Anda di halaman 1dari 37

TESIS 4

OLEH ALLAH YANG MEWAHYUKAN DIRI


DALAM SEJARAH ,
MANUSIA DISAPA;
DALAM IMAN MANUSIA MENDENGAR SERTA
MENJAWAB SAPAAN ITU DALAM KONTEKS
HIDUPNYA,
SEHINGGA TERJALIN HUBUNGAN YANG
AKRAB
Dalam tesis 4 ini mau ditunjukkan bahwa
wahyu dan iman merupakan sesuatu yang
harus dipahami secara korelatif. Wahyu Allah
mengharapkan, bahkan mengandaikan iman
manusia, karena wahyu yang tidak ditanggapi
dengan iman tidak mencapai sasarannya. Allah
memperkenalkan diri kepada manusia agar
dikenal oleh manusia dan kemudian manusia
menanggapinya. Haruslah tetap disadari
bahwa walaupun iman adalah tindakan
manusia, iman tetap merupakan rahmat Allah.
POKOK PERSOALAN

1. Bagaimana Allah menyapa manusia?


2. Bagaimana tanggapan manusia terhadap
wahyu/sapaan Allah tersebut?
3. Apa hasil dari relasi Allah-manusia tersebut?
Beberapa Istilah
1. Oleh Allah : Mengungkapkan bahwa seluruh proses
pewahyuaan berpangkal dari inisiatif Allah sendiri.
2. Mewahyukan diri : Wahyu = pernyataan/pemberian
diri Allah kepada manusia.
3. Revelatio = penyingkapan selubung. Allah berkenan
mengungkapkan dan menyatakan diriNya.
4. Dalam Sejarah : Proses pewahyuan diri Allah
berlangsung dalam konteks sejarah hidup manusia,
terjadi dalam rentetan peristiwa-peristiwa yang
konkret.
5. Iman: Sikap manusia yang menerima / menyetujui
pewahyuan diri Allah
6. Mendengar : Tidak hanya dalam arti fisik (memakai
telinga) tetapi terutama dalam arti rohani. Manusia
membuka batinnya terhadap sapaan Allah.
7. Menjawab : Bukan hanya secara verbal
mengamini wahyu Allah, tetapi lebih-lebih
secara aktual menunjukkan dalam tindakan
nyata

8. Konteks Hidup : Tindakan mendengar dan


menjawab terjadi dalam situasi hidup manusia
secara konkret, aktual, sekarang dan di sini (hic
et nunc)
Penjelasan Tesis

Allah mewahyukan diri


Allah mewahyukan diri kepada manusia berarti Allah
memperkenalkan diriNya kepada manusia . Dengan
memperkenalkan dirinya kepada manusia Allah ingin
menjumpai manusia . Allah yang transenden ingin
berhubungan dengan manusia . Wahyu berasal dari
Allahsendiri, dalam arti sungguh-sungguh inisiatif
datang dari Allah. Maka wahyu bisa dikatakan
pertemuan antara Allah dan manusia dari sisi Allah .
• Pewahyuaan diri Allah tidak hanya berisi
pengetahuan tentang Allah, tetapi lebih-lebih Allah
sendiri yang menyerahkan diri Nya kepada manusia.
Yang diwahyukan Allah (objek wahyu) tidak hanya
tentang siapa diriNya. Tetapi juga apa yang menjadi
rahasia kehendakNya terhadap manusia. Rencana
Allah kepada manusia adalah keselamatan manusia.
Allah ingin agar manusia bersatu kembali dengan
Allah.
• Wahyu juga bukan hanya
pengetahuan tentang rencana
keselamatan dari Allah, tetapi juga
lebih-lebih komuniksasi yang
mengundang partisipasi dari
manusia.
Wahyu
Asal wahyu : Inisiatif dari Allah/ kehendak bebas
Allah
Objek wahyu : Diri Allah sendiri
Alasan wahyu : Cinta yang total kepada manusia
Tujuan wahyu : Persekutuan dengan Allah/
keselamatan manusia
Sasaran wahyu : Manusia
Paham wahyu dalam kitab suci
PL : Pernyataan diri Allah melalui Taurat
dan warta para nabi (termasuk melalui
tanda-tanda alam)

PB : Pernyataan diri Allah melalui Yesus Kristus


(Mat 11:27; Lks 10:20-21)

Kisah Rasul: Kabar gembira mengenai Yesus Kristus


(Kis 3:17-26)
Paulus : Pewartaan kabar gembira tentang
rencana keselamatan Allah yang tidak berasal dari
perkataan manusia, namun dari Allah (1 Tes 2:13)
Paham Wahyu dalam Magisterium
Konsili Vatikan I
Konstitusi Dei Filius membedakan antara
wahyu kodrati dengan wahyu adi kodrati
• Wahyu Kodrati : Kebenaran Allah yang
dapat diketahui dengan pasti dari dunia
ciptaan , melalui kemampuan kodrati akal budi
manusia dan mengetahui pengetahuan filsafat
(Roma 1:20)
• Wahyu adikodrati : Kebenaran atau misteri-
misteri ilahi yang tidak dapat di ketahui oleh
kekuatan manusia dan hanya merupakan
anugerah bebas Allah. Dalam hal ini Allah
hanya kita kenal dalam kitab suci (Ibrani 1:1).
Dalam PL dan PB kita menemukan wahyu
adikodrati mengenai kebenaran dan misteri
Ilahi. Yang kita ketahui hanyalah keputusan
abadi kehendakNya yaitu
rencana keselamatanNya.
Konsili Vatikan II
• Wahyu adalah pernyataan diri Allah yang
mengundang jawaban iman pribadi (DV 2, 6).
Allah berkenan menyatakan dan memberikan
seluruh hidupNya dan rencana
keselamatanNya. Wahyu Allah bukanlah
informasi semata, tetapi pertama-tama adalah
komunikasi personal yang mengundang
partisipasi manusia.
Dalam sejarah umat manusia
Dengan menciptakan alam semesta ini, sesungguhnya
Allah sudah mewahyukan diriNya kepada manusia
(wahyu umum) Yoh 1:3 dan Roma 1:19-20. Allah
dikenal sebagai Allah pencipta. Namun secara konkret
pewahyuan Allah tampak dalam sejarah keselamatan
(wahyu khusus). Wahyu Allah tidak diberikan secara
mendadak namun melalui proses bertahap (dinamis).
Ibrani mengatakan:
“ Setelah pada zaman dahulu Allah berulangkali dan
dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita
dengan perantaraan para nabi, maka pada zaman akhir
ini, ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan
AnakNya.” Ibrani 1:1-2
Pewahyuan Allah dalam sejarah keselamatan ini
dimulai dengan pewahyuan Allah kepada Abraham
dalam Perjanjian Lama.

Dalam Perjanjian Lama


Abraham taat kepada Allah untuk pergi ke tanah
yang dijanjikan Allah. Abraham hanya percaya saja
kepada Allah. Dia hanya berpegang pada janji Allah.
Dalam pengalaman Abraham inilah wahyu Allah
berjumpa dengan iman Abraham (Kej 12:1).
Pewahyuaan diri Allah ini diteruskan dalam sejarah
bangsa Israel selanjutnya.
 Jaman Musa dan para Nabi
 Jaman Para Hakim-hakim
 Jaman Raja-raja
 Jaman Israel setelah pembuangan
Dan akhirnya masuk ke Perjanjian Baru
Berpuncak dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus
adalah puncak kepenuhan wahyu Allah.

Ketika Yesus kembali ke rumah Bapa, wahyu di


teruskan oleh Roh Kudus di dalam GerejaNya, dan
sampai pada manusia sekarang ini
Manusia disapa
Dengan mewahyukan diriNya, Allah menyapa
manusia. Perjalanan sejarah keselamatan
manusia merupakan wujud nyata kasih Allah
yang menyapa manusia.

Allah membuka dan menyerahkan diriNya


kepada manusia. Sapaan Allah kepada manusia
bukan sapaan yang basa basi, tetapi sapaan
yang mengundang manusia untuk terlibat di
dalam kesatuan dengan Allah sendiri.
Sapaan Allah mengundang manusia untuk
menanggapinya dengan iman. “Wahyu Allah bukan
sekedar informasi, melainkan komunikasi yang
mengundang partisipasi.
“Allah menyapa manusia sebagai sahabatNya dan
bergaul dengan mereka, untuk mengundang mereka
ke dalam persekutuan dengan diriNya dan
menyambut mereka di dalamnya.” DV 2
Allah telah mewahyukan diri dengan berbagai
cara. Dalam sejarah keselamatan, Allah
mewahyukan diri melalui perjanjian-
perjanjianNya dengan bangsa Israel.

Allah menampakkan diri melalui Bapa-bapa


bangsa : Abraham, Ishak dan Yakub. Melalui para
nabi yang menjadi pewarta kebenaran dari Allah
sendiri, dan akhirnya dalam Perjanjian Baru
berpuncak dalam diri Yesus Sendiri. Sampai saat
ini wahyu itu masih diteruskan di dalam diri
Gereja dengan bimbingan Roh Kudus, sampai
akhirnya membawa manusia dalam persatuan
dengan Bapa sendiri.
Inilah sapaan Allah pada manusia sepanjang jaman,
yang mengajak manusia untuk menanggapinya
dengan iman yang akan membawa pada rencana
keselamatan Allah sendiri, yaitu persatuan dengan
Bapa pada akhir jaman.
Dalam Iman
Arti Iman
Jika wahyu dipahami sebagai sapaan dari Allah kepada
manusia, maka jawaban dari manusia atas sapaan Allah
itulah yang disebut iman. Sebagaimana wahyu dipahami
sebagai pertemuan antara Allah dengan manusia dari sisi
Allah, demikian juga dengan iman dilihat dari sisi manusia.
Sebagai mana Allah menyapa dan memberikan diri kepada
manusia di dalam pewahyuanNya, demikian juga di dalam
iman manusia menyerahkan dirinya kepada Allah.

“Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia


wajib menyatakan ketaatan iman. Demikian mansuia
dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah,
dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta
kehendak yag sepenuhnya kepada Allahyang
mewahyukan dan dengan sukarela menerima sebagai
kebenaran, wahyu yang dikaruniakan olehNya.” DV 5
Allah mewahyukan diri kepada manusia
sebagai sahabat. Pernyataan diri Allah
bertemu dengan penyerahan diri yang
seutuhnya dari manusia. Disinilah terjalin
hubungan yang akrab antara Allah dan
manusia sebagai sahabat.

Paham Tentang Iman. Iman seakar dengan


kata aman atau amin yang artinya
menyetujui dan menerima apa yag
dikatakan. Iman adalah penyerahan diri
kepada Allah, jawaban atas wahyu Allah ,
menaruh harapan dan kepercayaan kepada
Allah.
Perlu dibedakan antara :
Iman Subjektif : Iman sebagai suatu sikap,
tindakan terbuka untuk mencari
kebenaran Ilahi.
Iman Objektif : Sasaran /Objek Iman (apa yang
diimani).

Iman melibatkan seluruh hidup manusia dan


melibatkan pengetahuan, keyakinan, ketaatan, rasa
percaya dan harapan.
Paham Kristiani tentang Iman
Untuk bisa lebih memahami iman secara lebih
dalam, kiranya perlu juga melihat paham iman
menurut kitab Suci dan Tradisi Gereja. Iman menurut
Kitab Suci

Perjanjian Lama
Iman dipahami sebagai sikap mendengarkan. Allah
mewahyukan diri melalui sabdaNya, maka manusia
harus mendengarkan. Pengalaman panggilan Samuel
menjadi dasaryang penting dalam hal ini.
“Berbicaralah, hambaMu mendengarkan” (1 Sam
3:10). Abraham menjadi model orang beriman lyang
sempurna (Kej 12:1, 4a).
Unsur selanjutnya yaitu kesetiaan dalam
melaksanakan kehendak Allah Mikha 6:8 dan
unsur terakhir yaitu percaya pada perjanjian
Allah (Kej 15:6)
Perjanjian Baru
• Injil Sinoptik : Beriman berarti mendengarkan.
Seperti sabda Yesus : “ siap yang mempunyai telinga
hendaklah ia mendengar” (Mark 4:9). Beriman juga
berarti mengerti (Mat 13:19). Mengerti dalam hal ini
berarti menerima sabda Allah dan hidup sesuai
dengan sabda itu. Satu sikap sebagai wujud iman
yaitu bertobat, orang berbalik kepada Allah (Mat
1:15)
• Yohanes : Beriman berarti pilihan untuk memihak
pada Yesus. Tidak beriman berarti menolak Yesus.

• Kisah Para Rasul : Beriman berarti memiliki sikap


yang melekat pada Yesus atau sikap yang selalu
mengarahkan diri pada Yesus Kis 3:16. Iman
adalah anugerah Allah yang bekerja dari luar
yaitu dari pewartaan para rasul dan dari dalam
yaitu Allah yang bekerja dalam hati manusia.
• Surat2 Paulus : Beriman berarti mengenal misteri
Allah dalam Yesus Kristus. Paulus mengartikan
“Sabda Allah” bukan pertama-tama tentang berbagai
macam kebenaran melainkan tentang diri Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat. Imanlah yang
menyelamatkan bukan ketaatan pada hukum taurat
(Roma 3:21-31)
Iman menurut Tradisi Gereja
• Agustinus : Iman adalah rahmat/gratia dari Allah

• Konsili Orange (529) : Iman adalah rahmat dari Allah.


Khususnya pada saat manusia bersedia membuka
diri bagi penerimaan wahyu Allah.

• Konsili Trente (1545-1563) : Untuk dibenarkan


seseorang perlu melengkapi imannya dengan
perbuatan. Iman menyangkut keyakinan, ketaatan,
kasih yang diwujudkan melalui perbuatan yang
konkret (Yak 2:14-20)
• Konsisli Vatikan I (1868-1870) : Beriman berarti
wajib percaya kepada Tuhan yang mewahyukan
dirisebagai pencipta dan Tuhan. Dasar kewajiban
ini adalah ketergantungan manusia sepenuhnya
pada Allah. Kepatuhan akal budi dan kehendak
bebas manusia.

• Otonomi manusia terletak pada kemampuan akal


budinya, maka manusia kepatuhan manusia pada
kehendak Tuhan harus didasari dengan sikap yang
tahu/mengerti dn mau. Iman sebagai karya Roh
Kudus dan tindakan manusia. Roh Kudus
menggerakkan manusia dari dalam untuk
beriman, namun manusia juga aktif menanggapi
gerakan Roh Kudus itu dengan kehendak bebas
yang dimilikinya.
• Konsili Vatikan II 1962-1965
• Iman adalah penyerahan diri manusia seluruhnya
kepada Allah secara bebas. Penyerahan melibatkan
unsur akal budi dan seluruh kepribadian manusia
sasaran iman adalah Allah sendiri. Iman juga
dipandang sebagai anugerah. Manusia dapat
beriman dengan bantuan rahmat Allah. Roh Kudus
berperan menggerakkan hati, membuka mata budi
dan memberikan kegembiraan bagi orang beriman.
Manusia mendengar dan menjawab
sapaan Allah dalam konteks
hidupnya.
• Iman berakar pada pengalaman hidup
manusia. Sebagaimana pengalaman bangsa
Israel dalam sejarah keselamatan. Allah
membebaskan bangsa Israel dari perbudakan
di Mesir. Allah menuntun dan memelihara
bangsa Israel ketika dalam perjalanan di
padang gurun. Allah hadir dalam setiap
pengalaman bangsa Israel.
Iman memang pertama-tama adalah hubungan
personal antara manusia dengan Allah. Manusia
yang personal ini juga hidup dalam lingkungan
masyarakat dan kebudayaan tertentu. Hidup sosial
dan kebudayaan yang mewarnai manusia juga
mempengaruhi sikap beriman manusia. Iman yang
konkret selalu menyangkut hidup manusia yang
konkret dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
sosial kemasyarakatan dan budaya.
Dalam mewahyukan diriNya, Allah menyapa manusia
dengan bahasa manusia. KV II menyebutkan “Allah
telah bersabda menurut kebudayaan yang khas bagi
berbagai jaman” (GS 58).

Demikianlah manusia yang beriman mendengar dan


menjawab sapaan Allah itu dalam konteks hidupnya,
dalam seluruh pengalaman konkretnya sebagai
manusia.
Sehingga terjalin
hubungan yang akrab
• Allah menyapa manusia sebagai sahabat dan mendekatinnya
sedekat mungkin. Hal ini paling tampak dalam peristiwa
Yesus. Yesus adalah Allah yang hadir dan terlibat dalam
kehidupan manusia. Ini adalah tanda solidaritas Allah pada
manusia. Dalam peristiwa Yesus, Allah memiliki pengalaman
sebagai manusia. Yesus sendiri yang adalah Allah menyebut
murid-muridNya sebagai sahabat.

“Kamu tidak lagi Ku sebut hamba, melainkan


sahabat - sahabatKu. Tidak ada kasih yang
lebih besar dari pada kasih seorang yang
menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatNya.”
(Yoh 15:9-17)
Kesimpulan
Wahyu dan Iman merupakan hubungan yang sangat
personal antara Allah dan manusia. Allah
mewahyukan diri dengan cara yang berbeda-beda
dan kemudian mansuia menanggapi/menjawab
wahyu Allah ini dengan cara yang berbeda-beda pula.

Hubungan manusia dengan Allah menjadi sangat


personal. Seorang pribadi mengalami Allah dengan
pengalaman yang berbeda-beda. Namun justru inilah
yang menjadi tanda keakraban dan hubungan yang
personal antara Allah dengan manusia sebagai
seorang pribadi.

Anda mungkin juga menyukai