan umur anak (SP/Sangat Pendek;P/Pendek; Tn/Tinggi Normal; Ti/Tinggi
• LK: Lingkar Kepala (cm) • LK/U: Status lingkar kepala berdasarkan Umur Anak (Mi/Mikrosefal; N/Normal;Ma/Makrosefal)
• Pengisian L jika seluruh ceklist perkembangan di jawab Ya, TL jika salah satu terdapat jawaban tidak

68 68
4.2.3. Pemeriksaan dan Perawatan Gigi Mulut

Waktu
Pemeriksaan kesehatan dan perawatan gigi mulut dilakukan minimal 6 bulan sekali
sesuai waktu yang disepakati dengan tenaga kesehatan.

Tempat
Di Satuan PAUD (ruang UKS, ruang kelas, aula, dll)

Pelaksana
Tenaga kesehatan dari puskesmas/rumah sakit

Sarana
Sarana pemeriksaan Kesehatan seperti:
- Buku KIA (Catatan Kesehatan Gigi)
- Peralatan gigi yang disiapkan oleh tenaga kesehatan

Langkah-Langkah
• Satuan PAUD menghubungi puskesmas/Rumah Sakit untuk menjalin kerjasama
• Puskesmas sudah menyepakati jadwal pemeriksaan, pembagian tugas dan
identifikasi sarana pemeriksaan kesehatan.
• Tenaga kesehatan Puskesmas mengunjungi Satuan PAUD untuk melakukan
pemeriksaan
• Satuan PAUD memfasilitasi dan membantu pelaksanaan pemeriksaan oleh
Puskesmas.
• Puskesmas melaporkan hasil pemeriksaan melalui rekapitulasi hasil
• Puskesmas memberikan daftar nama peserta didik yang direkomendasikan
dirujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
• Puskesmas memberikan rekomendasi tindak lanjut yang perlu dilakukan Satuan
PAUD untuk meningkatkan kesehatan gigi peserta didik.
• Satuan PAUD mendokumentasikan hasil pemeriksaan
• Satuan PAUD menindaklanjuti hasil pemeriksaan.

4.2.4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan Pertolongan


Pertama terhadap Penyakit (P3K dan P3P)

Pengertian
Pemberian P3K dan P3P dilakukan sebagai penanganan awal terhadap cedera atau

69
kejadian sakit yang terjadi di Satuan PAUD sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
di fasilitas kesehatan apabila masalah cedera/sakit belum terselesaikan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit/ cedera.

Kegiatan
P3K
Cedera seperti jatuh, luka, patah tulang dan lain-lain dapat saja terjadi di Satuan PAUD.
Penanganan P3K yang diberikan disesuaikan dengan jenis cedera yang terjadi.

P3P
Kejadian sakit juga bisa terjadi saat anak di Satuan PAUD seperti demam, diare, sakit
perut, mimisan, pingsan, sakit kepala dan lain lain. Penanganan yang diberikan berupa
pengobatan sederhana untuk mengatasi gejala awal yang ringan. Setelah mendapatkan
pengobatan awal, peserta didik yang sakit diminta untuk beristirahat di ruang UKS.
Apabila sakit masih berlanjut atau jenis sakit tidak ringan maka satuan PAUD harus
menginformasikan kondisi tersebut ke orang tua, menyarankan dan merujuk peserta
didik tersebut ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

Pelaksana
Pendidik UKS/M dan Pendidik lainnya yang terlatih.

Waktu
Pemberian P3K dan P3P dilakukan segera apabila terdapat peserta didik yang mengalami
cedera/sakit di Satuan PAUD.

Tempat
Ruang UKS/M atau lokasi kondusif lainnya di lingkungan PAUD.

Sarana
• Peralatan P3K di ruang UKS/M yang berisi alat dan bahan standar

70
• Obat-obatan sederhana di kotak P3K
1. Obat penurun panas/deman, misalnya Paracetamol max 4 dosis/ hari :
• 0 bln–1 thn: 60 – 125 mg/ dosis;
• 1 – 5 thn: 120 – 250 mg/ dosis;
• 6– 12 thn: 250 – 500 mg/dosis
2. Obat pereda rasa nyeri (bisa parasetamol atau ibuprofen)
3. Obat alergi (krim hidrokortison untuk alergi pada kulit)
4. Larutan rehidrasi oral (oralit)
5. Krim gatal seperti calamine atau bedak dingin
6. Krim luka bakar (bisa juga menggunakan gel aloe vera)

Langkah-Langkah
1. Satuan PAUD diharapkan sudah mendapatkan informasi dari orang tua terkait
penyakit-penyakit yang sering dialami anak atau anak menderita kelainan penyakit
tersebut seperti asma, kejang saat panas tinggi, alergi, dll
2. Lembaga PAUD mengidentifikasi kebutuhan dan menyediakan sarana prasarana
(peralatan dan obat-obatan sederhana) untuk P3K dan P3P.
3. Lembaga PAUD berkoordinasi dengan Puskesmas untuk melatih Pendidik UKS/M
dan Pendidik lainnya untuk memberikan P3K dan P3P.
4. Satuan PAUD membuat pedoman penanganan kecelakaan dan penanganan pertama
saat anak sakit selama di satuan PAUD
5. Lembaga PAUD menyusun jadwal piket Pendidik UKS

71
6. Petugas piket UKS/M melakukan pencatatan pemberian P3K dan P3P dan
memantau perkembangan kondisi peserta didik yang diberikan P3K atau P3P.
7. Petugas piket UKS/M memberikan penanganan pertama anak yang mengalami kecelakaan
dan sakit saat anak di Satuan PAUD.
8. Apabila sakit masih berlanjut atau jenis sakit tidak ringan, maka Pendidik UKS/M di
Satuan PAUD harus menginformasikan kondisi tersebut ke orang tua, menyarankan
dan merujuk peserta didik tersebut ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

4.2.5. Imunisasi
Pengertian
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes No. 12 tahun
2017 tentang penyelenggaraan imunisasi) .

Kegiatan
Kegiatan pengidentifikasian imunisasi dilakukan pendidik pada saat penerimaan
peserta didik baru sebagai bagian data riwayat kesehatan anak. Bagi pendidik yang
melayani anak usia 0 – 12 bulan perlu mendorong orang tua agar memastikan
kelengkapan imunisasi dasar maupun imunisasi lanjutan sesuai jadwal pelayanan
imunisasi yang terdapat pada Buku KIA 2020.

Waktu
Jadwal imunisasi sesuai usia seperti tampak pada Tabel 9 dibawah ini.

Tempat
Pendidik dapat mendorong orang tua untuk membawa anaknya ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang memberikan imunisasi pada anak seperti Posyandu, Puskesmas, Klinik
dan Rumah Sakit.

Pelaksana
Dokter/tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan melakukan imunisasi.

72
Tabel 9. Jadwal Imunisasi Sesuai Usia

73
4.2.6. Pemberian Vitamin A
Pengertian
Pemberian Vitamin A bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mata dan pertumbuhan
anak. Vitamin A diberikan kepada anak diatas usia 6 bulan.

Waktu
Untuk anak usia 6 – 11 bulan sekali setahun pada bulan Februari atau Agustus,
sementara untuk anak usia 1 – 5 tahun dua kali dalam setahun di bulan Februari dan
Agustus.

Tempat
Kelas masing-masing, puskesmas, posyandu.

Pelaksana
Puskesmas, Pendidik UKS/M, kader kesehatan sekolah/madrasah.

Sarana
• Kapsul Vitamin A Biru untuk anak usia 6 – 11 bulan dan Kapsul Vitamin A Merah
untuk anak usia 1 – 5 tahun.
• Buku KIA atau lembar pencatatan pemberian Vitamin A yang disediakan oleh
Puskesmas.

Langkah-Langkah
• Petugas Puskesmas berkoordinasi dengan kepala sekolah/madrasah dan pendidik
untuk menjadwalkan pemberian Vitamin A kepada peserta didik.
• Pada hari pelaksanaan, Pendidik membantu petugas Puskesmas untuk mengatur
peserta didik.
• Petugas Puskesmas dibantu pendidik melakukan pencatatan dan pelaporan.

4.2.7. Pemberian Obat Cacing


Pengertian
Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing dalam tubuh manusia
yang ditularkan melalui tanah. Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal Cacingan
(POPM) disebut POPM Cacingan merupakan pemberian obat cacing secara serentak
kepada semua penduduk sasaran di wilayah berisiko cacingan sebagai bagian dari
upaya pencegahan penularan cacingan.

Waktu
POPM Cacingan dilaksanakan dua kali dalam 1 (satu) tahun untuk daerah

74
kabupaten/kota dengan prevalensi tinggi dan satu kali dalam 1 (satu) tahun untuk
daerah kabupaten/kota dengan prevalensi sedang. Pemberian obat cacing diberikan
pada peserta didik tingkat PAUD (TK/RA/BA).

Tempat
Kelas masing-masing.

Pelaksana
Puskesmas, Pendidik UKS/M, kader kesehatan sekolah/madrasah.

Sarana
• Obat cacing.
• Buku KIA atau lembar pencatatan pemberian obat cacing yang disediakan oleh
Puskesmas.

Langkah-Langkah
• Petugas Puskesmas berkoordinasi dengan kepala sekolah/madrasah dan Pendidik
untuk menjadwalkan POPM cacingan kepada peserta didik
• Pada hari pelaksanaan POPM Cacingan, Pendidik membantu petugas Puskesmas
untuk mengatur peserta didik
• Petugas Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan

4.2.8. Pelayanan anak inklusi


PAUD yang menerima anak dengan disabilitas dapat bekerjasama dengan Psikolog atau
Terapis diuntuk memberikan pelayanan secara berkala.

4.2.9. Rujukan
Apabila dari hasil pemantauan pertumbuhan dan perkembangan diperoleh hasil yang
tidak sesuai dengan usia anak misalnya tren kenaikan berat badan yang tidak sesuai dan
cek list perkembangan tidak lengkap setelah dilakukan intervensi, maka pendidik dapat
merujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

4.3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat


Pengertian
Pembinaan lingkungan sekolah sehat adalah usaha untuk menciptakan kondisi
lingkungan sekolah/madrasah yang sehat dan dapat mendukung proses pendidikan
sehingga mencapai hasil yang optimal baik dari segi pengetahuan, sikap maupun
keterampilan.

75
Menurut neurosain, pendidikan dimaknai kegiatan stimulasi yang menyambungkan sel-
sel otak anak. Hal ini terjadi setiap detik kehidupan anak. Semua yang dilihat, didengar,
dirasakan, dialami anak akan mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Semua hal yang berada di dekat anak akan menjadi Pendidik bagi anak. Berdasarkan hal
tersebut lingkungan adalah semua hal yang berada didekat anak baik fisik maupun non
fisik.

4.3.1. Penyediaan Lingkungan Fisik Anak yang Kondusif


Lingkungan fisik anak meliputi: gedung, seluruh ruangan di dalam gedung, sarana
prasarana, peralatan, alat bermain dan seluruh peralatan yang dapat dimanfaatkan
sebagai tempat dan media bermain anak. Alat bahan main (material) ditata sedemikian
rupa untuk mendukung kegiatan main yang eksploratif dan kreatif.
Dalam melakukan penataan lingkungan fisik pendidik harus memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Aman
Aman dari benda-benda berbahaya, situasi yang berbahaya, binatang yang
berbahaya dan lainnya. Anak terhindar dari bahan-bahan kimia yang berbahaya,
misalnya cat besi dengan zat kimia tertentu

b. Nyaman
Anak merasa nyaman, artinya anak nyaman dan ergonomi dengan tempat dan
material terbuka yang digunakannya. Setiap ruangan belajar sebaiknya ada
tanaman dengan ukuran dan jenis yang sesuai bagi anak.

c. Bersih.
Lingkungan fisik harus bersih. Bersih bukan hanya tidak berdebu tapi juga bebas
dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau juga bebas dari virus,
bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya

Gambar 5. Lingkungan Fisik Di Luar Dan Di Dalam Gedung

76
d. Udara Sehat
Oksigen sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kerja otak. Sirkulasi
udara diciptakan kondusif dengan pengaturan ventilasi, jendela dan pintu
dan jarak antara lantai dan langit-langit. Diupayakan satu anak dengan space
ruang 3 meter persegi.

e. Sinar matahari
Idealnya bangunan dirancang agar sinar matahari pagi masuk ke ruangan.
Jika ruangan penuh keterbatasan, sebaiknya bermain dan beraktivitas
dikombinasikan di dalam dan di luar ruangan.

d. Bermakna
Lingkungan dilengkapi dan ditata untuk menjawab kebutuhan anak,
kurikulum, tujuan pembelajaran dan tahap tumbuh kembang anak

e. Menarik
Ruangan ditata menarik sehingga dapat mengundang anak untuk bermain
dan beraktivitas sesuai tujuan yang ingin dicapai. Alat dan bahan main ditata
menarik dengan pesan terbaca dari penataan main tersebut.

Gambar 6. Lingkungan Di Dalam Kelas dan Penataan Alat Bahan Main

Pemeliharaan Sanitasi Sekolah dan Pengelolaan Sampah


Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau
mengendalikan faktor-faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai penularan
penyakit. Sarana prasarana sanitasi yang diperlukan antara lain air bersih yang cukup,

77
jamban sehat, sarana cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pembuangan limbah
cair dan tempat sampah terpilah. Sanitasi berkaitan erat dengan pelaksanaan
pembiasaan hidup bersih.

Kegiatan
1. Perencanaan pembersihan seluruh bagian Satuan PAUD telah dibuat yang memuat
jadwal pembersihan, pemeriksaan berkala dan personil yang bertugas
2. Pemeriksaan kebersihan seluruh lingkungan Satuan PAUD dilakukan setiap hari
dengan menggunakan cek list item pemeriksaan.
3. Cek list item pemeriksaan ditempel di dinding atau tempat yang mudah terlihat oleh
semua
4. Pembersihan dan disinfeksi ruang kelas, ruang pendidik, dapur, perpustakaan, dan
semua ruangan yang terdapat di sekolah/madrasah setiap hari.
5. Pembersihan dan disinfeksi sarana yang sering tersentuh dengan tangan seperti
pegangan pintu, tombol lampu, meja/kursi setiap hari.
6. Pembersihan sarana luar kelas seperti lapangan.
7. Pembuangan sampah ke tempat sampah tertutup dan terpilah setiap hari.
8. Pengumpulan sampah dari berbagai lokasi tempat sampah di sekolah/ madrasah ke
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara setiap hari atau kurang dari sehari
apabila sampah sudah mencapai ¾ dari isi.
9. Kerja bakti.
10. Pelaksanaan 3R (reuse, reduce, recycle).
a. Reuse : menggunakan kembali.
b. Reduce : berupaya mengurangi sampah.
c. Recycle : mendaur ulang.

Waktu
• Pembersihan dan disinfeksi dilakukan minimal 2 kali/hari.
• Pembuangan sampah ke tempat sampah tertutup dan terpilah serta ke TPS
dilakukan setiap hari.
• Pelaksanaan reuse atau recycle dilaksanakan 1 kali/minggu atau sesuai
kebutuhan.

Tempat
Di seluruh lingkungan satuan PAUD.

Pelaksana
Kepala PAUD, pendidik dan wali kelas, peserta didik, orang tua/ wali, tenaga
kependidikan, masyarakat sekitar satuan.

78
Sarana
• Surat Edaran/Peraturan penerapan dari sekolah/madrasah.
• Tempat sampah tertutup dan terpilah di setiap kelas, di kamar mandi, di dapur, di
halaman, dll. Tiap tempat sampah dilapisi plastik.
• Alat-alat kebersihan: sapu, plastik
• Cairan pembersih/disinfektan
• Tempat pembuangan sampah sementara terbuat dari bata atau drum yang disertai
tutup
• Lokasi pengumpulan sampah untuk di gunakan kembali/Bank Sampah
• Tempat pengolahan sampah/sarana pembuatan pupuk

Langkah-Langkah
• Satuan PAUD bekerjasama dengan Puskesmas dan Dinas Kebersihan/ Lingkungan
Hidup melakukan orientasi kegiatan sanitasi di Satuan PAUD, pengelolaan sampah,
pengenalan daur ulang sampah dan pembuatan pupuk.
• Satuan PAUD menunjuk pendidik yang akan menjadi pembimbing dalam
pengelolaan dan daur ulang sampah hingga pembuatan pupuk.
• Pendidik membuat jadwal pelaksanaan pengelolaan sampah.
• Warga Satuan PAUD juga orang tua membantu pelaksanaan pengawasan sanitasi,
kerja bakti dan melaksanakan 3R.
✓ Reduce: Tim pengelola sampah menggunakan wadah atau tempat
makanan/minuman yang tidak sekali pakai sehingga dapat mengurangi volume
sampah plastik bungkus makanan/minuman di sekolah/madrasah.
✓ Reuse: Pendidik UKS/M membimbing warga PAUD untuk menggunakan dan
memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi
sesuatu yang baru.
✓ Recycle: Satuan PAUD mendaur ulang sampah organik menjadi kompos ataupun
sampah anorganik menjadi bahan baru yang bernilai ekonomis.
Satuan PAUD dapat menjalin kerjasama dengan lintas Lembaga untuk menguatkan
pelaksanaan 3R ini. Pendidik dan tenaga kependidikan ditingkatkan kapasitas
pelaksanaan 3R ini dengan mengikuti pelatihan.

Pemanfaatan Pekarangan Satuan PAUD


Pengertian
Pemanfaatan pekarangan satuan PAUD adalah memanfaatkan tanah atau halaman di
sekitarnya untuk menanam berbagai macam tanaman.

Kegiatan
Pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui kegiatan:

79
• Memanfaatkan halaman atau lahan yang masih kosong untuk ditanami tanaman
obat, sayuran, buah serta tanaman pengusir nyamuk.
• Memberi label pada tanaman sebagai sarana edukasi (nama latin tanaman, nama
Indonesia, nama daerah serta manfaatnya).
• Mengintegrasikan ke kurikulum dengan menjadikan tanaman sebagai tema di
Rencana Pembelajaran
• Menjadikan kegiatan berkebun sebagai kegiatan puncak Tema Tanaman
• Kegiatan berkebun dilakukan bersama anak dengan mengikuti 4 tahap
pembelajaran:
1. Pijakan lingkungan dengan menyiapkan alat dan bahan,
2. Pijakan sebelum berkebun dengan bercerita dan membacakan buku terkait
tanaman yang akan ditanam,
3. Pijakan saat berkebun dengan cara pendidik menjadi model seraya
menginformasikan terkait tanaman, memperluas ide anak serta
mengembangkan seluruh aspek meliputi nilai agama dan moral, fisik, kognitif,
bahasa dan sosial emosional anak,
4. Pijakan setelah main dengan cara pendidik menanyakan kepada setiap anak apa
yang dikerjakan anak dan perasaannya saat berkebun lalu diikuti dengan
meminta anak membuat berbagai karya dengan berbagai alat dan bahan main
untuk merepresentasikan kegiatan berkebun.

Gambar 7. Kegiatan berkebun terintegrasi pembelajaran bertemakan Tanaman

Waktu
Pemanfaatan pekarangan diintegrasikan dengan berbagai tema antara lain tanaman
dengan sub tema tanaman sumber zat gizi, tanaman hias, tanaman obat-obatan.

Tempat
Pekarangan satuan PAUD.
Sasaran
Peserta didik, Pendidik dan warga satuan PAUD.

80
Pelaksana
Seluruh warga satuan dan dinas terkait.

Sarana
1. Bibit sayur, bibit buah, bibit tanaman obat-obatan, bibit tanaman hias, pupuk, alat
berkebun, air.
2. Sayuran
• Aneka sayuran daun: bayam, kangkung, sawi/sayuran daun, dll.
• Aneka sayuran buah: cabai rawit, cabai keriting, tomat, terong, dll.
• Aneka sayur umbi: bawang merah, bawang putih, kentang, dll atau disesuaikan
dengan kearifan lokal masing-masing.
3. Tanaman obat
• Tanaman obat jenis temu-temuan (empon-empon): jahe, kunyit, kencur,
temulawak, dll.
• Tanaman obat jenis daun: kelor, katuk, kumis kucing, lidah buaya, meniran,
pegagan, seledri, dll.
• Tanaman obat jenis biji: jintan hitam, dll.
• Tanaman obat jenis buah: jeruk nipis, lemon, jambu biji, dll.
• Tanaman obat jenis batang: serai dapur, sereh, dll.
• Tanaman obat pengusir nyamuk: lavender, zodiac, merygold, serai wangi,
kecombrang, rosemary, geranium, dll.
Catatan: atau tanaman obat yang ditanam disesuaikan dengan kearifan lokal
masing-masing daerah.
4. Kompos dan atau pupuk organik
• Botol plastik bekas dan/atau kaleng bekas atau disesuaikan dengan kearifan
lokal masing-masing daerah.
• Benih ikan tawar yang mudah dibudidayakan (ikan mas, lele, nila, patin, gurame,
belut, dll) serta ikan pemakan jentik (ikan cupang dan ikan kepala timah) atau
disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing.

Langkah-Langkah
• Pendidik membuat rencana pembelajaran dengan tema tanaman
• Pendidik menginformasikan kegiatan dan jadwal kegiatan berkebun kepada anak
dan kepada orang tua
• Pendidik bersinergi bersama orang tua untuk pengadaan alat dan bahan
berkebun.
• Pendidik menyiapkan pilihan tanaman yang akan dibawa peserta didik

81
• Setiap peserta didik membawa bibit tanaman sesuai dengan sub tema kegiatan
• Tanaman ditanam langsung di taman dan di kebun yang sudah disiapkan
• Selain taman dan kebun, penanaman tanaman juga bisa dilakukan dengan
memanfaatkan botol/kaleng plastik sebagai wadah tanam terutama untuk
satuan PAUD dengan lahan yang terbatas.
• Bila satuan PAUD memiliki sarana pengairan/ dekat dari sumber air tawar peserta
didik diwajibkan untuk membawa benih ikan tawar yang akan dibudidayakan di
empang/ kolam/ embung/ dan lain-lain, yang dimiliki oleh sekolah/madrasah
• Setiap kelas memiliki kewajiban untuk membentuk taman kelas dan menghiasi
ruangan kelas dengan tanaman di pot.
• Perawatan budidaya di taman/kebun/kolam dilakukan oleh peserta didik secara
bergilir setiap minggunya. Perawatan yang dilakukan antara lain menyiram
tanaman setiap hari dan memberi pupuk atau kompos pada tanaman, pakan bagi
budidaya ikan tawar. Perawatan ini dilakukan dengan bimbingan pendidik.
• Satuan PAUD dapat melakukan kemitraan dengan Dinas Lingkungan Hidup
untuk pemanfaatan pekarangan sekolah.

Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pengertian
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah tindakan pemberantasan sarang nyamuk
melalui kegiatan menutup, menguras dan memanfaaatkan barang bekas yang masih
bernilai (yang dikenal dengan istilah 3M).

Kegiatan
Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya bahwa kegiatan diintegrasikan dengan
tema pembelajaran. Begitu juga kegiatan PSN ini dimulai dengan menginformasikan
melalui membacakan buku, pengamatan jentik dan bahaya nyamuk terhadap kesehatan
anak, penjelasan kegiatan 3M (menutup, menguras, memanfaatkan barang-barang bekas
yang masih bernilai ekonomis) serta upaya mencegah gigitan nyamuk. PSN 3M Plus
merupakan kegiatan terencana secara terus-menerus dan berkesinambungan. Gerakan
ini merupakan kegiatan yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit Demam
Berdarah serta mewujudkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.

82
Waktu
PSN dilaksanakan minimal 1 kali dalam seminggu.

Tempat
Lingkungan satuan PAUD

Sasaran
Tempat perkembangbiakan nyamuk.

Pelaksana
Warga satuan PAUD yang bekerjasama dengan dinas terkait

Sarana
Senter, meja jalan, formulir, ciduk.

Langkah-Langkah
• Pendidik mengajarkan kegiatan PSN 3M Plus kepada peserta didik.
• Setiap minggu peserta didik melakukan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus di
PAUD dan rumah/tempat tinggalnya masing-masing dan melakukan pencatatan hari
dan tanggal pelaksanaan, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk, ada tidaknya
jentik dan kegiatan PSN 3M Plus yang dilakukan.

4.3.2. Penyediaan Lingkungan Non Fisik Yang Kondusif


Lingkungan non fisik anak terkait kondisi disekitar anak yang dapat mempengaruhi
emosi anak, antara lain cara pendidik berkomunikasi, cara pendidik melakukan
pengasuhan, tindakan perlindungan bagi anak dari kekerasan fisik, psikis dan kekerasan
dalam bentuk apapun termasuk pelecehan seksual pada anak. Pendidik harus
berkomunikasi efektif baik komunikasi lisan maupun komunikasi melalui bahasa tubuh
pendidik. Pemilihan kalimat, intonasi, tinggi rendahnya suara memberi pesan dan
berpengaruh pada anak. Pendidik melakukan pengasuhan positif agar terbangun
hubungan yang baik antara pendidik dengan anak, anak merasa nyaman selama di
Satuan PAUD. Kenyamanan hati anak akan mendorong produksi hormon kebahagiaan
anak sehingga semua pembiasaan dan pembelajaran dapat terinternalisasi dengan baik
pada anak. Satuan PAUD harus memiliki berbagai Standard Operational Procedure (SOP)
atau Prosedural Operasional Standar (POS) berkomunikasi, berinteraksi dengan anak,
dll.

83
Penerapan 5 S
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kawasan Tanpa Narkoba
(KTN), Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK), Kawasan Tanpa Pornografi
(KTP)
Pengertian
• Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan sekolah/madrasah adalah ruangan atau
area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, dan/atau mempromosikan rokok.
• Kawasan Tanpa Napza (KTN) adalah kawasan yang terbebas dari kegiatan
penyalahgunaan Napza baik membawa, menggunakan atau mengedarkan Napza.
• Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK) adalah kawasan yang terbebas dari permasalahan
kekerasan baik fisik, psikis maupun sosial termasuk masalah perundungan di
sekolah/madrasah.
• Kawasan Tanpa Pornografi (KTP) dilakukan dengan memastikan tidak ada peserta
didik maupun warga sekolah/madrasah lainnya yang menyediakan, mengakses,
menyimpan dan mengedarkan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat.

Kegiatan
Kawasan Tanpa Rokok dan Napza di sekolah/madrasah dilakukan melalui kegiatan
yang meliputi:
1) Memasukkan larangan terkait rokok dan Napza dalam aturan tata tertib bagi warga
satuan PAUD serta tamu, orang tua yang berkunjung ke satuan PAUD.
2) Melakukan penolakan terhadap penawaran iklan, promosi, pemberian sponsor,
dan/atau kerja sama dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh perusahan rokok
dan/atau organisasi yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan, dan/atau
warna yang dapat diasosiasikan sebagai ciri khas perusahan rokok, untuk
keperluan kegiatan yang dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah/ madrasah.
3) Memberlakukan larangan pemasangan papan iklan, reklame, penyebaran pamflet,
dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari perusahaan atau yayasan rokok yang beredar
atau dipasang di lingkungan PAUD
4) Melarang penjualan rokok di lingkungan satuan PAUD, koperasi atau bentuk
penjualan lain di lingkungan PAUD dan tidak ada asbak di ruang tamu atau ruang
Pendidik.
5) Memasang tanda kawasan tanpa rokok dan Napza di lingkungan sekolah/

84
madrasah.
Kegiatan Kawasan Tanpa Kekerasan dan Kawasan Tanpa Pornografi dapat dilakukan
melalui kegiatan berikut ini:
1) Membiasakan kepada seluruh warga PAUD (pendidik, peserta didik, karyawan
sekolah/madrasah lainnya termasuk satpam dan petugas kebersihan) untuk
melaksanakan 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan Dan Santun) setiap hari di dalam
lingkungan PAUD.
2) Membiasakan membaca doa setiap mulai jam pelajaran sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
3) Satuan PAUD mengembangkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang aktif,
interaktif, dan menyenangkan misalnya penggunaan multimedia maksimal 30
menit untuk menjelaskan materi kesehatan, berlatih peran, bernyanyi, belajar di
alam terbuka (outbond), bercocok tanam bersama, dll.
4) Sekolah/madrasah menerapkan metode penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) yang mendidik dengan memperhatikan kesehatan fisik dan mental
peserta didik.
5) Satuan PAUD menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan/ ibadah misalnya
sholat dzuhur/jumat bersama dilanjutkan kultum, misa, dll.
6) Satuan PAUD mengembangkan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan untuk
menjadi tempat pembelajaran materi-materi kesehatan fisik dan mental misalnya
wisata alam, dll
7) Satuan PAUD mengembangkan kegiatan yang bersifat gotong royong dan setia
kawan misalnya piket kelas, jumat bersih, menengok teman yang sakit
(mengajarkan empati).
8) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua juga peserta didik untuk bijak menggunakan media
informasi.

Waktu
Penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP dilaksanakan sepanjang waktu.

Tempat
Lingkungan satuan PAUD.

Sasaran
Pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan pihak lain di dalam lingkungan PAUD
serta satgas KTR, KTN, KTK dan KTP.

85
Pelaksana
Kepala PAUD, pendidik, dan orang tua peserta didik

Sarana
Surat Edaran/peraturan penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP di Satuan PAUD,
spanduk/poster pemberitahuan penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP di
sekolah/madrasah.

Langkah-Langkah
• Pembuatan peraturan dari kepala sekolah/madrasah terkait penerapan KTR, KTN,
KTK dan KTP di Satuan PAUD.
• Sosialisasi kepada pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua, seluruh
warga satuan PAUD, RT/RW di sekitar satuan PAUD tentang KTR, KTN, KTK dan KTP.
• Pembentukan satuan tugas (satgas) yang akan melakukan pengawasan KTR, KTN,
KTK dan KTP di lingkungan satuan PAUD.

4.3.3 Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka


Pandemi masih berlansung sampai saat ini dan kita tidak tahu kapan pandemi berakhir.
Pada masa kebiasaan baru ini pendidik perlu benar-benar memastikan kesiapan
sekolah sebelum mengadakan tatap muka pembelajaran.

Daftar Periksa Kesiapan Satuan Pendidikan (Protokol Kesehatan)


Satuan PAUD harus memeriksa kesiapannya menjalankan pembelajaran tatap muka.
Tabel berikut ini daftar periksa protokol kesehatan yang wajib diisi dan dipenuhi oleh
Satuan sebelum memulai pembelajaran tatap muka

Tabel 9. Daftar Periksa Kesiapan Satuan Pendidikan Sesi Protokol Kesehatan


No Daftar Periksa Kesiapan Satuan Pendidikan
1 Ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan
• Toilet bersih;
• Sarana cuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau
cairan pembersih tangan (hand sanitizer) dan
• disinfektan
2 Mampu mengakses fasilitas layanan kesehatan (puskesmas, klinik, rumah
sakit dan lainnya)
3 Kesiapan menerapkan area wajib masker kain atau masker tembus pandang
bagi yang memiliki peserta didik disabilitas rungu

86
4 Memiliki thermogun (pengukur suhu tubuh tembak)
5 Pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh melakukan kegiatan di
Satuan PAUD :
• Memiliki kondisi medis penyerta (komorbid) yang tidak terkontrol
• Tidak memiliki akses dan transportasi yang memungkinkan jaga jarak
• Memiliki riwayat perjalanan dari zona kuning, oranye, dan merah atau
riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan
belum menyelesaikan isolasi mandiri selama 14 hari
6 Membuat kesepakatan bersama komite satuan pendidikan terkait kesiapan
melakukan pembelajaran tatap muka di Satuan PAUD. Proses pembuatan
kesepakatan tetap perlu menerapkan protokol kesehatan

Bangunan/Gedung Satuan PAUD


Satuan PAUD mengupayakan bangunan atau gedung yang sehat bagi anak, antara lain
memiliki:
− Sirkulasi udara yang baik
− Sinar matahari masuk ke dalam ruangan
− Akses masuk melalui satu pintu agar memudahkan pemeriksaan dan penyiapan
anak masuk ke dalam lingkungan Satuan PAUD
− Melakukan pengaturan tata letak ruangan dengan memperhatikan:
a) jarak antar orang duduk dan berdiri atau mengantri minimal 1,5 (satu koma lima)
meter, memberikan tanda jaga jarak antara lain pada area ruang kelas, kantin,
tempat ibadah, lokasi antar/jemput peserta didik, ruang pendidik, kantor dan tata
usaha, perpustakaan, dan koperasi;
b) kecukupan ruang terbuka dan saluran udara untuk memastikan sirkulasi yang
baik.
c) Melakukan pengaturan lalu lintas 1 (satu) arah dilorong/koridor dan tangga. Jika
tidak memungkinkan, memberikan batas pemisah dan penanda arah jalur
dilorong/koridor dan tangga.

Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Pembiasaan CTPS akan terbentuk baik jika sarananya tersedia di lingkungan dimana
anak berada, beberapa ketentuan terkait antara lain:
− Jumlah sarana cuci tangan sesuai dengan rasio terhadap anak
− Setiap kelas memiliki akses ke fasilitas cuci tangan
− Setiap fasilitas cuci tangan harus memiliki sabun dan air mengalir
− Mudah dijangkau oleh semua peserta didik termasuk yang berkebutuhan khusus

87
− Fasilitas cuci tangan ditempatkan di gerbang masuk sehingga setiap ada yang
masuk langsung mencuci tangan
− Tempatkan poster petunjuk Cuci Tangan Pakai Sabun di setiap fasilitas CTPS

Ruangan Kelas
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk ruangan kelas, antara lain:
− Penanda tempat berdiri anak saat antri agar antar anak berjarak aman. Misalkan
memberi gambar kaki di lantai dengan jarak sesuai protokol kesehatan pada pintu
masuk ruangan kelas, di depan dispenser, dll
− Alat permainan tidak digunakan bersama tiap individu
− APE disemprot disinfektan setelah digunakan
− Ruangan bersih, sehat, aman dan nyaman
− Ruangan dibersihkan dan disemprot disinfektan setiap selesai kegiatan
− Pihak luar misalkan penilik/pengawas yang akan mengobservasi anak dilakukan
tanpa masuk ke ruang kelas

Ruang Tidur (Layanan TPA)


Ruang tidur bagi anak di TPA diharapkan memenuhi ketentuan antara lain:
- Satu anak, satu tempat tidur
- Seprai dicuci setiap hari
- Ruang didisinfeksi setiap hari
- Antara tempat tidur berjarak minimal 1,5 meter
- Antar tempat tidur diberi pembatas jika jarak antar tempat tidur kurang dari 2 meter

Kamar Mandi
- Ada penanda di lantai untuk berdiri antri masuk
- Tidak menggunakan kamar mandi bersama-sama

88
Protokol Kesehatan dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Satuan PAUD
Tabel 10. Adaptasi Kebiasaan Baru di Satuan PAUD

Perihal Adaptasi Kebiasaan Baru

Kondisi Kelas 1. Jaga jarak minimal 1,5 (satu koma lima) meter
2. Maksimal 5 (lima) peserta didik per kelas.
Perilaku wajib di 1. Menggunakan masker 2 lapis terdiri dari bagian dalam
seluruh menggunakan masker sekali pakai/masker bedah yang
lingkungan satuan menutupi hidung dan mulut sampai dagu dan dan bagian luar
pendidikan menggunakan masker kain. Masker digunakan setiap 4 jam
atau diganti sebelum 4 jam saat sudah lembab/basah.
2. Masker digunakan mengikuti petunjuk sebagaimana tampak
pada Gambar 8
3. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir atau
cairan pembersih tangan (hand sanitizer).
4. Menjaga jarak minimal 1,5 (satu koma lima) meter dan tidak
melakukan kontak fisik seperti bersalaman dan cium tangan.
5. Menerapkan etika batuk/bersin.
Kondisi medis 1. Sehat dan jika mengidap penyakit penyerta (comorbid) harus
warga satuan dalam kondisi terkontrol.
Pendidikan 2. Tidak memiliki gejala COVID-19, termasuk orang yang serumah
dengan warga satuan pendidikan.
Kantin Warga satuan pendidikan disarankan membawa
makanan/minuman dengan menu gizi seimbang
Kegiatan Selain Diperbolehkan dengan tetap menjaga protokol kesehatan
Pembelajaran di
Lingkungan
Satuan
Pendidikan

Kegiatan Diperbolehkan dengan tetap menjaga protokol kesehatan.


Pembelajaran di
Luar lingkungan
Satuan
Pendidikan

89
Tim Kesehatan, Membuat prosedur pemantauan dan pelaporan kesehatan warga
Kebersihan, dan Satuan PAUD.
Keamanan Satuan 1) Pemantauan kesehatan berfokus kepada gejala umum seperti:
PAUD a) suhu badan >37,3oC;
b) batuk;
c) sesak nafas;
d) sakit tenggorokan; dan/atau
e) pilek.
2) Pemantauan dilaksanakan setiap hari sebelum memasuki
gerbang satuan pendidikan oleh tim kesehatan, kebersihan dan
keamanan Satuan PAUD
3) Jika warga satuan pendidikan memiliki gejala umum
sebagaimana dimaksud pada angka 1), wajib diminta untuk
kembali ke rumah untuk melakukan isolasi mandiri selama 14
(empat belas) hari. Jika gejala memburuk dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat.
4) Jika warga satuan pendidikan teridentifikasi ada riwayat kontak
dengan orang terkonfirmasi positif COVID-19, maka tim
kesehatan satuan pendidikan:
o menghubungi orang tua/wali/ narahubung darurat dari
warga satuan pendidikan agar membawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat; dan
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan.
5) Jika terdapat orang yang serumah dengan warga satuan
pendidikan teridentifikasi gejala COVID-19, maka tim kesehatan
satuan pendidikan :
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan;
o meminta warga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri
selama 14 (empat belas) hari.
6) Jika terdapat warga satuan pendidikan yang tidak hadir karena
sakit dan memiliki gejala umum sebagaimana dimaksud pada
angka 1), maka tim:
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan dan
Puskesmas; dan
o meminta warga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri
selama 14 (empat belas) hari.
7) Pemantauan periode isolasi mandiri untuk semua warga satuan
pendidikan yang diminta melakukan isolasi mandiri.

90
8) Rekapitulasi hasil pemantauan kesehatan dan ketidakhadiran
warga satuan pendidikan dilaporkan setiap hari kepada kepala
satuan pendidikan

Note: Secara lengkap dapat dibaca pada Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 04/kb/2020, Nomor 737
tahun 2020, Nomor hk.01.08/menkes/7093/2020, Nomor 420-3987 tahun 2020 Tentang Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di masa
pandemi coronavirus disease 2019 (covid-19)

Gambar 8. Cara Memakai Masker Yang Benar

91
92
93
BAB V
PEMBIAYAAN
Sumber pembiayaan UKS/M di Satuan PAUD dapat berasal dari dana mandiri, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
dan sumber lain yang tidak mengikat. Setiap sektor terkait perlu mengalokasikan anggaran
untuk persiapan, pelaksanaan dan pembinaan Sekolah/Madrasah Sehat.

5.1. APBN
Bantuan Operasional PAUD
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 9 tahun 2021 tentang
Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP)
Pendidikan Anak Usia Dini dan Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan
Kesetaraan, bahwa pembiayaan BOP PAUD dapat digunakan untuk :
- Kegiatan operasional penyelenggaraan pendidikan meliputi: pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan bermain (bahan pembelajaran, bahan alat permainan edukatif);
pelaksanaan kegiatan pendukung pembelajaran dan bermain.
- Penyediaan obat-obatan, peralatan kebersihan atau peralatan kesehatan lainnya
untuk menjaga kesehatan peserta didik dan pendidik, baik dalam upaya mencegah
atau menanggulangi;

Bantuan Satuan PAUD yang melaksanakan UKS/M


Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Bantuan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Yang
Melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah tahun 2021 yang dikeluarkan Direktorat PAUD,
Kemendikbud terdapat 1.000 Satuan PAUD yang memenuhi kriteria diberi bantuan @Rp.
12.000.000,- (dua belas juta rupiah).

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Fisik


• Penyediaan alat kesehatan di Puskesmas diantaranya UKS Kit dan UKGS Kit untuk
Puskesmas melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan (Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 85 Tahun 2019 tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2020)

94
• Rehabilitasi jamban dengan tingkat kerusakan sedang atau berat baik perabot
maupun non perabot (Permendikbud No 9 Tahun 2017) tentang Petunjuk
Operasional Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan.
• Pembangunan jamban baru (Permendikbud No 1 Tahun 2019)
• Sarana sanitasi, perbaikan sarana sekolah (Permendikbud 11 tahun 2020)

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Non Fisik


Bantuan operasional kesehatan bagi Puskesmas diantaranya biaya
operasional/transportasi petugas Puskesmas (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 86
Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran 2020), contoh dalam melaksanakan kegiatan penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala dan pembinaan UKS/M, pembinaan kader
kesehatan sebaya, kampanye higiene sanitasi sekolah/madrasah, kunjungan petugas
kesehatan ke PAUD (TK/RA/BA) untuk melaksanakan SDIDTK dan orientasi tenaga
pendidik PAUD (TK/RA/BA) dll.

Dekonsentrasi
Dana dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dan yang dialokasikan untuk
instansi vertikal pusat di daerah. Dana Dekonsentrasi dapat digunakan diantaranya
untuk:
• Perbaikan sarana sanitasi sekolah/madrasah.
• Dana untuk kelembagaan.
• Pelatihan pelayanan kesehatan balita bagi pengelola UKS/M dan tenaga kesehatan
di Puskesmas.
• Pembinaan kesehatan balita termasuk penerapan Sekolah/Madrasah Sehat.

5.2 APBD
Berdasarkan Permendagri No 32 Tahun 2016, APBD dapat digunakan untuk:
• Kegiatan UKS/M juga dapat dianggarkan melalui pembiayaan dana daerah antara
lain perencanaan anggaran untuk peningkatan dan pengembangan UKS/M lingkup
Provinsi/Kab/Kota.
• Pertemuan-pertemuan lain yang sifatnya untuk mendorong pemerintah daerah
memasukkan UKS/M dalam perencanaan tingkat Provinsi, Kab/Kota dan
Kecamatan.
• Pertemuan-pertemuan koordinasi dan evaluasi Tim Pembina UKS/M.

95
5.3 Sumber Lain Yang Tidak Mengikat
Sumber pembiayaan yang tidak mengikat adalah tidak mengikat secara politis baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan tidak mempengaruhi kebijakan
daerah. Hal yang dimaksud secara politis antara lain tidak bertentangan dengan ideologi
negara. Sumber ini bisa berasal dari partner pemerintah seperti organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, sektor swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
perorangan yang memiliki tujuan yang sama dengan UKS/M Satuan PAUD.

96
97
BAB VI
PENUTUP
Sehat merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang harus menjadi tujuan
seluruh satuan PAUD. Sehat itu bukan hanya fisik tapi harus holistik yaitu sehat fisik,
sehat sosial, sehat mental dibingkai sehat spiritual. Dalam upaya mewujudkan peserta
didik sehat dan sehat menjadi perilaku hidup yang menetap sampai dewasa, satuan
PAUD penting menyelenggarakan UKS/M di Satuan PAUD. Terdapat 3 (tiga) kegiatan
utama UKS/M di Satuan PAUD yang dikenal dengan nama Trias UKS/M yaitu: 1.
Pendidikan Kesehatan, 2. Pelayanan Kesehatan dan 3. Pembinaan Lingkungan Sekolah
Sehat yang harus dikuatkan dan didukung dengan manajemen UKS/M di Satuan PAUD
yang efektif dan efisien.
Mindset bahwa kegiatan UKS/M di Satuan PAUD merupakan kegiatan lomba harus
beralih ke UKS/M di Satuan PAUD sebagai sebuah kegiatan subtansi yang sistematis,
menyeluruh dan berkesinambungan. Kegiatan UKS/M di Satuan PAUD dilaksanakan
oleh seluruh warga di Satuan PAUD, orang tua murid dan bersinergi dengan berbagai
pihak untuk mewujudkan anak sehat.

98
LAMPIRAN

99
Lampiran 1. Stratifikasi UKS/M di Tingkat PAUD (TK, RA, KB, TPA,
SPS)
No Indikator Minimal Standar Optimal Paripurna

1. Dipenuhi strata 1. Dipenuhi strata


1. Pendidikan 1. Adanya rencana 1. Dipenuhi strata
minimal standar
Kesehatan pembelajaran optimal
2. Sekolah/madrasa 2. Sekolah/madrasa
tentang 2. Melibatkan
h melaksnakan h melakukan
pendidikan orangtua dalam
kegiatan CTPS peregangan di
kesehatan pendidikan
bersama antara jam
2. Pendidikan kesehatan
3. Sekolah/madrasa pelajaran
kesehatan
h melaksanakan 3. Pendidikan
dilaksanakan
makan bersama kesehatan (gizi,
terintegrasi
dengan gizi kebersihan diri)
kurikulum
seimbang terintegrasi
4. Sekolah/madrasa kegiatan belajar
h melaksanakan
kegiatan sikat
gigi bersama
1. Dipenuhi strata 1. Dipenuhi strata
2. Pelayanan 1. Sekolah/madra 1. Dipenuhi strata
minimal standar
Kesehatan sah optimal
2. Sekolah/madrasa
memfasilitasi 2. Sekolah/madra
h melaksanakan
Puskesmas sah
pelayanan P3K
melaksanakan menindaklanjuti
(Pertolongan
Deteksi Dini hasil Deteksi
Pertama pada
Tumbuh Dini Tumbuh
Kecelakaan) dan
Kembang Kembang
P3P (Pertolongan
2. Sekolah/madra 3. Menurunnya
Pertama pada
sah memeriksa jumlah hari
Penyakit) peserta
kebersihan diri tidak masuk
didik
peserta didik sekolah karena
3. Sekolah/madrasa
3. Sekolah/madra sakit
h melibatkan
sah 4. Peserta didik
puskesmas
memfasilitasi memiliki status
dalam
puskesmas gizi baik
penanganan
dalam
rujukan jika
pemberian
diperlukan
Vitamin A
4. Sekolah/madrasa
kepada peserta
h memberikan
didik
obat cacing
1. Dipenuhi strata 1. Dipenuhi strata
3. Pembinaan 1. Sekolah/madra 1. Dipenuhi strata
minimal standar
Lingkungan sah dengan optimal
2. Sekolah/madrasa 2. Sekolah/madrasa
Sekolah/M sumber air 2. Air minum
h memiliki rasio h memanfaatkan
layak, tersedia disediakan oleh
pekarangan

100
adrasah dilingkungan toilet sesuai sekolah/madrasa sekolah/madras
Sehat sekolah/madra standar h dengan ah
sah dan cukup 3. Sekolah/madrasa menanam 3. Sekolah/madra
2. Sekolah/madra h memiliki tempat tanaman obat sah
sah dengan sampah terpilah dan pangan bekerjasama
tempat cuci dan tertutup 3. Sekolah/madrasa dengan pihak
tangan dengan 4. Sekolah/madrasa h melakukan 3R lain untuk
sabun dan air h memiliki lahan (Reduce, Reuse menyediakan
mengalir bermain yang dan Recycle) bank sampah
3. Sekolah/madra aman 4. Sekolah/madra
sah memiliki 5. Sekolah/madrasa sah melakukan
toilet dengan h menerapkan kegiatan
kondisi baik KTR pengolahan
dan terpisah tanaman obat
4. Sekolah/madra dan pangan
sah memiliki
saluran
drainase
5. Sekolah/madra
sah memiliki
lahan/ruang
terbuka hijau
6. Sekolah/madra
sah memiliki
tempat sampah
tertutup
7. Sekolah/madra
sah memiliki
tempat
pembuangan
sampah
sementara
tertutup
8. Ruang kelas
dalam keadaan
bersih
9. Sekolah/madra
sah
melaksanakan
pemberantasan
sarang nyamuk
10. Sekolah/madra
sah memiliki
aturan KTR,
KTK dan KTP

101
1. Buku pegangan 1. Dipenuhinya
4. Manajemen 1. Dipenuhinya
kesehatan strata optimal
UKS/M strata minimal
(Buku 2. Sekolah/
2. Sekolah/madrasa
UKS/M, gizi, madrasah
h menggunakan
kebersihan dll) melakukan
buku KIA
2. Ada pembinaan dan
3. Sekolah/madrasa
penanggungjaw pengawasan
h menggunakan
abUKS/M 3. Seluruh guru
Rapor
3. Tersedia media. terorientasi
Kesehatan
KIE kesehatan UKS/M
Lingkungan
(alat peraga,
4. Sekolah/madrasa
poster dll) 1. Dipenuhinya
h melakukan
4. Tersedia sarana strata standar
konsultasi
prasarana 2. Adanya kemitraan
/koordinasi
olahraga dengan instansi
dengan Tim
5. Tersedia dana terkait
Pembina UKS /M
untuk kegiatan dan
UKS/M dan 3. Tersedia sarana
pemeliharaan dan prasarana
sanitasi sekolah/madrasa
sekolah/madras h aman bencana
ah
6. Terdapat
kemitraan
dengan
Puskesmas
7. Terdapat
Perencanaan
kegiatan UKS/M
di
sekolah/madras
ah
n

102
Lampiran 2. Daftar Instansi/Lembaga Terkait Yang Dapat
Mendukung Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD

No. Instansi/Lembaga Terkait Yang Dapat Berkontribusi


Dalam Pelaksanaan UKS/M di Satuan PAUD

1. Dinas Lingkungan Hidup


2. Dinas Pertanian
3. Dinas Kesehatan
4. Lembaga Masyarakat Desa/Kelurahan
5. Bank Sampah
6. Perguruan Tinggi
7. CSR Dunia Usaha

103
Lampiran 3. Contoh Rencana Pembelajaran Harian Terintegrasi
Pendidikan Kesehatan

NAMA PAUD :

SEMESTER/BULAN/MIN :
GGU
KELAS/USIA : TK B (5-6 TAHUN)
TEMA/SUB-TEMA/SUB- : KEBUTUHAN/AIR Minum Bersih dan Sehat
SUB TEMA
HARI/TANGGAL :

Kompetensi : NAM 1.1 Anak dapat mempercayai adanya Tuhan melalui


Dasar(KD) ciptaanNya
FM 2.1 Anak dapat terbiasa berperilaku hidup bersih dan sehat
KG 2.2 Anak dapat menunjukkan sikap rasa ingin tahu
2.3 Anak dapat terbiasa berperilaku yang mencerminkan
sikap kreatif
BHS 3.11-4.11 Anak dapat menunjukkan perilaku senang
membaca terhadap buku-buku yang dikenali
(B8)
3.12-4.12 Anak dapat menyebutkan simbol-simbol huruf
yang dikenal (B16)
SE 2.5 Anak percaya diri melakukan kegiatan
2.8 Anak mandiri mengikuti kegiatan
SN 2.4 Anak dapat menhargai hasil karya dirinya dan
temannya
Materi : 1 Kalimat kebesaran Tuhan
2 Pembiasaan mengucapkan kalimat kebesaran Tuhan
setiap melihat ciptaan Tuhan
3 Doa mau belajar
4 Pembiasaan berdoa setiap mau makan

5 Pembiasaan olahraga setiap hari

6 Gerakan berlari
Kegiatan Main di : KEGIATAN MAIN ALAT DAN BAHAN
Kegiatan Inti dan Alat 1 Mengenal manfaat ● Buku atau poster tentang air (manfaat,
Bahan air putih wadah untuk menyimpan air, sumber
air)
Kalimat invitasi: ● Kartu kata “Air”
● (Apa yang terjadi
● Kartu huruf
jika kamu habis

104
bermain lari-larian
dan tidak ada air
putih/air minum?)
● (apa warna air
seni jika kamu
hanya minum
sedikit?)
2 Membuat buku ● Katalog supermarket/koran/majalah
minuman sehat ● Gunting
(menurut kamu ● Lem kertas
minuman sehat itu ● Kertas HVS yang sudah dilipat
yang seperti apa?) menjadi bentuk buku
3 Membuat poster ● Kertas ukuran A3
manfaat air putih ● Potongan huruf “AIR”, “PUTIH”,

● (menurut kamu “MINUM”


kapan kita harus ● Gambar aktivitas yang membutuhkan
segera minum air air
putih?) ● Lem kertas
● (menurut kamu ● Pensil warna
apa manfaat
minum air putih?)
4 Praktek Minum Air Bekal air minum di botol masing-masing
Putih Bersama anak
● (bagaimana cara Air gallon yang tersedia di sekolah
minum dengan
benar?)
● Apa yang akan
kamu lakukan
ketika air minum
di botolmu habis?
Kegiatan 1 Menyambut dan menyapa anak dengan senyum ramah, salam,
Penyambutan Anak dan santun
2 Pembiasaan anak menjawab salam dan memberi salam
3 Pembiasaan anak secara mandiri menyimpan tas di loker
4 mengisi absen feeling
Kegiatan Motorik : Aktivitas fisik olahraga dengan bermain kucing mengejar tikus:
Kasar ● Anak bergandengan tangan membentuk lingkaran.
● Secara bergantian ada dua anak yang diminta berperan
menjadi kucing dan tikus
● Kucing berada diluar lingkaran dan tikus berada didalam
lingkaran
● Kucing akan bermain mengejar tikus dan anak-anak yang
bergandengan tangan memberi semangat kepada keduanya.
● Lakukan kegiatan ini secara bergantian
● Setelah selesai bermain anak-anak diminta untuk
memulihkan tenaga dengan meminum air putih

105
Kegiatan Pembukaan 1 Berdoa sebelum belajar
2 Yel-yel sekolah, menanyakan perasaan peserta didik, melihat
jadwal kegiatan pada hari ini
3 Membaca cerita tentang tema pentingnya menjaga Kesehatan
tubuh
3 Melihat kembali peraturan yang sudah disepakati
4 Menggambar Bebas:
● Anak menggambar bebas sesuai imajinasinya
● Anak menceritakan gambarnya dan dimotivasi menuliskan
judulnya (Pendidik dapat membantu menuliskan)
● Anak menyampaikan perasaannya setelah berhasil
menyelesaikan gambarnya
5 1) Anak menyanyikan lagu terkait tema
2) Anak berdiskusi dengan Pendidik tentang:
● Ketika tadi pagi setelah bermain, setelah berlarian, apa
yang kamu rasakan?
● Ketika kamu merasa lelah dan merasa haus, hal apa
yang bisa menghilangkan hausmu?
● Bagaimana rasanya setelah kamu minum air putih?
● Mengapa kamu perlu minum air putih?
6 Membagi kelompok dan membagi kegiatan main
7 Mengucapkan selamat bermain
Kegiatan Inti 1 Pendidik memastikan anak bermain asyik dalam setiap kelompok
permainan
2 Contoh kegiatan bermain: Mengenal manfaat air putih
1) Anak mengamati media yang tersedia
2) Anak percaya diri mengomunikasikan hasil pengamatannya
dan kreatif mengajukan pertanyaan
3) Anak menjadi pendengar yang baik saat Pendidik bercerita
tentang air putih (manfaat dan asal air dan bagaimana cara
mengolahnya)
4) Anak kreatif bertanya dan percaya diri menjawab saat
diskusi.
5) Pendidik dapat memulai diskusi dengan mengajukan
pertanyaan:
● “apa yang terjadi ketika kamu setelah berlarian dan
merasa kehausan, sedangkan kamu tidak mempunyai
air minum?
● Pernahkah kamu memperhatikan warna air seni? Apa
warnanya?
● Adakah yang berwarna bening? Kuning? atau bahkan
coklat?

106
● Jika kamu seharian hanya minum satu gelas, kira-kira
apa warna air senimu?
● Apa yang terjadi ketika tubuh kurang minum?
6) Anak mempraktekkan minum air putih bersama
7) Pendidik kembali menjelaskan manfaat air putih
8) Pendidik kemudian menunjukkan kartu bertuliskan “AIR”
9) Anak menyebutkan huruf-huruf pada kata “AIR”
10) Setelah selesai diskusi anak dapat memilih buku untuk
dibaca sendiri
11) Anak juga dapat menggambar air minumnya
Istirahat (makan 1 Makan snack sehat
snack dan bermain 2 Bermain bebas
bebas)
3 Kegiatan ke toilet
Kegiatan Penutup 1 Apresiasi anak karena sudah pentang menyerah menyelesaikan
kegiatannya
2 Diskusikan pengalamannya saat melakukan kegiatan bermain
hari ini, kegiatan mana yang paling disukai?
3 Kegiatan literasi: Pendidik membacakan buku cerita pendek untuk
relaksasi agar anak semakin terasah kemampuan literasinya
4 Menginformasikan kegiatan esok hari
5 Berdoa setelah belajar
Rencana Penilaian :

Nama Anak
ASPEK KD INDKATOR
Ita Eki Zid Ani Rei Sin Uti Mia
NAM 3.1- Dapat mengucapkan kalimat
4.1 kebesaran Tuhan
Dapat mengucapkan doa mau
makan
1.1 Terbiasa mengucapkan kalimat
keagungan Tuhan setiap melihat
ciptaan Tuhan
FM 2.1 Anak dapat terbiasa berperilaku
hidup bersih dan sehat
KG 2.2 Anak dapat menunjukkan sikap
rasa ingin tahu
2.3 Anak dapat terbiasa berperilaku
yang mencerminkan sikap
kreatif

107
BHS 3.11- Anak dapat menunjukkan
4.11 perilaku senang membaca
terhadap buku-buku yang
dikenali (B8)
3.12- Anak dapat menyebutkan
4.12 simbol-simbol huruf yang
dikenal (B16)
SE 2.5 Anak percaya diri melakukan
kegiatan
2.8 Anak mandiri mengikuti
kegiatan
SN 2.4 Anak dapat menhargai hasil
karya dirinya dan temannya

108
Lampiran 4. KMS Untuk Anak Perempuan dan Anak Laki-Laki

109
110
Lampiran 5. Deteksi Perkembangan Balita Berdasarkan
Kelompok Usia

Deteksi Perkembangan Balita Usia 0 – 3 Bulan

Deteksi Perkembangan Balita Usia 3 – 6 Bulan

111
Deteksi Perkembangan Balita Usia 6 – 9 Bulan

Deteksi Perkembangan Balita Usia 9 – 12 Bulan

112
Deteksi Perkembangan Balita Usia 12 – 18 Bulan

Deteksi Perkembangan Balita Usia 18 – 24 Bulan

113
Deteksi Perkembangan Balita Usia 2 – 3 Tahun

Deteksi Perkembangan Balita Usia 3 – 4 Tahun

114
Deteksi Perkembangan Balita Usia 4 – 5 Tahun

Deteksi Perkembangan Balita Usia 5 – 6 Tahun

115
Lampiran 6. Intrumen Skrining TBC m-KIA

Isi pertanyaan pada Instrumen


Skrining TBC Balita di tampilan
Deteksi Dini

116
Klik tombol konfirmasi, akan muncul hasil dan arahan yang harus dilakukan balita

117
Lampiran 7. Lembar Skrining TBC di PAUD/TK

LEMBAR SKRINING TBC BALITA Nama: PAUD/TK:


DI PAUD/TK ………………………… Jenis Kelamin: L/P
Tanggal Lahir:
PUSKESMAS:
…………………….
KABUPATEN:…………………….
Tanggal skrining: …../…../………

No Keluhan Ya Tidak
A. Apakah tinggal serumah dengan pasien TBC?
B. Apakah kontak erat dengan pasien TBC yang
tidak tinggal serumah?
C. Apakah ada gejala TBC berikut?
1. Batuk lebih dari 2 minggu
2. Demam lebih dari 2 minggu
3. Berat badan tidak naik atau turun dalam 2bulan
berturut-turut meskipun sudah diberikan
asupan gizi yang adekuat
4. Gizi buruk

KLASIFIKASI DAN TINDAK LANJUT

Temuan Klasifikasi Tindak Lanjut


Semua poin dijawab TIDAK Bukan terduga TBC Tidak ada
Poin A atau B saja dijawab YA Kontak erat Rujuk ke Puskesmas
Satu atau lebih dari poin C Terduga TBC Rujuk ke Puskesmas
dijawab YA (dengan atau tanpa
poin lain)

Petugas Skrining

(… ........................... )

118
Lampiran 8. Jenis dan Cara Penggunaan Peralatan Antropometri

1. Timbangan berat badan


a. Spesifikasi umum timbangan
1) Kuat dan tahan lama.
2) Mempunyai ketelitian 100 g untuk penimbangan di posyandu.
3) Jika timbangan menggunakan baterai, jenis dan ukuran baterai harus
tersedia di daerah setempat.
4) Mudah dimobilisasikan untuk kunjungan rumah.
5) Memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).
6) Ditera secara berkala.
7) Bukan merupakan timbangan pegas (bathroom scale).

b. Jenis Timbangan
1) Timbangan bayi atau baby scale
Timbangan bayi atau baby scale sebaiknya menggunakan timbangan
digital dengan ketelitian 10 gram dan kapasitas hingga 20 kg (Gambar
1.1.).

Gambar 1.1. Timbangan berat badan bayi (baby scale)

Cara penggunaan baby scale:


a) Timbangan diletakkan di tempat yang rata, datar, dan keras.
b) Timbangan harus bersih dan tidak ada beban lain di atas timbangan.
c) Baterai dipasang pada tempatnya dengan memperhatikan posisi
baterai jangan sampai terbalik.

119
d) Tombol power/on dinyalakan dan memastikan angka pada jendela
baca menunjukkan angka nol. Posisi awal harus selalu berada di angka
nol.
e) Bayi dengan pakaian seminimal mungkin diletakkan di atas timbangan
hingga angka berat badan muncul pada layar timbangan dan sudah
tidak berubah.
f) Berat badan bayi dicatat dalam kg dan gram.

2) Dacin
Dacin yang digunakan di posyandu untuk menimbang balita memiliki
ketelitian 100 g dan kapasitas maksimum 25 kg. Bagian-bagian dacin
disajikan dalam Gambar 1.2. sedangkan cara pemasangannya disajikan
dalam Gambar 1.3.

Gambar 1.2 Timbangan dacin

Gambar 1.3 Cara pemasangan dacin

120
Cara pemasangan dacin adalah sebagai berikut:
a) Dacin digantungkan pada tempat yang kokoh seperti pelana bangunan
atau penyangga kaki tiga yang kuat.
b) Memeriksa kekokohan pemasangan dacin dengan cara menarik
batang dacin ke bawah.
c) Meletakkan bandul geser pada angka nol dan memeriksa ujung kedua
paku timbang harus dalam posisi lurus.
d) Meletakkan sarung/celana /kotak timbang yang kosong pada dacin.
e) Menyeimbangkan dacin yang telah dibebani dengan
sarung/celana/kotak timbang dengan memasang kantung plastik
berisikan pasir/beras/kerikil diujung batang dacin, sampai kedua
jarum di atas tegak lurus.

Untuk memastikan kelayakan dacin, perlu diperiksa dengan cara


meletakkan bandul geser pada angka nol. Jika ujung kedua paku
timbang tidak dalam posisi lurus, maka timbangan tidak layak
digunakan.

Cara menimbang dengan dacin:


a) Balita memakai pakaian seminimal mungkin (sepatu, popok, topi, baju,
jaket, dan celana yang tebal harus dilepas).
b) Balita diletakkan ke dalam sarung/celana/kotak timbang.
c) Bandul digeser sampai jarum tegak lurus lalu baca berat badan balita
dengan cara melihat angka di ujung bandul geser.
d) Hasil penimbangan dicatat dalam kg dan ons (satu angka di belakang
koma)
e) Bandul dikembalikan ke angka nol dan balita dapat dikeluarkan dari
sarung/celana/kotak timbang.

Timbangan dacin yang digunakan adalah timbangan yang


khusus digunakan untuk balita

3) Timbangan injak
Timbangan injak sebaiknya berupa timbangan digital yang memiliki
kapasitas 150 kg dan ketelitian 100 g. Timbangan injak digital dapat berupa
timbangan injak digital konvensional atau tared (Gambar 1.4). Timbangan

121
tared dapat diatur ulang ke nol (tared) pada saat ibu/pengasuh masih di
atas timbangan.

Gambar 1.4 Timbangan injak digital tared

Sumber energi timbangan digital dapat berasal dari baterai atau cahaya.
Untuk timbangan yang menggunakan cahaya, timbangan harus diletakkan
pada tempat dengan pencahayaan yang cukup pada saat digunakan.

Cara pemasangan:
a) Memastikan kelengkapan dan kebersihan timbangan.
b) Memasang baterai pada timbangan yang menggunakan baterai.
c) Meletakkan timbangan di tempat yang datar, keras, dan cukup cahaya.
d) Menyalakan timbangan dan memastikan bahwa angka yang muncul
pada layar baca adalah 00,0.
e) Timbangan siap digunakan.

Cara penggunaan:
a) Sepatu dan pakaian luar anak harus dilepaskan atau anak
menggunakan pakaian seminimal mungkin.
b) Anak berdiri tepat di tengah timbangan saat angka pada layar
timbangan menunjukan angka 00,0, serta tetap berada di atas
timbangan sampai angka berat badan muncul pada layar timbangan
dan sudah tidak berubah (Gambar 1.5).

122
c) Untuk anak yang belum bisa berdiri atau tidak mau berdiri sendiri,
penimbangan dilakukan bersama dengan ibunya (Gambar 1.6) dengan
langkah sebagai berikut:
• Untuk timbangan konvensional
- Ibu melepas alas kaki, pakaian luar/tebal, dompet, tas,
handphone, dan barang lainnya.
- Menyalakan timbangan hingga muncul angka 00,0 pada layar
baca.
- Ibu diminta berdiri tepat di tengah alat timbang serta tetap
berada di atas timbangan sampai angka berat badan muncul
pada layar timbangan dan sudah tidak berubah.
- Hasil timbangan berat badan Ibu dicatat.
- Ibu diminta turun dari timbangan.
- Ibu menggendong anaknya (pakaian anak harus semininal
mungkin) dan diminta berdiri kembali di alat timbang sampai
angka berat badan muncul pada layar timbangan dan tidak
berubah.
- Hasil timbangan berat badan Ibu dan anak dicatat.
- Berat badan anak dicatat dengan cara mengurangi berat
badan ibu dan anak dengan berat badan ibu saja.
• Untuk timbangan tared
- Ibu melepas alas kaki, pakaian luar/tebal, dompet, tas,
handphone, dan barang lainnya.
- Menyalakan timbangan hingga muncul angka 00,0 pada layar
baca.
- Ibu diminta berdiri di atas timbangan, tepat di tengah alat
timbang serta tetap berada di atas timbangan sampai angka
berat badan muncul pada layar timbangan dan sudah tidak
berubah.
- Menekan tombol (atau menggerakkan telapak tangan di atas
layar baca pada timbangan dengan sumber energi cahaya)
hingga muncul kembali angka 00,0.
- Menyerahkan anak (pakaian anak harus semininal mungkin)
kepada ibu, lalu membaca hasil penimbangan yang
ditunjukkan pada layar baca dan segera dicatat.

123
Gambar 1.5. Menimbang
Gambar 1.6. Menimbang
berat badan anak yang sudah
berat badan anak yang belum
bisa berdiri
bisa berdiri

2. Alat ukur panjang/tinggi badan


a. Spesifikasi umum
1) Kuat dan tahan lama.
2) Mempunyai ketelitian minimal 0,1 cm.
3) Kemudahan mobilisasi jika digunakan untuk kunjungan rumah.
4) Memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).

b. Jenis alat ukur


1) Infantometer atau length board
Alat ini digunakan untuk mengukur panjang badan anak berumur 0 – 24
bulan dengan batas pengukuran maksimal 150 cm (Gambar 1.7.).

Gambar 1.7. Infantometer

124
Cara pemasangan:
a) Alat harus dipastikan dalam kondisi baik dan lengkap, alat penunjuk
ukuran (meteran) dapat terbaca jelas dan tidak terkelupas atau
tertutup.
b) Alat ditempatkan pada tempat yang datar, rata dan keras.
c) Alat ukur panjang badan dipasang sesuai petunjuk. Harus dipastikan
bahwa alat geser dapat digerakkan dengan baik.
d) Pada bagian kepala papan ukur dapat diberikan alas kain yang tipis
dan tidak mengganggu pergerakan alat geser.
e) Panel bagian kepala diposisikan pada sebelah kiri pengukur. Posisi
pembantu pengukur berada di belakang panel bagian kepala.

Cara penggunaan (Gambar 1.8):


a) Anak dibaringkan dengan puncak kepala menempel pada panel bagian
kepala (yang tetap). Pembantu pengukur memegang dagu dan pipi
anak dari arah belakang panel bagian kepala. Garis imajiner (dari titik
cuping telinga ke ujung mata) harus tegak lurus dengan lantai tempat
anak dibaringkan.
b) Pengukur memegang dan menekan lutut anak agar kaki rata dengan
permukaan alat ukur.
c) Alat geser digerakkan ke arah telapak kaki anak hingga posisi telapak
kaki tegak lurus menempel pada alat geser. Pengukur dapat mengusap
telapak kaki anak agar anak dapat menegakkan telapak kakinya ke
atas, dan telapak kaki segera ditempatkan menempel pada alat geser.
d) Pembacaan hasil pengukuran harus dilakukan dengan cepat dan
seksama karena anak akan banyak bergerak.
e) Hasil pembacaan disampaikan kepada pembantu pengukur untuk
segera dicatat.

125
Gambar 1.8. Pengukuran panjang badan untuk anak usia 0-24 bulan

2) Microtoise
Alat ini digunakan untuk mengukur tinggi badan anak mulai usia lebih dari
2 tahun atau yang sudah bisa berdiri (gambar 1.9). Ukuran maksimum 200
cm dengan ketelitian 0,1 cm.

Gambar 1.9. Microtoise

126
Cara Pemasangan:
a) Pemasangan microtoise memerlukan setidaknya dua orang.
b) Satu orang meletakkan microtoise di lantai yang datar dan menempel
pada dinding yang rata.
c) Satu orang lainnya menarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai
angka pada jendela baca menunjukkan nol. Kursi dapat digunakan
agar pemasangan microtoise dapat dilakukan dengan tepat. Untuk
memastikan microtoise terpasang dengan tegak lurus, dapat
digunakan bandul yang ditempatkan di dekat microtoise
d) Bagian atas pita meteran direkatkan di dinding dengan memakai
paku atau dengan lakban/selotip yang menempel dengan kuat dan
tidak mungkin akan bergeser.
e) Selanjutnya, kepala microtoise dapat digeser ke atas.

Cara penggunaan (Gambar 1.10):


a) Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, dan tutup kepala pada
anak dilepaskan.
b) Pengukur utama memposisikan anak berdiri tegak lurus di bawah
microtoise membelakangi dinding, pandangan anak lurus ke depan.
Kepala harus dalam posisi garis imajiner.
c) Pengukur memastikan 5 bagian tubuh anak menempel di dinding
yaitu: bagian belakang kepala, punggung, bokong, betis dan tumit.
Pada anak dengan obesitas, minimal 2 bagian tubuh menempel di
dinding yaitu punggung dan bokong.
d) Pembantu pengukur memposisikan kedua lutut dan tumit anak rapat
sambil menekan perut anak agar anak berdiri dengan tegak.
e) Pengukur menarik kepala microtoise sampai menyentuh puncak
kepala anak dalam posisi tegak lurus ke dinding.
f) Pengukur membaca angka pada jendela baca tepat pada garis merah
dengan arah baca dari atas ke bawah.

127
Gambar 1.10. Posisi anak dan pengukur saat
pengukuran tinggi badan

3) Alat ukur panjang dan tinggi badan


Saat ini telah dikembangkan alat yang dapat digunakan sebagai alat ukur
panjang maupun tinggi badan yang lebih praktis digunakan (Gambar 1.11).
Cara pemasangan alat ini disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Jika
akan digunakan untuk mengukur panjang badan, alat diletakkan berbaring
diatas meja atau di lantai, dan jika akan digunakan untuk mengukur tinggi
badan, alat ini diletakkan berdiri. Prinsip penggunaan alat sama dengan
infantometer dan microtoise.

Gambar 1.11. Alat Ukur Panjang dan Tinggi Badan

128
Sejarah Perkembangan UKS/M
Pada tahun 1956 telah dirintis kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Departemen Dalam Negeri dalam bentuk Proyek
Program UKS Perkotaan di Jakarta dan UKS Pedesaan di Bekasi. Selanjutnya pada tahun
1970 dibentuk Panitia Bersama Usaha Kesehatan Sekolah, antara Departemen
Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 1980
ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan
Menteri Kesehatan, tentang pembentukan Kelompok Kerja Usaha Kesehatan Sekolah.
Pada tahun 1982 ditanda tangani Piagam Kerjasama antara Direktur Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Direktur Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, tentang Pembinaan
Kesehatan Anak dan Perguruan Agama Islam. Tahun 1984, untuk lebih memantapkan
pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah secara terpadu, diterbitkanlah Surat Keputusan
Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, sebagai
berikut:
• Nomor: 0408a/U/1984; Nomor: 319/Menkes/SKB/VI/1984; Nomor: 74/Th/1984;
Nomor: 60 Tahun 1984; tanggal 3 September 1984, tentang Pokok Kebijakan
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.
• Nomor: 0372a/P/1989; Nomor: 390a/Menkes/SKB/IV/1989; Nomor:
140A/Tahun 1989; Nomor 30A Tahun 1989: tanggal 12 Juni 1989 tentang TIM
Pembina UKS.
Tahun 2003, seiring dengan perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari
sentralisasi menjadi desentralisasi dan perkembangan di bidang pendidikan dan
kesehatan maka dilakukan penyempurnaan SKB 4 Menteri Tahun 1984 menjadi:
• Nomor: 1/U/SKB; Nomor: 1067/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor: MA/230/A/2003;
Nomor: 26 Tahun 2003; Tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS;
• Nomor: 2/P/SKB/2003; Nomor: 1068/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor:
MA/230B/2003; Nomor: 4415-404 Tahun 2003: Tanggal 23 Juli 2003 tentang
Tim Pembina UKS Pusat;
• Nomor: 6/X/ PB/2014; Nomor: 73 Tahun 2014; Nomor: 41 Tahun 2014; dan
Nomor: 81 Tahun 2014: tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/ Madrasah (UKS/M).

129
Logo UKS

Logo diciptakan tanggal 4 Juli 1985 oleh Tim


Pembina UKS Pusat; tanggal 23 Juli 1985 Rapat
Tim Pembina UKS Pusat menyepakati sebagai
logo UKS lalu disahkan melalui Rapat Kerja
Nasional II Tim Pembina UKS seluruh Indonesia
tahun 1991, di Batu, Malang – Jawa Timur

Logo UKS/M berbentuk segitiga sama sisi


Di dalam segitiga tersebut terdapat sebuah lingkaran yang menyinggung ketiga segitiga
itu.
Dalam lingkaran tertulis UKS yang di tulis mendatar dan vertikal dengan huruf K terletak
di tengah-tengah
• Segitiga melambangkan lingkaran yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak yaitu lingkungan : 1. keluarga, 2. sekolah dan 3.
masyarakat.
• Segitiga sama sisi juga melambangkan Trias UKS/M yaitu:
1. Pendidikan kesehatan;
2. Pelayanan kesehatan dan
3. Pembinaan lingkungan sekolah sehat.
• Lingkaran yang terdapat didalam segitiga melambangkan keterpaduan dan
kegotong royongan dalam melaksanakan program Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (UKS/M)

Singkatan UKS mendatar dan vertikal :


Melambangkan bahwa Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)
adalah :
• Usaha yang berkesinambungan yang tiada henti-hentinya,
• Diberikan kepada semua jenis tingkat pendidikan, mulai dari PAUD sampai
ketingkat SMA/SMK/MA dan
• Pembinaan secara berjenjang

130
Mars UKS
Ciptaan: Ma’mur ZM/M.Iksan

Satukan langkah menggapai cita


Usaha Kesehatan Sekolah
Kebersihan diri dan lingkungan dijaga
Buang segala sampah pada tempatnya

Berolah-raga dengan teratur


Berbadan sehat dan berbudi luhur
Demi menatap masa depan bangsa
Galakkan UKS sepanjang masa

Tri program UKS jadi landasan


Pendidikan kesehatan dilaksanakan
Pelayanan kesehatan kita terapkan
Lingkungan sekolah sehat….
Ayo …..diwujudkan

UKS tumbuhkan siswa cerdas kuat


Berjiwa tangguh bergaya hidup sehat
Sikap hormat pada guru dan orang tua
Beriman dan cinta sesama kita

131
DAFTAR PUSTAKA
• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019. Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan UKS/M
• Kementerian Kesehatan, 2020. Buku Kesehatan Ibu dan Anak
• Kementerian Kesehatan, 2020. Buku Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak
• Kementerian Kesehatan, 2021. Buku Petunjuk Teknis Pembinaan Penerapan
Sekolah/Madrasah Sehat
• Kementerian Kesehatan, 2021. Buku Panduan Deteksi Dini Tuberkulosis Pada
Balita Di Tingkat Masyarakat dan FKTP

132
133
134

Anda mungkin juga menyukai