Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REPORT

PENGAJARAN PROSA, PUISI DAN DRAMA

DOSEN PENGAMPU : Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd.


OLEH :
NAMA : JOY FIRDAUS SILALAHI
NIM : 2212411015
KELAS : REGULER F
MATA KULIAH : PENGAJARAN PROSA, PUISI DAN DRAMA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report yang berjudul
“Pengembangan Prosa” dengan tepat waktu. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Critical
Book Review mata kuliah pengajaran prosa, puisi, dan drama. Penyusun juga berterima kasih kepada
Ibu Dosen Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. . yang sudah memberikan bimbingan dan saran dalam
terwujudnya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas Critical jurnal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penyusun mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semua kritik, saran, dan
petunjuk yang diberikan akan diterima dengan senang hati. Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, November 2022

JOY FIRDAUS HAMONANGAN SILALAHI


2212411015
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2
BAB 1 ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR .................................................................................. 4
B. TUJUAN PENULISAN CBR .................................................................................................... 4
C. MANFAAT CBR ...................................................................................................................... 4
D. IDENTITAS BUKU YANG DIREVIEW.................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................................ 6
RINGKASAN ISI BUKU......................................................................................................................... 6
A. RINGKASAN BUKU UTAMA ................................................................................................ 6
B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING................................................................................... 13
BAB III .......................................................................................................................................... 17
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 17
A. PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 17
B. KEUNGGULAN BUKU ......................................................................................................... 17
C. KEKURANGAN BUKU......................................................................................................... 18
BAB IV ........................................................................................................................................... 20
PENUTUP ...................................................................................................................................... 20
A. KESIMPULAN ...................................................................................................................... 20
H. SARAN .................................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 21
BAB 1

PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR


Dalam sistem pembelajaran dalam perkuliahan, seorang mahasiswa dituntut membuka pintu pikiran
yang luas terhadap aspek-aspek pendukung pembelajaran tersebut. Salah satu aspek didapatkan dengan
mengkritisi sebuah ilmu kajian yang didapat dengan cara membaca serta membandingkan teori-teori
dalam buku yang satu dengan buku lainnya. Cakupan tersebut dapat diinterpretasikan dalam bentuk
tugas Critical Book Report(CBR).CBR ini mampu mengolah cara berpikir kritis mahasiswa dalam
mengkaji sebuah teori yang berasal dari kegiatan membandingkan teori yang didasarkan pada
pengetahuan dari berbagai sumber.

B. TUJUAN PENULISAN CBR


Tujuan dibuatnya tugas Critical Book Report(CBR) ini adalah sebagai bentuk penyelesaian tugas mata
kuliah Pengajaran Puisi Prosa Dan Drama. Selain itu, tugas CBR ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan mahasiswa mengenai konsep dalam sebuah buku,meningkatkan cara berpikir kritis
mahasiswa dalam membandingkan sebuah buku,serta menguatkan pemahaman mahasiswa mengenai
penilaian terhadap buku yang diulas.

C. MANFAAT CBR
Manfaat penulisan CBR:
1) Sebagai salah satu bentuk pengasahan cara berpikir kritis seorang mahasiswa dalam membandingkan
sebuah buku.
2) Sebagai sumber referensi agar pembaca mengetahui isi kajian buku yang dibandingkan
3) Sebagai referensi pembaca untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan isi buku.

D. IDENTITAS BUKU YANG DIREVIEW


a. BUKU UTAMA
1. Judul : Pengajaran Prosa Puisi Dan Drama
2. Edisi :-
3. Pengarang : Trisnawati Hutagalung,dkk
4. Penerbit : CV Kencana Emas Sejahtera
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit :2020
7. ISBN : 978-623-7690-94-8
b. BUKU PEMBANDING
1. Judul : Kajian Apresiasi Prosa Fiksi
2. Edisi : -
3. Pengarang : Dr. Haslinda, S.Pd., M.Pd.
4. Penerbit : LPP Unismuh Makasar
5. Kota terbit : Makasar
6. Tahun terbit : 2019
7. ISBN : 978-602-8187-87-9
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. RINGKASAN BUKU UTAMA


BAB I (PROSA)
a) Pengertian Prosa
Kata prosa diambil dari bahasa Inggris, prose. Kata ini sebenarnya mengacu pada pengertian yang lebih
luas, tidak hanya mencakup pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya non
fiksi. seperti artikel, esai, dan sebagainya. Menurut Muliadi (2017.1) pada jurnal Hakikat Prosa dan
Unsur-Unsur Cerita Fiksi mengatakan bahwa fiksi atau prosa "adalah salah satu jenis genre sastra, di
samping genre lainya, genre lain yang di maksud ialah puisi dan drama Prosa termasuk karya sastra
yang disebut, cerpen, cerber, dan novel" Secara umum prosa/fiksi memiliki arti sebuah cerita rekaan
yang kisahannya mempunyai aspek tokoh, alur, tema, dan pusat pengisahan yang keseluruhannya
dihasilkan oleh daya imajinasi pengarang.
b) Jenis-Jenis Prosa
Prosa Lama Muliadi (2017 4) Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan,
disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Jadi, prosa lama adalah karya sastra yang belum
terpengaruh oleh budaya barat atau budaya asing. Menurut H.B Jassin , prosa lama memiliki juga ciri-
ciri diantara lain :
 Bersifat Statis; Prosa lama memiliki bentuk sama, pola-pola kalimatnya sama, banyak kalimat dan
ungkapan yang sama, tema ceritanya sama sesuai dengan perkembangan masyarakat yang lambat.
 Diferensiasi sedikit; Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena
perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
 Bersifat tradisional; Prosa lama bersifat tradisional, kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang
sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang.
 Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat(anonim); Prosa lama
merupakan milik bersama yaitu menggambarkan tradisi masyarakat yang lebih menonjolkan
kekolektifan daripada ke individualan.
 Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun ; Sejarah menurut pengertian lama adalah
karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa
memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis) sehingga alur cerita
sulit dipahami.
 Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional ; Bahasanya bersifat Llise, bahasanya
dipengaruhi oleh kesustraan Budha dan Hindu yang sulit untuk dipahami dan dipengaruhi bahasa
Melayu
 Sifatnya fantasis tau khayal; Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca
dibawa ke dalam khayal dan fantasi

Berikut adalah jenis-jenis prosa lama,


1. Hikayat; Menurut KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk. sastra yang berisi
cerita, undangundang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau
gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang atau sekedar
untuk meramaikan.
2. Sejarah (Tambo); Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , sejarah berupa pengetahuan atau
penjelasan tentang kejadian (peristiwa) yang sudah benar terjadi dimasa lampau.
3. Kisah ; Menurut KBBI Kisah adalah cerita tentang kejadian (riwayat dan sebagainya) dalam
kehidupan seseorang dan sebagainya.

BAB II (PENGAJARAN DRAMA DI SEKOLAH)


a) Pengajaran Drama
Menurut Waluyo(2006: 162-164) pembelajaran drama di sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam
dua golongan, yaitu:(1) pembelajaran teks drama yang termasuk sastra, dan (2) pementasan drama yang
termasuk bidang teater. Dalam pembelajaran teks drama ini, dianjurkan pula untuk mementaskan
meskipun 1 semester mungkin hanya dua atau tiga kali pementasan sederhana. Dalam pementasan
drama dibahas pementasan drama di kelas ( untuk demonstrasi ) dan pementasan untuk sekolah yang
ditonton oleh seluruh siswa di sekolah itu pementasan jenis pertama dilakukan oleh guru bahasa
Indonesia, sedangkan pementasan jenis kedua biasanya dilakukan oleh teater sekolah atau atas
kerjasama guru bahasa Indonesia, teater sekolah, dan OSIS.Adapun kesulitan-kesulitan dalam
pembelajaran drama di sekolah antara lain adalah:

 Kekurangan pelatih atau sutradara yang dedikatif.


 Kekurangan naskah drama yang cukup pendek dan temanya relevan dengan tuntutan sekolah.
 Kekurangan peserta yang dedikatif dalam berlatih.
 Kekurangan fasilitas pentas
 Kekurangan biaya latihan dan biaya pementasan
 Kekurangan petugas teknis dan artistic

b) Manfaat Prosa
Dikutip dari jurnal Muhammad (2018) kunci bermain drama dalam konteks kompetensi
pembelajaran tidak berarti harus pentas dalam skup besar, namun sangat bergantung pada kapasitas dan
kondisi serta dukungan yang tersedia disekolah. Pementasan drama dapat pula digabung dengan materi
karya sastra lain seperti prosa, teks prosa dapat dipentaskan sebagai bahan sosiodrama. Dengan kata
lain pementasan drama dapat menempel pada materi lain yang senada.
Terkait dengan kompetensi sastra, (Endraswara , 2003:252-253) meyatakan bahwa pementasa drama
akan membawa peserta didik agar dapat :
1. Berlatih menjadi actor, atau pemain peran yang handal, dapat menangis, marah, gembira dan
segala keseimbangan emosi.
2. Siswa akan semakin paham dengan orang lain, apa yang dirasakan pihak lain dalam drama dan
bagaimana mereka harus bertindak serta bagaimana berdialog.
3. Melalui pementasan , siswa akan semakin percaya diri.
4. Siswa akan semakin terampil berekspresi sehingga dapat menjadi actor apa saja.

Jadi , dapat disimpulkan pembelajaran drama membawa pengaruh yang baik , sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Endraswara, 2003 : 252-253. Peserta didik dibawa untuk memahami orang lain,
bagaimana seseorang seharusnya bertindak, juga berdialog atau berkomunikasi dengan lawan
main/lawan bicara. Peserta didik juga tidak boleh malumalu dalam mengungkapkan ekpresi dan
berdialog ketika pementasan berlangsung. Untuk itu, secara tidak langsung pembelajaran drama akan
membawa peserta didik untuk tampil di depan umum dengan lebih percaya diri.
Hidayat (2010) dalam jurnal komunika mengatakn bahwa keterampilan bermain drama adalah
kreativitas seseorang untuk menajamkan bentuk komunikasi dengan realitas melalui ‘seni
keberpurapuraan”. 1 bentuk –bentuk ekspresi yang diharuskan sesuai dengan naskah, senyatanya
bukanlah diri sendiri, melainkan menjadi orang lain. Adanya naskah menuntut actor untuk
menyampaikannya dengan dialog dan cata yang berbeda pula dihadapan penonton.
Setiap pertunjukan drama selalu membangun komunikasi antara 3 komponen yaitu penulis naskah,
pemain dan penonton. Hal ini dimulai dengan adanya ide yang melahirkan naskah untuk dipentaskan
menjadi pertunjukan drama. Naskah drama ada yang menyejajarkan dengan karya sastra seperti puisi
dan prosa, karena memiliki bahasa imajinatif dalam pengungakapnnya. Adapun kekuatan utama dari
naskah drama adalah bentuk dialognya yang mampu memainkan konflik sehingga memunculkan
beragam emosi dan ekspresi.
Naskah drama yang berupa teks dialog, yang dalam hal ini dapat dikatakn sebagai wacana , baik
berdasarkan tuturannya, media penyampaian, maupun sifatnya. Naskah drama ketika masih dalam
bentuk naskah, berdasarkan sifatnya merupakan wacana dramatic, dan ketika telah dipentaskan dalam
panggung menjadi wacana lisan, baik monolog, dialog maupun epilog. Dalam pementasan naskah
drama menjadi tindak percakapan, dimana narasi actor yang berupa dialog-dialog adalah interaksi.
Disini teks drama yang pada mulanya merupakan ide dari seseorang pengarang menjadi dunia panggung
yang imajinatif sebagai representasi dari realitas. Ekspresi sedih, senang, maupun marah akan
didapatkan oleh actor dengan adanya system penandaannya atau realitas.
Interaksi antar pelaku/tokoh yang mementaskan drama dengan penonton adalah ketika pelkau sedang
memainkan peran diatas panggung dan disambut dengan respon penonton yang berupa ekspresi. Jadi
dialog/ teks drma yang ditulis oleh penulis naskah , pemain/pemeran, dan penonton saling berkaitan
dan hal itu yang merupakan bentuk dari komunikasi antar penulis naskah, pemeran dan penonton.

c) Menginterpretasikan Drama
Interpretasi adalah salah satu kegiatan penafsiran atau memberikan pendapat tentang sebuah karya.
Dalam hal ini karya yang akan kita tafsirkan ialah teks drama. Interpretasi teks drama atau drama yang
telah kita tonton adalah sebuah kegiatan meberikan pendapat terhadap karya/ pementasan sesuai dengan
apa yang ada dipikiran atau perasaan kita sebagai pembaca atau penonton. Adapun langkah dalam
menginterpretasikan sebuah teks drama atau drama , sebagai berikut :

 Membaca/ menyimak/ mendengarkan drama atau teks drama.


 Analisi unsur intrinsic dari drama tersebut.
 Tafsirkan isi drama dalam paragraph singkat / memberikan pendapat mengenai isi teks drama
tersebut.
 Analisi kelemahan dan kelebihan drama.
 Rangkum seluruh rangkaian peristiwa yang ada pada drama tersebut.
 Certakan kembali isi drama tersebut menggunakan bahasamu sendiri.
Bermain drama harus memperhatikan beberapa aspek menurut Suyoto(dalam Wulandari, 2015:58)
aspek yang harus diperhatikan adalah pelafalan, intonasi, ekspresi, penghayatan, tata busana, blocking.
Lebih lengkapnya dijelaskan oleh saptaria (2006) (dalam Jari, 2019:124) ia memaparkan aspek-aspek
memerankan drama meliputi, pelafalan, intonasi, ekspresi, improvisasi, dan gestur tubuh. Berikut ini
penjelasan dari beberapa aspek di atas.
 Pelafalan; Hariningsih(2008) (dalam Wulandari, 2015:58) menyatakan bahwa "pelafalan yaitu
cara orang, sekelompok orang atau masyarakat mengucapkan bunyi bahasa". Dalam
pementasan drama seseorang diharuskan mengeluarkan suara untuk menyebutkan dialog-
dialog yang sudah ditentukan.
 Intonasi; Hardani Wati(2003) (dalam Wulandari, 2015:58) menyatakan bahwa "intonasi adalah
tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog". Intonasi sangat diperlukan
dalam pementasan agar orang yang menyaksikan pementasan drama dapat dengan jelas
mendengarkan dan memahami alur cerita dalam drama.
 Ekspresi/Mimik; Wiyanto (2002) (dalam Wulandari, 2015:60) mengatakan bahwa "mimik
adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang ditunjukkan oleh
pemain kepada penonton. Senada dengan pendapat harimawan (1988) (dalam Aprinawati,
2017:47) pernyataan atau perubahan muka, mata, mulut, bibir, hidung, dan kening. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ekspresi/mimik adalah ekspresi perubahan wajah saat memerankan
drama
 Improvisasi; Rendra(2013) (dalam Santosa, 2017:95) menyebutkan improvisasi sebagai ciptaan
spontan seketika itu juga. Improvisasi digunakan untuk memberikan kesan menarik penonton
dalam memahami isi drama.
 Gestur tubuh; Gesture adalah bahasa tubuh yang memiliki arti dalam komunikasi, bisa disebut
isyarat. Senada dengan Wiyanto(2012) dalam skripsi prawesti yang berjudul "peningkatan
keterampilan mengungkapkan gerak-gerik, mimik, dan intonasi sesuai dengan watak tokoh
dalam pementasan drama menggunakan metode suggestopedia dan teknik bermain peran
dengan media film Loop pada peserta didik kelas 11 SMA Muhammadiyah 1 Sragen "ia
mengungkapkan bahwa gerak-gerik adalah perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-
gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa gesture adalah suatu gerakan yang berasal dari pemain drama yang bertujuan untuk
menguatkan pesan yang terkandung dalam drama.

d) Strategi Pembelajaran Drama


Adapun strategi pembelajaran drama dapat dilakukan dengan pembelajaran yang bersifat kooperatif.
Dalam jurnal Universitas Muslim ndonesia, Sumi Adi dan Widya mengemukakan pendapat bahwa ciri
pembelajaran kooperatif adalah:

 Setiap anggota memiliki peran,


 Terjadi hubungan Interaksi langsung di antara siswa,
 Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
kelompoknya tanda Komar guru membantu mengembangkan keterampilan keterampilan
interpersonal kelompok, dan
 Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

BAB III (CERPEN)


a) Pembelajaran Menulis
Menurut Anita dkk (2016) menyatakan bahwa pembelajaran menulis adalah bagaimana menulis itu
diajarkan dalam jenjang pendidikan Kemudian dalam Kurikulum 2013 pembelajaan menulis teks
memiliki jenis- jenis diantaranya yaitu seperti deskripsi, menceritakan, prosedur, laporan eksplanasi,
eksposisi, diskusi, surat, iklan, catatan harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, cerpen, dan fiksi
sejarah.
Menurut Modjo (2011) (dalam Sarah), menyatakan bahwa konsep dasar pembelajaran menulis ada
empat, yaitu sebagi berikut

 Merupakan hasil dari sebuah proses


 Kemampuan untuk mengorganisasikan pikiran
 Kemampuan menggunakan diksi dan struktur
 Merupakan respon dari sebuah stimulus

b) Pengertian Cerita Pendek (Cerpen)


Cerita pendek adalah jenis karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan manusia lewat tulisan
pendek tanpa harus memaparkan pengalaman yang sesungguhnya dan merupakan salah satu karya
sastra yang produktif. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen
1. Unsur Instrinsik;Unsur intrinsik adalah unsur yang berasal dari dalam cerita tersebut tanpa pengaruh
dari luar.
 Tema. Tema sendiri merupakan gagasan, ide, atau pikiran utama yang digunakan untuk menjadi
dasar sebuah cerita pendek.
 Alur. Plot atau alur cerita merupakan jalannya cerita yang dihasilkan dari hubungan sebab dari
cerita itu sendiri. Jalan cerita tersebut kemudian dapat dibagi kembali berdasarkan pola arah
gerak ceritanya atau urutan pengisahanya, alur cerita dapat dibagi menjadi dua, yaitu alur maju
dan alur mundur.
 Setting. Latar sendiri biasanya ada 3 yaitu latar tempat, waktu dan suasana.
 Penokohan. Penokohan merupakan cara pengarang menyampaikan kepada pembaca mengenai
karakteristik tokoh yang memerani karakter itu melalul jalan ceritanya.
 Sudut Pandang sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam suatu cerita atau dapat
disebut juga dengan point of view.
 Gaya bahasa. Style atau gaya (Bahasa), adalah unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam
sebuah pendek dan dapat membangun atau menciptakan teknik bercerita yang khas.
 Amanat atau pesan, merupakan ajaran (moral, etika, estetika, dan sebagainya) atau pesan
didaktis/kependidikan lainnya yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui
karya ceritanya.

2. Unsur Ekstrinsik; Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur atau faktor yang berada di luar cerpen, namun
berkaitan dengan cerpen tersebut. Menurut Nurhayati (2019: 147). Unsur ekstrinsik cerpen terbagi atas
beberapa bagian sebagai berikut.
 Latar belakang pengarang, seperti pendidikan, kondisi, keluarga, jenis kelamin, usia dan
sebagainya atau lebih singkatnya dapat dikatall unsur yang berasal dari diri si pengarang.
 Waktu tempat penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya idiologi’ politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan ketika cerpendiciptakan.
c) Tujuan Dan Manfaat Pembelajaran Cerita Pendek
Tujuan pengajaran karya sastra adalah untuk mendorong sikaP siswa dalam mengapresiasi karya sastra
cerpen tersebut. Sikap apresiatif disim berarti sikapmenghargai sekaligus mencintai Adapun sikap
apresiatif atau penghargaan terhadap karya sastra cerpen dapat dilihat dari
Siswa membicarakan dan mendengarkan cerita atau karya yang
berkualitas
 siswa menjadi gemar mengoleksi karya sastra
 siswa mengikuti atau menghadiri diskusi terkait karya sastra
 siswa gemar melihat, membaca, hingga mengumpulkan ulasanulasan mengenai karya sastra
 Siswa biasanya gemar membantu orang lain dalam menelaah atau
 mengidentifikasi maupun memahami suatu cerpen
 Siswa dapat menikmati nilai-nilai yang terkandung dibalik suatu karya
Manfaat Pembelajaran Cerpen
Dengan adanya minat dan kegemaran siswa dalam pembelajaran cerpen, maka pembelajaran akan lebih
Ineningkat kualitas keefektifannya dan siswa dapat dengan mudah mengapresiasi sebuah karya sastra
baik yang berupa cerpen sekalipun. Selanjutnya, siswa akan memiliki kesadaran terhadap pentingnya
mengapresiasi karya sastra cerpen. Cerita pendek juga bermanfaat sebagai pengajaran budaya kepada
siswa. Melalui cerita pendek daerah lokal yang biasanya menyangkut nilai-nilai budaya, otomatis
budaya akan tersebar dan menambah nilai pengetahuan bagi siswa.
d) Strategi (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) 3M Dalam Cerpen)
Strategi hasil pengembangan dari strategi copy the master adalah strategi 3M (Meniru-Mengolah-
Mengembangkan). Secara harfiah, copy the master adalah bahasa yang berasal dari bahasa Inggris yang
artinya adalah model untuk ditiru. Menurut jurnal yang ditulis oleh fitri (2012:15) menjelaskan bahwa
model tersebut adalah hal yang harus dibaca terlebih dahulu, kemudian pahami bentuk dan isinya,
dianalisis ser'ta membuat kerangkanya, serta melakukan hal-hal lain yang perlu, baru setelah itu
waktunya untuk menulis. Ketika proses menulis tentu dilarang meniru bahkan mencontek seluruhnya
dari model. Jadi, metode copy the master di atas jika dihubungkan dengan Pemodelan cerpen adalah
siswa dapat meniru unsur-unsur pembangun misalnya penokohan dalam cemen, latar, sudut pandang
dan lain sebagainya.
Tahap Strategi 3M
 Meniru ;Meniru dalam langkah ini bermaksud bahwa siswa mempersiapkan bahan lintuk ia
tulis. Sebelum menulis, siswa harus menemukan ide terlebih dahulu dengan membaca
kunjpulankumpulan cerpen.
 Mengolah ; Dalam langkah Inengolah siswa dituntut untuk membangkitkan unsur- Unstir
dalam cerpen. Setelah siswa memiliki ide atau gagasan, langkah selanjutnya ialah membangun
unsur-unsur cerpen, baik itu unsur intrinsik maupun ekstrinsik
 Mengembangkan; Dalam langkah mengembangkan ini, siswa bebas dalam berimajinasi.
Maksudnya adalah setelah siswa menemukan ide, membangkitkan unsur- unsur cerpen,
langkahs elanjutnya siswa mengembangkan isi dari cerita yang ia tulis.

BAB IV (PENGAJARAN PUISI)


Secara etimologi kata puisi berasal dari bahasa Yunani " poema" yang berarti membuat, sementara "
poesis" yang berarti pembuat, pembangun, atau pembentuk. Secara lugas, puisi adalah hasil yang
dicapai seseorang jika seseorang mampu bermain - main dengan bahasanbya karena pencapain tertinggi
manusia dalam menggunakan bahasa dengan tujuan keindahan, makna tertentu, rasa tertentu yang ingin
disampaikan penggunanya.
Puisi memiliki unsur pembangun yang jalin menjalin atau saling berkaitan satu sama lain, sehingga
membengun satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Selain itu menuruy Darmuki dkk, ( 2017)
pada jurnal Evaluating Information processing based learning cooperative model on sepaking skill
course menyatakan ada beberapa langkah yang diterapkan dalam membaca puisi yaitu membentuk
kelompok yang beranggotakan empat orang secara heterogen, guru memberikan beberapa jenis puisi
dengan topik pembelajaran, siswa berkerjasama saling membacakan puiai di dalam kelas, tema menilai
puisi dilakukan rekan sejawat, guru mengakumulasikan nilai sari rekan sejawat dan membuat nilai rata
rata.
BAB V (MODEL PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH)
Kata ‘sastra’ dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa sansekerta, kata ‘sas’ dalam kata kerja turunan
berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata ‘tra’ biasanya
menunjukkan alat atau sarana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari kata sastra
adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki ciri keunggulan, seperti
keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Pendapat Anonim (Syarifudin dkk, 2019:
3) dalam jurnal yang berjudul strategi pengajaran sastra, menjelaskan bahwa sastra didefinisikan
sebagai segala hasil aktivitas bahasa yang bersifat imajinatif, baik dalam kehidupan yang tergambar
didalamnya, maupun dalam hal bahasa untuk menggambarkan kehidupan itu. Menurut (Tindaon, 2012:
3) dalam jurnalnya yang berjudul pembelajaran sastra sebagai salah satu wujud implementasi
pendidikan berkarakter, menyatakan pembelajaran sastra mencakup hal-hal berikut : Menulis sastra :
menulis puisi, cerpen, novel, dan drama. Membaca sastra : membaca karya sastra dan memahami
maknanya, baik terhadap karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, maupun naskah drama. Menyimak
sastra : mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi, dongeng, cerpen, novel, dan pementasan
drama. Berbicara sastra : berbalas pantun, berdeklamasi, mendongeng, bermain peran berdasarkan
naskah, menceritakan kembali isi karya sastra, menanggapi secara lisan pementasan karya sastra.
Menurut Muslich dan Suyono (Swastika dkk, 2010: 4) dalam jurnal Telaah Model Pembelajaran dalam
penelitian Mahasiswa mengatakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Menurut
Hamiyah dan Jauhar (Iskandarwassid 2014: 58) ciri-ciri model pembelajaran adalah sebagai berikut :
Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu, Mempunyai misi atau tujuan pendidikan
tertentu, Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas, Memiliki perangkat
bagian model., Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran baik langsung maupun
tidak langsung. Jenis-jenis model pembelajaran yaitu model pembelajaran post method pedadogy,
model pembelajaran modifikasi perilaku, model pembelajaran integratif, model discovery learning,
model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah
(PBM).
BAB VI (DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH)
Menurut Arif (2011: 7) media adalah bentuk jamak dari perantara (medium) dan merupakan sarana
komunikasi. Media meliputi 6 kategori dasar yaitu teks, audio, visual, video, prekayasa (manipulative)
benda-benda dan manusia. Menurut Sudjana dan Rivai (2002: 3) beberapa jenis media pembelajaran
yaitu : media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik. Media tiga
dimensi seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up,
diorama. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan LCD OHP, dan penggunaan
lingkungan sebagai media pembelajaran. Menurut Indriana (2011: 53) ciri-ciri media pembelajaran
yaitu : sesuatu yang dapat di indra yakni dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati, bentuk komunikasi
guru dan murid, alat bantu utama dalam mengajar di dalam kelas atau luar kelas, erat kaitannya dengan
metode mengajar.
Sudrajat (2011: 20) fungsi media yaitu dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.
Dapat melampaui batasan ruang kelas, memungkinkan adanya interaksi langsung antar siswa dengan
lingkungan, dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit dan realistis, membangkitkan
motivasi dan merangsang anak untuk belajar dan memberikan pengalaman yang integral dari yang
kongkrit sampai dengan yang abstrak. Menurut Latuheru (1988: 23) manfaat media pembelajaran yaitu
menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pembelajaran yang disampaikan, dapat
mengurangi bahkan menghilangkan adanya verbalisme, mengatasi perbedaan pengalaman belajar
berdasarkan latar belakang sosial ekonomi peserta didik, membantu memberikan pengalaman belajar
yang sulit diraih dengan cara lain.
B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING

BAB I (PENGANTAR UMUM)


Kajian Apresiasi Prosa Fiksi merupkan salah satu mata kuliah pokok. Dalam struktur program
perkuliahan disebut Mata Kuliah Bidang Studi (MKBS) di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia program strata satu (S-1). Mata kuliah ini memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk
melakukan kajian terhadap prosa fiksi (dalam hal ini cerpen atau novel) berdasarkan disiplin ilmu sastra.
Dalam mata kuliah ini dibahasa konsep-konsep mengenai seluk-beluk sastra, hakikat fiksi, membaca
fiksi sebagai bentuk apresiasi, serta pengkajian sastra dengan berbagai pendekatan. Peserta mata kuliah
ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia program strata satu (S-1) yang
telah lulus mata kuliah prasyarat.
Setelah mengikuti perkuliahan ini, ada dua tujuan yang diharapkan dapat dicapai yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum mata kuliah ini adalah mahasiswa memiliki kemampuan mengkaji
teks naratif (prosa fiksi) berdasarkan disiplin ilmu sastra. Tujuan ini lebih menitikberatkan pada aspek
keterampilan (psikomotor) dalam mengkaji karya sastra sebagai bekal untuk menjadi sarjana sastra
yang berkualitas.

BAB II (SELUK-BELUK SASTRA)


Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambar konkret dengan alat bahasa. Sastra telah menjadi bagian dari
pengalaman hidup manusia sejak dahulu, baik dari aspek manusia sebagai penciptanya maupun aspek
manusia sebagai penikmatnya. Karya sastra merupakan curahan pengalaman batin pengarang tentang
fenomena kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada masanya. Sastra termasuk ungkapan peristiwa,
ide, gagasan serta nilai-nilai kehidupan yang diamanatkan didalamnya. Sastra mempersoalkan manusia
dalam segala aspek kehidupannya sehingga karya itu berguna untuk mengenal manusia dan
kebudayaan.
Ciri-ciri karya sastra diantaranya adalah: (1) Sastra adalah sebuah ciptaan atau kreasi. Karena sastra
adalah kreasi, maka sastra bukanlah imitasi atau tiruan. Penciptanya disebut seniman lantaran
menciptakan sebuah dunia baru. (2) Sastra bersifat otonom. Ini berarti tidak mengacu pada sesuatu yang
lain. Sastra tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari keselarasan di dalam karya sastra
sendiri. (3) Sastra memiliki unsur kohesi. Artinya, unsur-unsur di dalamnya memiliki keselarasan antara
bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan bentuk atau ungkapan tertentu. Hubungan antara bentuk dan
isi bersifat fleksibel. (4) Sastra berisi tentang sintesis atau unsur-unsur yang selama ini dianggap
bertentangan. Pertentangan tersebut sendiri atas berbagai bentuk. Ada pertentangan yang disadari, tanpa
disadari, antara ruh dan benda, pria dan wanita dan seterusnya. (5) Satra berisi ungkapan-ungkapan
yang “tidak bisa terungkapkan”. Penyair menghasilkan karya-karya untuk memotret sebuah fakta aktual
atau imajinatif yang tidak bisa digambarkan oleh orang lain. Ketika dijelaskan oleh sastrawan, maka
fakta itu kemudian terlihat jelas oleh orang-orang awam atau pembaca.
Fungsi karya sastra meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) sebagai hiburan atau kreasi yang bersifat
estetis, (2) sebagai renungan moralitas, (3) sebagai pembelajaran sesuatu dengan cara menghibur, (4)
sebagai media komunikasi simbolik, (5) pembuka paradigm berfikir, (6) dapat bersifat religius dan sama
derajatnya dengan karya nabi, (7) alat untuk meneruskan tradisi, (8) menjadi tempat bagi nilai dapat
tumbuh sewajarnya, dipertahankan, dan disebarluaskan. Manfaat karya sastra adalah memberi motivasi
kepada pembaca, memberi akses terhadap latar belakang budaya, memberi akses terhadap pemerolehan
bahasa, memberi perhatian kepada siswa/mahasiswa terhadap bahasa, mengembangkan kemampuan
interpretatif, dan mendidik siswa secara keseluruhan.

BAB III (TENTANG FIKSI)


Fiksi sering disebut juga dengan cerita rekaan, merupakan cerita dalam prosa, hasil olahan pengarang
berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaiannya tentang peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi,
ataupun pengolahan tentang peristiwa-peristiwa yang hanya berlangsung dalam khayalan. Berdasarkan
tingkat kerumitannya, fiksi dibagi menjadi dua yaitu fiksi serius dan fiksi populer. Pertama, fiksi
populer hanya sebatas menceritakan sesuatu, sedangkan fiksi serius juga menceritakan sesuatu, tetapi
di dalam menceritakan sesuatu itu fiksi serius menggunakan fakta-fakta dan sarana-sarana cerita yang
lebih rumit hingga untuk memahami temanya pun harus melewati langkah-langkah analisis yang serius
pula. Kedua, fiksi populer menggambarkan tokoh yang stereotip (pada umumnya), sedangkan fiksi
serius menggambarkan tipe tokoh. Dengan penggambaran yang stereotip, fiksi populer sebenarnya
hanya mengulang-ulang cerita-cerita dalam karya fiksi yang sudah ada sebelumnya. Sebaliknya, dengan
menggambarkan tipe tokoh, fiksi serius menghadirkan keunikan tokoh tersebut. Di pihak lain, keunikan
tipe tokoh tersebut bisa dirasakan dan kemudian dipahami oleh pembaca, di mana saja dan kapan saja.
Pembaca akan tetap bisa menikmati fiksi serius meskipun karya itu telah terbit berpuluh tahun
sebelumnya. Kenyataan yang demikian menunjukkan bahwa di dalam fiksi serius terkandung dua sifat
sekaligus, yaitu unik dan universal.
Dalam buku ini, ada dua klasifikasi prosa fiksi yang dijelaskan yaitu cerpen dan novel. Cerita pendek
merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat padat, dengan unsur cerita berpusat pada satu
peristiwa pokok sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan ceritanya
memberikan kesan tunggal. Ciri utama cerita pendek dari segi struktur luar dapat dikenali dari bentuk
yang singkat dan padat, sedangkan dari segi struktur dalam dapat dikenali bahwa ceritanya berpusat
pada satu konflik pokok. Kedua macam ciri utama cerita pendek ini dapat memberikan peluang bagi
ragam cerita pendek itu sendiri dalam menangkap dan mengungkap berbagai peristiwa dalam kehidupan
manusia.
Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru.
Dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenisjenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-
lain, maka jenis novel ini kemudian muncul. Novel merupakan salah satu jenis karangan prosa. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh H.B Jassin (1977: 64), yaitu novel merupakan karangan
prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang
(tokoh), luar biasa karena kejadian ini terlahir dari suatu konfliik, suatu pertikaian, yang mengalihkan
jurusan nasib tokoh tersebut. Menurut Suroto (1990:4), karangan prosa adalah karangan yang
menerangjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Novel
tergolong ke dalam jenis karagan prosa baru. Lebih lanjut dijelaskan beberapa ciri dari prosa baru antara
lain: (1) prosa baru bersifat dinamis yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan
masyarakatnya; (2) masyarakatnya sentris, yaitu cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat
sehari-hari; (3) bentuknya roman, novel, cerpen, kisah, drama; (4) terutama dipengaruhi kesusastraan
barat; dan (5) diketahui siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas.

BAB IV (MEMBACA FIKSI SEBAGAI BENTUK APRESIASI)


Secara etimologis istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “menghargai”.
Dalam bahasa Inggris appreciate yang berarti “menyadari, memahami, menghargai, dan menilai”. Dari
kata appreciate dapat dibentuk kata appreciation yang berarti “penghargaan, pemahaman, dan
penghayatan”. Kata apresiasi dalam Bahasa Indonesia mengandung pengertian yang sejajar dengan kata
apreciatio (Latin) kata appreciation (Inggris) tersebut. Apresiasi diartikan juga sebagai suatu kegiatan
penilaian terhadap kualitas sesuatu dan memberi penghargaan yang tepat terhadapnya.
Apresiasi meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, emosi, dan evaluasi. Aspek kognitif adalah kemampuan
memahami masalah teori dan prinsip-prinsip intrinsik sebuah karya sastra. Aspek apresiasi yang kedua
yaitu emotif. Aspek emotif adalah kemampuan memiliki nilai-nilai keindahan karya sastra. Indikasi
untuk mengukur aspek emotif yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : (1) siswa dapat
menemukan dan menunjukkan indah tidaknya karya sastra puisi itu; (2) siswa dapat menemukan dan
menunjukkan cara penulisan latar belakang cerita/ setting; (3) siswa dapat menemukan dan
menunjukkan indah tidaknya pemakaian ungkapan dalam karya sastra puisi. Aspek ketiga yaitu aspek
evaluatif. Aspek evaluaitif adalah kemampuan menilai. Aspek ini merupakan aspek tertinggi dalam
kegiatan apresiasi. Indikator untuk menilai dan mengukurnya adalah kemampuan untuk
menafsirkannya. Penilaian ini dapat disejajarkan dengan kegiatan mempertimbangkan nilai yang ada
dalam karya.
Apresiasi sastra berarti tanggapan ataupun pemahaman sensitif terhadap karya sastra. Jelasnya,
penekanannya pada pengertian sensitif terutama menyangkut tanggapan seseorang terhadap nilai-nilai
yang terkandung dalam karya sastra. Dengan demikian, mengapresiasi karya sastra berarti menanggapi
karya sastra dengan kemampuan afektif yang di satu pihak peka terhadap nilainilai yang terkandung
dalam karya sastra yang bersangkutan, baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam kerangka tematik
yang mendasarinya; dan di lain pihak, kepekaan tanggapan tersebut bermanfaat bagi upaya memahami
pola tata nilai yang diperolehnya dari bacaan di dalam proporsi yang sesuai dengan konteks
persoalannya.

BAB V (PENGKAJIAN PROSA FIKSI)


Kajian sastra bisa diartikan sebagai proses atau perbuatan mengkaji, menyelidiki, dan menelaah objek
material yang bernama sastra. Pengkajian fiksi menyaran pada penelaahan, penyelidikan, pemahaman
melalui analisis karya fiksi dengan kerja analisis yang dilakukan langsung dalam keadaan totalitasnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengkajian prosa fiksi merupakan proses, cara,
perbuatan mengkaji, menganalisis, menyelidiki, menelaah, dan memahami melalui analisis karya prosa
fiksi (prosa cerita, prosa narasi, atau cerita berplot). Dengan demikian, kegiatan mahasiswa dalam
mengkaji prosa fiksi meliputi kegiatan memahami teori, menganalisis, mengkaji, menentukan, atau
mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam pengkajian prosa fiksi dan memenuhi
kondisi syarat yang sesuai dengan pengkajian prosa fiksi. Hal ini harus dipahami serta dikenali dengan
baik pada saat mengkaji prosa fiksi. Oleh karena itu, keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa dalam
mengkaji prosa fiksi adalah sebagai berikut. (1) Memahami kajian prosa fiksi, yaitu memahami dan
mengidentifikasi karya prosa fiksi yang akan dikaji atau ditelaah, (2) Memilih teori sebagai pisau
analisis kajian prosa fiksi, (3) Menyelesaikan pengkajian, penelaahan, yaitu melakukan pengkajian,
penelaahan struktur prosa fiksi secara benar dengan teori kajian yang tepat, (4) Menafsirkan solusi,
yaitu memperkirakan dan memeriksa kebenaran pengkajian atau penelaahan, masuk akalnya hasil
penelaahan, dan apakah penelaahan yang dilakukan sudah memadai.

BAB VI (PENGKAJIAN PROSA)


Pengkajian prosa fiksi merupakan proses, cara, perbuatan mengkaji, menganalisis, menyelidiki,
menelaah, dan memahami melalui analisis karya prosa fiksi (prosa cerita, prosa narasi, atau cerita
berplot). Dengan demikian, kegiatan mahasiswa dalam mengkaji prosa fiksi meliputi kegiatan
memahami teori, menganalisis, mengkaji, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang
tidak diketahui dalam pengkajian prosa fiksi dan memenuhi kondisi syarat yang sesuai dengan
pengkajian prosa fiksi. Hal ini harus dipahami serta dikenali dengan baik pada saat mengkaji prosa fiksi.
Resepsi sastra merupakan proses pemaknaan karya sastra oleh pembaca sehingga dapat mereaksi atau
menanggapi karya sastra itu. Dengan perkataan lain, pengertian resepsi ialah reaksi pembaca terhadap
sebuah teks. Dalam hal ini peranan pembaca menjadi penting karena orientasi terhadap teks dan
pembaca menjadi landasan utamanya. Kajian resepsi sastra yang dilakukan dalam mengkaji prosa fiksi
di sini adalah bagaimana suatu teks direspons/diresepsi oleh seorang pengarang pada teks lainnya. Ini
dikenal dengan intertekstual. Intertekstual memandang bahwa sebuah teks yang ditulis lebih kemudian
mendasarkan diri pada teks-teks lain yang telah ditulis orang sebelumnya.
Feminisme merupakan perjuangan kaum perempuan untuk memperoleh kesetaraan gender dan
berupaya mewujudkan eksistensi di segala bidang kehidupan untuk meminimalisir ketidakadilan gender
yang kerap dialami perempuan. Langkah mengkaji prosa fiksi berdasarkan feminis dalam penelitian
dilakukan dengan mendeskripsikan berbagai isu sekaitan dengan perempuan dalam perspektif feminis
berdasarkan kenyataan teks. Pada umumnya, karya sastra yang menampilkan tokoh wanita bisa dikaji
dari segi feministik. Baik cerita rekaan, ikon, maupun sajak mungkin untuk diteliti dengan pendekatan
feministik, asal saja ada tokoh wanitanya. Kita akan mudah menggunakan pendekatan ini jika tokoh
wanita itu dikaitkan dengan tokoh laki-laki. Tidaklah menjadi soal apakah mereka berperan sebagai
tokoh utama atau tokoh protagonis, atau tokoh bawahan. Setelah mengidentifikasi satu atau beberapa
tokoh wanita di dalam sebuah karya, kita mencari kedudukan tokoh-tokoh itu di dalam masyarakat.
Misalnya, jika keudukannya sebagai seorang istri atau ibu, di dalam suatu masyarakat tradisional dia
akan dipandang menempati kedudukan yang inferior atau lebih rendah daripada kedudukan laki-laki,
karena tradisi menghendaki dia berperan sebagai orang yang hanya mengurus rumah tangga dan tidak
layak mencari nafkah sendiri.
Analisis prosa fiksi dengan model analisis poskolonial dalam penelitian sastra adalah mendeskripsikan
berbagai isu sekaitan dengan wacana poskolonial, konsep kekuasaan, konsep penjajahan, tindakan
subversif penjajah dan penjajahan, masalah ras, etnisitas, identitas budaya, gejala kultural, seperti
sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan berbagai dokumen lainnya, yang terjadi di negara-negara bekas
jajahan. Semua analisis sekaitan konsep poskolonial tersebut disesuaikan dengan kenyataan teks.

BAB VII (CONTOH PENGKAJIAN PROSA FIKSI)


Analisis antropologi sastra mengungkap berbagai hal seperti kebiasaan masa lampau, akar tradisi,
percaya terhadap mitos-mitos seperti percaya terhadap mantra-mantra. Dengan demikan, di sinilah
peranan antropologi sastra sebagai acuan kami dalam pemaparan cerita Datumuseng dan Maipa
Deapati. Dalam cerita Datumuseng dan Maipa Deapati digambarkan tradisi dan kepercayaan
masyarakat Makassar, baik itu berupa mitos, religi, bahasa, dan adat istiadat. Datumuseng dan Maipa
Deapati sebagai tokoh memilih identitas di tengah dominasi feodalisme dalam ruang tradisi yang
feodalistis. Masih banyak refleksi yang luput dari pengamatan menyajikan konsep antropologi sastra
dalam Datumuseng dan Maipa Deapati yang tidak sempat semuanya dibicarakan di dalam tulisan ini.
Rajutan ulasan di atas hanya sebagian dari beberapa yang merefleksikan adanya bahasa, religi, mitos,
hukum, maupun adat istiadat yang terefleksi dalam Datumuseng dan Maipa Deapati.
BAB III

PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Pada buku utama yang berjudul Pengajaran Prosa, Puisi dan Drama karya Trisnawati Hutagalung, S.Pd.,
M.Pd., Dr. Abdurahman Adisaputera, M. Hum dan Diah Eka Sari S,.Pd., M. Pd semua isinya dipaparkan
secara lengkap dan luas oleh penulisnya. Pada buku ini semua sumbernya relevan dan akurat serta dapat
dibuktikan keasliannya yang tercantum pada daftar pustaka. buku ini memaparkan materi yang sama
mengenai bagaimana pengajaran prosa, puisi dan drama pada satuan pendidikan Sekolah Dasar ( SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas ( SMA) dengan berbagai contoh dan
tujuan yang berbeda yang dapat mahasiswa berpikir kritis dan kreatif untuk membanding kedua jurnal
terutana pada bagian metode dan hasil yang didapatkan.
Buku pembanding yang berjudul “Kajian Apresiasi Prosa Fiksu” karya Dr. Haslinda, S.Pd., M. Pd berisi
teori tentang karya sastra, pengkajian karya sastra dan, apresiasinya. Karya sastra yang dimaksud dalam
bahan ajarini adalah prosa fiksi. Konsep tersebut secara khususnya membahasa tentang hakikat sastra
khususnya prosa fiksi dan beberap pendekatan yang dapat digunakan sebagai pisau bedah dalam
mengkaji karya sastra. Materi pada bagian pertama membahasa tentang seluk beluk sastra yang meliputi
pengertian, fungsi, manfaat, ragam, dan konstruksi sastra. Materi pada bagian kedua yaitu pendalam
fiksi yang meliputi hakikat fiksi, pembedaan fiksi, kerya fiksi cerpen, dan karya fiksi novel. Materi pada
bagian ketiga yaitu membaca fiksi sebagai bentuk apresiasi yang meliputi konsep apresiasi sastra dan
pembacaan teks fiksi. Sedangkan pada bagian keempat, materi yang dikembangan yaitu pengkajian
karya fiksi yang terdiri dari materi hakikat pengkajian fiksi, pendekatan kajian fiksi yang terdiri dari (1)
pendekatan strukturalisme, (2) pendekatan intertekstual, (3) pendekatan semiotik, (4) pendekatan
sosiologi sastra, (5) pendekatan stilistika, (6) pendekatan psikoanalisis sigmund freud, (7) pendekatan
feminism, (8) pendekatan resepsi sastra, (9) pendekatan psikologi, (10) pendekatan poskolonial.

B. KEUNGGULAN BUKU
1. Dari aspek tampilan buku yang diriview, buku utama memiliki tampilan menarik dan diberi
perpaduan warna yang tidak terlalu mencolok namun cantik serta terdapat logo penerbit
dibagian kiri bawah buku sehingga membuat buku itu memiliki kesan penting tersendiri bagi
pembacanya.sedangkan pada buku pembanding, tampilan depannya (cover) sangat menarik
minat pembaca karena pada cover tersebut memiliki desain warna yang cerah yaitu
menggunakan warna biru kemudian ditambah dengan gambar orang yang sedang mengenakan
atribut budaya Indonesia. Penulisan judul buku juga sangat unik dengan menggunakan 2 warna
yaitu putih dan merah serta di bagian “Prosa Fiksi” menggunakan jenis huruf yang berbeda.
Pada bagian cover juga sudah dilengkapi dengan nama penulis.
2. Dari aspek layout dan tata letak buku yang diriview, pada buku utama dan buku pembanding
tata letak yang digunakan cukup bagus. Hal ini karena jurnal telah sesuai dengan aturan tata
tulis sehingga memiliki keteraturan dalam penulisan dan kejelasan. Pembaca dapat membaca
buku dengan nyaman dan jelas sehingga lebih mudah dipahami. Pada peletakan identitas buku
juga cukup bagus diletak pada lembar pertama yang memudahkan pembaca mencari keterangan
tentang buku serta pada peletakan tabel – tabel atau diagram pada buku juga sudah pas, isi di
dalam tabel juga tersusun rapi. Selain itu peletakan ilustrasi yang digunakan juga senada dengan
argumen yang ditulis dan pada bagian font buku juga ukuran huruf, spasi dan tanda bacanya
ynag digunakan penulis sudah cukup bagus. Selain itu peletakan kata asing diberikan cetak
miring untuk membedakannya. Sedangkan pada buku pembanding, Dari aspek layout dan tata
letak buku ini sudah rapih. Tata bahasa yang digunakan dalam buku ini juga sudah baik, sesuai
dengan penulisan EYD, penggunaan bahasa asing ataupun latin telah dibedakan dengan
menggunakan huruf miring dan juga tanda petik dua. Tata tulis dalam buku ini sudah
menggunakan tulisan yang baik, rapih dan jelas sehingga pembaca dapat dengan mudah
membaca buku ini.
3. Dari aspek keterkaitan antar buku, kedua buku memiliki keterkaitan yang baik mulai dari bab
awal sampai bab akhir dan keduanya dipaparkan secara sistematis, beruntut, lengkap, dan jelas
serta tidak ada yang keluar dari judul yang dicantumkan, membuat pembaca merasa mudah
memahami makna yang dituliskan pada buku.
4. Dari aspek kemutakhiran isi/ materi buku yang diriview, buku utama memiliki nilai mutahir
yang masih bisa disebut kekinian untuk dipahami, terlihat dari beberapa sumber yang diambil
penulis banyak mengambil pendapat dari para ahli dengan tahun terbit beberapa tahun terakhir
sehingga relevan dan terbaru, selain itu juga materi yang dipaparkan penulis pada buku
menggunakan beberapa tabel sehingga terlihat sangat akurat penelitian yang dilakukan penulis
dan dapat membuat pembaca ikut menganalisinya serta pada buku utama memiliki tujuan
pembelajaran, peta konsep serta rangkuman materi pada setiap babnya dan evaluasi
pembelajaran berupa soal – soal untuk mengetahui seberapa paham pembaca terhadap materi
yang dipaparkan. Sementara pada buku pembanding isinya mutakhir dan relevan namun
sumber yang digunakan sudah cukup lama, kemungkinan sudah adanya pembaharuan yang
lebih terperinci dan setiap babnya memilih latihan soal yang dapat menguji seberapa paham
pembaca terhadap uraian materi yang telah disajikan serta pada buku utama terdapat banyak
lampiran yang bisa digunakan sebagai bahan referensi.
5. Dari aspek bahasa pada buku yang diriview, pada buku utama dan buku pembanding
menggunakan bahasa Indonesia namun ada beberpa menggunakan istilah atau kata asing
namun sudah diartikan dengan baik oleh penulis sehingga mudah memahami arti pada buku
dan dapat menambah kosa kata pembaca dalam bahasa Inggris atau bahasa ilmiah lainnya yang
ditulis penulis.

C. KEKURANGAN BUKU
1. Dari aspek tampilan buku yang diriview, pada buku utama dan buku pembanding sudah
memiliki tampilan yang bagus berwarna dan menarik, tertera jelas logo penerbit, nama
pengarang dan judul buku yang menarik namun akan lebih baik jika perekat yang digunakan
pada buku untuk lebih ditingkatkan lagi agar tidak mudah serta menggunakan kertas yang
baik.Sedangkan pada buku pembanding, Kekurangan pada buku karya Dr. Haslinda, S.Pd., M.
Pd yang berjudul Kajian Apresiasi Prosa Fiksi terletak pada tidak lengkapnya identitas buku
yang dibuat di dalam cover. Pada halaman depan (cover) tidak terdapat nama penerbit, tahun
terbit dan ISBN dari buku ini, jadi pembaca menjadi sedikit kesulitan dalam mecari identitas
dari buku ini.
2. Dari aspek tata letak buku yang diriview, pada buku utama dan buku pembanding tata letak
yang digunakan sudah bagus sesuai dengan aturan penulisan yang telah ditetapkan, peletakan
ilustrasi dan tabel yang digunakan juga sudah cukup baik. Sedangkan pada buku pembanding,
Dari tata bahasa buku ini sudah menggunakan Bahasa yang baku dan benar sesuai dengan EYD,
sehingga tidak ada lagi kekurangan dalam hal tata bahasanya. Dalam tata penulisan tidak ada
penjelasan dalam bentuk gambar, diagram ataupun peta konsep seperti skema jadi mudah
membuat orang yang membaca menjadi bosan.
3. Dari aspek kemutakhiran isi / materi yang diriview, pada buku utama memiliki sumber yang
terbaru namun ada beberapa materi yang memiliki kalimat berulang dan ada beberapa
penggunaan huruf kapital yang tidak seharusnya huruf kapital digunakan huruf kapital serta
adanya ketidak paduan antar kalimat. Sementara pada buku pembanding sumber yang
digunakan akurat namun sudah cukup lama dan kemungkinan sudah adanya perbaikan
4. Dari aspek bahasa pada jurnal, bahasa yang digunakan sudah baik dan sudah banyak dikenal
pembaca serta penggunaan bahasa asing juga sudah diartikan dengan baik oleh penulis.
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prosa adalah karya rekaan yang tidak berbentuk dialog dan isinya dapat merupakan kisah sejarah atau
sederetan peristiwa. Prosa berusaha menampilkan cerita hasil imajinasi, baik dari cerita lisan maupun
cerita tulis. Dalam prosa, pengarang mengolah dunia imajinasi dengan dunia kenyataan atau kenyataan
sosial budaya yang dihadapinya. Sedangkan fiksi merupakan cerita rekaan yang bertijuan untuk
mendidik. Melalui karya fiksi pengarang menceritakan masalah-masalah dalam kehidupan seharihari
dan bukan hanya hasil imajinasi tetapi juga merupakan hasil penghayatan dan perenungan secara intens.
Kemampuan menulis puisi dapat ditingkatkan dengan dilakukan menggunakan teknik akrostik ataupun
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran reflektif. Jika pada teknik akrostik, peserta didik dapat
menulis puisi sesuai dengan pengalaman yang pernah dialaminya sehingga merasa lebih mudah,
sementara pada pembelajaran menulis puisi menggunakan pembelajaran reflektif lebih ditekankan
untuk peserta didik dapat berpikir kritis dalam menguji informasi yang didapat dan mencari tahu tentang
kebenaran informasi dan membuat kesimpulan berdasarkan ide yang sudah didapatkan.
Penjelasan diatas membuktikan bahwa karya sastra prosa fiksi sangatlah penting dan banyak
manfaatnya. Kedua buku yang telah di review pada dasarnya membahas materi yang sama yaitu Prosa
Fiksi, hanya saja pada buku utama lebih membahas dalam pengajaran prosa fiksi sedangkan pada buku
pembanding hanya berfokus pada unsurunsur intrinsic prisa fiksi

H. SARAN
Berdasarkan kedua buku yang sudah saya riview saya menyarankan kepada para penulis untuk lebih
memperhatikan penulisan agar para pembaca nyaman membacanya dan menambahkan bahan
referensinya agar hasilnya lebih memuaskan lagi dan dapat dikembangkan lagi oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung. Trisnawati, dkk. 2020. Pengajaran Prosa, Puisi dan Drama. Medan : CV Kencana Emas
Sejahtera.
Haslinda. 2019. Kajian Apresiasi Prosa Fiksi. Makasar: LPP Unismuh Makasar.

Anda mungkin juga menyukai