Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU

Eliya Malika Oktavia


STIKes Surya Mitra Husada
Eliyaoktavia26@gmail.com

Abstrak

Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui udara, yaitu percikan ludah, bersin, dan batuk. Tuberculosis
(TB) juga merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang
buruk sangat mendukung aktif dan berkembangnya bakteri Tuberculosis (TB), khususnya lingkungan
rumah dapat berisiko terhadap perkembangbiakan dan penyebaran bakteri. Lingkungan rumah meliputi
kondisi fisik rumah yang tidah memenuhi syarat kesehatan antara lain luas ventilasi rumah, kondisi
lantai rumah, kelembaban, suhu dan kepadatan hunian rumah. Lingkungan rumah yang buruk (tidak
memenuhi syarat kesehatan) akan berpengaruh terhadap penyebaran penyakit menular Tuberculosis
(TB).

Kata Kunci : Tb Paru, Kondisi Fisik Rumah

1. Latar belakang sekitarnya (hujan dan panas) serta merupakan


Menurut Hendrick L. Blum derajat tempat untuk beristirahat setelah melakukan
kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-
empat faktor yaitu faktor perilaku, faktor hari (Notoatmodjo, 2007).
lingkungan, faktor keturunan, dan faktor Rumah yang baik yaitu rumah yang
pelayanan kesehatan, dari keempat faktor dihuni tidak terlalu banyak penghuni dan
tersebut yang pengaruhnya cukup besar dapat mencegah penyebaran penyakit
adalah faktor perilaku dan diikuti oleh menular. Oleh karena itu, rumah harus
pengaruh faktor lingkungan, setelah itu faktor memenuhi syarat kesehatan, karena rumah
pelayanan kesehatan, dan yang terakhir faktor dan lingkungan yang tidak sehat akan
keturunan. Keempat faktor di atas sangat menimbulkan penyakit baik antara anggota
berhubungan dan saling mempengaruhi keluarga maupun kepada orang lain (Adnani
(Syukra dan Sriani, 2015). & Mahastuti, 2006).
Rumah adalah tempat hunian atau Penyakit yang timbul karena faktor
berlindung dari pengaruh keadaan alam lingkungan salah satunya adalah penyakit
tuberkulosis (TB). Tuberkulosis (TB) adalah perkembangbiakan bakteri sebab bakteri ini
suatu penyakit infeksi paling sering berada di udara.
menyerang jaringan paru, disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit 3. Tinjauan Pustaka
tuberkulosis (TB) paru ini dapat menyerang Tuberkulosis paru adalah penyakit
semua usia dengan kondisi klinis yang menular yang disebabkan oleh kuman
berbeda-beda atau tanpa dengan gejala sama Mycobacterium tuberculosis tipe Humanus.
sekali hingga manifestasi berat. Tuberkulosis Kuman tuberkulosis pertama kali ditemukan
(TB) adalah penyakit menular yang masih oleh Robert Koch pada tahun 1882. Jenis
menjadi perhatian dunia. Sampai sekarang ini kuman tersebut adalah M.tuberculosis,
belum ada satu negara pun di dunia yang M.africanum dan M.bovis. Basil tuberkulosis
bebas dari tuberkulosis (TB). termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu
anggota dari family dan termasuk ke dalam
2. Kasus ordo Actinomycetales. M.tuberculosis
Menurut World Health Organization menyebabkan sejumlah penyakit berat pada
(WHO), Indonesia sekarang berada pada manusia dan juga penyebab terjadinya infeksi
ranking kelima negara dengan beban TB tersering. Basil–basil tuberkel di dalam
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB jaringan tampak sebagai mikroorganisme
semua kasus sebesar 660.000 dan estimasi berbentuk batang, dengan panjang berfariasi
insiden berjumlah 430.000 kasus baru per antara 1–4 mikron dan diameter 0,3 – 0,6
tahun. Jumlah kematian akibat TB mikron. Bentuknya sering agak melengkung
diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya dan kelihatan seperti manik – manik atau
(P2PL Kemenkes, 2013). bersegmen.
Jumlah kasus TB paru di sebagian besar Sumber penularan adalah penderita TB
negara maju 10 sampai 20 kasus TB paru per Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau
100.000 penduduk per tahun. Di negara bersin, penderita menyebarkan kuman ke
berkembang angkanya masih cukup tinggi, udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
termasuk Indonesia. faktor lingkungan yang Droplet yang mengandung kuman dapat
buruk berperan dalam penularan penyakit bertahan di udara pada suhu kamar selama
tuberkulosis. Lingkungan yang buruk sangat beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
mendukung aktifnya dan berkembangnya droplet tersebut terhirup kedalam saluran
bakteri Tubercolusis (TB) dengan baik. pernafasan, kuman TB Paru tersebut dapat
Lingkungan khususnya lingkungan rumah menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya,
sangat berisiko terhadap penyebaran dan melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran baik yang muncul dari luar maupun dari
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. dalam rumah.Yang termasuk lingkungan fisik
Daya penularan dari seorang penderita rumah adalah ventilasi, pencahayaan,
ditentukan oleh banyaknya kuman yang kelembaban ruangan, jenis lantai dan suhu
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi ruangan.
derajat positif hasil pemeriksaan dahak a. Ventilasi
negatip (tidak terlihat kuman), maka penderita Ventilasi sangat penting bagi suatu
tersebut dianggap tidak menular. rumah. Berfungsi sebagai tempat
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB masuknya udara segar ke dalam rumah
Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet sehingga udara dalam rumah dapat
dalam udara dan lamanya menghirup udara bersirkulasi dengan baik dan udara dalam
tersebut. Faktor yang mempengaruhi rumah menjadi sejuk dan sebagai
kemungkinan seseorang menjadi penderita pembebas udara dari bakteri seperti
Tuberkulosis paru adalah daya tahan tubuh bakteri patogen misalnya M.
yang rendah, diantarannya gizi buruk atau Tuberculosis. Ada dua jenis ventilasi
HIV/AIDS. yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi
Lingkungan sangat mempengaruhi buatan. Ventilasi alamiah yaitu
terjadinya penyakit sebab lingkungan merupakan sumber masuknya udara ke
merupakan media transmisi penularan dalam rumah yang terjadi secara alamiah
penyakit. Menurut Winslow dalam Chandra misalnya jendela, pintu, dan lubang
(2006), rumah yang sehat adalah rumah yang angin. Ventilasi buatan adalah ventilasi
memenuhi kriteria sebagai rumah sehat. yang dibuat secara sengaja untuk
Salah satu kriteria rumah sehat adalah dapat mengalirkan udara di dalam rumah
memenuhi kebutuhan fisiologis atau misalnya kipas angin dan mesin pengisap
lingkungan fisik rumah Menurut Departemen udara. Menurut Kepmenkes RI No. 829
Kesehatan RI (2002), rumah sehat adalah Tahun 1999 tentang persyaratan
rumah yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan perumahan, luas lubang
fisiologis seperti pencahayaan dan ventilasi, ventilasi alamiah yang permanen minimal
memenuhi kebutuhan psikologis seperti 10% dari luas lantai
komunikasi yang sehat antar penghuni rumah b. Cahaya
dan anggota keluarga, memenuhi persyaratan Menurut Chandra (2006), rumah yang
pencegahan penularan penyakit seperti sehat memerlukan cahaya yang cukup,
penyediaan air bersih, dan memenuhi tidak kurang dan juga tidak berlebih.
persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan Setiap ruangan diupayakan mendapatkan
sinar matahari terutama di pagi hari. Kelembaban ruangan sangat penting
Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam diperhatikan karena jika rumah terlalu
rumah, khususnya cahaya matahari, akan lembab maka akan menjadi tempat yang
menyebabkan beberapa gangguan pada baik untuk perkembangbiakan
penghuninya misalnya gangguan mikroorganisme khususnya
penglihatan, gangguan kenyamanan, dan mikroorganisme patogen. Menurut
gangguan kesehatan seperti tumbuh dan Kepmenkes No. 829 Tahun 1999 tentang
berkembangnya bakteri sebagai bibit persyaratan kesehatan perumahan,
penyakit seperti bakteri M. tuberculosis. kelembaban ruangan yang baik untuk
Menurut Utami (2003), cahaya kesehatan adalah 40% - 70%.
dapat dibedakan menjadi dua yaitu: d. Suhu
cahaya alami dan cahaya buatan. Cahaya Suhu adalah panas atau dinginnya udara
alamiah, yaitu cahaya matahari. Cahaya yang dinyatakan dengan satuan derajat
ini sangat penting karena dapat tertentu. Secara umum penilaian suhu
membunuh bakteri-bakteri patogen yang rumah dengan menggunakan
ada di dalam rumah, misalnya basil M. thermometer ruangan. Berdasarkan
tuberculosis. Oleh karena itu, rumah yang indikator pengawasan perumahan, suhu
sehat harus mempunyai celah sebagai rumah yang memenuhi syarat kesehatan
jalan masuk cahaya matahari ke dalam adalah antara 20‐25 ºC, dan suhu rumah
rumah. Sebaiknya luas jalan masuknya yang tidak memenuhi syarat kesehatan
cahaya seperti jendela minimal 15% adalah < 20 ºC atau > 25 ºC. Suhu dalam
sampai 20% dari luas lantai rumah. rumah akan membawa pengaruh bagi
Cahaya buatan, yaitu dengan penguninya. Mycobacterium tuberculosa
menggunakan sumber cahaya lain selain merupakan bakteri mesofilik yang
matahari seperti lampu. Menurut tumbuh subur dalam rentang 25‐40 º C,
Kepmenkes RI No. 829 Tahun 1999 akan tetapi akan tumbuh secara optimal
tentang persyaratan kesehatan pada suhu 31-37ºC.
perumahan, pencahayaan alam maupun e. Lantai
buatan langsung maupun tidak langsung Lantai merupakan dinding penutup
dapat menerangi seluruh ruangan dengan ruangan bagian bawah, konstruksi lantai
intensitas penerangan minimal 60 lux dan rumah harus rapat air dan selalu kering
tidak menyilaukan mata. agar mudah dibersihkan dari kotoran dan
c. Kelembaban debu, selain itu dapat menghindari
naiknya tanah yang dapat menyebabkan
meningkatnya kelembaban dalam m x 3 m untuk setiap anggota keluarga
ruangan. Menurut Kepmenkes RI No. 829 (Utami,2003). Luas kamar tidur yang
Tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan memenuhi syarat kesehatan sesuai
perumahan, lantai yang baik harus bersifat dengan keputusan menteri kesehatan No.
kedap air dan mudah dibersihkan yaitu 829 Tahun 1999 tentang persyaratan
terbuat dari keramik, ubin, atau semen. kesehatan perumahan adalah minimal 8
Lantai juga harus sering dibersihkan m2 dan untuk 1 orang yang tidur. Jumlah
karena lantai yang basah dan berdebu penghuni rumah juga harus disesuaikan
menimbulkan sarang penyakit. Lantai dengan luas rumah agar rumah tidak
tanah cenderung menimbulkan menjadi padat. Menurut Tobing (2009),
kelembaban dan menyebabkan bakteri potensi penularan TB paru 3,3 kali lebih
tuberkulosis dapat bertahan hidup. besar pada rumah dengan kepadatan
Menurut Deny (2014) yang mengutip hunian yang padat.
pendapat Fahdhienie, rumah dengan jenis
lantai tidak kedap air mempunyai risiko 4. Pembahasan
2,85 kali lebih besar dibandingkan dengan Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit
rumah dengan jenis lantai kedap air. infeksi paling sering menyerang jaringan
f. Kepadatan Hunian paru, disebabkan oleh Mycobacterium
Rumah harus menciptakan rasa tuberculosis, dimana faktor lingkungan
nyaman bagi penghuninya. Rumah yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran
sehat adalah rumah yang memberikan kuman Tuberculosis (TB), khususnya kondisi
kenyamanan bagi penghuninya. Rumah fisik rumah seperti :
yang terlalu padat (over crowded) dapat a. Ventilasi
mengurangi kenyamanan penghuninya Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 829
dan juga dapat menularkan penyakit Tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan
dengan cepat. Berdasarkan penelitian perumahan, luas lubang ventilasi alamiah
Deny (2014), seseorang yang tinggal di yang permanen minimal 10% dari luas
rumah dengan kepadatan hunian tidak lantai.
memenuhi syarat mempunyai risiko b. Pencahayaan
sebesar 13,5 kali lebih besar Cahaya sangat penting karena dapat
dibandingkan dengan orang yang tinggal membunuh bakteri-bakteri patogen yang
di rumah dengan kepadatan hunian ada di dalam rumah, salah satunya basil
memenuhi syarat. Luas bangunan yang M. tuberculosis. Sebaiknya luas jalan
baik adalah dapat menyediakan luas 2,5
masuknya cahaya seperti jendela minimal
15% sampai 20% dari luas lantai rumah. 5. Kesimpulan
c. Kelembaban Lingkungan sangat mempengaruhi
Menurut Kepmenkes No. 829 Tahun 1999 terjadinya penyakit sebab lingkungan
tentang persyaratan kesehatan perumahan, merupakan media transmisi penularan
kelembaban ruangan yang baik untuk penyakit. Lingkungan yang dimaksud ini
kesehatan adalah 40% - 70%. adalah lingkungan perumahan. Rumah adalah
d. Suhu tempat hunian atau berlindung dari pengaruh
Bakteri Mycobacterium tuberculosa keadaan alam sekitarnya (hujan dan panas)
memiliki rentang suhu yang disukai, tetapi serta merupakan tempat untuk beristirahat
di dalam rentang ini terdapat suatu suhu setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi
optimum saat mereka tumbuh pesat. kebutuhan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).
Mycobacterium tuberculosa merupakan Rumah sehat yang memenuhi syarat
bakteri mesofilik yang tumbuh subur kesehatan yaitu secara fisik rumah adalah
dalam rentang 25‐40 º C, akan tetapi akan ventilasi, pencahayaan, kelembaban ruangan,
tumbuh secara optimal pada suhu 31‐37 suhu ruangan, jenis lantai dan kepadatan
ºC. hunian.
e. Lantai
Menurut Kepmenkes RI No. 829 Tahun 6. Daftar Pustaka
1999 tentang persyaratan kesehatan Fatimah, Siti. 2008. Faktor Kesehatan
Lingkungan Rumah Yang
perumahan, lantai yang baik harus bersifat
Berhubungan Dengan Kejadian Tb
kedap air dan mudah dibersihkan yaitu Paru Di Kabupaten Cilacap
(http://eprints.undip.ac.id/24695/1/SIT
terbuat dari keramik, ubin, atau semen.
I_FATIMAH.pdf (Diakses pada 11
Lantai juga harus sering dibersihkan Desember 2018 Pukul 15.00)
karena lantai yang basah dan berdebu Kenedyanti, Evin., Sulistyorini, Lilis. (2016).
menimbulkan sarang penyakit. Analisis Mycobacterium Tuberculosis
Dan Kondisi Fisik Rumah Dengan
f. Kepadatan hunian Kejadian Tuberculosis Paru. file:///C:/
Sesuai dengan keputusan menteri Users/user/AppData/Local/Packages/
Microsoft.MicrosoftEdge_8wekyb3d8
kesehatan No. 829 Tahun 1999 tentang bbwe/TempState/Downloads/3400-
persyaratan kesehatan perumahan adalah 19416-2-PB%20(1).pdf (Diakses pada
10 Desember 2018 pukul 13.00)
minimal 8 m2 dan untuk 1 orang yang
Samitro Rini, Eko. 2013 Gambaran Kondisi
tidur. Jumlah penghuni rumah juga harus Fisik Rumah Pasien Penderita Penyakit
disesuaikan dengan luas rumah agar Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tasikmadu Karanganyar.
rumah tidak menjadi padat.
http://eprints.ums.ac.id/40316/3/BAB
%20I.pdf (Diakses pada 11 Desember
2018 Pukul 14.30)
Simarmata, Geofani. 2017. Hubungan
Lingkungan Fisik Rumah Dengan
Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas.http://ecampus.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/retrieve/41631fa7-
4dff-4357-8d26-b2abf61a473a/
1523423305667_KTI-GEOFANI
%20SIMARMATA.pdf (Diakses pada
11 Desember 2018 Pukul 14.05)
Sodik, M. A., Kesehatan, D. P., & STRADA,
I. P. P. I. S. (2016). Leprosy Patients in
public perception: A qualitative study of
patient confidence (dis) in the
Community.

Anda mungkin juga menyukai