BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TB paru dapat menular lewat percikan dahak yang keluar saat
batuk, bersin atau berbicara karena penularannya melalui udara yang terhirup
paru BTA positif yang tidak diobati akan menulari 10-15 orang setiap tahunnya
(Aditama, 2006).
terdapat 9 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (WHO, 2014). Pada
tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB (WHO,
2015). Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada wilayah
Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur
wilayah Sumatera (33%), wilayah Jawa dan Bali (23%), serta wilayah
pernafasan pada semua kelompok usia serta nomor satu untuk golongan
2
tergantung ada tidaknya sinar matahari, ventilasi, kelembaban, suhu, lantai dan
lingkungan fisik rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di kota Bima Provinsi
dan bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi dan tidak menyebarkan bakteri
apabila batuk atau bersin sebagai upaya pencegahan dini penyakit TB paru.
Pada tahun 2013 penemuan kasus TB-Paru BTA (+) di Kalimantan Timur
untuk kecenderungan penemuan kasus baru TB Paru dari tahun 2012 mengalami
penemuan kasus baru TB pada tahun 2013 sebesar 2.416 orang, pada tahun
2014 turun menjadi 1.953 orang dan kembali meningkat pada tahun 2015
kasus penajam paser utara 71 kasus kubar 121 kasus paser 165 kasus bontang
180 kasus berau 225 kasus kutim 351 kasus kukar 377 kasus balikpapan 409
menempati urutan tertinggi pertama dengan dua kategori TBC paru BTA + tanpa
biakan yang berjumlah 143 dan TBC klinis tanpa pemeriksaan BTA berjumlah 208,
disusul kelurahan air putih TBC paru BTA(+)tanpa biakan berjumlah 97 TBC klinis
urutan tertinggi dengan TBC paru BTA + tanpa biyakan berjumlah 143 dan TBC
dengan TBC paru BTA + tanpa biyakan berjumlah 15 dan TBC klinis tanpa
pemeriksaan BTA berjumlah 62 dan TBC klinis tanpa pemeriksaan BTA berjumalah
4.
tahun 2016 pada triwulan pertama berjumlah 6 pasien dan jumlah pasien pada
triwulan kedua 9 pasien dan triwulan ketiga 10 pasien dengan jumlah keseluruhan
dan sembuh atau meninggal dihubunganio oleh beberapa variable.2 variabel yang
rumah yang kurang karena dengan keadaan ini akan menyebabkan pertukaran
udara tidak maksimal sehingga bakteri atau kuman TB paru yang dikeluarkan oleh
comitee,2007).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujun umum
2. Tujuan khusus
segiri
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini merupakan salah satu sumber informasi bagi instansi
terkait
3. Bagi peneliti
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi Tuberkulosis
a. Demam
b. Batuk
Batuk berlangsung 2-3 minggu atau lebih karena adanya iritasi pada
c. Sesak napas
d. Nyeri dada
e. Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila filtrasi radang sudah
aktifitas.
2. Penyebab TB Paru
lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dorman)
3.Patogenesis TB Paru
di sekitar hilus paru, ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
4.Klasifikasi TB Paru
a. Tuberkulosis Paru
pada TB
Paru.
10
(+), 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) dan foto toraks
a. Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah
b. Kambuh (Relaps)
d. Gagal (Failure)
selama pengobatan.
f. Lain-lain
pengobatan.
5 .Diagnosis TB Paru
6.Cara Penularan
tersebut.
7.Inkubasi
adanya lesi primer atau reaksi tes tuberkulosis positif kira-kira memakan
8.Program Penanggulangan TB
a. Komitmen politis
mutunya.
secara keseluruhan.
dari estimasi di tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB
dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global
penyakit lain yang menyebabkan daya tahan tubuh rendah, gizi buruk,
15
Faktor agen yaitu semua unsur baik elemen hidup atau mati
− Pendidikan
− Pengetahuan
17
akan menurun.
dapat menjawab dengan benar 75%, dan rendah bila < 75%.
−Pendapatan
yang di tempati.
−Pekerjaan
- Jenis kelamin
perempuan
- Status Gizi
19
- Imunisasi BCG
paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV
menyebabkankematian.
- Kebiasaan Merokok
- Umur
c. Faktor lingkungan
berikut:
−Lingkungan fisik
−Lingkungan Biologis
− Lingkungan Sosial
−Lingkungan Rumah
22
sebagai berikut:
Suhu ruangan
sampai terlalu tinggi dan terlalu rendah. Untuk ini harus diusahakan
yang cukup yaitu jika luas ventilasi minimal 10% dari jumlah luas
lantai.
Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi
luar rumah.
(3x1x3m3).
mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari
tidak dihuni >2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah
dua tahun.
C.Kerangka teori
Host:
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Status Gizi
- Pengetahuan
tentang TB
Paru
- Imunisasi
BCG
- usia
Environment :
Agent: Kepadatan hunian
Mycobacterium tuberculosis Ventilasi
Suhu
pencahayaan
Kejadian TB paru
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dimulai
Ada faktor resiko
dari sini
TB paru
Ya (+)
Faktor individu (Host) dan
faktor lingkungan
(environment)
Kasus TB paru
Ya (-)
Faktor individu (Host) dan
faktor lingkungan
(environment)
Ya (+)
Faktor individu (Host) dan
faktor lingkungan (environment)
Control (tanpa TB
paru)
Ya (-)
Faktor individu (Host) dan
faktor lingkungan (environment)
kelompok control
kasus control ini dapat mencari hubungan faktor- faktor resiko TB paru
1. Lokasi
2. Waktu
Adapun pelaksanaan penelitian ini yaitu pada bulan mei – juli 2017
a. Populasi
yang didapatkan datanya dari rekam medis Puskesmas segiri tahun 2016 dan
ekslusi.Kelompok kontrol diambil secara acak dengan matching umur dan jenis
kelamin.
28
b. Sampel penelitian
rumah penderita TB
(Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling.
sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari
D.kerangka konsep
sebagai berikut :
Faktor individu
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Status gizi
Status imunisasi BCG
Jenis kelamin
Merokok
TB PARU
Pendapatan
Pengetahuan
Faktor lingkungan
Pencahayaan
Kepadatan hunian dalam
satu rumah
ventilasi
E.Hipotesis Penelitian
a. Tidak ada hubungan faktor umur dengan kejadian TB paru di wilayah Kerja
c. ada hubungan faktor status gizi dengan kejadian TB paru di wilayah Kerja
F.Variabel penelitian
1. variabel bebas
a. Individu (Host)
b. Lingkungan (environment)
2.Variabel terikat
Ventilasi Kondisi rumah yang Wawancara dan 0 =tidak memenuhi obsevasi nominal
mempunyai sirkulasi lembar syarat : luas ventilasi
udara keluar masuk observasi >10% luas lantai
yang cukup dengan ruangan
luas ventilasi menimal
10% dari luas lantai 1=memenuhi syarat :
luas ventilasi <10%
luas lantai ruangan
Pencahayaan Penerangan atau Wawancara dan 0=.tidak cukup jika Observasi nominal
pencahayaan di dalam lembar pencahayaan dalam
rumah pada pagi dan observasi rumah tidak bisa
siang hari agar tidak digunakan untuk
gelap dan lembab membaca pada pagi
hari
1=.cukup jika
pencahaya dalam
rumah bisa digunakan
untuk membaca pada
pagi hari
Kepadatan Kepdatan hunian dalam Wawancara dan 0=.kepadatan hunian Observasi Nominal
hunian penelitian ini adalah lembar obsevasi tidak memenuhi
hasil perhitungan syarat ,jika rasio
terhadap rasio luas ruangan dengan jumlah
ruangan dalam rumah penghuni
dengan jumlah <10m2/orang.
penghuni dengan
minimal 10m2/orang 1=.kepadatan hunian
memenuhi syarat,jika
rasio ruangan dengan
jumlah penghuni
>10m2/orang
Usia Lama hidup yang di Wawancara 0= usia produktif 15-58 kuisoner Ordinal
hitung dengan tahun
pembulatan
1=usia tidak produktif
<15->58 tahun
Status gizi Penilaian indeks masa Wawancara 0=IMT <18,5 kurang kuisoner ordinal
tubuh di lihat dari TB/BB
1=IMT>18,5 cukup
a. Data primer
berikut:
dilakukan.
35
b. Data Skunder
Data skunder yaitu data registrasi pasien yang tercatat sebagai penderita
H. Instrumen Penelitian
terstruktur.
I. Pengolahan Data
entry.
d. Cleaning data, yaitu mengecek kembali data yang sudah di entry apakah
J. Analisis Data
a. Analisis Univariat
b. Analisis bivariate
itu uji yang digunakan adalah uji kai kuadrat (chisquare) dan
perhitungan odd ratio (OR) sehingga dapat diketahui ada dan tidak
2
2
X = O E
E
Df = (b – 1) (k – 1)
Dimana :
antar variabel.
38
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil Peneitian
a) Analisis Univariat
Puskesmas Segiri merupakan salah satu dari dua puluh tiga puskesmas
yang ada di Kota Samarinda, yang terletak di Jalan Ramania RT.47, Kelurahan
penduduk dalam wilayah kerja tersebut dapat dilihat pada data demografi
18.260 orang, dan Kelurahan gunung Kelua berjumlah 15.710 orang. Yang
1 ISPA 2.128
2 Demam berdarah 222
3 TB paru 162
4 Diare 23
5 Pneumonia 14
Sumber : Puskesmas segiri 2016
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin .
Tabel 4.3 diatas dapat di lihat bahwa kasus TB paru paling banyak
terdapat pada responden usia 66-80 tahun yaitu sebanyak 24 % dari seluruh
terendah terdapat pada responden usia 34-41 tahun yaitu 4% dari seluruh
responden kasus.
40
wilayah puskesmas segiri adalah berjenis kelamin laki laki yaitu 17 responden
(68%) dari 25 kasus atau responden kasus atau responden yang menderita TB
paru .hal ini dapat di sebabkan laki laki cenderung mempunyai kebiasaan
n % n % n %
b.Tidak 0 0 0 0 0 0
1 2 0 0 1 2
41
b.Tidak
b.Tidak 10 20 10 20 20 40
b.Tidak 13 26 6 12 19 38
b.Tidak 16 32 11 22 27 54
b.Tidak 16 32 9 18 25 50
a.Tau 20 40 4 28 34 68
b.Tidak 5 10 11 22 16 32
b.Tidak 12 24 11 22 23 46
tahu bila tidak menelan obat sekali saja pengobatan bisa gagal yaitu 9 (18%)
dan pada kelompok kontrol yang mengetahui bila tidak menelan obat sekali
saja pengobatan bisa gagal yaitu 14 (28%) hal ini di karenakan kelompok
kontrol mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan sarana prasarana yang
Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa kasus TB paru paling banyak
frekuensi pendidikan smp yaitu sebanyak 19 responden atau 38% dari seluruh
responden atau 64% dari 25 kasus atau responden kasus atau responden
yang menderita TB paru hal ini di sebabkan karena rendahnya tingkat sosial
Ya % Tidak % Total %
>10% luas lantai 6 24 15 60 21 42
ruangan
<10% luas lantai 19 76 10 40 29 58
ruangan
Total 25 100 25 100 50 100
adapun jumlah responden yang terkena TB paru berjumlah 19 kasus atau 76%
responden yang menderita TB paru hal ini di sebabkan oleh sirkulasi udara
yang susah berganti di karenakan ventilasi sangat kecil dibawah < 10% luas
lantai ruangan
hunian
Cukup pencahayaan 7 28 15 60 22 54
Total 25 100 25 100 50 100
atau 72% responden terena TB paru hal ini di sebabkan bakteri mudah
wilayah puskesmas segiri yaitu responden yang kurang dalam status gizi
hal ini di sebabkan oleh berkurangnya kekuatan daya tahan tubuh dan respon
yang berjumlah 17 kasus atau 68% responden yang menderita TB paru hal ini
di sebabkan oleh status imunisasi hanya mengurangi resiko terpapar 0,6 kali
wilayah puskesmas segiri yaitu responden yang meroko diatas 6 bulan yang
b) Analisis Bivariat
kaitkan dengan peristiwa penyakit atau gangguan kesehatan lainya, maka odds
ratio adalah rasio antara probabilitas untuk terjadinya penyakit tertentu dengan
9 orang menyatakan memiliki penyakit TB paru di umur yang tidak produktif dan
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,378 > α (0,05) yang berarti bahwa tidak ada
Kota Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki umur
memiliki arti terdapat korelasi yang lemah dan berbanding lurus antara umur
Hasil uji statistik antara jenis kelamin terhadap kejadian TB paru di wilayah
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,248 > α (0,05) yang berarti bahwa tidak ada
Puskesmas Segiri Kota Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin
Nilai korelasi pearson Chi Square antara jenis kelamin terhadap kejadian
memiliki arti terdapat korelasi yang lemah dan berbanding lurus antara jenis
pengetahuan buruk.
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,011 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
memiliki arti terdapat korelasi yang sedang dan berbanding lurus antara
51
paru 4,571 kali terhadap kejadian TB paru di wilayah Puskesmas Segiri Kota
Tabel 4. Hubungan antara Pendidikan dengan kejadian TB paru di wilayah Puskesmas Segiri
Kota Samarinda.
Kejadian TB Paru Odd
Penghasilan Jumlah P-Value
Kasus Kontrol Ratio
Tinggi 6 15 21
Rendah 19 10 29 4,750 0,010
Jumlah 25 25 50
rendah.
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,010 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
memiliki arti terdapat korelasi yang sedang dan berbanding lurus antara
Tabel 5. Hubungan antara Pekerjaan dengan kejadian TB paru di wilayah Puskesmas Segiri
Kota Samarinda.
Kejadian TB Paru Odd
Pekerjaan Jumlah P-Value
Kasus Kontrol Ratio
bekerja 9 18 27
Tidak
16 7 23 4,571 0,011
bekerja
Jumlah 25 25 50
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari
uji pearson Chi Square adalah 0,011 < α (0,05) yang berarti bahwa ada
Segiri Kota Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
memiliki arti terdapat korelasi yang sedang dan berbanding lurus antara
rendah.
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,011 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
memiliki arti terdapat korelasi yang sedang dan berbanding lurus antara
wilayah Puskesmas Segiri Kota Samarinda dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Hubungan antara Kepadatan Hunian dengan kejadian TB paru di wilayah Puskesmas
Segiri Kota Samarinda.
Kepadatan Kejadian TB Paru Odd
Jumlah P-Value
Hunian kasus Kontrol Ratio
55
Padat 19 9 28
Tidak Padat 6 16 22 5,630 0,005
Jumlah 25 25 50
huian > 10 m2/orang. Dari 22 responden yang tidak memiliki kepadatan hunian
huian < 10 m2/orang dan 16 orang diantaranya tidak memiliki TB paru meskipun
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,005 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
Segiri Kota Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
yang memiliki arti terdapat korelasi yang kuat dan berbanding lurus antara
wilayah Puskesmas Segiri Kota Samarinda dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,002 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
Kota Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang tidak memiliki
yang memiliki arti terdapat korelasi yang sedang dan berbanding lurus antara
paru 3,857 kali terhadap kejadian TB paru di wilayah Puskesmas Segiri Kota
cukup.
menderita TB Paru karena memiliki ventilasi memenuhi < 10% luas lantai
memenuhi < 10% luas lantai dan 6 orang diantaranya merasa tidak merasa
kejadian TB paru karena memiliki ventilasi memenuhi < 10% luas lantai. Dari 28
responden yang memiliki ventilasi tidak memenuhi > 10% luas lantai terhadap
58
memenuhi > 10% luas lantai dan 15 orang diantaranya tidak merasa sakit TB
paru meskipun mereka tidak memiliki ventilasi memenuhi > 10% luas lantai.
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,005 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki ventilasi tidak
memenuhi < 10% luas lantai terhadap kejadian TB paru di wilayah Puskesmas
memiliki arti terdapat korelasi yang kuat dan berbanding lurus antara ventilasi
< 10% luas lantai terhadap kejadian TB paru cenderung terkena penyakit TB
paru 5,630 kali terhadap kejadian TB paru di wilayah Puskesmas Segiri Kota
Hasil uji statistik antara status gizi terhadap kejadian TB paru di wilayah
Tabel 10. Hubungan antara Status Gizi dengan kejadian TB paru di wilayah Puskesmas Segiri
Kota Samarinda.
Kejadian TB Paru Odd
Status Gizi Jumlah P-Value
Kasus Kontrol Ratio
Cukup 7 17 24
Kurang 18 8 26 5,464 0,005
Jumlah 25 25 50
59
tidak merasa kejadian TB paru karena mengkonsumsi gizi yang cukup. Dari 24
paru dengan status gizi kurang an 8 orang diantaranya tidak memiliki TB paru
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,005 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
antara status gizi terhadap kejadian TB paru di wilayah Puskesmas Segiri Kota
Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki status gizi
Nilai korelasi pearson Chi Square antara status gizi terhadap kejadian
memiliki arti terdapat korelasi yang kuat dan berbanding lurus antara status gizi
Hasil uji statistika antara status imunisasi BCG terhadap kejadian TB paru di
wilayah Puskesmas Segiri Kota Samarinda dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
60
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,002 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
Segiri Kota Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang melakukan
Nilai korelasi pearson Chi Square antara status imunisasi BCG terhadap
yang memiliki arti terdapat korelasi yang kuat dan berbanding lurus antara
61
imunisasi BCG.
berikut:
Hasil uji perangkat lunak statistik menunjukkan bahwa nilai p-value dari uji
pearson Chi Square adalah 0,002 < α (0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
memiliki arti terdapat korelasi yang kuat dan berbanding lurus antara merokok
B. Pembahasan
paru
1. Umur
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan yang
TB paru yaitu usia 42-49 tahun sedangkan responden yang terkena TB paru
dengan usia tidak produktif yaitu usia 58-80 tahun dengan jumlah 9
responden(36%) dan umur tidak produktif yang tidak terkena TB paru yaitu
11(44%)
juga dapat meningkatkan risiko terjadinya TB paru. Kondisi kerja yang demikian
ini memudahkan seseorang yang berusia produktif lebih mudah dan lebih
menyatakan tidak ada hubungan antara faktor umur dengan kejadian TB paru.
2. Jenis kelamin
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan tidak ada hubungan
Hal ini sesuai dengan kepustakaan di mana laki-laki beresiko lebih besar
laki-laki lebih banyak yang merokok dan minum alkohol dibandingkan dengan
paru lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Selain itu menurut
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
ketahui responden yang memiliki pengetahuan baik dari kelompok kasus dan
tingkat pengetahuan yang baik berjumlah 7(28%) hal ini di sebabkan oleh
penderita kasus lebih sering membaca artikel kesehatan dan sarana prasana
menderita TB paru dengan pengetahuan yang baik berjumlah 16(64%) hal ini di
hal ini di karenakan responden yang merupakan ibu rumah tangga dan para
lansia sehingga menganggap bahwa hal itu bukan sekala prioritas untuk di
ketahui .
Masyarakat yang memiliki pemahaman baik tentang penyakit TB, maka hal
1. Pendidikan
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
rendah berjumalah 10(40%) hal ini di sebabkan karena pendidikan bukan skala
2. Pekerjaan
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
dari responden kasus dan responden kontrol adapun jumlah responden kasus
67
berjumlah 16 (64%) hal ini di sebabkan daya tahan tubuh dan sistem imunitas
tidak bekerja sampai sembuh total .adapun kontrol TB paru dan tidak bekerja
berjumlah 7 (28%) hal ini di sebabkan responden memilih untuk tidak bekerja
dengan alasan bukan merupakan kepala keluarga dan sebagian yang lain tidak
kasus 9 (36%) hal ini disebabkan kebutuhan ekonomi keluarga yang menuntut
adapun jumlah kontrol yang bekerja 18 (72%) Jenis pekerjaan ada kaitannya
didapat. Penderita TB Paru yang bekerja dan memiliki sosial ekonomi yang baik
akan berupaya untuk segera mencari pengobatan dan asupan gizi yang baik,
penelitian ini diperoleh Hasil OR= 3,272 artinya responden yang tidak bekerja
3. Penghasilan
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
ini di sebabkan oleh karena rata rata istri dari penderita kasus memilih untuk
kerja sebagai buruh cuci dan juga pedagang makanan ringan untuk menutupi
usia lanjut. Adapun jumlah responden kasus dan responden kontrol yang
terbagi dalam kelompok kasus dan kontrol untuk kelompok kasus yang memiliki
sebabkan dari beberapa responden merupakan pegawai negri sipil dan sebagian
yang lain merupakan penjual barang barang poko di pasar segiri samarinda
kesehatan individu dan dalam menjaga keluarga. Hal ini disebabkan pendapatan
tinggi.
1. kepadatan hunian
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
kepadatan hunian dengan kejadian TB paru adapun jumlah kelompok kasus dan
kelompok kasus yang memiliki kepadatan hunian berjumlah 19(76%) hal ini di
sebabkan karena sebagian rumah di huni sampai 3 kepala keluarga dan 1 kamar
di huni lebih dari 3 orang terdiri dari ayah,ibu sekaligus anak di atas 5 tahun.
(48%) hal ini di sebakan 1 keluarga memiliki beberapa kepala keluarga adapun
jumlah tidak ada kepadatan hunian dari kelopok kasus dan kelompok kontrol
berjumlah 19(38%) adapun jumlah kelompok kasus dengan tidak ada kepadatan
70
berkontak langsung dengan penderita adapun jumlah kontrol TB paru yang tidak
dasar manusia di dalam rumah. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang
m. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 2 orang. Kamar tidur sebaiknya tidak
dihuni >2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Kuman
penderita kepada orang lain, dan dapat menularkan pada 10-15 orang
penelitian tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian TB paru.
2.pencahayaan
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
pencahayaan rumah dengan kejadian TB paru adapun jumlah kelompok kasus dan
kontrol yang memiliki pencahayaan rumah tidak cukup berjumlah 28(56%) adapun
kelompok kasus yang mempunyai pencahyaan rumah yang tidak cukup berjumlah
18(72%) hal ini di karenakan letak rumah yang di himpit anatara rumah satu dan
71
rumah yang lain sehingga tidak ada jarak untuk masuknya matahari adapaun
beberapa rumah menghadap keselatan karena matahari yang masuk hanya sedikit
dan rumah yang menghadap keselatan akan terlihat gelap di dalam rumah
hari .adapun jumlah kontrol yang pencahayaanya kurang berjumlah 10 (40%) hal ini
di sebabkan karena antara rumah yang satu ke rumah yang lain saling
dalam rumah. Pengukuran sinar matahari menggunakan alat lux meter, yang
diukur di tengah-tengah ruangan, pada tempat setinggi <84 cm dari lantai, dengan
ketentuan tidak memenuhi syarat kesehatan bila <50 lux atau >300 lux, dan
tuberkulosis. Rumah yang tidak masuk sinar matahari mempunyai resiko menderita
TB Paru sebesar 3-7 kali dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar
matahari cukup.
3.ventilasi
72
hanya menggunkan pintu sebagai pertukaran sirkulasi udara ,ada pula rumah
ketika seseorang atau peneliti memasuki rumah terasa pengap dan responden
hanya menggunakan kipas angina untuk mendinginkan ruangan pada siang hari
dan ada pula yang tinggal di bangsalan sehingga tekstur bangsalan yang
kasus .adapun kelompok kasus dan kelompok kontrol yang mempunyai rumah
dengan total luas ruangan diatas >10 luas lantai berjumlah 21(42%) adapun
jumlah kasus berjumlah 6(24%) hal ini di sebabkan penyakit yang di derita di
rumah tersebut tetap segar.luas ventilasi rumah yang <10% dari luas lantai (tidak
kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
kuman tuberkolosis.
penelitian ini menyatakan tidak ada hubungan antara ventilasi rumah dengan
1.status gizi
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
yang kurang mengetahui apa itu gizi seimbang dan sebagian responden terlihat
terkena TB paru dengan status Gizi yang kurang berjumlah 8(32%) hal ini di
makanan lebih banyak tetapi tidak tau porsi porsi setiap butir makanan yang
harus di konsumsi faktor inilah yang membuat faktor kontrol mengalami kurang
gizi adapun status gizi yang cukup berjumlah 24(48%) adapun kelompok kasus
kontrol dengan gizi yang cukup berjumlah 17(68%) Menurut Misnardiarly dalam
Toyalis menyebutkan bahwa faktor kurang gizi atau gizi buruk akan
sakit Secara umum kekurangan gizi, atau gizi buruk akan berhubungan
terhadap kekuatan, daya tahan dan respon imun terhadap serangan penyakit.
Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa
Hal ini sejalan dengan penelitian Supriyo tahun 2013 yang menunjukan
hasil p = 0,000 dan OR = 7,583 dengan CI 95% = 3,406 < OR < 16,882
sehingga bermakna karena p < 0,05 dengan demikian dinyatakan bahwa status
75
gizi merupakan faktor risiko kejadian tuberkulosis paru atau ada hubungan
2.status imunisasi
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
bahwa orang tua responden dahulu menganggap bahwa imunisasi tidak begitu
penting dan lebih prioritas pada memenuhi sandang pangan papan sehingga
yang lain adalah tingkat pengetahuan orang tua mengenai pentingnya imunisasi
yang tidak imunisasi berjumlah 6 (24%) hal ini di sebabkan oleh pola gizi yang
baik dan tidak merokok dan lingkungan fisik rumah dan pekerjaan mendukung
sehingga responden tidak menderita TB paru adapun jumlah kasus dan kontrol
merupakan bagian dari anggota keluarga dan faktor ventilasi yang lembab
Hasil ini sejalan dengan penelitian WHO yang menunjukan bahwa efek
pencegahan BCG bervariasi antara 0%-80% hasil ini juga sejalan dengan
responden yang belum di imunisasi BCG akan beresiko terkena TB Paru 3 kali
3.rokok
segiri kota samarinda di peroleh hasil yang menyatakan ada hubungan antara
responden yang merokok di atas 6 bulan yang terdiri ndari kelompok kasus dan
budaya merokok yang tidak bisa di lepas sehingga responden merasa gelisah
ketika responden bekerja dan melakukan aktifitas sehari hari tidak di barengin
kontrol merasa tidak ada akibat yang dirasakan sampai saat ini sehingga
perokok dibawah 6 bulan dari kelompok kasus dan kelompok kontrol berjumlah
27 responden terdiri dari 8(32%) responden kasus hal ini di sebabkan karna
terhirup oleh seluruh anggota keluarga yang berada di dalam rumah .adapun
(76%)responden
bersifat kronis dan obstruktif, misalnya bronkitis dan emfisema. Merokok juga
78
asma, merokok akan memperparah gejala asma sebab asap rokok akan lebih
menunjukan hasil Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p= 0,160, artinya tidak
TB Paru BTA+ sebesar 1,3 kali dibanding responden yang tidak merokok.
79
C.Keterbatasan Penelitian
atau hambatan yang di alami oleh peneliti adalah faktor pekerjaan responden dan
lakukan pada saat bulan puasa yang dimana responden kasus banyak yang
sedang bekerja pada pagi sampai sore hari adapun sore hari merupakan waktu
buka puasa sehingga kurang etika jika menemui responden .maka untuk menemui
BAB V
A. Kesimpulan
dengan kejadian TB paru di wilayah kerja puskesmas segiri kota samarinda ,di
=0,05.
2. Ada hubungan yang kuat antara status gizi dengan kejadian TB paru di
=0,05.
3. Ada hubungan yang kuat antara status imuniasi BCG dengan kejadian TB
=0,05.
B. Saran
59