Anda di halaman 1dari 8

LEPTOSPIRPSIS PADA ANJING

Dosen Pengampu Mata Kuliah Penyakit Infeksius


Prof. Dr. Drh. Mahdi Abrar. M,si

Disusun oleh:

Siti Fatimah Azzahra

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
BANDA ACEH
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leptospirosis ialah penyakit infeksius yang menyerang hewan dan manusia. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri motil yang berasal dari genus Leptospira. Leptospirosis tersebar pada
berbagai negara di dunia khususnya pada daerah dengan iklim tropis maupun subtropis yang
memiliki curah hujan tinggi, seperti Indonesia. Bakteri ini bisa hidup dan berkembang pada
ginjal hewan, selanjutnya akan ikut dibuang bersama urin sehingga dapat mencemari lingkungan.
Leptospira sp. akan memasuki inang melalui ingesti air yang tercemar leptospira, penetrasi
melalui luka terbuka, dan melalui selaput lendir yaitu konjungtiva, mulut, atau genital. Individu
yang terjangkit leptospirosis dapat menunjukkan gejala ringan sampai berat bahkan kematian.

Leptospirosis ialah penyakit menular dan zoonosis yang tersebar pada berbagai negara di dunia.
Penyebabnya yaitu bakteri dari ordo Spirochaetales, famili Leptospiraceae dan genus
Leptospira. Leptospira ialah bakteri Gram negatif, motil, memanjang, berbentuk melingkar
seperti heliks. Bakteri ini memiliki ketebalan 0,1μm serta panjang 6–20 μm. Leptosipra sp.
adalah bakteri obligat aerob, yang membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup bakterial,
sedangkan berdasarkan cara penularan, leptospirosis merupakan direct zoonosis kare- na tidak
memerlukan vektor. Leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang terinfeksi kuman
Leptospira sp. dengan reservoir utama adalah roden. Kuman Leptospira sp. hidup di dalam ginjal
penjamu reservoir dan dikeluarkan melalui urin saat berkemih. Penyakit ini gejala panas tinggi
disertai beberapa gejala gangguan syaraf serta pembesaran hati dan limpa.

Anjing ialah salah satu hewan reservoir Leptospira sp. Anjing dengan penyakit leptospirosis
ditemukan pertama kali tahun 1899. Leptospira interrogans serovar Canicola dan
Icterohaemorrhagiae ialah spesies utama yang menginfeksi anjing. Leptospirosis merupakan
penyakit yang dapat menimbulkan infeksi berat hingga kematian pada anjing dan berpotensi
ditularkan ke manusia.
BAB II

PERUMUSAN MASALAH

a. Apakah yang dimaksud dengan leptospirosis?

b. Bagaimana penularan leptospirosis dan bagaimana penyebabnya?

c. Bagaimana gejala leptospirosis pada anjing?

d. Bagaimana mendiagnosis leptosspirosis pada anjing?


BAB III

PEMBAHASAN

Leptospirosis ialah penyakit menular dan zoonosis yang tersebar pada berbagai negara di dunia.
Penyebabnya yaitu bakteri dari ordo Spirochaetales, famili Leptospiraceae dan genus
Leptospira. Leptospira ialah bakteri Gram negatif, motil, memanjang, berbentuk melingkar
seperti heliks. Bakteri ini memiliki ketebalan 0,1μm serta panjang 6–20 μm (Rasyid et al.,
2023). Leptosipra sp. adalah bakteri obligat aerob, yang membutuhkan oksigen untuk bertahan
hidup. Bakteri ini dapat bertahan hidup selama 3 minggu hingga berbulan-bulan tergantung dari
kondisi lingkungan dan spesies. Leptospira alstonii misalnya, dapat bertahan selama lima bulan
di tanah pada kedalaman tiga centimeter pada kelembaban 7,8%. Leptospira interrorgan dapat
bertahan hidup pada tanah di lingkungan tropis hingga 9 minggu. Leptospira sp. dapat
diklasifikasikan menjadi Leptospira patogen (L. interrogan) dan Leptospira saprofitik (Wiyata
dan Nugroho, 2021).

Leptospira dapat dikeluarkan dari tubuh anjing melalui urin dan kemudian dapat mencemari
lingkungan.5,6 Lingkungan yang ter- cemar oleh urin yang mengandung Leptospira merupakan
titik sentral epidemiologi lepto- spirosis.6 Leptospira mempunyai kemampuan hidup di tanah
yang sesuai selama 43 hari dan di dalam air sampai berminggu-minggu.1 Suhu hangat (25 0C),
tanah basah/lembab, dan pH tanah 6,2-8 merupakan lingkungan yang cocok untuk
perkembangan bakteri.1 Menurut World Health Organization (WHO), leptospirosis merupakan
salah satu Neglected Tropical Diaseases (NTDs), namun dapat memberikan dampak kesehatan
cukup signifikan di negara- negara tropis seperti Asia dan Amerika.7 Kasus leptospirosis pada
manusia di dunia setiap tahunnya diperkirakan mencapai 1 juta kasus dengan 60 ribu kematian.8
Kejadian leptospirosis juga diperkirakan 1.000 kali lebih banyak di negara-negara tropis
dibandingkan subtropics (Sari, 2019).

Leptospirosis juga menyebar pada pada anjing. Pada anjing berkaitan dengan gagal ginjal akut
dan penyakit hati yang disertai dengan jaundice. Beberapa kasus anjing leptospirosis pada anjing
menunjukkan suhu rendah (hipotermia) dan dapat kematian sebelum kerusakan pada hati dan
ginjal. Bakteri Lipopolysaccharide (LDS) pada bakteri leptpospira dapat tersebar dibeberapa
prgan tubuh antara lain ginjal, hati, system syaraf, limpa, mata, dan organ reproduksi. Namun
keberadaan leptospira di ginjal sulit dieliminasi, khususnya daerah glomerulus merupakan daerah
yang jarang ditemukan antibody karena ukuran antibody yang tidak dapat melewati filtrate
glomerulus (Prasetyo et al., 2018).

Penderita leptospirosis seringkali tidak terdiagnosis dengan baik karena gejala klinisnya
menyerupai hepatitis, demam enteric, meningitis, malaria, demam berdarahdan penyakit lain
yang ditandai dengn demam, sakit kepala dan nyeri sendi (Ningsih dan Wahid, 2022). Gejala
klinis infeksi leptospira pada anjing sangat bervariasi. Beberapa anjing menampilkan gejala
ringan atau tidak ada tanda-tanda penyakit, sedangkan yang lain berkembang menjadi penyakit
yang parah sampai kematian (Erika et al., 2022).

Leptospirosis menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia sel Kupffer disertai dengan kolestasis
intrahepatik dalam organ hati. Derajat ikterus biasanya berhubungan dengan keparahan nekrosis
hati. Anjing berusia kurang dari enam bulan sangat rentan terhadap insufisiensi hati berat.
Kelainan pada ginjal terjadi akibat komplek imun serta efek toksik langsung dari leptospira yang
merusak tubulus, vaskulitis, kerusakan endotel, terjadi hipoksemia, nefritis interstisial, nekrosis
tubuler akut. Nefritis dan nekrosis tubuler akut, keduanya diakibatkan akibat migrasi leptospira
ke dalam ginjal serta deposisi antigen leptospira pada glomerolus dan tubulus yang
mengakibatkan terjadinya gagal ginjal dan kematian (Mulyani et al., 2019).

Gejala leptospirosis bervariasi mulai dari demam, ikterus, dan hemoglobinuria.5 Pada beberapa
kasus, leptospirosis juga dapat menyebabkan gagal ginjal, perdarahan paru disertai gagal nafas,
jaundice, perdarahan, hingga kematian (Widjajanti, 2020). Pemeriksaan laboratorium untuk
leptospirosis umumnya menggunakan uji serologi, terutama untuk kasus akut. Pemeriksaan
penunjang yang telah dilaporkan untuk mendiagnosa leptospirosis pada anjing di Indonesia
antara lain uji hematologi dan kimia darah (Pujiyanti et al., 2019).

Pemberian antibiotic pada penderita leptospirosis harus diperhatikan dengan tujuan


mempersingkat durasi penyakit, mengurangi penularan dan menurunkan kerusakan hati dan
ginjal. Pada pasien yang mengalami gejala klinis tersebut dapat diberikan penatalaksanaan
berupa istirahat yang cukup dan pemberian antibiotik. Antibiotik segera diberikan ketika mulai
tanda dan gejala yang mencurigakan ke arah Leptospirosi (Aziz dan Suwandi, 2019).
BAB IV

KESIMPULAN
Anjing termasuk hewan reservoir dan sumber penularan leptospirosis pada manusia.
Leptospirosis dapat dicegah dengan cara vaksinasi, penggunaan desonfektan secara rutin dan
mencegah anjing berkontak langsung dengan reservoir. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis
yang disebabkan infeksi Leptospira interrogans yang merupakan pathogen untuk binatang dan
manusia . Leptospirosis menular melalui kencing dari anjing, dengan gejala ringan hingga berat
bahkan kematian bila terlambat mendapat pengobatan. Untuk anjing yang terkena penyakit
leptospirosis diberikan antibiotic dan suportif berupa isolasi dari hewan lai n.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, T. dan Suwandi, J, F. (2019). Intervensi factor resiko penularan. Majority, 8(1):232-236.

Erika., Efendi, Gunardi, S. dan Asri, K. (2022). Penggunaan Microscopic Agglunation (MAT)
dala oengdiagnosaan Leptospira sp. Di anjing. Acta Veterinari Indonesiana, 37(2):56-70.

Mulyani, G. T., Hartati, S., Wuryastuti, H., Tjahajati, I., Yuriadi., Widiyono, I., dan Yanuartono.
(2019). Identifikasi serovar penyebab leptospirosis pada anjing di Yogyakarta. Jurnal Sains
Veteriner, 3(5): 227-231.

Ningsih, I. dan Wahid, M. H. (2022). Leptospirposis ditinjau dari aspek mikrobiologi. Jurnal
Penelitian Biologi, Botani, Zoologi, dan Mirobiologi,7(1): 31-34.

Rasyid, M. F. A., Haskito, A. E. P., Prasetyo, D. dan Anisa, A. K. (2023). Leptospirosis pada
anjing periode 2012-2021. Journal of Applied Veterinary Science and Technologi, 4(2):52-60.

Pujiyanti, A., Putro, D. B. W., Mulyono, A. dan Setyawati, P. (2019). Pengetahuan petugas
kesehatan dan lintas sector. Jurnal Veteriner, 2(1):39-46.

Prasetyo, D., Nisa, K. dan Pamungkas, I. N. (2018). Suspect leptospirosis pada anjing local mix.
Veterinary Latters, 2(4): 75-76.

Sari. (2019). Lrptospirosis di Indonesia. Balai Penlitian dan Pengembangan Kesehatan


Banjarnegara, 1(2):23-27.

Widjajanti, W. (2020). Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan leptospirosis. Journal Heal


Epidemiol Commun, 5(2): 62-68.

Wiyata dan Nugroho, (2021). Leptospiropsis pada anjing di Indonesia. Veterinary Biomemedical
and Clinical Journal, 3(2): 7-22.

Anda mungkin juga menyukai