PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular
langsung melalui dahak berupa droplet yang telah terinfeksi oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar di udara dan dapat
bertahan selama beberapa jam, hingga terhirup oleh orang lain kemudian
menetap dalam tubuh orang tersebut. Jika bakteri ini sering masuk dan
terkumpul dalam paru-paru, maka akan berkembang biak menjadi banyak
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
(Najmah,2016)
Orang yang telah menghirup udara dengan kandungan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, maka bakteri tersebut akan masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan dan menyebar ke bagian tubuh lain
melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ
terdekatnya. Setiap satu bakteri akan menularkan kepada 10-15 orang di
sekitarnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TB sebesar
17%. Hasil studi lain melaporkan bahwa kontak terdekat seperti keluarga
serumah, dua kali lebih berisiko tertular dibandingkan kontak biasa yang
tidak serumah.
Saat ini, Tuberculosis (TB) masih menjadi permasalahan kesehatan
di dunia. Penyakit Tuberculosis (TB) menjadi penyebab kematian kedua dari
seluruh penyakit menular di dunia. Berdasarkan data WHO tahun 2013,
kasus TB di dunia diperkirakan sebanyak 9 juta orang dan 1,5 juta orang
meninggal akibat penyakit ini. Sebanyak 550.000 anak menderita penyakit
TB dan 80.000 anak HIV-negatif meninggal karena TB pada tahun yang
sama. Namun, pada tahun tersebut sebenarnya terjadi penurunan kasus TB
paru di dunia dengan diagnosis dini dan kepatuhan berobat. Tingkat
kematian TB menurun 45% antara tahun 1990 hingga tahun 2013. Sejak
1
2
tahun 2000 hingga tahun 2013, sekitar 37 juta jiwa diselamatkan melalui
diagnosis dan pengobatan TB.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi penduduk
Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan adalah 0,4%,
yang diantaranya lima provinsi dengan kasus TB paru tertinggi adalah Jawa
Barat (0,7%0, Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten
(0,4%) dan Papua Barat (0,4%). Proporsi penduduk dengan gejala TB Paru
batuk ≥ 2 minggu sebesar 3,9% dan batuk darah 2,8%. Sedangkan
berdasarkan Angka notifikasi kasus atau Case Notification Rate (CNR),
angka notifikasi kasus BTA+ pada tahun 2013 di Indonesia sebesar 81,0 per
100.000 penduduk. Provinsi dengan CNR BTA+ terendah yaitu DI
Yogyakarta (35,2), Bali (40,1), dan Jawa Tengah (60,6). Sedangkan provinsi
yang tertinggi yaitu Sulawesi Utara (224,2), Sulawesi Tenggara (183,9) dan
Gorontalo (177,3). Angka keberhasilan pengobatan (success rate)
berdasarkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan lengkap di
Indonesia, melebihi standar WHO (85%) dan renstra RI (minimal 87%) pada
tahun 2013 mencapai 90,5%.
Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Barat tahun 2013, prevalensi
penduduk Jawa Barat yang didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan tahun
2013 adalah 0.7 persen. Lima Kabupaten/Kota dengan TB tertinggi adalah
Cianjur (1,4%), Subang (1,2%), Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung
dan Kabupaten Bekasi (masing-masing 1,0%). Prevalensi penduduk Jawa
Barat dengan gejala TB adalah 3,3 persen dan 2.8 persen diantaranya
mengalami batuk berdarah. Berdasarkan karakteristik penduduk Jawa Barat,
yang paling banyak didiagnosis TB adalah penduduk ≥65 tahun dan berusia
1-4 tahun, laki-laki, pendidikan SD ke bawah, namun tidak ada perbedaan
prevalensi antara tempat tinggal di daerah perkotaan dengan perdesaan.
Menurut kuintil indeks kepemilikan, prevalensi TB terendah terdapat pada
kuintil indeks kepemilikan teratas (0.4%). Dari seluruh penduduk yang
didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan, hanya 56,2% diobati dengan obat
program. Lima Kabupaten/Kota terbanyak yang mengobati TB dengan obat
program adalah Kabupaten Bandung (70,6%), Purwakarta (68,9%), Cianjur
(66,4%), Kota Bekast (65,5%) dan Kota Tasikmalaya (65,3%).
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas,
maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada
hubungan perilaku merokok dan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian
TB paru pada usia produktif (15-49 tahun) di Kelurahan Utama Tahun
2019?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara perilaku merokok dan kondisi lingkungan
rumah dengan kejadian TB paru pada usia produktif (15-49 tahun) di
Kelurahan Utama Kota Cimahi Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kejadian TB paru di Kelurahan Utama Kota
Cimahi Tahun 2019.
b. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok dan kondisi rumah usia
produktif (15-49 tahun) di Kelurahan Utama Kota Cimahi Tahun 2019.
c. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian TB paru
pada usia produktif (15-49 tahun) di Kelurahan Utama Kota Cimahi
Tahun 2019.
d. Mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian TB
paru pada usia produktif (15-49 tahun) di Kelurahan Utama Kota
Cimahi Tahun 2019.
5
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang Epidemiologi
Kesehatan Masyarakat khususnya penyakit menular TB paru.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit TB paru khususnya di Kelurahan Utama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberculosis
Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular langsung
melalui dahak berupa droplet yang telah terinfeksi oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar di udara dan dapat
bertahan selama beberapa jam, hingga terhirup oleh orang lain kemudian
menetap dalam tubuh orang tersebut.
1. Etiologi
Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Bakteri tersebut memiliki ukuran
0,5-4 mikron Utama 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau
sedikit bengkok, bergranular atau tidak memiliki selubung, tetapi
mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil
tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Bakteri
tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman
dan aerob. Selain itu, bakteri ini juga tahan selama 1-2 jam di udara
terutama di tempat yang lembab dan gelap, namun tidak tahan terhadap
sinar atau aliran udara.
2. Cara Penularan
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
ditularkan melalui dahak berupa droplet yang menyebar di udara. Bila
penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang
lain, maka basil tuberculosis keluar ke udara dan terhirup oleh orang lain
saat bernapas. Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15
orang lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC
adalah 17%. Masa inkubasi hingga terjadinya penyakit adalah 3-6 bulan.
6
7
Selain itu, faktor imunitas, penyakit HIV dan perilaku merokok juga
meningkatkan risiko terkena TB. Orang yang terinfeksi HIV memiliki
risiko 26-31 kali terserang penyakit TB. TB adalah pembunuh utama
orang HIV positif yang menyebabkan seperempat dari semua kematian
terkait HIV. Merokok juga sangat meningkatkan risiko penyakit TB dan
kematian. Lebih dari 20% kasus TB di seluruh dunia disebabkan oleh
rokok.
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu)
baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang
lain. Lingkungan sosial ekonomi, kondisi lingkungan rumah, kepadatan
hunian, dan kedekatan kontak dengan pejamu BTA + sangat
mempengaruhi penyebaran bakteri tuberculosis pada manusia. Kondisi
lingkungan rumah seperti ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
baik, kelembaban, suhu rumah, dan kepadatan hunian menjadi salah
satu faktor yang berperan dalam penyebaran bakteri ini.
C. Perilaku Merokok
Merokok merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular serta penyebab utama lain dari kematian di seluruh dunia,
yaitu serebrovaskular, infeksi saluran napas bawah, PPOK, TB, dan kanker
saluran napas. Merokok dan TB adalah dua masalah besar kesehatan di
dunia, walaupun TB lebih banyak ditemukan di negara berkembang.
Penggunaan tembakau khususnya merokok, secara luas telah diakui
sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyebab
kematian yang penting di dunia. Data World Health Organization (WHO)
menunjukkan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar
ke-3 setelah Cina dan India dan diikuti Rusia dan Amerika. Padahal dari
jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 setelah Cina, India dan
Amerika. Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung
menurun, jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam 9 tahun
terakhir. (Wijaya,2012)
11
Asap rokok mengandung lebih dari 4.500 bahan kimia yang memiliki
berbagai efek racun, mutagenik dan karsinogenik. Asap rokok menghasilkan
berbagai komponen baik di kompartemen seluler dan ekstraseluler, mulai
dari partikel yang larut dalam air dan gas. Banyak zat yang bersifat
karsinogenik dan beracun terhadap sel namun tar dan nikotin telah terbukti
imunosupresif dengan mempengaruhi respons kekebalan tubuh bawaan dari
pejamu dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Semakin tinggi
kadar tar dan nikotin efek terhadap sistem imun juga bertambah besar.
Risiko TB dapat dikurangi dengan hampir dua pertiga jika seseorang
berhenti merokok. (Wijaya,2012)
Jenis kelamin laki-laki lebih rentan untuk terinfeksi TB paru
dibandingkan dengan perempuan, namun angka kematian lebih tinggi pada
perempuan. Di Indonesia laki-laki mempunyai risiko menderita TB 1,6 kali
dibandingkan dengan perempuan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan
bahwa kelompok laki-laki 10% lebih banyak ditemukan kasus TB
dibandingkan dengan perempuan. Tidak ditemukannya hubungan antara
jenis kelamin dengan kejadian TB karena proporsi penderita TB pada laki-
laki dan perempuan berdasarkan Riskesdas 2013 hampir sama, meskipun
ditemukan perbedaan jumlah penderita TB pada laki laki dan perempuan.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lain seperti perbedaan perilaku
dimana lebih banyak laki laki yang merokok (96,3%) dibandingkan dengan
perempuan (3,7%). (Riskesdas,2013)
Menurut Bustan (2000) dalam Arief ( 2011) jumlah rokok yang
dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Kategori perokok
dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:
1. Perokok ringan
Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.
2. Perokok sedang
Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang perhari.
3. Perokok berat
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang perhari.
Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan rokok,
maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu
bungkus) perhari, akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa
12
zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat komulatif
(ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga
akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan. (Sitepoe 1997 dalam Arief
2011)
Penelitian Nurjana,2016 menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian TB paru. Penelitian
Falletehan,2014 mengemukakan juga bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian TB paru.
4. Jenis Lantai
Pada rumah yang sehat, lantai seharusnya yang kering dan mudah
dibersihkan sehingga tidak menimbulkan kelembaban yang memicu
mudahnya bakteri Mycobacterium tuberculosis bertahan hidup dan
mempermudah penularan penyakit tuberkulosis. Lantai tanah sebaiknya
tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga
dapat menimbulkan gangguan atau penyakit terhadap penghuninya
(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 829/SK/VII/1999).
Penelitian Budi dan Tuntun,2016 mengemukakan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara kondisi lingkungan rumah terhadap
kejadian TB paru. Penelitian Pangastuti,2015 menunjukkan juga bahwa
adanya hubungan yang signifikan antara kondisi lingkungan rumah dengan
kejadian TB paru terutama indikator jenis lantai, jenis dinding, pencahayaan
ruang tidur, kelembaban kamar tidur, dan ventilasi ruang tidur. Sama halnya
dengan penelitian Pangastuti, penelitian yang dilakukan oleh Azzahra,2017
juga menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kondisi
lingkungan rumah dengan kejadian TB paru.
15
E. Kerangka Teori
Faktor Lingkungan
(Environment):
1. Sosial ekonomi
2. Kondisi lingkungan
rumah
3. Kedekatan kontak
4. Kepadatan hunian
Gambar 2.1
Sumber: Teori John Gordon (Najmah,2016)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular langsung
melalui dahak berupa droplet yang telah terinfeksi oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar di udara dan dapat
bertahan selama beberapa jam, hingga terhirup oleh orang lain
kemudian menetap dalam tubuh orang tersebut.
Teori John Gordon mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit TB
paru sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (bakteri
Mycobacterium tuberculosis), pejamu (umur, pendidikan, pekerjaan,
imunitas tubuh, penyakit HIV, dan perilaku merokok), serta lingkungan
(sosial ekonomi, kondisi lingkungan rumah, kedekatan kontak, dan
kepadatan hunian).
Menurut penelitian Nurjana,2015 menunjukkan bahwa diantara faktor
risiko TB paru yaitu pendidikan, bahan bakar memasak, kondisi ruangan
dan perilaku merokok, faktor risiko yang dominan adalah kondisi ruangan
dan perilaku merokok. Sedangkan penelitian Budi dan Tuntun,2016
mengemukakan bahwa kondisi lingkungan rumah berpengaruh terhadap
kejadian TB paru. Dan penelitian Falletehan,2014 mengemukakan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara perilaku merokok
dengan kejadian TB paru.
Perilaku Merokok
Kejadian Penyakit
TB Paru
Kondisi Lingkungan
Rumah
16
17
3. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survei analitik. Penelitian survei analitik merupakan suatu penelitian yang
mencoba mengetahui mengapa kejadian TB paru bisa terjadi, kemudian
melakukan analisis hubungan antara faktor risiko yaitu perilaku merokok
dan kondisi lingkungan rumah dengan faktor efek yaitu kejadian TB paru.
Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah desain Case
Control yaitu penelitian yang mempelajari faktor risiko (perilaku merokok
dan kondisi lingkungan rumah) dengan menggunakan pendekatan
retrospektif yang mengidentifikasi kelompok yang terkena penyakit TB
paru (kasus) dan kelompok tanpa penyakit TB paru (kontrol).
4. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian TB paru
pada usia produktif (15-49 tahun) di Kelurahan Utama tahun 2019.
b. Ada hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kejadian TB
paru pada usia produktif (15-49 tahun) di Kelurahan Utama tahun
2019.
5. Definisi Operasional
Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Tuberculosis
merupakan penyakit
menular yang
disebabkan oleh Penduduk Kelurahan Melihat rekam 0 = Menderita
infeksi bakteri Utama yang menderita TB medik di TB paru
Kejadian TB Rekam
Mycobacterium paru yang terdaftar di Puskesmas 1 = Tidak Ordinal
paru medik
tuberculosis dan Puskesmas Cimahi Selatan Cimahi menderita TB
biasanya sering tahun Utama. Selatan paru
menyerang parenkim
paru-paru.
(Brunner,2014)
Aktivitas menghisap
atau menghirup asap
Suatu perbuatan responden 0 = Merokok
Perilaku rokok dengan Melakukan
menghisap rokok Kuesioner 1 = Tidak Ordinal
merokok menggunakan pipa wawancara
(tembakau) setiap harinya. merokok
atau rokok (Sari dkk,
2003)
Kondisi Keadaan rumah yang Keadaan dari rumah Mengamati Lembar 0 = Tidak Ordinal
lingkungan memenuhi syarat penderita TB paru yang pencahayaan, observasi memenuhi
rumah kesehatan dinilai berdasarkan jenis lantai, syarat
diantaranya memiliki pencahayaan, lantai, dan dan ventilasi 1 = Memenuhi
ventilasi serta ventilasi. rumah syarat
pencahayaan yang responden
cukup sehingga
terbebas dari
penyakit.
18
19
Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
(Kemenkes,2012)
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
a. Populasi Kasus
Populasi kasus adalah penderita TB paru yang berusia produktif (15-
49 tahun) di Kelurahan Utama tahun 2019 yang terdaftar di
Puskesmas Cimahi Selatan sebanyak 25 orang.
b. Populasi Kontrol
Populasi kontrol adalah orang dengan usia produktif (15-49 tahun)
yang tidak menderita TB paru di Kelurahan Utama tahun 2019
sebanyak 25 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik random sampling dengan jenis simple random sampling. Cara
perhitungan sampel dengan menggunakan rumus jika populasi (N)
diketahui sehingga didapatkan sampel keseluruhan sebanyak 32 orang
(16 orang kasus dan 16 orang kontrol).
C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
dengan mengambil data sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dengan melakukan wawancara
dan observasi, yaitu melakukan kunjungan ke rumah responden
dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit TB paru di Kelurahan Utama tahun
2019.
b. Data Sekunder
Metode pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan melalui catatan-catatan tertulis lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode ini dilakukan
melalui studi dokumentasi dengan menelaah catatan tertulis,
dokumen, dan arsip seperti rekam medik di Puskesmas yang
20
21
2. Instrumen Penelitian
Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar
observasi untuk mengamati kondisi lingkungan rumah dan kuesioner
untuk menanyakan riwayat kebiasaan merokok.
D. Prosedur Penelitian
Secara keseluruhan proses penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
Hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a. Penyusunan proposal.
b. Perizinan penelitian.
c. Persiapan alat dan bahan penelitian.
d. Koordinasi dengan berbagai pihak.
e. Uji coba kuesioner.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, yang harus dilakukan adalah:
a. Pengambilan data.
b. Pengumpulan data.
c. Editing data
3. Tahap Evaluasi dan Analisis Data
4. Tahap Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
2. Analisis Bivariat
Variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji statistik
Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Hubungan
dikatakan bermakna apabila P<0,05 dan melihat nilai Odds Ratio (OR)
untuk memperkirakan resiko masing-masing variabel yang diselidiki.
Data diambil berdasarkan kunjungan langsung peneliti dengan
menggunakan kuesioner dengan wawancara serta pengamatan
langsung.
Interpretasi nilai Odds Ratio (OR) menurut Riyanto,2011 adalah:
1) Bila nilai OR = 1 maka variabel yang diduga menjadi faktor risiko
ternyata tidak ada pengaruhnya terhadap terjadinya efek, dengan
kata lain bersifat netral dan bukan merupakan faktor risiko terjadinya
efek.
2) Bila nilai OR > 1 dengan tingkat kepercayaan 95% tidak melewati
angka 1, maka variabel yang diduga menjadi faktor risiko ternyata
benar merupakan faktor risiko terjadinya efek.
3) Bila nilai OR > 1 dengan tingkat kepercayaan 95% melewati angka 1,
maka variabel yang diduga menjadi faktor risiko ternyata tidak ada
pengaruhnya terhadap terjadinya efek, dengan kata lain bersifat
netral dan bukan merupakan faktor risiko terjadinya efek.
4) Bila nilai OR < 1 dengan tingkat kepercayaan 95% tidak melewati
angka 1, maka variabel yang diteliti merupakan faktor protektif atau
justru dapat mengurangi kejadian penyakit.
5) Bila OR < 1 dengan tingkat kepercayaan 95% melewati angka 1,
maka variabel yang diteliti belum tentu benar merupakan faktor
protektif.
3. Etika Penelitian
Etika profesional dalam penelitian dan mencegah timbulnya masalah
etika maka diperlukan hal-hal sebagai berikut: (Hidayat,2013)
1. Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
2. Confidentiality (kerahasiaan) merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
23