Anda di halaman 1dari 5

Nama:Robinson Routa Bobu

Npm: 2215010028
Prodi: pendidikan matematika

Bagaimana sejarah singkat pewahyuan Alkitab?

Pendahuluan

Pengertian pewahyuan Alkitab

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), istilah “pewahyuan” berasal dari kata
“wahyu”, yang didefinisikan sebagai “petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para
Nabi dan Rasul melalui mimpi dan sebagainya.” Meski pengertian yang dirumuskan lebih
dalam perspektif Islam ini dalam arti terbatas dapat diterapkan juga untuk memahami
pewahyuan kristiani, akan tetapi definisi tersebut belum menampilkan dengan tepat realitas
pewahyuan kristiani. Istilah yang lebih mendekati paham pewahyuan kristiani adalah kata
dalam bahasa Inggris, revelation, dari kata kerja to reveal yang mempunyai akar kata kerja
bahasa Latin revelare, yang berarti “menyingkapkan selubung”, “membuat dikenal”,
“menyatakan”. Istilah-istilah tersebut kiranya mempunyai dasarnya dalam acuan teologi
kristiani.
Alkitab berbicara tentang mengenal Allah dengan berbagai cara. Seseorang dapat
mengenal Allah secara kognitif, atau seseorang mungkin mengetahui banyak sekali tentang
Allah secara faktual. Namun bagaimana bisa seseorang yang terbatas dapat mengenal
Allah yang sempurna dan tak terbatas, apabila tidak ada pengetahuan yang dapat
mendukungnya. Oleh karena itu untuk mengenal Allah yang sempurna, harus didasari
dengan pengetahuan dan iman yang dapat mendukungnya.[1]
Walaupun Allah memiliki kepribadian yang tak terbatas, Allah ingin menyatakan
diri-Nya kepada setiap umat manusia sehingga manusia dapat mengenal Allah lebih baik.
Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui Pewahyuan, didalam pewahyuan terbagi
menjadi dua bagian, yaitu : wahyu Umum dan wahyu Khusus. Tetapi saat ini, khalayak
banyak tidak dapat membedakan wahyu umum dan wahyu khusus. Hal itu mungkin karena
pemahaman doktrin atau pengajaran yang dapatkan yang sangat lemah atau kurang.

Tujuan dari penulisan ini di latarbelakangi bahwa wahyu umum dan wahyu khusus
sangat penting bagi kehidupan orang percaya, karena dari sinilah pembaca dapat mulai
mengenal Allah secara lebih baik, sehingga mereka tidak salah dalam mengenal pribadi
Allah yang tak terbatas itu. Setelah mengetahui wahyu umum dan wahyu khusus,
dampaknya dalam kehidupan kekristenan adalah segala keraguan mereka terhadap Allah
yang sangat tak terbatas itu akan terjawab dan mereka semakin beriman kepada Allah saja.
Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan mengenai definisi pewahyuan dan
jenis-jenis pewahyuan. Hal ini dibahas agar pembaca dapat mengenal dan membedakan
wahyu umum dan wahyu khusus walaupun manusia merupakan pribadi yang terbatas.

DEFINISI PEWAHYUAN
Pewahyuan adalah inisiatif Allah untuk menyatakan diri-Nya dari kehendak
kekal-Nya yang sempurna dan tidak berubah yang berada dalam opera ad intra Allah[2] dan
suatu tindakan supranatural dari Allah yang mengkomunikasikan diri-Nya, yaitu suatu
tindakan yang bertujuan jelas, ditinjau dari pihak Allah yang hidup. Karena manusia hanya
dapat mengenal Allah sejauh Allah sendiri secara aktif memperkenankan diri-Nya dikenal.
Ul. 29:29
Dalam Buku Systematic theology: Doctrine of God, Louis Berkhoff juga mengutip
perkataan Barth yang juga menekankan bahwa manusia dapat mengenal Allah hanya jika
Allah datang kepada manusia dalam wahyu-Nya. Allah sebagai sumber teologi dan alkitab
sebagai objek kajiannya, mengantarkan diri-Nya dalam satu pemahaman holistik
(menyeluruh atau satu keutuhan) tentang dirinya dalam rangkaian ilahi janji penebusan dan
kesalamatan dalam Yesus Kristus. Dan tanpa wahyu manusia tidak akan dapat memperoleh
pengetahuan tentang Allah.[3]

Ia juga menyatakan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk datang kepada Allah, dan
berulang kali, Barth mengatakan bahwa Allah adalah selalu menjadi subyek, dan tak pernah
menjadi obyek. Oleh karena itu, hanya melalui skriptur, kita dapat mengenal Allah jauh lebih
komprehensif dibandingkan dengan memikirannya dengan cara teologi warung kopi.
Penyataan Tentang Allah
Penyataan diri Allah adalah sebuah kenyataan yang bisa dikatakan bersifat Empiris
(pengalaman Subyektif) ataupun sebuah kejadian faktual. Penyataan Allah dalam pribadi
dan sifat-sifat-Nya yang sempurna, menunjukan bahwa Allah ingin menyingkapkan diri-Nya
tidak sebatas pengalaman empris namun merupakan kajian objektif dan bukan sekedar
mistik, abstrak yang meraba-raba.
Relasi i-thou (spiritual) dengan Tuhan merupakan relasi yang penting, namun oleh karena
adanya penyingkapan wahyu dalam skriptura, maka i-think (Rasional) pun menjadi satu hal
yang penting. Dalam institusio calvin, credo ut intelegam merupakan satu pemikiran yang
komprehensif mengenai Allah dan segala skriptura-Nya. Hal ini menunjukan Allah
mengkehendaki ada sebuah relasi yang lebih intim dengan manusia tidak hanya sebatas
hati namun relasi yang utuh.

Diri Allah itu sendiri dalam kasihnya itu dinyatakan sebagai tema penyataan Allah. Allah
menyatakan diri-Nya melalui komunikasi dua arah (antarpersonal) didalam komunikasi dapat
terjadi dua bentuk, yaitu secara tertulis dan secara lisan yang akhirnya disatukan juga dalam
prinsip inskripturasi firman didalam Alkitab.[4]
Semua pengetahuan tentang Allah seluruhnya tidak dapat tertampung di dalam Alkitab,
karena Allah lebih besar daripada Alkitab. Dalam proses inskripturasi firman Allah kita harus
tetap menyadari bahwa ada banyak misteri ilahi yang tidak dapat dimengerti sepenuhnya
oleh manusia (Yeremia 29:29), tetapi Alkitab cukup untuk memadai mengetahui diri Allah
sendiri dalam kaitannya dengan keselamatan didalam Kritus Yesus dengan pengakuan
bahwa “Alkitab adalah Firman Allah”[5]
Didalam pernyataan yang historis, Allah sendiri yang masuk ke dalam ruang dan waktu yang
disebut “sejarah” manusia. Keberadaan Allah yang kekal, yang dimengerti “diluar waktu”
atau bahkan “tanpa waktu” telah masuk ke dalam peristiwa manusia melalui inskripturasi
firman melalui sarana inspirasi Alkitab. Beberapa orang meragukan konsep inskripturasi ini
sebagai sesuatu yang tidak mungkin di dalam keterbatasan situasi manusia, khususnya
bahasa manusia.[6]

Jenis- Jenis Pewahyuan


Wahyu Umum
Wahyu umum adalah suatu jenis pernyataan Allah melalui fenomena-fenomena
umum, seperti alam ciptaan dan hukum-hukum alamiahnya (Mazmur 19), semua hati nurani
manusia yang ada dalam diri manusia tanpa kecuali (Roma 1:18-23), melalui keberadaan
agama manusia. Menurut Calvin, “tidak pernah ada kota, dimana manusia dapat hidup
tanpa agama; hal itu merupakan pengakuan terpendam bahwa kesadaran akan adanya
suatu Allah dalam hati manusia.[7]
Didalam wahyu umum, Allah yang aktif memperkenalkan diri kepada manusia,
sedangkan dalam teologi natural/ alamiah manusialah yang aktif untuk mengenal Allah.
Namun demikian wahyu umum tidak dapat mendatangkan keselamatan. Intinya wahyu
umum dimaksudkan bukan untuk keselamatan, tetapi mempunyai arti lebih sebagai dasar
bagi pengetahuan manusia. Konsep wahyu umum adalah suatu realitas yang tidak dapat
dihindari tetapi harus dihadapi, karena bersifat universal dan juga rasional. Wahyu umum
diterima dan dialami tanpa persyaratan apapun, termasuk orang yang tidak percaya.[8]
Dalam buku Verbum Dei, W. Gary Crampton wahyu umum disebut begitu karena
penerimaannya dan pokok permasalahannya. Wahyu umum merupakan pembawaan lahir
dalam Sensus Deitatis, atau dalam pengertian akan eksistensi dan karakter Allah yang
dimiliki semua manusia oleh natur mereka. Wahyu umum menyampaikan apa yang
disampaikan Allah kepada manusia melalui alam.[9]

Sangat jelas bagi penulis masa ini bahwa wahyu Allah melalui alam “sampai kepada” umat
manusia. Ide bahwa wahyu umum sampai pada manusia melalui alam ditentang oleh Karl
Barth dan yang lainnya. Namun Calvin berbicara tentang banyak bukti dalam alam
mengenai aksistensi Allah sesungguhnya, setiap kenyataan dari tatanan yang diciptakan
membuktikan kebenaran dari Allah Tritunggal dalam Alkitab. James boice dengan tepat
mengatakan bahwa “terdapat cukup bukti tentang Allah dalam sekuntum bunga untuk
memimpin seorang anak maupun seorang ilmuwan untuk menyembah Dia.”[10]
Pernyataan umum ini berlaku kepada semua umat manusia, tanpa terkecuali. Dalam
diri setiap manusia yang diciptakan menurut gambar Alah memiliki “logos spermatikos”,
yang menjadikan manusia secara umum mengenali Allah dan tidak dapat lari dari
penciptanya. Logos spermatikos (benih pengertian akan Allah) beroperasi dalam setiap hati
nurani manusia.[11]
Dalam Roma 2:14,15, rasul Paulus mengajarkan doktrin tentang wahyu umum yang
dibawa sejak lahir. Terdapat pengetahuan yang dibawa sejak lahir tentang Allah dalam
setiap manusia. Semua manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26,27) dan
memiliki karya Hukum Taurat yang tertulis dalam hati mereka. Inilah berita yang
disampaikan Paulus dalam Roma 1 (ay. 18-21) (lihat pula Mzm 19:1-6). Tidak ada
seorangpun yang dapat mengklaim bahwa ia tidak mengenal Allah.[12]

Doktrin mengenai wahyu umum menyebabkan adanya “agama” bahkan diantara


bangsa-bangsa kafir. Doktrin ini menjelaskan mengapa orang-orang tidak percaya
menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan (Kis 17:28). Doktrin memberi keterangan
tentang anugerah umum yang berupa iluminasi pada semua orang (Yoh 1:9). Menurut
Paulus semua manusia termasuk kategori mengenal Allah secara kognitif, sehingga mereka
tanpa alasan dihadapan pencipta mereka (Rom. 1:20,21).[13]
Sebagaimana wahyu umum cukup untuk menyatakan Allah kepada umat manusia,
begitu pula wahyu umum juga tidak cukup dalam beberapa hal. Pertama, wahyu umum tidak
pernah bermakna tanpa wahyu khusus, atau sebaliknya. Wahyu umum tidak lengkap tanpa
wahyu khusus. Tetapi demikian pula sebaliknya: tanpa wahyu umum berupa pohon
pengetahuan baik dan jahat, perintah untuk tidak makan darinya akan jadi tidak berarti.
Terdapat suatu keharmonisan yang sempurna antara kedua bentuk wahyu Allah. Keduanya
berjalan bersama-sama, dan saling bergantung satu sama lain.[14]
Kedua, wahyu umum tidak cukup dalam pengertian bahwa wahyu umum tidak
mampu untuk menyatakan Allah sebagai Penyelamat/Penebus. Dalam dirinya sendiri, alam
tidak dapat membawa manusia kepada pengetahuan yang menyelamatkan tentang Yesus
Kristus. Oleh karena itu, Manusia memerlukan injil agar diselamatkan.[15]
Sebaik apapun manusia dalam mengenal Allah lewat wahyu umum, tetapi tidak
dapat mengenal Allah secara pribadi, karena Allah tidak menyatakan diri-Nya secara pribadi,
karena Allah hanya berinisiatid menyatakan diri-Nya melalui Kristus, yang diberitakan dalam
Alkitab. Secara demikian, logislah kalau tidak ada keselamatam di dalam wahyu umum,
karena keselamatan hanya disediakan didalam Kristus secara khusus dengan maksud
khusus bagi orang pilihan-Nya.[16]

Wahyu Khusus
Wahyu khusus adalah pernyataan Allah secara khusus, dengan maksud khusus dan
lingkup yang khusus, yaitu penyelamatan umat manusia melalui pengenalan pada Kristus
yang diberitakan dalam Alkitab. [17] Ke-istimewaan wahyu khusus adalah dalam tujuan-Nya
untuk mengajar umat-Nya dan isinya adalah keselamatan kekal dari Allah, agar umat
pilihan-Nya dapat lepas dari hukuman dosa kekal.
Kontent dalam wahyu khusus berupa skriptura dan Yesus sebagai inkarnasi atas
segala nubuatan Allah melalui nabinya, membawa para pembaca pertama hingga masa kini
bahkan penulisnya pun mengerti dengan komprehensif (menyeluruh) atas apa yang
dikerjakan Yesus di atas kayu salib. Sebuah kisah perjalanan umat manusia dan
keselamatannya di jelaskan secara sistematis dalam Alkitab.[18]
Sepanjang sejarah pewahyuan dan penebusan yang bersifat progresif, Allah
berbicara kepada umat-Nya melalui bermacam-macam cara (Ibr 1:1-3), yang mana
pewahyuan itu kemudian dituliskan untuk kita. Wahyu khusus ini sekarang ditemukan hanya
dalam Alkitab saja. Wahyu khusus ini merupakan suatu bentuk komunikasi verbal. Dengan
kata lain, Allah berbicara kepada kita dalam bahasa manusia (Yunani: anthropos), karena
kita adalah manusia dan bahasa manusia yang dapat kita pahami.[19]
Keraguan bahwa bahasa manusia tidak dapat menampung hikmat dan pengetahuan
Allah yang maha luas, secara sepintas hampir-hampir dapat diterima secara logis,
khususnya dalam tulisan-tulisan non Alkitab. Tetapi, karena inskripturasi Firman melibatkan
kuasa Allah dalam operasi yang berkarakter extraordinary atau diluar kebiasaan umum”
artinya dalam proses akomodasi ilahi tersebut, Allah sendiri rela merendahkan diri-Nya
melalui bahasa manusia agar Ia dapat dikenali di dalam keterbatasan manusia tanpa
mengurangi sedikitpun pada natur kemuliaan-Nya[20]
Wahyu khusus bertambah pada poin dimana terdapat kebutuhan akan suatu buku dari
Allah (Kata Alkitab/Bible berasal dari bahasa Yunani: Biblion, yang berarti “buku”). Ini
merupakan suatu anugerah pada pihak Allah. Manusia sekarang mempunyai Alkitab yang
dapat manusia untuk mengetahui dengan pasti apa yang merupakan kehendak penciptanya.
Memperlihatkan dosa, merupak suatu cara mulia untuk memelihara dan menyebarkan
kebenaran.[21]
Wahyu Yang Bersifat Progresif
Wahyu Allah bersifat progresif, misalnya penebusan bagian ajaran teologi ini
ditunjukkan sebagai “teologi Biblika,” dan didefinisikan sebagai suatu studi tentang sejarah
wahyu khusus, dalam pengertian Allah menyatakan dirinya secara bertahap dalam jangka
waktu yang panjang dan tidak sekaligus. Wahyu Allah yang bergerak maju terus dimengerti
secara baik sebagai firman Allah dalam Alkitab yang menjadi lebih melengkap atau lebih
menyata, bukan dalam arti menambah firman Allah. Sebab firman Allah adalah tunggal.[22]
Konsep wahyu progresif dalam Alkitab harus diakui karena penulisan penyataan
Allah melalui Alkitab dilakukan melalui proses sejarah dan perkembangan manusia,
sehingga membuat maksud Allah semakin nyata didalam memberitakan penyelamatannya
yang berpusatkan pada Kristus yang mulia. Dalam wahyu Progresif tidak mungkin saling
kontradiksi ajaran keselamatan Allah dalam Kristus, karena seluruh wahyu progresif
dikomunikasikan secara inspirasi yang setara kualitasnya dari kejadian sampai wahyu.[23]
Tetapi wahyu Progresif adalah penyataan Allah dalam Alkitab yang diturunkan sesuai
pergumulan, konteks hidup dan kehendak Allah dalam konteks kehidupan umat-Nya yang
semakin kompleks.
Wahyu dan Kritik
Walaupun wahyu merupakan cara Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia,
namun dibalik itu banyak sekali kritik mengenai wahyu Allah. Kritik wahyu Allah tidak baru,
dalam perjalanan sejarah kita melihat bagaimana wahyu Allah selalu diiringi oleh kritik yang
mengerogotinya. Ketika Tuhan melalui Musa membebaskan sebuah bangsa dan memberi
hukum-hukum untuk kehidupan, kewibawaan hukum itu dirongrong oleh gerutuan (Bil.
12:12).[24]
Dalam buku Siapakah Yang membuat Alkitab, Jakob Van Bruggen Allah memberikan
wahyu-Nya didunia yang penuh dengan mesiu peperangan. Dan gas beracun dapat
memabukkan kita sehingga kita tidak mendengar dengan sungguh-sungguh atau tidak mau
mendengar apa yang Allah katakan. Sejak saat Allah memberikan wahyu-Nya, terdapat
gerakan menentang yang hebat untuk menutupi wahyu itu dengan cara apa pun.[25]

Kesimpulan
Dari pembahasan paper ini dapat diketahui bahwa wahyu umum dan wahyu khusus
memiliki perbedaan yang sangat berbeda namun saling berkaitan. Tanpa wahyu umum,
wahyu khusus tidak dapat dimengerti oleh khalayak banyak begitu juga sebaliknya tanpa
wahyu khusus, wahyu umum tidak memiliki makna yang bisa mengantar seseorang untuk
dapat mengenal penciptanya secara jelas dan mendalam. Kedua wahyu ini saling
menyempurnakan didalam perbedaannya.
Secara singkat pembahasan dalam paper ini mengenai pewahyuan dapat
memberikan suatu pengertian kepada pembaca tentang perbedaan antara wahyu umum
dan wahyu khusus. Wahyu umum adalah Allah mengenalkan diri-Nya melalui Agama, rasio,
alam dan semua yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat kita lihat dan
wahyu khusus adalah cara pengenalan yang dilakukan Allah secara khusus kepada
orang-orang yang percaya kepada-Nya. Ini adalah suatu perbedaan yang dapat kita lihat
dan dapat kita mengerti secara mudah.
Jadi, pada akhirnya semua yang diwahyukan adalah berasal dari Allah walaupun
memiliki cara-cara yang berbeda. Itulah inisiatif Allah untuk memperkenalkan diri-Nya
kepada semua orang didunia, namun semua orang harus mengetahui dengan jelas
pewahyuan tersebut agar tidak salah dalam pengenalan akan Allah. Dalam pembahasan ini
kita sudah dapat membedakan jenis-jenis pewahyuan oleh karena itu, sebagai pembaca
sudah mampu menjelaskan kepada khalayak yang belum mengerti pewahyuan.

Anda mungkin juga menyukai