Anda di halaman 1dari 8

HELMINTHES ( CACING )

            Infeksi parasit Helmint dapat menimbulkan banyak penyakit yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup manusia, yang akan berakibat kesehatan menjadi menurun, kemunduran
pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual yang berdampak terhadap pendidikan,
aktivitas sehari-hari menjadi terganggu, keadaan fisik dan mental terganggu, pertumbuhan
menjadi tidak optimal, sehingga akan menyebabkan kesejahteraan manusia terganggu. Infeksi
parasit ini menyebabkan gangguan kesehatan kronis dengan manifestasi klinis yang tidak
nyata, beberapa penyakit akibat infeksi Helminth tersebut antara lain :
1.      Ascariasis

            Merupakan penyakit endemic di daerah tropis dan subtropis tetapi secara sporadis
dapat terjadi di seluruh dunia. Penduduk pedesaan dengan kondisi sanitasi yang buruk
mempunyai resiko yang tinggi terhadap infeksi cacing ini. Orang dewasa  biasa terinfeksi
karena makan sayur mentah yang terkontaminasi oleh telur cacing ini baik dari feces
penderita maupun dari tanah yang tercemar feces penderita, sedangkan pada anak – anak
biasa terinfeksi dengan jalan tangan ke mulut ( hand to mouth) atau karena kebiasaan
mengulum benda – benda atau mainan yang terkontaminasi telur cacing ini. Pemakaian
sepatu dan sistim pembuangan feces yang memenuhi syarat menurunkan tingkat infeksi.
Gejala klinik pada ascariasis dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa maupun larva : 
           Mual serta sakit perut yang tidak nyata 
           Menimbulkan rasa tidak enak di perut
           Peritonitis
           Menyebabkan sumbatan pada lumen usus
           Oedema muka
           Uticaria
           Nafsu makan menurun
           Eosinofili dan alergi berupa urticaria
           Gejala infiltrasi paru
           Sindroma Lofflers
           endophthalmitis, meningitis
           Encephalitis
           Pucat lesu
           Kurus akibat defisiensi gizi dan anemia.
           Dll, (Joklik WK, 1992 ; Natadisastra D dan Agoes R, 2009 ; Neva A and Brown HW,
1994)
2.      Infeksi cacing tambang
Gejala infeksi cacing tambang dapat disebabkan oleh larva maupun cacing dewasa.
Pada saat larva menembus kulit terbentuk maculopapula dan erithema yang sering disertai
rasa gatal (ground itch). Migrasi larva ke paru dapat menimbulkan bronchitis atau
pneumonitis. Cacing dewasa yang melekat dan melukai mukosa usus akan menimbulkan
perasaan tidak enak di perut, mual dan diare. Seekor cacing dewasa mengisap darah 0,2 – 0,3
ml/hari, sehingga dapat menimbulkan anemia progresif, hypokromik, mikrositer, type
efisiensi besi. Biasanya gejala klinik timbul setelah tampak adanya anemi, pada infeksi berat,
haemoglobin dapat turun hingga 2 gr %, sesak nafas, lemah dan pusing kepala. Kelemahan
jantung dapat terjadi karena perubahan pada jantung yang berupa hypertropi, bising katub
serta nadi cepat. Infeksi pada anak dapat Insiden kecacingan akibat cacing tambang cukup
tinggi di Indonesia, kasus penyakit ini banyak ditemukan di daerah pedesaan, khususnya pada
pekerja di daerah perkebunan yang kontak langsung dengan tanah. Penyebaran infeksi cacing
tambang ini berhubungan erat dengan kebiasaan Buang Air Besar di tanah. Kondisi tanah
yang gembur , berpasir dan temperature sekitar 23 - 32°C merupakan tempat yang paling
sesuai untuk pertumbuhan larvanya. (Onggowaluyo JS, 2001)

3.      Strongylidiasis
Infeksi yang ringan biasanya tidak menimbulkan gejala, pada infeksi sedang cacing
dewasa betina yang bersarang dalam mukosa duodenum menyebabkan perasaan terbakar,
menusuk-nusuk di daerah epigastrium, disertai rasa mual , muntah, diare bergantian dengan
konstipasi. Pada infeksi berat dan kronis mengakibatkan berat badan turun, anemi, disentri
menahun serta demam ringan yang disebabkan infeksi bakteri sekunder pada lesi usus.
Kematian dapat terjadi akibat bersarangnya cacing betina di hampir seluruh epithel usus,
meliputi daerah lambung sampai ke daerah colon bagian distal yang disertai infeksi sekunder
bakteri. (Natadisastra D dan Agoes R, 2009)

4.      Trichuriasis
Paling sering menyerang anak usia 1 – 5 tahun, infeksi ringan biasanya tanpa gejala. Pada
infeksi berat, cacing tersebar ke seluruh colon dan rectum kadang-kadang terlihat pada
mucosa rectum  yang prolaps. Infeksi kronis dan sangat berat menunjukkan gejala-gejala
anemia berat, Hb rendah sekali dapat mencapai 3 gr%, karena seekor cacing setiap hari
menghisap darah 0,005 cc, diare dengan feses sedikit dan mengandung sedikit darah, sakit
perut, mual, muntah serta berat badan menurun, kadang-kadang disertai prolapsus recti.
(Joklik WK, 1992 ; Natadisastra D dan Agoes R, 2009 ; Neva A and Brown HW, 1994)

5.      Oxyuriasis
Gejala terpenting ialah pruritis ani dan vulva. Anak sering menangis dimalam hari karena
lubang anusnya gatal.

6.      Filariasis
Cacing dewasa dalam pembuluh limfe menyebabkan proliferasi endotel. Infiltrasi eosinofil,
makrofag, limfosit, dan sel-sel raksasa yang menimbulkan obstruksi, infeksi sekunder,
fibrosis dan kalsifikasi. Akibatnya terjadi :
         Elefantiasi
         Limfangitis akut
         Abses paha
         Hidrokel, dll.
7.      Fasciolasis
Perjalanan cacing imatur melewati hati dapat menimbulkan iritasi mekanik dan toksik dengan
toksemia nekrosis dan fibrosis sekunder. Perkembangan dalam saluran empedu menimbulkan
perbesaran kialik, hiperplasia endotel dan adenomata, infiltrasi radang sekunder yang
menimbulkan fibrosis dan kolangitis. Dapat terjadi infeksi sekunder bakteri yang
menimbulkan abses, eosinifilia jelas. Cacing dapat dijumpai ektopik di paru, otak, mata, dsb. 

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT KECACINGAN


            Sampai saat ini kejadian penyakit kecacingan akibat infeksi nematoda usus golongan
Soil-Transmitted helminth masih cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor
yang menunjang, seperti :
1)      Perilaku Buang Air Besar tidak pada jamban menyebabkan terjadinya pencemaran tanah oleh
telur cacing cacing tambang sehingga meningkatkan resiko terinfeksi terutama pada orang
atau anak – anak yang tidak memakai alas kaki.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak
yang tinggal pada lingkungan rumah dengan tanah halaman terkontaminasi telur cacing
tambang memiliki resiko terinfeksi larva cacing tambang sebesar 13,0 kali lebih besar
dibanding anak yang tinggal pada lingkungan rumah tanpa kontaminasi telur cacing tambang.
(Sumanto D,2010)
2)      Anak yang tinggal dalam keluarga yang memiliki kebiasaan defekasi di kebun dan tempat
lain halaman rumah, beresiko terinfeksi cacing tambang 4,3 kali lebih besar disbanding anak
yang tinggal dengan keluarga yang memiliki kebiasaan defekasi di jamban. (Sumanto D,
2010)
3)      Sanitasi rumah merupakan faktor resiko kejadian infeksi cacing tambang, anak yang tinggal
dalam rumah dengan sanitasi yang buruk beresiko sebesar 3,5 kali lebih besar  terinfeksi
cacing tambang dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam rumah dengan sanitasi yang
baik. (Sumanto D, 2010)
4)      Anak yang mempunyai kebiasaan tidak memakai alas kaki beresiko terinfeksi cacing
tambang 3,29 kali lebih besar dibanding anak yang mempunyai kebiasan memakai alas kaki
dalam aktifitasnya sehari-hari.(Sumanto D, 2010)
5)      Anak yang mepunyai kebiasaan bermain dalam waktu yang lama di tanah, beresiko
terinfeksi cacing tambang 5,2 kali lebih besar disbanding anak yang hanya sebentar bermain
di tanah dalam sehari. (Sumanto D, 2010)
6)      Faktor iklim misalnya temperatur, kelembaban, curah hujan, mungkin merupakan faktor
penting prevalensi infeksi Soil-Transmitted Helminth di Bali. Tingkat pendidikan yang
rendah, hygiene pribadi dan lingkungan yang buruk , sosio ekonomi yang rendah dan
perilaku juga merupakan faktor lain yang berpengaruh. (Wijana DP and Sitisna P, 2000)
7)      Di Negara kaya dan maju banyak penyakit parasit yang dapat diberantas, sebaliknya pada
Negara miskin dan terbelakang memperlihatkan prevalensi parasit yang lebih tinggi.
(Onggowaluyo JS,2001)

KESIMPULAN
Infeksi akibat parasit Helminth dapat menurunkan kesejahteraan manusia, terutama
manusia yang berada pada lingkungan yang tidak menjaga kebersihan, sanitasi tidak baik,
sering buang air besar sembarangan, tempat tinggal kumuh, memasak makanan dengan
kurang baik, kalangan ekonomi rendah dan kurang pengetahuan tentang menularan infeksi
cacing. Dapat pula menyebabkan gangguan pertumbuhan, status gizi yang buruk dan daya
kognitif yang rendah pada anak (Bundy dkk, 2002).
Selain itu faktor iklim, tingkat pendidikan dan sosio-ekonomi juga mempengaruhi
tejadinya infeksi cacing, contohnya negara Indonesia merupakan daerah beriklim tropis
dengan kelembaban yang tinggi serta suhu yang menunjang perkembangan biakan larva
maupun telur cacing. Tingkat pendidikan, penduduk Indonesia sebagian besar masih tinggal
di desa-desa dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga pengertian terhadap
kebersihan pribadi dan kesehatan pribadi serta lingkungan sangatlah rendah, misalnya
kebiasaan buang besar di sembarang tempat (ditanah), tidak menggunakan alas kaki dalam
kegiatan sehari-hari di luar rumah dan sering sekali tidak mencuci tangan sebelum makan.
Sosio-ekonomi, sebagian besar masyarakat Indonesia, berpenghasilan rendah, hal ini
menyebabkan ketidakmampuan masyarakat untuk menyediakan sanitasi perorangan maupun
lingkungan akibatnya banyak terjadi infeksi seperti ascariasis, trichuriasis, oxyuriasis, dll.

Supaya infeksi parasit ini dapat menurun cara yang tepat


untuk menanggulangi dan memberantas parasit adalah dengan cara :
         Memutus lingkaran hidup cacing
         Mengobati penderita dan Pengobatan masal secara periodik
         Perbaikan kesehatan lingkungan
         Penyuluhan kesehatan masyarakat
         Memperbaiki cara dan sarana pembuangan feses
         Mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan dengan tanah dengan cara cuci bersih
sebelum makan
         Mencuci dan memasak sayur-sayuran dengan baik, 
         Menghindari pemakaian feses sebagai pupuk
sehingga masyarakat akan lebih sehat, lingkungan menjadi bersih dan kesejahteraan manusia
kembali membaik.
DAFTAR PUSTAKA 
Palgunadi, Bagus Uda. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
kecacingan yang disebabkan oleh soil-transmitted helminth di Indonesia.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran edisi khusus. Bandung :
Yrama Widya
Sumanto D. 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang pada Anak
Sekolah (Studi Kasus Kontrol di Desa Rejosari, Karangawen,
Demak. Tesis.Program Studi Magister Epidemiologi Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2333486-helmintologi/diakses pada
hari Minggu, 12 Mei 2013, pukul 10.00 WIB
http://www.forumbebas.com/thread-98100.html diakses pada hari Minggu, 12 Mei
2013, pukul 10.15 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16639/4/Chapter%20II.pdf diakse
s pada hari Minggu, 12 Mei 2013, pukul 10.18 WIB

¡Compártelo!

Label:   P enyakit  
D ipos kan oleh  D es tiana Refnida  di  07.42

1 komentar:

Hertan tio
1
mengerikan!
26 Juli 2013 21.51

Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Cari

follower

Google+ Badge
Google+ Followers

Translate

Diberdayakan oleh  Terjemahan

Lencana Facebook
Destiana Refnida Putri

Buat Lencana Anda

pengunjung

flagcounter
clock

Topics
 »Foto photoshop (3)
 »HEMATOLOGI (1)
 »makalah (4)
 »Penyakit (2)
 »puisi (3)
 »Tips untuk rambut (1)
 »Tips untuk wajah (1)
 »Tips-tips (1)
 »tugas corel draw (2)

Blogger templates

Mengenai Saya

D es tian a R efn id a  
Lihat profil lengkapku

Feedjit
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog
 ▼  2013 (18)
o ►  Juni (4)
o ▼  Mei (9)
 APPLE iPhone 5
 Infeksi cacing Helminth dan faktor penyebabnya
 PENYAKIT PHENYLKETONURIA(PKU)
 Dislipidemia
 My photo photoshop
 Mengatasi tumit kaki pecah-pecah dengan air garam
 Foto photoshop
 Foto Editan Photoshop CS4
 Manfaat Air rebusan daun sirih
o ►  April (5)

Blogger news

Blogroll
Labels
 Foto photoshop (3)
 HEMATOLOGI (1)
 makalah (4)
 Penyakit (2)
 puisi (3)
 Tips untuk rambut (1)
 Tips untuk wajah (1)
 Tips-tips (1)
 tugas corel draw (2)

confession Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger

Anda mungkin juga menyukai