Anda di halaman 1dari 20

Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No.

2, April 2020

Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani


Volume 4, Nomor 2 (April 2020)
ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
http://www.sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis
DOI: 10.30648/dun.v4i2.290

Submitted: 13 Januari 2020 Accepted: 30 Maret 2020 Published: 13 April 2020

Merayakan Cinta Berdasarkan Kidung Agung 1:9-17

Mick Mordekhai Sopacoly


Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana
mordekhaisopacoly913@gmail.com

Abstract
At a glance reading the Song of Songs gives the impression as a book that displays mere
sensuality. Therefore raising the question why the Song of Songs was included in the
canonization of the Bible which is the Word of God. This paper aimed to explore the meaning
of the great love found in the Song of Songs text that seems vulgar and sensual. The method
used in this study was a historical criticism of the Song of Songs 1: 9-17. Through this study, it
could be concluded that the love texts in Song of Songs display the power of love that is unique,
creative, and contains a sacred dimension, which not only focuses on the physic, but also in the
emotional aspects, conscience, and inner bonds, as a form of celebration of God's grace.

Keywords: Song of Songs; the sanctity of love; historical criticism

Abstrak
Membaca kitab Kidung Agung sekilas memberikan kesan sebagai kitab yang menampilkan
sensualitas semata. Hal itu tentunya menggugah pertanyaan mengapa Kidung Agung masuk
dalam kanonisasi Alkitab yang adalah merupakan Firman Tuhan. Tulisan ini bertujuan untuk
menggali makna cinta yang agung di balik tulisan dalam kitab Kidung Agung yang terkesan
vulgar dan sensual. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kritik historis
terhadap teks Kidung Agung 1:9-17. Melalui kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa teks-
teks cinta dalam Kidung Agung menampilkan kekuatan cinta yang unik, kreatif, dan
mengandung dimensi kesakralan, yang tidak hanya berfokus kepada fisik, tetapi juga dalam
aspek emosional, nurani, dan ikatan batin, sebagai bentuk perayaan atas anugerah Allah.

Kata Kunci: Kidung Agung; kesakralan cinta; kritik historis

234 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

PENDAHULUAN Dalam Alkitab sendiri, Kidung


Agung mengekspresikan kegairahan, sek-
Mengapa Kitab Kidung Agung dite-
sualitas, serta nafsu cinta secara puitis. Puisi
rima dalam kanonisasi? Bagaimana mung-
ini bersifat anggun dengan nafsu dan kia-
kin kitab yang isinya tampak vulgar seperti
san. Kitab ini sering dijauhkan atau diang-
ini dapat menjadi bagian dalam Alkitab
gap tabu bahkan jarang dijadikan bahan pe-
yang merupakan suatu kumpulan tulisan sa-
nelitian jurnal, khotbah, refleksi, tema bagi
kral yang diakui sebagai firman Tuhan (the
gereja-gereja di Indonesia. Gereja masih
words of God)? Ternyata pertanyaan-perta-
memandang seksualitas dan unsur-unsur
nyaan ini sudah terlontar ribuan tahun silam
erotis secara umum sebagai sesuatu yang
di antara para rabi ketika mereka memper-
rendah.2 Padahal, gereja seharusnya mera-
debatkan status Kidung Agung dalam Al-
yakan cinta sebagai cinta Allah serta meng-
kitab Ibrani. Kitab ini masuk dalam kanon-
undang jemaat untuk membaca teks secara
isasi karena di dalamnya berisi kasih mesra,
kritis melalui perspektif yang berbeda.
tubuh manusia, pacaran, cinta kasih dan se-
Lasor mengatakan bahwa kitab ini
mua itu merupakan anugerah dari Allah.
masuk dalam kanon Alkitab karena berda-
Tubuh manusia dan keindahannya adalah
sarkan penafsiran Yahudi yang menerang-
pemberian Allah. Dalam mengawali salah
kan bahwa Kidung Agung menggambarkan
satu tulisan mereka, Anwar Tjen dan Lady
kasih Allah kepada Israel. Hal ini menjelas-
Mandalika mengatakan:
kan mengapa kitab ini digunakan pada hari
Passion and sacredness are com-
monly considered in opposition. Paskah, yang merayakan perjanjian kasih
However, the Bible itself, especially Allah. Namun, para rabi tidak puas dengan
the Song of Songs express the pas-
hanya penjelasan umum tentang hubungan
sion of love poetically. The poetry is
graceful with erotic imagery and Allah dengan Israel, sehingga mereka ber-
allusions. The article reminds to not usaha menemukan rujukan pada peristiwa-
depreciate it but to celebrate the pa-
peristiwa tertentu dalam sejarah Israel.
ssions of love as God’s love. It also
invites us to read the text critically Bapa-bapa gereja menetapkan arah bagi
through the other’s perpective.1 penafsiran Kristen dengan melihat dalam
kitab ini sebagai kasih Kristus bagi jemaat
atau bagi orang-orang percaya secara pri-

1 2
Anwar Tjen and Lady Mandalika, “Kidung Agung: Agetta Putri Wijaya, “Tafsir Alegoris, Konstruksi
Vulgar Atau Sakral?,” in Forum Biblika: Jurnal Teologis Dan Unsur Erotis Dalam Kitab Kidung
Ilmiah Populer (Jakarta: Lembaga Alkitab Agung,” Indonesian Journal of Theology 4, no. 2
Indonesia, 2016). (2016): 237–256.

235 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

badi. Beberapa tradisi Kristen menyum- Allah kepada orang-orang pilihan-Nya.6


bangkan penafsiran yang terperinci dan Pada abad ke-19, muncul teori yang melihat
penuh imajinasi antara lain “kasih timbal Kidung Agung sebagai bentuk drama yang
balik antara Kristus dan jemaatnya” atau dilakoni oleh dua pemain utama: Raja
“jemaat menyatakan imannya dalam Salomo dan gadis Sulam yang
Kristus.”3 diistimewakan lebih daripada selir-selir
Kidung Agung (Song of Songs) me- lainnya. Ada juga yang mengata-kan, ada
rupakan suatu kitab puitis dalam Perjanjian tiga pemain utama dalam drama Kidung
Lama yang dalam bahasa Ibrani dinamakan Agung, yaitu Salomo, seorang gadis dan
Syir Hasyirim, artinya “kidung dari segala gembala kekasihnya (Kid. 1:7-8).7 Oleh
kidung.” Perkataan Daniel Lys yang dikutip karena itu artikel ini bermaksud untuk
oleh George Knight dan Friedemann: Le menggali makna cinta yang agung di balik
plus beau chant de la creation atau kidung tulisan dalam kitab Kidung Agung yang
paling terindah yang diciptakan.4 Sebagai terkesan vulgar dan sensual.
nyanyian cinta, kitab yang mengusung tema METODE PENELITIAN
ini sepantasnya disebut “Kidung Agung”
Jenis penelitian dalam artikel ini
yang dalam kanon Ibrani digunakan dalam
adalah penelitian kepustakaan (library re-
perayaan-perayaan; biasanya ditentukan
search) dengan pendekatan interpretatif di
untuk dibaca pada perayaan Paskah, yaitu
mana makna teks diangkat sebagaimana
pesta untuk memperingati kelepasan dari
Mesir.5 Kidung Agung merupakan satu- teks tersebut berbicara.8 Dalam dunia teo-

satunya kitab yang penuh dengan gairah logi disebut sebagai hermeneutic. Menurut

dan seakan-akan mengajak pembaca Hasan Sutanto, hermeneutics mempunyai

merayakan cinta asmara. Belakangan ada arti menyampaikan (suatu pikiran atau
interpretasi bahwa nyanyian-nyanyian keinginan), menjelaskan (suatu ucapan) dan
tersebut adalah simbolisasi cinta spiritual menerjemahkannya (sesuatu dari satu baha-

3 7
W.S. Lasor, D.A. Hubbrad, and F.W. Bush, Tjen and Mandalika, “Kidung Agung: Vulgar Atau
Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra Dan Nubuat Sakral?”, 14.
8
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 173. Sonny Eli Zaluchu, “Strategi Penelitian Kualitatif
4
George A. F. Knight and Friedemann, The Song of Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama,”
Songs: Revelation of God (U.S: The Handsel Press Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan
Limited, 1988), 10. Warga Jemaat 4, no. 1 (2020): 28–38, accessed
5 April 4, 2020, https://journal.sttsimpson.ac.id/
Lasor, Hubbrad, and Bush, Pengantar Perjanjian
Lama 2: Sastra Dan Nubuat, 166. index.php/EJTI/article/view/167.
6
Klaus Koch, Kitab Yang Agung (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1997), 20.

236 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

sa ke bahasa lain).9 Secara khusus metode kidung cinta pun dapat dikaitkan dengan
tafsir yang digunakan adalah metode kritik namanya (bd. Kid. 3:6-11). Menurut tuturan
historis. Menurut Hayes dan Holladay, kri- dan pandangan orang Israel, raja Salomo
tik historis didasarkan pada anggapan bah- adalah tokoh hikmat yang menggubah

wa sebuah teks itu bersifat historis, minimal 1.005 nyanyian dan 3.000 amsal. Bagi

dua pengertian: bahwa teks itu bersifat his- Telnoni, ada pandangan yang memperkuat
kebenaran ini, yakni kutipan dari luar
toris, teks itu berkaitan dengan sejarah dan
Kidung Agung (1 Raj. 4:29-34). Mereka
juga memiliki sejarahnya sendiri.10 Karena
menekankan kelebihan Salomo dari tokoh-
itu tulisan ini akan menggali: Pertama, latar
tokoh hikmat seperti Ethan, Ezra, Heman,
belakang umum yang terdiri atas siapa
Calcol dan Darda, dan keturunan Mahol.
penulis kitab; waktu kitab ini ditulis; situ-
Bahkan tidak ada seorang berhikmat di
asi-situasi politik, sosial, budaya dan keaga-
Mesir yang menyamai Salomo.11 Para
maan. Kedua, latar belakang khusus yang
pendukung pandangan bahwa Raja Salomo
terdiri atas: latar belakang perikop Kidung
adalah penulis kitab ini yang juga dengan
Agung pasal 1:9-17; uraian tafsiran dan merujuk beberapa ayat Kidung Agung
refleksi teologis atau pemaknaan dalam untuk membuktikan pandangan mereka
konteks masa kini. (Kid. 1:5; 3:7, 9, 11). Ayat-ayat ini yang

HASIL DAN PEMBAHASAN memakai kata ganti orang ketiga tunggal


untuk laki-laki, dihubungkan dengan kete-
Penulis Teks Kidung Agung
rangan tentang Salomo (Ibr: lishelomo –
Teks Kidung Agung menyebut na- Kid. 1:1).12 Hassel Bullock menuliskan
ma “Salomo” di bagian paling awal (Kid. bahwa bentuk puisi yang mengagumkan
1:1). Dalam berbagai literatur menyebutkan dari kitab ini pasti menunjuk pada satu
bahwa kitab Kidung Agung ditulis oleh zaman ketika zaman bahasa Ibrani dalam
Salomo. Salomo memiliki reputasi luar keadaan baik, dan yang sangat memenuhi
biasa dalam soal poligami dan digelari “raja syarat untuk itu ialah zaman Salomo.13 Bagi
seribu istri” (1 Raj. 11:3), sehingga kidung- Lasor, meskipun ada banyak perdebatan

9 Kidung Kesetaraan Perempuan Dan Laki-Laki


Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip Dan Metode
Penafsiran Alkitab (Malang: Literatur SAAT, 2007), (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 2.
12
3. Ibid, 1.
10 13
John H. Hayes and Carl R. Holladay, Pedoman C. Hassell Bullock, An Introduction To The Old
Penafsiran Alkitab, 9th ed. (Jakarta: BPK Gunung Testament (Chicago: Moody Bible Institute Press,
Mulia, 2013), 52. 1988), 304.
11
J.A. Telnoni, Kidung Agung: Kidung
Pembebasan, Kidung Solidaritas Perempuan,

237 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

mengenai Salomo sebagai penulis kitab ini, Meskipun semua bukti mengarah ke
namun nada dan keadaan Kidung Agung Salomo, tetapi bukan berarti dialah penulis-
mencerminkan zamannya. nya. Di Indonesia, bagi Telnoni, perkemba-
Akan tetapi, anggapan bahwa ngan sastra sebelum tahun 1920 “tidak
Salomo adalah penulis telah mengundang mengizinkan” seseorang memakai namanya
berbagai tanggapan. Bukti-bukti yang dia- pada hasil karyanya. Karena itu, nama
jukan para pendukung tidak cukup kuat. seperti raja, datuk, atau pemimpin lain yang
Meskipun ada beberapa ayat yang meng- berkompeten dipakai supaya suatu karya
gunakan kata ganti orang ketiga, tapi itu sastra dapat diterima oleh masyarakat. Jika
tidak dihubungkan dengan nama Salomo. pola ini diikuti sama seperti yang terjadi
Hal ini juga didukung dengan preposisi le dalam kitab Mazmur dengan memakai
(artinya “untuk,” “dengan,” atau “menurut
Daud, dengan ini maka dapat dipastikan
gaya”) pada kata ibrani lishlemo dipakai
bahwa Salomo bukanlah penulis kitab
untuk menunjukkan hubungan nyanyian-
Kidung Agung. Memang Salomo ahli da-
nyanyian ini dengan Salomo, seperti
lam sastra dan kidung, tapi dalam hal cinta,
Mazmur dihubungkan dengan Daud. Itu di-
dia bukanlah tokoh panutan. Ia memiliki
dukung dengan anggapan masyarakat Israel
ratusan istri dan gundik, malah taraf per-
tradisional, komunalitas yang amat kuat
mainan cintanya adalah antarkerajaan, kare-
tidak “mengizinkan” seseorang untuk mem-
na salah satu istrinya adalah putri Firaun.
bubuhkan namanya pada gubahannya.
Perkawinan dengan perempuan itu terjadi
Kitab Mazmur penuh dengan contoh bahwa
karena kepentingan politis. Adapun putri-
seseorang memakai nama Daud pada
putri lain yang berasal dari kerajaan-kera-
Mazmur tertentu dengan alasan kemiripan
jaan tetangga adalah seperti dari Moab,
pengalaman atau mengenang tokoh itu.
Artinya bahan Kidung Agung ini lebih ba- Amon, Edom, Sidon dan Hittit (1 Raj.

nyak menampilkan Salomo sebagai “alat” 11:1). Akhirnya ia mengkhianati keperca-

untuk mengungkapkan cinta melalui puisi- yaan kepada Tuhan karena cintanya yang

puisi ini. Sekalipun beberapa kali disebut- bermotif politik itu.14 Karena itu, dapat
kan tentang raja, gelar tersebut tidak lang- disimpulkan mengenai siapa penulis se-
sung dipadukan dengan namanya, tapi za- sungguhnya masih belum dapat dipastikan
mannya seperti yang dijelaskan di atas. dan masih banyak perdebatan dari berbagai

14
Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan,
Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan
Perempuan Dan Laki-Laki, 3.

238 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

literatur serta perlu untuk dikaji lagi. Tapi Schwartz lebih awal lagi, menunjuk abad 10
yang jelas penulis kitab ini bukan Salomo. atau 9 SM. Sedangkan M H. Segal me-

Waktu Penulisan Teks Kidung Agung nunjuk pada zaman Salomo. Para ahli lain
seperti Garret menduga bahwa kitab ini
Tidak ada kesepakatan di kalangan
ditulis pada paruhan pertama pada abad ke-
para pakar mengenai waktu penulisan kitab
9 SM (1 Raj. 14:17; 16:23, 24). Nyanyian-
ini. Bagi Barbiero, penulisan kitab ini pada
nyanyian ini berasal dari waktu yang
kurun waktu abad 8-1 SM.15 Menurut
berbeda-beda dan ada di antaranya bebe-
Kamus Alkitab, kitab puitis ini mungkin
rapa nyanyian yang berasal dari zaman raja-
dituliskan pada bagian akhir abad ke-6
raja, misalnya nyanyian, di mana Tirza
SM.16 Menurut pendapat Schonfield, kitab
disebut, yaitu suku kota tempat tinggal raja-
ini ditulis pada masa Persia atau lebih tepat
antara masa Nehemia pada tahun 350 SM.17 raja Israel Utara pada masa dahulu (Kid.

Menurut Alkitab Penuntun Hidup Berke- 6:4). Sedangkan nyanyian-nyanyian lain

limpahan, kitab ini ditulis pada tahun 960 rupa-rupanya berasal dari waktu yang lebih

SM, sedangkan Alkitab Edisi Studi menu- muda.18 Meskipun kelihatannya kitab

liskan bahwa hubungan kitab ini dengan Kidung Agung berasal dari rentangan za-

Raja Salomo yang memerintah Israel pada man yang panjang. Bahan-bahan itu ter-
tahun 970-931 SM. Chaim Rabin, seorang kumpul dan dituliskan berulang kali. Me-
ahli Yahudi menolak pendapat bahwa kitab nurut Telnoni, dalam kebutuhan di Israel,
ini ditulis pada zaman pemerintahan bahan-bahan itu dituliskan di zaman pem-
Salomo. Menurutnya, kalau ada rempah- buangan atau sesudahnya yang mungkin
rempah yang terdapat di India, sulit untuk dimulai di zaman Salomo dengan memper-
menempatkannya di zaman itu. lihatkan kekayaan, kemewahan dan hikmat-
Ahli yang lain yaitu Athalya nya.19 Tapi dari berbagai kajian dan bukti
Brenner berpendapat lain dengan menunjuk semua mengarah pada era Salomo dan sesu-
zaman Hizkia atau Yosia sebagai zaman dahnya yakni abad ± 8-1 SM.
yang lebih cocok untuk kitab ini. Leo W.

15 17
Gianni Barbiero, Song of Songs: A Close Reading Lasor, Hubbrad, and Bush, Pengantar Perjanjian
(Boston: Brill, 2011), 22. Lama 2: Sastra Dan Nubuat, 168.
16 18
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab: Panduan J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian
Dasar Ke Dalam Kitab-Kitab, Tema, Tempat, Tokoh Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 157.
Dan Istilah Alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 19
Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan,
2015), 203. Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan
Perempuan Dan Laki-Laki, 6.

239 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

Situasi Sosial, Budaya dan Politik literatur Mesir dan Mesopotamia.21 Misal-
nya, ada deskripsi metaforis tentang tubuh
Telnoni mengatakan bahwa Kidung
yang mirip dengan yang ada di Kidung
Agung diduga ditulis di zaman sekitar pem-
Agung dalam nyanyian pujian Mesir dan
buangan di Babel dan sesudahnya karena
Mesopotamia yang memuji tubuh para
sastra hikmat telah berkembang luas dengan
dewa, dan deskripsi tentang kecantikan se-
munculnya para bijak dengan pengetahuan
seorang terjadi dalam berbagai konteks
yang luas dan gaya penyajiannya yang
sastra. Itu artinya, sajak dan puisi ini diung-
mereka pakai untuk membahasakan kehen-
kapkan kepada seseorang yang sesuai de-
dak Allah, berlainan dari para imam.20
ngan keadaan sosial di mana mereka hidup.
Telnoni menuliskan bahwa ada satu tradisi
Lirik asmara Mesir ditandai dengan
yang mula-mula mengatakan Raja Hizkia
seringnya menggunakan metafora dan per-
menulis kitab ini tahun 700 SM. Pada tahun
umpamaan. Sebagian besar diambil dari
itu Israel Utara telah dikuasai oleh Asyur.
dunia alam: tanaman, hewan, pemandangan
Karena itu, ketika banyak pengungsi dari
Delta Nil dengan rawa-rawa. Tempat cinta
Arab dan sekitarnya menetap di Israel
adalah taman di bawah bayang-bayang po-
Utara, bahasa di sana campur aduk. Bersa-
hon. Secara alami, dalam lagu-lagu ini,
maan dengan itu banyak puisi yang berisi
“bunga bakung” memainkan peran besar
cinta dari Mesir dan Mesopotamia beredar
dan banyak dipakai Kidung Agung (Kid. 2:
secara luas di Timur Tengah. Hal inilah
1–2, 16; 5:13; 6: 2–3; 7: 3).22 Adapun pema-
yang mempengaruhi kehidupan sosial ma-
haman ciuman sebagai pertukaran parfum
syarakat saat itu. Dalam berbagai literatur,
(1:3; 4:10-11; 7:9) adalah tipikal dari
berkembang pemahaman bahwa kalimat
literatur Mesir di mana “ciuman” dipahami
demi kalimat dalam sajak dan puitis Kidung
sebagai “parfum hidung” (the perfume of
Agung ini merepresentasikan kebiasaan-
the nose). Selain itu, karakteristik dari
kebiasaan sosial yang dilakukan oleh ma-
kidung-kidung cinta Mesir adalah repre-
syarakat Timur Dekat Kuno yakni di Meso- sentasi malam, bukan dalam aspek negatif-
potamia dan Mesir. Menurut Loprieno, nya sebagai domain kejahatan tetapi dalam
kidung atau lirik cinta (love poetry) meru- konotasi positif sebagai waktu bercinta
pakan bagian dari fenomena unik dalam (Kid. 2:17; 3:1). Hal ini kemudian dikata-

20 Songs/ Perspektiven Der Hoheliedaslegung (Berlin:


Ibid, 7.
21
Antonia Lapiero, “Searching for a Common Walter de Gruyter, 2005), 105.
22
Background: Egyptian Love Poetry and the Biblical Barbiero, Song of Songs: A Close Reading, 28.
Song of Songs,” in Perspectives on the Song of

240 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

kan bahwa kidung asmara Mesir ditandai Mesopotamia, Mesir atau Kanaan. Misal-
dengan seringnya menggunakan metafora nya ada teori yang biasanya dihubungkan
dan perumpamaan yang diambil dari situasi bahwa Kidung Agung berasal dari upacara-
dan benda-benda yang digunakan masya- upacara liturgis dalam penyembahan Dewa
rakat sehari-hari. Tamus (Yeh. 8:14), dewa kesuburan Babel.
Situasi Keagamaan Gabungan percakapan tentang cinta dan
latar belakang penggembalaan dalam
Menurut Barbiero, ada penemuan
Kidung Agung dianggap mendukung teori
arkeologis yang membuat para sarjana
ini, karena upacara-upacara tersebut mera-
membandingkan Kidung Agung dengan
yakan perkawinan suci (Yun: hieros gamos)
situasi budaya dan keagamaan di Timur
antara Tamus dan istrinya, Istar (Astoret)
Tengah Kuno. Di seluruh Timur Tengah
yang menghasilkan kesuburan musim semi
Kuno, terjadi semacam kultus pasangan
tahunan.24 Situasi tersebut sangat berpenga-
suci, yang persatuan antar kedua pasangan
ruh dalam penulisan Kidung Agung ini me-
menjamin kesuburan bagi bumi dan
ngingat semua hal yang berkaitan dengan
makhluk hidup. Persatuan ini berlangsung
sastra, baik itu puisi dan kidung cinta, ter-
melalui upacara pernikahan sakral, teruta-
sebar sangat signifikan di Timur Tengah
ma pada tahun baru ketika pasangan ilahi
Kuno sehingga mempengaruhi penulisan
(divine couple) dipersonifikasikan oleh seo-
kitab serta sosial kemasyarakatan. Misal-
rang pendeta dan raja atau seorang imam.
nya, motif identifikasi perempuan dan bumi
Di Mesopotamia, pada zaman Sumeria, pa-
(1:6e), tema taman (garden) (Kid. 4:12–
sangan ilahi disebut Inanna dan Dumuzi, di
5:1), perempuan dengan fenomena sorgawi
zaman Akkadia, Ishtar dan Tammuz. Di
(Kid. 6:10) yang menunjuk pada Inaana,
Ugarit, kedua dewa itu adalah Anat dan
yang berarti adalah bintang pagi (morning
Baal, di Mesir yakni Isis dan Osiris.23
star). Inaana adalah dewi kesuburan, dewi
Penemuan tersebut bagi Lasor menjelaskan
cinta dan sensualitas, serta kesetaraan Cinta
kehidupan di Timur Tengah Kuno, sehing-
dan Kematian (8: 6) dan yang sudah dise-
ga mengajak para ahli menjelaskan perikop-
butkan sebelumnya (situasi sosial, budaya
perikop Perjanjian Lama dengan memban-
dan politik).25
dingkannya dengan kebiasaan-kebiasaan

23 25
Ibid, 26. Barbiero, Song of Songs: A Close Reading, 27.
24
Lasor, Hubbrad, and Bush, Pengantar Perjanjian
Lama 2: Sastra Dan Nubuat, 176.

241 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

Merayakan Cinta melalui Pujian yang sang mempelai perempuan. Hal ini mem-
Berbalasan (Mutual Praise): Tafsiran buktikan adanya muatan cinta dan kebaha-
Teks Kidung 1:9-17 giaan yang selanjutnya tercipta relasi saling
menguntungkan (mutuality) dan relasi tim-
Bagi Tiwery dalam tulisannya me-
bal balik (mutual relationship)28 antarkedua
ngatakan bahwa, cinta adalah seni. Jika
pasangan yang saling memberi pujian
membaca Kidung Agung sebagai puisi,
(mutual praise). Sang perempuan meng-
pembaca akan tertantang untuk terus me-
ungkapkan bahwa ketika sang laki-laki
nikmati imaji-imaji seksual, sensual, erotis,
yang dalam keadaan duduk pun dapat men-
namun puitis.26 Tetapi Kidung Agung juga
cium bau semerbaknya. Kekaguman sang
mengajak pembaca untuk memahami dan
perempuan terhadap sang laki-laki diung-
belajar mencinta secara nyata dalam kon-
kapkan melalui simbol mur dan bunga
teks kedua pasangan yang saling mencinta.
pacar. Kemudian, keduanya menggambar-
Kidung Agung mengeksplorasi kisah kasih
kan keadaan bahagia di tempat kediaman
sepasang manusia yang saling menghargai
mereka, rumah masa depan mereka.
dan memuji dengan tulus.27 Secara khusus
Kidung Agung pasal 1:9-17 menceritakan Pujian Sang Mempelai Laki-Laki Melalui
tentang sosok laki-laki dan mempelai Ungkapan Bahasa Kiasan Kepada
perempuan yang saling mengungkapkan Kekasihnya (9-11)
cinta kasih mereka lewat berbalasan pujian
Dengan kuda betina dari pada kereta-
dengan bahasa kiasan untuk mengekspre- kereta Firaun kuumpamakan engkau,
sikan perasaan tersebut. Sang laki-laki manisku. Moleklah pipimu di tengah
memulai pujian dengan mengumpamakan perhiasan-perhiasan dan lehermu di tengah
kalung-kalung. Kami akan membuat
pujaan hatinya seperti seekor kuda betina
bagimu perhiasan-perhiasan emas dengan
pada kereta Firaun kemudian seperti per- manik-manik perak. (1:9-11, TB-LAI)
hiasan yang menggambarkan bahwa sang
Ungkapan pujian cinta dari hati ke
perempuan itu berharga. Karena itu, sang
hati pun pertama dikumandangkan dan
laki-laki mempunyai maksud untuk mem-
diawali oleh sang mempelai laki-laki. Sang
buatkan dan memberikan perhiasan untuk

26
Weldemina Yudit Tiwery, “Desire of Love: Teologi) 14, no. 2 (2017): 17–51, accessed April 5,
Menafsir Kidung Agung 7:10 - 8:4,” Gema Teologi: 2020, http://ejournal.ust.ac.id/index.php/LOGOS/
Jurnal Teologi Kontekstual 39, no. 1 (2015): 1–14, article/view/337.
28
accessed April 5, 2020, http://journal- Tiwery, “Desire of Love: Menafsir Kidung Agung
theo.ukdw.ac.id/index.php/gema/article/view/190. 7:10 - 8:4.”
27
Surip Stanislaus, “Perkawinan Dalam Kitab Suci
Perjanjian Lama,” LOGOS (Jurnal Filsafat -

242 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

mempelai laki-laki tidak menggunakan dua raja Mesir (Firaun) yang ditarik oleh
ungkapan cinta yang biasa, melainkan kuda yang dihiasi (seperti halnya terje-
dengan bahasa kiasan serta puitis untuk mahan BIS: laksana kuda betina yang
dapat mengungkapan isi hatinya sehingga ia menarik kereta raja Mesir).
dapat menarik pasangannya, sang pujaan Menurut The Wycliffe Bible Com-
hatinya. Sang mempelai laki-laki mengum- mentary, kuda dikenal karena kekuatan dan
pamakan (Ibrani: dimmitik: kuumpamakan; keindahannya. Hewan-hewan ini sering di-
KJV: compare: bandingkan; tara) perem- hiasi dengan begitu indah. Ayub menyebut
puannya sebagai “kuda betina daripada seekor kuda yang dengan kekuatan, ia maju
kereta-kereta Firaun.” Meskipun sang laki- menghadapi senjata dan tak pernah mundur
laki menggunakan ide tentang kuda betina menghadapi perang (Ayb. 39:24-25).
daripada kereta-kereta Firaun bukan berarti Salomo memiliki sejumlah besar kuda dan
sang mempelai perempuan seperti kuda. kereta (1 Raj. 4:26; 10:26), yang banyak
Menurut Telnoni, laki-laki tersebut sedang dari antaranya berasal dari Mesir (1 Raj.
membayangkan kekasihnya seperti kuda 10:28, 29). Pembandingan tersebut menun-
betina Firaun di masa lampau. Titik fokus- jukkan kecantikan yang menonjol dari
nya dari kuda tersebut ialah hiasannya. mempelai perempuan.30 Laki-laki ini meng-
Sesuatu yang istimewa, kuda betina pada ungkapkan semuanya untuk memuja keka-
kereta Firaun dipasang ornamen-ornamen sihnya seperti kuda betina yang tidak ter-
pada pipi dan lehernya sehingga tidak heran letak pada jenis atau jumlahnya tetapi
jika menggunakan penggambaran tentang terletak pada hiasan dan penampilannya
kuda betina tidak hanya sekedar pada (NIV: harnessed= pakaian kuda). Tetapi
“binatang” tetapi apa yang dipakai. Kuda di yang tidak kalah pentingnya ialah bahwa
lingkungan Istana Firaun bukan saja representasi kuda disebut sebagai “dignity
sebagai angkutan untuk tujuan berperang and display” yakni menampilkan betapa
(seperti halnya terjemahan NIV: mare: indah dan bermartabatnya tampilan kuda
kuda tempur), melainkan juga untuk tujuan Firaun.31
damai seperti menarik kereta kencana.29 Dua bagian tubuh, yaitu pipi dan
Menurut Alkitab Edisi Studi, gambaran leher, disebutkan dalam hubungan dengan
kereta-kereta di sini mungkin kereta beroda tata rias diri perempuan. Pipi yang dimak-

29 30
Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan, Tafsiran Alkitab Volume II Perjanjian Lama:
Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan Ayub-Maleakhi (Malang: Gandum Mas, 2011), 404.
Perempuan Dan Laki-Laki, 48. 31
J. Cheryl Exum, Song of Songs: A Commentary
(USA: Westminster John Knox Press, 2005), 109.

243 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

sudkan adalah bagian dari wajah, yang dengan memberikan contoh khusus, yaitu
sudah dihiasi. Demikian juga dengan leher pipinya dan lehernya dihiasi dengan perhi-
adalah bagian tubuh yang biasanya didan- asan. Begitu indahnya pipi dan lehernya
dani dengan hiasan kalung. Dari tengah sehingga dia ingin memberinya hiasan yang
perhiasan seperti inilah pipi gadis itu me- lebih mahal untuk dikenakan.32
nonjol dan lehernya menjulang keluar Pada akhirnya pemuda itu tidak
seperti dalam pasal 4:4a yang menyatakan, menghindari kenyataan bahwa yang dipuja
“Lehermu seperti menara Daud, dibangun itu adalah kekasihnya sendiri. Karena itu, ia
untuk menyimpan senjata”. Artinya leher menyapanya secara langsung “manisku.”
sebagai representasi kecantikan sejati dan Teks TB-LAI menerjemahkan sapaan ini
tidak hanya dari wajahnya. Karena itu, ayat dari satu ungkapan Ibrani dimmitik ra’yati
10 mengungkapkan kekuatan yang feminis. (= engkau sungguh-sungguh kujadikan
Perempuan yang dikasihi itu sangat cantik kekasihku). Dengan ungkapan ini terlihat
pada dirinya sebagai orang yang tahu hal yang utama, yaitu kesungguhan pemuda
menata diri. Ia cantik bukan karena diban- itu untuk menjadikan seorang gadis sebagai
dingkan dengan kuda yang gagah, melain- kekasihnya dengan sungguh-sungguh, tan-
kan karena kualitas diri dan kehidupannya. pa keraguan (KJV: O, my Love; BIS:
Daya tarik ini lebih kuat dan lebih bertahan kekasihku; NIV: darling). Karena begitu
dari daya tarik yang lain karena hati sang mengagumi kekasihnya akhirnya sang laki-
pemuda sangat berdebar melihat kecantikan laki mempunyai keinginan untuk tetap
sejati dari kekasihnya (Kid. 4:9). Itu berarti menjaga penampilan kekasihnya sehingga
daya tarik perempuan bagi si pemuda pada ayat 11 (TB-LAI dan NIV) dengan
membuat dunia seakan-akan menjadi gamblang sang laki-laki berkata bahwa
terhenti dan menjadi saksi akan kecantikan “kami akan membuat bagimu perhiasan
sejati itu. Khusus tentang perhiasan (Ibrani: emas dengan manik-manik perak.” Selan-
torim; NIV: earrings= anting-anting) di jutnya, ada satu persoalan yang diperha-
sini dapat berarti untaian atau tali leher yang dapkan dalam ayat 11 ini bahwa ternyata
bertatahkan mutiara atau intan berlian yang digunakan adalah “kami” bukan “kita”
(KJV: jewels= batu permata; BIS: kalung (TB). Seolah-olah ada orang lain yang
permata). Jelas si pemuda melihat kecan- terlibat dalam kisah cinta kedua pasangan
tikan kekasihnya itu dan memurnikannya ini. Bagi Telnoni ada baiknya jika kata

32
Ibid, 108.

244 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

“kami” diganti “kita” sehingga dapat diter- Semua pujian dalam ayat 9-11
jemahkan bahwa dalam percakapan ini akhirnya dijawab atau direspon oleh gadis
kedua orang itu membuat satu rencana masa itu. Di sini muncul kesan suasana istana
depan bersama. Siapa yang mengerjakan- kerena pemakaian istilah raja. Dalam TB-
nya bukan soal, tetapi tentu bukan mereka LAI ditulis “sementara sang raja duduk
berdua.33 Namun menurut penafsir yang pada mejanya,” sedangkan dalam NIV
lain, ada sekelompok pemuda (teman “sementara sang raja ada di mejanya.”
mempelai laki-laki) yang ikut ambil bagian Namun dalam terjemahan BIS “Sementara
dalam mendukung sahabatnya. Sebagai- rajaku di pembaringannya.” Kemudian,
mana dalam pada 1:3 juga disebutkan meja (Ibrani: mesab) yang dimaksudkan
mengenai “gadis-gadis,” demikian pula bukan meja kebesaran raja. Kata ini
sekelompok pemuda yang direpresentasi- sebenarnya berarti bangku atau meja yang
kan pada ayat 8 (para gembala). Mereka rendah di mana orang dapat membaringkan
melihat bahwa perhiasan indah yang meng- diri; semacam kursi santai di mana orang
hiasi wajah dan leher perempuan itu masih dapat berbaring santai.35 Ariel Bloch dan
tidak cocok dengan kecantikannya. Karena Chana Bloch mengatakan, “the form mesab
itu, ia layak mendapatkan lebih banyak underlying bi-msibbo is understood here as
seperti logam yang lebih mulia (cincin the infinitive ‘to sit, recline, lie down,’
emas) dengan bertatahkan perak.34 rather than as the noun ‘couch’.” Kata
mesab mendasari kata bi-msibbo dipahami:
Kekasihnya Atau Sang Mempelai
“untuk duduk, berbaring (recline sama
Perempuan Membalas Pujian Dari Sang
dengan kata lie down) daripada sofa.”36
Mempelai Laki-Laki (12-14)
Menurut Alkitab Edisi Studi, meja di sini
Sementara sang raja duduk pada mejanya,
mungkin menunjuk kepada tempat tidur
semerbak bau narwastuku. Bagiku kekasih-
ku bagaikan sebungkus mur, tersisip di rendah atau kasur tebal. Di Timur Dekat
antara buah dadaku. Bagiku kekasihku Kuno, banyak orang makan sambil ber-
setangkai bunga pacar di kebun-kebun
baring di satu sisi dekat dengan meja yang
anggur En-Gedi. (1:12-14, TB-LAI)
rendah. Selanjutnya kata mesab sendiri

33 36
Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan, Ariel Bloch and Chana Bloch, The Song of Song:
Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan A New Translations with Intoductory and
Perempuan Dan Laki-Laki, 51. Commentary (California: University of California
34 Press, 1998), 146.
Barbiero, Song of Songs: A Close Reading, 73.
35
Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan,
Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan
Perempuan Dan Laki-Laki, 53.

245 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

berasal dari kata kerja sahab yang berarti mungkin berarti “sejati,” diperoleh dari
“jalan-jalan, atau santai.” Jadi maksud di Nardos-tachys jatamansi, tumbuhan asli
sini ialah suasana santai yang membuka India Utara (pegunungan Himalya) yang
peluang bagi perjumpaan romantis bagi masih dipakai di situ untuk meminyaki
kedua kekasih ini. ramput.38 Di sini yang ditekankan adalah
Kalau hendak dipahami demikian peranan penciu-man. Bau wangi yang
maka dalam keadaan santai itulah sang tercium dapat mem-bangkitkan kemampu-
perempuan mengungkapkan “semerbak bau an mental untuk memandang dan mema-
narwastuku” (KJV: spikenard= spikenard hami atau merasakan keindahan sesuatu
is a costly perfumed ointment much valued atau kecantikan sese-orang.39 Menurut
in ancient times. Artinya minyak wangi Alkitab Edisi Studi, minyak ini juga
yang mahal pada zaman kuno; NIV: kadang-kadang dipakai sebagai daya tarik
perfume= minyak wangi, wangi-wangian, cinta. Dandanan dengan berbagai minyak
memberi wangi-wangian kepada). Ensiklo- wangi seperti Narwastu akan menciptakan
pedi menuliskan bahwa Narwastu merupa- gairah bercinta dan dapat mengarah pada
kan salep atau minyak yang sangat mahal, pengertian erotis.
yang dibuat dari tanaman India yang mahal. Pada ayat-ayat selanjutnya sang
Nilai dari bahan yang dituangkan atas gadis itu memuja kekasihnya dengan meng-
kepala Yesus oleh seorang perempuan di gunakan pengandaian sebanyak dua kali.
Betania (Markus 14:3), diperkirakan senilai Pertama seperti sebungkus mur dan yang
upah orang untuk hampir setahun.37 Nar- kedua setangkai bunga pacar. Mur (Ibrani:
wastu (Ibrani: nerd, Yunani: nardos). hammor; NIV dan KJV: myrrh = dupa,
Minyak harum (Kid. 1:12; 4:13) mungkin kemeyan). Mur merupakan suatu rempah
sama dengan lardu yang disebut dalam mewah dari tumbuh-tumbuhan di Arab dan
inskripsi Asyur Babel, diperoleh dari India. Menurut Ensiklopedi, Mur (Akad
rumput Cymbopogon Schoenanthus, murru; Ibrani: mor) getah dari torehan
umumnya terdapat di padang gurun Arabia batang dan cabang pohon yang rendah yang
dan Afrika Utara. Dalam Markus 14:3; disebut Comiphora myrrha. Kedua tumbu-
Yoh. 12:3 narwastu disebut pittikes, han itu asli Arabia Selatan dan bagian

37 39
Browning, Kamus Alkitab: Panduan Dasar Ke Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan,
Dalam Kitab-Kitab, Tema, Tempat, Tokoh Dan Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan
Istilah Alkitabiah, 286. Perempuan Dan Laki-Laki, 53.
38
“Narwastu,” Ensiklopedi Alitab Masa Kini Jilid II
M-Z (Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 313.

246 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

Afrika yang berdekatan. Getah menetas dari aman, bebas dari gangguan orang. Ber-
pohon dan menjadi kental berwarna kuning samaan dengan itu gadis tersebut seakan-
cokelat dan berminyak. Mur digunakan akan hendak mengatakan kepada keka-
untuk membuat minyak urapan kudus (Kel. sihnya “di dadaku ada kamu.” Kekuatan
30:23-33), dinilai tinggi karena harum cinta dari pemuda ini yang dapat mem-
(Mzm. 45:9; Ams. 7:17; Kid. 3:6; 4-14; 5:5, bangkitkan penghargaan atau kesadaran
13), dipakai untuk wangi-wangian perem- cinta pada gadis ini. Dengan demikian
puan (Est. 2:12) dan kosmetik.40 Karena itu, bagian-bagian vital dari seorang gadis tidak
di bagian ini membuktikan bahwa cinta dapat didekati oleh sembarang orang, tetapi
adalah anugerah dan memiliki dimensi hanya dia yang disapa kekasihku (Ibrani:
sakral41, sehingga cinta tidak untuk diper- dodi). Hal ini menunjukkan bahwa si
mainkan. Mur sering disebut dalam kitab pemuda dan kekasih ini telah dipersatukan
Kidung Agung (1:13; 3:6; 4:6; 14; 5:1, 5, dalam pelukan hangat.44
13).42 Tetapi Mur juga dipakai oleh per- Kemudian sang gadis memakai
maisuri untuk mendandani diri jika hendak ungkapan “setangkai bunga pacar” (Ibrani:
menghadapi raja. Dengan semerbak bau koper). Nama Latinnya adalah lawsonia
wangi itu, permaisuri menyenangkan hati inermis. Ada yang berbunga putih, ada yang
raja.43 berbunga oranye tua dan ada pula yang
Mur tersebut dibungkus (bungkus- berwarna kuning dan harum seperti mawar.
an; Ibrani: tseror). Bungkusan itu sendiri Menurut The Wycliffe Bible Commentary,
dapat berupa kantung yang digantungkan henna atau bunga pacar adalah tanaman
pada leher orang yang memakainya atau yang bunganya berwarna kuning dan putih
ditenun menjadi satu dengan pakainnya serta berbau harum.45 Henna is a shrub with
sehingga bisa jadi itulah yang menunjukkan the clusters of powerfully fragrant flowers
letaknya di antara buah dada. Pengertian whose scent resembles that of roses, Henna
lain yang boleh dilihat di sini ialah dengan merupakan sekumpulan semak-semak atau
penempatan pemuda terkasih itu di dada, belukar yang memiliki keharuman yang
gadis itu mendapat perisai sehingga ia kuat menyerupai mawar.46 Ibu-ibu Mesir

40 44
“Mur,” Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M- Barbiero, Song of Songs: A Close Reading, 75.
Z, 313. 45
Tafsiran Alkitab Volume II Perjanjian Lama:
41
Barbiero, Song of Songs: A Close Reading, 76. Ayub-Maleakhi, 404.
42 46
Exum, Song of Songs: A Commentary, 112. Bloch and Bloch, The Song of Song: A New
43 Translations with Intoductory and Commentary,
Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan,
Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan 147.
Perempuan Dan Laki-Laki, 54.

247 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

zaman dulu memahaminya sebagai bunga rumah kita, dari kayu eru papan dinding-
yang membuat kehidupan lebih semarak. dinding kita. (1:15-17, TB-LAI)

Tanaman ini terdapat di En-Gedi. Nama ini


Bagian ini merupakan kolaborasi
berarti “mata air kambing.” Itulah salah satu
antara sang perempuan dan laki-laki dalam
sumber air jernih di sebelah barat Laut
suasana romantis yang telah terbangun dari
Mati.47 Beberapa penafsir menyebutnya
awal ketika sang perempuan memuji sang
Henna sebagai kehidupan batin (inner life).
laki-laki kemudian sang laki-laki memuji
Di Mesir, bunga Henna biasanya dipakai
sang perempuan. Di sini mereka langsung
ditempatkan pada makam orang mati
saling memuji satu sama lain. Ada satu kata
sebagai simbol kehidupan. Aspek ini
kerja yang dua kali diungkapkan pertama
didukung oleh fakta bahwa bunga ini
oleh sang laki-laki dan kedua oleh sang
ditemukan di oasis yakni tepi Laut Mati
perempuan yakni kata hinnakh (dari kata
(En-Gedi), di lingkungan yang dikelilingi
dasar hinneh yang ditujukan pada perem-
oleh padang pasir. Karena itu, bunga ini
puan). Dengan seruan ini pemuda itu
menjadi simbol kemenangan hidup atas
menyadari bagaimana cantiknya gadis yang
kematian.48 Ini dimaksudkan untuk menun-
dikasihinya. Ketulusan cinta antara kedua-
jukkan suatu kualitas karena bunga yang
nya memperkuat ikatan batin. Kecantikan
wangi itu tumbuh di daerah gersang yang
sang kekasih perempuan secara eksplisit
tipis harapan hidupnya. Dari daerah sekitar
difokuskan pada matanya…bagaikan mer-
oase itu, sejak abad ke-7 SM dihasilkan
pati matamu (Ibrani: ‘eynayik yonayim;
buah dan bunga yang berkualitas tinggi
KJV dan NIV: doves= burung merpati,
untuk kebutuhan di kalangan Istana. Jadi,
burung dara). Mata adalah satu alat
kualitas inilah yang sekarang dikenakan
komunikasi universal yang dapat menjadi
oleh gadis itu terhadap pemuda pujaan-
jendela hati. Di dunia Timur Tengah Kuno,
49
nya.
dalam berbagai cerita Perjanjian Lama,
Kedua mempelai saling memuji (15-17) terlihat bahwa mata menjadi ukuran

Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh kecantikan. Di seluruh Timur Tengah


cantik engkau, bagaikan merpati Kuno, termasuk dunia Greko-Romawi,
matamu. Lihatlah, tampan engkau, merpati adalah binatang dengan simbol
kekasihku, sungguh menarik; sungguh sejuk
sebagai dewi cinta (the goddess of love). Di
petiduran kita. Dari kayu aras balok-balok

47 49
“Henna,” Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid A- Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan,
L (Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 282. Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan
48 Perempuan Dan Laki-Laki, 56.
Barbiero, Song of Songs: A Close Reading, 77.

248 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

sisi lain, merpati awal mengambil peran kianlah keadaan yang ada, pemuda itu
sebagai burung pembawa pesan (messenger dinilai sangat tampan (NIV: how handsome
bird). Jika dua nilai simbolis disatukan, you are!). Apa yang dikatakan di sini
metafora merpati dipahami sebagai “utusan sejalan dengan pujian sang perempuan
cinta” (messenger of love).50 Gadis ini sebelumnya di ayat 13 tentang sang laki-
dipuja karena matanya yang indah seperti laki bagaikan mur (NIV: how charming=
burung merpati. Menurut Longman, mer- sangat menawan). Di sini secara positif
pati memiliki bulu mata yang indah, pan- dapat dilihat suatu sikap yang menem-
dangan yang memancarkan kelembutan, patkan laki-laki dan perempuan sebagai dua
saling menyayangi dengan cara berke- pribadi yang sama sehingga perempuan
cumbu dan setia terhadap pasangan adalah juga dapat mengungkapkan cintanya tanpa
hal-hal yang menarik. Kualitas merpati harus merasa malu (BIS: sungguh tampan,
seperti inilah yang dikenakan gadis ini. engkau!). Bagian akhir di ayat 16 meng-
Kedipan mata seorang perempuan yang gambarkan suasana kebersamaan mereka.
dicintai adalah cara yang cukup menawan Ini merupakan sebuah peralihan yang
(Kid. 4:9) atau kerlingan matanya sudah hendak menjelaskan harapan bahwa tempat
cukup membuat kekasihnya gugup. Maka tidur yang dimaksud masih merupakan
dengan demikian, mata dalam ayat ini perlu sebuah tujuan. NIV menuliskan: our bed is
diartikan sebagai alat untuk membahasakan verdant. Menurut Ariel dan Chana, kata
cinta dan menyampaikan pesan dengan sifat ra’anan digunakan dalam Alkitab
begitu kuatnya.51 sebagai pertumbuhan pohon-pohon, tana-
Lalu, sang perempuan membalas man-tanaman muda, daun-daun yang segar
pujian laki-laki dengan dua kata yang ber- dan sebagainya.52 Cinta adalah musim semi.
beda oleh TB-LAI, yaitu tampan dan Kebun anggur merupakan unsur metaforis
menarik namun dalam bahasa asli hanya dan butuh untuk dirawat (1:6). Cinta
berasal dari satu kata yakni yafe. Pujian ini membangkitkan suasana keindahan yang
mengarah pada daya tarik fisik. Tetapi alami dan merupakan suatu karunia.53 Ini
dalam ayat 16a ini lebih dari sekedar dipuji menunjukkan suatu kondisi kebersamaan
karena menggunakan kata “sungguh,” sang yang penuh dengan kesejukkan. Kidung-
perempuan menggambarkan bahwa demi- kidung cinta Timur Dekat Kuno menyebut-

50 52
Barbiero, Song of Songs: A Close Reading, 79. Bloch and Bloch, The Song of Song: A New
51 Translations with Intoductory and Commentary,
Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan,
Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan 147.
53
Perempuan Dan Laki-Laki, 59. Exum, Song of Songs: A Commentary, 101.

249 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

kan tempat tidur yang dibuat atau dihiasi terbuat dari kayu seperti pohon itu. Kayu
dengan tangkai-tangkai yang segar. Me- aras (Ibrani: ‘arazim) adalah kayu yang
nurut Alkitab Edisi Studi, pohon kayu aras berkualitas tinggi yang dipakai di Istana
bernilai sangat tinggi di seluruh Timur Salomo (1 Raj. 7:2). Kayu eru (Ibrani:
Dekat kuno dan digunakan untuk mendi- rakhitenu) biasanya dipakai untuk mem-
rikan bangunan megah, termasuk Bait Allah bangun loteng rumah sedangkan sejenis
dan Istana Raja Salomo (1 Raj. 5:3-9; 7:1- kayu pinus (Ibrani: berotim) adalah kayu-
12). Bagi Israel, pohon aras dipandang kayu untuk bahan bangunan yang ber-
sebagai yang ditanam oleh TUHAN seperti kualitas tinggi. Mungkin si gadis sedang
kata pemazmur, “Kenyang pohon-pohon menyatakan keinginannya untuk bertemu
TUHAN, pohon-pohon aras di Libanon dengan kekasihnya di kamar tidur yang
yang ditanam-Nya” (Mzm. 104:16). megah. Penggubah kidung cinta ini menem-
Kedua kekasih ini sedang berada di patkan sepasang kekasih ini di lingkungan
alam terbuka, sedang merintis jalan dan masyarakat yang berkedudukan tinggi,
rumah masih merupakan impian masa seperti raja dan ratu. Kayu eru merupakan
depan. Mereka berada di alam terbuka, yang sejenis cemara, juga digunakan untuk
hijau di bawah pohon-pohon yang subur bangunan. Kayu eru sejenis bambu yang
dan rimbun. Nuansa kehijauan diartikan bisa dibelah-belah dan dianyam untuk
dengan kesejukan atau pertumbuhan yang dinding rumah. Si gadis memuji ketam-
subur, hijau dan mewah (KJV: our bed [is] panan jasmani sang pemuda yang ter-
green; BIS: petiduran kita di rumput pancar dalam kerja kerasnya memba-
hijau!). Ini pun disertai dengan sebuah ngun rumah tinggal idaman.55 Selain itu,
harapan, di mana cinta mereka dapat kayu-kayu yang disebutkan di sini memang
memberi kesegaran alami, yang sedang tumbuh di gunung, tempat kediaman dan
bertumbuh, bahkan disertai dengan harapan taman dewa-dewa yang penuh kesejukkan.
di masa depan.54 Harapan itulah yang Komitmen dan Tanggungjawab dalam
menjadi awal ayat selanjutnya berkenaan
Merayakan Cinta
dengan rumah. Mungkin ketika sedang
Secara khusus, implikasi teks
berada di bawah pohon yang rindang
Kidung Agung pasal 1:9-17 ditujukan
mereka membayangkan rumah mereka
kepada muda-mudi. Jika dalam teologinya

54 55
Telnoni, Kidung Agung: Kidung Pembebasan, Stanislaus, “Perkawinan Dalam Kitab Suci
Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan Perjanjian Lama,” 41.
Perempuan Dan Laki-Laki, 60.

250 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

bahwa hubungan kasih itu adalah hal yang pada masa depan yang punya tujuan jelas,
penting maka itu tidak menjadi permainan. saling menopang dan menguatkan satu
Bagi Rongan, teks ini memberi pemahaman sama lain bukan saling menghabisi. Cinta
bahwa cinta sejati adalah cinta yang selalu berusaha menyediakan kebutuhan
didasarkan pada kepercayaan penuh dengan untuk masa depan, cinta menuntut pasa-
kekasihnya.56 Karena itu, sangat memperi- ngan untuk selalu bekerja keras dan me-
hatinkan bila muda-mudi menganggap cinta nyediakan yang terbaik bagi orang yang
hanya untuk sekedar hiburan. Dalam men- dicintai dan bagi kehidupan bersama di
jalani hubungan baik laki-laki dan perem- masa depan.57 Bagian akhir yang menjadi
puan harus saling mengenal dengan baik penekanan adalah meskipun semua bekal
sehingga wajar bila terjadi saling memuji dan persiapan telah lengkap, maka harus
karena keunggulan yang dimiliki masing- menyadari dan mematuhi hukum yang ber-
masing, tetapi juga ketika ditemui keku- laku bahwa “jalani cinta pada waktu yang
rangan tidak akan menyesal atau mem- tepat.” Tidak ada paksaan jika salah satu
persalahkan melainkan belajar menerima pihak tidak setuju bahkan tidak mengeluh
dan membentuknya menjadi suatu keung- serta menyalahkan Tuhan jika belum
gulan. Hubungan kasih muda-mudi me- mendapat pasangan. Selain itu perlakukan
mang benar adalah untuk mempersiapkan semua orang di sekitar dengan baik dan
masa depan, banyak persepsi dan pema- tidak hanya eksklusif dengan pasangan.
haman yang keliru terhadap hal ini. Menjalani hubungan yang bertanggung-
Hubungan merupakan sebuah proses untuk jawab kepada Tuhan dan manusia, sehingga
saling mengenal dan memahami bukan tidak ada lagi istilah hamil di luar nikah,
hanya membuang waktu untuk kesenangan kumpul kebo, kekerasan dalam rumah tang-
sesaat, tapi menciptakan percakapan mem- ga atau dalam hubungan, sebab cinta kasih
bahas hal-hal yang berguna menyangkut serta tubuh ini merupakan pemberian dan
hubungan dengan Tuhan, kesuksesan, anugerah dari Tuhan. Hal itu membuktikan
hubungan bersama keluarga dan orang- bahwa dalam ketulusan cinta dan penghar-
orang di sekitar dan sebagainya. gaan terhadap tubuh manusia sebagai
Manusia diingatkan untuk memper- bagian dari kesakralan yang perlu dijaga
juangkan cinta yang benar yang mengarah dan dihargai.

56 57
Paskalis Ora Rongan, “Mempro-mosikan Kidung Tiwery, “Desire of Love: Menafsir Kidung Agung
Agung Dalam Katekese Keluarga,” OSF Preprints, 7:10 - 8:4.”
last modified 2019, accessed April 5, 2020,
https://osf.io/yc5tw.

251 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

KESIMPULAN Hayes, John H., and Carl R. Holladay.


Pedoman Penafsiran Alkitab. 9th ed.
Bahasa puitis dan kidung-kidung Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013.
cinta dalam Kidung Agung bukanlah se- Knight, George A. F., and Friedemann. The
Song of Songs: Revelation of God.
suatu yang kosong dan semu, tetapi bahasa
U.S: The Handsel Press Limited, 1988.
cinta puitis yang menampilkan makna Koch, Klaus. Kitab Yang Agung. Jakarta:
keseriusan hati, kekuatan cinta yang unik, BPK Gunung Mulia, 1997.
kreatif serta memiliki dimensi sakral. Lapiero, Antonia. “Searching for a
Common Background: Egyptian Love
Kidung Agung menampilkan cinta yang Poetry and the Biblical Song of
tidak semata-mata berfokus pada fisik (bio- Songs.” In Perspectives on the Song of
Songs/ Perspektiven Der
logis) atau aspek seks (berahi) tetapi juga Hoheliedaslegung. Berlin: Walter de
aspek emosional, nurani dan ikatan batin. Ia Gruyter, 2005.
juga mengandung kesadaraan terhadap Lasor, W.S., D.A. Hubbrad, and F.W. Bush.
Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra
kualitas tinggi pada tubuh manusia se- Dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung
hingga harus dijaga dan dihargai sebagai Mulia, 2011.
wujud dari merayakan anugerah Allah. Rongan, Paskalis Ora. “Mempromosikan
Kidung Agung Dalam Katekese
DAFTAR PUSTAKA Keluarga.” OSF Preprints. Last
modified 2019. Accessed April 5,
Barbiero, Gianni. Song of Songs: A Close 2020. https://osf.io/yc5tw.
Reading. Boston: Brill, 2011. Stanislaus, Surip. “Perkawinan Dalam
Bloch, Ariel, and Chana Bloch. The Song of Kitab Suci Perjanjian Lama.” LOGOS
Song: A New Translations with (Jurnal Filsafat - Teologi) 14, no. 2
Intoductory and Commentary. (2017): 17–51. Accessed April 5,
California: University of California 2020. http://ejournal.ust.ac.id/index.
Press, 1998. php/LOGOS/article/view/337.
Blommendaal, J. Pengantar Kepada Sutanto, Hasan. Hermeneutik: Prinsip Dan
Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Metode Penafsiran Alkitab. Malang:
Gunung Mulia, 2016. Literatur SAAT, 2007.
Browning, W. R. F. Kamus Alkitab: Telnoni, J.A. Kidung Agung: Kidung
Panduan Dasar Ke Dalam Kitab- Pembebasan, Kidung Solidaritas
Kitab, Tema, Tempat, Tokoh Dan Perempuan, Kidung Kesetaraan
Istilah Alkitabiah. Jakarta: BPK Perempuan Dan Laki-Laki. Jakarta:
Gunung Mulia, 2015. BPK Gunung Mulia, 2015.
Bullock, C. Hassell. An Introduction To The Tiwery, Weldemina Yudit. “Desire of
Old Testament. Chicago: Moody Bible Love: Menafsir Kidung Agung 7:10 -
Institute Press, 1988. 8:4.” Gema Teologi: Jurnal Teologi
Kontekstual 39, no. 1 (2015): 1–14.
Exum, J. Cheryl. Song of Songs: A Accessed April 5, 2020. http://journal-
Commentary. USA: Westminster John theo.ukdw.ac.id/index.php/gema/articl
Knox Press, 2005. e/view/190.

252 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

Tjen, Anwar, and Lady Mandalika. Warga Jemaat 4, no. 1 (2020): 28–38.
“Kidung Agung: Vulgar Atau Sakral?” Accessed April 4, 2020. https://
In Forum Biblika: Jurnal Ilmiah journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJ
Populer. Jakarta: Lembaga Alkitab TI/article/view/167.
Indonesia, 2016. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z.
Wijaya, Agetta Putri. “Tafsir Alegoris, Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
Konstruksi Teologis Dan Unsur Erotis 1995.
Dalam Kitab Kidung Agung.” Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid A-L.
Indonesian Journal of Theology 4, no. Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2 (2016): 237–256. 2011.
Zaluchu, Sonny Eli. “Strategi Penelitian Tafsiran Alkitab Volume II Perjanjian
Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Lama: Ayub-Maleakhi. Malang:
Penelitian Agama.” Evangelikal:
Gandum Mas, 2011.
Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan

253 Copyright© 2020, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Anda mungkin juga menyukai