Anda di halaman 1dari 10

PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

YESUS KRISTUS ADALAH PUNCAK DAN PEMENUHAN WAHYU

ALLAH

Yesus Kristus adalah puncak dan pemenuhan wahyu Allah. Di dalam

Kristus, Allah yang menyapa manusia dan rencana keselamatan-Nya mencapai

kepenuhannya. Sebab, “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia”

(Kol 1,19). Di dalam Yesus, perwahyuan Allah itu tidak lagi menjadi suatu

rencana keselamatan melainkan justru Yesus Kristuslah keselamatan Allah

sendiri. Dalam diri Kristus perwahyuan Allah kepada manusia mencapai puncak

dan keakrabannya dan kedekatannya. “Dalam Dialah berdiam secara jasmaniah

seluruh kepenuhan keAllahan” (Kol 2,9). Kesempurnaan kepenuhan wahyu

datang dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak hanya menyampaikan firman

Allah (Yoh 3,34). Yesus Kristus adalah Sang Firman Allah sendiri (Yoh 1,1; Why

19,13). Dengan kata lain, Yesus Kristus adalah pernyataan Allah sendiri. Dalam

diri Yesus Allah memberikan diri secara penuh kepada manusia. Yesus

mewujudkan wahyu Allah dalam diri-Nya, dalam hidup, wafat dan kebangkitan-

Nya. Karena itu, inkarnasi Yesus Kristus, seluruh perjalanan hidup, nasib, karya

dan memuncak dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya menjadi tanda jelas

bahwa wahyu Allah itu terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. “Barangsiapa

melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14,9).Dengan demikian, dalam diri

Yesus Kristus dengan seluruh peristiwa hidup-Nya merupakan keselamatan Allah,

yaitu kesatuan antara Allah dan manusia. Allah memerosotkan diri-Nya dan

menggunakan cara-cara manusiawi agar dapat menyatakan diri-Nya dan rencana

keselamata-Nya kepda manuia.

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

Perwahyuan Allah adalah tindak Allah yang mengkomunikasikan diri-

Nya. Dan komunikasi Allah yang mencapai kepenuhan-Nya dalam Yesus Kristus

itu menjadi langkah bagi Allah untuk menyapa manusia. Ia tidak pertama-tama

memerintah, melainkan mengajak manusia berkomunikasi dan mengundang

manusia masuk dalam persekutuan dengan-Nya. Komunikasi Allah mengundang

manusia untuk tidak hanya diam saja, tetapi perwahyuan diri Allah mengundang

manusia dalam percakapan yang intim dengan Allah. Maka dikatakan dalam DV 2

“dari kelimpahan kasihnya, (Ia) menyapa manusia sebagai sahabat-sahabatNya

dan bergaul dengan mereka”. Manusia disapa Allah sebagai sahabat-sahabat-Nya.

Karena itu, perwahyuan diri Allah merupakan komunikasi Allah yang dialogis di

mana Allah memberikan diri-Nya kepada manusia dan manusia menerima

pemberian diri Allah itu. Pemberian diri Allah itu, penuh dalam Yesus Kristus

yang tinggal di tengah-tengah kita. Dalam iman, manusia mendengar serta

menjawab sapaan itu dalam konteks hidupnya.Dengan dan karena iman manusia

mampu mendengar dan menjawab sapaan Allah. Apa yang dimaksud dengan

iman?

Kata ‘iman’ merupakan terjemahan dari kata pistis (Yunani), fides (Latin), dan

faith (Inggris) yang berarti kepercayaan, keyakinan dan penerimaan wahyu Allah.

Dalam konteks teologi “iman” dan “percaya” dimaksudkan untuk menunjukkan

hubungan manusia dengan Allah, utamanya dengan menerima wahyu. Iman dalam

bahasa Ibrani ‘mn berarti mengandung pemahaman tentang “sesuatu yang dapat

diandalkan dan dipercaya”. Isi iman PL adalah kepercayaan kepada janji dan

tuntunan Allah bagi umat Israel. Atas wahyu Allah manusia menjawab dengan

kesiapsediaan dan ketaatan. Dalam tataran tertentu, iman dipahami sebagai setia

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

dan mentaati perintah Allah agar memperoleh hidup. Karena itu, tekanan

utamanya adalah “untuk mengasihi Tuhan Allahmu dengan hidup menurut jalan

yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya,

supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh Tuhan, Allahmu . .

. “ (Ul 30,16). Dalam sejarah perjalanan bangsa Israel, Abraham menjadi model

orang beriman yang sungguh percaya dan mengandalkan Allah (Kej 12, 1-4).

Iman juga merupakan suatu tindakan, yaitu sikap setia dalam melaksanakan

kehendak Allah (Mi 6,8), mengakui Yaurat sebagai kehendak Allah (Mzm

119,66) dan menerima utusan-utusan Allah (Kel 14,31; 2taw 20,20).

Injil Sinoptik, iman dipahami sebagai sikap mendengar (Mat 4,9 : “Siapa

mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar”), percaya dan

mempercayakan diri kepada Yesus (Mat 9, 27-31; Luk 7,6-9). Percaya itu tidak

cukup mendengar namun mengerti (bdk. Mat 13,19). Mengerti berarti : menerima

sabda Allah dan hidup setia sesuai dengan sabda Allah. Beriman juga berarti

bertobat dan berbalik kepada Allah (Mrk 1,15). Yohanes : beriman itu berarti

percaya kepada Yesus sebab Yesus mengerjakan yang diperintahkan Bapa.

Dengan demikian beriman berarti percaya kepada Bapa yang mengutus Yesus

(Yoh 14). Tberiman atau tidak beriman merupakan sikap ya atau tidak kepada

Yesus. Beriman berarti pilihan untuk memihak Yesus dan menerima Sabda-Nya.

Tidak beriman berarti menolak Yesus (Yoh 15). Paulus : beriman berarti semakin

mengenal misteri Allah dalam Yesus Kristus. Manusia diajak semakin mengenal

rencana penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus (Bdk. 1Kor

1,17; 2, 1-4; Kol 2, 2-3). Iman merupakan perbuatan yang dengannya manusia

menyerah-kan diri kepada Allah sebagai sumber satu-satunya keselamatan. Orang

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

beriman kepada Allah melalui Putera-Nya sebab melalui Putera-Nya itu Allah

bersabda. Karena itu, bagi Paulus beriman berarti mempersatu-kan diri dengan

Kristus. Paulus mengartikan sabda Allah bukan pertama-tama kebenaran,

melainkan diri Kristus, sebagai Tuhan dan Penyelamat. Hanya imanlah yang

menyelamatkan (Rm 3, 21-31) dan bukan Taurat. Yakobus : “Iman tanpa

perbuatan pada hakekatnya mati” (Yak 2, 26). Bagi Yakobus, beriman itu tidak

hanya berhenti pada mendengarkan dan percaya kepada Allah, melainkan juga

melaksanakannya.

Dalam DV 5 dikatakan bahwa :Kepada Allah yang menyampaikan wahyu,

manusia wajib me-nyatakan “ketaatan iman”. Demikianlah manusia dengan bebas

menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersem-bahkan

“kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang

mewahyukan, dan secara sukarela menerima sebaai kebenaran wahyu yang

dikaruniakan oleh-Nya”

Dalam kutipan tersebut, tampak iman dipahami sebagai:

 Penyerahan seluruhnya dengan bebas kepada Allah (menyangkut

segi pengetahuan, keyakinan, pengertian dan pemahaman).

 Kepatuhan akal budi dan kehendak (berhubugnan dengan

kebebasan iman.

 Dengan pengakuan bebas à menyangkut kerelaan hati, keterbukaan

untuk menerima kebenaran wahyu.

Namun iman bukanlah pencapaian oleh manusia sendiri. Agar mampu

beriman, manusia membutuhkan rahmat Allah karena iman adalah anugerah

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

Allah. Dalam DV 5 dikatakan : “Supaya orang dapat beriman . . . diperlukan

rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh

Kudus, yang menggerakkan hati dan membaklikkannya kepada Allah, membuka

mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui

dan mempercayai kebenaran. Semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh

Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan melalui karunia-karunia-Nya”. Dari

kutipan itu kiranya dapat ditangkap bahwa iman merupakan rahmat Allah. Agar

orang mampu beriman, rahmat Allah diperlukan. Dengan kata lain, rahmat Allah

itu mendahului iman. Rahmat yang mendahului iman itu tak lain adalah Roh

Kudus yang berperan untuk membawa manusia menyadari karya Allah dalam

hatinya. Roh Kuduslah yang membuka mata budi dan menimbulkan iman pada

setiap orang.Dari situ dalam DV 5 dapat dikatakan bahwa : Iman merupakan

rahmat Allah, Iman juga merupakan jawaban bebas manusia terhadap Allah, Iman

mengandung unsur pengertian manusia (akal budi). Dengan kata lain, dalam

peristiwa iman ada 3 unsur yaitu : rahmat, akal budi dan kehendak bebas manusia.

Iman mengandaikan pengertian sebab iman adalah tindakan intelektual dan

sekaligus mengandaikan kehendak bebas manusia yang sangat membutuhkan

rahmat. Akhirnya, KV II memaknai iman sebagai tanggapan manusia berkat

bantuan Roh Kudus kepada pemberian diri Allah dalam Kristus, yang berupa

penyerahan diri secara bebas kepada Allah.

Iman dan kehidupan tidak dapat dipisahkan. Iman yang hidup adalah iman

yang berakar dan mengakar pada pengalaman hidup manusia. Iman bukanlah

bentuk mati yang tinggal dikenakan, melainkan sebuah proses perjumpaan

manusia dengan Allah dengan cara yang sangat manusiawi dalam gerak sejarah

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

kehidupan. Dan iman yang hidup itu pastilah menggerakkan hidup manusia dan

menimbulkan kesadaran baru. Dengan kata lain, iman sebagai tanggapan atas

perwahyuan Allah tidak dapat dilepaskan dari konteks hidup manusia.

Pengalaman hidup sehari-hari menjadi medan bagi manusia men-dengar dan

menjawab Wahyu Allah. Sebagai contohnya : pengalaman umat Israel dibebaskan

dari Mesir dan pengalaman di padang gurun selama 40 tahun. Pengalaman itu

menjadikan bangsa Israel sadar bahwa Allah sungguh-sungguh setia kepada umat

pilihan-Nya. Dalam pengalamannya yang konkret itu, bangsa Israel mengalami

Allah yang bersabda, menyapa mereka dan menyampaikan rencana keselamatan-

Nya. Dalam GS 58 dikatakan “Allah, yang mewahyukan Diri kepada umat-Nya

hingga penam-pakan Diri-Nya sepenuhnya dalam Putera-Nya yang menjelma,

telah bersabda menurut kebudayaan yang khas bagi zaman”

Allah menyapa dan menyampaikan kabar keselamatan-Nya dalam konteks

hidup dan kebudayaan khas manusia. Manusia bukan makhluk individual dan

tanpa dunia yang melingkupi-nya. Dalam konteks kebersamaan dengan yang lain

dan lingkungan masyarakat dan budaya tertentu, manusia beriman sebab iman

bukanlah sisi kehidupan manusia yang dapat dilepaskan dari kenyataan hidup

manusia sendiri. Karena itu, iman tidak dapat dipisahkan dari kebersamaan

dengan yang lain. Sebab, dalam suasana hidup yang dipengaruhi oleh lingkungan

masyarakat dan budaya tertentu, manusia mengalami sapaan Allah yang

menyelamatkan. Terhadap Allah yang menyapa manusia dalam konteks hidup

manusia yang khas, dalam konteks hidupnya pula manusia menanggapi sapaan

Allah yang menyampaikan keselamatan-Nya. Karena itu, jawaban manusia harus

terwujud dalam keterlibatan yang aktif dalam perjalanan sejarah manusia, dalam

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

kehidupan nyata yang konkret dengan berbagai persoalannya. Iman bukan lagi

tanggapan yang bersifat abstrak, namun konkret dan kontekstual. Karena itu, iman

haruslah menjadi kenyataan hidup yang menggerakkan manusia dari dalam. Iman

harus terwujud dalam tindakan moral. Karena itu, dalam beriman secara konkret

dalam konteks hidup, manusia membutuhkan terus-menerus pertolongan Roh

Kudus agar mampu mengenali perwahyuan Allah dalam kenyataan hidupnya dan

menjawab sapaan Allah itu secara kontekstual pula. Tujuannya adalah agar hidup

manusia tetap bermakna. Tentu saja wahyu Allah bukanlah jawaban langsung atas

persoalan hidup beriman, namun dalam terang dan bimbingan Roh Kudus

manusia menemukan kehendak Allah.

Allah menyapa manusia sebagai sahabat dan bergaul dengan manusia. Hal

itu berarti Allah berkehendak menjalin relasi yang intim dan personal dengan

manusia. Hubungan Allah dengan manusia adalah hubungan antar pribadi yang

intim. Intimitas dan personalitas hubungan Allah-manusia itu tampak dalam diri

Yesus, dalam seluruh peristiwa hidupnya. Yesus adalah Allah yang seperasaan

dan sependeritaan dengan manusia. Di dalam Yesus, Allah melibatkan diri secara

penuh dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, Yesus adalah solidaritas Allah

pada manusia. Di dalam diri Yesus, Allah menyapa dan berbicara dengan manusia

dengan cara-cara yang manusiawi. Di dalam Yesus, manusia tidak lagi disebut

hamba, melainkan sahabat dan menjadi anak-anak Allah berkat penebusannya

yang memuncak dalam sengsara, wafat dan kebangkitannya. Kamu adalah

sahabat-Ku . . . Aku tidak menyebut kamu lagi hamba. . . . Aku menyebut kamu

sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang

telah Kudengar dari Bapa-Ku (Yoh 15,14-15)

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

Perwahyuan diri Allah bertujuan untuk mengundang manusia masuk

dalam persekutuan dengan Allah. Maka, manusia masuk menjadi anggota

keluarga Allah, ahli waris (Bdk. Gal. 4, 1-9). Wahyu Allah dan iman sebagai

tanggapan manusia menjadi dialog yang akrab, intim dan personal antara Allah

dengan manusia. Allah menyapa manusia dengan cara yang khas manusia. Dan

manusia menanggapi sapaan Allah dengan cara yang khas pula seturut

pengalaman hidupnya. Dan justru inilah menjadi tanda bahwa hubungan Allah

dan manusia sedemikian akrab dan personal.

Inti dan ciri khas (identitas) agama Kristiani, khususnya Katolik, adalah

YESUS KRISTUS. Kristen berarti pengikut Kristus. Tetapi siapakah Yesus

Kristus itu? Ada beberapa hal istimewa yang membedakan-Nya dari semua orang

ataupun penganjur agama lain, yakni:

 Perhitungan tahun yang dipakai saat ini, bahkan oleh orang-orang yang tak

bertuhan atau menyangkal Tuhan, adalah berdasarkan tahun kelahiran

Yesus Kristus. Mereka akan memakai perhitungan sebelum Masehi dan

sesudah Masehi, di mana pembagian tersebut menjadi sebelum

kedatangan-Nya dan sesudah kedatangan-Nya.

 Hari Minggu sebagai hari istirahat semua orang di dunia berdasarkan hari

kebangkitan Yesus. Sebelum Yesus bangkit, ada orang beristirahat pada

hari ke tujuh (Sabtu), namun sesudah Yesus bangkit, semua orang

beristirahat pada hari pertama (Minggu).

 Yesus Kristus bangkit dari mati, Yesus bangkit berarti menjadi hidup

kembali. Ia lahir, hidup, mati, kemudian hidup kembali. Kebangkitan

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

Yesus adalah peristiwa sentral pewahyuan Allah dan puncak iman kita.

Oleh karena itulah kita percaya bahwa Yesus selalu menyertai kita.

 Yesus Kristus adalah Putera Allah, Yesus bisa bangkit dari kematian

karena Ia adalah putera Allah. Yesus menyebut Allah sebagai: Bapa-Nya

dan Allah menyebut Yesus sebagai Putera-Nya.

 Yesus lahir untuk mati, agar Ia bisa menebus dosa manusia. Inilah misi

atau tujuan perutusan Yesus yang lahir ke dunia dan menjadi manusia. Ini

pula-lah yang menjadi tema sentral Injil Markus: Yesus Kristus adalah

Putera Allah yang tersalib.

Warta dan pribadi Yesus membawa pertentangan. Konflik dengan mereka

yang memegang kekuasaan pasti berbahaya. Mewartakan cinta kasih Allah tanpa

syarat bagi orang jahat sekali pun, menjengkelkan mereka yang merasa berjasa di

hadapan Allah. Pribadi Yesus dirasakan sebagai batu sandungan yang

membahayakan ketentraman umum. Ia bergaul dengan siapa saja, berteman

dengan sampah masyarakat, makan bersama dengan orang jahat dan pelacur. Ini

menimbulkan kebencian luas. Di lain pihak ia dikagumi oleh rakyat kecil. Ia

berani melawan imam yang dianggap merupakan wakil Allah. Imam agung

merasa Yesus sungguh berbahaya. Yesus membiarkan diri ditangkap. Lalu diadili

secara paling tidak adil. Imam agung menolak Yesus. Yesus wafat di salib.

Seakan-akan Allah menjatuhkan vonis. Warta dan karya-Nya sepertinya tidak

direstui Allah. Yesus seakan-akan musuh Allah, dan penipu yang berpihak pada

Yesus berarti melawan Allah. Yesus sepertinya gagal total. Allah yang

diandalkan-Nya seakan-akan tidak merestui warta dan pribadi-Nya. Dengan

membiarkan diamati berarti Allah tidak merestui-Nya. Dan hal ini seakan menguji

JULIETH YOSPA R R K
PUNCAK DAN KEPENUHAN WAHYU: YESUS KRISTUS

iman Yesus sendiri : “Allahku, ya Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

(Mk 15:34).

Salib memang tak terselami. Namun inilah maksud kedatangan-Nya di dunia

ini. Orang lain lahir ke dunia untuk hidup di dalamnya. Tetapi Yesus datang untuk

mati di dalamnya. Bagi Kristus, kematian merupakan tujuan dan pemenuhan

hidup-Nya. Segala kata dan tindakan-Nya hanya dapat dipahami dengan penuh

dalam hubungannya dengan salib.

Yesus Kristus adalah satu-satunya tokoh yang kedatangan-Nya

dipermaklumkan terlebih dahulu dan diramalkan oleh para nabi bangsa Israel,

tetapi juga oleh para tokoh dari bangsa lain seperti Roma, Yunani, Tiongkok, dan

lain-lain.

Yesus bukanlah seorang penguasa melainkan seorang awam. Yesus tidak

membawa agama, tetapi hubungan pribadi dengan Allah. Yesus mengajak orang

untuk ikut serta dalam hubungan pribadi-Nya dengan Allah. Inti pewartaan Yesus

adalah kasih. Bukan tobat dan perbuatan dahulu baru kasih Allah, melainkan kasih

Allah terlebih dahulu pada manusia baru tobat dan perbuatan yang sesuai, karena

Allah memberi kasih tanpa batas. Oleh karena itu, inti dan ciri khas iman Kristiani

adalah pribadi Yesus Kristus yang merupakan Tuhan dan Kristus manusia. Jadi

yang paling penting bukan ajaran Yesus, bukan pula pada perkataan dan

perbuatan-Nya yang lampau, melainkan kedudukan-Nya sekarang, yang kini

sebagai Tuhan di tengah-tengah kita. Dasar iman kita adalah Yesus Kristus

menurut pewartaan para rasul. Iman kita tertuju dan mengandalkan Allah sendiri

yang menyapa kita melalui pribadi Yesus dari Nazaret.

JULIETH YOSPA R R K

Anda mungkin juga menyukai