MASTOIDITIS
di RSUD Ciawi
Penyusun:
Suni Christina
Cinthia Catherine
Erri Pratama
Delmy Sanjaya
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Mastoiditis“.
Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu dari syarat program
pendidikan profesi di bagian Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Ciawi.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebanyak- banyaknya kepada pembimbing dan semua pihak yang telah membantu penulis
selama proses penyusunan referat ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
2.6 Diagnosis...............................................................................................................
2.12 Prognosis............................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
di sel udara dengan menghambat drainase dan mengahalangi aerasi kembali dari
sisi telinga.
Mastoid dikelilingi oleh fossa cranial posterior, fossa kranial tengah,
saluran nervus fasialis, sinus sigmoid dan lateral, dna ujung petrosus tulang
temporal. Mastoiditis bisa megikis seluruh antrum dan meluas ke salah satu
daerah yang bersebelahan tersebut, meyebabkan morbiditas yang signifikan secara
klinis dan mengancam jiwa.
2.2. Definisi
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid pada tulang
temporal. Keadaan tersebut terjadi biasanya paling sering disebabkan komplikasi
dari otitis media supuratif akut maupun kronik.
Mastoiditis terbagi menjadi, mastoiditis akut dan mastoiditis kronik.
Mastoiditis akut merupakan komplikasi dari otitis media supuratif akut,
sedangkan mastoiditis kronik merupakan komplikasi dari otitis media supuratif
kronik.
6
2.3. Epidemiologi
7
Gejala Klinis
Demam dan malaise
Eritema dan edema jaringan lunak mastoid
Nyeri dibelakang telinga
Mastoid tenderness
Limfadenopati lokal
Daun telinga terdorong ke depan
Paralisis nervus VII
Abses mastoid
2.5. Patogenesis
Peradangan mukosa cavum timpani pada otitis media supuratif akut maupun
kronik yang sifatnya maligna (atikoantral) atau disebut juga tipe tulang
(kolesteatom) maka dapat menyebabkan komplikasi intra temporal berupa
mastoiditis, karena kolesteatom mampu mendestruksi tulang disekitarnya. Oleh
karena letak dari antrum mastoid pada dinding anteriornya berbatasan dengan
telinga tengah dan aditus ad antrum.
Mastoiditis merupakan komplikasi intratemporal dari otitis media
yang paling sering dijumpai. Otitis media, khususnya yang kronik (otitis
media supuratif kronik) adalah infeksi telinga tengah yang ditandai dengan
sekret telinga tengah aktif atau berulang pada telinga tengah yang keluar
melalui perforasi membran timpani yang kronik. OMSK sukar disembuhkan
dan menyebabkan komplikasi yang luas. Umumnya penyebaran bakteri
merusak struktur sekitar telinga dan telinga tengah itu sendiri. Komplikasi
intratemporal yaitu mastoiditis, labirintis, petrositis, paralisis n. facialis; dan
ekstratemporal meliputi komplikasi intrakranial (abses subperiosteal, abses
bezold’s) dan intrakranial (meningitis, abses otak, sinus trombosis).1
8
Gambar 3. Mastoiditis akut
Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan
osteoitis, yang menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid.
Oleh karena itu istilah mastoiditis coalescent digunakan. Mastoiditis coalescent
pada dasarnya merupakan empiema tulang temporal yang akan menyebabkan
komplikasi lebih lanjut, kecuali bila progresifitasnya dihambat, baik dengan
mengalir melalui antrum secara alami yang akan menyebabkan resolusi spontan
atau mengalir ke permukaan mastoid secara tidak wajar, apeks petrosus, atau
ruang intrakranial. Tulang temporal lain atau struktur didekatnya seperti nervus
fasiais, labirin, sinus venosus dapat terlibat. Mastoidtis dapat berlangsung dalam 5
tahapan :
Tahap 1 : hiperemia dari lapisan mukosa sel udara mastoid
Tahap 2 : trasudasi dan eksudasi cairan dan atau nanah dalam sel-
sel
Tahap 3 : nekrosis tulang yang disebabkan hilangnya vaskularitas
septa
Tahap 4 : hilangnya dinding sel dengan proses peleburan
(coalescence) menjadi rongga abses
Tahap 5 : proses inflamasi berlanjut ke struktur yang berdekatan.
9
2.6 Diagnosis
Diagnosis otitis media ini ditegakkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan otologi, dan pemeriksaan penunjang. Lalu untuk mendeteksi
komplikasi mastoiditis dapat dilakukan pemeriksaan radiologik, seperti foto polos
mastoid, CT scan mastoid, dan MRI mastoid. Imaging yang terbaik untuk menilai
penyakit kronik telinga tengah dan tulang temporal (mastoid) termasuk
kolesteatom adalah CT scan karena memperlihatkan destruksi tulang.2
Radiologi konvensional os temporal masih banyak digunakan di daerah
atau tempat dimana tidak terdapat CT scan dan MRI. Radiografi konvensional
digunakan dalam skrinning tulang temporal dan menentukan status pneumatisasi
dari mastoid dan petrous piramid. Metode ini memungkinkan digunakan untuk
lesi besar yang meluas ke tulang temporal. Proyeksi standar os temporal meliputi
proyeksi Schuller, Runstrom, Stenvers, transorbital, submentovertikal, Law,
Mayer, Towne, Chausse III. Semua proyeksi tersebut dulu masi digunakan namun
saat ini yang terbanyak digunakan untuk kepentingan klinik adalah lateral atau
Schuller dan obliq atau Stenvers.3
Diagnosa mastoiditis akut dimulai dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa biasa ditegakkan berdasarkan kondisi klinis tanpa pemeriksaan
radiologis. Foto polos akan menunjukkan perselubungan pada mastoid atau
koalesen pada air cells mastoid (rusaknya struktur septum tulang yang tipis akibat
peningkatan tekanan dan iskemia). Perselubungan pada mastoid bukanlah suatu
tanda patognomonis untuk mastoiditis, karena gambaran ini juga ditemukan pada
50% penderita dengan OMA tanpa komplikasi. Meskipun gambaran koalesen
pada mastoid pada pemeriksaan radiologi memiliki nilai diagnostik, gambaran ini
hanya ditemukan pada sejumlah kecil penderita. Bahkan pada beberapa kasus,
dilaporkan gambaran radiologi normal pada penderita mastoiditis akut dan
mastoiditis dengan komplikasi.
10
2.7 Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda meliputi:
Tanda-tanda meliputi:
12
2.9. Gambaran Radiologi
1. Posisi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid, proyeksi foto
dibuat dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan
berkas sinar x ditujukan dengan sudut 30o cephalo-cauda.
13
Gambar 5 . Mastoid normal posisi schuller
Pada posisi ini perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi
dapat tampak lebih jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar
tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan hubungannya dengan
sinus lateralis.
2. Posisi Owen
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi dibuat
dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan lalu wajah diputar 30 o
menjauhi film dan berkas sinar x ditujukan dengan sudut 30-40o cephalo-
cauda. Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis
auditorius eksternus, epitimpanikum, tulang pendengaran dan sel udara
mastoid.
14
Gambar 6. Foto radiografi polos posisi owen
3. Posisi Chausse III
Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah,
proyeksi dibuat dengan oksiput terletak diatas meja pemeriksaan lalu dagu
ditekuk kearah dada kepala diputar 10-15o kearah sisi berlawanan dari
telinga yang akan diperiksa.
Posisi ini merupakan tambahan setelah pemeriksaan lateral mastoid,
dimana dapat menilai lebih baik keadaan telinga tengan terutama pada otitis
media supuratif kronik dan kolesteatom.
a. Mastoiditis akut
Gambaran dini mastoiditis akut pada radiologis adalah adanya perselubungan di
ruang telinga tengah dan sel-sel mastoid, pada masa permulaan infeksi biasanya
struktur trabekula dan sel udara mastoid masih utuh. Bersamaan progresifitas
infeksi maka akan terjadi demineralisasi diikuti destruksi trabekula, Biasanya
pada mastoiditis akut tidak terjadi pada mastoid yang acellulair.
15
Gambar 7. Mastoiditis akut posisi schuller
Gambar 8. Mastoiditis akut pada posisi schuller nampak perselubungan difus serta sedikit
destruksi trabekula posterior
b. Mastoiditis Kronik
Gambaran radiologik pada mastoiditis kronik terdiri atas perselubungan yang
tidak homogen didaerah antrum mastoid dan sel-sel mastoid dan berkurangnya
jumlah sel udara, struktur trabekula yang tersisa tampak menebal. Pada keadaan
lanjut tampak obliterasi sel udara mastoid dan mastoid tampak sklerotik, lumen
antrum mastoid dan sisa sel udara mastoid terisi jaringan granulasi sehingga pada
foto akan terlihat berbagai perselubungan.
16
Kronik :
Sklerosis dari mastoid air cells
Merupakan komplikasi dari abses dan sekuester dengan sklerosis
dari mastoid. Abses dinding berbatas tegas
Dapat menyebabkan ekstradural dan intracerebral sepsis
17
Gambar 10. Mastoiditis kronik
Gambar 11. mastoiditis kronik dengan posis foto Schuller nampak perselubungan tidak homogen
dan penebalan trabekulasi
18
3. Gambaran CT-Scan mastoiditis
Computed Tomograpghy (CT) dapat berperan dalam penegakan diagnosa
mastoidtis, terutama jika terjadi komplikasi intrakranial atau pada pasien yang
diduga menderita mastoiditis terselubung. Gambaran yang dapat ditemui pada
CT-scan antara lain :
1. Rusak atau kaburnya outline mastoid
2. Berkurang atau menghilangnya ketajaman septum tulang yang semakin
memperluas air cells. Terkadang lesi litik pada tulang temporal dan abses
jaringan lunak juga dapat terlihat.perselubungan di daerah yang secara
normal mengalami pneumatisasi (yang juga terlihat pada OMA tanpa
komplikasi) tidak memiliki nilai diagnostik. Gambaran destruksi tulang
akan tampak secara radiograf bila demineralisasi tulang mencapai 30-50%.
Jika pada CT scan hanya nampak perselubungan, maka bone scan dengan
technetium 99 akan sangat bermanfaat karena metode ini sensitif terhadap
perubahan osteolitik. Dengan CT scan bisa dilihat bahwa sel-sel udara dalam
prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara)
dan melebar. Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah fossa kranii
posterior atau media maka pemeriksaan CT Scan merupakan pemeriksaan terpilih
untuk mendeteksi hal tersebut yakni dapat ditemuinnya defek tulang dengan lesi
intrakranial.
CT Scan pada tulang temporal merupakan standar pada pemeriksaan
mastoiditis. Sensitivitas CT scan pada mastoiditis adalah 87-100%. CT scan
menggambarkan dimanapun di intrakranial Komplikasi atau perluasan. Bukti dari
mastoiditis adalah gambaran destruksi mastoid dan kehilangan ketajaman sel
udara mastoid.
Plain radiografi kurang dapat dipercaya dan penemuan gejala klini sering
terlambat. Pada daerah yang tidak memiliki CT Scan, plain radiografi
menggambarkan destruksi sel udara tulang yang berkabut pada acute mastoiditis.
Pada kebanyakan kasus, radiografi cukup kuat menegakkan diagnosis namnu
19
kurang sensitif dalam membedakan staging dari penyakit dan tidak bisa
membedakan detail-detailnya.
Temuan lainnya yang digunakan untuk membedakan acute otitis media dan acute
mastoiditis tanpa osteoitis dan chronic mastoiditis :
Tampak gambaran berawan atau berkabut dari sel udara mastoid dan
telinga tengah. Ini disebabkan oleh inflamasi pembengkakan mukosa dan
terkumpulnya cairan.
Kehilangan ketajaman atau visibility dari sel mastoid karena
demineralisasi, atrofi, atau nekrosis dari tulang septa.
Kekaburan atau distorsi dari mastoid, kemungkinan dengan defek yang
tampak dari segmen atau korteks mastoid
Peningkatan dari pembentukan area abses
Peningkatan periosteum karena proses mastoid atau fossa kranial posterior
Aktivitas osteoblastik pada mastoiditis kronik
20
Displacement dari ossicular chain dapat ditemukan pada cholestetoma, namun
tidak pada otitis media kronik. Pada otitis media kronik ditemukan penebalan
lapisan mukosa.
Gambar 13. axial CT menggambarkan kuantitas tulang pada telinga kanan yang terbatas
21
Gambar 16. Mastoiditis dengan sigmoid sinus trombosis
Gambar 17. Kiri : Gambaran CT scan mastoid laki laki dengan pneumatisasi normal pada mastoid
dengan aerasi sel. Kanan : gambaran sklerotik total mastoid. Tidak tampak air cells.
Gambar 18. Gambaran CT scan laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan retraksi membran dan
otorea telinga kiri. Gambaran CT scan memperlihatkan gambaran erosi dari proces incus dan
stapedius. Semua temuan ini mengarahkan ke colesteatoma, namun pada saat opertatif temuannya
adalah mastoiditis kronik, tidak didapatkan kolesteatom. Pasien dengan mastoidtis kronik sejumlah
kecil memperlihatkan erosi tulang.
22
Gambar 19. Potongan CT scan koronal dari pasien mastoiditis kronik pada gambar 9, tampak blunt
scutum (ditunjukkan dengan panah)
Gambar 20. Axial (a) dan coronal (b) CT scan mastoid. Pada mastoid kanan nampak air cells
dengan aerasi baik dan septa penulangan dapat terlihat dengan jelas dibandingkan dengan mastoid
kiri yang tamapak opasitas. Pada mastoid kiri terlihat hilangnya septa dari tulang mastoid dan juga
erosi pada dinding kortikal ke dalam fossa krania media. Didapati pula soft tissue swelling
sepanjang prosesus mastoideus.
23
Gambar 21. Axial (a) soft tissue window dan axial (b) bone window dari kepala. Sejumlah cairan
dengan peningkatan densitas terlihat di kanan mastoid, menandakan abses subperiosteal. Pada
bone window didapatkan opasitas dari air cells bilateral sering dijumpai pada anak-anak. Tampak
resopsi septa tulang pada kanan dkorteks luar mastoid. Tulang mengalami erosi dan membentuk
abses superficial.
Gambar 22. CT scan kepala dan leher dengan penambahan kontras memberikan gambaran sebuah
abses Bezold’s luas diantara jaringan lunak di bagian leher dekat sternocleidomastoid. Abses ini
terbentuk dari mastoiditis akut yang mengalam erosi pada mastoid tip.
Gambar 23 CT scan dengan penambahan kontras pada pasien anak laki-laki yang diduga
mastoiditis. Hasil temuan mastoiditis dan trombosis sinus venosus dural.
24
Gambar 24. CT scan kontras dengan potongan anak laki-laki dengan mastoiditis kanan. Tampak
tulang temporal kanan sebuah fokus dari abnormal enhancement dengan sedikit low attenuation
consistent dan edema.
25
Gambar 25. CT scan laki-laki dengan mastoiditis kanandan delirium. Sebuah low attenution area
terlihat pada kanan lobus temporal mengandung a fleck gas(a). Potongan MRI setinggi axial T2
dilakukan 3 hari kemudian menemukan bahwa abses gas-containing pada lobus temporal kanan
yang berhubungan dengan air cells mastoid, tampak lebih besar dan meluas ke temporal horn dari
ventrikel lateral kanan.gas telah digantikan dengan cairan CSF dari ventrikel, CSF mengalir dari
ventrikel ke mastoid melalui abses (b). MRI potongan coronal setinggi T1 memberikan gambaran
abses yang mengandung gas. CSF pada ventrikel lateral hampir digantikan oleha gas. Pasien ini
immunocompromised dan sedikit respon terhadap infeksi. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa
kurangnya subependymal enhancement (c).
26
gambar 26. nampak sebuah abses perisinus epidural pada MRI anak dengan mastoiditis akut yang tidak terlihat
pada CT scan.
2.10. Tatalaksana
2.12 Prognosis
28
DAFTAR PUSTAKA
29