Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tuberkulosis (TBC)


Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis,
suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). TB sering
menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang bagian tubuh yang lain seperti selaput
otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan bagian tubuh lainnya ( PPTI, 2012).
2.2 Etiologi
Mycobacterium Tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran
panjang 1-4 mm dengan ketebalan 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponennya adalah lipid
sehingga kuman tersebut mampu bertahan asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan
faktor fisik. Bakteri ini bersifat aerob, sehingga sangat meenyukai daerah yang banyak
oksigen dan lembab. Oleh karena itu M. tuberculosis sangat senang tinggal di bagian apeks
paru-paru yang terdapat banyak oksigen ( Somantri,2008 ). Bakteri Tuberkulosis ini di sebut
dengan bakteri tahan asam ( BTA ) karena tahan terhadap pencucian warna dengan asam dan
alkohol serta tahan dalam keadaan dingin dan kering. Bersifat dorman dan aerob. M.
Tuberculosis bisa mati pada pemanasan 100° c selama 5-10 menit, pada pemanasan 60° c
selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95 % selama 15-30 detik. Bakteri ini juga tahan
selama 1-2 jam di udara terutama di tempa yang lembab dan gelap (bisa berbulan- bulan),
tetapi tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara ( Widoyono, 2008).
2.3 Klasifikasi Tuberkulosis
Ardiansyah (2012) mengklasifikasikan tuberkulosis dala dua bentuk :
2.3.1 Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis yang pertama kali mengenai penderita dan belum mempunyai reaksi
spesifik sebelumnya terhadap bakteri TB. TB primer merupakan infeksi yang bersifat
sistemik.
2.3.2 Tuberkulosis Sekunder
Sebagian kecil dari bakteri TB masih hidup dalam keadaan dorman dalam jaringan
parut. 90 % diantaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktifitas penyakit TB terjadi
bila daya tahan tubuh menurun( terutama pada anakanak ) , pecandu alkohol, silikosis,
dan pada penderita diabetes militus serta AIDS.
2.4 Manifestasi Klinis Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis ini pada umumnya menimbulkan tanda dan gejala yang sangat
berbeda- beda pada masing- masing penderita, ada yang tidak bergejala namun ada juga yang
bergejala sangat akut. Tanda- tanda dan gejala penderita TB pada anak menurut Depkes RI,
2013 adalah :
a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badab tidak naik dengan adekuat atau
tidak naik dalam I bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
b. Demam lama (≥ 2 minggu ) dan / berulang tanpa sebab yang jelas. Demam umumnya
tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifuk pada TB anak apabila
tidak disertai dengan gejala- gejala sistemik lainnya.
c. Batuk lama ≥ 3 minggu
d. Nafsu makan tidak ada, atau berkurang, disertai dengan gagal tumbuh
e. Malaise, anak kurang aktif bermain.
f. Diare persisten/ menetap yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare
2.5 Patofisiologi Tuberkulosis
Patofisiologi Tempat masuknya kuman M.TB adalah saluran pernafasan. Kebanyakan
infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi TB. Infeksi TB dikendalikan oleh
respon imunitas yang diperantarai oleh sel. Sel fektornya adalah limfosit ( biasanya sel T )
dan makrofag (Price, 2006). Individu yang rentan dan menghirup basil tuberkulosis akan
mudah terinfeksi. Bakteri dapat berpindah melalui jalan nafas ke alveoli, tenpat
berkumpulnya bakteri tersebut dan berkembangbiak. Basil tersebut juga dapat berpindah
melalui sistem linfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainya seperti ginjal, tulang, korteks
serebri, dan lobus atas paru-paru. Sistem imun tubuh hospis berespon dengan melakukan
reaksi inflamsi. Fagosit (neutropil dan makrofag) memakan banyak bakteri, limfosit spesifik
bakteri tuberkulosismelisis basil dan jaringan normal. Reaksijaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya
terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan (Beunner dan Suddarth dalam Smelzert, 2002).
Patogenesis tuberkulosis pada individu imunokompeten yang belum pernah terpajan berfokus
pada pembentukan imunitas seluler yang menimbulkan resistensi terhadap organisme dan
menyebabkan terjadinya hipersensitivitas jaringan terhadap antigen tuberkular
(Robbins,2007). Massa jaringan baru yang di sebut dengan granulomas, yang merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati. Dikelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding protektif. Granulomas tersebut diubah menjadi massa jaringan fibrosa.
Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberken ghon. Bahan ( bakteri dan makrofag )
menjadi nekrotik dan membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi
dan membentuk skar kolagenosa.
2.6 frekuensi TBC
Frekuensi : merupakan upaya melakukan kuantifikasi/ proses patologis atas kejadian
untuk mengukur besarnya kejadian/ masalah serta melakukan perbandingan dimana
frekuensi mengambil data pada suatu tempat dengan menanyakan tentang perbedaan antara
orang yan sakit dan yang sehat kemudian membandingkan keduanya (Abdel R. Omran,
1974).
2.7 Distribusi TBC
adalah menunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit
atau masalah kesehatan, epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut menurut karakter/
variabel orang, tempat, waktu (siapa, kapan dan dimana penyakit tersebut terjadi). Distribusi
penyakit diperlukan untuk menjelaskan pola penyakit serta merumuskan hipotesis tentang
kemungkinan faktor penyebab/ pencegah. Dalam menganalisis penyakit TBC yang perlu di
perhatikan yakni dari segi fisiknya dan pencegahan yang harus dilakukan untuk menangani
penyakit tersebut yang terjadi pada penderita (Abdel R. Omran, 1974).
2.8 Determinan TBC
Determinan adalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi risiko
terhadap terjadinya penyakit/ masalah kesehatan. Dalam menginvestigasi penyakit TBC
pada suatu daerah stelah mengetahui jumlah penyakit, faktor penyebab, selanjutnya harus
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor utama penyebab penyakit TBC tersebut
sehinggah menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat dan mengakibatkan
kematian (Abdel R. Omran, 1974).
2.9 Endemi
Endemi adalah penyakit yang muncul dan menjadi karakteristik di wilayah tertentu,
misalnya penyakit malaria di Papua. Contoh penyakit lainnya di Indonesia yaitu Demam
Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini akan selalu ada di daerah tersebut, namun dengan
frekuensi atau jumlah kasus yang rendah (Ratna Dhelva, 2018).
2.10 Epidemi
Epidemi terjadi ketika suatu penyakit telah menyebar dengan cepat ke wilayah atau
negara tertentu dan mulai memengaruhi populasi penduduk di wilayah atau negara
tersebut. Contoh penyakit TBC yang terjadi di negara indonesia (kemenkes) (Ratna
Dhelva, 2018).
2.11 Pandemi
Pandemi adalah wabah penyakit yang terjadi serempak dimana-mana, meliputi daerah
geografis yang luas (seluruh Negara/benua). Dengan kata lain, penyakit ini sudah
menjadi masalah bersama bagi seluruh warga dunia. Contoh penyakit pandemi:
HIV/AIDS dan COVID-19. Influenza juga dahulu pernah menjadi penyakit kategori
pandemi dan menyebar seluruh dunia (Ratna Dhelva, 2018).
2.12 Propagate source
propagated atau progressive epidemic adalah Bentuk epidemi dengan penularan dari
orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama
pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang
ke orang baik langsung maupun melalui vektor,  relatif lama waktunya dan lama masa
tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang
rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota
masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus. Contoh penyakit TBC yang mana penyakit tersebut merupakan
penyakit yang mudah menyebar dari orang ke orang dan penyakit ini paling banyak di
daerah geografis yang memiliki iklim tropis tinggi, seperti di nidonesia yang memiliki
iklim tropis tinggi tersebut.(Antiyahti, 2017).
2.13 Comon source
common source epidemic adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh
terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam
waktu yang relatif singkat.  Adapun Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan
umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka,
menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya
hanya dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan ke dua (Antiyahti, 2017).
2.14 Jajaring epidemiologi penyakit TBC

Manusia

(Host)

Microbacterium Factor lingkungan


tuberculosis
(Agen) (Inveropment)

(Ramadhoni, 2020).
2.15 Faselaten Penyakit TBC
Proses pertama terjadinya penyakit TBC ada dua tahap :
Tahap pertama : bakteri penyebab tuberkulosis yang terhirup akan berdiam di paru-
paru tanpa menimbulkan gejala atau menginfeksi orang lain. Bakteri biasanya tetap ada
di dalam tubuh sambil menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika daya
tahan tubuh sedang lemah atau menurun (Kemenkes, 2018).
Tahap kedua : Dimana seseorang setelah terpapar bakteri MTB bakteri tersebut akan
mengikubasi dirinya di dalam tubuh manusia selama 7-14 hari kemudia akan
menimbulkan gejalah. gejala tuberkulosis, seperti batuk lebih dari tiga minggu, batuk
berdarah, demam, keringat dingin di malam hari, dan berat badan turun drastis
(Kemenkes, 2018).
2.16 Fase pradormal
Pada fase ini seseorang akan mengalami kelainan pada dirinya baik secara fisik dan
biologis. Dimana aktivitasnya mulai terganggu dan sensitive terhadap orang-orang
(Kemenkes, 2018).

2.17 Fase akut TBC


Pada fase ini seseorang mulai mengalami sakit dengan merasakan gejalah yang
timbul pada dirinya seperti batuk secara berlebihan hinggah mengeluarkan darah, tidak
ada nafsu makan dan tubuhnya lemah dan menurun (Kemenkes, 2018).
2.18 Resolusi penyakit TBC
Solusi dalam menangani penyait TBCyakni dengan melakukan pengobatan selama 6
bulan dan pasien tidak boleh di jauhi oleh keluarga terdekatnya ataupu orang-orang yang
ada di sekitarnya (Kemenkes, 2018).
2.19 Bagan penyakit TBC

penderita Hoplat yang di


keluarkan
penderita

Orang Orang
orang yang orang yang
terjangkit terjangkit

Gejalah Paru-paru

Sakit
Proses penularan penyakit TBC

2.20 Langkah-langkah inestigasi penyakit TBC


1. Konfirmasi : dalam menentukan penyakit TBC sebagai wabah pad masyarakat yang
harus dilakukan yakni dengan mencari tahu sebab tejadinya pranyakit tersebut dengan
meminta hasil dari labortorium.
2. Meminta data pada pihak setempat seperti kepala desa, puskesmas, dinas kesehatan, dan
provinsi. Kemudian kaitkan dengan definisi dari wabah.
3. Keterkaitan hubungan adanya letusan/wabah dengan factor-faktor meliputih orang, tempat
dan waktu. Contoh : penyakit TBC menyerang laki-laki dan wanita, tempatnya di kota
tengah dan pertama kali terjangkit.
4. Rumusan suatu hipotesa sementara yakni dengan mengambil sampel (sputum) yang cukup
untuk di lakukan pemeriksaan di laboratorium.
5. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail untuk menguji hipotesa dengan cara
mewawancarai penderita, atau saksi yang meliatnya.
6. Laksanakan penyelidikan yang sudah di rencanakan yakni dengan melakukan surveilans
secara langsung dengan turun kelapangan untuk melihat kondisi lingkungan tempat
penyakit tersebut mewabah dimana penyakit TBC suka pad lingkungan yang lembab
(Kotor)
7. Buat analisa dan interprestasi data bahwa peanyakit TBC merupakan penyakit yang
sensitive dan mudah untuk menular kapada orang lain karena bakteri penyebab penyakit
TBC mudah untuk terjangkit kepad orang lain.
8. Pencegahan dari penyakit TBC ini dengan melakukan pengobatan 6 bulan dan lingkungan
harus bersih.sehinggah penyakit tersbut tidak lagi menyebar ke masyaralat lain.
2.21 Survailans penyakit TBC

Pengolahan Analisis
Pengumpulan
dan dan
data
enyajian interprestas
data i data
Pembuatan laporan,
Tindakan rekomendasi tindak
pencegahan dan lanjut dan diseminasi
penanggulangan
DAFTAR PUSTAKA informasi
Aru Sudoyono W, Dkk 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 5, Penerbit Buku
Kedokteran, Internal Publishing, Jakarta.
Dr.Widyono, 2011. Penyakit Tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan & Pemberantasannya,
edisi ke 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Muttaqin Arif 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan , Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Price Sylvia, M. Lorainne Wilson 2012, Patofisiologis: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit,
edisi ke 6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Syaifuddin, 2011. Fisiologi Tubuh Manusia, Penerbit Salemba Medika, Jakart
Abdel r. Omran 1974. Epidemiology is the study of disease occurance human population.

Ratna Dhelva andera, 2018. Waspada Keperawatan. Universitas Unair.

Antiyahti 2017. Http:// Antiyahti blogspot.com 2017.

Kemenkes, RI (2018). Data dan informasi profil kesehatan Indonesia 2017. Jakarta kemenkes
RI.

Anda mungkin juga menyukai