Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut


2.1.1 Definisi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli
termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). (Kemenkes, 2011). ISPA
adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian
atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah
seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung
selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari
penyakit tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai
alveoli beserta organ seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura (Depkes RI,
2008).
2.1.2 Epidemiologi
Menurut WHO (2005) angka kematian balita akibat penyakit

ISPA di

negara maju menyebabkan 4 dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah 5
tahun pada setiap tahunnya. Pada negara sedang berkembang angka kematian balita
di atas 40 per 1000 kelahiran hidup yakni 15-20% per tahunnya pada golongan usia
balita (Depkes RI,2008), serta pneumonia merupakan salah satu penyebab utama
kematian pada anak balita (WHO, 2005). seperti di Amerika Serikat adalah 7 per
1.000 kelahiran, Australia 6 per 1.000 kelahiran, ataupun Jepang 3 per 1.000
kelahiran, dan angka ini

sangat rendah jika di

bandingkan dengan angka

kematian di negara negara berkembang. (Yahya Saleh, 2009).


ISPA selalu pada urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi
dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak

di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005
menempatkan pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia
dengan persentase 22,30 % dari seluruh kemzatian bayi. Pada survei yang sama
menyebutkan bahwa sebanyak 23,6 % kematian balita disebabkan oleh penyakit ini,
yang merupakan proporsi terbesar pada semua penyebab kematian pada balita.
(Depkes RI,2008)
Dalam satu dasarwarsa terakhir (1997- 2007) cakupan penemuan penderita
balita hingga saat ini masih belum mencapai target nasional sebasar 66 %.
Sepanjang tahun 2007 ditemukan penderita pneumonia pada balita sebanyak
477.420 orang.(Depkes RI,2008). Di

Indonesia

prevalensi

ISPA cenderung

meningkat setiap tahunnya. 40%-60% dari kunjungan puskesmas adalah oleh


penyakit ISPA berumur kurang dari 2 tahun. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA
yang berat masih sangat tinggi. (Ardi,2008). Untuk meningkatkan upaya perbaikan
kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas
masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat guna mencapai tujuan Indonesia
Sehat 2010, dimana

salah

satu

diantaranya

adalah Program Pencegahan

Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI,
2002).
2.1.3 Faktor Resiko
Faktor resiko yang berperan dalam ISPA yaitu anak yang tinggal di rumah
yang padat (<10m2/orang) akan mendapatkan risiko ISPA sebesar 1,75 kali
dibandingkan dengan anak yang tinggal dirumah yang tidak padat (Achmadi, 1993
dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2004).

Faktor resiko lain yang menjadi pencetus timbulnya ISPA menurut


Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi

Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :


1) Jenis kelamin

Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki- lakilah


yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena
polusi udara.
2) Usia

Anak balita dari ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit
ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang
memasak sambil menggendong anaknya.
3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam


kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta
pengetahuan

yang

kurang

di

masyarakat

akan

gejala

dan

upaya

penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana


pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.
b.

Faktor Biologis

Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):


1) Status gizi

Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi
makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah
raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh yang sehat
maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga dapat mencegah
virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh.

2)

Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):

a)

Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah

tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan
menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan
dilakukan berkali-kali. Lantai

yang basah dan berdebu merupakan sarang

penyakit gangguan pernapasan.


b)

Dinding : Tembok

adalah

baik,

namun

disamping mahal tembok

sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya


tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih
baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka
lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi,
dan dapat menambah penerangan alamiah.
c)

Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah

perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah


tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan

bahkan masyarakat

dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan


yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun
dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah
pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
d)

Lain-lain (tiang, kaso dan reng)


Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum

pedesaan. Menurut

pengalaman

di

bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu

diperhatikan bahwa lubang- lubang bambu merupakan sarang tikus

yang

baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas


bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk
kaso tersebut ditutup dengan kayu.
b) Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk


menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut

tetap

segar. Hal

ini

berarti keseimbangan O2 yang


diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah
(karbondioksida)

yang

berarti

kadar

CO2

yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.

Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam


ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri,
patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit)
c) Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah,
terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,
dam akhirnya dapat merusakan mata.
Faktor Polusi

c.

Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi, 2003) :
1)

Cerobong asap

Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri


yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar
asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat
horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong
horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus
dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh
media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan
logam berat. Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi

pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari
polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar
untuk

memasak,

bahan bakar untuk memasak yang paling

banyak

menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.
2)

Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan

kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen


cianida, ammonia, acrolein, acetilen,

benzol dehide, urethane, methanol,

conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan


kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.
2.1.4 Patogenesis
Infeksi Saluran Pernafasan Atas disebabkan oleh beberapa golongan kuman
yaitu bakteri, virus, dan ricketsia yang jumlahnya lebih dari 300 macam. Pada ISPA
atas 90-95% penyebabnya adalah virus. Di negara berkembang, ISPA bawah
terutama pneumonia disebabkan oleh bakteri dari genus streptokokus, haemofilus,
pnemokokus, bordetella dan korinebakterium, sedang di negara maju ISPA bawah
disebabkan oleh virus, miksovirus, adenivirus, koronavirus, pikornavirus dan
herpesvirus (Parker, 1985 dalam Putranto, 2007).
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar,
bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, maka penyakit ISPA
termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara terjadi tanpa kontak
dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan
melalui udara, dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang
penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab (Halim, 2008).
Menurut Baum (2010), saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar
dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan
yang efekt if dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi

mauapun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu:
1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.
2. Makrofag alveoli terjadi.
3. Antibodi setempat.
Selain itu, hal-hal yang dapat menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak
sila adalah:
1. Asap rokok dan gas SO yang merupakan polutan utama dalam pencemaran
udara.
2. Sindrom immotil.
3. Pengobatan dengan O konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
Makrofag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ke tempat
lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
membunuh bakteri, sedangkan alkohol

akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.

Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah imunoglobulin A


(IgA). Antibodi ini banyak terdapat di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi pada
anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa dengan
penderita yang mengalami imunodefisiensi lain, seperti penderita yang mendapat
terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas dan lainlain

(immunocompromised

host). Menurut

gambaran klinik

radang yang

disebabkan oleh infeksi sangat tergantung pada: Baum (2010)


1. Karakteristik inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat
virulensi jasad renik yang masuk.
2. Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa,
gerak mukosilia, makrofag alveoli dan IgA.
3. Umur mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi
akan memberikan gambaran klinis yang lebih buruk bila dibandingkan

10

dengan orang dewasa. Gambaran klinis yang buruk dan tampak lebih berat
tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang
belum memperoleh kekebalan alamiah.
2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
Golongan Umur Kurang 2 Bulan
Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60x per menit atau lebih.
Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang

dari volume yang biasa diminum)


b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.

Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun


Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak
harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).

11

Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
- Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
- Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
- Tidak bisa minum
- Kejang
- Kesadaran menurun
- Stridor
- Gizi buruk
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a.

ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk,


pilek,demam.
b.

ISPA sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C
dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c.

ISPA berat

Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu
makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

12

2.1.6 Gejala Klinis


Penyakit saluran pernapasan atas dapat memberikan gejala klinik yang
beragam, antara lain:
1. Gejala koriza (coryzal syndrome), yaitu penegeluaran cairan (discharge) nasal
yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan.
Sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior palatum mole
dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa kedinginan
(chilliness), demam.
2. Gejala

faringeal,

yaitu

sakit

tenggorokan

yang

ringan

sampai berat.

Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat
menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala koriza jarang.
Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di seluruh badan, sakit
kepala, demam ringan, dan parau (hoarseness).
3. Gejala

faringokonjungtival

yang

merupakan

varian

dari

gejala

faringeal.Gejala faringeal sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotofobia


dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang konjungtivitis
timbul terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu sampai dua minggu, dan setelah
gejala lain hilang, sering terjadi epidemi.
4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,
menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia yang timbul
tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri retrosternal. Keadaan ini dapat
menjadi berat. Dapat terjadi pandemi yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi
bakterial.
5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit beberapa hari
yang disebabkan oleh virus Coxsackie A. Sering menimbulkan vesikel faringeal,
oral dan gingival yang berubah menjadi ulkus.

13

6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (cruop), yaitu suatu kondisi


serius yang mengenai anak-anak ditandai dengan batuk, dispnea, dan stridor
inspirasi yang disertai sianosis (Djojodibroto, 2009).
Menurut

penelitian

oleh

Kusworo

2012

dalam

Depkes

(2003),

gejala-gejala ISPA antara lain:


1. Gejala ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala-gejala
sebagai berikut: Batuk, sesak yaitu anak bersuara parau

pada

waktu

mengeluarkan suara (misalnya pada waktu bicara atau menangis), pilek


adalah mengeluarkan lendiratau ingus dari hidung, panas atau demam dengan
suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan
terasa panas.
2. Gejala ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
sebagai berikut: pernapasan lebih dari 50x/menit pada umur kurang dari 1
tahun atau lebih dari 40x/menit pada anak satu tahun atau lebih, suhu lebih dari
0

39

C, tenggorokan berwarna merah, timbul bercak-bercak

menyerupai

bercak

pada kulit

campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari

lubang telinga, pernapasan berbunyi seperti mendengkur, pernapasan berbunyi


menciut-ciut.
3. Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat gejala sebagai berikut: bibir
atau kulit membiru, lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar)
pada waktu bernapas, anak tidak sadar atau kesadaranya menurun, pernapasan
berbunyi mengorok dan anak tamapak gelisah, pernapasan berbunyi menciut
dan anak tampak gelisah, nadi cepat lebih dari 60 kali/menit atau tidak
teraba, tenggorokan berwarna merah.

14

2.2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut
(Smeltzer & Bare, 2002) :
a.

Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan


anak. Hal ini penting agar selama

pemeriksaan

anak tidak menangis (bila

menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka
baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk
melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit
pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
b.

Pengobatan

Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigendan sebagainya.

Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita


tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

Bukan

pneumonia:

tanpa

pemberian

obat

antibiotik.

Diberikan

perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional


atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila

demam diberikan obat

penurun panas yaitu parasetamol.


Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
bening

dileher,

dianggap

sebagai

radang

pembesaran kelenjar getah


tenggorokan

oleh

kuman

streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.


Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
15

perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

Gambar 2.1 Tatalaksana demam pada Anak

Gambar 2.2 Pemberian O2 pada Anak

Gambar 2.3 Pemberian Antibiotik Oral pda ISPA

16

2.4 Pemberian Antibiotik pra Rujukan pada ISPA

Gambar 2.5 Pemberian Antibiotik Intramuskular pada ISPA


2.2.1 Pencegahan ISPA
Infeksi saluran pernafasan bagian atas sangat sering terjadi pada anak, dan
apabila tidak diberikan perawatan yang baik, maka infeksi ini akan menyebar ke
saluran

pernafasan

bagian

bawah,

terutama

menyerang

paru-paru

dan

menimbulkan radang paru (penumonia) (Biddulph dan Stace, 1999). Menurut


Depkes RI (2002), cara pencegahan agar balita tidak terkena penyakit pneumonia
adalah sebagai berikut:
1. Kondisi lingkungan yang bersih dan sehat
Infeksi saluran nafas akut menyebar melalui batuk dan air liur, oleh karena
itu anak-anak sebaiknya tidak dibiarkan bersama dengan orang yang sedang
menderita batuk pilek (Biddulph dan Stace, 1999). Selain itu keadaan rumah juga
sangat mempengaruhi kajiadan ISPA. Keadaan ventilasi rumah sangat berkaitan

17

dnegan kejadian ISPA. Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi menyebabkan kurangnya oksigen dan meningkatnya
kadar karbondioksida di dalam rumah yang bersifat racun bagi penghuninya,
karena akan menghambat afinitas oksigen terhadap hemoglobin darah. Selain itu
ventilasi yang buruk menyebabkan aliran udara tidak lancar, sehingga bakteri
patogen sulit untuk keluar karena tidak ada aliran udara yang cukup untuk
membawa bakteri keluar rumah. Selain itu resiko ISPA juga akan meningkat bila
di rumah ada sumber pencemaran udara misalnya ada orang dewasa yang
merokok atau keluarga memasak menggunakan asap, karena asap rokok dan debu
dapat menyebabakan iritasi mukosa saluran pernafasan sehingga merusak sistem
mekanisme pertahanan di saluran pernafasan, akibatnya bakteri mudah masuk ke
dalam saluran nafas dan anak akan mudah terkena ISPA berulang (Achmadi, 1993
dalam Handayani, 2005). Paparan asap rokok pada anak dapat menimbulkan
gangguan pernafasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan
akut dan gangguan fungsi paruparu. Asap dari pembakaran sampah juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya ISPA (Riyadina, 2006). Pembakaran minyak
tanah, kayu bakar dan asap kendaraan bermotor disamping akan menghasilkan zat
pollutan dalam bentuk debu (partikel) juga menghasilkan zat pencemar kimia
berupa karbondioksida, karbonmonoksida, oksida sulfur, oksida nitrogen dan
hydrocarbon yang berbahaya bagi kesehatan karena zat-zat tersebut menyebabkan
reaksi peradangan pada saluran pernafasan dan bisa menyebabkan produksi lender
meningkat yang dapat menurunkan mekanisme pertahanan di saluran pernafasan.
2. Immunisasi lengkap
Salah satu upaya yang dapat menurunkan resiko terkena ISPA pada balita
adalah dengan pemberian immunisasi lengkap. Immunisasi adalah upaya
pemberian antigen yang bertujuan untuk mengaktivasi kekebalan di dalam tubuh
anak atau bayi sehingga terhindar dari penyakit atau penyakit berat yang mungkin
timbul (Depkes RI, 2000 dalam Supartini, 2004). Pemberian immunisasi
merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka kejadian ISPA
(Depkes RI, 1997) dan menurut Trapsilowati (1999), pemberian immunisasi
18

campak yang efektif dapat mencegah 11 % kematian balita akibat pneumonia dan
dengan immunisasi DPT 6 % kematian akibat pneumonia dapat dicegah.
3. Pemberian ASI
ASI merupakan sumber kalori dan protein yang sangat penting bagi anak
khususnya anak dibawah usia 1 tahun serta melindungi bayi terhadap infeksi
karena ASI mengandung antibodi yang penting dalam meningkatkan kekebalan
tubuh. Bayi yang diberi susu botol atau susu formula rata-rata mengalami dua kali
lebih banyak serangan pneumonia dibanding bayi yang mendapatkan ASI (Depkes
RI dan Unicef, 1999). Penelitian di Kanada membuktikan bahwa ASI melindungi
bayi terhadap infeksi saluran nafas dalam 6 bulan pertama kehidupan. Nilai gizi
ASI yang lebih tinggi dan adanya antibodi, sel-sel leukosit serta enzim dan
hormone melindungi bayi terhadap berbagai infeksi.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara
yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa
virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
5. Mencuci tangan dengn benar sebelum dan sesudah makan

Gambar 2.6 Teknik mencuci tangan


19

2.2.2 Perawatan ISPA di Rumah


Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan mempunyai
peranan besar dalam merawat anaknya. Perawatan dirumah sangat penting untuk
mendukung kesembuhan anak yang sedang menderita ISPA dan mencegah
terjadinya kekambuhan. Berikut ini adalah petunjuk perawatan dirumah pada anak
ISPA menurut Depkes RI (2010):
1. Pemberian Nutrisi
a. Pemberian nutrisi selama sakit
Untuk anak yang berumur 4-6 bulan atau lebih, berilah makanan gizi seimbang.
Anak harus mendapatkan semua sumber zat gizi yaitu karbohidrat, protein,
mineral, vitamin dan serat dalam jumlah yang cukup. Ketika anak sedang sakit
atau dalam masa penyembuhan, kebutuhan gizi anak meningkat, tetapi nafsu
makan anak menurun. Oleh karena itu berilah makanan dalam jumlah sedikit demi
sedikit dalam waktu yang sering. Hal ini penting untuk meningkatkan daya tahan
tubuh anak dan mencegah malnutrisi. Pada bayi dengan usia kurang dari 4 bulan,
berikanlah ASI lebih sering ketika anak sakit.
b. Pemberian nutrisi setelah sakit
Pada umumnya anak yang sedang sakit hanya bisa makan sedikit, karena nafsu
makan anak sedang turun akibat aktivitas enzim kahektin yang merupakan respon
lanjut dari reaksi peradangan. Oleh karena itu setelelah sembuh usahakan
memberikan makanan ekstra setiap hari selama seminggu atau sampai berat badan
anak mencapai normal, untuk mengejar ketertinggalan anak dan mencegah
terjadinya malnutrisi, karena malnutrisi akan mempermudah dan memperberat
infeksi sekunder lainnya.
2. Pemberian Cairan
Anak dengan infeksi saluran pernafasan dapat kehilangan cairan lebih banyak dari
biasanya terutama bila demam. Pemberian cairan harus lebih banyak dari
biasanya. Bila anak belum menerima makanan tambahan maka anak harus diberi
ASI sesering mungkin.
3. Melegakan tenggorokan dan meredakan batuk dengan ramuan yang aman dan
sederhana (tradisional) yaitu dengan kecap manis atau madu dicampur dengan
20

jeruk nipis dengan perbandingan yang sama, madu ridak dianjurkan pada bayi
kurang dari 1 tahun.
4. Perawatan selama demam
Demam sangat umum terjadi pada anak dengan infeksi pernafasan. Perawatan
demam yang bisa dilakukan dirumah sesuai dengan panduan Depkes RI meliputi
memberi cairan yang lebih banyak, dan anak diberi pakaian yang tipis untuk
meningkatkan transfer panas ke lingkungan. Selain itu anak juga tidak perlu
dibungkus selimut tebal atau pakaian yang berlapis karena justru akan
menyebabkan anak menjadi tidak nyaman dan menghalangi transfer panas ke
lingkungan. Jika anak demam berilah minum yang banyak. Peningkatan suhu
tubuh sebesar 1 C akan meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 10-12 %.
Selain itu upaya penurunan panas menggunakan kompres juga penting dan
pemberian antipiretik akan membantu menurunkan suhu tubuh. Perawatan demam
merupakan hal yang sangat penting utnuk mencegah komplikasi lanjut yaitu
terjadinya kejang dan bila suhu tubuh terlalu tinggi lebih dari 41 C akan
berbahaya bagi tubuh karena akan menyebabkan kerusakan otak permanen
(Ganong, 2009).
Cara perawatan demam pertama yang dilakukan adalah kompres dengan
menggunakan air hangat pada dahi, dan kedua ketiak atau kalau mungkin bisa
daerah dada maupun perut. Penggunaan antipiretik baru diberikan bila suhu anak
>38,5 0C atau bila anak terebut merasa tidak nyaman (Purwanti, 2008).
Antipiretik juga hanya diberikan pada anak dengan

dengan riwayat kejang

demam sebelumnya sehingga mencegah terjadinya kejang demam (Hartanto,


2003).
5. Observasi terhadap tanda pneumonia
Pengetahuan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pneumonia merupakan hal yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan pneumonia merupakan salah satu komplikasi
ISPA yang paling membahayakan. Oleh karena itu keluarga harus mengetahui
tentang tanda bahaya pneumonia dan segera membawa anak ke pusat kesehatan
terdekat. Berikut ini merupakan tanda pneumonia yaitu :
- Nafas menjadi sesak
21

- Nafas menjadi cepat


- Anak tidak mau minum
- Sakit anak bertambah parah
6. Observasi terhadap tanda infeksi telinga
Pengetahuan keluarga tentang tanda infeksi telinga tengah merupakan hal yang
sangat penting yang merupakan salah satu komplikasi ISPA. Tanda-tandanya :
-

Nyeri telinga

Demam tinggi

Keluar cairan pus dari telinga

Kehilangan pendenngaran

Bila terjadi infeksi telinga maka perawatan yang dilakukan adalah:


-

Bawa ke dokter terdekat untuk pemberian antibotik dan minumobat yang


diresepkan hingga habis.

Istirahatkan anak 1-2 minggu

Makan makanan yang bergizi

Jaga higienitas dengan rajin mencci tangan

- Ketika mandi atau kermas, maka jaga agar telinga tidak basah dengan
menggunakan plug pelindung telinga.
- Hindari berenang sampai infeksi telinga terobati.
- Jangan masukkan sesuatu ke dalam kanal telinga termasuk cotton bud,
biarkan cairan telinga keluar dengan sendirinya dan bila ingin memebersihkan
maka datang ke dokter terdekat.
- Periksa ulang bila tanda-tanda infeksi memburuk (Southampton, 2013).
7. Bersihkan hidung agar tak mengganggu pemberian makanan
Membersihkan hidung dengan kain bersih yang dibasahi air penting bagi anak
ISPA agar tidak mengganggu pemberian makan.
8. Pemberian makan pada bayi yang tidak bisa menghisap dengan baik
Bila anak tidak bisa mnghisap dengan baik, ajarkan ibu untuk memras asi
dalam mangkuk atau menyiapkan susu buatan dengan baik yang kemudain
memeberikan kepada anak dengan cara menyendoknya.

22

Selain itu yang dapat dilakukan ibu di rumah adalah


1.

Ajari anak untuk batuk efektif

Langkah-langkah untuk batuk efektif adalah pasien diberi posisi duduk tegak di
tempat tidur dengan kaki disokong kemudian inhalasi maksimal dengan nafas
dalam dan pelan menggunakan pernafasan diafragma sambil meletakkan 2 jari
tepat di bawah processus xyphoideusdan dorong jari saat mendorong udara lalu
pasien disuruh untuk menahan nafas selama 3-5 detik kemudian hembuskan
perlahan melalui mulu ambil nafas kedua dan tahan lalu suruh pasien untuk
membatukkan dengan kuat dari dada dan gunakan 2 batuk pendek yang benarbenar kuat, setelah itu istirahatkan 2-3 menit kemudian diulang kembali ke awal
(Nugroho, 2011). Hal ini hanya dapat dilakukan pada anak yang kooperatif.
2.

Ajari anak untuk membuang ingus dengan benar

Cara nya adalah membuang ingus harus satu-satu, tidak boleh kalau kedua lubang
hidung dipencet sekaligus karena akan menyebabkna ingus berballik lagi dan
mungkin malah masuk ke kuping lalu menyebabkan peradangan,
3.

Selalu ajari anak mencuci tangan setiap akan makan atau setelah bermain

karena hal ini dapat meminimalisir penularan ISPA dan juga dapat sebagai
pencegahan terjadinya infeksi.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Konsep pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
mulut dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,
2007).

23

2.3.2. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan dan Dewi
(2010), adalah sebagai berikut :

Faktor Internal

a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan.
c) Usia
Usia adalah individu menghitung mulai usia sejak lahir sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa dipercaya dari yang sebelum tinggi dewasanya.

Faktor Eksternal

a)

Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan


pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerim

24

2.4 Kerangka Konsep

Penget
ahuan
ibu
tentang
ISPA
Gambar 2.7 Kerangka Konsep

Perawatan
ISPA
Pada Balita

2.5 Kerangka Teori


Pengetahuan Ibu tentang
ISPA:
1. Definisi
2. Penyebab &
Patogenesis
3. Tanda Gejala
4. Faktor Resiko
5. Pencegahan

Tindakan perawatan pada Balita


ISPA
1. Bagaimana atasi demam
2. Bagaimana atasi Batuk
3. Pemberian
makanan&minuman pada
Anak sakit
4. Bagaimana mengenal tanda
bahaya ISPA

Faktor Internal:
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Usia
Faktor Eksternal:
1. Lingkungan
2. Sosial Budaya
Gambar 2.8 Kerangka Teori
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti

25

Anda mungkin juga menyukai