Definisi Herpes
Menurut Wolff (2007) infeksi HSV tipe I pada daerah labialis 80-
90%, urogenital 10-30%, herpetic whitlow pada usia< 20 tahun, dan
neonatal 30%. Sedangkan HSV tipe II di daerah labialis 10-20%,
urogenital 70-90%, herpeticwhitlow pada usia> 20 tahun, dan neonatal
70%.
Namun yang paling sering herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I dan tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa
melalui hubungan kelamin seperti melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk
atau sewaktu proses persalinan/partus pervaginaan pada ibu hamil dengan
infeksi herpes pada alat kelamin luar.
Herpes simplex virus (HSV) tergolong anggota virus herpes yang primer
menimbulkan penyakit pada manusia. Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-
1) dan HSV-2 termasuk sub family alphaherpesvirinae dengan ciri-ciri
spektrum sel pejamu bervariasi, siklus replikasi yang relatif cepat,
mudahnya infeksi menyebar di biakan sel, menimbulkan kerusakan sel
yang cepat, dan kemampuan menimbulkan infeksi laten khususnya pada
ganglion sensorik.
Episode pertama (infeksi pertama) dari infeksi HSV adalah yang paling
berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gelala yang timbul,
meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti
dengan pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan. Cairan
bening tersebut selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti
dengan pembentukan keropeng atau kerak (scab).
Klasifikasi Ilmiah :
-Famili : Herpesviridae
-Subfamili : Alphaherpesvirinae
-Genus : Simpleksvirus
-Spesies : Virus Herpes Simpleks Tipe 1 dan Virus Herpes Simpleks Tipe 2
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi
tetapi tidakd apat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul
fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang
mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk
bersembunyi di dalam ganglion radiks dorsalis tempat virus berdiam tanpa
menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia
Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya : mengenai
jari-jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi dan perawat yang
melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang sering terpapar
dengan sekresi oral merupakan orang yang paling sering terinfeksi (Habif, 2004).
Bisa juga mengenai para pegulat (herpes gladiatorum) maupun olahraga lain yang
melakukan kontak tubuh (misalnya rugby) yang dapat menyebar ke seluruh
anggota tim (Sterry, 2006).
.....Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells
zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus
mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia
permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti
masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang
kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus
juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion
sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang
beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini
dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun
dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi
herpes zoster.
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer,
fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I
tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak.
Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat
predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital. Infeksi
primer berlangsung lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan
sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami
ulserasi (Handoko, 2010). Pada fase laten penderita tidak ditemukan
kelainan klinis, tetapi herpessimpleks virus dapat ditemukan dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis (Handoko, 2010).
Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif
di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam,
infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan
gejala klinis yang lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai
sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan
nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat
lain di sekitarnya (Handoko, 2010).
Inokulai kompleks primer (primary inoculation complex). Infeksi primer
herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama kali
terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik yang
hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam
saja, penderita sudah mengalami panas tinggi (39-40oC), disusul oleh
pembesaran kelenjar limfe submentalis, pembengkakan bibir, dan
lekositosis di atas12.000/mm3, yang 75-80%nya berupa
elpolimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini di ikutirasa sakit pada
tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usiaantara 1-5 tahun. Waktu
inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh spontan setelah 2-6 minggu.
1.Gejala prodomal
Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV. Semua
obat tersebut menghambat sintesis DNA virus. Obat-obat ini dapat menghambat
perkembangbiakan herpesvirus. Walaupun demikian, HSV tetap bersifat laten di
ganglia sensorik, dan angka kekambuhannya tidak jauh berbeda pada orang yang
diobati dengan yang tidak diobati.
Salah satu obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus adalah Asiklofir
dalam bentuk topikal, intravena, dan oral yang kesemuanya berguna untuk
mengatasi infeksi primer.
• Nama Generik : Acyclovir
• Nama Dagang : Clinovir (Pharos)
• Indikasi : Untuk mengobati Herpes Simplex Virus, herpes labialis, herpes zoster,
HSV encephalitis, neonatal HSV, mukokutan HSV pada pasien yang memiliki
respon imun yang diperlemah (immunocompromised), varicella-zoster.
• Kontraindikasi : Hipersensitifitas pada acyclovir, valacyclovir, atau komponen
lain dari formula.
• Bentuk Sediaan : Tablet 200 mg, 400 mg.
• Dosis dan Aturan Pakai : Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada
pasien yang memiliki respon imun yang diperlemah/immunocompromised atau
bila ada gangguan absorbsi) 5 kali sehari, selama 5 hari. Untuk anak dibawah 2
tahun diberikan setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun diberikan dosis dewasa.
Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali sehari atau 400 mg 2 kali
sehari, dapat diturunkan menjadi 200 mg 2atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-
12 bulan. Pencegahan herpes simplex pada pasien immunocompromised, 200-400
mg 4 kali sehari. Anak dibawah 2 tahun setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun
dosis sama dengan dosis orang dewasa.
• Efek Samping : Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan
tidak nyaman) sekitar 12% dan sakit kepala (2%).pada system pencernaan
(gastrointestinal) dilaporkan terjadi mual (2-5%), muntah (3%) dan diare (2-3%).
• Resiko Khusus : Penggunaan Acyclovir pada wanita hamil masuk dalam
kategori B. Efek teratogenik dari Acyclovir tidak diteliti pada studi dengan hewan
percobaan. Acyclovir terbukti dapat melewati plasenta manusia.Tidak ada
penelitian yang cukup dan terkontrol pada wanita hamil. pada tahun 1984-1999
diadakan pendaftaran bagi wanita hamil, dan dari hasil yang terlihat tidak ada
peningkatan kelahiran bayi yang cacat karena penggunaan Acyclovir . tetapi
karena tidak semua wanita hamil mendaftarkan diri dan kurangnya data dalam
jangka waktu yang panjang, maka direkomendasikan penggunaan acyclovir untuk
wanita hamil disertai peringatan dan diberikan jika benar-benar-benar diperlukan.
Acyclovir juga dapat masuk ke dalam air susu ibu, karena itu penggunaan pada
ibu menyusui harus disertai peringatan.
•Penggunaan obatlain
• Vidarabin
• Idoksuridin topical (untuk Herpes Simpleks pada selaput bening mata)
• Trifluridin
• Pengobatan Alami
Adapun Cara Mengobati Penyakit Herpes secara Alami yaitu dengan jelly
Gamat Gold G, Untuk terapi sakit ringan, minumlah 1 sendok makan 3
kali sehari sebelum makan dan Untuk sakit sedang, minumlah 2 sendok
makan 3 kali sehari sebelum makan serta Untuk sakit berat, minumlah 3
sendok makan 3 kali sehari sebelum makan. apabila anda sedang
mengkonsumsi obat dari dokter tidak perlu khawatir karena jelly gamat
gold g bisa juga di kombinasikan dengan obat dari dokter.
Ramuan Herbal Obat Jelly Gamat Gold G terbuat Dari Ektrak Teripang Laut,
hewan yang hidup di dasar laut Meski terdapat banyak teripang dengan berbagai
jenisnya yang mencapai 1000 jenis teripang namun hanya beberapa diantaranya
saja yang berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Satu diantara teripang
yang terbaik tersebut adalah Stichopus Variegatus, jenis teripang dengan
keistimewaan memiliki kandungan gamapeptide dan satu satunya teripang yang
mengandung gamapeptide. teripang inilah yang menjadi komposisi utama dari
jelly gamat gold g.
Gamapeptide yang bermanfaat untuk mencegah inflamasi dan mengurangi rasa
sakit, mempercepat penyembuhan luka (3 kali lebih cepat), mengaktifkan
pertumbuhan dan aktifitas sel sel, Antiseptik Alamiah bermanfaat untuk
mencegah bakteri, jamur, infeksi dan Saponin bermanfaat untuk antioksidan, anti
mikroba dan anti kanker. Satu kandungan dengan berbagai manfaat tersebut
membuat stichopus Variegatus lebih unggul di banding spesies lain, sehingga tak
heran apabila cara mengobati penyakit herpes pada kulit secara Alami jelly gamat
gold g menjadi rekomendasi terbaik.
Solusi yang tepat pengobatan herpes adalah dengan Obat herbal penyakit
herpes Ace Maxs.Karena Ace Maxs keseluruhannya terbuat dari bahan
alami yaitu perpaduan antara kulit manggis dan daun sirsak yang mana
telah dipercaya untuk mengatasi dan mengobati berbagai macam penyakit
termasuk penyakit hepres. Ace Maxs sangat aman dan tidak menimbulkan
efekksamping yang negatif. Ace Maxs merupakan obat herbal multikhasiat
dalam mengobati berbagai macam penyakit yang salah satunya penyakit
herpes. Tidak hanya mengobati penyakit ,namun juga mencegah timbulnya
penyakit. Obat herbal penyakit herpes
1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah.
2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit.
3. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.
Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter
Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.
4. Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk
ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa
sakit. Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak
efektif lagi.
5. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes
zoster masih kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca
herpes.
Pemeriksaan Diagnostik
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya
(persyarafannya).Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh
seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella
(misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella
dalam bentuk cacar air).
B. Epidemiolgi
C. Etiologi
D. Patogenesis
Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring.
Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga
terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik.
Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat
viremia nya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke
kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat
sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau
laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah
masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi
pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis
maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
E. Gambaran Klinis
F. Diagnosis
G. Komplikasi
2. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas,
infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai
komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke
sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam
2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi
seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika
urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
H. Penatalaksanaan
Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005; 110-2.