Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian rumah

Menurut Permenkes, R.I. Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 Rumah

adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni,

sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset

bagi pemiliknya.

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.

Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami

perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian

berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan di bawah

pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat

tinggalnya) bertingkat dan dilengkapi dengan peralatan yang serba modern sejak

zaman dahulu manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide mereka

masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat

setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan ada setempat (local

material) pula. Setelah manusia abad modern ini meskipun rumah mereka dibangun

dengan bukan bahan-bahan setempat, tetapi kadang desain nya masih mewarisi

kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo, S. 2011)

B. Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah

Menurut Permenkes, R.I. Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011,

pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih banyak

menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam rumah sehingga rumah

menjadi sangat penting sebagai lingkungan mikro yang berkaitan dengan risiko dari

pencemaran udara.

Dampak dari adanya pencemar udara dalam ruang rumah terhadap

kesehatan dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan

kesehatan secara langsung dapat terjadi setelah terpajan, antara lain yaitu iritasi

mata, iritasi hidung dan tenggorokan, serta sakit kepala, mual dan nyeri otot

(fatigue), termasuk asma, hipersensitivitas pneumonia, flu dan penyakit–penyakit

virus lainnya. Sedangkan gangguan kesehatan secara tidak langsung dampaknya

dapat terjadi beberapa tahun kemudian setelah terpajan, antara lain penyakit paru,

jantung, dan kanker, yang sulit diobati dan berakibat fatal.

Selain penyakit tersebut di atas, Bronkhitis kronis, Penyakit Paru

Obstructive Kronik (PPOK), kanker paru, kematian Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR), kematian bayi usia kurang dari satu minggu, otitis media dan ISPA,

tuberculosis sering dijumpai pada lingkungan dengan kualitas udara dalam ruang

yang tidak baik.

Di negara maju diperkirakan angka kematian per tahun karena pencemaran

udara dalam ruang rumah sebesar 67% di perdesaan dan sebesar 23% di perkotaan,

sedangkan di negara berkembang angka kematian terkait dengan pencemaran udara

dalam ruang rumah daerah perkotaan sebesar 9% dan di daerah pedesaan sebesar

1%, dari total kematian. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada

anak dibawah 5 tahun dengan jumlah kematian lebih dari 2 juta jiwa setiap

tahunnya.
Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi),

bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut organik nya), kepadatan

hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd),

formaldehida, debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selain itu, kualitas udara

juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti dalam hal penggunaan energi

tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relatif murah seperti

batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian),

perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia

pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan

polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama.

Pencemaran udara dalam ruang rumah, khususnya di daerah perdesaan pada

negara-negara berkembang, antara lain dikarenakan penggunaan bahan bakar padat

sebagai energi untuk memasak dengan tungku sederhana/kompor tradisional.

Bahan bakar tersebut menghasilkan polutan dalam konsentrasi tinggi dikarenakan

terjadi proses pembakaran yang tidak sempurna. Keadaan tersebut akan

memperburuk kualitas udara dalam ruang rumah apabila kondisi rumah tidak

memenuhi syarat fisik, seperti ventilasi yang kurang memadai, serta tidak adanya

cerobong asap di dapur. Gangguan kesehatan akibat pencemaran udara dalam

ruang rumah sebagian besar terjadi di perumahan yang cenderung menggunakan

energi untuk memasak dengan energi biomasa.

Dalam upaya melindungi kesehatan masyarakat dari pencemar udara dalam

ruang rumah, maka diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang dapat

memberikan acuan dalam pengendalian pencemaran udara dalam ruang rumah.


Persyaratan kualitas udara dalam ruang rumah meliputi:

1. Kualitas fisik, terdiri dari parameter: particulate (Particulate

Matter/PM2,5 dan PM10), suhu udara, pencahayaan, kelembaban, serta

pengaturan dan pertukaran udara (laju ventilasi);

2. Kualitas kimia, terdiri dari parameter: Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen

dioksida (NO2), Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2),

Timbal (Plumbum=Pb), asap rokok (Environmental Tobacco

Smoke/ETS), Asbes, Formaldehida (HCHO), Volatile Organic

Compound (VOC); dan

3. Kualitas biologi terdiri dari parameter: bakteri dan jamur.

C. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh

1. Lingkungan Fisik Rumah

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu) baik

benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk

akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain. Faktor

lingkungan memegang peranan penting dalam penularan, terutama lingkungan

rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan rumah merupakan salah satu

faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya.

Adapun syarat-syarat yang dipenuhi oleh rumah sehat secara fisiologis yang

berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru antara lain: (Purnama, Sang G.

2016)
a. Kepadatan Penghuni Rumah

Ukuran luas ruangan suatu rumah erat kaitannya dengan kejadian

tuberculosis paru. Di samping itu Asosiasi Pencegahan Tuberkulosis

Paru Bradbury mendapat kesimpulan secara statistik bahwa kejadian

tuberkulosis paru paling besar diakibatkan oleh keadaan rumah yang

tidak memenuhi syarat pada luas ruangannya.

Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara di

dalam rumah tersebut mengalami pencemaran. Karena jumlah penghuni

yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam

ruangan tersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya. Dengan

meningkatnya kadar CO2 di udara dalam rumah, maka akan memberi

kesempatan tumbuh dan berkembang biak lebih bagi Mycobacterium

tuberculosis.

Dengan demikian akan semakin banyak kuman yang terhisap oleh

penghuni rumah melalui saluran pernafasan. Menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia kepadatan penghuni diketahui dengan

membandingkan luas lantai rumah dengan jumlah penghuni, dengan

ketentuan untuk daerah perkotaan 8 m² per orang daerah pedesaan 10 m²

per orang.

b. Kelembaban Rumah

Kelembaban udara dalam rumah minimal 40% – 70 % dan suhu

ruangan yang ideal antara 180C – 300C. Bila kondisi suhu ruangan tidak

optimal, misalnya terlalu panas akan berdampak pada cepat lelahnya saat

bekerja dan tidak cocoknya untuk istirahat. Sebaliknya, bila kondisinya


terlalu dingin akan tidak menyenangkan dan pada orang-orang tertentu

dapat menimbulkan alergi. Hal ini perlu diperhatikan karena kelembaban

dalam rumah akan mempermudah perkembangbiakannya

mikroorganisme antara lain bakteri spirochete, rickettsia dan virus.

Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui

udara, selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran

mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam

menghadang mikroorganisme. Kelembaban udara yang meningkat

merupakan media yang baik untuk Bakteri-Bakteri termasuk bakteri

tuberkulosis. Kelembaban di dalam rumah menurut Departemen

Pekerjaan Umum (1986) dalam buku Purnama, sang G dapat disebabkan

oleh tiga faktor, yaitu:

1) Kelembaban yang naik dari tanah (rising damp)

2) Merembes melalui dinding (percolating damp)

3) Bocor melalui atap (roof leaks)

Untuk mengatasi kelembaban, maka perhatikan kondisi drainase

atau saluran air di sekeliling rumah, lantai harus kedap air, sambungan

fondasi dengan dinding harus kedap air, atap tidak bocor dan tersedia

ventilasi yang cukup

c. Ventilasi

Jendela dan lubang ventilasi selain sebagai tempat keluar

masuknya udara juga sebagai lubang pencahayaan dari luar, menjaga

aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Menurut indikator

pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan


adalah ≥ 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi

syarat kesehatan adalah < 10%luas lantai rumah. Luas ventilasi rumah

yang < 10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan

mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya

konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Di

samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan

kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dai kulit

dan penyerapan. Kelembaban ruangan yan tinggi akan menjadi media

yang baik untuk tumbuh dan perkembangbiakannya bakteri-bakteri

patogen termasuk kuman tuberkulosis.

Tidak adanya ventilasi yang baik pada suatu ruangan makin

membahayakan kesehatan atau kehidupan, jika dalam ruangan tersebut

terjadi pencemaran oleh bakteri seperti oleh penderita tuberkulosis atau

berbagai zat kimia organik atau anorganik. Ventilasi berfungsi juga untuk

membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri

patogen seperti tuberkulosis, karena di situ selalu terjadi aliran udara

yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu

mengalir. Selain itu, luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan

akan mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran udara dan sinar

matahari yang masuk ke dalam rumah, akibatnya kuman tuberkulosis

yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama

udara pernafasan.
d. Pencahayaan Sinar Matahari

Cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga

mempunyai daya untuk membunuh bakteri. Hal ini telah dibuktikan oleh

Robert Koch (1843-1910). Dari hasil penelitian dengan melewatkan

cahaya matahari pada berbagai warna kaca terhadap kuman

Mycobacterium tuberculosis didapatkan data sebagaimana pada tabel

berikut.

Sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit

tuberkulosis paru, dengan mengusahakan masuknya sinar matahari pagi

ke dalam rumah. Cahaya matahari masuk ke dalam rumah melalui

jendela atau genting kaca. Diutamakan sinar matahari pagi mengandung

sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman (Depkes RI, 1994).

Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup bertahun-tahun lamanya, dan

mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api.

Rumah yang tidak masuk sinar matahari mempunyai risiko menderita

tuberkulosis 3-7 kali dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar

matahari.

e. Lantai Rumah

Komponen yang harus dipenuhi rumah sehat memiliki lantai

kedap air dan tidak lembap. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap

proses kejadian Tuberkulosis paru, melalui kelembaban dalam ruangan.

Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban, pada musim panas

lantai menjadi kering sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya

bagi penghuninya.
f. Dinding

Dinding berfungsi sebagai pelindung, baik dari gangguan hujan

maupun angin serta melindungi dari pengaruh panas dan debu dari luar

serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya. Beberapa bahan

pembuat dinding adalah dari kayu, bambu, pasangan batu bata atau batu

dan sebagainya. Tetapi dari beberapa bahan tersebut yang paling baik

adalah pasangan batu bata atau tembok (permanen) yang tidak mudah

terbakar dan kedap air sehingga mudah dibersihkan.

D. Persyaratan Rumah Sehat

Perumahan yang baik dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai

fasilitas penduduknya seperti jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air

bersih, lampu jalan, lapangan tempat bermain anak-anak, sekolah, tempat ibadah,

balai pertemuan, dan pusat kesehatan masyarakat, serta harus bebas banjir. Standar

arsitektur bangunan terutama untuk perumahan umum (public housing) pada

dasarnya ditunjukkan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam

bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi

kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat

(healthy) dan menyenangkan (comfortable). (Chandra Budiman, 2007)

Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment

dari, antara lain:

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai

tempat istirahat.

2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus,

dan kamar mandi.


3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kuat dan dapat melindungi

penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.

6. Memberi rasa nyaman dan lingkungan tetangga serasi.

Sementara itu, kriteria rumah sehat, antara lain:

1. Dapat melindungi kebutuhan fisiologis

2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis

3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan

4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit

Di Indonesia, terdapat suatu kriteria untuk Rumah Sehat Sederhana (RSS),

yaitu:

1. Luas tanah antara 60-90 m2.

2. Luas bangunan antara 21-36 m2.

3. Memiliki fasilitas kamar tidur, WC, dan dapur

4. Berdinding batu bata dan di plester

5. Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit-langit dari tripleks

6. Memiliki sumur atau air PAM

7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt

8. Memiliki bak sampah dan saluran air kotor

Selain kriteria-kriteria diatas, terdapat faktor-faktor kebutuhan yang perlu

diperhatikan dan dipengaruhi, seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis,

bebas dari bahaya kecelakaan atau kebakaran, dan kebutuhan lingkungan.


1. Kebutuhan fisiologis

Terdapat beberapa variable yang harus diperhatikan di dalam

pemenuhan kebutuhan fisiologis yang berkaitan dengan perumahan,

diantaranya:

a. Suhu ruangan

Suhu ruangan harus dijaga jangan banyak berubah. Suhu

sebaiknya tetap berkisaran antara 18-20oC. Suhu ruangan ini sangat

dipengaruhi oleh:

1) Suhu udara luar

2) Pergerakan udara

3) Kelembaban udara

4) Suhu benda-benda yang ada di sekitarnya

Di rumah modern, suhu ruangan dapat diatur dengan fasilitas

air conditioning.

b. Penerangan

Rumah harus cukup mendapatkan penerangan baik pada

siang hari maupun malam hari, idealnya, penerangan didapat dengan

bentuk listrik. Setiap ruangan diupayakan mendapat sinar matahari

terutama di pagi hari.

c. Ventilasi udara

Pertukaran udara yang cukup menyebabkan hawa ruangan

tetap segar (cukup mengandung oksigen). Dengan demikian, setiap

rumah harus memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara

keseluruhan kurang lebih 15%.


Tabel 2

Pengukuran Ventilasi Udara

Jumlah Kamar Jumlah Orang


1 2
2 3
3 5
4 7
5 10
Sumber: Chandra Budiman, 2007

Dari jumlah lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa

sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu terbuka.

d. Jumlah ruangan atau kamar

Ruangan atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni

atau jumlah orang yang tinggal Bersama di dalam atau sekitar 5 m2

per orang.

2. Kebutuhan Psikologis

Di samping kebutuhan fisiologis, terdapat Kebutuhan Psikologis

yang harus dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah.

Kebutuhan tersebut, antara lain:

a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus

memenuhi rasa keindahan sehingga rumah tersebut menjadi

pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota

keluarga yang tinggal di rumah tersebut.

c. Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati

dewasa, harus memiliki ruangan sendiri sehingga privasi nya

tidak terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang

untuk menerima tamu.

3. Bahaya Kecelakaan Atau Kebakaran

Ditinjau dari faktor bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, rumah

yang sehat dan aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya

tersebut. Adapun kriteria yang harus dipenuhi dari perspektif ini, antara

lain:

a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat

sehingga tidak mudah runtuh

b. Memiliki sarana pencegahan kecelakaan di sumur, kolam, dan

tempat-tempat lain terutama untuk anak-anak

c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah

terbakar

d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan

gas

e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air

4. Kebutuhan lingkungan

Kriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan, antara lain:

a. memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang

tahun

b. memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah

yang baik

c. dapat mencegah terjadi perkembangbiakan vector penyakit,

seperti nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya


d. latak perumahan jauh dari sumber pencemar (misalnya

Kawasan industri) dengan jarak minimal 5 km dan memiliki

daerah penyangga atau daerah hijau (green belt) dan bebas

banjir.

E. Pengertian Tuberkulosis
Kuman penyebab TBC (mycobacterium tuberculosis) ditemukan pertama

kali pada tahun 1882 oleh Robert Koch, sedangkan vaksin BCC ditemukan pada

tahun 1921. Kemudian pada tahun 1944 ditemukan streptomisin sebagai obat

pertama anti TBC, kemudian disusul INH pada tahun 1949. Penyakit TBC muncul

kembali ke permukaan dengan meningkatnya kasus TBC di negara-negara maju

atau industry pada tahun 1990. Selain itu, peninggalan kasus TBC sebagai

remerging disease dipengaruhi pula dengan terjadinya penyebaran infeksi

HIV/AIDS. Saat ini di seluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dan 3 juta kasus

meninggal. TBC umumnya menyerang golongan usia produktif dan golongan

social ekonomi rendah sehingga berdampak pada pemberdayaan sumber daya

manusia yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara. (Notoatmodjo, S.

2011)

Epidemiologi Tuberkulosis adalah rangkaian gambaran informasi yang

menjelaskan beberapa hal terkait orang, tempat, waktu dan lingkungan.

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Epidemiologi Tuberkulosis adalah

rangkaian gambaran informasi yang menjelaskan beberapa hal terkait orang,

tempat, waktu dan lingkungan. Secara sistematis dan informatif menguraikan


sejarah penyakit tuberkulosis, prevalent tuberkulosis, kondisi infeksi tuberkulosis

dan cara/risiko penularan serta upaya pencegahannya (Kemenkes, R.I. 2013).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar

disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberkulosis. Kuman terebut biasanya

masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup kedalam paru, kemudian

kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem

peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau

penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB paru pada manusia dapat

dijumpai dalam dua bentuk, yaitu: (Notoatmodjo, S, 2011)

1. Tuberkulosis primer: bila penyakit terjadi pada infeksi pertama kali.

2. Tuberkulosis pasca primer: bila penyakit timbul setelah beberapa waktu

seseorang terkena infeksi dan sembuh. TBC ini merupakan bentuk yang

paling sering ditemukan. Dengan terdapatnya kuman dalam dahak,

penderita merupakan sumber penularan.

F. Penyebab Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sering terjadi di paru-paru.

Penyebab penyakit tuberculosis adalah kuman Mycobacterium Tuberculosis.

Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernafasan

ke dalam paru-paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke bagian

tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa melalui saluran

napas (bronkus), atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

(Tosepu, R, 2016)
1. Agen

Penyebab tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium Tuberculosis

yang berbentuk batang. Kuman tuberculosis cepat mati dengan sinar matahari

langsung, namun dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan

lembap. Oleh sebab itu, kuman ini dalam jaringan tubuh dapat dorman (tidur)

selama beberapa tahun.

2. Pejamu

Pejamu tuberculosis adalah manusia. Berbagai kasus penularan

penyakit tuberculosis terjadi pada keluarga serumah dengan penderita.

Namun sebagai pejamu dari penyakit ini harus menjaga dirinya untuk tidak

kontak langsung dengan penderita, terutama menggunakan barang-barang

yang sama.

3. Lingkungan

Kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor lingkungan yang

menjadi penyebab penyakit tuberkulosis. Penyakit ini dapat menukar melalui

udara. Kontak langsung dengan penderita, menggunakan alat makan yang

sama dengan penderita. Lingkungan yang padat akan memberikan ruang yang

tidak sehat sehingga bakteri penyakit ini dengan mudah untuk menyebar dan

berkembang biak.

G. Penularan Tuberkulosis

Sumber penularan adalah penderita TB Paru pada waktu batuk atau bersin,

penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).

Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalua droplet terhirup kedalam saluran

pernafasan, kuman TB Paru tersebut dapat menyebar dari paru bagian tubuh

lainnya, melalui system peredaran darah, system saluran limfa, saluran napas, atau

penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. (Purnama, Sang G. 2016)

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari paruhnya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan

dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi

droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita tuberkulosis paru adalah

daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya gizi buruk atau HIV/AIDS. (Purnama,

Sang G. 2016)

H. Gejala Tuberkulosis

Tuberkulosis Paru tidak menunjukkan gejala dengan suatu bentuk penyakit

yang membedakan dengan penyakit lainnya. Pada beberapa kasus gejala

tuberkulosis paru bersifat asymptomatic yang hanya ditandai oleh demam biasa.

Tuberkulosis paru dibagi menjadi 2 gejala, yaitu gejala klinik dan gejala umum

(Purnama, Sang G. 2016):

1. Gejala klinik, meliputi

a. Batuk

Batuk merupakan gejala awal, biasanya batuk ringan yang dianggap

sebagai batuk biasa. Batuk ringan akan menyebabkan terkumpulnya

lender sehingga batuk berubah menjadi batuk produktif.


b. Dahak

Pada awalnya dahak keluar dalam jumlah sedikit dan bersifat mucoid,

dan akan berubah menjadi mucopurulent atau kuning kehijauan sampai

purulent dan kemudian berubah menjadi kental bila terjadi pengajuan

dan kelunakan.

c. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan oleh pasien berupa bercak-bercak, gumpalan

darah atau darah segar dengan jumlah banyak. Bentuk darah menjadi

gambaran telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah.

d. Nyeri dada

Nyeri dada pads tuberkulosis paru termasuk nyeri yang ringan. Gejala

pleuritis luas dapat menyebabkan nyeri yang bertambah berat pada

bagian aksila dan ujung scapula.

e. Wheezing

Wheezing disebabkan oleh penyempitan lumen endo-bronkus oleh

secret, jaringan granulasi dan ulserasi.

f. Sesak napas

Sesak napas merupakan gejala dari proses lanjutan tuberkulosis paru

akibat adanya obstruksi saluran pernafasan, yang dapat mengakibatkan

difusi dan hipertensi pulmonal.


2. Gejala umum, meliputi:

a. Demam

Demam gejala awal yang sering terjadi, peningkatan suhu tubuh terjadi

pada siang atau sore hari. Suhu tubuh meningkat akibat mycobacterium

tuberkulosis berkembang menjadi progresif.

b. Menggigil

Menggigil terjadi akibat peningkatan suhu tubuh ang tidak disertai

dengan pengeluaran panas;

c. Keringat malam

Keringat malam umumnya timbul akibat proses lebih lanjut dari

penyakit.

d. Penurunan nafsu makan

Penurunan nafsu makan yang akan berakibat pada penurunan berat

badan pada proses penyakit yang progresif;

e. Badan lemah

Gejala tersebut dirasakan pasien jika aktivitas yang dikeluarkan tidak

seimbang dengan jumlah energi yang dibutuhkan dan keadaan sehari-

hari yang kurang menyenangkan.


I. Kerangka Teori
Menurut model Gordon dalam buku Ramadhan Tosepu 2016 tentang
Epidemiologi Lingkungan dan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011

LINGKUNGAN
Paparan Bakteri
Mycobacterium
Tuberculosis, tergantung
pada:
Kondisi fiik rumah
DROPLET 1. Langit-langit Persyaratan
UDARA 2. Dinding Rumah Sehat
3. Jendela
4. Ventilasi
5. Kepadatan hunian
6. Pencahayaan
Kondisi fisik lingkungan
1. Suhu udara
2. Pencahayaan
3. Kelembaban
4. Laju ventilasi

HOST
Individu yang AGEN
terinfeksi Bakteri Mycobacterium Daya Tahan NEW
penyakit
tuberkulosis Tuberculosis Tubuh HOST

Kontak langsung:
1. Berjabat tangan
2. Kontak dengan
barang penderita
3. Mencium dengan
penderita
4. Berpelukan dengan
penderita

Gambar 1. Kerangka Teori


J. Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mengetahui yaitu Gambaran

Kondisi Rumah Pada Penderita Tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Rawat

Inap Permata Sukarame Bandar Lampung Tahun 2020, maka kerangka konsep

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kondisi rumah:
1. Jenis lantai
2. Jenis dinding
Kejadian
3. Kepadatan hunian Tuberculosis

Gambar 2. Kerangka Konsep


K. Definisi Operasional

Tabel 3
Definisi Operasional

ALAT
NO. VARIABEL DEFINISI HASIL UKUR SKALA UKUR
UKUR
1. Kejadian Penyakit yang disebabkan bakteri Melihat data 1. Tuberkulosis Ordinal
Tuberkulosis Mycobacterium Tuberculosis. 2. Tidak tuberculosis

2. Jenis Lantai Bahan lantai di dalam rumah yang Melihat data 1. Tidak memenuhi syarat Ordinal
terbuat dari tanah, plester, keramik bila kondisi tidak kedap
atau ubin. air, sulit dibersihkan dan
tidak ada retakan
2. Memenuhi syarat bila
kondisi kedap air, mudah
dibersihkan dan tidak ada
retakan

3. Jenis Dinding Bahan dari rumah yang digunakan Melihat data 1. Tidak memenuhi syarat Ordinal
untuk membatasi dan melindungi bila kondisi tidak kedap
suatu ruangan air, dan sulit dibersihkan
2. Memenuhi syarat bila
kondisi kedap air dan
mudah dibersihkan
4. Kepadatan Perbandingan luas lantai rumah (m2) Melihat data 1. Tidak memenuhi syarat Ordinal
hunian dengan jumlah penghuni rumah. apabila < 8m2/orang
2. Memenuhi syarat apabila
> 8m2/orang

Anda mungkin juga menyukai