TINJAUAN PUSTAKA
ISPA di
negara maju menyebabkan 4 dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah 5
tahun pada setiap tahunnya. Pada negara sedang berkembang angka kematian balita
di atas 40 per 1000 kelahiran hidup yakni 15-20% per tahunnya pada golongan usia
balita (Depkes RI,2008), serta pneumonia merupakan salah satu penyebab utama
kematian pada anak balita (WHO, 2005). seperti di Amerika Serikat adalah 7 per
1.000 kelahiran, Australia 6 per 1.000 kelahiran, ataupun Jepang 3 per 1.000
kelahiran, dan angka ini
di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005
menempatkan pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia
dengan persentase 22,30 % dari seluruh kemzatian bayi. Pada survei yang sama
menyebutkan bahwa sebanyak 23,6 % kematian balita disebabkan oleh penyakit ini,
yang merupakan proporsi terbesar pada semua penyebab kematian pada balita.
(Depkes RI,2008)
Dalam satu dasarwarsa terakhir (1997- 2007) cakupan penemuan penderita
balita hingga saat ini masih belum mencapai target nasional sebasar 66 %.
Sepanjang tahun 2007 ditemukan penderita pneumonia pada balita sebanyak
477.420 orang.(Depkes RI,2008). Di
Indonesia
prevalensi
ISPA cenderung
salah
satu
diantaranya
Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI,
2002).
2.1.3 Faktor Resiko
Faktor resiko yang berperan dalam ISPA yaitu anak yang tinggal di rumah
yang padat (<10m2/orang) akan mendapatkan risiko ISPA sebesar 1,75 kali
dibandingkan dengan anak yang tinggal dirumah yang tidak padat (Achmadi, 1993
dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2004).
Anak balita dari ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit
ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang
memasak sambil menggendong anaknya.
3) Pendidikan
yang
kurang
di
masyarakat
akan
gejala
dan
upaya
Faktor Biologis
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi
makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah
raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh yang sehat
maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga dapat mencegah
virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh.
2)
Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a)
Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah
tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan
menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan
dilakukan berkali-kali. Lantai
Dinding : Tembok
adalah
baik,
namun
bahkan masyarakat
pedesaan. Menurut
pengalaman
di
yang
tetap
segar. Hal
ini
yang
berarti
kadar
CO2
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah,
terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,
dam akhirnya dapat merusakan mata.
Faktor Polusi
c.
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi, 2003) :
1)
Cerobong asap
pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari
polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar
untuk
memasak,
banyak
menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.
2)
Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan
mauapun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu:
1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.
2. Makrofag alveoli terjadi.
3. Antibodi setempat.
Selain itu, hal-hal yang dapat menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak
sila adalah:
1. Asap rokok dan gas SO yang merupakan polutan utama dalam pencemaran
udara.
2. Sindrom immotil.
3. Pengobatan dengan O konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
Makrofag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ke tempat
lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
membunuh bakteri, sedangkan alkohol
(immunocompromised
host). Menurut
gambaran klinik
radang yang
10
dengan orang dewasa. Gambaran klinis yang buruk dan tampak lebih berat
tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang
belum memperoleh kekebalan alamiah.
2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
Golongan Umur Kurang 2 Bulan
Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60x per menit atau lebih.
Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang
11
Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
- Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
- Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
- Tidak bisa minum
- Kejang
- Kesadaran menurun
- Stridor
- Gizi buruk
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a.
ISPA ringan
ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C
dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c.
ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu
makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
12
faringeal,
yaitu
sakit
tenggorokan
yang
ringan
sampai berat.
Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat
menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala koriza jarang.
Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di seluruh badan, sakit
kepala, demam ringan, dan parau (hoarseness).
3. Gejala
faringokonjungtival
yang
merupakan
varian
dari
gejala
13
penelitian
oleh
Kusworo
2012
dalam
Depkes
(2003),
pada
waktu
39
menyerupai
bercak
pada kulit
14
2.2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut
(Smeltzer & Bare, 2002) :
a.
Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan
pemeriksaan
menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka
baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk
melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit
pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
b.
Pengobatan
Bukan
pneumonia:
tanpa
pemberian
obat
antibiotik.
Diberikan
dileher,
dianggap
sebagai
radang
oleh
kuman
16
pernafasan
bagian
bawah,
terutama
menyerang
paru-paru
dan
17
dnegan kejadian ISPA. Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi menyebabkan kurangnya oksigen dan meningkatnya
kadar karbondioksida di dalam rumah yang bersifat racun bagi penghuninya,
karena akan menghambat afinitas oksigen terhadap hemoglobin darah. Selain itu
ventilasi yang buruk menyebabkan aliran udara tidak lancar, sehingga bakteri
patogen sulit untuk keluar karena tidak ada aliran udara yang cukup untuk
membawa bakteri keluar rumah. Selain itu resiko ISPA juga akan meningkat bila
di rumah ada sumber pencemaran udara misalnya ada orang dewasa yang
merokok atau keluarga memasak menggunakan asap, karena asap rokok dan debu
dapat menyebabakan iritasi mukosa saluran pernafasan sehingga merusak sistem
mekanisme pertahanan di saluran pernafasan, akibatnya bakteri mudah masuk ke
dalam saluran nafas dan anak akan mudah terkena ISPA berulang (Achmadi, 1993
dalam Handayani, 2005). Paparan asap rokok pada anak dapat menimbulkan
gangguan pernafasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan
akut dan gangguan fungsi paruparu. Asap dari pembakaran sampah juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya ISPA (Riyadina, 2006). Pembakaran minyak
tanah, kayu bakar dan asap kendaraan bermotor disamping akan menghasilkan zat
pollutan dalam bentuk debu (partikel) juga menghasilkan zat pencemar kimia
berupa karbondioksida, karbonmonoksida, oksida sulfur, oksida nitrogen dan
hydrocarbon yang berbahaya bagi kesehatan karena zat-zat tersebut menyebabkan
reaksi peradangan pada saluran pernafasan dan bisa menyebabkan produksi lender
meningkat yang dapat menurunkan mekanisme pertahanan di saluran pernafasan.
2. Immunisasi lengkap
Salah satu upaya yang dapat menurunkan resiko terkena ISPA pada balita
adalah dengan pemberian immunisasi lengkap. Immunisasi adalah upaya
pemberian antigen yang bertujuan untuk mengaktivasi kekebalan di dalam tubuh
anak atau bayi sehingga terhindar dari penyakit atau penyakit berat yang mungkin
timbul (Depkes RI, 2000 dalam Supartini, 2004). Pemberian immunisasi
merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka kejadian ISPA
(Depkes RI, 1997) dan menurut Trapsilowati (1999), pemberian immunisasi
18
campak yang efektif dapat mencegah 11 % kematian balita akibat pneumonia dan
dengan immunisasi DPT 6 % kematian akibat pneumonia dapat dicegah.
3. Pemberian ASI
ASI merupakan sumber kalori dan protein yang sangat penting bagi anak
khususnya anak dibawah usia 1 tahun serta melindungi bayi terhadap infeksi
karena ASI mengandung antibodi yang penting dalam meningkatkan kekebalan
tubuh. Bayi yang diberi susu botol atau susu formula rata-rata mengalami dua kali
lebih banyak serangan pneumonia dibanding bayi yang mendapatkan ASI (Depkes
RI dan Unicef, 1999). Penelitian di Kanada membuktikan bahwa ASI melindungi
bayi terhadap infeksi saluran nafas dalam 6 bulan pertama kehidupan. Nilai gizi
ASI yang lebih tinggi dan adanya antibodi, sel-sel leukosit serta enzim dan
hormone melindungi bayi terhadap berbagai infeksi.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara
yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa
virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
5. Mencuci tangan dengn benar sebelum dan sesudah makan
jeruk nipis dengan perbandingan yang sama, madu ridak dianjurkan pada bayi
kurang dari 1 tahun.
4. Perawatan selama demam
Demam sangat umum terjadi pada anak dengan infeksi pernafasan. Perawatan
demam yang bisa dilakukan dirumah sesuai dengan panduan Depkes RI meliputi
memberi cairan yang lebih banyak, dan anak diberi pakaian yang tipis untuk
meningkatkan transfer panas ke lingkungan. Selain itu anak juga tidak perlu
dibungkus selimut tebal atau pakaian yang berlapis karena justru akan
menyebabkan anak menjadi tidak nyaman dan menghalangi transfer panas ke
lingkungan. Jika anak demam berilah minum yang banyak. Peningkatan suhu
tubuh sebesar 1 C akan meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 10-12 %.
Selain itu upaya penurunan panas menggunakan kompres juga penting dan
pemberian antipiretik akan membantu menurunkan suhu tubuh. Perawatan demam
merupakan hal yang sangat penting utnuk mencegah komplikasi lanjut yaitu
terjadinya kejang dan bila suhu tubuh terlalu tinggi lebih dari 41 C akan
berbahaya bagi tubuh karena akan menyebabkan kerusakan otak permanen
(Ganong, 2009).
Cara perawatan demam pertama yang dilakukan adalah kompres dengan
menggunakan air hangat pada dahi, dan kedua ketiak atau kalau mungkin bisa
daerah dada maupun perut. Penggunaan antipiretik baru diberikan bila suhu anak
>38,5 0C atau bila anak terebut merasa tidak nyaman (Purwanti, 2008).
Antipiretik juga hanya diberikan pada anak dengan
Nyeri telinga
Demam tinggi
Kehilangan pendenngaran
- Ketika mandi atau kermas, maka jaga agar telinga tidak basah dengan
menggunakan plug pelindung telinga.
- Hindari berenang sampai infeksi telinga terobati.
- Jangan masukkan sesuatu ke dalam kanal telinga termasuk cotton bud,
biarkan cairan telinga keluar dengan sendirinya dan bila ingin memebersihkan
maka datang ke dokter terdekat.
- Periksa ulang bila tanda-tanda infeksi memburuk (Southampton, 2013).
7. Bersihkan hidung agar tak mengganggu pemberian makanan
Membersihkan hidung dengan kain bersih yang dibasahi air penting bagi anak
ISPA agar tidak mengganggu pemberian makan.
8. Pemberian makan pada bayi yang tidak bisa menghisap dengan baik
Bila anak tidak bisa mnghisap dengan baik, ajarkan ibu untuk memras asi
dalam mangkuk atau menyiapkan susu buatan dengan baik yang kemudain
memeberikan kepada anak dengan cara menyendoknya.
22
Langkah-langkah untuk batuk efektif adalah pasien diberi posisi duduk tegak di
tempat tidur dengan kaki disokong kemudian inhalasi maksimal dengan nafas
dalam dan pelan menggunakan pernafasan diafragma sambil meletakkan 2 jari
tepat di bawah processus xyphoideusdan dorong jari saat mendorong udara lalu
pasien disuruh untuk menahan nafas selama 3-5 detik kemudian hembuskan
perlahan melalui mulu ambil nafas kedua dan tahan lalu suruh pasien untuk
membatukkan dengan kuat dari dada dan gunakan 2 batuk pendek yang benarbenar kuat, setelah itu istirahatkan 2-3 menit kemudian diulang kembali ke awal
(Nugroho, 2011). Hal ini hanya dapat dilakukan pada anak yang kooperatif.
2.
Cara nya adalah membuang ingus harus satu-satu, tidak boleh kalau kedua lubang
hidung dipencet sekaligus karena akan menyebabkna ingus berballik lagi dan
mungkin malah masuk ke kuping lalu menyebabkan peradangan,
3.
Selalu ajari anak mencuci tangan setiap akan makan atau setelah bermain
karena hal ini dapat meminimalisir penularan ISPA dan juga dapat sebagai
pencegahan terjadinya infeksi.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Konsep pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
mulut dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,
2007).
23
Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan.
c) Usia
Usia adalah individu menghitung mulai usia sejak lahir sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa dipercaya dari yang sebelum tinggi dewasanya.
Faktor Eksternal
a)
Faktor Lingkungan
24
Penget
ahuan
ibu
tentang
ISPA
Gambar 2.7 Kerangka Konsep
Perawatan
ISPA
Pada Balita
Faktor Internal:
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Usia
Faktor Eksternal:
1. Lingkungan
2. Sosial Budaya
Gambar 2.8 Kerangka Teori
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
25