Anda di halaman 1dari 10

Nama : Raka Sharmaraya

NIM : 16.01.1431

Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi

Mata Kuliah : Teologi Perjanjian Lama II

Dosen : Dr. Jontor Situmorang Kelompok 6

MENJELASKAN ARTI DAN MAKNA “CINTA” DALAM KEHIDUPAN ORANG-


ORANG MUDA MENURUT KITAB KIDUNG AGUNG

I. Pendahuluan
Kidung Agung adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang sering jadi
perdebatan dalam pembacaan dan penafsirannya. Alasan yang sering muncul adalah
dikarenakan bentuk dan isinya yang vulgar atau erotis, tetapi masuk dalam jajaran kitab
suci. Kita perlu menggali apa sebenarnya maksud dari Kidung Agung ini agar kita
mempunyai pemahaman yang benar tentang kitab ini. Makalah ini berfokus pada
penggalian makna dan cinta yang tersirat, makna teologi dan menjelaskan beberapa
pandangan penafsiran-penafsiran yang akan membantu menjelaskan arti dan makna cinta
dalam kitab Kidung Agung ini. Kitab Kidung Agung berisi sanjak-sanjak percintaan.
Sebagian besar berupa nyanyian bersahut-sahutan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Nyanyian-nyanyian ini sering diartikan oleh orang Yahudi sebagai gambaran
hubungan Allah dengan umat-Nya, dan diartikan pula oleh orang Kristen sebagai
lambang hubungan antara Kristus dan jemaat. Tetapi tafsiran semacam ini berasal dari
tradisi agama, bukan dari Alkitab sendiri, dan sebaiknya tidak dipentingkan lebih dari
maksud kitab yang utama, yakni tentang keindahan cinta antara laki-laki dan
perempuan.1 Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita bersama, Tuhan Yesus
Memberkati.
II. Pembahasan
II.1. Arti Nama Kitab
Kidung Agung dalam bahasa Ibrani disebut Syir Hassyirim yang arti
sebenarnya melampaui arti lagu atau nyanyian. Istilah Syir Hassyirim adalah
nyanyian yang terindah (dalam bahasa Inggris disebut Song Of Song) atau lagu di

1
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta : BPK-GM, 2017), 86.
atas segala lagu. Bangsa Israel banyak memiliki jenis nyanyian, tetapi Kidung
Agung adalah lagu yang tertinggi.2 Nama kitab ini diambil dari ayat pertama,
“Kidung Agung dari Salomo”. Kitab ini adalah yang pertama dari lima gulungan
Megillot dalam kanon Ibrani yang digunakan dalam perayaan-perayaan; biasanya
ditentukan untuk dibaca pada perayaan Paskah.3
II.2. Latar Belakang Kitab
Kidung Agung adalah suatu kumpulan lagu cinta yang dikarang dalam bahasa
puisi yang amat tinggi mutunya. Bahasa yang istimewa itu sudah menjadikan jelas
bahwa lagu-lagu yang terkandung dalam koleksi ini tidak berasal dari lingkungan
rakyat, melainkan dari seorang atau beberapa penyair yang berbakat. Studi
mengenai puisi dan cinta dari Mesir Kuno dan dari kalangan orang Arab di Timur
Tengah menyatakan bahwa ada sejumlah kesamaan dan kemiripan yang begitu
banyak, yang dalam kebiasaan untuk mengiringi pesta perkawinan yang
berlangsung berhari-hari lamanya dengan sejumlah lagu, dan cinta serta daya tarik
antara pria wan wanita ditonjolkan dan diluhurkan.4
II.3. Definisi Cinta dalam Perjanjian Lama
Dalam perjanjian lama kata ‫( אﬣﬤ‬Ahab) yang memiliki arti mengasihi atau
bahkan juga diartikan dengan cinta. Dalam perjanjian lama kata ini dituliskan
sebanyak 200 kata. Kata ini merupakan kata kerja maskulin, namun juga memiliki
benda bentuk feminis tunggal yaitu dengan kata ‫( ַא ֶהבֶה‬ahebe) yaitu dengan arti
cinta yang berdasar dari hati, dan biasanya dalam kitab LXX (septuaginta)
‫(ַא ֶהבֶה‬ahebe) diterjemahkan dengan kata άϒαπαω (agapao) yang merupakan kata
dasar kasih tanpa syarat atau bahkan dengan arti kasih yang tulus (Yer. 2:2,
Mzm.109:5).5 Kata ‫(ַא ֶהבֶה‬ahebe), mengasihi kasih lebih mengarah kepada
mengasihi antara hubungannya dengan manusia lain, dalam ranah mengasihi yang
nyata atau menjadi sifat dan karakternya, serta sebagai hubungan antara manusia
dengan Allah.6 Lebih khusus lagi dapat dilihat dalam segi keagamaan dan
keduniawian. Segi keagamaan senantiasa mengacu kepada hubungan Kasih Allah
kepada manusia, demikian juga sebaliknya antara hubungan kasih manusia kepada
2
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi (Medan : Bina Media Perintis, 2016), 149.
3
W.S. Lasor, D.A. Hubbard, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat (Jakarta: Gunung
Mulia, 2016), 166.
4
Wim Van der Weiden, Seni Hidup (Yogyakarta : Kanisius, 1995), 225-226.
5
Johannes Botterweck, In Theological Dictonary Of The Old Testament Vol 1, (Michigan : Publishing
Company, 1990), 103.
6
Katharine Doob Sakenfeld, “Love; Old Testament” in The Anchor Bible Dictionary Vol 4: K-N, (New
York: Doubleday Dell Publishing Group, 1992), 376.
Allah. Namun, dalam segi keduniawian mengacu kepada konsep mengasihi/kasih
antara sesama manusia itu sendiri, baik antara yang berlawanan jenis (kasih dengan
hubungan seks), antara keluarga, sahabat, dan sistem politik.7
II.4. Arti Cinta dalam Kidung Agung
II.4.1. Cinta adalah lambang tentang kasih Allah (Cinta yang Murni)
Kidung Agung merupakan suatu pelajaran, suatu perumpamaan (masyal)
luas yang menggambarkan keajaiban dan kekayaan cinta manusia yang
merupakan pemberian kasih Allah. Walapun bahasanya terang-terang,
Kidung Agung memberi keseimbangan antara dua ekstrem, yakni perbuatan
seksual yang berlebihan dan asketisme yang menyangkal kebaikan dan
kebenaran cinta jasmani dalam rangka pernikahan yang ditetapkan oleh
Allah. Terlalu sering asketisme itu dianggap sebagai pandangan Kristen
yang semestinya. Namun makna Kidung Agung tidak terbatas pada hal
cinta kasih insani. Young (1958: hlm. 534) mengusulkan: “Kitab itu tidak
hanya berbicara mengenai kemurnian cinta manusia, tetapi, dengan
masuknya kitab ini dalam kanon Alkitab, kitab ini mengingatkan kita akan
cinta yang lebih murni daripada cinta manusia.”8 Jadi dapat disimpulkan,
bahwa arti cinta dalam kitab Kidung Agung adalah lambang tentang kasih
Allah, karena cinta yang murni adalah cinta yang dari Allah yang
digambarkan melalui keajaiban dan kekayaan cinta manusia yang
merupakan pemberian kasih Allah.
II.4.2. Cinta (Kasih) adalah Sesuatu Yang Sangat Berharga
Cinta (kasih) itu adalah sesuatu yang sangat berharga, karena Kidung
Agung memuji dan meluhurkan cinta-kasih yang mempersatukan laki-laki
dan perempuan. Para berhikmat di Israel mengamati gejala itu antara
manusia. Mereka menilainya sangat positif. Sebab para berkhikmat percaya
bahwa cinta-kasih itu termasuk ke dalam ciptaan Tuhan dan merupakan
suatu karunia yang perlu diterima dan dihayati sesuai dengan kehendak
Penciptanya, sesuai dengan kodrat cinta-kasih itu sendiri.9
II.4.3. Cinta Kuat Seperti Maut

7
P.J.J.S.Els, New International Dictionary of Old Testament Theology & Exegesis Vol 1, (Carlisle:
Paternoster Press, 1997), 278-297.
8
W. S. Laser dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, 177.
9
C. Groenen OFM, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta : Kanisius, 1984), 206-207.
Artinya cinta tidak dapat dilawan seperti maut. Tidak ada yang lebih
kuat dan indah daripada ungkapan saling cinta di antara pasangan yang
sungguh-sungguh terikat satu sama lain. Siapakah dapat melawan
kekuasaan cinta sejati? Kekuatannya mengalahkan segala hal. Hal ini
teristimewa benar dengan kasih Kristus (bnd. 2 Kor. 5:14; Ef. 3:19). Tapi
cinta jangan dibohongi sebab cemburu adalah penyertaan cinta dan
kegairahan gigih seperti dunia orang mati. Cinta dan cemburu menang atas
segala hal. Gambaran di atas diteruskan dan dinyatakan dengan cara yang
paling dalam tentang cinta dalam segenap Kidung Agung. Bila cinta sejati
sudah bergelora maka apa pun tidak akan dapat merusaknya. Kekuatan
banjir dosa, maut, Iblis dan segala pemberontakan manusia tidak dapat
memadamkan kasih Kristus kepada manusia. Tapi cinta sejati bukan hanya
tidak dapat dipadamkan tapi juga tidak dapat dibeli. Salomo telah berusaha
dengan segenap tenaga untuk membeli cinta si gadis dengan segala
kemewahan istana, tapi sia-sia belaka.10
Namun ada teladan sebuah Cinta sejati yang paling tepat untuk
menggambarkan kalimat “Cinta Kuat Seperti Maut” yaitu cinta kasih
TuhanYesus yang telah mengorbankan diriNya di atas kayu salib. Itulah
sumber cinta yang kekal dan abadi. Cinta kasih yang sungguh rela
berkorban demi yang dicintai. Cinta yang tulus iklhas, tidak pamrih dan tak
pernah ingkar, cinta kasih yang kudus. Cinta sejati yang selalu memberi
makna dalam setiap kehidupan yang dicintai. Demikianlah Allah mencintai
manusia dengan“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN,tak habis-habisnya
rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”(Ratapan 3: 22-23).
II.4.4. Sesuatu yang Agung dan Indah dari Tuhan kepada Manusia
Pengertian tentang cinta diatas, penyaji melihatnya dalam kitab Kidung
Agung yang menuliskan betapa indahnya cinta antara seorang gadis dan
seorang pemuda. Termasuk dalam Kidung Agung 1:2-3 “Kiranya ia
mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada
anggur. Harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu,
oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu!”. Disini dapat diartikan cinta
itu begitu kuat yang mampu menggerakkan hasrat seseorang untuk bertemu
kekasihnya. Bukan hanya itu saja, dalam Kidung Agung 3:1-4 dikatakan:
10
..., Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2006), 363.
“Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi
tak kutemui dia. Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan
dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak
kutemui dia. Aku ditemui peronda-peronda kota. "Apakah kamu melihat
jantung hatiku?". Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung
hatiku; kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah
ibuku, ke kamar orang yang melahirkan aku.” Artinya adalah Cinta ini
adalah sesuatu yang indah dan agung yang diberikan Tuhan kepada
manusia, tentu saja dengan maksud dan tujuan yang baik.
II.4.5. Cinta Tidak Untuk Dijual
Pernyataan ini terdapat dalam Kidung Agung 8:5-14 yang
mengungkapkan cinta yang dijunjung begitu rupa, diletakkan dan
diekpresikan dari hati dengan kalimat: “Taruhlah aku seperti meterai pada
hatimu, seperti meterai pada lenganmu…. Kegairahan gigih seperti dunia
orang mati…” (ay. 6). Penggunaan kata “meterai” mengandung pengertian
tentang kepemilikan yang sah. Cinta yang telah dimiliki tidak dapat dibeli
atau ditukar dengan apapun. Itu dapat diartikan bahwa cinta sebagai dasar
sebuah relasi. Cinta bukan sebuah teori atau pemanis karena terdapat unsur
kepemilikan, hanya maut yang dapat memisahkan, karena itu harus dijaga
dalam kekudusan. Cinta mudah disebutkan tetapi bukan sesuatu yang
mudah untuk dilakukan. Bahkan Salomo pun yang begitu cakap menuliskan
puisi indah tentang cinta, pada akhirnya gagal melakukan puisi cintanya itu.
Tentunya, ini menjadi peringatan keras bagi kita semua.
II.5. Makna Cinta dalam Kidung Agung
II.5.1. Kidung Agung Menghargai Seksualitas
Jikalau kitab ini dipandang dari sisi sastra hikmat, berdasarkan
petunjuk ini dapat dikatakan bahwa kitab ini dituliskan untuk menghargai
seksualitas manusia. kalau dalam kitab ini terdapat bahan yang secara
khusus berkata-kata tentang perkawinan (Kid. 4:1-5:1), itu menandakan
bahwa keintiman seksualitas manusia dalam perkawinan dipandang sebagai
hal yang berharga. Seksualitas sendiri merupakan satu wujud dari berkat
Allah atas manusia.jadi, sekalipun ungkapan cinta yang dituliskan dalam
kitab ini dilihat dengan sangat vulgar, akan tetapi memiliki makna dan arti
yang sangat sacral. Karena, keintiman hubungan cinta antara mempelai
laki-laki dengan mempelai perempuan, begitulah kedekatan Tuhan dengan
umat-Nya.11 Kidung Agung menunjukkan bahwa Alkitab tidak pernah
memandang rendah seks. Seks adalah sesuatu yang alami dan dirasakan
oleh setiap manusia. Meskipun, seks hanya boleh dilakukan dalam
pernikahan kudus antara pria dan wanita.
II.5.2. Ungkapan Kerinduan
Makna cinta bisa digambarkan sebagai ungkapan kerinduan. Dimana
merindukan disiini dimaksudkan adalah Merindukan sesama manusia yang
sebagai bentuk rasa cinta kasihnya menjadi hal yang sangat wajar. Namun,
umat juga sering merindukan kehadiran Allah dalam hidupnya, dalam
setiap perjalanan hidupnya.Kerinduan umat kepada Allah menjadi hal yang
sangat sacral. Umat manusia sering merindukan kehadiran Allah dalam
keluarganya, dalam hatinya, karena ia merasakan bahwa hatinya tidak di isi
oleh Allah. Ungkapan kerinduan dalam Kidung Agung juga merupakan
ungkapan kerinduan bangsa Israel kepada Allah, karena kehancuran yang
mereka alami selama di masa pembuangan, maka Kidung Agung inilah
sebagai bentuk nyata sebuah kerinduan mereka. Umat percaya sebagai
orang yang telah menerima cinta kasih Allah dalam kehidupannya dan
dalam keluarganya, maka dengan tersendirinya ia juga akan mengagungkan
bahwa memuji Allah dengan setiap kebaikan-Nya dan cinta Allah. Karena,
cinta Allah yang begitu tulus dan begitu besar kepada umat manusia. Allah
adalah sumber cinta, oleh karena itu tidak ada satu definisi pun tentang
cinta yang berarti kalau tidak berasal dari Allah.12
II.5.3. Cinta Sejati Itu Ada
Kidung Agung menyebutkan bahwa cinta sejati itu memang ada.
Mungkin kita berpikir bahwa cinta sejati hanya dongeng, tetapi itu nyata.
Kidung Agung menceritakan bagaimana cinta sejati dirasakan Salomo
dengan pasangannya. Hal ini bisa dirasakan ketika masing-masing pasangan
bisa saling menutupi kelemahan pasangannya dan saling menerima dalam
kondisi apapun juga. Cinta sejati juga bersifat membebaskan orang yang
dicintai agar menjadi dirinya sendiri. Sifat yang utama dari cinta sejati
adalah memberi, bukan menerima. Cinta bukanlah tempat untuk

11
J.A.Telnoni, Tafsiran Alkitab Kidung Agung, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 15.
12
Rifai, Mengungkapkan Makna Kitab Kidung Agung, (Yogyakarta: Andi, 2005), 9-12.
beristirahat, melainkan bergerak, bertumbuh dan bekerjasama. Dengan
mencintai Allah dan kebenaran, orang juga mencintai dirinya sendiri serta
orang-orang lain dengan samabesarnya. Cinta adalah perasaan yang
tertinggi dalam kehidupan dan mengungkapkan dirinya dalam cinta yang
memberi dan tanpa pamrih.13
II.5.4. Tuntutan Untuk Tetap Tulus Dan Setia
Kitab Kidung Agung menggambarkannya dengan menggunakan kata
‘Nyalanya adalah nyala api Tuhan’ yang berarti bahwa sumber kekuatan
dari cinta kasih itu adalah Tuhan dengan kata lain Allah adalah sumber
cinta. Ungkapan cinta yang diungkapkan dalam Kidung Agung adalah
ungkapan cinta yang penuh dengan ketulusan dan dengan kesetiaan dan
ungkapan yang sepenuh kasih.14 Ungkapan cinta yang sepenuh hati tidaklah
hanya sebatas pada kata-kata saja melainkan lewat tindakan dan perbuatan
yang dilakukan.Ketika manusia mengungkapkan cinta yang sepenuh hati
kepada sesamanya dengan tindakan begitu jugalah umat perlu mencintai
Allah dengan sepenuh hatinya, menyeluruh, lahir dan batin, internal dan
eksternal. Cinta kepada Allah haruslah di atas segalanya, dengan mengasihi
Allah maka kita akan mengasihi sesama. Sebagaimana Allah ( 1 Kor. 12)
sekalipun masing-masing anggota memiliki fungsi dan peranan yang
berbeda namun semuanya itu diikat menjadi satu cinta. 15 Sebelum masa
kejatuhannya, Salomo menyadari betul bahwa cinta membutuhkan
kesetiaan. Bukan hanya karena pasangan kita tidak dapat memenuhi
kebutuhan kita, baik secara emosi dan fisik, bukan berarti salah satunya
harus berselingkuh. Untuk menghindari hal itu, libatkan Tuhan dalam
hubungan sehingga setiap masalah bisa diselesaikan dengan bijak dan
dalam hikmat-Nya, bukan karena dorongan emosi. Menariknya, Kidung
Agung dianggap menjadi puisi cinta yang mengungkapkan cinta kasih
dalam pernikahan yang romantis. Penggunaan kiasan yang santun dinilai
menjadi faktor yang mengubah persepsi kita tentang sisi romatisme yang
negatif dan seringnya dianggap tabu. Belajarlah untuk menghargai cinta
sebagai anugerah yang diberikan Tuhan kepada setiap orang.
13
Cecil G.Osborne, Seni Memahami Pasangan Anda, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 282.
14
J.A.Telnoni, Tafsiran Alkitab Kidung Agung, 15.
15
Yonky Karman, Bunga Rampai Perjanjian Lama Dari Kanon Sampai Doa,( Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), 120.
II.6. Cinta Menurut Kidung Agung Bagi Kaum Muda
Ibarat bunga mawar, cinta akan mekar dengan sendirinya hingga pada
waktunya. Janganlah membangkitkan cinta dalam diri orang lain jika kita tidak
memiliki maksud sama sekali untuk bersatu dengannya (menikah). Sekali cinta
bersemi maka ia pasti menghasilkan buah, namun juga bisa mati. Lembut tetapi
mudah sekali untuk layu. Karena itu janganlah kita berpetualang dalam perasaan
cinta kita maupun orang lain. Cinta, salah satu hal yang tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia. Mencintai dan Dicintai adalah sebuah kebutuhan. Dan
Kidung Agung merupakan kitab yang menjelaskan tentang Makna Cinta yang
sesungguhnya, meski terkadang kita menjadi risih jika membacanya. Tidak
mengherankan jika kitab ini menjadi kitab yang jarang tersentuh dalam kebaktian
umum, padahal kitab ini sangat dramatis berbicara tentang cinta dan seksualitas,
yang merupakan kenyataan hidup yang tidak bisa kita hindari, dan bahkan
merupakan anugerah Allah yang dimaksudkan untuk kita nikmati.
Seksualitas merupakan bagian dari penataan Ilahi mula-mula, tetapi bukan
bagian dari kejatuhan manusia. Hubungan seksual yang demikian akrab antara
sepasang kekasih mencerminkan hubungan dalam lingkup yang lebih tinggi, yaitu
hubungan yang berkaitan dengan diri Allah dan ciptaannya. Kekuatan Cinta tidak
diragukan lagi, dimana kekuatannya diibaratkan seperti nyala api TUHAN (Kid
8:6c-7a), Cinta bertujuan untuk menyatukan seseorang dengan yang lainnya,
bukan hanya tubuh/jasmaniah tetapi jiwa dan pikiran. (Kej 2:23-24, 1 Sam 18:1).
Cinta adalah suatu perasaan yang suci dan murni, tidak dapat dipaksakan (Kid 2:7;
3:5; 8:4) , dan bukan pula barang yang bisa diperjual-belikan, baik dengan
materi, jabatan, maupun status sosial (Kid 8:7b).
Berpacaranpun bukanlah main-main, karena ini merupakan sebuah perjalanan
sepasang kekasih yang saling mengasihi untuk menuju kesatuan penuh
sebagaimana yang diharapkan oleh cinta itu sendiri pada mulanya, yakni
pernikahan kudus yang diberkati oleh Allah sendiri. Apapun kondisi kita,
belajarlah untuk menyesuaikan diri dengan pasangan, dan jagalah cinta itu agar
selalu hangat di sepanjang waktu. Dan sebagai orang percaya, ingatlah bahwa
hubungan kasih sayangmu terhadap orang lain, baik orang-tua, keluarga, saudara,
sahabat, kekasih, dan hewan peliharaan sekalipun, mencerminkan hubungan kasih
sayang antara engkau dan Allah.
III. Kesimpulan
Jadi, dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kitab Kidung Agung merupakan
karangan Salomo yang ditulis kira-kira pada tahun 350 SM dengan nama ‘Syir Hasyirim’
yang berarti ‘nyanyian dari nyanyian-nyanyian’. arti cinta dalam kitab Kidung Agung
adalah lambang tentang kasih Allah, karena cinta yang murni adalah cinta yang dari
Allah yang digambarkan melalui keajaiban dan kekayaan cinta manusia yang merupakan
pemberian kasih Allah. Cinta (kasih) itu adalah sesuatu yang sangat berharga, karena
Kidung Agung memuji dan meluhurkan cinta-kasih yang mempersatukan laki-laki dan
perempuan. Para berhikmat di Israel mengamati gejala itu antara manusia. Mereka
menilainya sangat positif. Sebab para berkhikmat percaya bahwa cinta-kasih itu
termasuk ke dalam ciptaan Tuhan dan merupakan suatu karunia yang perlu diterima dan
dihayati sesuai dengan kehendak Penciptanya, sesuai dengan kodrat cinta-kasih itu
sendiri. Menariknya, Kidung Agung dianggap menjadi puisi cinta yang mengungkapkan
cinta kasih dalam pernikahan yang romantis. Penggunaan kiasan yang santun dinilai
menjadi faktor yang mengubah persepsi kita tentang sisi romatisme yang negatif dan
seringnya dianggap tabu. Belajarlah untuk menghargai cinta sebagai anugerah yang
diberikan Tuhan kepada setiap orang.
IV. Daftar Pustaka
..., Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2006
Baker, David L., Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta : BPK-GM, 2017
Botterweck, Johannes, In Theological Dictonary Of The Old Testament Vol 1, Michigan :
Publishing Company, 1990
Els, P.J.J.S., New International Dictionary of Old Testament Theology & Exegesis Vol 1,
Carlisle: Paternoster Press, 1997
Karman, Yonky, Bunga Rampai Perjanjian Lama Dari Kanon Sampai Doa Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2004
Laser, W. S., dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta : BPK-GM, 2015
Lasor, W.S., D.A. Hubbard, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat
Jakarta: Gunung Mulia, 2016.
OFM, C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama, Yogyakarta : Kanisius, 1984
Osborne, Cecil G., Seni Memahami Pasangan Anda, Jakarta: BPK-GM, 2001
Rifai, Mengungkapkan Makna Kitab Kidung Agung, Yogyakarta: Andi, 2005
Sakenfeld, Katharine Doob, “Love; Old Testament” in The Anchor Bible Dictionary Vol
4: K-N, New York: Doubleday Dell Publishing Group, 1992
Saragih, Agus Jetron, Kitab Ilahi, Medan : Bina Media Perintis, 2016
Telnoni, J.A., Tafsiran Alkitab Kidung Agung,
Telnoni, J.A., Tafsiran Alkitab Kidung Agung, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015
Weiden, Wim Van der, Seni Hidup, Yogyakarta : Kanisius, 1995

Anda mungkin juga menyukai