Anda di halaman 1dari 6

Nama: Dini Dayanti

Nim/Kelas: 200609500009/A

MK: Sosiologi Kesehatan

Tugas: Berikan analisis singkat dengan menggunakan pendekatan sosiologi terkait


tiga isu prioritas G20, yakni (1). Pembangunan sistem ketahanan Kesehatan global,
(2). Harmonisasi standar protokol Kesehatan global, (3). Pengembangan pusat studi
serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan, dan respons terhadap krisis Kesehatan
yang akan datang.

Kutipan berita terkait:

Pertemuan G20 pada 2022 di bidang kesehatan mengusung fokus utama Memperkuat
Arsitektur Kesehatan Global.

Sekretaris Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia


Tarmizi, M.Epid menyampaikan, topik bahasan pada pertemuan G20 2022
diharapkan bisa menjawab tantangan kesehatan global, terlebih di masa pandemi
Covid-19.

“Arsitektur kesehatan global sangat dibutuhkan saat ini. Saat pandemi Covid-19,
arsitektur kesehatan global yang ada ternyata tidak cukup untuk memfasilitasi
koordinasi, ketahanan, kapasitas, bahkan pembiayaan untuk merespons pandemi,”
jelas Nadia, pada konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (23/3/2022) sore.

Forum G20 bakal membahas tiga isu prioritas. Yakni, pembangunan sistem
ketahanan kesehatan global; harmonisasi standar protokol kesehatan global; serta
pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan, dan
respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang. Berikut penjelasannya.

1. Pembangunan sistem ketahanan kesehatan global


Pandemi Covid-19 menyebabkan ketimpangan kapasitas kesehatan di banyak negara
semakin kentara.

Nadia menyebut salah satu ketimpangan yakni, perbedaan kapasitas tiap-tiap negara
untuk mendeteksi dan memantau patogen biang penyakit yang baru muncul dengan
genomic sequencing.

Untuk menyikapi ketimpangan ini, pemimpin dari negara-negara G20 diharapkan


berkolaborasi untuk mewujudkan arsitektur kesehatan global yang lebih inklusif,
kooperatif, dan tangkas dalam menghadapi berbagai isu kesehatan.

Selain itu, pemimpin negara anggota G20 perlu mendukung percepatan akses sarana
dan prasarana pencegahan Covid-19. Seperti penyediaan alat tes, vaksin, serta alat
kesehatan untuk perawatan dan tata laksana pasien Covid-19.

“Kolaborasi ini harus dapat membantu negara-negara lain, terutama negara dengan
pendapatan rendah menengah dalam merespons ancaman kesehatan di masa yang
akan datang” kata Nadia.

2. Harmonisasi standar protokol kesehatan global

Krisis kesehatan pandemi Covid-19 memukul telak sektor perekonomian global.


Sektor lain seperti pariwisata, perdagangan, sampai pendidikan juga turut terdampak
masalah kesehatan ini.

Perbaikan kondisi ini bisa diupayakan lewat harmonisasi standar protokol kesehatan
global.

Menurut Nadia, pada forum G20 2021, para pemimpin anggota G20 sudah
berkomitmen membuka perjalanan internasional dengan protokol kesehatan yang
sesuai pandemi Covid-19.

Namun, sejumlah negara menerapkan panduan sertifikat vaksin Covid-19 digital


dengan cara dan mekanisme verifikasi berbeda dari negara lainnya.
Kondisi ini menyebabkan sertifikat vaksin Covid-19 digital di satu negara tidak
diakui di negara lainnya.

“Dibutuhkan rekognisi (pengakuan) terhadap sertifikat digital vaksin Covid-19 di


antara negara2 G20. Perlu dipertimbangkan agar sertifikat ini bisa menjadi dokumen
perjalanan yang diperlukan untuk masuk ke negara lainnya,” jelas Nadia.

3. Pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan, dan


respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang.

Untuk menghadapi pandemi atau krisis kesehatan, negara-negara di dunia perlu


bergandengan tangan untuk memperluas fasilitas penelitian dan manufaktur
kesehatan secara global.

Seperti diketahui, teknologi vaksin mRNA memungkinkan pengembangan vaksin


baru yang lebih cepat, murah, dan aman.

“Akan tetapi saat ini pengembangan vaksin mRNA hanya terjadi di negara-negara
maju,” kata Nadia.

Untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya, Nadia berpendapat setiap negara


harus memiliki akses setara terhadap vaksin, terapeutik, dan diagnostik.

Selain itu, dibutuhkan kolaborasi dan jejaring antar-para ahli dan ilmuwan di bidang
kesehatan masyarakat.

“Penting untuk menetapkan suatu perusahaan manufaktur regional dan pusat sebagai
kolaborasi riset. Tanpa komitmen politik untuk membangun sistem kesehatan global
yang lebih kuat, negara sulit keluar dari situasi sulit sebagai dampak pandemi Covid-
19,” tutur Nadia.

Serangkaian isu kesehatan di atas akan dibahas lewat pertemuan Health Working
Group (HWG) G20 2022. Kementerian Kesehatan bakal menggelar pertemuan HWG
G20 2022 pertama di Yogyakarta, pada Senin-Rabu (28-30/3/2022)
Dari 3 isu diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa forum G20 ini ingin meningkatkan
pengawalan terhadap Kesehatan secara global namun disini jika di analisis dengan
teori structural fungsional Parsons dengan konsep AGIL dilihat bahwa negara-negara
yang tergabung dalam forum G20 ini ada usaha untuk mencapai harmonisasi dalam
sistem ketahanan Kesehatan global dimana untuk memperbaiki Kesehatan global
pasca covid dan persiapan terhadap krisis Kesehatan yang akan datang.

Teori structural fungsional

Gagasan bahwa jika salah satu posisi social atau unsur dalam sistem masyarakat tidak
berfungsi maka akan memengaruhi sistem social dan menjadi kacau atau akan ada
ketidakteraturan dalam masyarakat.

Dengan adanya covid yang melanda dunia beberapa saat lalu maka perlu usaha untuk
perbaikan unsur atau fungsi dalam masyarakat yang mengalami ketergangguan atau
tidak berjalan sebagaimana mestinya yaitu fungsi Kesehatan dengan adanya 3 isu
utama forum G20 ini meyusun perbaikan fungsi Kesehatan dalam masyarakat global
pasca covid.

Konsep AGIL Talcott Parsons sebagai penanggulangan atau syarat agar unsur-unsur
atau fungsi-fungsi dalam masyarakat tersebut dapat kembali berjalan dan mencapai
ekuilibrum, yaitu ada 4 diantaranya:

1. Adaptation, yaitu adaptasi atau penyesuain diri dimana masyarakat atau


fungsi-fungsi yang ada harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
itu guna memenuhi kebutuhan dirinya.
2. Goal attainment, yaitu pencapaian tujuan dimana sistem harus mampu
menentukan tujuannya dan berusaha mencapainya.
3. Integration, yaitu integrasi atau saling bekerja sama dimana dalam unsur-
unsur yang membentuk sistem dalam masyarakat tersebut harus saling
bekerjasama agar sistem utuh Kembali, masing-masing unsur berfungsi sesuai
kedudukannya. Ataukah masyarakat menjalin hubungan saling
ketergantungan diantara unsur-unsurnya agar bisa berfungsi secara maksimal.
4. Laten, yaitu latensi atau pemeliharaan pola dimana ada pemeliharaan pola-
pola yng sudah ada. Setiap masyarakat harus mempertahankan pola-pola yang
sudah ada dengan menjaga motivasi-motivasi individu.

Ketiga isu diatas juga dapat dianalisis menggunakan teori rekontruksi Giddens
dimana ada usaha untuk merekontruksi sistem ketahanan Kesehatan global pasca
covid yang menimbulkan ketimpangan kapasitas kesehahatan di banyak negara dan
dengan ini negara-negara yang tergabung dalam forum G20 menjalin kerja sama
berkolaborasi untuk mewujudkan arsitektur Kesehatan global yang lebih inklusif,
kooperatif, dan tangkas dalam menghadapi berbagai isu Kesehatan.

Rekonstruksi yang berarti membangun atau pengembalian kembali sesuatu


berdasarkan kejadian semula, dimana dalam rekonstruksi tersebut terkandung nilai-
nilai primer yang harus tetap ada dalam aktifitas membangun kembali sesuatu sesuai
dengan kondisi semula. Untuk kepentingan pembangunan kembali sesuatu, apakah itu
peristiwa, fenomena-fenomena sejarah masa lalu, hingga pada konsepsi pemikiran
yang telah dikeluarkan oleh pemikira-pemikir terdahulu, kewajiban para
rekonstruktor adalah melihat pada segala sisi, agar kemudian sesuatu yang coba
dibangun kembali sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan terhindar pada
subjektifitas yang berlebihan, dimana nantinya dapat mengaburkan susbstansi dari
sesuatu yang ingin kita bangun tersebut.

Anthony Giddens salah seorang tokoh pemikir ilmu sosial, yang mengatakan bahwa
teori sosial memerlukan adanya rekonstruksi, ia menyusun gagasan untuk
merekonstruksi teori sosial dengan jalan melakukan kritik terhadap tiga mazhab
pemikiran sosial terpenting yakni;
Giddens bermaksud mempertahankan pemahaman yang diajukan oleh tiga tradisi
tersebut, sekaligus menemukan cara mengatasi berbagai kekurangannya serta
menjembatani ketidaksesuaian antara ketiganya. Rancangan tersebut mencakup
rekonseptualisasi atas konsep-konsep tindakan, struktur dan sistem dengan tujuan
mengintegrasikannya menjadi pendekatan teoretis baru. Rekonseptualisasi atas
konsep tindakan, struktur dan sistem diawali dengan memandang praktek-praktek
sosial yang terus berlangsung sebagai segi analitis terpenting.

Anda mungkin juga menyukai