PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUBERKULOSIS
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
WHO pada tahun 2013 melaporkan terdapat 8,6 juta kasus TB dimana 1,1
juta orang (13%) diantaranya menderita TB – HIV. Sedangkan WHO pada tahun
2012 mencatat 450 ribu orang dengan TB-MDR dan 170 ribu diantaranya
meninggal dunia. RISKESDAS 2013 menyatakan terdapat 5 provinsi TB paru
tertinggi (Jawa Barat 0,7 %, Papua 0,6%, DKI Jakarta 0,6%, Gorontalo 0,5%,
Banten 0,4%). Prevalensi infeksi TB pada pria lebih banyak dari wanita.
Sementara proporsi TB anak dari keseluruhan sebesar 6% (530 ribu pasien TB
anak/tahun) dengan angka kematian 8% (74 ribu pasien TB anak/tahun).1
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia
meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.1
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan
Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia
melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe, saluran napas, atau
penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.1,3
Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.1
Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi
1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB
setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA (+).1
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi
(gizi buruk). 1
HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta
(oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi
sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi
HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian
penularan TB di masyarakat akan meningkat pula. 1
2.1.5 Etiologi
2.1.6 Patogenesis
Kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara
sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas 1 – 2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultaviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman apat tahan berhari – hari
sampai berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar
bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh
neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakkan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trankeobronkial bersama
gerakan silia dengan sekretnya.3 Bila kuman menetap di jaringan paru,
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini dapat terbawa masuk ke
organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk
sarang atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi
di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah
efusi pleura. Kuman dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe,
orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke
dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB milier.3
Tuberkulosis.Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan
menetap disana. Kuman akan menghadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian
baru makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau di bersihkan oleh
makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan
sekretnya.3 Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Di sini ia akan terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru berbentuk sarang tuberkulosa pneumonia
kecil dan di sebut sarang prime atau afek prime atau sarang (fokus) Ghon.3
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, ini banyak terjadi
Sembuh dengan sedikit meninggalkan bekas berpa garis-garis fibrosis,
kalsifikasi di hilus
Berkomplikasi dan menyebar secara : a). Per kontinuitatum, yakni menyebar
ke skitarnya, b). Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun
sebelahnya, c). Secara limfogen, d). Secara hematogen.3
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis pasca primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (apikal-posterior lobus
superior atau inferior). Invasinya ke daerah parenkhim dan tidak ke nodus hiler
paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-
10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari
sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.3
Gambar 1 Patogenesis TB
2.1.7 Diagnosis
Gejala Klinik3
Dapat ditemukan konjungtiva anemis, demam, badan kurus, berat badan menurun.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apex paru, bila
dicurga adanya infiltrate yang luas, maka pada perkusi akan didapatkan suara
redup, auskultasi bronchial dan suara tambahan ronki basah, kasar, dan nyaring.
Tetapi bila infiltrate diliputi penebalan pleura maka suara nafas akan menjadi
vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang luas akan ditemukan perkusi
hipersonor atau tympani. 3
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin
2. Sputum (S-P-S)
Sewaktu: dahak hari pertama pasien berkunjung ke fasilitas kesehatan lalu pasien
diberikan pot untuk menampung dahak hari kedua dirumah.
Pagi: hari kedua pagi harinya pasien menampung dahak didalam pot yang
diberikan di hari pertama lalu pot tersebut dibawa ke fasilitas kesehatan awal. Di
sana pot diberikan pada petugas.
Sewaktu: dahak hari kedua yang di tampung dalam pot di fasilitas kesehatan saat
pasien mengantarkan dahak hari kedua pagi harinya.
Dikatakan BTA (+) jika didapatkan hasil positif minimal 1 dari 3 sample dahak. 3
3. Radiologi
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdiniding tipis. Lama-
lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat
bayangan bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya terlihat sebagai bercak-
bercak pada dengan densitas tinggi. Gambaran radiologis lain yang sering
menyertai TB paru adalah atelektasis, efusi pleura, empiema.3
4. Uji tuberkulin
Kriteria indurasi:
2.1.8 Klasifikasi
1. Tuberkulosis Paru
2. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
1. TB paru adalah pasien yang tidak pernah berobat OAT/berobat < 28 hari
2. TB pernah diobati adalah pasien yang pernah berobat > 28 hari namun
dinyatakan kambuh (sudah pernah dinyatakan sembuh), gagal (diakhir pengobatan
hasil BTA (+)), putus obat (berhenti OAT > 28 hari)
1. TB HIV (+) dibagi: sebelum diagnosa TB sudah terapi ARV dan saat didiagnosa
TB
2.1.9 Pengobatan
2. Dosis tepat
OAT
OAT Lini 1 H R Z E S
a. Kehamilan
c. Memakai kontrasepsi
Sebaiknya menghindari penggunaan kontrasepsi hormonal karena dapat
berinteraksi dengan streptomisin. Sebaiknya kontrasepsi yang dipakai non
hormonal (IUD, MOW, dll). 1
g. Pasien TB dengan DM
Rifampisin dapat berinteraksi dengan sulfonilurea maka dosis sulfonilurea
ditingkatkan. 1
h. Indikasi operasi
TB paru: batuk darah masif, fistula bronkopleura, empiema
TB ekstraparu komplikasi: TB tulang dgn kelainan neurologi. 1
2.1.10 Pencegahan
•
4 pilar: 1
2.1.11 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut. 3
Komplikasi dini pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Pancet’s
arthropathy
Komplikasi lanjut Obstruksi jalan napas SOFT (Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB. 3
2.1.12 Prognosis
3. Alwi I dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed. VI. Interna
Publishing: Jakarta