Anda di halaman 1dari 28

PAPER

SIK/SIM TEKNOLOGI INFORMASI KESEHATAN

Dosen Pengampu: Syefira Salsabila, S.Gz., MKM.

OLEH:

Nama : AZYUYUN

Nim : J1A122108

Kelas : KESMAS B

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2024
TUGAS KE-1

10 (SEPULUH) KATA SULIT ATAU TIDAK DIMENGERTI PADA


JURNAL
 Autokolerasi spasial prevalensi Stunting pada balita di Kabupaten
Bandung Barat tahun 2022
1. QGIS
Quantum Geographic Information System (QGIS) merupakan salah
satu perangkat lunak open source yang dapat digunakan untuk pengelolaan
data spasial dan pengembangan aplikasi sistem informasi geografi.
QGIS memiliki beberapa keunggulan yaitu:
a) Dapat membuka banyak jenis data spasial tanpa konversi;
b) Tampilan QGIS lebih sederhana dan ramah terhadap pengguna (user
friendly);
c) Tidak membutuhkan lisensi khusus dan bersifat open source;
d) Dukungan yang kuat pada analisis citra penginderaan jauh (remote
sensing) melalui berbagai paket plug-ins; dan
e) Dukungan terhadap data publik yang berada di cloud.

Beberapa fungsi utama QGIS dalam SIK/SIM meliputi:

a) Pemetaan Lokasi: QGIS memungkinkan pengguna untuk membuat


peta interaktif yang menampilkan lokasi berbagai fasilitas kesehatan,
data demografi, atau informasi kesehatan lainnya. Hal ini membantu
dalam visualisasi dan analisis data geografis.
b) Analisis Spasial: QGIS menyediakan berbagai alat analisis spasial
yang memungkinkan pengguna untuk melakukan analisis berbasis
lokasi seperti overlay, buffering, dan analisis jarak.
c) Manajemen Data: QGIS memungkinkan pengguna untuk
mengimpor, mengelola, dan menganalisis berbagai jenis data
geografis seperti shapefile, raster, dan data spasial lainnya.
d) Pemodelan dan Simulasi: QGIS dapat digunakan untuk
memodelkan dan mensimulasikan berbagai skenario terkait
kesehatan seperti penyebaran penyakit, aksesibilitas fasilitas
kesehatan, atau prediksi kebutuhan layanan kesehatan
e) Integrasi Data: QGIS mendukung integrasi data dari berbagai
sumber seperti database, spreadsheet, dan layanan web GIS untuk
menyediakan informasi yang lebih komprehensif.

2. SDGs
SDGs merupakan singkatan dari Sustainable Development Goals
atau sama dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB). Secara umum,
program ini memiliki tujuan untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan
ekonomi di negara yang membutuhkan bantuan. Sustainable Development
Goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan adaah program kelanjutan
dari MDGs atau Millennium Development Goals yang bertujuan untuk
menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehiupan sosial masyarakat,
menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan
terlaksananya tata Kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas
kehidupan dari generasi ke generasi.

Tujuan SDGs adalah sebagai berikut:


1. Tanpa kemiskinan
Tanpa kemiskinan atau No Poverty adalah tujuan pertama dalam
program SDGs. Salah satu targetnya adalah untuk menghapus
kemiskinan ekstrim, yaitu penduduk dengan daya beli kurang dari Rp
7.800 per hari.
2. Mengakhiri Kelaparan
Mengakhiri kelapara atau zero hunger adalh upaya untuk mengatsi
masalah kelaparan atau kekurangan pangan yang terjadi di berbagai
belahan dunia.
3. Kehidupan Sehat Dan Sejahtera
Kehidupan sehat dan sejahtera (Good Health and Well-Weing) adalah
tujuan SDGs untuk mengkampanyekan gaya hidup sehat dan berupaya
untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat dunia.
4. Pendidikan Yang Berkualitas
Pendidikan yang berkualitas adalah salah satu tujuan SDGs untuk
menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Program ini
memastikan semua manusia bisa mendapatkan akses pendidikan yang
berkualitas dan merata di seluruh dunia.
5. Kesetaraan Gender
Gender Equality adalah salah satu permasalahan yang masih terjadi di
berbagai belahan dunia Program ini berusaha mencegah diskriminası
terhadap gender tertentu dan memastikan semua gender mendapatkan
kesempatan yang sama tanpa mengalami diskriminasi.
6. Air Bersih dan Sanitasi Layak
Clean water and sanitation atau air bersih dan sanitası layak adalah
upaya untuk memastikan setiap orang untuk bisa mendapatkan air bersih
dan sanitası yang layak Pada tahun 2030 PBB menargetkan seluruh
manusia untuk memiliki akses air minum yang aman dan terjangkau
serta mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat.
7. Energi Bersih dan Terjangkau
Di beberapa tempat, masyarakat masih terisolasi dan belum memiliki
listrik sehingga kehidupan mereka sangat terbatas. Oleh karena itu, PBB
mencoba untuk memastikan setiap untuk mendapatkan energi yang
bersih serta terjangkau atau Affordable and Clean Energy.
8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Decent Work and Economic Growth atau pekerjaan layak dan
Bertumbuhan ekonomi adalah tujuan ke-8 dalam program SDGs yang
dicanangkan PBB. Mereka berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di seluruh negara sehingga bisa menjamin setiap orang
mendapatkan pekerjaan yang layak.
9. Industri, Inovasi, dan Infrastruktur
Industy, Innovations, dan Infrastructure adalah upaya untuk
membangun infrastruktur yang baik, mendukung industrialisasi yang
inklusif, serta membantu perkembangan inovasi. Hal ini adalah salah
satu cara untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat
dunia.
10. Mengurangi Ketimpangan
Ketimpangan sosial dan ekonomi adalah salah satu masalah yang serius
dan harus segera ditangani. Program ini berusaha mengurangi
ketimpangan kehidupan di negara maju dan negara berkembang yang
tertuang dalam tujuan SDGs ke-10, yaitu reduce inequality.
11. Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan
PBB menargetkan pada tahun 2030, masyarakat bisa memiliki akses
erhadap perumahan, transportası, dan pelayanan dasar yang layak serta
terjangkau. Hal ini termasuk dalam tujuan ke-11 dalam SDG, yaitu
sustainable cities and communities.
12. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
Dilansir dari laman SDG 2030 Indonesia, tujuan ke-12 dari program ini
adalah konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab atau responsible
consumption and production. Tujuan ini memastikan pola konsumsi dan
produksi yang dilakukan menggunakan cara-cara yang berkelanjutan.
13. Penanganan Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah masalah yang serius dan bisa menimbulkan
berbagai permasalahan seperti bencana. Program SDGs adalah salah
satu langkah untuk melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan
iklim untuk mencegah hal-hal buruk terjadi dalam tujuan ke-13, yaitu
climate action.
14. Ekosistem Laut
Menjaga ekosistem laut atau life below water adalah upaya untuk
meletarikan kehidupan makhluk-makhluk yang tinggal di laut. Tindakan
seperti perburuan ilegal dan pencemaran laut terus dikurangi untuk
menjaga kehidupan di laut.
15. Ekosistem Darat
Ekosistem Darat atau life on land adalah tujuan ke-15 dalam program
sustainable development goals dari PBB. Hal ini dilakukan dengan
mengelola hutan secara berkelanjutan untuk menjaga biodiversitas atau
keanekaragaman hayati.
16. Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat
Peace, Justice and Strong adalah upaya untuk mendorong kehidupan
masyarakat yang damai, adıl, dan institusi yang inklusif. Tujuan ini
dilakukan dengan mendukung masyarakat yang damai dan inklusif
untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap
keadilan bagı semua dan membangın institusi-institusi yang efektif,
akuntabel dan inklusif di semua level.
17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan Menciptakan kehidupan yang lebih
baik tentu membutuhkan andil darı semua pihak Partnership for the
goals adalah upaya untuk menyatukan berbagai pihak untuk bekerja
sama dalam mencapai tujuan.
3. Malnutrisi
Malnutrisi adalah kondisi di mana tubuh tidak mendapatkan nutrisi
yang cukup, baik karena asupan makanan yang kurang atau tidak seimbang,
maupun karena gangguan dalam penyerapan atau penggunaan nutrisi oleh
tubuh. Malnutrisi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk
kekurangan gizi (undernutrition), kelebihan gizi (overnutrition), atau
defisiensi spesifik dalam zat-zat gizi tertentu seperti protein, zat besi,
vitamin, atau mineral.
Dampak malnutrisi bisa sangat beragam, mulai dari gangguan
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada anak-anak, hingga
peningkatan risiko terhadap penyakit kronis seperti diabetes, obesitas,
penyakit jantung, dan kekurangan gizi pada orang dewasa. Oleh karena itu,
penanganan dan pencegahan malnutrisi merupakan bagian penting dari
upaya kesehatan masyarakat dan perawatan kesehatan secara keseluruhan.

Berikut adalah beberapa contoh malnutrisi:


1. Kekurangan Energi Kronis (KEK): KEK terjadi ketika seseorang
tidak mendapatkan cukup kalori dari makanan yang mereka
konsumsi secara teratur. Ini dapat menyebabkan penurunan berat
badan, kekurangan energi, dan risiko komplikasi kesehatan jangka
panjang.
2. Kekurangan Protein Energi (KPE): KPE adalah bentuk malnutrisi
yang terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan cukup protein dan
energi dari makanan mereka. Ini dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan, penurunan berat badan, kelemahan otot, dan masalah
kesehatan lainnya.
3. Kekurangan Zat Gizi Spesifik: Malnutrisi juga dapat terjadi ketika
seseorang mengalami kekurangan zat gizi tertentu seperti zat besi,
vitamin A, vitamin D, atau kalsium. Ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan spesifik terkait defisiensi tersebut, seperti anemia,
kelemahan tulang, gangguan penglihatan, atau masalah imun.
4. Obesitas: Meskipun sering kali dianggap sebagai masalah gizi yang
berlebihan, obesitas juga dapat diklasifikasikan sebagai bentuk
malnutrisi karena tubuh mendapatkan terlalu banyak kalori atau
nutrisi tertentu dalam jumlah yang tidak seimbang. Obesitas dapat
meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe
2, penyakit jantung, dan stroke.
4. Indeks Moran
Indeks Moran’s I adalah alat untuk mengukur korelasi spasial.
Seperti koefisien korelasi normal lainnya, Indeks Moran’s I memiliki
rentang dari -1 sampai 1. Dari nilai tersebut, Indeks Moran’s I mampu
menentukan karakteristik umum pola spasial: bergerombol (clustered), acak
(random), dan menyebar (dispersed).
Indeks Moran ini digunakan untuk menguji adanya autokorelasi
dengan asumsi lokasi sama tetapi variabel berbeda dan berbasis kovarian.
Jika Indeks Moran bernilai nol, hal ini mengindikasikan bahwa data tidak
berkelompok. Untuk mengidentifikasi adanya autokorelasi spasial atau
tidak, biasanya dilakukan uji signifikansi Indeks Moran.
Nilai dari indeks moran berkisar dari -1 hingga 1, yang dapat
menunjukkan pola bergerombol, acak, atau menyebar. Misalnya, nilai 1
berarti hubungan positif dengan pola bergerombol. Indeks ini juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi koefisien autokorelasi secara lokal atau
korelasi spasial pada tiap daerah. Semakin tinggi nilai lokal Moran’s I,
berarti wilayah yang berdekatan memiliki nilai yang hampir sama atau
membentuk suatu penyebaran yang mengelompok.

Sebagai contoh, dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui


pola spasial pada penyakit Kusta, metode ini digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya autokorelasi spasial antar daerah dan pemetaan
penyebaran penyakit Kusta di Kabupaten Gowa. Sedangkan dalam kasus
kemiskinan di Jawa Timur, metode ini memberikan informasi penting
dalam menganalisis hubungan karakteristik kemiskinan antar wilayah.

 Sistem Informasi Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Berbasis Android


di Kawasan terpencil dan sangat terpencil
1. Prototype
Secara umum, prototype adalah skalabilitas, model, ataupun standar
ukuran yang dibentuk berdasarkan suatu skema rancangan sistem.
Tujuannya sendiri adalah untuk menguji proses kerja dan juga konsep dari
sebuah produk sebelum diedarkan. Prototype akan memungkinkan para
pengembang dan juga pengguna melakukan interaksi dengan model
tersebut secara langsung tanpa perlu membuat real produknya terlebih dulu.
Dengan kata lain, prototype bukanlah produk jadi yang sudah siap untuk
dirilis.

Jenis prototype dapat dibagi menjadi dua, antara lain:

a. Evolutionary Prototype
Evolutionary prototype ini adalah jenis prototype yang dikembangkan
secara terus menerus hingga memenuhi fungsi dan prosedur yang
diperlukan sebuah sistem.
b. Requirement Prototype
Requirement Prototype adalah jenis prototype yang digunakan para
pengembang dengan memberikan definisi dari fungsi dan juga
prosedur dari sebuah sistem yang akan dirancang oleh pengembang
tersebut.

Tujuan dari prototype adalah untuk mengembangkan skema


rancangan produk sampai akhirnya menjadi produk final yang sesuai
dengan kebutuhan dan juga permintaan pasar. Kebanyakan developer
secara terbuka menerima berbagai macam masukan dan juga feedback dari
pengguna supaya program tersebut bisa dibangun dengan fitur dan fungsi
yang lengkap. Selain berperan sebagai penghubung pengembang dan
pengguna, pembuatan prototype ini bisa menekan biaya produksi.
Contoh Prototype Sistem prototype sendiri mempunyai beberapa contoh
yang harus diketahui detailnya. Berikut ini adalah beberapa contoh
prototype adalah:
a) Low-fidelity
Contoh sederhana yang pertama yaitu prototype yang dirancang di
atas kertas. Ini merupakan jenis prototype yang sangat umum dan
paling dasar, karena cara yang satu ini dianggap lebih cepat dan juga
murah, digunakan satu kali pakai, mudah untuk diubah dan menguji
literasi baru. Selain itu, jenis prototype ini juga dapat memungkinkan
tampilan dari keseluruhan produk secara cepat.
Siapapun juga bisa memproduksinya, mendorong pemikiran desain
karena prototype ini terlihat belum selesai. Hanya saja, ada satu
kekurangannya, yakni prototype jenis ini kurang terlihat nyata,
sehingga pengguna mungkin saja akan kesulitan dalam memberikan
testimoni atau feedback. Selain itu, sulit juga untuk menerapkan hasil
dari versi awal yang kasar, karena mungkin terlalu mendasar untuk
mencerminkan pengalaman pengguna produk jadi.
b) High-fidelity
Jenis prototype yang kedua ini lebih dekat dengan prototype dalam
bentuk ataupun format digital yang dibuat menggunakan perangkat
lunak desain khusus. Kelebihan dari jenis high-fidelity ini yaitu
kemampuannya dalam melibatkan semua pemangku kepentingan demi
mempunyai visi yang diwujudkan di tangan mereka dan bisa menilai
seberapa cocok visi tersebut dengan kebutuhan pengguna dan
memecahkan masalah mereka.
Pengujian tersebut akan menghasilkan hasil yang lebih akurat dan
bisa diterapkan. Sehingga dapat dikatakan jika ini merupakan versi
yang paling dekat dengan produk akhir dan bisa memungkinkan
pengguna atau pengembang untuk memprediksi bagaimana pengguna
akan menggunakannya di pasaran.
Walaupun demikian, jenis prototype yang satu ini akan
membutuhkan waktu lebih lama dan juga dana yang lebih besar untuk
membuatnya. Target pengguna juga cenderung akan mengomentari
secara detail dibandingkan dengan konten produk keseluruhan nya.
c) HTML Prototype
Metode pembuatan prototype HTML ini yaitu yang paling rumit dari
beberapa contoh yang sudah disebutkan di atas. Oleh karena itu, proses
pembuatan prototype jenis ini hanya direkomendasikan untuk para
desainer yang mempunyai kemampuan pengkodean yang mumpuni.
Secara umum, pembuatan prototype dengan menggunakan metode
HTML ini dibentuk dengan kode dasar yang bisa menghemat energi
serta waktu. Selain itu, adanya pengkodean yang sudah tersistem juga
akan lebih memudahkan pengembangan prototype di masa yang akan
datang.
Selain memiliki biaya yang rendah, metode pembuatan jenis
prototype ini juga akan memudahkan uji prototype di hampir semua
sistem operasional komputer tanpa harus menjalankan perangkat lunak
eksternal. Pilihan tersebut menjadi yang paling terjangkau dan
ekonomi dari segi kualitas hasil dan pembiayaan dasar. Namun
pastinya proses pengkodean yang digunakan juga tidak main-main.
Berbeda dengan dua contoh prototype yang sebelumnya, yang mana
mempunyai tahapan sebelum memasuki proses pengkodean, metode
HTML ini lebih efisien karena developer bisa langsung membuat
prototype melalui pengkodean itu sendiri. Hampir tidak ada limbah
dari pembuatan prototype jenis ini, baik itu merupakan prototype
sekali pakai, langkah tambahan, dan juga biaya perangkat lunak
eksternal.
2. RAD
RAD (Rapid Application Development) adalah sebuah proses
pengembangan perangkat lunak yang menekankan siklus pengembangan
dengan waktu yang singkat. Definisi lain menyatakan bahwa metode
pengembangan perangkat lunak RAD adalah metode yang menggunakan
pendekatan beorientasi objek untuk pengembangan sistem yang meliputi
pengembangan perangkat dan perangkat lunak.
Proses atau Tahapan yang berada di dalam metode RAD dibagi menjadi 4
tahapan yaitu:

1) Perencanaan Kebutuhan: Tahapan ini merupakan tahap awal dalam


suatu pengembangan sistem, dimana pada tahap ini dilakukan
identifikasi masalah dan pengumpulan data yang diperoleh dari
pengguna atau stakeholder pengguna yang bertujuan untuk
mengidentifikasi maksud akhir atau tujuan dari sistem dan kebutuhan
informasi yang diinginkan. Pada tahap ini keterlibatan kedua belah
sangatlah penting dalam mengidentifikasi kebutuhan untuk
pengembangan suatu system.
2) Desain Sistem: Di dalam tahap desain sistem, keaktifan pengguna
yang terlibat sangatlah penting untuk mencapai tujuan karena pada
tahapan ini dilakukan proses desain dan proses perbaikan desain secara
berulang-ulang apabila masih terdapat ketidaksesuaian desain terhadap
kebutuhan pengguna yang telah diidentifikasi pada tahapan
sebelumnya. Luaran dari tahapan ini adalah spesifikasi software yang
meliputi organisasi di dalam sistem secara umum, struktur data, dan
lain-lain.
3) Proses pengembangan dan pengumpulan feedback: Pada tahap ini
desain sistem yang telah dibuat dan disepakati, diubah ke dalam bentuk
aplikasi versi beta sampai dengan versi final. Pada tahapan ini juga
programmer harus terus-menerus melakukan kegiatan pengembangan
dan integerasi dengan bagian-bagian lainnya sambal terus
mempertimbangkan feedback dari pengguna atau klien. Jika proses
berjalan lancar maka dapat berlanjut ke tahapan berikutnya, sedangkan
jika aplikasi yang dikembangkan belum menjawab kebutuhan,
programmer akan kembali ke tahapan desain system.
4) Implementasi atau penyelesaian produk: Tahapan ini merupakan
tahapan dimana programmer menerapkan desain dari suatu sistem
yang telah disetujui pada tahapan sebelumnya. Sebelum sistem
diterapkan, terlebih dahulu dilakukan proses pengujian terhadap
program untuk mendeteksi kesalahan yang ada pada sistem yang
dikembangkan. Pada tahap ini biasa memberikan tanggapan akan
sistem yang sudah dibuat dan mendapat persetujuan mengenai sistem
tersebut.

Kelebihan dan Kekurangan RAD sebagai salah satu metode dalam


mengembangkan perangkat lunak, RAD tentu memiliki beberapa
kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dan kekurangan dalam
pengembangan aplikasi dengan menggunakan metode RAD adalah
sebagai berikut.
Kelebihan

 Dapat menggunakan kembali komponen yang ada (reusable object)


sebelumnya sehingga tidak perlu membuat dari awal lagi.
 Integrasi proses yang lebih cepat dan efektif.
 Penyesuaian kebutuhan dan keinginan user menjadi lebih mudah.
 Memperkecil kemungkinan kesalahan atau error.

Kekurangan

 Memerlukan kolaborasi tim yang kuat dan memadai.


 Memerlukan komitmen yang kuat antara pengembang dan stakeholder.
 Hanya cocok diterapkan untuk proyek kecil dan memiliki waktu
pengerjaan yang singkat.
 Hanya cocok digunakan untuk mengembangkan aplikasi yang
memiliki fokus pada suatu fitur untuk dijadikan modular terpisah.

3. SDLC
System Development Life Cycle (SDLC) adalah serangkaian proses
atau tahapan yang digunakan oleh organisasi untuk merancang,
mengembangkan, mengimplementasikan, dan memelihara sistem informasi
atau perangkat lunak. SDLC membantu dalam mengelola proyek
pengembangan sistem secara sistematis dari awal hingga akhir.
Tahapan-tahapan umum dalam SDLC meliputi:
1. Perencanaan (Planning): Tahap awal di mana kebutuhan bisnis dan
teknis diidentifikasi. Rencana proyek, anggaran, dan sumber daya
ditetapkan.
2. Analisis (Analysis): Identifikasi kebutuhan pengguna dan penyusunan
spesifikasi fungsional dan non-fungsional dari sistem yang akan
dikembangkan.
3. Desain (Design): Merancang arsitektur sistem yang mencakup
perencanaan struktur data, antarmuka pengguna, serta desain teknis
dari sistem.
4. Pengembangan (Development): Tahap di mana kode program atau
perangkat lunak sebenarnya dibuat berdasarkan desain yang telah
disetujui sebelumnya.
5. Uji (Testing): Menguji sistem untuk memastikan bahwa ia memenuhi
persyaratan fungsional dan non-fungsional yang telah ditetapkan
sebelumnya. Uji ini bisa mencakup uji unit, integrasi, sistem, dan
penerimaan.
6. Implementasi (Implementation)**: Membawa sistem ke lingkungan
produksi dan meluncurkannya secara resmi. Ini juga termasuk
pelatihan pengguna dan administrasi sistem.
7. Pemeliharaan (Maintenance): Memelihara sistem untuk memastikan
kinerjanya tetap optimal. Ini meliputi pemecahan masalah,
peningkatan fitur, dan pembaruan keamanan.

Berikut adalah contoh dari tahapan-tahapan dalam System


Development Life Cycle (SDLC) yang dijelaskan sebelumnya, diterapkan
dalam konteks pengembangan sistem informasi untuk sebuah perusahaan
fiktif:
1. Perencanaan (Planning):
- Manajer proyek bertemu dengan pemangku kepentingan
(stakeholders) perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan
bisnis dan teknis.
- Rencana proyek, anggaran, dan sumber daya ditetapkan. Mereka
menetapkan tenggat waktu proyek dan membuat rencana untuk
mengelola risiko.
2. Analisis (Analysis):
- Tim analisis sistem mengadakan pertemuan dengan departemen
yang akan menggunakan sistem baru.
- Mereka mendokumentasikan kebutuhan fungsional dan non-
fungsional, seperti fitur yang dibutuhkan, kebutuhan keamanan,
dan kinerja sistem.
3. Desain (Design):
- Arsitek sistem membuat desain arsitektur yang memecah sistem
menjadi komponen-komponen dan menentukan bagaimana
komponen tersebut akan berinteraksi satu sama lain.
- Desainer antarmuka pengguna (UI/UX) membuat desain
antarmuka pengguna yang intuitif dan ramah pengguna.
4. Pengembangan (Development):
- Tim pengembang mulai menulis kode program berdasarkan desain
yang telah disetujui.
- Mereka menggunakan bahasa pemrograman dan alat
pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
5. Uji (Testing):
- Tim pengujian melakukan berbagai jenis tes, termasuk uji unit
untuk menguji fungsi individual, uji integrasi untuk memastikan
bahwa komponen-komponen berinteraksi dengan baik, dan uji
sistem untuk menguji sistem secara keseluruhan.
- Mereka mencatat dan melaporkan bug yang ditemukan kepada tim
pengembang untuk diperbaiki.
6. Implementasi (Implementation):
- Sistem baru diinstal di lingkungan produksi setelah lulus uji yang
memuaskan.
- Pelatihan diberikan kepada pengguna akhir untuk memastikan
bahwa mereka dapat menggunakan sistem dengan efektif.
7. Pemeliharaan (Maintenance):
- Setelah peluncuran, tim pemeliharaan akan bertanggung jawab
untuk memantau kinerja sistem, menangani pembaruan
keamanan, dan merespons masalah yang muncul.
- Mereka juga akan menerima masukan dari pengguna untuk fitur
tambahan atau perbaikan yang diperlukan.
4. Tracing
Tracing adalah proses mengikuti atau melacak sebuah objek atau
pola dari satu titik ke titik lainnya, biasanya dengan menggambar garis atau
jalur yang merepresentasikan jalannya objek tersebut. Dalam konteks yang
lebih luas, tracing juga dapat merujuk pada proses menyalin atau
mereplikasi sesuatu dengan mengikuti bentuk atau pola yang ada.
Dalam dunia digital, tracing sering digunakan dalam desain grafis
dan pengolahan gambar. Misalnya, tracing dapat dilakukan untuk
mengubah gambar raster menjadi vektor dengan mengikuti garis-garis dan
bentuk-bentuk yang terdapat dalam gambar tersebut. Proses ini
memungkinkan gambar raster yang awalnya terdiri dari piksel-piksel
menjadi gambar vektor yang terdiri dari garis dan bentuk geometris,
sehingga memudahkan untuk diedit dan diperbesar tanpa kehilangan
kualitas.
Dalam konteks pemetaan atau GIS, tracing dapat digunakan untuk
membuat peta berdasarkan data yang ada. Berikut adalah contoh proses
tracing dalam pembuatan peta tematik menggunakan QGIS:
1) Impor Data Geografis: Mulai dengan mengimpor data geografis yang
ingin digunakan untuk membuat peta tematik. Data ini bisa berupa peta
administrasi, data vektor, citra satelit, atau data lainnya.
2) Analisis Data: Lakukan analisis data untuk menentukan atribut yang
akan digunakan dalam pembuatan peta tematik. Misalnya, jika ingin
membuat peta tematik berdasarkan populasi, tentukan atribut yang
menyimpan informasi jumlah penduduk di setiap wilayah.
3) Pengaturan Simbologi: Pada QGIS, atur simbologi berdasarkan atribut
data yang dipilih. Misalnya, pilih warna dan gaya simbol yang sesuai
untuk mewakili kategori atau rentang nilai data yang ingin ditampilkan
dalam peta tematik.
4) Tracing: Dalam konteks pemetaan, tracing dapat dilakukan dengan
menggambar ulang batas wilayah atau objek lainnya berdasarkan data
yang ada. Misalnya, jika ingin membuat peta tematik berdasarkan
batas administrasi suatu daerah, tracing dilakukan dengan
menggambar ulang batas administrasi tersebut.
5) Penyesuaian dan Penyempurnaan: Setelah melakukan tracing, lakukan
penyesuaian dan penyempurnaan peta tematik sesuai kebutuhan.
Tambahkan legenda, label, dan elemen lainnya untuk meningkatkan
kejelasan dan keindahan peta.
5. Menginventaris
Menginventaris adalah proses atau kegiatan untuk mencatat,
mengidentifikasi, dan mencatat secara rinci semua barang atau aset yang
dimiliki oleh suatu entitas, baik itu perusahaan, organisasi, instansi,
maupun individu.
Tujuan utama dari menginventarisasi adalah untuk memiliki catatan
yang akurat dan terperinci mengenai semua barang atau aset yang dimiliki,
termasuk informasi penting seperti jumlah, kondisi, lokasi, dan nilai dari
setiap barang atau aset tersebut.
Proses menginventaris melibatkan pencatatan setiap barang atau
aset secara sistematis, biasanya dengan menggunakan sistem pencatatan
yang terorganisir seperti database atau perangkat lunak manajemen
inventaris. Informasi yang terdokumentasi dengan baik selama proses
inventarisasi dapat membantu entitas dalam pengambilan keputusan yang
lebih tepat, efisien, dan transparan terkait dengan pengelolaan aset mereka.

Berikut adalah contoh proses menginventaris secara umum:

a) Identifikasi Barang: Identifikasi barang atau aset yang akan


diinventarisasi. Misalnya, perusahaan ingin menginventarisasi
peralatan kantor, komputer, dan perangkat lainnya.
b) Pencatatan Data: Catat informasi detail mengenai setiap barang, seperti
nama barang, nomor inventaris, deskripsi, kondisi, lokasi, nilai, dan
informasi lain yang relevan.
c) Pengelompokan: Kelompokkan barang berdasarkan kategori atau
jenisnya untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian data.
Misalnya, kelompokkan peralatan kantor, peralatan IT, dan peralatan
produksi ke dalam kategori yang berbeda.
d) Penetapan Nilai: Tentukan nilai aset atau barang berdasarkan
informasi yang ada. Ini dapat mencakup nilai perolehan, nilai saat ini,
dan informasi nilai lainnya yang relevan.
e) Pemantauan dan Pemeliharaan: Lakukan pemantauan terhadap barang
inventaris secara berkala untuk memastikan informasi inventaris tetap
akurat. Selain itu, lakukan pemeliharaan terhadap barang inventaris
agar tetap dalam kondisi yang baik.
f) Audit Inventaris: Lakukan audit inventaris secara berkala untuk
memverifikasi keakuratan dan kelengkapan data inventaris. Audit ini
penting untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan aset.

 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Data Sistem Informasi


Rumah Sakit (SIRS) Online dengan PRISM Framework
1. RHIS
RHIS merupakan singkatan dari "Rekam Medis Elektronik" atau
dalam bahasa Inggris disebut sebagai "Electronic Health Record (EHR)".
RHIS atau Rekam Medis Elektronik adalah sistem yang digunakan untuk
menyimpan informasi medis pasien secara elektronik, termasuk riwayat
kesehatan, diagnosis, pengobatan, dan informasi lainnya yang berkaitan
dengan perawatan kesehatan pasien. Sistem ini membantu memudahkan
akses dan pertukaran informasi medis antara berbagai layanan kesehatan.
Tujuan utama RHIS adalah untuk meningkatkan efisiensi, akurasi,
dan aksesibilitas informasi medis dalam sebuah rumah sakit. Dengan
menggunakan sistem RHIS, rumah sakit dapat menyimpan catatan medis
pasien secara elektronik, memudahkan pengelolaan data, mempercepat
proses diagnosa dan perawatan pasien, serta meningkatkan koordinasi
antara berbagai departemen di rumah sakit. RHIS juga membantu dalam
pemantauan dan analisis data kesehatan untuk meningkatkan kualitas
layanan kesehatan yang diberikan.
Contoh RHIS dapat mencakup sistem informasi yang digunakan
oleh rumah sakit untuk merekam dan mengelola informasi medis pasien
secara elektronik, termasuk riwayat kesehatan, diagnosa, rencana
perawatan, dan catatan lainnya. Sistem RHIS membantu meningkatkan
efisiensi dan akurasi dalam pengelolaan informasi kesehatan pasien.
2. Supervisi
Supervisi adalah proses di mana seseorang dengan pengalaman dan
pengetahuan yang lebih tinggi memberikan bimbingan, arahan, dan
evaluasi kepada individu atau tim yang berada di bawah tanggung
jawabnya.
Tujuan dari supervisi adalah untuk memastikan bahwa pekerja atau
tim mencapai standar kinerja yang diinginkan, mengembangkan
keterampilan, dan meningkatkan hasil kerja. Supervisi dapat dilakukan
dalam berbagai konteks, termasuk di tempat kerja, pendidikan, klinis, dan
lainnya. Dengan adanya supervisi yang efektif, dapat membantu
meningkatkan kinerja, motivasi, dan pengembangan individu atau tim yang
disupervisi.
contoh, dalam konteks kerja, supervisi dapat terjadi ketika seorang
manajer langsung memberikan arahan, umpan balik, dan bimbingan kepada
seorang karyawan untuk memastikan bahwa karyawan tersebut memahami
tugasnya, mencapai target kinerja, dan terus berkembang dalam peran
mereka. Supervisi juga dapat terjadi dalam pendidikan, di mana seorang
guru memberikan bimbingan kepada seorang siswa dalam memahami
materi pelajaran, mengembangkan keterampilan, dan meningkatkan
pemahaman. Di bidang klinis, seorang supervisor medis dapat memberikan
arahan dan evaluasi kepada seorang dokter muda dalam menangani kasus
pasien.
3. Framework
Framework adalah struktur atau kerangka kerja yang menyediakan
prinsip-prinsip, aturan, dan pedoman untuk membangun atau
mengembangkan sesuatu. Dalam konteks teknologi dan pengembangan
perangkat lunak, framework sering digunakan untuk mempermudah
pengembangan aplikasi dengan menyediakan struktur yang sudah ada dan
alat-alat yang diperlukan. Framework dapat mencakup kode prapaket,
fungsi, dan algoritma yang dapat digunakan kembali untuk mempercepat
proses pengembangan, serta konvensi dan arsitektur yang harus diikuti oleh
pengembang. Contoh framework dalam pengembangan perangkat lunak
termasuk AngularJS, ReactJS, Laravel, Django, dan Ruby on Rails.
Framework memiliki berbagai fungsi yang penting dalam
pengembangan perangkat lunak. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari
framework:
1) Mempercepat Pengembangan: Framework menyediakan struktur dan
komponen siap pakai yang mempercepat proses pengembangan
perangkat lunak. Dengan menggunakan framework, pengembang
dapat fokus pada logika bisnis daripada memulai dari awal.
2) Konsistensi: Framework membantu dalam menjaga konsistensi dalam
pengembangan perangkat lunak dengan menerapkan standar dan
konvensi tertentu. Hal ini memudahkan kolaborasi antar pengembang
dan pemeliharaan kode.
3) Reusabilitas: Komponen yang ada dalam framework dapat digunakan
kembali dalam berbagai proyek, sehingga mengurangi upaya
pengembangan ulang dan mempercepat pengembangan aplikasi baru.
4) Skalabilitas: Framework biasanya dirancang untuk mendukung
skalabilitas, sehingga aplikasi yang dikembangkan dengan
menggunakan framework dapat dengan mudah diperluas sesuai
kebutuhan.
5) Keamanan: Framework sering kali menyediakan fitur keamanan
bawaan yang membantu melindungi aplikasi dari serangan keamanan
seperti SQL injection, cross-site scripting, dan lainnya.
6) Dokumentasi: Framework biasanya dilengkapi dengan dokumentasi
yang lengkap, memudahkan pengembang untuk memahami cara
penggunaan dan implementasi fitur-fitur yang disediakan.

Contoh framework yang umum digunakan adalah "Framework


Agile". Framework Agile adalah pendekatan pengelolaan proyek yang
fleksibel dan berbasis pada prinsip-prinsip kolaborasi, adaptasi, pengiriman
bertahap, dan respons terhadap perubahan. Contoh framework Agile yang
populer adalah Scrum, Kanban, dan Extreme Programming (XP).
Dalam framework Agile, tim bekerja secara kolaboratif dalam
iterasi singkat yang disebut "sprint" (dalam Scrum) atau "cadangan" (dalam
Kanban) untuk menghasilkan produk atau layanan yang bernilai. Tim
melakukan pertemuan rutin, seperti Daily Standup (Scrum) atau Daily
Kanban (Kanban), untuk memantau kemajuan dan menyelesaikan tugas.
Framework Agile membantu tim untuk beradaptasi dengan
perubahan kebutuhan atau prioritas proyek dengan cepat, meningkatkan
transparansi, dan mengoptimalkan proses pengembangan produk. Dengan
menerapkan framework Agile, tim dapat meningkatkan produktivitas,
kualitas, dan kepuasan pelanggan.
TUGAS KE-2

Prevalensi Obesitas Pada Penduduk Umur 18 Tahun (%) 10 dan


Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Usia 12-23 Bulan
(%)
1. Prevalensi Obesitas Pada Penduduk Umur 18 Tahun (%) 10
Prevalensi obesitas pada penduduk berusia 18 tahun sebesar 10%
menunjukkan bahwa sekitar 10 dari setiap 100 individu usia 18 tahun
mengalami obesitas. Obesitas adalah kondisi medis yang ditandai dengan
penumpukan lemak berlebih dalam tubuh yang dapat meningkatkan risiko
berbagai penyakit serius, seperti diabetes, penyakit jantung, dan tekanan
darah tinggi.
Dengan prevalensi obesitas sebesar 10%, penting untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat, termasuk pola
makan seimbang dan aktivitas fisik teratur, untuk mencegah dan mengatasi
obesitas. Upaya pencegahan obesitas juga melibatkan pendekatan
komprehensif yang melibatkan edukasi, akses terhadap makanan sehat, dan
dukungan dari berbagai sektor masyarakat.
Penting untuk memperhatikan dan mengatasi masalah obesitas
karena dapat berdampak negatif pada kesehatan individu dan
meningkatkan risiko penyakit kronis. Dengan memperhatikan gaya hidup
sehat dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat, prevalensi
obesitas pada usia 18 tahun dapat dikurangi untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

1) contoh kasus di Indonesia terkait dengan prevalensi obesitas pada


penduduk berusia 18 tahun sebesar 10%
Dapat melihat dampak dan tantangan yang dihadapi oleh
individu dan masyarakat terkait masalah obesitas. Berikut adalah
beberapa contoh kasus yang mungkin terjadi:
a. Tingginya Angka Penyakit Terkait Obesitas: Prevalensi obesitas
yang tinggi pada penduduk usia 18 tahun dapat berkontribusi pada
peningkatan kasus penyakit terkait obesitas, seperti diabetes tipe
2, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Hal ini dapat
menimbulkan beban kesehatan yang besar bagi individu dan
sistem kesehatan.
b. Tingkat Kesehatan Mental yang Terpengaruh: Individu yang
mengalami obesitas seringkali mengalami stigmatisasi dan
masalah kesehatan mental, seperti rendahnya rasa percaya diri dan
gangguan makan. Prevalensi obesitas yang tinggi pada usia muda
juga dapat berdampak pada kesehatan mental generasi mendatang.
c. Tantangan Pendidikan dan Kesejahteraan: Obesitas pada usia
muda juga dapat memengaruhi kesejahteraan dan prestasi
pendidikan. Anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas
mungkin menghadapi kesulitan dalam berpartisipasi dalam
aktivitas fisik dan belajar dengan optimal.
d. Permasalahan Akses Layanan Kesehatan: Prevalensi obesitas
yang tinggi juga dapat menunjukkan adanya permasalahan akses
layanan kesehatan, edukasi masyarakat, dan kebijakan kesehatan
yang mendukung pencegahan dan pengelolaan obesitas.
2) Dampak Prevalensi obesitas pada penduduk usia 18 tahun sebesar
10%
Memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan
individu serta masyarakat secara luas. Beberapa dampak dari
prevalensi obesitas pada penduduk usia 18 tahun yang perlu
diperhatikan antara lain:
a. Masalah Kesehatan: Obesitas merupakan faktor risiko utama
untuk berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, stroke, dan beberapa jenis kanker.
Prevalensi obesitas yang tinggi pada usia muda dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit-penyakit tersebut dan
memengaruhi kualitas hidup individu.
b. Pengaruh Psikologis: Obesitas juga dapat berdampak pada
kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis individu. Individu
yang mengalami obesitas mungkin mengalami stigmatisasi,
rendah diri, dan masalah psikologis lainnya yang dapat
memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan mental mereka.
c. Biaya Kesehatan: Prevalensi obesitas yang tinggi pada usia muda
juga dapat meningkatkan beban biaya kesehatan baik bagi
individu maupun sistem kesehatan secara keseluruhan.
Penanganan penyakit terkait obesitas memerlukan biaya yang
tinggi, termasuk perawatan medis, obat-obatan, dan intervensi
kesehatan lainnya.
d. Dampak Sosial dan Ekonomi: Obesitas juga dapat memiliki
dampak sosial dan ekonomi yang luas, seperti absensi kerja yang
tinggi akibat sakit, produktivitas yang menurun, dan kesulitan
dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat memengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial suatu negara.

2. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Usia 12-23 Bulan (%)
Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan
mengacu pada persentase anak-anak dalam rentang usia tersebut yang telah
menerima semua vaksin yang direkomendasikan sesuai dengan program
imunisasi dasar. Imunisasi dasar lengkap pad a anak usia 12-23 bulan
sangat penting untuk melindungi mereka dari penyakit menular yang serius
dan mencegah penyebaran penyakit di masyarakat.
Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan yang
tinggi menunjukkan tingkat keberhasilan program imunisasi dalam
mencapai cakupan vaksinasi yang optimal. Upaya untuk meningkatkan
persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan melibatkan
berbagai langkah, seperti kampanye imunisasi, edukasi masyarakat, akses
yang mudah terhadap layanan imunisasi, dan monitoring yang baik
terhadap cakupan vaksinasi.
Menurut data yang ditemukan dari Badan Pusat Statistik Indonesia,
persentase anak usia 12-23 bulan yang menerima imunisasi dasar lengkap
di Indonesia memiliki tingkat kesejahteraan 40% terendah. Data ini
menunjukkan bahwa masih terdapat tantangan dalam mencapai cakupan
imunisasi dasar lengkap yang optimal pada anak usia 12-23 bulan di
Indonesia. Penting untuk terus meningkatkan upaya promosi imunisasi,
edukasi masyarakat, serta akses yang mudah terhadap layanan imunisasi
untuk meningkatkan persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-
23 bulan. Dengan meningkatkan cakupan imunisasi, dapat melindungi
anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi dan
meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan anak-anak di Indonesia.

1) Tujuan mengetahui persentase imunisasi dasar lengkap pada anak


usia 12-23 bulan
Memiliki beberapa tujuan yang penting, antara lain:

Evaluasi Program Imunisasi: Data persentase imunisasi dasar lengkap


digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan program imunisasi dalam
mencapai target cakupan vaksinasi yang optimal. Hal ini membantu
pemerintah dan lembaga kesehatan untuk menilai efektivitas program
imunisasi dan mengidentifikasi area yang perlu perbaikan.

a. Monitoring Kesehatan Masyarakat: Data imunisasi merupakan


indikator penting untuk memantau kesehatan masyarakat, terutama
dalam upaya pencegahan penyakit menular. Dengan mengetahui
persentase imunisasi dasar lengkap, dapat diukur tingkat kekebalan
herd dalam populasi anak usia 12-23 bulan.
b. Perencanaan Kebijakan Kesehatan: Informasi mengenai persentase
imunisasi dasar lengkap digunakan dalam perencanaan kebijakan
kesehatan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi dan memperbaiki
akses layanan imunisasi. Data ini membantu dalam pengambilan
keputusan untuk meningkatkan kesehatan anak-anak dan
masyarakat secara keseluruhan.
c. Pencegahan Penyakit Menular: Dengan mengetahui persentase
imunisasi dasar lengkap, dapat diidentifikasi kelompok anak yang
rentan terhadap penyakit menular karena belum mendapatkan
vaksinasi yang cukup. Hal ini memungkinkan untuk melakukan
intervensi yang tepat guna mencegah penyebaran penyakit di
masyarakat.
2) Contoh kasus di Indonesia terkait dengan persentase imunisasi
dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan
Rendahnya cakupan imunisasi di beberapa daerah terpencil atau
terisolasi. Beberapa daerah di Indonesia, terutama yang sulit diakses dan
memiliki kondisi geografis yang sulit, sering mengalami tantangan
dalam mencapai cakupan imunisasi yang optimal.
Misalnya, di daerah pedalaman atau pulau terpencil, akses terhadap
layanan kesehatan dan imunisasi dapat terbatas akibat jarak yang jauh,
kondisi transportasi yang sulit, serta minimnya fasilitas kesehatan. Hal
ini menyebabkan persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-
23 bulan di daerah tersebut menjadi rendah.
3) Dampak dari rendahnya persentase imunisasi dasar lengkap pada
anak usia 12-23 bulan
cakupan imunisasi ini adalah meningkatnya risiko penyebaran
penyakit menular yang dapat dicegah melalui vaksinasi, seperti campak,
polio, dan hepatitis. Anak-anak di daerah terpencil yang tidak
mendapatkan imunisasi dasar lengkap menjadi rentan terhadap
penyakit-penyakit tersebut, yang dapat menyebabkan dampak negatif 3)
pada kesehatan dan kesejahteraan mereka.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang lebih intensif


dalam meningkatkan akses layanan imunisasi, edukasi masyarakat
tentang pentingnya imunisasi, serta kolaborasi antara pemerintah,
lembaga kesehatan, dan komunitas lokal untuk meningkatkan cakupan
imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan di daerah-daerah
terpencil. Upaya ini penting untuk melindungi anak-anak dari penyakit
yang dapat dicegah dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai